FORMAL CAREGIVER STRAIN DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU PEMBIMBING KHUSUS
SKRIPSI
Oleh : Fajrul Islam 201110230311313
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
i
FORMAL CAREGIVER STRAIN DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU PEMBIMBING KHUSUS
SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Fajrul Islam 201110230311313
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
i
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Being Pada Nama Peneliti NIM Fakultas Perguruan Tinggi Waktu Penelitian
: Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Guru Pembimbing Khusus : Fajrul Islam : 201110230311333 : Psikologi : Universitas Muhammadiyah Malang : 18 September – 29 Desember 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal Dewan Penguji Ketua Penguji Anggota Penguji
: Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si 2. Hudaniah, S.Psi, M.Si 3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi
Pembimbing I
( ( (
) ) )
Pembimbing II
Yuni Nurhamida, S.Psi, M,Si
Ni'matuzahroh, S.Psi, M.Si
Malang, 29 Januari 2016 Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra.Tri Dayakisni, M.Si
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Fajrul Islam
Nim
: 201110230311333
Fakultas
: Psikologi
PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah ini yang berjudul : Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru Pembimbing Khusus 1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti noneksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Mengetahui,
Malang, 29 Januari 2016
Ketua Program Studi
Yang Menyatakan
Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si
Fajrul Islam
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru Pembimbing Khusus", sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga dibutuhkan adanya kritik dan saran yang membangun dari berbagai ahli dan praktisi psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini
penulis
ingin
menyampaikan
ucapan
terima
kasih
yang
sebesar-besarnya kepada : 1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Ibu Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si selaku dosen wali kelas Psikologi G dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingannya hingga selesainya skripsi ini. 3. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Para dosen dan staff Tata Usaha Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan pembelajaran serta proses pendewasaan. 5. Kedua orang tua penulis, Zaenal Abidin dan Basyaroh. Terimakasih atas kesabaran, ketekunan serta keuletan untuk merawat dan membimbing penulis tanpa keluh kesah, walaupun penulis tahu di setiap perjalanan hidupnya, keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. 6. Kakak tercinta dan keluarga kecilnya, Zakiyatul Fakhiroh, Iwan Badi’ dan si kecil Tiara terimakasih atas kepercayaan yang selalu diberikan untuk penulis. Serta semua keluarga yang telah memberikan dukungan dalam segala aspek mulai awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
iv
7. Keluarga besar Imroatuz Zakiyah yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan dukungan aspek lainya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi. 8. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2011 khususnya kelas G yang memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. 9. Keluarga di kontrakan perumahan Joyo Grand, terimakasih sudah banyak memotivasi, memberikan dukungan dan do’a. 10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 29 Januari 2016 Penulis
Fajrul Islam
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv DAFTAR ISI............................................................................................................ vi DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ viii ABSTRAK .............................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 2 TINJAUAN TEORI ................................................................................................. 4 METODE PENELITIAN............................... ......................................................... 9 1.
Rancangan Penelitian ....................................................................................... 9
2.
Subyek Penelitian ............................................................................................. 9
3.
Variabel dan Instrumen Penelitian .................................................................... 9
4.
Validitas Instrumen ........................................................................................... 10
5.
Reliabilitas Instrumen ....................................................................................... 10
6.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian............................................................... 11
HASIL PENELITIAN ............................................................................................. 12 DISKUSI ................................................................................................................. 14 SIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................. ................................................ 17 REFERENSI.......... .................................................................................................. 19
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ..............................................................
11
Tabel 2
Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian..........................................................
12
Tabel 3
Deskripsi Subjek ..............................................................................................
12
Tabel 4
Perhitungan T-Score Skala Caregiver Strain ...................................................
13
Tabel 5
Perhitungan T-Score Skala Subjective Well Being ...........................................
13
Tabel 6
Korelasi Caregiver Strain dengan Subjective Well Being ................................
13
vii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1
Blue Print Skala (Try Out) .....................................................................
22
LAMPIRAN 2
Kuesioner Try Out ...............................................................................
24
LAMPIRAN 3
Tabulasi Data Try Out ..........................................................................
30
LAMPIRAN 4
Output Hasil Try Out Skala Caregiver Strain ......................................
33
LAMPIRAN 5
Output Hasil Try Out Skala Subjective Well Being ..............................
35
LAMPIRAN 6
Blue Print Skala Penelitian ....................................................................
37
LAMPIRAN 7
Kuesioner Uji Coba .............................................................................
39
LAMPIRAN 8
Kuesioner Setelah Uji Coba ..................................................................
45
LAMPIRAN 9
Output Hasil Penelitian Skala Caregiver Strain ....................................
50
LAMPIRAN 10 Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being (item gugur) ...............................................................................................................................................
52
LAMPIRAN 11
Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being ............................
54
LAMPIRAN 12
Output Hasil deskripsi Data Penelitian ..................................................
56
LAMPIRAN 13
Output Hasil Uji Korelasi Product Moment ..........................................
58
LAMPIRAN 14
Output Hasil Uji Nilai Koefisien Determinasi.......................................
60
LAMPIRAN 15
Tabulasi Data Penelitian ........................................................................
62
LAMPIRAN 16
Surat Penelitian ......................................................................................
69
viii
Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru Pembimbing Khusus Fajrul Islam Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected]
Guru Pembimbing Khusus merupakan guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa yang bertugas menjembatani kesulitan anak disabilities, guru kelas dan guru mata pelajaran dalam proses pembelajaran. Tantangan yang masih terus dihadapi oleh Guru Pembimbing Khusus hingga saat ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menangani anak disabilities, sedangkan anak-anak tersebut membutuhkan banyak perhatian dan perawatan selama di sekolah. Keadaan tersebut menimbulkan reaksi subjektif yang bermacam-macam bagi Guru Pembimbing Khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara formal caregiver strain terhadap subjective well being pada guru pembimbing khusus di sekolah inklusi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuantitatif korelasi dengan skala caregiver strain dan skala subjective well being. Jumlah subjek 50 orang Guru Pembimbing Khusus di wilayah Malang, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisa data yang digunakan adalah korelasi product moment. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan subjective well being. Kata kunci : formal caregiver strain, subjective well being, guru pembimbing khusus, anak berkebutuhan khusus, pendidikan Inklusif.
Special guidance teacher is teacher with disabilities educational background that having job to bridge the difficulties of disability children, classroom teachers and subject teachers in the learning process. The challenge still faced by Special guidance teacher to the present is the lack of knowledge and skills in handling disabilities children, whereas these children need a lot of attention and care during the school day. The situations cause various subjective reactions for the Special Guidance Teacher. The purpose of this study is to know the relationship between the formal caregiver strain toward subjective well being on Special Guidance Teacher in school inclusion. The data collection methods used in this study is a quantitative correlation with caregiver strain scale and the scale of subjective well being. The subjects are 50 Special Guidance Teachers in Malang, using purposive sampling technique. The Data analysis method used in this study is the product moment correlation. The result of this study states that there is a significant negative relationship between caregiver strain and subjective well being. Keywords : formal caregiver strain, subjective well being, special guidance teacher, children with special needs, inclusive education.
1
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa melihat multidimensi perbedaan baik itu status sosial, budaya, keturunan dan lain-lain untuk memperoleh pendidikan yang ideal, dimana sistem tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan setiap anak. Hal tersebut sejalan dengan konsep inklusi menurut UNESCO (1994) yang didasarkan pada prinsip bahwa semua anak tanpa memandang kemampuan atau kecacatan memiliki hak dasar untuk dididik bersama teman-teman mereka di sekolah lokal. UNESCO mendefinisikan pendidikan inklusi sebagai sebuah pendekatan untuk mencari cara bagaimana mengubah sistem pendidikan guna menghilangkan hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara penuh dalam pendidikan. Hambatan tersebut dapat berhubungan dengan latar belakang suku, gender, status sosial, kemiskinan dan kecacatan. Pada umumnya, sekolah-sekolah umum hanya menyelenggarakan pendidikan reguler, dimana siswa-siswanya adalah anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan sangat lama dan menjadi kebiasaan umum bahwa anak-anak normal biasanya belajar di sekolah umum, sementara anak-anak berkebutuhan khusus belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Keadaan ini bisa terjadi karena pola pikir masyarakat sudah mengarah kepada pendidikan khusus bagi anak-anak berkebutuhan yang menempatkan mereka berbeda dengan siswa lain yang normal. Banyak hal yang dapat mempengaruhinya, mulai dari sikap orang tua yang tidak menerima kehadirannya, atau menerima tetapi menjadi overprotective, hingga stigma masyarakat yang menempatkan dalam kelas terpinggirkan, yang menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus kurang dapat mengakses pendidikan yang luas. Perlakuan yang seperti inilah yang kemudian membuat sebagian anak berkebutuhan khusus di Indonesia mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi, minder, tertutup, dan mengganggap dirinya hanya menjadi beban orang lain serta tidak berguna. Dalam kondisi seperti ini, pendidikanlah yang mampu menjembatani segala pola pikir kita untuk berubah dan mencoba memahami bahwa setiap anak mempunyai potensi masing-masing untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan di salah satu sekolah inklusi di Kota Surabaya pada tanggal 31 Oktober 2014. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara pada salah satu guru pembimbing khusus disekolah inklusi tersebut, diperoleh informasi bahwa tantangan yang masih terus dihadapi dalam pendidikan inklusi adalah kurangnya tenaga didik yang memiliki kemampuan linier sesuai dengan kebutuhan pendidikan, sedangkan anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan banyak perhatian dan waktu sehingga tidak mudah untuk mengajar mereka di kelas reguler. Para guru berpendapat bahwa kebanyakan dari mereka tidak memiliki keterampilan khusus mengenai anak-anak disabilities untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, sehingga mau tidak mau mereka harus beradaptasi dengan lingkungan pendidikan yang baru, dimana terdapat anak-anak yang tidak biasa di sekolah mereka. Keadaan tersebut tentunya menimbulkan reaksi subjektif yang bermacam-macam. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Newton (2014) yang memaparkan bahwa sembilan puluh persen dari guru yang diwawancarai menyatakan persepsi negatif mengenai pendidikan inklusi. Ia juga mengungkapkan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi persepsi negatif guru adalah kurangnya pelatihan dalam pendidikan khusus dan pendidikan inklusif, serta kurangnya sumber daya manusia. Penelitian lain yang juga
2
berkesinambungan dengan penelitian tersebut dikemukakan oleh Hansen dkk (2013) yang menyebutkan bahwa status pengasuh sebagian besar berhubungan dengan aspek-aspek kesejahteraan, dan efek ini lebih ditandai pada pengasuh perempuan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Cramm & Nieboer (2011) juga memaparkan bahwa stres yang terjadi pada orang tua dan perasaan depresi pada anak sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan psikologis dari pengasuh/perawat. Oleh karena itu, untuk melindungi kesejahteraan psikologis dari pengasuh/perawat, layanan dukungan harus membahas mengenai perasaan depresi di kalangan anak-anak cacat intelektual, memfasilitasi kegiatan sosial dari pengasuh/perawat, dan mengurangi stres mereka. Anak-anak berkebutuhan khusus yang kita tahu pada umumnya memiliki banyak kesulitan. Pada kemampuan interaksi sosial, mereka mengalami keterbatasan mengenai social awareness. Hal tersebut membuat anak-anak menjadi sulit untuk merasakan perasaan timbal balik, berbagi aktivitas atau kesenangan dengan orang lain, memahami perasan orang lain, serta dapat memunculkan berbagai perilaku yang tidak sesuai. Selain itu, mereka juga ada yang memiliki kesulitan untuk mengembangkan kemampuan bahasa, kesulitan melakukan percakapan timbal balik dan mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran tapi menunjukkan prestasi di bidang pelajaran lainnya. Dari fenomena tersebut, tampaklah bahwa anak-anak berkebutuhan khusus tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari mereka secara mandiri. Mereka membutuhkan orang lain yang dapat memahami kebutuhan mereka. Mereka juga membutuhkan orang lain untuk menentukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi mereka. Kondisi tersebut membuat individu membutuhkan cargiver dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang pendidikan sewaktu di sekolah. Cargiver merupakan seseorang yang dapat memberikan perawatan dan bantuan kepada anggota keluarga yang menderita ketidakmampuan fisik, gangguan mental, penyakit kronis atau anggota keluarga yang berusia lanjut (Duxbury, 2009). Caregiver dibutuhkan untuk memberikan bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, memberikan dukungan dan memantau kondisi kesehatan seseorang. Menurut Alliance (2012), caregiver dibagi menjadi dua kategori yaitu formal caregiver dan informal caregiver. Formal caregiver merupakan individu yang berasal dari organisasi kesehatan yang dipekerjakan untuk membantu merawat dan memenuhi kebutuhan seseorang dengan dua situasi, yaitu formal caregiver berada di suatu tempat untuk melakukan perawatan dan orang yang membutuhkan datang ke tempat tersebut atau formal caregiver memberikan perawatan dengan cara mendatangi rumah orang yang membutuhkan, sedangkan informal caregiver merupakan individu (pasangan, teman, anggota keluarga atau tetangga) yang terlibat dalam kegiatan membantu aktivitas kehidupan sehari-hari dan/atau tugas medis orang lain tanpa dibayar. Pada bidang pendidikan, individu yang berperan sebagai formal caregiver tentunya akan lebih rentan mengalami stres dan tekanan-tekanan dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki anak didik yang berkebutuhan khusus. Tekanan-tekanan pada mereka tersebut disebut sebagai caregiver strain, dimana Duxbury (2009) mengatakan bahwa caregiver strain merupakan tuntutan tambahan dan dampak dari tuntutan tersebut bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga berkebutuhan khusus. Berkaitan dengan permasalahan diatas, guru pembimbing khusus dalam sekolah-sekolah inklusi merupakan salah satu formal caregiver utama dari individu yang berkebutuhan khusus di bidang pendidikan yang juga sering mengalami
3
caregiver strain. Bagi setiap orang, tak terkecuali bagi guru pembimbing khusus di sekolah inklusi yang menangani anak berkebutuhan khusus, kebahagiaan dianggap sebagai suatu hal yang utama karena kebahagiaan sangat penting bagi kehidupan manusia. Winarsih (2006) mengungkapkan bahwa pakar psikologi membagi kebahagiaan menjadi dua macam, yaitu kebahagiaan yang bersifat objektif dan subjektif. Kebahagiaan objektif diukur dengan menggunakan sebuah standar, misalnya aturan agama, sedangkan kebahagiaan subjektif tidak didasarkan pada ketentuan manapun, melainkan mengacu pada masing-masing pribadi, sehingga pada setiap orang dapat berbeda. Kebahagiaan subjektif inilah yang disebut sebagai subjective well-being. Linley (2004) menjelaskan bahwa individu dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami kepuasan hidup, sering merasakan kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan atau kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan memiliki subjective well-being rendah jika tidak puas dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering merasakan emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan. Berdasarkan dari fenomena itulah peneliti merasa tertarik untuk mengetahui mengenai hubungan antara formal caregiver strain terhadap subjective well being pada guru pembimbing khusus di sekolah inklusi, sehingga penyelenggaraan pendidikan inklusi nantinya diharapkan mampu mencetak generasi penerus yang dapat memahami dan menerima segala bentuk perbedaan sehingga tidak menciptakan diskriminasi dalam kehidupan masyarakat ke depannya. Subjective Well-being Menurut Diener (1999), definisi dari subjective well-being dapat dibuat menjadi tiga kategori. Pertama, subjective well-being bukanlah sebuah pernyataan subjektif tetapi merupakan beberapa keinginan berkualitas yang ingin dimiliki setiap orang. Kedua, subjective well-being merupakan sebuah penilaian secara menyeluruh dari kehidupan seseorang yang merujuk pada berbagai macam kriteria. Arti ketiga dari subjective well-being jika digunakan dalam percakapan sehari-hari yaitu dimana perasaan positif lebih besar daripada perasaan negatif. Merujuk pada pendapat Diener (1999) tersebut, dapat disimpulkan bahwa subjective well-being menurutnya terletak pada pengalaman setiap individu yang merupakan pengukuran positif dan secara khas mencakup pada penilaian dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Linley (2004) mendefinisikan subjective well-being sebagai penilaian seseorang terhadap diri mereka sendiri, dan penilaian tersebut dapat berdasarkan kepada respon kognitif dan emosional. Menurutnya, individu dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami kepuasan hidup, sering merasakan kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan atau kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan memiliki subjective well-being rendah jika tidak puas dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering merasakan emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa subjective well-being adalah
4
persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis. Aspek Subjective Well-being Pengukuran subjective well-being mengacu pada konsep Diener, Suh & Oishi (1997), Kahneman dan Krueger (2006) yang menyatakan bahwa subjective well-being terdiri atas tiga buah aspek umum. Ketiga aspek tersebut merupakan faktor global dari variabel-variabel yang salingberinterelasi. Tiga aspek tersebut adalah : 1.
2.
3.
Afek Positif Afek positif mempresentasikan mood dan emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang. Emosi positif atau menyenangkan adalah bagian dari subjective well-being karena emosi-emosi tersebut merefleksikan reaksi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bahwa hidup berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Afek positif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti tertarik atau berminat akan sesuatu (interested), gembira (excited), kuat (strong), antusias (enthusiastic), waspada atau siap siaga (alert), bangga (proud), bersemangat (inspired), penuh tekad (determined), penuh perhatian (attentive), dan aktif (active). Afek Negatif Afek negatif adalah pravelensi dari emosi dan mood yang tidak menyenangkan dan merefleksikan respon negatif yang dialami seseorang sebagai reaksinya terhadap kehidupan, kesehatan, keadaan, dan peristiwa yang mereka alami. Afek negatif terlihat dari emosi-emosi spesifik seperti sedih atau susah (distressed), kecewa (disappointed), bersalah (guilty), takut (scared), bermusuhan (hostile), lekas marah (irritable), malu (shamed), gelisah (nervous), gugup (jittery), khawatir (afraid). Kepuasan hidup Kepuasan hidup merupakan komponen kognitif dalam subjective well-being, yang mengacu pada penilaian global tentang kualitas hidup dan dapat menilai kondisi hidupnya. Mempertimbangkan kondisi dan mengevaluasi kehidupan dari tidak puas hingga menjadi atau merasakan puas akan hidup.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek subjective well-being terdiri dari komponen afektif yang menggambarkan pengalaman emosi berdasarkan kesenangan dan kegembiraan, dan juga komponen kognitif yang sesuai dengan kepuasan yang mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif yang dijalani dengan baik. Faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-Being Beberapa faktor yang mempengaruhi subjective well-being menurut Diener et al (1997); Kashdan (2004); dan Kahneman dan Krueger (2006) adalah : 1.
2.
Tempramen Tempramen memiliki pengaruh yang kuat terhadap subjective well-being. Sifat-sifat kepribadian khusus merupakan prediktor tingkat subjective well-being tertentu. Faktor biososial atau demografik Beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan,
5
3.
4.
pendidikan, aktifitas sosial juga turut memiliki pengaruh terhadap subjective well-being Faktor psikososial Adanya subjective well-being dalam jangka waktu yang relatif pendek akan berpengaruh pada aktifitas social yang dilakukan Faktor budaya Konstruksi budaya tempat tinggal individu berpengaruh cukup signifikan dalam membentuk pola pikir (mind set)
Dalam hal ini terdapat empat faktor yang dapat dikaitkan dengan subjective well-being, yaitu tempramen, faktor biososial atau demografik, faktor psikososial dan faktor budaya. Formal Caregiver Strain Menurut Duxbury (2009), caregiver adalah seseorang yang dapat memberikan perawatan dan bantuan secara fisik, kognitif maupun mental kepada orang yang menderita ketidakmampuan fisik, gangguan mental, penyakit kronis, atau anggota keluarga yang berusia lanjut. Menurut Alliance (2012), caregiver dibagi menjadi dua kategori yaitu formal caregiver dan informal caregiver. Formal caregiver merupakan individu yang berasal dari organisasi kesehatan yang dipekerjakan untuk membantu merawat dan memenuhi kebutuhan seseorang dengan dua situasi, yaitu formal caregiver berada di suatu tempat untuk melakukan perawatan dan orang yang membutuhkan datang ke tempat tersebut atau formal caregiver memberikan perawatan dengan cara mendatangi rumah orang yang membutuhkan, sedangkan informal caregiver merupakan individu (pasangan, teman, anggota keluarga atau tetangga) yang terlibat dalam kegiatan membantu aktivitas kehidupan sehari-hari dan/atau tugas medis orang lain tanpa dibayar. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa formal caregiver adalah individu yang dapat memberikan perawatan sehari-hari, menyediakan kebutuhan medis, dan membantu menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari secara fisik, kognitif, maupun mental kepada anggota keluarga yang sakit atau memiliki kebutuhan khusus. Caregiver pada anggota keluarga dari anak yang berkebutuhan khusus akan lebih rentan mengalami caregiver strain dibandingkan keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus. Menurut Thornton (2003), strain pada caregiver adalah persepsi caregiver atas segala masalah yang dihadapi atau keadaan well-being yang berubah selama proses caregiving. Pendapat lain disampaikan oleh Duxbury (2009), yang mengatakan bahwa caregiver strain merupakan tuntutan tambahan dan dampak dari tuntutan tersebut bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga berkebutuhan khusus. Hal tersebut dikarenakan, individu yang berperan sebagai caregiver selain mengurus dirinya sendiri juga memiliki tugas untuk memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Given (2008) mengemukakan bahwa seorang caregiver memiliki tugas yang cukup kompleks, mereka memiliki tugas untuk membantu melakukan perawatan langsung seperti mengangkat dan mengubah posisi, mengubah lingkungan sesuai kebutuhan, menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, serta memantau keadaan dari
6
individu yang dirawat. Walker (2007) membagi caregiver strain menjadi dua kategori, yaitu : a.
b.
Physical strain, muncul karena adanya kebutuhan fisik dalam proses caregiving. Faktor utama yang dapat menyebabkan physical strain adalah banyaknya kebutuhan fisik selama proses caregiving dan kurangnya waktu tidur. Emotional strain, adalah perasaan kelelahan dan kekhawatiran mengenai bagaimana cara untuk menghadapi masalah yang muncul. Penyebab terjadinya emotional strain adalah kelelahan, beban kerja yang terlalu banyak dan kekhawatiran akan masa depan orang yang mereka rawat.
Caregiver strain dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu maupun karakteristik orang yang dirawat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya diantaranya adalah : a.
b.
c.
Usia Ha, Hong, Seltzer, dkk (2008) mengatakan usia caregiver dapat mempengaruhi bagaimana ia dapat menerima kondisi anak dan dapat menangani masalah yang timbul selama proses caregiving. Jenis kelamin caregiver Penelitian pada pria dan wanita yang menjadi caregiver menunjukkan bahwa wanita mengalami tekanan dan strain yang lebih tinggi dibandingkan pria (Hoyert dan Seltzer, 1992) Durasi perawatan Ha, Hong, Seltzer, dkk (2008) mengatakan bahwa ada dua kemungkinan mengenai dampak negatif caregiving yang dialami caregiver berkaitan dengan durasi perawatan. Pertama, semakin lama durasi perawatan maka dampak negatif yang dirasakan menjadi berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya adaptasi selama proses caregiving. Kedua, semakin lama durasi perawatan maka dampak negatif yang dirasakan semakin bertambah. Hal ini dapat terjadi karena adanya efek kumulatif dari berbagai dampak negatif yang dirasakan caregiver.
Caregiver strain penting untuk diperhatikan karena dapat berdampak pada terganggunya kesehatan fisik dan kesehatan mental, seperti stres, depresi, hingga dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup (Duxbury, 2009). Strain yang dapat diatasi dapat mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan caregiver termasuk mempengaruhi kondisi well-being caregiver (Wu, Cho, Li, Chen, Tse, 2010). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa formal caregiver strain merupakan tuntutan tambahan yang dirasakan oleh individu yang memberikan perawatan sehari-hari, menyediakan kebutuhan medis dan membantu menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari secara fisik, kognitif maupun mental untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Hubungan Formal Caregiver Strain dengan Subjective Well Being Pada Guru Pembimbing Khusus
7
Keterbatasan yang dimiliki oleh siswa inklusi membutuhkan bantuan dari orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-harinya di sekolah, dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh seorang caregiver. Pada umumnya, peran caregiver pada siswa inklusi dilakukan oleh guru pembimbing khusus, karena guru pembimbing khusus dianggap memiliki tugas untuk merawat anak didiknya dan lebih mengerti akan kebutuhan mereka. Selama proses perawatan siswa inklusi, nyatanya guru pembimbing khusus sering mendapatkan dampak negatif seperti caregiver strain. Terdapat dua kategori caregiver strain, yaitu physical strain dan Emotional strain. Caregiver strain penting untuk diperhatikan karena dapat berdampak pada terganggunya kesehatan fisik dan kesehatan mental, seperti stres, depresi, hingga dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup. Caregiver strain juga dapat mempengaruhi proses perawatan yang dilakukan oleh guru pembimbing khusus. Strain yang tidak dapat diatasi dapat mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan caregiver termasuk menurunkan kondisi subjective well being guru pembimbing khusus sebagai caregiver. Caregiver yang mengalami physical strain cenderung memiliki subjective well being negatif, karena banyaknya kebutuhan fisik selama proses caregiving dan kurangnya waktu tidur yang mereka alami. Pada caregiver yang mengalami emotional strain, seseorang juga cenderung memiliki subjective well being negatif, akibat perasaan kelelahan yang mereka alami, beban kerja yang terlalu banyak, juga kekhawatiran akan masa depan orang yang mereka rawat.
8
Kerangka Berpikir Caregiver 1. Formal Caregiver
Informal Caregiver
Memberikan perawatan Memberikan dukungan Memantau kondisi kesehatan
Berangkat lebih pagi dari guru kelas Memberikan terapi Mengajar pada banyak kelas Kelelahan
2. 3. 4.
Ketegangan fisik
1. 2.
Mengalami ketegangan Ketegangan emosi
1. 2. 3. 4.
Keterangan : : Diteliti
5.
3.
Kecamasan yang berlebihan Kekhawatiran akan masa depan anak didik Minimnya penguasaan materi dalam mendampingi anak ABK
Akibat yang dirasakan : Mudah marah Merasa gelisah Gugup Kurang maksimal dalam menjalankan aktifitas Mudah menyerah
: Tidak diteliti 1. 2. 3. 4.
Tidak merasakan kenyamanan Merasa pesimis dalam menjalankan aktifitas Tidak memiliki kontrol diri yang baik Merasa tidak memiliki dukungan sosial dari lingkungan sekitar Subjective Well Being Rendah
Hipotesa Ada hubungan yang negatif antara formal caregiver strain dengan subjective well being. Semakin tinggi formal caregiver strain maka akan semakin rendah subjective well being, sebaliknya semakin rendah formal caregiver strain maka akan semakin tinggi subjective well being METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasi. Menurut Azwar (2013), penelitian kuantitatif korelasi merupakan jenis metode penelitian yang
9
menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi, dengan begitu peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi diantara formal caregiver strain dan subjective well being, bukan mengenai ada tidaknya efek variabel diantara keduanya. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah guru pembimbing khusus di sekolah inklusi di kota Malang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik non-probability sampling. Teknik non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, dimana peneliti hanya akan meminta informasi dari individu yang dinilai memiliki kriteria yang sesuai dengan karakteristik partisipan penelitian yang sebelumnya telah ditetapkan. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 Guru Pembimbing Khusus dari tingkat PAUD sampai SMA/SMK dari 18 sekolah di kota Malang. Variabel dan Instrumen Penelitian Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah formal caregiver strain dan subjective well being. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah subjective well-being. Subjective well-being adalah penilaian seseorang terhadap diri mereka sendiri, dan penilaian tersebut didasarkan pada respon kognitif dan emosional yang diukur dengan indikator afek positif, afek negatif dan kepuasan hidup. Sedangkan variabel bebas adalah formal caregiver strain, yaitu tuntutan tambahan yang diterima oleh pengasuh akibat memberikan perawatan dan pemenuhan kebutuhan pada anak berkebutuhan khusus, sehingga mengakibatkan terjadinya ketegangan fisik seperti kelelahan, dan ketegangan emosional yang diukur dengan indikator physical strain dan emotional strain. Metode pengumpulan data variabel caregiver strain dengan menggunakan skala caregiver strain yang disusun berdasarkan aspek-aspek caregiver strain, yakni physical strain dan emotional strain. Variabel subjective well being diukur dengan skala subjective well being yang juga disusun berdasarkan aspek-aspek subjective well being yaitu : afek positif, afek ngatif dan kepuasan hidup. Pengujian validitas dalam penelitian ini akan menggunakan pengujian validitas aitem atau validitas konstruk yang akan diuji dengan pengujian terhadap hasil tes yang dihitung menggunakan korelasi product moment. Penghitungan korelasi product moment dilakukan karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. Perhitungan ini akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 16.0 for Windows. Dengan mengacu pada penggunaan batas skor diatas 0,3 untuk menentukan valid atau tidaknya aitem tersebut. Perhitungan uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas koefisien alpha cronbach dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Koefisien Alpha Cronbach yang digunakan sebagai batas reliabel adalah diatas > 0,9.
10
Validitas Instrumen Menurut Arikunto (2006), validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, dengan kata lain validitas mengukur seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap gejala atau bagian yang akan diukur. Sugiyono (2008) membagi pengujian validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas konstrak, validitas isi dan validitas eksternal. Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstrak, yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana item-item tes mengukur konstrak teoritik yang hendak diukur. Uji validitas konstrak dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor total. Syarat yang harus dipenuhi agar aitem dapat dinyatakan memuaskan menurut Azwar (2010) adalah memiliki koefisien minimal 0,30, dengan begitu jika terdapat aitem yang bernilai kurang dari 0,30 maka aitem tersebut dianggap tidak memuaskan, tidak akan dibetulkan atau tidak akan diteliti lebih lanjut. Aitem yang valid ditentukan dari skor correction item total correlation yang lebih besar dari 0,30. Pengujian terhadap hasil tes dilakukan dengan analisis aitem dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.00 for windows. Berikut hasil pengujian validitas instrument. Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian Alat ukur validitas Skala caregiver strain Skala subjective well being
Jumlah item Diujikan 19 24
Jumlah Item Valid 19 21
Indeks 0.322 - 0.869 0.373 - 0.769
Berdasarkan tabel 1, diperoleh hasil sebanyak 19 item valid dari skala caregiver strain yang diujikan. Indeks validitas dari skala caregiver strain berkisar antara 0.322 - 0.869, sedangkan dari 24 item skala subjective well being yang diujikan, terdapat 21 item valid setelah diujikan melalui uji statistik menggunakan program SPSS. Indeks validitas dari skala subjective well being berkisar antara 0.373 - 0.769 Reliabilitas Instrumen Arikunto (2006) menjelaskan reliabilitas sebagai suatu instrumen yang cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dapat dikatakan sudah baik. Dalam penelitian ini, reliabilitas yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Jadi semakin tinggi koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya jika koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti reliabilitasnya juga semakin rendah (Azwar, 2010). Perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.00 for windows. Sebuah skala dapat dikatakan reliabel apabila koefisien (rxx) tersebut bernilai ≥ 0,80. Wibowo (2012) mengelompokkan skala Aplha Cronbach dengan interpretasi sebagai berikut :
11
a. b. c. d. e.
Nilai Aplha Cronbach > 0,20 berarti reliabel sangat rendah. Nilai Aplha Cronbach 0,20 – 0,399 berarti reliabel rendah. Nilai Aplha Cronbach 0,40 – 0,599 berarti reliabel cukup. Nilai Aplha Cronbach 0,60 – 0,799 berarti reliabel tinggi. Nilai Aplha Cronbach 0,80 – 1,00 berarti reliabel sangat tinggi
Tabel 2. Indeks Reliabitas Alat Ukur Penelitian Alat Ukur Skala caregiver strain Skala subjective well being
Nilai Reliabilitas (Cronbach’s Alpha) 0,928 0,913
Keterangan Reliabel Reliabel
Hasi uji reliabilitas pada skala caregiver strain yang telah disebar memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,928, sedangkan skala subjective well being memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,913. Menurut Wibowo (2012), apabila nilai Alpha Cronbach berada dalam rentang 0,80 – 1,00 maka reliabilitas skala tersebut tergolong sanggat tinggi. Jadi sesuai dengan kriteria tersebut maka skala caregiver strain dan subjective well being tergolong dalam kriteria sangat reliabel. Prosedur dan Analisa Data Penelitian Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisa. Tahap persiapan terdiri dari mempersiapkan instrumen berupa skala yaitu skala caregiver strain dan skala subjective well being. Setelah kedua skala siap untuk digunakan, kemudian peneliti melakukan try out (uji coba) pada 24 guru pembimbing khusus di sekolah inklusi di wilayah Malang, Jawa Timur. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari uji coba, peneliti melakukan beberapa perbaikan pada aitem skala caregiver strain juga skala subjective well being. Perbaikan ini dimaksudkan agar penelitian pada tahap selanjutnya dapat mengungkap hasil yang sebenarnya, dan mendapat hasil terbaik dari penelitian terhadap guru pembimbing khusus. Penelitian dilakukan mulai tanggal 18 September – 29 Desember 2015. Analisis terhadap data hasil penelitian akan dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Pada penelitian ini analisis data yang akan digunakan adalah analisis assosiatif (hubungan) yang bertujuan untuk mengatahui hubungan variabel bebas dengan varibel terikat. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan product moment dengan bantuan program SPSS versi 16.00 for Windows.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari 50 orang guru pembimbing khusus, sebanyak 37 subjek berjenis kelamin perempuan, dan 13 subjek berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian menunjukan adanya variasi sampel yang meliputi usia, jenis kelamin, dan lamanya bekerja sebagai guru pembimbing khusus (GPK). Tabel 3. Deskripsi Subjek Kategori
Prosentase
12
Usia 18 – 28 tahun 29 – 39 tahun 40 – 50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
30 orang (60%) 14 orang (28%) 6 orang (12%) 13 orang (26%) 37 orang (74%)
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa subjek penelitian sebanyak 50 orang guru pembimbing khusus yang terdiri dari 13 subjek laki-laki (26%) dan 37 subjek perempuan (74%). Sedangkan usia guru pembimbing khusus dibagi dalam 3 rentang usia. Rentang usia 18 – 28 tahun terdiri dari 30 orang (60%), 29 – 39 tahun terdiri dari 14 orang (28%) dan usia 40 – 50 tahun terdiri dari 6 orang (12%). Tabel 4. Perhitungan T-Score Skala Caregiver Strain Kategori Tinggi Rendah Total
Interval T-skor > 50 T-skor < 50
Frekuensi 14 36 50
Prosentase 28% 72% 100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa subjek yang memiliki caregiver strain rendah lebih banyak dari pada subjek yang memiliki caregiver strain tinggi. Hal tersebut dikarenakan terdapat 14 subjek yang memiliki caregiver strain tinggi atau setara dengan 28% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk dalam caregiver strain rendah berjumlah 36 atau setara dengan 72% dari total subjek. Tabel 5. Perhitungan T-Score Skala Subjective Well Being Kategori Tinggi Rendah Total
Interval T-skor > 50 T-skor < 50
Frekuensi 49 1 50
Prosentase 98% 2% 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki subjective well being tinggi lebih banyak dari subjek yang memiliki subjective well being rendah. Hal tersebut dikarenakan terdapat 49 subjek yang memiliki subjective well being tinggi atau setara dengan 98% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk dalam subjective well being rendah berjumlah 1 atau setara dengan 2% dari total subjek.
Tabel 6. Korelasi Caregiver Strain Dengan Subjective Well Being Koefisien Korelasi (r) Koefisien korelasi (r) Koefisien determinasi (r2)
Indeks Analisis -0.30 0.091
13
Taraf kemungkinan kesalahan P (nilai siginifikan)
5% (0.05) 0.03
Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi dengan SPSS, diperoleh angka korelasi (r) -0,302 yang menunjukkan arah hubungan yang negatif antara kedua variabel. Nilai signifikansi 0.03 yang ditunjukkan pada tabel 3 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan, yaitu 0.05 (0.033 < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara caregiver strain dan subjective well being pada guru pembimbing khusus. Hal ini menunjukkan semakin tinggi caregiver strain maka semakin rendah subjective well being pada guru pembimbing khusus, atau semakin rendah caregiver strain maka semakin tinggi subjective well being pada guru pembimbing khusus. Demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima.
DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa caregiver strain memiliki hubungan negatif dengan subjective well being pada guru pembimbing khusus. Penelitian ini memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0.091, yang mengartikan bahwa caregiver strain menjadi faktor yang cukup penting untuk mempengaruhi subjective well being pada guru pembimbng khusus yang bersangkutan. Faktor caregiver strain memberikan sumbangan efektif sebesar 9,1% untuk menurunkan subjective well being pada guru pembimbing khusus, sedangkan sisanya sebesar 90,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diungkap dalam penelitian ini, namun Diener, dkk (2005) menyatakan bahwa faktor kepribadian dan faktor demografis memiliki hubungan dengan subjective well being, sedangkan yang dimaksud dengan faktor demografis meliputi usia, jenis kelamin, dan pendapatan. Peneliti belum menemukan penelitian yang spesifik mengenai hubungan caregiver strain dengan subjective well being pada guru pembimbing khusus, namun terdapat tiga penelitian yang mendukung hasil penelitian ini. Pertama, penelitian yang telah dilakukan oleh Abbeduto, dkk (2004) pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorder di Amerika yang menunjukkan bahwa ibu mengalami tingkat kecemasan, stress, depresi tinggi yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan dan perilaku maladaptif anak. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Shaffer (2012) pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorders yang juga menunjukkan adanya level stress dan depresi yang tinggi serta penurunan kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan oleh sulitnya menghadapi perilaku anak, serta rendahnya penerimaan perilaku stereotip anak oleh lingkungan sekitar. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorders, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan psychological well being pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan autism spectrum disorders. Sejalan dengan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kegiatan perawatan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dapat menimbulkan strain dan menurunkan subjective well being pada guru pembimbing khusus.
14
Faktor penentu keberhasilan pendidikan inklusif yang terpenting adalah adanya tenaga pendidik atau guru yang professional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal, untuk membina dan mengayomi anak berkebutuhan khusus. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif didalamnya terdapat tenaga pendidik meliputi guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing khusus, dan salah satu aspek penting ketika sebuah sekolah akan dikembangkan menjadi sekolah model inklusif adalah tersedianya guru pembimbing khusus sebagai pendamping di sekolah tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Malak (2013) menghasilkan salah satu cara terbaik untuk menghasilkan guru yang berkualitas, yakni guru harus memperkaya pengetahuan, sikap, pengalaman dan keterampilan dalam pendidikan inklusif dengan mengefektifkan program pendidikan guru ketika mereka selama di universitas, dengan begitu pengalaman belajar ketika selama di universitas memiliki pengaruh besar bagi guru pembimbing khusus terhadap anak berkebutuhan khusus. Perilaku guru di kelas menentukan bagaimana siswa akan belajar, sehingga guru yang tidak memiliki pengalaman dalam mengajar anak berkebutuhan khusus akan mengalami frustasi dan stress yang mengakibatkan guru tidak bisa mengajar dengan baik. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa aspek yang mendominasi terjadinya caregiver strain adalah aspek emosional, dimana aspek emosional merupakan perasaan kelelahan dan kekhawatiran mengenai bagaimana cara untuk menghadapi masalah yang muncul, sedangkan penyebab terjadinya emotional strain adalah kelelahan, beban kerja yang terlalu banyak dan kekhawatiran akan masa depan orang yang mereka rawat. Berdasarkan keterangan pada tabel 4, diketahui bahwa subjek yang memiliki caregiver strain rendah lebih banyak dari pada subjek yang memiliki caregiver strain tinggi. Hal tersebut dikarenakan terdapat 14 subjek yang memiliki caregiver strain tinggi atau setara dengan 28% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk dalam caregiver strain rendah berjumlah 36 atau setara dengan 72% dari total subjek. Guru Pembimbing Khusus menyadari bahwa mendidik kelas inklusi merupakan tanggung jawab yang tidak mudah, dan salah satu yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat, karena diperlukan banyak tenaga untuk menghadapinya. Keadaan ini menurut mereka cukup menguras tenaga sehingga membuat mereka merasa kelelahan. Menurut Duxbury (2009), kelelahan fisik, tekanan secara emosional, kurangnya waktu untuk beristirahat cenderung dapat menyebabkan caregiver strain. Strain yang dialami oleh guru pembimbing khusus tidak hanya berasal dari karaketristik anak didik melainkan juga dapat berasal dari karakteristik guru pembimbing khusus itu sendiri dan juga lingkungan sekitar. Strain yang dimiliki guru pembimbing khusus dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan proses caregiving. Wu (2010) menambahkan bahwa strain yang tidak dapat diatasi dapat mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan caregiver termasuk mempengaruhi kondisi subjective well being caregiver. Situasi yang dialami oleh guru pembimbing khusus ini juga memberikan pengaruh pada kondisi kesehatan fisik dan psikologisnya. Subjective well being pada caregiver dapat diartikan sebagai keseimbangan antara afek positif, negatif dan evaluasi kognitif individu terhadap kehidupannya secara
15
keseluruhan. Dalam konsep ini individu yang memiliki subjective well being yang tinggi adalah mereka yang merasakan afek positif yang lebih sering, dan merasakan kepuasan terhadap kehidupannya secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian, aspek yang mendominasi subjective well being pada penelitian ini adalah kepuasan hidup, yang merupakan komponen kognitif dalam subjective well-being. Kepuasan hidup mengacu pada penilaian global tentang kualitas hidup dan dapat menilai kondisi hidupnya. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa subjek yang memiliki subjective well being tinggi lebih banyak dari subjek yang memiliki subjective well being rendah. Hal tersebut dikarenakan terdapat 49 subjek yang memiliki subjective well being tinggi atau setara dengan 98% dari total subjek, sedangkan subjek yang termasuk dalam subjective well being rendah berjumlah 1 atau setara dengan 2% dari total subjek. Guru pembimbing khusus mengaku lebih merasa bersyukur dengan apa yang sudah mereka dapatkan dan tidak ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain, karena walaupun mereka merasa lelah dalam mendidik anak berkebutuhan khusus selama di sekolah, namun mereka berusaha mencari hikmah dari semua aktifitas dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Woo (2009), keadaan tersebut bisa saja terjadi karena setiap orang menerima situasi secara berbeda. Mereka dikondisikan oleh pendidikan yang berbeda serta pengalaman hidup yang berbeda yang dibentuk oleh budaya. Oleh karena itu latar belakang budaya seseorang memainkan peran yang sangat penting dalam mempertajam sikap dan perilakunya. Schimack (2002) berpendapat bahwa kepuasan individu terhadap kehidupannya merupakan hasil evaluasi individu terhadap kehidupannya secara umum dan khusus. Aspek afektif memiliki pengaruh yang besar terhadap proses kognitif yang terjadi, sedangkan afek afektif sendiri sangat dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana individu berada. Menurut Smith (1983) dalam konteks lingkungan kerja, keberadaan lingkungan kerja yang positif terlihat dengan adanya dukungan yang berasal baik dari rekan kerja, anak didik, ketersediaan dukungan emosional, pemberian identitas sosial dan peningkatan kepuasan kerja serta komitmen organisasi. Subjective well being yang didapatkan oleh guru pembimbing khusus ketika berada dalam sekolah merupakan tolak ukur sejauh mana mereka berhasil atau gagal dalam mengelola dan menyikapi strain yang sedang mereka alami. Hal ini dikarenakan guru pembimbing khusus memiliki tugas untuk membantu individu dengan anak berkebutuhan khusus menjalankan kegiatan sehari-hari selama di sekolah. Schoeder & Remer (2007) mengatakan bahwa selama membantu melakukan kegiatan sehari-hari, caregivers berhadapan dengan kebiasaan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku stereotip yang muncul. Kebiasaan pada interaksi sosial dan komunikasi membuat caregivers mengalami kesulitan memahami apa yang diinginkan anak, seperti tidak mampu memahami apa yang dikatakan oleh caregivers. Keadaan ini terkadang membuat mereka merasa kesal karena anak tidak dapat mengerti. Perkembangan kemampuan individu dapat bervariasi dari yang cepat hingga sangat lambat (Howlin, 1998). Guru pembimbing khusus harus bersabar dalam mendampingi, memberikan dukungan pada anak didik, serta menghargai sekecil apapun perkembangan kemampuan anak didik yang ditunjukkan. Guru pembimbing
16
khusus juga harus menyediakan waktu lebih banyak untuk merawat mereka selama di sekolah. Hal tersebut terkadang cukup menyita waktu Guru pembimbing khusus untuk melakukan aktifitasnya yang lain. Di sisi lain, guru pembimbing khusus dituntut untuk dapat mengontrol emosi dan mencari cara untuk dapat memahami kondisi anak. Selain membantu menjalankan kegiatan sehari-hari selama di sekolah dan menghadapi berbagai kemungkinan yang dimiliki anak, guru pembimbing khusus juga bertugas untuk menyediakan penanganan seperti tempat terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak (Howlin, 1998). Sementara penelitian lain yang telah dilakukan oleh Serrata (2012) mengatakan bahwa perawatan anak berkebutuhan khusus yang cukup banyak pada akhirnya akan dapat menimbulkan stress. Kepemilikian subjective well being pada guru pembimbing khusus nyatanya menjadi faktor yang cukup penting karena secara tidak langsung, mereka menjadi orang terdekat yang melakukan interaksi atau komunikasi yang cukup sering dengan anak berkebutuhan khusus. Kondisi subjective well being yang baik menjadi penting untuk dimiliki oleh caregiver karena subjective well being yang baik dapat menjadi faktor protektif terhadap berbagai macam psychological distress yang dapat dialami oleh individu dan dapat membantu meningkatkan daya juang individu setelah mengalami kesulitan atau kejadian tertentu (Linley, 2004). Hal tersebut dapat mendukung Guru Pembimbing Khusus sebagai caregiver dari anak berkebutuhan khusus untuk menjalankan kegiatan perawatan sehari-hari dan membuat keputusan mengenai penanganan yang dibutuhkan. Di sisi lain, terdapat beberapa alternatif untuk dapat meningkatkan subjective well being seseorang. Secara singkat, psikologi positif mengungkapkan bahwa individu dapat memperoleh SWB dengan meningkatkan emosi positif dan melakukan kegiatan positif yang mengerahkan kekuatan-kekuatan diri dalam area-area utama kehidupan. Hal serupa juga disampaikan oleh Seligman (2002), yang mengungkapkan bahwa SWB seseorang dapat bertambah dengan meningkatnya emosi dan kegiatan positif, serta melatih kekuatan karakter yang sesuai dengan diri individu. Dengan demikian penerapan kekuatan individu dalam hidup merupakan jalan untuk mencapai kebahagiaan.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian dari 50 orang guru pembimbing khusus dalam sekolah inklusi yang berpartisipasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara caregiver strain dengan subjective well being. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara caregiver strain dengan subjective well being. Hal tersebut diperkuat dengan nilai korelasi sebesar -0.30 dengan nilai signifikasi 0.03. Implikasi dan penelitian ini yaitu, bagi sekolah inklusi untuk dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada tenaga pengajar untuk mengkaji pembinaan profesi secara rutin, namun materi yang dikaji lebih diarahkan pada pengenalan terhadap anak berkebutuhan khusus, menyusun rencana aktifitas pembelajaran kolaboratif serta mengembangkan pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif. Selain itu,
17
perlunya kerjasama antara pihak sekolah dengan guru pembimbing khusus juga harus menjadi perhatian, karena tidak jarang terjadi misunderstanding antara pihak sekolah inklusi mengenai peran dari guru pembimbing khusus di sekolahnya. Tanggung jawab terhadap anak berkebutuhan khusus dikelas tidak serta merta dipegang sepenuhnya kepada guru pembimbing khusus, melainkan antara guru kelas dan guru pembimbing khusus harus saling bekerjasama dalam melayani anak berkebutuhan khusus, mulai dari mengidentifikasi anak, mengasesmen anak, sampai pada menyusun program pembelajaran individual. Bagi guru pembimbing khusus, diharapkan untuk dapat lebih memahami keadaan anak didik. Diharapkan guru pembimbing khusus dapat melakukan proses penilaian secara berkelanjutan atau terus menerus, tidak hanya didasarkan pada standar pendidikan pada umumnya, sehingga guru pembimbing khusus dapat mengadaptasi perencanaan dan pengajaran selanjutnya menurut kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan begitu, akan memudahkan kinerja guru pembimbing khusus dalam memberikan perawatan terhadap anak berkebutuhan khusus dan secara tidak langsung dapat meningkatkan subjective well being pada guru pembimbing khusus yang bersangkutan. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema yang sama, peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini masih ada sisi kekurangan dan kelemahan baik dilihat dari aspek metodologis maupun analisis. Kekurangan dan kelemahan dirasakan peneliti setelah adanya masukan dari berbagai pihak baik dalam kritik maupun saran, hal ini yang mendorong peneliti untuk berharap kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian yang sudah peneliti lakukan dengan melakukan pengembangan permasalahan atau variabel-variabel yang dirasakan perlu untuk diteliti, sehingga menghasilkan simpulan yang memiliki akurasi dan validitas yang lebih baik serta menghasilkan temuan baru yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan inklusif
18
REFERENSI Abbeduto, L., Seltzer, M. M., Shattuck, P., dkk (2004). Psychological well being and coping in mothers of youths with autism, down syndrome, or fragile x syndrome. American journal on mental retardation. 109, 3, 237-254 Alliance, F. C. (2012). Fact sheet : Selected caregiver statistics. (online) http://www.caregiver.org. diakses pada 14 Novermber 2014 Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian ( Susunan Pendekatan Praktek ) Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar. S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Compton, W.C. (2005). Introduction to Positive Psychology. New York : Thomson Wodsworth. (online). http://www.mheducation.co.uk. diakses pada 23 November 2014 Cramm, J. M. and A. P. Nieboer. (2011). Psychological well-being of caregivers of children with intellectual disabilities : Using parental stress as a mediating factor. Journal of Intellectual Disabilities. 15(2) 101–113. (online). http://www.researchgate.net. diakses pada 23 November 2014 Diener, ED., Scollon, CN., Oishi, S., Dzukoto, V., dan Suh, M. (1997). Recent Findings on Subjective Well-Being. Indian Journal of Clinical Psychology. 1. 159-76. (online). http://siteresources.worldbank.org. diakses pada 14 Januari 2015 Diener, E. dkk. (1999). Subjective Well Being : Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 2: 276-302. (online). http://doi.apa.org. diakses pada 23 November 2014 Duxbury, L., Higgins, C. & Schroeder. B. (2009). Balancing paid work and caregiving responsibilities : A closer look at family caregiver in Canada. (online) http://www.cprn.org, diakses pada 12 Januari 2015 Given, B., Given, C.W., & Sherwood, P. R. (2008). What knowledge and skills do caregivers need. American journal of nursing, 108, (9), 28-34. Ha, J., Hong, J., Seltzer, M. M., dkk. (2008). Age and gender differences in the well-being of midlife and aging parents with children with mental health or developmental problems : Report of a national study. Journal of health and social behavior, 49 (3), 301-316. (online). http://www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses pada 14 Januari 2015 Hoyert, D. L. & Seltzer, M. M. (1992). Factor related to the well-being and life activities of family caregivers. Family relations, 41(1), 78-81 Linley, P.A & Joseph S. 2004. Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc. (online). http://www.waisman.wisc.edu. diakses pada 23 November 2014
19
Howlin, P. (1998). Children with autism and asperger syndrome : A guide for practitioners and carers. West Sussex : John Wiley & Sons Kahneman, D and Krueger, A.B (2006). Developments in the Measurement of Subjective Well-Being. Journal of Economic Perspectives. 20(1), 3–24. (online). http://international.ucla.edu. diakses pada 14 November 2014 Kashdan, T.B (2004). The assessment of subjective well-being (issues raised by the Oxford Happiness Questionnaire). University at Bu.alo, Department of Psychology, State University of New York : Park Hill. (online). http://mason.gmu.edu. diakses pada 24 November 2014 Linley, P.A & Joseph S. (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc. (online). http://www.imd.inder.cu. diakses pada 14 Januari 2015 Liu, J. (2013). Caregiver Strain Among Chinese Adult Children of Oldest Old Parents. Dissertation. University of Lowa : Lowa Research Online. (online). http://ir.uiowa.edu/etd/2568 diakses pada 11 Desember 2015 Malak, M. (2013). Inclusive education reform in Bangladesh: pre-service teacher’s responses to include students with special educational needs in regular classrooms. International Journal of Instruction. 6 (1), 210-211. Newton, N. G. L., Janelle C. J. (2014). What does teachers' perception have to do with inclusive education : A bahamian context. International journal of special education. 29(1). Putri, G. K. R. (2013). Hubungan antara caregiver strain dan psychological well-being pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan autism spectrum disorders. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Shaffer, C. M (2012). Dissertation : Parenting stress in mothers of preschool children recently diagnosed with autism spectrum disorder. New Jersey : The state university of New Jersey Seligman, M.E.P. (2002). Autenthic Happiness. Bandung : Mizan Media Utama Serrata, C. S. (2012). Psychosocial aspects of parenting a child with autism. Journal of applied rehabilitation counseling. 43, 4, 29-35 Schimmack, U., Oishi, S., Diener, E. (2002). Cultural influences on the relation between pleasant emotions and unpleasant emotions : Asian dialectic philosophies or individualism-collectivism?. Cognition and Emotion Volume 16 p705-719. Psychology Press. http://www.tandf.co.uk/journals /pp/02699931.html Schoeder, C.E. & Remer, R. (2007). Perceived Social Support and Caregiver Strain in Caregivers of Children with Tourette's Disorder. Journal of Child and Family Study, 16, 888-901. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
20
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : Penerbit ANDI Smith, C. A., Dennis, W. O., Janet, P. N. (1983). Organizational Citizenship Behavior: Its nature and antecedent. Indiana University : School of Business Thornton, M. & Travis, S. S. (2003). Analysis of reliability of the modified caregiver strain index. Journal of gerontology, 58B, 2, 127-132 Walker, J. (2007). Teens in Distress Series Adolescent Stress and Depression, Minnesota University. (online) http://www.extension.umn.edu di akses pada 26 April 2015 Wibowo, A. E. (2012). Aplikasi praktis SPSS dalam penelitian. Yogyakarta : Gaya Media Winarsih, Tri. (2006). Subjective Well-Being pada Wanita Menopause. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Woo, B. (2009). Cultural effects on Work Attitudes & Behavior: The case of American and Korean fitness employees. Desertation The Ohio State University Wu, K. K., Cho, V. W., Li, A., dkk. (2010). Development of a psychological well-being for family caregivers in palliative care. East asian arch psychiatry. 20, 3, 109-115
21
LAMPIRAN 1
22
Blue Print Skala (Try Out)
a. No
Skala Caregiver Strain Aspek
1.
Physical Strain
2.
Emotional Strain Total
b. No
Favorable 5,6,13,14,21,22,29, 30 1,2,9,10,17,18,25,2 6 16
Unfavorable 3,4,11,12,19,20 7,8,15,16,23,24,2 7,28 14
Total 14 16 30
Skala Subjective Well Being Aspek
1.
Afek Positif
2.
Afek Negatif
3.
Kepuasan hidup Total
Favorable 5,6,17,18,23,24,29, 30 9,10,19,20,25,26,31 ,32 1,2,13,14,21,22,27, 28 24
Unfavorable
Total 8 8
3,4,7,8,11,12,15,1 6 8
16 32
23
LAMPIRAN 2
24
Instrumen Penelitian : Kuesioner Try Out Identitas Responden Nama (inisial)
:
Tempat, tanggal lahir
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian Dengan hormat, Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan. Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut : 1. Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah, maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya 2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu untuk menentukan pilihan jawaban 3. Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya 4. Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu : SS :
Sangat Setuju
S
Setuju
:
TS :
Tidak Setuju
STS
:
Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima kasih
Peneliti
25
SKALA X NO 1 2
3 4 5 6 7
8 9 10
11
12
13
14 15 16 17 18
PERNYATAAN Saya tidak tahu bagaimana rasanya hidup tentram, karena kegiatan ini membuat saya gelisah. Saya merasa kelelahan sehingga mudah sekali menganggap takdir yang diterima oleh siswa berkebutuhan khusus tidak adil Saya tidak membutuhkan banyak tenaga ketika mendidik siswa inklusi karena saya memiliki metode yang efektif bagi mereka Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian membimbing siswa inklusi Membimbing siswa inklusi cukup menguras tenaga saya sehingga membuat saya mudah merasa lelah Saya merasa bahwa tugas sebagai guru pembimbing khusus menguras banyak tenaga Saya terbiasa berterima kasih dalam hati/lisan, karena takjub dengan kebesaran Tuhan atas perbedaan pada anak-anak didik saya Saya menerima tanggung jawab sebagai guru pembimbing khusus dengan rasa percaya diri yang tinggi Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas inklusi Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas inklusi Ketika kelas inklusi belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, saya semakin bekerja keras untuk memberikan bimbingan khusus pada mereka Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun harus mengorbankan banyak waktu Salah satu yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat, karena diperlukan banyak tenaga untuk menghadapinya. Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi membuat kegaduhan Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai guru pembimbing khusus dengan baik Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung jawab yang cukup mudah bagi saya Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati karena mudah bosan dan tidak menikmatinya. Saya merasa putus asa ketika tidak bisa
SS
S
TS
STS
26
19 20
21
22 23 24 25
26
27 28 29 30
menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi kelas inklusi Saya tidak merasa letih dan lesu ketika berinteraksi dengan kelas inklusi Saya rela kehilangan sedikit waktu istirahat saya demi mempersiapkan kebutuhan bagi kelas inklusi Saya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada dirumah sehingga saya secara fisik menjadi mudah lelah Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi berkurang Saya senang bisa beraktifitas dengan kelas inklusi, bebas tanpa beban Saya bersemangat ketika harus berinteraksi dengan kelas inklusi Saya tidak mengerti apa yang ada di balik kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya sebagai guru pembimbing khusus. Dengan menjadi guru pembimbing khusus, beban kerja saya semakin berat yang membuat saya merasa khawatir tidak mampu melakukan tugas dan kewajiban saya dengan baik Waktu yang saya miliki, akan sepenuhnya saya dedikasikan untuk mendidik kelas inklusi Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik kelas inklusi Berkurangnya waktu istirahat saya membuat pekerjaan saya terbengkalai Saya menjadi sering mengantuk dalam kelas karena kurangnya waktu tidur
27
SKALA Y NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
PERNYATAAN Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak aktifitas dan peristiwa khidupan Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup orang lain yang lebih menyenangkan Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton dan membosankan Saat bangun di pagi hari, saya tidak sabar memulai hari dan melakukan aktifitas Rutinitas yang saya lakukan membuat saya bersemangat dan ingin menambah pengalaman baru Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena orang lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan Kehidupan ini terasa mengecewakan, karena jauh dari kehidupan yang saya impikan Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena kecewa dengan keadaan hidup saat ini. Saya merasa beban kerja saya sangat berat Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan Dalam banyak hal, hidup saya mendekati kehidupan ideal yang saya inginkan Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia, saya berusaha mencari hikmah positif Saya memahami bahwa hidup ini sulit untuk dijalani Saya iri ketika membandingkan hidup saya dengan hidup orang lain. Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan semangat ingin melakukan kegiatan Setiap hari saya bersemangat menjalani hari karena bahagia dengan kehidupan ini. Dalam sehari, ada saja yang membuat saya terancam dan terbebani, hingga saya mudah tahut dan cemas Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang terjadi dalam hidup ini Saya menerima apapun yang Tuhan berikan untuk saya Saya bersyukur dengan materi dan status
SS
S
TS
STS
28
23 24 25 26 27
28
29
30 31 32
pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang membuat saya nyaman Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa dilimpahi kasih sayang Tuhan Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan Saya tidak tahu bagaimana merasa tentram, karena hidup ini membuat saya gelisah Dalam satu hari, ada saja sesuatu yang membuat saya gelisah atau jengkel Saya merasakan anugerah yang besar karena keluarga dan lingkungan tempat tinggal saya mendukung apa yang saya lakukan Hidup ini indah dengan hal yang terjadi didalamnya, itu prinsip yang membuat saya tenang dan tentram Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban, tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi yang mandiri Saya menunjukkan kepedulian dan saling perhatian dengan orang-orang terdekat setiap harinya. Karena merasa rendah diri, saya sedih dan merasa tidak beruntung Saya mudah emosi dan bermusuhan dengan orang lain karena hal sepele.
29
LAMPIRAN 3
30
TABULASI DATA TRY OUT SKALA SUBJECTIVE WELL BEING NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
IDENTITAS SUBJEK UP JK RM ASF AB MS FR MK MG MM M SP FK IEBE KH G NQ MAI NM AZ ZF MBT HM JW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
4 3 2 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 2 2 1 3 3 3 2 4 3 3
4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 4
2 3 3 1 1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3
4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 3
4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3
4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 3 1 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2
4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 2 2 3 1 1 2 2 4 1 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3
4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3
4 2 1 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Jumlah 4 3 2 2 2 4 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2
2 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2
4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 4 3 3
4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4
3 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 1 2
3 3 2 4 1 4 3 3 3 3 2 1 3 3 1 1 3 3 1 2 2 2 3 2
4 2 2 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3
4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
4 2 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 4
4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4
4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3
116 87 73 84 77 88 86 95 83 88 90 84 73 99 80 78 78 83 85 84 82 95 86 97
31
TABULASI DATA TRY OUT SKALA CAREGIVER STRAIN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
IDENTITAS SUBJEK UP JK RM ASF AB MS FR MK MG MM M SP FK IEBE KH G NQ MAI NM AZ ZF MBT HM JW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah 3 2 1 4 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2
2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 3 3 3
3 2 3 2 1 1 1 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 3 3 4 2 2 3 3
3 2 3 2 3 2 3 3 3 1 2 3 4 1 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
4 1 3 4 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 4 3
4 1 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 3 1 1 1 2 2
3 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 1 1 3 3 3
2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 2 3 2
2 4 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2
4 1 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3
2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3
4 1 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2
3 1 3 1 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 3 3
3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3
3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
3 1 3 1 4 2 1 2 2 4 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3
4 1 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 4
2 2 3 1 3 3 4 2 3 2 2 2 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2
3 2 2 4 1 2 2 2 3 2 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 4
3 1 3 2 4 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3
3 1 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2
84 46 68 66 66 59 58 61 66 57 68 68 61 54 63 69 65 63 68 66 60 79 85 83
32
LAMPIRAN 4
33
Output Hasil Try Out Skala Caregiver Strain a.
Validitas
b.
Reliabilitas
34
LAMPIRAN 5
35
Output Hasil Try Out Skala Subjective Well Being a.
Validitas
b.
Reliabilitas
36
LAMPIRAN 6
37
Blue Print Skala Penelitian
a.
Skala Caregiver Strain
No 1 2
b.
Aspek Physical strain Emotional strain
Item Favorable 2, 3, 7, 8, 14, 15 5, 6, 11, 12, 17
Unfavorable 1, 13, 18, 19 4, 9, 10, 16
Skala Subjective Well Being
No 1 2 3
Aspek Afek positif Afek negatif Afek kepuasan hidup
Item Favorable 5, 13, 14, 17, 18, 21 23, 24, 19, 20, 22 1, 2, 10, 11, 15, 16
Unfavorable
3, 4, 6, 7, 8, 9, 12
38
LAMPIRAN 7
39
Instrumen Penelitian : Kuesioner uji coba
Identitas Responden Nama (inisial)
:
Tempat, tanggal lahir
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian Dengan hormat, Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan. Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut : 1. Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah, maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya 2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu untuk menentukan pilihan jawaban 3. Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya 4. Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu : SS
:
Sangat Setuju
S
:
Setuju
TS
:
Tidak Setuju
STS
:
Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima kasih
Peneliti
40
SKALA X NO 1 2 3 4 5 6
7
8 9 10 11
12
13
14
15 16 17
PERNYATAAN Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian membimbing siswa inklusi Membimbing siswa inklusi cukup menguras tenaga saya sehingga membuat saya mudah merasa lelah Saya merasa bahwa tugas sebagai guru pembimbing khusus menguras banyak tenaga Saya menerima tanggung jawab sebagai guru pembimbing khusus dengan rasa percaya diri yang tinggi Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas inklusi Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas inklusi Salah satu yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat, karena diperlukan banyak tenaga untuk menghadapinya. Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi membuat kegaduhan Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai guru pembimbing khusus dengan baik Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung jawab yang cukup mudah bagi saya Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati karena mudah bosan dan tidak menikmatinya. Saya merasa putus asa ketika tidak bisa menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi kelas inklusi Saya tidak merasa letih dan lesu ketika berinteraksi dengan kelas inklusi Saya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada dirumah sehingga saya secara fisik menjadi mudah lelah Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi berkurang Saya bersemangat ketika harus berinteraksi dengan kelas inklusi Saya tidak mengerti apa yang ada di balik kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya sebagai guru pembimbing khusus.
SS
S
TS
STS
41
18 19
Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik kelas inklusi Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun harus mengorbankan banyak waktu
42
SKALA Y NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
PERNYATAAN Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak aktifitas dan peristiwa khidupan Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup orang lain yang lebih menyenangkan Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton dan membosankan Rutinitas yang saya lakukan membuat saya bersemangat dan ingin menambah pengalaman baru Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena orang lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan Saya merasa beban kerja saya sangat berat Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan Dalam banyak hal, hidup saya mendekati kehidupan ideal yang saya inginkan Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia, saya berusaha mencari hikmah positif Saya iri ketika membandingkan hidup saya dengan hidup orang lain. Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan semangat ingin melakukan kegiatan Setiap hari saya bersemangat menjalani hari karena bahagia dengan kehidupan ini. Saya menerima apapun yang Tuhan berikan untuk saya Saya bersyukur dengan materi dan status pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang membuat saya nyaman Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa dilimpahi kasih sayang Tuhan Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan Dalam sehari, ada saja yang membuat saya terbebani, hingga saya mudah merasa cemas Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang terjadi dalam hidup saya Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban, tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi yang mandiri
SS
S
TS
STS
43
22 23 24
Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena kecewa dengan keadaan hidup saat ini. Karena merasa rendah diri, saya sedih dan merasa tidak beruntung Saya mudah emosi dan bermusuhan dengan orang lain karena hal sepele.
44
LAMPIRAN 8
45
Instrumen Penelitian : Kuesioner setelah uji coba Identitas Responden Nama (inisial)
:
Tempat, tanggal lahir
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: P / L*
* = coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian Dengan hormat, Di tengah kesibukan Saudara saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan Saudara untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala yang saya lampirkan. Hal-hal yang perlu saya jelaskan dalam skala ini adalah sebagai berikut : 1.
Bahwa skala ini saya buat murni untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah, maka saya mengharapkan kejujuran Saudara dalam mengisinya
2.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga Saudara tidak perlu ragu-ragu untuk menentukan pilihan jawaban
3.
Semua jawaban yang Saudara berikan kami jamin kerahasiaannya
4.
Kami mohon jangan sampai ada satu nomorpun yang terlewati jawabannya Bacalah baik-baik setiap pernyataan berikut dan pilihlah salah satu alternatif
jawaban yang sesuai dengan keadaan diri Saudara dengan memberi tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sudah tersedia, yaitu : SS
:
Sangat Setuju
S
:
Setuju
TS
:
Tidak Setuju
STS
:
Sangat Tidak Setuju
Atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima kasih
Peneliti
46
SKALA X NO 1 2 3 4 5 6
7
8 9 10 11
12
13
14
15 16 17
PERNYATAAN Saya tidak merasa lelah walaupun harus seharian membimbing siswa inklusi Membimbing siswa inklusi cukup menguras tenaga saya sehingga membuat saya mudah merasa lelah Saya merasa bahwa tugas sebagai guru pembimbing khusus menguras banyak tenaga Saya menerima tanggung jawab sebagai guru pembimbing khusus dengan rasa percaya diri yang tinggi Saya merasa tidak nyaman berada dalam kelas inklusi Saya mudah mengeluh jika membimbing kelas inklusi Salah satu yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kelas inklusi adalah fisik yang kuat, karena diperlukan banyak tenaga untuk menghadapinya. Saya merasa mudah lelah jika kelas inklusi membuat kegaduhan Saya yakin bisa menjalankan tugas saya sebagai guru pembimbing khusus dengan baik Mendidik kelas inklusi merupakan tanggung jawab yang cukup mudah bagi saya Saya mengajar kelas inklusi dengan setengah hati karena mudah bosan dan tidak menikmatinya. Saya merasa putus asa ketika tidak bisa menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi kelas inklusi Saya tidak merasa letih dan lesu ketika berinteraksi dengan kelas inklusi Saya menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah bersama dengan siswa inklusi daripada dirumah sehingga saya secara fisik menjadi mudah lelah Mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan kelas inklusi membuat waktu tidur saya menjadi berkurang Saya bersemangat ketika harus berinteraksi dengan kelas inklusi Saya tidak mengerti apa yang ada di balik kehidupan ini, mengapa Tuhan mentakdirkan saya sebagai guru pembimbing khusus.
SS
S
TS
STS
47
18 19
Saya tidak merasa lelah ketika harus mendidik kelas inklusi Saya bekerja keras demi hasil terbaik, walaupun harus mengorbankan banyak waktu
48
SKALA Y NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
PERNYATAAN Saya bersyukur dengan kehidupan saya dan tidak ingin menukarnya dengan kehidupan orang lain Saya menemukan pelajaran berharga dari banyak aktifitas dan peristiwa khidupan Saya ingin menukar hidup saya dengan hidup orang lain yang lebih menyenangkan Kehidupan saya berisi aktifitas yang monoton dan membosankan Rutinitas yang saya lakukan membuat saya bersemangat dan ingin menambah pengalaman baru Saya merasa tidak beruntung dan iri, karena orang lain diberi lebih banyak reeki oleh Tuhan Saya rasa apa yang sudah saya lakukan tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan Saya merasa beban kerja saya sangat berat Status pekerjaan yang saya dapatkan saat ini tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan Hidup ini indah, dengan cerita sedih dan bahagia, saya berusaha mencari hikmah positif Saya iri ketika membandingkan hidup saya dengan hidup orang lain. Saya jarang menganggur, karena selalu aktif dan semangat ingin melakukan kegiatan Setiap hari saya bersemangat menjalani hari karena bahagia dengan kehidupan ini. Saya menerima apapun yang Tuhan berikan untuk saya Saya bersyukur dengan materi dan status pekerjaan, termasuk tempat tinggal yang membuat saya nyaman Karena bangga menjadi diri sendiri, saya merasa dilimpahi kasih sayang Tuhan Hal kecil pun bisa membuat saya gembira, karena hal tersebut adalah anugerah dari Tuhan Dalam sehari, ada saja yang membuat saya terbebani, hingga saya mudah merasa cemas Saya sedih dan kecewa karena hal-hal yang terjadi dalam hidup saya Saya senang bisa beraktifitas bebas tanpa beban, tetapi tetap bertanggung jawab sebagai pribadi yang mandiri Saya jarang semangat menjalani hari-hari karena kecewa dengan keadaan hidup saat ini.
SS
S
TS
STS
49
LAMPIRAN 9
50
Output Hasil Penelitian Skala Caregiver Strain
A. Validitas
B. Reliabilitas
51
LAMPIRAN 10
52
Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being (item gugur)
53
LAMPIRAN 11
54
Output Hasil Penelitian Skala Subjective Well Being
A. Validitas
B. Reliabilitas
55
LAMPIRAN 12
56
Output Hasil Deskripsi Data Penelitian
57
LAMPIRAN 13
58
Output Hasil Uji Korelasi Product Moment
59
LAMPIRAN 14
60
Output Hasil Uji Nilai Koefisien Determinasi
61
LAMPIRAN 15
62
Tabulasi Data Penelitian SKALA CAREGIVER STRAIN
Item Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Jumlah
1 1 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2
4 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2
1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 3 2 4
1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2
1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2
1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2
1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3
1 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2
1 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3
1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
1 4 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1
1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3
1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 2 4
1 4 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 3 1 1 4 4 2 2 3 2 1 2 4 1
1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 38 45 45 46 42 43 42 39 39 34 35 40 39 32 36 35 44 32 39 44 40 39 48 39 42
63
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2
2 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3 3
2 2 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 2 2 1 3 3
2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 2 3 3
3 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 1
2 3 2 2 1 4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3
3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3
3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3
3 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
2 1 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2
2 2 2 3 3 4 2 1 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3
2 2 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
2 2 1 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
2 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2
3 2 3 2 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4
2 2 2 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
2 2 1 3 1 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2
43 40 41 45 48 76 55 44 53 54 54 49 63 53 57 58 57 42 63 49 51 49 50 52
64
Tabulasi Data Penelitian SKALA SUBJECTIVE WELL BEING (Item Gugur) Item Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Jumlah
3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 2 4 4 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 3 3 3 4 2
4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3
4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
3 1 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 2
4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
4 2 4 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 4 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3
4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3
4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3
4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3
4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3
3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3
1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2
1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 4 1 2 1 2
85 72 83 82 77 68 73 83 75 80 77 85 70 78 87 84 75 78 85 82 77 82 78 68
65
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 2 3 3 2
3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3
4 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 4 2 3 3 3
4 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3
4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
4 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 3
4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3
3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3
4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3
4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4
4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3
4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3
4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2
4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3
1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2
1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 4 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1
66
85 77 75 78 66 67 74 90 67 55 67 65 71 68 79 69 73 69 70 65 76 77 63 62 64 66
Tabulasi Data Penelitian SKALA SUBJECTIVE WELL BEING
Item Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jumlah
3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
4 2 4 4 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 3 3 3 4 2 4 4
4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3
4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4
4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3
3 1 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 2 4 2
4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2
4 2 4 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 4 3 3 3 3 4
4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3
4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3
4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4
4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3
4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3
80 68 78 77 72 63 66 76 68 74 72 78 63 72 82 79 70 74 79 74 72 76 74 61 80 72
67
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
4 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 2 3 3 2
4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3
2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 3 4 2 3 3 3
4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3
2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 3
3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3
3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3
3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3
3 3 3 3 3 4 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
4 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3
4 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4
4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2
3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3
3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2
3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3
69 73 60 61 68 84 62 49 59 60 64 63 72 64 67 63 63 59 71 72 58 55 60 60
68
LAMPIRAN 15
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87