ISSN 0216 - 3128
108
FITUR DAN ISU KESELAMATAN HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)
Joko Supriyadi
TERKAIT
AQUEOUS
Joko Supriyadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir-BAPETEN Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat 10120 Email :
[email protected]
ABSTRAK FITUR DAN ISU KESELAMATAN TERKAIT AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR).Untuk memenuhi kebutuhan dunia akan radiofarmaka, saat iniAqueous Homogeneous Reactor (AHR) dikembangkan sebagai reaktor produksi isotop terutama Mo-99 sebagai induk dari Tc-99m. AHR memiliki fitur yang berbeda dengan reaktor nondaya saat ini beroperasi dan kekhususan tersebut berdampak kepada isu keselamatannya. Tulisan ini merupakan hasil kajian pustaka terkait AHR yang dilakukan dengan menganalisis kekhasan sistem pada AHR dan kaitannya dengan keharusan menjalankan fungsi keselamatan reaktor. Di antara kekhasan AHR adalah bahan bakarnya yang homogen dan cair, produksi gas berupa produk fisi dan hasil radiolisis, keberadaan sistem manajemen gas, dan fasilitas pemisah isotop. Kekhususan tersebut membawa isu keselamatan sebagai berikut: 1) potensi bahaya ledakan akibat reaksi hidrogen dengan oksigen, 2) potensi bahaya reaksi kimia eksotermis dari gas hasil elektrolisis selain hidrogen, 3) osilasi daya, 4) pendidihan curah larutan bahan bakar, 5) pengendapan larutan bahan bakar dan produk fisi, 6) penurunan kemampuan pendinginan, dan 7) kejadian yang merembet dari fasilitas pemisah isotop dengan reaktor atau antar reaktor untuk instalasi dengan multireaktor. Semua isu keselamatan tersebut harus dihadapkan dengan persyaratan desain reaktor untuk menjalankan fungsi keselamatan reaktor, yakni mengendalikan reaktivitas, mengambil panas yang dibangkitkan reaktor, dan mengungkung zat radioaktif. Kata Kunci:aqueous homogeneous reactor (AHR), sistem manajemen gas, produksi isotop, isu keselamatan, fungsi keselamatan reaktor.
ABSTRACT FITUR AND SAFETY ISSUES OF AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR).To meetthe high demands of medical isotopes, nowadays Aqueous Homogeneous Reactors (AHR) are developed as a medical isotope production reactro, primarily isotope Mo-99 as a parent of Tc-99m. AHRs have different features with non-power reactors currently in operation and the peculiarities have implications on the safety issues. This paper is result of study on literatures related to AHR. The study held by analyse the peculiarities of systems in AHR and the relation of the peculiarities with the provisions to conduct reactor safety functions. Among the AHR’s peculiarities are the fuel is homogen and liquid, the liquid fuel produce gas of fission products and gas resulted from radiolysis, the presence of gas management system, and the presence of isotope separation facility. The peculiarities have implications on the safety issues as follows: 1) prevention of explosion due to the reaction of hydrogen with oxygen, 2) the hazard of exothermic chemical reaction of gases other than hydrogen, 3) the oscillation power, 4) the bulk boiling of fuel solvent, 5) precipitation of the fuel solvent and fission products, 6) reduction of cooling, and 7) the propagation of incident from the isotope separator to the reactor or inter-reactor for installation with multireactors. The safety issues must be faced with the provision in reactor design of reactor safety functions, namely to control reactivity, to remove generated heat, and to contain the radioactive materials. Keywords: aqueous homogeneous reactor (AHR), gas management system, isotop production, safety issues, reactor safety functions.
PENDAHULUAN
S
alah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kesehatan adalah kedokteran nuklir, yakni kegiatan medis yang melibatkan penggunaan zat radioaktif untuk diagnosa atau terapi. Dalam kedokteran nuklir zat radioaktif dijadikan senyawa radiofarmaka yang dapat dilokalisasi pada organ atau sel tertentu. Salah satu isotop yang banyak digunakan dalam kedokteran nuklir untuk kepentingan diagnosis adalah Technetium-99m (Tc99m)(1).
Hingga saat ini, kebutuhan dunia akan Tc-99m untuk digunakan dalam bidang kedokteran nuklir sangatlah tinggi. Isotop hasil peluruhan Molybdenum-99 (Mo-99) tersebut pada tahun 2008 saja digunakan lebih dari dua puluh lima juta prosedur medis, atau sekitar 80% dari keseluruhan prosedur radiofarmaka(4). Bahkan di Amerika Serikat, keandalan pasokan Mo-99 masih menjadi persoalan(3). Melihat pasar Tc-99m yang begitu besar, P.T. Batan Teknologi (Persero) sebagai BUMN yang memproduksi radiofarmaka berencana untuk
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 4 Juli 2012
Joko Supriyadi
ISSN 0216 - 3128
mengoperasikan reaktor homogen berbahan bakargaram uranium yang larut di dalam air sebagai reaktor produksi isotop Mo-99. Jenis reaktor tersebut di dunia dikenal dengan sebutan Aqueous Homogeneous Reactor (AHR). Walau terdapat kurang lebih 30 buah AHR yang pernah beroperasi ketika negara-negara di dunia mengawali program nuklir pada tahun 1940an-1950an, baru pada tahun 1990an minat terhadap AHR bangkit kembali terutama untuk produksi isotop medis. Mengingat kekhasan AHR dalam hal desain dan operasi, tulisan ini dibuat dalam rangka menginventarisasi isu-isu keselamatan yang khusus terkait AHR tanpa mengesampingkan isu-isu keselamatan terkait reaktor nondaya pada umumnya. Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka familiarisasi atas teknologi reaktor yang relatif baru ini. Dengan familiarisasi tersebut, siapapun yang terlibat dalam pemanfaatan teknologi ini, baik Pengusaha Instalasi Nuklir atau Badan Pengawas dapat memastikan keselamatan pengoperasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam menyusun tulisan ini penulis melakukan studi pustaka terhadap berbagaipustaka terkait AHR menjadi rujukan. Terhadap pustaka-pustaka tersebut, dilakukan abstraksi kekhasan fitur yang dimiliki oleh AHR dan analisis isu keselamatan terkait kekhasan AHR tersebut dengan cara menghadapkannya dengan ketentuan keselamatan desain terutama persyaratan pemenuhan fungsi keselamatan reaktor(6).Daftar lengkap pustaka rujukan tersedia di dalam Daftar Pustaka. Dalam tulisan ini, pembahasan dibatasi hanya pada AHR yang digunakan untuk produksi radioisotop terutama untuk kebutuhan medis.
Fitur Umum AHR Mo-99 sebagai induk dari Tc-99m pada umumnya diproduksi dengan mengiradiasi Uranium-235 (U-235) sebagai target di dalam teras reaktor. U-235 target tersebut mengalami fisi dan Mo-99 merupakan salah satu produk fisinya.AHR dipilih sebagai reaktor produksi isotop karena tidak memerlukan U-235 target karena bahan bakar reaktor itu sendiri yang menjadi bahan baku produksi Mo-99. Di samping itu, untuk menghasilkan jumlah Mo-99 yang sama AHR memerlukan daya yang lebih rendah dibandingkan dengan reaktor yang mengiradiasi target(4). Namun demikian, AHR bisa digunakan juga untuk produksi isotop selain Mo-99, misalnya I-131 atau Sr-89. AHR memiliki fitur khusus yang membedakanya dengan reaktor nuklir pada umumnya(4). Bahan bakar AHR tidak terdapat di dalam batang-batang kelongsong. Bahan bakar AHR biasanya berupa larutan homogen bahan bakar di dalam teras berupa bejana dengan pengayaan rendah. Bahan bakar tersebut umumnya
109
berupa garam uranium dalam senyawa sulfat UO2SO4 atau nitrat UO2(NO3)2. AHR dioperasikan pada daya yang relatif rendah, yaitu antara 50-300 kW termal. Namun demikian, sebuah instalasi bisa memiliki beberapa reaktor kecil yang terkoneksi satu sama lain dengan fasilitas pemisahan isotop. Untuk mengendalikan reaktivitas, di dalam teras AHR juga terdapat batang kendali yang bisa keluar masuk bejana seperti umumnya jenis reaktor nuklir yang lain. Terkait umpan balik reaktivitas, umumnya AHR memiliki koefisien hampa dan suhu yang nilainya sangat negatif. Bejana AHR tidak penuh terisi bahan bakar cair, bagian atas dari bejana tersebut merupakan ruang yang berisi gas. Gas tersebut merupakan produk fisi dalam wujud gas dan gas hasil radiolisis. Untuk mengelola gas tersebut, AHR memiliki sistemmanajemen gas yang salah satu fungsi utamanya adalah merekombinasi gas hidrogen dan oksigen hasil radiolisis untuk mencegah terjadinya ledakan hidrogen. Air hasil rekombinasi kemudian dikembalikan ke dalam teras. Pada umumnya, pengambilan panas dari teras AHR dilakukan oleh penukar panas berupa pipa/tabung berbentuk kumparan yang terletak didi dalam bejana reaktor. Panas yang diambil oleh sistem primer tersebut kemudian dipindahkan ke sistem sekunder yang kemudian melepas panas tersebut ke lingkungan. Di samping sistem pendingin primer, sistem manajemen gas juga digunakan untuk mengambil panas dari teras reaktor. Begitu pula kolam pendingin di luar bejana reaktor juga digunakan untuk mendinginkan bejana reaktor. Pada setiap AHR, bejana reaktor terhubung dengan sistem pemisahan yang berfungsi mengambil isotopdari cairan bahan bakar dan fasilitas dan/atau dari gas di bagian atas bejana. Desain sistem pemisahan ada yang on-line ada juga yang off-line. Di samping itu, sistem manajemen gas juga bisa difungsikan untuk meningkatkan pengambilan isotop yang diproduksi(4).
Beberapa Contoh AHR Di dunia ini ada beberapa negara yang mendesain atau mengoperasikan AHR untuk keperluan produksi isotop, di antaranya adalah China, Prancis, Rusia, dan Amerika. China mendesain medical isotope production reactor (MIPR) untuk memproduksi Mo-99 dan I-131. Reaktor dengan daya termal 200 kW ini menggunakan UO2(NO3)2 sebagai bahan bakar dan masih dengan pengayaan tinggi sebesar 90%. Namun demikian mereka berencana untuk menurunkan pengayaan menjadi rendah (low enriched uranium / LEU) jika persoalan utama terkaitLEU terpecahkan. Densitas daya MIPR
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 4 Juli 2012
110
ISSN 0216 - 3128
sekitar 2,5 kW/L.MIPR memiliki tiga buah batang kendali untuk mengendalikan reaktor dan mengembalikan ke dalam keadaan shutdown selamat. Di samping itu MIPR juga memiliki sistem shutdown darurat dengan metode pasif pengambilan larutan bahan bakar dari bejana reaktor. Setiap tahun reaktor dioperasikan dalam 100 siklus yang terdiri dari 24 jam operasi dan 48 jam shutdown. Setelah 1 jam shutdown, larutan bahan bakar dialirkan ke tempat penyimpanan dengan melewati sistem ekstraksi yang menghasilkan 500 Ci isotop Mo-99 sebesar dan 100 Ci isotop I-131. Amerika Serikat juga mengembangkan Medical Isotope Production System (MIPS)untuk produksi isotop Mo-99. Reaktor AHR dengan daya 200 kW ini memproduksi Mo-99 sebanyak 1100 x 6 hari Ci per minggu. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium nitrat UO2(NO3)2. Sementara negara lain masih dalam pengembangan, Rusia sejak tahun 1981 telah mengoperasikan reaktor ARGUS sebagai reaktor produksi isotop Mo-99 dan Sr-89. Reaktor dengan tingkat daya 20 kW ini menggunakan UO2SO4 sebagai bahan bakar. Pengayaan masih tinggi yakni 90%. Reaktor ARGUS juga telah digunakan untuk penelitian penambahan reaktivitas positif tanpa scram. Data yang diperoleh dalam eksperimen tersebut bisa menjadi benchmark coode yang digunakan untuk mengevaluasi keselamatan AHR yang lain. Di samping reaktor ARGUS, Rusia juga mengembangkan reaktor produksi isotopSR-RN (Solution Reactor- Radionuclides) yang berbasis AHR. Reaktor tersebut digunakan untuk memproduksi Mo-99, Sr-89, Xe-133, dan campuran isotop Iodine I-131, I-132, dan I-133. Reaktor dengan daya termal 50 kW ini menggunakan UO2SO4 sebagai bahan bakar dan masih dengan pengayaan tinggi sebesar 90%. Densitas daya SRRN sekitar 1,5 kW/L.Pipa berbentuk kumparan masuk ke bejana reaktorsebagai penukar panas sistem pendingin primer yang mengambil panas dari teras. Reaktor SR-RN memiliki dua sistem pemisahan isotop, di mana sistem yang satu memanen isotop Mo-99 dari cairan bahan bakar sementara sistem yang lain memanen isotop Sr-89, Xe-133, I-131, I-132, dan I-133 dari gas di bagian atas dari bejana reaktor. Prancis juga berpengalaman menggunakan AHR untuk percobaan kecelakaan kritikalitas dengan instalasi CRAC pada tahun 1967-1972 dan kemudian dilanjutkan dengan reaktor SILENE mulai tahun 1974. Hingga sekarang SILENE masih beroperasi. Kedua instalasi tersebut menggunakan uranium sulfat sebagai bahan bakar. Reaktor SILENE bisa digunakan untuk pelatihan dan pemeliharaan kemampuan yang diperlukan dalam mengelola kecelakaan kritikalitas AHR(4).
Joko Supriyadi
PEMBAHASAN Berdasarkan Peraturan Ketenaganukliran(6), Pemegang Izin harus mendesain reaktor dengan tingkat keandalan tinggi untuk mencapai tujuan keselamatan nuklir.Tujuan keselamatan nuklir tersebut diwujudkan melalui penerapan pertahanan berlapis untuk memenuhi fungsi keselamatan reaktor. Ada tiga fungsi keselamatan reaktor, yaitu mengendalikan reaktivitas, memindahkan panas dari teras reaktor, dan mengungkung zat radioaktif dan menahan radiasi. Sebagaimana diuraikan dalam bagian 2 dalam tulisan ini, AHR memiliki fitur yang unik serta fenomena yang terjadi dalam pengoperasiannya juga berbeda dengan reaktor heterogen pada umumnya. Oleh karena itu, AHR memiliki isu keselamatan yang khas pula. Kekhususan isu keselamatan ini perlu diperhatikan baik oleh calon operator maupun badan pengawas, terutama terkait ketiga fungsi keselamatan reaktor di atas. Berbeda dengan reaktor heterogen, AHR tidak memiliki kelongsong yang mengungkung bahan bakar dan produk fisi. Kedua kelompok zat radioaktif tersebut dikungkung di dalam batas reaktor (reactor boundary) itu sendiri. Penghalang utama tersebut terdiri dari bejana reaktor, sistem manajemen gas, dan sistem pendingin primer. Oleh karena itu, di samping menjalankan fungsinya masing-masing, ketiga sistem tersebut harus melaksanakan fungsi keselamatan reaktor yakni sebagai pengungkung pertama zat radioaktif sebagaimana kelongsong bahan bakar dalam reaktor heterogen untuk mencegahnya terlepas ke lingkungan. Salah satu hal yang mengancam kemampuan pengungkung zat radioaktif adalah peningkatan tekanan di dalam instalasi(2). Di dalam teras AHR terjadi radiolisis yang menghasilkan hidrogen dan oksigen serta NOx jika menggunakan larutan nitrat. Hidrogen yang dihasilkan dari peristiwa radiolisis bisa mengalami deflagarasi dan detonasi. Deflagarasi adalah istilah untuk pembakaran di mana gelombang eksotermisnya merambat dengan kecepatan subsonik yang biasanya merambat dengan konduktivitas termal. Sementara itu detonasi adalah pembakaran yang merambat dengan kecepatan supersonik. Keberadaan gas produksi radiolisis tersebut membuat AHR harus memiliki sistem manajemen gas yang merekombinasi hidrogen dan oksigen, mencegah bahaya detonasi dan deflagarasi hidrogen, mengungkung zat kimia berbahaya (misalnya gas NOx) dan produk fisi (Kr, Xe, I), dan melakuan venting tekanan berlebih di dalam bejana reaktor(2). Tekanan berlebih bisa merusak batas reaktor (reactor boundary) sebagai penghalang pertama zat radioaktif dan bisaberakibat terjadi
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 4 Juli 2012
Joko Supriyadi
ISSN 0216 - 3128
lepasan produk fisi. Sehingga harus dipastikan tidak terjadi pelampauan batas desain dari batas reaktor tersebut. Di samping itu, peningkatan tekanan dan detonasi atau deflagarasi bisa meningkatkan densitas cairan bahan bakar di dalam teras dan dengan demikian terjadi peningkatan densitas daya(2).Oleh karena itu, hal tersebut harus diantisipasi dalam desain dalam rangka mengendalikan reaktivitas teras dan kemampuan sistem untuk memadamkan reaktor. Peningkatan produksi gas radiolisis yang sangat besar dan melampaui kemampuan rekombinasi juga akan meningkatkan tekanan di dalam batas utama reaktor(2). Hal ini bisa memicu umpan balik reaktivitas yang positif akibat tekanan. Hal tersebut terjadi karena peningkatan densitas cairan bahan bakar sementara AHR memiliki koefisien hampa yang sangat negatif. Peningkatan tekanan yang cepat atau terlalu besar akan mengancam integritas batas reaktor yang berfungsi mengungkung produk fisi. Di samping itu, peningkatan produksi gas hasil radiolisis yang melampaui kemampuan rekombinasi juga bisa mengakibatkan akumulasi hidrogen dan oksigen di dalam sistem manajemen gas. Ledakan hidrogen di dalam sistem tersebut bisa mengakibatkan tertembusnya batas reaktor utama di posisi yang agak jauh dari teras. Pada kondisi normal, daya AHR tidak tunak tapi sedikit berosilasi seiring dengan kemunculan dan lepasnya gas dari cairan bahan bakar(2). Hal ini tidak berbahaya asal osilasi tersebut tidak berkembang menuju kondisi tidak stabil di mana osilasi menjadi sangat besar dan tidak teredam.Mengingat umpan balik reaktivitas positif bisa muncul ketika produksi gas hasil radiolisis melampaui kemampuan rekombinasi, bisa muncul keadaan tidak stabil di mana secara timbal balik daya dan tekanan meningkat terus.Kondisi-kondisi ketidakstabilan ini harus dievaluasi untuk memastikan kestabilan reaktor. Jika ternyata reaktor pada suatu kondisi tidak stabil, ketidakstabilan tersebut harus bisa dideteksi dan diredam sehingga fungsi keselamatan reaktor untuk mengendalikan reaktivitas bisa mengatasi tantangan tersebut. Isu keselamatan terkait kenaikan densitas daya dan osilasi daya telah dibahas secara mendalam oleh Lane(6). Suatu AHR bisa selamat saat mengalami surja daya, tapi tetap tidak stabil sehingga tidak selamat saat mengalami surja daya berikutnya. Sebaliknya, AHR bisa saja stabil tapi tidak selamat, yakni reaktor bisa mencapai kestabilan setelah mengalami surja daya tapi tidak selamat karena surja daya tersebut mengakibatkan pelampauan nilai batas desain suatu parameter reaktor, misalnya tegangan luluh bejana reaktor. Dalam hal ini desain AHR harus mempertimbangkan batas maksimum kenaikan
111
reaktivitas (dikaitkan dengan batas maksimum kenaikan daya di dalam teras) dengan kemungkinan maksimum kenaikan reaktivitas. Larutan bahan bakar AHR bisa mengalami pendidihan curah (bulk boiling) di mana terjadi perubahan fase dari cair menjadi gas(2). Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan lepasan produk fisi dan peningkatan reaktivitas. Barbry(4) menunjukkan bahwa berbagai kondisi, di antaranya apakah larutan bahan bakar under-moderated ataukah over-moderated,sangat menentukan apakah pendidihan curah bisa mengakibatkan kenaikan atau penurunan reaktivitas pasca kecelakaan. Konsekuensi lain dari pendidihan curah adalah redistribusi bahan bakar dan produk fisi, suatu kondisi yang bisa membahayakan integritas batas reaktor yang memiliki fungsi keselamatan mengungkung zat radioaktif. Pada AHR, larutan bahan bakar dan produk fisi bisa mengalami pengendapan(2). Pengendapan tersebut terutama terjadi pada larutan bahan bakar nitrat. Pembentukan NOx akan meningkatkan pH dan jika nilai pH melewati nilai 3 pengendapan akan terjadi. Pengendapan harus dihindari untuk mencegah pemanasan lokal pada bejana reaktor dan tabung kumparan pendingin. Hal tersebut dapat mengancam integritas pengungkung zat radioaktif. Namun demikian, nilai pH yang terlalu rendah juga dapat meningkatkan korosi. Oleh karena itu, nilai pH harus di sekitar angka 1 sebagai nilai optimum(4). Pada AHR, gas hasil radiolisis selain hidrogen dan oksigen seperti NOx bisa mengalami reaksi kimia yang eksotermis(2). Misalnya, reaksi oksidasi NOx merupakan reaksi eksotermis. Oksidasi yang cepat tersebut bisa meningkatkan tekanan dan mengancam integritas sistem manajemen gas dan kalau ada komponen sistem manajeme gasyang gagal bisa terjadi lepasan produk fisi dari sistem pengungkung utama. Isu keselamatan yang lain terkait kemampuan pendinginan adalah berkurangnya kemampuan pendinginan(2). Sebagaimana disampaikan dalam bagian 2, panas yang dibangkitkan di dalam teras AHR diambil oleh pendingin primer, sistem manajemen gas dan oleh kolam di sekeliling bejana reaktor. Kegagalan pada salah satu sistem pendinginan akan mengakibatkan kenaikan suhu atau pengaruh kimia, tegangan termal berlebih, atau tambahan reaktivitas yang pada gilirannya akan membahayakan integritas batas pengungkung zat radioaktif. Karena AHR memiliki fasilitas pemisah isotop yang terkoneksi dengan reaktor AHR, kegagalan fasilitas tersebut bisa berpengaruh terhadap reaktor(2).Di sisi lain, jika terdapat multireaktor yang terkoneksi, propagasi kejadian dari satu reaktor dengan reaktor lain juga harus dipertimbangkan di dalam analisis kecelakaan.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 4 Juli 2012
ISSN 0216 - 3128
112
Joko Supriyadi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Untuk memenuhi kebutuhan radiofarmaka terutama senyawa yang mengandung isotop Mo-99, AHR merupakan jenis reaktor nuklir yang dapat dijadikan reaktor produksi isotop. AHR memiliki fitur/sistem yang khas dan fenomena yang terjadi di dalamnya juga memiliki kekhususan.Dalam desainnya, beberapa isu keselamatan terkait kekhasan AHR tersebut harus menjadi perhatian utama karena umumnya kita hanya memiliki pengalaman dengan reaktor heterogen. Di antara isu keselamatan tersebut adalah: 1) pencegahan ledakan akibat reaksi hidrogen dengan oksigen, 2) reaksi kimia eksotermis dari gas hasil elektrolisis selain hidrogen, 3) osilasi daya, 4) pendidihan curah larutan bahan bakar, 5) pengendapan larutan bahan bakar dan produk fisi, 6) penurunan kemampuan pendinginan, dan 7) kejadian yang merembet dari fasilitas pemisah isotop dengan reaktor atau antar reaktor untuk instalasi dengan multireaktor. Semua isu keselamatan tersebut harus dihadapkan dengan persyaratan ketenaganukliran bahwa desain reaktor nuklir harus mampu menjalankan fungsi keselamatan reaktor, yakni mengendalikan reaktivitas, mengambil panas yang dibangkitkan reaktor, dan mengungkung zat radioaktif. Kesemuanya adalah untuk menjamin keselamatan masyarakat, pekerja, dan lingkungan dari bahaya radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
1. 2.
3.
4.
5.
6.
http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_medicin e BAJOREK, S. dkk., Aqueous Homogeneous Reactor Technical Panel Report, Brookhaven National Laboratory, 2010 CAVERA, M., 99mTc Production Processes: An Examination of Proposals to Ensure Stable North American Medical Supplies, Colorado State University, 2009 IAEA, Homogeneous Aqueous Solution Nuclear Reactors for the Production of Mo-99 and other Short Lived Radioisotopes, 2008 LANE, J.A. (ed.), Fluid Fuel Reactors, Addison-Wesley, 1958, Part I: Aqueous Homogenous Reactors. PERATURAN KEPALA BAPETEN No. 1 tahun 2011 tentang Keselamatan Desain Reaktor Non Daya
TANYAJAWAB Sriyono − Mengapa pada reaktor AHR tidak dibutuhkan fluks neutron yang tinggi? JokoSupriyadi • Karena bahan bakar itu sendiri yang menjadi bahan baku atau target produksi isotop, sehingga untuk mendapatkan laju produksi radioisotop yang tinggi tidak memerlukan fluks neutron yang tinggi.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah - Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 4 Juli 2012