FUNCTION AND ROLE OF LIFE INSURANCE TO CUSTOMERS IN AJB BUMI PUTRA 1912 OPERATIONAL OFFICE ASKUM YOGYAKARTA Elias Nuwa, Siwi Lastari, SE, MM, Dra. Sri Darini, M.Si Abstract Development which was held in Indonesia according to guidelines outlined by the society to realize a just, prosperous and prosperous, has been successfully realized. For the success of development is required close cooperation between the Government, on the one hand with the whole society on the other. But the success of such development has received little resistance by the monetary crisis that hit the world in early 1998. Monetary crisis in Indonesia has influenced the conditions become increasingly complex and multidimensional crisis worsening political, economic, social and cultural rights in Indonesia. Due to the monetary crisis that led to the joints of the Indonesian economy to collapse, all the real sector is not, many companies collapsed. However, on the other hand the more fertile area of insurance, because with the state of Indonesia is not yet stable economy supported reflux still cause a lot of shareholders capital / capital to insure its business in order to prevent bigger losses that arise suddenly and uncertain. An event resulting in loss of society can not be avoided on an individual basis by the parties concerned, but action must be held together by their collective interest, then the financial loss was borne together proportionally. Furthermore, insurance companies should arise understand the suffering of the people who intangible risk of financial loss, which can be reduced or avoided by the actions of those concerned together collectively bear the financial loss by means of "insurance", where insurance is a guarantee against self and possessions members community to reduce or avoid possible financial loss.
Keywords : insurance
FUNGSI DAN PERANAN ASURANSI JIWA TERHADAP NASABAH PADA AJB BUMI PUTRA 1912 KANTOR OPERASIONAL ASKUM YOGYAKARTA Elias Nuwa, Siwi Lastari, SE, MM, Dra. Sri Darini, M.Si
Abstrak Pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia sesuai yang telah digariskan oleh GBHN yaitu mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, telah berhasil diwujudkan. Untuk berhasilnya pembangunan tersebut diperlukan kerjasama yang erat antara Pemerintah, di satu pihak dengan seluruh lapisan masyarakat di lain pihak. Namun keberhasilan pembangunan tersebut ternyata mendapat sedikit hambatan dengan adanya krisis moneter yang melanda dunia pada awal tahun 1998. Krisis moneter tersebut banyak mempengaruhi kondisi di Indonesia yang semakin kompleks menjadi krisis multidimensi dan memperburuk kondisi politik, ekonomi, social dan budaya di Indonesia. Akibat krisis moneter tersebut menyebabkan sendi-sendi perekonomian Indonesia menjadi runtuh, seluruh sector riil tidak berjalan, banyak perusahaan ambruk. Akan tetapi di lain pihak bidang perasuransian semakin subur, karena dengan keadaan Indonesia yang belum stabil didukung masih surutnya perekonomian menyebabkan banyak pemegang capital/modal untuk mengasuransikan usahanya demi mencegah kerugian lebih besar yang timbul tiba-tiba dan tidak pasti. Suatu kejadian
yang mengakibatkan kerugian dalam masyarakat tidak dapat
dihindarkan secara individual oleh pihak yang berkepentingan, tetapi harus diadakan tindakan secara bersama-sama oleh mereka yang berkepentingan secara kolektif, kemudian kerugian finansial itu ditanggung bersama-sama secara proporsional. Selanjutnya timbul
perusahaan asuransi yang harus memahami penderitaan masyarakat yang berujud resiko kerugian finansial, yang dapat dikurangi atau dihindarkan dengan tindakan dari mereka yang berkepentingan secara kolektif bersama-sama menanggung kerugian finansial dengan alat "Asuransi", dimana asuransi merupakan jaminan terhadap diri dan harta kekayaan anggota masyarakat untuk mengurangi atau menghindarkan kemungkinan kerugian finansial.
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia sesuai yang telah digariskan oleh GBHN yaitu mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, telah berhasil diwujudkan. Untuk berhasilnya pembangunan tersebut diperlukan kerjasama yang erat antara Pemerintah, di satu pihak dengan seluruh lapisan masyarakat di lain pihak. Namun keberhasilan pembangunan tersebut ternyata mendapat sedikit hambatan dengan adanya krisis moneter yang melanda dunia pada awal tahun 1998. Krisis moneter tersebut banyak mempengaruhi kondisi di Indonesia yang semakin kompleks menjadi krisis multidimensi dan memperburuk kondisi politik, ekonomi, social dan budaya di Indonesia. Akibat krisis moneter tersebut menyebabkan sendi-sendi perekonomian Indonesia menjadi runtuh, seluruh sector riil tidak berjalan, banyak perusahaan ambruk. Akan tetapi di lain pihak bidang perasuransian semakin subur, karena dengan keadaan Indonesia yang belum stabil didukung masih surutnya perekonomian menyebabkan banyak pemegang capital/modal untuk mengasuransikan usahanya demi mencegah kerugian lebih besar yang timbul tiba-tiba dan tidak pasti. Suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian dalam masyarakat tidak dapat dihindarkan secara individual oleh pihak yang berkepentingan, tetapi harus diadakan tindakan secara bersama-sama oleh mereka yang berkepentingan secara kolektif, kemudian kerugian finansial itu ditanggung bersama-sama secara proporsional. Selanjutnya timbul perusahaan asuransi yang harus memahami penderitaan masyarakat yang berujud resiko kerugian finansial, yang dapat dikurangi atau dihindarkan dengan tindakan dari mereka yang berkepentingan secara kolektif bersama-sama menanggung kerugian finansial dengan alat "Asuransi", dimana asuransi merupakan jaminan terhadap diri dan harta kekayaan anggota masyarakat untuk mengurangi atau menghindarkan kemungkinan kerugian finansial.
Tiap-tiap usaha pasti akan menghadapi kemungkinan resiko yang berujud penderitaan kerugian finansial. Kerugian finansial itu dapat disebabkan antara lain: kebakaran, kerusakan, serta kematian, dapat dijamin keamanannya dengan mengurangi atau menghindari kemungkinan resiko kerugian finansial. Hal-hal yang timbul sebagai konsekuensi adanya resiko kerugian adalah sebagai berikut: a.
Adanya Penderitaan Kerugian Finansial dalam Masyarakat Penderitaan kerugian finansial dalam masyarakat merupakan suatu sumber bencana besar. Misalnya: Harta kekayaan yang ditimpa bahaya, kematian yang diderita oleh anggota masyarakat yang sangat menyedihkan kepada keluarga yang ditinggalkan sebagai ahli waris.
b. Hukum Penghindaran Kerugian Finansial Dengan adanya "hukum penghindaran kerugian finansial", keadaan masyarakat dapat dijamin dengan membagi-bagi bersama resiko. Kemungkinan kerugian finansial diantara pihak-pihak yang berkepentingan antara lain: kebakaran, kerusakan, kematian dengan jalan membentuk suatu dana untuk keamanan diri dan harta kekayaan anggota masyarakat
yang disebabkan timbulnya bahaya akan
menimpa. Setiap anggota masyarakat yang memiliki harta kekayaan pasti menghadapi suatu resiko bahwa nilai akan berkurang, hilang, rusak, susut serta sifat tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu, "asuransi" bertujuan: mengalihkan semua resiko yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak dapat diharapkan terjadinya kepada orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian tertanggung. (Emmy Pangaribuan Simanjuntak,). Dari latar belakang masalah tersebut, maka menarik peneliti mengambil judul penelitian FUNGSI DAN PERANAN ASURANSI JIWA TERHADAP NASABAH PADA AJB BUMI PUTERA 1912 KANTOR OPERASIONAL ASKUM (ASURANSI KUMPULAN) YOGYAKARTA.
1. 2. Perumusan Masalah Dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia pada umumnya, khususnya di kota Yogyakarta, dapat menilai resiko yang ditanggung itu berdasarkan pengalaman tentang kerugian suatu resiko yang dapat memberikan suatu keuntungan kepadanya antara lain menanggung suatu kecelakaan yang menyangkut keselamatan atas jiwa seseorang. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah: 1.
Berapa jumlah premi yang diminta kepada tertanggung dalam jangka waktu tertentu?
2.
Berapa jumlah ganti rugi dalam suatu kerugian yang ditentukan oleh perusahaan ?
3.
Bagaimana usaha pihak-pihak yang terkait mengantisipasi mengenai tanggapan masyarakat (nasabah) terhadap fungsi dan peranan asuransi jiwa?
4.
Apakah system dan prosedur menjadi nasabah asuransi di kota Yogyakarta sudah efisien dan efektif?
5.
Apakah ada pengaruh jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan?
I.3. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian mengenai perusahaan asuransi di kota Yogyakarta sebagai berikut: Untuk mengetahui perkembangan perusahaan perasuransian khususnya di kota Yogyakarta. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap fungsi dan peranan asuransi jiwa. Untuk mengetahui
system mencari nasabah secara efektif dan efisien sehingga menjadikan
perusahaan asuransi berkembang dengan pesat dan mampu bersaing secara global. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapat perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini digunakan untuk : Bagi Perusahaan Asuransi
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para
pemimpin perusahaan asuransi sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan kebijaksnaan dan mengatasi masalah khususnya dibidang perasuransian. Bagi Pihak yang berkepentingan
Membantu meyakinkan semua pihak ikut serta dalam asuransi untuk melindungi kehidupan di masa yang akan datang. Bagi Peneliti Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megar Kencana
Yogyakarta. Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam hal perasuransian dalam kaitannya dengan asuransi jiwa bersama Bumiputra 1912.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Asuransi Jiwa Asuransi jiwa dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap dua jenis resiko yang berbeda yaitu: kematian prematur, disatu pihak diartikan sebagai kematian yang terjadi pada pencari nafkah pada saat masih bekerja dan mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan bagi diri dan keluarganya, oleh karena itu, kematiannya akan mengakibatkan kerugian finansial bagi keluarga yang ditinggalkan sebagai ahli waris. Dilain pihak, kehidupan yang terlalu panjang diartikan sebagai kehidupan dengan umur diatas masa kerja sehingga yang bersangkutan telah diberhentikan dari pekerjaan dan penghasilannya. Kehidupan terlalu panjang dianggap mengakibatkan kerugian finansial karena yang bersangkutan tidak lagi memiliki kemampuan/sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh : Asuransi Jiwa dalam asuransi kematian untuk menanggulangi kematian prematur dan annuitas (dengan pembayaran berkala/pensiun) serta endomen (pembayaran sekaligus) untuk menanggulagi kehidupan terlalu panjang. (Sentanoe Kertonegoro). Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian timbal balik, sebab kedua belah pihak saling mengikatkan diri terhadap sesuatu, dan perjanjian ini putus bila ada pihak tidak menepati janjinya (wanprestasi) sebagaimana tercantum dalam pasal 1266 KUHPerdata bahwa “syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian yang timbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya”, selanjutnya pada Pasal 264 KUHD menyatakan : “Dalam perjanjian asuransi, penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan diri terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan /kerugian karena tidak adanya keuntungan yang diharapkan oleh karena suatu kejadian yang tidak pasti” (Emmy Pangaribuan Simanjuntak), sedangkan pasal 1774 KUHPer bahwa memasukkan perjanjian asuransi ke dalam perjanjian untung-untungan sebesar kewajiban penanggung akan ditentukan oleh kejadian yang terjadi kemudian”. Asuransi yang sesungguhnya merupakan suatu alat untuk mencegah suatu penderitaan dari kerugian abnormal, ini dinamakan ‘Asuransi Kerugian” sedangkan asuransi yang tidak murni sering disebut “Asuransi Jiwa” atau “Asuransi Jumlah Uang” yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan. (M. H. Soetrisno).
2.2. Struktur Asuransi Jiwa Meskipun tidak bisa diperkirakan waktu kematian seseorang tertentu, tetapi dapat dipastikan bahwa seseorang akan meninggal dunia cepat/ lambat. Perkiraan dapat dilakukan terhadap sejumlah individu bahwa kira-kira beberapa individu akan mati selama suatu periode tertentu, meskipun tidak dapat dipastikan individu tertentu siapa yang akan meninggal dunia itu. Oleh karena itu perlu dipahami struktur asuransi jiwa tergantung pada tiga unsur yaitu (a) mortalitas ialah kemungkinan kematian dari seseorang dalam suatu perioda tertentu ; (b) bunga ialah tingkat penghasilan yang dapat diperoleh dari dana diinvestasikan; dan (c) biaya ialah biaya yang diperlukan untuk penjualan dan pemeliharaan polis asuransi jiwa. (Sentanoe Kertonegoro). Dalam asuransi jiwa, kerugian yang pokok adalah terjadinya kematian/ mortalitas yang menimbulkan pembayaran klaim. Oleh karena klaim ini dibayar secara moneter (dengan uang)maka ada perhitungan bunganya. Biaya klaim yang terdiri dari unsur mortalitas dan bunga ini di sebut premi neto ini yang merupakan harga pokok dari
asuransi. Apabila premi neto ini ditambah biaya penyelenggaraan maka diperoleh premi
bruto yang merupakan harga jual dan polis asuransi yang harus dibayar oleh tertanggung.
2.3. Karakteristik Kontrak Asuransi Jiwa Dalam tanggungan asuransi jiwa ada beberapa sifat khas dari perjanjian tersebut : 1.
All policies are value policies. Pada asuransi jiwa jumlah nilai polis sudah ditentukan jumlah maksimum dari pertanggungan. Kontrakan asuransi tidak indemnity, artinya kita bisa memperoleh keuntungan dari pertanggungan tersebut.
2.
Jangka waktu asuransi digunakan untuk seumur hidup (whole life insurance), pembayaran premi sama besarnya walaupun resiko bertambah lama bertambah besar.
3.
Dengan membayar premi secara level premium (merata), kerugian – kerugian pada waktu membayar dikompensir untuk masa yang akan datang .
4.
Asuransi jiwa mengandung unsur “investasi” (capital formation) .
5.
Pembuktian Klaim mudah karena: a.
Kontrak bisa dibuktikan benar-benar berlaku.
6.
b.
Apakah tertanggung benar-benar meninggal dunia.
c.
Ahli waris benar-benar yang berhak menerima.
Kontrak adalah uncontestable contract artinya bila seseorang berbohong dan ini tidak diketahui oleh perusahaan, maka perjanjian tidak bisa dibatalkan.
7.
Perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang tertentu kepada ahli warisnya. (Drs. A. Abas Salim)
2.4. Cara Pembayaran Premi. Premi yang dibayar oleh pembeli asuransi tergantung kepada sifat kontrak yang telah dibuat antara perusahaan asuransi dengan tertanggung . Premi meningkat (Natural premium–Increasing premium).
Pembayaran premi disini makin lama makin bertambah besar .Pada waktu tahuntahun permulaan premi asuransi yang dibayar rendah tetapi setelah itu makin lama makin bertambah tinggi dari tahun ketahun . Pembayaran premi meningkat setiap tahun oleh karena : - Umur polis bertambah lama bertambah tua berarti resiko meningkat pula. - Kemungkinan untuk meninggal dunia lebih cepat.
Premi Merata (Level premium )
Besarnya premi yang dilunasi oleh pemegang polis untuk setiap tahunmya sama (merata) besarnya. Sesungguhnya pada tahun–tahun permulaan pembayaran premi > natural premium, sedangkan pada tahun berikutnya pembayaran premi lebih rendah bila kita bandingkan dengan natural premium.
Bagan 2.1
GRAFIK : Pembayaran Premi
E
Jumlah Premi
Natural pr
Level pr
C
A
F
B D 8th
0 th
Waktu
20th
Premi diartikan sebagai pembayaran tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung. Oleh karena itu premi asuransi merupakan : •
Pengganti kerugian yang mungkin diartikan oleh tertanggung (pada asuransi kerugian).
•
Jaminan perlindungan dengan menyediakan sejumlah uang (benefit)terhadap resiko hari tua atau kematian (pada asuransi jiwa). (Soeisno Djojosoedarso).
2.5. Saluran Distribusi Bisnis Asuransi Pemasaran jasa asuransi juga memerlukan saluran distribusi. Agar supaya jasa tersebut dapat dinikmati oleh konsumennya secara efektif dan efisien, paling kecil biayanya dan mempunyai peluang paling besar untuk memaksimalkan tercapainya tujuan jangka panjang perusahaan dengan berpegang pada prinsip : agar konsumen membayar harga terendah dari harga barang dan jasa yang dipasarkan. Sebab harga adalah merupakan instrumen terpenting dalam upaya memenangkan persaingan. Dimana perusahaan asuransi jiwa biasanya menggunakan saluran distribusi langsung/pendek.
Para “Agen” atau “Underwriter” yang mewakili perusahaan menghubungi konsumen atau nasabah atas nama perusahaan dan melaporkan secara langsung kepada perusahaan atas hasil hubungan tersebut.
Pada dasarnya mereka adalah karyawan dari perusahaan asuransi, yang bekerja atas dasar “hubungan karyawan – majikan” dan di dalam melakukan fungsinya berada di bawah bimbingan serta pengawasan dari pihak perusahaan /penanggung/wakilnya yang telah diberi kuasa untuk itu. Untuk mengkoordinir pelaksanaan kegiatan para agen atau underwriter di suatu wilayah tertentu, biasanya perusahaan asuransi mengangkat seorang General agent yang bertugas menyewa, melatih mengawasi kegiatan para agent /underwriter yang ada di wilayah serta mengumpulkan premi dan kemudian menyetorkan ke perusahaan asuransi; dimana penghasilan bisa berupa :gaji dan komisi artinya bisa salah satu atau kedua-duanya. General agent tidak memiliki kekuasaan terhadap pengeluaran serta ketentuan dalam kontrak, tidak memiliki persediaan dana, tidak mempunyai kekuasaan untuk mengawasi terhadap pemegang polis.
2.5.1. Ada beberapa faktor utama yang menunjang berkembangnya penggunaan saluran distribusi langsung pada asuransi jiwa, yaitu antara lain : a.
Kepentingan bagi pihak penanggung untuk dapat selalu melakukan pengawasan yang ketat atas polis yang telah dikeluarkan karena sifat polis asuransi jiwa sangat kompleks ,jangka waktu panjang , adanya persyaratan hukum yang timbul antara pihak penanggung dan tertanggung.
b.
Kepentingan bagi pihak penanggung untuk dapat melakukan pengawasan secara ketat atas promosi penjualan, karena kondisi persaingan yang dihadapi. Tingkat persaingan dalam bisnis asuransi jiwa adalah sangat ketat, polis yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi jiwa dikatakan sifatnya sama.
Oleh karena itu extra promosi dan kelebihan kemampuan menjual para agent merupakan faktor utama untuk memenangkan persaingan dan perusahaan asuransi akan dapat melakukan pengawasan yang cukup besar terhadap faktor ini bila menggunakan saluran distribusi langsung. c.
Kejarangan nasabah / pembeli polis asuransi jiwa yang datang atas kemauan sendiri, untuk itu mereka perlu dibujuk / dirayu. Nasabah asuransi jiwa biasanya dalam membeli polis asuransi bukan atas kemauan sendiri tanpa dirayu oleh pihak penanggung, mereka jarang membutuhkan service dibidang pertanggungan serta tidak membutuhkan informasi mengenai asuransi, oleh karena itu pihak asuransilah yang harus aktif melakukan pendekatan kepada para calon pembeli polis / nasabah ini yang dilakukan oleh asuransi dalam memasarkan jasa asuransi.
d.
Kemampuan seorang untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha asuransi yang bersifat spesialisasi.
2.5. 2. Jenis Kontrak Polis Asuransi jiwa Dalam mempelajari asuransi jiwa sebelumnya dapat dibagi atas, ordinary life insurance(asuransi jiwa biasa )yang terdiri atas : 1. Term of life insurance( eka waktu ) Asuransi eka waktu merupakan bentuk pertanggungan yang mempunyai jangka waktu tertentu (2 th;5 th;20 th). Pembayaran premi lebih murah bila dibandingkan dengan jenis pertanggungan jiwa lainnya. 2. Whole live insurance
Asuransi secara permanent dimana pembayaran premi setiap tahunnya sama besarnya (level premium ).Untuk pembayaran premi tersebut ditetapkan sekali dalam pemberlakuan selama seumur hidup. Endowment life insurance Asuransi ini dibayarkan bilamana dalam jangka waktu tertentu seorang meninggalkan dunia / ia tetap masih hidup .Pembayaran premi lebih mahal dibandingkan dengan asuransi eka waktu ini mengandung unsur asuransi eka waktu ,alat untuk menabung . 4 . Anuitas / annuity Anuitas bertujuan untuk membentuk dana (funds) agar bisa digunakan pada waktu hari tuanya. Disini yang paling penting bagaimana cara mengumpulkan dana dimana dalam asuransi digunakan untuk memperkecil resiko ,keuangan yang mungkin timbul pada masa yang akan datang.
2.5.3. Dasar-dasar hukum asuransi jiwa Dalam Kitap Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD)mengenal pertanggungan jiwa sebagai berikut:
Pasal : 302
Jiwa seseorang dapat dipertanggungkan untuk keperluan orang yang berkepentingan dengan itu, naik untuk selama hidupnya maupun sesuatu waktu yang ditentukan dalam perjanjian.
302
Yang berkepentingan dapat mengadakan pertanggungan itu bahwa diluar pengetahuan atau persetujuan orang yang di pertanggungkan jiwanya.
304
Polis memuat 1. Hari pada mana pertanggungan diadakan ; 2. Nama si tertanggung ; 3. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan ; 4. Waktu dimana bahaya untuk penanggung mulai berjalan dan berakhir, 5. Jumlah untuk mana dipertanggungkan ; 6. Premi pertanggungan.
305
Rancangan jumlah dan penentuan syarat –syarat pertanggungan
sama
sekali tergantung pada persetujuan fihak-fihak. 306
Bilamana orang yang dipertanggungkan jiwanya pada saat pembuatan pertanggungan sudah meninggal ,maka gugurlah perjanjian itu meskipun tertanggung tidak dapat mengenai tentang kematian itu;kecuali bilamana diperjanjikan lain.
307
Bilamana orang yang mempertanggungkan jiwanya bunuh diri atau dijatuhi hukuman mati,maka gugurlah pertanggungan itu.
308
Ke dalam bagian ini tidak termasuk dana janda, dana untuk yang tinggal hidup, maskapai antar pertanggungan jiwa, dan perjanjian lain yang sejenis yang berdasar atas kemungkinan hidup dan mati, untuk mana di tuntut suatu simpanan atau suatu tunjangan tertentu atau kedua-duanya. jiwa pada asuransi jiwa bersama
2.6. Hipotesis Berdasarkan latar belakang penulisan masalah di atas serta tujuan diadakannya penelitian, maka hipotesis di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ada pengaruh secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income) Ada pengaruh jumlah nasabah terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income) Ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income) Ada pengaruh jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Dasar Penelitian Penelitian ini dilakukan berupa studi kasus di Yogyakarta. Alasan memilih topik Asuransi Jiwa Bersama Bumiputra 1912 sebagai tempat penelitian karena ingin mengetahui potensi, kegunaan asuransi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan perusahaan.
3.2. Sumber Data Data primer diambil secara langsung dari sumbernya yang terdiri: -
Gambaran umum perusahaan meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi, masalah personalia.
-
Menanyakan secara langsung kepada responden yang ada kaitannya dengan asuransi jiwa.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan membaca literature majalah, surat kabar dan hasil kuliah yang berhubungan dengan masalah perasuransian.
3.3. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang merupakan wilayah 9dimana) penelitian tersebut akan digeneralisasi, atau populasi adalah keseluruhan kelompok dari orang-orang, peristiwa atau barang-barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena banyaknya keterbatasan peneliti, jumlah populasi yang cukup besar tidak mungkin untuk dipelajari semua yang ada pada populasi. Namun demikian pengambilan sampel harus benar-benar representatif.
3.1.1. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini pertimbangan yang digunakan untuk penarikan sampel adalah kondisi ekonomi Indonesia secara umum. Pada tahun 2000 – 2003 kondisi ekonomi Indonesia mulai stabil.
3.4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa
metode penelitian untuk mencapai
tujuan penelitian dan membuktikan kebenaran hipotesis-hipotesis yang digunakan yaitu dengan teknik pengumpulan data antara-lain : -
Wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara langsung. Metode ini dilakukan apabila dalam metode dokumentasi terdapat data atau catatan yang kurang jelas atau untuk mendapatkan dalam bentuk catatan oleh pihak yang diperlukan serta yang berhubungan dengan masalah perasuransian.
-
Observasi Yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati atau meninjau langsung ke perusahaan tentang obyek yang akan diteliti.
-
Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan menggunakan laporan-laporan, catatan-catatan yang ada dalam perusahaan.
3.5. Metode Analisis Data
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode ini menguji dan meneliti setiap data yang berhasil dikumpul dengan menggunakan rumus yang berasal dari literature dan buku-buku teks yang membahas teori tersebut. 3.5.1.
Efisien (daya guna asuransi jiwa) Efisien dipakai untuk mengukur bagian dari hasil asuransi jiwa yang digunakan untuk menutup Biaya Pungut Asuransi Jiwa.(Bambang Riyanto).
Efesiensi =
Biaya Pungut Asuransi Jiwa x100% Realisasi Penerimaan As. Jiwa
Pungutan Asuransi Jiwa dikatakan berhasil apabila berdaya guna/efisiensi, artinya realisasi penerimaan asuransi jiwa yang diperoleh dari pemungutan asuransi jiwa yang diperoleh dari pemungutan asuransi jiwa mampu menutup biaya pengeluaran. Apabila hasil perhitungan efisien menghasilkan angka/prosentase yang lebih kecil dari 100% = 1 (efisien < 1 atau efisien), maka realisasi penerimaan asuransi jiwa telah mampu menutup biaya pengeluaran, dan sebaliknya apabila hasil perhitungan efisien menghasilkan prosentase yang lebih besar dari 100% = 1 (efisien >1) maka asuransi jiwa belum mampu menutup biaya pengeluaran.
3.5.2. Efektivitas (hasil guna asuransi jiwa) Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungut asuransi (realisasi penerimaan asuransi jiwa) dengan target asuransi jiwa tersebut dengan anggapan semua pengguna jasa membayar biaya asuransi (Bambang Riyanto).
Efektivitas =
Realisasi Penerimaan Asuransi Jiwa x100% Target Asuransi .Jiwa
Pemungutan asuransi jiwa dikatakan berhasil apabila hasil perhitungan efektivitas asuransi jiwa adalah sama dengan atau mendekati angka 1 (efektivitas < 1) artinya realisasi penerimaan asuransi jiwa mendekati atau mencapai target yang diinginkan oleh perusahaan asuransi . Sebaliknya apabila hasil perhitungan efektifitas menghasilkan angka yang lebih besar dari 1 (efektifitas >1), untuk periode tahun 2000-2002 realisasi penerimaan asuransi jiwa tidak dapat mencapai target yang diinginkan. Sedangkan pada tahun 2003 terjadi kenaikan yang signifikan atau dapat dikatakan
realiasasi penerimaan asuransi jiwa mencapai target yang diinginkan karena lebih dari 1 (efektifitas > 1).
3.5.3.
Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui hubungan antara asuransi jiwa dengan variabel yang mempengaruhi, dipergunakan alat analisa regresi berganda Dengan asumsi bahwa asuransi jiwa memakai 3 input yaitu jumlah nasabah, jumlah karyawan, jumlah klaim. Maka dalam bentuk linear dijabarkan sebagai berikut: Y = f(JN, JK, JKL) Y = b0 + b1JN + b2JK + b3KL + e Dimana: Y
= pendapat perusahaan (Premi income dalam Rp)
Bo
= konstanta
JN
= Jumlah Nasabah
JK
= Jumlah karyawan
KL
= Jumlah Klaim
b1, b2, b3
= koefisien regresi
e
= Gangguan yang disebabkan faktor acak
Untuk mengukur besar pengaruh jumlah nasabah, jumlah karyawan, jumlah klaim maka diperlukan analisa data yaitu dengan metode analisis regresi linier berganda. Hubungan ini dapat ditulis. Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e Dimana : Y
= pendapatan perusahaan (Premi Income dalam Rp)
a
= Konstanta
b1, b2, b3
= Koefisien regresi
X1
= Jumlah nasabah
X2
= Jumlah karyawan
X3
= Jumlah Klaim
3.5.4. Uji Hipotesa Pengujian hipotesa serentak (Hipotesa 1) dilakukan dengan menguji secara bersama-sama koefisien penafsiran regresi secara keseluruhan, dilakukan dengan uji F
(F test), adalah : (J.
Supranto)
Fhitung =
Dimana
R 2 ( K − 1) (1 − R 2 ) /(n − K )
:
R2
= koefisien determine
K
= banyaknya variabel
n
= banyaknya sampel.
Dengan derajat kebebasan (df) = k ; n-k-1, maka jika Fhitung < F
tabel,
Ho diterima artinya tidak ada
pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, da, X3) secara keseluruhan terhadap variabel Y. Tetapi jika Fhitung > dari Ftabel : Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, da, X3) secara keseluruhan terhadap variabel Y. Dan untuk mengukur ketepatan garis regresi terhadap data hasil observasi adalah (J. Supranto): R2 =
Z (Qˆ − Q ) 2 Z (Q − Q ) 2
ˆ = nilai regresi berganda, Dimana : Q Q = variasi variabel Q terhadap rata-rata Q = nilai data asuransi Besarnya nilai koefisien determine terletak antara 0 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat serta menunjukkan hubungan sempurna antara variabel bebas dan variabel terikat serta menunjukkan hubungan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat (0
Pengujian hipotesa individual (Hipotesa 2, 3, dan 4) dilakukan dengan menguji tingkat signifikan masing-masing koefisien regresi (parameter) yang diperoleh dari perhitungan dengan uji t (t test) yaitu:
t hitung
=
bi SE (b i )
dimana bi = Koefisien regresi SEbi
= Standard Error dari koefisien regresi. Dengan derajat kebebasan (level of significant) n-k-1, maka jika -ttabel < thitung < +t tabel maka
Ho diterima dengan kata lain variabel X tidak mempengaruhi variabel Y. Sebaliknya jika t tabel, maka
hitung
>t
Ho ditolak, dalam arti variabel X, mampu mempengaruhi variabel Y.
3.5.5. Analisis SWOT Sedangkan untuk menganalisa peningkatan penerimaan asuransi jiwa juga dapat digunakan dengan menggunakan analisis SWOT (SWOT ANALYSIS) yaitu: (Teguh Pujo Mulyono) 1)
Strength (Kekuatan/Kelebihan) Yaitu merupakan kekuatan/kelebihan yang dimiliki oleh asuransi jiwa, baik dari cara pemungutan maupun potensinya yang cukup besar bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga para nasabah. 2) Weakness (kelemahan/kekurangan) Yaitu kelemahan-kelemahan dari asuransi jiwa baik yang bersifat administrasi maupun sistem yang ada. 3) Opportunities (kesempatan) Yaitu merupakan pilihan/peluang/kesempatan yang dimanfaatkan dalam meningkatkan pendapatan. 4) Threat (ancaman) Yaitu merupakan ancaman yang menimpa perusahaan asuransi jiwa dengan adanya manajemen yang salah (mismanagement) serta ketidakjujuran. Dalam analisis ini dapat diketahui tindakan dan kebijaksanaan perusahaan asuransi jiwa
dalam upaya meningkatkan penerimaan asuransi jiwa.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Perkembangan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputra 1912
Asuransi Bumiputra 1912 merupakan perusahaan Asuransi Jiwa Nasional Pertama dan tertua di Indonesia dilahirkan empat tahun setelah berdirinya Boedi Oetomo, sebuah gerakan nasionalis yang merupakan sumber inspirasi para pelopor Bumiputra. Didirikan di Kota Magelang Jawa Tengah pada tanggal 12 Februari 1912 dengan nama Onderlinge Levensverzekering PGHB atau O. L. Mij. PGHB Mas Ngabehi, Dwidjosewojo, seorang guru sekolah dari Yogyakarta yang menjadi sekretaris pertama pengurus besar Boedi Oetomo mempelopori berdirinya organisasi yang kemudian menjadi asuransi jiwa Bersama Bumiputra 1912. Pendiri lainnya yaitu M.K.H. Soebroto dan M. Adimidjojo masing-masing menjabat sebagai Direktur dan bendahara pada awal berdirinya perusahaan R. Soepadmo dan M. Darmowidjojo; keduanya sebagai guru sekolah rakyat segera bergabung dan bersama ketiga pendiri lainnya merupakan pemegang polis yang pertama. Bumiputra memulai usahanya tanpa dukungan modal sedikitpun. Pembayaran premi pertama oleh kelima tokoh tersebut, yang merupakan modal awal dari perusahaan itu. Syaratnya adalah bahwa ganti rugi tidak akan diberikan kepada ahli waris dari pemegang polis yang meninggal sebelum polisnya berjalan selama 3 tahun penuh. Demikianlah awal perusahaan mengandalkan pembayaran premi sebagai modal kerjanya. Disamping itu tidak mengharapkan honorarium, sehingga mereka bekerja dengan sukarela.
Pada mulanya, perusahaan hanya melayan para guru Hindia Belanda kemudian perusahaan tersebut memperluas pasarnya dan mengganti namanya menjadi O.L.MIJ Boemi Poetra yang sekarang dikenal sebagai Asuransi Jiwa Bersama Bumiputra 1912. Dimulai dari premi yang dibayar oleh kelima pemegang polis yang pertama, para anggota bekerja keras untuk menghimpun sumber modal. Secara bertahap perusahaan memupuk modalnya.Akan tetapi selain dana lancar, aktiva lain yang bernilai besar disumbangkan untuk pertumbuhannya diantaranya adalah jiwa patriotisme dan kejujuran bangsa Indonesia dengan nilai tradisional, gotong-royong yang menjadi tumpuan Bumiputra 1912 jelas tercermin dalam hidup para pemegang polis itu sendiri. Kepentingan bersama para pemegang polis untuk memiliki, mengendalikan dan mengarahkan nasib perusahaan membuat Bumiputra 1912 unik dan berbeda dari perusahaan asuransi jiwa lainnya di Indonesia. Dari Magelang, Bumiputra 1912 pindah ke Yogyakarta pada tahun 1921 dan pada tahun 1958 kantor pusatnya dipindahkan ke Jakarta, hingga saat ini Jakarta merupakan kantor pusat perusahaan, dari Wisma Bumiputra yang berlantai 21 di Jalan Jendral Soedirman– Jakarta, manajemen perusahaan mengatur usaha perusahaan di seluruh tanah air dan melakukan hubungan Internasional dengan mitra usaha di negara lain. Sekitar 3000 karyawan dan 16000 agent tersebar di 40 kantor secara strategis diseluruh tanah air yang melayani 6.400.000 pemegang polis Bumiputra 1912 dan masyarakat umum.
4.2.Misi dan Visi AJB Bumiputra 1912
Misi menjadikan AJB Bumiputra 1912 sebagai asuransinya bangsa Indonesia, sedangkan visi berada di benak dan di hati masyarakat melalui mempertinggi kepercayaan
(terpercaya); mempertinggi kualitas output (bermutu); mempertinggi efisiensi (terefisien) dengan cara memfokuskan pada nasabah untuk mencapai hasil operasi yang prima dalam rangka mengembangkan organisasi melalui: -
Divisi Asuransi Standard (menggarap pasar kelas menengah bawah ).
-
Divisi Asuransi Eksekutif(menggarap pasar kelas menengah atas).
-
Divisi Asuransi kumpulan (menggarap pasar organisasi /group).
4.3.Lokasi Perusahaan
Kota Yogyakarta merupakan Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kota yang terletak di tengah–tengah Propinsi disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul, sebelah Timur dan Barat berbatasan dengan Bantul dan Sleman. Hingga saat ini Kantor Operasional Askum Yogyakarta berada pada wisma Bumiputra yang berlantai lima ( 5 ) Di jalan Jendral Soedirman No. 28-30 Yogyakarta. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Yogyakarta, sarana dan prasarana umum semakin banyak di butuhkan, untuk menyediakan sarana publik tersebut pemerintah, swasta, masyarakat sangat berperan penting seperti sarana jalan, transportasi umum.
Bagan 4.1 Struktur Organisasi AJB Bumiputera 1912
Badan Perwakilan Anggota Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktorat Utama
Sekretariat
Direktorat Keu & Investasi
Departemen Pengawasan
Direktorat Teknik
Divisi Asuransi
Direktorat Umum
Divisi Askum
Kantor Cabang Askum
Kantor Operasional Askum
Direktorat Administrasi
Divisi Asuransi Jiwa Eksekutif
Bagan 4.2 Struktur Organisasi Koordinator Operasional Askum (KOA) Divisi Askum
Kantor Cabang Askum
Kantor Operasional Askum
KOA
Agen Askum
AK
Agen Askum
PAK
Kasir
TTA
Pegawai
Bagan 4.3 Mekanisme Penetrasi Pasar Askum
POAS 1)
Menyiapkan Pasar dan mendata pasar
2)
Melakukan segmentasi pasar Askum
6)
7)
KOA / AKA
3)
Menganalisa potensi pasar menyiapkan skala prioritas dan alternatif produk
5)
Memonitor team work dan memandu proses pelatihan
8)
Mendistribusikan segmen pasar
IOA/AGEN
4)
Menetapkan solusi dan menyiapkan proposal
12)
9) Mengunjungi contact person dan menyaipak penawaran alternatif produk
Memandu melakukan try out alternatif produk
Menganalisa hasil penawaran
Melakukan presentasi penawaran
14)
16)
Mengadakan negoisasi 15a)dengan manajemen
Evaluasi sales presentation dan proses penawaran
18) Menentukan waktu
19)
23)
penjadwalan ulang
Menerbitkan akseptasi dan memasukkan data penutupan ke………
15b)
Memeriksa berkas dan membuku penutupan
PENCING
CLOSE (Penutupan)
22)
KW I
21) Menyerahkan polis 26)
Memonitor kualitas pelayanan
Memonitor tingkat
25) konsisten pelayanan 24)
Memonitor kualitas pelayanan
BAB V Memberikan reward / punishment
KW II
13)
Melakukan try out materi presentasi
17
KW I
Menganalisa peluang pasar
10)
11)
Mengunjungi prospek untuk mendapatkan data pasar dan menyiapkan contact person
Memeriksa perkembangan penutupan
27) Me ngevaluasi proses pelayanan
ANALISIS DATA
Mealukan pelayanan purna jual dan menentukan kebutuhan baru yang harus dipenuhi
Keterangan : POAS (Pemimpin Operasional Askum), KOA/AKA (Koordinator Operasional Askum / Agen Koordinator Askum )
5.1. Efisiensi (Daya Guna Asuransi Jiwa) Dipakai untuk mengukur bagian dari hasil asuransi jiwa yang digunakan untuk menutup biaya asuransi jiwa. Efisiensi merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan premi income dikalikan 100%, apabila dituliskan dalam rumus sebagai berikut :
Efesiensi =
Biaya Pungut Asuransi Jiwa x100% Realisasi Penerimaan As. Jiwa Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Efisiensi (dalam %)
Tahun
Biaya Pungut Asuransi Jiwa (Rp)
Realisasi Penerimaan Asuransi Jiwa (Premi Income) (Rp)
Efisien
2000
115321500
1238746003
9.31%
2001
235287612
536804984
43.83%
2002
213856445
5061697672
4.22%
2003
353123562
9506539723
3.71%
Rata-rata 15,27% Sumber = Kantor Operasional Askum Yogyakarta, data diolah.
Biaya pungut (biaya premi) adalah biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional perusahaan. Biaya operasional terdiri dari dua macam, yaitu A. Biaya langsung B. Biaya tak langsung.
A. Biaya langsung Komponen provisi atau komisi penutupan Biaya cetak : a.
Biaya polis
b.
Biaya SP (Surat Permintaan)
c.
Sertifikat
Biaya pengiriman
Akseptasi/bukti diterima Blangko Blangko penutupan Biaya sumbangan uang jalan Gaji
B. Biaya Tak Langsung Biaya Pemeliharaan Portofolio Biaya gedung Bangunan, peralatan kantor. Biaya Bina Relasi Pengembangan Karangan Bunga Dinas dalam (karyawan) dan dinas diluar (agen) Mortalitas (tingkat kematian).
Dari hasil perhitungan mengenai pungutan asuransi jiwa, (efisiensi/berdaya guna) pada periode 2000-2003 menghasilkan angka atau prosentase yang lebih kecil dari 100% = 1 (efisien < 1 atau efisien), maka realisiasi penerimaan asuransi jiwa sudah mampu menutup biaya pengeluaran. Biaya pungut Asuransi Jiwa (biaya operasional) mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2000-2003 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi ekonomi yang semakin membaik, kemampuan perusahaan dibidang kapital/modal, semakin menguat; tepat atau akurat; sehingga realiasasi penerimaan asuransi jiwa mampu menutup biaya pengeluaran.
5.2. Efektifitas (Hasil Guna Asuransi Jiwa ) Dipakai untuk mengukur hubungan realisasi penerimaan asuransi jiwa dengan target asuransi jiwa tersebut dikalikan 100% dengan anggapan semua pengguna jasa (tertanggung) membayar biaya asuransi, apabila dituliskan kedalam rumus sebagai berikut:
Efektifitas =
Realisasi Penerimaan Asuransi Jiwa x100% Target Asuransi. Jiwa
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Efektifitas (dalam %)
Tahun
Realisasi Penerimaan Asuransi Jiwa (Premi Income) (Rp)
Target Asuransi Jiwa (Rp)
Efektifitas
2000
1238746003
8461668000
14,64%
2001
536804984
8767959000
61,12%
2002
5061697672
9002196000
56,23%
2003
9506539723
8500008000
111,84%
Rata-rata
47,21%
Sumber = Kantor Operasional Askum Yogyakarta, data diolah Dari hasil perhitungan menghasilkan angka lebih besar dari 100% = 1 (Efektifitas < 1) pada periode tahun 2000-2002, maka realisasi penerimaan asuransi jiwa tidak dapat mencapai target yang diinginkan. Sedangkan di tahun 2003 angka efektifitas diatas atau melebihi 100% = 1 (efektifitas > 1) berarti realiasasi penerimaan asuransi jiwa mencapai target yang direncanakan oleh perusahaan asuransi.
5.3. Analisis Data 5.3.1.
Analisis Regresi Linier Berganda Hubungan antara Jumlah Nasabah, Jumlah Karyawan dan Jumlah Klaim dapat dirumuskan dalam sebuah garis regresi. Setelah dilakukan pengolahan dengan SPSS 10.0 for Windows, hasilnya disajikan sebagai berikut :
Tabel 5.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Summary
Model 1
R .786a
R Square .618
Adjusted R Square .592
Std. Error of the Estimate 301447181
a. Predictors: (Constant), Klaim Asuransi, Nasabah, Karyawan
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 6.47E+18 4.00E+18 1.05E+19
df 3 44 47
Mean Square 2157104815341550000.000 90870403225175300.000
F 23.738
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Klaim Asuransi, Nasabah, Karyawan b. Dependent Variable: Premi Income
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Nasabah Karyawan Klaim Asuransi
Unstandardized Coefficients B Std. Error -893993486.001 3.4E+08 41709.632 7043.580 31039320.212 1.2E+07 .432 .198
Standardized Coefficients Beta .591 .280 .227
t -2.604 5.922 2.575 2.186
Sig. .013 .000 .013 .034
a. Dependent Variable: Premi Income
Dari tabel tersebut di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y = - 893993486.001 + 41709.632X1 + 31039320.212X2 + 0.432X3 Dari persamaan di atas dapat diartikan :
-
Konstanta
Dalam persamaan regresi di atas, konstanta sebesar –893.993.486,001, artinya jika variabel Jumlah Nasabah, Jumlah Karyawan dan Jumlah Klaim tidak berubah atau sama dengan 0 (nol), maka Premi Income (Y) sebesar –Rp 893.993.486,001. -
Koefisien regresi Jumlah Nasabah (b1)
Variabel Jumlah Nasabah merupakan variabel yang mempengaruhi Premi Income (Pendapatan Perusahaan) dengan koefisien regresi positif yaitu sebesar 41.709,632. Berarti bila jumlah nasabah bertambah satu orang maka Premi Income (Pendapatan Perusahaan) akan meningkat sebesar Rp 41.709,632 dengan anggapan variabel yang lain konstan (tetap). -
Koefisien regresi Jumlah Karyawan (b2)
Variabel Jumlah Karyawan merupakan variabel yang mempengaruhi Premi Income (Pendapatan Perusahaan) dengan koefisien regresi positif yaitu sebesar 31.039.320,212. Berarti bila jumlah karyawan bertambah satu orang maka Premi Income (Pendapatan Perusahaan) akan meningkat sebesar Rp 31.039.320,212 dengan anggapan variabel yang lain konstan (tetap). -
Koefisien regresi Jumlah Klaim (b3)
Variabel Jumlah Klaim merupakan variabel yang mempengaruhi Premi Income (Pendapatan Perusahaan) dengan koefisien regresi positif yaitu sebesar 0.432. Berarti bila jumlah klaim meningkat sebesar satu satuan maka Premi Income (Pendapatan Perusahaan) akan meningkat sebesar Rp 0,432 dengan anggapan variabel yang lain konstan (tetap).
5.3.2.
Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R-Square) Dari pengolahan yang terdapat pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0.786 yang dapat dikatakan berkorelasi cukup, sesuai ketentuan interpretasi korelasi pada tabel 5.4. berikut : Tabel 5.4. Interpretasi Korelasi Korelasi (r) 0,80 – 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20
Interpetasi Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat Rendah
Sedangkan Koefisien Determinasi (R-square) sebesar 0,618, atau dapat dikatakan bahwa 61,8% variabel Jumlah Nasabah, Jumlah Karyawan, dan Jumlah Klaim berpengaruh terhadap Premi Income (Pendapatan Perusahaan) sedangkan sisanya sebesar 38,2% adalah pengaruh dari faktor yang lain.
5.3.3. Pengujian Hipotesa 5.3.3.1. Pengaruh secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Hipotesa 1)
Untuk menguji hipotesa serentak yang berbunyi : Ada pengaruh secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income), digunakan statistik uji F (Fisher Test), dan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : Menentukan Hipotesa Ho1 : b1 = b2 = b3 = 0
Tidak ada pengaruh secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Ha1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 Ada pengaruh secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Statistik uji : F
R 2 ( K − 1) Fhitung = (1 − R 2 ) /(n − K ) Dari hasil pengujian (Tabel 5.4.) diketahui : F-hitung = 23,738 F-tabel (5%; 3 : 44) = 2,82. Nilai-p = 0,000 Kriteria pengambilan keputusan : -
Jika F hitung > 2,82; atau p < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.
-
Jika F hitung < 2,82; atau p > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak.
Gambar 5.1. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesa 1
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima 2.82
23.738
Kesimpulan Karena F-hitung = 23.738 > F-tabel=2.82, dan p-value = 0,000 < 0,05 (5%), maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat dikatakan bahwa : ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama jumlah nasabah, jumlah karyawan dan jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income).
5.3.3.2. Pengaruh Jumlah Nasabah terhadap Premi Income (Hipotesa 2) Uji individual ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap Premi Income. Dan dalam analisis ini uji t di lakukan pada derajat kebebasan (n-k-1) =44 di mana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel independen dan pada tingkat keyakinan 5% atau α = 5% Penentuan Hipotesa :
Ho2 : b2 = 0 Tidak ada pengaruh jumlah nasabah terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Ha2 : b2 ≠ 0 Ada pengaruh jumlah nasabah terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Statistik uji : t t=
bi SE bi
Dari hasil pengolahan (tabel 5.3.) diperoleh : t-hitung = 5,922 nilai - p = 0,000 t-tabel (5%, df = 44) = 2,015 Kriteria pengambilan kesimpulan : -
Jika t hitung > +2,015, atau t hitung < -2,015, dan p < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.
-
Jika –2,015 < t hitung < +2,015, dan p > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak. Gambar 5.2. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesa 2
Daerah Ho diterima
-2.015
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
2.015
5.922
d.
Kesimpulan Karena t-hitung = 5,922 > F-tabel=2,015, dan p-value = 0,000 < 0,05 (5%), maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan sangat signifikan Jumlah Nasabah terhadap Pendapatan Perusahaan (Premi Income).
5.3.3.3. Pengaruh Jumlah Karyawan terhadap Premi Income (Hipotesa 3)
a.
Penentuan Hipotesa :
Ho3 : b3 = 0 Tidak ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Ha3 : b3 ≠ 0 Ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). b.
Statistik Uji : t t=
bi SE bi
Dari hasil pengolahan (tabel 5.3.) diperoleh : t-hitung = 2,575 nilai - p = 0,013 t-tabel (5%, df = 44) = 2,015 c.
Kriteria pengambilan kesimpulan : -
Jika t hitung > +2,015, atau t hitung < -2,015, dan p < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.
-
Jika –2,015 < t hitung < +2,015, dan p > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak. Gambar 5.3. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesa 3
Daerah Ho diterima
-2.015
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
2.015
2.575
e.
Kesimpulan Karena t-hitung = 2,575 > F-tabel=2,015, dan p-value = 0,013 < 0,05 (5%), maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan Jumlah Nasabah terhadap Pendapatan Perusahaan (Premi Income).
5.3.3.4. Pengaruh Jumlah Karyawan terhadap Premi Income (Hipotesa 4)
a.
Penentuan Hipotesa :
Ho4 : b4 = 0 Tidak ada pengaruh jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). Ha4 : b4 ≠ 0 Ada pengaruh jumlah klaim terhadap pendapatan perusahaan (Premi Income). b.
Statistik Uji : t t=
bi SE bi
Dari hasil pengolahan (tabel 5.3.) diperoleh : t-hitung = 2,186 nilai - p = 0,034 t-tabel (5%, df = 44) = 2,015 c.
Kriteria pengambilan kesimpulan : -
Jika t hitung > +2,015, atau t hitung < -2,015, dan p < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima.
-
Jika –2,015 < t hitung < +2,015, dan p > 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak.
Gambar 5.4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesa 4
Daerah Ho diterima
f.
-2.015 Kesimpulan
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
2.015
2.186
Karena t-hitung = 2,186 > F-tabel=2,015, dan p-value = 0,034 < 0,05 (5%), maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan Jumlah Klaim terhadap Pendapatan Perusahaan (Premi Income).
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan analisis data disertai pengembangan situasi dan kondisi tentang Fungsi dan Peranan Asuransi Jiwa terhadap Nasabah Pada AJB Bumi Putera 1912 Kantor Operasional Askum Yogyakarta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka resiko yang ditanggung oleh pihak perusahaan asuransi semakin kecil. Hal ini diartikan bahwa stabilnya kondisi perekonomian menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat sehingga resiko yang timbul diantaranya kematian prematur, kehidupan yang terlalu panjang dapat ditekan seminimal mungkin sehingga resiko yang ditanggung oleh pihak penanggung juga kecil.
2.
Dalam perhitungan mengenai pungutan asuransi jiwa (efisiensi/daya guna) pada periode 2000-2003 menghasilkan prosentase yang lebih kecil dari 100% (berarti efisiens), maka realisasi penerimaan asuransi jiwa mampu menutup biaya pengeluaran sedangkan perhitungan efektifitas (hasil guna asuransi jiwa) periode 2000-2002 menghasilkan prosentase lebih besar dari kecil dari 100% maka realisasi penerimaan tidak dapat mencapai target yang diinginkan perusahaan asuransi tersebut.
Sedangkan tahun 2003
menghasilkan prosentase lebih besar dari 100% (efektifitas > 1), maka realisasi penerimaan melampaui target. 3.
Dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan perusahaan asuransi meliputi jumlah nasabah, jumlah karyawan, jumlah klaim dengan uji statistik dan menggunakan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa variabel jumlah nasabah, jumlah karyawan, jumlah klaim, mempunyai nilai thitung > ttabel sehingga variabel tersebut mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan perusahaan, sehingga adanya kenaikan jumlah variabel-variabel tersebut akan mengakibatkan kenaikan pendapatan perusahaan. Persamaan regresi adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Y = - 893993486.001 + 41709.632X1 + 31039320X2 + 0.432X3 Jadi
Y
= pendapatan perusahaan (premi income dalam jutaan rupiah)
a
= konstanta
bi
= koefisien regresi
X1
= jumlah nasabah (orang)
X2
= jumlah karyawan (orang)
X3
= jumlah klaim (jumlah jutaan rupiah).
6.2. Saran Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, maka penulis bermaksud mengajukan saran sebagai berikut : 1. Dari angka nominal biaya operasional yang terlalu besar sehingga
melebihi angka normal,
seharusnya AJB Bumiputera lebih bisa menekan seminimal mungkin dalam penggunaan biaya operasional. 2.
Untuk masa mendatang diharapkan masih bisa mencapai tingkat pertumbuhan yang baik sehingga fungsi dan peranannya masih bisa diberdayakan dimasa-masa yang akan datang.
Kata kunci : Peranan Asuransi Jiwa