Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
FORMULASI SALEP EKSTRAK AIR TOKEK (Gekko gecko L.) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA 1)
Sugiyono, 2) Yulis Hernani, 3)Mufrod 1,2) Program S-1 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang 3) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281 Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Luka topikal merupakan cedera fisik yang mengakibatkan kerusakan jaringan kulit. Proses penyembuhan yang cepat tanpa bekas luka sangat diharapkan. Ekstrak air tokek (Gekko gecko L.) dengan kandungan asam amino berkhasiat sebagai penyembuh luka, supaya praktis dan efektif maka diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan tipe basis dan kadar ekstrak pada karakteristik fisik sediaan salep dan proses penyembuhan luka. Salep ekstrak air tokek dibuat dalam enam formula berdasarkan perbedaan tipe basis dan konsentrasi kadar ekstrak (FI= basis hidrokarbon, FII= basis serap, dengan konsentrasi ekstrak A=12,5%, B=25% dan C= 50%). Sediaan salep yang diperoleh dilakukan uji organoleptik (tekstur, warna dan bau), uji homogenitas, uji sifat fisik (daya sebar, daya lekat, viskositas dan pH) dan uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus putih jantan dengan metode Morton. Data uji sifat fisik dianalisis dengan uji two-way anova dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi basis dan konsentrasi ekstrak berpengaruh pada warna dan tekstur serta sifat fisik sediaan salep (P < 0,05). Hasil uji aktivitas penyembuhan luka menunjukkan bahwa sediaan salep basis serap kadar ekstrak sampai dengan 25% memberikan kecepatan penyembuhan yang efektif. Kata Kunci : ekstrak air tokek, salep, penyembuhan luka. 1.
memungkinkan
PENDAHULUAN Luka merupakan cedera fisik
mikroba
adanya
(Sabale
2012).
yang mengakibatkan robekan dan
Penyembuhan
kerusakan
jaringan
kulit.
pembentukan sel-sel secara terus
Penyembuhan
merupakan
proses
menerus dan interaksi sel matrik
regenerasi
dalam tiga fase yang tumpang tindih.
alami
tubuh
dalam
luka
dkk.,
infeksi
melibatkan
dan
Fase normal dalam penyembuhan
tingkat
luka meliputi fase inflamasi (0-7
penyembuhannya sangat lambat dan
hari), fase regenarasi (3-24 hari), dan
kerusakan epidermal
jaringan namun
kulit
1093
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
fase remodeling (3-12 bulan atau
tradisional lebih banyak digunakan
lebih) (Gadekar dkk., 2012).
untuk mengatasi berbagai penyakit
Prinsip
dasar
penyembuhan
kulit oleh hampir 80% populasi di
luka yang optimal adalah dengan
dunia. Penggunaan tokek (Gekko
meminimalkan kerusakan jaringan
gecko L.) untuk penatalaksanaan
dengan menyediakan perfusi jaringan
kondisi dermatologis telah menjadi
dan
cukup,
suatu tradisi masyarakat yang dikenal
pemberian nutrisi yang tepat dengan
sebagai Traditional Chinese Herbal
kondisi
lingkungan penyembuhan
Medicine
luka
yang
farmakologinya
oksigenasi
yang
lembab
untuk
(TCHM),
aktivitas
tersebut
karena
mengembalikan kontuinitas anatomi
adanya
beberapa
senyawa
asam
dan fungsi jaringan yang rusak dalam
amino.
Ekstrak
kental
tokek
waktu singkat (Gadekar dkk., 2012).
diperoleh dengan metode dekokta,
Asam amino sebagai nutrisi yang
yang
merupakan
metode
umum
diaplikasikan secara topikal mampu
untuk
preparasi
simplisia
dalam
mengurangi inflamasi pada proses
TCHM (Bensky dan Gamble, 1993).
penyembuhan
dengan
Penggunaan ekstrak kental secara
meningkatkan fungsi jaringan ikat
langsung pada kulit kurang praktis
(fibroblast), dan sintesis kolagen
dan tidak optimal, oleh karena itu
yang
re-epitalisasi
perlu dibuat sediaan yang dapat
pembentukan
menempel pada permukaan kulit
luka
mempercepat
jaringan
epidermis,
pembuluh
darah
baru
dalam waktu lama, dan bersifat
(neokapilarisasi), dan infiltrasi sel-
oklusif
sel
menyembuhkan luka, yaitu sediaan
radang
sehingga
pada
daerah
luka,
mempersingkat
proses
penyembuhan luka (Corsetti dkk., 2010).
dilakukan maupun
dengan obat
luka obat
efektif
semisolid dalam bentuk salep. Salep semisolid
Penyembuhan
sehingga
merupakan yang
lunak,
sediaan mudah
dapat
dioleskan, dan digunakan sebagai
modern
obat luar pada kulit dan membran
tradisional,
dan
mukosa (Allen, 2002). Pelepasan
menurut Babu dkk. (2002), obat
bahan obat dari basis salep sangat
1094
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia baik dari basis maupun dari bahan obatnya,
kelarutan,
b. Pengumpulan dan pengolahan hewan tokek
viskositas,
Tokek
dikumpulkan
ukuran partikel, homogenitas dan
disortir
formulasi. Formulasi sediaan salep
keseragaman jenis dan bobot.
yang bersifat oklusif mengandung
Tokek diolah dengan dipukul
basis
dengan
kepalanya menggunakan benda
pengemulsi air dalam minyak atau
tumpul supaya pingsan atau
minyak dalam air (Aulton, 2007),
mati, lalu disobek bagian perut
sedangkan absorpsi obat perkutan
dan
perunit
mengalir.
yang
berlemak
luas
meningkat
permukaan sebanding
kulit
untuk
dan
dibersihkan Tokek
mendapatkan
dengan
air
yang telah
dengan
bersih dijemur dibawah sinar
obat
matahari langsung sampai agak
dalam suatu pembawa (Ansel, 1989).
kering, kemudian pengeringan
bertambahnya
2.
konsentrasi
dilanjutkan dalam oven selama 8
METODE PENELITIAN a. Bahan Simplisia dalam
yang
penelitian
simplisia
digunakan ini
hewan
jam pada suhu 40-60ºC. Tokek
adalah
tokek
dari
spesies Gekko gecko L. dengan berat rata-rata 200-300 gram, panjang 12-15 cm dan usia 6-12 bulan.
Bahan
kimia
pembuatan
salep
dinyatakan
lain
untuk kecuali
berderajat
kering diserbuk menggunakan mesin
penyerbuk
dengan
diameter 1 mm. c. Pembuatan Ekstrak Air Tokek Ekstrak air tokek diperoleh dengan
metode
dekokta.
Dekokta ekstrak tokek dilakukan dengan
cara
melarutkan
farmasetis yakni vaselin putih,
2921,540 gram serbuk simplisia
cera
80,
tokek dalam 15 liter cairan
propilparaben,
penyari air pada suhu 90ºC
flava,
metilparaben,
tween
oleum citrus dan oleum rosae.
selama 30 menit sambil sekalisekali
diaduk,
kemudian
disaring. Filtrat diuapkan dengan
1095
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
vacuum rotary evaporator, lalu
fisik ekstrak, dan kandungan
sisa air dari filtrat diuapkan
kimia menggunakan alat HPLC.
dalam
e. Pembuatan Salep Ekstrak
cawan
petri
di
atas
penangas air sampai suhu 80ºC sambil
terus
diperoleh
diaduk
ekstrak
Air Tokek
hingga
Ekstrak
dengan
air
tokek
diformulasi dalam basis pilihan
kekentalan tertentu. Rendemen
yang
ekstrak dihitung dengan rumus :
pertimbangan basis salep yang
Rendemen
sesuai,
dengan
paling oklusif dan medukung
bobot ekstrak kental X 100% . bobot serbuk simplisia
hidrasi pada kulit yaitu basis
d. Identifikasi Ekstrak Air
hidrokarbon dan basis serap.
Tokek
Formulasi salep ekstrak air tokek
Identifikasi ekstrak air tokek
dapat dilihat pada tabel I di
meliputi uji organoleptis, sifat
bawah ini:
Tabel I: Formulasi Salep Ekstrak Air Toke dengan Basi Serap dan Basis Hidrokarbon Bahan
FI.A (gram) 5,000 33,060 1,740 0,072 0,008 0,120 40,000
FI.B (gram) 10,000 28,310 1,490 0,072 0,008 0,120 40,000
FI.C (gram) 20,000 18,810 0,990 0,072 0,008 0,120 40,000
FII.A (gram) 5,000 31,320 3,480 0,072 0,008 0,120 40,000
FII.B (gram) 10,000 26,820 2,980 0,072 0,008 0,120 40,000
FII.C (gram) 20,000 17,820 1,980 0,072 0,008 0,120 40,000
pembuatan
salep
hidrokarbon dan basis serap
basis
dengan cara fase I: vaselin putih
Ekstrak tokek Vaselin putih Cera flava Tween 80 Nipagin Nipasol Corigen odoris Berat Total Keterangan : FI.A : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 12,5% FI.B : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 25% FI.C : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 50% FII.A : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 12,5% FII.B : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 25% FII.C : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 50%
Proses ekstrak
air
tokek
1096
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
dan cera flava atau tween 80
cawan pengukur lalu diukur
ditimbang, lalu dilebur pada
viskositasnya
suhu 70ºC. Fase II : ekstrak air
alat Rion Rotor Viskotester
tokek,
VT-04.
nipagin
dan
nipasol
menggunakan
Viskositas
dilihat
ditimbang, lalu dicampur dan
pada skala dalam alat setelah
dilarutkan
tercapai kestabilan (Depkes
bersama.
Fase
I
diaduk dengan magnetic stirrer dengan
kecepatan
sampai
suhu
400
4) Uji daya lekat
35ºC,
Sediaan salep sebanyak
kemudian ditambahkan fase II
0,25 gram diletakkan di atas
ke dalam fase I sambil campuran
gelas
tetap
terus
ditentukan luasnya kemudian
menerus hingga homogen dan
diletakan gelas obyek yang
terakhir
corrigen
lain di atas salep tersebut.
rosae/oleum
Salep diantara lempeng gelas
diaduk
odoris
turun
rpm
RI, 1995).
secara
masukkan (oleum
obyek
yang
telah
citrus).
obyek ditekan dengan beban
f. Pengujian Sifat Fisik dan
100 g selama 5 menit. Gelas
Kimia Salep
obyek yang saling menempel
1) Uji Organoleptis
dipasang pada alat uji daya
Sediaan diamati tekstur
lekat, dan dilepas dengan
dan warna secara visual dan
beban
bau secara penciuman.
kemudian dicatat waktu saat
2) Uji homogenitas
0,5 gram diletakkan di atas gelas
80
gram,
kedua gelas obyek tersebut
Sediaan salep sebanyak
obyek
seberat
kemudian
diratakan, dan diamati secara visual (Naibaho dkk., 2013). 3) Uji viskositas
lepas
(Rahmawati
dkk.,
2010). 5) Uji daya sebar Sediaan salep diuji secara langsung
daya
menggunakan
sebarnya alat
Sediaan salep sebanyak
exstensometer (Voigt, 1984).
100 gram, dimasukkan dalam
Sediaan salep ditimbang 0,5
1097
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
gram, diletakkan pada pusat
Hewan
uji
yang
antara dua lempeng kaca
digunakan dalam penelitian
extensometer,
dibiarkan
adalah 12 ekor tikus putih
selama 1 menit lalu ukur
jantan galur wistar dengan
diameter
berat 260-280 gram dan umur
salep
yang
menyebar. Anak timbangan
2-2,5
50 gram ditambahkan pada
terhadap penyembuhan luka
lempeng
atas,
dilakukan menurut metode
didiamkan 1 menit, dicatat
Morton (Ganju dan Pathak,
diameter
yang
2013) caranya hewan dicukur
menyebar, diulangi masing–
bulunya di daerah punggung
masing dengan penambahan
sampai
sampai beban 250 gram pada
dibersihkan dengan alkohol
tiap salep
70%. Selanjutnya dibuat luka
sebelah
salep
yang diperiksa
(Rahmawati dkk., 2010). 6) Uji pH Sediaan salep sebanyak 30 gram diukur nilai pH-nya secara potensiometri (Allen,
bulan.
licin
Pengujian
kemudian
sayatan menggunakan pisau bedah steril dengan ukuran panjang luka 2 cm dengan kedalaman 2 mm. 2) Perlakuan dan pengamatan
2002), dengan mencelupkan
Tikus jantan yang sudah
elektroda pH-meter Hanna
dibuat luka, kemudian pada
instrument ke dalam sediaan
masing-masing
salep. Nilai pH dilihat pada
perlakuan
skala dalam alat dan dicatat
dioleskan salep sebanyak 10
setelah tercapai kestabilan.
mg dengan frekuensi tiap 12
g. Pengujian Penyembuhan Luka 1) Penyiapan hewan uji dan pembuatan luka
jam.
kelompok hewan
Kelompok
uji
perlakuan
hewan uji yang digunakan dapat dilihat pada tabel II dibawah ini :
1098
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Tabel II : Tabel Penyiapan Hewan Uji Kelompok Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E Kelompok F
Pengamatan
Tikus Tikus Tikus Tikus Tikus Tikus
Keterangan mendapat formula FI.A mendapat formula FI.B mendapat formula FI.C mendapat formula FII.A mendapat formula FII.B mendapat formula FII.C
kesembuhan
secara visual dilakukan pada
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Ekstrak Air Tokek Hasil
hari ke 3; 5; 7 dan 10 pada
Ekstraksi
tokek
kelompok.
memperoleh rendemen 15,82%.
Kesembuhan luka ditandai
Sifat fisika-kimia bahan baku
dengan
obat
masing-masing
pengeringan
pembentukan
luka,
kerompeng,
sebaiknya
sebelum
membuat
dievaluasi formulasi
dan
dalam bentuk sediaan salep, hal
tumbuhnya kulit baru serta
ini berpengaruh pada pemilihan
tumbuh bulu di sekitar luka
basis salep yang tepat untuk
(Pongsipulung dkk., 2012).
karakteristik dari ekstrak air
penutupan
luka
tokek
yang
bersifat
polar.
Karakteristik sifat fisika-kimia ekstrak air tokek dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III : Karakteristik Sifat Fisika-kimia Ekstrak Air Tokek Parameter Bentuk fisik Warna Bau Daya Lekat pH Viskositas Kadar abu Kadar air
Keterangan Ektrak kental Coklat kehitaman Khas protein, amis menyengat 8 detik 5,66 160 ( poise) 7,19% 20,41%
Metode Visual Visual Indra penciuman Alat uji daya lekat Potensiometri Pengukuran Gravimetri Gravimetri
1099
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
b. Identifikasi Senyawa Kimia
warna sediaan, tapi tidak
Ekstrak Air Tokek Analisis asam amino ekstrak air tokek dilakukan secara HPLC dan
menghasilkan
sebelas
macam senyawa asam amino, yaitu
asam
berpengaruh pada tekstur dan
apartam,
asam
berpengaruh
2) Homogenitas Uji homogenitas dilakukan sediaan
alanin,
hasil
phenylalanin,
bau
sediaan.
glutamat, serin, glisin, arginin, valin,
pada
pada salep
yang
yang semua
memberikan
homogen
tiap
isoleusin, leusin dan lisin. Asam
sediaan dilihat berdasarkan
“building
adanya keseragaman warna
pembentukan
serta tidak adanya gumpalan
amino
merupakan dalam
blocks” protein.
Sistem
limfosit,
leukosit,
fagosit,
monosit,
dan butiran 3) Viskositas
makrofag dan sel imun terdiri
Viskositas menunjukkan
dari protein yang diperlukan
daya alir atau kekentalan
untuk memulai respon inflamasi
suatu zat cair atau semipadat
dalam
(Schramm,
proses
penyembuhan.
1998).
Pasokan protein yang cukup
viskositas
berperan dalam sintesis kolagen,
menunjukkan
sehingga meningkatkan produksi
perbedaan
fibroblast,
menyebabkan perbedaan nilai
proliferasi
sel
pada
Data
tabel
IV
bahwa tipe
basis
epidermal dan integritas kulit
viskositas,
(Wild dkk., 2010).
hidrokarbon diperoleh nilai
c. Salep Ekstrak Air Tokek
viskositas
1) Organoleptik Hasil
sedangkan pada salep basis
organoleptik
pemeriksaan pada
semua
serap
salep
140-147
basis
posie,
diperoleh
nilai
viskositas 117-120 poise.
sediaan salep menunjukkan
Analisis data viskositas
bahwa perbedaan tipe basis
dengan uji anova dua jalan
dan
diperoleh
kadar
ekstrak
nilai
signifikan
1100
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
terhadap formula 0,004 (P < 0,05)
yang
perbedaan
artinya
nilai
ada
viskositas
Analisis data dengan uji anova dua jalan diperoleh nilai
signifikan
terhadap
yang signifikan antara salep
formula sebesar 0,000 (P <
dengan basis hidrokarbon dan
0,05)
basis serap, sedangkan nilai
perbedaan nilai daya sebar
signifikan
terhadap
yang signifikan antara salep
konsentrasi 0,993 (P > 0,05)
dengan basis hidrokarbon dan
artinya tidak ada perbedaan
basis serap, sedangkan nilai
nilai
antar
signifikan
yang
konsentrasi 0,002 (P < 0,05)
berbeda pada tipe basis yang
artinya ada perbedaan nilai
sama.
daya sebar antar konsentrasi
viskositas
konsentrasi
ekstrak
4) Daya Sebar
artinya
ada
terhadap
ekstrak yang berbeda pada
Pengujian
daya
sebar
bertujuan untuk mengetahui kelunakan
massa
sehingga
yang
dapat
salep
tipe basis yang sama. 5) Daya Lekat Pengujian
daya
lekat
dilihat
bertujuan untuk mengetahui
kemudahan
pengolesan
waktu yang dibutuhkan oleh
sediaan
ke
salep untuk melekat di kulit.
salep
kulit.
Sediaan salep yang bagus
Data
dapat
menunjukkan bahwa
menyebar
dengan
hasil
uji
salep
mudah di tempat aksi tanpa
dengan
menggunakan
memiliki daya lekat yang
tekanan.
basis
daya
Perbedaan daya sebar sediaan
lebih
antara
basis
hingga 7, dari pada salep
hidrokarbon dan salep basis
dengan basis serap berkisar
serap akan berpengaruh pada
3,3
kecepatan difusi zat aktif
dipengaruhi oleh viskosistas
dalam melintasi membran.
sediaan salep.
salep
lama
hidrokarbon
hingga
berkisar
4,7.
Hal
6,3
ini
1101
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Analisis data dengan uji
yaitu pH 5,5 hingga 6, karena
anova dua arah diperoleh
pH yang terlalu asam maupun
nilai
terlalu basa dapat mengiritasi
signifikan
terhadap
formula sebesar 0,000 (P <
kulit
0,05)
Health, 2008).
yang
artinya
ada
(Labrador-Grenfell
perbedaan nilai daya lekat
d. Pengujian
yang signifikan antara salep
Luka
dengan basis hidrokarbon dan
Luka
Penyembuhan
pada
hewan
basis serap, sedangkan nilai
dinyatakan
signifikan
terhadap
ditandai adanya pembentukan
konsentrasi 0,619 (P > 0,05)
keropeng, penutupan luka, dan
artinya tidak ada perbedaan
tumbuhnya kulit baru serta bulu
nilai
daya
sembuh
uji
lekat
antar
di
ekstrak
yang
pengamatan uji penyembuhan
berbeda pada tipe basis yang
luka pada hewan uji dari semua
sama.
sediaan
konsentrasi
6) pH
sekitar
dengan
luka.
salep
Hasil
menunjukkan
kesembuhan bahwa sedian salep Pemeriksaan
pH
dengan
basis
serap
sampai
merupakan salah satu bagian
dengan konsentrasi 25% efektif
kriteria
menyembuhkan luka dibanding
fisik
pemeriksaan dalam
sifat
memprediksi
dengan
sediaan
salep
kestabilan
sediaan
salep,
hidrokarbon pada konsentrasi
dimana
profile
pH
yang sama, dan peningkatan
menentukan stabilitas bahan
konsentrasi ekstrak sampai 50%
aktif dalam suasana asam
pada
atau basa (Lachman, 1986).
mempengaruhi
kecepatan
Data pH menunjukkan bahwa
penyembuhan.
Hasil
nilai pH semua sediaan salep
pengamatan kesembuhan luka
berkisar 5,62 hingga 5,79 dan
tikus yang menggunakan salep
telah memenuhi syarat nilai
basis hidrokarbon dan salep
pH yang aman untuk kulit,
serap konsentrasi 25% dapat
basis
serap
tidak
1102
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
dilihat pada gambar 1 di bawah
Pengamatan
Hari ke-3
Hari ke-5
ini :
Hari ke-7
Hari ke-10
FII.A
FII.B
Gambar 1 : Gambar kesembuhan luka pada tikus yang dioleskan salep dengan ekstrak 25% pada basis hidrokarbon dan salep dengan ekstrak 25% pada basis serap Keterangan : FI.B : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 25% FII.B : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 25%
Absorpsi obat pada sediaan
berpengaruh pada kemampuan
salep secara umum tidak hanya
kulit
tergantung
fisika
dengan memvariasikan domain
kimia bahan obat saja, tetapi
lipid dari stratum corneum dan
juga
sifat
meningkatkan partisi obat ke
kulit,
dalam kulit (Dermawan dkk.,
konsentrasi obat, luas membran
2008). Pada basis salep serap
tempat
konsentrasi
pada
tergantung
pembawa,
sifat
pada
kondisi
sediaan
menyebar,
untuk
menyerap
25%
obat
juga
derajat kelarutan bahan obat baik
mempunyai daya sebar yang
dalam minyak maupun air, efek
paling luas yaitu 5,33 cm, dan
hidrasi
hal
kulit,
waktu
obat
ini
berpengaruh
pada
menempel pada kulit (Ansel,
kecepatan difusi zat aktif dalam
1989). Formulasi basis serap
melintasi
kadar
ini
luas membran, koefisien difusi
mengandung tween 80 sebagai
makin besar, difusi obat akan
penetrai
ektrak
25%
enhancher
membran,
semakin
yang
1103
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
semakin
meningkat
(Hasyim
basis
dkk, 2012).
menunjukkan
luka dan
keropeng
karena
adanya
sel-sel
radang
penurunan
fibroblas, penurunan iNOS dan NO, peningkatan TGF-β1 serta immunolabelling,
sedangkan
pada
menunjukkan
hari luka
ke-5
neo-angiogenesis penyembuhan
luka
telah masuk tahap fase prolifersi yang
umumnya
dimulai sejak hari ke-3 hingga proses
kesembuhan
sampai
minggu ke-3 (Corsetti dkk., 2010). 4.
KESIMPULAN Perbedaan tipe basis salep pada formulasi salep ekstrak tokek
menyebabkan
perbedaan
dengan
luka
dengan
dibandingkan
dengan
sediaan salep ekstrak tokek yang lain. 5.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., (Editor), 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed., 277-299, American Pharmaceutical Assosiation, Washington D. C.
telah
menutup karena karena adanya
(garnulasi)
efektif
membentuk
sehingga terjadi pembentukan
eNOS
menyembuhkan
telah
mengering
sehingga
sampai
konsentrasi ekstrak 25% dapat
Pengamatan pada hari ke-3
proses
serap
karakteristik
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi keempat, 492-494, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Aulton, M. E., 2007, Aulton’s Pharmaceuticals, The Design and Manufacture of Medicines, 3rd Ed., 383-385; 392-394; 405-409, Churchill Livingstone Press, New York. Babu, M., Gnanamani, A., Radhakrishan, N., and Priya, K., 2002, Healing Potential of Datura Alba on Burn Wounds in Albino Rats, J. Ethnopharmacol, vol. 83, 193-199.
adanya (pH,
nilai viskositas, daya sebar dan daya lekat) serta ada perbedaan
Bensky, D., and Gamble, A., 1993, Chinese Herbal Medicine Materia Medica Revised Edition, 338, Eastland Press Incorporated, USA.
tekstur dan warna. Sediaan salep
1104
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Corsetti, G., D’Antona, G., Dioguardi, F. S., and Rezzani, R., 2010, Topical Application of Dressing with Amino Acids Improves Cutaneous Wound Healing in Aged Rats, J. Acta Histochemica Elsevier, vol. 112, 497- 507. Das, I., 2010, A Field Guide to the Reptiles of South-East Asia: Myanmar, Thailand, Laos, Cambodia, Vietnam, Peninsular Malaysia, Singapore, Sumatra, Borneo, Java, Bali, New Holland Publisher. Dermawan, A., Arianto, A., and Bangun, H., 2013, Study of The Effect of Tween 80 and Palm Kernel Oil on in vitro Ascorbic Acid Penetration Through Rabbit Skin, International Journal of Pharm Tech Reseach, vol. 5, no.3, 965-972. Depkes RI., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7; 9; 18; 186; 551; 687; 713; 823; 10371039, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gadekar, R., Saurabh, M. K., Thakur, G. S., and Saurabh, A., 2012, Studi of Formulation, Characterisation and Wound Healing Potential of Transdermal Patches of Curcumin, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, vol. 5, 4, 225-230. Ganju, K., and Pathak, A. K., 2013, Evaluation of Wound Healing Activity of The Polyherbal and Euphorbia Hirta Formulations, Africa Journal of Pharmacy and
Pharmamacology, vol. 7 (33), 23332340. Hasyim, N., Pare, K. L., Junaid, I., Kurniati, A., 2012, Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.) pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Majalah Farmasi dan Farmakologi, vol. 16, no. 2, 89-94. Labrador-Grenfell Health, 2008, Skin and Wound Care Manual, Newfounland and Labrador Health Boards Association. Lachman, L., Lieberman H. A., dan Kanig J. L., 1986, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi ketiga, 1091-1096, Universitas Indonesia Press. Naibaho, O. H., Yamlean, P. V. Y., Wiyono, W., 2013, Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus, Pharmacon Jurnal Ilmiah Unsrat Manado, vol. 2, no. 2, 27-33. Pongsipulung, G. R., Yamlean, P. V. Y., dan Banne Y., 2012, Formulasi dan Pengujian Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) Terhadap Luka Terbuka Pada Kulit Tikus Jantan Galur Wistar, Pharmacon Jurnal Ilmiah, Universitas Sam Ratulangi, Manado, vol. 1, 2.
1105
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2
Sabale, P., Bhimani, B., Prajapati, C., and Sabale, V., 2012, An Overview of Medicinal Plants as Wound Healers, Journal of Applied Pharmaceutical Science, vol. 2 (11), 143-150. Schramm, G., 1998, A Practical Approach to Rheology and Rheometry, 2nd Edition, 20-21, Gebrueder HAAKE GmbH Karlsruhe, Federal Republic of Germany. Rahmawati, D., Sukmawati, A., dan Indrayudha, P., 2007, Formulasi Krim Minyak Atsiri Rimpang
Temu Giring (Curcuma heyneana Val&Zijp): Uji Sifat Fisik dan Daya Anti Jamur terhadap Candida Albicans secara in Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani Noerono S., Edisi kelima, 381; 551-553; Gadjah Mada University Press. Wild, T., Rahbarnia, A., Kellner, M., and Sobotka, L., 2010, Nutrition, Journal Nutrition Elsevier, vol. 26, 862-866.
1106