FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA
Djumiko Abstrak City walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. City walk yang berada di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta merupakan jalur pedestrian, mempunyai panjang 4 km membentang dari Stasiun Kereta Api Purwosari di pinggir kota bagian Barat sampai Gapura Gladak sebagai pintu masuk kawasan Keraton Surakarta yang berada di pusat kota Surakarta. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan dan analisis, dihasilkan fungsi city walk di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta meliputi: sebagai jalur pedestrian fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindahan kota, sebagai media interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota, sebagai tempat bersantai dan bermain, sebagai penghubung fasilitas kota, dan sebagai tempat parkir. Kata kunci : fungsi, city walk, jalur pedestrian, kota Surakarta.
1. PENDAHULUAN Dalam urban design, city walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space dengan memberikan porsi yang dominan bagi aktifitas pedestrian, maka perlu pembatasan fungsi transportasi kendaraan bermotor. Pengembangan ruas jalan ini dapat menggunakan pendekatan city walk atau mall. 1
City walk yang berada di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta merupakan jalur pedestrian, mempunyai panjang 4 km membentang dari Stasiun Kereta Api Purwosari di pinggir kota bagian Barat sampai Gapura Gladak sebagai pintu masuk kawasan Keraton Surakarta yang berada di pusat kota Surakarta. City walk yang baru dibangun sekitar lima tahun lalu menarik untuk diteliti dari aspek fungsi, sehingga dapat diketahui perannya. 2. TINJAUAN JALAN SLAMET RIYADI 2.1. Lokasi Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama di kota Surakarta, terletak di tengah kota membujur dari arah Timur ke Barat, seolah membelah kota menjadi dua bagian menjadi Surakarta bagian Utara dan Selatan. Pada sisi Timur dimulai dari
“ Gapura Gladak Keraton Kasunanan Surakarta “,
sisi Barat diakhiri
“Stasiun Kereta Api Purwosari”. Panjang Jalan Slamet Riyadi kurang lebih 4 km, terdiri dari beberapa jalur yaitu : a. Jalur tengah untuk mobil, pada sisi Selatan/ tepi jalan terdapat jalur Rel Kereta Api yang masih aktif. b. Jalur lambat terletak pada sisi Utara, untuk becak, sepeda ontel, dan kendaraan lambat lainnya, serta dilengkapi dengan jalur pedestrian. c. Jalur pedestrian yang disebut “ City Walk “ berada pada sisi Selatan. Lihat gambar- gambar berikut. Gapura Gladak Stasiun KA Purwosari
Utara
Jalan Slamet Riyadi
Gambar 1. Lokasi Jalan Slamet Riyadi di Kota Surakarta 2.2. Sirkulasi Sirkulasi jalan Slamet Riyadi terdiri dari :
2
a. Dari Stasiun Kereta Api Purwosari sampai perempatan jalan Dr. Muwardi terdiri dari dua arah lalu – lintas. b. Dari perempatan jalan Dr. Muwardi sampai perempatan Gapura Gladak terdiri dari satu arah lalu – lintas, arus lalu lintas dari Barat ke Timur. c. Jalur City Walk diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki. d. Jalur lambat pada sisi Utara diperuntukkan bagi becak dan sepeda ontel, hanya satu arah dari Stasiun Purwosari menuju Gapura Gladak. e. Jalur pedestrian pada sisi utara diperuntukkan bagi pejalan kaki. f. Jalur Kereta Api diperuntukan khusus
Kereta Api jurusan Surakarta –
Wonogiri. Lihat gambar berikut ini.
Stasiun KA Purwosari
Gapura Gladak
Jalan Slamet Riyadi
Gambar 2. Jalan Slamet Riyadi dan Lingkungan Sekitar
2.3. Kondisi Lingkungan Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama,
menghubungkan antara
lingkungan Stasiun Kereta Api Purwosari di Barat dengan lingkungan Gladak di Timur. Di kanan – kiri jalan Slamet Riyadi dipenuhi bangunan yang berfungsi antara lain: pertokoan, perkantoran, bank, lembaga pemasyarakatan,
pusat
perbelanjaaan/ Solo Grand Mall, rekreasi dan olah raga / Taman Sri Wedari, hotel,
3
gedung pertemuan/ Wisma Batari, bangunan ibadah/ gereja, museum Radia Pustaka, dan lain-lain. Lihat gambar berikut.
Gambar 3. Suasana Jalan Slamet Riyadi pada Sisi Tepi Selatan/ Kiri Terlihat Jalur Kereta Api
Gambar 4. Suasana Jalan Slamet Riyadi di Lingkungan Gladak Terlihat Patung Slamet Riyadi
3.
CITY WALK DAN JALUR PEDESTRIAN
3.1.
Pengertian City Walk Dalam urban design, city walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian.
Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. Pedestrian dapat berupa trotoar, alun-alun dan sebagainya. Shirvani (1985) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor). Jika jalan dirancang sebagai public space dengan memberikan porsi yang dominan bagi aktifitas pedestrian, maka perlu pembatasan fungsi transportasi kendaraan bermotor. Pengembangan ruas jalan ini dapat menggunakan pendekatan city walk atau mall.
3.2.
Pengertian Pedestrian Pedestrian berasal dari kata latin “ pedos”, yang berarti kaki, sehingga
pedestrian dapat diartikan sebagai: -
One who walks or journey on foot.
4
-
Person walking in a street.1 One traveling on foot, going or performed on foot.2 Orang berjalan kaki.3 Jalan dipergunakan juga dalam kata kerja berjalan, selain itu diartikan
sebagai “road”, yaitu suatu media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan. Jalan dapat diklasifikasikan dengan membedakan jalur-jalur jalan menjadi dua bagian: -
Jalur cepat, digunakan untuk
kendaraan bermotor dengan kecepatan
tinggi. -
Jalur lambat, digunakan bagi pejalan kaki atau orang menggunakan kendaraan yang dijalankan dengan tenaga manusia (becak, sepeda) atau kendaraan dengan kecepatan lambat atau sedang. Pejalan kaki sebagai istilah aktif adalah orang/ manusia yang bergerak atau
berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat lain, kecuali mungkin penutup/ alas kaki dan tongkat yang tidak bersifat mekanis. Jadi “jalur pedestrian” adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan kaki, disempurnakan istilahnya menjadi jalur pejalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall.
3.3.
Fungsi Pedestrian Fungsi jalur pedestrian pada daerah perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai fasilitas pejalan kaki Dalam suatu kawasan dengan kepadatan tinggi atau pusat-pusat kota dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi sangat diperlukan pemisahan yang jelas antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pergerakan dari masyarakat serta dapat pula memberikan semangat para pejalan kaki di dalam melakukan aktivitasnya untuk menuju pusat kota. Jenis jalur pedestrian ini berfungsi sebagai elemen pelengkap jalan, biasa disebut sebagai trotoar yang perletakannya di kiri dan kanan jalan kendaraan. Fungsi lainnya 1 2 3
adalah merupakan penghubung antara fungsi kawasan satu dengan
The Advance Learner’s Dictionary of Current English, London, Oxford University Press. Davies, Peter, The American Heritage Dictionary of The English Language. Pino. E,T. Wittermans, Kamus Inggris-Indonesia.
5
kawasan lainnya,
terutama pada kawasan perdagangan, kawasan budaya dan
kawasan permukiman.
Karena berjalan merupakan
sarana transportasi yang
berarti, maka dengan adanya pedestrianisasi akan menjadikan suatu kota lebih manusiawi.4 b. Sebagai unsur keindahan kota Suatu perencanaan kota yang baik, setengah dari ruang
kotanya
merupakan jalan dengan jalur pedestriannya. Jalur pedestrian diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih luas lagi dari sekedar sebagai jalur pejalan kaki. Hal tersebut dapat dicapai bila terjadi korelasi antara jalan dengan kondisi lingkungannya, selain penataan elemen pada trotoar, antara lain: lampu/ penerangan, kotak surat, gardu telepon umum, tempat sampah, bangku duduk, papan pengumuman, bus shelter, dan rambu-rambu lalu lintas. Jenis bahan yang dipergunakan juga akan mempengaruhi keberhasilan perencanaannya. c. Jalur pedestrian sebagai media interaksi sosial Adanya jalur pedestrian memberikan kesempatan kepada masyarakat kota untuk lebih sering bertemu, dibandingkan dengan berkendaraan. Saling mengadakan pertemuan dipandang sebagai salah satu hal yang terkait dengan perilaku sosial masyarakat, dimana segala unsur kehidupan
bermasyarakat
terjalin di dalamnya. Bila jalur pedestrian dipandang sebagai media pertemuan yang nyaman dalam kehidupan sehari-hari, maka aspek fungsi sosial yang terkandung di dalamnya harus menjadi pertimbangan penuh. Dengan demikian jalur pedestrian ini sebaiknya tidak hanya melayani tujuan individual atau kelompok, melainkan bagi kepentingan masyarakat luas. Jalur pedestrian juga harus dapat memberi kesempatan luas bagi para ibu yang membawa anak-anak mereka untuk dapat bergerak leluasa di tempat-tempat terbuka di daerah pertokoan yang nyaman dan terjamin keamanannya. Jalur-jalur pedestrian sebaiknya dirancang untuk meliput seluruh jangkauan kegiatan dan kehidupan pergerakan. Jalur pedestrian tersebut dapat berupa koridor-koridor pada bangunan pusat perbelanjaan, tepian taman umum, tempat-tempat terbuka 4
Gideon, Golany, New Town Planning, A Wiley-Interscience Publishing, John Wiley & Sons, New York, hal. 155-158.
6
pada perkantoran, tempat bermain anak sebagai sarana interaksi sosial bagi pengembangan jiwa anak tersebut. Jadi area pedestrian dapat mengambil bentuk yang beraneka untuk menyesuaikan fungsinya, dari jalan-jalan yang lebar dan berjalur hijau sampai ruang tertutup kedap cuaca. d. Jalur pedestrian sebagai sarana konservasi kota Dengan adanya jalur pedestrian, jarak antara bangunan dengan jalan makin jauh, atau dengan adanya jalur pedestrian jumlah volume kendaraan menurun atau sama sekali tidak dilalui oleh kendaraan. Oleh karena itu jalur pedestrian dapat berfungsi sebagai penangkal getaran yang terjadi terhadap bangunan akibat kendaraan bermotor yang melewati jalan di depannya. Dengan demikian jalur pedestrian
sesuai dengan tujuan konservasi kota. Pedestrian di kawasan
konservasi akan memberi kesempatan kepada para pejalan kaki untuk menikmati kotanya dengana aman. e. Jalur pedestrian sebagai tempat bersantai dan bermain Jalur pedestrian mempunyai fungsi tertentu tergantung pada lokasinya. Diantaranya ada yang berwujud sebagai tempat untuk bermain, berjalan-jalan (promenade), santai, tempat makan minum. Bahkan sejak lama jalur pedestrian dianggap sebagai taman bagi perawatan kesehatan. Dalam fungsinya sebagai ruang terbuka, jalur pedestrian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat pasif atau tempat hiburan bagi peristiwa arstistik dan kebudayaan. 3.4.
Faktor-Faktor Pendukung Jalur Pedestrian Faktor-faktor pendukung jalur pedestrian yang perlu diperhatikan,
meliputi: a. Transit umum Mengembangkan jalur pedestrian pada suatu blok atau sejumlah blok perkotaan harus mempertimbangkan adanya tempat-tempat pemberhentian bus antar kota dan angkutan kota. Pemberhentian bus merupakan salah satu pelengkap jalur pedestrian yang sangat penting untuk melayani para pejalan kaki yang akan pergi ke tempat lain dengan menggunakan bus. Pemberhentian bus ini sebaiknya dirancang secara terpadu sebagai salah satu pembentuk unit jalur pedestrian. b. Perparkiran
7
Dengan adanya jalur pedestrian, maka area untuk parkir banyak dipindahkan. Biasanya tempat-tempat parkir tersebut juga diturunkan fungsinya menjadi tempat parkir yang juga berfungsi sebagai jalur pedestrian (semi-mall). Berkurangnya tempat parkir perlu digantikan dengan lokasi-lokasi parkir yang ditempatkan pada jarak jangkau yang layak bagi pejalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur pedestrian. c. Jangkauan pelayanan kawasan pedestrian Bila suatu blok jalan raya tertutup bagi kendaraan truk maupun bus, maka pengiriman barang, pengangkutan sampah, pelayanan darurat seperti ambulan, pemadam kebakaran perlu disedikan tempat-tempat tertentu bagi bongkar muat barang, dan bagi pelayanan darurat diupayakan agar mobil-mobil dapat masuk ke dalam kawasan tersebut. Atau pada jam-jam tertentu jalan dapat dibuka untuk kendaraan bermotor. d. Sirkulasi para pejalan kaki Kelancaran sirkulasi bagi pejalan kaki dan keselamatan dari ancaman kecelakaan oleh kendaraan merupakan salah satu tujuan utama. Metode untuk mengurangi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan adalah sistem penyekat waktu dan ruang di antara keduanya. Sistem penyekat waktu adalah pemisahan ke dua jalur pada jam tertentu. Sistem penyekat ruang adalah pemisahan ke dua jalur tersebut. Sistem penyekat waktu dapat mempergunakan rambu-rambu lalu lintas sebagai alat bantu, sedangkan penyekat ruang dapat menggunakan jembatan penyeberangan di atas jalan atau di bawah permukaan tanah. Jalur pedestrian
yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan
pejalan kaki, dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan jalur pedestrian. Agar dapat menyediakan jalur pedestrian yang dapat menampung kebutuhan kegiatan-kegiatan tersebut, maka perancang perlu mengetahui katagori perjalanan para pejalan kaki dan jenis-jenis titik simpul yang ada, dan menarik bagi pejalan kaki. Kebanyakan perjalanan para pejalan kaki relative dekat. Katagori perjalanan para pejalan kaki, meliputi:
8
-
Perjalanan dari dan ke terminal, jalur pedestrian dirancang dari tempat ke lokasi-lokasi yang berhubungan
satu
dengan pusat prasarana
transportasi dan sebaliknya, antara lain tempat parkir dan halte bus. -
Perjalanan fungsional, jalur pedestrian dirancang untuk tujuan tertentu seperti untuk melakukan pekerjaan bisnis, berbelanja, makan-minum, pulang dan pergi ke dan tempat bekerja.
-
Perjalanan dengan tujuan rekreasi, jalur pedestrian dirancang dalam kaitan dengan waktu luang pemakainya, misalnya: nonton film, ke konser musik atau melihat pertandingan olah raga.
Titik-titik simpul dari perjalanan pejalan kaki, merupakan tempat yang penting bagi pejalan kaki dan diklasifikasikan menjadi: -
Titik simpul primer atau titik simpul terminasi, yaitu titik simpul yang dikaitkan dengan modus transfer dimana perjalanan pejalan kaki dimulai dan diakhiri, seperti misalnya: tempat-tempat parkir dan halte bus dan angkutan umum lainnya.
-
Titik simpul sekunder, yaitu tempat yang menarik bagi pejalan kaki, seperti misalnya: kantor, toko, dan restaurant.
e. Bangunan-bangunan yang ada di lingkungan jalur pedestrian Bangunan yang ada secara keseluruhan dapat menampakkan karakter tertentu sesuai dengan fungsi bangunannya, misalnya bangunan perkantoran, perbelanjaan dan sebagainya. Dengan demikian pedestrian yang dibuat tidak merusak karakter bangunan dan lingkungan setempat. Kehadiran jalur pedestrian diharapkan justru akan memperkuat karakter bangunan yang ada. f. Perlengkapan jalan Pada jalur pejalan kaki umumnya terdapat perabot jalan (street furniture) seperti: tempat duduk, bak bunga, lampu penerangan, bak sampah, rambu-rambu jalan, halte bus, telepon umum, bus surat dan lain-lain.
9
4. HASIL DAN ANALISIS City walk jalan Slamet Riyadi kota Surakarta dari
hasil observasi
lapangan dapat dijelaskan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Sebagai Jalur Pedestrian Fasilitas Pejalan Kaki Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama kota Surakarta, jalan ini menghubungkan pusat kota Surakarta dengan daerah pinggir kota yang berada pada sisi Barat menuju Kartosuro. Pada ujung jalan Slamet Riyadi sisi Barat terdapat Stasiun Kereta Api Purwosari, ujung sisi Timur sampai Gapura Gladak sebagai pintu gerbang masuk kawasan Keraton Surakarta Hadiningrat. Panjang jalan Slamet Riyadi kurang lebih 4 km, sepanjang tepi kanan-kiri jalan dipenuhi berbagai fungsi bangunan seperti: pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, restoran, bank, rumah sakit, kawasan budaya, dan lain-lain. Mengingat fungsi jalan Slamet Riyadi sebagai jalan utama, maka keberadaan city walk menjadi sangat penting. Hal ini dimaksudkan city walk sebagai jalur pedestrian
untuk menghubungkan fasilitas publik satu dengan
lainnya, sehingga mudah untuk mencapainya dan terpisah dari jalur kendaraan. City walk yang berupa Jalur pedestrian dimulai dari stasiun Kereta Api Purwosari sampai Gapura Gladak, posisi jalur pedestrian berada pada sisi tepi Selatan Jalan Slamet Riyadi, panjang jalur pedestrian kurang lebih 4 m dengan lebar 6 m. Jalur pedestrian ini digunakan masyarakat untuk berjalan kaki menuju dari satu tempat ke tempat lain, dan aktivitas lain seperti pedagang kaki lima (PKL). Jalur ini juga dilengkapi dengan jalur khusus untuk difabel, yaitu jalur untuk penyandang cacat.
Gambar 5. Pejalan Kaki dan PKL Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk
Gambar 6. Pejalan Kaki Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk
10
Gambar 7. Pejalan Kaki dan PKL Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk
Gambar 8. Pejalan Kaki Menggunakan Jalur Pedestrian di City Walk
b. Sebagai Unsur Keindahan Kota City walk yang berupa jalur pedestrian dibuat dari paving berpola khusus, serta diberikan warna, sehingga nampak indah. Sepanjang jalur pedestrian dilengkapi dengan pohon-pohon yang tinggi dan rindang, sehingga nampak indah dan teduh. Jalur pedestrian
merupakan ruang terbuka
dilengkapi perabot jalan seperti: selter, kursi untuk duduk, tempat sampah, papan informasi, iklan, dan lain-lain.
Gambar 9. City Walk Berupa Jalur Pedestrian dengan Deretan Pohon yang Teduh
Gambar 10. Selter dari Rangka Besi dengan Tanaman Merambat
Gambar 11. Kursi Duduk di Jalur Pedestrian/ City Walk
Gambar 12. Tempat Sampah di Jalur Pedestrian/ City Walk 11
Gambar 13. Elemen Estetika Dipasang Pada Taman di City Walk
Gambar 14. Petunjuk Informasi yang Unik Berupa Wayang (Gareng)
c. City walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Media Interaksi Sosial City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan masyarakat untuk berinteraksi sosial, seperti: duduk-duduk sambil makan bersama, jalan-jalan, bersepeda, dan lain-lain.
Gambar 15. Beberapa Kelompok Pejalan Kaki Sedang Berinteraksi Sosial
Gambar 16. Beberapa Kelompok Orang Sedang Duduk dan Makan Bersama di City Walk/ Jalur Pedestrain
Gambar 17. Sekelompok Pengunjung Sedang Duduk Santai dan Berbincang Sambil Menikmati Makanan
Gambar 18. Beberapa Kelompok Pejalan Kaki Sedang Saling Berinteraksi Sosial
12
d. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Sarana Konservasi Kota Disepanjang jalan Slamet Riyadi terdapat beberapa bangunan tua yang dilestarikan/ dikonservasi, di antaranya meliputi: Loji Gandrung (rumah dinas Wali Kota Surakarta), Museum Radya Pustaka, bangunan eks Kantor Kodim, Gedung Pertemuan Batari. Dengan adanya jalur pedestrian yang berada di depan bangunan yang dilestarikan, maka jarak jalur cepat kendaraan terhadap bangunan menjadi agak jauh, sehingga getaran akibat kendaraan dapat diredam. Disamping itu, dengan adanya
jalur pedestrian, bangunan yang dilestarikan menjadi lebih mudah
dinikmati para pejalan kaki.
Gambar 19. Bangunan Loji Gandrung Yang Dikonservasi
Gambar 20. Museum Radya Pustaka Yang Dikonservasi
Gambar 21. Bangunan Eks Kantor Kodim Yang Dikonservasi
Gambar 22. Gedung Pertemuan Batari Yang Dikonservasi
e. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Tempat Bersantai Dan Bermain City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan masyarakat untuk bermain musik, duduk-duduk santai, dan lain-lain.
13
Gambar 23. Pelajar Sedang Bermain Musik di Jalur Pedestrian City Walk
Gambar 24. Sekelompok Pejalan Kaki Sedang Duduk Santai di Jalur Pedestrian
f. City Walk/ Jalur Pedestrian Sebagai Penghubung Fasilitas Kota City walk/ jalur pedestrian dari Stasiun Kereta Api Purwosari sampai Gapura Gladak sepanjang 4 km, dibagi menjadi 6 segmen dengan masing-masing segmen mempunyai fasilitas publik yang penting, seperti berikut ini: 1. Segmen pertama dimulai dari Purwosari – Brengosan, dengan fasilitas publik berupa: stasiun Purwosari, pusat perbelanjaan.
Gambar 25. Bangunan Stasiun Kereta Api Purwosari
Gambar 26. Pusat Perbelanjaan Center Point
2. Segmen kedua, Brengosan-Gendengan, dilengkapi dengan rumah sakit, gedung pameran, restoran/ wisata kuliner.
Gambar 27. Restoran Diamon
Gambar 28. Rumah Sakit Slamet Riyadi 14
3. Segmen ketiga dari Gendengan-Stadion terdapat pusat perbelanjaan Solo Grand Mall (SGM) dan pedagang kaki lima/ PKL untuk kuliner.
Gambar 29. Pusat Perbelanjaan Solo Grand Mall
Gambar 30. Deretan PKL untuk Kuliner
4. Segmen keempat, Stadion-Ngapeman, terdapat fasilitas berupa stadion R. Maladi Sriwedari dan THR Sriwedari (Taman Hiburan Rakyat), serta Museum Radya Pustaka, dan gedung pertemuan.
Gambar 31. Stadion R. Maladi Sriwedari
Gambar 32. Pintu Masuk Taman Sriwedari
Gambar 33. Museum Radya Pustaka
Gambar 34. Gedung Pertemuan Grha Wisana Niaga
5. Segmen kelima, Ngapeman-Yos Sudarso, terdapat wisata belanja Pasar Ngarsopuro, dan budaya( Pura Mangkunegaran).
15
Gambar 35. Pasar Ngarsopuro
Gambar 36. Pura Mangkunegaran
6. Segmen keenam, Yos Sudarso-Gladag terdapat pusat belanja Pusat Grosir Solo (PGS) dan kuliner pada malam hari, yakni Gladag Langen Bogan (Galabo), serta kawasan budaya berupa Keraton Kasunanan Surakarta, Mesjid Agung, Benteng Vasterburg, Pasar Gede, dan Bank BCA.
Gambar 37. Keraton Kasunanan Surakarta
Gambar 39. Benteng Vastenburg
Gambar 38. Mesjid Agung Surakarta
Gambar 40. Pasar Gede Surakarta
16
Gambar 41. Pusat Perbelanjaan Pusat Grosir Solo (PGS)
Gambar 42. Bank BCA
g. Sebagai Tempat Parkir City walk yang berupa jalur pedestrian digunakan untuk parkir mobil dan sepeda motor, umumnya parkir menempati di depan bangunan kantor, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan gedung pertemuan.
Gambar 43. Parkir Mobil di City Walk/ Jalur Pedestrian
Gambar 44. Parkir Sepeda Motor di City Walk/ Jalur Pedestrian
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan tentang fungsi city walk di jalan Slamet
Riyadi kota Surakarta, maka fungsi city walk sebagai berikut: a. Sebagai jalur pedestrian fasilitas pejalan kaki. b. Sebagai unsur keindahan kota. c. Sebagai media interaksi sosial. d. Sebagai sarana konservasi kota. e. Sebagai tempat bersantai dan bermain. 17
f. Sebagai penghubung fasilitas kota. g. Sebagai tempat parkir.
5.2.
Saran City walk yang berupa jalur pedestrian idealnya hanya digunakan untuk
pejalan kaki, penyandang cacat/ difabel, bersepeda ontel, dan pendukung aktifitas seperti pedagang kaki lima secara terbatas. Sedangkan parkir mobil dan sepeda motor dipindahkan pada tempat parkir yang disediakan secara khusus, seperti parkir di dalam tapak, dan bangunan khusus untuk parkir.
6. DAFTAR PUSTAKA Alpern, Andrew, Handbook of Spesiality Elements in Architecture, Mc Graw Hill, New York, 1982. Barnet, Jonathan, An Introduction to Urban Design, Harper & Row, New York, 1982. Gideon, Golany, New Town Planning, A Wiley-Interscience Publishing, John Wiley & Sons, New York. K. Untermann, Richard, Accommodating The Pedestrian, Adapting Towns and Neighborhoods for Walking and Bicycling, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1984. Lynch, Kevin, The Image of The City, MIT. Press, Cambridge, 1960. Shirvani, Hamid, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold, New York, 1985. Tandy, Cliff, Hanbook of Urban Landscape, The Architectural Press, London, 1970. Tandy, Cliff, Roads and Traffic in Urban Areas, Institution of Highway and Transportation with the Departement of Transport, London, 1987. Internet : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pengertian city walk
Biodata Penulis: Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur
Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan
pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( 1986- sekarang).
18