FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BERAT TETAS TELUR BURUNG PUYUH PADA BERAT TELUR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
YAFET RUMENGAN DUALOLO I 111 10 252
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
i
FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BERAT TETAS TELUR BURUNG PUYUH PADA BERAT TELUR YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
YAFET RUMENGAN DUALOLO I 111 10 252
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini: Nama
: Yafet Rumengan Dualolo
NIM
: I 111 10 252
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sepenuhnya.
Makassar,
Mei 2017
Penulis
iii
ABSTRAK
YAFET RUMENGAN DUALOLO (I 111 10 252). Fertilitas, Daya Tetas, dan Berat Tetas Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) pada Berat Telur yang Berbeda. Dibimbing oleh Wempie Pakiding sebagai Pembimbing Utama dan Muhammad Yusuf sebagai Pembimbing Anggota Penelitian telah dilakukan untuk melihat fertilitas, daya tetas, dan berat tetas telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) pada berat telur yang berbeda. Percobaan ini menggunakan rancangan dasar rancangan acak kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan yang terdiri dari: B1 = ringan (≤9,5 g), B2 = Sedang (9,6-10,5 g) dan B3 = (≥10,6 g). Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 butir telur burung puyuh dan empat unit mesin tetas manual dengan kapasitas 300 butir. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa: burung puyuh memiliki tingkat fertilitas rata-rata 96,00% dan daya tetas rata-rata 70,13% dan tingkat fertilitas tertinggi diperoleh pada telur dengan berat ≥10,6 g (berat). Daya tetas telur burung puyuh tidak dipengaruhi oleh berat telur, tetapi tingkat fertilitas dan daya tetas sangat dipengaruhi oleh berat telur dengan fertilitas dan berat tetas tertinggi diperlihatkan pada perlakuan dengan telur puyuh yang berat.
Kata Kunci : Fertilitas, Daya Tetas, Berat Tetas, Berat Telur, Burung Puyuh
iv
ABSTRACT
YAFET RUMENGAN DUALOLO (I 111 10 252). Fertility, Hatchability, and Haching Weight of Egg Quail on Different Eggs Weight. Under quidance by Wempie Pakiding as Supervisor and Muhammad Yusuf as Co-Supervisor. A study has was conducted to investigate fertility, hatchability, and hatching weight of quail eggs (Cuturnis-cuturnis japonica) in different egg weights. The experiment was conducted experimentaly using the basic design of randomized block design (RAK), with 3 treatments and 4 replications consisting. The treatment of egg weight consisted of: B1 = ligh (≤9.5 g), B2 = Medium (9,6-10,5 g) and B3 = Heavy ( ≥10.6 g). Three hundred quail eggs and four units of manual machine were used in the experiment. The results of this study indicated that the average fertility, hatchability and hacthing weight was 96.00%, 70.13% and 7.24 g, respectively. Hatchability of quail eggs was not affected by egg weight treatments, but the fertility and hatching weight significantly affected by egg weight, showing the highest fertility and hatching weight were in the heavy egg treatment. Keywords: Fertility, Hatchability, Hatching Weight, Egg Weight, Quail
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih karunia dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Fertilitas, Daya Tetas dan Berat Tetas Telur Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica ) pada Berat Telur yang Berbeda” dan telah menulis skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
pada
jurusan Produksi
Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari adanya kerjasama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, perkenankanlah penulis menghaturkan hormat dan terima kasih atas segala kerjasama yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc selaku pembimbing utama dan sebagai penasehat akademik selama penulis menyelesaikan perkuliahan di Universitas Hasanuddin dan kepada bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt selaku pembimbing anggota yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada dosen penguji pada seminar proposal dan hasil yang telah memberikan kritik, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Dan juga kepada para dosen, pegawai fakultas dan jurusan produksi ternak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapkan terimah kasih. vi
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua, ayahanda tercinta Thamrin Dualolo dan ibunda tersayang Suharti Rumengan yang selama ini terus mendukung penulis dalam doa, materi dan curahan kasih sayang. Juga buat saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat dan dukungannya serta doa, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih kepada sahabat penulis yang selama ini telah membantu, memberikan semangat dan doa untuk penulis, khususnya Alm. Dyan Anjanna Putri, Renal, Samsu Alam Rab, S.Pt. M.Si, Hermawansyah, S.pt, Ibnu Mundzir, S.pt, Syahril Hamzah, April, Ichwan, Farid, teman-teman ”LION 10” serta semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, baik penulisan maupun isi dari skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari teman-teman pembaca. Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Makassar,
Mei 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL…………………………………………..............
i
HALAMAN JUDUL……………………………………………..............
ii
HALAMAN KEASLIAN..........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………...............
iv
ABSTRAK………………………………………………………………..
v
ABSTRACT………………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR…………………………...………………............
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………...............
ix
DAFTAR TABEL......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xiii
PENDAHULUAN…...................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….
4
Gambaran Umum Burung Puyuh…......………………….................
4
Pelaksanaan Penetasan…......………………….................................
6
Fertilitas…...………………......…….……………….......................
8
Daya Tetas..……………………......……………………………….
9
METODE PENELITIAN…………………………………………………
10
Waktu dan Tempat………….................………................................
10
Materi Penelitian…………...….……………….................................
10
Rancangan Penelitian…...…………………………………...............
10
Prosedur Penelitian...............…………………………………….......
11
Parameter yang Diukur…………………………………...................
12
viii
Analisis Data..............…………………………………….................
14
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………....
15
Fertilitas……………………………………………………………..
15
Daya Tetas…………………………………………………………...
16
Berat Tetas…………………………………………………………...
17
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
19
Kesimpulan…………………………………………………………...
19
Saran………………………………………………………………...
18
DAFTAR PUSTAKA………………………………...................................
20
LAMPIRAN………………………………………………………………..
22
ix
DAFTAR TABEL No. 1.
Halaman Pengaturan Temperatur dan Waktu Pembalikan Pada Beberapa Kelompok Umur Penetasan……………………………….……
12
x
DAFTAR GAMBAR No. 1.
2.
3.
Halaman Pengaruh berat telur terhadap fertilitas telur burung puyuh. Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang yata (P<0,05). Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi
14
Pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur burung puyuh. Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi..........................
16
Pengaruh berat telur terhadap berat tetas telur burung puyuh. Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi ..... ...........
17
xi
PENDAHULUAN
Pengembangan aneka ternak, termasuk burung puyuh, merupakan suatu upaya untuk memaksimalkan potensi komoditi peternakan dalam penyediaan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Burung puyuh dikembangkan untuk menghasilkan telur dan daging, walaupun demikian kontribusinya relatif masih sangat kecil dibanding kontribusi dari komoditi unggas yang lainnya seperti ayam dan itik. Burung puyuh yang kita kenal saat ini terdiri atas dua jenis yaitu burung puyuh liar atau Gemak dan burung puyuh hasil domestikasi/persilangan
(Cuturnis-cuturnis
japonica).
Burung
puyuh
liar
memiliki produksi telur yang sangat rendah tetapi memiliki kemampuan untuk mengerami telurnya, sebaliknya puyuh hasil persilangan memiliki produksi telur yang tinggi tetapi telah kehilangan kemampuan untuk mengerami telurnya. Hal ini menyebabkan proses regenerasi burung puyuh hasil persilangan hanya dimungkinkan melalui penetasan secara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Telur puyuh yang dihasilkan oleh induk hasil persilangan memiliki keragaman dan karakteristik eksterior yang tinggi, diantaranya dari aspek ukuran/berat telur. Untuk menghasilkan daya tetas dan berat tetas yang maksimal maka penyeleksian telur tetas perlu dilakukan. Berat telur merupakan salah satu indikator dalam penyeleksian telur tetas. Berat telur akan mempengaruhi keberhasilan penetasan sebab berat telur sangat mempengaruhi presentasi komposisi telur yang merupakan sumber pakan selama pertumbuhan embrio. Namun kenyataannya, peternak sering memilih telur untuk ditetaskan tanpa
1
memperhatikan kualitas eksterior telur tersebut terutama berat telur bahkan banyak peternak yang memilih telur yang memiliki bobot yang terlalu berat atau terlalu ringan. Variasi berat telur yang berbeda menjadi salah satu penyebab rendahnya fertilitas, daya tetas dan berat tetas telur yang umum didapati pada penetasan ayam dan itik. Namun sejauh mana variasi berat telur burung puyuh terhadap keberhasilan proses penetasan, khususnya yang berhubungan dengan fertilitas, daya tetas dan berat tetas perlu dilakukan suatu kajian. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh berat telur terhadap fertilitas, daya tetas dan berat tetas telur puyuh yang ditetaskan secara buatan dengan menggunakan mesin tetas. Sedangkan kegunaan yang diharapkan adalah sebagai bahan referensi kepada para peternak dan akademisi tentang pengaruh berat telur terhadap keberhasilan dalam melakukan penetasan menggunakan mesin tetas.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) Burung Puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli.Menurut Nugroho dan Mayun (1986) beberapa ratus tahun yanglalu yaitu pada tahun 1890an di Jepang telah diadakan penjinakan terhadap burung Puyuh tersebut. Burung Puyuh Coturnix coturnix japonica memiliki klasifikasi menurut Pappas ( 2002 ) sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Class
: Aves
Ordo
: Gallivormes
Subordo
: Phasianoidea
Famili
: Phasianidae
Sub-famili
: Phasianinae
Genus
: Coturnix
Spesies
: Coturnix coturnix japonica
Ciri burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung Puyuh lainnya. Panjang badannya 19cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada bergaris (Nugroho dan Mayun,1986).
3
Jenis burung Puyuh yang biasa diternakkan berasal dari jenis Coturnixcoturnix japonica. Produktifitas telur burung Puyuh ini mencapai 250-300 butir per tahun dengan rata-rata 10 gram perbutir. Betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Burung Puyuh sangat baik untuk diternakkan karena dapat menghasilkan lebih dari 4 generasi per tahun. Telurnya berwarna cokelat tua, biru dan putih dengan bintik-bintik hitam, coklat dan biru. Faktor makanan mempunyai pengaruh yang cukup besar. Bila makanan yang diberikan tidak baik kualitasnya atau jumlah yang diberikan tidak cukup, maka hampir dapat dipastikan burung Puyuh tidak akan bertelur banyak (Rasyaf 1991; Listiyowati dan Roospitasari, 2000; Hartono, 2004). Kandungan protein dan lemak telur buyung Puyuh cukup baik bila dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan. Anak burung Puyuh yang baru menetas dari telur disebut DOQ (Day Old Quail). Day old quail ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan berbulu jarum halus. Day old quail yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakan lincah, biasanya seragam dan aktif mencari makan atau minum. Dalam dunia peternakan, periode pembesaran DOQ disebut dengan masa stater-grower (stagro) hingga anak burung Puyuh berumur 8 minggu (Sugiharto, 2005).
Pelaksanaan Penetasan Pemilihan Telur Tetas
4
Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas adalah suatu bentuk penimbunan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, energi, vitamin, mineral dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio selama pengeraman untuk dapat ditetaskan telur-telur burung Puyuh harus diseleksi. Memilih telur burung Puyuh yang akan ditetaskan harus teliti, beberapa cara memilih telur burung Puyuh yang baik untuk ditetaskan yaitu : 1) Memilih telur yang bersih, halus dan rata; 2) Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat; 3) Bintik kulit telur harus jelas; 4) kulit telur tidak retak; 5) memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 7 hari; 6) Jika mau dijadikan khusus sebagai telur setelah keluar dari burung Puyuh, telur segela diambil dan dibersihkan. Sebaiknya telur yang ditetaskan berukuran normal yang beratnya 11-13 gram per butir. Ukuran normal tersebut dapat dicapai setelah induknya berumur 2,5 bulan. Dengan demikian pengambilan telur tetas burung Puyuh dilaksanakan sejak induk berumur 2,5-8 bulan (Sugiharto, 2005). Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur burung Puyuh. Abidin (2003) menguatkan pendapat tersebut dengan menyodorkan data hasil penelitian para bahwa daya tetas telur disimpan selama 6 hari lebih tinggi dibandingkan dengan telur tetas disimpan 7 hari. Telur yang disimpan terlalu lama, apalagi dalam kondisi lingkungan yang kurang baik, bisa menyebabkan penurunan berat telur dan kantung udaranya semakin berkurang (Andrianto, 2005). Penetasan Dengan Mesin Tetas Telur burung Puyuh dapat ditetaskan dengan mesin penetas telur ayam.
5
Selama ditetaskan telur tadi diputar 900 dan paling sedikit sehari diputar 4-6 kali. Menetaskan telur burung Puyuh tidak berbeda dengan telur ayam. Minggu pertama : 38,30C (1010 F). Minggu kedua sampai menetas : 390C (1030 F). Suhunya diusahakan jangan lebih dari 39,40 C (1030 F). Termometer yang mengukur suhu mesin tetas, supaya diletakkan sejajar dengan ujung telur, dengan maksud supaya termometer tersebut menunjukkan suhu telur-telur yang ditetaskan. Temperatur kelembapannya tidak boleh kurang dari 60% (tabung basah pada hygrometer) 30,60 C (870 F) sampai hari ke 14 setelah itu dinaikkan 32,20 C (900 F) sampai proses penetasan selesai (Nugroho dan Mayun, 1986). Temperatur Mesin Tetas Dalam prakteknya temperatur mesin tetas sering dibuat stabil sekitar 1030F (39,40C) untuk semua penetasan telur unggas. Kelembapan mesin tetas untuk penetasan telur berbagai jenis unggas relatif sama, yaitu sekitar 60-79% RH. Selama persiapan ventilasi atas mesin tetas ditutup sampai hari penetasan ketiga (Suprijatna et al., 2005). Pemutaran Telur Membalik atau memutar letaknya telur pada hari-hari tertentu selama periode penetasan perlu sekali dikerjakan. Gunanya adalah supaya mendapatkan panas yang merata. Selain itu juga untuk menjaga agar bibit tidak menempel pada kulit dalam fase permulaan penetasan dan untuk mencegah zat kuning telur dengan tetenun selaput pembungkus anak (allanthois) pada fase-fase berikutnya. Membalik telur dilakukan setiap hari mulai hari ketiga atau keempat sampai dua hari sebelum telur-telur menetas. Pemutarantelur sebaiknya dilaksanakan paling
6
sedikit 3 kali atau lebih baik pula diputar sampai 5 atau 6 kali sehari setengah putaran (Djanah, 1984). Fertilitas Nuryati et al (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan. Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu Calsium. Sumber mineral ini utamanya adalah Calsium yang terdapat dalam kerabang telur. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang telur melalui membran kerabang. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang ditetaskan, hal ini juga berpengaryh pada pembentukan embrio (Suprijatna et al., 2005). Fertilitas burung Puyuh juga dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1) Sperma; 2) Pakan; 3) Umur pembibit; 4) Musim atau suhu; 5) Sifat kawin pejantan; 6) Waktu perkawinan; 7) Produksi telur (Agromedia, 2002).
Daya Tetas Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya tetas (Card and Leslie, 1993). Rasyaf (1993) menyatakan bahwa untuk
7
menghasilkan daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Semua itu bertujuan untuk mendukung pertumbuhan embrio saat telur ditetaskan. Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun, 1982). Daya tetas juga akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telurtelur yang disimpan daya tetasnya akan menurun, kira-kira 3% tiap tambahan sehari. Telur yang disimpan dalam kantng plastik PVC (polyvinylidene chloride) dapat tahan lebih lama, kira-kira 13-21 hari dibandingkan telur yang tidak disimpan dalam kantung plastik PVC. Biasanya telur yang disimpan dalam kantung plastik ini daya tetasnya juga lebih tinggi daripada telur yang disimpan dalam ruangan terbuka (Nugroho dan Manyun, 1986).
8
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 4 unit mesin tetas manual, berbentuk kotak dengan dengan kapasitas sekitar 300 butir telur puyuh, timbangan dan sumber energi listrik. Bahan yang digunakan adalah telur puyuh sebanyak 300 butir dan bahan fumigasi (formalin). Rancangan Penelitian Penelitian
dilaksanakan
secara
eksperimen
dengan
menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 mesin tetas sebagai kelompok ulangan. Sebagai perlakuan yang diterapkan yaitu berat telur yang terdiri atas: B1
= Ringan (≤9,5g)
B2
= Sedang (9,6 – 10,5g)
B3
= Berat (≥10,6g)
9
Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Telur Tetas Telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari burung puyuh produktif yang dipelihara secara intensif dengan sex ratio 1:1 dan umur telur kurang dari 3 hari. Telur dibagi kedalam 3 kategori (perlakuan) sesuai dengan berat telur yang terdiri dari kategori ringan (≤9,5 g), sedang (9,6-10,5 g), dan berat (≥ 10,6g). Setiap perlakuan terdiri atas 100 butir telur yang dibagi kedalam 4 kelompok mesin tetas
(25 butir untuk setiap
kelompok). Sehingga total telur yang digunakan adalah sebanyak 300 butir. Sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air hangat yang dibilas dengan kain halus. 2. Persiapan Mesin Tetas Sebelum digunakan, mesin tetas terlebih dahulu dibersihkan dan difumigasi dengan menggunakan larutan formalin. Mesin dijalankan selama 24 jam untuk mendapatkan temperature yang stabil sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas. Pengaturan kelembaban dilakukan dengan meletakkan talenan berisi air pada bagian bawah tempat telur untuk mendapatkan kelembaban sekitar 70%. 3. Peletakan telur dalam mesin tetas Telur diberi tanda sesuai dengan berat telur kemudian disusun kedalam rak telur yang telah diberi sekat pemisah antar setiap perlakuan. Telur diletakkan pada rak secara horizontal dan pembalikan telur dilakukan dengan
10
cara memiringkan posisi rak telur didalam mesin tetas yang dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) 4. Pengeraman telur Telur yang telah dimasukkan kedalam mesin tetas kemudian dieramkan selama 17 hari. Pembalikan dan pengaturan temperatur yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.
Pengaturan temperatur dan waktu pembalikan pada beberapa kelompok umur penetasan
Umur pengeraman(hari) 1 sampai 2
Temperatur (OF) Pagi Sore 100 100
3 Sampai 14
100
100
15 sampai 17
100
100
Pembalikan Telur Tidak dilakukan pembalikan Dilakukan pembalikan telur (pagi dan sore) Tidak dilakukan pembalikan
Parameter yang Diukur Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah: 1. Fertilitas Telur Pada akhir penetasan, dilakukan penghitungan presentasi telur yang fertil, dengan cara memecahkan telur yang tidak menetas kemudian menghitung jumlah telur yang mengalami pembuahan. Telur yang mengalami pembuahan ditandai dengan terdapat embrio didalam telur. Persentase fertilitas dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990) sebagai berikut:
11
2. Daya Tetas Telur Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang berhasil menetas dari jumlah telur yang fertil. Persentase daya tetas dihitung dengan menggunakan rumus menurut North and Bell (1990) sebagai berikut:
3. Berat Tetas Berat tetas di ukur dengan menimbang anak ayam yang baru menetas kemudian mencatat data pengukuran dan menghitung nilai rata-rata berat tetas dari setiap kelompok.
Analisa Data Data yang diperoleh akan dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + αi + ßj + €ij
Dimana:
i = 1,2,3 j = 1,2,3, 4
Keterangan : Yij
= Hasil pengamatan dari perlakuan ke – ij
12
µ
= Nilai tengah sampel
αi
= Pengaruh perlakuan ke-i
ßj
= Pengaruh kelompok ke-j
€ij
= Galat percobaan dari perlakuan ke –i dan kelompok ke - j Apabila analisis ragam menunjukan pengaruh yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) (Gaspersz,1991).
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fertilitas Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan Nuryati et al., (2000) menyatakan bahwa agar telur dapat menetas jadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Hasil penelitian terhadap rata-rata fertilitas telur yang ditetaskan dengan berat
Fertilitas (%)
telur yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
93a
95a
Ringan
Sedang
100b
Berat
Berat Telur Gambar 1.
Pengaruh berat telur terhadap fertilitas telur burung puyuh. Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap fertilitas telur puyuh (P<0.05). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) mengindikasikan bahwa perlakuan tertinggi pada penelitian ini yaitu pada perlakuan B3 (telur berat) yaitu 100 %, berbeda nyata terhadap perlakuan B1 (telur ringan) dan B2 (telur sedang) masing-masing 93% dan 95%. Hal ini diduga disebabkan adanya perbedaan range berat telur yang ditetaskan. Hasil penelitian
14
ini tidak sesuai dengan pendapat Nugraha et al., (2016) yang menyatakan bahwa fertilitas telur tidak dipengaruhi oleh berat telur. Pernyataan serupa juga terdapat pada penelitian Alabi et al., (2012) yang menyatakan bahwa bobot telur tidak memberikan pengaruh nyata terhadap fertilitas. Agromedia (2002) menyatakan bahwa fertilitas burung puyuh dipengaruhi oleh faktor sperma, pakan, umur bibit, musim atau suhu, sifat kawin pejantan, waktu perkawinan dan produksi telur. Ditambahkan oleh King’ori (2011) bahwa Faktor yang mempengaruhi fertilitas antara lain adalah nutrien, motilitas sperma, dan persentase sel sperma yang abnormal atau mati. Rataan umum fertilitas pada penelitian ini yaitu 96%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Dudusola (2013) pada burung puyuh jepang yaitu 93%, dan 87.5% (Adeyanju et al.,2014). Ditambahkan Seker et al., (2004) menggunakan burung puyuh dengan range bobot telur 9.5-12.50 gram menghasilkan nilai fertilitas 58,8%-78.8%. Adanya perbedaan nilai fertilitas diduga disebabkan karena adanya perbedaan berat awal telur yang digunakan.
Daya Tetas Persentase telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil disebut daya tetas (Card and Leslie, 1993). Hasil penelitian terhadap rata-rata daya tetas telur yang ditetaskan dengan berat telur yang berbeda disajikan pada Gambar 2.
15
90
73.16
Daya Tetas (%)
80 70
76
61.23
60
50 40 30
20 10 0 Ringan
Sedang
Berat
Berat Telur
Gambar 2. Pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur burung puyuh. Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh rataan daya tetas pada perlakuan B1 (telur ringan), B2 (telur sedang), dan B3 (telur berat) masingmasing 61.23, 73.16 dan 76.00% dengan rata-rata persentase daya tetas keseluruhan yaitu 70,13%. Adapun hasil penelitian Adeyanju et al., (2014) yang menggunakan burung puyuh Jepang dengan varietas yang berbeda sebesar 41% dan Dudusola (2013) 81,2%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berat telur tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur burung puyuh. Hal ini mengindikasikan bahwa berat telur tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap daya tetas telur. Hal ini diduga karena telur tetas yang digunakan memiliki berat telur yang normal dan memiliki umur penyimpanan yang seragam, yaitu selama tiga hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nugraha (2016) yang melaporkan bahwa daya tetas telur burung puyuh tidak dipengaruhi oleh berat telur karena berada bobot yang normal dan ideal yaitu pada kisaran 9,5-12, 6 g.
16
Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, cara atau metoda penyimpanan, pengaturan suhu dan kelembaban inkubator, kebersihan telur, pengumpulan dan penyimpanan telur (Nazirah, 2014). Ditambahkan oleh Sutiyono (2006) menyatakan bahwa daya tetas telur dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor genetik, suhu dan kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur.
Berat Tetas Berat tetas merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha penetasan. Oleh karena itu diperlukan seleksi untuk memilih telur yang bersal dari induk yang sehat. Hasil penelitian terhadap rata-rata berat tetas yang ditetaskan dengan
Berat Tetas (g)
berat telur yang berbeda disajikan pada Gambar 3. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
6.37a
Ringan
7.18b
Sedang
8.18c
Berat
Berat Telur
Gambar 3.
Pengaruh berat telur terhadap berat tetas telur burung puyuh. Huruf yang berbeda memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Vertikal bar mengindikasikan standar deviasi.
17
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa berat telur memberikan pengaruh nyata terhadap berat tetas. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) mengindikasikan bahwa perlakuan tertinggi yaitu pada perlakuan B3 (telur berat) 8,18 g/ekor berbeda nyata dengan perlakuan B1 (ringan) 6,37g/ekor dan B3 (sedang) 7,18 g/ekor. Kondisi ini memperlihatkan bahwa semakin berat telur maka akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena telur yang memiliki berat yang tinggi memiliki persentase komposisi yang semakin besar. Menurut Science (2011) menyatakan bahwa telur memiliki beberapa komponen utama, setiap komponen memiliki fungsi masing-masing. Kerabang telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak menguntungkan. Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur agar tidak keluar dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak diinginkan. Secara umum rataan berat tetas pada penelitian ini sebesar 7,24 g, lebih tinggi dengan hasil penelitian Adeyanju et al., (2014) sebesar 6,35 g. Hal ini disebabkan berat telur tetas yang digunakan berbeda.
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa daya tetas telur burung puyuh tidak dipengaruhi oleh berat telur, tetapi tingkat fertilitas dan daya tetas sangat dipengaruhi oleh berat telur dengan fertilitas dan berat tetas tertinggi diperlihatkan pada perlakuan dengan telur puyuh yang berat. Saran Untuk mendapatkan fertilitas dan berat tetas telur burung puyuh yang maksimal maka sebaiknya telur yang ditetaskan menggunakan telur yang lebih berat.
19
DAFTAR PUSTAKA Adeyanu, T.M., S.S. Abiola, J.A. Adegbite, and S.A. Adeyanju. 2014. Effect of egg size on hatchability of Japanese quail (Coturnix-Coturnix Japonica) of japanese quail. Journal of Emerging Trends in Engineering and Applied Sciences (JETEAS) 5(7): 133-135. Agromedia. 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka, Jakarta. Andrianto, T.T. 2005. Panduan Praktis Beternak Burung Puyuh, Absolut, Yogyakarta. Butcher, D. Gary and R.D. Miles. 2004. Egg Specific Gravity – Designing a Monitoring Program. University of Florida. Card, L.E. and Leslie. 1993. Poultry Production. Lea and Febriger, Philadelphia. Djanah, D.J. 1984. Beternak Ayam dan Itik, Jasaguna, Jakarta. Dudusola, I.O. 2013. The effect of parental age and egg weight on fertility, hatchability and day-old chick weight of Japanese quail (Cortunix cortunix japonica). Journal of Agricultural Sciences (2): 13-16. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit Amrico. Bandung. Hartono, T. 2004. Permasalahan Burung Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya, Jakarta. Hassan, K.H., A.R.B. Alsattar. 2015. Effect of Egg Storage Temperature and Storage Period Pre-incubation on Hatchability of Eggs in Three Varieties of Japanese Quail. Jurnal Animal and Veterinary Sciences ; 3 (6-1): 5-8 Heuser, G.F. 1975. Feeding Poultry. 2 Ed. Jhon Willey and Son’s. New York. Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2000. Burung Puyuh tata Laksana Budidaya Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Nazirah. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Terhadap Daya Tetas dan Berat Telur (Skripsi). Fakultas Kegiatan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Nugroho dan Manyun IGT. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offest, Semarang.
20
North, M.O. and D.D. Bell. 1990.Commercial Chicken Production Manual. 4 th Ed. Avi Book, Nostrand Reinhold, New York. Nuryati, L.K. Sutarto dan S.P. Hardjosworo. 2000. Sukses Menetaskan Telur, Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf M. 1991. Memelihara Burung Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta. Sidabutar. 2009. Pengaruh Frekuensi Inseminasi Buatan Terhadap Daya Tetas Telur Itik Lokal (Anas Plathyryncho) yang di inseminasi Buatan Semen Entok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera. Medan. Sugiharto, R.E. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka, Jakarta. Suprijatna, E.U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutiyono, S.R. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas, Daya Tetas Telur Dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung Yang Diencerkan Dengan Berbeda (Skripsi). Fak. Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
21
LAMPIRAN Lampiran 1.
Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap Fertilitas Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Fertilitas Type III Sum of Squares
Source Corrected Model
df
Mean Square
F
Sig.
178.667a
5
110592.000
1
Perlakuan
104.000
2
52.000
6.882
.028
Kelompok
74.667
3
24.889
3.294
.100
Error
45.333
6
7.556
Total
110816.000
12
224.000
11
Intercept
Corrected Total
35.733
4.729
.043
110592.000 1.464E4
.000
a. R Squared = ,798 (Adjusted R Squared = ,629) Multiple Comparisons Dependent Variable:Fertilitas
(I) Perlakuan LSD
(J) Perlakuan
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Mean Difference (I-J)
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
-2.0000 1.94365 .343
Lower Bound
Upper Bound
-6.7559
2.7559
-7.0000* 1.94365 .011 -11.7559
-2.2441
Perlakuan 2 Perlakuan 1
2.0000 1.94365 .343
-2.7559
6.7559
Perlakuan 3
-5.0000* 1.94365 .042
-9.7559
-.2441
Perlakuan 3 Perlakuan 1
7.0000* 1.94365 .011
2.2441
11.7559
Perlakuan 2
5.0000* 1.94365 .042
.2441
9.7559
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 7,556. *. The mean difference is significant at the ,05 level.
22
Lampiran 2.
Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap Daya Tetas Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Dayatetas Source
Type III Sum of Squares
Mean Square
df
F
Sig.
Corrected Model
2857.604a
5
571.521
5.801
.027
Intercept
59041.047
1 59041.047
599.293
.000
Perlakuan
488.785
2
244.393
2.481
.164
Kelompok
2368.819
3
789.606
8.015
.016
Error
591.107
6
98.518
Total
62489.758
12
3448.711
11
Corrected Total
a. R Squared = ,829 (Adjusted R Squared = ,686)
23
Lampiran 3. Analisis ragam pengaruh berat telur terhadap berat tetas Dependent Variable:Berat tetas Type III Sum of Squares
Source
df
6.870a
Corrected Model
F 57.512
.000
629.591
1 2.635E4
.000
Perlakuan
6.593
2 137.967
.000
Kelompok
.278
3
.074
Error
.143
6
Total
636.604
12
7.014
11
Intercept
Corrected Total
5
Sig.
3.876
Berat tetas LSD
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Differenc e (I-J)
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Perlakuan 1 Perlakuan 2
-.8150*
.10930
.000
-1.0824
-.5476
Perlakuan 3
-1.8125*
.10930
.000
-2.0799
-1.5451
Perlakuan 2 Perlakuan 1
*
.10930
.000
.5476
1.0824
*
.10930
.000
-1.2649
-.7301
*
.10930
.000
1.5451
2.0799
*
.10930
.000
.7301
1.2649
Perlakuan 3 Perlakuan 3 Perlakuan 1 Perlakuan 2
.8150 -.9975 1.8125 .9975
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,024. *. The mean difference is significant at the ,05 level.
24
RIWAYAT HIDUP Yafet Rumengan Dualolo, lahir pada tanggal 21 September 1992 di kota Parepare. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara. Anak dari pasangan suami istri Thamrin Dualolo dan Suharti Rumengan. Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 43 Parepare pada tahun 1998 sampai tahun 2004. Pada tahun yang sama, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Parepare, lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Parepare, lulus SMA pada tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin Fakultas
Peternakan
Jurusan
Produksi
Ternak.
25
26