Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Analisa Kerusakan Jalan di Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Azwar Abstract The road has perananan important role in economic, political, social, cultural, defense and security, and is used for the people's welfare. The highway is a means of transportation for people Ogan Komering Ulu, especially the citizens of the village to the city Sambirata District Pengandonan Baturaja and vice versa. Travel time is affecting activities of communities to implement activities. In order to increase the service to the road user it is necessary to carry out road improvements, and efforts were strongly supported by the data of road conditions. Keywords: Street, road damage, repair, service
Pendahuluan
Jalan mempunyai perananan penting dalam bidang ekonomi, politik, social, budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Jalan raya merupakan sarana transportasi bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu, khususnya warga Desa Ke Sambirata Kecamatan Pengandonan ke Kota Baturaja dan sebaliknya. Waktu tempuh sangatlah mempengaruhi aktifitas masyarakat dalam melaksanakan aktifitasnya. Untuk dapat mencapai waktu tempuh yang baik maka dibutuhkan prasarana yang baik pula. Jalan raya Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan pada saat ini tidak dapat ditempuh dengan normal. Banyaknya kerusakan yang terjadi pada ruas jalan merupakan salah satu penyebabnya. Akibat kerusakan pada ruas jalan raya Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu, memunculkan masalah yaitu terjadinya penambahan waktu tempuh perjalanan yang diakibatkan dari rusaknya ruas jalan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kerusakan yang terjadi pada ruas jalan raya di Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Dosen Tetap Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Baturaja
Azwar, Hal; 1 – 11
1
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Tinjauan Pustaka Menurut Manual Kapasitas Jalan MKJI (1997), definisi jalan adalah lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana prasarana perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya diperuntuhkan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang-orang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) digunakan untuk kendaraan bermotor; b) digunakan oleh masyarakat umum; c) dibiayai oleh perusahan negara, dan; c) penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan. Selanjutnya, tipe perkerasan lentur berdasarkan Bina Marga (1995), Shahin (1994), Yolder and Witzcak (1975), yaitu: a) deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil sesudah pembangunan, terdiri dari: bergelombang, alur, ambles, sungkur, mengembang, benjol dan turun; b) retak terjadi akibat renggangan tarik pada permukaan aspal melebihi dari renggangan tarik maksimum, terdiri dari: memanjang, melintang, diagonal, reflektif, balok, kulit buaya, bentuk bulan sabit; c) kerusakan tekstur permukaan, terdiri dari: butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas; d) kerusakan lubang, tambahan dan persilangan jalan rel, dan; e) Kerusakan di pinggir perkerasan : pinggir retak/ pecah dan bahu turun. Terkait dengan jenis kerusakan jalan pada perkerasan lentur, dapat dibedakan atas 6 (enam) jenis kerusakan yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-jenisnya: Pertama, retak (cracking); retak adalah suatu gejala kerusakan/pecahnya perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/parah suatu kerusakan. Retak (cracking) dibedakan atas: a) Retak Halus (Hair Cracking); b) Retak Kulit Buaya (Aligator Crack); c) Retak Pinggir (Edge Crack); d) Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Crack); e) Retak Sambungan Pelebaran Jalan (Widening Crack); f) Retak Refleksi (Reflection Crack); g) Retak Susut (Shrinkage Crack), dan; Retak Selip (Slippage Crack). Kedua, distorsi (distortion). Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis kerusakan diantaranya: a) Alur (Ruts); b) Keriting (Corrugation); c) Sungkur (Shoving); d) Amblas (Grade Depression), dan; e) Jembul (Upheaval). Ketiga, cacat permukaan (disintegration). Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut: a) Lubang (Potholes); b) Pelepasan Butiran (Reveling); c) Pengelupasan Lapisan Permukaan (Stripping), yang disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis dibawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras; a) Pengausan (Polished Aggregate); b) Kegemukan (Bleeding/Flushing), dan; c) Penurunan pada Bekas Penanaman Utilitas (Utility Cut Deprestion). Tipe dan kondisi permukaan jalan. Tipe dan kondisi permukaan jalan diberi kode sebagai; A = Aspal; K = Kerikil; B = Batu; T = Tanah/Kondisi kekasaran dan tampak permukaan jalan berdasarkan hasil penaksiran subjek dengan menggunakan kriteria yang sama seperti pada petunjuk persiapan program pemeliharaan jalan kabupaten sebagai berikut; B: Azwar, Hal; 1 – 11
2
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Baik/Pengendara halus dan tekstur permukaan jalan rapat. S : Sedang/Kekerasan sedang tekstur terbuka terkelupas dangkal > 50 %. R : Rusak/Kasar dan terkelupas, beberapa terkelupas dalam. RB : Rusak Berat/Perkerasan terkelupas, banyak terkelupas dalam. Untuk jalan tak beraspal berikan secara sederhana suatu penaksiran yang didasarkan atas kekasaran jalan dan kualitas kenyamanan berkendaraan. Kerusakan Perkerasan Tipe dan tingkat dari masing-masing kerusakan permukaan jalan diamati secara visual dari kendaraan tanpa berhenti, ditambah dengan survei berjalan kaki pada sampel segmen 100 m per km yang dilaksanakan secara sistematika sepanjang waktu mengizinkan antara 0,5-0,6 disetiap kilometer jalan. Kerusakan permukaan dikelompokan, diamati, diberi kode dan dinilai. Kerusakan permukaan diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 1. Kode Nilai Kerusakan Permukaan Jalan Kode A B C D E F G
Jalan Beraspal Lubang-lubang Legok-legokan/ amblas Retak-retak (tipe buaya) Alur bekas roda (+ rusak tepi ) Titik-titik lembek Erosi permukaan Berlombang
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. “Manual Pemeliharaan Jalan“.
Suatu sistem penilaian yang terdiri dari 4 angka/ tingkatan digunakan untuk menggambarkan tingkat kerusakan sebagai berikut: 1 = Baik; 2 = Sedang; 3 = Rusak, dan; 4 = Rusak Berat. Untuk kerusakan permukaan B-J, tingkat kerusakan ditentukan berdasarkan pada persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh perkerasakan persatuan jarak (misalnya per 100m), seperti berikut: Tabel 2. Persentase Tingkat Kerusakan Jalan Jalan Beraspal A. B. C. D. E. F. G.
Lubang-lubang Legokan/amblas Retak-retak Alur Beban Roda Titik-titik Lembek Erosi Permukaan Bergelombang
Baik 0-1 0-5 0-3 0-3 0-3 0-3 0-3
Sedang 1-5 5-10 3-12 3-5 3-10 3-10 3-10
1% (Luas) Rusak 5-15 10-50 3-12 3-5 3-10 3-10 3-10
Rusak Berat >15 >50 >25 >25 >25 >25 >25
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. “Manual Pemeliharaan Jalan“.
Azwar, Hal; 1 – 11
3
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Identifikasi Permasalahan Jalan Kegiatan ini dilakukan dengan cara melaksanakan survey pendahuluan serta diskusi dengan pihak-pihak berwenang setempat. Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan suatu daftar nama-nama ruas jalan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera penanganan. Untuk lebih memantapkan jenis penanganan yang dilakukan pada masing-masing ruas jalan. Maka perlu dilakukan survei. Perhitungan Lalu Lintas; keadaan lalu lintas pada suatu ruas jalan akan dapat dipergunakan untuk mengevaluasi apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu lintas. Bila setelah dievaluasi ternyata volume lalu lintas pada jam sibuk lebih besar dari pada kapasitas jalannya maka dapat dikatakan pada jalan tersebut timbul kemacetan Tabel 5. kapasitas jalan menurut lebar dan jumlah arah, dapat digunakan untuk menentukan kapasitas jalan menurut lebar dan jumlah arah dalam satuan mobil penumpang (SMP) per jam. Kecepatan Perjalanan; kongesti yang terjadi pada suatu ruas jalan dapat di ukur dengan mengetahui kecepatan kendaraan atau waktu perjalanan. Makin buruk kongesti yang terjadi berarti makin lambat kecepatan lalu lintas. Jika ternyata kecepatan perjalanan kendaraan kurang dari ada 50% kecepatan rencana ruas jalan, maka dapat dikatakan pada jalan tersebut mulai timbul kongesti. Penilaian Kondisi Perjalanan. Pertama, penilaian kondisi jalan. Survey kondisi jalan permukaan jalan dengan berjalan kaki sepanjang jalan. Dengan menjumlah nilai-nilai keseluruhan keadaan maka didapat nilai kondisi jalan. Uraian prioritas dihitung dengan rumus sebagai berikut: Urutan prioritas = 17-(kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan). Kelas LHR = Kelas lalu lintas untuk pekerjaan pemeliharaan (lihat tabel 5). kelas lalu lintas untuk pekerjaan pemeliharaan). Nilai kondisi jalan = Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan. Urutan Prioritas 0-3; jalan-jalan yang terletak pada urutan prioritas ini dimasukan ke dalam program peningkatan. Urutan Prioritas 4-6; jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukan kedalam program pemeliharaan berskala. Urutan Prioritas 7-9; jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukan kedalam program pemeliharaan rutin. Tabel 3. Nilai Kondisi Jalan Penilaian Kondisi Jalan Angka 26-29 22-25 19-21 16-18 13-15 10-12 7-9 4-6 0-3
Azwar, Hal; 1 – 11
Nilai 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Alur Kedalaman E.>20 mm D.11-20 mm C.6-10 mm B.0-5 mm A.Tidak Ada
Angka 7 5 3 1 0
4
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Retak-retak Tipe E. Buaya D. Acak C. Melintang B. Memanjang A. Tidak Ada
Angka 5 4 3 2 1
Lebar D.>2 mm C.1-2 mm B.<1 mm A. Tidak Ada
Angka 3 2 1 0
Jumlah Kerusakan Luas D.>30 % C.10-30 % B.<10 % A.0
Angka 3 2 1 0
Tambalan dan Lubang Luas D.>30 % C.20-30 % B.10-20 % A. <10 %
Angka 3 2 1 0
Kekerasan Permukaan E.Desintegration D.Pelepasan Butir C.Rough (Hungry) B.Fatty A.Close Texture
Angka 4 3 2 1 0
Amblas D.>5/100 m C.2-5/500 m B.0-2/100 m A.Tidak Ada
Angka 3 2 1 0
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. “Manual Pemeliharaan Jalan“.
Kedua, penilaian kondisi drainase. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada survei kondisi drainase sebagai berikut: a) Saluran samping: Ada/Tidak Ada, tersumbat, Teratur/Tidak Teratur, Memadai/Tidak Memadai; b) Sambungan: Ada/Tidak Ada, Tersumbat/Tidak Tersumbat; c) Jalur Pejalan Kaki: Ada/Tidak Ada, Rata/Tidak Rata, Rusak/Baik; d) Bahu: Terlalu tinggi/Sama tinggi/Terlalu rendah, Miring/Tidak rata, Diperkeras/Tidak diperkeras, dan; e) Tepian/Kers : Ada/Tidak ada, Rusak/Baik. Masing-masing kondisi mempunyai nilai, lihat tabel 4. Kondisi sistem drainase. Penilaian > 15; perlu dilakukan peningkatan sistem drainase. Penilaian 10-15; perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang berarti pada komponen sistem drainase dengan memasukan kedalam program pemeliharaan berkala. Penilaian < 10; di sini hanya diperlukan pemeliharaan rutin terhadap komponen-komponen drainase guna menjaga kelancaran sistem drainase. Penilaian > 15; perlu dilakukan peningkatan terhadap sistem drainase.
Azwar, Hal; 1 – 11
5
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Tabel 4. Nilai Kondisi Sistem Drainase Saluran Samping Ada Tidak Ada Tersumbat Tidak Tersumbat Teratur Tidak Teratur Memadai Tidak Memadai
Angka 0 7 2 0 0 2 0 3
Penghubung Ada Tidak Ada Tersumbat Tidak Tersumbat
Jalur Pejalan Angka Kaki 0 Ada 3 Tidak Ada 0 Rata 1 Tidak Rata 2 Rusak 0 Baik
Tepian/Kereb Angka 0 3 2 0
Ada Tidak Ada Rusak Baik
Angka 0 1 2 0
Bahu Terlalu Tinggi Sama Tinggi Terlalu Rendah Miring Tidak Rata Diperkeras Tidak diperkeras
Angka 2 0 2 0 2 0 1
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. “Manual Pemeliharaan Jalan“.
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif, dari hasil analisa ini dapat diketahui kerusakan jalan yang terjadi. Data Primer Observasi dan wawancara, menjadi sumber data primer dalam penelitian ini. Observasi; yaitu melakukan pengamatan terhadap suatu objek dengan memakai alat indra untuk memperoleh data-data yang aktual, data-data yang diperlukan dalam penelitian adalah datadata yang berhubungan dengan analisa kerusakan jalan. Wawancara; yaitu dialog yang digunakan oleh penelitian untuk memperoleh informasi, metode ini dipakai untuk melengkapi data-data yang kurang dengan melakukan wawancara secara langsung kepada instansi atau orang yang mengerti tentang permasalahan yang diambil.
Azwar, Hal; 1 – 11
6
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Data Sekunder Sedangkan data sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah: Dokumentasi; yaitu pengumpulan dokumen, transkrip. Metode yang dipakai untuk mendapatkan data-data utama yaitu data-data sekunder (data yang didapat secara langsung). Data-data yang diperlukan dan menjadi bahan analisa adalah data teknis dan kondisi jalan yang ada di Sambirata Pengandonan. Study kepustakaan; dilakukan pengambilan data-data dari buku atau literatur-literatur lainya seperti mengambil bahan dari internet yang diperlukan dalam penelitian ini. Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisa Data; Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan suatu jalan dalam sastu satuan waktu tertentu. Untuk penelitian yang dilakukan diruas jalan di Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu. Volume lalu lintas dihitung perhari setiap interval, perjam selama tigaminggu, Sehingga dapat diketahui secara terperinci spesifikasi kendaraan apa saja yang melalui ruas jalan di Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu tersebut dengan waktu kepadatan serta beban yang tanggung oleh konstruksi jalan tersebut. Dengan menganalisa dan mencatat volume lalu lintas yang melintas rusa jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu ini dapat diketahui apakah volume lalu lintas yang melalui ruas jalan ini merupakan salah satu penyebab atau penyebab utama sehingga rusaknya ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kabupataen Ogan Komering Ulu, yang secara langsung mengurangi kenyamanan dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan rekapitulasi volume lalu lintas didapat LHR maksimum adalah 989. Rekapitulasi Hasil Penelitian kerusakan jalan Tabel 5. Persentase Tingkat Kerusakan Jalan Pada Ruas Jalan di Desa Sambirata Pengandonan OKU KM 0001 %
KM 01 -02 %
KM 02 - 03 %
KM 0405 %
KM 0506 %
KM 0607 %
A
-
2.4
1.2
0.8
1.4
-
5.8
B
4,4
21
3.3
2.3
1.02
1.1
16
44.72
C
12.3
13.3
3
1.2
2.4
1
13.3
46.5
D
-
-
-
-
-
-
-
0
E
5
3
3
9.8
0.01
6
10.2
37.01
F
5.7
8
3.1
0..2
0.03
3.31
9,8
20.14
G
-
11.43
-
1.5
-
4.2
0.2
17.33
Total
23
59.13
13.6
14.8
4.26
17.01
39.7
171.5
Kode
Azwar, Hal; 1 – 11
KM 03 -04 %
Total %
7
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Total Perhitungan Kerusakan Jalan Jumlah total keseluruhan jalan pada ruas jalan di Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU (7 KM) adalah: 22,% + 59,13% + 13,6% + 14,8% + 4,26% + 17.01% + 39,7% = 171,5% = 171,5 X 100 7000 = 24,52 % Jadi kerusakan jalan pada ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU adalah 24,52%. Rekapitulasi Nilai Kondisi Jalan a.
b.
Kelas Lalu Lintas Berdasarkan Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum untuk menetukan kelas lalu lintas adalah sebagai berikut: Kelas lalu lintas LHR adalah 989 (maksimum), nilai ini termasuk kelas =4 Penilaian Kondisi Jalan Berdasarkan pada Bab II pada tinjauan pustaka untuk menentukan penilaian kondisi jalan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Nilai Kondisi Jalan
KM02- KM 03
KM 01 – KM 02
KM 00- KM 01
STA
Azwar, Hal; 1 – 11
Jenis Kerusakan Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah
Jumlah 2610cm = 26,1m 18080cm = 180800mm Pelepasan Butiran Disintegration 0,3% 3780cm = 37,8m 14010cm = 140100mm Pelepasan Butiran Disintegration 1143cm= 11430mm 3560cm = 35,6m 13220cm = 132200mm Pelepasan Butiran Disintegration -
Nilai 3 5 3 4 15 0 3 5 3 4 7 22 3 3 3 4 13
8
KM 06 – KM 07
KM 05- KM 06
KM 04- KM 05
KM 03- KM 04
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah Lubang-lubang (A) Legokan-legokan/ Amblas (B) Retak-retak © Alur Bekas Roda (D) Titik-titik Lembek (E) Erosi permukaan (F) Bergelombang (G) Jumlah
ISSN: 2087 – 1902
5,61% 9100cm = 91m 10110cm = 101100mm Pelepasan Butiran Disintegration 1440cm = 14400mm 7610cm = 76,1m 18720cm = 187200mm Pelepasan Butiran Disintegration 7172cm = 71,72m 13200cm = 132000mm Pelepasan Butiran Disintegration 2000cm = 20000mm 11010cm = 110,1m 21790cm = 21790mm Pelepasan Butiran Disintegration 2000cm = 20000mm
0 3 5 3 4 7 22 3 3 3 4 13 3 5 3 4 7 22 0 3 5 3 4 7 22
Total Perhitungan Penilaian Kondisi Jalan Berdasarkan pada bab II untuk perhitungan menentukan penilaian kondisi jalan adalah sebagai berikut: Jumlah total keseluruhan nilai kondisi jalan pada ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU: = 15 + 22 + 13 + 22 + 13 + + 22 + 22 = 129 7 = 18,4 Jadi angka keseluruhan nilai kondisi jalan pada ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU adalah 18,4. Penilaian kondisi jalan 18,4 adalah 7.
Azwar, Hal; 1 – 11
9
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Kerusakan Jalan; Persentase Tingkat Kerusakan Jalan Berdasarkan pada hasil perhitungan dan tingkat kerusakannnya maka untuk menetukan persentase tingkat kerusakan jalan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Persentase Tingkat Kerusakan Jalan
KM 06 –KM 07
KM 05- KM 06
KM 04 –KM 05
KM 04-KM 05
KM 02- KM 03
KM 01-KM 02
KM 00 – KM 01
Stasiun
Azwar, Hal; 1 – 11
Kode A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G A B C D E F G
Persentase (%) 26,1% 180,8% 3% 37,8% 140,1% 35,6% 132,2% 52% 56,1% 91% 101,1% 14,4% 76,1% 187,2% 71,72% 132% 20% 110,1% 217,9% 20%
Tingkat kerusakan Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Berat Rusak Berat Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Berat Rusak Rusak Berat Rusak Berat Rusak
10
Teknika; Vol: 2, No:3, Maret 2012
ISSN: 2087 – 1902
Perhitungan Urutan Prioritas Berdasarkan pada bab II hal. Untuk penanganan urutan prioritas adalah sebagai berikut: Urutan Prioritas = 17- (Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan Urutan prioritas
= 17 – (4 + 7) = 17 – 11 = 6
Jadi urutan prioritas 6 adalah jalan yang berada urutan prioritas ini dimasukan kedalam program pemeliharaan berkala.
Kesimpulan Dari hasil survey dan pengamatan dilapangan dalam menganalisa penyebab kerusakan ruas jalan Desa Sambirata Kecamatan Pengandonan Kab. OKU maka didapat beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi jalan pada ruas jalan Kesambirata-Pengandonan Kab. OKU adalah 18,4 adalah 7; 2. Urutan prioritas 6 (enam) adalah jalan yang berada urutan prioritas ini dimasukan kedalam program pemeliharaan berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Directorat General Bina Marga. 1997. Directorate OF Development (Bincot), Consulting Service For HCM Phose: Implemention. Pelatihan Diseminasi Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Swroad In Association With PT Bina Karya (Persero) Direksi Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Jalan Antar Kota. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU RI. 1990. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharan Jalan Kota. Jakarta: Departemen PU RI
Azwar, Hal; 1 – 11
11