Modul ke:
Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Pengantar Filsafat II
Fakultas
Fakultas Program Studi
Psikologi
www.mercubuana.ac.id
Masyhar zainuddin, MA
Peranan dan Kegunaan Filsafat 1. Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terhadap berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh dengan mudah. 2. berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya. 3. Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. 4. terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun kajian ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika berbagai kajian lintas ilmu pengetahuan atau multidisiplin melanda dalam kegiatan ilmiah, diperlukan adanya suatu wadah, yaitu sikap kritis dalam menghadapi kemajemukan berpikir dari berbagai ilmu pengetahuan berikut para ilmuannya.
Filsafat Ilmu dalam metode ilmiah • Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science yang menjadi landasan asumsi logika (doktrin netralistik etik), hasil-hasil empirik yang dicapai, serta batasbatas kemampuannya. • Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan metode ilmiah, yang terdiri dari dua bagian, yaitu baik deduktif maupun induktif. • Demikian pula, tentang hasil-hasil yang dicapai, berbentuk pengetahuan atau knowledge baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi tingkat tinggi, dan hukumhukum).
Filsafat Ilmu dalam metode ilmiah • Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan memperluas cakrawala kognitif (akal) tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan akan menimbulkan pengertian untuk disiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus menigkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh.
Peran Filsafat Ilmu • Filsafat ilmu menurut Beerling (1988) adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. • Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syaratsyarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.
Peran Filsafat Ilmu Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu maka Cony (M Zaenuddin, 2006), menjelaskan empat titik pandang dalam filsafat ilmu: 1. Filsafat ilmu adalah perumusan world view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu. 2. Filsafat ilmu adalah eksposisi dari presupposition dan predisposition dari para ilmuwan.
Peran Filsafat Ilmu 3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang didalamnya terdapat konsep dan teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan 4. Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua, filsafat ilmu menuntut jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: a) Karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dan tipe penyelidikan lain b) Kondisi yang bagaimana yang patut diikuti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam. c) Kondisi mana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar menjadi benar d) Status kognitif yang bagaimana dari prinsip dan hukum ilmiah.
Peran Filsafat Ilmu •
•
•
Filsafat ilmu menurut Koento Wibisono (1988), sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filsafat. Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistemologi menjelaskan pertanyaan mengenai bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa.
Pemikiran Filsafat Ilmu • 1.
Filsafat memiliki dua obyek pemikiran, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material yaitu materi atau bahan yang menjadi obyek penyelidikan filsafat, maupun bagi segala turunan filsafat itu sendiri, misalnya, pengetahuan atau ilmu. Jadi, dengan kata sifat “material” tidak dimaksudkan sebagai bahan-bahan materi bagi sebuah pekerjaan tukang, tetapi “pokok soal” atau “pangkal pikir” yang merupakan bahan atau obyek pemikiran filsafat itu sendiri.
Pemikiran Filsafat Ilmu 2. Obyek Formal Adalah sudut pandang filsafat atau metode dan cara kerja yang digunakan dalam rangka membongkar, menyingkap, dan mengolah setiap bahan atau materi pemikiran (obyek material), guna dapat mengembangkannya menjadi pengetahuan yang teruji dan tertata secara sistematis dalam bentuk pengetahuan umum maupun pengetahuan ilmiah atau jenis-jenis ilmu yang bersifat spesifik namun saling terkait.
Pemikiran Filsafat Ilmu Jadi, obyek formal menunjuk pada kemampuan dalam mengkritisi, mengkaji, memahami, menganalisis, mensintesis, dan mengkonstruksi setiap sistem ide atau “peta kognitif” yang tersimpan di balik segala penampakan bahan atau materi (obyek material) yang dihadapinya menjadi sistem-sistem pemikiran, pengetahuan, dan ilmu utuh dan spesifik.
Pemikiran Filsafat Ilmu • Obyek formal filsafat, akhirnya, hendak menegaskan bahwa meskipun terdapat berbagai macam pengetahuan atau ilmu, namun hal itu bisa bersumber dari suatu obyek material yang sama. • Jadi, pengetahuan atau ilmu hanya menampilkan jenis pikiran atau pendangan yang berbeda berdasarkan sudut pendekatannya yang saling berbeda tentang pokok soal atau obyek materi yang sama, misalnya; biologi, psikologi, teologi, ekologi, linguistik, dan sebagainya, bermaksud menemukan apa yang dapat diketahuinya secara khusus berdasarkan sudut pendekatannya yang khas tentang manusia.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu Filsafat, sesuai ciri dasarnya sebagai, prinsip dan landasan berpikir bagi setiap usaha manusia di dalam mengenal dan mengembangkan eksistensinya, melakukan tugasnya dengan bertitik tolak pada beberapa ciri pemikiran. 1. Berpikir Rasional Berfilsafat adalah berpikir. Meskipun demikian, tidak semua kegiatan berpikir dan hasil berpikir dimaksud dapat dikategorikan sebagai berfilsafat. Ciri pemikiran filsafat pertama-tama harus bersifat rasional, bukan perasaan subyektif, khayalan, atau imajinasi belaka. Ciri pemikiran rasional menunjukkan bahwa baik kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran filsafat itu sendiri harus dapat diterima secara akal sehat, bukan sekedar mengikuti sebuah common sense (pikiran umum).
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 2.
Berpikir Radikal (radix = akar). Artinya, ciri berpikir filsafat yang ingin menggali dan menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk menemukan dan mengangkat dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke permukaan. Melalui cara pemikiran yang demikian itu, diperoleh suatu hasil berpikir yang mendasar dan mendalam.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 3.
Kreatif-inovatif. Artinya, pemikiran filsafat bukanlah pemikiran yang melanggengkan dirinya di dalam berbagai keterkungkungan dogma atau ideologi yang statis. Justru, ia selalu berusaha untuk mampu mengeluarkan diri kebekuan inspirasi, mampu mengkritisi, memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan diri sehingga dapat melahirkan penemuanpenemuan (invention) dan gagasan-gagasan baru yang lebih brilian, terbuka, dan kompetitif dalam merespons tuntutan zaman.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 4.
Berpikir Sistematis dan analitis. Artinya, ciri berpikir filsafat selalu berpikir logis (terstruktur dan teratur berdasarkan hukum berpikir yang benar). Pemikiran filsafat tidak hanya melepaskan atau menjejerkan ide-ide, penalaran, dan kreatifitas budi secara serampangan (sporadis). Justru, pemikiran filsafat selalu berusaha mengklasifikasi atau menggolong-golongkan, mensintesa (mengkompilasi) atau mengakumulasikan, serta menunjukkan makna terdalam dari pikiran, merangkai dan menyusunnya dengan kata (pengertian), kalimat (keputusan), dan pembuktian (konklusi) melalui sistimsistim penalaran yang tepat dan benar.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 5.
6.
Berpikir Universal. Artinya, pemikiran filsafat selalu mencari gagasan-gagasan pemikiran yang bersifat universal, yang dapat berlaku di semua tempat. Pemikiran filsafat tidak pernah akan berhenti dalam sebuah kenyataan yang terbatas, ia akan menerobos mencari dan menemukan gagasan-gagasan yang bersifat global dan menjadi rujukan pemikiran umum. Komprehensif dan holistik. Artinya, pemikiran filsafat selalu bersifat menyeluruh dan utuh. Baginya, keseluruhan adalah lebih jelas dan lebih bermakna daripada bagian-perbagian. Holistik artinya, berpikir secara utuh, tidak terlepas-lepas dalam egoisme (kebenaran) sekoral yang sempit.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 7.
Berpikir Abstrak. Berpikir abstrak adalah berpikir pada tataran ide, konsep atau gagasan. Maksudnya, pemikiran filsafat selalu berusaha meningkatkan taraf berpikir dari sekedar pernyataan-pernyataan faktual tentang fakta-fakta fisik yang terbatas pada keterbatasan jangkuan indera manusia untuk menempatkannya pada sebuah pangkalan pemahaman yang utuh, integral (terfokus), dan saling melengkapi pada tataran yang abstrak melalui bentuk –bentuk ide, konsep, atau gagasan-gagasan pemikiran.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 8.
Berpikir secara reflektif. Maksudnya, filsafat selalu berpikir dengan penuh pertimbangan dan penafsiran guna penemuan makna kebenaran secara utuh dan mendalam. Ciri pemikiran filsafat yang reflektif ini, hendak ditunjukkan bahwa pemikiran filsafat tidak cenderung membenarkan diri, tetapi selalu terbuka membiarkan diri dikritik dan direnungkan secara berulang-ulang dan makin mendalam, untuk sambil mencari inti terdalam dari pemikiran dimaksud, juga menemukan titik-titik pertautannya secara utuh dengan inti kehidupan manusia yang luas dan problematis.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 9.
Berpikir humanistik. Ciri pemikiran filsafat ini hendak letakkan hakikat pemikiran itu pada nilai dan kepentingan-kepentingan kemanusiaan sebagai titik orientasi, pengembangan, dan pengendalian pemikiran itu sendiri. Maksudnya, pemikiran dan segala anak pinaknya, baik dalam bentuk pengetahuan, ilmu, atau teknologi harus dapat menunjukkan sebuah pertanggungjawaban pada sebuah tugas kemanusiaan yang nyata.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 10. Berpikir kontekstual. Ciri pemikiran ini hendak menunjukkan bahwa pikiran bukan sekedar sebuah ide, tetapi sebuah realitas eksistensi dengan konteksnya yang nyata dan jelas. Maksudnya, setiap pemikiran filsafat, selalu bertumbuh dan berkembang dalam konteks hidup manusia secara nyata. Pikiran filsafat karenanya, merupakan bagian dari cara berpikir dan cara bertindak manusia atau masyarakat dalam menyiasati dan memecahkan masalahmasalah kehidupannya secara nyata.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 11. Berpikir eksistensial. Ciri pemikiran filsafat ini bermaksud menunjukkan bahwa pikiran itu adalah pikiran manusia. Pikiran itu sendiri adalah sebuah tanda keberadaan atau fenomena eksistensi, dengan pikirannya, manusia membudayakan diri dan memenuhi kodrat eksistensialnya sebagai eksistensi yang bermartabat.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 12. Berpikir kontemplatif. Ciri pemikiran filsafat ini diarahkan untuk menajamkan kepekaan diri, ketajaman bathin, serta kemampuan mengenal kekuatan dan kelemahan, dan kesadaran otodidik dalam diri. Melalui pemikiran kontemplatif dimaksud, setiap pemikir, filsuf, atau ilmuwan mampu menasihati dan membimbing diri (menangani diri) dengan penuh kerendahan hati, kesabaran, dan kesetiaan. Ciri berpikir kontemplatif mampu membimbing para subyek (pemikir) sedemikian rupa, sehingga mampu melalukan koreksi, perbaikan, dan penyempurnaan atas segala cara berpikir maupun hasil pemikiran itu sendiri.
Filsafat Ilmu dalam metode ilmiah • Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science yang menjadi landasan asumsi logika (doktrin netralistik etik), hasil-hasil empirik yang dicapai, serta batasbatas kemampuannya. • Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan metode ilmiah, yang terdiri dari dua bagian, yaitu baik deduktif maupun induktif. • Demikian pula, tentang hasil-hasil yang dicapai, berbentuk pengetahuan atau knowledge baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi tingkat tinggi, dan hukumhukum).
Filsafat Ilmu dalam metode ilmiah • Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan memperluas cakrawala kognitif (akal) tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan akan menimbulkan pengertian untuk disiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus menigkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh.
Peran Filsafat Ilmu • Filsafat ilmu menurut Beerling (1988) adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan. • Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syaratsyarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.
Peran Filsafat Ilmu Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu maka Cony (M Zaenuddin, 2006), menjelaskan empat titik pandang dalam filsafat ilmu: 1. Filsafat ilmu adalah perumusan world view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu. 2. Filsafat ilmu adalah eksposisi dari presupposition dan predisposition dari para ilmuwan.
Peran Filsafat Ilmu 3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang didalamnya terdapat konsep dan teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan 4. Filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua, filsafat ilmu menuntut jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: a) Karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dan tipe penyelidikan lain b) Kondisi yang bagaimana yang patut diikuti oleh para ilmuwan dalam penyelidikan alam. c) Kondisi mana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar menjadi benar d) Status kognitif yang bagaimana dari prinsip dan hukum ilmiah.
Peran Filsafat Ilmu •
•
•
Filsafat ilmu menurut Koento Wibisono (1988), sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filsafat. Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistemologi menjelaskan pertanyaan mengenai bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa.
Pemikiran Filsafat Ilmu • 1.
Filsafat memiliki dua obyek pemikiran, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material yaitu materi atau bahan yang menjadi obyek penyelidikan filsafat, maupun bagi segala turunan filsafat itu sendiri, misalnya, pengetahuan atau ilmu. Jadi, dengan kata sifat “material” tidak dimaksudkan sebagai bahan-bahan materi bagi sebuah pekerjaan tukang, tetapi “pokok soal” atau “pangkal pikir” yang merupakan bahan atau obyek pemikiran filsafat itu sendiri.
Pemikiran Filsafat Ilmu 2. Obyek Formal Adalah sudut pandang filsafat atau metode dan cara kerja yang digunakan dalam rangka membongkar, menyingkap, dan mengolah setiap bahan atau materi pemikiran (obyek material), guna dapat mengembangkannya menjadi pengetahuan yang teruji dan tertata secara sistematis dalam bentuk pengetahuan umum maupun pengetahuan ilmiah atau jenis-jenis ilmu yang bersifat spesifik namun saling terkait.
Pemikiran Filsafat Ilmu Jadi, obyek formal menunjuk pada kemampuan dalam mengkritisi, mengkaji, memahami, menganalisis, mensintesis, dan mengkonstruksi setiap sistem ide atau “peta kognitif” yang tersimpan di balik segala penampakan bahan atau materi (obyek material) yang dihadapinya menjadi sistem-sistem pemikiran, pengetahuan, dan ilmu utuh dan spesifik.
Pemikiran Filsafat Ilmu • Obyek formal filsafat, akhirnya, hendak menegaskan bahwa meskipun terdapat berbagai macam pengetahuan atau ilmu, namun hal itu bisa bersumber dari suatu obyek material yang sama. • Jadi, pengetahuan atau ilmu hanya menampilkan jenis pikiran atau pendangan yang berbeda berdasarkan sudut pendekatannya yang saling berbeda tentang pokok soal atau obyek materi yang sama, misalnya; biologi, psikologi, teologi, ekologi, linguistik, dan sebagainya, bermaksud menemukan apa yang dapat diketahuinya secara khusus berdasarkan sudut pendekatannya yang khas tentang manusia.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu Filsafat, sesuai ciri dasarnya sebagai, prinsip dan landasan berpikir bagi setiap usaha manusia di dalam mengenal dan mengembangkan eksistensinya, melakukan tugasnya dengan bertitik tolak pada beberapa ciri pemikiran. 1. Berpikir Rasional Berfilsafat adalah berpikir. Meskipun demikian, tidak semua kegiatan berpikir dan hasil berpikir dimaksud dapat dikategorikan sebagai berfilsafat. Ciri pemikiran filsafat pertama-tama harus bersifat rasional, bukan perasaan subyektif, khayalan, atau imajinasi belaka. Ciri pemikiran rasional menunjukkan bahwa baik kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran filsafat itu sendiri harus dapat diterima secara akal sehat, bukan sekedar mengikuti sebuah common sense (pikiran umum).
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 2.
Berpikir Radikal (radix = akar). Artinya, ciri berpikir filsafat yang ingin menggali dan menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk menemukan dan mengangkat dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke permukaan. Melalui cara pemikiran yang demikian itu, diperoleh suatu hasil berpikir yang mendasar dan mendalam.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 3.
Kreatif-inovatif. Artinya, pemikiran filsafat bukanlah pemikiran yang melanggengkan dirinya di dalam berbagai keterkungkungan dogma atau ideologi yang statis. Justru, ia selalu berusaha untuk mampu mengeluarkan diri kebekuan inspirasi, mampu mengkritisi, memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan diri sehingga dapat melahirkan penemuanpenemuan (invention) dan gagasan-gagasan baru yang lebih brilian, terbuka, dan kompetitif dalam merespons tuntutan zaman.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 4.
Berpikir Sistematis dan analitis. Artinya, ciri berpikir filsafat selalu berpikir logis (terstruktur dan teratur berdasarkan hukum berpikir yang benar). Pemikiran filsafat tidak hanya melepaskan atau menjejerkan ide-ide, penalaran, dan kreatifitas budi secara serampangan (sporadis). Justru, pemikiran filsafat selalu berusaha mengklasifikasi atau menggolong-golongkan, mensintesa (mengkompilasi) atau mengakumulasikan, serta menunjukkan makna terdalam dari pikiran, merangkai dan menyusunnya dengan kata (pengertian), kalimat (keputusan), dan pembuktian (konklusi) melalui sistimsistim penalaran yang tepat dan benar.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 5.
6.
Berpikir Universal. Artinya, pemikiran filsafat selalu mencari gagasan-gagasan pemikiran yang bersifat universal, yang dapat berlaku di semua tempat. Pemikiran filsafat tidak pernah akan berhenti dalam sebuah kenyataan yang terbatas, ia akan menerobos mencari dan menemukan gagasan-gagasan yang bersifat global dan menjadi rujukan pemikiran umum. Komprehensif dan holistik. Artinya, pemikiran filsafat selalu bersifat menyeluruh dan utuh. Baginya, keseluruhan adalah lebih jelas dan lebih bermakna daripada bagian-perbagian. Holistik artinya, berpikir secara utuh, tidak terlepas-lepas dalam egoisme (kebenaran) sekoral yang sempit.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 7.
Berpikir Abstrak. Berpikir abstrak adalah berpikir pada tataran ide, konsep atau gagasan. Maksudnya, pemikiran filsafat selalu berusaha meningkatkan taraf berpikir dari sekedar pernyataan-pernyataan faktual tentang fakta-fakta fisik yang terbatas pada keterbatasan jangkuan indera manusia untuk menempatkannya pada sebuah pangkalan pemahaman yang utuh, integral (terfokus), dan saling melengkapi pada tataran yang abstrak melalui bentuk –bentuk ide, konsep, atau gagasan-gagasan pemikiran.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 8.
Berpikir secara reflektif. Maksudnya, filsafat selalu berpikir dengan penuh pertimbangan dan penafsiran guna penemuan makna kebenaran secara utuh dan mendalam. Ciri pemikiran filsafat yang reflektif ini, hendak ditunjukkan bahwa pemikiran filsafat tidak cenderung membenarkan diri, tetapi selalu terbuka membiarkan diri dikritik dan direnungkan secara berulang-ulang dan makin mendalam, untuk sambil mencari inti terdalam dari pemikiran dimaksud, juga menemukan titik-titik pertautannya secara utuh dengan inti kehidupan manusia yang luas dan problematis.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 9.
Berpikir humanistik. Ciri pemikiran filsafat ini hendak letakkan hakikat pemikiran itu pada nilai dan kepentingan-kepentingan kemanusiaan sebagai titik orientasi, pengembangan, dan pengendalian pemikiran itu sendiri. Maksudnya, pemikiran dan segala anak pinaknya, baik dalam bentuk pengetahuan, ilmu, atau teknologi harus dapat menunjukkan sebuah pertanggungjawaban pada sebuah tugas kemanusiaan yang nyata.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 10. Berpikir kontekstual. Ciri pemikiran ini hendak menunjukkan bahwa pikiran bukan sekedar sebuah ide, tetapi sebuah realitas eksistensi dengan konteksnya yang nyata dan jelas. Maksudnya, setiap pemikiran filsafat, selalu bertumbuh dan berkembang dalam konteks hidup manusia secara nyata. Pikiran filsafat karenanya, merupakan bagian dari cara berpikir dan cara bertindak manusia atau masyarakat dalam menyiasati dan memecahkan masalahmasalah kehidupannya secara nyata.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 11. Berpikir eksistensial. Ciri pemikiran filsafat ini bermaksud menunjukkan bahwa pikiran itu adalah pikiran manusia. Pikiran itu sendiri adalah sebuah tanda keberadaan atau fenomena eksistensi, dengan pikirannya, manusia membudayakan diri dan memenuhi kodrat eksistensialnya sebagai eksistensi yang bermartabat.
Ciri Pemikiran Filsafat Ilmu 12. Berpikir kontemplatif. Ciri pemikiran filsafat ini diarahkan untuk menajamkan kepekaan diri, ketajaman bathin, serta kemampuan mengenal kekuatan dan kelemahan, dan kesadaran otodidik dalam diri. Melalui pemikiran kontemplatif dimaksud, setiap pemikir, filsuf, atau ilmuwan mampu menasihati dan membimbing diri (menangani diri) dengan penuh kerendahan hati, kesabaran, dan kesetiaan. Ciri berpikir kontemplatif mampu membimbing para subyek (pemikir) sedemikian rupa, sehingga mampu melalukan koreksi, perbaikan, dan penyempurnaan atas segala cara berpikir maupun hasil pemikiran itu sendiri.
Hubungan filsafat dengan ilmu dan
• Ilmu adalah sistem dari berbagai pengetahuan yang masingmasing mengenai suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan. • Menurut Harsojo, ilmu terdiri dari tiga kesimpulan, yaitu; 1. 2.
3.
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematikan Suatu pendekatan/metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia, dan Suatu cara yang mengijinkan kepada ahli-ahli lainnya untuk menyatakan suatu proporsi.
47
Agama Agama diartikan secara praktis, adalah suatu keyakinan akan adanya aturan/jalan hidup (way of life) yang bersumber dari suatu kekuatan yang absolut (Tuhan). • Agama memiliki empat perangkat sbb: 1. Adanya pengatur (Tuhan) sebagai kebenaran yang pertama dan terakhir.
48
lanjutan 2. adanya aturan (code hukum) yang harus dipahami yang termaktub dalam kitab suci dan kebenarannya bersifat ansolut. 3. Adanya seorang nabi sebagai pembawa aturan hukum. 4. Adanya komunitas (manusia) sebagai pelaksana aturan yang bersumber dari Tuhan. 49
HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA ILMU, mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya yang berhubungan dengan alam empiris.Dalam penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat maka kebenaranya pasti ada.
50
lanjutan FILSAFAT, karena selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib) maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali dengan pertanyaan apa…. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal.
51
lanjutan AGAMA, menemukan konsep kebenaran bersumber pada wahyu, kebenarannya bersifat mutlak, absolut sebagiai kebenaran tertinggi.
52
• Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat spekulatif (berdasrkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi. Agama kebenarannya bersifat absolut mutlak, dalam penentuannya semua perlu perumusan
53
lanjutan • Hubungan ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein menagatakan dengan singkat’ “science with out is blind, religion with out science is blame” Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh.
54
BAGAIMANAKAH KATEGORI MANUSIA ITU? 1. MANUSIA ADA YANG TIDAK TAHU DALAM KETIDAKAHUANNYA 2. MANUSIA TIDAK TAHU DALAM KETAHUANNYA 3. MANUSIA TAHU AKAN KETIDAKTAHUANNYA 4. MANUSIA TAHU AKAN KETAHUANNYA Kategori manakah yang paling baik?
55
Manusia adalah akhluk ciptaan Tuhan yang tercanggih. Memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk lain terutama akalnya. • Memiliki rasa ingin tahu, maka diaktuakisasikan dalam bentuk bertanya. • Melalui rasio maka manusia memberikan jawaban terhadap aneka pertanyaan • Manusia bertanya, manusia pula menjawab • Manusialah yang benar-benar bereksistensi karena memiliki kesadaran dan otonomi dirinya.
56
Lanjutan DENGAN KATA LAIN Malalui akalnya manusia mampu menyamai makhluk lain. • Burung terbang tinggi, manusia tefrbang dengan pesawat ciptaannya. • Angsa bisa berenang ke ujung pulau, manusia berenang dengan kapal Feri ciptaannya. • Ikan mampu menembus dasar lautan, manusia menembus lautan dengan kapal selam ciptaannya.
57
APAKAH SETIAP MANUSIA MAMPU BERFILSAFAT? Tidak juga. Rule of the game ( ada aturan mainnya)
• Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Dengan mengindahkan ke empat aturan main tersebut, maka Anda bisa menjadi seorang filsuf
58
LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN SEJAK KAPAN LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN?
• Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tercanggih. • Dengan akalnya manusia mampu. berpikir, dengan pikirannya memperoleh pengetahuan, dengan pengetahuannya manusia memiliki ilmu, dengan ilmunya manusia mampu berpikir rasional, logis dan sistematis. 59
JADI PENGETAHUAN LAHIR SEJAK MANUSIA ITU ADA SEJAK MANUSIA BERPIKIR SEJAK MANUSIA BERINTERAKSI DENGAN ALAM
60
BAGAIMANA HUBUNGAN (ILMU PENGETAHUAN DENGAN FILSAFAT? • Pengetahuan bagian dari kajian filsafat ilmu, pengetahuan lahir sejak adanya peradaban manusia dan berkembang pesat sesuai dengan budayanya. • Pengetahuan lahir dari aktivitas • Aktivitas memerlukan metode • Pengetahuan melahirkan ilmu-ilmu. • Ilmu dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan. 61
lanjutan • Aktivitas memerlukan metode • Pengetahuan melahirkan ilmu-ilmu. • Ilmu dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan.
62
SIKLUS ILMU
ILMU
AKTIVITAS
METODE
PENGETAHUAN
63
PENGERTIAN ILMU SEBAGAI PENGETAHUAN Dari segi maknanya pengertian ilmu sekurang-kurangnya merujuk tiga hal: ¾Pengetahuan ¾Aktivitas ¾metode
64
Pengertian Umum • Ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan. • Ilmu berarti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (John G. Kemeny).
65
lanjutan • Menurut Norman Campbell : ¾Ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berguna dan praktis dan suatu metode untuk memperoleh pengetahuan ¾Ilmu tidak bersangkutan dengan kehidupan praktis dan tidak dapat mempengaruhinya kecuali dalam cara yang paling tak langsung, baik kebaikan atau keburukan. 66
SIMPULAN • Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
67
LANJUTAN ILMU SEBAGAI RANGKAIAN AKTIVITAS MANUSIA:
1. Rasional: proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-kaidah logika 2. Kognitif : proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan
68
lanjutan 1. Teologis: • mencapai kebenaran memperoleh pemahaman • Memberi penjelasan • Meakukan penerapan dengan peramalan atau pengendalian
69
ILMU SEBAGAI METODE ILMIAH • • • • •
ANALISIS (analysis) PEMERIAN (description) PENGUKURAN (measurement) PERBANDINGAN (comparison) SURVAI (survey)
70
Pengelompokan Pengetahuan • Menurut Bertrand Russell, pengetahuan dibedakan menjadi 2: 1. Pengetahuan mengenai fakta-fakta (knowledge of facts) 2. Pengetahuan mengenai hubungan umum antara fakta (knowledge of general connection berween facts) 71
Ledger Wood membagi pengetahuan menjadi: 1.Non inferential Apprehension; pengetahuan nonpenyimpulan yang merupakan pengenalan terhadap benda, orang, atau sifat tertentu.
72
Bentuknya: • Perception ;pengenalan objek diluar diri seseorang • Introspection; pengenalan terhadap dirinya sendiri dengan segenap kemampuan, pikiran kehendak, dan perasaan
73
Lanjutan 2. Inferential Knowledge, meliputi; • Knowledge of other selves; pengetahuan mengenai diri orang lain. • Historical knowledge; pengetahuan menyangkut masa lampau. • Scientific knowledge; pengetahuan ilmiah.
74
George Klubertanz • Pengetahuan langsung berdasarkan pengenalannya terhadap objek-objek pengalaman. • Pengetahuan kemanusian (humanistic knowledge) yang diperoleh karena mempelajari • Pengetahuan Ilmiah (scientific knowledge) berdasarkan azas-azas yang cocok dan dapat membuktikan kesimpulannya kebenaran.
75
lanjutan • Pengetahuan Ilmiah (scientific knowledge) berdasarkan azas-azas yang cocok dan dapat membuktikan kesimpulannya kebenaran.
76
HAKIKAT PENGETAHUAN • Darimanakah hakikat pengetahuan itu? 1. Realisme; pengetahuan manusia riil adanya dari kehidupan. 2. Idealisme; pengetahuan tidak terdapat dalam dunia riil melainkan hanya dalam dunia konsep ideal atau dunia ide-ide.
77
Dari manakah sumber pengetahuan manusia? 1. Rasionalisme; sumber pengetahuan berasal dari rasio (akal) manusia. 2. Empirisme; sumber pengetahuan adalah indra manusia (empiri) 3. Kritisisme/transidentalisme; pengetahuan manusia bersumber dari luar diri manusia, yaitu Tuhan. 78
PENGETAHUAN SEBAGAI DASAR TEORITIS YANG
MELAHIRKAN PENGETAHUAN ILMIAH • • • • • •
CAKUPAN PENGETAHUAN ILMIAH: 1. Jenis sasaran 2. Bentuk-bentuk pernyataan 3. Ragam-ragam proposisi 4. Ciri-ciri pokok 5. Pembagian sistematis 79
Lanjutan Jenis sasaran Pengetahuan Ilmiah: • Objek material; fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu • Objek formal; pusat perhatian penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu.
80
lanjutan OBJEK MATERIAL PENGETAHUAN ILMIAH DIKELOMPOKAN MENJADI 6:
• • • • • •
IDE ABSTRAK BENDA FISIK JASAD HIDUP GEJALA ROHANI PERISTIWA SOSIAL PROSES TANDA
81
OBJEK MATERIAL
KONSEP GUNUNG MERAPI, BURUNG, INGATAN DST DITELAAH BERDASARKAN OBJEK FORMAL 82
TELAAH OBJEK FORMAL
MANUSIA
• BIOLOGI • PSIKOLOGI • FILSAFAT KODRATI
OBJEK TELAAH FORMAL
83
SEPERTI APA BENTUK PENGETAHUAN ILMIAH ITU? 1. DESKRIPTIF
•ANATOMI •GEOGRAFI
2. PRESKRIPSI
•UKURAN •AZAS-AZAS •PETUNJUK •PROSEDUR 84
LANJUTAN
3. EKSPOSISI POLA
• • • •
SOSIOLOGI POLA-POLA BUDAYA ANTROPOLOGI PERKEMBANGAN BUDAYA
85
LANJUTAN 4. REKONTRUKSI
HISTORIS
• HISTORIOGRAFI • PURBAKALA • PALEONTOLOGI 86
PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN
1. AZAS ILMIAH
• MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI
ILMU SOSIAL 87
LANJUTAN 2. KAIDAH ILMIAH • Mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena secara umum berlaku pula untuk berbagai fenomena yang sejenis. • Boyle, Newton, Pascal 88
LANJUTAN 3. TEORI ILMIAH • Kemampuan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena.
• Teori Darwin
Kau lahir dariku bodoh
89
lanjutan • Teori; sekumpulam proposisi yang mencakup konsep-konsep tertentu yang saling berhubungan
90
APA MANFAAT DAN PERANAN TEORI?
• Mensistematiskan dan menyususn data maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data yang semula kacau balau. Jadi teori berfungsi sebagai kerangka, pedoman, bagan sistematisasi atau sistem acuan.
91
lanjutan • Memberikan skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi • Menunjukkan atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikan lebih lanjut.
92
PEMBAGIAN ILMU • Ilmu Pengetahuan dibedakan atas: PENGETAHUAN 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (social science); membahas hubungan manusia sebagai makhluk sosial. a. Psikologi; ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mental dan tingkah laku. b. Pendidikan; suatu perlakuan atau nproses latihan yang terarah dan sistematis meneju ke suatu tujuan. 93
Lanjutan c. Antropologi; suatu ilmu pengetahuan yang pempelajari asal-usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan serta tingkah laku manusia. d. Etnologi; studi antropologi dari aspek sistem sosio ekonomi dan pewarisan kebudayaan terutama keaslian, perkembangan dan perubuhan dalam masyarakat primitif.
94
Lanjutan e. Sejarah; suatu pencataan peristiwa – peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara atau individu. f. Ekonomi; ilmu penghetahuan yang berhubungan dengan produksi, tukar menukar barang produksi, pengelolaan dalam lingkup rumah tangga, perusahaan atau negara. 95
Lanjutan g. Sosiologi; suatu studi tingkah laku sosial, terutama asal-usul organisasi, institusi dan perkembangan masyarakat manusia. 2. Ilmu Pengetahuan Alam; yang membahas alam semesta dengan segala isinya, ilmu ini terbagi atas: a. Fisika (physics); suatu kajian tentang benda mati dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara. 96
lanjutan b. Kimia (chemistry); mempelajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan yang bersifat tetap; Kimia secara garis besar dibagi menjadi: • Kimia anorganik • Kimia organik c. Biologi (biological science); ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejalagejalanya. 97
lanjutan • Cabang-cabang biologi: 1. Botani; mempelajari seluk beluk tumbuhan 2. Zoologi; mempelajari hewan 3. Anatomi; mempelajari strukur dalam makhluk hidup 4. Fisiologi; studi tentang fungsi tubuh 98
5. Sitologi; studi tentang sel secara mendalam 6. Sitologi; studi tentang jaringan tubuh atau organ makhluk hidup 7. Palaentologi:studi tentang makhluk masa lampau yang kebanyakan hanya berupa fosil 99
lanjutan 3. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (earth science and space) a. Geologi; studi tentang struktur bumi • Petrologi membahas batu-batuan • Vulkanologi, membahas gempa bumi • Mineralogi, membahas bahan mineral/bahan galian • Kristalografi, membahas bentuk-bentuk kristal dari mineral. 100
lanjutan b. Astronomi; suatu ilmu pengetahuan yang membahas benda-benda ruang angkasa dan alam semesta. b. Geografi; ilmu pengetahuan tentang muka bumi dan produk ekonomi sehubungan dengan makhluk hidup terutama manusia.
101
Terima Kasih Nama Dosen