1
Fungsi Tari Salendeng Dalam Upacara Adat Banioti Masyarakat Lumbi-lumbia Kecamatan Buko Selatan Provinsi Sulawesi Tengah . Oleh Nurma Juwita La Ode Karlan, S.Pd, M.Sn
ABSTRAK Nurma Juwita, 2013 Fungsi Tari Salendeng Dalam Upacara Adat Banioti Masyarakat Lumbi-lumbia Kecamatan Buko Selatan Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, Dan Musik Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Tari Salendeng merupakan tari yang ada didalam prosesi upacara adat Banoti yang tidak dapat di pisahkan dan diganti oleh tari yang lain, dalam pelaksanaanya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti fungsi tari Salendeng tersebut. Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh dan dihimpun melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian, data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode model Miles and Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpilan dan juga menggunakan ketekunan pengamatan. Hasil penelitian yang diperoleh; bahwa pertunjukan tari Salendeng dalam upacara adat Banioti merupakan pertunjukkan yang cukup kompleks dan menarik, dan dalam pertunjukkannya membutuhkan persiapan yang matang. Daya tarik yang tercipta menjadikan tarian ini mulai terkenal dikalangan masyarakat luas . Tari salendeng memilki fungsi umum dan khusus, yang kesemuanya terangkum
2
menjadi satu dalam ritual adat banioti, tari salendeng merupakan digunakan dalam upacara adat banioti sebagai media perantara roh leluhur.
Kata kunci : Fungsi, tari salendeng, dan, upacara adat
I Kebutuhan yang beragam serta ketidak puasan masyrakat akan banyak hal, merupakan satu dari banyak hal yang menyebabkan hasil kebudayaan yang beragam dalam masyarakat. Salah satu masyarakat yang memiliki keberagaman kebudayaan ialah masyarakat banggai, misalnya keberagaman dalam hal tingkatan sosial, bahasa, maupaun keseniannya. Contoh dari keberagaman dilihat dari segi bahasa, masyarakat banggai menggunakan bahasa sehari-hari, seperti bahasa daerah dengan dialek yang berbeda disetiap wilayah serta bahasa indonesia, bahkan beberapa anggota masyarakat menggunakan bahasa jawa dan beberapa bahasa di luar daerah banggai. Dari segi kesenian seperti: balatindak, taupe, salendeng dan lain sebagainya, sehingga hasil keberagaman dan hubungan yang terjalin antara masyarakat satu dan masyarakat lainnya melahirkan suatu identitas, baik yang disadari ataupun tidak digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarat banggai. Tylor
(dalam
Ahmadi:1986)
mempertegas
“Kebudayaan
adalah
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain
3
serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat” Taylor (dalam Ahmadi,1986:83). Dari pernyataan ini, kebudayaan merupakan hasil dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Selain itu, menurut Wulansari (2009), mengemukakan bahwa fungsi kebudayaan memiliki kegunaan dalam menghadapi kekuatan dari dalam dimana ia berada maupun kekuatan-kekuatan laiannya di dalam masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya, (Wulansari 2009:86). Masyarakat banggai merupakan masyarakat yang hidup pada lingkungan adat yang dalam proses kehidupannya selalu mengkedepankan norma-norma adat yang berlaku, selain hukum negara yang berlaku secara universal. Salah satu tradisi masyarakat lumbi-lumbia yang masih dipegang teguh yaitu upacara adat Banioti yang merupakan salah satu tradisi yang yang diwariskan secara turun-temurun. Upacara adat Banioti diselenggarakan oleh keluarga, sebagai sarana untuk manjauhkan segala bentuk malapetaka dan marabahaya dari keluarga, dan kesemuannya merupakan salah satu hasil aktivitas kultural masyarakat lumbi-lumbia yang tentunya sengaja diciptakan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dari sejumlah kebutuhan naluri manusia berhubungan dengan seluruh kehidupannya” Malinovsky (dalam Sumiani, 2004:24). Tradisi upacara Banioti marupakan hasil dari kebudayaan masyarakat lumbi-lumbia yang dijaga dan dilestarikan karena memiliki fungsi tersendiri dalam masyarakat Lumbi-lumbia itu sendiri. Dalam prosesi upacara adat Banioti, terdapat unsur-unsur kesenian yang terangkum menjadi satu. Salah satu unsur kesenian yang terdapat dalam upacara Banioti adalah tari Salendeng. Tari Salendeng memilki peranan penting dalam
4
upacara adat Banioti itu sendiri yang tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari keberadaannya yang ditempatkan pada aspek terpenting yaitu upacara dan tidak dapat diganti dengan tari lainnya. Tari Salendeng dalam prosesi ritual adat banioti ditarikan oleh satu ada dua wanita, setiap gerakan dalam tarian ini memiliki maksud tersendiri yang memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan. Tari salendeng memiliki satu properti wajib yaitu selendang. Dalam prosesi banioti tari salendeng tidak dapat digantikan dengan tari lain, meskipun dalam masyarakat banggai memiliki beragam tarian dan kesenian. Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan bentuk deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menggambarkan fungsi Salendeng dalam upacara adat Banioti kemudian dari data yang ada di analisa secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Seperti yang didukung pengertian menurut Suharsini
(2007:234)
penelitian
deskriptif
merupakan
penelitian
yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mangenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian di lakukan, dan juga Fathoni (dalam nurlia, 2011:18) penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan fungsi tari Salendeng dalam upacara adat Banoti pada masyarakat Desa Lumbi-lumbia Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Inti dari teori fungsional menurut malinowski adalah segala aktifitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya ( kaplan
5
2002:76). Dari teori tersebut kaitannya dengan upacara adat Banioti bahwa upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat lumbi-lumbia merupakan salah satu upaya untuk pemenuhan kebutuhannya dan semua itu berjalan seiringan dengan kepuasan naluri masyarakat lmbi-lumbia itu sendiri. II Upacara adat Banioti merupakan sebuah hajatan yang di yakini oleh masyarakat Lumbi-Lumbia sebagai sarana untuk menjauhkan segala malapetaka dan marabahaya dari keluarga mereka. Banioti merupakan tradisi masyarakat lumbi-lumbia
yang
diwariskan
secara
turun-temurun,
dimana
dalam
pelaksanaanya diatur oleh syarat-syarat yang disepakati. Dalam Upacara adat Banioti terdapat unsur-unsur seni yang terangkum dalam prosesinya, berupa unsur musik dan unsur gerak tari. Upacara adat Banioti memilki dua tahap acara yaitu tahap prosesi upacara ritual, dimana pada tahap ini pelaksanaanya terikat pada syarat-syarat yang telah ditentukan dalam upacara ini, dan tahap hiburan, pada tahap ini lebih bebas tanpa terikat syarat pada tahap proses ritual Pelaksanaan upacara ini hanya bisa di laksanakan pada saat-saat tertentu dan membutuhkan perhitungan yaitu hari yang dianggap baik. Meskipun pelaksanaan kebanyakan dilaksanakan pada malam hari, akan tetapi bisa dilaksanakan pada siang, pagi , ataupun sore tentunya dengan ketentuan hari itu dianggap hari baik. Tempat pelaksanaan upacara ini yaitu di rumah saudara tertua, karena kepercayaan mereka bahwa Saudara paling tua itu adalah panutan untuk saudarasaudara yang lain. Para pelaksana merupakan orang-orang terpilih, yang sudah di tentukan dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pelaksaanan upacara ini memakan waktu lebih dari satu hari, dengan segala persiapan yang harus dilakukan.
6
Dalam upacara adat ini terdiri dari beberapa kelompok yaitu, kelompok pemusik, penari, pemimpin adat dan keluarga yang memiliki hajatan. Kelompok pemusik atau Batong terdiri dari 4 orang dengan alat musik yang terdiri dari gong dengann alat pemukul atau Kasibul berupa kayu yang ujungnya terbalut kain yang mereka sebut dengan Potundung serta gong dengan pemukul berupa dua buah kayu yang disebut Leleys, dan gendang atau Bobolon dengan alat pemukul jenis Leleys. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. Dalam upacara adat Banioti motif musik yang sering digunakan yaitu motif Tabua dan Kalibatang. Perlengkapan upacara adat Banioti ini terdiri dari: 1.Kayu sebagai tiang (Bongunon), 2.Tabang merah, 3.Tabang
putih, 4.Samali, 6.Janur atau daun
kelapa yang muda (obus), 7. Tempat Pinang (manduan), 8.Kapur sirih (tilon), 9. Pinang (posos), 9. Kelapa muda merah, 10. Daun sirih (sogang),11. Kambing, 13. Ayam dan, 14. Dulang. Perlengkapan-perlengkapan tersebut di atur sedemikin rupa, tiang utama atau Bongunon ditancapkan ditempat yang telah dipilih kemudian dihias menggunakan Tabang merah, Tabang putih, Samali dan Janur, Kambing dan ayam diikat pada tiang utama tersebut.pinang, daun sirih dan kapur sirih di letakkan pada tempat tersendiri dan diletakkan diatas dulang beserta kelapa dan letakkan didekat tiang utama atau Bongunon. Perlengkapan-perlengkapan dalam upacara adat Banioti mengandung maksud-maksud tersendiri. Perlengkapan dan sesaji dalam upacara ini banyak macamnya dan memiliki arti (Muhidin, 11 november 2012). Maksud-maksud tersebut yaitu: a) Tiang atau Bongunon diumpamakan sebagi media penghubung 7
antara manusia dengan yang maha kuasa, jumlah tiang yang hanya satu diumpamakan menyatukan seluruh niat menjadi satu untuk sang pencipta, b) Tabang merah diumpamakan bahwa setiap manusia memiliki sisi merah atau yang sifatnya panas yang tumbuh dalam setiap diri manusia, c) Tabang putih diumpamakan sebagai sisi putih atau sisi baik manusia yang tumbuh dalam diri manusia itu sendiri, d) Samali diumpamakan sebagai dua sisi baik dan buruk, e) Daun kelapa muda (Obus) diumpamakan sebagi perawalan hidup yang baru, f) tempat pinang (Manduan) diumpamakan sebagai wadah penampung dan menyatukan keluarga sebagaimana fungsinya sebagai wadah penyimpanan kapur sirih daun sirih dan pinang, g) Kapur sirih (Tilon), diumpamakan bahwa keluarga memiliki niat yang suci dan berhati bersih selayaknya warna kapur sirih yang putih, h) Pinang ( Posos), diumpamankan niat dan tujuan keluarga yang satu seperti pohon pinang yang tumbuh lurus tanpa cabang, i) Kelapa muda, diumpamakan sebagai sumber kehidupan, j) Daun sirih ( sogang), di umpamkan eratnya tali silaturahmai dan eratnya rasa kekeluargaan dan di harapkan seperti sirih yang tumbuh merambat dan saling melilit, diharapkan pula bahwa anggota keluarga satu dan lainnya saling berhubungan satu sama lainnya dan tidak terpisahkan, k) Ayam hitam, merah dan putih, diumapamakan sebagai pengganti, diumpamakan ketika ayam hitam yang menggambarkan kekuatan jahat atau iblis, ayam merah diperumpamakan hawa nafsu manusia berupa amarah dan sisi panas dari manusia, dan ayam putih, dibaratkan sisi
baik dari mmanusia, dan
diharapkan ketik ketiga ayam tersebut disembelih segala kekuatan jahat, hawanafsu dan sifat buruk hilang bersamaan dengan matinya ayam tersebut dan
8
berganti engan kehidupan yang lebih baik, dan l) Kambing diumpamakan sebagai wujud musibah yang dan malapetaka dalam keluarga. Dalam prosesi adat Banioti ini, segala perlengkapan akan berbeda disetiap keluarga, perbedaan yang dimaksud yaitu ukuran sesembahan, jumlah, dan kualitas tetapi jenisnya sama tergantung tingkat ekonami keluarga, jika keluarga tergolong mampu, makan sesembahan ataupun perlengkapan akan sedikit lebih mewah begitupula sebaliknya, akan tetapi syarat-syarat yang harus dipenuhi tetap sama. Pelakasana dalam upacara adat Banioti merupakan orang-orang yang harus memiliki kriteria sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ada dalam upacar adat Banioti. Untuk pemain musik atau Batong yang dimainkan oleh empat orang yang harus memilki stamina yang kuat, dan mengerti motif-motif musik yang harus di mainkan. Sedangkan untuk penari harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Memilki garis keturunan leluhur, b) Dalam keadaan bersih, c) Memilki niat yang suci, d) Selama prosesi Dilarang mengeluarkan kata-kata yang kasar, e) Menggunakan selendang, dan f) Menggunakan kain sarung. Upacara adat Banioti diawali dengan permohonan izin dan penyampaian niat kepada leluhur yang di pandu oleh pemimpin adat, pada tahap ini ditandai dengan musik Batong yang dibunyikan delapan belas kali dengan motif Kalibatang sebanyak sembilan kali dan motif Tabua sebanyak sembilan kali, musik iini sebagai pertanda bahwa tahap upacara ritual akan segera dimulai. Pada waktu yang bersamaan, seluruh keluaarga yang akan mengikuti upacara ini melakukan pembersihan diri di rumah masing-masing, pembersihan diri ini
9
berupa menjaga segala tingkah laku dan memfokuskan niat untuk tujuan yag sama. Prosesi dilanjutkan, dengan tahap dialog antara pemimpin adat dan penari salendeng , pada tahapan dialog ini penari akan dimasuki oleh roh yang di yakini addalah roh leluhur tahapan ini disebut Usuleng, dialog ini merupakan ungkapan rasa hormatuntuk mempersilahkan roh leluhur yag bersemayam ditubuh penari untuk menarikan tari salendeng, tahapan ini disbut Pilogot. Pemimpin adat duduk disisi tiang utama mengucapakan mantra-mantra, dan penari, membawakan tari salenedeng mengitari pemimpin adat, musik Batong menggunakan motif Tabua, Hingga tarian berakhir. Prosesi selanjutnya yaitu seluruh keluarga duduk mengitari tiang utama atau Bongunon, penari salendeng menari mengitari keluarga, hingga pada tahap penari utama mengambil kelapa yang ada di atas dulang dan airrnya di percikan pada keluarga, dan seluruh orang yang mellaksanakan prosesi tesebut, tahapan ini disebut Mobasau. Tahapan ini pertanda prosesi ritual segera selasai, prosesi upacara ritual selesai ditandai dengan penari utama meletakkan kembali kelapa diatas dulang. Dan disambung dengan prosesi hiburan, setiap orang boleh menarikan tari salendeng. Prosesi Banioti memilki fungsi sangat penting dalam masyarakat sebagai mana prosesi inti ditempatkan pada fungsi terpenting yaitu upacara. Tari Salendeng dalam prosesi adat Banioti memilki peranan penting sebagaimana ditempatkan pada bagian inti dari upacara adat tersebut, yaitu pada tahap ritual.
10
Tari Salendeng atau yang berarti selendang yang melambangkan roh leluhur, dalam tarian ini juga penari menggunakan properti utama yaitu selendang ang dileakkan di leher penari. Warna dan bentuk tidak dipermasalahkan dalam prosesi adat Banioti. Tari Salendeng merupakan salah satu bagian penting dari prosesi adat Banioti. Tari Salendeng memiliki beragam motif gerak, akan tetapi dalam prosesi upacara adat Banioti tari Salendeng hanya tediri dari tiga motif gerak utama, yaitu motif Manisik, bakayap dan kulumbui. Motif gerak Manisik yaitu gerakan penari dengan posisi tangan dibelakan sambil memegang selendang, gerakan sedikit melompat tumpun terltak pada satu kaki, jika tumpuan pada kaki kanan kaki kiri berad didepan. Motif gerak Bakayap yaitu moif gerakan dengan tanganpenari direntanngkaan dan memegang selendang sehingga posisi slendang seperti dibentangkan, gerakan sedikit meloncat tumpuan terdapat pada kedua kaki dan arah loncatan mengarah kesamping. Motif gerak Kulumbui gerakan yang digunakan sama dengan motif gerak Manisik akan tetapi properti yang di gunakan yaitu kelapa merah dan ditambahkan gerakan memutar. Karakter gerak pada tarian ini adalah karakter gerak yang energik. Gerak-gerak yang energik ini menggambarkan keperkasaan sang roh leluhur yang memiliki kekuatan melebihi kekuatan manusia biasa. Gerak-gerak tari Salendeng lebih dominan pada permainan gerak kaki dan tangan. Tari salendeng dalam prosesi adat Banioti dimulai dari tahapan Usuleng yaitu tahap menyatukan roh leluhur dengan tubuh penari. Dalam prosesi upacaratarian ini bisa ditarikan oleh satu atau dua orang penari wanita, jika penari berjumlah dua orang pada tahap Usuleng hanya salah satu penari yang akan
11
menyatu dengan roh leluhur, jika proses Usuleng telah dilewati, musik Batong dibunyikan dengan menggunnkan motif Tabua, dan penari mulai berdiri dan menari degan mnggunakan dua motif gerak dangan pengulangan yaitu motif gerak manisik dan bakayap. Pola lantai lebih pada pola lantai benuk lingkaran, dan setengah lingkaran, karena gerakan yang ditujukan untuk mengitari tiang utama. Tari salendeng pada pross pilogot berakhir ditandai ketika penari telah memegang tiang utama atau Bongunon. Selanjutnya penari akan menari kembali pada tahap Mobasau atau memandikan, pada tahapan ini motif gerak Salendeng bertambah dengan motif Kulumbui, salah satu penari yang memercikkan air kelapa merah kepada keluarga dan seluruh pelaksana upacara dengan menggunakan motif Kulumbui, sedangkan penari lainnya masih degan dua motif awal. Tahapan ini berakhir ditandai dengann penari meletakkan kelapa di tempat semula sebagai pertanda ritual telah usai, dan tapa jeda dilanjutkan dengan acara hiburan, siapapun yang ingin menari dan bermain musik dipersilahkan, pada tahap ini motif-motif salendeng lebih beragam serta tidak ada lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi. Upacara adat Banioti memiliki beberapa fungsi, yang paling utama yaitu sebagai sarana untuk menghilangkan segala malapetaka, keburukan dan marahbahaya yang tentunya memberikan dampak buruk dari keluarga. Selanjutnya yaitu sebagai media untuk mempererat tali silaturahmi antara keluarga yang pada mulanya terpisah karena jarak akifitas dan kesibukan masingmasing keluarga, dan pada prosesi adat ini keluarga akan berkumpul kembali sejenak meninggalkan segala aktiftas dan memfokuskan diri untuk satu tujuan 12
yaitu kembali ke fitrah. Sebagai sarana bagi keluarga untuk merefleksi kembali segala sesuatu yang sudah dilewati di masa lalu. Keluarga akan kembali mengingat akan kodrat manusia yang memiliki katterbatasan akan segala hal, mengingatkan kembali bahwa masih ada yang lebih berkuasa atas segalanya, dan melalui leluhur kesemuanya akan de kembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui prosesi upacara adat ini sebagai media penyampaian rasa syukur atas segala karunia yang telah diberikan dengan harapan kehidupan yang lebih baik. Meskipun upacara adat Banioti tidak untuk hiburan, tetapi penyajian upacara tersbut mejadi suguhan menarik yuntuk disaksikan. Menurut Soedarsono (2002: 123) Seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer, yaitu sebagai sarana ritual, sebagai ungkapan pribadi, dan sebagai presentasi estetis. Upacara adat Banioti memliki fungsi penting bagi masyarakat Lumbi-lumbia yang terkemas dalam prosesi upacara tersebut baik yang disedari maupun tidak. Tari memiliki berbagai fungsi tersediri, Menurut Curt Sachs (dalam Sodarsono,2002) Dua fungsi utama tari yaitu (1) untuk tujuan-tujuan magis, (2) sebagai tontonan Curt Sachs(dalam soedarsono ,2002:121). Jika dijabarkan dengan melihat konteks upacara adat Banioti , tari Salendeng memilki fungsi sebagai berikut: a) Tari Salendeng Untuk tujuan magis 1. Tari salendeng berfungsi sebagai bagian paling inti dalam upacara adat Banioti, yaitu sebagai media perantara dan penghubung antara roh leluhur dengan keluarga..
13
2. Tari salendeng merupakan tarian sakral yang digunakan dalam upacara adat Banioti sebagai media roh leluhur untuk memeberikan petuah, 3. Tari salendeng berfungsi sebagai pengungkapan kepercayaan atau keyakinan, ketika tari Salendeng ditempatkan pada bagian paling init pada upacara Banioti, merupakan sebuah bentuk ungkapan kepercayaan masyarakat Lumbi-lumbia, bahwa leluhur benar adanya, dan hanya dengan tarian ini roh leluhur akan bersau dengan tubuh penari. 4. Tari Salendeng berfungsi sebagai penghormatan untuk roh leluhur, dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penari ketika akan menarikan tarian Salendeng pada prosesi ritual upacara Banioti. 5. Tari Salendeng berfungsi sebagai penyampai pesan, ketika tarian ini ditarikan mengelilingi para keluarga yang duduk mengitari tiang utama atau Bongunon. Pesan-pesan yang disampaikan melalui tarian ini diperuntukkan kepada seluruh keluarga yang mengikuti prosesi ritual Banioti. Fungsi tersebut yaitu :
Petuah-petuah dari sang roh leluhur disampaikan melalui gearak tari.
Motif satu berfungsi untuk menyampaikan pesan bahwa saatnya untuk fokus dan tidak memikirkan segala aktifitas dan kesibukan, serta untuk segera merefleksi diri.
Motif dua berfungsi untuk menyampaikan pesan bahwa saatnya menyatukan kekuatan untuk bersama menghilangkan dan membuang kesialan serta malapetan dan marabahaya.
14
Motif ketiga berfungsi menyampaikan pesan, bahwa prosesi ritual akan segera berakhir, dan akan memuliai kehidupan dengan lembaran baru, dengan tentram dan bebas dari segala keburukan.
6. Tari Salendeng berfungsi sebagai sarana untuk menolak bala dalam prosesi adat Banioti. Tari salendeng digunakan dalam apacara Banioti sebagai sarana untuk menghilangkan segala malapetaka yang dilaksanakan dalam satu rangakain upacara adat Banioti. b) Tari Salendeng sebagai tontonan 1. Tari Salendeng berfungsi sebagai acara penutup prosesi upacara adat Banioti, saat prosesi ritual telah usai, proses akhir dari upacara adalah acara hiburan yang menadakan prosesi upacara telah selesai, dan pada saat itu tari Salendeng ditampilkan. 2. Tari Salendeng berfungsi untuk menjalin keakbraban, tari salendeng diakhir upacara Banioti, di tarikan tidak terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi, seluruh hadirin boleh ikut menari. 3. Tari Salendeng berfungsi sebagai media mengungkapkan kegembiraan, tahap ritual dalam upacara Banioti telah usai yang berarti segala melapetaka telah hilang, rasa gembira dan bahagia keluarga dituangkan melalui tari Salendeng. III Dari uraian yang dikuemukakan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk pertunjukan dan fungsi tari Salendeng dalm upacara adat Banioti dalam masyarakat Lumbi-lumbia, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:
15
1. Fungsi tari Salendeng dalam prosesi ritual tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya. Tari Salendeng merupakan media utama dalam upacara adat Banioti untuk menghubungkan roh leluhur dan masyarakat. 2. Tari Salendeng merupakan aset kesenian masyarakat Lumbi-lumbia yang memeiliki potensi besar sebagai indentitas masyarakat Lumbi-lumbia, tetapi pengembangan dan pemberdayaannya belum maksimal. 3. Pertunjukan tari Salendeng memiliki daya tarik yang besar, meskipun belum dikemas sebagai pertunjukkan yang diutamakan sebagai tontonan, tetapi sudah mengundang perhatian masyarakat. 4. Fungsi tari salendeng sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat, pesan-pesan yang disampaikan juga merupakan pesan-pesan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Daftar Pustaka
a. Tertulis Ahmadi,Abu. 1986. Antropologi Budaya. surabaya: CV pelangi Arikunto, Suharsini. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Djafar, Nurlia. 2011. Pembelajaran seni tari melalui metode eksplorsi, improvisasi,dan pembentuka. gorontalo: percetakan mufida. Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta. Pustaka. Hidajat,Robby.2008.Seni Tari Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi guru. Malang : Jurusan Seni & Desain Fakultas Sastra Univ Negeri Malang. Kaplan,David. 2002.Teori Budaya.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sedyawati, Edi, dkk.1986. Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Permasalahan tari. Jakarta:Direktorat kesenian Sedyawati, Edi.2010.Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, Dan Sejarah. jakarta: rajawali pers
16
Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Soeharto. Yogyakarta. Ikalasti. Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press. Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengnatar. Jakarta: rajawali Pers. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Jakarta: CV.Alfabeta. Sumaryono .2007. Jejak Dan Problematika seni Pertunjukan Kita. Yogyakarta : Prasista. Sumiani, Niniek. 2004. Pakarena Dalam Pesta Jaga. Makassar: Padat Jaya Wulansari, dewi. 2009. Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung : Refika Aditama.
17
FUNGSI TARI SALENDENG DALAM UPACARA ADAT BANIOTI MASYARAKAT LUMBI-LUMBIA KECAMATAN BUKO SELATAN KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Oleh Nurma Juwita
La Ode Karlan, S.Sn,M.Sn
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
18