Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTF DESAIN PRODUK (FURNITURE) Boike Janus Anshory Staf Program Studi Desain Produk, Podomoro University Email:
[email protected]
Abstract In the modern era and the development of technology today, there is a tendency of human activity that are faced with the practical cultural phenomenon in the sense of many human activities are permitted to make ends meet. Human activity will be smooth if it is complemented by the completeness of the activities referred to as "Product". Along with the dense community activities and also the traffic situation, especially in urban areas and as well as the lifestyle of consumerism today, in general, people will think and decide on a purpose/desire him to be practical and fast in determining the specific product. There are a variety of needs and human activities, such as trade / school / organization / health / government and so on, of course, will require a product of furniture as the main products to complement the activity within a building. A wide variety of product design and selection of furniture offered by some conventional and modern retail stores, consumers will be free to pick and choose the products that will be purchased in accordance with the visual perception and price instantly. Keywords: The phenomenon, consumerism practical, produk design. Abstrak Dalam era modern dan perkembangan teknologi saat ini, terdapat kecenderungan aktivitas manusia yang dihadapkan pada fenomena budaya praktis yang dalam arti aktivitas manusia banyak dimudahkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktivitas manusia akan menjadi lancar jika dilengkapi oleh kelengkapan aktivitas yang disebut sebagai “Product”. Seiring dengan padatnya aktivitas masyarakat dan juga situasi lalu lintas khususnya di daerah perkotaan dan seiring pula dengan gaya hidup konsumerisme saat ini, pada umumnya masyarakat akan berpikir dan memutuskan suatu tujuan/keinginan yang arahnya bersifat praktis dan cepat di dalam menentukan produk tertentu. Kita mengetahui adaberagam kebutuhan dan aktivitas masyarakat, seperti berdagang/sekolah/organisasi/kesehatan/ pemerintahan dan sebagainya, tentunya aktivitas tersebut akan membutuhkan suatu product furniture sebagai produk utama untuk melengkapi aktivitas di dalam suatu bangunan. Banyak ragam dan pilihan design product furniture yang ditawarkan oleh beberapa toko retail konvensional danmodern, konsumen akan leluasa untuk memilih dan menentukan produk yang akan dibeli sesuai dengan persepsi visual dan harga secara instan. Kata kunci: fenomena, konsumerisme praktis, desain produk.
131
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTIF DESAIN PRODUK (FURNITURE) (Boike Janus Anshory)
Pendahuluan Pemahaman Perspektif Global Dalam era perkembangan pembangunan ekonomi pada saat ini, khususnya di awal tahun 2017, masyarakat dihadapkan pada suatu kondisi yang bersifat konsumtif pada segala bidang kehidupan, mulai dari pembangunan yang bersifat fisik dan non fisik. Dalam hal pembangunan fisik yang paling terlihat jelas adalah pembangunan kebutuhan primer yang salah satunya biasa kita sebut sebagai kebutuhan “papan” atau hunian. Akan tetapi dengan keterbatasan lahan yang ada di beberapa kota besar ada pengkondisian dimana dapat dibangun fasilitas perumahan yang berkonsep vertikal atau sering disebut “rumah susun”/ apartemen. Pada awal tahun 1990, disamping tumbuhnya pembangunan perumahan mewah, gaya hidup masyarakat perkotaan juga telah berkembang ke arah kebutuhan apartemen/kondominium yang dekat dengan lokasi kerja. Hal ini juga merupakan fenomena yang bertumbuh di ibu kota Jakarta dan beberapa kota besar yang mencoba memenuhi kebutuhan gaya hidup para eksekutif dan manajer muda. Pertumbuhan fasilitas hunian dan perkantoran tersebut juga merambah ke bidang desain modern yang telah mengantarkan masyarakat Indonesia ke arah gaya hidup yang merefleksikan masyarakat negara maju. Adanya hubungan antara manusia (desainer), kebijakan pembangunan, masyarakat, alam, dan dunia kebendaannya harus dapat bersinergi untuk mengantisipasi dampak sosial yang sangat rentan pada saat ini. Dengan adanya kebutuhan masyarakat di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan papan ini sangat besar seiring dengan kondisi perbaikan ekonomi di segala bidang. Pembangunan property yang bersifat “landed concept” atau bangunan rumah sederhana juga banyak ditawarkan di sekitar area Jabodetabek. Bagi para pemilik unit apartemen, perumahan, perkantoran yang telah memiliki fisik fasilitas tersebut dapat langsung menggunakannya, dan tentunya untuk menunjang melengkapi aktivitas yang dibutuhkan di unit atau rumah tersebut di perlukan suatu produk tertentu yang tepat guna. Jika dicermati dari bisnis produk furniture dan perlengkapannya, tentu saja hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk menjawab kebutuhan masyarakat didalam memenuhi dan melengkapi suatu perlengkapan kebutuhan interior. Dapat diasumsikan dalam perhitungan bisnis, jika dalam satu bangunan apartemen terdapat ratusan unit, maka dapat diterjemahkan bahwa pemilik unit apartemen atau perkantoran tersebut tidak akan membiarkan unitnya kosong begitu saja, mereka akan berusaha untuk melengkapinya dengan menggunakan jasa desainer interior ataupun melakukan improvisasi sendiri sesuai dengan pemahaman visual desain interior.
132
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Skema 1. Unsur-unsur yang mempengaruhi terbangunnya gaya hidup dan dampaknya terhadap masyarakat (Sumber: Anshory, 2016)
Jika dilihat dari skema diatas dapat diartikan bahwa ada kecenderungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat saat menjadi pelaku dalam aktivitas pola gaya hidup modern pada saat ini. Kecenderungan gaya modern juga identik dengan gaya kebendaan yang terjadi pada masing-masing individu dan dirasakan dalam kehidupan bersosialisasi. Tentu saja apa yang akan dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal pemenuhan produk akan menjadi suatu pola konsumsi instant yang akan dirasakan. Pola konsumtif tersebut akan ditangkap oleh pelaku bisnis yang menyediakan semua fasilitas kebutuhan masyarakat di dalam satu area dan penyediaan produk furniture dengan harga terjangkau, yang pada saat ini banyak kita jumpai. Di beberapa kota besar di Indonesia, dapat kita temukan beberapa brand store furniture yang berada didalam mall ataupun di lokasi landed building tersendiri, beberapa brand store antara lain : Informa, Ace Hardware, IKEA, dan yang terbaru di kawasan BSD ada brand Qbig yang baru launching di bulan Desember 2016. Selain adanya brand store tersebut, masih ada pelaku bisnis furniture yang bersifat konvensional yang berada didalam suatu kawasan tertentu di suatu daerah, seperti kawasan Roxy di Jakarta Barat yang terkenal dengan pusat furniture nya.
133
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTIF DESAIN PRODUK (FURNITURE) (Boike Janus Anshory)
Gambar 1. Brand Store Furniture (Sumber: Website)
Fenomena konsumerisme jika dihubungkan dengan istilah sosiologi desain harus dapat dipergunakan dengan cermat, karena berbagai riset yang berkaitan dengan desain dan fenomena sosial masih terbatas, umumnya masih berkisar tentang gaya hidup, dampak sosial karya desain, budaya massa, sejarah sosial, komunikasi sosial, persoalan gender, dan perubahan sosial akibat penggunaan teknologi khususnya terhadap kebutuhan produk. Ada banyak cara untuk mendapatkan kebutuhan produk tersebut, salah satunya yang paling mudah dan banyak pilihan dengan mengunjungi toko furniture atau store brand furniture yang telah banyak kita lihat di beberapa mall dan kawasan tertentu. Penawaran dan ragam furniture dan accesories dari toko tersebut sangat menguntungkan customer untuk menentukan pilihan produk mana yang tepat dan sesuai budget. Fasilitas yang ditawarkan dari toko atau brand furniture tersebut telah menjadi tujuan kedua dari para pengunjung mall, yang dapat diartikan customer akan lebih menikmati waktu luangnya untuk berjalan melihat berbagai ragam produk yang di display.
Gambar 2. Pusat Penjualan Furniture di Roxy, Jakarta Barat (Sumber: Website)
134
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Ada kecenderungan jika customer sudah berkeliling di dalam area toko atau store brand furniture tersebut dan sudah menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan, dapat langsung membeli dengan cepat dan membawa pulang produk pada saat itu juga. Sebelum menentukan produk yang akan dibeli, customer juga dapat merasakan, meraba, mengukur produk tersebut apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Fasilitas dan kelengkapan produk Furniture yang terdapat di dalam toko tersebut telah menjadikan suatu solusi instant untuk dapat segera merealisasikannya sesuai kebutuhan. Dalam hal ini pola pikir dan perspektif customer untuk menentukan produk yang akan dibeli secara tidak langsung juga dapat di akomodir dan terwakili didalam suatu display produk yang telah ditata sedemikian rupa oleh management brand retail furniture. Hal ini merupakan suatu strategi pihak manajemen toko atau brand furniture untuk dapat membantu dan memberikan edukasi yang tepat bagi customer didalam memenuhi dan merealisasikan suatu konsep ambience product yang sesuai dengan tema ruangan. Diharapkan customer dapat langsung merasakan dan melakukan simulasi produk pada suatu tema ruangan yang telah dilengkapi dengan fasilitas product furniture tersebut, selain itu customer juga dapat langsung melakukan perhitungan biaya yang dibutuhkan dengan melihat price tag yang sudah menempel pada produk furniture tersebut.
Gambar 3. Label harga yang menempel pada furniture (Sumber: Website)
Di negara Inggris telah berkembang kajian- kajian sosial yang memiliki keterkaitan dengan program pembangunan dan perubahan sosial, salah seorang tokohnya adalah LR Hobhouse (1864-1929). Hobhouse kemudian dikenal sebagai seorang pelopor psikologi sosial karena banyak kajiannya yang berkaitan dengan kondisi psikologis dan kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat perkotaan dihadapkan pada situasi yang mau tak mau diharuskan mengikuti perkembangan teknologi dan pembangunan, tentunya hal tersebut akan membawa dampak sosial bagi masyarakat. Masyarakat perkotaan akan merasakan suatu pengkondisian fenomena sosial yang mempunyai arah dan terbentuk suatu situasi yang disebut
135
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTIF DESAIN PRODUK (FURNITURE) (Boike Janus Anshory)
dinamika sosial masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak dapat mengikuti keadaan ini tentu saja akan berdampak kurang menguntungkan dan tidak akan berkembang. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi pada saat ini secara otomatis akan mendorong daya beli masyarakat secara bertahap sesuai dengan kapasitasnya. Barang-barang hasil industri khususnya produk furniture dan juga gencarnya pemakaian iklan mengenai produk tersebut, akan memunculkan suatu pergeseran dalam selera dan gaya hidup masyarakat secara keseluruhan dengan konteks orientasi nilai-nilai populer dari aneka desain produk yang ada. Apakah hal tersebut dapat dikatakan sebuah fenomena budaya konsumerisme praktis ? Pembahasan Masalah desain di negara berkembang merupakan masalah yang meliputi berbagai fenomena aktivitas manusia sehari-hari. Demikian pula bobot permasalahnnya dapat disimak dari berbagai strata sosial yang ada, hierarki sosial, maupun sistem nilai yang menyertainya. (Agus Sachari,2002 : 13a) Ada kondisi yang saling diuntungkan dengan sistem nilai yang mengarah ke fenomena budaya konsumerisme ini, antara lain adalah: produsen, penjual dan konsumen. Dari sisi produsen tentunya akan terbantu didalam melakukan development product design yang akan menentukan biaya dan efektivitas produksi dapat dihemat dengan konsep desain yang bersifat simple, minimalis, modern konsep dan menarik secara ragam tampilan visual. Tentu saja efektifitas tersebut akan memberikan added value dalam hal harga jual produk lebih terjangkau untuk customer.
Gambar 4. Kemudahan mendapatkan furniture di dalam satu lokasi (Sumber: Website)
Dari sisi brand retail akan terus melakukan development marketing yang lebih menarik dari sisi kemudahan konsumen untuk memilih dan menentukan ragam produk yang akan dipilih dan dibeli, juga diimbangi dengan fasilitas penunjang untuk memberikan kenyamanan konsumen jika berada didalam area toko tersebut. Target pemilik brand retail adalah bagaimana caranya agar konsumen
136
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
dapat menentukan produk yang dipilih dengan adanya fasilitas yang dapat mengakomodir kebutuhan konsumen. Dari sisi konsumen, tentunya akan menentukan toko atau brand retail mana yang akan dikunjungi untuk membeli produk yang dibutuhkan. Konsumen berharap dapat menemukan pilihan produk didalam suatu toko yang pelayanannya secara praktis dan lengkap dapat memberikan beberapa ragam produk. Efisiensi waktu konsumen akan sangat terbantu dengan adanya penawaran dari beberapa store brand furniture tersebut. Melihat fenomena yang sering terjadi saat ini, ada satu pemahaman yang di hadapkan pada perilaku sosial masyarakat akan terbentuk secara natural karena adanya impact dari pembangunan sarana dan prasarana di berbagai bidang bisnis yang terjadi di kota besar. Dalam pemahaman sosial hal tersebut dapat berjalan bertahap sesuai dengan perkembangan pembangunan di beberapa kota besar di Indonesia, dan juga akan mempengaruhi dinamika sosial masyarakat dalam hal konsumerisme yang secara tak sadar sudah terbentuk fenomena tersebut dari hari ke hari, memunculkan suatu sikap psikologis yang dapat disebut sebagai mentalitas masyarakat modern. Sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan modern inilah yang menimbulkan suatu gambaran budaya konsumerisme yang dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang cepat dan instant, dapat menghemat waktu adalah hal yang sangat penting pada kondisi saat ini.
Skema 2. Kajian Sosiologi Desain dan kaitannya dengan fenomena perilaku sosial (Sumber: Anshory, 2016)
Gaya hidup modern masyarakat perkotaan di Indonesia, telah mengalami beberapa tahapan proses pemantapan (ketergantungan) sejalan dengan perkembangan ekonomi dari berbagai bidang dan percepatan informasi kebudayaan dunia yang mempengaruhinya. Demikian pula dengan perkembangan nilai-nilai estetik produk yang telah menjadi kebudayaan massa
137
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTIF DESAIN PRODUK (FURNITURE) (Boike Janus Anshory)
juga telah mengalami pemantaban yang tak terpisahkan dari cita rasa masyarakat modern. Pertanyaan berikutnya yang akan timbul adalah apakah hal tersebut akan berlaku juga buat masyarakat yang jauh dari kehidupan perkotaan? Tentu saja harus dapat dipisahkan pemahaman antara budaya industri yang banyak dilakukan di kota besar dan budaya daerah yang sebagian besar masih banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia Dari beberapa penjelasan diatas, terdapat konteks ekonomi yang secara tidak sadar masyarakat telah masuk kedalam fenomena konsumerisme ini. Ada suatu pemahaman dalam tuntutan aktualisasi diri yang tidak selalu identik dengan pola gaya hidup mewah, kerap tidak dapat diikuti oleh kemampuan ekonomis yang memadai, dan jika dihubungkan dengan konteks pemenuhan kebutuhan produk furniture maka masyarakat perkotaan dihadapkan pada suatu jalan pintas untuk memperoleh produk furniture tersebut dengan harga yang terjangkau, tetapi juga dapat memenuhi kriteria produk furniture yang diinginkan. Fenomena tersebut dapat juga diartikan sebagai suatu jawaban atas beberapa keinginan customer yang ingin mendapat perlengkapan furniture dengan harga terjangkau.
Gambar 5. Loose Furniture dengan inovasi desain minimalis tetapi eye catching yang di kemas dalam warna, harga terjangkau (Sumber: Website)
138
Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan masih belum seutuhnya membaik, akan tetapi dalam menjawab kebutuhan tersebut, para produsen produk furniture juga harus dapat menangkap peluang untuk dapat berkontribusi kepada masyarakat yang membutuhkan, selain itu industri produk furniture juga dapat memberdayakan masyarakat untuk bekerja di perusahaan. Kesimpulan Fenomena budaya konsumerisme praktis sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang timbul atas dasar kondisi dimana masyarakat pada era saat ini dihadapkan pada suatu tatanan kehidupan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder. Adapun pada kebutuhan primer yang salah satunya berupa papan tentunya akan menunjang aktivitas sosial dan profesi yang mutlak diperlukan secara cepat dan tepat. Opini konsumerisme menjadi luas pemahamannya pada saat pelaku bisnis produk barang jadi khususnya furniture yang dapat menyediakan fasilitas dan ragam produk secara lengkap pada satu tempat (showroom), dan dapat bersamaan pula dengan pertumbuhan pembangunan fisik perumahan, apartemen, office atau public facilites lainnya yang sedang berpacu menawarkan produk papan kepada masyarakat yang membutuhkan. Sehingga terdapat dua kondisi dimana ada demand and supply yang saling berinteraksi pada satu dasawarsa dipenghujung tahun ini. Hal ini dapat disebut sebagai fenomena budaya konsumerisme praktis dalam pemenuhan kebutuhan desain produk furniture, sejalan dengan hal tersebut ada pemahaman yang mengarah ke sebuah trend gaya hidup masyarakat baik di kawasan kota besar dan kawasan pendukung daerah terluar dari kota besar. Aktifitas masyarakat perkotaan yang padat membuat kondisi dimana waktu adalah sangat berharga, sehingga untuk memenuhi kebutuhan produk tertentu akan terkondisikan dimana customer akan mencari suatu tempat yang menjual ragam produk lengkap dalam satu area dengan harga yang terjangkau. Efisiensi dalam segala aspek akan terjawab dengan munculnya beberapa retail store furniture pada saat ini. Pemakaian kalimat “Fenomena” secara tidak langsung akan terbaca dan terbentuk dengan sendirinya jika terjadi kondisi dimana masyarakat yang dihadapkan pada besarnya permintaan kebutuhan produk dan pihak produsen harus dapat mengimbangi dalam proses produksi produk baru yang mempunyai nilai inovasi. Pihak produsen juga mempunyai peran besar di dalam memberikan partisipasinya untuk menjawab fenomena konsumerisme pada saat ini dan diharapkan dapat terjadi keseimbangan kehidupan sosial yang lebih baik. ***
139
FENOMENA BUDAYA KONSUMERISME PRAKTIS DALAM PERSPEKTIF DESAIN PRODUK (FURNITURE) (Boike Janus Anshory)
Referensi Sachari, Agus. 2002. Sosiologi Desain. Penerbit: Institut Teknologi Bandung. Susilo, Budi. 1994. Mentalitas Dalam Pembangunan Masyarakat Modern. Kanisius: Yogyakarta. Syarief, Achmad Drs.1980. Pengantar Kajian Desain dan Gaya Hidup. Urban, Glen L. Hauser, Iohn R. 1980. Design and Marketing of New Products.
140