FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si*
PENDAHULUAN Chikungunya merupakan penyakit yang diawali dengan gejala seperti demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini. Penyebab chikungunya adalah virus chikungunya, kelompok Alphavirus ”group A” antropho borne virus. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Demam chikungunya sering rancu dengan demam dengue, demam berdarah dengue dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam chikungunya. Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian menyebar sampai di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 1982 di beberapa provinsi di Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) pernah terjadi di Yogyakarta tahun 1983, Kabupaten Muara Enim tahun 1999, Provinsi Aceh 2000. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 3918 kasus tanpa kematian (www.geocities.com). Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) khususnya di Batumarta Unit 2, chikungunya mulai terjangkit di bulan April dengan 80 kasus dan meningkat di bulan Mei dengan 142 dan sampai saat ini penderita chikungunya masih di jumpai di wilayah Batumarta Unit 2 (Dinkes OKU 2009). Berdasarkan masalah di atas maka perlu dilakukan survei jentik nyamuk tersangka vektor chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Batumarta Unit 2. TUJUAN Survei dilakukan untuk mengetahui nyamuk tersangka vektor penular chikungunya, mengetahui habitat tempat berkembang biak tersangka vektor chikungunya, mengetahui indeks kepadatan jentik (House Indeks, Kontainer Indeks, Breteau Indeks dan Angka Bebas Jentik). CARA KERJA Kegiatan survei diawali dengan penentuan lokasi survei yang didasari jumlah kasus chikungunya tertinggi. Survei larva/jentik dilakukan minimal pada 100 rumah di suatu tempat/ kelurahan dan mencatat kondisi kontainer yang ditemukan baik yang ditemukan jentik/ larva maupun tidak. Jentik/larva yang diperoleh di tempatkan di dalam tabung vial dan diberi kode sesuai dengan kode yang tercatat dalam formulir survey. Selanjutnya jentik/ larva yang diperoleh di bawa ke Laboratorium Loka Litbang untuk di dewasakan dan 4 di identifikasi spesiesnya dan dilakukan analisa lebih lanjut. Kegiatan dilaksanakan di tiga wilayah Puskesmas batumarta II (Blok D, Blok H dan Lekis Indah), dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2009.
* Peneliti di Loka Litbang P2B2 Baturaja
4
HASIL a. Vektor/ tersangka vektor penular chikungunya. Tabel 1 Jenis Nyamuk yang diperoleh di Blok D, Blok H dan Lekis Indah Batumarta Unit 2 Kabupaten OKU Tahun 2009 Lokasi Survey Blok D Blok H Lekis Indah
Ae. aegypti ++++ ++++
Ae. albopictus ++++
Jenis Nyamuk Culex sp. +++ +++ ++++
Armigeres.sp +++ +++ +++
Anopheles sp +
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil indentifikasi dari larva yang telah dewasa, dapat diketahui lima jenis nyamuk di lokasi survei. Dari berbagai teori serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa vektor atau nyamuk penular penyakit chikungunya adalah Aedes aegypti dan Ae. albopictus. Bila dilihat dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui di wilayah Blok D dan H tersangka vektornya adalah Ae. aegypti sedangkan di wilayah Lekis Indah adalah Ae. albopictus. Secara ekologis habitat dari kedua spesies ini sedikit berbeda, Ae. aegypti lebih menyukai habitat yang berada di dalam atau dekat dengan rumah sedangkan Ae. albopictus cenderung menyukai habitat dengan lingkungan yang banyak didominasi oleh vegetasi (banyak tanaman/pohon) sehingga sering dijuluki sebagai “nyamuk kebun”. Wilayah Blok D dan H memiliki kerapatan rumah yang lebih tinggi dibandingkan Lekis Indah, sebaliknya wilayah Lekis Indah dikelilingi oleh vegetasi terutama kebun karet. Sejauh ini, nyamuk Culex sp, Armigeres sp dan Anopheles sp tidak berperan (belum dinyatakan) sebagai nyamuk penular chikungunya. Salah satu hal yang memperkuat dugaan tersangka vektor, Ae. aegypti pada Blok D dan H serta Ae. albopictus di Lekis Indah, adalah kebanyakan penderita (yang diwawancarai) sehari-harinya memang tinggal di rumahnya dan tidak ikut beraktivitas di luar rumah (berkebun, bertani, dsb), sehingga dapat dinyatakan penularan chikungunya terjadi setempat. b. Habitat tempat berkembang biak vektor/ tersangka vektor chikungunya. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa di wilayah Blok D dan H, tempat perendaman karet (18,8%), bak mandi (18,8%) serta ember (12,5%) merupakan habitat yang paling dominan ditemukan jentik. Sedangkan di wilayah Lekis Indah habitat jentik yang dominan berturut-turut adalah tempat perendaman karet (16,2%), ember (16,2%) serta drum (14,7%). Meskipun tempat perendaman karet merupakan habitat jentik yang paling dominan di kedua wilayah tersebut, namun hingga laporan ini disusun jentik yang diperoleh dari tempat perendaman karet belum dapat diidentifikasi spesiesnya dikarenakan jentik belum berkembang menjadi dewasa.
Gambar 1 Tempat yang digunakan untuk perendaman karet/ balam yang ditemukan jentik/ larva nyamuk
5
Tabel 2 Habitat (kontainer) yang ditemukan positif jentik/larva tersangka vektor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Jenis Kontainer Bak Mandi Bak WC Drum Tempayan Ember Jerigen Bekas Kaleng Bekas Ban Gelas/ Botol Bekas Vas/ Pot Bunga Kolam/ Akuarium Talang Air Tempat Minum Burung Saluran Air Lain Tempat Perendaman Karet Potongan Bambu Tempurung Kelapa Pelepah Daun Lubang Pohon Plastik bekas Sumur Penampungan air limbah Ember bekas Genangan air Lesung Bekas adonan semen Toples Total
Lokasi dengan % Kontainer Positif Jentik Blok D dan H Lekis Indah Jumlah % Jumlah % 15 18.8 0 0.0 0 0.0 0 0.0 8 10.0 10 14.7 2 2.5 1 1.5 10 12.5 11 16.2 3 3.8 4 5.9 3 3.8 8 11.8 3 3.8 1 1.5 1 1.3 5 7.4 1 1.3 4 5.9 2 2.5 0 0.0 1 1.3 0 0.0 0 0.0 0 0.0 3 3.8 1 1.5 15 18.8 11 16.2 1 1.3 1 1.5 0 0.0 6 8.8 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 2.9 1 1.3 0 0.0 4 5.0 0 0.0 3 3.8 0 0.0 1 1.3 0 0.0 2 2.5 0 0.0 0 0.0 1 1.5 0 0.0 1 1.5 1 1.3 1 1.5 80 68
c. Indeks kepadatan larva Pada Tabel 3 tampak bahwa angka House Index yang diperoleh sebesar 51,2% yang menunjukkan bahwa setengah dari total rumah yang diamati positif ditemukan jentik. Angka Container index yang diperoleh sebesar 28,2%. Indikator Breteau Index yang merupakan perbandingan antara jumlah kontainer yang positif jentik dengan jumlah rumah yang diamati, diperoleh sebesar 86%. Angka Bebas Jentik diperoleh sebesar 48,8%, jika dibandingkan dengan standar nasional ABJ (>95%), maka nilai ABJ hasil survey di 3 lokasi tersebut menunjukkan masih sangat rendah, sehingga jika nilainya <95% mempunyai peluang besar untuk mempercepat terjadinya penularan chikungunya. Bila mengacu kepada density figures yang dikeluarkan oleh WHO (1973) pada Tabel 4, apabila nilainya lebih dari 5 maka daerah tersebut dikategorikan memiliki resiko penularan yang tinggi, dengan demikian tampak bahwa seluruh lokasi yang disurvei (Blok D, Blok H dan Lekis Indah) memiliki resiko penularan (chikungunya) yang tinggi (Service MW, 1997). Tabel 3. Indikator kepadatan larva dari Blok D, Blok H dan Lekis Indah Tahun 2009 Indeks Larva (%) HI
CI
BI
ABJ
51,2
28,2
86
48,8
6
Tabel 4. Aedes aegypti larval density figures of WHO Corresponding to various larval indices (After WHO, Anon., 1973) Container Density figure House index Breteau index index 1 1-3 1-2 1-4 2 4-7 3-5 5-9 3 8-17 6-9 10-19 4 18-28 10-14 20-34 5 29-37 15-20 35-49 6 38-49 21-27 50-74 7 50-59 28-31 75-99 8 60-76 32-40 100-199 9 77 41 200
Gambar 2 Tempat penampungan air yang ditemukan jentik/larva KESIMPULAN Tersangka vektor di Blok D dan H adalah nyamuk Ae. aegypti, sedangkan di Lekis Indah adalah Ae. albopictus. Habitat (kontainer) tempat berkembang biak vektor/ tersangka vektor chikungunya terdapat jentik/larva nyamuk yang ditemukan di Blok D dan Blok H didominasi oleh tempat perendaman karet, bak mandi serta ember, sedangkan di Lekis Indah adalah tempat perendaman karet, ember serta drum. Berdasarkan density figures WHO (1973), maka indeks kepadatan jentik yang diperoleh (House Indeks, Kontainer Indeks, Breteau Indeks) dikategorikan memiliki resiko penularan yang relative tinggi. Dengan angka Bebas Jentik sebesar 48,8% dan jauh dari standar nasional (>95%), mempercepat terjadinya resiko penularan chikungunya. SARAN Berdasarkan telah ditemukannya tersangka vektor Ae. aegypti dan Ae. albopictus, ditemukannya berbagai habitat (kontainer) tempat perkembangbiakan nyamuk tersangka vektor, density figure lebih dari 5 dan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang rendah (48,8%), untuk itu disarankan : A. Untuk Dinas/ Puskesmas 1. Sistem Kewaspadaan Dini (Survailans yang baik) di tingkat desa Puskesmas dan Dinkes dan segera melaksanakan Pengamatan Epidemiologi (PE) apabila
7
mendapatkan laporan yang berdampak KLB. Bila terjadi lonjakan kasus yang siqnifikan bila perlu melaksanakan fogging (penyemprotan) yang harapannya segera membunuh nyamuk yang infektif (dapat menularkan chikungunya) dan dibarengi dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan 3 M plus (abatisasi, penggunaan ikan pemakan jentik) sesegera mungkin dan secara serentak di satu satuan epidemiologi (RT, Dusun atau Desa). 2. Penyuluhan tentang; penyakit chikungunya, vektor penularnya, pelaksanaan 3 M plus. B. Untuk Masyarakat 1. Segera berobat bila menderita penyakit chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. 2. Segera melaporkan ke Puskesmas/ Dinas Kesehatan Kabupaten bila menemukan orang dengan gejala (butir 1). 3. Segera melaksanakan 3 M (menguras, menimbun dan mengaliri air) plus (abatisasi, penggunaan ikan pemakan jentik) secara serentak di lingkungan (RT, Dusun dan Desa). 4. Tidur menggunakan kelambu, penggunaan/ memasang kawat kasa di ventilasi rumah. 5. Menggunakan bahan usir nyamuk di badan (Autan, soffel dll) pada saat menyadap/ memotong karet/ balam. 6. Bila tidak membuang air di tempat rendaman karet, bak mandi, drum dan lain sebagainya (akibat kesulitan air), maka larva dapat dibuang menggunakan ciduk jentik. Bila memelihara ikan maka jentik yang didapat dapat diberikan ke ikan peliharaan. Daftar Pustaka Anonimus. Demam Chikungunya. http://www.geocities.com/cakmoki/info_penyakit (20 Mei 2009) Dinkes. 2009. Laporan Kasus Chikungunya Kabupaten OKU. Baturaja Ditjen PPM&PL. 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Depkes RI Service, M.W. 1997. Mosquito Ecology, Field Sampling Method. Chapman & hall
8