FORMULASI DAN EVALUASI KRIM PEWARNA RAMBUT ALAMI EKSTRAK DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina, L) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi DIII Farmasi
Oleh : FAUZIYANI NIM. 13DF277017
PROGRAM STUDI DIII FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
FORMULASI DAN EVALUASI KRIM PEWARNA RAMBUT ALAMI EKSTRAK DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina, L)1 Fauziyani2 Anna L Yusuf, S.Far.,Apt3 Via Fitria, M.Si4
INTISARI Pewarna rambut alami menjadi pilihan untuk memperbaiki penampilan rambut karena tidak berbahaya dan tidak menimbulkan alergi. Salah satu tanamannya yang dapat menghasilkan warna alami adalah pacar air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pewarnaan dari krim yang mengandung ekstrak daun pacar air. Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid.Untuk mendapatkan ekstrak daun pacar air digunakan metode maserasi dengan pelarut etil asetat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak daun pacar air telah memenuhi tahap evaluasi meliputi uji organoleptik (teksturnya setengah padat, warna Hijau pekat kehitaman, dan bau khas ekstrak), uji homogenitas (sediaan krim homogen), uji pH (pH krim tidak sesuai standar SNI produk pewarana rambut yang telah ditetapkan yaitu 7,0-12,0), uji daya sebar (ketiga formula berkisar 5- 7 sesuai parameter yaitu 5 -7 cm). Jadi sediaan krim yang paling baik adalah pada formula 1, namun pada effektifitas pewarnaan yang paling baik adalah formula 3 karena mengandung 60% ekstrak daun pacar air.
Kata Kunci
: Formulasi, Krim Pewarna Rambut, Esktrak Daun Pacar Air
Keterangan
:1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing 1, 4 nama pembimbing 2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Pewarna rambut merupakan salah satu sediaan kosmetika yang berisiko cukup tinggi dibandingkan dengan produk kosmetika lainnya yang relatif lebih aman. Dewasa ini banyak orang mulai bosan dengan rambut mereka terutama orang asia yang memiliki rambut berwarna hitam, sehingga mereka mewarnainya dengan cat pewarna rambut. Pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut, baik untuk mengembalikan warna asalnya atau menutupi uban atau untuk membuat warna lain. Namun pewarnaan rambut dikaitkan dengan kanker dan bahaya lainnya. Hubungan antara cat rambut dan kanker pada manusia memang belum 100 persen terbukti. Pada hewan, peneliti melihat bahwa bahan kimia pada cat rambut bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian di Barat
menyebutkan bahwa ada
hubungan yang erat antara pewarnaan rambut dengan naiknya risiko pengidap kanker. Misalnya, riset yang dilakukan American Cancer Society dan FDA pada tahun 1994, menyebutkan bahwa perempuan yang menggunakan pewarna rambut hitam selama lebih dari 20 tahun berisiko tinggi dari penyakit Hodgkins lymphomo (limfoma Hodgkins) dan multiple mieloma (penyakit yang ditandai dengan penyebaran tumor ganas dalam berbagai tulang pada tubuh), seperti halnya penyakit leukemia. Dr. Samuel Epstein dan David Steinman, penulis buku “The Safe Shopper's Bible” juga menggaris bawahi adanya keterkaitan antara lamanya penggunaan pewarna
rambut
meningkatnya
permanen
penderita
dan
limpfoma
1
semi
permanen
Hodgkins
dan
dengan leukemia.
2
Penelitian lain yang dilakukan Harvard School of Public Health dan University of Athens Medical School pada tahun 1993, yaitu meningkatnya
risiko
terjangkit
kanker
ovarium
pada
70%
perempuan yang mewarnai rambut dengan pewarna rambut permanen 1-4 kali pertahun. (Organic Beauty, Josephine Fairly) Dalam sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.,
ia
mengatakan
bahwa
Rasulullah
SAW
bersabda.
“Sesungguhnya yang terbaik untuk mewarnai rambut beruban kalian adalah menggunakan “inai” dan katam.” (HR. Asbab as Sunan). Sudah dijelaskan dalam hadits bahwa sesungguhnya yang paling baik dalam mewarnai rambut adalah menggunakan inai atau henna dan katam, yaitu tumbuhan yang mengandung zat warna alami. Adapun merubah warna rambut dengan warna hitam murni, maka tidak boleh bagi laki-laki maupun wanita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"يا َُِّْي ََّلا اُِّ ِّ ا َوُِّ َي َ َْ)ملسم هَُِّ( ََ اَْاُِّ َا َاِّ ِّ و "Rubahlah warna uban itu, dan jauhi warna hitam." (HR. Muslim, no. 2102) Indonesia merupakan kawasan nan subur dan beriklim tropis. Salah satu tanamannya yang dapat menghasilkan warna alami adalah pacar air. Pacar air (Impatiens balsamina L ) kita tentu sangat tidak asing dengan tanaman yang satu ini. Tumbuhan ini di beberapa daerah di kenal sebagai tanaman untuk mempercantik kuku, dengan menempelkan daun pacar air yang telah di tumbuk di atas kuku dan membiarkan hingga kering akan memberikan warna kuning tua alami pada kuku. Pacar air merupakan tanaman yang mudah tumbuh dengan sendirinya tanpa perlu perawatan yang khusus. Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid.
3
Penggunaan pewarna rambut tentunya kurang baik, karena cat pewarna rambut tersebut banyak mengandung bahan kimia yang dapat merusak jaringan di dalam rambut. Sehingga, pemakaian zat warna alami dalam sediaan kosmetika sebagai suatu solusi, sangat dibutuhkan karena efek sampingnya yang relatif kecil juga untuk lebih memanfaatkan potensi alam indonesia yang kaya akan tanaman yang mengandung zat warna alami. Tentunya akan lebih baik jika kita dapat memanfaatkan tanaman disekitar kita untuk dijadikan pewarna rambut alami, yang aman dan tidak merusak rambut indah yang kita miliki. Uraian diatas membuat penulis tertarik untuk membuat pewarna rambut alami yang berasal dari alam. Tumbuhan yang akan digunakan yaitu Pacar air (Impatiens balsamina L) merupakan tumbuhan
yang
sering
dijumpai
dan
tidak
sulit
untuk
membudidayakannya, sehingga penulis dapat dengan mudah mendapatkan bahan dasar untuk penelitian dan membuatnya menjadi sediaan farmasi. Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi selanjutnya bahwa tidak hanya daun inai atau henna yang dapat di jadikan pewarna untuk rambut yang berasal dari tumbuhan. Pada tanaman pacar kuku penggunaan yang telah dikenal adalah dibuat dalam bentuk pasta dengan menambahakan air panas dan tetesan air jeruk nipis untuk memberikan suasana asam. Bentuk pasta tersebut memberikan rasa kurang nyaman saat pemakaainnya. Kemudian pada penelitian sebelumnya oleh Ratna W pada tahun 2009 dibuat sediaan dalam bentuk gel dari infus tanaman pacar kuku ( Lawsonia inermis, L). Untuk lebih mempermudah penggunaannya, penulis tertarik membuat sediaan krim dari ekstrak daun Pacar air (Impatiens balsamina L ) sebagai pewarna rambut karena akan lebih mudah di cuci dan tidak lengket.
4
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yang bertipe air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a). (anief, 1999) B.
Batasan Masalah Sediaan dalam bentuk krim untuk pewarna rambut alami dan uji evaluasi organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji Daya Sebar, dan uji efektifitas warna.
C.
Rumusan Masalah 1. Apakah daun pacar air dapat dibuat sediaan krim sebagai pewarna rambut alami? 2. Sediaan krim manakah yang dapat menghasilkan warna paling baik berdasarkan perbedaan konsentrasi
yang telah
di
tentukan? D.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Membuat sediaan farmasi dari ekstrak daun pacar air (Impatiens Balsamina L.) Sehingga dapat berkhasiat sebagai pewarna rambut alami dalam bentuk krim. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui formulasi yang paling baik dari sediaan krim ekstrak daun pacar air
(Impatiens Balsamina L)
dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda. b. Untuk mengetahui evaluasi sediaan krim ekstrak daun pacar air (Impatiens Balsamina L) dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda.
5
E.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai dasar evaluasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pewarna rambut alami yang berbahan dasar dari tanaman pacar air (Impatiens Balsamina L) dan dapat menjadi acuan untuk meneliti zat khusus yang terkandung dalam daun pacar air sehingga dapat memberikan warna alami. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan informasi bagi masyarakat
bahwa tanaman
pacar air tidak hanya berguna sebagai tanaman hias tetapi dapat digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat seperti pewarna rambut alami dalam sediaan krim.
6
F.
Keaslian Penelitian
Judul
Nama
Tempat
Tahun
Persamaan
Perbedaan
Hasil
Pembuatan
Soraya
Lab
2009
Pembuatan
Isolasi zat
Sediaan gel
sediaan
Ratna W
Sistematika
sediaan
warna, jenis
dari infus
pewarna
Tumbuhan,
pewarna
tumbuhan
pacar kuku
rambut dalam
jurusan
rambut dari
dan bentuk
yang
bentuk gel dari
Biologi,
tumbuhan
sediaan.
memenuhi
infus pacar
Fakultas
dan
stabilitas ph
kuku (Lawsonia
Matematika
perbandingan
dan
inermis, L)
dan Ilmu
dengan
viskositas,
Pengetahuan
Henna
dibanding
Alam,
kemasan.
infus serbuk
Universitas
henna
Padjadjaran.
kemasan.
Senyawa
Morina
Jurusan
Antibakteri Dari
Adfa
2007
Menggunaka
Meneliti
Aktifitas
Kimia,
n daun pacar
senyawa
biologis
Daun Pacar Air
Fakultas
air (Impatiens
antibakteri
terhadap
(Impatiens
Matematika
Balsamina
dari daun
bakteri uji
Balsamina
Dan Ilmu
Linn.).
pacar air
Staphylococc
Linn.)
Pengetahuan
(Impatiens
us aureus
Alam,
Balsamina
dan Bacillus
Universitas
Linn.)
cereus
Bengkulu,
memperlihatk
Indonesia.
an aktivitas antibakteri 0,5–0,6 kali tetrasiklin.
Formulasi krim
Fauziyan
Lab
pewarna
i
Membuat
Isolasi zat
Farmasetika,
sediaan
warna, jenis
rambut dari
Program studi
pewarna
tumbuhan
ekstrak daun
DIII Farmasi
rambut .
dan bentuk
pacar air
STIKes
(Impatiens
Muhammadiy
Balsamina
ah Ciamis.
Linn.)
2016
Menggunaka n daun pacar air (Impatiens Balsamina Linn.)
Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian
sediaan. Meneliti senyawa antibakteri
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Kajian Teori 1.
Deskripsi Rambut Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang
ada dalam lapisan dermis dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit. Bagian rambut yang ke luar dari kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmaja, 1997). Batang-batang rambut merupakan penempatan sel-sel tanduk yang berbeda dalam panjang, tebal, dan warnanya. Rambut tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas (Bariqina dan Ideawati, 2001). Rambut berfungsi sebagai mahkota kecantikan, disamping itu rambut juga berfungsi sebagai pelindung kulit. Pertama sebagai pelindung
terhadap
rangsang
fisik
seperti
panas,
dingin,
kelembaban, dan sinar. Kedua sebagai pelindung terhadap rangsang mekanik seperti pukulan, gosokan, dan tekanan serta ketiga sebagai pelindung terhadap rangsang kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat (Ditjen POM, 1985). Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna (Ditjen POM, 1985). Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, dan ini sering kurang disukai keberadaannya. Rambut menjadi putih dapat disebabkan karena hilangnya aktivitas enzim dalam sel pigmen dan bisa juga akibat faktor keturunan (Ditjen POM, 1985).
7
8
Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut, yaitu mengecat rambut putih (uban) agar tetap nampak hitam. Warna rambut pada manusia bermacam-macam, ada yang berwarna
hitam, merah kecokelatan, cokelat, keemasan atau
pirang dan sebagainya (Emma, 1999). Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk
mewarnai rambut, baik untuk
mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985).
2. Klasifikasi Tumbuhan Pacar Air
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Geraniales
Suku
: Balsaminaceae
Genus
: Impatiens
Jenis
:Impatiens
balsamina
Linn
(Depkes, 1994). Gambar 2.1 Daun Pacar Air
9
3. Nama Daerah Nama daerah dari tumbuhan pacar air adalah lahine (Nias), paruinai (Jawa) atau pacar banyu, kimbong (Jakarta), bunga taho (Sulawesi), inai anyar (Maluku), pacar foya (Nusa tenggara). (Hariana, 2008) 4. Morfologi Tumbuhan Pacar Air Pacar air merupakan tanaman herba yang bersifat biennial, yaitu tumbuhan yang untuk menyelesaikan daur hidupnya berkisar antara lebih dari satu tahun sampai dua tahun dengan tinggi dapat mencapai ± 80 cm. Bentuk akar dari bunga pacar air ini adalah serabut. Pacar air merupakan tanaman herba berbatang basah (herbaceus), lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Pacar
air
biasanya
ditanam
sebagai
tanaman
hias.
Berdasarkan arah tumbuhnya, batang utama tumbuhan ini tegak lurus (erectus) yaitu arah tumbuh batang utama beserta percabangannya tegak lurus ke atas. Percabangan dari tanaman ini adalah percabangan monopodial yaitu batang utama selalu tampak lebih jelas, karena lebih besar dan lebih panjang dari cabang-cabangnya. Daunnya tunggal incompletus karena tidak memiliki vagina, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya bergerigi (serratus), ujung
meruncing
(acuminatus),
tulang
daun
menyirip
(penninervis). Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi dengan panjang sekitar 6-15 cm dan lebar 2-3 cm. Bagian bunga pacar air memiliki bunga tunggal dengan aneka macam warna ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka
10
ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan buku, yang lain lepas dan lebih pendek. Ada 5 benang sari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas, memiliki 5 kepala putik. Buah pacar air bertipe buah kendaga atau regma,dan bila telah masak buahnya yang seukuran seruas jari kelingking dengan biji-biji di dalamnya akan pecah dengan sendirinya. Biji bunga pacar air bijinya tanpa endosperm dengan lembaga yang lurus. 5. Kandungan Kimiawi Tanaman Pacar Air Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga diantaranya antosianin dan kamperol, pada biji mengandung saponin dan fixel oil dan pada akarnya mengandung sianidin dan monoglikosida (Dalimartha, 2003). Ada juga kandungan racunnya. Oleh karena itu harus diperhatikan kontra indikasi pemakaian (Anonymous, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya, daun pacar air mengandung : kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. 6. Senyawa Kuionon Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan 2 ikatan rangkap
karbon–karbon. Untuk tujuan identifikasi, kuinon dapat dipilah
11
menjadi 4 kelompok: 8 benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan
kuinon
isoprenoid.
Tiga
kelompok
pertama
biasanya
terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Harborne, 1987). Antrakuinon tumbuhan
terhidroksilasi
secara
bebas
tidak
tetapi
sering
sebagai
terdapat glikosida.
dalam Semua
antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik . Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga laporan mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hatihati. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik (Robinson, 1995). 7. Sifat dan Khasiat Biji pacar air rasanya pahit, pedas, sifatnya hangat, dan sedikit toksik. Berkhasiat sebagai penghenti perdarahan (hemostatis), meningkatkan fungsi pencernaan, mempunyai efek melunakan massa yang keras (tumor), anti kanker, peluruh haid, dan mempermudah persalinan (parturifasien) (Hariana, 2008). Biji
digunakan
untuk
mengatasi
terlambat
haid,
sulit
melahirkan, rasa tersumbat ditenggorokan, bengkak akibat terbentur dan tumor perut. Bunga digunakan untuk mengatasi terlambat haid, dan bengkak karena gumpalan bekuan darah. Daun digunakan untuk mengatasi radang kulit bernanah, bisul dan radang pinggir kuku (cantengan). Akar digunakan untuk mengatasi rematik, leher kaku dan sakit pinggang (Dalimartha, 2003).
12
8. Ekstraksi a. Pengertian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas (Depkes RI, 1995). Ekstraksi
adalah
suatu
proses
yang
dilakukan
untuk
memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979). b. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen POM, 2000). Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari, 2011). Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel basah dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat
13
aktif sehingga zat aktif akan larut. Adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan
zat
aktif
didalam
sel
dengan
diluar
sel,
menyebabkan larutan yang pekat didalam sel didesak keluar (Arifulloh, 2013). Kelebihan cara maserasi adalah pekerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan. Kelemahan cara maserasi adalah banyak pelarut yang terpakai dan waktu yang dibutuhkan cukup lama (Anonim, 2011). 9
Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yang bertipe air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a). (anief, 1999) Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: a. Emulsi minyak dalam air, kulit mudah dibersihkan dengan air. Emulsi minyak dalam air (vanishing cream) merupakan basis yang dapat dicuci dengan air. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semi permiabel, setelah air menguap pada tempat yang digunakan (Lachman et al., 1994). b. Emulsi air dalam minyak, kulit mudah dibersihkan dengan minyak (Joenes, 1998). Emulsi air dalam minyak merupakan basis krim pendingin (cold cream). Emulsi air dalam minyak dari sediaan semi padat cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit. Suatu lapisan tipis minyak pelindung tetap berada pada kulit sesuai dengan penguapan air. Penguapan air yang lambat memberikan efek mendinginkan pada kulit (Lachman et al., 1994).
14
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pembuatan krim adalah seleksi terhadap basis yang cocok, basis harus dapat campur secara fisika dan kimia dengan zat aktifnya, tidak merusak atau menghambat aksi terapi dari obat dan dapat melepas obat pada daerah yang diobati (Joenoes, 1998). Cera alba merupakan basis dan emulgator yang digunakan pada krim tipe A/M sedangkan asam stearat merupakan basis dan emulgator yang digunakan pada krim tipe M/A (Joenoes, 1998). Stabilitas krim rusak jika terganggu sistem campurannya terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau
pencampuran
dua
tipe
krim
jika
zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain (Anonim, 1979). Sebagai penstabil krim, dapat ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang dapat digunakan ialah nipagin 0,12%-0,18% dan nipasol 0,02%- 0,05% (Anief, 1999). Menurut Anief (1994), kualitas dasar krim yaitu : a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar. b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. c. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. d. Terdistibusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan, dan
15
mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/ sulit diusap, mudah/ sulit dicuci air (Anwar, 2012). Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. Selain itu tidak terjadi penyumbatan dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim asam stearat (Voight,1994). Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/ lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran
mengental.
Bila
larutan
berair
tidak
sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991) 10. Monografi bahan dalam formulasi a. Paraffin liquidum Nama Resmi
: Paraffinum Liquidum.
Nama Lain
: Parafin Cair, Minyak Mineral.
Pemerian Parafin liquidum adalah cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna atau putih keruh seperti lilin, tidak berbau, dan hampir tidak mempunyai rasa, agak
16
berminyak saat disentuh. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1979). Parafin dalam pembuatan krim dapat digunakan sebagai stiffness (Armstrong, 2006). Paraffin bersifat stabil, meskipun berulang-ulang dilelehkan namun ia akan mudah mengubah bentuk fisik seperti semula kembali. Paraffin harus disimpan pada temperatur tidak lebih dari 40oC pada wadah yang tertutup dengan baik (Armstrong, 2006). b. Acidum stearicum Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat. Nama Resmi
: Acidum Stearicum
Nama Lain
: Asam Stearat
Titik Lebur
: 54oC.
Titik didih
: 34oC
Pemerian
:Zat
padat
keras
mengkilat
menunjukkan
susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan
:Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian
etanol
(95%),
dalam
2
bagian
kloroform dan dalam 3 bagian eter. Peyimpanan
:Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).
Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai emulgator
atau
zat
pengemulsi
dan
solubilizing
agent
(Armstrong, 2006). Pada krim tipe M/A adanya asam stearat dapat menyebabkan krim menjadi lebih lunak sehingga viskositasnya semakin rendah. Jenis basis yang mempunyai viskositas tinggi akan menyebabkan koefisien difusi suatu obat dalam basis menjadi rendah, sehingga pelepasan obat dari basis akan kecil (Lachman et al., 1989)
17
c. Triaethanolamin (TEA) Nama Resmi
: Triaethanolaminum
Nama Lain
: Trietanolamina
Pemerian
: Cairan kental, tidak bewarna hingga kuning pucat;
bau
lemah
mirip
amoniak;
higroskopik. Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. (Anonim, 1979)
Trietinolamin
adalah
berbagai
campuran
terdiri
dari
terutama 2-2-2- nitrilotreietanol (C2H4OH)3N, bersama dengan 2,2-iminoloisetanol dan sejumlah kecil 2-aminoetanol (Anonim, 1995). Biasanya dikombinasikan dengan zat asam yang mengandung lemak untuk membentuk sabun mudah larut dalam air (Trietinolamin stearat) (Voigt, 1984). d. Aqua destilata Sinonim
: Air suling, aquades.
Khasiat
: Sebagai zat pelarut.
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa (Anonim,1979).
e. Etil Asetat Nama resmi
: Acidum aceticum
Nama lain
: Cuka
Pemerian
: cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam, tajam
Kelarutan
: dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan dengan gliserol.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: zat tambahan.
18
B.
Kerangka Berfikir
Input : Daun Pacar Air
Proses : 1. Ekstrak Daun Pacar Air, 2. Formulasi krim pewarna rambut dari ekstrak daun pacar air, 3. Uji stabilitas fisik sediaan, Uji efektifitas pewarnaan.
Output : Hasil
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
C.
Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka di dapat dugaan sementara bahwa daun pacar air dapat dibuat sediaan bentuk krim tipe M/ A dan konsentrasi yang paling tinggi yaitu 60% dapat menghasilkan warna paling baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adfa. (2007). Senyawa Antibakteri dari Daun Pacar Air (impatiens Balsamina linn). Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Bengkulu. Indonesia Vol. 4 No. I Januari 2008 : 318-322. Anief. (1999). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press. Anief, (1994), Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Anwar, Effionora. (2012). Ansip dalam Sediaan Farmasi (Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta : Dian Rakyat. Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Puspa Swara. Halaman 198. Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I. Departemen Kesehatan RI. (1978). Formularium Nasional Edisi II. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1985). Formularium Kosmetika. Jakarta : Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Depkes RI. Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah: Kosasih. Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 49. Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Cetakan Kelima. Penebar Swadaya. Jakarta
30
Joenoes, N., 1998, Ars Prescribendi (Resep Yang Rasional), Airlangga University Press, Surabaya. Kingsley, P. (2003). The Hair Bible : A Complete Guide to Helath and Care. Aurum Press Ltd. Lachman., dkk. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press. Lachman, L., dkk, (1989), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jakarta : UI Press. Mulyana. (2002). Ekstraksi Senyawa Aktif Alkaloid, Kuinon, dan Saponin dari Tumbuhan Kecubung Sebagai Larvisida dan Insektisida terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Munson, J. W., 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Airlangga University Press, Surabaya. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung. Root, Morris. J. (1972). Cosmetics Sience and Teknologi Second Volume. John Wiley & Soni. Inc. Tranggono. R.I., Latifan, F. (2007). BukuPegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia. Voight Rudolf. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Voigt, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soewandi N. S., Edisi 5, Yogjakarta, Gadjah Mada University Press. Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI Press.
30