SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176
GANGGUAN OPERASI RSG-GAS PADA SIKLUS OPERASI 61 - 75 Slamet Wiranto Supervisor RSG-GAS, PRSG-BATAN Serpong
ABSTRAK GANGGUAN OPERASI RSG-GAS PADA SIKLUS OPERASI 61 - 75. Belakangan ini sering terjadi gangguan operasi Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSG-GAS) yang mengakibatkan pemadaman atau penurunan daya reaktor yang berpengaruh terhadap proses dan jadual operasi reaktor. Kondisi ini tentu sangat mengganggu program kerja RSG-GAS dan pengguna reaktor. Untuk mengurangi dan atau menghilangkan gangguan tersebut maka perlu dilakukan kajian dengan cara mengamati, mempelajari asal dan jenis gangguan, kemudian mengevaluasi untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Dari kajian ini diperoleh data bahwa gangguan penyebab pemadaman/penurunan daya reaktor sebanyak 57 kali oleh terjadinya trip listrik dari PLN, sebanyak 39 kali oleh kegagalan komponen/sistem, dan 7 kali oleh kesalahan operator. Kerusakan pada komponen & sistem tetapi tidak mengganggu jalannya operasi reaktor berjumlah 1063 kasus, hampir 99 % dari gangguan tersebut dapat diperbaiki kembali. Antisipasi untuk mengatasi gangguan ini dilakukan dengan mengkomplain PT PLN agar memperbaiki pelayanannya, meningkatkan kinerja sistem perawatan dan perbaikan, serta memberikan pelatihan yang cukup kepada operator reaktor. Dari pengamatan data gangguan secara rinci diperoleh kesimpulan bahwa sistem perawatan/perbaikan RSG-GAS telah berlangsung relatif baik. Kata kunci : reaktor, operasi, gangguan.
ABSTRACT DISTURBANCES OF RSG-GAS OPERATION AT OPERATING CYCLE 61-75. Lately frequent disruption reactor operation of RSG-GAS, which resulted in power outages or reduction reactor power, that influence the process and reactor operation schedule. This condition is certainly very disturbing work programs and users of RSG-GAS reactor. To reduce or eliminate the disorder and it is necessary to study by observing, studying the initiate and type of disturbance, and then evaluate to find the best solution. From this study the data that the disorder causes of outages / decrease in reactor power as much as 57 times by the trip of electricity, as much as 39 times by the failure of the component / system, and 7 times by operator error. Damage to the components & systems but do not disrupt the operation of the reactor amounted to 1063 cases, nearly 99% of the disorder can be repaired again. Anticipation to overcome this interference complained done with PT PLN to improve its services, improve system performance maintenance and repairs as well as provide adequate training for reactor operators. From data disturbances in detail, giving the conclusion that system maintenance and repair of RSG-GAS has been going relatively well. Key word : Reactor, operation, disturbance
Slamet Wiranto
179
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 1.
PENDAHULUAN Setiap awal tahun jadual operasi RSG-GAS telah di keluarkan dan diumumkan ke seluruh dunia melalui media internet. Sudah menjadi kewajiban bagi operator RSG-GAS untuk menepati jadwal operasi yang telah diumumkan tersebut. Namun pada kenyatannya berdasarkan pengalaman yang lalu sering terjadi gangguan operasi yang sangat mengganggu ketepatan jadual operasi yang sudah ditetapkan. Pada periode Mei 2007 hingga Agustus 2011 sering terjadi gangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar fasilitas yang mengganggu berlangsungnya operasi reaktor yang dapat memaksa daya reaktor harus diturunkan dan atau bahkan reaktor harus dipadamkan. Lebih parah lagi jika gangguan terjadi pada bagian akhir siklus di mana reaktivitas lebih teras telah mengecil akan memberikan akibat operasi reaktor tertunda hingga lebih 24 jam, karena pada saat ini konsentrasi racun Xenon1] yang timbul tidak mampu lagi dikompensasi oleh reaktivitas lebih teras reaktor yang tersisa. Kondisi ini tentu akan sangat mengganggu ketepatan jadual operasi reaktor yang telah ditetapkan, di samping akan sangat merepotkan RSG-GAS, khususnya bagi para pelaksana operasi reaktor. Di tinjau dari segi asal gangguan, gangguan yang mungkin terjadi pada RSG-GAS dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu gangguan yang berasal dari luar fasilitas berupa pemadaman atau trip sesaat pasokan listrik PLN dan gangguan yang berasal dari dalam fasilitas berupa gangguan pada komponen dan atau sistem pendukung reaktor. Ditinjau dari jenis gangguan dapat pula dibedakan menjadi dua bagian yaitu gangguan yang dapat mengganggu jalannya operasi reaktor seperti penurunan daya atau pemadaman reaktor, dan gangguan yang terjadi pada komponen dan atau sistem pendukung reaktor tetapi tidak mengganggu jalannya operasi reaktor. Dalam makalah ini akan disajikan deskripsi singkat tentang RSG-GAS beserta sistem pendukungnya dan dilengkapi dengan data ganguan yang telah terjadi di RSG-GAS berdasarkan asal dan jenis gangguan, kemudian dilakukan pembahasan
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
180
untuk mendapatkan solusi penanganannya agar di masa yang akan datang gangguan-gangguan tersebut dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan. DESKRIPSI SINGKAT RSG-GAS2] Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSGGAS) adalah reaktor yang digunakan untuk beberapa tujuan seperti untuk penelitian, produksi isotop dan pendidikan & pelatihan. Fasilitas RSGGAS dibangun berdasarkan konsep reaktor kolam terbuka dengan menggunakan air sebagai pendingin dan moderator serta menggunakan Beryllium sebagai reflektor. Fasilitas RSG-GAS didesain dengan daya termal nominal 30 MW dan fluks neutron maksimum di Central Irradiation Position (CIP) sebesar 5,38 x 1014 n/cm2.s, dengan prinsip paparan minimum terhadap masyarakat dan operator RSG-GAS selama operasi normal maupun kondisi kecelakaan. Komponen-komponen teras reaktor disusun pada kisi-kisi yang terdiri atas 10 x 10 posisi. Kisikisi dikelilingi oleh selubung teras untuk mengarahkan aliran pendingan agar melewati komponen-komponen teras. Di luar selubung teras, blok reflektor berbentuk-L terbuat dari Beryllium diletakkan berdampingan dengan teras reaktor. Kisikisi terdiri atas 100 lubang untuk menahan elemen bakar (U3Si2Al), elemen kendali (AgInCd), elemen reflektor Beryllium, dan fasilitas iradiasi. (Lihat Gambar 1.) Susunan teras reaktor terdiri atas 40 elemen bakar standar, 8 elemen bakar kendali dan fasilitasi iradiasi yang terdiri atas 12 posisi. Keseluruhan posisi ini membentuk kisi 8 x 8. Ruang kosong yang masih tersisa pada kisi-kisi diisi dengan elemen reflektor beryllium dan fasilitas iradiasi. Elemen bakar kendali dirancang untuk dapat disisipi penyerap jenis-garpu (fork type). Perangkat penyerap terdiri atas dua bilah AgInCd yang diberi lapisan baja tahan karat (SS 321). Sistem kendali berfungsi untuk mengendalikan fluks neutron di reaktor dengan gerakan perangkat penyerap pada arah vertikal ke dalam dan ke luar elemen kendali untuk mengatur reaktivitas teras reaktor. 2.
Slamet Wiranto
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 S6
JKT03
JKT03
NR
K
P R T F
B
J
NTD
B
B B
H
B
IP
G
B
P
F E
S5
IP
D
IP
CIP
H H
C
JKT02
B
H IP
B
H B
A
10
9
8
7
123 5
6
4
3
2
JKT04
1
BERYLLI UM BLOCK REFLECTOR
S4
JKT03 JKT03 JKT02
S3
S1
S2
PRTF = POWER RAMP TEST FACILITY
= FUEL ELEMENT = CONTROL ELEMENT
B
= IRRADIATION POSITION
= BERYLLIUM ELEMENT
S
= BEAM TUBE
CIP = CENTRAL IRRADIATION POSITION
P
= FAST RABBIT SYSTEM
IP
H
= NORMAL RABBIT SYSTEM
= IRRADIATION POSITION
NR = NEUTRON RADIOGRAPHY NTD= NEUTRON TRANSMUTATION TRANSMUTATION DOPING FACILITY
FIG. 2. CONFIGURATION CONF OF RSG-GAS CORE
Gambar 1. Teras RSG-GAS Selain sistem utama reaktor seperti tersebut di RSG-GAS memerlukan banyak sub-sistem atas, RSG-GAS dilengkapi dengan beberapa sistem bantu yang dapat dibedakan menurut moda bantu reaktor yang diperlukan agar operasi reaktor operasinya yaitu sistem yang harus dioperasikan dapat berlangsung dengan aman sesuai target, secara terus menerus, sistem yang bekerja secara dengan resiko sekecil mungkin baik terhadap otomatis, dan sistem yang hanya dioperasikan jika pesonil, instalasi maupun lingkungan. (Lihat reaktor dioperasikan. Gambar 2.). Sistem Pendingin Darurat Kolam Reaktor ( Emergency Pool Cooling System : JNA 10 / 20 /30 ) DN 500
Air Cooler , BC 001 ( Closed Circuit Type )
0 8 N D
Kolam Reaktor ( Reactor Pool , JAA 01 )
0 8 N D
Expantio Expansion n Tank ( Typ .) , BB 001
0 8 N D
DN 500
Tanki Tunda ( Delay Chamber N 16 Tank )
Core
Ring Distributor
Secondary Cooling Pumps (PA 01 / 02 / 03 -AP 01 )
Heat Exchanger ( JE 01 BC 01 / 02 )
DN 800 Pond DN 800
DN 400
DN 80 Reactor Pool Purification System , KBE 01
Reactor Building ( UJA )
DN 80
Warm Water Layer System ( KBE 02 )
Spent Fuel Storage Purification System FAK 01
,
0 0 6 N D
Water Cooler ( QKJ 04 )
DN 80
Resin Filter BT 002
PA 02 AH 01 / 02 / 03
,
Isolation Valve
,
DN 300
D N 5 0 0
DN 400
Mixed Bed BT 001
PA 01 AH 01 / 02 / 03 PD 01 AH 01
DN 400 Kolam Penyimpan Bahan Bakar Bekas ( Spent Fuel Storage , JAC 01 ) Pompa Primer (JE 01 - AP 01 / 02 / 03 )
DN 50
DN 300
DN 500
Mixed Bed
Mixed Bed
Resin Filter
Resin Filter
Cooling Tower Installation
Auxiliary Building ( UKA )
,
Heater From Drain , Venting and other
Ventilation System Ventilation System KLA 70
From Other System
Low Activity Transportation
Ventilation System KLA 70
KPK 01 BB 01
,
From Drain , Venting and other
DN 150 Waste Water Processing
,
KPK 01 BB 02
KBB 01
KTA 01
KPK 01
P 2 PLR
Waste Water Storage
G
Gambar 2. Diagram segaris Fasilitas RSG-GAS
Slamet Wiranto
181
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 Sedang menurut fungsinya sistem bantu reaktor dibedakan menjadi; sistem proses, sistem ventilasi, sistem elektrik, sistem monitor radiasi dan sistem instrumentasi & kendali. Sistem Proses adalah sistem yang mendukung proses pembuangan panas reaktor yaitu sistem pendingin utama reaktor beserta sistem lain terkait, mulai dari sistem produksi dan distribusi air bebas mineral, sistem purifikasi air pendingin primer dan air kolam penyimpan bahan bakar bekas, sistem lapisan air hangat kolam, sistem perawatan secara kimia air pendingin sekunder, hingga sistem-sistem penampungan limbah cair baik limbah aktif maupun non aktif. Sistem Ventilasi selain digunakan untuk menjaga kenyamanan dan mencegah penuaan komponen sistem, sistem ventilasi digunakan pula untuk mencegah penyebaran kontaminasi udara yang mungkin timbul dalam pengoperasian reaktor nuklir. Berdasarkan tingkat radiasi daerah yang dilayani sistem ventilasi dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu daerah tingkat radiasi menengah (IRZ = Intermediate radiation Zone), daerah tingkat radiasi rendah (LRZ = Low Radiation Zone), dan daerah Non radiasi.
No.
Pasokan daya listrik RSG-GAS berasal dari PT PLN melalui 2 (dua) sirkuit tegangan tinggi 20 kV, 3805 kVA untuk memenuhi kebutuhan daya listrik gedung reaktor dan gedung perkantoran sebesar ±2500 kVA. Tegangan rendah disediakan oleh 3 (tiga) transformator penurun tegangan (BHT01, BHT02, dan BHT03) menjadi 380 V AC secara redundan. Secara prinsip, beban elektrik yang dimiliki tiap-tiap grup redundan dihubungkan ke masing-masing redundan panel distribusi utama. Satu dari tiga buah sistem catu daya redundan terdiri dari: a. Daya normal 380 V AC; b. Daya darurat 380 V AC; c. Daya tak putus ±24 V DC, 220 VDC, 220 VAC dan 380 VAC. Dalam hal kegagalan catu daya normal, tiap-tiap panel distribusi darurat dipasok oleh 3 buah Dieselgenerator yang independen (BRV10, BRV20, dan BRV30). khusus melayani pasokan listrik untuk komponen dan sistem yang berhubungan dengan keselamatan reaktor. Berikut ini dalam Tabel 1 diberikan daftar sistem bantu reaktor berikut kode (KKS) dan moda operasinya
Tabel 1. Daftar sistem bantu RSG-GAS dan Moda operasinya3] Nama sistem KKS
Sistem Proses 1. Sistem pendingin primer 2 Sistem purifikasi air tangki reaktor 3 Sistem purifikasi dan pendingiin air kolam penyimpan bahan bakar bekas 4 Sistem purifikasi dan lapisan air hangat kolam reaktor 5 Sistem penampung air kolam reaktor 6 Sistem penampung limbah cair aktivitas rendah 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sistem penampung limbah cair aktivitas menengah Sistem penampung limbah cair komponen primer Sistem penampung dan pemindah resin Sistem penyedia dan distribusi udara bertekanan Sistem produksi air bebas mineral Sistem penapung dan distribusi air bebas mineral Sistem floading beam tube Sistem pendingin fasilitas iradiasi Iodine Loop Sistem bola-bola pembersih HE Sistem drainase lantai daerah aktiv Sistem pendingin sekunder Sistem pengisi air kolam menara pendingin Sistem blow down dan drainase air menara pendingin Sistem penjaga kualitas air pendingin sekunder Sistem pengisi kolam raw water Sistem drainase lantai daerah non aktiv Fasilitas hot Cell Fasilitas rabbit system Fasilitas daya ramp
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
182
Moda operasi
JE 01 KBE 01 FAK 01
C A A
KBE 02 KBB 01 KPK 01
A A A
KPK 02 KTA 01 KBK 01 SCA 01/02 GCA 01 GHC 02/01 KWA 01 BT S1 PAH 01/02 KTF 01 PA 01/02/03 PA 04 PA 05 PAQ 01/02/03 GBA 01 GMA 01
A A A B B B A C C B C B B B B B A C C
JBB 01 PRTF
Slamet Wiranto
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 Sistem Ventilasi Sistem ventilasi daerah radiasi menengah, terdiri dari ; KLA 1 Sistem pemasok udara segar KLA 10 A 2 Sistem udara buang KLA 20 A 3 Sistem resirkulasi balai operasi KLA 31 A 4 Sistem resirkulasi balai percobaan KLA 32 A 5 Sistem resirkulasi ruang bantu KLA 33 A 6 Sistem resirkulasi ruang pendingin primer KLA 34 A 7 Sistem ventilasi pengatur tekanan rendah KLA 40 B 8 Sistem ventilasi kolam reaktor KLA 60 A, B 9 Sistem ventilasi daerah radiasi tinggi KLA 70 A 10 Sistem air pendingin non safety related QKJ01/02/03 B Sistem ventilasi daerah radiasi rendah KLE 1 Sistem pemasok udara segar KLE 10 A 2 Sistem udara buang KLE 20 A 3 Sistem resirkulasi ruang proteksi reaktor redundan 1 KLE 31 A 4 Sistem resirkulasi ruang proteksi reaktor redundan 2 KLE 32 A 5 Sistem resirkulasi ruang proteksi reaktor redundan 3 KLE 33 A 6 Sistem resirkulasi ruang kendali utama & komputer KLE 34 A 7 Sistem resirkulasi ruang pengukuran dan panel listrik KLE 35 A 8 Sistem ventilasi ruang tangga (stair case) KLE 50 A 9 Sistem air pendingin safety related QKJ10/20/30 B Sistem ventilasi non radiasi 1 Sistem ventilasi ruang kendali darurat KLD10/20/30 A 2 Sistem ventilasi gedung bantu KLC 01 - 04 A Sistem Elektrik 1 Sistem Trafo BHT01/02/03 A 2 Sistem catu daya dan penerangan busbar utama di gedung BHA/BHB/BHC A bantu 3 Sistem catu daya dan penerangan busbar utama di gedung BHD/BHE/BHF A reaktor 4 Sistem catu daya dan penerangan busbar darurat BNA/BNB/BNC A 5 Sistem catu daya tak putus ± 24 VDC BWE/BWF/BWG A 6 Sistem catu daya tak putus 220 dan 380 VAC BRA/BVA/BRB A 7 Sistem catu daya tak putus 220 VDC BTP/BTU/BTJ A 8 Sistem diesel darurat BRV10/20/30 B Sistem monitor radiasi 1 Sistem monitor radiasi gamma UJA 01 - 09 A 2 Monitor radiasi udara (alfabeta aerosol & gas mulia) KLK 01 - 06 A 3 Monitor radiasi air proses A Sistem Instrumentasi & Kendali 1 Sistem batang kendali JDA 01 - 09 C,B 2 Sistem proteksi reaktor B 3 Sistem proses, ventilasi, elektrik, monotor radiasi dll A 4 Sistem Acces kontrol A A = dioperasikan secara terus menerus, B = beroperasi secara otomatis, C = hanya dioperasikan jika reaktor beroperasi.
3.
TATAKERJA Kegiatan ini dimulai dari studi literatur tentang deskripsi RSG-GAS mulai komponen utama reaktor hingga sistem bantunya, kemudian melakukan inventarisasi komponen sistem bantu reaktor, dilanjutkan dengan pengumpulan data gangguan, meliputi gangguan yang menyebabkan reaktor scram/turun daya maupun gangguan pada komponen/sistem bantu reaktor meskipun tidak
Slamet Wiranto
183
secara langsung mengganggu jalannya operasi reaktor. Setelah diperoleh data dilakukan analisis dan pembahasan agar dapat diperoleh kesimpulan apa penyebab ganguan tersebut dan usaha-usaha apa yang harus dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan tersebut pada operasi reaktor yang akan datang. Pada makalah ini data diperoleh dari pengamatan buku induk operasi, lembar pencatatan
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 operasi reaktor dan lembar laporan gangguan, perbaikan dan izin kerja (PPIK), pada periode siklus operasi No. 61 hingga 75, mulai bulan Mei 2007 hingga bulan Agustus 2011. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari Gambar 3 dapat dibaca bahwa gangguan operasi reaktor yang menyebabkan pemadaman/penurunan daya reaktor selama siklus operasi No, 61 s/d 75 periode Mei 2007 hingga Agustus 2011 berjumlah 103 kali terdiri dari 72 kali reaktor scram/dipadamkan dan 31 kali penurunan daya. Dari 103 kali gangguan 57 kali disebabkan oleh gangguan dari luar terutama akibat terganggunya pasokan listrik dari PT PLN baik berupa pemadaman maupun terjadinya trip sesaat.4]
2.
4.
7
7
K egagalan L is trik P L N/ s cram (33)
24
32
K egagalan L is trik P L N/ turun daya (24) K es alahan Operator/ s cram (7) K egagalan K omponen S is tem/ turun daya (7)
33
K egagalan K omponen S is tem/ s cram (32)
Gambar 3. Gang g uan Operas i R S G-GAS S iklus Operas i 61 - 75
Apabila pasokan listrik PT PLN terputus dalam waktu yang lama operasi reaktor pasti terhenti karena sistem pendingin reaktor di pasok langsung dari busbar PLN, dan tidak ada upaya lain kecuali mengamankan reaktor dengan mengoperasikan sistem pendingin darurat yang pasokan listriknya berasal dari Generator darurat yang berkapasitas kecil. Dari data pada buku induk operasi4], 46 kali reaktor terganggu karena adanya trip sesaat listrik PLN. Secara langsung trip sesaat ini tidak mematikan reaktor, tetapi akan mematikan pompa pendingin terutama pompa pendingin sekunder yang menyebabkan pembuangan panas berkurang kemudian reaktor akan padam otomatis (scram) oleh sistem proteksi reaktor (RPS), karena temperatur pada air pendingin primer melampaui batas yang diizinkan. Kejadian ini sebenarnya dapat dikurangi apabila pompa pendingin sekunder tidak mudah mati oleh adanya trip sesaat listik PLN, atau jika terpaksa pompa mati, pompa bersangkutan atau pompa cadangan harus dengan cepat bisa segera dioperasikan. Untuk mencapai kondisi ini dapat dilakukan tindakan sebagai berikut : 1. Menaikkan kualitas motor pompa dari klas industri ke kelas yang lebih tinggi, sehingga delay time untuk mengantisipasi kedipan listrik
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
184
3.
bisa di seting lebih lama (seperti pada pompa pendingin primer) Merubah desain pemipaan sistem pendingin sekunder sehingga bila terjadi satu pompa mati, pompa yang terganggu/pompa cadangan dapat segera dioperasikan dengan cepat, tanpa mematikan pompa yang masih beroperasi5] Mengatur pola pengoperasian pompa, yaitu digunakan pompa 1 dan 2 untuk operasi reaktor pada bagian akhir siklus sehingga jika terjadi satu pompa mati, dapat dengan cepat pompa cadangan dapat dioperasikan.
Gangguan kegagalan komponen yang menyebabkan pemadaman/ penurunan daya reaktor terjadi sebanyak 39 kali terdiri dari 32 kali menyebabkan reaktor scram dan 7 kali penurunan daya. Pada kasus ini sebagian besar gangguan penyebab reaktor scram berasal dari terganggunya unit penggerak batang kedali (DU = Drive Unit), dan terjadinya osilasi pada kanal pengukur daya baik pada kanal daya rendah, menengah maupun daya tinggi. Scram yang berasal dari terganggunya DU dicurigai karena terjadinya bad contact yang menyebabkan magnit pemegang batang penyerap kehilangan pasokan listrik sehingga batang penyerap jatuh ke dasar teras reaktor secara gravitasi. Kejadian ini diantisipasi dengan melakukan perawatan DU secara lebih baik yaitu memperpendek interval perawatan dengan melakukan pembersihan konektor-konektor, mikroswith, potensio meter, remanen magnit hingga ke unit penggulung kabel. Sedang scram yang disebabkan oleh terjadinya osilasi pada kanal ukur daya terjadi karena terganggunya konektor detektor yang ditempatkan pada tabung pengarah yang berada di seputar teras reaktor. Hal ini terjadi karena tabung pengarah detektor berada pada media air kolam reaktor sehingga memberikan kelembaban yang tinggi pada konektor detektor tersebut. Untuk mengatasi hal ini telah dipasang sistem peniup udara kering ke arah detektor yang dioperasikan secara kontinyu. Gangguan yang menyebabkan penurunan daya reaktor pada kasus ini sebagian besar disebabkan oleh terjadinya penumpukan kotoran pada filterfilter sisi hisap pompa pendingin sekunder. Hal ini terjadi karena pada sisi hisap pompa telah dipasang sistem pengaman kavitasi pompa yang akan bekerja mematikan pompa jika tekanan pada sisi hisap pompa turun melampaui batas seting. Untuk mengatasi hal ini pemebersihan air kolam menara pendingin harus dilakukan lebih sering, juga perawatan kualitas air sekunder harus dilakukan secara lebih baik agar produk kerak/ pengotor yang mungkin terbentuk bisa di dibuat serendah mungkin.
Slamet Wiranto
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 Gangguan yang disebabkan oleh kesalahan operator terjadi sebanyak 7 kali, sebagian besar terjadi saat penarikan/pemasukan target iradiasi dari/ke teras reaktor yang terlalu cepat yang dilakukan secara manual. Hal ini terjadi karena sistem proteksi reaktor dilengkapi dengan sistem “Negative/positive floating Limit Value” yang secara otomatis akan mematikan reaktor bila terjadi perubahan daya reaktor yang terlalu cepat. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat akhir siklus di mana reaktivitas lebih teras yang tersisa sudah kecil dan memberikan respon lambat bila terjadi perubahan
reaktivitas pada teras reaktor. Untuk mengatasi hal ini perlu diberikan tambahan pembelajaran khususnya pada para operator muda untuk lebih menguasai fisika reaktor khususnya yang berhubungan dengan teras reaktor, di samping harus selalu menambah pengalaman untuk terjun langsung ke lapangan dalam hal penanganan target iradiasi dan atau elemen teras reaktor. Gangguan pada komponen tetapi secara langsung tidak mengganggu operasi reaktor seperti terlihat pada Tabel 26].
Tabel 2 : Data gangguan komponen reaktor yang tidak menyebabkan reaktor scram, siklus operasi 61-75 No 1
Sistem yang terganggu Sistem Proses
Jumlah 318
2 3 4 5
Sistem Ventilasi Sistem elektrik Sistem instrumentasi & kendali Sistem proteksi radiasi Jumlah gangguan
320 121 150 154 1063
menunjukkan bahwa 99% gangguan-gangguan tersebut dapat diperbaiki kembali, selain sistem SCA02 yang harus dilakukan penggantian sistem secara keseluruhan. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 disajikan secara rinci dari siklus operasi 61 hingga siklus operasi 75, gangguan yang menyebabkan penurunan/pemadaman daya reaktor dan gangguan komponen reaktor yang tidak mengganggu jalannya operasi reaktor, untuk mengetahui kinerja sistem perawatan dan perbaikan RSG-GAS.
150 318
P ros es (318) E lektrik (121) Monitor R adias i (154) Ventilas i (320) I&K (150)
320 121 154
Gambar 5. Gang g uan komponen R S G-GAS yang tidak menyebabkan reaktor s c ram S iklus Operas i 61-75
Gangguan komponen terbesar terjadi pada komponen sistem ventilasi dan sistem proses yaitu 320 dan 318 kasus per 15 siklus operasi atau ± 6 kasus per bulan. Hal ini disebabkan pada kedua sistem tersebut mempunyai jumlah komponen yang banyak. Untuk sistem ventilasi gangguan terbesar terjadi pada sistem pendingin air (water chiller), karena pada sistem ini selain jumlah komponen relatif banyak juga sistem ini bekerja pada media air, sehingga rawan korosi dan mudah mengganggu kinerja komponen. Gangguan terbesar pada sistem proses terjadi pada katup-katup, di samping terjadi pada sistem pemasok udara tekan (SCA 02) sebelum dilakukan refungsialisasi. Dari 121 kasus gangguan sistem elektrik sebagian besar terjadi pada lampu penerangan, sedang untuk sistem monitor radiasi sebagian besar gangguan terjadi pada membran pompa udara. Untuk sistem instrumentasi dan kendali sebagian besar gangguan terjadi pada unit penggerak batang kendali dan pada kanal ukur daya reaktor. Data yang diperoleh dari lembar evaluasi permintaan perbaikan dan izin kerja (PPIK)
Slamet Wiranto
Keterangan 315 dapat dinormalkan, sistem SCA02 refungsialisasi 319 dapat dinormalkan Dapat dinormalkan 149 dapat dinormalkan 153 dapat dinormalkan 99% dapat dinormalkan
185
Dari Gambar 4 di atas terlihat bahwa gangguan operasi terbesar terjadi pada siklus operasi 69, 70 dan 71 berupa gangguan listrik dari PLN, di mana pada saat itu sedang terjadi kerusakan pada salah satu pembangkit listrik di PLTU Suralaya dan dilakukan sistem giliran untuk daerah Jabotabek sehingga mengganggu kestabilan pasokan listrik PT PLN. Untuk gangguan yang berasal dari kegagalan komponen terlihat jelas bahwa mulai siklus operasi 68 terjadi penurunan gangguan yang cukup tajam,
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 hal ini menunjukkan bahwa perbaikan perawatan komponen berlangsung cukup baik.
dan
3. 4. 5.
6.
ANONIM, “Operating Manual of MPR-30 Part IV” Jakarta Th. 1988. ANONIM, “Buku Induk Operasi RSG-GAS No 224 - 275”, Serpong Th 2007 - 2011. SLAMET WIRANTO. “Pengaruh kegagalan satu pompa pendingin sekunder terhadap operasi reaktor RSG-GAS “ Prosiding seminar nasional teknologi dan aplikasi reaktor nuklir di PRSG-BATAN, Serpong, Th. 2009. ANONIM, “Buku Induk Permintaan Perbaikan dan Izin Kerja RSG-GAS” Serpong, Th. 2007 2011.
Pada Gambar 6 untuk sistem ventilasi dan sistem elektrik jumlah gangguan dari siklus ke siklus relatif stabil, sedang untuk sistem proses dan sistem Instrumentasi & kendali ada sedikit penurunan, namun untuk sistem monitor radiasi memberikan indikasi kenaikan. Data tersebut di atas memberikan indikator bahwa sistem perbaikan dan perawatan di RSG-GAS berlangsung dengan baik, gejala kenaikan jumlah gangguan pada sistem monitor radiasi masih termasuk katagori wajar karena RSGGAS telah beroperasi hampir 24 tahun sehingga beberapa komponen telah mengalami proses penuaan. 5. 1.
2.
3.
4.
6. 1.
2.
KESIMPULAN DAN SARAN Gangguan yang menyebabkan pemadaman/penurunan daya reaktor berjumlah 103 kali terdiri dari 57 kali oleh terjadinya trip listrik dari PLN, 39 kali oleh kegagalan komponen/sistem, dan 7 kali oleh kesalahan operator. Kerusakan pada komponen & sistem tetapi tidak mengganggu jalannya operasi reaktor berjumlah 1063 kasus, hampir 99 % dari gangguan tersebut dapat diperbaiki kembali. Antisipasi untuk mengatasi gangguan ini dilakukan dengan mengkomplain PT PLN agar memperbaiki pelayanannya, meningkatkan kinerja sistem perawatan dan perbaikan serta memberikan pelatihan yang cukup kepada operator reaktor. Dari pengamatan data gangguan secara rinci memberikan kesimpulan bahwa sistem perawatan/perbaikan RSG-GAS telah berlangsung dengan baik. DAFTAR PUSTAKA IMAN KUNTORO, “Diktat Diklat Penyegaran Operator dan Supervisor Reaktor MPR-30”. Jakarta Th.1989. ANONIM, “Laporan Analisa Keselamatan RSG-GAS”, revisi 10. Jakarta Th. 2010.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
186
Slamet Wiranto