SIMULASI POLA OPERASI WADUK PANDANDURI DENGAN OPTIMASI FAKTOR K IRIGASI M. Yura Kafiansyah1, Widandi Soetopo2, Jadfan Sidqi Fidari 2 1. Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono No. 167 Malang 65145 – Telp. (0341) 567886 Email1:
[email protected] ABSTRAK Waduk Pandanduri (29,690 juta m3) telah beroperasi sejak 2015, terletak di WS Lombok dan sebagai waduk regulator untuk meningkatkan cropping intencity (CI) 8 daerah irigasi (DI) dengan total areal irigasi 8.823 ha. Inflow dari sungai Palung, suplesi Babak-RenggungRutus (existing) dan suplesi B. Tempasan (rencana). Permasalahan waduk Pandanduri adalah rendahnya inflow tahunan. Keluaran akhir kajian adalah dapat memberikan pedoman operasi optimal. Tujuan kajian adalah memaksimumkan CI tiap DI, mengatur beban tampungan operasi tahun berikutnya (dV) dan mengetahui distribusi air dalam jaringan irigasi melalui optimasi faktor K. Proses simulasi optimasi pola operasi waduk (deterministik) dilakukan secara simultan dan menggunakan program linier (LP) serta keandalan (80%, 50% & 20%) dengan Ms. Excel 2013-VBA. Simulasi menggunakan skenario K = 100% dan optimasi faktor K dengan kombinasi awal musim tanam dan alternatif jenis tanam. Hasil K = 100%, waduk tidak mampu memaksimumkan CI tiap DI dan frekwensi distribusi air adalah tidak terdistribusi. Hasil CI optimasi K dengan kombinasi terbaik adalah DI Pandanduri = 289%, DI Swangi = 167%, DI sistem Rere Penembem = 246% dan dV = 67% serta frekwensi distribusi air adalah terdistribusi. Kesimpulan adalah melalui optimasi faktor K, hasil pedoman operasi menjadi optimal. Kata Kunci: simulasi, operasi waduk, optimasi, faktor K, program linier ABSTRACT Pandanduri reservoir (29,690 MCM) has been operational since 2015, located in Lombok River-Basin and as regulator to increase its cropping intencity (CI) for 8 irrigated area (DI) with 8.823 ha irrigation area. Inflow are from Palung river, suplesi BabakRenggung-Rutus (existing) and suppletion B. Tempasan (plan). The issue of Pandanduri reservoir are lack of annual inflow. The output of the study is the optimal operating rule. Objective of study is maximizing CI value, regulating storage assesment for next year operation (dV) and to discover the water distribution in irrigation network by K factor optimization. The reservoir operation rule of simulation optimization process carried out simultaneously and using linear programming (LP) and dependable flow (80%, 50% & 20%) by Ms. Excel 2013-VBA. The simulation is using K = 100% scenario and K factor optimization using combination of cropping season start and alternative cropping type. Result of K = 100% that the reservoir is unable to maximize the CI value for each DI and water distribution frequently undistributed. Result of CI value of the K factor optimization with the best combination are DI Pandanduri = 289%, DI Swangi = 167%, DI Rere Penembem system = 246% and dV = 67% also water distribution frequently distributed. Conclusion of this study is through optimization the K factor, the result of operating rule can be optimal. Keywords: simulation, reservoir operation, optimization, K factor, linear programming
PENDAHULUAN Waduk Pandanduri terletak di WS Lombok, volume efektif 29,690 106 m3 dan melayani irigasi 8.823 ha untuk 3 daerah irigasi (DI), DI Pandanduri, DI Swangi dan DI Sistem Rere Penembem. Inflow waduk dari HLD BabakRenggung-Rutus (existing) dan rencana east diversion (HLD B. Tempasan / Qsup). Masalahan yang terjadi adalah penurunan kinerja waduk karena minimnya inflow waduk dan pola operasi waduk yang tidak mempertimbangkan faktor K irigasi. Hal ini dibuktikan dengan data dari BWS NT – I 2016, bahwa waduk tidak pernah mengalami spillout sejak awal operasi (2015). Pada kajian ini dilakukan simulasi pola operasi waduk melalui optimasi faktor K irigasi. Dengan program linier (LP) dalam model simulasi (deterministik), bertujuan untuk memaksimumkan intensitas tanam (CI), selisih volume akhir tahun – volume efektip rendah (dV) dan mengetahui distribusi air dalam jaringan irigasi untuk tiap DI tiap skenario simulasi. Selain itu, kajian ini bertujuan mengetahui ketersedian air (QA) CA Swangi dan CA sistem Rere Penembem dengan model F.J Mock, kebutuhan air irigasi maksimum (QD max) DI Pandanduri, DI Swangi dan DI sistem Rere Penembem dan perbandingan CI existing dan CI Kajian. METODE 1. Lokasi dan skema kajian Waduk berlokasi (administratif) di Desa Pandanduri, Kec. Terara, Kab. Lombok Timur, P. Lombok. Waduk Pandanduri
Gambar 1. Lokasi waduk Pandanduri Sumber: www.pu.go.id
Gambar 2. Skema kajian Keterangan: = Waduk = Bendung = AWLR = Embung = Saluran HLD = Sungai 2.
Ketersediaan air (F.J Mock) Model F.J Mock merupakan analisis yang menghitung besaran ketersediaan air (QA) dari data hujan, misal isohyet. Berikut adalah tahapan analisis untuk model F.J Mock: a) Penentuan awal musim hujan (AMH) berdasarkan BMKG (ZOM) dan jumlah hari dalam periode (n), b) Hujan wilayah (isohyet) untuk CA Swangi atau sistem Rere Penembem atau R (sesuai periode), c) Menghitung evapotranspirasi standar (ETo),dengan persamaan: =
×
dengan: ETo = Evapotranspirasi standar (mm/hari) Kp = Koef. panci kelas A (0,80) Ep = Evaporasi panci (mm/hari) d) Nilai koefisien bulan basah atau nilai exposed surface (m),
e) Menghitung nilai evapotranspirasi aktual (ETa) tiap periode dengan persamaan: =
×
l)
Run off (RO) atau limpasan permukaan adalah jumlah dari BF dan DRO m) Debit yang tersedia (QA) adalah:
×
QA = (ROt × A)/ n
dengan: ETa = Evapotranspirasi aktual (mm) n = Jumlah hari dalam periode ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari) m = Koefisien exposed surface f) Menghitung volume air dalam tanah dengan prinsip keseimbangan air, g) Nilai kelebihan air (WS) merupakan selisih dari Vcal t Vend, h) Nilai infiltrasi (I) adalah nilai koefisien infiltrasi (CI) yang dikalikan dengan nilai WS. i) Menghitung nilai simpanan air tanah (Vn) dengan persamaan: Vn t = (0,5 × 1 + K × I t-1) + (K × Vn t-1) dengan: K = Koefisien resesi tanah I = Nilai infiltrasi pada periode ke – t (mm) Vn t-1 = Nilai simpanan air tanah pada periode t-1 (mm) j)
Nilai aliran dasar (B) atau base flow dihitung dengan persamaan: Bt = It - ∆Vnt ∆Vn t = Vn t - Vn t-1
dengan: Bt = Base flow pada periode ke – t (mm) It = Infiltrasi pada periode ke – t (mm) ∆Vn t = Selisih simpanan air tanah (mm) k) Direct run off (DRO) atau limpasan permukaan langsung adalah selisih dari WS dengan I pada periode ke – t,
dengan: QA = Debit tersedia (lt/dt) ROt = Aliran air diatas permukaan pada periode ke – t (m) A = Luas daerah tinjauan (m2) n = Jumlah hari dalam periode. Pada kajian ini, analisis F.J Mock untuk CA Swangi dan CA sistem Rere Penembem. Kedua CA ini tidak terdapat AWLR. Koefisien F.J Mock didapatkan dari BWS NT-I yang telah terkalibrasi. Koefisien tersebut adalah m, K, I, GWS dan WS. Sehingga hasil analisis ini telah terkalibrasi. 3.
Kebutuhan air a) Aliran pemeliharaan sungai Sesuai Surat Edaran Dir. Jen. Sumber Daya Air 2016, perlindungan sungai dilakukan pula terhadap aliran pemeliharaan sungai (QM) sehingga untuk menjaga ekosistem sungai diambil dari ketersediaan debit andalan 95%. b) Kebutuhan air irigasi Persamaan yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air irigasi maksimum (QD max) dan kebutuhan air tanaman (NFR), sesuai KP – 02 (2013:123): =
8,64 ×
×
NFR = ETc + P + WLR – Re dengan: QD max = Kebutuhan air irigasi (lt/dt) AC = Areal tanam (m2) e = Efisiensi saluran irigasi (%) NFR = Kebutuhan air di sawah (mm/hari) ETc = Kebutuhan air tanaman (consumptive use), mm/hari WLR = Penggantian lapisan air
P Re 4.
(mm/hari) = Perkolasi (mm/hari) = Curah hujan efektif (mm/hari)
Kopt AI d G j T
Faktor K Pada Pd-T-08-2005-A (2005:9), telah diatur mengenai pembagian air pada operasi jaringan irigasi.
= Faktor K optimal (%) = Areal irigasi (m2) = Daerah irigasi, d = 1,2,3. = Golongan, g = 1,2,3,4. = MT, j = 1,2,3. = Periode waktu yang digunakan, t = 1,2,3,..,24.
Pembagian ini didasarkan oleh perhitungan faktor K yang dapat dituliskan sebagai berikut: =
× 100%
ℎ
Jika waduk menjadi sumber suplai air untuk DI maka ketersediaan air di pintu intake akan berganti menjadi pengeluaran air (QR) waduk. Persamaan faktor K menjadi: =
× 100%
Gambar 3. Hubungan linier CI (%) dengan AC (ha)
dengan: VR = Volume lepasan air dari waduk (m3) VD net = Volume kebutuhan air netto atau VD max – VA (m3) K = Faktor K (%) 5.
Model optimasi Model optimasi dilakukan untuk mencari variasi terbaik dalam variabel keputusan dan untuk mempersiapkan model optimasi terdapat tiga tahapan sesuai Pd T-252004-A (2004:2):
Fungsi tujuan (memaksimumkan),
dengan: dV = Selisih volume akhir dan efektif waduk (%) dVx = Aturan selisih dV (%) Vend 24 = Volume waduk di periode ke - 24 (m3) Veff = Volume efektif (m3) Vend t = Volume akhir periode ke – t (m3) Kin = Nilai faktor K tiap periode (%) Kmin = Tetapan nilai faktor K minimum (%) t = Periode waktu yang digunakan, t = 1,2,3,..,24.
= =∑ ∑ = dengan: CI = Intensitas tanam (%) ∑CI = Intensitas tanam total (%) e = Efisiensi irigasi (%) QD = Kebutuhan irigasi (lt/dt) NFR = Kebutuhan air sawah bersih (lt/dt/ha)
Variabel keputusan, 1. K inisial, Kin t ≥ Kmin, 2. K optimal, Kopt t ≥ Kin t 3. Keandalan waduk atau status volume, Vend t ≥ 0 4. Selisih volume waduk (dV), dV ≤ dVx dengan persamaan: dV = 1 × 100%
Fungsi kendala, 1. Keseimbangan waduk, Vcal t+1 = Vbeg t + It – VR t –VLoss t - VM t 2. Volume efektif waduk, Vcal t ≤ Veff 3. Debit suplesi (Qsup t), Qsup t = 460 lt/dt
4. Areal irigasi (AI), ACdgtj ≤ AId dengan: AI = Areal irigasi (ha) AC = Areal tanam (ha) d = Daerah irigasi, d = 1,2,3. g = Golongan, g = 1,2,3,4. j = MT, j = 1,2,3. T = Periode waktu yang digunakan, t = 1,2,3,.,24. Vcal t = Volume pada akhir periode ke – t (m3) Veff = Volume efektif (m3) Vbeg t = Volume waduk pada awal periode ke - t (m3) It = Aliran masuk pada periode ke - t (m3) VR t = Lepasan air atau release periode ke - t (m3) VLoss t = Kehilangan air waduk periode ke - t (m3) VM t = Aliran pemeliharaan sungai periode ke - t (m3) 6.
=
Dalam Sosrodarsono (1989:165), memperkirakan kapasitas filtrasi yang terjadi di tubuh bendungan maka digunakan persamaan – persamaan sebagai berikut untuk perhitungan garis depresi dan trayektori jaringan aliran atau flownet:
×
×
dengan: Qf = Kapasitas filtrasi (m3/hari) K = Koefisien filtrasi (m/dt) H = Tinggi tekanan air total (m) L = Panjang profil melintang tubuh bendungan (m) Nf = Jumlah garis aliran filtrasi Np = Jumlah garis equi-potensial 7. Tahapan Simulasi Optimasi
Kehilangan Air Waduk Sesuai Wilson (1993:53) dan Hadisusanto (2010:94), berikut adalah rumus metode Penman modifikasi: ∗ = × × 1 × × ETo* = Evapot. potensial (mm/hari) c = Angka koreksi W = Faktor pembobot Rn = Energi radiasi (mm/hari) f (u) = Fungsi kecepatan angin (m/dt) es = Tekanan uap jenuh (mbar) ea = Tekanan uap nyata (mbar)
×
Gambar 4. Susunan model optimasi Simulasi ini menggunakan 15 kombinasi awal musim tanam (AMT) dan alternatif jenis tanam (ALT) dan menggunakan 4 skenario. Pada tabel 3 dan 4 adalah AMT dan ALT tiap DI dan tabel 5 adalah kombinasi ALT – AMT. Untuk tabel 6 adalah skenario simulasi optimasi waduk. Tabel 3. Alternatif Jenis Tanam (ALT) No. 1 2 3
Musim Tanam 1 Padi Padi Padi
Musim Tanam 2 Padi Padi Palawija
Musim Tanam 3 Padi Palawija Palawija
Tabel 4. Awal Musim Tanam (AMT) No. 1 2 3 4 5
DI Pandanduri Nop I Nop II Nop I Nop I Nop I
DI Swangi Nop I Nop II Nop II Nop II Nop I
DI S. Rere Penembem Nop I Nop II Nop II Nop I Nop II
Tabel 5. Kombinasi ALT – AMT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kombinasi ALT 1 – AMT 1 ALT 1 – AMT 2 ALT 1 – AMT 3 ALT 1 – AMT 4 ALT 1 – AMT 5 ALT 2 – AMT 1 ALT 2 – AMT 2 ALT 2 – AMT 3 ALT 2 – AMT 4 ALT 2 – AMT 5 ALT 3 – AMT 1 ALT 3 – AMT 2 ALT 3 – AMT 3 ALT 3 – AMT 4 ALT 3 – AMT 5
Tabel 6. Skenario Simulasi Menggunakan Kombinasi ALT – AMT
3. Analisis CI dilakukan dengan cara mengembalikan nilai QR optimal ke perhitungan kebutuhan air irigasi. Keluaran dari tahap ini: Nilai CI optimal tiap kombinasi (tabel 5) dan skenario (tabel 6). 4. Eliminasi CI untuk mendapatkan nilai CI terbaik. Dengan kriteria, (1) CI >>>, (2) dV <<< dan (3) Musim tanam 2 (MT2) = padi. Keluaran dari tahap ini: CI optimal (maksimal), Pedoman operasi terbaik. Nilai faktor K optimum ditentukan dengan proses iteratif menggunakan pernyataan (statement) For – Next dalam kode VBA – Ms. Excel 2013. Proses iteratif digunakan untuk mengulang perhitungan antar periode dan bersifat rekursif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria optimal yang sesuai model matematis pada halaman 17 adalah sebagai berikut: 1. Volume akhir tiap periode (Vend) ≥ 0, 2. Nilai dV ≤ dVx (aturan selisih tampungan), 3. Nilai faktor Kin dan Kopt tiap periode ≥ Kmin. Sesuai gambar 3, untuk mencapai CI optimal maka tahapannya adalah: 1. Optimasi aturan selisih tampungan akhir tahun atau dVx. Keluaran dari tahap ini: Nilai faktor K awal yang optimal (Kin), Nilai dVx. 2. Optimasi faktor K optimal atau Kopt. Keluaran dari tahap ini: Nilai faktor K optimal (Kopt) sehingga QR adalah optimal, Nilai selisih tampungan akhir atau dV.
1. Ketersedian air (QA) model F.J Mock Berikut adalah QA untuk CA Swangi dan sistem Rere Penembem. Kegunaan QA kedua CA ini adalah untuk mengetahui beban pelayanan waduk dengan cara menselisihkannya dengan kebutuhan air irigasinya (QD net). Tabel 7. Hasil QA Keandalan 80% (lt/dt) Periode Swangi NOV II 110.03
S.Rere Periode Swangi S .Rere Penembem Penembem 620.86
M EI II
45.32
436.31 442.13
DES I
100.31
654.36
JUN I
43.51
DES II
86.17
589.60
JUN II
39.16
420.03
JAN I
92.67
765.34
JUL I
35.24
399.02
JAN II
85.28
784.21
JUL II
29.74
355.38
FEB I
95.16
829.31
AGT I
28.55
360.12
FEB II
92.79
711.99
AGT II
24.09
320.73
M AR I
85.55
724.24
SEP I
23.12
325.01
M AR II
69.08
535.68
SEP II
20.81
308.76
APR I
66.31
542.82
OKT I
18.73
293.32
APR II
59.68
515.68
OKT II
15.80
261.24
M EI I
53.71
489.90
NOV I
15.17
264.72
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 8. Hasil QA Keandalan 50% (lt/dt) Periode Swangi NOV II 102.56
(lanjutan tabel 10.)
S .Rere Periode Swangi S .Rere Penembem Penembem
FEB I
1877
3426
FEB II
1723
3181
3052
1085
2336
2133
1006.76
MEI II
68.56
800.73
MAR I
2884
DES I
101.05
1058.62
JUN I
69.48
811.40
MAR II
1340
2078
1820
DES II
91.52
1080.41
JUN II
66.00
770.83
APR I
2231
2684
2272
JAN I
115.14
1369.76
JUL I
62.70
732.29
APR II
2865
3180
2775
JAN II
99.05
1275.77
JUL II
55.85
652.20
3340
FEB I
113.40
1388.22
AGT I
56.59
660.89
FEB II
112.09
1360.52
AGT II
50.40
588.61
M AR I 106.42
1322.30
SEP I
51.07
596.46
M AR II
94.25
1083.84
SEP II
48.52
566.63
APR I
98.13
1110.34
OKT I
47.33
538.30
APR II
86.94
962.89
OKT II
84.49
514.08
M EI I
76.98
899.06
NOV I
98.08
712.21
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 9. Hasil QA Keandalan 20% (lt/dt) S .Rere Periode Swangi S .Rere Penembem Penembem
NOV II 158.46
1412.78
MEI II
102.83
1256.03
DES I
148.81
1477.72
JUN I
104.20
1272.78
DES II
134.08
1433.33
JUN II
98.99
1209.14
JAN I
156.46
1894.97
JUL I
94.04
1148.68
JAN II
154.86
1796.08
JUL II
83.76
1023.04
FEB I
166.74
1977.92
AGT I
84.87
1036.68
FEB II
167.02
1938.42
AGT II
75.59
923.30
M AR I 149.16
1914.48
SEP I
76.60
935.61
M AR II 141.81
1855.63
SEP II
72.77
888.83
153.82
1891.11
OKT I
110.27
890.02
APR II 135.54
1644.78
OKT II 150.37
1161.52
M EI I
1423.01
NOV I
1326.14
APR I
115.63
164.25
Sumber: Hasil perhitungan
2. Kebutuhan air irigasi (QD max) Sesuai dengan ALT dan AMT, nilai QD max untuk DI Pandanduri, Swangi dan sistem Rere Penembem dapat diketahui. Sebagai contoh dengan AMT Nopember II dan ALT 2 (kombinasi 7) memiliki QD max sebagai berikut. Tabel 10. Hasil QD Max 80% Dengan Kombinasi 7 (lt/dt) Pe riode NOV I
Sis. Re re Pandan Swangi Pe ne mbe m duri 0
0
3758
3981
4758
5000
4207
JUN I
4199
4392
3708
JUN II
3562
3727
3146 3438
JUL I
3893
4072
JUL II
3104
3247
2741
AGT I
2125
2223
1877
AGT II
1224
1280
1113
SEP I
262
475
525
SEP II
149
481
571
OKT I
0
0
0
OKT II
0
0
0
Sumber: Hasil perhitungan 6000
PANDANDURI SWANGI
5000
SISTEM RERE
4000
QD max (lt/dt)
Periode Swangi
MEI I MEI II
3000 2000 1000 0
Periode
Gambar 5. Hasil QD max 80% dengan kombinasi 7 (lt/dt) Sumber: Hasil perhitungan 3. Kehilangan air waduk (Qloss) - Evapotranspirasi waduk (ETo*) Tabel 11. Hasil ETo* (mm) Periode ETo* Periode
ETo*
NOV II
71.55
M EI II
51.19
DES I
66.31
JUN I
44.92
DES II
68.51
JUN II
43.19
JAN I
65.03
JUL I
47.03
JAN II
71.66
JUL II
52.94 61.18
FEB I
63.22
AGT I
0
FEB II
65.23
AGT II
65.49
64.64
SEP I
74.40
SEP II
75.35
NOV II
1233
1224
1223
M AR I
DES I
2091
2824
2367
M AR II 70.92
DES II
3428
3765
3085
JAN I
2761
4382
3581
JAN II
2309
3846
2997
APR I
51.93
OKT I
75.92
APR II
56.95
OKT II
86.03
M EI I
49.51
NOV I
75.83
Sumber: Hasil perhitungan
-
Kapasitas filtrasi waduk Menghitung kapasitas filtrasi sesuai dengan jumlah garis equipotensial (Np) = 9 dan garis filtrasi (Nf) = 10.
Gambar 6. Hasil penggambaran garis equipotensial (Np) dan filtrasi (Nf) Sumber: Hasil perhitungan =
×ℎ× ×
= 5,39. 10
× 42,5 × 950 ×
= 2,42. 10 m3/dt Nilai Qf dikontrol < 1% dari rata – rata inflow (I) waduk. 1% rata – rata I =2,42.10-4 m3/dt dan Qf = 0,030 m3/dt sehingga Qf < nilai kontrol. 4. Hasil simulasi K = 100% Nilai CI tiap MT sangat dipengaruhi oleh nilai I dan VD net. Hal ini dikarenakan pada aturan lepasan berdasarkan kebutuhan (K=100%) sehingga nilai CI dapat menjadi sangat rendah walaupun dengan penambahan suplesi dari bendung Tempasan dan tanpa pengaturan selisih dV.
Pada gambar 7, K adalah nilai faktor K = 100%, I adalah nilai inflow, VD net adalah volume kebutuhan netto, VR adalah volume lepasan dan VEnd adalah volume akhir periode. Gambar 7 juga menjelaskan bahwa VEnd sering bernilai 0 atau waduk kosong. Apabila ini terjadi maka tampungan waduk akan mengalami kesulitan untuk operasi tahun berikutnya sehingga diperlukan aturan selisih tampungan atau dVx dan optimasi faktor K. Tabel 12. Hasil Luas Tanam (Ac) Dan Intensitas Tanam (CI) Simulasi K = 100% DI
AC (ha)
CI (% )
MT I MT II MT III MT I MT II MT III
Pandanduri
753
233
753
Swangi
120
46
151
100% 31% 100% 15%
Sis. Rere Penembem 665
540
665
100% 81% 100%
6%
19%
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 12 adalah hasil simulasi K = 100% dengan kondisi 80% dan kombinasi 7. Dari tabel tersebut, nilai CI untuk musim tanam (MT) II masih rendah.
Gambar 8. Hubungan AC dan CI untuk simulasi K = 100% secara kumulatip Sumber: Hasil perhitungan
Gambar 7. Hasil simulasi K=100% pada kondisi 80% dengan kombinasi 7 Sumber: Hasil perhitungan
5. Hasil simulasi optimasi faktor K Dari setiap simulasi dengan kombinasi yang berbeda maka CI maksimum untuk keandalan 80% adalah dengan skenario no. 4 (empat) dan ALT 2 AMT 2 atau kombinasi 7. Hal ini mengartikan bahwa waduk Pandanduri sangat tergantung dari tambahan air dari east diversion
sebesar 460 lt/dt tiap periodenya untuk meningkatkan CI di tiap – tiap daerah layanan.
6. Aturan Operasi Waduk Optimal Aturan operasi waduk yang terbaik adalah dengan skenario keempat dan kombinasi ketujuh (AMT 2 – ALT 2), dengan hasil sebagai berikut. Tabel 14. Aturan operasi waduk optimal
Gambar 9. Hasil simulasi optimasi K pada kondisi 80% dengan kombinasi 7 Sumber: Hasil perhitungan
Pada gambar 9, K adalah nilai faktor K = 100%, I adalah nilai inflow, VD net adalah volume kebutuhan netto, VR adalah volume lepasan dan VEnd adalah volume akhir periode. Dengan menggunakan optimasi K maka Vend menurun sesuai dengan Kopt sehingga di periode Nopember I (periode ke – 24) volume waduk kembali sebesar selisih dVx dan ini berdampak positif pada operasi waduk tahun berikutnya. Tabel 13. Hasil Luas Tanam (AC) Dan intensitas Tanam (CI) Simulasi Optimasi K AC (ha)
CI (% )
MT I MT II MT III MT I MT II MT III
Pandanduri
753
672
753
100% 89% 100%
Swangi
589
356
585
75%
Sis. Rere Penembem 665
665
665
100% 100% 100%
45%
Sumber: Hasil perhitungan 14000000
74%
Sumber: Hasil perhitungan
12000000
Volume Lepasan atau VR (m3)
DI
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
Periode
Gambar 10. Hubungan AC dan CI untuk simulasi optimasi K secara kumulatip Sumber: Hasil perhitungan
80% (Dry)
50% (Normal)
20% (Wet)
Gambar 11. Volume lepasan optimal tiap keandalan Sumber: Hasil perhitungan
7. Perbandingan CI Berikut adalah perbandingan hasil CI existing dengan CI kajian. Dari perbandingan CI existing dengan CI kajian (optimasi K) untuk AMT 2 dan ALT 2 maka CI kajian untuk DI Swangi < CI existing.
Tabel 19. Nilai Jumlah CI Skenario IV Tiap Keandalan Dan dV
Tabel 15. Perbandingan Jumlah CI Existing Dengan Jumlah CI Kajian (optimasi K)
Sumber: Hasil perhitungan
CI existing
CI kajian dry normal 1 Pandanduri 232% 289% 300% 2 Swangi 265% 194% 241% 3 Sistem Rere Penembem* 217% 300% 300% Sumber: Hasil perhitungan No.
Daerah Irigasi
wet 300% 291% 300%
Berikut adalah hasil nilai CI untuk tiap keandalan (80%, 50% dan 20%) sesuai dengan kombinasi terbaik, yaitu kombinasi 7 (AMT 2 – ALT 2). Serta frekwensi distribusi air sesuai dengan hasil nilai CI untuk tiap keandalan (80%, 50% dan 20%). Tabel 16. Nilai Jumlah CI Skenario I Tiap Keandalan No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
Keandalan 80% 50% 20% 231% 200% 297% 16% 36% 54% 198%
261%
295%
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 17. Nilai Jumlah CI Skenario II Tiap Keandalan No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
Keandalan 80% 50% 20% 231% 200% 300% 16% 114% 122% 198%
261%
295%
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 18. Nilai Jumlah CI Skenario III Tiap Keandalan Dan dV No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
Keandalan 80% 50% 20% 238% 300% 300% 47% 190% 259% 203%
Sumber: Hasil perhitungan
288%
300%
No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
80% 289% 167% 246%
Keandalan 50% 20% 300% 300% 193% 280% 288%
300%
Tabel 20. Nilai Frekwensi Distribusi Air Skenario I Tiap Keandalan Per Tahun No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
80% 3 3 3
Keandalan 50% 20% 5 5 5 5 5
5
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 21. Nilai Frekwensi Distribusi Air Skenario II Tiap Keandalan Per Tahun No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem
3
80% 4 4 4
Keandalan 50% 20% 7 7 7 7 7
7
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 22. Nilai Frekwensi Distribusi Air Skenario III Tiap Keandalan Per Tahun Dan Nilai dV No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem dVx dV
3
80% 20 20
Keandalan 50% 20% 24 24 24 24
20
24
24
98% 97,8%
42% 41,6%
0% 0%
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 23. Nilai Frekwensi Distribusi Air Skenario III Tiap Keandalan Per Tahun Dan Nilai dV No
D.I
1 2
Pandanduri Swangi Sis. Rere Penembem dVx dV
3
80% 24 24
Keandalan 50% 20% 24 24 24 24
24
24
24
67% 66,7%
17% 16,5%
0% 0%
Sumber: Hasil perhitungan
KESIMPULAN Dari hasil simulasi dengan skenario yang berbeda, dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut: 1. Perhitungan QA untuk CA Swangi dan sistem Rere Penembem dengan model F.J Mock yang AMH (awal musim hujan) disesuaikan pada prakiraan BMKG dan menggunakan koefisien model terkalibrasi, memiliki nilai maksimum pada periode Nopember I untuk keandalan 80% dan nilai minimum terletak pada periode Oktober II. 2. Waduk Pandanduri memiliki beban permintaan (QD max) yang cukup besar, dengan nilai terbesar (maksimum) adalah pada periode Mei II untuk keandalan 80% dan nilai minimum pada periode Nopember I. 3. Dari perhitungan ETo* dengan Penman modifikasi, memiliki nilai maksimum pada periode Oktober II dan nilai minimum pada Juni II. Nilai filtrasi waduk Pandanduri adalah 0,030 m3/dt dengan metode flownet. 4. Dengan simulasi menggunakan skenario I dan II (K = 100%), menggambarkan bahwa waduk tidak dapat melepaskan air tiap periode karena mengalami kekosongan tampungan dan VEnd 24 mengalami kekosongan atau dV = 100%. 5. Dengan simulasi menggunakan skenario III dan IV (optimasi K), menggambarkan bahwa waduk dapat melepaskan air tiap periode terkecuali jika inflow <<<. Waduk dapat tetap melepaskan air karena faktor K telah optimasi dan nilai dV < dVx (aturan selisih volume akhir tahun dengan volume efektip). 6. Hasil nilai CI dengan skenario I dan II (K = 100%) untuk tiap MT pada tiap DI memiliki nilai yang
cukup rendah karena terdapat banyak periode dengan tanpa distribusi air dari waduk. 7. Hasil nilai CI dengan skenario III dan IV (optimasi K) untuk tiap MT pada tiap DI memiliki nilai yang tinggi karena terdapat banyak periode dengan terdistribusinya air dari waduk. 8. Aturan operasi waduk memiliki hasil yang optimal dengan mengoptimasi faktor K. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Peta Wilayah Sungai Lombok.http://www.pu.go.id/upload/s ervices/infopublik (diakses 29 Februari 2016). Aziz, A & Jayadi, R. 2015. Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Air Waduk Pandanduri Di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmiah. D.I Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. BWS NT – I. 2014. Detail Desain East Diversion Canal di Kabupaten Lombok Timur. Mataram: BWS NT – I. BWS NT – I. 2015. Rancangan Alokasi Air Global (RAAG). Mataram: BWS NT – I. Cheol Tai, Kim. 2001.Rotational Irrigation Schedulin in Rice Paddy with The Operation Rule Curve of Irrigation Reservoir. Korea Selatan: University Changnam National. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal (Pd T25-2004-A). Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penguatan Masyarakat Petani Pemakai Air Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Pd T-08-2005-A). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan Umum. 2013. Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP-01).
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan Umum. 2013. Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi (KP-02). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengairan Pekerjaan Umum. Farriansyah, A.M., Corsel, A.R., dan Novelia, G.R. 2014. Alokasi Air RealTime (Kasus: Sungai Jangkok). Prosiding PIT HATHI – XXXII, Malang: HATHI. Hal 279 – 287. Fayaed, S, S. & El-Shafie, A. 2013. Reservoir System Simulation and Optimization Technique. Jurnal Internasional.Springer-Verlag: Jerman. Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama. Limantara, M.L. & Soetopo, W. 2009. Pengantar Manajemen Teknik Sumber Daya Air. Malang: Citra Malang. Limantara, M.L. 2010. Hidrologi Praktis. Cetakan I. Bandung: Lubuk Agung. Marsudi & Marjono. 2012. Aljabar Liniear. Malang: Universitas Brawijaya Press. McMahon T, A. & Mein R, G. 1986. River and Reservoir Yield. Amerika Serikat: Water Resources Publication. Peraturan Menteri PU-PR No.27/PRT/M/2015 tentang Bendungan. Peraturan Menteri PU-PR No.28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. Samosir C, S. 2015. Optimasi Pola Operasi Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Pembangkit Tenaga Air (Studi kasus waduk Wonogiri). Tesis. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Soetopo, W. 2011. Model – Model Simulasi Deterministik Untuk Sistem Sumberdaya Air. Malang: Citra Malang. Soetopo, W. 2010. Operasi Waduk
Tunggal. Malang: Citra Malang. Soewarno. 1995. Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data.Jilid I. Bandung: NOVA. Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita. Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1989. Bendungan Type Urugan. Jakarta: Pradnya Paramita. Surat Edaran Dirjen SDA, Kementrian PU-PR No. 05/SE/D/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan Sungai. USBR. 1987. Design of Small DAMS. Amerika Serikat: USBR. William, W-G, Yeh. 1985. Reservoir Management And Operation Models: A State-of-the- Art Review. Jurnal Internasional. Vol. 21. Water Resources Research. Wilson, E., M. 1993. Hidrologi Teknik. Bandung: ITB. Wurbs R, A. 2005. Comparative Evaluation of Generelized River/Reservoir System Models. Texas: Texas Water Resources Institute.