BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1. Aspek Geografis dan Demografi A.
Letak Geografis dan Batas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah Tenggara Pulau
Sulawesi. Secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 02°45'-06°15' Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120°45'-124°45' Bujur Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi NTT di Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di Laut Banda dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone.
Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 11
B.
Luas Wilayah Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (75 persen atau 110.000
km²) merupakan perairan (laut). Sedangkan wilayah daratan, mencakup jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil, adalah seluas 38.140 km² (25 persen). Secara administrasi, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2013 terdiri atas 11 (sebelas) wilayah Kabupaten dengan terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur yaitu (Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana, Kolaka Utara, Buton Utara, Konawe Utara dan Kolaka Timur) dan 2 (dua) wilayah kota, (Kota Kendari serta Kota Bau-Bau). Persentase dan luas masing-masing wilayah tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 di bawah ini
Gambar
2.
Persentase
Luas
Wilayah
Sulawesi
Tenggara
Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2013 C.
Penggunaan Tanah Peta topografi menunjukkan bahwa Sulawesi Tenggara umumnya
memiliki permukaan tanah yang bergunung, bergelombang berbukit-
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 12
bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian. keadaan
permukaan
tanah
wilayah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara.
Permukaan tanah pegunungan seluas 1.868.860 ha telah digunakan untuk usaha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan tanah yang mencapai 40 derajat. Kondisi batuan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen, batuan metamorfosis, dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut, yang terluas adalah batuan sedimen seluas 2.579,79 ha (67,64 persen). Dari jenis tanah, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sedikitnya enam jenis tanah, yaitu tanah podsolik seluas 2.299.729 ha atau 60,30 persen dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah mediteran seluas 898.802 ha (23,57 persen), tanah latosol seluas 349.784 ha (9,17 persen), tanah organosol seluas 116.099 ha (3,04 persen), jenis tanah alluvial seluas 129.569 ha (3,40 persen) dan tanah grumosol seluas 20.017 ha (0,52 persen). D.
Perairan (Sungai dan Laut) Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang
melintasi hampir seluruh kabupaten/kota. Sungai-sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri, rumah tangga dan irigasi. Daerah aliran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha, melintasi Kabupaten Kolaka, dan Konawe. DAS tersebut seluas 7.150,68 km² dengan debit air rata-rata 200 m³/detik. Bendungan Wawotobi yang menampung aliran sungai tersebut, mampu mengairi persawahan di daerah Konawe seluas 18.000 ha. Selain itu, masih dapat dijumpai banyak aliran sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan debit air yang besar sehingga berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya di Kabupaten
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 13
Bombana (Kecamatan Rumbia, dan Poleang), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka, dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Buton. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 110.000 km². Perairan tersebut, sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki bermacam-macam jenis ikan dan berbagai varietas biota, juga memiliki panorama laut yang sangat indah. Berbagai spesies ikan yang banyak ditangkap nelayan dari perairan laut Sulawesi Tenggara adalah: Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti: Teripang, Agar-agar, Japing-Japing (kerang mutiara), Kerang Lola (Trochusniloticus), Mutiara dan sebagainya. Sulawesi Tenggara merupakan daerah wisata bahari. Di sebelah Tenggara terdapat Taman Nasional Wakatobi yang memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai dari pulaupulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili
diantaranya
Acropora
formosa,
A.hyacinthus,
Psammocora
profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta,Merulina
ampliata,
Platygyra
versifora,
Euphyllia
glabrescens,
Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp. E.
Tipe Iklim Sulawesi Tenggara memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan
penghujan. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Juni dan September, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 14
Sebaliknya Musim Hujan terjadi antara Bulan Desember dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah Tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November. Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah Sulawesi Tengara, curah hujan yang lebih dari 2.000 mm perTahun, meliputi wilayah sebelah Utara “garis lurus Kendari-Kolaka” dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii. Sedangkan wilayah dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm perTahun, meliputi wilayah sebelah Selatan “garis lurus” Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara. Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Sulawesi Tenggara yang terletak di daerah khatulistiwa dengan ketinggian pada umumnya di bawah 1.000 meter, sehingga beriklim tropis. Pada Tahun 2009, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 30ºC - 35ºC, dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 22ºC -25ºC. F.
Demografi Hasil Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Sulawesi Tenggara
adalah sebesar 2.227.775 Jiwa, yang terdiri dari 1.144.153 laki-laki dan 1.132.867
perempuan.
Kolaka,
Kendari
dan
Muna
adalah
3
Kabupaten/Kota yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah 321.506 Jiwa, 295.737 Jiwa, dan 273.616 Jiwa. Distribusi penduduk Sulawesi Tenggara, untuk wilayah daratan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Kolaka yaitu sebesar 14,11 persen dan terkecil di Kabupaten Konawe Utara yaitu sebesar 2,31 persen. Sedangkan di wilayah kepulauan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Muna
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 15
yaitu sebesar 12,02 persen dan terkecil di Kabupaten Buton Utara yaitu sebesar 2,46 persen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Jumlah Penduduk Sulawesi Tenggara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2011
No
Kabupaten
1 Buton 2 Muna 3 Konawe 4 Kolaka 5 Konawe Selatan 6 Bombana 7 Wakatobi 8 Kolaka Utara 9 Buton Utara 10 Konawe Utara 11 Kota Kendari 12 Kota BauBau Jumlah
2007 275,666 243,379 224,345 278,829 237,918 108,231 99,492 94,497 48,184 44,887 251,477 124,609 2,031,514
2008 279,546 246,004 228,706 281,450 240,053 109,883 101,475 111,418 45,760 45,760 254,236 127,743 2,072,034
Tahun 2009 284,627 248,461 233,080 287,246 244,046 111,481 103,423 118,386 46,635 46,635 260,867 130,862 2,115,749
2010 255,712 268,277 241,982 315,232 264,587 139,235 92,995 121,340 51,533 51,533 289,966 136,991 2,229,383
2011 260,801 273,616 246,798 321,506 269,853 142,006 94,846 123,755 52,560 52,560 295,737 139,717 2,273,755
Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dengan luas wilayah Sulawesi Tenggara sekitar 38.140 kilo meter persegi yang didiami oleh 2.230.569 Jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Sulawesi Tenggara adalah sebesar 58,48 Jiwa per kilometer persegi. Daerah yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Kendari sebesar 978,30 Jiwa per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Konawe Utara yakni sebesar 10,55 Jiwa per kilometer persegi. Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara selama sepuluh Tahun terakhir, Tahun 2000-2010 sebesar 2,07 persen per Tahun, Lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Penduduk Nasional sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan Penduduk Kota Kendari merupakan yang tertinggi di Sulawesi Tenggara yakni sebesar 3,52 persen, diikuti Kabupaten Bombana sebesar 3,29 persen dan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 2,88 persen. Sedangkan yang terendah di Kabupaten Wakatobi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 16
yakni sebesar 0,33 persen, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Persentase Distribusi Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 2.1.2. Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah A.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1.
Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a.
Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 yang
diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari Tahun ke Tahun di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 7,27 persen, kemudian pada Tahun 2009
pertumbuhan
ekonomi
meningkat
mencapai
7,57
persen..
Selanjutnya pada Tahun 2010 mencapai 8,19 persen dan pada Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 8,68 persen. Untuk Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 10,41 persen masih di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 17
mencapai posisi kedua dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut ini : Tabel 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SEKTOR EKONOMI Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
2008 2009 36.44 35.02 4.60 4.28 7.62 6.43 0.87 0.93 7.40 7.72 16.26 17.45 8.46 9.26 5.38 5.30 12.97 13.61 7.27 7.57
TAHUN 2010 2011 33.16 31.71 5.09 6.08 7.13 6.93 0.93 0.93 7.99 8.56 18.02 18.62 9.34 9.21 5.44 5.93 12.89 12.03 8.19 8.68
2012 30.52 7.76 6.36 0.98 8.79 19.09 8.98 5.97 11.56 10.41
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 b.
Laju Inflasi Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam
perekonomian
yang
dapat
menekan
daya
beli
masyarakat
dan
menurunkan pendapatan rill masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dalam beberapa Tahun terakhir inflasi Sulawesi Tenggara cenderung berada diatas rata-rata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada jalannya roda perekonomian. Laju inflasi dalam kurun waktu Tahun 2008-2012 cenderung mengalami ketidakstabilan yang ditunjukkan dengan fluktuasi laju inflasi pada tingkat satu hingga dua digit. Inflasi tertinggi terjadi pada Tahun 2008, yakni sebesar 15,88 persen (per November 2008) dan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mencapai 11,06 persen. Namun pada Tahun 2009 inflasi cukup terkendali hingga mencapai 4,60 persen dan mencapai 4,29 persen Tahun 2010 dan pada Tahun 2011 inflasi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 18
mencapai 5,09 persen dan pada Tahun 2012 tingkat inflasi mencapai 4,03 persen. Tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini: Gambar 4. Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 c.
PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan ukuran kemakmuran suatu wilayah.
PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan atas Dasar Harga Berlaku maupun Harga Konstan (2000), terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 4,65 Juta, kemudian pada Tahun 2009 mencapai 4,91 Juta. Pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan mencapai 5,15 Juta dan 5,49 Juta dan pada Tahun 2012 meningkat mencapai 6,04 Juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 19
Tabel 3. Pendapatan Perkapita Masyarakat Sulawesi Tenggara Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Tahun 2008-2012
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 1 PRDB Perkapita ADH Berlaku 10,335,160 11,704,610 12,548,270 13,905,820 15,526,330 2 PRDB Perkapita ADH Konstan 4,659,810 4,912,780 5,153,420 5,498,630 6,046,900
No
Uraian
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 d.
Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara periode 2008-2012
cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk miskin mencapai 435.930 orang, Tahun 2009 turun menjadi 434.340 orang (18,93%), kemudian pada Tahun 2010 turun menjadi 400.700 orang (17,05%). Selanjutnya jumlah penduduk miskin semakin berkurang pada Tahun 2012 sebesar 300.425 orang (13,06%) bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 224.280 orang (14,61%) . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 4. Total dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012
No 1 2 3 4
Uraian Tingkat Penduduk Miskin (%) Total Penduduk Miskin (Orang) Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan (Orang) Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan (Orang)
2008 19.53 435,930 27,200 408,730
2009 18.93 434,340 26,190 408,150
Tahun 2010 17.05 400,700 22,180 378,520
2011 2012 14.61 13.06 334,280 30,425 28,330 29,560 305,950 27,470
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 20
2.
Kesejahteraan Sosial
a.
Pendidikan
a)
Angka Melek Huruf (AMH) Prosentase Angka Melek Huruf (AMH) di Provinsi Sulawesi
Tenggara menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan sejak usia 45 Tahun. Provinsi Sulawesi Tenggara menempati fase tertinggi dibanding dengan provinsi lain di wilayah sulawesi dalam hal kesenjangan AMH antara laiki-laki dan perempuan. Pada kelompok usia 45 hingga 60 Tahun ke atas. Jumlah AMH di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data berbasis profil pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2010, menunjukkan bahwa AMH 15 Tahun ke atas mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Pada Tahun 2004, AMH sebesar 90,70 persen, dan pada Tahun 2011 AMH sudah mencapai 92,50 persen. AMH penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 ditunjukan pada gambar 5 berikut. Gambar 5.
Angka Melek Huruf Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011
Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 21
b)
Indeks Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara relatif lebih
baik dari angka nasional. Selain diatas rata-rata nasional, angka rata-rata lama sekolah Sulawesi Tenggara perkembangannya seiring dengan perkembangan tingkat nasional. Pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara adalah 8,1 tahun atau berada pada peringkat ke-16 tertinggi, atau ke-2 tertinggi di Pulau Sulawesi setelah Sulawesi Utara. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kemajuan dari Tahun ke Tahun, dimana pada Tahun 2005 mencapai 7,6 Tahun dan meningkat pada Tahun 2008 mencapai 7,74 Tahun. Kemudian pada Tahun 2009 mencapai 7,90 Tahun dan Tahun 2010 mencapai 8,11 Tahun. Hal ini menunjukan penduduk hanya tamat sekolah dasar dan berpendidikan lanjutan tingkat pertama di kelas 1 (satu). Oleh karena itu kebijakan yang tepat perlu dilakukan untuk mengajak penduduk usia sekolah agar bersekolah. Strategi yang dapat dilakukan dapat melalui pembangunan sekolah-sekolah di darah terpencil, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah dan melalui pembebasan biaya sekolah untuk masyarakat miskin. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi Tenggara Tahun 2005-2010
Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 22
c)
Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI mengalami peningkatan
dari Tahun ke Tahun. Indikator penting keberhasilan pendidikan ditunjukkan oleh semakin membaiknya angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK). Perkembangan APM dan APK mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu faktor keberhasilannya adalah kebijakan pembebasan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas, meliputi sekolah negeri, swasta dan keagamaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5. Capaian APM Sekolah Dasar hingga Menengah Atas di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 Indikator
2008
2009
2010
2011
2012
APM SD/MI (%)
93,07
93,81
95,52
96,24
97,20
APM SMP/MTs
69,40
71,13
76,78
81,02
85,72
APM SM/MA
44,26
47,66
50,96
51,00
53,81
Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Peningkatan APK dan APM ditunjang dengan pembangunan infrastruktur pendidikan seperti pembangunan gedung sekolah yang dilengkapi dengan laboratorium dan perpustakaan. Selama Tahun 2008 hingga Tahun 2011 telah terbangun 3.652 unit gedung sekolah mulai dari SD hingga SMA dan sederajat. d)
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA
mengalami peningkatan setiap Tahunnya, hal ini menandakan semakin membaiknya sektor pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal partisipasi
dalam
mengikuti
pendidikan
wajib
belajar
maupun
pendidikan lanjutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 23
Gambar 7. Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 b.
Kesehatan Derajat kesehatan merupakan indikator utama pembangunan
sumberdaya manusia. Selama kurun waktu lima tahun 2007-2012, pelayanan kesehatan adalah merupakan salah satu kegiatan unggulan yang termasuk dalam
program pokok BAHTERAMAS. Pelaksanaan
pembebasan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap ting pertama di puskesmas sampai dengan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjut dengan fasilitas kelas III di RSUD Kabupaten/Kota, dengan rujukan tertinggi di RSUD provinsi. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari 2.662 kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun 2011.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 24
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari 2.662 kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun 2011. Adapun kecenderungan pencapaian indikator aspek kesejahteraan disajikan seperti pada Tabel berikut. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka
terhadap
perubahan
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun 2011. Angka
kelangsungan
Hidup
Bayi
memberikan
gambaran
kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat
kesejahteraan
gambaran
kondisi
masyarakat.
ekonomi
juga
Angka
ini
memberikan
selain
memberikan
gambaran
tentang
kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 25
2011. Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun 2011. Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan anak diantaranya peningkatan kapasitas tenaga, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita penanganan komplikasi neonatal, deteksi dini tumbuh kembang bayi serta kegiatan yang sifatnya dukungan manajemen. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka
terhadap
perubahan
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun 2011. Angka
kelangsungan
Hidup
Bayi
memberikan
gambaran
kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi juga memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 26
bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun 2011. Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun 2011. Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Lebih jelasnya capaian indikator bidang kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 6. Capaian Indikator Bidang Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 Indikator
2007
2008
2009
2010
2011
69,29
69,46
69,63
69,80
70,01
959
960,2
961,4
962,6
963,8
Jumlah Kasus Kematian Ibu
92
80
55
74
66
Jumlah Kasus Kematian Bayi
518
422
518
587
429
Jumlah kematian balita
151
141
212
250
126
2662
1137
1246
938
508
Angka Harapan Hidup (thn) Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Jumlah Kasus Gizi Buruk
Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 27
c.
Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2012
menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 Tahun ke atas yang bekerja, serta penurunan
tingkat
pengangguran.
Secara
keseluruhan
struktur
ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Tahun 2012, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 975.879 orang, mengalami penurunan bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 1.026.548 orang. Struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air minum dan lembaga keuangan) mengalami penurunan. Sedangkan sektor industri, perdagangan, RM dan sektor jasa mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja. Pekerja
yang
berstatus
buruh/karyawan
dan
pekerja
keluarga/tidak dibayar memiliki jumlah tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu sebesar 535.709 orang (52,19 %). Selama periode Februari 2012 sampai dengan Agustus 2012 terjadi pergeseran status pekerjaan dimana terjadi penurunan jumlah pekerja yang berstatus berusaha sendiri sebesar 6.954 orang (3,46%), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 12.418 orang (5,41%) dan pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 13.459 orang (5,31 %). Sementara status pekerjaan yang mengalami peningkatan yaitu berusaha dibantu buruh tetap sebesar 72 orang (0,23 %), buruh/karyawan sebesar 28.183 orang (10,53%), pekerja bebas pertanian sebesar 6.471 orang (59,29%), dan pekerja bebas non pertanian sebesar 6.519 orang (26,34%).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 28
Tabel 7. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Menurut Status Pekerjaan Prov. Sultra Tahun 20072012
No
Uraian
1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan: a Pertanian b Industri Pengolahan c Konstruksi/Bangunan d Perdagangan, Hotel & Restoran e Pengangkutan & Komunikasi f Jasa-Jasa g Lain-Lain* 2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan: a Sektor Formal (Agustus) Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/karyawan b Sektor Informal (Agustus) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak dibayar Pekerja bebas dipertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tidak dibayar
2007
2008
Tahun (Capaian) 2009 2010
2011
2012
512,140 524,491 467,268 527,066 467,200 399,425 54,233 58,067 56,482 51,163 51,782 63,469 33,675 30,741 42,103 32,385 127,469 134,752 141,035 153,502 169,917 180,974 48,663 47,686 55,252 48,921 102,412 98,624 110,430 142,004 175,356 176,526 11,010 10,724 60,459 29,230 162,293 155,485 202,319 26,488 175,831 692,282 172,505 255,624 10,854 11,831 241,468
192,550 24,834 167,716 730,568 154,674 260,831 22,344 21,361 271,358
230,292 22,335 207,957 720,584 171,118 239,841 12,402 22,433 274,790
278,499 31,074 247,425 719,179 163,476 244,732 12,845 18,572 279,554
326,590 30,799 295,791 699,958 194,145 217,239 17,385 31,271 239,918
321,220 33,501 287,719 654,659 176,429 203,647 55,903 218,680
Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dari tujuh kategori status pekerjaan, dapat diidentifikasi 2 kelompok utama terkait kegiatan ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, yang menunjukan perkembangan yang meningkat hal ini menunjukan semakin terbukanya lapangan kerja. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu, yang menunjukan penurunan setiap tahunnya.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 29
B.
Aspek Pelayanan Umum
1.
Fokus Layanan Urusan Wajib
a.
Pendidikan
a)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS jenjang usia pendidikan dasar di Sulawesi Tenggara tergolong
cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain kecuali Provinsi Sulawesi Utara, baik pada jenjang pendidikan SD/MI maupun SMP/MTs. Berdasarkan persentase APS tersebut belum dapat dikatakan bahwa upaya pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara dalam pencapaian target wajib belajar 9 tahun telah tercapai karena sebagian besar antar kabupaten masih mempunyai kesenjangan yang relatif tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 8. APS SD/MI dan APS SMP/MTs di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Persentase angka melanjutkan berfluktuasi dan angka dropout pada tingkat pendidikan dasar cenderung menurun pada seluruh provinsi di Sulawesi dan umumnya kedua rasio tersebut berada di atas rata-rata nasional. Angka melanjutkan pada tingkat SD dan SMP Provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah mencapai 100 persen tetapi angka dropout paling
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 30
tinggi mencapai 4 persen pada jenjang pendidikan dasar. Secara umum Provinsi Sulawesi Tenggara tingkat dropout berada di bawah rata-rata nasional. b)
Rasio Murid dan Guru Sama dengan Propinsi lainnya di Sulawesi, ratio siswa per kelas
pada kisaran stabil kurang dari 30 siswa. Di Sulawesi Tenggara ratio tersebut belum mengarah pada perkembangan peningkatan atau penurunan tetapi cenderung berfluktuasi baik SD/MI, SMP/MTS maupun SMA/MA dan selaras dengan ratio secara nasional. Tabel 8. Ratio Murid dan Guru SD, SMP, MPS di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011 No 1
Jenjang Pendidikan 2008 SD/MI a. Jumlah Guru 24.743 b. Jumlah Murid 335.526 c. Rasio 7.37 2 SMP/MTs a. Jumlah Guru 9.117 b. Jumlah Murid 116.992 c. Rasio 8.80 3 SMTA/SMK a. Jumlah Guru 7.363 b. Jumlah Murid 82.433 c. Rasio 8.93 Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 c)
2009
2010
2011
25.175 26.089 26.818 336.737 345.678 348.734 7.48 7.55 7.69 9.904 10.133 11,062 112.549 114.724 118.408 8.83 9.34 8.80 8.015 83.532 9.60
8.498 87.045 9.76
8.467 92.594 9.14
Angka Putus sekolah Angka putus sekolah (DO) di Sulawesi Tenggara masih tinggi pada
tingkat SMA dan Angka Melanjutkan dari SMP ke SMA/SMK Masih paling rendah diantara provinsi di Sulawesi. Angka putus sekolah pada tingkat SMA di Sulawesi Tenggara masih diatas rata-rata nasional. Sementara pada jenjang pendidikan SD dan SMP, angka putus sekolah sudah dibawah 2 persen, dan masih dibawah rata-rata nasional. Sementara itu, untuk angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP, provinsi Sulawesi Tenggara adalah provinsi dengan angka melanjutkan paling
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 31
tinggi diantara provinsi di Sulawesi, namun angka melanjutkan sekolah dari SMP ke Sekolah Menengah (SMA/SMK) terhitung terendah di Sulawesi. Gambar 9. Angka Putus Sekolah Antar Provinsi di Sulawesi dan Nasional Tahun Anggaran 2009/2010
Sumber: Laporan PEA-World Bank, 2012 b.
Kesehatan
a)
Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara dalam
kurun waktu Tahun 2007 hingga Tahun 2011 meningkat pesat, terutama yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti Puskesmas Keliling mencapa133 uniT (184,7%) dari 72 Unit tahun 2007 menjadi 205 unit tahun 2011, Polindes/Poskesdes 450 unit dari 536 Unit tahun 2007 menjadi 986 Unit Tahun 2011 (84,0%) dan Posyandu 628 unit dari 2241 unit
tahun 2007 menjadi 2.869 unit tahun 2011.
Pembangunan sarana kesehatan tersebut signifikan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti dikemukakan terdahulu.Secara rinci pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut ini.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 32
Tabel 9. Perkembangan Pembangunan Fasilitas Kesehatan di Sulawesi Tenggara Tahun 2007 - 2011 Sarana Kesehatan
2007
RS Umum (Pemerintah+ swasta) 16 Rumah Sakit Jiwa 1 Rumah Bersalin 0 Puskesmas Perawatan 63 Puskesmas Non Perawatan 144 Puskesmas Keliling 72 Puskesmas Pembantu 518 Polindes dan poskesdes 536 Posyandu 2.241 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
2008
2009
2010
2011
20 20 16 1 1 1 6 1 2 66 66 68 141 157 172 129 437 107 589 586 491 414 755 902 2.701 2.822 2.876
25 1 7 71 177 205 499 986 2.869
Indikator yang digunakan untuk menilai ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan meliputi ratio posyandu persatuan balita, ratio Puskesmas, poliklinik dan Pustu persatuan penduduk dan ratio Rumah Sakit Persatuan Penduduk. Hal ini dijelaskan pada tabel berikut Tabel 10.
Ketersediaan sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Per Satuan Penduduk Sarana Kesehatan
2007
Jumlah Puskesmas 172 Rasio Puskesmas per 30.000 2,5 Penduduk Jumlah Puskesmas Pembantu 471 Raio Pustu per 10.000 penduduk 2,32 Jumlah Posyandu 2.406 Rasio Posyandu dalam 1000 balita 11,6 Jumlah RS 21 Rasio RS 150.000 penduduk 1,6 Jumlah TT 1.032 Rasio TT terhadap 1.500 0,8 penduduk Jumlah TT Kelas III 660 Rasio terhadap 1500 penduduk 0,7 sasaran jamkesmas +Bahteramas Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
2008
2009
2010
223 3,16
240 3,2
248 3,34
589 586 2,8 2,7 2.701 2.822 11,6 11,9 21 21 1,5 1,5 1.163 141 0,9 1
491 2,2 2.886 11,4 25 1,7 1.607 1,1
499 1,9 2.902 12,9 25 1,7 1.811 1,2
908 0,9
943 1
207 2,99
710 0,7
799 0,8
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
2011
Page 33
Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (4per 100.000), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per 100.000 penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, ratio bidan meningkat dari 32,6 per 100.000 penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per 100.000 penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan ratio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan
tenaga-tenaga
sanitasi,
farmasi
dan
perawat
yang
belummemenuhi standar kebutuhan. Di Provinsi Sulawesi Tenggara rasio Posyandu terhadap Desa adalah 1,36, yang artinya terdapat Desa yang memiliki 2 Posyandu. Bila di bandingkan dengan jumlah Balita dapat dijelaskan bahwa rata-rata setiap Posyandu memiliki 86 – 89 balita atau dengan kata bahwa sampai dengan tahun 2012 Rasio Posyandu per 1000 balita 12. Pencapaian ini sudah cukup baik, karena dalam satu Posyandu idealnya 100 orang balita. Dengan demikian indeks rasio capaian kinerja sudah diatas >100. Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas per 30000 penduduk yang cenderung semakin baik yakni dari setiap 12.000 satu Puskesmas menjadi 7.500 orang setiap Puskesmas. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : 30.000 penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 34
Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas Pembantu per 10000 penduduk yang cenderung semakin baik yakni rata-rata setiap Pustu memiliki sasaran penduduk 3000 – 5000 orang. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : 10.000 penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas Pembantu bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Ketersediaan
Rumah
Sakit
diukur
dengan
Rasio
terhadap
penduduk atau per 150.000 penduduk. Berdasarkan hasil evaluasi, dari aspek kuantitatif ketersesediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan bukan masalah. Hal ini dijelaskan bahwa Rasio rumah sakit terhadap penduduk (per 150000 penduduk) memiliki nilai >1,0, yang artinya keberadaan rumah sakit sudah diatas ambang batas minimal menurut Kementerian Kesehatan. Namun demikian, permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah kualitas pelayanan kesehatan. Begitu pula ketersedia TT Kelas III, menunjukan perbaikan yakni dari 0,8 per 1500 penduduk menjadi 1,2 per 1500 penduduk. Kondisi ini menunjukan bahwa permasalahan ketersediaan tempat tidur, secara kuantitif sudah dapat ditanggulangi. b)
Cakupan Penyediaan Tenaga Kesehatan Jumlah tenaga yang bekerja di pelayanan kesehatan terus
bertambah dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2007 jumlah tenaga kesehatan sebanyak 3.851 orang menjadi 6.980 tahun 2011, terjadi penambahan sebanyak 3129 orang (81,3%). Persentase Penambahan yang paling besar adalah tenaga farmasi sebesar 193,6%, Bidan sebesar 124,3% dan dokter umum sebesar 119,8%. Perkembangan jumlah Tenaga Kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 35
Tabel 11. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2007 – 2011 Tenaga Kesehatan
2007
2008
2009
2010
2011
47 202 58 2.017 662
51 300 78 3.069 1.144
54 299 77 2.999 1.244
60 352 85 3.153 1.500
70 444 110 3.365 1.485
157
124
155
199
461
Ahli Gizi 385 Tenaga Sanitasi 323 Total 3.851 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
443 421 5.630
507 491 5.826
576 489 6.414
581 464 6.980
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Tenaga Farmasi dan Apoteker
Sehubungan
dengan
ketersediaan
tenaga
kesehatan
dapat
dijelaksan melalui indikator seperti berikut pada Tabel Berikut Tabel 12. Rasio Keadaan Tenaga per 100.000 penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 No 1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
Tenaga Kesehatan Jumlah Dokter Spesialis Rasio Dokter Spesialis (4 Per-100.000 Pddk) Jumlah Dokter Umum Rasio Dokter (25 Per-100.000 Pddk) Jumlah Dokter Gigi Rasio Dokter Gigi (6 Per-100.000 Pddk) Jumlah Perawat Rasio Perawat (158 Per-100.000 Jumlah Bidan
2007
2008
2009
2010
2011
47
51
54
60
70
2,31
2,4
2,55
2,69
3,07
202 9,94 58
300 14,4 78
299 14,12 77
352 15,77 85
444 19,5 131
2,31
3,75
3,63
3,81
5,75
2.017 99,3 662
3.069 147 1.144
2.999 141,6 1.244
3.153 141,2 1.500
3.349 147 1.779
Rasio Bidan (75 Per-100.000 Pddk)
32,6
55,4
58,7
67,2
78,1
Rasio Tenaga Farmasi dan Apoteker
157
124
155
199
477
Rasio Tenaga Kefarmasian (28 Per100.000 Pddk)
2,7
2,6
4,1
6,1
20,9
Jumlah Ahli Gizi
385
443
507
576
581
Rasio Ahli Gizi (25 Per-100.000 Pddk)
19
21,3
23,9
25,8
25,5
Jumlah Tenaga Sanitasi Rasio Tenaga Sanitarian (30 Per100.000 Pddk)
323
421
491
489
464
15,9
29,3
23,2
21,9
20,4
Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 36
Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (per 100.000), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per 100.000 penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, Rasio bidan meningkat dari 32,6 per 100.000 penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per 100.000 penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan Rasio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan tenaga-tenaga sanitasi, farmasi dan perawat yang belummemenuhi standar kebutuhan. c)
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dalam rangka mengurukur keberhasilan capaian pelayanan
kesehatan ada beberapa indikator yang digunakan yang meliputi indikator pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pebaikan gizi, Pengendalian Penyakit, Pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan pelayanan ibu hamil berkualitas (K4) meningkat dari 70,75% tahun 2007 menjadi
82,09% tahun 2011.
Begitu pula cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayananibu nifas, penanganan komplikasi dan peserta KB aktif juga menunjukan peningkatan. Kunjungan neonatal lengkap menunjukan peningkatan yakni 74,89% tahun 2007 menjadi 87,71% tahun 2012. Begitu pula cakupa penanganan komplikasi walaupun belum mencapai target, tetapi capaiannya cenderung meningkat. Sedangkan cakupan Balita gizi buruk yang dirawat, Rasio capaian kinerjanya sangat baik yaitu 100. Hal ini
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 37
menunjukan bahwa penderita gizi buruk yang ditemukan semuanya dirawat. Cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan dari 75 tahun 2007 menjadi 80,2% tahun 2012. Cakupan penemuan kasus TB BTA+ befluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari 79% tahun 2007 menjadi 49%, kemudian menunjukan peningkatan menjadi 79% tahun 2012. Capaian program Rumah Tangga Ber-PHBS pada tahun 2008 sebesar 21,9 % dan pada tahun 2011 sebesar menjadi 38,72%, dengan sasaran target 70 % ditahun 2014. Sedangkan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap airminum berlualitas menunjukan peningkatan yakni dari 44,77 tahun 2007 menjadi 54,62% tahun 2011. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 13. Pencapaian Pelaksanaan pelayanan Kesehatan Tahun 2007-2011 Provinsi Sulawesi Tenggara No
Indikator
2007
2008
2009
2010
2011
1
Cakupan Kunjungan neonatal lengkap
74,89
75,33
75,85
83,91
87,71
2
Penanganan kasus gizi buruk
100
100
100
100
100
3
Cakupan kunjungan ibu hamil K4
70,75
75,76
84,32
85,87
82,09
4
Cakupan pertolongan persalinan tenaga kesehatan kompeten
71,45
80,38
84,32
85,87
89,03
5
Cakupan desa UCI
75
76
78
79,2
80,2
6
Cakupan masyarakat mendapat yankes dasar
yg
50
51,07
100
100
100
7
Cakupan masyarakat miskin mendapat yankes rujukan
yang
50
100
100
100
100
8
Cakupan Vaksin
dan
80
83,3
86,7
90
93,3
9
Cakup Penemuan dan Penanganan BTA Positif
79
70
49
67
77
10
Cakupan PHBS
dengan
19,73
21,9
26,4
38,54
38,72
11
Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
44,77
65,56
62,6
62,6
54,62
Ketersediaan
Rumah
miskin
Obat
Tangga
Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 38
c.
Pekerjaan Umum Dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi di Sulawesi
Tenggara, maka ketersedian sarana infrastruktur sangat penting, sebab dengan ketersediaan infratsruktur jalan yang baik akan memberikan efek positif terhadap perkembangan investasi disuatu daerah. Ketersedian jalan yang baik akan memperlancar distribusi baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun untuk kelancaran pergerakan supply input dari suatu daerah ke daerah lain. Di Sulawesi Tenggara penyedian perbaikan infrastrutur jalan juga menjadi perhatian pemerintah dalam pembangunannya terutama jalan–jalan penghubung dengan provinsi lain dan
jalan
penghubungan
antar
kabupaten.
Baiknya
jalan
yang
menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Tengah, akan sangat membantu dalam pertukaran barang dan jasa di daerah ini. Sesuai dengan Kepmen PU No. 480/KPTS/1996, komponen jalan dalam jaringan primer di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas : 1.
Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama yang merupakan
tulang
punggung
transportasi
nasional
yang
menghubungkan pintu gerbang utama, pelabuhan utama atau Bandar udara kelas utama. 2.
Jalan Kolektor 1 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota propinsi.
3.
Jalan Kolektor 2 yaitu jalan yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota Kabupaten / Kota.
4.
Jalan Kolektor 3 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten / Kota Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan yang
telah terbangun di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 1,398,243.18 Km, yang terdiri dari 1,397,051 Km jalan nasional, 906.09 Km jalan provinsi, dan 286.09 Km jalan strategis provinsi. Kondisi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 39
jalan provinsi terdiri dari 1,128.92 Km jalan beraspal, 969.35 Km jalan non aspal. Secara
umum,
walaupun
aspek
ketersediaan
jalan
sudah
mencukupi, akan tetapi di sisi lain terdapat beberapa aspek yang masih harus terus ditingkatkan pencapaiannya. Beberapa aspek tersebut antara lain belum terintegrasinya secara menyeluruh antara pusat–pusat kegiatan/produksi ke daerah pemasaran, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini akan berdampak pada terhambatnya arus barang dan jasa anatar wilayah tersebut. Tingginya tingat kerusakan jalan, baik rusak ringan, sedang, maupun berat. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat
keselamatan
penggguna
jalan
yang
ditandai
dengan
meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas. Selain itu kerusakan jalan juga berdampak pada bertambahnya waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai suatu wilayah tertentu, sehingga biaya operasional kendaraan akan meningkat. Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan berstatus yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 7.515,85 Km, yang terdiri dari 1.397,05 Km jalan nasional, 906,09 Km jalan provinsi, dan 5.212,71 Km jalan Kabupaten/Kota dimana 286,09 Km diantaranya sebagai jalan strategis provinsi. Jalan dalam kondisi mantap yaitu jalan dengan kondisi baik dan sedang di provinsi provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari jalan nasional dan jalan provinsi mencapai 62,95%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 14. Status dan Kondisi Jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No
Status
Panjang (km)
1 Nasional 1.397,05 2 Provinsi 906.09 3 Startegis Provinsi 286.09 Sumber : Dinas PU Prov. Sultra, 2013
Konstruksi (Km) Aspal Non Aspal 1.217,41 179,64 552.46 353.63 24.00 262.09
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Kondisi (Km) Baik Sedang Rusak 570,29 297.78 15.65
387,30 186.14 32.45
Page 40
439,46 421.07 237.99
Di bidang infrastruktur pengairan, pembangunan diarahkan kepada upaya pemenuhan ketersediaan air baku masyarakat untuk kebutuhan sehari – hari, pemenuhan ketersediaan air irigasi untuk pertanian serta upaya penanggulangan bahaya banjir dan abrasi kawasan pantai. Beberapa program dan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk tujuan tersebut di atas, diantaranya melalui
pembangunan sarana
pengelolaan air minum, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi, rehabilitasi/normalisasi
sungai
serta
pembangunan/rehabilitasi
bangunan penahan gelombang laut. Sampai dengan tahun 2012, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 7 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan pusat dengan luas area 31.786 Ha, dimana 63,167 % kondisi baik; 24,545 % rusak ringan; dan 12,288 rusak berat. Selain itu, terdapat 15 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan Provinsi dengan luas area 20.530 Ha, dimana 79,76 % kondisi baik; 8,53 % rusak ringan; 10,96 % rusak berat. d.
Perumahan
a)
Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air bersih Ketersediaan air bersih yang akan digunakan untuk mandi cuci dan
konsumsi sangat penting bagi masyarakat. Ketersediaan air bersih bagi penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006–2011 dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 15. Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 Jumlah Pelanggan air bersih 2006 45.625 2007 46.604 2008 49.101 2009 55.696 2010 58.446 2011 44.393 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Tahun
Jumlah Rumah Tangga 466.440 452.528 503.518 529.972 502.066 512.120
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Rasio (%) 9,78 10,29 9,75 10,50 11,64 8,66
Page 41
Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat setiap Tahunnya. Tahun 2006 jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih sebesar 9,78 persen, meningkat menjadi 10,29 persen pada Tahun 2007. Namun pada Tahun 2011 mengalami penurunan mencapai 8,66 persen. b)
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Saat ini listrik telah menjadi salah satu kebutuhan vital bagi
masyarakat. Ketersediaan listrik bagi rumah tangga menjadi salah satu indikator
penting
pembangunan.
Persentase
rumah tangga yang
menggunakan listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 16. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 Jumlah Pelanggan 2006 189.918 2007 193.901 2008 194.446 2009 195.842 2010 140.786 2011 197.483 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Tahun
Jumlah Rumah Tangga 466.440 452.528 503.518 529.972 502.066 512.120
Rasio (%) 40,71 42,84 38,61 36,95 28,04 38,56
Berdasarkan tabel tersebut diatas, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006-2011 mengalami fluktuatif, dimana pada Tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak 189.918 dengan jumlah rumah tangga 466.440 atau sekitar 40,71 persen persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik. Namun pada Tahun 2011 jumlah pelanggan sebanyak 197.483 dengan jumlah rumah tangga 512.120 atau sekitar 38,56 persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 42
e.
Perhubungan Jumlah arus penumpang dan barang baik yang datang maupun
yang berangkat melalui transportasi darat, laut dan udara menunjukan frekwensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, artinya bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 4 (empat) tahun tersebut menunjukan perkembangan yang semakin baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 17. Arus Penumpang dan Barang yang Datang dan Berangkat Melalui Transportasi Darat, Laut, Penyeberangan dan Udara No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15
Arus Penumpang dan Barang
2008
2009
2010
2011
Jumlah Penumpang Angkutan Umum Arus Kedatangan Dengan Penyeberangan Laut (org) Arus Kedatangan Dengan Transportasi Darat (org) Arus Keberangkatan Dengan Penyeberangan Laut (org) Arus Keberangkatan Dengan Transportasi darat Jumlah Barang Yang Terangkut Melalui Angkutan Umum Jumlah Barang Masuk Melalui Penyeberangan Laut (ton) Jumlah Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Darat (ton) Jumlah Barang Keluar Melalui Penyeberangan Laut Jumlah Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Daarat Arus Angkutan Udara Arus Kedatangan Dengan Transportasi Udara (Orang) Arus Keberangkatan Dengan Transportasi Udara (orang) Arus Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Udara (kg) Arus Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Udara (kg)
195,202,209
239,589,837
249,424,263
250,356,316
834,036
762,929
794,694
797,294
21,320,410
21,654,520
23,996,472
25,321,430
725,643
751,237
794,694
812,542
172,322,120
216,421,151
223,838,403
223,425,050
583,152
586,546
622,035
960,669
121,250
124,321
126,210
128,562
163,351
143,645
126,210
456,045
101,240
105,158
131,230
134,520
197,311
213,422
238,385
241,542
7,932,184
8,453,046
8,021,731
8,061,355
207,686
272,163
270,497
295,420
210,661
279,645
237,209
304,017
4,314,135
4,279,936
3,972,181
4,349,449
3,199,702
3,621,302
3,541,844
3,112,469
Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2013 f.
Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Februari 2013
menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 43
peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2013, jumlah angkatan kerja mencapai 1.060.340 orang dan bertambah 43.383 orang (4,27 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 1.016.957 orang dan berkurang 33.801 orang (3,09 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 1.094.141 orang. Penduduk yang bekerja pada Februari 2013 mencapai 1.023.549 orang dan bertambah 47.670 orang (4,88 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 975.879 orang, dan berkurang sebesar 36.686 orang (3,46 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 1.060.235 orang. Jumlah pengangguran terbuka pada Februari 2013 sebesar 36.791 orang, mengalami penurunan sekitar 4.287 orang (10,44 persen) jika dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar 41.078 orang, dan mengalami kenaikan 2.885 orang (8,51 persen) jika dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar 33.906 orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 3,52 poin selama periode satu tahun terakhir (Februari 2012-Februari 2013) dan mengalami peningkatan sebesar 2,23 poin dibanding TPAK bulan Agustus 2012. Lebih jelasnya dapat lihat pada tabel berikut ini menjelaskan jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pengangguran Tabel 18. Penduduk Menurut Kegiatan Utama di Sulawesi Tenggara Tahun 2011-2013 Tahun No
Kegiatan Utama
2011 Februari
1 2 1 Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Terbuka 2 Bukan Angkatan Kerja 3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Pekerja Tidak Penuh Setengah Penganggur
3 1,064,366 1,018,134 46,232 405,260 72,42 4.34 394,920 213,515
Agustus 4 1,058,999 1,026,548 32,451 423,881 71,42 3.06 407,542 270,253
2012 Februari Agustus 5 6 1,094,141 998,957 1,060,235 957,879 33,906 41,078 402,533 493,026 73,1 67,35 3.10 4.11 423,497 427,625 217,309 272,722
2013 Agustus 7 1,060,340 1,023,549 36,791 463,484 69,58 3.47 395,520 284,711
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 44
2.
Fokus Layanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap
indikator-indikator kinerja penyelengaraan urusan pilihan pemerintahan daerah
provinsi/kabupaten/kota,
yaitu
bidang
urusan
pertanian,
kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri dan ketransmigrasian. a.
Bidang Pertanian Sektor Pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan sektor
strategis namun mengalami perlambatan pertumbuhan dalam dua tahun terakhir. Selain merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, sektor pertanian juga merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara. Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor
pertanian,
Pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
telah
menetapkan 4 komoditi unggulan dalam RPJMD 2008-2013. Keempat komoditi tersebut adalah: tanaman kakao di sub-sektor perkebunan, padi di sub-sektor tanaman pangan, sapi di sub-sektor peternakan, dan rumput laut di sub-sektor perikanan dan kelautan. Keempat komoditi tersebut merupakan kontributor terbesar di sub-sektor masing-masing. Dari keempat komoditi unggulan, tanaman kakao merupakan komoditi yang berhasil menjadi komoditi ekspor. Tantangan sektor pertanian di Sulawesi Tenggara dalam dua tahun terakhir adalah semakin melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian, dan semakin berkurangnya belanja langsung sektor pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 1.
Sub Sektor Tanaman Pangan Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan Sultra sejak
tahun 2008-2011 rata-rata melebihi target capaian pemerintah daerah Provinsi Sultra walaupun masih berfluktuatif. Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2008 sebesar 91,4%, sedangkan pada tahun 2009 meningkat sebesar
101,6%, pada tahun 2010 sebesar
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 45
meningkat 109,93%. Namun capain kinerja pada tahun 2011 menurun sebesar 87,3%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor hortikultura secara umum berada diatas
target
pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara,
walaupun
cenderung berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja sub sektor hortikultura pada tahun 2008 sebesar meningkat sebesar menurun menjadi
125,7%, dan pada tahun 2009
134,9%. Capain kinerja pada tahun 2010 justru 96,7% , dan pada tahun 2011 kembali meningkat
sebesar 103,4%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor perkebunan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Perkebunan pada tahun 2008 sebesar 107,32% , namun pada tahun 2009 menurun menjadi 85,6 %. Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 122,9 % , dan pada tahun 2011meningkat menjadi 127,1%. Capaian kinerja Sub Sektor Peternakan secara umum berada diatas target
pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara,
walaupun
masih
berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2008 sebesar 92,6%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 106,1%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 107,47 % , dan capain kinerja pada tahun 2011 justru menurun menjadi 87,0%. Capain kinerja Sub Sektor Perikanan secara umum berada diatas target
pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Tenggara,
walaupun
masih
berfuktuasi dari tahun ketahun sejak tahun 2008-2011. kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2008 sebesar
123,9%, dan pada tahun 2009
meningkat menjadi 124,0%. Namun pada tahun 2010 kembali menurun menjadi 91,8%, dan kinerja pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 108,2%.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 46
Gambar 10. Tingkat Capain Kinerja Dinas Pertanian Setiap Sub Sektor Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 Sedangkan Trend capain kinerja NTP Sultra masih berfluktuatif. Trend capain kinerja NTP Sultra pada tahun 2008 meningkat sebesar 6,64%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -2,43%, dan pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 0,14%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2011. Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2009 menurun sebesar -0,18%, pada tahun 2010 kembali menurun sebesar 2,01%, namun pada tahun 2011 meningkat sebesar 1,67%. Trend capaian kinerja Sub Sektor Hortikultura masih berfluktuasi sejak tahun 2009-2011. pada tahun 2009
Trend capain kinerja Sub Sektor Hortikultura
meningkat sebesar 5,01%, namun pada tahun 2010
menurun sebesar -2,20 %, dan pada tahun 2011
kembali meningkat
sebesar 0,77%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2009. Trend capain kinerja Sub Sektor Perkebunan
pada tahun 2009 meningkat sebesar
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 47
15,54%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -6,09 %, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -2,54%. Untuk Trend capaian kinerja Sub Sektor peternakan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun 2009. Trend capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,50%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,46%, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -0,84%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend positif , sejak tahun 2009-2011. Trend capain kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,76%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 2,50%, dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar 2,01%. 2.
Produkstivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Produksitas Padi Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara
umum meningkat dari tahun 2008-2011, walaupun menurun pada tahun 2011. Produksitas Padi Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 39,53(Ku/Ha), pada tahun 2009 meningkat menjadi 41,51(Ku/Ha), dan pada tahun 2010 terus meningkat menjadi 42,19 (Ku/Ha). Namun pada tahun 2011 menurun menjadi 41,34(Ku/Ha). Untuk Produktivitas Jagung Per Hektar sejak tahun 2008-2011 masih berfluktuatif dan menunjukkan penurunan pada dua tahun terakhir. Produktivitas Jagung Per Hektar (Ku/Ha)
pada tahun 2008
sebesar 24,98 (Ku/Ha) dan tahun 2009 meningkat menjadi 26,33(Ku/Ha). Namun pada tahun 2010 menurun sebesar 25,28(Ku/Ha) dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 23,53(Ku/Ha). Produktivitas Kedelai Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Produktivitas Kedelai Per Hektar pada tahun 2008 sebesar 9,3(Ku/Ha) dan pada tahun 2009 menurun menjadi 8,36(Ku/Ha). Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 12,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 48
Produksitas Kacang Tanah Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun 2008-2011, walaupun meningkat pada tahun 2011. Produktivitas Kacang Tanah Per Hektar (Ku/Ha), pada tahun 2008 sebesar 8,92(Ku/Ha),
pada tahun 2009 menurun sebesar
8,48(Ku/Ha), pada tahun 2010 menurun sebesar 7,14(Ku/Ha), pada tahun 2011 meningkat sedikit menjadi sebesar 7,7 (Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha). Produksitas Kacang hijau Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun 2008-2011. Produktivitas Kacang Hijau Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 8,37 (Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 8,35 (Ku/Ha), serta tahun 2010 menurun menjadi 8,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 lebih statis yaitu 8,04(Ku/Ha). Begitupun Produktivitas Ubi jalar Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Produktivitas Ubi Jalar Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 86,12(Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 80,36(Ku/Ha),pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 83,57(Ku/Ha), pada tahun 2011 menurun sebesar 81,36(Ku/Ha). Untuk melihat Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 11. Produktifitas Padi dan Tanaman Pangan di Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data Sekunder diolah 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 49
Sedangkan
untuk
Trend
capain
kinerja
produktivitas
Padi
menunjukkan trend positif tahun 2009-2010, walaupun sempat negative pada tahun 2011. Trend capaian kinerja produktivitas Padi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,8%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,6%, pada tahun 2011 justru menurun sebesar -2,1%. Untuk Trend capaian kinerja produktivitas jagung menunjukkan trend negatif tahun 2009. Trend capain kinerja produktivitas Jagung pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,1%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,2%, dan pada tahun 2011 menurun sebesar -7,4%. Trend capaian kinerja produktivitas kedelai menunjukkan trend yang fluktuatif dari tahun 2009-2011. Trend capaian kinerja produktivitas Kedelai, pada tahun 2009 menurun sebesar -11,2%, tapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 30,6%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -14,6% Untuk
Trend
capain
kinerja
produktivitas
Kacang
Tanah
menunjukkan trend negatif dari tahun 2009-2010 dan menjadi posisif pada tahun 2011. Pada tahun 2009 Trend capain kinerja menurun sebesar -5,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -18,8%, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 7,4% Sedangkan untuk Trend capain kinerja produktivitas Kacang hijau menunjukkan trend negatif tahun 2009-2010. Trend capain kinerja produktivitas Kacang Hijau, pada tahun 2009 menurun sebesar -0,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -3,9 %, serta pada tahun 2011 tidak mengalami peningkatan atau sebesar 0,0% Trend capain kinerja produktivitas ubi kayu menunjukkan trend positif tahun 2009-2011, walaupun sempat negative pada tahun 2010. Trend capain kinerja produktivitas Ubi Kayu, meningkat pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,8%, pada tahun 2010 menurun sebesar -7,5%, pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 5,3%
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 50
Trend capain kinerja produktivitas ubi jalar menunjukkan trend negative tahun 2009-2010, walaupun sempat meningkat pesentasenya pada tahun 2010. Trend capain kinerja produktivitas Ubi Jalar, pada tahun 2009 menurun sebesar -7,2%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 3,8%, pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -2,7% Untuk melihat trend perkembangan kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 12. Trend Capain Kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 3.
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB sejak tahun 2008-2011
menunjukan angka presentase yang semakin menurun setiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Tahun
pada tahun 2008
sebesar 36,44%, pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 35,02%, dan pada tahun 2010 menurun sebesar
33,2%, serta pada tahun 2011
konstribusi sektor pertanian menjadi 31,71%. Untuk melihat trend perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 51
Gambar 13.
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 4.
Luas Lahan Produktif Pertanian Luas Lahan Produktif Pertanian setiap tahun sejak tahun 2008-2011
menunjukkan keluasan yang semakin bertambah. Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) semakin meningkat sejak tahun 2008-2011. Hal ini dapat dilihat dari Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2008 sebesar 843.553 Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi 545.669 Ha, pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi
556.306 Ha, dan pada
tahun 2009 kembali meningkat menjadi 602.270 Ha. Sedangkan Luas Lahan Sawah semakin meningkat sejak tahun 2008-2011walaupun terjadi penurunan luas pada tahun 2009. Pada tahun 2008 luas lahan sawah sebesar 115.825 Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi
96.991 Ha,
meningkat menjadi
pada tahun 2010 luas lahan sawah kembali 106.021 Ha, pada tahun 2011 luas lahan sawah
meningkat menjadi 108.655 Ha Untuk
melihat perkembangan Luas Lahan Produktif Pertanian
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 52
Gambar 14. Luas Lahan Produktif Pertanian di Sulawesi Tenggara Tahun 2009-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 Untuk Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) meningkat sejak tahun 2009-2011, walaupun negative pada tahun 2009. Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2009 menurun sebesar -54,59%, namun pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 1,91% pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,63%. Sedangkan Trend perkembangan Luas Lahan Sawah meningkat sejak tahun 2009-2011, walaupun
negative pada tahun 2009. Trend
perkembangan Luas Lahan Sawah pada tahun 2009 menurun sebesar 19,42 % pada tahun 2010 meningkat
sebesar 8,52% pada tahun 2011
kembali meningkat sebesar 2,42%. 5.
Pertumbuhan Hasil Produksi Tanaman Pangan Pertumbuhan hasil produksi Tanaman Pangan Provinsi sulawesi
Tenggara sejak tahun 2008-2011 masih berfluktuasi setiap tahunnya. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi menunjukkan peningkatan walaupun menurun pada tahun 2008. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi pada tahun 2008 menurun sebesar -4,3%, namun pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,5%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 11,6%, serta pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,1%.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 53
Untuk
persentase
pertumbuhan
hasil
Produksi
jagung
menunjukkan penurunan walaupun meningkat pada tahun 2010. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Jagung pada tahun 2008 sebesar menurun -4,1%, dan pada tahun 2009 menurun sebesar, -23,0%. Tetapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 4,4%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -9,1%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kedelai menunjukkan peningkatan sejak tahun 2008-2011, walaupun terjadi kontraktif pada tahun 2010. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kedelai pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,0%, dan pada tahun 2009 terus meningkat sebesar 47,3%. Namun pada tahun 2010 justru menurun sebesar -42,9%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 90,8%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kacang tanah menunjukkan menunjukkan sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Tanah pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -26,7%, pada tahun 2010 sebesar menurun -2,9%, pada tahun 2011 menurun sebesar -8,1%. Persentase pertumbuhan hasil Produksi kacang hijau menunjukkan penurunan sejak tahun 2008-2011, walaupun terjadi peningkatan pada tahun 2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Hijau pada tahun 2008 menurun sebesar -10,5%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -31,0%, pada tahun 2010 menurun sebesar -20,4%, tetapi pada tahun 2011 meningkat sebesar 69,7% Persentase pertumbuhan hasil Produksi ubi kayu menunjukkan presentase yag fluktuatif sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Kayu, pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, tetapi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,2%. Sedangkan pada tahun 2010 kembali menurun sebesar -28,0%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,9%. Sedangkan pertumbuhan hasil Produksi ubi jalar berfluktuatif sejak tahun 2008-2011. Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Jalar, pada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 54
tahun 2008 meningkat sebesar 12,0%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -17,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -1,1%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 4,6%. Perkembangan
presentase
hasil
produksi
Tanaman
Pangan
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Gambar 15. Presentase Hasil Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 2.
Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun 2009.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 55
1.
Produksi Perikanan Tangkap Target Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi tenggara
215.000 ton setiap tahunnya sebagaiman yang tercantum dalam RPJMD. Pada umumnya produksi perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sampai tahun 2011, namun capain produksi pada tahun 2007 dan 2008 masih dibawah target produksi perikanan. Produksi Perikanan Tangkap Prov Sultra pada tahun 2007 sebesar 209.036 Ton atau dengan tingkat capaian target sebesar 97,23 %. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
213.310 Ton atau dengan
tingkat capaian target sebesar 99,21 %. pada tahun 2009 meningkat sebesar 223.297 Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 103,86 %. pada tahun 2010 sebesar
227.238 Ton, atau
dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah sebesar 105,69 %. pada tahun 2011 sebesar
227.272 Ton, atau dengan tingkat capaian
berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 105,71 % Jumlah target produksi, capain kinerja
dan presentase capaian
produksi perikanan tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2011 dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 16. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja Capaian Produksi Perikanan Tangkap
dan Presentase
Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 56
2.
Produksi Perikanan Budidaya Untuk target produksi perikanan budidaya pemerintah Provinsi
Sultra dalam RPJMD sebesar 119.019,30 ton setiap tahunnya. Dengan merujuk pada target tersebut, maka capain produksi perikanan budidaya pada umumnya berada diatas rata-rata target dan sasaran pemerintah sejak tahun 2008-2011. Begitu pula trend perkembangan produksi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Produksi perikanan budidaya provinsi Sultra pada tahun 2007 sebesar 419.637,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 352,6%. Pada tahun 2008 produksi perikanan budidaya meningkat menjadi 519179,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 436,2%. Pada tahun 2009 produksi perikanan budidaya meningkat sebesar
517.801,00
ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 435,1%. Pada tahun 2010 meningkat sebesar
570567,35 ton, atau dengan tingkat capaian target
sebesar 479,4%. Dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar 647836 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 544,3 %. Jumlah target produksi, capain kinerja dan presentase capaian produksi perikanan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 20082011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 17. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja
dan Presentase
Capaian Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 57
Sedangkan Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya semakin didominasi oleh perikanan budidaya sejak tahun 2007-2011. Proporsi rasio perikanan tangkap setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2007 Perikanan Tangkap 33,3%, Pada tahun 2008 Perikanan Tangkap menurun 29,1%. Pada tahun 2009 proposri Perikanan Tangkap semakin menurun menjadi 30,1%. Pada tahun 2010 proporsi Perikanan Tangkap menurun menjadi 28,5%. Pada tahun 2011 Perikanan Tangkap menjadi 26,0%. Padan sisi lain Proporsi rasio perikanan budidaya setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2007 Proporasi produksi Perikanan Budidaya sebesar 66,7%. Pada tahun 2008 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 70,9%. Pada tahun 2009 Proporasi produksi Perikanan Budidaya terus menurun 69,9%. Pada tahun 2010 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 71,5%. Pada tahun 2011 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menjadi 74,0%. Jumlah Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 18. Jumlah Proporsi Rasio Perikanan Tangkap dan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 58
3.
Produksi Hasil Laut Produksi hasil laut Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ketahun
sejak tahun 2007-2011 mengalami peningkatan. Jumlah Produksi hasil laut pada tahun 2007 sebesar 207.195 Ton, untuk Produksi hasil laut pada tahun 2008 meningkat sebesar 208.303 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 0,53%. Pada tahun 2009 sebesar 217.513 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 4,42 %. Jumlah Produksi Hasil Laut pada tahun 2010 sebesar 221.412 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 1,79%. Jumlah produksi hasil laut pada tahun 2011 sebesar 221.434 Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 0,01% Jumlah dan ternd pertumbuhan produksi
hasil laut Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 19. Jumlah dan Trend Pertumbuhan Produksi Hasil Laut Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 4.
Industri Kecil Perikanan
a)
Industri Kecil Perikanan Kolam Jumlah Industri Kecil perikanan kolam Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun sejak tahun 2007-2011.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 59
Jumlah Unit usaha Kolam pada tahun 2007 sebesar 1741 unit, Jumlah Unit usaha Kolam meningkat pada tahun 2008 sebesar 2329 Unit Usaha atau meningkat sebesar 33,77%. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 2724 Unit usaha atau meningkat sebesar 16,96 %. Pada tahun 2010 terus mengalami peningkatan menjadi
2824 Unit usaha atau meningkat sebesar 3,67%.
dan pada tahun 2011menjadi 2854 Unit usaha atau meningkat sebesar 1,06%. b)
Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Sedangkan Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Provinsi
Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2007 berjumlah 6444 unit. Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2008 sebesar 6692 unit, atau meningkat sebesar 3,85%. Pada tahun 2009 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar 6574 unit, atau menurun sebesar -1,76 %. pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar
11060 unit, atau meningkat sebesar
68,24%. Sedangkan pada tahun 2007 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar
11492 unit, atau meningkat sebesar 3,91%. Jumlah dan
trend pertumbuhan Industri Kecil perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 20. Jumlah dan Trend Industri Kecil Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 60
c)
Unit Pengolahan Ikan Jumlah Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah Unit Pengolahan Ikan pada tahun 2007 sebesar 297 unit, pada tahun 2008 mengkat menjadi 323 unit, atau meningkat sebesar 8,75% dari athun sebelumnnya. Pada tahun 2009 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 358 unit atau meningkat sebesar 10, 84%. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 566 unit atau meningkat sebesar 58,10%. Jumlah dan trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 21.
Jumlah dan Trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 5.
Konsumsi Ikan penduduk Konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi sulawesi Tenggara
menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2007 sebesar 36,5 Kg/kapita. Pada tahun 2008 Konsumsi ikan setiap penduduk meningkat sebesar 38,9 Kg/kapita, atau meningkat sebesar 6,58%. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2009 sebesar 39,1
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 61
Kg, atau meningkat sebesar 0,51 %. Dan pada tahun 2011 konsumsi ikan setiap penduduk sebesar 45,8 Kg, atau meningkat sebesar 17,14 %. Jumlah dan trend perkembangan konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 22. Presentase dan Trend Perkembangan Konsumsi Ikan Setiap Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 6.
Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat dari
tahun ke tahun sejak tahun 2007-2011. Nilai Tukar Nelayan pada tahun 2007 sebesar 102,74 % , pada tahun 2008 meningkat menjadi 103,24 % , atau meningkat sebesar 0,49 %, dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 jumlah pengelolaan ikan meningkat menjadi 106,2 % atau meningkat sebesar 2,87 %. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 5107,19 % atau meningkat sebesar 0,93 %. Jumlah dan trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 62
Gambar 23. Presentase dan Trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 3.
Bidang Urusan Energi Dan Sumberdaya Mineral Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral mempunyai kontribusi
cukup besar dalam mendukung perekonomian Sulawesi Tenggara. Aktivitas pertambangan merupakan sektor yang paling besar dalam menyumbangkan pendapatan daerah dan mendongkrak perekonomian daerah. Selain itu, komitmen pemerintah daerah pada bidang energi dan sumber daya mineral dengan berupaya untuk mengatasi defisit daya listrik di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2009 diwujudkan dengan cara merelokasi genset melalui dukungan APBD,
tahun 2011 PT. PLN
(Persero) telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas terpasang 2x10 MW, PLTM Rongi 2x0,4 MW, PLTM Sabilambo kapasitas 2x1 MW. Dalam mengatasi krisis listrik skala kecil pada daerahdaerah terpencil telah dikembangkan Listrik Tenaga Surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pada tahun 2008 s.d 2012 telah dikembangkan PLTS sebanyak 6.920 unit dan pada tahun 2009 pemerintah
daerah
telah
membangun
Pembakit
Listrik
Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) kapasitas 40 kw di Desa Tekonea Kab. Konawe.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 63
Tabel 19. Capaian Kinerja Pelayanan Umum Bidang Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 No.
1.
Tahun
Uraian Penerimaan daerah dari sektor pertambangan - Royalti - Iuran Tetap - Sumbangan Pihak Ketiga
2008
2009
2010
2011
2012
110,123,538,948
41,485,060,034
60,855,129,327
103,115,397,967
91,383,706,647
6,661,181,653 462,357,295
5,022,253,169 299,986,837
14,518,085,420 892,267,287
17,033,581,830 1,023,969,736
31,051,523,134 1,543,551,661
103,000,000,000
36,162,820,028
45,444,776,620
85,057,846,401
58,788,631,852
2.
Rasio Elektrifikasi (%)
37.16
41.00
50.95
57.59
61.95
3.
Rasio Desa Berlistrik (%)
65.25
66.86
69.28
72.32
74.34
4.
Daya Terpasang (MW)
93,076
103,356
130,300
151,300
174,300
Sumber: Dinas Pertambangan dan ESDM Prov. Sultra, 2013 4.
Bidang Perdagangan dan Industri
a.
Perkembangan Sektor Industri Kecil Perkembangan sektor industri kecil baik jumlah perusahaan,
tenaga kerja yang digunakan maupun nilai investasi menunjukan peningkatan yang cukup signifikan pada Tahun 2012, baik industri kimia, logam dan mesin, hasil pertanian dan kehutanan maupun industri kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 20. Banyaknya Industri, Nilai Produksi dan Tenaga Kerja MenurutJenis Industri Tahun 2012 Kelompok / Jenis Industri
Jumlah Perusahaan
Jumlah Tenaga Kerja 417 690 1.506
Investasi (Rp.000)
Industri Kimia 6 32.695.803 Industri Logam dan Mesin 3 29.551.883 Industri Aneka Industri Hasil Pertanian 46 364.784.577 dan Kehutanan Industri Kecil : 12.398 69.840 1.413.670.317 - IK Hasil Pertanian dan 7.497 36.682 913.479.121 Kehutanan - IK Kimia 1.744 9.768 222.206.875 - IK Logam dan Mesin 1.237 8.746 122.326.912 - IK Aneka 1.920 14.644 155.657.409 Jumlah 12.453 72.453 1.840.702.580 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Nilai (Rp.000) 65.527.001 2.500.011.218 110.435.564 3.279.675.746 1.926.811.786 753.530.327 244.772.788 354.560.845 5.955.649.529
Page 64
b.
Perkembangan Sektor Perdagangan Luar Negeri Perkembangan sektor perdagangan luar negeri menunjukan kinerja
yang signifikan baik volume maupun nilai perdagangan, pada Tahun 2008 volume perdagangan mencapai 2,3 juta ton meningkat menjadi 14,05 juta ton pada Tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai 463,19 juta USD pada Tahun 2008 meningkat menjadi 703,33 juta USD. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan yang semakin baik dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 21. Ekspor Berdasarkan Volume dan Nilai Sulawewi Tenggara Tahun 2008-2012 Uraian
2008
2009
TAHUN 2010
2011
Volume (Ton) 2.337.816 2.034.241 3.069.386 5.783.205 Nilai (USD) 463.197.880 199.898.650 334.550.042 440.772.202 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013
2012 14.053.328 703.334.264
Demikian pula jumlah eksportir semakin meningkat setiap tahunnya dan jenis komoditi yang diperdagangan mencakup hasil tambang, hasil laut dan hasil perkebunan. Namun pada Tahun 2010 semakin bertambah jumlah komoditi yang diperdagangkan yaitu hasil hutan (kayu jati). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan jumlah volume dan nilai yang dperdagangkan. Tahun 2008 terdapat 7 perusahaan berupa hasil tambang
(bijih
nikel, fero nikel), hasil laut (bambu laut), hasil perkebunan (kakao), tahun Pada Tahun 2010 sebanyak 22 perusahaan beruapa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid), hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran), hasil hutan (kayu jati), hasil perkebunan (kakao) kemudia tahun 2012 sebanyak 38 perusahaan berupa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal), hasil laut (gurita beku, cakalang, rumput laut). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 65
Tabel 22. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawewi Tenggara Tahun 2008-2012 Tahun
Jumlah Eksportir
Jenis Komoditi
Volume (Ton)
Nilai (USD)
hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) 2008 7 perusahaan 463.197.880,00 hasil laut (bambu laut hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) 2009 8 perusahaan 199.898.650,00 hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid) hasil laut (gurita beku, cakalang, 2010 22 perusahaan ikan, udang, 334.550.042,00 campuran) hasil hutan (kayu jati) hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel,aspal) hasil laut (gurita 2011 26 perusahaan beku, cakalang, ikan, 440.772.202,74 udang, campuran, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal) hasil laut (gurita 2012 38 perusahaan 703.334.264,44 beku, cakalang, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
2.337.816,43
2.034.241,81
3.069.386,60
5.783.205,56
14.053.328,9 7
Page 66
Komoditi hasil tambang, hasil laut, hasil perkebunan dan hasil hutan tersebut dipasarkan pada beberapa Negara tujuan antara epang, Taiwan, Cina, USA, Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Itali, Yunani, Malaysia, Meksiko dan Swis, baik dalam bentuk gelondongan maupun barang setengah jadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 23. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawesi Tenggara Tahun 2008-2012 Tahun
Negara Tujuan
Nilai (USD)
Volume (Ton)
Jepang, Cina, 2008 Malaysia, India, Korea Selatan, 463.197.880,00 2.337.816,43 Swis, Belgia Jepang, Cina, USA, Malaysia, 2009 199.898.650,00 2.034.241,81 Belanda,Korea Selatan, Swis Jepang, Cina, USA, Hongkong, 2010 Malaysia, Belanda, Korea Selatan, 334.550.042,00 3.069.386,60 Swis, Australia, Italia Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2011 Hongkong, Belanda, Korea 440.772.202,74 5.783.205,56 Selatan, Itali, dan Yunani Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2012 Hongkong, Belanda, Korea 703.334.264,44 14.053.328,97 Selatan, Tailand, Meksiko, Ukraina Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 5.
Bidang Ketransmigrasian Perkembangan jumlah transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara
dalam kurun waktu Tahun 2007-2011 menunjukan perkembangan yang berfluktuatif baik transmigrasi umum maupun transmigrasi swakarsa mandiri, dimana Tahun 2007 jumlah KK mencapai 480 dan 1.868 jiwa, kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2009 menjadi 228 KK dan 919 jiwa dan naik kembali pada Tahun 2011 menjadi 828 KK dan 3.315 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 67
Tabel 24. Jumlah Transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 20072011 Tahun
Umum
Transmigrasi Total Swakarsa Mandiri KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 2007 430 1.718 50 150 480 1.868 2008 250 938 100 493 350 1.431 2009 98 389 130 530 228 919 2010 442 1.755 158 638 600 2.393 2011 750 3.030 78 285 828 3.315 Jumlah 6.815 27.938 4.998 14.102 11.813 42.040 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sultra, 2013 C.
Aspek Daya Saing Daerah
1.
Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Faktor utama yang berperan dalam menciptakan kemajuan
ekonomi daerah adalah adanya kejelasan sasaran dan kebijakan pembangunan daerah yang berorientasi pada hasil, manfaat dan dampaknya bagi peningkatan produktivitas daerah. Hal ini ditandai dengan
semakin
mantapnya
stabilitas
makro
ekonomi
daerah
sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 25. Kondisi Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008- 2011 Indikator Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi (%) (Harga Konstan) Inflasi (%) Penduduk miskin Pengangguran Terbuka Rasio Investasi Terhadap PDRB PDRB/Kapita (ADHK) (Juta) PDRB/Kapita (ADHB) (Juta)
2008
2009
2010
2011
2012
7,27
7,57
8,19
8,68
10,41
15,88 19,53 6,05
4,60 18,93 5,38
4,29 17,05 4,77
5,09 14,61 3,06
4,03 13,71 3,10
24,15
30,54
29,54
32,77
30,47
4,65
4,91
5,21
5,56
5,90
10,33
11,70
12,70
14,06
15,56
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 68
a.
PDRB Perkapita Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran
suatu daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2012 adalah 15.526,33 ribu rupiah. Nilai tersebut telah meningkat 11,65 persen dari keadaan tahun 2011. Pertumbuhan PDRB per kapita itu sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga produksi. Hal itu dapat ditunjukkan dengan peningkatan indeks implicit yang bergerak dari 256,61 tahun 2011 menjadi 263,80 pada tahun 2012. Tabel 26. PDRB Per Kapita Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku (1) (2) 2007 8.527,57 2008 10.335,16 2009 11.704,61 2010 12.548,27 2011* 13.905,82 2012** 15.526,33 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 ** Angka sangat sementara, * Angka Sementara b.
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (3) 4.432,49 4.659,81 4.912,78 5.153,42 5.498,63 6.046,90
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
mencakup
berbagai
pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung. Pengeluaran rumah tangga di sini mencakup pembelian untuk makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun di luar negeri. Termasuk pula di sini pengeluaran lembaga nirlaba yang tujuan usahanya adalah untuk melayani keperluan rumah tangga. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011 dapat terlihat pada Tabel berikut :
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 69
Tabel 27. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 20072012 (Juta Rupiah) Tahun
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2012
8.527,57 10.335,16 11.704,61 12.548,27 13.905,82 15.526,33
Ket : *) Berdasarkan PDRB atas harga berlaku Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi Sulawesi Tenggara setiap Tahunnya mengalami peningkatan, di mana pada Tahun 2007 mencapai Rp. 8,57 juta dan pada Tahun 2012 meningkat hingga mencapai Rp. 15,52 juta. Hal ini menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat yang signifikan. Secara agregat, pengeluaran konsumsi untuk rumah tangga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Tahun 2007-2012 tingginya pengeluaran konsumsi merupakan salah satu indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat mulai meningkat sehingga berdampak pada semakin banyaknya pengeluaran untuk konsumsi. c.
Nilai Tukar Petani Pada Desember 2012, NTP masing-masing subsektor di Sulawesi
Tenggara tercatat sebagai berikut: Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 85,51; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 118,65; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 123,40; Subsektor Peternakan (NTP-Pt) 89,89 dan Subsektor Perikanan (NTP-Pi) 108,74. Dimana NTP Sulawesi Tenggara tercatat 106,23 atau mengalami penurunan 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya, atau berada pada urutan ke delapan belas penurunan NTP secara nasional. Sedangkan NTP Nasional sebesar 105,87 atau naik sebesar 0,14 persen.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 70
Pada
Desember
2012,
perubahan
indeks
harga
konsumen
perdesaan di Sulawesi Tenggara naik sebesar 0,70 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan perubahan indeks harga pada semua kelompok konsumsi yaitu kelompok bahan makanan 1,05 persen; makanan jadi 0,31 persen; perumahan 0,38 persen; sandang 0,12 persen; kesehatan 0,53 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,10 persen; dan transportasi dan komunikasi 0,01 persen. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember 2012. Tiga subsector mengalami kenaikan, satu subsektor tidak menagalami perubahan dan satu subsektor lainnya mengalami penuruan. Subsektor yang mengalami kenaikan terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,03 persen; subsektor peternakan sebesar 0,22 persen; dan subsektor perikanan 0,82 persen. Sub sektor yang tidak mengalami kenaikan adalah subsektor tanaman pangan ( 0,00 persen); Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura turun sebesar 0,08 persen. Pada Desember 2012, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Sulawesi Tenggara dilaporkan mengalami kenaikan bila dibandingkan November 2012, yaitu sebesar 0,57 persen dari 133,64 menjadi 134,41. Jika dilihat untuk masing-masing subsektor, terjadi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen; subsector hortikultura 0,60 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,69 persen; subsektor peternakan 0,49 persen; dan subsektor perikanan 0,60 persen. Naiknya semua subsektor tersebut menyebabkan terjadinya Ib gabungan mengalami kenaikan. d.
Produktivitas Total Daerah Tingkat produktivitas daerah menunjukan kinerja perekonomian
berdasarkan peranan sektor ekonomi terhadap PDRB atas dasar harga
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 71
berlaku maupun atas dasar harga konstan, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel berikut ini: Tabel 28. Peranan Sektor Ekonomi terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Prov. Sultra Tahun 2005-2009
Sumber: BPS Prov. Sultra, 2010 Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa sektor pertanian masih memberikan konstribusi yang besar terhadap PDRB dari total nilai PDRB, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor Listrik, Gas dan Air memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB dari total nilai PDRB 2.
Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur
a.
Aksesibilitas Daerah Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2005-2010 dapat terlihat pada Tabel 18 berikut : Tabel 29. Rasio Panjang Jalan Perjumlah Kendaraan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 -2011 Tahun
Panjang Jalan (KM)
2005 7.264.98 2006 7.785.62 2007 8.422.77 2008 10.133.95 2009 9.704,61 2010 10.155,07 2011 9.822,05 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013
Jumlah Kendaraan* 147.488 173.468 206.447 256.233 312.091 324.703 439.589
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Rasio (%) 4,93 4,49 4,08 3,95 3,11 3,13 2,23
Page 72
Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 sebesar 0,049. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 sebesar 0,045. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 sebesar 0,041. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 sebesar 0,040. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 sebesar 0,031 dan rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan Tahun 2010 sebesar 0,031. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan cenderung menurun selama 5 Tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena penambahan panjang jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Namun hal ini masih belum menjadi permasalahan yang mendesak karena belum terlihat kemacetan baik dipedesaan maupun di perkotaan. Tabel 30.
Jumlah Orang Melalui Bandara Haluoleo Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Tahun
Penumpang Datang
2007 187.252 2008 207.686 2009 272.163 2010 270.497 2011 295.420 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2012
Penumpang Berangkat 190.647 210.601 279.645 237.209 304.017
Jumlah penumpang datang dan berangkat dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 cenderung mengalamim peningkatan dari Tahun ke Tahun. Jika pada Tahun 2007 jumlah penumpang datang sebesar 187.252 orang dan jumlah penumpang berangkat sebesar 190.647 orang. Kondisi ini meningkat pada Tahun 2011 dimana jumlah penumpang datang sebesar 295.420 orang dan penumpang berangkat sebesar 304.017 orang, pertambahan jumlah penumpang datang dan pergi disebabkan geliat
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 73
ekonomi diwilayah ini serta adanya penambahan frekuensi penerbangan di Bandara Haluoleo. b.
Fasilitas Bank dan Non Bank Sektor perbankan diharapkan dapat mendukung perkembangan
perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya pada sektor rill. Bank milik pemerintah yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BRI, BNI’46, Bank Mandiri, Bank BTN dan BPD. Sedangkan Bank swasta nasional yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BII, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Panin, Bank Mega, Bank NISP, Bank Artha Graha, Bank Sinar Mas dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan jenis dan jumlah bank beserta cabang-cabangnya dapat terlihat pada Tabel 20 berikut : Tabel 31. Jenis dan Jumlah Bank beserta Cabangnya di Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 Bank Bank Indonesia Pemerintah 2004 1 28 2005 1 29 2006 1 60 2007 1 64 2008 1 72 2009 1 72 2010 1 84 2011 1 100 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Tahun
Bank Swasta 9 10 16 16 22 26 37 68
BPR
Total
6 6 6 5 1 11 12 12
44 46 83 90 105 110 129 181
Perkembangan lembaga keuangan cukup meningkat dari Tahun ke Tahun terutama Bank Pemerintah mencapai 100 unit dan Bank Swasta mencapai 68 dan BPR mencapai 12 unit pada Tahun 2011, meningkat bila dibandingkan dengan Tahun 2010. Pertambahan jumlah bank, baik milik pemerintah dan swasta serta bank
skala
kecil
seperti
BPR
Bahteramas
menunjukkan
adanya
pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di wilayah ini sehingga menarik sektor
perbankan
untuk
melakukan
ekspansi.
Sektor
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
perbankan
Page 74
diharapkan melakukan pernannya untuk mendorong sektor rill melalui fungsi intermediasi perbankannya sehingga dapat mendorong produksi dan produktifitas masyarakat. Namun untuk melayani masyarakat kecil dan UMKM dikembangakan BPR Bahteramas yang diharapkan membuka akses masyarakat dipedesaan utnuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan. 3.
Iklim Berinvestasi
a.
Angka kriminalitas Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009-20011
relative berfluktuatif. Angka kriminalitas pada tahun 2009 sebanyak 7.652 kasus. Pada tahun 2010 meningkat sebanyak 7.662 kasus kiriminaliats atau meningkat sebesar 0,13%. Pada tahun 2011 Angka kriminalitas sebanyak 4.140 atau menurun sebesar -45,97%. Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 24. Jumlah dan Trend Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 b.
Kegiatan Pembinaan Politik Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah provinsi
Sultra tahu 2008-20011 relative menurun. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah pada tahun 2008 sebanyak 200 0rang. Pada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 75
tahun 2010 sebanyak 200 orang atau tidak meningkat (0,0%). Pada tahun 2010 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 159 orang atau menurun sebanyak -25% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 100 orang atau meningkat sebanyak -33,3%. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 25. Jumlah dan Trend Jumlah Peserta dalam Kegiatan Pembinaan Politik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2012 c.
Linmas Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi
Tenggara tahu 2009-20011 relative meningkat sejak tahun 2008-2011. Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk pada tahun 2008 sebanyak 107 petugas, pada tahun 2009 bertambah menjadi
109 petugas
atau
meningkat sebesar 1,87%. pada tahun 2010 bertambah menjadi 118 petugas
atau meningkat sebesar 8,26 %. pada tahun 2011 bertambah
menjadi 120 petugas atau meningkat sebesar 1,69%. Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011 dapat ditunjukkan pada gambar berikut.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 76
Gambar 26. Trend dan Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2013 Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara tahu 2009-20011 relative meningkat. Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat ( Linmas ) di Sultra pada tahun 2008 sebanyak 1.076.967 petugas. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.092.176 petugas atau meningkat sebesar 1,41% . Pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.179.120 petugas atau meningkat sebesar 7,96% . Pada tahun 2011 tidak terjadi penambahan atau peningkatan Gambar 27. Trend dan Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2011
Sumber : Data sekunder diolah 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 77
b.
Pengenaan Pajak Daerah Pengenaan pajak daerah merupakan salah satu Sumber PAD bagi
pemerintah daerah. Realisasi pajak dan macam pajak Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2011 dapat terlihat pada Tabel 21 berikut : Tabel 32. Jumlah dan Macam Pajak Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004 – 2011 (Rp 000) Tahun
PKB 2004 18.100.584 2005 19.519.565 2006 21.465.463 2007 24.323.177 2008 32.669.069 2009 38.934.280 2010 46.054.067 2011 55.748.506 Sumber : BPS Prov. Sultra,
REALISASI PAJAK BBN-KB PBB KB 32.775.436 13.438.484 34.419.791 18.005.618 30.646.059 31.998.924 36.643.562 38.543.562 62.804.850 52.956.844 76.631.930 52.017.350 92.416.924 60.268.263 122.420.319 80.461.325 2012
PABT/AP 1.350.561 667.815 423.435 485.892 1.252.548 1.690.450 1.707.214 1.760.768
Berdasarkan tabel tersebut di atas Jumlah Realisasi Pajak Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun, dimana pada Tahun 2004 realisasi pajak PKB sebesar 18.100.584, realisasi pajak BBN-KB sebesar 32.77.5436, realisasi pajak PBB KB sebesar 13.438.484, dan PABT/AP sebesar 1.350.561. Pada Tahun 201 meningkat sangat signifikan realisasi pajak PKB sebesar 55.748.506, realisasi pajak BBN-KB sebesar 122.420.319, realisasi pajak PBB KB sebesar 80.416.325, dan realisasi pajak PABT/AP sebesar 1.760.768.
3.
Fokus Sumber Daya Manusia. Kualitas sumberdaya manusia masyarakat Sulawesi Tenggara
dapat terlihat dari jumlah yang terserap pada lapangan pekerjaan. Namun jika dilihat dari jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang mencari pekerjaan lebih banyak didominasi oleh lulusan diploma dan universitas sebanyak 5.884 orang pada Tahun 2011. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 78
Tabel 33. Penduduk Sulawesi Tenggara Umur 15 Tahun ke atas yang Mencari Pekerjaan Menurut Pendidikan Tahun 2011
No
Pendidikan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
862 2,239 1,554 6,088 1,906 2,419 15,068
1,751 1,282 2,577 6,582 1,726 3,465 17,383
2,613 3,521 4,131 12,670 3,632 5,884 32,451
1 2 3 4 5 6
Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar SLTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma/Universitas Jumlah Sumber : BPS Prov. Sultra, 2012
Di samping jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan, kualitas sumberdaya manusia di Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang terserap pada lapangan pekerjaan cukup tinggi mencapai 1.482.880 orang , namun tingkat kelulusan yang lebih dominan terserap pada lapangan pekerjaan adalah lulusan SD sampai SMTA Hal ini menandakan bahwa kualitas sumberdaya manusia masih perlu ditingkatkan karena jumlah pencari kerja lebih dominan lulusan diploma dan universitas, bila dibandingkan dengan tamatan SD sampai dengan SMTA. Lebih jelasnya jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan dapat diilihat pada tabel berikut ini Tabel 34. Penduduk Sulawesi Tenggara Umur 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tahun 2011
No
Pendidikan
1
2
1 2 3 4 5 6
Tidak/Belum Tamat SD Sekolah Dasar SLTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma/Universitas Jumlah Sumber : BPS Prov. Sultra, 2012
Laki-Laki
Perempuan
3
145,681 160,972 157,805 173,044 36,949 60,303 734,754
4
185,929 169,431 155,287 144,566 29,257 63,656 748,126
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Jumlah 5
331,610 330,403 313,092 317,610 66,206 123,959 1,482,880
Page 79
2.2.
Permasalahan Pembangunan Daerah Berbagai tantangan dalam pembangunan ekonomi Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2014 dengan permasalahan yang perlu menjadi perhatian bagi seluruh stakeholder pembangunan dan isu startegis yang perlu ditangani antara lain: a.
Kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar masih kurang memadai dalam menunjang aktifitas perekonomian. Olehnya itu isu strategis yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan infrastruktur dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, hal ini disebabkan oleh kondisi infrastruktur yang belum memadai dalam menunjang aktifitas ekonomi dan menunjang kegiatan investasi, berupa jalan dan jembatan, pelabuhan, bandara, listrik dan air bersih.
b.
Pengembangan infrastruktur belum terintegrasi dengan baik. Olehnya itu
isu
strategis
yang
perlu
mendapat
perhatian
adalah
pengembangan cluster infrastruktur ekonomi wilayah pada kawasan strategis, hal ini disebabkan oleh kondisi infrastruktur pada kawasan strategis belum mendukung bagi aktifitas ekonomi masyarakat. Pengembangan cluster infrastruktur merupakan kelanjutan dari kegiatan blocgrant berupa bantuan keuangan pada desa/kelurahan yang dinilai kurang efektif penyelenggaraannya sehingga polanya mengalami perubahan berupa pengembangan cluster infrastruktur. c.
Terjadinya tumpah tindih dalam pemanfaatan lahan dan tata ruang wilayah. Olehnya itu isu strategis yang perlu mendapat operhatian adalah penyelesaian tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta pengembangan kawasan strategis secara berkelanjutan, hal ini disebabkan oleh karena rencana tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota
belum
terselesaikan
sehingga
hal
ini
dapat
menghambat pengembangan beberapa kawasan strategis provinsi maupun
kawasan
penyelesaiannya
perlu
strategis segera
kabupaten/kota dilakukan
dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
sehingga menunjang
Page 80
keseimbangan pemanfaatan ruang. d. Terjadinya penurunan pada beberapa komoditas strategis dalam menunjang ketahanan pangan daerah. Olehnya itu isu strategis yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan produksi pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan dan peningkatan penguasaan, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini disebabkan oleh penurunan beberapa komoditas hasil pertanian sehingga diperlukan upayaupaya peningkatan produksi dan produktifitas dalam rangka peningkatan nilai tambah dalam upaya peningkatan pendapatan petani. e.
Kualitas sumberdaya manusia belum memadai. Olehnya itu isu strategis yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat melalui pemantapan sarana prasarana pendidikan dan wajib belajar 12 tahun, hal ini disebabkan oleh kondisi IPM Sulawesi Tenggara masih berada diposisi 25 sejak tiga tahun terakhir, khususnya pada kondisi angka melek huruf yang sebagian besar berada pada umur tidak produktif lagi.
f.
Pelayanan publik belum memadai dalam menunjang pelaksanaan reformasi birokrasi. Olehnya itu isu strategis yang perlu mendapat perhatian adalah peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik serta pemantapan sistem pengendalian instansi pemerintah (SPIP), hal ini disebabkan oleh pelaksanaan reformasi birokrasi belum berjalan maksimal terutama terkait pelayanan publik yang belum baik serta pengelolaan keuangan daerah belum menunjukan performance yang baik.
g.
Pengembangan
kebudayaan
dan
pariwisata
daerah,
hal
ini
disebabkan oleh pengembangan ekonomi lokal belum terintegrasi dengan pengembangan kebudayaan dan pariwisata dalam upaya untuk menarik kunjungan wisatawan baik domestik maupun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 81
mancanegara
sehingga
perlu
semakin
digiatkan
pagelaran
kebudayaan daerah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014
Page 82