Bab 1Motivasi
Pada bab ini akan dibahas mengenai: A. Pendahuluan B. Motif Sebagai Kesimpulan, Penjelasan dan Prediktor C. Beberapa Teori Tentang Motivasi 1. Teori Drive 2. Teori-Teori Insentif 3. Teori Oponen Proses 4. Teori Tingkat-Optimal D. Motivasi Biologis 1. Pencetus Motif Biologis 2. Motivasi Lapar a. Mengaktifkan Motivasi Lapar b. Penghentian Makan - Kenyang c. Otak dan Motivasi Lapar 3. Motivasi Haus 4. Motivasi Seksual a. Hormon Seks dan Peran Pengorganisasiannya b. Hormon Seks dan Peran Penggiatannya c. Stimulus Luar, Belajar, dan Perilaku Seksual E. Motif-Motif Sosial 1. Pengukuran Motif-motif Sosial a. Test Proyektif b. Kuesioner Kepribadian c. Test Situasional F. Motivasi Berprestasi 1. Sumber Dari Motif Berprestasi 2. Motivasi Berprestasi dan Perilaku 3. Motivasi Berprestasi Dalam Masyarakat G. Motivasi Berkuasa 1. Motivasi Berkuasa dan Perilaku 2. Machiavellianisme
H. Motivasi Agresi 1. Instrumental dan Agresi Bermusuhan 2. Agresi Sebagai Suatu Insting Manusia 3. Sebab-Sebab Lingkungan dan Sosial Dari Agresi Manusia 4. Belajar dan Agresi Manusia 5. Mengontro1Agresi Manusia 6. Stimulus dan Kebutuhan Eksp1oratori 7. Pengaruh Motivasi I. Motivasi Aktualisasi Diri J. Frustrasi dan Konflik dari Motif 1. Sumber-Sumber Frustrasi 2. Frustrasi Lingkungan 3. Frustrasi Pribadi 4. Frustrasi Yang Menghasilkan Konflik 5. Jenis-Jenis Konflik a. Approach-Approach Conflict b. Avoidance-Avoidance Konflik c. Approach-Avoidance Conflict d. Konflik Approach-Avoidance Ganda
A.
PENDAHULUAN
Bayangkan seorang mahasiswa menyusuri jalan dan mengamati semua pemandangan dan suara. Dia tidak dapat memberikan perhatian pada semua stimuli itu, karena itu dia hanya merespon pada satu stimulus tertentu. Stimulus yang tidak biasa mungkin menimbulkan rasa ingin tahunya - dia berhenti untuk melihat bangunan yang sedang dibongkar. Rasa ingin tahu mungkin bukan hanya motif; jika dia pemah mengalami hari yang penuh kesulitan, dia mungkin akan tinggal untuk menikmati peristiwa kehancuran itu. Dia puny a masa lalu yang sarna tentang kehancuran terhadap profesomya, pacamya, atau masyarakat pada umumnya. Akhimya, ketika dia melanjutkan perjalanannya, dia mungkin memperhatikan suatu restoran dan menyadari bahwa dia lapar. Dia mungkin memikirkan kenyataan ini bahwa dia telah melewati restoran ini berkali-kali sebelumnya dan tidak pemah menyadari bahwa ada restoran disana - dia tidak lapar pada saat itu. Ketika dia memesan makanan dia merasakan dirinya ada dorongan untuk mencoba menggoda pelayan. Dia menikmati hal itu, tapi pelayan itu lelah dan sedang sakit kepala, sehingga pelayan itu menganggap dirinya membosankan. Sehingga meski pelayan itu ingin mendapat "tip", dia berpura-pura tak acuh. Kemudian ketika mahasiswa itu belajardikamamya dia berkonsentrasi pada pelajarannya. Ketika dia mulai lelah, dia mendorong dirinya dengan berfikir tentang kemampuan yang dia butuhkan untuk dapat masuk ke sekolah profesional. Dia mungkin berhenti sebentar untuk berfikir tentang keluarganya dan berharap seandainya mereka menghargai betapa berat dia telah bekerja untuk bisa sukses seperti yang mereka inginkan. Pada saat tidur, dia mungkin
2 .
punya suatu mimpi yang membingungkan - melihat dengan curiga seperti ayahnya menggoyangkan kepalanya dengan sedih ketika mendapatkan kembali kertas ujiannya, pelayan restoran itu mengerling padanya, dan dia mengoperasikan suatu derek bangunan. Dalam contoh ini, kita dapat melihat kerja motif-motif rasa ingin tahu, agresi, lapar, seks, fatique (keletihan/kelelahan), sakit, prestasi, dan afeksi terhadap penerimaan, pikiran, tindakan, bicara, belajar, dan bermimpi. Motif-motif ini berubah-ubah dan mengatur dirinya sendiri dalam berbagai pola pada waktu yang berbeda. Beberapa dari motif pribadi selalu bekerja, dan ... perilaku banyak dikontrol oleh mereka (diadaptasi dari Murray dalam Morgan, 1986). Seoranggadis inginmenjadidokter.Seoranglaki-lakiberusahauntuk memilikikekuasaan politik. Seseorang mau mengalamipenderitaan yang panjanguntuk mendapatkan kebebasan. Orang lain sangat rakus lapar dan hanya berfikir tentang makanan. Seorang anak yang kesepian, maka dia berharap punya ternan. Seorang pria baru saja membunuh dan polisi mengatakan bahwa motif pembunuhan itu adalah balas dendam. Seorang wanita bekerja keras untuk mencapai rasa sukses dan kaya. Hal-hal tersebut adalah beberapa motif yang memegang peran dalam perilaku manusia. Motif meliputi keseluruhan, mulai dari keinginan mendasar, seperti lapar dan seks, ke hal yang rumit, yaitu motif-motifjangka panjang, seperti ambisi politik, keinginan untuk melayani sesama, atau suatu kebutuhan untuk menguasai lingkungan. Contoh-contoh ini menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan diarahkan ke tujuan. MereJgUngilmp.nunju~an pada kita ~hwa perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk menetap. Suatu isf menun'uk kekekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang.t~tap ke arah tujuan tertentu lse ut motivasi".
--
B. MOTIFSEBAGAI KESIMPULAN,PENJELASAN,DAN PREDIKTOR Satu ciri penting dari motif adalah bahwa kita tidak emah men .f ini secara lan~ Kita menyimpulkan keberadaan merek
~r~
-
untuk menguasai tantangan, apapun tantangan itu. Tetapi tentu saja, jika kita
ingin mendapatkan alasan yangjelas tentang kesimpulan kita itu apakah motifberprestasi itu benar, kita harus mengobservasi mahasiswa tersebut untuk mengetahui kemungkinan adanya motif lain. Jika kesimpulan tentang motif itu benar, kita memiliki satu alat yang powerful untuk menerangkan perilaku. Kenyataannya, hampir semua eksplanasi kita tentang perilaku setiap hari diambil dari masalah motif. Mengapa anda berada di perguruan tinggi? Jawabannya selalu diberikan dalam kaitannya dengan motivasi anda. Anda disana karena anda ingin (want) belajar, karena anda merasa bahwa anda butuh (need) suatu gelar sarjana untuk mendapat pekerjaan yang baik, karena itu tempat yang baik untuk mendapat ternan dan 3 --
"menghubungkan" dengan keinginan (desire), atau mungkin karena belajar di perguruan tinggi lebih menyenangkan daripada bekerja untuk hidup. Anda di perguruan tinggi mungkin karena anda berfikir itu yang anda harapkan dan salah satu tujuan anda adalah untuk menyesuaikan dengan harapan anda. Atau mungkin anda di perusahaan karena anda ingin menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan yaitu tekanan sosial dari orang tua anda atau orang lain. Kebanyakan keberadaan anda di perguruan tinggi dalam rangka merespon kombinasi beberapa kebutuhan itu. Seseorang yang mengerti motif anda akan memahami mengapa anda melakukan hal-hal itu. Hal inilah mengapa psikologi klinis dan kepribadian yang mempelajari perilaku individu menempatkan banyak sekali penekanan dalam hal motivasi. Kenyataannya, banyak teori kepribadian adalah teori-teori tentang motif seseorang (lihat bab mengenai Kepribadian). Motif jug~membantu kita membuatprediksi tentangperilaku. Jika kita menyimpulkan motiTdaricontoh perilaku seseorang, danjikakesimpulan kita iiUbenar, kita ada dalam posisi yang bagus untuk membuat prediksi tentang apa yang akan dilakukan orang dimasa yang akan datang. Seseorang yang memiliki dorongan yang kuat untuk menyakiti orang 19in.akan menunjukkan Keke:jamandalam banyaksituasiyap&berbeda;seseorang yang yang cenderung memiliki !]1Otifbertemanakan mencari ternan itu dalam bll~yak situasi. Jadi, ketika motif tidal( memberitahu kita apa yang sebenamya terjadi, mereka memberi kita suatu gagasan/ide tentang serangkaian hal-hal yang ingin dilakukan seseorang. Seseorang dengan suatu kebutuhan untuk berprestasi akan bekerja keras di sekolah, di bisnis, dalam permainan, dan dalam banyak situasi. Jika psikolog atau orang lain tahu bahwa Parto mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi, maka rnereka dapat membuat prediksi akurat yang masuk akal tentang bagaimana kebutuhanuntuk berpre~tasiitu akan diekspresikan dalam perilaku Parto: "Lihat saja, Parto akan berusaha keras untuk mengalahkan Yuli pacamya dalam bermain badminton". Motif adalah keadaan umum yang membuat kita dapat memprediksi perilaku dalam banyak situasi yang berbeda. C.
BEBERAPA TEOR/ TENTANG MOT/VAS/
Barangkali salah satu cara untuk memahami konsep motivasi adalah melihat beberapa teori yang mewakili. Teori motivasi berupaya untuk memberi serangkaian prinsip-prinsip untuk memberi petunjuk pemahaman kita tentang dorongan, keinginan, kebutuhan, usaha, dan tujuan yang datang dari motivasi. Berikut ini akan disajikan beberapa teori mengenai motivasi, yaitu teori drive, teori-teori insentif, teori oponen proses, dan teori tingkat-optimal.
1.
Teori Drive
Teori "drive" bisa diuraikan sebagai "teori-teori dorongan tentang motivasi": perilaku didorong kearah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Contohnya, Freud (1940/1949) mendasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, atau dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (Teori ini akan diterangkan secara lebih detail dalam bab Kepribadian). Secara umum, teori-teori drive 4
mengatakan hal berikut: ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari (I) suatu keadaan yang mendorong, (2) perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong, (3) pencapaian tujuan yang memadai, dan (4) pengurangan keadaan terdorong dan kepuasaan subjektif dan kelegaan ketika tujuan sudah tercapai. Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncullagi untuk mendorong perilaku kearah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut lingkaran motivasi (lihat gambar 1.1.) Teori-teori drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telahmengusulkansuatupenjelasanmekanismedorongansejakkelahiran (Tinbergen, Lorenz & Leyhausen dalam Morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalam keaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang dipelajari (learned drives), seperti yang mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya, mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong I. Driving state (set in motion by bodily needs or environmental stimuli)
Gambar 1.1. Lingkaran Motivasional Sumber: Morgan, dkk. (1986)
5
dalam arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi, atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari itu menjadi ciri abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu kearah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong kearah tujuan yang berbeda. 2.
Teori- Teori Insentif
Teori drive tentang motivasi mungkin paling baik dite- rapkan untuk beberapa motif biologis, seperti lapar, haus, seks. Tetapi disini, mereka menemui masalah. Contohnya, misalnya kita membandingkan motivasi, perilaku yang mengarah ke tujuan dari dua kelompok tikus yang mempunyai tingkat kelaparanyang sarna,tikus-tikus dari duakelompok itu telah dilaparkan selama I hari. Satu kelompok diberi suatu makanan yang berselera (misalnya, kue coklat batangan), sedangkankelompok lain diberi makanan tikus kaleng yang sudah kedaluwarsa. Seperti yang anda harapkan, kelompok yang diberi kue coklat batangan mungkin yang akan makan jauh lebih banyak daripada kelompok yang makan makanan laborat.1s!{t~esl!~tutentan$ tujuan itu sendiri yanlJmemotivasi perilaku. Mungkin ini lebih jelas dalam motif perilaku seksual; tikus (manusia juga) dltiinbulkan dan dimotivasi oleh persepsi yang memadai tentang objek tujuan seksual. Jadi ciri stimulus dari tujuan kadang dapat memicu suatu perilaku motivasi. Ini adalah ide dasar dibelakang teori incentive motivation (Bolles Pfaffmann dalam Morgan, dkk. 1986). Jadi, kebalikan dengan dorongan dari teori drive, teori insentif adalah "teori-teori dorongan" tentang motivasi; karena ciri-ciri tertentu yang mereka miliki, objek tujuan mendorong perilaku kearah tujuan tersebut. Objek-objek tujuan yang memotivasi perilaku dikenal sebagai insentif. Satu b~wn pen.ting..gari. banyak teori ins~!11if-adalatrbahwa individu-individu menghar~ kesenangan dari pencapaiandari apa yang JI1esekasebut insentifpositip dan dari pen~indarandari apa.yangdisebut insentifnegatif. Dalam dunia ker]a,-motivasi nampaknya lebih merupakan masalah insentif yang diharapkan - gaji, bonus, vakansi, dan sejenisnya - daripada dorongan dan pengurangan dorongan itu.
----
3. Teori OponenProses Pandangan hedonistik tentangperilakumengatakanbabwakitadimotivasi untukmencari tujuan yang memberi kita perasaan emosi yang enak dan menghindari tujuan yang --
"
menghasilkan ketTaakenakan. Teori proses oponen (opponent process
= proses
pelawan)
mengambil suatu pandangan hedonistik tentang motivasi. Tetapi ini adalah hanya suatu permulaan karena teori itu mempunyai beberapa hal yang menarik untuk dikatakan tentang apa yang menyenangkan dan apa yang tidak menyenangkan (Solomon & Corbit; Solomon dalam Morgan, dkk. 1986). Karena apa yang dikatakan dalam teorinya berkisar tentang apa yang menyenangkan dan apa yang tidak menyenangkan itu, teori ini mungkin juga diklasifikasikan sebagai suatu teori tentang emosi (lihat bab tentang Emosi dan Stres). Dasar dari teori ini adalah pengamatan bahwa banyak keadaan emosi-motivasi diikuti oleh keadaan yang bertentangan atau berlawanan. Seperti dalam contoh berikut, perasaan senang dan bahagia diikuti oleh perasaan khawatir dan takut.
6
Seorang wanita pekerja menemukan satu bongkahan yang menonjol dalam payudaranya. Di tempat duduknya tiba-tiba ia menangis, atau dia melorot kelantai dan menangis. Setelah beberapajam, pelan-pelan dia mendapatkan kembali ketenangannya, berhenti menangis, dan mulai bekerja. Pada situasi ini, dia masih tertekan dan terganggu, tetapi tidak lagi mengerikan dan kacau pikirannya. Dia memunculkan gejala-gejala yang biasanya berkaitan dengan kecemasan yang dalam. Dalam keadaan ini, dia memutuskan untuk menemui dokter. Beberapa jam kemudian dia masih di kantor, masih tertekan, masih ketakutan; dia benar-benar seorang wan ita yang tidak bahagia. Dokter kemudian membuat pengujian. Dia kemudian memberitahukan bahwa tidak ada kemungkinan untuk kanker, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan, masalah dia hanyalah pembengkakan kelenjar yang tidak perlu dikawatirkan. Beberapa menit kemudian, wan ita itu meninggalkan kantor dokter, tertawa, menyapa orang-orang yang ditemui, dan berjalan dengan irama yang tidak biasa. Dia dalam keadaan suana hati yang euphoria meresapi kegiatannya sebagaimana dia mulai lagi dengan tugas-tugas normalnya. Dia memancarkan kebahagiaan yang tidak dalam karakternya. Tetapi, beberapa jam kemudian, dia bekerja dalam keadaan normalnya dia. Ekspresi emosinya kembali normal. Dia kembali ke kepribadian yang dengan mudah dikenali teman-temannya. Euphoria itu sudah pergi, dan tidak ada petunjuk tentang pengalaman yang menakutkan dari hari itu (Solomon & Corbit dalam Morgan, dkk. J986).
Proses ini dapat mengarah ke cara lain. Contohnya, seseorang yang menggunakan heroin untuk pertamakalinya mungkin akan merasaka suatu perasaan menyenangkan yang intens, diikuti oleh berkurangnya intensi menyenangkan, perasaan senang, dan kemudian oleh perasaan ingin lagi (kecanduan) dan ketidaksenangan sebelum keadaan emosi motivasi kembali ke normal atau baseline. (a)
First few stimulations
+100
Peak of ~daPtion
(b)
Steady level of A
_ _ _ _ ..J_ _ ____..
Neutral
Ba~eline
After many stimulations
+100
Peak of A' Neutral
0
Steady level of A'
Baseline
I" ' Decay \" ofB Peak of B
I I
- - -, -....--_. "
"
"
Peakof B
+100
Off
On
Off Time
Gambar
+100
Off
On
Off Time
1.2. Proses-proses Oponen dalam Motivasi Sumber: Morgan, dkk. (1986)
7
Gambar 1.2. a. menunjukkan jalan umum dari suatu keadaan emosi, dimulai dari keadaan normal (baseline). Titik puncak dari keadaan emosional-motivasional (disebut keadaan A) terjadi segera setelah situasi provokasi-emosi ditemukan. Catat bahwa keadaan A dapat suatu keadaan emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kemudian, dengan stimulus yang provokasi-emosi beradaptasi dan menurun ke keadaan tenang. Ketika situasi provokasi-emosi berakhir, suatu reaksi sesudah terjadi dimana keadaan emosional-motivasional adalah kebalikan dari keadaan A. Keadaan B (keadaan opponent) perlahan-Iahan menurun sampai baseline kembali diraih. Jadi, urutan dari perubahan emosional-motivasional akan seperti ini : baseline - puncak keadaan A - penurunan keadaan A ke keadaan tetap/biasa/steady keadaan B - penurunan ke keadaan B ke baseline. Sekarang, mungkin bahwa situasi emosional-provokasi yang sarna telah terjadi beberapa kali (gambar L2.b.). Barangkali pengguna heroin dalam contoh terdahulu menemukan meningkatnya kenikmatan dan dimotivasi (mungkin oleh harapan insentif-motivasi tentang kesenangan) untuk mengulang pengalaman itu berkali-kali. Atau mungkin seorang penerjun payung, setelah terjun pertama kali, dibujuk (mungkin oleh tekanan sosial) untuk terus ikut terjun payung. Dengan penggunaan yang berulangkali, toleransi minum berkembang, pengguna heroin akan mengalami kesenangan yang berkurang (keadaan A yang kurang), sementara intensitas ketidaknimatan setelah respon (keadaan B) meningkat. Pertamakali, pengguna heroin dimotivasi oleh harapan kesenangan yang meningkat, setelah menjadi pengguna tetap, dia sekarang dimotivasi untuk menggunakan heroin supaya mengurangi perasaan tidak enak dalam keadaan bebas obat. Dengan kata lain, pengguna tersangkut dan dimotivasi untuk menggunakan obat. Setelah terjun berkali-kali, pengalaman penerjun payung kurang merasa diteror (kurang dalam keadaan A) tetapi lebih ke keadaan emosi motivasional yang sebaliknya dari gembira (keadaan B) setelah terjun. Sekarang, setelah terjun di ketinggian yang lebih, proses seperti ini mungkin disebut perilaku mencari sensasi. Teori ini memberi kita suatu cara berfikir tentang dasar dari beberapa motif yang dipelajari. Pecandu heroin memerlukan suatu kebutuhan obat untuk tetap mempertahankan keadaan yang tidak menyenangkan bila berhenti, beberapa orang memerlukan suatu kebutuhan untuk sensasi supaya mendapatkan pengalaman setelah bahaya lewat. 4.
Teori Tingkat-Optimal
Pada umumnya terdapat teori hedonistik yang mengatakan bahwa ada suatu optimal tertentu, atau paling baik, tingkat dorongan yang menyenangkan (contohnya, Fiske & Maddi, 1961; Berlyne, 1971). Teori tingkat optimal mungkin disebut "just-right theory" (teori yang baik-baik saja). lndividu dimotivasi untuk berperilaku dalam suatu cara untuk menca2-aitingkat dorongan (arousal) yang optimal. Contohnya, jika dorongan itu terlalu rendah, seeorang akan mencari situasi atau stimulus yang menaikkan dorongan itu; jika dorongan terlalu tinggi, perilaku akan diarahkan ke arah penurunan dorongan. Bayangkan diri Anda sendiri dalam situasi sibuk di kantor, terlalu banyak kejadian, dan Anda merasa didorong terlalu banyak. 8
Maka Anda akan menemukan diri Anda meletakkan gagang telpon di meja supaya mengurangi beban. Dalam hal ini, Anda berperilaku ke arah tingkat arousal yang optimal. (
D.
MOTIVASI BIOLOGIS
Motivasi biologis secara luas adalah berakar dari fisiologis dari tubuh. Ada begitu banyak motif, termasuk lapar, haus, suatu keinginan untuk seks, regulasi/peraturan suhu, tidur, menghindari sakit,-cran Kebutunan akan oksigen. Bab ini akan memfokuskan pada motivasi lapar, haus, dan keinginan tintiik seks, dimana sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pencetus motif biologis. 1.
Pencetus Motif Biologis
Banyak motif biologis adalah dicetuskan,§~bagial) d1!taqg dflri kondisi keseimbangan fisiologis dari tubuh. Tubuh cenderung mempertahankan suatu keadaari-ekuilibriumlseimbang yang disebut homeostatis dalam banyak sekali proses internal dari tubuh. Keseimbangan itu penting bagi tubuh. Temperatur tubuh tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah, aliran darah tidak boleh terlalu bersifat alkali atau terlalu asam, selalu harus cukup air dalam jaringan tubuh, dan sebagainya. Para ahli fisiologis telah menemukan banyak mekanisme otomatis yang mempertahankan kondisi balance (seimbang) ini. Memperhatikan kontrol fisiologis otomatis terhadap temperatur tubuh pada titik 98,6"F (37" C). Temperatur biasanya tetap di sekitar titik itu karena mekanisme otomatis yang mengijinkan tubuh untuk panas atau dingin dengan sendirinya. Jika temperatur tubuh terlalu tinggi, keringat dan penurunan yang dihasilkan oleh penguapan temperatur yang lebih rendah. Jika temperatur tubuh terlalu rendah, getaran orang itu, menyebabkan tubuh membakar minyak lebih cepat dan untuk membangkitkan panas yang lebih. M~kanisme fisiologis otomatis yang mempertahankan keseimbangan ditamb.ahi oleh perilaku yang dim()tivasi. Contohnya, menurunnya temperatur mengatahkan.ke perilaku yang dimotivasi - misalnya, memakai sweater, menyalakan pemanas udara, menutup pintu, dan !'>ebagainya.Ketika tubuh kekurangan zat-zat tertentu, misalnya ma~d;n air, proses fisiologis yang otomatis bekerja untuk mengawetkan substansi-substansi yang kurang itu, tetapi cepat atau lambat air dan makanan harus diperoleh dari luar. Disini kehilangan keseimbangan menciptakan keadaan terdorong (drive state) yang mendorong seseorang atau binatang mencari makanan dan air. Jadi keadaan motifbiologis ditimbulkan, secara luas, oleh hilangnya keseimbangan, dan perilaku yang dimotivasi didorong oleh homeostatis yang tidak seimbang membantu memulihkan kondisi seimbang. _Hormon-hormon tertentu, atau "chemical messenger" (kurir kimia) beredar dalam darah jpga penting dalam memunculkan beo-erapakeadaan tuoun iang dimotiv~i.C;ntohnya, moti\T~seksual pada binatang tmgkaf rerrdTIh'berkaitan erat denganljp~k_a!..an hormon. Tetapl. -pada manuS-ia, peOCetus-palmg-penung dari doroJlgan se.ks.ual a9
9 --
--
--
yangsecarabiologisbelumlapar,sangatkeluarjauhdarikeadaanseimbang.Mungkincontoh terbaik dari keadaan terdorong oleh stimulasi indra adalah rasa sakit. Rasa sakit bertindak sebagai motif dan dimunculkan hampir selurohnya oleh stimulasi pengindraan. 2.
Motivasi Lapar Tentu saja kita hams makan supaya hidup. Proses biologis yang menopang hidup memperoleh energi mereka dan substansi kimia dari makanan. Jadi, dapat dimengerti, bahwa lapar adalah motif dasar primer yang diperlukan untuk hidup. (Hal yang sarna juga terjadi pada dorongan biologis lain, seperti haus dan regulasi temperatur). Apa yang mengaktifkan rasa lapar? Bagaimana mengatur makanan yang masuk? Jawaban untuk pertanyaan ini tidak mudah, karena dorongan lapar dan makan dipengarohi oleh banyak faktor. Berikut akan dibahas mengaktifkan lapar, penghentian makan - kenyang, serta otak dan motivasi lapar. a.
Mengaktitkan
Motivasi Lapar
Eksperimen yang dilakukan di awal abad ini mengarah ke kesimpulan bahwa sumber motiyasi lapar adalah kontrak otot perot. Ketika perot kosong, kontraksi terjadi, dan diindera; kontraksi yang diindera dikatakan menjadi signal untuk perasaan lapar. Tetapi riset terbaro telah menunjukkan bahwa orang mencatat perasaan normal terhadap lapar, meski ketika, secara medis, syaraf dari perot telah dipotong atau perot benar-benar telah dipindah. Karena itu kita haros melihat hallain dari kondisi tubuh yang memunculkan motivasi lapar dan motivasi untuk makan. Kebanyakan peneliti dari motivasi lapar sekarang percaya bahwa tingkatan atau tingkat penggunaan substansi nutrisi yang larot yang beredar dalam darah adalah penting untuk mengaktifkan pemberian makan. Mekanisme keseimbangan dalam pemberian makanan nampaknya mencari persneling untuk mempertahankan tingkat substansi nutrisi, atau ratarata penggunaan nutrisi, dalam batas tertentu. Jika tingkatan atau rata-rata penggunaan turon dari titik tertentu, disebut "set point", dorongan lapar muncul dan makanan diperlukan untuk menaikkan tingkatan darah dari nutrisi kembali ke titik tertentu (set point). Glukosa, atau "gula-darah" sekarang dipercaya sebagai substansi penting yang terlibat dalam munculny~otivasi lapar dan mencari makanan. Telah lama diketahui bahwa pemberian injeksi hormon insulin, dengan tingkatan yang lebih rendah dari sirkulasi gula darah, akan menyebabkan lapardan makan. Observasi dan eksperimen menunjukkan bahwa sinyal glukosa untuk lapar lebih dipacu oleh tingkat dimana glukosa telah dipakai oleh tubuh daripada oleh tingkatan absolut dalam darah (Mayer dalam Morgan dkk., 1986). Tingkat yang rendah dari penggunaan glukosa, seperti terjadi setelah peri ode waktu yang lama tanpa makanan dan dalam diabetis, dikorelasikan dengan catatan perilaku lapardan makan; tingkat penggunaan yang tinggi, seperti terjadi setelah makan, berhubungan dengan "kenyang" tidak adanya motivasi lapar. Tentu saja, glukosa, bukan satu-satunya bahan bakar tubuh. Yang lain adalah free fatty acids dari the breakdown of fat stores dan keynotes dari metabolismefreefatty acids. Peran dari bahan bakar ini dalam menstimulasi motivasi lapar
10
baru saja mulai dimengerti (Friedman dalam Morgan, dkk. 1986).Apakah faktor kritis dalam mengaktifkan lapar adalah tingkat penggunaan glukosa atau tingkat penggunaan bahan bakar lain, tubuh harus mempunyai suatu cara untuk mendeteksi/mengenali, atau memonitor, tingkat penggunaan atau tingkatan yang menunjukkan lapar atau kenyang. Dimana sel-sel yang mendeteksi tingkat penggunaan atau tingkatan bahan bakar tubuh? Hipothalamus yaitu merupakan bagian dari otak yang secara kritis terlibat dalam motivasi lapar dan dalam sejumlah motifbiologis lain. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa selsel syaraf di daerah tertentu dalam hipothalamus berhubungan dengan feeding/pemberian makan mungkin dapat memonitor tingkat penggunaan glukosa. Penelitian lain telah mengusulkan bahwa reseptor/penerima untuk glukosa dan bahan bakar lain adalah dalam hati/liver (Friedman & Stricker dalam Morgan, dkk. 1986) informasi tentang nutrisi darah dibawa ke otak sepanjang jalan syaraf berhubungan dengan hati dan otak. Tentu saja, motivasi lapar dan makan diaktifkan bukan hanya oleh faktor-faktor internal saja. Thnda-tandadan bau makanan yang le:?:i:lt dapat m~n$ar~hka!lk~ mak'!.IL!)1eskipun keadaan kebutuhan intemal(internal need) tidak ada. Dan tentu saja kita telah belajar makan pada waktu-waktu tertentu saja bukan pada waktu yang lain.
b. PenghentianMakan - Kenyang Pemulihan tingkatan dari makanan setelah makan beberapajam. Tetapi, tentu saja, kita berhenti makan jauh sebelum pemulihan ini terjadi. Sehingga tubuh harus mempunyai beberapa cara mengurangi motivasi makan dan berhenti makan adalah bebas dari faktor aktivasi. Eksperimen telah menunjukkan bahwa perut terdiri dari reseptor-reseptor nutrisi yang memberi rasa kenyang, yaitu suatu tanda untuk berhenti makan (Deutcsh dalam Morgan, dkk. 1986).Tanda ken..Ya!!&yang lain mungkin dib~ hormDlLyangdisebut cholecystokinin (CKK). Horman ini, yang terlibat dalam breakdown offats, muncul seketika ketika makanan111encapai bagian dari usus di bawah perut. Injeksi CCK ke tikus yang dilaparkan yang menyebabkan dia makan menyebabkan tikus-tikus ini berhenti makan dan mulai grooming (seperti menggaruk-garuk gatal untuk mengambil kutu) dan perilaku lain sebagai bagian dari tikus yang kenyang (Smith & Gibbs dalam Morgan, dkk. 1986). Tetapi peran CCK sebagai hormon yang mengenyangkan telah dipertanyakan. Salah satu alasannya adalah bahwa jumlah dari CKK dalam injeksi melebihi keadaan normal yang diperlukan untuk kenyang (Deutch dalam Morgan, dkk. 1986); masalah lain adalah jumlah relatif dari CCK dalam inie.~simembuat binatang merasa sakit (fan kare!!
Otak dan Motivasi Lapar
Hyphothalamus telah lama dipetimbangkan sebagai pengatur penting dari motivasi lapar. Pekerjaan klasik di tahun 1940-an dan 1950-an (Hetherington & Ranson, Anand & Brobeck dalam Morgan, dkk. 1986) menekankan sumbangan dua wilayah hyphothalamus (VHM)-=-0teralHypnthnlnmus dipertimb~~gkanmeniadi suatu wilayah munculnya '!l0tivasi
~ ~.
jie.n~ngk.an Ventromedial
Hypot~ala~~~
~ikatak.an_.~rl~bat da~~entikan
Gagasan ini berdasarkan pada percObaanpada binatang dimana 11
-
-
dua daerah itu dihilangkan dengan melukai atau memberi stimulasi listrik yang berarti kebakaran kecil, berupa elektroda yang terjadi di otak. (Luka itu dibuat ketika binatang diberi matirasa, stimulasi elektroda ditempatkan di otak mereka dan menyerang ke rongga-rongga kecil dari tengkorak sehingga stimulasi rasa sakit yang lunak dapat diberikan ke mereka ketika mereka sadar dari matirasa). Stimulasi listrik dari hipothalamus lateral ditemukan untuk mendatangkan makan (respon lain juga, tetapi dalam cerita lain); stimulasi ventromedial ditemukan untuk menghentikan perilaku makan yang sedang berlangsung. Luka dibuat di dua daerah ditemukan untuk mendapatkan efek yang berlawanan dari stimulasi itu. Binatang yang mengalamikerusakal! di hipothalamu$ latexa1.!i~_aka~an makan alau-mimJU1-dan sedlFa perlahan-lah,m mati karena kelapar.an kecuali diberi peniwatan khusus (Taitelbaum, Anand & Brobek dalam Morgan, dkk. 1986). Ketika kerusakallclilakqkan di daerah ventromedial, binatang mengembangkan nafsu mal
padaLH mungkin menyebabkan set pointitu turun, sedangkan luka pada VHM menyebabkan set point naik (Keesey & Powley dalam Morgan, dkk. 1986). Hipotesa lain penyebab makan berlebihan setelah luka pada VHM mengubah metabolisma sehingga kebanyakan dari apa yang dimakan diubah untuk gemuk (Friedman & Stricker dalam Morgan, dkk., 1986). Semenjak sebagian besar persediaan nutrisi tubuh mengarah ke gemuk, binatang dengan luka VHM hams makan lebih ban yak daripada yang biasanya mereka makan supaya mempertahankan persediaan bahan bakar yang mereka butuhkan tubuh mereka pada tingkat yang memadai.
~ivasnraus
Apa yang mendorong kita untuk minum ? (Apakah air?). Faktor-faktor stimulus memainkan peran yang sangat besar dalam memprakarsai minum. Kita minum untuk membasahi mulut yang kering atau rasa minuman yang enak. Dicetuskan oleh stmulus ini dan insentif, kita cenderung minum lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh, tetapi adalah mudah bagi ginjal untuk membuang kelebihan cairan. Tetapi tentu saja, karena mempertahankan tingkatan air adalah penting untuk hidup itu sendiri, tubuh memiliki seperangkat proses homeostatis internal yang kompleks untuk mengatur tingkat cairan dan perilaku minum. !ingkat air dalam tubuh dipelihara oleh kejadiaQ-kejadianf-isialogisdalambeberapa hOl"mony~!PJhprmonanJi(jjW.?Jic. (ADm, yang m~~tur pel!ghilangan air melalui ginjal. Tetapi mekanisme fisiologis yang terlibat dalam mempertahankan tingkat air dalam tubuh tidak secara langsung terlibat dalam motivasi haus dan minum.
Motivasi haus dan minum secara utama dicetuskan oleh dua kondisi dalam tubuh, yaitu kehiHmganaIr dart sel-sel dan penurunan volume darah. Kettk:rairilrnmg oari calftUffii15uh, air menTnggalkanbagian dalam dari seT-seJ,sehingga menyebabkan dehidrasi pada sel tersebut. Di bagian dalam atau bagian depan dari hipothalamus adalah sel-sel syaraf yang disebut osmoreceptor, yang menghasilkan impuls-impuls syaraf ketika mereka mengalami dehidrasi. Impuls-impuls syaraf ini bertindak sebagai tanda (signal) untuk haus atau untuk minum. Ini ditimbulkan oleh hilangnya air dari osmoreceptor yang disebut cellular dehydration thirst.Hilangnya air dari tubuh juga menyebabkan hypovolemia, atau suatu penurunan dalam volume daraIl:Ketlka vol!!DJp. rlMll"]1Unin-;terJaoiJuga penurunan pada tek1mandarah. Tufullnya It:kiillar1
minum disebutdouble -depletion hypotesis. Anda dapat melihat bagaimana kedua mekanisme itu bekerja setelah bermain tenis yang membuat berkeringat, tubuh telah kehilangan air, osmoreseptortelah mengalami dehidrasi, dan volumedarah telah menurun. Haus dimunculkan, dan Anda minum untuk membasahi sel-sel Anda dan mengembalikan volume darah Anda ke tingkat yang nOl"mal.
13
-
---
Mengapa minum berhenti? Tikus, anjing, monyet dan orang berhenti minum sebelum keseimbangan tubuh mereka kembali. Karena itu harus ada semacam mekanisme yang memonitor dalam mulut, perut, atau tekanan yang menunjukkan bahwa air sudah cukup dikonsumsiuntuk memenuhikebutuhantubuh.Reseptordalam tubuhdan intestinenampaknya mengerjakan tugas ini. 4.
Motivasi Seksual
Peril
Hormon Seks dan Peran Pengorganis~iannya Estrogen, hormon seks pada wan ita, sebagian.besar berasal dari indun.s--t-eJuIltetapi mereka jugaDemsal d;i kelenjar adrenal. Estradiol adaJah salah satu dari estr~geTLyang paling perilmg. Androgens adalah hormon seks pada pria, dikeluarkan ke dala11}9a!"ahdari testes dan kelenjar internal. Testosteron adalah androgen utama. Baik hormon seks pria l}1aupun wan ita ada pada pria maupunwanita; hanyajumlah relatifh)'ayang-oerbeda. Peran pengorganisasian dari horman seks ini harus dilakukan dalam- pengaIJlh struktur tubuh dan otak,khususnya w.ilayahhipothafamus yang mengatur keluamyahormon. Disamping seks seseorang itu adalah diturunkaniwarisan (gen-gen yang disebut kromosom seks memberi dasar pertumbuhan pada bayi untuk berkembang menjadi pria atau wanita), organisasi tubuh dan otak apakah itu pada laki-Iaki atau perempuan tergantung pada ada tidaknya hormon yang memadai selama mas a kehidupan awal dalam kandungan. Gen-gen pada kromosom seks mulai mengembangkan seks pada satu arah atau arah yang lain, dibawah pengaruh mereka,
14
fetus/janin dengan kromosom seks mulai mengembangkan janin dengan kromosom seks laki-laki. Hormon ini kemudian berhubungan dengan perkembangan seksual selanjutnya dad tubuh dan otak. Padakcl1idupan...kemudianyainLpadamasa pubertas, organ-org~n seks ..tumbuhdengan cepat:dan pengeluaran !!QDDonmemngkc1t..Ciri-ciri seksual kedua, yaitu pembesarnn payudara, bentUk tu.l2.!ITCPita suara, jumlah dan permukaan rambut muka, berkefnbang diDawanpengaruh hOf{Ilonestrogen dan epdog~n.s.eJaDJa l1)a~HtR.u~rtai.. - Bukan hanya tubuh. unhl teta~ hpmp~ihlm otak, nampaknY£l,...Gffit:ganidr olfili hormon seks untuk mempen~n se.Qaggilaki-lakl.ataJLP-~PJ,J.all..J5:inijelas dalam asus binatang tingkat yang lebih rendah, dimana organisasi anatomis dad bagianbagian tertentu dari otak - khususnya hipothalamus - dapat diubah oleh pemberian hormon dalam kehidupan awal mereka (Gorski, dkk. dalam Morgan, dkk. 1986). Semenjak putaran keluamya hormon dilibatkan dalam siklus menstruasi dikontrol oleh hipothalamus, jelas bahwa otak pria dan perempuan, yang tidak punya putaran yang naik-turun, diorganisasi dengan cara yang berbeda. Apakah ada perbedaan yang tidak kelihatan di wilayah otak selain dad hipothalamus yang dapat menerangkan secara parsial perbedaan seks manusia dalam berbagai kemampuan adalah topik yang sangat hangat. b.
Hormon Seks ~a~ Peran ~enggiatannya \ Apakah ii~t yang lebih.!ln~L atau tingkat yang normal dari sirkulasi hormon seks dalam darah.-!!l_en~ktifkal!> ~!au IJlemicup~nla~!l~k~? Jawabannya adalah "ya" untuk spesteSDetfna pada binatang tingkat lebih rendah. Ketika tingk~~'!.1! estrog~n d~la11ldarah meningkat selama siklus reproduksi, bet!n~p',!Q.<.Lba~esies ada pada masa estrus}.atau 'p~s', (fan secara aktif ~ImnI1)engah!rp~riJakuseksualn¥a; k:,tika tidak pada mas~ estrus, mereka---secara umum tidak a~uhJ~~da_cumbuanspesies iantan. Sebaliknya pada manusia perempuan, aktivasi perilaku seksual oleh estrogen adalah problematik. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa puncak daya tarik seksual pada titik tengah siklus menstruasi, ketika tingkat estrogen meningkat, penelitian lain menunjukkan bahwa daya tarik seksuallebih besar terjadi segera diikuti oleh menstruasi, ketika tingkat estrogen relatif rendah (Bancroft dalam Morgan dkk., 1986). Bahkan, setelah menopouse, ketika ada pengurangan secara menyeluruh jumlah estrogen dalam sirkulasi darah, ada perubahan kecil padadorongan seksual padakebanyakan wanita. Karena itu hubungan antara hormon dan dorongan seksual pada wan ita tidak dibuktikan. Stimulasi ekstemal, ke~saan, dan sikap na~e£lls!!Ya.menjat1i I~bih penting dad llada hormon dalam mpnga~laku seksual pada Dan! g~clis dan wan ita. ..-
Pada pejantan ~hiJlaJang endr~estosterol!,
tingkatr~dah dan ~anusia -s~Ju dari harus ada untu' .. ilaku seksual. Peningkatan di
atas~lh~!!I~ .~kan ti~~~C?r1adi.p~n-&.'lru~ ata~ hany~ .sedikit .£~ motIVasldan penlaku seKsmItpna (Berman & DavIdson dalam Morgan, dkk. 1986). Pna memDlifufikailr.ngImttest~er6ntertentu untuk mengatur perilaku seksual mereka. Kastrasi pada binatang tingkat rendah dan pada pria mengurangi dorongan seksual pria. ~ya pria dilengkapi dan dibuat siap untuk perilaku seksual oleh tingkat endrogen yang normal. - -----15
-
-
Pemicu pada pria dengan tingkat endrogen yang normal nampaknya menjadi stimuli ekstemal - khususnya isyarat-isyarat dari wanita bahwa dia tertarik pada seks. c.
Stimulus Luar, Belajar, Seksual - - - dan - Perilaku---~
St!JPulusJuar memainkan suatu peran pada perilaku seksual semua binatang, tetapi stimulus luar itu terutama penting dalam'mengaktitkiii motivasi seksual pada binatang ting~illinggi dan"'!p~nusia.Manusia yang secara hormonal siap digetafkan secara seksual oleh perkataan orang lain, wajah, gaya, suara, cara berpakaian. dan wewangian orang lain. DengankataJ~in, kebanyakan perilaku- seksual -- "dihidupkan" oleh stimulus -- yang bertindak -
sebagaiinsentif
- -
Belajar mempunyai banyak pengaruh terhadap penyebab dan ekspresi perilaku seksual pada binatang tingkat tinggi dan manusia. Pada binatang tingkat rendah, perilaku seksual cenderung sarna untuk semua anggota spesies, perilaku mereka stereotipe, reflektif, dan otomatis, dan dipicu oleh stimulus tertentu yang memadai yaitu ketika kondisi hormonnya sesuai. Sebaliknya, meski perilaku seksual manusia mempunyai dasar biologis (seperti ditunjukkan di atas), ada banyak sekali variasi stimulus yang menyebabkan seseorang berperilaku seksual dan pada cara mengekspresikan perilaku seksual. Kebanyakan vatiasi dalam perilaku seksual manusia dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya. Pengalaman belajar sebelumnya itu penting, bukan hanya untuk perilaku seksual saja tetapi juga penting untuk motif-motif sosial. E. MOTIF-MOTIFSOSIAL MotifSosial agalah keadaan motif yang komple\s:s,atau kebutuhan yang kompleks, yang merbpaka:i1~er dari banyak tindakan manusia. Motif-motif itu dise~uuosial karena mereka dipelajari dalaIl! kelompok, khususnya pada-kelompok keluarga ketikE-mereka tumbuh sebagai anak, dan karena biasanya motif-motif ini melibatkan orang lain. Motifmotif manusia ini dapat dipandang sebagai keadaan umum yang mengarah ke banyak perilaku khusus. Tidak hanya membantu menentukan apa yang orang lakukan, motif-motif ini tetap ada, tidak pemah terpuaskan sepanjang tahun. Tidak ada motif yang dapat segera dipenuhi, sedangkan. motif ini_kemudian harus diarahkan ke hal lain. Contohnya, jika seseorang mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi - yaitu suatu kebutuhanulifu1<:berteman ~
diaakan membuat persahabatan dengan seseorang, tetapi ini tidak memtiaSkan mofitnya.
Orang itu didorong untuk berteman dengan. orang lain lagi dan tetap mempertahankan persahabatan ini setelahpersahabatan ituterbentuk.Jadimotif sosialitu umum, memunculkan ciri-ciri yang tetap pada seeorang, dan sejak motif ini dipelajari, kekuatan motif ini berbedabeda antara satu orang dengan orang lainnya. Akibatnya, motif-motif sosial adalah komponen penting dari kepribadian - ketahanan dan ciri berbeda di antara masing-masing orang. Banyak motif sosial telah diusulkan.J'ie;amotif sosial yang paling e..entingadalah motif u.ntukberafiliasi, motif untuk kekuas
1.
Pengukuran Motif-motif~osial
Untul< menguk.!lr motif-motif sosial, atau k~_b~tuEan,ahli-ahli psikologi mencoba menemukan tema-tmlQ.ll.!!l~n~~llan&.}!~1U~ng -cicf
'pwyektif~ Tes-tes atau t arkan ada gagasan bahwa orang akan membaca perasaan dan kebutuhan-kebutuhan ~e.ka..s.endi.ci..dalammateri yang ambigu (me~au ti~n.iKtu~deskripsl ~era tentang materi-mate:i.te~s~butakan memunculkan motif-
--
-
motif sosial kar~na.I1)~reka akanmemproyeksibTrfhotir
materi-rnateri ... m~~eJ5.~.ke.
tadi.
Thematic Ayperception Test (TAT) adalah suatu tehl1jl<proye.ksiyang.sudah begitu banyalCdlgu~J!!ili1.k mengukur..mDtlr=motif~lal.balam tes ini dan tes-tes lain yang sej~serangkaian gambar yang sudah distandardisasikan menggambarkan berbagai orang dalam berbagai situasi, dan orang yang sedang dites diminta untuk membuat cerita yang menerangkan apa yang sedang terjadi pada gambar tersebut. Tema-tema motivasional ditemukan melalui cerita-cerita tentang gambar tersebut. Contohnya, ketika melihat gambar seorang pria yang duduk di meja, seseorang mungkin akan menguraikan suatu cerita tentang bagaimana kerasnya pria itu bekerja untuk suatu prestasi tertentu. Ketika melihat gambar seorang anak berdiri dengan sapu di depan toko, orang yang sarna mungkin akan membuat cerita tentang keinginannya berprestasi seperti si anak tersebut. Tema-tema kerja dan prestasi merefleksikan kebutuhan orang untuk berprestasi. Orang lain mungkin membuat ceritacerita yang merefleksikansuatukebutuhanuntuk berafiliasi,suatukebutuhan akankekuasaan, atau beberapa kebutuhan sosial lainnya. Cerita-cerita dan tema-tema di dalamnya dapat diberi skor, dan tingkat motif-motif sosial yang berbeda-beda dapat ditentukan. b.
Kuesio,!!.e!,.Keprib~ian Be.berapa tes tertuli" rli<:phntkuesioner alau..inventori, telah dikembangkan untuk mengukur kek~an dari motif-motif sosial. Inventori-inventori ini be!isi Q~tanyaan tentang
tipe~tipe
mis~l!}ya->-p.p~.yang aka_Q.l1)ereka~~1s:ukan dan ingin
Tes Situasional
~ketiga
untuk mengukur motif-motif sosial adalah menciptakan situasi dimana
tindakan seseo"1!kan menampaKKa:fimotif.:liibtifdoOllnan 1]lereka.Contohnya, kebutuhan untuk berafi1lasi bisa diukur dengan memberi seorang individu pilihan antara menunggu di suatu ruang dengan orang lain atau menunggu di suatu ruang sendirian. Agresifitas seorang anak dapat diukur dengan membiarkan mereka bermain dengan boneka dan mengobservasi jumlah respon agresif yang mereka buat. Atau agresi dapat diukur dengan mencemooh mereka untuk melihat apakah mereka akan membalas dengan cara yang kasar atau tidak.
17
F.
MOT/VAS/ BERPRESTAS/
Kebutuhan untuk be restasi n.ach =~
of achievemen!2adalah salah satu dari motif-
motif SOSI eland dkk. dalam Morgan, dkk. 1986), dan riset untuk motif ini masih berlangsung sampai saat ini (Spence dalam Morgan, dkk. 1986). Hasilnya, kita bisa tahu lebih banyak tentang motif ini. Oranz_yang mempunyai kebutuhan untJIkberprestasi sangat kuat W!!am berusaha supaya beip;estasi dan untUk memperballcl prestasi kerja mereka. Mereka adalah orang-orang yang berorientasi tugas dan lebih suka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada tantangannya dan pada pekerjaan dimana prestasi mereka dapat dievaluasi dalam beberapa cara, apakah dengan membandingkan prestasi mereka dengan orang lain ataukah membandingkan dengan suatu standar kerja tertentu. Resminya, "prestasi adalah perilaku yang berorientasi tugas yang mengijinkan prestasi individu dievaluasi menurut kriteria dari dalam maupun kriteria dari luar, yang melibatkan individu berkompetisi dengan orang lain, atau kalau tidak terlibat pada beberapa standard keunggulan" (Smith, Spence & Helmreich dalam Morgan, dkk. 1986). Motif berprestasi dapat dilihat pada banyak bidang usaha manusia -contohnya: pada pekerjaan, di sekolah, dalam rumah tangga, atau pada pertandingan olah raga. Dalam membahas motivasi berprestasi sebagai bagian dari motif sosial, maka kita akan membahas: Sumber Dari MotifBerprestasi, Motivasi Berprestasi dan Perilaku, serta Motivasi Berprestasi Dalam Masyarakat.
1... ~r
Dari Motif ner.pTJ~stasi ----...-.
M_engapf!1>e..~eraQaorang memiliki kebutuhan berprestasi .yang tinggi? Sejak motifmotif sosial termasuk kebutuhan untuk berpresrasi - OipelaJari secara luas, jawaban umum biasanya adalah perbedaan dalam pengalaman di awal kehidupannya mengarah ke berbagai macam motivasi berprestasi (dan motif-motif sosiallainnya). Lebih khusus lagi, a.!!-a.k.hdajar meniru perilak!1 9nmg tua mereka dan orang-orang p'enting lainnya yang bertindak sebagai model. ~lalui bclajar. del!g~. I11eng.amati(Bandura & Walters dalam MbrgaIl,Okk. 1986) anak men~ambil atau mengadopsi ciri-ciri model, termasuk kebutuhan untuk berprestasi jika m~~el mempun)'ai kebutuhan ini untuk suatu derajad yang dikenali. Harapan orang tua untuk a!1ak-anak merel<:ajuga pentii1~ d-alam perkembangan motivasi beJ:]2f~asi (Eccles cIalam Morgan,OKlrt986T:Jika orang tua mengharapkan anak-anak rflereka bekerja keras dan berusaha untuk sukses, mereka akan mendorong anak -anak mereka untuk melakukan hal itu dan memuji/menghargai mereka untuk perilaku yang mengarah ke prestasi. Serangkaian harapan orang tua yang berhubungan dengan motivasi berprestasi berkenaan dengan gagasan-gagasan ketika anak-anak harus menjadi mandiri dalam suatu ketrampilan, misalnya: "mempertahankan kebenaran", "mengenal jalan-jalan di sekitar kota", "bermain dengan pengawasan yang minimal", dan umumnya adalah melakukan sesuatu secara mandiri.
2
Motivasi nerprestasi ~~n Perilaku Tingkat dimana orang dengan motivasi berprestasi yang kuat dapat menunjukkan perilaku yang berorientasi ke prestasi tergantung pada banyak faktor. Salah satu faktor itu 18
adalah - takut akan kegagalan - yang dikatakan menghambat pemunculan perilaku berprestassi (Atkinson; Atkinson & Birch dalam Morgan, dkk. 1986). Untuk orang yang takut gagal biasanya kebutuhan berprestasinya relatif rendah, motivasi berprestasi mengekspresikan dirinya dalam berbagai cara (McClelland &Winter; Hoyenga & Hoyenga; dalam Morgan, dkk. 1986). 1. Orang dengan n. ach tinggi lebih suka bekerja dengan tantangan yang moderat yang menjanjikan kesuksesan. Mereka tidak suka melakukan pekerjaan yang mudah, dimana tidak ada tantangan sehingga tidak ada kepuasan untuk kebutuhan berprestasinya, mereka juga tidak suka melakukan pekerjaan yang sulit, dimana kemungkinan untuk suksesnya kecil. Jadi orang dengan motif berprestasi tinggi adalah orang yang realistis dalammemilihtugas,pekerjaan,dan lapangankerja,yaitumerekalebihsukamencocokkan antara kemampuan mereka dan apa yang dituntut dari pekerjaan itu. 2. Orang dengan n. ach tinggi menyukai tugas-tugas dimana prestasi mereka dapat dibandingkan dengan prestasi orang lain; mereka menyukai umpan balik mengenai "bagaimana mereka melakukannya". 3. Orang dengan n. ach tinggi cenderung tetap mempertahankan pekerjaan yang sudah mereka capai yang berhubungan dengan karir atau merefleksikan ciri pribadi mereka (misalnya kecerdasan) yang dilibatkan untuk mencapai puncak. 4. Bila orang dengan n. ach tinggi sukses, mereka cenderung menaikkan tingkat aspirasi mereka dalam cara yang realistis sehingga mereka akan terus bergerak ke tugas-tugas yang lebih menantang dan lebih sulit. 5. Orang dengan n. ach tinggi senang bekerja dalam situasi dimana dia dapat mengontrol hasilnya, mereka bukan penjudi. Perilaku yang berhubungan dengan achievement ini ada pada pria dan wan ita yang sukses dalam bisnis dan profesi. Tetapi banyak wan ita dengan n. ach tinggi tidak menun jukkan ciri-ciri perilaku achievement dari pria. Contohnya, banyak wanita yang tinggi dalam n. achnya menyukai pekerjaan yang mempunyai resiko moderato Jadi perbedaan dalam jenis kelamin muncul dalam perwujudan kebutuhan untuk berprestasi. Untuk mencoba menghitung perbedaan jenis kelamin ini, motif lain yaitu ketakutan akan kesuksesan (fear of success) diulas untuk wanita. Tes-tes y~ng dikembangkaunampaknYil l!nt~k meEunjukkan bahwa wanita percaya bahwa prestasi sukses mereka akan mempunyai dampak negatif seperti menjadi tidak populer dan perasa~n bahwa feminihitas mereka berkurang. Wanita ditemukan memandang kesuksesan sebagai berlawanan-dengalrpetan mereka dalam budaya kita karena itu mereka takut. Adanya pandangan seperti itu dapat menyebabkan perilaku yang mengarah ke prestasi pada wanita berubah. Penelitian berikut mempertanyakan keberadaan motifuntuk menghindari kesuksesan secara umum pada wanita (Tresemer dalam Morgan, dkk. 1986), tetapi ada bukti bahwa beberapa wan ita, khususnya yang menerima pandangan tradisional ten tang peran wanita dalam masyarakat dan kemudian berada dalam situasi kompetitif - mempunyai perasaan takut akan kesuksesan (Patty & Safford dalam Morgan, dkk. 1986). Sehingga ada
19
perbedaan individual dalam motif takut akan kesuksesan. Kepercayaan tentang peran jenis kelamin telah berubah akhir-akhir ini, dan sekarang sedikit wanita yang menunjukkan motif takut akan kesuksesan yang kuat. Jika kecenderungan barn ini terus berlangsung, maka secara umum, motivasi berprestasi pada wanita dapat diharapkan menjadi seperti pada kaum pria. ~ 3.20 e'" ;>
<:I C
.[
Low
~..
competitive
3.00
.g ebO
.... .... High .. .. ..
competitive 2.80
13
'"
::E
2.60 Low workmastery
High workmastery
High work- Low workmastery mastery
Females
Males (a)
'" 25 I u'" =-0
4.50 '" = .0
=0 =-= <:1-
.u 13 '"
:a "" 20 13g §
::2
::E
15 t
Low competitive
4.00 3.50.-
.... ;..... High competitive
10
3.00 .Low workmastery
High workmastery
Low workmastery
(b)
Gambar
High workmastery (c)
1.3. Beberapa Tingkat Kinerja
Tingkat tertinggi dari kinerja didapat dari orang yang memiliki motivasi berprestasi dan sebaliknya pada orang yang rendah motivasi bersaingnya. (a) adalah rerata tingkatan pada pria dan wanita (b) adalah rerata pendapatan per tahun para pengusaha (c) adalah tanda penghargaan dari penerbit yang diperoleh ilmuwan pria Sumber: Morgan, dkk. (1986)
20
Dalam dunia bisnis, di sekolah, dan di berbagai profesi, diharapkan motivasi berprestasi menjadi suatu prediktor penting untuk kesuksesan. Pandangan umum juga memprediksi bahwa orang-orang yang paling sukses adalah orang-orang yang mempunyai dua motif yaitu motivasi berprestasi dan motivasi berkompetisi yang kuat. Tetapi beberapa riset terbaru yang menarik nampaknya mempertanyakan gagasan umum ini. Orang paling sukses yang diidentifikasi dalam penelitian ini mempunyai skor tinggi pada motivasi berprestasi atau orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah dalam motivasi berkompetisi (Spence & Helmerich dalam Morgan, dkk. 1986). Contohnya, gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa ada suatu pola yang konsisten dimana tingkat prestasi yang paling tinggi ditentukan oleh orang-orang yang tinggi dalam motivasi berprestasi - disebut kerja yang mengagurnkan - tetapi rendah dalam motivasi berkompetisi. Gambar itujuga menunjukkan bahwa motivasi berkompetisi memperbaiki prestasi orang-orang yang motivasi berprestasi atau kerja yang mengagumkan rendah, tetapi merusak prestasi untuk orang yang motivasi berprestasi tinggi. Semakin banyak ditemukan fakor-faktor yang mengubah perwujudan motif berprestasi ini.
3. Motivas~ Be.rprestasi ])!13m Masyarakat rDiduga bahwa kebutuhan untuk berprestasi dihubungkan ke pertumbuhan ekonomi dan bisnis masyarakat(McClellanddalamMorgan,dkk. 1986).Jadi,kalauparapenelitimenemukan bukti motivasi dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang pertumbuhan masyarakat pada masyarakat itu. Dengan mempelajari motivsi sosial yang diungkapkan dalam literatur kebudayaan populer (khususnya buku anak-anak) dan menghubungkan hal tersebut dengan sejarah perekonomian, para peneliti telah menemukan bahwa suatu tingkat yang tinggi pada motivasi berkorelasi dengan berbagai indeks pertumbuhan ekonomi, seperti misalnya konsumsi listrik. Studi-studi ini menunjukkan bahwa suatu kebutuhan untuk berprestasi datang sebelum semburan pertumbuhan ekonomi naik dan turun di ekonomi negara Inggris antara tahun 1550 dan 1850. Perubahan ekonomi diukur oleh perubahan dalam import batu bara. Ketinggalan antara tingkat motivasi berprestasi dan perubahan ekonomi sekitar 50 tahun. Untuk abad ke-20, para peneliti telah menemukan ketertinggalan yang lebih pendek. Meskipun hubungan antara n ach dau p-ertumbuhanekonomi bersifat sugestif, iQi tidak membuktlkanoafiwan. ac:bIDen-Yebabkan.p.~_rtumbuh~~kOnOilli:1(eduanya (;;. ach dan pertumbU1TIIJrekulloml)dipeng~h fakto~-fakfflF-Iam. TeTapr-pen-g~tahuan tentang motif-motif sosial domin~am suatu masyarakat mungkin membantu kita memahami sejarah dan meramalkan masadepan. Psikologi terapan terhadap sejarah dan kecenderungan masa depan relatif baru, tetapi mungkin ini berubah menjadi suatu sumbangan besar. G. MOTIVASI BERKUASA -WIl1~dalam Morgan dkk. 1986) mendefinisikan kekuasaan sosial (social power) sebagai "suatuJ<~m<1mpuan--atau kapasitas.ruuJ.ieSe.or~ulltl,!Is.. menghaillkan (baik disadari -- --~...,.~ atau tidak) pen_&
21 - - ---
mengajak, memimpin, menarik orangJain,dan untuk menaikkan reputasi pribadinya dimata orang lain. Orang dengan motivasiberkuasa yang kuat memperoTehkepuasan dari peneapaian tujuan ini. Motivasi berprestasi (istilah yang biasa digunakan needfor power atau n.ach) berbedabeda kekuatannya dari satu orang ke orang satunya lagi dan dapat diukur dari eerita yang dibuat dalam tehnik gambar proyektif. Tingkat n.power pada diri seseorang direfleksikan dalam tema-tema eerita tentang kontrollangsung dari orang lain, dalam eerita-eerita tentang dampak emosional seseorang pada orang lain, dan berkenaan dengan reputasi orang dalam eerita mereka. Berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan motifberkuasa, seperti: Motivasi Berkuasa dan Perilaku serta Maehiavellianisme. 1.
Motivasi Berkuasa dan Perilaku
Memberi tingkatan motivasi berkuasa pada seseorang dapat diukur seeara kasar, kita dapat melihat bagaimana motif ini muneul dalam perilaku dengan menghubungkan skor tes motivasi berkuasa dengan apa yang sebenarnya dilakukan dalam dunia nyata. Motivasi berkuasa dapat ditunjukkan dalam berbagai eara; masalahekspresi ini sangat tergantung pada status sosial ekonomi seseorang (Hoyenga & Hoyenga dalam Morgan dkk. ]986), jenis kelamin (Hoyenga & Hoyenga dalam Morgan dkk. 1986),tingkat kedewasaan (Me Clelland dalam Morgan dkk. 1986), dan tingkat ketakutan individu terhadap motif berkuasanya sendiri(MeClellanddalamMorgandkk. 1986).Meskipundemikian,sejumlahpengelompokan perilaku telah dihubungkan dengan tingginya n.power (Me Clelland dkk, Winter dalam Morgan dkk. 1986).Berikut iniadalah beberapa eara dimana orang dengan motivasi berkuasa tinggi mengekspresiRandirjnya (Hoyenga & Hoyenga dalam Morgan dkk. 1986): I. 2.
3. 4.
5.
6. 22
Dengan tindakan yang impulsif dan agresif, khususnya oleh kaum pria dari golongan sosial -- ekonomi - ---- rendah. Dengan ikut serta dalam olah raga kompetitif, seperti hoki, sepak bola, d90bola basket, terutama oTehorang-orang dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah dan mabasiswa~ Dengan be~gabunKpadaorganisasi dan kantor saham dalam organisasi-organisasi ini. Diantara kaum_pria, dengan menjadi peminum dan dominan dalam hal seksualitas dengan perempuan. Kebutuhan berkuasa yang kuat pada pria, tetapi tidak pada kaum wanita, dihubungkan dengan kestabilan dalam berkenean suatu pasangan; hanya 9% dari pasangan tersebut dalam studi ini menikah, ketika pihak prianya punya n. power yang tinggi, sedangkan 52 % pasangan lain menikah (Stewart & Rubin dalam Morgan dkk. 1986). Dengan memperoleh dan mengumpulkan barang milikyseperti mobil-mobil idaman (mobil-mobil sport adalah salah satu favoritnya), senjata, kaset stereo yang besar/rumit, berbagai kartu kredit, dan barang lain sejenis. Mereka berhubungan dengan orang-orang yang kurang populer dan yang mudah dikontrol karena mereka tergantung pada dirinya untuk persahabatan itu.
7.
8. 2.
Dengan memilih pekerjaan seperti mengajar, diplomat,bisnis-,-da~r.endeta- pekerjaan dimana orang dengan n. power tinggi percaya bahwa mereka punya kesempatan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan membangun dan mendisiplinkan tubuh mereka; ini nampaknya merupakan ciri khusus dari wanita yang memiliki n. power tinggi. ~acbiavellianisme,
Niccolo Machiavelli (dalamMorgan dkk. 1986), dalam bukunya "The Prince", memberi beberapa saran praktis untuk para penguasa dalam hal mempertahankan kekuasaan. Dengan jelas dia katakan penguasa seharusnya dari luar mengikuti peraturan-peraturan moral konvensional tetapi secara diam-diam menggunakan praktek-praktek kecurangan dan pemalsuan untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Istilah "machiavelianisme" (Christine & Geis dalam Morgan dkk. 1986) telah diciptalsan dalampsikologi untu.kJl1.endeskripsikan orang yang menunjukkan motivasi berkuasa mereka d~ngal1. <;'-!!:amemanipufasi dan mengeksploitasi orang lain dengan cara memperdayai dan menjahati T!}
'-_.'.
~_. -
-
-----
H. MOTIVASI AGRESI Hampir semua akan setuju bahwa agresi adalah suatu motif dimana kita harus tahu lebih banyak. Kita menyerang, melukai, dan kadang saling membunuh; kita agresif secara verbal untuk menyakiti atau berusaha menghancurkan reputasi orang lain, dan perang nampaknya selalu terjadi dimana saja- ada 14.600perang selama 5600 tahun yang dicatat dalam sejarah (Montagu dalam Morgan dkk. 1986). Berikut ini akan dibahas : Instrumental dan Agresi Bermusuhan, Agresi Sebagai Suatu Insting Manusia, Sebab-Sebab Lingkungan dan Sosial Dari Agresi Manusia, Belajar dan Agresi Manusia, Mengontrol Agresi Manusia, Stimulus dan Kebutuhan Eksploratori, dan Pengaruh Motivasi. 1.
Instrumental
-
dan ~Agresi Bermusuhan
Istilah agresi sulit untuk d!~ikirkan, dan ada beberapa ketidaksepakatan mengenai apa
- -
23
y'ang sehaIl}s!}y_adi_s~-agresi dan apa yang-tid~. Suatu perbedaan seringkali dibuat a.!!J:ara agresi bermusuhan (hostile aggression) dan agresi mshllmental (mstrrl1ilental aggression). A~rtujuan .]UtllI(.melukar-6filRg-~ini. dahim_agresl instrumental (Bus~ dalam Morgan dkk. 1986) individu menggunakan agresi sebagai eara untuk memuaskan motif-motif lain. Contohnya,seseorang mungkin menggunakan aneaiilai1Ui1t~k memaksa orang- lam rnemenuhi keinginan mereka, atau seorang anak keeil menggunakan agresi sebagai suatu eara memperoleh perhatian dari orang lain. Fokus dalam bagian ini dalam hal agresi manusia adalah pada agresi bermusuhan. Suatu definisi yang banyak ditemukan dan eoeok adalah bahw,!hostile aggression adalah "bentukbentuk perilaku diarahkan ke tujuan untuk mclUkai atau menyakitl kehidupan oran-glain yang dimotivasi untuk menghindari perlakuan seperti itu" (Baron dalamMorgan dkk. 1986). Perlu dieatat bahwa definisi ini menunjukkan bahwa agresor eenderung melukai korban, meski intensitas itu sulit dinilai. Kita harus yakin bahwa ada keinginan untuk melukai sebagai label bagi suatu tindakan yang agresif. Kita manusia mempunyai begitu banyak perbendaharaan perilaku agresif bermusuhan. Agresif bisa dalam bentuk fisik atau verbal, pasif atau aktif, lang~ung atau tidak lan~sung (Buss dalam Morgan dkk. 1986). Perbedaan frsik dan verbal adalah perbedaan an tara menyakiti tubuh dan menyerang dengan kata-kata; perbedaan antara aktif dan pasif adalah perbedaan antara tindakan yang nampak dan suatu kegagalan untuk bertindak; agresi langsung berarti agresi kontak berhadapan langsung dengan orang yang diserang; sedangkan agresi yang tidak langsung terjadi tanpa adanya kontak langsung. Perbedaan ini memberi suatu kerangka kerja yang bermanfaat dalam mengkategorisasikan agresi bermusuhan manusia yang sudah ada (lihat Tabel 1.1). 2.
A.gresi S~i Suatu blstin~ Man~i~ Suatu gagasan yang berpengaruh tentang agresi manusia adalah bahwa agre~_ bagian dari "sif~atibinata.Qg" (Freud, Lorenz dalam Morgan dkk. 1986). Kita dikatakan sarna-sarna memiliki suatu insting agresif seperti pada binatang tingkat renda-h. Jadi, agresi manuslaoiKafakan sebagai suatu perilaku tipikal spes~, seperti sebula!1 p~da_binataJ1gyang lainLlmplifi~i dari pandangan iniadalah seeara alamikita adalah binatang agresif, bertempur, perang, dan pengl}aneuran telah dan akan berlanjut sebagai bagian utama dari sejarah manusla-drplanet bUnE ini~ Adiilah benar bahwajJagian dari otak manusia dan binatang mengatur perwu judan agres i dan bahwa tingkat hormon-hormon tertentu (misalnya: testosteron) dihubungkan dengan agresi (Moyer~~Morgai1dklc 1986), hampir semua ahli psikologi menolak pallifangan "sifat manusia" yang gelap dan pesimistis ini. Malahan para ahli psikologi ini meneI<.ankan penllngnya faktor-faktor1ingkungan, sosial, aanbeliijaryang menyebabkan ~ITgaffir perilaku ag-resi (Bandura, Baron, Berkowite dalam Morgan dkk. 1986). 3.
Sebab-Sebab _Lin_gkungan dan Sosial Dari Agresi Manusia
Frustrasi darisua!u_l!!..otifsej~k awal diusulkan sebagai sebab dasar dari agresi. Frustrasi terjadiiretika perilaku yang dimotivasi dihalangi, atau ditutup, sehingga tuJuanltu tidal<.dapat 24
dicapai. Bentuk yang kuat dari hipotesa-fru~trasi-agresi (Dollard, dkk. dalam Morgan dkk. 1986), seperli yang baru saja arsebutkan, menyatakan bahwa frustrasi selah.}mengbasilkan perilaku agresi, dim semua periIaku agresi selalu [email protected].~~ frustrasi. Te.tapi k}ta dapat dengan mudah berfikir tentang pen-gecualian ten tang hipQtflsnfYIJ~i Elgr-Bxirlaill..mben-tuk yang-kuat-ini. Comohnya, orang bfS'a bereaksi terhadap frustrasi dengan menarik diri dari situ;sTitu, dengan cara menyerah, dengan menggunakan alkohol atau mabok-mabokan, atau dalam bentuk yang lebih positif, misalnya dengan meningkatkan usaha untuk mengatasi frustrasi tersebut. Dan, pada hal-hal tertentu, tidak semua agresi disebabkan oleh frustrasi. AR£lkah frustrasi hasil. dari agresi atau tidak nampaknya tergantunl1.pada dua faktor. Pertama. frustrasi .ter.sc;.but hariIs kuat (Harris dalam Morgan dkk. 1986). Sebagian, kekuatan dari frustrasi ini tergantung pada harapan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan; hambatan dariJ1arapan yang tinggi dapat menjadi suatu penghasut yan~ efu.kti£bagi ~(Worche~am Morgan--dkk i986).15atam hubungan ini, menarik untuk dicatat bahwa penindasan masyarakat dan revolusi dihasut, bukan oleh kebanyakan anggota masyarakat yang tertindas, tetapi oleh orang-orang yang disamping frustrasi, juga memiliki harapan bahwa tujuan sosial yang mereka perjuangkan akan dapat dicapai. Kedua, frnstrasi harns di!erimasebagai-basil-dari tindakal!yaJ!g§ewenang-wenang. Agresi lebih nampak ketikafrustrasi diterima sebagai tidak dapat dibenarkan, dan-agreSItidak terjadi sarna sekali jika penghalang dari motif dipertimbangkan benar oleh individu yang frustrasi (Zillmann & Cantor dalam Morgan dkk. 1986). BarangkaILYill!&- umum, sl!..mb_~.r ~gresi sehari-hari adalah Denghinaan verbal atau penilaian negcili~rang lain (misalnya "da§.~r podQll':, ~I~n_sebagainya). Penghinaan seperti itu mungkin tidak begitu menyakitkan. Tetapi jika penghinaan itu dianggap sangat menyakitkan dan jika yang dihina merespon dengan tindakan yang membahayakan dialamatkan ke yang menghina, ini berarti penghinaan itu diinterpretasikan sebagai suatu tindakan yang agresif. Tindakan agresif ini memunculkan agresi pada orang yang dihina, dengan kata lain orang ini merespon dengan agresi balik. Dalam situasi umum dimana kita berusaha mempertahankan harga diri kita dimata orang lain, agresi balik untuk menghina adalah seperti mengintensifkan agresi asli, dan lingkaran setan dari reaksi ini akhimya akan mengarah ke agresi fisiko P~n1..ebaQ§.QSia!lain yang pentwg.dariagresi manusia adalah kerelaan dengan suatu o~~a yan~ n:e.nyuruh kita untuk men)!..erangorang lain. Contohnya, perintah atasan pada bawahannya di korp angkatan bersen jata. Anggota angkatan bersen jata mempunyai peraturan dimana bawahan harus patuh pada atasan. Kondisi Y
25
Tabel 1.1. Beberapa Bentuk Agresi Manusia
CONTOR
JENIS AGRESI Fisik, aktif, langsung
menikam, memukul, atau menembak orang lain.
Fisik, aktif, tidak langsung
membuat perangakap untuk orang lain, menyewa seorang pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung
secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan yang diinginkan atau memunculkan tindakan yang diinginkan (misalnya aksi duduk dalam demontrasi).
Fisik, pasif, tidak langsung
Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya (misalnya: menolak berpindah ketika melakukan aksi duduk).
Verbal, aktif, langsung
Menghina orang lain.
Verbal, aktif, tidak langsung
menyebarkan gosip atau rumors yang jahat tentang orang lain.
Verbal, pasif, langsung
Menolak berbicara ke orang lain, menolak menjawab pertanyaan, dB. tidak mau membuat komentar verbal (misalnya: menolak berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair).
Verbal, pasif, tidak langsung
Sumber: Morgan dkk. (1986)
Lingkungan lain yang berpengaruh, meski ini kontroversial, adalah hadirnya senjata di situasi dimana agresi dih:mlpkan.mUI?:C~. Dalam beberapa percobaanBerkowlfz- &'"I:ePage atau Frodi (dalam Morgan dkk. 1986)dldapat adanya senjata seperti pistol ditemukan dengan meningkatkan agresi dari orang yang marah. Tetapi studi lain dari Buss, Booker & Buss (dalam Morgan dkk. 1986) tidak dapat menemukan apa yang disebut "pengaruh senjata" tersebut. 4.
Belajar
dan Agresi Manusia
Teori belajar ..§..osiaL~enekankan peran imitasi terhadap perilaku orang lain sebagai penyeb~Bandura dalam Morgan dkk. 1986). Baik pada percobaan di labonitorium rnaupu~ kehidupan sehari-hari, orang yang baru saja melihat orang lain bertindak agresif cenderung melakukan hal yang sama pada situasi yang mirip. Agresi bersifat menular. Modeling Ealingyfektif jika perilaku agresif dilihat sebagai dapat dibenarkan dan mendapat hadiah, 9.f!.njika pengamat sudah dalam keadaan marah. 'Modeling dikatakan 26
bekerja karena modeling memberi: a. langsung menarik perhatian pengamat pada satu dari beberapa rangkaian perilaku yang mungkin (agresi sebagai pengganti usaha untuk mengambil muka) b. menunjukkan pada pengamat bahwa perilaku-perilaku tertentu itu baik-baik saja, sehingga menurunkan halangan untuk agresi, c. meningkatnya emosi dari pengamat dalam beberapa kondisi dapat memunculkan agresi d. menunjukkan pada pengamat tindakan agresi tertentu yang bisa ditiru. Televisi dan film memberi kita banyak sekali model-model agresi, dan pertanyaan tentang sumbangan mereka terhadap perilaku agresi sudah banyak dipelajari (Geen dalam Morgan dkk. 1986). Hasil dari studi-studi ini secara umum menunjukkan peningkatan agresi yang moderat, khususnya diantara anak laki-Iakiyang melihat kekerasan di televisi atau film. Tambahan untuk belajar sosial, klasikal kQl1.dis.iQning dan instf!!..menJaIJ.Q!!disioning dapat menjadi sumber penting dari agresi manusi(l. Klasikal_kondisioning terjadi ketika SfiiTiUi~stertentu_ata!!situ~i tertentu berpasangan satll deng~ lainnya. Confohnya, jika sitrJasfyang menghasilkan agresi sering diuTang-ulangdengan hadirnya oeberapa stimulus, seseorang bisa belajar untuk tidak menyukai dan menjadi agresif terhadap stimulus yang telah menjadi pasangan dari situasi yang memunculkan agresi. Selain itu, generalisasi perilaku agresi bisa menyebar hingga individu berperilaku agresif terhadap stimulus lain yang mirip. Contohnya, jika seorang anak seringkali diperlakukan sewenang-wenang atau seringakali dihina oleh ayahnya, maka ia akan belajar, melalui pengkondisian klasikal, untuk memunculkan permusuhan terhadap ayahnya itu. Dan generalisasi artinya, anak laki-Iaki tadi mungkin juga akan menunjukkan rasa permusuhan dan perilaku agresi pada figur-figur otoritas, seperti polisi, guru, atasan, dan sejenisnya. Pengk0!19..isiaJLin~trumental terjadi ketika oran~ dihadiahi.!di12~at untuk per.ilaku ~esi( mereka. Menurut prinsip intrumental kondisioning, perilaku yang dipoerkuat.akan lebih blln.yakterjadi di kemudiao had. Jadi, jika agresi diperkuai - diberi ~anjaran ~ maka ak
5.~
Manusia-
Jika seorang peneliti nampaknya menganggap agresi pada manusia berakar pada belajar, dan karena faktor-faktor sosial dan lingkungan tertentu, keberadaan potensial untuk perilaku agresi ini dapat dihambat dan dikontrol. Mengubah pendorong agresi mungkin bisadiharapkan menurunkan agresifitas dalam masyarakat kita. Contohnya, memiliki model agresif yang lebih sedikit, d(l_ncontoh-contoh dimana agresif dihentikan mungkin melTJbantu. Meski pOfensi untuk meombatasi agresi memberi kita harapan, tetapi akan sangat sulit mempraktekkannya dalam perilaku nyata bagaimana mengontrol perilaku manusia yang ditunjukkan oleh penelitian. Terdapat beberapa saran untuk itu, antara lain:
27
Hukuman untuk agresi adalah salah satu pendekatan klasik untuk mengontrol perilaku manusia. Hukuman (punishm~adi ketika suatu kejadian diikuti atau bergantung pada beberapa peruaku yang melmrunkankemungkinan perilaku itu akan terjadi lagi. Penghukum itu biasanya adalah pikiran yang tidak perlu, kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang mengikuti perilaku, hukuman, denda, loss of social acceptance (kehilangan penerimaan sosial), malu, dipenjara, dan hal sejenis lainnya. Ini dikenal secara luas di masyarakat kita bahwa hukuman agresi akan mengurangi perilaku agresif, tetapi, hukuman mungkin tidak seefektif yang diduga selama ini. Hukuman tampaknya bekerja paling baik ketika hukuman itu kuat, ketika penyerang secara relatif dapat menerima hukuman ini, ketika hal itu segera diikuti oleh perilaku agresif, ketika dorongan untuk bertindak agresif relatif lemah, dan ketika orang menerima hukuman yang sah dan memadai (Baron dalam Morgan dkk. 1986). Sebaliknya, hukuman mungkin tidak begitu efektif jika dipandang sebagai kasus yang digunakan pada masyarakat banyak sebagai alat untuk mengontrol kejahatan dan tindakan agresif lainnya. Jika hukuman digunakan secara tidak efektif, ini malahan akan meningkatkan kecenderungan untuk bertindak agresif. Hukuman adalah suatu bentuk frustrator, oleh karena itujustru mendorong dan membuat marah orang yang dihukum. Lagipula, didalamnya sendiri, suatu tindakan yang agresif memberi contoh untuk agresif. Contoh pendekatan klasik lain unlE.~menguran~i ~emarahan-rnrn--agre-sifitasdisebut katarsts:Katarsls mengarah-Irepelepasan suatu emosi, atau "membiarkannya keluar dari si~t~m~ikofisis seseorang".Contohnya,seringkalidikatakanbahwakita dapat melampiaskan kemarahandan agreSifitaskita keluar dari sistem kita dengan memu!
--
28
Pendekatan penting lain yang menarik untuk mengontrol agresi didasarkan pada pemyataan bahwa emosi-emosi dan perasaan-perasaan tertentu tidak coeok dengan marah dan agresi (Baron dalam Morgan dkk. 1986). Kemarahan itu bisa hilang ketika seseorang dibujuk untuk tersenyum, merasakan empati pada objek yang mau di serang, atau mungkin sedikit tertarik seeara seksual. Hasil dari studi laborat ini (Baron dalam Morgan dkk. 1986) nampaknya menunjukkan emosi-emosi dan respon-respon seperti itu bertentangan dengan kemarahan dan agresi dan hal itu berfungsi untuk mengurangi kemarahan dan agresi tersebut. Studi lapangan juga mendukung pandangan bahwa kemarahan dan agresi dapat dikurangi dengan respon yang berlawanan (Baron dalam Morgan dkk. 1986). Peneliti untuk studi mereka memilih suatu simpang empat yang eukup sibuk dengan suatu lampu lalu-lintas. Salah satu peneliti mengendarai mobil yang menunggu pada simpang empat itu untuk IS menit setelah lampu hijau menyala; dari sisi lain, seseorang mengamati reaksi pengendara pria (subjek penelitian) yang dipaksa hams menunggu. Bunyi klakson dan gesture yang agresif dicatat oleh eksperimenter tersembunyi. Ada tiga kondisi eksperimental (respon-respon yang tidak kompatibel) dan ada dua kondisi kontrol dalam eksperimen ini. Dalam satu kondisi eksperimen (empati), seorang wanita muda berjalan pineang melintasi jalan dengan kruk sebelum lampu hijau menyala; dalam kondisi kedua (humor), gadis muda ini menyeberang jalan dengan memakai topeng badut; pada kondisi ketiga (menimbulkan godaan seks seeara halus), gadis muda ini menyeberang jalan dengan pakaian minim. Dalam kondisi yang dikontrol, tidak ada orang yang menyeberang jalan; dalam kondisi yang dikontrollainnya (gangguan), seorang gadis muda, yang berpakaian normal, melenggang melintas jalan. Dalam semua kasus ini, wanita yang menyeberang jalan hilang dari pandangan begitu lampu hijau menyala dan IS menit tertunda mulai. Hasil eksperimen ini menunjukkan, dalam kondisi kontrol dimana tidak ada orang menyeberang jalan, 90% pengemudi pria membunyikan bel, dalam kondisi kontrol dengan gangguan, 89% pengemudi membunyikan bel. Tetapi ketika kondisi empati, bunyi klakson tumn menjadi 57%, kondisi humor 50%, dan kondisi yang menimbulkan godaan seks 47%. Perhitungan motivasi kita tidak akan lengkapjikakita tidak mendeskripsikan beberapa motif yang paling menetap dan kuat dari semua motif yaitu motivasi untuk meneari variasi stimulasi, untuk memproses informasi disekitar kita, untuk melakukan eksplorasi, dan untuk menjadi efektif dalam menghadapi tantangan dari lingkungan. Jika anda pemah mengamati seorang anak kecil, anda akan menyadari kekuatan dari motivasi ini. Bayi yang hidup, ketika tidak sedang tidur atau makan, nampak didominasi oleh kebutuhan untuk mengetahui, untuk melakukan eksplorasi, dan untuk menjadi efektif dalam lingkungannya. Misalnya kita meletakkan dengan hati-hati seorang bayi keeil di tengah mangan, jika dia tidak takut, dia akan mulai bergerak pelan-pelan, menyentuh dan memanipulasi berbagai objek disekitamya. Banyak dari benda-benda ini akan masuk ke mulutnya, ini hanya eara dia mengindra dan melakukan eksplorasi terhadap dunia. Begitu benda itu dirasa tidak bam lagi, dia akan pindah ke benda yang lain, demikian setemsnya.
29 --
-
Danbukanhanyabayi sajayangmemiliki motif-motifsemacamini. Kebutuhanuntuk mengetahui dan untuk menjadi efektif tetap ada selama hidup, dan sulit untuk dipuaskan. Meski kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosial kita telah dipuaskan, kita terns menerns melakukan kontak dengan lingkungan dan mengatur kegiatan yang membuat gelisah dan terns diburn. Karena motif-motif itu terns menetap dan selalu ingin muncul dari satu tingkat ke tingkat lainnya, kebutuhan untuk tahu dan untuk menjadi efektif ini dianggap sebagai bawaanlinnate, sebagai bagian dari warisan spesies manusia. 6.
Stimulus-dan -Kebutuhan Eksploratori
-Pikirkan berapa banyak waktu, usaha, dan uang yang dikeluarkan orang hanya untuk melihat sesuatu, traveling, dan mengeksplorasi lingkungan. Kita mengunjungi suatu temp at yang barn dan merasa tertarik, kita melihat televisi, film, kontes olah raga, dan bermain; kita membaca surat kabar, buku, dan majalah. Kebutuhan stimulus dan kebutuhan eksplorasi ada dibelakang semua kegiatan ini. Stimulus apa yang memuaskan kitadan kebutuhan eksploratori tidak bertahan lama, dan kita mencari sesuatu yang barn. Observasi informasi seperti ini memberi kita dasar untuk melakukan kontrol eksperimen pada stimulus dan kebutuhan ekploratori. Kekuatan insentif dari stimulus dalam lingkungan didemonstrasikan beberapa tahun yang lalu dalam eksperimen dimana monyet diberi puzzle mekanis untuk dipecahkan. Monyet ini tertarik dengan stimulus yang barn dalam puzzle ini. Mereka mengeksplorasinya dan belajar memecahkan puzzle dengan memindahkan penjepit, menghilangkan pengait, dan mengangkat engsel, dan tidak ada hadiah apapun setelah upaya mereka membongkar puzzle tersebut (Harlow dalam Morgan dkk. 1986). Eksperimen lain tentang motivasi ingin tahu juga menunjukkan bahwa monyet-monyet akan bekerja dan belajar ketika insentifnya hanyalah diijinkan melihat keluar dari kandang ke lingkungan yang dengan panorama yang beraneka ragam (Butler dalam Morgan dkk. 1986). Monyet-monyet dalam eksperimen ini dimasukkan dalam kotak tertutup dengan dua pintu kedl yang bersebelahan. Seekor monyet akan dengan tidak sengaja menyentuh pintu itu. Masing-masing pintu mempunyai satu stimulus visual yang melekat padanya (stimulus A dan stimulus B). Jika monyet dapat menekan pintu dengan stimulus A, maka pintu terbuka dan monyet dapat melihat keluar beberapa men it. Jika monyet menekan pintu stimulus B, pintu tidak akan terbuka. Jadi hadiah satu-satunya untuk membedakan antara dua stimulus ini adalah kesempatan untuk melihat keluar ketika pintu terbuka karena tekanan pada pintu yang benar. Binatang itu segera siap belajar menghadapi perbedaan itu, hal ini menunjukkan bahwa mereka dimotivasi oleh suatu kesempatan untuk melihat keluar. Ketika binatang be/ajar mendorong pintu yang benar,jumlah dorongan dibuat tergantung pada apa yang dilihat di luar. Jika ada pemandangan yang menarik di luar, misalnya monyet lain atau mainan kereta yang bergerak, monyet lebih sering mendorong pintu yang benar. Jika pintu itu tidak sering didorong, karena yang dilihat di luar hanyalah suatu pemandangan ruang yang kosong.
30
MatmSia-jtJga IIlc;lI~aristimntas-i-;dan beberapa orangmenyebutnya "sens~i pencarian" yaitu kecenderungan un.tukm.e.ncari tenltama~timulll~-s.!Lmulu~c!.~I!_ ~it\!asi-situasi yang menggrrahkan. Dan meski kita bukan pencari sensasi (sensation seekers), kebanyakan dari kita mempunyai kebutuhan untuk menjadi stimulus-stimulus yang baru atau asH. Menurut satu teori yang berpengaruh (Berlyne dalam Morgan dkk. 1986), stimulus dari lingkungan menggerakkan kita semua, dan masing-masing dari kita mempunyai tingkat yang optimal dari penggerak yang kita cari. (Pencari sensasi mempunyai tingkatan tinggi yang sang at optimal). Berada pada atau di dekat tingkatan optimal dari penggerak itu dapat menyenangkan; berada terlalu tinggi atau terlalu rendah dari tingkat penggerak menghasilkan perasaan tidak menyenangkan. Stimulus baru dan kompleks yang moderatlcukup, cukup baik dalam meningkatkan tingkat penggerak ke arah optimal, yaitu tingkat yang dapat menyenangkan. Suatu stimulus yang baru (misalnya novel) adalah stimulus yang berbeda dari yang kita harapkan, stimulus yang kompleks adalah stimulus yang berisi sejumlah besar informasi untuk dip roses .Untuk mencari tingkatan optimal dari penggerak, kita cenderung mencari dan menyukai stimulus yang baru dan kompleks.
7.
Pengaruh Motivasi
Kebutuhan stimulus dan eksploratori yang diterarlgkap dibagtan terakhir melibatkan suatu usaha untuk mampu dalam menghadapi lingkun&1!.n.Motivasi dibalik kegiatan kornpetensi iniQI~~huieffeGtall(;e niOdvatlon - suatu mot}fumum untuk bertindak secara kompeten dan efektifketLka berinteraksi qenganlinghin~!1 (White dalam Morgan dkk' 1986). Moti vasi efektance memainkan peran penting dalam perilaku manusia. Tujuan-tu juan dicapai, tetapi motivasi efektansi (effectance motivation) tidak terpuaskan, dia tetap mendorong perilaku kearah penguasaan dan kompetensi baru. Mungkin kita melihat lagi pada anak kecil yang sudah diperkenalkan dalam bagian awal bab ini. Dari sudut pandang penggerak motivasi,jika bayi hanya maju secara perlahan-lahan dalam hal berdiri, kita perhatikan seberapa banyak usaha yang dia lakukan supaya bisa berdiri. Bayi itu berkali-kali mencoba berdiri sendiri, dan dia melakukan ini terus menerus, tidak peduli apakah dia berhasil atau gagal, tidak peduli apakah orang lain memperhatikan atau tidak. Usaha kecil dari bayi ini menggambarkan apa yang dimaksud dengaR-4fer.ta~e motivation, bayi berusaha menguasai lingkungan dan mefljadi efektif di dalaml1j'~. Effectance imr£r~tion juga bekerja dalam kehidupan rna-s-e1afiJutnya,tetapi disini akan sulit dikatakan apakah perilakunya itu dimotivasi oleh effectance motivation atau oleh salah satu dari motifmotif sosial, misalnya, motif berprestasi. Suatu konsep yang mirip dengan effectance motivation adalah motivasi intrinsik, dijelaskan sebagai suatu kebutuhan seseorang untuk merasa mampu dan self-determining dalam menghadapi lingkungannya (Deci dalam Morgan dkk. 1986). Ini disebut intrinsik karena tujuannya adalah efektifitas, kompetensi, dan penentuan diri dari internal feeling. Sebaliknya, motivasi yang diarahkan kearah tujuan ekstemal dari seseorang, seperti uang, atau tingkat dalam sekolah. Reward ekstrinsik memiliki kegunaan dalam menuntun perilaku di dunia bisnis dan sekolah, tetapi rnendasarkan diri pada hal-hal tersebut kadangkala melumpuhkan moti vasi intrinsik dan mengganggu kinerja (Condry, Lepper & Greene dalam 31
Morgan dkk. 1986). Dengan reward ekstrinsik, orang mengadopsi suatu strategi dengan cara melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan minimum untuk mendapatkan kebutuhannya sebagai pengganti kerja keras untuk "kesenangan" secara kreatif, dan untuk kepuasan yang datang dari penguasaan dan pemahaman yang mendalam dari suatu masalah.
L
MOnVASIAKTUALffiASIDIRI
Motif aktualisasi diri (Maslow dalam Morgan dkk. 1986)dihubungkan dengan motivasi efektan dan motivasi intrinsik. AktualisasLdiri menunjuk ke kebutuhan pribadi untuk mengembangkan potensi mereka; dengan kata lain "melakukan apa yang mereka mampu melakukan". Karena itu, aktualisasi diri adalah orang yang meilggunaKan kemampuannya secara menyeluruh/penuh. Tentu saja tujuan orang untuk mengaktualisasikan kemampuan mereka secara optimal ini berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Untuk beberapa orang, itu berarti prestasi di bidang ilmu atau kesusasteraan; untuk beberapa orang lainnya, itu berarti kepemimpinan dalam bidang politik, masyarakat, atau agama; untuk orang lainnya lagi, itu bisa berarti hidup bebas sepenuhnya tanpa terlalu dikendalikan oleh peraturan sosial. Aktualisasi diri diduga menjadi kebutuhan tertinggi dalam hirarki ~ebutuhan atau motif (Maslow dalam Morgan dkk. 1986). Dari kebutuhan tertinggi ke kebutuhan terendah, kebutuhan dalam hirarki itu adalah: Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the need for self-actualization) Kebutuhan akan hargadiri (esteem needs), seperti prestise, kesuksesan, dan menghargai diri sendiri. Kebutuhan akan rasa dimiliki dan dicintai (belongingness and love), seperti kebutuhan untuk afeksi, afiliasi, dan identifikasi. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), seperti kebutuhan untuk keamanan, stabilitas, dan keteraturan. Kebutuhan fisik (physiological needs), seperti lapar, haus, dan seks.
Urutan dimana kebutuhan ini didaftar adalah signifikandalam dua hal. Kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam urutan, dari yang terendah sampai yang tertinggi, dengan kebutuhan fisik sebagai kebutuhan pertama dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang terakhir, selama seseorang berkembang secara normal. Dari rendah ke tinggi, ini juga urutan hal-hal yang harus dipuaskan. Dengan kata lain, kebutuhan fisiologis harns dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan lain dapat ditemukan, kebutuhan akan rasa aman datang sebelum kebutuhan yang lebih tinggi muncul. Contohnya, seseorang yang lapar disibukkan oleh bagaimanacaranya mendapatkan makan.Dia tidakterlalu peduli dengan bagaimana makanan besok dapat diperoleh (kebutuhan akan rasa aman); hanya disibukkan oleh kebutuhan bagaimana mendapatkan makananhari ini.Tetapi begitu dia mendapatkan makan hari ini, dia mulai khawatir kebutuhan akan rasa amannya, dan mulai memikirkan bagaimana agar 32
kebutuhan ini dapat dipenuhi; karena itu dia bergerak ke kebutuhan akan rasa aman. Sistem yang sarna akan terjadi untuk tahap-tahap yang lebih tinggi. Jika seorang wan ita mempunyai satu pekerjaan tetap, atau tahu bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan lainnya bila ia kehilangan pekerjaan satunya (kebutuhan akan rasa amannya terpenuhi), kebutuhan akan rasa dimiliki dan dicintai datang kemudian. Dia sekarang dimotivasi oleh kebutuhannya untuk sukses dan merasa diri berharga. Akhirnya, jika semua kebutuhannya telah terpenuhi, tujuannya akan menjadi sesuatu dimana dia dapat melakukannya dengan baik dan rnenikmatinya; dia akan dipuaskan oleh kebutuhannya untuk merealisasikan potensinya dia akan menjadi orang yang dapat mengaktualisasikan diri. Kebanyakan dari kita tidak membuat kebutuhan untuk mencapai puncak tangga. Hampir semua masyarakat, hampir seluruh waktu, kebutuhan fisiologinya dapat dipenuhi dengan baik (meskipun di negara kita yang makmur (meskipun di negara kita yang makmur, banyak orang kelaparan). Maka kita bergerak ke kebutuhan akan rasa aman, dan ini kebanyakan dari kita dapat memenuhinya. Contohnya, keamanan kerja adalah hal paling penting untuk banyak orang. Kita butuh merasa aman di jalan di kota dan rasa aman dari penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenangdari pemimpin-pemimin kita, polisi, atau aparat pemerintah lainnya. Jika kebutuhan rasa aman kita dipuaskan, kita terus mencoba memenuhi kebutuhan kita akan rasa afeksi, afiliasi, dan identifikasi - perasaan sebagai anggota dari masyarakat atau anggota keagamaan, sekolah, atau perusahaan. Jika kita memenuhi kebutuhan ini, kita bebas untuk melangkah ke hirarki kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan selfesteem (harga diri) dan aktualisasi diri. Tentu saja, situasi ini lebih lancar daripada yang sebelumnya. Banyak orang mencoba bergerak menuju tingkat yang lebih tinggi hanya untuk menemukan, sebagaimana lingkungan sekitarnya telah berubah. Oleh karena itu kebutuhan tingkat yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu. Orang dapat mencoba memuaskan beberapa kebutuhan pada saat yang sarna, yaitu kebutuhan akan self-esteem dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Meski motif yang lebih tinggi hanya dapat dipuaskan setelah kebutuhan yang lebih rendah dipuaskan, motif yang lebih tinggi sering tetap tidak dipenuhi. Dengan kata lain, tujuan dari motif yang lebih tinggi ini tidak tercapai, akan membuat orang merasa frustrasi. J.
FRUS-TRASI DAN-KONFl-1K OARI-MOTIF
Jalan motivasi tidak selalu berjalan dengan lancar. Sesuatu terjadi yang mencegah kita mencapai tujuan ke arah dimana kita didorong atau diarahkan. Istilahfrustrasi menunjuk ke b~rilaku yang diarahkan ktl~~ Meski ada begitu banyak cara dimana motif dapat dibuat frustrasi - yaitu dicegah dari kepuasan - konfIik diantara motifmotif yang muncul bergantian mungkin menjadi alas an paling penting mengapa tujuan tidak tercapai. Jika motif dibuat frustrasi, atau dibloking, sering menghasilkan perilaku dan perasaan emosional. Orang yang tidak dapat mencapai tujuan penting mereka, merasa tertekan, khawatir, takut, merasa bersalah, atau marah. Seringkali mereka frustrasi hanya karena tidak dapat rnernperoleh kenikrnatan biasa dari hidup.
33 --
Suatu frustrasi dapat diskematisasikan dengan suatu diagram seperti gambar di bawah ini.
+ Gambar 1.4. Skema Frustrasi Karena Faktor Lingkungan dan Hambatan Personal Suatu penghalanglpenghambat (garis vertikal) berdiri di antara individu dan tujuan (+) yang menjadi perhatian individu tersebut. Penghalang dapat berupa orang lain atall objek di dalam lingkungan, atau kurangnya kemampuan atau ketrampilan individu Sumber: Morgan, dkk. (1986)
Gambar di atas dibuat oleh Kurt Lewin untuk membantu menggambarkan sumber dan pengaruh frustrasi. Gambar itu mencatat lingkungan keseluruhan dari individu, dan gambar vertikal merupakan penghambat tujuan. Dalam gambar ini, tujuan disimbolkan dengan tanda positip (+) atau negatif (-), disebut valence (valensi). Tanda positip (+) menunjukkan suatu tujuan dimana orang itu tertarik; tanda negatif (-) menunjukkan suatu tujuan yang ditolak, misalnya: hukuman, ancaman, atau sesuatu yang ditakuti seseorang atau yang dipelajari untuk dihindari. Anak panah digunakan untuk menunjukkan arah kekuatan motivasi yang bekerja pada seseorang. 1.
Sumber-Sumber Frustrasi
Secara umum, sumber frustrasi ditemukan dalam : (1) kekuatan lingkungan yang membloking motif secara keseluruhan, (2) ketidakmampuanpri_badj yarigme~ mungkin mencapai tujuan, dan (3) konflik antara dan diantara motif.
--
2.
Frustrasi Lingkungan Dengan membuat suiit atau tidak mungkin bagi seseorang mencapai suatu tujuan, hambatan lingkungan dapat membuat frustrasi pemuasan motif. Penghambat itu bisa sesuatu yang bersifat fisik, misalnya: menutup pintu atau tidak punya uang. pe~lghamoaritujuga E>isa orang, misalnya: orang tua, guru, atau polisi, yang mencegah kita mencapai tujuan.
34
3.
Frustrasi Pribadi
Kdidakmampuan mencapai tujuan dapat menjadi sumber frustrasi. Ada banyak tujuan yang tidak dapat dicapai karena ada diatas kemampuan orang tersebut. Contohnya. seorapg anak mungkin bercita-cita mencapaiprestasi akademikyang tinggi tetapilqJSilngk~.!!linyahanya15iasa:-j)iils1i.iaja. Dia niungklodimotivasi untuk bermain band di ~latinya,ikui bergalJung dengan team sepak bola sekolah, tercatat dalam klub tertentu, atau bertindak sebagai pemimpin dalam suatu permainan dan dibuat frustrasi karena mereka menginginkan tujuan itu, yaitu mempunyai tingkat aspirasi diatas kapasitas mereka untuk mewujudkannya. 4.
Frustrasi Yang Men2hasilkan~ol!f,!jk -Suatu sumber penting dari frustrasi ditemukan dalam konflik motivasional dimana perwujudan dari satu motif diganggu dengan perwujudan dari motif-motif yang lain. Contohnya, dalam menunjukkan agresivitas, orang sering menemukan konflik ini. Di satu sisi mereka takut akan ~iii1darLI!l~syarakat yang akandiperolehjika mereka melampiaskan agreslvitasnya:lGr~a itu agresi berkOnniKdengatrlrebtttuhanuntuk dipuji masyarakat. Di (je~asyarakat, motivasi seksual sering berkonflik dengan standar persetujuan masyarakat akan perilaku seksual. Contoh konflik umum lainnya adalah kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan untuk afiliasi atau aspirasi karir dengan realitas ekonomi. Hidup penuh dengan konflik dan frustrasi muncul dari konflik-konflik tersebut. 5.
Jenis-Jenis Konflik
Dari tiga sumber frustrasi umum yang diterangkan di atas, salah satu yang sering men~-fR1stra8i yaDg..12~lingmeneta.Qd~m~meodaiam.E~~a Qrnng.ban.)'ak adalah konflik motivasi. Jenis frustrasi ini dapat menjadi paling penting dalam menentukan ~ rintangan seseorang. Dalam analisis, nampak bahwajenis frustrasi ini dapat muncul dari tiga jenis utalJlakonflik, yang disebut app~ch-approach, avoidance-avoidance, ian approach-avoidance. a.
Approach-approach
Conflict
AfJvroach-ap.nrnnrh rnnf7i~~Q~atQ.koDflik ~nt~r~ clll~ tlljuan yang pQsitif tujuan-tujuan secara bersama itu mempunyai d~
sosial, suatu konflik mungkin muncul ketika seeorang ingin pergi ke pawai politik dan ke pesta renang yang jadwalnya pada malam yang sarna. Pepatah terkenal mengatakan bahwa "seekor keledai lebih baik kelaparan hingga mati karena dia berada setengahjalan antara dua tumpukan jerami dan tidak dapat memutuskan diantara keduanya". Sebenarnya, beberapa keledai dan manusia benar-benar lapar sampai mati hanya karena mereka berada dalam konflik diantara dua tujuan yang positif. Konflik-konflik seperti itu dipecahkan dengan memuaskan satu tujuan dan kemudian tujuan lainnya. Contohnya, makan dan kemudian pergi tidurjika seeorang bersamaan merasa lapar dan mengantuk, atau dengan cara memilih satu tujuan dan membiarkan yang lainnya. Dibandingkan dengan situasi konflik lain, konflik 35
approach-approach biasanya mudah dipecahkan dan hanya sedikit menyita perilaku emosional. b..:-..Avoidance-avoidance A voidance-avoidance _
Conflic~ conflictadalah konflikyang melibatkan dua tujuan negati~9an ini
S\latupengaiamanyangbiasa.Seoranganakharns mengerjakanpekerjaanrumah aritmatikan-;atau mendapatkan tamparan. Seorang siswa harns belajar untuk dua hari berikutnya untuk satu ujian atau mendapatkankegagalan. Seorang wanitaharus mengerjakan suatu tugas yang tidak dia sukai atau dia akan kehilangan pekerjaannya. Konflik-konflik seperti ini disingkat dengan "memegang antara setan dan laut biru yang dalam". Kita semua mengerti bahwa kita tidak menginginkan hal itu tetapi harus dikerjakan atau mendapatkan altematif yang lebih tidak menguntungkan. Dua jenis perilaku sepertinya menjadi mencolok dalam konflik avoidance-avoidance. Satu adalah kebimbangan perilaku dan pikiran, berarti bahwa orang tidak konsisten antara apa yang mereka lakukan dan pikirkan; pertama mereka melakukan sesuatu hal kemudian hal lainnya. Kebimbangan terjadi karena kekuatan untuk mencapai tujuan meningkat bila orang mendekat tujuan tersebut. Jika tujuan negatif didekati, individu akan semakinjauh dari tujuan itu. Tetapi jika orang memilih melakukan hal yang mendekati tujuan, orang mendekat lagi ke tujuan negatif lainnya, kembali ke sesuatu yang menjengkelkan. Individu seperti pemain bola-basket, seorang pemain lari dari penghalang satu, ke penghalang lain, semakin dekat dengan ring basket, semakin berat penghalangnya. Tetapi bila ia lari mundur, bahaya lain muncul. Karena itu harus tetap bertahan dan berusaha maju ke daerah lawan, supaya bisa mencetak angka. Situasi yang sama kita temui bila kita berhadapan dengan konflik avoidance-avoidance. Ciri penting kedua dari jenis konflik ini adalah usaha untuk lari dari situasi konflik ini. Secara teoritis, seseorang dapat menghindarkan diri dari konflik avoidance-avoidance ini dengan cara melarikan diri - dan memang benar, orang mencoba melakukan hal ini. Tetapi dalam prakteknya, seringjustru adakekuatan negatifyang bertambah mengelilingi situasi ini yang mencegah mereka untuk menghindari konflik ini. Contohnya, seorang anak yang tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah aritmatika dan dipukul, ia akan lari dari rumah. Tetapi konsekuensi lari dari rumahjustru lebih buruk lagi dari pada altematifyang harus dia lakukan. Orang dengan konflik avoidance-avoidence bisa mencoba arti yang berbeda dari "melarikan diri" yaitu mereka mendasarkan diri pada khayalan untuk bebas dari ketakutan dan kecemasan. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk berkhayal atau bermimpi, menyulap suatu dunia imajinasi dimana disana tidak ada konflik. Atau mereka menciptakan kembali dalam pikirannya dunia bebas masa kanak-kanak dulu, sebelum tugas-tugas tidak menyenangkan dan konflik avoidance-avoidance ada. Cara meninggalkan situasi konflik ini disebut regresi. Banyak emosi yang intens dihasilkan dari konflik avoidance-avoidance ini. Jika dua tujuan negatif menghasilkan ketakutan dan ancaman, orang yang menghadapi hal ini akan mengalami ketakutan. Atau individu mungkin menjadi marah dan benci bila terjebak dengan situasi dimana tujuannya bersifat negatif. 36
g c.
Approach-A voidance Conflict
Aproach-avoidance_c01ff1ictad;!@hIc~nfli~l'an~ paling,.~liLdipeJ;~n. Dalam j~is konflik ini, seseorang teJtarik dan menolak objek tujuan yang sama. Karena v~sitif dari tujuan ini, orangmendekatinya; tetapijika didekati, valensi negatifnya menjadi semakin J, kuat. Jika, pada satu titik selama mendekati tujuan, aspek-aspek yang menghambat/negatif menjadi lebih kuat daripada aspek-aspek positif, orang akan menghentikan usahanya sebelum mencapai tujuan. Karena tujuan tidak tercapai, individu bisa menjadi frustrasi. Sama dengan konflik avoidance-avoidance, penghambat biasa dalam konflik avoidance-approach; orang dalam konflik ini mendekati tujuan hingga valensi negatif menjadi semakin kuat, dan kemudian mereka mundur lagi. Tetapi, seringkali, valensi negatif tidak begitu menghambat untuk menghentikan perilaku mendekat. Dalam kasus seperti ini, orang mencapai tujuan, tetapi jauh lebih lambat dan dengan ragu-ragu daripada yang mereka inginkan tanpa valensi negatif; dan sampai tujuan tercapai, ada frustrasi. Bahkan meski tujuan sudahtercapai, individu tetap merasatidakmudahkarena valensinegatif mengikutinya. Apakah seseorang frustrasi oleh pencapaian tujuan yang lambat atau karena sama sekali tidak dapat mencapai tujuan, reaksi emosi seperti takut, marah, dan penolakan biasanya menemani konflik avoidance-approach ini. d.
Konflik Approach-avoidance Ganda
. -Banyak-keputusa&pcftting dahull hiJup 11Ielibatkankonflik appmac~.avQidance.ganda ini, yang berarti ada 9_eberapaJujJIan.dengan.me1ibatkan vHlemi-positifdan negatif. .MEngkin seoran-g wanlt
37
/
hati. Kita dimotivasi untuk melakukan sesuatu, tetapi kecenderungan ini akan dicek lagi oleh nilai-nilai yang diinternalisasi yang kita miliki apakah ini "baik" atau "buruk'. Hambatan internal umumnya lebih keras dihadapi daripada hambatan eksternal. Orang mungkin menemukan cara menghindari kesulitan dari hambatan lingkungan atau hambatan luar, tetapi mereka kesulitan lari dari hambatan dari dalam dirinya sendiri. Reaksi emosional yang umumnya muncul dalam konflik approach-avoidance ganda dimana hambatan internal memainkan peran menjadi akar dari banyak maslah perilaku. Dari sisi yang lebih positif, jika kita memiliki pemahaman dari konflik kita sendiri dan hambatan yang diinternalisasi yang muncul karena konflik itu, kita akan menjadi lebih bahagia dan mengalami distress yang kurang dalam hidup kita. LA TIHAN SOAL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. II. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
38
Apakah motif itu? Jelaskan! Apakah perbedaan antara want, need, dan desire itu? Jelaskan! Bagaimana teori drive menerangkan tentang motivasi, jelaskan! Jelaskan bagaimana teori incentifmenerangkan tentang motif! Jelaskan bagaimana teori oponen proses menerangkan tentang motif! Apakah teori tingkat optimal itu? jelaskan ! Apakah yang mendorong munculnya motif biologis? Jelaskan ! Penelitian yang terakhir tentang lapar mendapatkan kesimpulan bagaimana? Jelaskan! Hormon apa yanKterlibat dalam motivasi haus? Jelaskan! Apakah motivasi seksual itu hanya melulu memotivasi biologis saja? Jelaskan! Apakah motivasi sosial itu? Jelaskan ! Jelaskan ciri-ciri dari orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi ! Apakah Machiavelian itu ? Jelaskan ! Jelaskan ciri-ciri dari orang yang n. ach-nya tinggi ! Jelaskan mengapa perilaku agresif dapat terjadi karena proses modeling! Bagaimana Maslow menerangkan mengenai motivasi aktualisasi diri ? Jelaskan ! Apa saja sumber frustrasi itu ? Jelaskan ! Ada 4 jenis konflik motivasi. Jelaskan dan beri contoh !