FORMULASI GEL LUKA BAKAR EKSTRAK DAUN PARE (Momordicacharanti Momordicacharanti L.) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
ARTIKEL
Oleh YENI AGUSRIANTI NIM. 050110a069
PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
Ngudi Waluyo School of Healt Pharmacy study Program FORMULATION TEST OF BURN WOUND GEL OF EXTRACTED LEAVES PARE (Momordica charanti L.) LEAVES IN MALE MICE OF WISTAR LINEAGE (Rattusnorvegicus). Yeniagusrianti* Nova Hasani F** dan Dian oktianti.*** Final assigment, Agustus 2016 Bibliographies: 30 ABSTRACK Background: The burn is loss of tissue caused by contact with a heat source such as hot water, hot fire, chemical, electrical and radiation. Burns are a common thing but it is a form of skin injury that is largely preventable. Pare leaves contain flavonoids and saponins, have formed a working mechanism of collagen tissue. Objective: The study aimed to determine the effect of bitter melon extract gel (Momordicacharanti L.) in burns in Wistar male rats strain with a concentration of 2%, 5% and 7%. Methods: This study is a draft Post Test Control Group Design. 25 male rats were divided into 5 groups each group induced burns. After it was treated, the negative control group CMC-Na gel base without pare leaf extract, extract gel treatment groups pare with a concentration of 2%, 5% and 7%. Conclusion: The results of 0,000≤ significant ANOVA (p <0.05), which means there is no difference among treatments. The percentage of burn healing gel pare7% leaf extract has the best percentage or proportional to the positive control. Suggestion: Need to do more research to determine the amount of content of flavonoids and saponins found in plants leaves pare to help the treatment of diseases that can be treated with the leaves of bitter melon (Momordica charanti L.). Keywords: leaves bitter melon (Momordica charanti L.), flavonid and saponins, burns * ** ***
: Student : First Advisor : Second Advisor
FORMULASI GEL LUKA BAKAR EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charanti L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Yeni Agusrianti* Nova Hasani F**dan Dian oktianti.*** Skripsi, Agustus 2016 Pustaka : 30 INTISARI Latar belakang: Luka bakaradalahkehilanganjaringan yang disebabkankontakdengansumberpanasseperti air panas, apipanas, bahankimia, listrikdanradiasi. Luka bakaradalahhal yang umumnamunmerupakanbentukciderakulit yang sebagianbesardapatdicegah.Daun pare mengandung flavonoid dan saponin, mempunyai mekanisme kerja membentuk jaringan kolagen. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek pemberian gel ekstrak daun pare (Momordicacharanti L.) pada luka bakar pada tikus putih jantan galur wistar dengan konsentrasi 2% , 5% dan 7% . Metode: Penelitian ini merupakan rancangan Post Test Control Group Design. 25 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok diinduksi luka bakar. Setelah itu diberi perlakuan, kelompok kontrol negatif gel basis CMCNa tanpaekstrakdaun pare, kelompok perlakuan gel ekstrak daun pare dengankonsentrasi 2%, 5% dan 7%. Kesimpulan:Hasil ANAVA signifikan 0,000≤(p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan diantara perlakuan. Persentase penyembuhan luka bakar gel ekstrakdaun pare7% mempunyaipersentase paling baikatausebandingdengancontrolpositif.Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa flavonoid dan saponin yang ada pada tumbuhan daun pare untuk membantu pengobatan penyakit yang dapat diatasi dengan daun pare (Momordica charanti L.). Kata Kunci : Daun pare (MomordicacharantiL.), flavoniddan saponin, bakar * ** ***
: Mahasiswa : Dosen pembimbing utama : Dosen pembimbing pendamping
luka
PENDAHULUAN Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air panas, api panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar adalah hal yang umum namun merupakan bentuk cidera kulit yang sebagian besar dapat dicegah. Statistik menunjukan bahwa 60% kecelakaan luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga,20% karena kecelakaan kerja, dan 20% lainnya karena sebab-sebab yang lain, misalnya bus terbakar, gunung meletus, dan ledakan bom (Moenadjat, 2003). Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim.Flvonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol (Sjahid, 2008).Mekanisme kerja flavonoidsebagai anti bakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstra seluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri dan merusak membran sel tanpa bisa diperbaiki kembali (Juliantina, 2008).Flavanoid membantu mempercepat proses granulasi karena dapat melancarkan pembuluh darah dan dapat memecah thrombus yang berperan penting dalam peruses pembekuan darah jika tubuh mengalami luka (Agrobisnis, 2015). Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau triterpena. Selain membentuk kolagen saponin juga memiliki aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: imunodulator, anti tumor, anti virus, anti jamur. Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi,
dapat
menyebabkan
hemolisis.Saponin
bermanfaat
dalam
pembentukan kolagen yang akan mempengaruhi keberadaan sel di semua jaringan ikat (tulang rawan membran kapiler dan kulit), sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka (Rahmawati, 2007). Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecilsenyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Depkes RI, 2000).
METODE PENELITIAN Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk pembuatan simplisia (kain hitam, blender, ayakan no 30) untuk pembuatan ekstrak (panci, kain flanel, waterbath) untuk pembuatan gel (timbangan analitik, gelas ukur 25 ml, beaker glass, cawan penguap, mortir dan stamfer, sudip, spatula, dan pot plastik) untuk pembuatan luka bakar (penginduksi panas atau lempeng logam 2 cm, gunting, pisau cukur) untuk mengukur diameter luka (jangka sorong), mengukur uji stabilitas gel (plat kaca, stik pH universal, kaca bulat, penggaris). Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun pare(Momordica charanti L.), etanol 70%, CMC Na, Gliserin, Propilenglikol, Aquadest, Alkohol 70%, NaCl 0,9%, Kloroform, Tikus putih jantan galur wistar.
PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat, yaitu : 1. Determinasi yang dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Diponegoro. 2. Penelitian yang dimulai dari maserasi, pembuatan gel dan sampai dengan penyembuhan luka bakar, dilakukan di Laboratorium Farmasi stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Pembuatan ekstrak daun pare metode maserasi.Ditimbang 300 g serbuk simplisia ditambah dalam panci kemudian dimasukkan etanol 70% sebanyak 2250 ml. biarkan selama 5 hari. Maseratdisaringmenggunakan kain flannel dan tampung pada wadah. Ampas diremaserasi dengan pelarut etanol 70% 750 ml,disaring kembali menggunakan kain flannel dan campur maserat I dan II dicampur. Uapkan dengan menggunakan waterbath pada temperatur 50ºC hingga diperoleh ekstrak kental.
Pembuatan gel : disiapkan semua bahan yang akan digunakan, bahan ditimbang sesuai dengan formula yang ada, CMC Na di masukkan ke dalam mortir, ditambahkan metilparaben,gliserin, propilen glikol dan air sedikit demi sedikit dengan pengadukan secara kontinyu hingga terbentuk gel. ekstrak dengan konsentrasi 2%, 5%, dan 7% dilarutkan dalam sebagian air kemudian dipanaskan pada suhu 50ºC, itambahkan ekstrak sedikit demi sedikit sambil diaduk secara kontinyu. Uji stabilitas fisik meliputi : a. Uji Organoleptik Gel diuji kestabilannya dengan cara disimpan pada suhu kamar (27oC) kemudian diamati warna dan bau (Lieberman, 1989). Pengamatan dilakukan selama 14 hari. b. Uji Homogenitas Pengamatan homogenitas gel dilakukan dengan cara gel diambil masing-masing formula secukupnya dan dioleskan pada plat kaca, diraba dan diterawang (Voight, 1995). Pengamatan dilakukan selama 14 hari. c. Pengukuran pH Pengukuran pH menggunakan indikator universal yang dicelupkan kedalam sediaan gel, didiamkan sesaat dan dicatat pH.Pengukuran dilakukan selama 14 hari (Sari dan Isadiartuti, 2006). d. Uji Daya Sebar Pengukuran daya sebar dilakukan selama 14 hari.0,5 gram gel diletakkan di tengah kaca bulat, diatas gel diletakkan kaca bulat lain dan dibiarkan selama 1 menit lalu diukur diameter gel yang menyebar. Beban 50 g diletakkan diatas kaca bulat diamkan 1 menit, diukur diameter gel yang menyebar, dilakukan berulang sampai penambahan beban 150 gram dengan interval waktu sama kemudian catat diameter gel yang menyebar (Voight, 1995). e. Uji Daya Lekat Gel 0,5 gram dioleskan pada plat kaca. Kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu, dan ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit,
setelah itu beban dilepas. Waktu dicatat sampai kedua plat saling lepas (Voight, 1995). Pengamatan dilakukan selama 14 hari. Uji efektifitas luka bakar pada penelitian ini 25 ekor tikus dibagi 5 kelompok.Tikus sebelumnya dianastesi menggunakan kloroform, bulu pada bagian punggung tikus dicukur kemudian luka bakar dibuat dengan menginduksi panas selama 5 menit. Alat penginduksi panas lempeng logam berdiameter 2 cm. tikus diberi perlakuan dengan dioleskan masing-masing 0,1 g sediaan yaitu: Perlakuan A: Luka bakar dioleskan gel ekstrak daun pare dengan konsentrasi 2% 3x sehari Perlakuan B: Luka bakar dioleskan gel ekstrak daun paredengan konsentrasi 5% 3x sehari. Perlakuan C: Luka bakar dioleskan gel ekstrak daun pare dengan konsentrasi 7% 3x sehari. HASIL Hasil determinasi daun pare (Momordica charanti L.): konci determinasi: 1b,2b, 3b,. Golongan 2: tanaman dengan alat pembelit. 27a,28b, 29b, 30b, 31b. Famili 118: Cucurbitaceae. 1a. 2b, 3b, Genus: Momordica. Spesies: Momordicacharantia L. (Pare, Pepare, Paria). Berdasarkan hasil determinasi diperoleh kesimpulan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalahMomordica charantiL. atau tanamandaun pare. Ekstrak kental diperoleh berwarna hitam pekat sebanyak 56,40 gram dan rendemen sebanyak 15,60 % yaitu lebih dari 10%, hal ini berarti bahwa tanaman daun pare tersari dengan baik. Uji stabilitas fisik gel, uji homogenitas gel pada semua konsentrasi menunjukkan hasil yang homogen dan tidak menggumpal, berarti gel mempunyai homogenitas yang baik dan stabil. Uji pemeriksaan organoleptis yang dilakukan didapat hasil dari hari pertama hingga hari ke 14 gel tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau berarti gel memiliki kestabilan organoleptis. Uji pH gel tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu
masih dalam rentang normal. Rentang normal pH yaitu 4,5-6,5. Gel pada semua variasi mempunyai daya lekat yang stabil pada hari pertama hingga hari ke 14 berarti gel memiliki kemampuan yang baik untuk melekat pada kulit. gelpada semua variasi mempunyai daya sebar yang baik dari hari pertama hingga hari ke 14. Tabel4.7Data HasilPengamatanPersentaseKesembuhan Perlakuan Hewan uji % kesembuhan Mean±SD Kontrol negatif 1 31,5 39,5±5,35 2 43,5 3 45 4 40 5 37,5 Kontrol positif 1 100 95±5,00 2 90 3 95 4 90 5 100 Gel ekstrak 1 60 60±9,35 daun pare 2 50 konsentrasi 2% 3 55 4 60 5 75 Gel ekstrak 1 75 78,50±4,18 daun pare 2 80 konsentrasi 5% 3 75 4 85 5 77,5 Gel ekstrak 1 85 93±5,70 daun pare 2 100 konsentrasi 7% 3 95 4 90 5 95
Keterangan :kontrol negatif: gel tanpaekstrakdaun pare Kontrol positif: bioplacenton ® Dari tabel dapat diketahui bahwa persentase kesembuhan paling optimal terjadi pada perlakuan kelompok formulasi 3, yaitu gel ekstrak daun pare dengan konsentrasi 7% dimana persentase kembuhannya sebanding dengan kontrol
positif. Pada perlakuan kelompok kontrol negatifmemberikan hasil penyembuhan yang paling lama jika dilihat dari rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya karena kontrol negatif tidak mengandung zat aktif. Daun pare memiliki kandungan saponin, flavonoid dan. Saponin merupakan salah satu senyawa yang mampu memacu pembentukan kolagen, protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka sekaligus mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk penyembuh luka terbuka (Ganiswarna, 1995).Flavonoid sebagai antiseptik dan antibakteri (Harbone, 1987). Tabel 4.10uji post hoc LSD Perbandingan perlakuan P-Value Kesimpulan persentase penyembuhan K (-) VS K (+) 0,000 Berbeda signifikan K (-) VS F1 0,000 Berbeda signifikan K (-) VS F2 0,000 Berbeda signifikan K(-) VS F3 0,000 Berbeda signifikan K(+) VS K (-) 0,000 Berbeda signifikan K (+) VS F1 0,000 Berbeda signifikan K (+) VS F2 0,000 Berbeda signifikan K (+) VS F3 0,615 Berbeda tidak signifikan F1 VS K (-) 0,000 Berbeda signifikan F1 VS K (+) 0,000 Berbeda signifikan F1 VS F2 0,000 Berbeda siginfikan F1 VS F3 0,000 Berbeda signifikan F2 VS K (-) 0,000 Berbeda signifikan F2 VS K (+) 0,000 Berbeda signifikan F2 VS F1 0,000 Berbeda signifikan F2 VS F3 0,001 Berbeda signifikan F3 VS K (-) 0,000 Berbeda signifikan F3 VS K (+) 0,615 Berbeda tidak signifikan F3 VS F1 0,000 Berbeda signifikan F3 VS F2 0,001 Berbeda signifikan Keterangan: K (-) :kontrol negatif K (+):kontrolpositif F1
: formulasi 2% b/b F2
F3
: formulasi 5% b/b
: formulasi 7% b/b
Hasil uji LSD gel ekstrak daun pare konsentrasi 2% berbeda signifikan dengan konrtol positif dengan nilai signifikan 0,000 ≤ 0,05 gel ekstrak daun pare konsentrasi 2% berbeda signifikan dengan gel ekstrak daun pare 5% dan 7% dengan nilai signifikan 0,000 ≤ 0,05 hal itu berarti gel ekstrak daun pare 2% memiliki efek penyembuhan luka yang berbeda dengan gel kontrol positif serta gel ekstrak daun pare konsentrasi 5% dan 7%, begitu juga antara gel ekstrak daun pare konsentrasi 5% berbeda signifikan dengan gel ekstrak daun pare konsentrasi 7% dan kontrol positif dengan nilai signifikan 0,000 ≤ 0,05 hal itu berarti antara gel ekstrak daun pare konsentrasi 2%, 5% dan kontrol positif memiliki efek penyembuhan yang berbeda. Sedangkan kontrol positif dan gel ekstrak daun pare konsentrasi 7% berbeda tidak signifikan dengan nilai signifikan 0,615 ≥ 0,05 hal itu berarti antara kontrol positif dengan gel ekstrak daun pare 7% memiliki efek penyembuhan yang sebanding. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Formulasi gel ekstrak daun pare dengan variasi konsentrasi 2%, 5%dan 7% b/b memenuhi syarat kestabilan fisik.
2.
Gel ekstrak daun pare (Momordica charanti L.) mempunyai efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan.
3.
Formulasi gel ekstrak daun pare dengan konsentrasi 7% memiliki efek penyembuhan luka bakar sebanding dengan bioplacenton ®.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa flavonoid dan saponin yang ada pada tumbuhan daun pare untuk membantu pengobatan penyakit yang dapat diatasi dengan daun pare (Momordica charanti L.).
UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada tim peneliti, LABORATORIUM Ekologi dan Bioteknologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika, UNDIP, STIKES NGUDI WALUTO yang telah membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M., dan Agus, S.P., 2013, Buku Pintar Perawatan Pasien Luka Bakar, Gosyen Publishing, Yogyakarta. Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta :Agromedia Pustaka. Ansari, S.A., 2009, Skin pH and Skin Flora, In Handbook of Cosmetics Science and Technology, Edisi ketiga, 222-223, informa healthcare USA, New York. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed ke-4, oleh Farida Ibrahim, 390-398, UI Press, Jakarta.York. Baririet BD. Konsep luka.Basic Nurs Dep UMM. 2011. Bitter Melon: Ampalaya (bitter melon, kugazi, Balsam pear) (fruit) (Momordica Charantia, Karela) [Online]. 2005 [cited 2008 Dec 19]. Available from: URL:http://lecnaturalhealingsolutions.com/plants/bittermelon.html Chapagain, B.P., dan Wiesman, Z., (2005), “Larvicidal Activity of the Fruit Mesocarp Extract of Balanites aegyptiaca and its Saponin Fractions against Aedes aegypti”, Dengue Bulletin , 29 Dalimartha,Setiawan. 2008. Atlas tumbuhan obat indonesia. Jilid 5.Jakarta : Pustaka Bunda,126-133. Departemen Kesehatan RI. 2000. Materia Medika Indonesia. Jilid VIII Jakarta: Depkes RI Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Sigla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, vol. 84-102. Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Universitas Indonesia, Jakarta. Hamzah, M, Mazwadehet al, 2006, Anti-Inflammatory Activity ofAchillea and Ruscus Topical Gel on Carrageenan-Induced Paw Edema in Rats, Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Research, 63(4): 277-280. Harborne, JB., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, oleh K. Padmawinata, Edisi II, ITB Press, Bandung Herdiana, Y., 2007, Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin Dalam Aktivitas Sebagai Pencerah Kulit, Skripsi, Universitas Padjajaran Bandung
Juliantina FR. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. JKKI - JKedokt dan Kesehat Indones. 2008. Junqueira, L.C., J, Carneiro and Kelly, R.O., 1997, Histologi Dasar, Ed ke-8, oleh Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Lachman, L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, oleh Siti Suyatmi, UIPress, Jakarta. Lieberman., Rieger and Banker 1989, Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-2, Marcel Dekker Inc. 495-498, New York. 64 Lindeboom, N., (2005), “Studies on The Characterization, Biosynthesis and Isolation of Starch and Protein from Quinoa (Chenopodium quinoa Willd)”, Thesis, University of Saskatchewan, Saskatoon Process WH, Care W. Proses penyembuhan dan penanganan luka.:1-19. Rachmawati S. Studi Makroskopi, dan Skrining Fitokimia Daun Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis.2007;(Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR surabaya). Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2005, Handbook of Pharmaucetical Excipiens, Pharmaceutical Press, American pharmaceutical Association, Amerika. Santoso, B. 2008.Ragam dan Khasiat Tanaman Obat.Jakarta : Agro Media Pustaka. Sari, R. dan Isadiartuti, D., 2006, Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.), Majalah Farmasi Indonesia, 17(4): 163-169. Subahar TS.Khasiat dan Manfaat Pare. Penerbit Agromedia Pustaka,Jakarta;2004. Sudarsono, Didik G, 2002, Tradisional,Yogyakarta
Tumbuhan
Obat
II,
Pusat
Studi
Obat
Syamsuhidayat, dan Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta. Tati Subahar. 2004. Khasiat & Manfaat Pare, si Pahit Pembasmi Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka, pp : 4-16, 45-46. Tranggono, R.I., dan F. Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia, Jakarta
Virdi J, Sivakami S, Shahani S,et al.Antihyperglycemic effects of three extracts from Momordica charantia. J Ethnopharmacol 2003;88(1):107-111. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, oleh Dr. Soenandi Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada Univercity Pres, Yogyakarta. Wade A, and Waller PJ., 1994, Handbook of farmaceutical Excipients Second Edition. The farmaceutical Press, London Wijayakusuma, 2006, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid III, Penerbit PustakaKartini, Jakarta