Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
1
AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN ILER (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR DENGAN METODE INDUKSI ALOKSAN ANTIDIABETIC ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OF ILER (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) LEAVES IN STRAIN WISTAR RATS USING ALLOXAN INDUCTION METHOD Yasmiwar Susilawati, Ahmad Muhtadi, Moelyono Moektiwardoyo, Putri Churnia Arifin Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor, Sumedang 45363 ABSTRAK Menurut data WHO, pada tahun 2014 total penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia mencapai 9 juta jiwa. Selain obat sintetik, obat tradisional cukup banyak digunakan oleh penderita DM. Penelitian terhadap beberapa spesies dari genus Plectranthus menunjukkan bahwa Plectranthus esculenthus dan P. amboinicus memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antidiabetes dan dosis efektif dari tanaman iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br) yang berasal dari genus yang sama dengan kedua tanaman di atas dan telah digunakan secara empiris sebagai antidiabetes oral. Pengujian aktivitas antidiabetes dilakukan dengan menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar yang diberi diabetogen aloksan. Tikus yang telah mengalami diabetes diberi ekstrak etanol daun iler dengan variasi dosis serta glibenklamid 0,5 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunakan metode amperometrik yang memanfaatkan reaksi enzimatis glukosa dehidrogenase dengan alat ukur glukometer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 200 mg/kgBB merupakan dosis yang memiliki aktivitas antidiabetes paling baik, diikuti oleh dosis 300 mg/kgBB, dengan persentase penurunan glukosa darah relatifnya berturut-turut 21,52% dan 3,64%, tetapi dosis 100 mg/kgBB tidak memiliki aktivitas antidiabetes. Aktivitas antidiabetes ekstrak dosis 200 mg/kgBB tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan glibenklamid yang memiliki persentase penurunan kadar glukosa relatif 21,35%. Kata kunci : iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.), antidiabetes, aloksan ABSTRACT Based on WHO data, in 2014 total of diabetic patient in Indonesia reach 9 million. In addition to synthetic drugs, traditional medicine widely used by diabetic patients. Research of several species from Plectranthus genus showed that Plectranthus amboinicus and P. esculentus have antidiabetic activity in rat. Therefore, it is necessary to do antidiabetic activity research and its effective dose of plants iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br) which derived from the same genus and has been used empirically as oral antidiabetic. Antidiabetic activity test conducted using white male Wistar rats which given diabetogen alloxan. Rat who had developed diabetes later given different dose of iler leaves ethanol extract and glibenclamide 0,5 mg/kgBB as a positive control. Blood glucose level was measured using amperometric method utilizing enzymatic reaction of glucose dehydrogenase which measured by glucometer. As a result, a dose of 200 mg / kg dose had the highest antidiabetic activity, followed by a dose of 300 mg / kg, the percentage decrease in relative blood glucose are 21,52% and 3,64% respectively, but a dose of 100 mg / kg didn’t have antidiabetic activity. Antidiabetic activity of 200 mg/kg dose of extract didn’t have any significant difference with glibenclamide, which has percentage decrease in relative blood glucose 21,35%. Keywords : iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.), antidiabetic, alloxan
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
2
9 juta jiwa dan 4,8 juta kasus diabetes
PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) adalah
yang tidak terdiagnosa (IDF, 2015).
suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya
disebabkan
hiperglikemia,
oleh
kurangnya
Terapi untuk penyakit DM dapat
yang
dibedakan menjadi terapi farmakologis
produksi
dan non farmakologis (Dipiro et al.,
insulin, resistensi insulin, atau keduanya
2011),
(Dipiro et al., 2011). Umumnya, DM
mengontrol kadar glukosa darah dan
digolongkan menjadi DM tipe 1 dan DM
mencegah komplikasi (Chang et al.,
tipe 2. DM tipe 1 (insulin dependent DM)
2013). Terapi non farmakologis berupa
diderita oleh 5-10% dari penderita DM,
pengaturan pola makan dan olahraga
terjadi karena adanya kerusakan sel β
secara
pankreas
menyebabkan
farmakologis meliputi pemberian insulin
ketergantungan insulin seumur hidup,
dan obat antidiabetes oral (Dipiro et al.,
sedangkan DM tipe 2 (non insulin
2011). Walaupun banyak obat antidiabetes
dependent DM) diderita oleh 90-95%
yang telah terbukti efektif, obat herbal
penderita DM, terjadi karena adanya
masih banyak diminati karena harganya
resistensi insulin, kurangnya produksi
yang murah dan efek samping yang dirasa
insulin, atau keduanya (Dipiro et al.,
lebih sedikit (Modak et al., 2007).
dan
2011).
yang
keduanya
teratur.
bertujuan
Sedangkan
terapi
Salah satu kelompok tanaman Pada
diabetes
tahun
melitus
2014,
mencapai
penderita
yang
9%
antidiabetes
dari
dapat
digunakan herbal
sebagai adalah
obat genus
populasi dunia yang berusia 18 tahun ke
Plectranthus. Plectranthus adalah suatu
atas (WHO, 2015). Di Indonesia sendiri
genus yang memiliki 300 spesies anggota,
pada tahun 2014, prevalensi diabetes pada
yang spesiesnya bisa ditemukan di Afrika,
usia dewasa (20-79 tahun) adalah 5,8%
Asia, dan Australia (Lukhoba et al.,
dengan total penderita diabetes sebanyak
2006). Beberapa spesies yang termasuk dalam genus Plectranthus telah terbukti
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
3
memiliki aktivitas antidiabetes. Salah
farmakologis yang juga serupa (Pan et al.,
satunya adalah Plectranthus esculentus
2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan
yang dapat menurunkan kadar HbA1C
penelitian mengenai aktivitas antidiabetes
pada tikus diabetes yang diinduksi dengan
dari Plectranthus scutellarioides, yang
streptozotocin (Eleazu et al., 2014).
merupakan anggota genus Plectranthus
HbA1C adalah hemoglobin terglikosilasi
dan juga secara empiris telah digunakan
yang dapat
rata-rata
sebagai obat antidiabetes tradisional di
kadar glukosa dalam darah (Mahdavi et
Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap
al., 2013). Selain itu, ekstrak etanol
tikus putih jantan diabetes yang diinduksi
Plectranthus
dengan aloksan.
menggambarkan
amboinicus
juga
telah
terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan
secara
BAHAN DAN METODE
signifikan BAHAN
(Viswanathaswamy Plectranthus
et
al.,
esculentus
2011).
dan
P.
amboinicus merupakan tanaman yang berasal dari Afrika (Agyeno et al., 2014; Arumugam et al., 2016), sedangkan spesies dari genus ini yang telah dikenal sebagai
obat
dibudidayakan Plectranthus
di
tradisional
dan
Indonesia
adalah
scutellarioides
Bahan simplisia
yang daun
digunakan iler
adalah
(Plectranthus
scutellarioides (L.) R. Br.) yang diperoleh dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang, Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan adalah aquades, etanol 70%, aloksan, glibenklamid,
toluen,
amonia
10%,
kloroform, asam klorida (HCl), pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, magnesium,
(Moektiwardoyo dkk., 2011).
amil alkohol, besi (III) klorida (FeCl3), Spesies yang berasal dari famili gelatin 1%, kalium hidroksida 5%, eter, atau genus yang sama sering memiliki pereaksi
Lieberman-Buchardat,
vanilin
kandungan kimia yang sama atau mirip 10%, asam sulfat (H2SO4), PGA 2%. sehingga
akan
memiliki
aktivitas
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
4
Hewan uji yang digunakan adalah tikus
Penapisan fitokimia dilakukan untuk
putih (Rattus novergicus) jantan galur
mengetahui golongan metabolit sekunder
Wistar umur 2-3 bulan dengan berat 150-
yang terkandung dalam ekstrak etanol
250 gram.
daun iler. Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Phytochemical Screening of Plants oleh Farnsworth pada tahun
METODE
1966 yang meliputi penapisan uji alkaloid, Pengumpulan
dan
Determinasi polifenol,
flavonoid,
tanin,
saponin,
monoterpenoid
dan
Simplisia kuinon, Bahan wilayah
tanaman Lembang,
diperoleh Jawa
dari Barat.
seskuiterpenoid,
serta
steroid
dan
triterpenoid.
Determinasi dilakukan di Laboratorium Uji Pola Kromatografi Lapis Tipis Taksonomi, Jurusan Biologi, Fakultas (KLT) Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Uji pola KLT dilakukan dengan
Universitas Padjadjaran.
menggunakan fasa diam plat silika Gf 254 Ekstraksi dan fasa gerak butanol : asam asetat : air Ekstraksi
simplisia
dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% selama 3 x 24 jam. Pelarut diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu
600C
sehingga
diperoleh
ekstrak cair. Ekstrak cair dikentalkan
dengan perbandingan 4 : 1 : 3. Pola kromatogram diamati di bawah sinar tampak serta sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. jarak bercak dari titik awal diukur dan dicatat untuk menghitung nilai Rf.
dengan pemanasan di atas penangas air Pengujian Aktivitas Antidiabetes 0
pada suhu 60 C. ekstrak kental dihitung rendemennya dan diukur kadar airnya.
Sebelum penelitian dimulai, tikus dipuasakan selama 18 jam (ad libideum)
Penapisan Fitokimia kemudian kadar glukosa darahnya diukur
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
5
menggunakan glukometer dan dijadikan sebagai kadar glukosa awal. Dilakukan menggunakan intraperitoneal
dosis
uji
1,
diberikan
ekstrak etanol daun iler dengan dosis
induksi
diabetes
aloksan
secara
dengan
4. Kelompok
dosis
175
100 mg/kg BB dalam suspensi PGA 2% 5. Kelompok
dosis
uji
2,
diberikan
mg/kgBB, kecuali tikus pada kelompok
ekstrak etanol daun iler dengan dosis
kontrol normal.
200 mg/kg BB dalam suspensi PGA
Setelah
48
jam,
tikus
yang
menunjukkan kadar glukosa darah >200 mg/dL
dikelompokkan
menjadi
5
kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol positif,
2% 6. Kelompok
dosis
uji
3,
diberikan
ekstrak etanol daun iler dengan dosis 300 mg/kg BB dalam suspensi PGA 2%
kontrol negatif, dosis uji 1, dosis uji 2, dan Pengukuran kadar glukosa darah
dosis uji 3. Selanjutnya kelompok tikus normal dan 5 kelompok tikus diabetes diberikan sediaan berikut secara peroral selama 6 hari berturut-turut:
dilakukan setiap hari selama 7 hari sejak hari
pertama
pemberian
sediaan,
menggunakan metode enzimatis dengan alat ukur glukometer. Dari data kadar glukosa darah yang diperoleh, dapat
1. Kelompok kontrol normal, diberikan dihitung
persentase
penurunan
kadar
suspensi PGA 2% glukosa darah relatif dari masing-masing 2. Kelompok kontrol negatif, diberikan kelompok uji. suspensi PGA 2% 3. Kelompok kontrol positif, diberikan glibenklamid dengan dosis 0,5 mg/kg BB dalam suspensi PGA 2%
Analisis Data Data persentase penurunan kadar glukosa darah relatif selanjutnya dianalisis secara statistika menggunakan desain
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016 analisis
varians
6
(ANAVA) serta uji
lanjutan Duncan pada taraf nyata 0,05.
HASIL PENELITIAN Pengumpulan Bahan dan Determinasi Simplisia daun iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) diperoleh dari Lembang, Jawa Barat. Hasil determinasi
Hasil Penapisan Fitokimia Tabel 1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Iler Golongan Metabolit Hasil Sekunder Alkaloid Polifenol + Tanin Flavonoid + Monoterpenoid dan sesquiterpenoid Steroid dan triterpenoid Kuinon Saponin + Keterangan: (+) = terdeteksi, (-) = tidak terdeteksi
tanaman menunjukkan bahwa tanaman termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Hasil Uji Pola KLT Magnoliophyta,
kelas
Magnoliopsida,
ordo Lamiales, famili Lamiaceae, genus Plectranthus
dan
spesies
Pletranthus
scutellarioides (l.) R.Br.). Hasil Ekstraksi Simplisia Pada proses ekstraksi, digunakan 368,62 gram simplisia daun iler dengan pelarut etanol 70%. Diperoleh ekstrak kental berwarna hitam kecoklatan yang berbau khas dan berasa pahit sebanyak 47,83 gram dengan rendemen ekstrak sebesar 12,97% dan kadar air sebesar 9% (v/b).
Tabel 2 Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Iler
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
7
Keterangan:
Hasil Pengujian Aktivitas Antidiabetes
1 2
Tabel 3 Kadar Glukosa Darah setiap Kelompok Tikus selama Pengujian Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Iler
3
4 5
6
Kontrol normal : PGA 2% Kontrol negatif: PGA 2% + aloksan 175mg/kgBB Kontrol positif : aloksan 175 mg/kgBB + glibenklamid 0,5 mg/kgBB Kelompok uji 1 : aloksan 175 mg/kg BB + ekstrak daun iler 100 mg/kgBB Kelompok uji 2 : aloksan 175 mg/kgBB + ekstrak daun iler 200 mg/kgBB Kelompok uji 3 : aloksan 175 mg/kgBB + ekstrak daun iler 300 mg/kgBB
Berdasarkan data pada Tabel 3, selanjutnya dihitung kadar glukosa darah relatif dan persentase penurunannya. Ratarata kadar glukosa relatif dari setiap kelompok ditampilkan pada Gambar 1.
Kadar glukosa darah relatif (%)
600 500
kontrol negatif
400
kontrol normal kontrol positif
300
ekstrak dosis uji 1 (100 mg/kgBB) ekstrak dosis uji 2 (200 mg/kgBB) ekstrak dosis uji 3 (300 mg/kgBB)
200 100 0 0
1
2
3 4 Waktu (Hari ke-)
5
6
7
Gambar 1 Grafik kadar glukosa darah relatif (%) tikus selama pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun iler Berdasarkan data kadar glukosa darah relatif yang telah didapat, persentase
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
8
penurunan kadar glukosa darah relatif (P)
ditampilkan dalam Gambar 2.
terhadap kontrol negatif dihitung dan
Persentase Penurunan Kadar Glukosa Relatif (%)
60 40 kontrol positif
20
ekstrak dosis uji 1 (100 mg/kgBB)
0 1
2
3
4
5
6
7
-20
ekstrak dosis uji 2 (200 mg/kgBB)
-40
ekstrak dosis uji 3 (300 mg/kgBB)
-60 -80
Waktu (Hari ke-)
Gambar 2 Grafik persentase penurunan kadar glukosa darah relatif (%) tikus terhadap kontrol negatif bahwa
glukosa kemudian
relatif
penurunan yang
dianalisis
telah secara
kadar didapat statistika
dengan menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) dengan α = 0,05 untuk melihat
apakah
terdapat
perbedaan
aktivitas
antidiabetes yang signifikan di antara
Hasil Analisis Data secara Statistika Persentase
terdapat
keempat
kelompok
uji.
Selanjutnya,
dilakukan analisis lanjutan dengan metode Duncan untuk melihat kelompok mana yang
memiliki
aktivitas
antidiabetes
paling baik.
perbedaan
aktivitas antidiabetes yang signifikan antar kelompok uji. Hasil analisis menunjukkan Tabel 4 Hasil Analisis Statistika Lanjutan terhadap Persentase Penurunan Kadar Glukosa Relatif dengan Metode Duncan Uji ekstrak dosis uji 1 (100 mg/kgBB) ekstrak dosis uji 3 (300 mg/kgBB) kontrol positif ekstrak dosis uji 2 (200 mg/kgBB) Sig.
N 28 28 28 28
1 -11,0660
Subset 2
3
3,6379
1,000
1,000
21,3502 21,5212 ,977
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
9
Pada hasil analisis ini terlihat bahwa ketiga kelompok ekstrak dosis uji
yang
mungkin
terkandung
dalam
simplisia.
berada pada subset yang berbeda, hal ini
Penapisan
fitokimia
dilakukan
menunjukkan bahwa ketiga kelompok ini
pada ekstrak kental daun iler untuk
memiliki perbedaan aktivitas antidiabetes
mengetahui golongan metabolit sekunder
yang signifikan.
yang terkandung di dalam ekstrak. Menurut
Moektiwardoyo,
dkk.
(2011) daun iler mengandung metabolit
PEMBAHASAN Ekstrak etanol adalah sediaan yang
sekunder golongan fenol, tanin, alkaloid,
paling umum digunakan pada penelitian
flavonoid,
awal mengenai aktivitas farmakologis
penapisan fitokimia yang telah dilakukan,
suatu tanaman. Hal ini dikarenakan pada
hanya polifenol, flavonoid dan saponin
penelitian awal seperti ini, masih belum
yang terdeteksi di dalam ekstrak. Hal ini
diketahui
yang
mungkin disebabkan kandungan alkaloid
bertanggung jawab atas efek farmakologis
dan tanin pada ekstrak terlalu kecil
dari tanaman, oleh karena itu perlu
sehingga tidak terdeteksi pada penapisan
digunakan pelarut universal yang dapat
fitokimia.
melarutkan
senyawa
metabolit
mana
sekunder
saponin.
Namun,
pada
dari
Setelah didapatkan ekstrak kental
berbagai tingkat polaritas, seperti etanol
daun iler, selanjutnya dilakukan pengujian
yang bersifat semi polar.
aktivitas
antidiabetes
dengan
metode
menggunakan hewan uji tikus putih
maserasi dengan etanol 70% dipilih
(Rattus novergicus) jantan yang telah
sebagai metode ekstraksi untuk mencegah
diberi
kerusakan senyawa-senyawa termolabil
intraperitoneal
Pada
penelitian
ini,
diabetogen
mg/kgBB.
aloksan
dengan
dosis
secara 175
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016 Sebenarnya,
10
terdapat
beberapa
metode untuk menginduksi DM pada
penurunan kadar glukosa relatif yang berarti pada kelompok ini.
hewan uji, namun metode induksi aloksan
Pada kelompok kontrol positif,
dipilih untuk digunakan dalam penelitian
tikus telah mengalami diabetes pada hari
ini karena harganya yang lebih murah
ke-1,
dibandingkan diabetogen lain (misalnya
318,75%. Kadar glukosa relatif pada
streptozotosin/STZ)
kelompok ini sempat mengalami kenaikan
dan
dapat
dengan
kadar
glukosa
relatif
menimbulkan kondisi DM pada hewan uji
pada
dalam waktu yang relatif singkat.
mengalami penurunan secara bertahap
hari
ke-2
namun
kemudian
Hasil pengukuran kadar glukosa
sehingga mencapai nilai 279,83% pada
relatif pada Gambar 1 menunjukkan
hari ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa kadar glukosa relatif kelompok
glibenklamid
kontrol
kelompok
normal
perubahan
berarti
tidak
mengalami
selama
8
hari
yang ini
diberikan
memiliki
pada
aktivitas
antidiabetes.
pengamatan. Pada hari ke-0 dan ke-7
Pada kelompok ekstrak dosis uji 1
kadar glukosa relatifnya adalah 100% dan
(100 mg/kgBB), tikus telah mengalami
107,55%.
diabetes pada hari ke-1 dengan kadar
Pada kelompok kontrol negatif,
glukosa relatif 511,87%. Kadar glukosa
terlihat bahwa tikus telah mengalami
relatif
diabetes pada hari ke-1 dengan kadar
mengalami kenaikan pada hari ke-4
glukosa relatif 395,65%. Kadar glukosa
namun kembali mengalami penurunan
relatif pada kelompok ini mengalami
pada hari-hari berikutnya. Pada hari ke-7
fluktuasi selama 7 hari pengamatan,
kadar glukosa relatifnya adalah 357,41%.
namun pada hari ke-7, kadar glukosa
Pada hari terakhir pengamatan, kadar
relatifnya
ini
glukosa reatif kelompok ini lebih tinggi
terjadi
daripada kelompok kontrol positif maupun
adalah
menunjukkan
391,66%.
bahwa
tidak
Hal
pada
kelompok
ini
terlihat
dua dosis uji lainnya, namun lebih rendah
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
11
daripada kelompok kontrol negatif. Hal ini
relatif kelompok ini mengalami penurunan
menunjukkan bahwa ekstrak daun iler
secara bertahap setiap harinya hingga
dengan dosis 100 mg/kgBB memiliki
mencapai nilai 329,49% pada hari ke-7.
aktivitas antidiabetes, namun aktivitasnya
Pada grafik terlihat bahwa kadar glukosa
lebih rendah daripada kelompok uji
relatif kelompok ini masih lebih tinggi
lainnya.
daripada kelompok kontrol positif maupun
Pada kelompok ekstrak dosis uji 2
dosis uji 2, namun lebih rendah daripada
(200 mg/kgBB), tikus telah mengalami
kelompok dosis uji 1 maupun kontrol
diabetes pada hari ke-1 dengan kadar
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
glukosa relatif 457,03%. Kemudian, kadar
ekstrak daun iler dengan dosis 300
glukosa relatifnya mengalami penurunan
mg/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes
secara bertahap setiap harinya sehingga
namun lebih rendah daripada kelompok
mencapai nilai 240,167% pada hari ke-7.
kontrol positif dan dosis uji 2.
Dari grafik, terlihat bahwa kadar glukosa relatif
kelompok
rendah
darah relatif yang telah didapat, persentase
dibandingkan dengan kelompok lainnya,
penurunan kadar glukosa darah relatif (P)
bahkan
terhadap kontrol negatif dihitung dan
jika
kelompok
ini
paling
Berdasarkan data kadar glukosa
dibandingkan
kontrol
positif.
dengan Hal
ini
ditampilkan dalam Gambar 2.
menunjukkan bahwa ekstrak daun iler
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan dosis 200 mg/kgBB memiliki
persentase penurunan kadar glukosa relatif
aktivitas antidiabetes yang lebih baik
terhadap
dibandingkan
masing-masing
dengan
kelompok-
kelompok lainnya.
kelompok
kontrol
kelompok
negatif, memiliki
persentase penurunan kadar glukosa relatif
Pada kelompok ekstrak dosis uji 3
yang berbeda. Hampir semua kelompok
(300 mg/kgBB), tikus telah mengalami
memiliki persentase penurunan glukosa
diabetes pada hari ke-1 dengan kadar
darah relatif yang bernilai negatif pada
glukosa relatif 468,06%. Kadar glukosa
hari
pertama
dan
kedua.
Hal
ini
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
12
menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes
2 dan 21,35% untuk kontrol positif. Selain
baru mulai terlihat pada hari ketiga,
itu,
kecuali kelompok ekstrak dosis uji 1 yang
penurunan kadar glukosa relatif pada
baru menunjukkan aktivitas antidiabetes
kelompok ini mengalami peningkatan
pada hari keempat.
secara perlahan setiap harinya. Hal ini
terlihat
juga
bahwa
persentase
Berdasarkan grafik pada Gambar 2
menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes
terlihat bahwa kelompok ekstrak dosis uji
dari ekstrak daun iler dengan dosis 200
1 memiliki persentase penurunan kadar
mg/kgBB terhadap tikus yang diinduksi
glukosa
aloksan hampir sama dengan glibenklamid
relatif
yang
paling
rendah
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok
ini
memiliki
yang digunakan sebagai kontrol positif.
rata-rata
Sedangkan kelompok ekstrak dosis
persentase penurunan kadar glukosa relatif
uji
sebesar -11,81%. Hal ini menunjukkan
penurunan kadar glukosa relatif yang
bahwa pemberian ekstrak etanol daun iler
lebih
dengan
kelompok ekstrak dosis uji 1, namun
dosis
100
mg/kgBB
tidak
3
terlihat
besar
persentase
dibandingkan
masih
tikus yang diinduksi aloksan.
kelompok ekstrak dosis uji 2 dan kontrol
menunjukkan
bahwa
positif,
rendah
dengan
memiliki aktivitas antidiabetes terhadap
Grafik
lebih
memiliki
dengan
dibandingkan
rata-rata
persentase
kelompok ekstrak dosis uji 2 memiliki
penurunannya sebesar 3,64%. Hal ini
persentase penurunan kadar glukosa relatif
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
yang hampir sama dengan kelompok
etanol
kontrol positif, sedangkan jika dilihat dari
memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus
rata-ratanya, kelompok ekstrak dosis uji 2
yang
memiliki persentase penurunan kadar
aktivitasnya lebih rendah daripada dosis
glukosa relatif yang sedikit lebih tinggi
200 mg/kgBB.
dibandingkan dengan kontrol positif, yaitu 21,52% untuk kelompok ekstrak dosis uji
dengan
diinduksi
Persentase glukosa
relatif
dosis
300
aloksan,
penurunan yang
telah
mg/kgBB
namun
kadar didapat
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016 kemudian
dianalisis
13
secara
statistika
dengan menggunakan metode Analisis
3. Sedangkan kelompok dosis uji 1 tidak memiliki aktivitas antidiabetes.
Varian (ANAVA) dengan α = 0,05 untuk melihat
apakah
analisis
data
ini
perbedaan
menunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes
aktivitas antidiabetes yang signifikan antar
dari ekstrak daun iler tidak mengalami
kelompok uji. Hasil analisis menunjukkan
peningkatan dengan adanya peningkatan
bahwa
aktivitas
dosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh
antidiabetes yang signifikan di antara
perbedaan viskositas pada sediaan yang
keempat
Selanjutnya,
diberikan. Sediaan ekstrak dengan dosis
dilakukan analisis lanjutan dengan metode
300 mg/kgBB memiliki viskositas yang
Duncan untuk melihat kelompok mana
lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan
yang
ekstrak dosis 200 mg/kgBB dikarenakan
terdapat
terdapat
Hasil
perbedaan
kelompok
memiliki
uji.
aktivitas
antidiabetes
paling baik.
volume pemberian yang diseragamkan
Hasil analisis ini memperlihatkan
untuk setiap tikus, yaitu 1 mL/100 gram
bahwa ketiga kelompok ekstrak dosis uji
BB. Sediaan yang memiliki viskositas
berada pada subset yang berbeda, hal ini
lebih tinggi akan lebih sulit untuk
menunjukkan bahwa ketiga kelompok ini
diabsorpsi di saluran cerna sehingga
memiliki perbedaan aktivitas antidiabetes
kemungkinan sediaan ekstrak dosis 300
yang signifikan. Namun, kelompok dosis
mg/kgBB
uji 2 berada pada subset yang sama
dibandingkan sediaan ekstrak dosis 200
dengan kelompok kontrol positif, yang
mg/kgBB yang akhirnya berpengaruh
menunjukkan tidak adanya perbedaan
pada aktivitas antidiabetes yang lebih
aktivitas antidiabetes yang signifikan di
rendah. Selain itu, hal ini memang sering
antara kedua kelompok ini. Dengan
terjadi pada pengujian aktivitas ekstrak
demikian,
tanaman
kelompok
menunjukkan
aktivitas
dosis
uji
2
antidiabetes
tertinggi, diikuti oleh kelompok dosis uji
lebih
karena
sedikit
ekstrak
diabsorbsi
masih
mengandung campuran berbagai senyawa, yang
saling
bekerjasama
untuk
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
14
menghasilkan efek farmakologis. Namun
sebagai kontrol positif, yang memiliki
dengan
persentase penurunan kadar glukosa
peningkatan
dosis,
jumlah
senyawa kimia yang dikandung semakin banyak
sehingga
merugikan
terjadi
yang
darah relatif sebesar 21,35%.
interaksi
mengakibatkan
penurunan aktivitas farmakologis.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antidiabetes fraksi polar, semi polar, dan non polar dari
SIMPULAN DAN SARAN
ekstrak etanol daun iler (Plectranthus
SIMPULAN
scutellarioides (L.) R.Br). 1. Ekstrak etanol daun iler (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus putih
DAFTAR PUSTAKA
(Rattus novergicus) galur Wistar yang
Agyeno, O.E., A.A. Jayeola, B.A. Ajala,
diinduksi diabetes dengan aloksan. 2. Ekstrak etanol daun iler dengan dosis 200
mg/kgBB
memiliki
aktivitas
& B.J. Mamman. 2014. Exomorphology of Vegetative Parts Support
the
Combination
of
antidiabetes tertinggi, diikuti oleh dosis
Solenostemon rotundifolius (Poir)
300
J.K. Morton with Plectranthus
mg/kgBB
dengan
persentase
penurunan kadar glukosa relatifnya
esculentus
masing-masing 21,52% dan 3,64%
(Lamiaceae) with
tetapi
Infra-Spesific Variability. Int J
dosis
memiliki
100 aktivitas
mg/kgBB
tidak
antidiabetes.
Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol
N.
E.
Br.
Natal
Insight
into
Bioflux Society, 6 (1):16-25. Arumugam, G., M.K. Swamy, & U.R.
daun iler dosis 200 mg/kgBB tidak
Sinniah.
memiliki perbedaan yang signifikan
amboinicus
dengan glibenklamid yang digunakan
Botanical,
2016.
Plectranthus
(Lour.)
Spreng:
Phytochemical,
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
15
Pharmacological and Nutritional Significance. Molecules, 21.
Farnsworth, W.R. 1966. Biological and Phytochemical
Chang, C.L.T., Y. Lin, A.P. Bartolome, Y.C. Chen, S.C. Chiu, & W.C.
Screening
of
Plants. J Pharm Sci, 55(3). IDF (International Diabetes Federation).
Yang. 2013. Herbal Therapies for
2015.
Type
(https://www.idf.org/membership/
2
Diabetes
Mellitus:
Chemistry, Biology, and Potential Application of Selected Plants and Compounds.
J
Complementary
Evid
Based
Altern
Med,
2013:1-33.
Indonesia
wp/indonesia). Lukhoba, C.W., M.S.J. Simmonds, & A.J. Paton.
2006.
Plectranthus:
A
Review of Ethnobotanical Uses. J Ethnopharmacol, 103:1-24.
Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R.
Mahdavi, A.R., K. Etemad, M. Haider,
Matzke, B.G. Wells, & L.M.
and & S.M. Alavinia. 2013. The
Posey. 2011. Pharmacotherapy: A
effect
Pathophysiologic
Physician
Eleazu,
Approach
pp
of
Seeing on
the
a
Family
Level
of
1205, 1209-1211. New York: Mc
Glycosilated Hemoglobin (HbA1c)
Graw Hill Medical.
in Type 2 Diabetes Mellitus
C.O.,
K.C.
Eleazu,
S.C.
Chukwuma, J. Okoronkwo, & C.U. Emelike. 2014. Effect of Livingstonepotato esculenthus
(Plectranthus
12 (2). Modak, M., P. Dixit, J. Londhe, S. Ghaskadbi,
&
T.P.A.
on
Devasagayam. 2007. Indian Herbs
Antioxidant
and Herbal Drugs Used for the
Activity and Lipid Metabolism of
Treatment of Diabetes. J Clin
Streptozotocin Induced Diabetic
Biochem Nutr, 40(3):163-173.
Hyperglycemia,
N.E.Br)
Patients. J Diabetes Metab Disord,
Rats. Toxicology Reports, 1:674681.
Farmaka Vol. 14 No. 2 2016
16
Moektiwardoyo, M., J. Levita, S.P. Sidiq,
Modern Therapies. J Evid Based
K. Ahmad, R. Mustarichie, A.
Complementary
Subarnas, & Supriyatna. 2011. The
2013:1-25.
Altern
Med,
Determination of Quercetin in
Viswanathaswamy, A.H.M., B.C. Koti, A.
Plectranthus scutellarioides (L)
Gore, A.H.M. Thippeswamy, &
R.Br. Leaves Extract and Its In
R.V.
Silico Study on Histamine H4
Antihyperglicemic
Receptor.
Antihyperlipidemic
Majalah
Farmasi
Indonesia, 22(3):191-196.
Kulkarni.
Plectranthus
Pan, S.Y., S.H. Zhou, S.H. Gao, Z.L. Yu,
Normal
and
2011. and Activity
amboinicus
of on
Alloxan-Induced
S.F. Zhang, M.K. Tang, J.N. Sun,
Diabetic Rats. Indian J Pharm Sci,
D.L. Ma, Y.F. Han, W.F. Fong, &
73(2):139-145.
K.M. Ko. 2013. New Perspectives
WHO.
2015.
Diabetes
on How to Discover Drugs from
(http://www.who.int/mediacentre/f
Herbal
actsheets/fs312/en/).
Medicines:
Outstanding
CAM’s
Contribution
to