FILSAFAT KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN SASTRA ANAK Indiyah Prana Amertawengrum*
Abstrak: Filsafat konstruktivisme memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Aliran ini menghendaki agar peserta didik dapat menggunakan kemampuannya secara konstruktif. Dalam proses pembelajaran, aliran ini memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang telah dimiliki. Hal itu terlihat dari banyak cara belajar mengajar di sekolah yang didasarkan pada teori konstruktivisme, seperti cara belajar yang menekankan peranan peserta didikdalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan peserta didik tersebut dalam pembentukan pengetahuannya. Penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran membawa implikasi pada: (1) Hubungan pendidik dan peserta didik ; (2)Tujuan pembelajaran;(3) Strategi pembelajaran; (4) Penataan lingkungan belajar; serta (5)Isi pembelajaran
PENGANTAR Filsafat memiliki peranan yang sangat penting di dalam hampir semua aspek kehidupan manusia.
sungguh-sungguh dengan memerhatikan berbagai aspek dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfilsafat.
Berbagai masalah yang dihadapi manusia memerlukan
Di dalam dunia pendidikan, filsafat
pemecahan masalah. Untuk itu, manusia memerlukan
konstruksivisme memiliki pengaruh yang besar.
pemikiran dengan sungguh-sungguh, kemampuan dan
Berlandaskan filsafat ini, model pembelajaran
keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta didukung
berbeda dengan model pembelajaran klasikyang
pengetahuan yang sesuai dalam memecahkan
berpusat pada guru. Aliran ini mengutamakan peran
berbagai masalah dan mengambil suatu keputusan.
peserta didik dalam berinisiatif.Di dalam pendidikan,
Salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan
aliran konstruktivisme menghendaki agar peserta
diharapkan memberikan pengetahuan yang
didikdapat menggunakan kemampuannya secara
memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-
konstruktif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
masalah kehidupan dalam tugas-tugas profesional dan
perkembangan ilmu dan teknologi. Peserta didik harus
dalam kehidupan sehari-hari. Suatu masalah tidak
aktif mengembangkan pengetahuan, tidak hanya
dapat diatasi tanpa dasar pengetahuan yang relevan,
menunggu arahan dan petunjuk dari guru.Hal itu
masalah pendidikan tidak dapat diatasi tanpa dasar
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pestalozzi
pengetahuan pendidikan, masalah hukum tidak dapat
dalam Christine Doddington & Mary Hilton (2010:
diatasi tanpa dasar pengetahuan hukum, dan
13) mengenai anak sebagai pembelajar aktif, sehingga
sebagainya (Zuchdi: 2010: 124). Kegiatan berpikir
tugas pendidik bukan menginstruksikan, tetapi
* Fakultas PBSI, UNWIDHA Klaten
8
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
merangsang aktivitas mandiri melalui pelatihan
Cara belajar seperti itu pula yang saat ini banyak
indera.
diterapkan oleh guru-guru dalam pembelajaran sastra
Berkenaan dengan proses pembelajaran,aliran
di sekolah dasar.
konstruktivisme memberikan keleluasaan kepada
Dunia anak-anaksangat dekat dengan cerita.
peserta didikuntuk aktif membangun kebermaknaan
Hal itu dikarenakan cerita tidak hanya memberikan
sesuai dengan pemahaman yang telahdimiliki,
kesenangan, tetapi juga memberi manfaat bagi
memerlukan serangkaian kesadaran akan makna
kehidupan anak-anak. Ketika seorang anak mulai bisa
bahwa pengetahuan tidak bersifat obyektif atau stabil,
berkomunikasi, daya imajinasinya pun tumbuh
tetapi bersifat temporer atau selalu berkembang
dengan pesat. Melalui cerita, anak dapat memperoleh,
tergantung pada persepsi subjektif individu dan
mempelajari, dan mengembangkan berbagai aspek
individu yang berpengetahuan menginterpretasikan
kehidupan.Sebagaimana dikemukakan Nurgiyantoro
serta mengkonstruksi suatu realisasi berdasarkan
(2013: 2) bahwa semua orang, terlebih anak, senang
pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.
dan butuh cerita, terlebih anak yang memang sedang
Pengetahuan berguna jika mampu digunakan untuk
berada dalam masa peka untuk memeroleh, memupuk,
memecahkan suatu permasalahan.
dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan.
Menurut Tobin, Tippins, & Gallard (1994)
Lewat cerita anak dapat memeroleh, memelajari, dan
dalam Suparno (2012: 12), saat ini masyarakat
menyikapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan,
pendidikan sedang mengalami suatu proses
manusia dan kemanusiaan karena cerita menawarkan
pergeseran paradigma (paradigm shift). Bila beberapa
dan mendialogkan kehidupan dengan cara-cara yang
puluh tahun lalu konstruktivisme belum diterima
menarik dan konkret. Tentu saja cerita yang
secara umum, sekarang ada usaha untuk mengerti
dimaksudkan di atas adalah cerita yang memang
konstruktivisme dalam seluruh bidang pendidikan.
ditujukan kepada anak-anak, untuk dikonsumsi anak-
Perubahan sikap ini memberikan semangat bagi para
anak. Hal itu dapat diperoleh melalui sastra anak.
ahli dan mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan filsafat
Dikemukakan oleh Suparno (2012: 12) bahwa
konstruktivisme dalam pendidikan, serta bagaimana
dewasa ini filsafat konstruktivisme menjadi dasar
sebaiknya pembelajaran sastra anak dilaksanakan,
pendekatan pendidikan. Banyak cara belajar mengajar
maka tulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui
di sekolah didasarkan pada teori konstruktivisme,
pemanfaatan filsafat konstruktivisme dalam
seperti cara belajar yang menekankan peranan peserta
pembelajaran sastra anak
didikdalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan peserta didik tersebut dalam pembentukan
SASTRA ANAK
pengetahuannya. Hal senada juga dikemukakan oleh
Tidak mudah untuk membuat definisi sastra
Schunk (2012: 320) bahwa dalam tahun-tahun
anak secara tepat. Sebagai suatu bentuk kreasi
belakangan ini konstruktivisme makin banyak
imajinatif, sastra ditampilkan dengan cara-cara
diaplikasikan dalam pembelajaran dan pengajaran.
pengungkapan bahasa tertentu yang menggambarkan
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
9
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan
Huck dalam Nurgiyantoro (2013: 6) juga
pengalaman , serta mengandung nilai estetika tertentu.
mengemukakan bahwa dalam sastra anak, anak
Berkenaan dengan pengertian sastra anak, Endraswara
sebagai pusat penceritaan. Sastra anak adalah buku
(2005: 207) mengemukakan bahwa sastra anak pada
yang sengaja disediakan utuk dibaca anak. Isi
dasarnya merupakan “wajah sastra” yang fokus
kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan
utamanya demi perkembangan anak. Di dalamnya
pengetahuan anak, pengalaman dan pengetahuan yang
mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat
dapat dijangkau dan dipahami oleh anak, yang sesuai
dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan
dengan dunia anak, sesuai dengan perkembangan
menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Tokoh
emosi dan kejiwaannya. Sastra anak dapat berkisah
dalam sastra anak tidak harus anak.
tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan
Pengertian sastra anak yang dikemukakan oleh
ini sehingga mampu memberikan informasi dan
Endraswara tersebut menyiratkan bahwa di dalam
pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu
sastra anak, yang menjadi fokus utama sastra anak
sendiri. Bahkan, sastra anak tidak harus selalu
adalah anak-anak, ditujukan untuk anak-anak, yang
berakhir dengan hal yang menyenangkan, tetapi dapat
sengaja dibuat untuk dikonsumsi anak-anak sehingga
juga yang sebaliknya.
isinya pun disesuaikan dengan dunia anak-anak, mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak meski tokoh yang
PEMBELAJARAN SASTRA ANAK
terdapat di dalamnya tidak harus anak-anak.Dapat
Rahmanto (2012: 9) mengemukakan bahwa
pula ditambahkan di sini bahwa penulis atau
kata “sastra’ dapat ditemukan dalam berbagai konteks
pengarangnya tidak harus anak-anak.
pernyataan yang berbeda satu sama lain. Hal itu
Meskipun pendefinisian sastra anak sulit dilakukan, tetapi beberapa hal berikut dapat menunjukkan karakteristik sastra anak (children literature) yang membedakannya dari sastra dewasa (adult literature), meski perbedaan tersebut tidak bisa diberi garis batas secara tegas karena keduanya juga memiliki persamaan satu sama lain yang tidak dapat dilepaskan dari hakikat sastra itu sendiri. Saxby dalam Nurgiyantoro (2013:5) mengemukakan bahwa jika (1) citraan dan atau metafora kehidupan yang dikisahkan itu berada dalam jangkauan anak; (2) aspek emosi, perasaan, pikiran, saraf sensori, maupun pengalaman
menunjukkan bahwa sastra bukan sekedar istilah untuk menyebut fenomena yang sederhana dan gamblang. Sastra merupakan istilah dengan arti yang luas, meliputi beberapa kegiatan yang berbeda-beda. Misalnya, berdasarkan aktivitas manusia, sastra dipandang sebagai sesuatu yang dihasilkan dan dinikmati. Sementara ada juga orang menikmati sastra dengan cara mendengarkan atau membacanya.dapat juga berbicara tentang sastra sebagai sesuatu yang berkaitan erat dengan ciri-ciri khusus bangsa maupun kelompok masyarakat tertentu, seperti sastra Indonesia, sastra Inggris, dan sebagainya.
moral, dan diekspresikan dalam bentuk kebahasaan
Apapun pengertian yang akan dilekatkan pada
yang juga dapat dijangkau dan dipahami oleh
istilah sastra, atau apapun konteks pembicaraan
pembaca anak-anak, diklasifikasikan sebagai sastra
tentang sastra, satu hal yang yang tidak bisa
anak.
10
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
dipisahkan dari sastra adalah bahasa. Bahasa, baik
pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra anak dapat
lisan maupun tulis merupakan bahan pokok sastra.
membantu pendidikan secara utuh apabila
Sastra memiliki fungsi untuk memberikan
cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu
kesenangan, kenikmatan dan kemanfaatan. Hal itu
keterampilan berbahasa; meningkatkan pengetahuan
menunjukkan bahwa di dalam sastra terkandung nilai-
budaya;mengembangkan cipta dan rasa; dan
nilai keindahan serta nilai-nilai pendidikan, kehidupan
menunjang pembentukan watak/karakter. Selain itu,
yang dapat menjadi bahan renungan dan refleksi.
pembelajaran sastra anak hendaknya lebih
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, pembahasan
berorientasi pada siswa sehingga fungsi sastra yang
karya sastra yang berkenaan dengan kehidupan
memberikan manfaat dan kesenangan dapat dirasakan
diarahkan pada pengajaran apresiasi sastra, serta
dan dinikmati oleh siswa.
bagaimana menggunakan media yang berupa novel, cerpen, puisi atau drama untuk mengungkap nilai-nilai kehidupan selaras dengan tema-tema di dalam karya tersebut. Selama ini rendahnya apresiasi sastra peserta didik sering dikeluhkan berbagai pihak. Dalam hal ini tentu kesalahan tidak dapat ditimpakan begitu saja kepada guru. Berbagai faktor dapat memengaruhi rendahnya apresiasi sastra. Salah satunya ialah pola pengajaran yang cenderung bersifat hafalan , bukan apresiatif. Siswa disodori begitu banyak teori, konsep, norma-norma sastra, tetapi jarang ditugasi atau diwajibkan membaca karya sastra secara langsung. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelajaran sastra tidak jauh berbeda dengan pelajaran ilmu sosial
FILSAFAT KONSTRUKTIVISME Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan manusia merupakan konstruksi (bentukan) dari pengetahuan yang telah ada.Dikemukakan olehBruning et al dalam Schunk (2012:320) bahwa konstruktivisme merupakan perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami. Pengaruh besar yang mendorong kemunculan konstruktivisme adalah teori dan penelitian dalam ilmu perkembangan manusia, terutama teori-teori Piaget dan Vygotsky.
. Bukan itu saja, bahkan pelajaran sastra terkesan
Para konstruktivis menginterpretasikan
sebagai ‘pelengkap atau tempelan’ pelajaran bahasa
pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja (working
Indonesia. Hal itu diperparah dengan banyaknya
hypothesis). Pengetahuan tidak ditentukan dari luar
materi yang harus diberikan guru kepada siswa.
diri manusia, tetapi terbentuk di dalam diri mereka..
Terlalu banyak beban materi dan cenderung diberikan
Interpretasi-interpretasi seseorang benar bagi orang
sebagai hapalan merupakan salah satu faktor tidak
tersebut, tetapi belum tentu benar menurut orang lain.
efektifnya pengajaran sastra di sekolah (Mahayana,
Hal itu dikarenakan orang menghasilkan pengetahuan
2011:118).
berdasarkan keyakinan-keyakinan dan pengalaman-
Berkenaan dengan pembelajaran, perlu diupayakan agar pengajaran sastra anak dapat
pengalaman mereka sendiri dalam situasi-situasi yang dihadapi (Cobb & Bower dalam Schunk, 2012: 323).
memberikan sumbangan yang maksimal untuk
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
11
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
Hal itu selaras dengan sifat sastra yang memiliki
Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip
banyak makna (multiinterpretable) tergantung
dasar aliran filsafat konstruktivisme mengenai
penafsir .Oleh karenanya semua pengetahuan bersifat
pendidikan.
subjektif dan personal dan merupakan produk dari
1.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
kognisi-kognisi seseorang. Pembelajaran berlangsung
dikondisikan untuk melakukan proses aktif
dalam konteks-konteks.
membangun konsep baru, pengertian baru, serta
Beberapa asumsi konstruktivisme menurut
pengetahuan baru berdasarkan data. Dengan
Schunk (2012: 323-324): (1) orang, perilaku, dan
begitu peserta didik memiliki kebebasan berpikir
lingkungan berinteraksi secara timbal balik; (2)
yang bersifat eklektik, artinya peserta didik dapat
manusia merupakan peserta didik aktif yang
memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan
mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka
belajar dapat tercapai.
sendiri; dan (3) guru sebaiknya tidak mengajar dalam
2.
arti menyampaikan pelajaran dengan cara tradisional
Konstruktivisme
terhadap peserta didik .Guru seharusnya membangun
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
situasi-situasi sedemikian rupa sehingga peserta didik
diperoleh melalui proses aktif individu
dapat terlibat secara aktif dengan materi pelajaran
mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman
melalui pengolahan materi-materi dan interaksi sosial.
fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi
Selain itu, menurut Bruning et al dalam Schunk , 2012:
pengalaman baru dengan pengertian yang telah
324) peserta didik perlu diarahkan untuk dapat
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya
mengatur diri sendiri dan berperan aktif dalam
menghasilkan individu yang memiliki
pembelajaran mereka dengan menentukan tujuan-
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan
tujuan, memantau dan mengevaluasi kemajuan
persoalan hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan
mereka, dan bertindak melampaui standar-standar
memberikan
yang disyaratkan bagi mereka dengan menelusuri hal-
DAN
merupakan
filsafat
pendidikan yang didasarkan pada keyakinan bahwa dalam belajar, pembelajar secara aktif membangun pengetahuan dan tidak menerimanya secara pasif; kognisi merupakan proses adaptif yang menata pengalaman pembelajar; dan semua pengetahuan dibangun berdasarkan nilai sosial (Richards & Schmidt, 2010: 113).
12
Hakikat guru menurut filsafat Konstruktivisme Menurut Suparno (2012:16),guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator dan mediator yang
PENDIDIKAN Konstruktivisme
bagaimana
ideal. 3.
KONSTRUKTIVISME
inspirasi
mengorganisasikan proses pembelajaran yang
hal yang menjadi minat mereka.
FILSAFAT
Tujuan umum pendidikan menurut filsafat
memunyai tugas memotivasi dan membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengetahuannya sehingga fokus pembelajaran ada pada pembelajar, buka pada guru yang mengajar. Fungsi sebagai mediator dan fasilitator ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain sebagai berikut: (a)menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
didik ikut bertanggung jawab dalam membuat
5.
Hakikat pembelajaran menurut filsafat
design, proses, dan penelitian;.(b). Guru
Konstruktivisme
menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan
yang merangsang keingintahuanpeserta didik,
proses aktif pelajar mengkonstruksikan arti
membantu mereka untuk mengekspresikan
sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-
gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide
lain. Belajar juga merupakan proses
ilmiahnya dan mendukung pengalaman
mengasimilasikan dan menghubungkan
belajarpeserta
(c).memonitor,
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
mengevaluasi dan menunjukkan apakah
pengertian yang sudah dipunyai seseorang
pemikiran peserta didikitu jalan atau tidak. Oleh
sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses
karena itu,guru perlu belajar mengerti cara
tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
berpikirpeserta didik, sehingga dapat membantu
a.
didik;
memodifikasikannya. Bertanya kepada mereka
diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka
bagaimana mereka mendapatkan jawaban itu. Ini
lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi
cara yang baik untuk menemukan pemikiran
arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang
mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak jalan untuk keadaan tertentu (Von Glasersfeld, 1989); (d)guru
telah dimiliki siswa. b.
fenomena atau persoalan yang baru,
mendalammengenai pengetahuan dari bahan
diadakan rekonstruksi, baik secara kuat
yang mau diajarkan.Penguasaan bahan
maupun lemah.
memungkinkan seorang guru mengerti macamc.
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan
suatu pemecahan persoalan, dan tidak terpaku
pemikiran dengan membuat pengertian yang
kepada satu model. 4.
Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan
dituntut penguasaan bahan yang luas dan
macam jalan dan model untuk sampai kepada
Belajar berarti membentuk makna. Makna
baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan,
Hakikat murid menurut filsafat Konstruktivisme
melainkan merupakan perkembangan itu
Para siswa menciptakan atau membentuk
sendiri .suatu perkembangan yang menuntut
pengetahuan mereka sendiri melalui tingkatan
penemuan dan pengaturan kembali
atau interaksi dengan dunia.Siswa diposisikan
pemikiran seseorang.
sebagai mitra belajar guru. pendidikbukan satusatunya pusat informasi dan yang paling tahu. Pendidikhanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi,sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
d.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
13
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
e. f.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
berdasarkan cerita pendek tersebut dilihat hal-
pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan.
hal apa saja yang terdapat atau yang dapat
Hasil belajar seseorang tergantung pada apa
dijumpai di dalam cerita. Unsur-unsur cerita
yang telah diketahui pelajar konsep-konsep,
sebagai teori tidak disampaikan terpisah dari
tujuan, dan motivasi yang memengaruhi
cerita itu sendiri melainkan terintegratif ,
interaksi dengan bahan yang dipelajari
sehingga hal itu dapat membuat peserta didik
(Suparno 2012:61).
lebih aktif dan berusaha memecahkan masalah sebagaimana tercermin dalam cerita tersebut.
FILSAFAT KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN SASTRA ANAK
2.
Tujuan pembelajaran Tugas pendidikdalam pembelajaran
Penggunaan pendekatan konstruktivisme
dengan pendekatan konstruktivisme adalah
dalam pembelajaran membawa implikasi sebagai
membantu peserta didikuntuk membangun
berikut:
pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan kembali, dan
1.
Isi pembelajaran
transformasi informasi yang telah diperolehnya dengan
menjadi pengetahuan baru. Transformasi terjadi
menggunakan pendekatan konstruktivisme, guru
kalau ada pemahaman (understanding),
tidak dapat menentukan secara spesifik isi atau
sedangkan pemahaman terjadi sebagai akibat
bahan yang harus dipelajari oleh peserta
terbentuknya struktur kognitif baru dalam
didiktetapi hanya sebatas memberikan rambu-
pikiranpeserta didik. Pemahaman terjadi kalau
rambu bahan pembelajaran yang sifatnya umum.
terjadi proses akomodasi atau perubahan
Proses penyajian dimulai dari keseluruhan ke
paradigma dalam pikiran siswa. Berlandaskan
bagian-bagian, bukan sebaliknya. Mengingat
teoritik, tujuan pembelajaran dengan
aliran konstruktivisme lebih mengutamakan
menggunakan pendekatan konstruktivisme
pemahaman terhadap konsep-konsep besar, maka
adalah membangun pemahaman. Pemahaman
konsep tersebut disajikan dalam konteksnya yang
dinilai penting, karena pemahaman akan
aktual yang kadang-kadang kompleks.peserta
memberikan makna kepada apa yang dipelajari.
didikperlu didorong agar ia tidak takut pada hal-
Oleh karena itu, tekanan belajar bukanlah untuk
hal yang kompleks. Peserta didikperlu memahami
memperoleh atau menemukan lebih banyak, akan
bahwa hal-hal yang kompleks dapat memberikan
tetapi yang lebih penting adalah memberikan
tantangan untuk diketahui dan dipahami.
interpretasi melalui skema atau struktur kognitif
Dalam
pembelajaran
Implementasi konstruktivisme dalam hal
yang berbeda.
ini adalah dalam penyampaian materi, misalnya cerita pendek, diawali dengan menampilkan cerita secara keseluruhan. Setelah itu,
14
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
Implementasi dalam pembelajaran sastra
Implementasinya dalam pembelajaran
anak, ketika guru hendak membelajarkan puisi,
sastra anak, strategi pembelajaran ayang akan
misalnya, maka guru tidak perlu menentukan
digunakan tidak ditetapkan sejak awal. Hal itu
puisi tertentu untuk dipelajari peserta didik.
dikarenakan pemilihan dan penggunaan strategi
Namun demikian, guru dapat memberikan
perlu disesuaikan dengan karakteristik materi
rambu-rambu mengenai bagaimana bentuk puisi.
ajar. Materi sastra anak yang berupa dongeng,
Selebihnya guru memberi keleluasaan pada
tentu strategi pembelajarannya berbeda dengan
peserta didik untuk lebih bereksplorasi dengan
materi yang berupa puisi anak. Demikian juga
berbagai puisi. Demikian halnya ketika peserta
dengan situasi pelibat pada saat pembelajaran
didik berhadapan dengan karya sastra yang
berlangsung, misalnya saat situasi tidak kondusif,
berbentuk cerita. Dengan begitu peserta didik
maka guru hendaknya jeli memanfaatkan strategi
akan dapat mengkonstruk pengetahuan mereka
yang cocok dengan situasi yang tengah dihadapi
tentang puisi dan cerita berdasarkan pengetahuan
agar pembelajaran tetap dapat berlangsung
yang telah dimiliki sebelumnya. Pada akhirnya
dengan baik dan menyenangkan.peserta didik
peserta didik dapat misalnya membedakan berbagai jenis puisi ataupun cerita meski tanpa memelajarinya secara teoretis.
4.
Penataan lingkungan belajar Penataan lingkungan belajar berdasar pendekatan konstruktivistik diidentifikasikan
3.
Strategi pembelajaran
dengan alternatif sebagai berikut; (1)
Tugas pendidik adalah membantu agar
menyediakan pengalaman belajar melalui proses
peserta didik mampu mengkonstruksi
pembentukan pengetahuan dimana peserta didik
pengetahuannya sesuai dengan situasi konkrit,
ikut menentukan topik/sub topik yang mereka
maka strategi pembelajaran yang digunakan perlu
sikapi, metode pembelajaran berikut strategi
disesuaikan dengan kebutuhan dan situasipeserta
pembelajaran
didik.Pendidiktidak dapat memastikan strategi
menyediakan pengalaman belajar yang kaya
yang digunakan, yang dapat hanya sebatas
akan alternatif seperti peninjauan masalah dari
tawaran dan saran. Dalam hal ini teknik dan seni
berbagai segi, (3) mengintegrasikan proses
yang dimiliki pendidik ditantang untuk
belajar dengan konteks yang nyata dan relevan
mengoptimalkan pembelajaran.
dengan harapan siswa dapat menerapkan
yang
dipergunakan,(2)
konstruktivisme
pengetahuan yang didapat dalam hidup sehari-
mementingkan pengembangan lingkungan
hari, (4) memberikan kesempatan pada peserta
belajar yang meningkatkan pembentukan
didik untuk menentukan isi dan arah belajar
pengertian dari perspektif ganda, dan informasi
mereka dengan menempatkan pendidik sebagai
yang efektif atau kontrol eksternal yang teliti dari
konsultan, (5) peningkatan interaksi antara guru
peristiwa-peristiwa siswa yang ketat, dihindari
dengan peserta didik dan antar peserta didik
sama sekali.
sendiri, (6) meningkatkan penggunaan berbagai
Pendekatan
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
15
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
5.
sumber belajar disamping komunikasi tertulis dan
tanggungjawab bersama. Caranya dengan
lisan, (7) meningkatkan kesadaran peserta
memberi pertanyaan-pertanyaan, tugas-tugas
didikdalam proses pembentukan pengetahuan
yang terkait dengan topik tertentu, yang harus
mereka agar peserta didik mampu menjelaskan
dipecahkan, didalami secara individual ataupun
mengapa/bagaimana mereka memecahkan
kolektif, kemudian diskusi kelompok, menulis,
masalah dengan cara tertentu.
dialog dan presentasi di depan teman yang lain.
Hubungan pendidik dan peserta didik
mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari.
Dalam aliran kostruktivisme, guru
Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan
bukanlah seseorang yang maha tahu dan peserta
ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah
didik bukanlah yang belum tahu, karena itu harus
ada dalam pikiran mereka dan peserta didik
diberi tahu. Dalam proses belajar, peserta didik
bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka
aktif mencari tahu dengan membentuk
membawa pengertian yang lama dalam situasi
pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar
belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat
pencarian itu berjalan baik.Dalam banyak hal
penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan
pendidik dan peserta didik bersama-sama
cara mencari makna, membandingkannya dengan
membangun pengetahuan.Dalam hal ini
apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia
hubungan pendidik dan peserta didik lebih
perlukan dalam pengalaman yang baru.
sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan.
16
Peserta didik diberi kebebasan untuk
Dalam pembelajaran sastra anak, hal tersebut dilaksanakan misalnya setelah membaca
Dalam proses pembelajaran pendidik
sebuah cerita peserta didik diminta untuk diskusi
harus mendorong terjadinya kegiatan kognitif
kelompok membicarakan cerita yang baru saja
tingkat tinggi seperti mengklasifikasi,
dibaca, menuliskan inti cerita, kemudian
menganalisis, menginterpretasikan, memprediksi
menceritakan kembali cerita tersebut secara
dan menyimpulkan, dll.Pendidik merancang
individual di depan teman lainnya. Dengan
tugas yang mendorong peserta didik untuk
demikian, melalui pembelajaran sastra anak
mencari pemecahan masalah secara individual
peserta didik tidak hanya bertanggung jawab atas
dan kolektif sehingga meningkatkan kepercayaan
pembentukan pengetahuannya, meningkatkan
diri yang tinggi dalam mengembangkan
motivasi belajar, meningkatkan kemampuan
pengetahuan dan rasa tanggungjawab pribadi.
peserta didik dalam memecahkan masalah,
Dalam proses pembelajaran, pendidik
meningkatkan kerjasama dengan teman,
harus memberi peluang seluas-luasnya agar
mengembangkan keterampilan berbahasa baik
terjadi proses dialogis antara sesama peserta
keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
didik, dan antara peserta didik dengan pendidik,
maupun menulis. Selain itu, pembelajaran sastra
sehingga semua pihak merasa bertanggung jawab
anak dalam perspektif konstruktivisme juga
bahwa pembentukan pengetahuan adalah
memberi pengalaman bagi peserta didik untuk
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sastra Anak
mengelola waktu dan sumber lain untuk menyelesaikan tugas; menyediakan pengalaman belajar yang lebih kompleks untuk dapat berkembang sesuai dunia nyata karena peserta didik dilatih belajar menghimpun berbagai informasi, mengolah sesuai pengetahuan yang dimilikiserta kemudian mengimplementasikannya ke dunia nyata. Dan, yang tidak kalah pentingnya, pembelajaran sastra
DAFTAR PUSTAKA Doddington, C.and Mary Hilton. (2010). Child-Centred Education: Reviving the CreativeTradition. ”Pendidikan Berpusat pada Anak:Membangkitkan Kembali tradisi Kreatif” Terjemahan oleh Febrianti Ika Dewi. Jakarta: Indeks. Mahayana, Maman S. (2011).”Visi dan Misi Kesusastraan Indonesia Abad XXI” dalam
anak dalam perspektif konstruktivisme tersebut membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia: dalam
sehingga tercipta kenikmatan belajar sastra.
Sanata Dharma.
Jebakan kapitalisme. Yogyakarta: Universitas
Rahmanto, B. (2012). Metode Pengajaran Sastra. PENUTUP
Yogyakarta: Kanisius
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan
Richards,J.C dan Schmidt, R. (2010). Longman
bahwa filsafat konstruktivisme berperan penting
Dictionary of Language Teaching and Aplied
dalam pembelajaran sastra anak. Hal itu terlihat dari
Linguistics. Harlow: Pearson Education Limited.
berbagai komponen yang terlibat dalam
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories: An
pembelajaran. Konstruktivisme yang berorientasi
Educational
pada peserta didik membawa angin segar bagi
Pembelajaran: Perspektif Pendidikan”
pembelajaran sastra anak. Peserta didik memiliki
Terjemahan Eva Hamdiah & Rahmat Fajar.Edisi
kesempatan untuk mengkonstruk dan mengeksplorasi
keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pengetahuan serta kemampuan mereka, sehingga tujuan manfaat pengajaran sastra anakyaitu membantu keterampilan berbahasa; meningkatkan pengetahuan
Perspective. “Teori-Teori
Suparno, Paul. (2012). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
budaya;mengembangkan cipta dan rasa; dan
Von.Glasersfeld, E. 1984.An Introduction to Radical
menunjang pembentukan watak/karakter dapat
Constructivism.Author ’s translation in P.
terwujud.
Watzwalick (Ed), The Invented Reality. Newyork: Norton, 1984. Originally published P. Watzlawick (Ed), Die Erfundene Wirklichkeit. Munich: Piper, 1981. Erns von Glasersfeld, on line paper, html. Zuchdi, Darmiyati .(2010). Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Magistra No. 89 Th. XXVI September 2014 ISSN 0215-9511
17