dinaikkan dari ¼ u/hr menjadi ½ u/hr. Gradien ini lebih dari atau sama dengan gradien garis A dan garis-garis ini akan saling menyempit. Perubahan dari melebar menjadi menyempit menyebabkan perpindahan titik kontrol kedua aktivitas. Garis produksi A dan B tetsp seperti sebelumnya, tapi titik kontrol baru, cp(AC) ditunjukkan dalam gambar 2.8 terletak di hari ke-18 di unit 6. Gradien garis untuk D, E dan F tetap sama seperti di gambar 2.8, tapi karena perubahan gradien garis C, garis produksi C dan D akan saling melebar dan titik kontrol cp(CD)akan berpindah ke hari 12 di unit 1, garis D sekarang bermula pada hari ke-12 dan berakhir hari ke-30, berakibat durasi proyek bertambah 1 hari. Peningkatan gradien aktivitas C tidak dapat mengurangi durasi seperti yang diharapkan, tapi malah menambah durasi proyek. Hal yang menjadi paradox ini akan dijelaskan di bawah. Seperti sebelumnya, CS untuk aktivitas-aktivitas dalam gambar 2.8 didapat dengan penelusuran akhir proyek sepanjang garis F sampai ke cp(DF) di hari ke-30. Penelusuran akan berpindah ke garis D dan turun menuju titik kontrol cp(CD) di hari ke-12. Di titik ini penelusuran bergerak sepanjang panah FTS menuju garis C yang dikontrol oleh cp(AC) pada hari ke-18 unit 6. Penting untuk diperhatikan bahwa titik kontrol cp(AC) terjadi terlebih dahulu dari titik kontrol cp(CD). Sebagai akibatnya, penelusuran CS garis C bergerak maju, bukannya mundur. Penelusuran kemudian akan melalui LT antara aktivitas A dan C lalu menuju ke garis A melalui panah FTS. Penelusuran akan bergerak menuruni garis A menuju awal proyek. CS memuat aktivitas yang digambar pada garis dobel dan garis tebal. Paradox bahwa memprcepat durasi aktivitas berakibat menambah durasi proyek, dapat dijelaskan dengan mengacu pada gambar 2.8. Ketika gradien garis C
ditambah, garis produksi C berotasi berlawanan arah jarum jam dan gradien C yang baru menjadi sama atau lebih besar dari gradien A. Karenanya titik kontrol cp(AC) sekarang terletak di unit 6. Juga gradien C menjadi lebih besar dari gardien D dan titik kontrol cp(CD) sekarang terletak di unit 1 di hari ke-12. Perubahan letak cp(CD) ini memaksa posisi garis D untuk mulai satu hari lebih lambat dari sebelumnya. Sebagai akibatnya, durasi proyek bertambah satu hari. Sebagai analogi dapat digambarkam seperti garis C menendang kaki garis D.
Gambar 2.8 Diagram RSM untuk proyek enam unit setelah menaikkan gradien C.
9
BAB III METODOLOGI 3.1 Penjelasan Diagram Alir metodologi. 3.1.1 Identifikasi dan perumusan masalah. Tugas akhir ini merupakan tugas akhir jenis penelitian yang mengambil objek penelitian pada proyek Ciputra World Mall Surabaya, adapun permasalahan yang ingin dibuktikan pada proyek tersebut adalah untuk mengetahui apakah metode RSM (Repetitive Scheduling Method) ini dapat diterapkan pada proyek tersebut, sehingga didapatkan durasi dan biaya upah pekerja yang baru serta dapat diketahui apakah pengaruhnya terhadap waktu durasi dan biaya proyek keseluruhan pada proyek tersebut, karena mungkin ada beberapa perubahan mengenai alokasi sumberdaya. 3.1.2 Studi literatur. Dalam studi literatur ini, yang dilakukan adalah secara khusus mempelajari tentang Repetitive Schedulling Method (RSM) yang berupa pengertian dari RSM serta beberapa bagian dari metode RSM seperti garis-garis produksi yang saling menyempit (konvergen), garisgaris produksi yang saling melebar (divergen), titik control (control point), controlling sequence, dll. Literatur-literatur tersebut didapatkan dari : 1. 2. 3. 4.
Data Primer meliputi : observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui jumlah grup pekerja untuk setiap aktivitas dan urutan pekerjaan. Data sekunder meliputi : daftar analisa harga satuan proyek, daftar durasi pekerjaan proyek, gambar tampak dan denah bangunan proyek. 3.1.3.2 Sumber data. Sumber dari data-data diatas tersebut didapatkan dari proyek pembangunan Ciputra World Mall, Surabaya. selaku kontraktor yaitu PT. Adhi Karya (Persero) tbk. 3.1.4 Pengolahan data. 3.1.4.1 Menguraikan item pekerjaan yang dibutuhkan menurut WBS. Setelah data-data yang dibutuhkan telah didapatkan, selanjutnya aktivitas-aktivitas yang terdapat pada data-data tersebut diurutkan menurut urutannya masing-masing. Prosedur untuk mengurutkan kegiatan-kegiatan tersebut diuraikan di bawah ini : 1.
Memecah item-item pekerjaan menurut WBS (Work Breakdown Stucture) proyek tersebut. Dari WBS proyek dapat diketahui item pekerjaan dan apa saja kebutuhan material yang ada didalam pekerjaan struktur utama, sehingga memudahkan untuk menerapkan metode RSM ini kedalamnya.
2.
Menganalisa pekerjaan struktur utama yang akan ditinjau, khususnya pekerjaan yang berulang. Meskipun banyak diantara aktivitas-aktivitas dapat dijalankan bersamaan, aktivitas-
Text book. Internet. Journal. Tugas akhir.
3.1.3 Pengumpulan data proyek. 3.1.3.1 Jenis data. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, diperlukan beberapa data-data penunjang. Jenis data yang 10
digunakan pada penyusunan tugas akhir ini antara lain :
aktivitas tersebut dibatasi oleh urutan-urutan pekerjaan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh : pengecoran beton dilakukan setelah pemasangan bekisting dan tulangan, pemasangan penutup atap dilakukan setelah pemasangan kuda-kuda atap. 3.1.4.2
Penyusunan diagram RSM. Setelah hubungan antar aktivitas selesai dibuat, maka aktivitas-aktivitas tersebut disusun dalam diagram RSM. Prosedur penyusunan diagram RSM akan diuraikan di bawah ini. Urutan langkah penerapan analisa RSM : Menentukan Volume pekerjaan : Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan volume pekerjaan dari aktivitas apa saja yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan proyek. Daftar volume tiap pekerjaan didapatkan dari data eksisting proyek pembangunan Ciputra World Mall Surabaya. Data volume pekerjaan yang di dapatkan dari proyek tersebut hanyalah sementara sehingga kurang valid untuk dianalisa. Menentukan Produktivitas pekerja : Indeks produktivitas pekerja yang dipakai di dalam perhitungan Tugas Akhir ini adalah 1,0. Dimana angka tersebut didapatkan dari kondisi rata-rata di Gulf Coast USA (1962-1963), (Soeharto, 1998). Menentukan hubungan lohis antar aktivitas : Setelah daftar semua aktivitas didapat, langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan logis antar aktivitas. Meskipun banyak diantara aktivitas-aktivitas dapat dijalankan bersamaan, aktivitasaktivitas tersebut dibatasi oleh urutan-urutan pekerjaan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh : pengecora beton dilakukan
setelah pemasangan bekisting dan tulangan, pemasangan penutup atap dilakukan setelah pemasangan kuda-kuda atap. Penyusunan hubungan ketergantungan urutan kerja yang logis dapat dilakukan dengan mempertanyakan beberapa pertanyaan berikut pada tiap aktivitas yang ada : 1. Aktivitas-aktivitas apa saja yang harus mendahului aktivitas ini? 2. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dapat dikerjakan secara bersamaan dengan aktivitas ini? 3. Aktivitas-aktivitas apa saja yang harus mengikuti aktivitas ini? Dengan demikian tiap aktivitas akan diuji dan urutan kerja aktivitas-aktivitas dapat ditentukan. Dari keseluruhan rangkaian aktivitas yang ada ditentukan sebagian rangkaian aktivitas yang repetitive. Rangkaian aktivitas yang repetitive terdiri dari aktivitasaktivitas yang dilakukan pada tiap tahap yang berulang. Penyusunan Network Diagram : Menggambar tiap aktivitas ke dalam garis-garis produksi aktivitas dengan memperhatikan hubungan antar aktivitas. Tiap unit digambar dari awal unit ke akhir unit dengan panjang horizontal menunjukkan durasi aktivitas dan panjang vertical menunjukkan satu unit/satu lantai. Dalam analisa RSM ini aktivitas-aktivitas yang sama dikerjakan oleh satu regu pekerja yang sama, sehingga setiap garis produksi aktivitas dapat pula dianggap sebagai garis produksi regu pekerja. Resource Allocation : Setelah garis produksi digambar, lalu dilakukan alokasi tenaga kerja untuk tiap aktivitasnya. Alokasi pekerja ini dilakukan sesuai 11
dengan jumlah pekerja yang tersedia dilapangan. Karena kebutuhan untuk penggunaan sumber daya yang tidak terputus, aktivitas-aktivitas tertentu dijadwalkan untuk menggunakan waktu slack-nya secara maksimal sehingga memaksa aktivitas tersebut menjadi kritis.
Dimana angka koefisien pekerjaan didapatkan dari Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) yang dikeluarkan oleh pemkot Surabaya, harga upah/bahan pekerja yang dipakai disamakan dengan harga upah/bahan pada saat proyek berlangsung dan volume pekerjaan didapatkan dari data lapangan.
3.1.4.3 Perhitungan durasi untuk tiap aktivitas.
3.1.4.5 Mencari beberapa alternatif untuk mengoptimalkan pekerja. Dalam mengoptimalkan pekerja dilapangan, maka terdapat beberapa alternatif yang akan digunakan untuk membuatnya optimal. Alternatif tersebut antara lain : 1. Menggeser kegiatan yang sama dan mengubah garis produksi sesuai dengan ketersediaan pekerja dilapangan. 2. Mengubah garis produksi tenaga kerja hingga sesuai dengan ketersediaannya dilapangan. 3. Menambah pekerja sesuai dengan yang dibutuhkan. 4. Mengubah gradient garis produksi beberapa aktivitas yang berpengaruh besar terhadap waktu sampai maksimum.
Perhitungan durasi untuk tiap aktivitas, terutama yang dikerjakan dengan metode RSM didapatkan dengan rumus :
Durasi
Volume produktivitas
Diasumsikan bahwa volume pekerjaan pada tiap aktivitas sama dengan yang didapatkan dari data proyek Ciputra World Mall Surabaya, sedangkan produktivitas dari tiap pekerjaan tersebut didapatkan dari jumlah pekerja yang di-assign untuk aktivitas tersebut. 3.1.4.4 Perhitungan biaya RAB. Rencana Anggaran Biaya bangunan atau sering disingkat RAB adalah perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun. Perhitungan RAB untuk tiap aktivitas yang dikerjakan dengan metode RSM menggunakan rumus :
3.1.6 Perbandingan eksisting.
dengan
schedule
Setelah mendapatkan waktu dan biaya dari pekerjaan yang di hitung dengan menggunakan RSM, lalu di banding dengan waktu dan biaya eksisting proyek Ciputra World Mall Surabaya.
3.1.7 Kesimpulan dan saran. Biaya = (Angka Koefisien*Harga upah/bahan)*volume pekerjaan.
12
Setelah diketahui durasi tiap-tiap aktivitas dan jumlah biaya upah pekerja yang baru,
maka akan dibandingkan dengan durasi tiap-tiap aktivitas dan jumlah biaya upah pekerja proyek yang sesungguhnya. Dari kedua perbandingan tersebut maka dapat diambil kesimpulan tentang penerapan metode RSM ini kedalam proyek Ciputra World Mall Surabaya.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.2 Penerapan metode RSM. Setelah mendapatkan data-data proyek yang diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah mengubah penjadwalan eksisting menjadi diagram RSM.
3.2 Gambar diagram alir metodologi. Dari langkah-langkah penelitian diatas, maka dapat disajikan dalam diagram alir sebagai berikut :
4.2.1 Identifikasi kebutuhan tenaga kerja per aktivitas. Langkah pertama dalam penyusunan tenaga kerja adalah memilih beberapa aktivitas yang bersifat repetitive, pada proyek Ciputra World Mall ini terdapat 16 aktivitas utama (bersifat repetitif) yang dipilih dari seluruh jadwal, aktivitas-aktivitas tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pekerjaan pembesian shearwall. Pekerjaan bekisting shearwall. Pekerjaan pengecoran shearwall. Pekerjaan pembesian kolom. Pekerjaan bekisting kolom. Pekerjaan pengecoran kolom. Pekerjaan pembesian balok dan pelat lantai. 8. Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai. 9. Pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai. 10. Pekerjaan pembesian tangga. 11. Pekerjaan bekisting tangga. 12. Pekerjaan pengecoran tangga. 13. Pekerjaan pasangan dinding dan partisi. 14. Pekerjaan pemasangan plafond. 15. Pekerjaan finishing lantai. 16. Pekerjaan finishing dinding. 4.2.2 Hubungan antar aktivitas. Langkah selanjutnya yaitu menentukan hubungan logis antar aktivitas diatas :
13
Tabel 4.2 Tabel hubungan antar aktivitas pada diagram RSM. No 1 2 3
Predecessor
Pembesian Shearwall Pemasangan bekisting shearwall
7 8 9 10 11
Pengecoran shearwall Pembesian balok dan pelat lantai Bekisting balok dan pelat lantai Pengecoran balok dan pelat lantai Pembesian kolom Bekisting kolom Pengecoran kolom Bekisting tangga Pembesian tangga
12
Pengecoran tangga
13
Pekerjaan dinding dan partisi
14
Pemasangan plafond
15
Pekerjaan finishing lantai
4 5 6
Sucessor Pemasangan bekisting shearwall Pengecoran shearwall Pembesian balok dan pelat lantai Bekisting balok dan pelat lantai Pengecoran balok dan pelat lantai
Hubungan Logis SS + 1D FS FS SS + 1D FS
Pembesian kolom
FS + 3D
Bekisting kolom Pengecoran kolom Bekisting tangga Pembesian tangga Pengecoran tangga Pekerjaan dinding dan partisi Pemasangan plafond Pekerjaan finishing lantai Pekerjaan Finishing dinding
SS + 1D FS FS FS - 1D FS FS FS
Perbandingan total biaya eksisting dan beberapa alternatif RSM. Dari diagram RSM eksisting dan beberapa alternatif diatas, dapat diperoleh durasi dan biaya upah pekerja total. Sehingga jika dilihat perbandingan jumlah total biaya (baik itu biaya langsung maupun biaya tidak langsung) serta durasi total untuk setiap diagram yang dibuat,dapat kita bandingkan seperti terlihat pada tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Daftar perbandingan biaya dan waktu pada penjadwalan eksisting dengan beberapa alternatif.
FS FS
4.3 Alternatif yang digunakan dalam Tugas Akhir ini. Dalam penyusunan diagram diatas dapat diketahui bahwa ada kendala antara jumlah tenaga kerja yang harus disediakan per harinya dilapangan dengan ketersediaan pekerja dilapangan, untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam penjadwalan dengan menggunakan metode RSM, baik itu dari biaya dan waktu. Maka dalam tugas akhir ini akan digunakan beberapa alternatif untuk mengatasi kendala tersebut, alternatif tersebut antara lain : 4.3.1 Menggeser pekerjaan yang terdapat konflik tenaga kerja dan mengubah garis produksi sesuai dengan ketersediaan pekerja dilapangan. 4.3.2 Mengubah garis produksi tenaga kerja hingga sesuai dengan ketersediaannya dilapangan. 4.3.3 Menambah pekerja sesuai dengan yang dibutuhkan. 14
4.3.4 Merubah gradient garis produksi beberapa aktivitas yang berpengaruh besar terhadap waktu sampai maksimum.
Jadwal RSM (689 hari) Upah Pekerja
Rp
30.280.155.000,00
Biaya Operasional
Rp
12.456.476.021,64
Bahan/Material
Rp
435.987.114.129,24
TOTAL BIAYA
Rp
478.723.745.150,88
Alternatif 1 (703 hari) Upah Pekerja
Rp
30.235.355.000,00
Biaya Operasional
Rp
12.456.476.021,64
Bahan/Material
Rp
435.987.114.129,24
TOTAL BIAYA
Rp
478.678.945.150,88
Alternatif 2 (781 hari) Upah Pekerja
Rp
31.094.440.000,00
Biaya Operasional
Rp
12.456.476.021,64
Bahan/Material
Rp
435.987.114.129,24
TOTAL BIAYA
Rp
479.538.030.150,88
BAB V
Alte rnatif 3 (687 hari) Upah Pekerja
Rp 29.767.840.000,00
KESIMPULAN DAN SARAN
Biaya Operasional Rp 12.456.476.021,64 Bahan/Material
Rp 435.987.114.129,24
TO TAL BIAYA
Rp 478.211.430.150,88
5.1 Kesimpulan.
Alte rnatif 4 (346 hari) Upah Pekerja
Rp 33.257.800.000,00
Biaya Operasional Rp 12.456.476.021,64 Bahan/Material
Rp 435.987.114.129,24
TO TAL BIAYA
Rp 481.701.390.150,88
Seperti yang dilihat pada Tabel 4.13 bahwa, dari ke-empat alternatif diatas dapat diketahui bahwa setiap alternatif terdapat keuntungan dan kerugian masing-masing bila dibandingkan dengan jumlah durasi dan biaya pada jadwal eksisting. Pada alternatif 1, durasi total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek adalah 703 hari. Ini menandakan bahwa proyek tersebut mengalami kemunduran pada durasi sebesar 14 hari, tapi total biaya proyek dapat lebih dihemat sebesar Rp. 44.800.000,Sedangkan pada alternatif 2, dari segi biaya total proyek mengalami pembekakan sebesar Rp. 814.285.000,-. Sedangkan dari segi durasi penyelesaian proyek juga mengalami kemunduran sebesar 92 hari. Pada alternatif 3, durasi proyek mengalami percepatan hanya sebanyak 2 hari dari jadwal eksisting-nya. Tetapi dari segi biaya proyek dapat dihemat sebesar Rp. 512.315.000,-. Sedangkan durasi terpendek berada pada alternatif terakhir (alternatif ke-empat) dimana durasinya berhasil dipercepat menjadi 346 hari. Akan tetapi, hal ini mengakibatkan pembengkakan dari segi biaya proyek. Dimana durasi totalnya berubah sebesar Rp. 2.977.645.000,-.
1. Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa dengan aplikasi RSM pada pembangunan proyek Ciputra World Mall, kontinuitas pemakaian tenaga kerja dapat dijaga dengan tanpa mengganggu hubungan logis antar aktivitas. 2. Dari perubahan-perubahan yang diperoleh dari beberapa alternatif, didapatkan beberapa perbandingan biaya dan waktu yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Perbandingan biaya dan waktu pada beberapa alternatif anatara lain : Diagram RSM eksisting : Waktu = 689 hari. Total biaya = Rp. 478.723.745.151,Diagram RSM alternatif 1 : Waktu = 703 hari. Total biaya = Rp. 478.678.945.151,Diagram RSM alternatif 2 : Waktu = 781 hari. Total biaya = Rp. 479.538.030.151,Diagram RSM alternatif 3 : Waktu = 687 hari. Totalbiaya =Rp.478.211.430.151,Diagram RSM alternatif 4 : Waktu = 346 hari. Total biaya = Rp. 481.701.390.151,Dari beberapa alternatif diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, jika proyek tersebut ingin dilakukan penghematan dalam biaya dan waktu maka yang dipilih adalah alternatif 3. Dengan penghematan waktu sebesar 2 hari dan penghematan pada biaya sebesar Rp. 512.315.000,-. Sedangkan, jika proyek tersebut ingin lebih dipercepat sebesar 343 hari, tetapi dengan konsekuensi bahwa biaya total dari proyek tersebut akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 2.977.645.000,-. 15
Maka yang dapat dipilih adalah alternatif ke-4. 5.2 Saran. 1. Penjadwalan dengan metode RSM ini akan lebih dapat diterapkan dalam penjadwalan proyek sesungguhnya, jika proyek tersebut merupakan proyek yang bersifat horizontal (seperti : proyek jalan, pembangunan perpipaan, dll). 2. Perlu studi baru dan observasi mengenai kemungkinan alternatif-alternatif pelaksanaan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Ashley, D. B., 1980. ”Simulation of Repetitive Unit Construction”. Journal of the Construction Division. ASCE 106(2), 185-194. Barrie, Donald, S., Paulson, Boyd, C, JR., dan Sudinarto., 1995. ”Manajemen Konstruksi Profesional”. Jakarta, Erlangga. Ervianto, Wulfram I. 2004 . Manajemen Proyek Konstruksi . Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. F.H. Griffis and Farr, John V. 2000. Construction Planning for Engineers. Singapore: McGrawl-Hill International Editions. Harris, R. B., dan Ioannou, P. G., 1994. ”Scheduling Project with Repeating Activities”. Journal of Contruction engineering & Management. ASCE 124(4), 260-278. Laksito, B., 2005. ”Studi Komparatif Penjadwalan Proyek Konstruksi Repetitif Menggunakan metode Penjadwalan Berulang (RSM) dan Metode Diagram Preseden (PDM)”. Media Teknik Sipil, 85-92. Oberlender, G. D., 1998. ”Project Management for Engineering and Constuction”. McGraw-Hill International Edition. Project Management Institute.2004. A Guide to Project Mangement Body of Knowledge (PMBOK Guide).USA. Soedrajat, S. A., 1994. ”Analisa (Cara Modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan”. Bandung, Nova. Soeharto, Iman.1995 . Manajemen Proyek : dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta, Erlangga. Thomsett, Rob., 2002. ”Radical Project Management”. Jakarta, Erlangga.
16