FORMALDEHID FORMALDEHYDE 1. N a m a Golongan Aldehid (15) Sinonim / Nama Dagang (2,5,7,8) Fannoform;
Floguard
1015;
Formalith:
Formalin;
Formaldehyde,
gas;
Formaldehyde solution; Formic aldehyde; Formol; Fyde; Hoch; Ivalon; Karsan; Lysoform; Methaldehyde; Methyl aldehyde; Methylene oxide; Methanal, Morbicid; Oxomethane; Oxymethylene; Paraform; Superlysoform Nomor Identifikasi Nomor CAS
: 50-00-0 (2,8,15,16)
Nomor RTECS
: LP8925000 (2,8,10,16)
Nomor Indeks EC (8)
: 605-001-01 (larutan 5% - < 25%) 605-001-02 (larutan 1% - < 5%) 605-001-005 (larutan ≥ 25%)
Nomor EINECS
: 200-001-8 (1,15)
UN (8)
: 2209; 1198; 2213
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Formaldehid Deskripsi (1,2,4,5,8,10) Pada suhu ruang, formaldehid berbentuk gas tidak berwarna, mudah terbakar, beraroma tajam dan mengiritasi. Rumus molekul CH2O; Berat molekul 30,03; Titik didih 97oC (formalin); Titik lebur -92oC pada 760 mmHg; Titik nyala 60oc (formalin); Berat jenis (air=1) 1,081 (formalin); Mudah larut dalam air (air dingin dan air panas); Larut dalam alkohol, eter, aseton; Formalin dijual dalam bentuk larutan yang mengandung 30 – 50 % formaldehid dan 0 – 15 % metanol, yang ditambahkan untuk mencegah polimerisasi; Gas formaldehid sangat mudah larut dalam air, alkohol, dan pelarut polar lainnya; Larutan formaldehid 37% (formalin) dapat menjadi larutan yang mudah terbakar jika konsentrasi formaldehid atau
metanol tinggi; Pada kondisi biasa formalin dapat membentuk kabut, terutama pada suhu dingin, berbentuk paraformaldehid pada suhu yang sangat rendah. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) (1,10, 11): Larutan Formaldehid 37%: Kesehatan 3
= Tingkat keparahan sangat tinggi
Kebakaran 2
= Mudah terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Formaldehid gas: Kesehatan 4
= Tingkat keparahan amat sangat tinggi
Kebakaran 4
= Amat sangat mudah terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EC (1,12,13,15,16): T
= Beracun
C
= Korosif
R10
= Mudah menyala
R34
= Menyebabkan terbakar
R40
= Menyebabkan terbakar hebat
R43
= Dapat menyebabkan sensititasi karena bersinggungan / kontak dengan kulit
R23/24/25
= Beracun bila terhirup, bersinggungan/kontak dengan kulit dan tertelan
S16
= Jauhkan dari sumber nyala-dilarang merokok
S26
= Jika mengenai mata, bilas segera dengan sejumlah besr air dan cari pertolongan medis
S38
= Jika
ventilasi
tidak
memadai,
gunakan
peralatan
pernapasan yang tepat S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan
segera
bawa
ke
dokter/rumah
sakit/puskesmas (perlihatkan label kemasan) S51
= Hanya digunakan di lokasi yang berventilasi baik
S36/37
= Pakai/kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung
yang baik S36/37/39
= Pakai/kenakan pakaian pelindung, sarung tangan an pelindung mata/wajah
3. Penggunaan (2,3,4,5,8) Formaldehid digunakan sebagai fungisida, germisida, disinfektan, dan sebagai cairan pembalsem; digunakan dalam pembuatan sutra sintetik dan tekstil, lateks, fenol, urea, thiourea, dan resin melamin, dye, tinta, ester selulosa, cermin, dan bahan peledak; digunakan dalam industri kertas, fotografi, furnitur; sebagai fumigan antiseptik; sebagai bahan pengawet patologis; cairan formaldehid (formalin) digunakan dalam berbagai konsentrasi (biasanya 37%) sebagai disinfektan dan bahan untuk fiksasi jaringan; sebagai pengawet pada bahan pembersih di rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut pakaian, shampo mobil, bahan pembersih karpet; untuk pembuatan plastik fenolik (resin fenol formaldehid); sebagai bahan anti korosi dalam industri logam; sebagai pengawet kayu. 4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya
utama
terhadap
kesehatan:
Paparan
akut
formaldehid
dapat
menimbulkan iritasi atau luka bakar pada kulit, mata, dan membran mukosa, lakrimasi (mata berair), mual, muntah (kemungkinan berdarah), nyeri perut dan diare, kesulitan bernapas, batuk, pnemonia, edema paru, reaksi asmatik pada individu yang sensitif, hipotensi dan hipotermia sebelum terjadinya kolaps kardiovaskuler, letargi, pusing, konvulsi, koma. Telah dilaporkan pula terjadinya nefritis (peradangan ginjal), hematuria (urin mengandung darah), dan toksisitas hati
(1)
. Berbahaya jika terkena mata (menimbulkan iritasi dan bersifat korosif),
bila terhirup, terkena kulit (iritan, sensitizer, permeator) (10). Organ sasaran: Sistem saraf pusat
(9,13,15)
, ginjal, hati, kulit
sistem pernapasan, sistem pencernaan, mata, saraf mata Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup
(13,15)
, jantung, limpa,
(13)
.
Pada paparan 0,25 – 0,45 ppm dapat menyebabkan iritasi hidung dan tenggorokan. Konsentrasi 0,4 – 0,8 ppm dapat menyebabkan batuk dan bersin, dada terasa sesak, dan napas pendek. Paparan bahan dengan konsentrasi 4 ppm yang mendadak dapat menimbulkan iritasi berat pada paru-paru dan tenggorokan yang dapat menyebabkan bronkitis dan laringitis. Gangguan bernapas dapat timbul pada konsentrasi di atas 10 ppm serta kerusakan paru yang serius dapat timbul pada konsentrasi 50 ppm
(2)
.
Kontak dengan kulit Kontak langsung dengan cairan bahan dapat menyebabkan iritasi, gatal, luka bakar, kulit kering, dan kemungkinan reaksi alergi
(2)
. Dapat menyebabkan
sianosis pada anggota gerak (16). Kontak dengan mata Dapat menyebabkan mata berair (lakrimasi) dan iritasi. Percikan cairan bahan ini dapat menimbulkan kerusakan kornea. Paparan bahan dengan konsentrasi 0,052,0 ppm dapat menyebabkan iritasi mata
(2)
. Dapat menyebabkan konjungtivitis
dan kerusakan kornea (16). Tertelan Sedikitnya menelan 1 ons cairan bahan dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Jumlah
yang
lebih
sedikit
dapat
menimbulkan
kerusakan
kerongkongan, lambung, dan usus sehingga dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Tidak sengaja menelan bahan ini dapat menyebabkan ketidaksadaran, menurunnya tekanan darah, kerusakan ginjal, dan pada perempuan hamil dapat menyebabkan aborsi fetus
(2)
. Dapat menyebabkan
depresi sistem saraf pusat (16). Paparan jangka panjang Terhirup Paparan jangka panjang dapat menyebakan kongesti saluran napas yang disertai batuk dan napas pendek
(2)
. Paparan berulang terkait dengan timbulnya kanker
hidung dan nasofaring (16). Kontak dengan kulit Terpapar bahan melalui kontak kulit sehari-hari dapat menyebabkan kulit kering dan bersisik. Pada beberapa individu, kontak dengan bahan untuk pertama kali
dapat
menimbulkan
reaksi
alergi
dan
pada
paparan
berikutnya
dapat
menimbulkan ruam pada kulit dan reaksi asma dapat menjadi berat jika paparan berlangsung lama (2). Dapat menyebabkan dermatitis (11). Kontak dengan mata Dapat menimbulkan kerusakan mata (11). Tertelan Paparan berulang sejumlah kecil formaldehid dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, muntah, dan pusing. Telah dilaporkan pula terjadinya reaksi sensitisasi. Pada manusia yang menelan formaldehid pada susu selama 15 hari, mengalami nyeri lambung atau usus serta pusing. Gejala lain yang dilaporkan adalah rasa terbakar pada kerongkongan, sedikit penurunan suhu tubuh, ruam pada dada
(9)
.
5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas
: Stabil pada suhu dan tekanan normal (9,10)
Kondisi yang harus
: Panas, sumber api (nyala, percikan), bahan
dihindarkan Tak
tercampurkan
Tancampurkan
tancampurkan (10) / : Oksidator kuat, reduktor, alkali kuat, asam kuat, fenol, urea, isosianat, anhidrat, amina, senyawa azo, senyawa karbonil, oksida (misal nitrogen oksida),
asam
performat,
dithiokarbamat,
peroksida, logam alkali (2, 10,12) Bahaya dekomposisi produk
: Karbon monoksida, gas beracun dan mengiritasi, karbon dioksida, formaldehid (9), oksida fosfor, uap beracun dari oksida natrium (16)
Polimerisasi
: Polimerisasi dapat dihambat dengan penambahan metanol atau penstabil, seperti hidroksipropil metil selulosa, metil etil selulosa, isoftalobisguanamin (10)
.
6. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku.
Simpan di tempat yang sejuk dan kering dengan ventilasi yang baik (2, 11, 12, 13)
Simpan pada wadah yang tertutup rapat (2, 13).
Hindarkan dari cahaya matahari langsung, panas, nyala, dan percikan api
(2,
11, 13)
7. Toksikologi Toksisitas Data pada manusia: Data iritasi: Iritasi kulit: Iritasi ringan kulit-manusia 150 g/3 hari intermittent (9) Iritasi mata: Mata-manusia 4 ppm/5 menit
(9)
; Mata-manusia 1 ppm/6 menit
paparan non standar (9); Data toksisitas: TCL0 inhalasi-manusia 17 mg/m3/30 menit LDL0 oral-wanita 108 mg/kg
(6, 9)
; TCL0 inhalasi-pria 300g/m3
(9)
;
(6, 9)
; LDL0 jalur paparan tidak dilaporkan-pria 477
mg/kg (9). Data pada hewan (8,9,10) Data iritasi: Iritasi kulit: Iritasi ringan hingga sedang kulit-kelinci 0,1 – 20 %; iritasi ringan hingga sedang kulit-marmut 0,1 – 20 %; sensitisasi positif kulit-marmut 1% aplikasi terbuka; sensitisasi positif kulit-marmut 3% aplikasi terbuka; sensitisasi positif kulit-marmut 1% intradermal. Iritasi mata: Mata-kelinci 0,5 mL (tingkat 8 pada skala 10) Data toksisitas: LD50 oral-tikus 100 mg/kg; LD50 oral-tikus 800 mg/kg; LD50 subkutan-tikus 420 mg/kg; LD50 intravena-tikus 87 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus 984 mg/m3 selama 30 menit; LC50 inhalasi-tikus 578 mg/m3 selama 4 jam; LD50 oral-mencit 42 mg/kg; LD50 subkutan-mencit 300 mg/kg; LC50 inhalasi-mencit 400 mg/m3/2 jam; LC50 inhalasi-mencit 497 mg/m3 selama 4 jam; LD50 oral-marmut: 260 mg/kg; LD50 kulit-kelinci 270 mg/kg. Data Karsinogenik IARC
: Grup 1 – Karsinogen terhadap manusia (12,14,15)
ACGIH
: Grup A2 – dicurigai sebagai karsinogen terhadap manusia (10,15,16)
NTP
: Dicurigai sebagai karsinogen (9,15,16)
OSHA
: Karsinogen (9)
Data Mutagenik Telah dilaporkan terjadinya kerusakan genetik pada bakteri dan beberapa serangga akibat terpapar bahan
(2)
; bersifat mutagenik terhadap sel somatik
mamalia (10); telah dilaporkan adanya efek mutagenik terhadap manusia (13). Kerusakan DNA – fibroblast manusia 100 µmol/L; Inhibisi DNA – tipe sel manusia 210 µmol/L; Sintesis DNA tidak terjadwal – tipe sel tikus 50 µmol/L; Mutasi gen pada sel mamalia – limfosit manusia 130 µmol/L (9). Data Reproduksi Telah dilaporkan adanya efek merugikan pada sistem reproduksi hewan uji
(13)
.
Data Teratogenik Telah dilaporkan adanya efek teratogenik pada hewan uji (13). Informasi Ekologi Toksisitas pada ikan
: LC50 (12oC, 96 jam) black bullhead (Ameiurus melas) 62,1 mg/L (8); LC50 (12oC, 96 jam) channel catfish (Ictalurus punctatus) 65,8 mg/L (8); LC50
(12oC,
96
jam)
bluegill
(Lepomis
macrochirus) 100 mg/L (8); LC50 (12oC, 96 jam) lake trout (Salvelinus namaycush) 100 mg/L (8); LC50 (12oC, 96 jam) green sunfish (Lepomis cyanellus) 173 mg/kg (8); LC50 (96 jam) zebrafish (Danio rerio) 41 mg/kg (8)
;
LC50 (48 jam) golden orfe (Leuciscus idus) 22 mg/kg (8); LC50
(24
jam)
harlequin
heteromorpha) 76 mg/kg
fish
(Rasbora
(8)
;
LC50 (72 jam) Tilapia >38 mg/kg (8) Toksisitas pada invertebrata : LC50 (27oC, 24 jam) Daphnia magna 2 mg/L (8); perairan Toksisitas pada tanaman
LC50 (23oC, 48 jam) Daphnia magna 2 mg/L (8) : LC50 Scenedesmus quadricauda 0,3 mg/L (8);
perairan Toksisitas pada mikroba
LC50 (27oC, 24 jam) Scenedesmus 0,4 mg/L (8) : LC50 (25oC) Escherichia coli 1 mg/L (8); LC50 (25oC) Pseudomonas fluorescens 2 mg/L (8)
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Dapat menyebabkan iritasi saluran napas yang disertai nyeri tenggorokan, batuk, napas pendek, dan edema paru yang tertunda. Dapat menyebabkan luka bakar pada saluran napas, mual, muntah, dan sakit kepala (13). Kontak dengan kulit Dapat menyebabkan luka bakar (13). Kontak dengan mata Dapat menyebabkan iritasi mata dan mata berair (13). Tertelan Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan bila tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran cerna berat yang disertai nyeri perut, mual, muntah, dan diare, serta luka bakar pada saluran cerna
(13)
.
Keracunan kronik Terhirup Dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (13). Kontak dengan kulit Paparan jangka panjang atau berulang dapat menyebabkan eksim
(13)
.
Kontak dengan mata Dapat menimbulkan kerusakan mata (11). Tertelan Paparan berulang sejumlah kecil formaldehid dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, muntah, dan pusing. Telah dilaporkan pula terjadinya reaksi sensitisasi. Pada manusia yang menelan formaldehid pada susu selama 15 hari, mengalami nyeri lambung atau usus serta pusing. Gejala lain yang dilaporkan adalah rasa terbakar pada kerongkongan, sedikit penurunan suhu tubuh, ruam pada dada (9).
9. Pertolongan Pertama Terhirup Segera pindahkan dari tempat paparan ke tempat yang berudara segar. Jika terjadi kesulitan bernapas dapat diberikan oksigen. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10). Terhirup bahan yang serius: Segera pindahkan dari tempat paparan. Longgarkan bagaian pakaian yang kencang, seperti kerah baju, dasi, ikat pinggang. Jika terjadi kesulitan bernapas dapat diberikan oksigen. Jika korban tidak bernapas, dapat diberikan resusitasi jantung paru (RJP). Peringatan: Kemungkinan timbul bahaya pada penolong jika dilakukan RJP pada korban yang menghirup bahan beracun, menginfeksi, atau korosif. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10). Kontak dengan kulit Segera siram kulit dengan banyak air sekurangnya selama 15 menit. Dapat digunakan air dingin. Tutup kulit yang teriritasi dengan emolien. Lepas pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum digunakan kembali. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10). Kontak kulit yang serius: Cuci dengan sabun desinfektan dan tutupi kulit yang terpapar dengan krim antibakteri. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10). Kontak dengan mata Lepaskan lensa kontak jika menggunakannya. Segera cuci mata dengan air yang banyak (dapat digunakan air dingin) atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%), selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10). Tertelan Jangan merangsang muntah. Jangankan apapun melalui mulut pada pasien yang tidak sadar/pingsan. Longgarkan bagian pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang. Jika pasien menelan bahan dalam jumlah besar, segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (10).
Catatan bagi petugas medis: Berikan pengobatan simptomatik dan penunjang (9,13,15)
Antidotum: 1. Jika tertelan larutan yang mengandung metanol, perlu dilakukan evaluasi dan pengobatan menggunakan etanol dan asam folat, seperti pada keracunan metanol (3). 2. Keracunan format yang disebabkan formaldehid tunggal harus diobati dengan asam folat, tetapi infus etanol tidak efektif
(3)
.
10. Penatalaksanaan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB e. Obati bronkospasma dan edema paru jika ada. Berikan oksigen suplemental dan observasi selama sekurangnya 4-6 jam (3). f. Berikan larutan salin atau kristaloid lain secara intravena untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat gastroenteritis. Hindarkan cairan berlebih pada pasien yang terpapar bahan melalui inhalasi karena dapat menimbulkan risiko edema paru (3). g. Obati asidosis metabolik dengan natrium bikarbonat (3). Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. Jangan biarkan pasien menggosok matanya. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata. b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok. Lepaskan
pakaian,
arloji,
dan
sepatu
yang
terkontaminasi
atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. c. Dekontaminasi saluran cerna Berikan air untuk mengencerkan larutan formaldehid. Lakukan aspirasi cairan formaldehid dari lambung jika pasien telah menelan sejumlah besar bahan. Tergantung pada konsentrasi larutan dan kondisi pasien, pertimbangkan dilakukannya endoskopi untuk menghindari luka esofagus atau lambung. Pemberian arang aktif tidak diketahui efektivitasnya dan dapat mengaburkan endoskopi (3). Peningkatan eliminasi
1. Hemodialisis dapat efektif untuk menghilangkan metanol dan format serta untuk mengoreksi asidosis metabolik berat. Indikasi hemodialisis meliputi asidosis berat dan osmolar gap >10 mOsm/L
(3)
.
2. Alkalinisasi urin dapat membantu meningkatkan ekskresi format
(3)
.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan formaldehid: ACGIH TLV: 0,3 ppm (0,37 mg/m3) (7,15) OSHA TWA untuk larutan formaldehid 37%: 0,75 ppm (11) OSHA STEL untuk larutan formaldehid 37%: 2 ppm (11) NIOSH TWA: 0,016 ppm (15) NIOSH IDHL: 20 ppm (15) Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat untuk menjaga paparan serendah mungkin. Peralatan ventilasi harus tahan ledakan. Ventilasi harus mengacu pada persyaratan 29 CFR 1910.1048 (f) (9) Proteksi mata: Gunakan kacamata pengaman dan/atau pelindung wajah penuh dengan kombinasi pelindung pernapasan (15). Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia
(9) (15)
.
Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia
(15)
.
Respirator: Gunakan respirator yang direkomendasikan NIOSH/MSHA atau disetujui European Standard EN149 jika konsentrasi bahan melebihi batas paparan atau jika timbul iritasi atau gejala keracunan lain (15). 12. Manajemen Pemadam Kebakaran Kebakaran kecil: Gunakan bahan kimia kering, karbon dioksida, semprotan air atau busa (2). Kebakaran besar: Gunakan semprotan air, kabut atau busa. Pindahkan wadah dari tempat kebakaran jika dapat dilakukan tanpa menimbulkan risiko. Jangan
masukkan air ke dalam wadah. Semprotkan air pada wadah yang terpapar nyala hingga api padam (2). 13. Manajemen Tumpahan Hentikan tumpahan bahan jika dapat dilakukan tanpa menimbulkan risiko. Jangan sentuh tumpahan bahan. Gunakan semprotan air untuk mengurangi uap, tetapi jangan masukkan air ke dalam wadah. Tumpahan sedikit: Serap menggunakan pasir atau bahan penyerap lain yang tidak mudah terbakar, lalu masukkan ke dalam wadah untuk pembuangan. Tumpahan yang banyak: Buat tanggul jauh dari tumpahan bahan untuk pembuangan selanjutnya. Gunakan semprotan air fluorokarbon, cellosive, dan Hycar untuk mengurangi uap. Gunakan natrium karbonat, amonium hidroksida atau natrium sulfit untuk menetralkan tumpahan bahan. Gunakan jel, abu, bahan penyerap, atau serbuk semen untuk menyerap tumpahan
(2)
.
14. Daftar Pustaka 1. OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nasville, 1997. 2. Sittig, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens. Third Edition. Noyes Publications. New Jersey. 1991 3. ________,Balmes, J. Formaldehyde in Poisoning & Drug Overdose. Fifth Edition. Olson, K.R. (Eds.). McGraw-hill Companies, Inc. 2007. New York. 4. ________,http://www.toxinz.com/Spec/2121775# (diunduh November 2011) 5. ________,http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0275.htm (diunduh November 2011) 6. ________,http://msds.chem.ox.ac.uk/FO/formaldehyde.html November 2011)
(diunduh
7. ________,http://www.solutions.ca/WHMIS/docs/msds.pdf (diunduh November 2011) 8. ________,http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc89.htm November 2011)
(diunduh
9. ________,http://www.tedpella.com/msds_html/18508msd.htm November 2011)
(diunduh
10. ________,http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924095 November 2011)
(diunduh
11. ________,http://www.sciencestuff.com/msds/C1773.html (diunduh November 2011) 12. ________,http://www.chemblink.com/MSDS/MSDSFiles/50-00-0_SigmaAldrich.pdf (diunduh November 2011)
13. ________,http://fscimage.fishersci.com/msds/96726.htm (diunduh November 2011) 14. ________,http://monographs.iarc.fr/ENG/Classification/ClassificationsAlphaOr der.pdf (diunduh November 2011) 15. ________,http://www.2spi.com/catalog/msds/msds02614.html 16. ________,http://avogadro.chem.iastate.edu/MSDS/formaldehyde.htm
Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional Bidang Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM RI, Tahun 2011