BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Prasiklus Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, guru hanya mengajar dengan ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, sehingga guru lebih aktif daripada siswa. Guru dalam pembelajaran hanya menggunakan media papan tulis. Seluruh fasilitas yang disediakan oleh sekolah tidak dimanfaatkan. Tersedia LCD yang terpasang di setiap kelas dan siap untuk digunakan. Guru tidak memanfaatkan fasilitas ini karena merasa kesulitan jika harus menggunakannya. Guru lebih nyaman dengan mengajar berbantuan papan tulis saja. Pembelajaran matematika seperti ini terkesan monoton dan kurang bervariasi. Siswa di samping menjadi bosan, juga menjadi sering tidak memperhatikan. Siswa banyak berbicara dengan temannya, bahkan nampak beberapa siswa berulangkali menggunakan handphone di kelas. Kondisi ini dirasa kurang kondusif untuk proses belajar mengajar. Berdasarkan pada proses pembelajaran seperti disebutkan di atas, diperoleh hasil belajar matematika Prasiklus siswa. Hasil belajar matematika Prasiklus siswa, dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran 8. Data lampiran 8 menunjukkan sebanyak 3 siswa dinyatakan tuntas dari 21 siswa dan lainnya tidak tuntas. Kriteria tuntas, diperoleh jika nilai siswa melampaui KKM sebesar 76. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 76 dinyatakan tidak tuntas. Persentase siswa yang tuntas adalah 14,3% dan persentase siswa yang tidak tuntas adalah 85,7%. Grafik yang menunjukkan persentase ketuntasan siswa dapat dilihat dalam Gambar 4.1. Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus 14,3% (3 siswa) Tuntas Tidak Tuntas 85,7% (18 siswa)
Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus Data hasil belajar matematika siswa sebelum dilakukan tindakan juga diolah. Pengolahan data hasil belajar matematika siswa adalah dengan alat 25
26 bantu SPSS untuk menentukan nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata, dan standar deviasi. Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil belajar matematika siswa pada prasiklus Data Prasiklus N
Valid
21
Missing
0
Mean
62.57
Std. Deviation
11.518
Minimum
45
Maximum
80
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa sebelum dilakukan tindakan kurang maksimal, dimana rata-rata masih di bawah KKM yaitu hanya mencapai 62,57. Standar deviasi dalam data di atas menunjukkan angka 11,518. Nilai standar deviasi di atas menunjukkan bahwa data nilai hasil belajar matematika sebelum dilakukan tindakan bervariasi. Terlihat juga ada perbedaan yang cukup besar antara nilai tertinggi 80 dengan nilai terendah 45 dan rentang nilai tertinggi serta nilai terendah yakni 35. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas XI Bahasa dikarenakan guru hanya mengajar, menjelaskan, memberi contoh, memberi PR dan ulangan harian. Bahkan jarang sekali guru mengajak diskusi siswa tentang materi yang disampaikan. Hal ini mendasari diperlukannya suatu solusi untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. B. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1. Perencanaan Tahap perencanaan terdiri dari memilih materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta materi dalam Powerpoint. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 9 termasuk slide yang ditampilkan dalam media Powerpoint. Siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama, dilaksanakan hari kamis tanggal 24 April 2014. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana guru menyampaikan materi, dilanjutkan dengan tahap Think dan tahap Pair. Pertemuan kedua, dilaksanakan hari sabtu tanggal 26 April 2014. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana guru melanjutkan tahap Share. Presentasi kelompok dipilih secara acak melalui pengundian menggunakan batang korek api. Pertemuan ketiga, dilaksanakan hari sabtu tanggal 3 mei 2014.
27 Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana dilaksanakan tes hasil belajar matematika pada siklus I. Peneliti merencanakan seluruh kegiatan dan administrasi yang dibutuhkan sebelum dilaksanakan tindakan. Peneliti menyiapkan materi yang akan disampaikan diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus 1 dan materi dalam bentuk powerpoint. 2. Tindakan Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Penjelasan tiap pertemuan sebagai berikut. Pertemuan I Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2014. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru ialah menyiapkan peralatan pembelajaran seperti menyiapkan laptop dan LCD, mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 21 siswa, artinya tidak ada siswa yang absen. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran kepada siswa yang akan dicapai melalui bantuan media Powerpoint. Guru menjelaskan tentang peluang suatu kejadian. Siswa yang pada barisan belakang mengajukan keluhan. Tulisan dalam media powerpoint terlalu kecil sehingga siswa kesulitan untuk membaca dan mencatat materi dalam slide. Guru dengan tanggap mengganti ukuran tulisan dalam slide, ketika siswa sudah dapat membaca powerpoint secara jelas. Pada pertemuan ini materi yang disajikan adalah peluang suatu kejadian, peluang komplemen suatu kejadian, dan frekuensi harapan suatu kejadian. Guru melanjutkan penjelasan hingga materi peluang komplemen suatu kejadian, dan frekuensi kejadian suatu kejadian. Siswa tertarik untuk memperhatikan penjelasan pada awalnya, tetapi menjelang akhir materi siswa mulai sibuk sendiri. Delapan siswa terlihat menggunakan handphone selama penjelasan materi dan empat siswa lainnya mencoba bermain kartu uno. Guru yang melihat kejadian ini, menegur dan menasehati siswa. Guru mengambil kartu uno dan menghimbau siswa yang membawa handphone untuk dikumpulkan di meja guru selama pelajaran berlangsung. Guru melanjutkan pembelajaran dengan memberikan contoh soal dari setiap materi. Contoh soal tersebut termuat dalam slide powerpoint. Contoh soal
28 yang diberikan guru dibahas bersama-sama dengan siswa. Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan pada guru. Guru memulai tahap Think dengan membagikan lembar soal pada setiap siswa. Lembar soal tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa selama 10 menit. Guru berkeliling untuk memastikan seluruh siswa sedang lembar soal secara individu. Siswa yang mengobrol dengan temannya ditegur oleh guru. Siswa yang sudah selesai mencoba bertanya kepada teman mengenai jawabannya. Siswa mencoba saling bertukar jawaban menjelang waktu pengerjaan selesai. Guru yang melihat hal itu menegur siswa untuk tidak berdiskusi. Guru menjelaskan tahap Pair kepada siswa. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil pekerjaan masing-masing ke dalam kelompok. Anggota kelompok terdiri dari 4 siswa yang dipilih secara acak. Pengacakan dilakukan dengan cara membalik siswa pada baris ganjil sehingga berhadapan dengan siswa dari baris genap. Siswa yang tidak memiliki kelompok, dijadikan satu kelompok. Guru mengawasi jalannya diskusi di masing-masing kelompok. Guru memberikan bantuan pada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. Akhir kegiatan, guru menginformasikan bahwa kegiatan Share akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari hasil diskusinya sehingga setiap siswa siap untuk Sharing jika terpilih mewakili kelompoknya. Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan salam. Pertemuan II Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 April 2014. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Beberapa siswa terlambat masuk ke kelas karena sedang melakukan ibadah. Akibatnya guru harus menunggu seluruh siswa masuk terlebih dahulu baru memulai pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai pada pertemuan kali ini yaitu mendalami materi dengan Share. Guru mengundi anggota kelompok dan kelompok yang akan melakukan Share di depan kelas. Cara pengundian kelompok yang hendak presentasi ditentukan dengan menggunakan batang korek api. Siswa yang mendapat batang korek api yang ujungnya tidak memiliki kepala korek adalah siswa yang terpilih. Terpilihnya kelompok yang presentasi, akan dilanjutkan dengan pengundian anggota kelompok yang hendak mewakili dengan menggunakan batang korek api juga. Anggota kelompok yang terpilih akan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk soal
29 yang pertama. Soal nomor berikutnya akan dipresentasikan oleh kelompok lain dengan cara mengundi. Kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, tidak ikut melakukan pengundian sehingga terbebas dari presentasi nomor berikutnya. Siswa yang mendengar penjelasan guru, langsung berlomba-lomba mendapatkan giliran presentasi yang pertama. Siswa merasa bahwa soal nomor satu adalah soal yang mudah, sehingga merasa lebih yakin dengan jawabannya. Guru melakukan pengundian, sehingga terpilih urutan pertama yang akan presentasi. Guru menghimbau siswa untuk memperhatikan pada saat ada siswa yang presentasi. Guru juga menjelaskan bahwa nantinya siswa bisa bertanya atau menyanggah jawaban siswa yang presentasi pada akhir presentasi. Presentasi kelompok urutan pertama telah selesai dan tidak ada siswa yang bertanya maupun menyanggah. Siswa nampak memperhatikan temannya ketika presentasi. Siswa tidak ada yang membuat keributan, sehingga kelas cukup kondusif. Guru melakukan pengundian kembali untuk soal nomor dua dengan cara yang sama. Proses yang sama dilakukan secara berulang sampai pada soal nomor lima. Soal terakhir ini dipresentasikan oleh kelompok yang belum terpilih presentasi sehingga tinggal dilakukan pengundian terhadap anggota yang akan mewakili presentasi saja. Siswa masih tetap memperhatikan sampai presentasi nomor terakhir, bedanya kali ini ada siswa yang bertanya. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk menyanggah. Siswa mengutarakan hasil diskusinya yang berbeda dengan yang dipresentasikan. Siswa yang lain nampak bingung tapi tetap diam. Kelas terjadi perbedaan pendapat, disini guru menengahi dan menjelaskan. Guru menyatakan bahwa hasil diskusi dari kelompok yang presentasi sudah benar. Guru menjelaskan dan mengkonfirmasi pemahaman seluruh siswa pada soal tersebut. Guru memberikan penghargaan berupa tepukan tangan pada seluruh siswa yang telah berdiskusi. Guru melihat jam, dan waktu sudah hampir habis. Waktu yang tersedia tidak memungkinkan dilakukannya tes setelah diskusi. Guru tidak sesuai dengan kegiatan dalam RPP karena waktu tidak cukup. Guru tidak jadi memberikan tes kepada siswa. Akhir pertemuan, guru mengingatkan siswa mengenai materi apa saja yang sudah dipelajari. Guru mengajak siswa untuk menyebutkan rumus apa saja yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Guru memberi salam dan mengingatkan siswa untuk belajar, dikarenakan akan dilaksanakan tes pada pertemuan selanjutnya.
30 Pertemuan III Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan diteskan selama 15 menit. Guru membagi soal dan lembar jawab pada masing-masing siswa. Guru menjelaskan langkah pengerjaan soal tes. Pertama, siswa harus menjawab di lembar soal terlebih dahulu. Siswa diminta untuk terlebih dahulu mengisi jawaban di lembar soal, baru dilanjutkan mengisi jawaban di lembar jawaban. Guru mengawasi siswa selama mengerjakan soal tes hasil belajar siklus I dalam kurun waktu 75 menit. Beberapa siswa nampak bertingkah aneh. Ada siswa yang belum juga menjawab dan ada siswa yang terburu-buru. Guru memperingatkan siswa untuk mengerjakan soal tes secara individu dan memperingatkan siswa yang mencoba bertanya pada temannya. Guru meminta siswa mengerjakan dengan teliti dan tidak tergesa-gesa. Mendekati waktu pengumpulan, siswa diingatkan untuk meneliti jawabannya dan mengingatkan siswa untuk mengisi jawaban di lembar jawab dengan lengkap. Waktu tes berakhir, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, baik soal maupun lembar jawab. Siswa yang belum selesai, menjadi tergesa-gesa dan meminta tambahan waktu sedikit untuk memindahkan jawaban di lembar jawab. Guru mengakhiri pertemuan kali ini dengan mengucapkan salam setelah seluruh jawaban siswa terkumpul. 3. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama dilakukannya tindakan, yaitu dalam 3 pertemuan. Observasi dilakukan oleh observer (guru pelajaran matematika) dengan melihat kondisi guru dan siswa. Pertemuan I Guru sudah melakukan kegiatan seperti yang terdapat dalam RPP. Siswa nampak antusias dengan media powerpoint yang disajikan, kendati demikian perlu dipertimbangkan mengenai ukuran tulisan dan paduan warna yang digunakan dalam slide. Siswa bahasa memang kurang perhatian dalam pelajaran matematika, tetapi guru sudah mampu menegur dan memperingatkan siswa. Hal ini cukup efektif, nampak dengan kondisi kelas yang menjadi kondusif dan siswa mulai memperhatikan. Kondisi ini nampak pada tahap Think dan tahap Pair.
31 Pada tahap Think, kondisi kelas terlihat kondusif dan tenang. Hal ini dikarenakan semua siswa serius mengerjakan dan berpikir sendiri soal yang diberikan guru. Kondisi kelas mulai sedikit tidak tenang ketika waktu tahap Think akan berakhir. Siswa yang sudah selesai mengerjakan soal mencoba memastikan jawaban pada temannya. Hal ini yang mengakibatkan kondisi kelas mulai tidak kondusif. Melihat kondisi seperti itu, guru langsung menegur siswa dan memastikan kondisi tetap kondusif sampai batas waktu tahap ini berakhir. Setelah tahap Think berakhir, kemudian dilanjutkan tahap Pair. Pada tahap Pair, semua siswa berdiskusi dalam kelompoknya masingmasing. Diskusi berjalan dengan baik. Kondisi kelas sangat kondusif saat diskusi berlangsung. Selang beberapa waktu, kondisi kelas mulai tidak kondusif. Hal ini disebabkan oleh salah satu kelompok yang mulai bercanda dengan anggota kelompoknya ketika diskusi berlangsung. Ternyata kelompok ini beranggotakan siswa yang sering membuat gaduh di kelas. Melihat kejadian tersebut, guru langsung menegurnya. Guru kurang memperhatikan mengenai pembagian kelompok. Guru berkeliling dan memastikan siswa berdiskusi dalam kelompok. Pertemuan II Guru masuk ke kelas tepat waktu, tetapi masih ada siswa yang belum masih kelas dengan alasan sholat. Guru menghabiskan waktu cukup lama untuk menunggu seluruh siswa siap untuk belajar. Kondisi ini mengakibatkan tidak dilaksanakanya kuis setelah presentasi selesai. Ketika semua siswa sudah masuk dan saip untuk belajar, pelajaran dilanjutkan dengan tahap Share. Beberapa siswa kelihatan siap untuk presentasi. Kondisi kelas sedikit ramai ketika pemilihan kelompok yang presentasi dan dilanjutkan dengan pemilihan anggota kelompok yang harus presentasi. Kondisi kelas menjadi kondusif ketika presentasi berlangsung. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan dari siswa yang presentasi. namun demikian, masih terlihat juga beberapa siswa yang bercanda. Beberapa siswa yang bercanda itu tidak mempengaruhi jalannya presentasi. Hal ini terbukti dari adanya siswa yang menyanggah jawaban kelompok yang presentasi. Proses presentasi berjalan baik dengan penjelasan guru mengenai soal yang dipermasalahkan. Siswa juga senang setelah seluruh siswa diminta bertepuk tangan untuk diri sendiri. Pertemuan III Pertemuan terakhir diisi dengan tes hasil belajar matematika pada siklus I. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar kembali
32 dan menanyakan materi yang dianggap susah. Siswa berusaha membuka buku dan menghafalkan sebanyak mungkin. Menit-menit pertama siswa tampak serius dalam mengerjakan soalnya. Kurang lebih setengah jam kemudian, beberapa siswa mulai berbicara. Ada siswa yang menunggu jawaban dan ada siswa yang berusaha bertanya ke teman sekitarnya. Kondisi ini membuat guru memperingatkan siswa. Guru menghimbau siswa untuk mengerjakan tidak dengan tergesa-gesa dan menegur siswa yang bertanya jawaban. Siswa menjadi lebih aktif lagi dalam mencari jawaban setelah guru memperingatkan. Siswa berkali-kali mencoba meminta jawaban dari temannya. Guru memperingatkan siswa untuk meneliti jawabannya jika sudah selesai, tetapi siswa semakin kacau dan panik. Kondisi baru membaik setelah seluruh siswa mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban pada guru. 4. Refleksi Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut. Pertemuan I Refleksi yang dilaksanakan peneliti terhadap penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran matematika kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Salatiga menunjukkan hasil yang cukup baik meskipun belum sesuai dengan indikator keberhasilan. Perbaikan yang dari siklus I antara lain adalah mengenai ukuran tulisan dalam media powerpoint, pemilihan warna tulisan dalam media powerpoint, kesesuaian alokasi waktu dalam RPP dan kenyataan, pemilihan anggota masing-masing kelompok, pemilihan soal diskusi yang akan dipresentasikan. Powerpoint sebagai alat bantu diharapkan memberikan kejelasan dalam penyampaian materi, sehingga haruslah maksimal. Kesesuaian alokasi waktu dapat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Tahap Think sudah berjalan dengan baik, namun belum maksimal. Beberapa siswa masih meminta jawab temannya, bukan dari hasil pemikirannya sendiri. Padahal tahap ini siswa diharuskan berpikir sendiri. Pada tahap ini, guru harus menegaskan bahwa saat tahap Think siswa harus berpikir sendiri. Pemilihan anggota kelompok pada tahap Pair disesuaikan dengan urutan meja. Hal ini mengakibatkan banyak kelompok terdiri dari anggota-anggota yang sudah akrab dan kurang homogen. Siswa pandai cenderung berdekatan dengan siswa yang pandai juga, hasilnya kemampuan antar kelompok tidak setara. Pada tahap Pair, guru harus
33 memperhatikan pemilihan kelompoknya. Hal ini diharapkan kelompok yang terbentuk memiliki kemampuan yang sama. Pertemuan II Pembelajaran belum berjalan sesuai rencana. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang terlambat masuk kelas. Keterlambatan siswa masuk ke kelas dipengaruhi oleh adanya waktu ibadah setelah istirahat kedua. Tahap Share sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ada yang perlu diperbaiki. Aturan presentasi yang masih perlu diperbaiki, terutama pada pemilihan soal diskusi yang akan dipresentasikan. Soal diskusi yang diberikan oleh guru nampak beragam tetapi berbeda tingkat kesukarannya. Nomor soal awal cenderung mudah dikerjakan, sedangkan nomor soal akhir menjadi soal tersulit. Hal ini mengakibatkan siswa berebut untuk terpilih presentasi di awal untuk soal yang mudah. Kurangnya respon siswa saat jalannya presentasi masih terlihat. Buktinya ialah cuma ada satu siswa yang bertanya pada kelompok yang presentasi. Kondisi-kondisi inilah yang dirasa perlu diadakan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Pertemuan III Hasil tes pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan. Peningkatan sangat tampak pada persentase ketuntasan serta nilai mean atau rata-rata kelasnya. Grafik yang menunjukkan data persentase ketuntasan siswa dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2. Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus I 23,8% (5 siswa) 76,2% (16 siswa)
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus I Gambar 4.2 menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada siklus I. Persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus I ini adalah 23,8%, sedangkan persentase siswa yang tuntas adalah 76,2%. Lima siswa dinyatakan tidak tuntas sedangkan 16 siswa lainnya tuntas KKM. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang sudah
34 memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 76 pada tes. Deskripsi dan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil belajar matematika siswa pada siklus I Siklus I N
Valid Missing
Mean Std. Deviation Minimum Maximum
21 0 84.52 8.931 70 95
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa mean atau rata-rata kelas siswa mendapat 84,52. Rata-rata kelas ini sudah mengalami peningkatan sebesar 21,95. Rata-rata kelas yang diperoleh sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 76. Hal ini memberi arti bahwa model yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, terutama untuk siswa kelas XI Bahasa. Guna memantapkan model yang terapkan ini, perlu ada tindakan selanjutnya pada siklus II. Terlihat juga meningkatnya nilai minimal dan nilai maksimal dari pada nilai minimal dan maksimal saat prasiklus. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai minimal dan nilai maksimal siklus I ialah 70 dan 95. Nilai terendah yang hampir memdekati KKM dan perbedaan yang tidak terlalu jauh antara nilai minimal dan nilai maksimal inilah yang mempengaruhi hasil rata-rata kelas. C. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan siklus II hampir sama dengan perencanaan siklus I. Pembedanya hanya pada penambahan pada poin-poin yang direfleksikan pada siklus sebelumnya. Perencanaan seperti pembuatan RPP yang sesuai dengan kenyataan, pembuatan materi dan soal dalam media powerpoint, dan pembagian anggota kelompok dilakukan dengan cara mengurutkan. Keterlambatan siswa dalam masuk kelas yang menghambat proses belajar mengajar memerlukan perhatian khusus. Penanganan yang dilakukan adalah dengan membuat kesepakatan antara guru dan siswa sebelum dimulainya pelajaran. Siswa diajak untuk membuat kesepakatan yang nantinya akan disepakati secara bersama-sama. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 10
35 termasuk slide yang ditampilkan dalam media powerpoint. Siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama, dilaksanakan hari kamis tanggal 8 mei 2014. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana guru menyampaikan materi, dilanjutkan dengan tahap Think dan tahap Pair. Pertemuan kedua, dilaksanakan hari sabtu tanggal 10 mei 2014. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana guru melanjutkan tahap Share. Presentasi kelompok dipilih secara acak melalui pengundian menggunakan batang korek api. Pertemuan ketiga, dilaksanakan hari sabtu tanggal 17 mei 2014. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) dimana dilaksanakan tes hasil belajar matematika pada siklus II. 2. Tindakan Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dalam siklus II yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Penjelasan tiap pertemuan sebagai berikut. Pertemuan I Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan apersepsi. Guru memberi salam dan mengabsen siswa. Guru mengajak siswa untuk membuat kesepakatan bersama yang ditaati selama pelajaran matematika berlangsung. Guru memberikan contoh, guru tidak akan marah di kelas apapun kondisinya. Guru hanya memberikan nasehat kepada siswa dan sebagai gantinya, siswa dilarang untuk menggunakan handphone dan mengobrol selama pelajaran berlangsung. Siswa diberikan kesempatan 5 menit sebelum pelajaran pada setiap pertemuan untuk menggunakan handphone dan mengobrol. Siswa yang melanggar akan disita handphonenya selama pelajaran berlangsung. Penjelasan guru cukup dimengerti siswa. Siswa nampak tidak keberatan dan tidak mengajukan pertanyaan. Kesepakatan diberlakukan mulai pada hari ini, sehingga siswa masih boleh menggunakan handphone pada 5 menit pertama. Guru mendiamkan siswa selama 5 menit dengan memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan handphone. Siswa masih nampak ramai dan mengobrol. Waktu 5 menit habis, guru menghimbau siswa untuk memasukkan barang-barang yang tidak berhubungan dengan pelajaran ke dalam tas. Siswa langsung menaati dengan memasukkan handphonenya ke dalam tas. Guru mengajak siswa untuk mulai belajar.
36 Guru menjelaskan materi apa yang hendak disampaikan dan tujuan dari mempelajari materi ini. Penjelasan guru dimulai ketika siswa sudah memahami tujuan dari mempelajari materi yang baru. Guru menjelaskan materi sesuai dengan yang ada di slide dan memberikan beberapa contoh soal. Guru memulai tahap Think dengan memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Guru menegaskan pada siswa bahwa pada tahap ini siswa harus mengerjakan secara individu dan tidak diperkenankan untuk meminta jawaban dari temanya. Siswa mengerjakan secara perseorangan, beberapa siswa nampak bertanya sesekali untuk memastikan jawabannya. Tahapan Pair dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok. Guru membagi siswa dengan meminta siswa berhitung dari angka 1 hingga angka 5 secara berulang. Siswa yang menyebutkan angka yang sama, menjadi anggota satu kelompok. Setelah siswa masuk dalam kelompok, guru membagikan soal untuk didiskusikan secara bersamaan. Siswa nampak asing dengan pembagian kelompok ini, karena beberapa teman akrabnya tidak dalam satu kelompok yang sama. Siswa terlihat lebih kondusif, karena siswa yang ramai tidak berada dalam satu kelompok. Kondisi ini berlangsung hingga akhir pelajaran. Guru menjelaskan kembali materi apa saja yang sudah diterima siswa selama pelajaran. Guru tak lupa mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang didiskusikan di rumah sebagai persiapan untuk pertemuan berikutnya. Pertemuan II Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi. Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapkan siswa dalam presentasi. Guru memberikan kesempatan 15 menit untuk siswa menggunakan handphone, mengobrol, dan beribadah. Alokasi waktu untuk kesepakatan ditambah dikarenakan jam pelajaran yang sama dengan jam ibadah siswa. Kompensasi diberikan pada siswa yang beribadah. Hal ini supaya seluruh siswa sudah berkumpul ketika hendak dimulai pelajaran. Siswa tampak senang dengan kompensasi ini. Pemberian waktu kompensasi habis dan siswa telah menyelesaikan ibadahnya. Siswa diajak untuk memulai pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai pada pertemuan kali ini yaitu mendalami materi dengan Share. Guru mengundi anggota kelompok dan kelompok yang akan melakukan share di depan kelas. Cara pengundian kelompok yang hendak presentasi ditentukan dengan menggunakan batang korek api. Terpilihnya kelompok
37 yang presentasi, akan dilanjutkan dengan pengundian anggota kelompok yang hendak mewakili dengan menggunakan batang korek api juga. Anggota kelompok yang terpilih akan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk soal yang pertama. Soal nomor berikutnya akan dipresentasikan oleh kelompok lain dengan cara mengundi. Kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, tidak ikut melakukan pengundian sehingga terbebas dari presentasi nomor berikutnya. Tahap Share berhenti setelah seluruh nomor soal berhasil dipresentasikan oleh kelompok yang terpilih secara acak. Siswa dihimbau untuk memperhatikan selama tahap ini berlangsung. Guru memperingatkan siswa ketika siswa mulai tidak mendukung proses belajar mengajar. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya atau menyanggah hasil diskusi dari kelompok yang presentasi setelah kelompok yang presentasi selesai. Guru memberi kesempatan untuk kelompok yang presentasi menjelaskan. Guru mengkonfirmasi dan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang kurang dipahami. Akhir pertemuan, guru mengingatkan siswa mengenai materi apa saja yang sudah dipelajari. Guru mengajak siswa untuk menyebutkan rumus apa saja yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Guru memberi salam dan mengingatkan siswa untuk belajar, dikarenakan akan dilaksanakan tes pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan III Kegiatan pembelajaran ini dimulai pada hari Sabtu, 17 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, mengabsen siswa, dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan diteskan selama 15 menit. Guru membagi soal dan lembar jawab pada masing-masing siswa. Guru menjelaskan langkah pengerjaan soal tes. Pertama, siswa harus menjawab di lembar soal terlebih dahulu. Siswa diminta untuk terlebih dahulu mengisi jawaban di lembar soal, baru dilanjutkan mengisi jawaban di lembar jawaban. Guru mengawasi siswa selama mengerjakan soal tes hasil belajar siklus I dalam kurun waktu 75 menit. Guru memperingatkan siswa untuk mengerjakan soal tes secara individu dan memperingatkan siswa yang mencoba bertanya pada temannya. Guru meminta siswa mengerjakan dengan teliti dan tidak tergesa-gesa. Mendekati waktu pengumpulan, siswa diingatkan untuk meneliti jawabannya dan mengingatkan siswa untuk mengisi jawaban di lembar jawab dengan lengkap. Waktu tes berakhir, guru
38 munyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, baik soal maupun lembar jawab. Guru mengakhiri pertemuan kali ini dengan mengucapkan salam. 3. Pengamatan Pertemuan I Observasi pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa proses belajar mengajar sesuai dengan yang terdapat dalam RPP. Kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II, baik mengenai materi maupun pemilihan kelompok. Pada tahap Think, siswa terlihat mampu mengerjakan soal yang diberikan secara individu. Beberapa siswa terlihat bertanya sesekali untuk menanyakan apakah hasil jawabannya tepat atau kurang tepat. Kondisi siswa selama diskusi atau pada saat Pair nampak baik, siswa dapat berkomunikasi dengan baik. Beberapa siswa terkadang terlihat sedang bergurau, tetapi kondisi kelas masih kondusif. Guru berulangkali mengingatkan siswa supaya melakukan diskusi dengan temannya dan bukan bercanda. Guru aktif berkeliling untuk memantau perkembangan diskusi siswa. Akhir pertemuan guru menutup dengan mengkonfirmasi pemahaman siswa pada pertemuan hari ini. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari hasil diskusi dengan baik. Guru menutup pertemuan pertama sesuai dengan RPP. Pertemuan II Observasi pada pertemuan kedua dilakukan dengan lembar observasi yang berbeda disesuaikan dengan tahapan Share dalam model pembelajaran. Guru melakukan tindakan sesuai dengan yang tertera dalam RPP. 4. Refleksi Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus II adalah sebagai berikut. Pertemuan I Pembelajaran sudah berjalan sesuai rencana. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Tampilan materi yang disajikan oleh guru sudah dapat diterima oleh siswa dan tidak ada pertanyaan mengenai ukuran tulisan maupun pemilihan warna. Hal ini yang membuat Kondisi kelas kondusif selama pembelajaran berlangsung. Siswa yang memainkan handphone selama pelajaran sudah tidak ditemui lagi. Siswa yang sering bercanda lebih teratasi dengan sistem pembagian kelompok
39 yang acak. Kondisi ini menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam siklus I sudah dapat diatasi pada siklus II ini. Pertemuan II Pembelajaran sudah terlaksana sesuai rencana yang sudah diperbaiki dari siklus I. Terlihat semua siswa sudah tidak ada yang terlambat masuk kelas. Hal ini dikarenakan guru sudah memberi toleransi waktu selama 15 menit setelah bel tanda masuk pada istirahat kedua untuk ibadah. Semua siswa terlihat siap untuk untuk presentasi. Presentasi pun dapat berjalan lancar, tidak seperti pada siklus I yang masih menunggu siswa yang belum masuk kelas sebelum memulai presentasi. Respon siswa terhadap jalannya presentasi sudah sangat baik. Hal ini terbukti dari tiga perwakilan siswa dari masing-masing kelompok yang mengajukan pendapat pada kelompok yang presentasi. Banyaknya siswa yang bertanya atau beda pendapat membuktikan bahwa siswa memahami materi. Pertemuan III Hasil tes pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan. Peningkatan sangat tampak pada persentase ketuntasan serta nilai mean atau rata-rata kelasnya dari Prasiklus maupun siklus I. Grafik yang menunjukkan data persentase ketuntasan siswa dilihat pada Gambar 4.3
Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus II 9,5% (2 siswa) Tuntas Tidak Tuntas 90,5% (19 siswa)
Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Siswa pada Siklus II Gambar 4.3 menunjukkan bahwa persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus II adalah 9,5% atau 2 siswa yang tidak tuntas, sedangkan persentase siswa yang tuntas adalah 90,5% atau 19 siswa yang tuntas. Presentase ketuntasan pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar dari Prasiklus maupun siklus I. Guna mengetauhi lebih jelas data hasil belajar matematika siswa pada siklus II dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3.
40 Tabel 4.3 Hasil belajar matematika siswa pada siklus II Siklus II N
Valid
Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum
21 0 86.676 9.8804 60.0 100.0
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai minimal dan nilai maksimal siklus I ialah 60 dan 100. Nilai tertinggi 100 dicapai oleh 3 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat siswa yang dapat menyelesaikan seluruh soal tes pada siklus II dengan benar. Tabel 4.3 juga menunjukkan mean atau rata-rata kelas siswa mendapat 86,676. Rata-rata kelas ini sudah mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 2,156. Rata-rata kelas sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 76. Hal ini berarti tidak diperlukannya lagi siklus tambahan untuk pemantapan. Penelitian ini berhenti pada siklus II. D. Pembahasan Hasil Belajar Matematika Antar Siklus Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masingmasing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Siklus I membahas materi mengenai peluang kejadian, peluang komplemen suatu kejadian, dan frekuensi harapan suatu kejadian. Siklus II membahas materi mengenai peluang saling lepas dua kejadian, peluang saling bebas dua kejadian dan peluang bersyarat dua kejadian. Pembelajaran tiap siklus menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantu media Powerpoint. Powerpoint yang dimaksud adalah media yang digunakan sebagai alat bantu penyampaian materi. Hasil pengamatan siklus I menunjukkan bahwa siswa tertarik untuk memperhatikan penjelasan materi. Penyampaian materi dengan powerpoint merupakan cara penyampain materi yang belum pernah dilakukan oleh guru matematika sebelumnya. Ketertarikan siswa hanya berlangsung sementara karena siswa kembali bermain handphone, mengobrol, dan yang paling parah mencoba bermain kartu uno. Teguran dari guru cukup memberi efek jera pada siswa. Siswa menjadi memperhatikan dan jarang mengobrol. Powerpoint yang digunakan oleh guru kurang memperhatikan kondisi siswa. Tulisan yang digunakan kurang besar dan penggunaan warna kurang kontras. Siswa deretan
41 belakang susah untuk melihat. Hal ini luput dari perhatian guru, sehingga guru harus mengganti terlebih dahulu ukuran tulisan yang terdapat dalam slide sebelum melanjutkan materi. Kekurangan-kekurangan dalam siklus I tersebut menjadi perhatian untuk dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Kelebihan yang sudah dilakukan pada siklus I adalah guru sudah mampu menegur dan membuat siswa tertarik dalam pelajaran. Teguran yang dilayangkan pada siswa, cukup membuat siswa menjadi perhatian. Guru juga mampu menarik perhatian siswa dengan menggunakan media powerpoint. Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa masih ada 5 sisa yang belum tuntas dari 21 siswa. Hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa siswa yang sering masuk kelas terlambat, sudah tidak terlambat lagi. Siswa yang sering menggunakan handphone di kelas dan siswa yang mencoba bermain kartu uno, sudah tidak ditemui lagi selama pelajaran berlangsung. Kondisi ini dikarenakan kesepakatan yang dilaksanakan bersama antara guru dan siswa. Guru memberikan kelonggaran kepada siswa dan siswa menaati peraturan selama pelajaran. Hal ini menjadi kelebihan dari siklus II yang tidak ditemui dari siklus sebelumnya. Pembagian kelompok secara acak membuat siswa lebih membaur. Kondisi ini membuat siswa yang ramai menjadi sekelompok dengan siswa lain yang pendiam. Proses diskusi dalam kelompok menjadi kurang hidup karena beberapa siswa tidak berbicara dan memilih untuk mengerjakan saja. Presentasi kelompok menunjukkan bahwa siswa lebih partisipasif daripada siklus sebelumnya. Kendati demikian tidak semua kelompok mendapat sanggahan atau pertanyaan dari kelompok lain. Penelitian ini menghasilkan data hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Data hasil belajar siklus I dapat dilihat pada lampiran 11 dan data hasil belajar siklus II dapat dilihat dalam lampiran 12. Perbandingan statistik deskriptif berupa nilai terendah, nilai tertinggi, dan nilai rata-rata pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil belajar matematika antarsiklus siswa Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II Nilai terendah 45 70,0 60,0 Nilai tertinggi 80 95,0 100,0 Nilai rata-rata 62,57 84,52 86,67 Standar Deviasi 11,52 8,93 9,88 Tabel 4.4 menunjukkan perubahan nilai terendah dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tersebut yaitu 45, 70, dan 60. Perubahan nilai terendah dari
42 Prasiklus menuju siklus I sebesar 25. Hal berbeda ditunjukkan pada perubahan nilai terendah dari siklus I menuju siklus II, yang justru menurun 10. Penurunan nilai terendah dari siklus I ke siklus II dikarenakan materi yang disampaikan pada siklus II merupakan kelanjutan materi siklus I. Tabel 4.4 juga menunjukkan nilai tertinggi pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tertinggi pada Prasiklus hanya mencapai 80. Nilai tertinggi pada siklus I meningkat menjadi 95. Peningkatan juga terjadi pada siklus II menjadi 100. Hal ini menunjukkan bahwa siswa terus mengalami peningkatan. Nilai 100 pada siklus II juga menunjukkan bahwa terdapat siswa yang mampu menjawab seluruh soal tes dengan benar dan memperoleh nilai tertinggi. Deskriptif data pada Tabel 4.4 juga memperlihatkan nilai rata-rata Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata Prasiklus sebesar 62,57. Rata-rata kelas yang diperoleh siswa meningkat pada siklus I sebesar 21,95 menjadi 84,52. Rata-rata kelas meningkat kembali pada siklus II menjadi 86,676. Peningkatan rata-rata paling besar terjadi pada siklus I walaupun pada siklus II juga terjadi peningkatan. Walaupun terjadi dua kali peningkatan, namun peningkatan nilai rata-rata pada siklus I lebih tinggi dibandingkan peningkatan nilai rata-rata pada siklus II. Data hasil belajar siswa mulai dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II juga menunjukkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas adalah siswa yang telah melampaui KKM yaitu sebesar 76. Siswa yang belum melampaui KKM dinyatakan belum tuntas. Gambar 4.4 menyajikan persentase ketuntasan antar siklus dalam bentuk diagram.
dalam persen
Persentase Ketuntasan antarsiklus 100 50
76,2 14,3
90,5
85,7
23,8
0
Pra Siklus
9,5
Siklus I Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4.4 Diagram persentase ketuntasan antar siklus Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan hasil belajar dari Prasiklus sampai siklus 2. Persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada siklus I yakni 16 siswa atau 76,2% dari 21 siswa yang mendapat nilai di
43 atas KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan dengan persentase ketuntasan Prasiklus siswa yakni 61,9%, dimana hanya 3 siswa atau 14,3% dari 21 siswa yang tuntas. Peningkatan persentase ketuntasan juga terjadi siklus II yakni 10% dari siklus I menjadi 85,7%. Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan berbantuan media powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini di samping menghasilkan data hasil belajar matematika, juga menemukan kondisi hasil belajar siswa yang berbeda. Melihat pada lampiran 10, ditemukan 2 siswa yang selalu tuntas pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Kedua siswa tersebut merupakan siswa yang pandai. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru bahwa kedua siswa tersebut merupakan siswa yang cepat paham. Di samping penemuan kedua siswa yang selalu tuntas, ditemukan pula seorang siswa yang hanya tidak tuntas pada siklus I. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 75. Nilai ini mendekati nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Siswa ini selama siklus I berlangsung tidak pernah absen atau membuat ramai kelas. Siswa ini adalah siswa yang pendiam dan tidak banyak bicara tetapi sesekali nampak siswa ini menggunakan handphone di kelas. Tidak ditemukan alasan ketidaktuntasan siswa tersebut pada siklus. Peneliti beranggapan ketidaktuntasan siswa ini pada siklus I dikarenakan faktor lain di luar proses pembelajaran. Selain itu, terdapat 2 siswa yang selalu tidak tuntas baik dalam prasiklus, siklus I dan siklus II. Kedua siswa ini merupakan siswa yang kurang pandai menurut guru dan siswa yang pendiam. Posisi bangku siswa cukup dekat dengan guru, tetapi tidak pernah bertanya. Kedua siswa tidak berada dalam satu meja yang sama baik dalam tahapan Think maupun Share. Nilai yang diperoleh siswa pertama pada prasiklus adalah 45, lalu naik menjadi 70 pada siklus I, dan terakhir turun menjadi 66,7 pada siklus II. Nilai siswa kedua pada prasiklus adalah 48 kemudian naik menjadi 70 pada siklus I dan turun pada siklus II menjadi 60. Kedua siswa ini menunjukkan peningkatan nilai pada siklus I, tetapi nilai yang diperoleh masih di bawah KKM. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki siswa. Hasil penelitian tidak hanya data hasil tes, tetapi juga data hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa dan kondisi kelas. Pengamatan dilakukan sebelum siklus dan selama siklus. Hasil pengamatan tersebut kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaannya. Pengamatan kondisi siswa sebelum penelitian menunjukkan sikap tidak peduli terhadap guru dan suka mengobrol dengan teman. Sikap siswa mengindikasikan bahwa siswa belum siap untuk belajar dan dipaksakan menerima pelajaran. Hanya siswa tertentu
44 saja yang bertanya kepada guru. Tidak seluruh siswa mempunyai keinginan untuk belajar. Siswa yang tidak bisa, lebih memilih diam dan tidak bertanya. Siswa merasa takut untuk bertanya kepada guru pengampu matematika. Akibatnya siswa cenderung mencontek ketika diberikan tugas oleh guru. Jumlah siswa yang bisa mengerjakan soal secara individu sangat sedikit. Kondisi ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa pun tidak bisa maksimal. Pemberian tindakan pada kelas Bahasa dinilai tepat. Hal ini dapat dilihat dalam hasil belajar siswa pada setiap siklus dan pada kondisi siswa di kelas. Siswa yang terbiasa membuat keributan dan memancing perhatian, sudah tidak ditemukan lagi. Siswa sudah tertib, yaitu dengan tidak menggunakan handphone selama pelajaran berlangsung. Siswa tidak takut untuk bertanya bahkan menyanggah saat presentasi. Kondisi ini tidak ditemui sebelum dilakukannya tindakan.