Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN SEMESTER GANJIL 2015/2016 UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Pelindung
: Rektor Universitas Darma Persada
Penangung Jawab
: Wakil Rektor I
Pimpinan Redaksi
: Kepala Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
Anggota Redaksi
: Prof.Dr. Kamaruddin Abdullah, IPU. Dr. Gatot Dwi Adiatmojo Dr. Ari Artadi Dr. Aep Saepul Uyun, M.Eng. Dra. Irna N. Djajadiningrat, M.Hum.
Alamat Redaksi
: Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Universitas Darma Persada Jl. Radin Inten II (Terusan Casablanca) Pondok Kelapa - Jakarta Timur (14350) Telp. (021) 8649051, 8649053, 8649057 Fax.(021) 8649052 E-Mail :
[email protected] Home page : http://www.unsada.ac.id
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
iii
ANAYA’S THEOLOGICAL SCEPTICISM AND ITS , IMPACT
1 - 12
Albertine Minderop
THE EFFECT OF SQ3R METHODS TO READING FOR ACADEMIC PURPOSES SUBJECT IN ENGLISH DEPARMENT IV SEMESTER STUDENTS
13 - 21
Yoga Setiawan
EFIKASI DIRI (SELF-EFFICASY) MAHASISWA SASTRA INGGRIS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN BELAJAR INTERACTIVE GRAMMAR Kurnia Idawati
22 - 34
PERBEDAAN PENGGUNAAN KATA 之 (ZHI) DALAM BAHASA
35 - 44
CINA KLASIK ( 古 代 汉 语 ) DAN BAHASA CINA MODERN / MANDARIN (现代汉语) Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti DAMPAK PENGAJARAN TEORI PENERJEMAHAN PADA PENERJEMAH MUDA DALAM PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS - INDONESIA BERDASARKAN KONSEP CORRECTNESS
45 - 63
Tommy Andrian, Fridolini
STRATEGI ADAPTASI ORANG TIONGHOA BEKASI DALAM UPACARA CENGBENG
64 – 79
C. Dewi Hartati, Hin Goan Gunawan
PENGARUH PENGGUNAAN MATERI PUISI TERHADAP KELAS MEMBACA DAN MENYIMAK BAHASA CINA DAN JEPANG Febi Nur Biduri, Yessy Harun
80 - 85
FUNGSI DAN PENGGUNAAN KALIMAT HUBUNGAN SYARAT YANG MENGGUNAKAN PARTIKEL SAMBUNG “TO” BERDASARKAN MODALITAS Ari Artadi, Dila Rismayanti, Chonan Kazuhide
86 – 99
~i~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
POTENSI INDUSTRI HALAL DALAM MENARIK WISATAWAN MUSLIM MANCANEGARA DI JEPANG Yessy Harun
100 - 109
KUALITAS BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA JEPANG MINNA NO NIHONGO Hani Wahyuningtias
110 - 119
PENINGKATAN KOMPETENSI SOFT SKILLS MAHASISWA SASTRA UNSADA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP NOVEL WOMAN WARRIOR KARYA SASTRA ETNIS AMERIKA, WOMAN WARRIOR Agustinus Hariyana, Karina Adinda
120 - 131
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (USIA 7 – 9) BERBASISKAN PADA TEORI TENTANG THEME DAN RHEME Juliansyah, Kurnia Idawati, Sari Anggraini, Zshara Nur Ala, Juli Azhari, Siti Dewi Santika, Ade Setiawati ANALISIS IMPLEMENTASI PERILAKU KARAKTER BUSHIDO MAHASISWA SASTRA JEPANG DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA Nani Dewi Sunengsih, Widiastuti, PENERAPAN STUDENT CENTERED MATAKULIAH DOKKAI SEMESTER 6 Riri Hendriati
LEARNING
PADA
ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BIDANG PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
132 – 140
141 – 147
148 - 154
155 - 163
Aji Setiawan GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA M. Syukri Nur, Kamaruddin Abdullah, Hendro Saputro
164 – 170
ANALISIS KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE Shahrin Febrian, Shanty Manullang, Aldyn Clinton Partahi Oloan
171 - 180
KAJIAN PERUBAHAN JANGKAR DARI MODEL LUNCURAN MENJADI MODEL GANTUNG PADA KAPAL TONGKANG MILIK PT X
181 - 188
Danny Faturachman
~ ii ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS DESAIN AWAL RANCANG BANGUN PEMINDAI BAWAH AIR (UNDERWATER) DENGAN SENSOR YANG MAMPU MENGIDENTIFIKASI OBYEK
189 - 195
Shanty Manullang, Augustinus P. Kindangen, Agus Setiawan
STUDI KEBUTUHAN KAPAL KONEKTIVITAS DI INDONESIA Arif Fadillah, Putra Purnama
PERINTIS
SEBAGAI PENDUKUNG
~ iii ~
196 - 208
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ iv ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KATA PENGANTAR
Seminar hasil penelitian para dosen Unsada semester ganjil tahun akademik 2015/2016 dengan tema “MENINGKATKAN MUTU DAN PROFESIONALISME DOSEN MELALUI PENELITIAN” telah dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2016 di Universitas Darma Persada. Seminar hasil penelitian para dosen tersebut diadakan diharapkan untuk menghasilkan inovasi-inovasi teori maupun inovasi-inovasi teknologi tepat guna dan juga menyampaikan hasil penelitiannya kepada sesama dosen dilingkungan civitas academika Unsada. Prosiding ini disusun dengan menghimpun hasi-hasil penelitian para dosen yang telah diseminarkan dan telah diperbaiki berdasarkan masukan-masukan pada seminar tersebut. Tujuan disusunnya proseding seminar ini adalah untuk mendokumentasikan dan mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian para dosen yang telah diseminarkan. Pada prosiding edisi semester ganjil tahun akademik 2015/2016 berisi 21 makalah, yang terdiri dari; 14 makalah bidang Humaniora, 1 makalah bidang Teknik, 4 makalah bidang Teknologi Kelautan, dan 1 makalah dari Pascasarjana. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada para peneliti, penyaji dan para penulis makalah, penyunting serta panitia yang telah bekerja sama, sehingga prosiding ini dapat diterbitkan. Selanjutnya harapan kami semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 25 Februari 2016
Kepala Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
~v~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ vi ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
“ANAYA’S THEOLOGICAL SCEPTICISM AND ITS , IMPACT” Albertine Minderop Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris (
[email protected] ) Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya skepsisime teologis dan dampaknya yang disampaikan oleh Rudolfo A. Anaya dalam novelnya Bless Me, Ultima melalui seorang tokoh bernama Antonio (Tony). Skeptisisme teologis ini muncul karena ketidakselarasan pendidikan agama yang ia terima dari kedua orang tuanya dan dari khotbah pemuka agama yang ia anggap tidak rasional. Metode penelitian yang digunakan adalah content analysis (menggali nilai-nilai filosofis di dalam karya sastra) dengan pendekatan filsafat dengan teori hermeneutika (memahami simbol yang terkandung di dalam karya sastra). Hasil dari penelitian ini adalah, dampak dari skeptisisme teologis membuat tokoh Tony melaksanakan kegiatan keagamaan sekedar demi keharmonisan dan persahabatan dalam hubungan antar manusia. Kata kunci: theological scepticism, personal experience, worship, friendship. 1. INTRODUCTION Rudolfo Alfonso Anaya was born on October 30, 1937 in Pastura, New Mexico. Bless Me, Ultima is largerly autobiographical, as Anaya drew on the religious and political issue that shaped his experience as a Hispanic American living in the Southwest during World War (1939-1945). His father was a vaquero (a sheep and cattle rancher) and his mother was a devout Catholic came from a farming family (http://www.novelexplorer.com/category/bless-me-ultima/ pp. 1). Bless Me, Ultima, then, is a work that examines the various forces that shape the life of Antonio, a young Mexican-American
boy
who
is
a
main
character
in
the
novel
(http://www.cliffsnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/rudolfo pp. 1). Bless me, Ultima is wonderful story based on the “Chicano” or Northern New Mexico native people culture, religion, and customs that tells us about a young Mexican boy, Antonio Marez, growing up in New Mexico during the mid 1940s. It begins when he is six years old, and Ultima, a curandera or healing women, comes to live with his family because she is getting too old to live by herself. This novel shows us how Tony faces a lot of difficulties and has to deal with curses, healings, dead people and mean
~1~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
friends. Tony becomes a man of learning throughout his childhood with Ultima’s help. His father wants Tony to grow up free to roam the land and become a vaquero, as he once was. His mother wants Tony to be a priest, a man of learning. Tony is torn between them regarding his future. The novel contains a rich panorama of visual imagery as it describes the New Mexico landscape of the 1940s, and it also shows realistic concepts about life and living of people. One important view of the novel is the power struggles that is a result of acculturation. (Black, 2000: 146). Throughout the story, Tony also faces confusion over religion and spirituality. Tony is confused over Catholicism. Though he does believe in God, he wants understanding from Him, answers to his questions. From a very young age, Tony witnesses death, deaths of Lupito, and death of a family friend, Narciso. Tony realizes the power of good over evil and understands that truth is more powerful than that which is prescribed by custom. Religious teachings which Tony knows so far is not aligned with the realities of life which he witnesses. This condition makes him become hesitant about the concept of God. He becomes sceptical in his spiritual beliefs, similarly faced by his friends. Skepticism in the theological issues covered in the discussion of the philosophy of religion. Philosophy of religion requires such an external standpoint from which the philosopher can critique and judge the beliefs located within specific religious traditions (Harrison, 2010: 48). Scepticism in religion has been a discussion of philosophers throughout the ages; this doctrine is often referred to, in this case, is Pyrrhonism. Philosophical scepticism is opposed to philosophical dogmatism, which maintains that a certain set of positive statement are authoritative, absolutely certain, and true. Most ancient sceptics do not seem to have believed that simply because one cannot be absolutely certain about anything, one should therefore suspend judgment on all things. Religion ought to be based on certainty. Its aim, its effects, its usages collapse as soon as this firm conviction of its truth is erased from the human mind (file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion - pp. 2). Theological scepticism is based on belief about the nature of supernatural claims and the nature of the human mind. A sceptic may be an atheist simply because he or she perceives little, if any, evidence for the belief in a god. Montaigne refers to varied moral authorities, one of the
~2~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
being custom and the other reason. Through philosophy, he seeks full accordance with the diversity of life (file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion - pp. 4). Scepticism, according to Dr. Lorens Bagus (1996), is a philosophical method that is used by those who suspend judgment about something because of doubts or because they are waiting for better evidence. Sceptic means thoughtful, reflective, curious, listen, and examine carefully. A sceptist is a person whose attitude is critical, thus usually provotive; not easily accepts the statement without any convincing evidence. Pascal’s scepticism stated the only way out from a legitimate sense of uncertainty is by degrading someone and then turning to the humility of faith (1019). According to Hume, cited by Lorens Bagus, the belief in the existence of the external world and the existence of God can only be justified psychologically based on matters relating to customs, habits, conventions, statutes, and coherence between our impressions and ideas (1024). Sceptics do not deny the reality of sense perception. One particular type of metaphysical scepticism is noteworthy: theological scepticism. A theological sceptic raises doubts regarding the possibility of knowledge about any gods. A theological sceptic may be an atheist, a theist, or an agnostic. The theological sceptic maintains that we cannot know for certain whether any god exist. Such a view does not entail the notion that we should be atheists (http://skepdic.com/skepticism.htm#5 pp. 3). The feeling of absolute dependence related to episode of the particular religious emotion-types, such as joy, gratitude, hope, contrition, compassion, and sorrow is the essentially religious element in these emotions. The particular religious emotions, are responses, some pleasant and some unpleasant. Gratitude, for example, is a response to a particular kind of situation in which the subject is the recipient of some benefit; contrition is a response to a sitution in which a subject has commited some fault; and so forth (file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion - pp. 4). 2. READING REVIEW Some studies have been done on this novel, one of them was written by Kaunang (2012) who discussed the conflict of cultural values and Anaya’s criticism of
~3~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Catholicism. In this thesis Kaunang discussed Anaya’s criticism of the church practice conveyed
through
Tony.
Other
researchers
discussed
the
reflection
of
Transcendentalism in this novel that believes in miracle, in the perpetual openness of the human mind to new influx of light and power; in inspiration, and ecstasy, which is achieved through meditation (http://www.transcendentalists.com/terminology.html). Criticism of Bless Me, Ultima revealed that Antonio’s character caught the maternal and paternal cultural conflict as well as Chicano and American cultural conflict. This conflict
is
a
reflection
of
Anaya’s
life
in
New
Mexico
(http://www.clifnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/criticism).
in
1940 Other
research is connected to mysticism content (http:www.enotes.com/bless-me-qn/themescharacters).
There is also a research discussing
the search for identity and
reconciliation of old and new American cultures that is considered as the central theme of this novel. This novel has also provoked strong reactions in contemporary Chicano literature, as it relates to Catholicism; in addition, this novelist was considered unique with his interesting narrative techniques, and the story is conveyed accurately and lyrical (file:///D:/rudolfo anaya critics files/translate_p.htm). 3. RESEARCH QUESTION The problem that I will discuss in this study begins with the research question, why is Tony skeptical of the concept of God and what is the impact of his skepticism? 4. THE PURPOSE OF RESEARCH The purpose of this research is to show that Tony has experienced a theological scepticism and the impact of his scepticism. 5. THE BENEFIT OF RESEARCH The benefit of this reaserch is to explore the relation betweem literature and philosophy, mainly the correlation of Anaya’s literary work and the concept of Scepticism. 6. METHOD
~4~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
This research is to explore the content of the novel in order to reveal the philosophical values of literature (Endraswara, 2008: 163). Procedures related to the procurement of data, involve reading all the contents of the novel thougroughly in order to understand the content of the deepest meaning intended by the text. The second, is determining the unit of analysis – includes sampling and data recording. I focused on a problem that I want to deal with, that is theological scepticism and its impact. Finally, I specified a particular character embracing a particular type of of scepticism based on their thought, ideas, and behaviour. To analyze the philosophical thoughts and views of Tony, I used the method of hermeneutics, which is called the hermeneutic circle (Hadi, 2014). The general procedures in hermeneutics are: the text must be read with earnestness using sympathetic imagination. The stages of hermeneutic circle are as follows. First, I read the novel from beginning to end, and to be clear, I read it many times to understand covered in the symbolic connotative, metaphorical, and suggestive forms. Second, I assume; that Tony is experiencing conflict in his belief about the existence of God. I let my horizon of understanding shaped by the text and then projected into a new understanding, that doubts about divinity is the reflection of religious scepticism. 7. RESULT AND DISCUSSION The Pyrrhonists hold the view that there are no absolute standard or values. Each person has their own standards to determine the truth. A theological sceptic raises doubts regarding the possibility of knowledge about any gods. Anaya in Bless Me, Ultima shows this kind of thinking through his fictional characters. For example, Tony and his sisters were reluctant to follow the will of Maria: “We must pray,” she beamed with joy although her eyes were red with crying. We prayed rosary after rosary, until the monotonous sound of prayers blended into the blur of flickering altar candles (56).... . We prayed until our faith passed into an exhaustion that numbed us to sleep. The first to fall asleep was Theresa, and my father quietly got up and took her to bed. Then Deborah nodded and toppled. And I, who wanted to endure to please my mother, was next. I felt my father’s strong arms carrying me out, ... I do not know how long they prayed. I only know that my sould floated with the holiness of prayer into the sky of dreams (57).
~5~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Most sceptics do not seem to have believed that simply because one cannot be absolutely certain about anything, one should therefore suspend judgment on all things. This view is shown by Florence which questioned the truth of religion that does not make sense (185). “You have to choose, Tony, Cico said, “You have to choose between the god of the church, or the beauty that is here and now –“He pointed and I looked into the dark, clear water of the creek. Two brown carp swam from under the thicket into the open (227). Cico has a certain concept of God which he aspired. He wants to deliver a new view of divinity which is based on peace and happiness: “There are many gods,” Cico whispered, “gods of beauty and magic, gods of the garden, gods in our backyards – but we go off to foreign countries to find new ones, we reach to the stars to find new ones –“. “The golden carp accepts all magic that is good, but your God, Tony, is a jealous God. He does not accept competition – Cico laughed cynically (228). Tony began to be affected and even support the idea of Cico who wanted to display another god who would give peace: “No,” I nodded, “but what if there were different gods to rule in his absence?” Florence could not have been more surprised by what I said than I. I grabbed him by the collar and shouted, “what if the Virgin Mary or the Golden Carp ruled instead of – !” (189). Antonio considered the possibility that his mother had been praying to the wrong god; perhaps she should pray to the golden carp. The initiation into the religion of golden carp cause him to begin to raise doubts about Tony even had an intention to replace God with other gods and he was sure Florence would receive his idea with joy: “No,” I nodded, “but what if there were different gods to rule in his absence?” Florence could not have been more surprised by what I said than . I grabbed him by the collar and shouted, “what if the Virgin Mary or the Golden Carp ruled instead of – !” (189). a. Father’s Sermon Increasing Doubts Philosophical scepticism is opposed to philosophical dogmatism, which maintains that a certain set of positive statement are authoritative, absolutely certain, and true. The perception of God that Tony understood is that He was worshiped because He is everything. God could give kindness to the good and could punish evil humans (191). He also listened to the sermon of Father Byrnes; in his view the sermon was very
~6~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
unreasonable, and very scary. Father Byrnes went on to discuss the difference between mortal and venial sins. His explanation was very simple, and in a way frightful. If one died with a venial sin on one’s soul one could not enter heaven until the sin was absolved by prayers of rosaries or masses from one’s family on earth. But if one died with a mortal sin on his soul he could never enter heaven. Never. It was frightening to go to hell forever (191). Sceptics do not deny the reality of sense perception. The sermon in the church did not give a sense of peace to the congregation, especially to children, and made the children confused. They could not accept the contents of the sermon according to their common sense. Father Byrnes’ stories about hell made the children very frightened (191). Terrible sermon and did not give a sense of peace might make the children become uncomfortable to follow the activities in the church (193). b. Skepticism As A Result of Personal Experience Spiritual conflict that was experienced by Tony was based on the contrasting views that he experienced through religious teachings and from his personal experience: “But God didn’t forgive anyone. The theological sceptic maintains that we cannot know for certain whether any god exist. The feeling of absolute dependence related to episode of the particular religious emotion-type, such as joy and hope. Tony thought if God does exist, he hoped God would grant the request of His people (98). Gratitude, for example, is a response to a particular kind of situation in which the subject is the recipient of some benefit; contrition is a response to a sitution in which a subject has commited some fault; and so forth. Tony felt sorry for doubting the existence of God: c. Between Doubt and Belief In an effort to maintain his belief, Tony displayed an attitude of humility and faith into thinking that maybe God was too busy that He overlooked some events in the world: “Perhaps, I thought, God had not seen the murder take place, and that is why He had not punished Tenorio. Perhaps God was too busy in heaven to worry or care about us” (130). Because of Tony’s humility, though God did not grant his request to meet with Him, Tony remained faithful to implement the teachings of his religion. Merely to entertain and relieve his restless feelings and thoughts. Tony even turned to blame himself, as he thought that he did not seriously implement the religious doctrine, so that
~7~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
many times he apologized to God. Tony was accustomed to obtaining religious education, so he always tried to obey the religious teaching (130). Tony's self-concept is based on the traditions and customs about God that he got from her mother.Tony was back to apologize to God for all his mistakes. It reflects that he feared the punishment of God. This attitude is an effort to dampen the theological crisis in the traditional way as a result of his education. Moreover, by apologizing to God he felt more comfortable. Tony became very upset because God according to his mother's teachings and the teachings of the church did not show His power to overcome all the pain of life: ”Did God Listen? Would He hear? Had he seen my father on the bridge?” (21). When Tellez family got disease, neither doctors and pastors could cured them, Tony thought: So again the power of the priest has failed, I thought. Why can’t the power of God work against the evils that beset the family of Tellez? Why is it allowed to continue? (215). Children believe what their parents tell them, but as they get older they start to question various concepts about reality and experience which used to be unquestionable, (http:www.directessays.com/essays_on/God/Religion/Christianity/T). Tony, who was growing up and seeing how qruel the world was, could not control his curiousity, which made him constantly questioned the existence of God. Tony was still carrying out the religious tradition. Aside from the traditions and customs that he had, Tony often felt worried when he did not carry out religious orders, he was afraid of punishment from God, as taught by his mother. Although his mind was filled with doubts about God. Tony did his utmost to draw closer to Him. Eventhough God was not also present in his call, sometimes he felt guilty and less prepared to accept the presence of God; then he tried to purify himself: “I used to think everyone believed in God.” I said (227). When Tony’s doubts culminated and he intended to replace God with the golden carp, the weather suddenly deteriorated and he felt God had admonished (189). Tony’s conviction grew stronger, when Florence receiving the disaster, he believed that God was upset to Florence who was always condemning Him: d. Worship For The Sake of Friendship and Comfort Theological confusion can be a bit muted with grounding traditions and psychological problems. This attitude arises when a person consciously or
~8~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
unconsciously resolves this problem by returning to the tradition derived from the family education and for psychological comfort. People around Tony showed skepticism about the divinity, but they are always present in the church. If they doubt the Lord why they were in church? According to Hume cited by Lorens Bagus (1996), the belief in the existence of the external world and the existence of God can only be justified psychologically based on matters relating to customs, habits, conventions, statutes, and coherence between our impressions and ideas (1024). Tony was also influenced by psychological factors for the convenience of himself and his feelings for the sake of fun. Sociological factors also influenced the attitude of Tony with the motivation to preserve harmony with his mother. The reflection of psychological and social factors were also revealed through Ultima, whose motivation was maintain good relations with Marez family and for the sake of comfortable feeling. Although Tony was always overwhelmed by theological anxiety, he tried to return to the religion which he knew so far. Although at first Tony tended to reflect the probability of Scepticism, he also reflected Pascal's scepticism as he lowered his wits and displayed an attitude of humility to beg God for forgiveness. Based on his experience, Tony felt a punishment from God when he was thinking negatively about divinity. A sudden storm and thunder boomed that made him fear and feel guilty: ... I crossed my forehead, and cried “Forgive me, my Lord!” Then the second loud ring sounded (189). Tony's friends gave a reason why they had always been to church, but doubted the divinity. A conversation between Horse with Florence,
known that
Florence was blasphemous, but he always went to church because he wanted to hang out with his friends. He could not stand loneliness, which is the real hell when one does not have friends and lives in solitude (187). Tony seemed reluctant to attend church, but he stayed there: “Let us pray,” Father Byrnes said and knelt. We followed suit, kneeling on the rough, splintery knee boards of the pew (191). Nevertheless, his friend, Cico went to church regularly, just to please his mother's feelings: “Then why do you go to church?” I asked. “My mother believes” – he answered, “I go to please her –“(227). Tony felt guilty because he and his friends doubted God, so he tried to be able to accept His existence just to please God. (163).
~9~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Although Ultima was not religious enough as she was mystical, she always followed the will of Mary to pray (43). Ultima always helped Maria prepare the equipment for praying (56, 57). It showed that the unity in prayer could make human relationships become more harmonious. 8. CONCLUSION The reason of the characters reflected theological skepticism was based on personal experience. The experience includes a tradition of family life, miserable experience, and the teachings of the church that were considered scary, illogical, and did not give peace. While agnosticism in the novel was the implications of skepticism, when Anaya featuring the characters who wanted to create another god that is expected to provide peace. Anaya might want to say that agnosticism - between theist and atheist - as the implications of skepticism. However, Anaya might not agree with skepticism when he made Tony feel guilty and went back to God. This happened when Tony surrounded by usual doubts, suddenly lightning boomed and storm blew so made him feel fear (189). Anaya made Florence dead by drowning in a pool when he was constantly protesting God (229) proved and perhaps Anaya wanted to say, those who do not believe in God would be bad for humans. Anaya covered the theme in this novel that had siginificance in his own life. Tony’s experiences mirrored Anaya’s own experience. It also typified the experiences of many Hispanic struggling to reconcile two cultures. Tony had to reconcile two different religious philosophies. Tony’s mother is devoted to Catholicism and his father has no interest in religion. It might be a picture of both Anaya’s parents. Skepticism issues might be considered important by Anaya as the expression of his childhood. Skepticism might also be important at this time in real life. A lot of people who seemed to be very religious, but commited violence among humans just to defense God. Whereas, God Almighty, He does not need to be defended by human beings and killing each other. Most people believed that the essence of religion is peace.
~ 10 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
REFERENCES Anaya, Rudolfo, A. (1972). Bless Me, Ultima. California: TQS Publications. Black, Robert. (1989 - 1990). Moral Scepticism and Inductive Scepticism. Source: Proceedings of the Aristotelian Society, New Series, Vol. 90, pp. 65-82 Published by: Wiley on behalf of The Aristotelian SocietyStable URL: http://www.jstor.org/stable/4545109. Accessed: 29/01/2015.
Baker, Anton and Zubair. (1990). Method Research on Philosophy. Jakarta: Pustaka Filsafat, Kanisius. Endraswara, Suwardi. 2008. Method Research On Literature. Jakarta: Penerbit Medpress. Lorens Bagus. 1996. Dictionary Of Philosophy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kaunang, Tumoutou Passah. 2012. “Criticism on Rudolfo Anaya”, Thesis on American Studies Program, University of Indonesia. Walter Sinnott-Armstrong. (2008). Moderate Classy Pyrrhonian Moral Scepticism. Source: The Philosophical Quarterly, Vol. 58, No. 232 (Jul., 2008), pp. 448-456. Published by: Oxford University Press on behalf of the Scots Philosophical Association
and
theUniversity
of
St.
AndrewsStable
URL:
http://www.jstor.org/stable/40208637 .Accessed: 29/01/2015. http://www.amazon.com/Bless-Me-Ultima-Rudolfo-Anaya/dp/04466. Accessed: 29/01/2015. http://www.sparknotes.com/lit/ultima/themes.html. Accessed: 29/01/2015. file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion. Accessed: 01/02/2015. http://www.clifnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/criticism. Accessed: 29/01/2015. file:///D:/rudolfo anaya critics files/translate_p.htm. Accessed: 11/01/2013. http:www.enotes.com/bless-me-qn/themes-characters. Accessed: 11/01/2013. http://www.novelexplorer.com/category/bless-me-ultima/. Accessed: 06/06/2012.
~ 11 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
http://www.cliffsnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/rudolfo. Accessed: 11/01/2013. http://skepdic.com/skepticism.htm#5. Accessed: 09/02/2015.
~ 12 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
THE EFFECT OF SQ3R METHODS TO READING FOR ACADEMIC PURPOSES SUBJECT IN ENGLISH DEPARMENT IV SEMESTER STUDENTS Yoga Pratama (
[email protected]) Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris Abstract
The SQ3R method is a proven, step-by-step strategic approach to learning and studying from textbooks. Why is it successful? Because it helps students to discover the important facts and ideas that are contained in the textbook, and master it and retain that information so that they are well prepared for the examination.SQ3R is an abbreviation to help us remember the steps and to make references to it simpler. The symbols stand for the steps followed in using the method: Survey, Question, Read, Recite, and Review. A description of each of these steps is given below: These five steps, when applied to textbook assignments, will help the students in making their study time more efficient and effective. While this method will take time and practice to master, once it is learned and applied, it will no longer be necessary to re-read textbook chapters. The added benefit of using the SQ3R Method is that often students will find their own questions on a test. Because many instructors use the textbook as an outline for their courses, test questions will be coming from the same source as them. Keywords: Survey, Question, Read, Recite, SQ3R
1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam perkuliahan baik jurusan pendidikan ataupun sastra selalu tidak lepas dari yang namanya reading comprehension atau pemahaman membaca. Oleh karena itu mata kuliah reading di buat hingga semester 4 dengan tujuan agar para mahasiswa mampu memahami bacaan atau teori dan materi yang diajarkan atau digunakan saat pembuatan tugas atau makalah dan saat skripsi. Kegiatan membaca cepat merupakan suatu kebutuhan. Realita menuntut kita untuk memiliki kemampuan membaca cepat mengingat begitu banyaknya informasi melalui berbagai medi cetak yang terbit berjuta_juta eksemplar setiap harinya atau karena kebutuhan penyelesaian tugas atau lainnya.Membaca cepat pada hakikatnya
~ 13 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak melupakan masalah pemahaman serta mengatur irama sesuai dengan keadaan bahan yang dibacanya. Membaca cepat memiliki tujuanantara lain untuk mengenali topic bacaan, mengetahui pendapat orang lain (opini); untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya; mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok; dan untuk menyegarkan kembali apa yang pernah dibaca. Saat ini teknik membaca yang dipahami adalah scanning dan skimming untuk memahami suatu bacaan secara cepat dan detail. Padahal ada satu metode lagi yang sangat bisa membantu memahami secara cepat sekaligus menganalisis suatu bacaan metode ini disebut dengan SQ3R. SQ3R digunakan untuk mencari bahan skripsi dan mensurvey materi yang akan digunakan saat melakukan penelitian secara detail. Metode SQ3R yang di kembangkan oleh Prof.Francis P.Robinson,seorang guru besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941.Nurhadi (1989) memberi istilah syrtabaku (survey,tanya,baca,katakana,ulang). SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional. Metode ini lebih tepat di perlukan untuk keperluan studi. Karena itu metode ini di rancang menurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis,dan efisien. B. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah diatas maka saya merumuskan masalah yang akan saya analisis adalah: Seberapa besar pengaruh metode SQ3R terhadap mata kuliah Reading for academic Purposes.
C. TINJAUAN PUSTAKA Metode SQ3R yang di kembangkan oleh Prof.Francis P.Robinson, seorang guru besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941.Nurhadi (1989) memberi istilah syrtabaku (survey, Tanya, baca, katakan, ulang). SQ3R merupakan metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional.Metode inilebih tepat di perlukan untuk keperluan studi.Karena itu metode ini di
~ 14 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
rancangmenurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis, dan efisien. Membaca Efektif dengan SQ3R. Ada banyak metode membaca yang ditawarkan ilmuwan. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satunya yakni metode SQ3R. Metoda SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan. Membaca dengan metoda SQ3R terdiri atas lima tahapan proses yaitu: 1. Survey atau meninjau 2. Question atau bertanya 3. Read atau membaca 4. Recite atau menuturkan 5. Review atau mengulang Karakteristik Metode SQ3R Untuk menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei terhadap bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah menyurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam buku itu. Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk
~ 15 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya. Langkah-langkah Metode SQ3R Langkah 1 : Survey Jika kita membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama kita lakukan? Apakah kita langsung membaca buku tersebut? Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi (1) bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel, dan daftar gambar (jika ada), barangkali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks. Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatannya. Buku yang baik (bersifat ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah kita juga melakukan hal-hal yang sama sebelum membaca?
Langkah 2: Question Pada saat kita menghadapi sebuah bacaan, pernahkah kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif. Kita tidak hanya mengikuti apa saja yang dikatakan pengarang. Kita boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
~ 16 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Langkah 3 : Read Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, kita dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca kita pada bagian-bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca kita relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.
Langkah 4 : Recite Setiap kita selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu kita untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah kita baca.
Langkah 5 : Review Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal penting yang telah kita baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya. Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberi hasil yang maksimal.
D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, saya bertujuan menganalisis dan menunjukan bahwa judul yang tepat untuk penelitian ini adalah Pengaruh Pembimbing Akademik Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Unsada Program Studi Sastra Inggris. Untuk
~ 17 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
mencapai tujuan ini saya akan melakukan tahapan-tahapan dan sejumlah penelitian sebagai berikut : -
seberapa penting peran pembimbing akademik Universitas Darma Persada di Jurusan sastra Inggris dalam mengoptimalkan hasil studi mahasiswa
-
peran apa saja sudah dapat yang dilakanakan dengan baik oleh para pembimbing dan peran apa saja yang belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh para pembimbing akademik
E. MANFAAT HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian yang saya lakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada yang akan melakukan penelitian yang sama seperti yang saya lakukan, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Hasil dari penelitian yang saya lakukan diharapkan dapat memberi manfaat kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian seperti yang saya lakukan, dan diharapkan juga bisa digunakan sebagai masukan atau acuan untuk penelitian sejenis. b. Penelitian yang telah saya lakukan ini seandainya bisa diteruskan dan di kembangkan oleh peneliti lain dapat meningkatkan sistem yang ada di dunia pendidikan khususnya program jurusan sastra inggris agar menjadi lebih baik dan bermutu. c. Semoga hasil penelitian ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya oleh semua pihak yang ingin mengadakan penelitian atau mempunyai masalah yang sesuai dengan penelitian saya.
2. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian kali ini yang akan menjadi respondennya adalah mahasiswa UNSADA jurusan sastra Inggris semester IV kelas pagi dan malam yang jika di total jumlahnya 50 orang 40 dari 10 orang responden setuju bahwa metode ini sangatlah penting dan bermanfaat bagi mereka. dengan memaksimalkan semua responden untuk membuktikan penelitian yang saya lakukan ini. Pada penelitian ini saya memfocuskan
~ 18 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penelitian saya pada jenis penelitian mengitungan angket dengan persentase simple menggunakan rumus rasio pecahan dan persentase. Persentase (%) = (bagian/seluruh) x 100 Menggunakan rumus diatas, Anda dapat mengubah rasio atau pecahan apapun menjadi persentase. Pada dasarnya, mengalikan rasio atau pecahan apapun dengan 100 akan menghasilkan persentase. Rumus yang sama dapat digunakan untuk menghitung pecahan dari nilai persentase yang diketahui. 80% dari 50 responden adalah: 80/100 x 50 = 40 3. HASIL & PEMBAHASAN
a. Hasil
Hasil saya mulai dari diagram di bawah yang menunjukan bahawa metode SQ3R sangatlah berpengaruh dalam mata kuliah reading for specific purposes bagi mahasiswa yang yama metode ini akan mereka gunakan saat memulai penelitian skripsi mereka nanti.
10 %
kelas pagi
20 %
20 %
kelas malam
tidak paham
Metode SQ3R ini memberi kemungkinan kepada pembacanya untuk menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk bersifat fleksibel. Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bacaan tidaklah sama. Pembaca akan memperlambat tempo kecepatan membaca untuk hal-hal yang baru baginya, atau bagian-bagian tertentu yang sangat dibutuhkannya. Sebaliknya, dia akan menaikkan tempo kecepatan bacanya,jika bagian-bagian bacaan itu kurang relevan dengan kebutuhannya atau hal-hal yang sudah dikenalinya.
~ 19 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Manfaat lain, pembaca dibekali dengan suatu metode belajar yang sistematis. Dengan metode ini, pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien akan terjamin, apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode. Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide atau gagasan yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan kerjasama beberapa komponen keterampilan berbahasa. Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode SQ3R. Dengan metode ini siswa akan menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada pokok bacaan. Mintowati (2003: 23) menjelaskan manfaat metode SQ3R sebagai berikut: a) Survey terhadap bacaan akan memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika memang bacaan itu diperlukan, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan bacanya. Jika tidak, pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya. b. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo bacaannya jika menemukan hal-hal yang reletif baru baginya, hal-hal yang memerlukan pemikiran untuk memahaminya, atau mungkin bagian-bagian bacaan yang berisi informasi yang diperlukan pembacan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang relevan dengan kebutuhannya atau mungkin bagian tersebut sudah dikenalinya. c. Metode SQ3R membekali pembaca untuk belajar secara sistematis. d. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak, daripada sekedar mengingat fakta. e. Metode SQ3R dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
~ 20 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.
Sandainya metode ini tidak hanya diterapkan di mata kuliah reading saja tapi di mata kuliah lain akan sangat membantu mahasiswa jurusan sastra Inggris dalam mempersiapkan skripsi.
2.
Metode SQ3R bisa membuat siswa mengingat materi bacaan yang di bacanya dalam jangka waktu lama
3.
Dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R, diharapkan mahasiswa mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga ditingkatkan
4.
Mampu memadukan kemampuan motorik dengan kemampuan kognitif serta diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh informasi yang ada dalam bacaan
5.
Menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu bacaan.
Daftar Pustaka Brown, H.Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison Wesley Longman. Jeremy harmer. 1998. How to Teach English. Pearson longman. Herudjati ,Purwoko. 2000. Penelitian Tindak Kelas Dalam Bahasa Inggris. INDEKS John, Willy. 2000. Collin cobult students dictionary. Target press. Prof. Sugiono. 2008. Metode penelitian pendidikan. ALFABETA. Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan, GRASINDO. Richards, Jack C and Theodore S. Rodger. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. UK: Cambridge University Press.
~ 21 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
EFIKASI DIRI (SELF-EFFICASY) MAHASISWA SASTRA INGGRIS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN BELAJAR INTERACTIVE GRAMMAR Kurnia Idawati (
[email protected] ) Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris
Abstract Self-efficacy is defined as a person's belief in his ability to organize and execute a number of actions that are needed to produce the desired accomplishments and achievements. Social cognitive theory is often associated with academic achievement. Correspondingly, a study is conducted to evaluate the self-efficacy of first semester students majoring in English literature associated with the achievement of their learning in the subject of Interactive Grammar. The data on self-efficacy were obtained through a Likert scale instrument of self-efficacy, while the data on achievement were taken from the students' academic performance test in the subject of Interactive Grammar with descriptive data processing techniques, Pearson correlation, and Anova. The results showed that self-efficacy are not always aligned with the achievement. This means that high self-efficacy is not necessarily followed by a high achievement scores anyway, so in this study there was no significant correlation found between the two. Thus selfefficacy cannot be a predictor of achievement in students who attend Interactive Grammar classes. Explanation related to the cause included in this study. Keywords: self-efficacy, academic achievement, Interactive Grammar
1. PENDAHULUAN Mata kuliah Interactive Grammar adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti mahasiswa sastra Inggris selama 4 semester. Interactive Grammar adalah mata kuliah yang sangat penting sebagai keterampilan linguistik yang mendukung keterampilan berbahasa yang terdiri dari empat unsur yaitu speaking, listening, reading, dan writing. Tanpa pengetahuan dan kemahiran menggunakan tata aturan bahasa Inggris, maka keterampilan berbahasa akan sangat sulit dikuasai. Oleh sebab itu mahasiswa sangat ditekankan untuk tekun berlatih grammatika bahasa Inggris yang diejawantahkan ke dalam empat keterampilan berbahasa tersebut di atas. Akan tetapi berdasarkan pengamatan selama mengajar mata kuliah Interactive Grammar bertahun-tahun, sebagian besar mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini berprestasi tidak menggembirakan. Hanya sebagian kecil saja yang bisa menunjukkan keberhasilan yang
~ 22 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
memuaskan. Jika diperbandingkan secara kasar, mereka yang berprestasi dan yang lemah dalam mata kuliah Interactive Grammar ini adalah 1 : 8. Bila dilihat dari sisi mahasiswa, banyak faktor seperti minat, sikap, bakat, motivasi, daya ingat, disiplin, konsep diri, dan lainnya yang memengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan mereka dalam mata kuliah ini. Berbagai metode belajar dalam pendekatan konstruktivisme dan media pembelajaran telah dilakukan oleh pengajar Interactive Grammar dari tahun ke tahun namun rasio seperti yang telah disebutkan di atas belum terlalu bergeser ke arah yang lebih positif. Menyadari hal ini, ditengarai persoalannya lebih banyak berpulang pada diri para mahasiswa itu sendiri. Pengalaman belajar sebelumnya dapat memengaruhi motivasi dan kesiapan belajar mereka di perguruan tinggi. Sejumlah mahasiswa terkadang tidak terlalu percaya diri dalam mengatasi masalah belajar. Alih-alih tetap tekun belajar yang ditandai dengan tingkat kehadiran dan aktivitas di kelas serta penyelesaian tugas-tugas belajar, mereka malah mangkir dari kelas. Jika pun hadir di kelas, mereka cenderung bersikap pasif dan diam. Kondisi ini seharusnya tidak boleh terus berlangsung, siapapun mahasiswanya. Untuk itulah maka perlu dilakukan suatu langkah perubahan menuju terwujudnya proses belajar Interactive Grammar yang berhasil-guna sehingga sebagian besar mahasiswa menguasai kompetensi linguistik agar mereka mahir berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Langkah pertama perubahan dimulai dari peserta belajarnya itu sendiri. Banyak aspek yang bisa digali dan diteliti terkait pembelajar, mulai dari aspek kognitif, afektif, maupun sosial psikologisnya. Salah satunya adalah dari sisi sosial kognitif, yaitu selfefficacy (efikasi diri). Efikasi diri berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan (belajar). Teori ini berasal dari Albert Bandura (1997). Dalam teori itu dikatakan bahwa efikasi diri akan memengaruhi perilaku sedemikian rupa sehingga efikasi diri yang tinggi tingkatnya berdampak pada perilaku yang mendekat dan yang rendah cenderung menghindar. Individu akan menghindar jika mereka yakin bahwa suatu aktivitas berada di luar kemampuannya, dan di sisi lain, mereka akan mendekat jika mereka yakin bahwa mereka mampu melakukan aktivitas itu. Mahasiswa dengan tingkat efikasi diri yang rendah lebih mudah menyerah dalam proses akademik mereka dibandingkan dengan mereka yang tinggi tingkat efikasi
~ 23 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dirinya. Tingkat efikasi diri ini dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan di masa lalu yang kemudian dapat berdampak pada keberhasilan dan kegagalan di masa depan, misalnya pada indeks prestasi. 2. PERUMUSAN MASALAH Berangkat dari pendahuluan di atas maka pertanyaan yang ingin dicari jawabannya adalah berapa tingkat efikasi diri (self-efficacy) mahasiswa yang mengambil mata kuliah Interactive Grammar, dan apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan prestasi akademik mereka dalam mata kuliah Interactive Grammar.
3. TINJAUAN TEORI Efikasi diri (self-efficacy) adalah sebuah teori dalam disiplin ilmu kognitif yang merupakan hasil riset utama Albert Bandura. Maka tinjauan teori ini menekankan pada hasil telaah Bandura yang meliputi pengaruh efikasi diri terhadap kinerja akademik pembelajar dan hubungan antara efikasi diri dengan prestasi secara umum. Efikasi diri atau kemampuan yang disadari, mengacu pada kepercayaan diri individu terhadap kemampuan dirinya dalam mencapai keberhasilan menjalankan tugas yang diberikan (Bandura, 1997). Jika individu merasa memiliki kemampuan melakukan tugas dengan sukses, maka tugas tersebut akan dijalaninya.Tugas tersebut akan dihindarinya jika dirasa terlalu sulit. Namun bagi individu yang memiliki tingkat efikasi diri rendah, dia akan mudah menyerah bila tugas yang harus dikerjakannya ternyata sulit. Bagi individu dengan tingkat efikasi diri tinggi, seberapapun sulit tugas tersebut, dia akan tetap bertahan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Saat individu dengan tingkat efikasi diri rendah gagal dalam mengerjakan tugas, mereka akan menisbahkan kegagalan itu sebagai kurangnya kemampuan dirinya dan cenderung kehilangan kepercayaan pada kemampuannya. Ketika mereka berhasil, mereka akan menisbahkan keberhasilannya pada faktor-faktor eksternal. Jika mahasiswa menguasai dan mampu menyelesaikan suatu tugas yang menantang dengan hanya sedikit sekali bantuan, tingkat efikasi dirinya akan meningkat (Bandura, 1986). Individu yang memiliki efikasi diri dalam derajat yang tinggi cenderung menginginkan tugas-tugas yang menantang, bertahan lebih lama, dan berusaha secara
~ 24 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
optimal dalam proses pengerjaannya. Jika mereka gagal, mereka menisbahkannya pada kurangnya usaha mereka atau lingkungan yang tidak mendukung. Jika mereka sukses, mereka hubungkan kesuksesan mereka pada kemampuan mereka. Ini adalah sebuah persepsi bahwa kemampuan mereka menyebabkan keberhasilan yang memengaruhi hasil (outcome) ketimbang karena kemampuan nyata mereka yang sesungguhnya. (ibid) Ada empat faktor yang menentukan Efikasi diri, yaitu (a) pengalaman individu (enactive mastery experience) yang mengacu pada pengalaman sukses atau gagal pada masa lalu yang kemudian diinternalisasi. Keberhasilan yang dicapainya akan meningkatkan
efikasi
dirinya,
sedangkan
kegagalan
yang
berulang
akan
menurunkannya. Berhasil atau gagalnya akan memengaruhi kemampuan dirinya pada tugas-tugas selanjutnya. (b) Pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience), yakni proses modeling atau belajar dari orang lain akan memengaruhi efikasi diri individu jika model tersebut relevan. (c) Persuasi verbal (verbal persuasion), yaitu persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan segala yang dilakukan, dapat meningkatkan efikasi diri individu. Dalam pendidikan, persuasi verbal yang disampaikan oleh pendidik sering dalam bentuk umpan balik verbal, evaluasi, dan dorongan. Persuasi harus realistis, tulus, dan berasal dari sumber yang kredibel; jika tidak maka akan memengaruhi efikasi diri pembelajar secara negatif. (d) Keadaan fisiologi dan emosional (physiological and emotional states) di mana individu akan melihat kondisi fisiologis yang ditandai oleh kecepatan detak jantung, ritme nafas, keringat dan emosional (mood) dalam menilai kemampuan, Keadaan emosional yang sedang dihadapi individu akan memengaruhi keyakinan individu dalam menjalankan tugas. Keyakinan akan kemampuan bervariasi di antara para individu dan bersifat fluktuatif dalam satu individu untuk tugas-tugas yang berbeda (Bandura, 1997). Dalam banyak aktivitas, efikasi diri berkontribusi terhadap aktualisasi diri (self-esteem) (Bandura, 1986). Keyakinan-keyakinan efikasi diri memengaruhi cara orang mendekati tantangan-tantangan baru dan berkontribusi terhadap tampilan kinerja karena keyakinan-keyakinan ini memengaruhi proses berfikir, motivasi, dan perilaku (Bandura, 1997). Efikasi diri tidak statis dan dapat berubah bersama waktu yang merupakan hasil dari penilaian ulang (reassessment) secara periodik terhadap seberapa memadainya kinerja yang telah dilakukannya (Bandura, 1986).
~ 25 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dapat disimpulkan di sini bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan diri bahwa dirinya mampu melakukan suatu tugas. Efikasi diri dipengaruhi oleh faktor pengalaman individu sebelumnya, pengalaman orang lain yang menjadi model, persuasi verbal, dan kondisi fisiologi dan emosional. Dari semua faktor ini, pengalaman individu sebelumnya adalah yang paling berpengaruh terhadap efikasi diri.
4. Efikasi Diri dan Prestasi Akademik Manakala konsepsi efikasi diri diperluas dengan menyertakan faktor-faktor seperti regulasi diri (self-regulation) dalam aktivitas-aktivitas belajar, kemampuan sosial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bertahan pada tekanan teman sebaya yang mengalihkan pencapaian akademik, status sosio ekonomi, dan dampak hubungan kekerabatan, maka pengukuran-pengukuran efikasi diri lebih bisa diprediksi dan secara substansial lebih cenderung pada perbedaan dalam prestasi akademik (Becker, 2009). Performa akademik merupakan hasil dari kapasitas intelektual dan motivasi (Bandura, 1997). Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang berulang (Andrew, 1998; Chemers, Hu & Garcia, 2001; Silver, Smith, & Green, 2001), efikasi diri merupakan salah satu dari beberapa pengaruh terhadap prestasi akademik. Efikasi diri memprediksi kinerja intelektual lebih baik dibandingkan dengan sekedar skill, efikasi diri secara langsung memengaruhi unjuk kinerja akademik. Efikasi diri juga secara tidak langsung memengaruhi ketekunan (Bandura, 1997). Greene dan Miller (1996) menemukan korelasi yang positif antara kemampuan yang disadari, tujuan belajar, dan keterlibatan kognitif yang bermakna yang kemudian memengaruhi prestasi akademik. Efikasi diri juga dianggap sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian prestasi akademik (Hughes, 2011).
5. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini untuk mencari jawaban atas pertanyaan berapa tingkat efikasi diri (self-efficacy) mahasiswa yang belajar mata kuliah Interactive Grammar dan apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik mereka pada mata kuliah Interactive Grammar.
~ 26 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
6. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan bagi para pendidik terkait konsep efikasi diridan tingkat efikasi diri mahasiswa dalam mata kuliah Interactive Grammar. Tingkat efikasi diri mahasiswa akan berbeda-beda tergantung pada disiplin ilmunya (jenis mata kuliah) dalam jurusan yang sama. Oleh karena itu hasil penelitian efikasi diri ini tidak bisa dianggap sebagai “one measure fits all”, artinya mahasiswa A yang tingkat efikasi diri-nya rendah pada mata kuliah B akan rendah pula efikasi diri-nya pada mata kuliah C dan seterusnya. Meskipun demikian, pendidik yang menaruh perhatian pada keberhasilan belajar anak didiknya akan mempertimbangkan mengukur efikasi diri anak didiknya bersamaan dengan meningkatkan metode belajar yang menarik untuk mereka. 7. DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang menelaah efikasi diri para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar dan hubungannya dengan prestasi belajar mata kuliah tersebut yang ditandai oleh hasil ujian akhir semester. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut: efikasi diri
Keberhasilan belajar Interactive Grammar
(Variabel bebas)
(variabel terikat)
Instrumen pengambilan data self-efficacy diadaptasi dari self-efficacy scales dari Bandura (2006) dalam bentuk 5 tingkat skala Likert (1= sangat tidak setuju, sampai 5= sangat setuju) dan merupakan survey self-report. Pernyataan kuesioner dinyatakan secara positif dan negatif untuk meningkatkan reliabilitas dan mengurangi jawabanjawaban apatis. Data penelitian diolah secara deskriptif dengan menghitung rata-rata dan simpangan baku serta menggunakan tes statistik Pearson Correlation dan ANOVA.
8. HASIL PENELITIAN Data terkait efikasi diri diperoleh dari responden mahasiswa semester pertama yang mengikuti perkuliahan Interactive Grammar I pada semester ganjil tahun akademik 2015-2016. Data tersebut diambil setelah responden kuliah Interactive Grammar sampai
~ 27 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
tujuh kali pertemuan agar mereka memiliki pengalaman belajar mata kuliah tersebut dan kesan tertentu sehingga data efikasi diri benar-benar merepresentasikan keyakinan mereka tentang kemampuan mereka menguasai Interactive Grammar. Sedangkan data prestasi diambil pada akhir semester berupa hasil belajar Interactive Grammar I secara keseluruhan pada semester berjalan. 8.1. Tingkat Efikasi Diri Mahasiswa Untuk mendapatkan tingkat efikasi diri mahasiswa, pertama-tama harus diketahui kategori tingkat atau level efikasi diri. Skor terentang dari 15 sampai 75. Skor yang lebih dari atau sama dengan 60 diklasifikasikan sebagai tingkat efikasi diri tinggi, skor dari 31 sampai 59 digolongkan sebagai tingkat efikasi diri menengah atau sedang, sedangkan skor yang kurang dari 30 dianggap sebagai tingkat efikasi diri rendah. Berdasarkan data di halaman 7, keseluruhan skor skala Likert responden dijumlah dan didapat angka 1051 lalu dibagi sejumlah responden; maka didapat skor 52,55. Merujuk pada ketentuan tingkat efikasi diri di atas, maka skor efikasi diri rata-rata mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar I tersebut berada pada level sedang atau menengah. 8.2. Hubungan antara Efikasi Diri dan Prestasi Akademik Dari 28 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar I pada semester ganjil tahun akademik 2015-2016, hanya 20 mahasiswa yang datanya dapat diambil karena berkaitan dengan konsistensi kehadiran mereka di kelas. Dengan demikian maka prestasi akademik mereka diakhir semester yang terkait mata kuliah Interactive Grammar diambil dari mahasiswa yang telah memberikan data efikasi diri. Angka-angka prestasi terentang dari yang paling rendah 37,2 sampai yang paling tinggi 91. Jika diamati antara efikasi diri dengan prestasi dari responden yang sama, secara kasat mata tidak terlihat hubungan di antara keduanya. Responden yang memiliki skor efikasi diri tinggi terhadap mata kuliah Interactive Grammar belum tentu memperoleh prestasi belajar yang sama tinggi pada mata kuliah tersebut, seperti yang bisa dilihat pada nomor 4. Demikian pula responden yang mendapatkan skor prestasi tinggi tidak harus mencapai skor efikasi diri yang tinggi seperti yang dapat dilihat pada nomor 17.
~ 28 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel berikut ini menyajikan perbandingan antara skor efikasi diri dan skor prestasi mahasiswa pada mata kuliah Interactive Grammar.
No
Efikasi Diri
Prestasi
1
54
37.2
2
58
46.9
3
40
55
4
62
45.9
5
54
54
6
64
47
7
47
48.8
8
55
62.1
9
59
52.6
10
51
67.7
11
47
76.9
12
51
70.2
13
51
65.5
14
57
77.7
15
49
81
16
51
75.2
17
48
88.8
18
58
91
19
51
71.2
20
44
59.8
M= 52,55
M= 63,725
Std Dev= 6,021
Std Dev= 15,231
responden
Tabel 1. Skor Efikasi Diri dan Skor Prestasi
~ 29 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat angka korelasi antara variabel efikasi diri dan prestasi akademik adalah -0,253. Itu artinya hubungan antara kedua variabel tersebut negatif dan sangat lemah, karena mengacu pada patokan bahwa korelasi 0 – 0,25 menunjukkan korelasi yang sangat lemah dan hampir tidak ada (Sarwono, 2006). Selain itu signifikansi 0,283 ternyata lebih besar dari 0,05, yang bermakna bahwa hubungan antara efikasi diri dan prestasi dalam penelitian yang dilakukan terhadap sampel kelas Interaktive Grammar I tidak signifikan karena syarat hubungan yang signifikan harus (sig) < 0,05. F hitung adalah 1,226 lebih kecil dari F tabel 3,55 sehingga dapat dikatakan bahwa “efikasi diri berpengaruh terhadap prestasi akademik” ditolak. Dengan demikian maka efikasi diri tidak bisa dijadikan prediktor untuk prestasi dalam penelitian yang dilakukan terhadap kelas Interactive Grammar pada semester 1 tahun akademik 20152016 ini. Selain itu jika dilihat besaran pengaruh efikasi diri terhadap prestasi seperti yang dapat dilihat pada tabel 7 (R square 0,064) dikalikan 100 % menjadi 6,4%, maka nilai tersebut menjadi tidak berarti. Korelasi Pearson
-0,253
Ketentuan:
Efikasi Diri
Sig 0,283
0-0,25 tidak ada korelasi
Prestasi Akademik Prediktor
Efikasi
(sig) < 0,05 korelasi signifikan Diri
terhadap Prestasi
Pengaruh
Efikasi
terhadap Prestasi
diri
F hitung 1,226
Ketentuan:
F tabel 3,55
F hitung > F tabel
R square 0,064 x Hampir tidak ada pengaruh 100% = 6,4%
Tabel 2. Korelasi, prediktor, dan pengaruh efikasi diri terhadap prestasi
8.3 Pembahasan
~ 30 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berdasarkan hasil penelitian, semua responden mahasiswa semester I rata-rata memiliki tingkat efikasi diri menengah atau cukup/sedang dalam mata kuliah Interactive Grammar I. Skor keseluruhan efikasi diri mereka terentang dari 40 sampai dengan 64. Skor 64 adalah skor tertinggi yang dicapai sedangkan yang terendah adalah 40, masih dalam rentang tingkat sedang. Patokan efikasi diri tingkat sedang terentang dari 31 sampai 59. Rata-rata skor efikasi diri mahasiswa adalah 52,55. Tingkat efikasi diri yang hampir masuk kategori tinggi ini agak mengherankan jika dibandingkan dengan pencapaian prestasi akademik mereka dalam mata kuliah yang sama. Rata-rata pencapaian prestasi mereka adalah 63,73 atau setara C+ akan tetapi standar deviasi (simpangan baku)nya adalah 15,231 yang bermakna bahwa perbedaan kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah Interactive Grammar relatif besar. Skor prestasi tertinggi adalah 91 sedangkan yang terendah adalah 37,2. Namun perbedaan efikasi diri antara keduanya tidak terlalu besar, skor mahasiswa berprestasi tertinggi efikasi dirinya adalah 58, sedangkan yang terendah adalah 54. Hal ini merupakan indikasi terjadinya bias responden yaitu “efek menyenangkan peneliti” karena pengambilan data efikasi diri menyertakan nama masing-masing responden sehingga semua responden memberikan pilihan jawaban yang bernilai positif. Ditambah lagi responden penelitian merupakan mahasiswa dalam kelas Interactive Grammar yang diampu peneliti. Penelitian ini mengukur efikasi diri pada pertengahan semester. Beberapa penelitian lain terkait pengukuran efikasi diri terentang dari awal hingga akhir semester. Penelitian lainnya malah tidak menyebutkan kapan data efikasi diri diambil. Dalam literatur juga tidak terdapat panduan kapan sebaiknya data tersebut diambil. Mungkin saja seandainya pengukuran efikasi diri dilakukan dua minggu sebelum ujian akhir semester akan menghasilkan perbedaan yang signifikan. Bagaimanapun juga, efikasi diri dapat berubah setiap waktu (Bandura, 1986). Penghitungan statistik seperti yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri mahasiswa peserta perkuliahan Interactive Grammar I tahun akademik 2015-2016 dengan prestasi akademik mereka. Artinya efikasi diri sebagai sesuatu yang tidak terkait dengan prestasi, padahal dalam teori yang merujuk pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri yang menggambarkan keyakinan pada kemampuan belajar
~ 31 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berkorelasi positif dengan prestasi (Andrew, 1998; Chemers, Hu & Garcia, 2001; Silver, Smith, & Green, 2001). Ada beberapa kemungkinan sebagai sebab yang bisa dikemukakan di sini untuk menjelaskan hal tersebut. Pertama, secara deskriptif, terdapat 2 responden yang memiliki efikasi diri tergolong tinggi (62 dan 64) namun mendapatkan prestasi belajar rendah (45,9 dan 47). Di sisi lain ada 3 responden yang berefikasi diri sedang (48, 49, dan 58) namun memperoleh pencapaian belajar tinggi setara A (88,8; 81; dan 91) dan selebihnya memiliki efikasi diri sedang dan prestasi sedang meski ada juga yang berprestasi rendah. Data seperti itu menjelaskan mengapa variabel efikasi diri tidak berkorelasi dengan variabel prestasi. Hipotesis korelasi mengatakan bahwa semakin tinggi skor efikasi diri, bertambah tinggi pula skor prestasi yang diperoleh, demikian pula sebaliknya. Namun hal itu tidak terjadi. Ketidak teraturan skor efikasi diri dengan skor prestasi berdampak pada ditolaknya hipotesis yang mengatakan bahwa efikasi diri berkorelasi dengan prestasi belajar. Dengan demikian dalam penelitian ini efikasi diri tidak berkorelasi dengan prestasi. Kedua, para mahasiswa semester I tampaknya masih belum terbiasa dengan apa yang disebut sebagai self-directed learning yang merupakan syarat keberhasilan belajar di perguruan tinggi. Self-directed learning merupakan dorongan dan kemauan dari dalam diri individu untuk berinisiatif belajar tanpa perlu disuruh atau diminta orang lain. Individu mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam proses keberhasilan belajar dan sama sekali tidak menggantungkan keberhasilan pada faktor eksternal. Namun yang terjadi dalam kasus ini, optimisme terhadap keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi tidak ditopang dengan kedisiplinan dalam belajar dan self-directed learning tadi sehingga terjadi gap antara keyakinan (efikasi diri) dan prilaku (tanggung jawab belajar). Kebiasaan belajar pada tingkat pendidikan sebelumnya berpengaruh pada pola belajar pendidikan selanjutnya. Padahal di sisi lain, pendidikan tinggi menuntut mereka untuk mengandalkan inisiatif belajar mandiri. Kegembiraan karena baru menyandang predikat mahasiswa memunculkan optimisme idealis tanpa mampu mengukur kemampuan kognitif dan usaha untuk mengaktualisasikan efikasi diri. Ketiga, adanya ekspektasi atau harapan mahasiswa terhadap “siapa tahu saya beruntung” entah melalui cara menyontek atau cara-cara lain yang bersifat mengakali semodel dengan saat mereka di bangku sekolah menengah. Efikasi diri yang mengarah
~ 32 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
pada gambaran positif dan bukan menggambarkan kondisi diri individu dimaknai sebagai citra diri positif bukan keyakinan tentang kemampuan kognitif menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
9. KESIMPULAN Meskipun banyak penelitian yang berkenaan dengan efikasi diri menunjukkan bahwa efikasi diri merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam keberhasilan belajar, termasuk belajar bahasa, pada kenyataannya dalam penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa semester pertama jurusan Sastra Inggris, hal tersebut tidak terjadi. Beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya antara lain adalah bahwa responden memberikan jawaban yang bias karena peneliti adalah dosen pengampu mata kuliah yang mereka ambil. Kemungkinan berikutnya adalah optimisme terhadap keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi tidak ditopang dengan kedisiplinan dalam belajar dan self-directed learning sehingga terjadi gap antara keyakinan (efikasi diri) dan prilaku (tanggung jawab belajar). Kemungkinan lain adalah bahwa mahasiswa keliru mempersepsi efikasi diri yang mengarah pada gambaran positif dan bukan menggambarkan kondisi diri individu sehingga dimaknai sebagai citra diri positif bukan keyakinan tentang kemampuan kognitif menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Pengukuran efikasi diri akan lebih signifikan bila ditujukan kepada mahasiswa yang berada di semester yang agak tinggi sehingga kesadaran pada keberhasilan belajar juga tinggi. Di samping itu, mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar yang sukses dengan sering memperoleh nilai baik dalam beberapa mata kuliah, dipastikan memiliki efikasi diri yang tinggi demikian pula sebaliknya. Cara pandang mahasiswa semester awal yang meremehkan proses belajar dan menganggap diri memiliki kemampuan belajar padahal dalam kenyataannya tidak mampu membuktikannya dengan prestasi belajar yang baik, sesungguhnya menunjukkan konsep diri yang masih lemah. Ke depannya perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait efikasi diri yang lebih mendalam yang di dalamnya konsepsi efikasi diri diperluas dengan menyertakan faktorfaktor seperti regulasi diri (self-regulation) dalam aktivitas-aktivitas belajar, kemampuan sosial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bertahan pada tekanan teman sebaya yang mengalihkan pencapaian akademik, status sosio ekonomi,
~ 33 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dan dampak hubungan kekerabatan. Dengan demikian, pengukuran-pengukuran efikasi diri lebih bisa diprediksi dan secara substansial lebih cenderung menggambarkan pengaruh yang signifikan pada prestasi akademik (Becker, 2009).
Daftar Pustaka Andrew, S. (1998). Self-efficacy as a predictor of academic performance in science. Journal of Advanced Nursing, 27(3), 596-603. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Bandura, A. (1993). Perceived Self-Efficacy in Cognitive Development and Functioning. Educational psychologist, 28 (2), 117-148. Lawrence Earlbaum Associates, Inc. Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998). Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company. Bandura, A. (2006). Self-Efficacy Beliefs of Adolescents, 307-337. Information Age Publishing Becker, S.P. (2009). The Relationship of Self-Efficacy with GPA, Attendance, and College Student Retention. Paper presented at the 40th Annual Conference of the Northeastern Educational Research Association, Rocky Hill, Connecticut, October 21-23 Chemers, M. M., Hu, L., & Garcia, B. F. (2001). Academic self-efficacy and first-year college student performance and adjustment. Journal of Educational Psychology, 93(1), 55-64. Crespo, M. & Reid, M. (2009). Control of Thought: Self-Esteem, Self- Efficacy and Attribution. ITF Coaches Education Programme Coaching High Performance Players Course. CoachEducationSeries Copyright ©ITF Gist, M.E., Mitchell, T.R. (1992). Self-Efficacy: A Theoretical Analysis of Its Determinants and Malleability. Academy of Management Review. Vol. 17, No.2 , 183-211 Greene, B. A., & Miller, R. B. (1996). Influences on achievement: Goals, perceived ability, and cognitive engagement. Contemporary Educational Psychology, 21, 181-192. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta Silver, B. B., Smith, E. V., Jr., & Greene, B. A. (2001). A study strategies self-efficacy instrument for use with community college students. Educational and Psychological Measurement, 61(5), 849-865.
~ 34 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PERBEDAAN PENGGUNAAN KATA 之 (ZHI) DALAM BAHASA CINA KLASIK (古代汉语) DAN BAHASA CINA MODERN / MANDARIN (现代汉语) Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Cina
[email protected] Abstrak Penelitian kualitatif deskriptif ini walaupun melibatkan bahasa klasik di Cina pada zaman dulu, bukanlah merupakan penelitian diakronis karena tidak melibatkan perkembangan historisnya. Penelitian terhadap bahasa pada penelitian ini tetap bersifat sinkronis. Penelitian ini memerikan gejala-gejala bahasa terutama mengenai perbedaan penggunaan kata 之 (zhī) dalam bahasa klasik dan bahasa modern. Kata 之 (zhī) merupakan salah satu leksikon klasik yang masih digunakan dalam bahasa modern. Makna 之(zhī) dalam bahasa klasik cukup beragam sehingga dapat menduduki kelas kata yang juga beragam. Dalam bahasa modern, penggunaannya khusus di dalam ragam tulis dan bersifat formal. Status 之(zhī) sebagai kata dan juga morfem, membuat 之(zhī) dapat bergabung dengan morfem atau kata yang lain (terutama nomina) sehingga membentuk suatu kata yang pada umumnya menunjukkan tempat atau waktu. Penggabungan itulah yang banyak digunakan di dalam bahasa modern. Bila kata 之 (zhī) digunakan sendiri, fungsinya adalah sebagai pronomina (pronomina persona dan demonstrativa), serta sebagai partikel yang menghubungkan pewatas dengan induknya (intinya). Oleh karena itu, kata 之 (zhī) merupakan salah satu partikel pembentuk nomina (nominalisasi) di dalam bahasa modern yang sifatnya mirip dengan partikel struktural 的 (de). Kata Kunci: Bahasa Cina Klasik, Bahasa Cina Modern (Mandarin), 之 (zhī), Ragam Tulis, Partikel 1. Pendahuluan Bahasa Cina (Mandarin) merupakan salah satu bahasa yang memiliki sejarah yang putonghua
panjang. Maksudnya, bahasa Mandarin (普通话 ) telah melalui sejarah dengan masa yang sangat panjang dari zaman dulu hingga menjadi bahasa persatuan di RRC, bahkan di negara lain seperti Taiwan dan Singapura walau dalam istilah yang berbeda. Sejarah panjang tersebut berkaitan dengan sejarah kedinastian di Cina. 1 1
Dalam penelitian ini tidak dibahas mengenai sejarah bahasa Mandarin, termasuk sejarah kedinastian di Cina, serta sejarah transkripsi ejaan bahasa Mandarin.
~ 35 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
gǔ dài hàn yǔ
gǔ hàn yǔ
wén yán
Bahasa Cina klasik yang disebut 古 代 汉 语 / 古 汉 语 atau 文 言 adalah bahasa yang dipakai di Cina sebelum terjadinya peristiwa gerakan 4 Mei 1919 (Pustaka Bahasa Asing Beijing, 1995). Bahasa tersebut lebih merujuk pada ragam tulis. Bahasa Cina klasik memiliki kosakata yang khas karena bentuknya baku dan makna yang dikandungnya kuat atau mantap, serta gramatika yang unik. Kosakata bahasa Cina lìshǐcíyǔ
klasik terdiri atas dua macam, yaitu kosakata sejarah ( 历史词语 ) dan kosakata wényáncíyǔ
gǔyǔcí
klasik/susastra (文言词语). Keduanya dapat disebut 古语词. Kosakata sejarah kata-kata yang berasal dari sejarah, atau yang merujuk kepada segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah zaman dulu, seperti benda-benda sejarah, alat-alat, senjata, nama orang, nama tempat, dan lain-lain yang berkaitan dengan zaman dulu, mitologi, dongeng, guǎrén
legenda, dan sebagainya. Contoh kosakata sejarah: 寡人 ‘saya (untuk kaisar/raja)’, shèngzhǐ
fēizi
圣旨 ‘titah kaisar’, 妃子 ‘selir kaisar’, dan lain-lain. Kosakata klasik atau sastra klasik fēi
tǎng
adalah kata-kata yang berasal dari kitab-kitab klasik Cina, seperti 非 ‘tidak’, 倘 ‘jika’, yì
límíng
亦 ‘juga’, 黎明 ‘subuh/fajar’, dan lain-lain. Sementara itu, gramatika (tata bahasa) bahasa Cina klasik walau dirasakan lebih sulit daripada bahasa Cina modern xiàn dài hàn yǔ
(Mandarin), yang biasa disebut 现代汉语, tetap lebih sederhana karena dalam bahasa klasik hanya dengan beberapa kata atau huruf dapat menyatakan isi yang terkandung dalam sebuah kalimat (Kang Duancong, 2008). Salah satu kata bahasa klasik yang zhī
masih digunakan sekarang ini adalah 之 . zhī
Harold Shadick (1968) mengungkapkan bahwa 之 merupakan konjungsi subordinatif. Maksudnya, penghubung dua bentuk bebas sehingga menjadi sebuah frase zhī
nominal. Selain itu, 之 menjadi pembentuk nomina yang berasal dari bentuk subjek zhī
predikat (SP). Oleh Karena itu, inti dari telaah kata 之 menurut Shadick (1968) adalah sebagai nominalisasi atau pembentuk nomina, contoh:
~ 36 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
jūnzhīměi
‘Kecantikan anda’ (bukan ‘anda cantik’)
(1) 君 之 美
zhī
W.A.C.H. Dobson (1974) mengemukakan bahwa 之 merupakan partikel yang menunjukkan: (1) konjungsi sintagmatis yang muncul di antara pewatas dan nomina; (2) pemarkah sintagmatis yang muncul di antara agent (subjek/pelaku) dan verba dari sebuah klausa sehingga menjadi frase nominal; (3) pronomina anaforis yang diletakkan di belakang verba untuk menggantikan persona (orang) atau benda; (4) demonstrativa qí
(pronomina penunjuk); dan (5) dapat menggantikan kata 其 (pronomina: ‘ia’/’itu’) yang juga berasal dari bahasa klasik. Shou Hsin Teng dan Lo Sun Perry (1993) dalam kajian pedagogisnya zhī
memaparkan bentuk kata yang dapat dibentuk oleh 之, yakni dengan memberikan pola: nèi
zhōng
wài
之 (zhi) + Nomina (nomina yang menunjukkan tempat seperti 内 ‘dalam’, 外 ‘luar’, 中 shàng
xià
qián
hòu
‘tengah’, 上 ‘atas’, 下 ‘bawah’, 前 ‘depan’, dan 后 ‘belakang’). Hasil bentukan tersebut zhī nèi
zhī wài
zhī hòu
merupakan kata-kata yang menunjukkan tempat atau waktu, seperti 之内, 之外, 之后, dan lain-lain. zhī
Li Xingjian (2004) mengungkapkan berbagai kelas kata yang dimiliki oleh 之, yakni (1) verba; (2) demonstrativa (pronomina penunjuk); (3) partikel yang digunakan di antara pewatas dan kata inti/induk untuk menyatakan hubungan pewatasan serta membentuk frase subordinatif; (4) nominalisasi (pembentuk nomina); dan (5) sebagai sufiks. Bai Yulin dan Chi Duo (2004) dari kacamata bahasa Cina klasik. Menurut zhī
dài
cí
mereka, penggunaan kata 之 sangat luas, yaitu sebagai: (1) Pronomina ( 代 词 ); (2) fù
cí
jiè
cí
jié
lián cí
Adverbia (副词); (3) Preposisi (介词); (4) Konjungsi (连词); (5) Partikel Struktural (结 gòu zhù cí
yǔ
jiā n
qì
构助词); (6) Modalitas/Fatis (语气); dan (7) Bentuk rangkap (兼).
~ 37 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
zhi
Kang Duancong (2008) menelaah kata 之 berdasarkan gramatika bahasa klasik. zhi
Ia mengemukakan dua kelas yang dimiliki oleh 之 , yaitu pronomina dan partikel. zhi
Sebagai pronomina, kata 之 dapat menggantikan persona, dan juga benda atau hal. Sebagai pronomina persona, fungsi yang utama adalah menggantikan orang ketiga baik zhi
ta
tamen
tunggal maupun jamak. Oleh karena itu, 之 dapat disulihkan oleh 他 atau 他们. Contoh: zhāngchǒuwéizhì yú yàn yānwáng yù shāzhī
(2) 张 丑 为 质于 燕 ,燕 王 欲 杀 之。 ‘Zhang Chou menjadi sandera di Negara Yan, Raja Yan hendak membunuhnya.’ Kalimat (4) di atas memiliki makna yang sama dengan kalimat (5) berikut ini dalam bahasa modern. zhāngchǒuzàiyànguódāngrénzhì yānwángxiǎngyàoshādiào tā
(3) 张 丑 在 燕 国 当 人 质, 燕 王 想 要 杀 掉 他。 ‘Zhang Chou menjadi sandera di Negara Yan, Raja Yan hendak membunuhnya.’ zhī
Kang Duancong (2008) juga memaparkan penggunaan 之 sebagai partikel, yang tidak jauh berbeda dengan paparan para ahli lainnya. Makalah ini mencermati dan mengupas perbedaan penggunaan kata 之 dalam bahasa Cina klasik dan bahasa Cina modern (Mandarin) berdasarkan bentuknya terutama kelas katanya, serta maknanya sehingga dapat lebih dipahami sejauh mana kata 之 ini digunakan di dalam bahasa Mandarin setakat ini. Telaah yang bersifat deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis padan dan distribusional. Melalui metode analisis padan, dapat ditemukan padanan kata yang tepat dari kata 之 sesuai dengan kelas katanya; sedangkan pemerian kata 之 dengan menggunakan metode distribusional teknik penyulihan dan komparatif. 2. Pembahasan
~ 38 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
zhī
Kata 之 merupakan satu di antara kosakata klasik yang masih digunakan di zhī
dalam bahasa modern. Status 之 adalah kata yang sekaligus juga merupakan morfem zhī
karena memiliki makna. 之 memiliki makna yang beragam, yakni makna leksikal dan zhī
juga makna gramatikal, yang bergantung pada penggunaannya. Karena 之 berasal dari zhī
bahasa klasik, maka penggunaan 之 dalam bahasa modern hanya muncul pada ragam zhī
zhī
tulis sehingga penggunaan 之 bersifat formal. Oleh sebab itu, 之 banyak muncul dalam surat kabar, majalah, berbagai karya sastra seperti prosa, puisi, novel, dan lain-lain. Berikut paparan perbedaan penggunaan kata 之 dalam bahasa Cina klasik dan bahasa Cina modern (bahasa Mandarin) yang disajikan dalam sebuah tabel. Tabel 1 Perbedaan Penggunaan Kata 之 dalam Bahasa Klasik dan Bahasa Modern (Mandarin) NO.
BAHASA CINA KLASIK
BAHASA CINA MODERN /
(古代汉语)
MANDARIN (现代汉语)
1
Ragam lisan dan tulis; formal dan non-formal
Ragam tulis dan formal
2
Kitab-kitab klasik, cerita klasik, umum
Surat kabar, majalah, karya-karya sastra
3
Verba
Verba, sudah jarang digunakan karena disulihkan oleh verba 去, 离开, 到, 往. zhījīnlíng
Contoh: 1. 之 金 陵 ‘Pergi ke Jinlung’ yóujīngzhīyú
2. 由 京 之 渝 。‘Dari Beijing pergi ke Chongqing.’ 4
Pronomina Persona
Pronomina Persona, sudah jarang digunakan karena disulihkan oleh pronomina persona 我, 你, 他, 它, dll. Contoh: yānwáng yù shāzhī
1. 燕 王 欲 杀 之 。 ‘Raja Yan hendak membunuh dia.’
~ 39 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
chēngzhīwéi tiānyuán
2. 称 之 为 ” 天 元 ”。 ‘Dinamakan Tian Yuan.’ 5
Pronomina Penunjuk (demonstrativa)
Pronomina Penunjuk (Demonstrativa) = 这, 那. Contoh: zhīzǐyúguī
1. 之 子 于 归 。 ‘Anak ini pulang ke bakal rumahnya.’ zhī z ǐ y ú zhēng
2. 之子于 征 。 ‘Orang-orang muda ini berekspedisi.’ 6
Adverbia tekanan
untuk
menyatakan Tidak digunakan karena sudah ada adverbia 就
7
Preposisi yang membentuk frase preposisional
8
Konjungsi yang menghubungkan Konjungsi, sudah tidak digunakan kata atau frase karena dapat disulihkan oleh konjungsi 和, 与, dll
9
Partikel Struktural yang menghubungkan pewatas dengan induk/intinya
Preposisi, sudah tidak digunakan karena dapat disulihkan oleh preposisi 对于, 比, 于, dll
Partikel Struktural yang menghubungkan pewatas dengan induk/intinya (hubungan pewatasan) sehingga membentuk frase subordinatif nominal, dan dapat disulihkan dengan partikel 的. Penggunaan 之 sebagai partikel struktural yang menghubungkan pewatas dengan induknya paling banyak dijumpai di dalam bahasa modern (Mandarin). Contoh: zhōnggǔzhīshēng
1.
钟 鼓 之 声 ‘Suara lonceng dan gendang’ huánghézhīshuǐtiānshàngláima
2. 黄 河 之 水 天 上 来 吗 ? ‘Apakah air sungai kuning datang dari langit?’ yíyèzàochéngzhītǎ
3. 一 夜 造 成 之 塔
‘Menara
dibuat dalam semalam.’
~ 40 ~
yang
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
yuányīnzhīyī
4. 原 因 之 一 ‘salah satu alasan’ 10
Partikel struktural yang diletakkan Partikel (kata tugas) yang diletakkan di di antara subjek dan predikat antara subjek dan predikat dalam frase dalam sebuah frase subjek predikat subjek predikat sehingga menjadi frase subordinatif atau menjadi klausa, sudah jarang digunakan karena disulihkan oleh partikel 的. Contoh: yǐngxiǎngzhīshēnyuǎnchūhūyùlià
1. 影 响 之 深 远 出 乎 预 料 。 ‘Luasnya pengaruh melampaui yang diharapkan.’ sùdùzhīkuài
2. 速度之快 。 ‘Kecepatan cepat.’ 11
Partikel struktural yang diletakkan di antara predikat dan komplemen (hubungan melengkapi)
Partikel struktural yang diletakkan di antara predikat dan komplemen (hubungan melengkapi) sudah tidak digunakan karena disulihkan oleh partikel 得.
12
Partikel modalitas/fatis, yang umumnya terletak di belakang klausa untuk menunjukkan jeda antarklausa, dan kadang menunjukkan penekanan
Partikel modalitas/fatis, sudah tidak digunakan karena disulihkan oleh partikel 啊, dll
13
Dapat digunakan rangkap
Digunakan di dalam frase bentuk baku, seperti: shǒuzhīwǔzhī zúzhīdǎozhī
1. 手 之 舞 之 , 足 之 蹈 之 ‘Menari dengan riang gembira’ jiǔérjiǔzhī
2. 久 而 久 之 ‘Seiring waktu’ 14
Tidak dapat bergabung dengan morfem atau kata untuk membentuk sebuah kata
Dapat bergabung dengan nomina yang menyatakan tempat sehingga membentuk nomina baru yang menyatakan tempat atau waktu, dengan pola 之 + N, seperti 之中, 之内, 之外, 之前, 之后, 之上, 之下. Bentuk penggabungan seperti inilah yang juga paling banyak digunakan di dalam bahasa Mandarin di samping sebagai partikel struktural. Contoh:
~ 41 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
língdùzhīshàng
1. 零 度 之 上 ‘Di atas nol derajat’ y ì zhōuzhīhòu
2. 一 周 之 后 ‘Seminggu kemudian’ liǎngniánzhīnèi
3.
两 年 之 内 ‘Dalam dua tahun’
3. Kesimpulan Kata 之 dalam bahasa Mandarin hanya digunakan pada ragam tulis dan bersifat formal. Oleh karena itu, kata tersebut hanya muncul di dalam surat kabar, majalah, karya-karya sastra seperti cerita pendek, novel, prosa, puisi, dan lain-lain. Penggunaan 之 dalam bahasa Cina modern atau bahasa Mandarin memiliki banyak persamaan dalam bahasa Cina klasik. Dengan kata lain, kata 之 yang berasal dari kosakata bahasa klasik masih digunakan di dalam bahasa Mandarin walaupun tidak seluas penggunaan di dalam bahasa klasik. Namun setakat ini, penggunaan yang paling banyak adalah kata 之 sebagai partikel yang maknanya sama dengan partikel struktural 的; pronomina penunjuk (demonstrativa) yang maknanya sama dengan 这 dan 那; pronomina persona yang maknanya sama dengan 我, 你, 他, dan lain-lain; serta kata 之 yang dapat bergabung dengan nomina tempat sehingga membentuk nomina yang juga menunjukkan tempat atau waktu.
Daftar Pustaka Bai Yulin dan Chi Duo. 2004. 古汉语虚词词典 Guhanyu Xuci Cidian. Beijing: Zhonghua Shuju. Chandra, Yulie Neila. 2006. Semantik Bahasa Mandarin (现代汉语语义学 Xiandai Hanyu yuyixue) (Buku Ajar). Universitas Darma Persada. Chen Qiuping. 2005. 中国皇帝故事 Zhongguo Huangdi Gushi. Hongkong: Shijie Chubanshe.
~ 42 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Chen Xinxiong, et.al. 1989/2005. 语言学词典 Yuyanxue Cidian. Taipei: Sanmin Shuju. Dobson, W.A.C.H. 1974. A Dictionary of the Particles. Canada: University of Toronto Press. Fang Yuqing. 1992. 使 用 汉 语 语 法 Shiyong Hanyu Yufa. Beijing: Beijing Yuyan Xueyuan Chubanshe Kang Duancong. 2008. 古代汉语语法 Gudai Hanyu Yufa. Shanghai: Shanghai Guji Chubanshe. Li, Charles N. dan Sandra A. Thompson. 1981. Mandarin Chinese: A Functional Reference Grammar. Berkeley: University of California Press. Li Xiaoxiang. 2004. 中华文化的故事 Zhonghua Wenhua de Gushi. Singapura: Asiapac Books Pte Ltd. Li Xingjian. 2004. 现代汉语规范词典 Xiandai Hanyu Guifan Cidian. Beijing: Waiyu Jiaoxue yu Yanjiu Chubanshe, Yuwen Chubanshe. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pustaka Bahasa Asing Beijing. 1995. Kamus Besar China- Indonesia. Beijing: Waiwen Chubanshe. Qian Nairong. 1995. 汉语语言学 Hanyu Yuyanxue. Beijing: Beijing Yuyan Xueyuan Chubanshe. Shadick, Harold. 1968. A First Course in Literary Chinese ( 文 言 文 入 门 Wenyanwen Rumen). Ithaca, New York: Cornell University Press. Shi Qiongwen. 2005. 中 国 历 代 女 名 人 Zhongguo Lidai Nü Mingren. Hongkong: Shijie Chubanshe. Shou Hsin Teng dan Lo Sun Perry. 1993. Taiwan Today: An Intermediate Reader (今日台湾: 中级汉语读本 Jinri Taiwan: Zhongji Hanyu Duben). Taipei: Chinese Language Center, Tunghai University. Tim Perkamusan Universitas Indonesia. 1997. Kamus Mandarin-Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Wei Lai dan Zhang Liwei. 2004. 古汉语实用词典 Guhanyu Shiyong Cidian. Beijing: Zhonghua Shuju.
~ 43 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Wu Peiqi. 2004. 中华节日的故事 Zhonghua Jieri de Gushi. Singapura: Asiapac Books Pte Ltd.
~ 44 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAMPAK PENGAJARAN TEORI PENERJEMAHAN PADA PENERJEMAH MUDADALAM PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISINDONESIABERDASARKAN KONSEP CORRECTNESS Tommy Andrian dan Fridolini Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris
[email protected],
[email protected] Abstract Theory of translation, in particular translation techniques, is a way to overcome the problem of translation at the level of words, phrases, sentences, and paragraphs. However, not all translators understand the importance of mastering the theory of translation; they assume the maturity of a translator merely relies on experience or flying hours. Translation techniques in principle provide theoretical skills to the young translators, especially the students of English Department. This is a qualitative descriptive study and is a case study upon the effectiveness of teaching the techniques of translation in producing reliable young translators. The data collection uses the methods of observation, interviews, and documentation, on two groups of students of the English Department, both of which are the theoretical and non-theoretical students. The scale of the readability, the acceptability, and the naturalness of the Target Text (TT) or the result of the translation will be analyzed and assessed through the concept of correctness and the dynamic equivalence. Key words: readability, acceptability, and naturalness of translation, technique of translation, dynamic equivalence, and concept of correctness
1. PENDAHULUAN Penerjemahan adalah upaya untuk mengungkapkan kembali pesan yang terkandung dalam teks suatu bahasa atau Teks Sumber (TSu) ke dalam bentuk teks dalam bahasa lain atau Teks Sasaran (TSa). Dengan demikian, teks adalah bahasa. Seperti kita ketahui, bahasa merupakan sistem tanda-tanda yang masing-masing terdiri atas aspek ‘bentuk’ (signifiant) dan aspek ‘makna’ (signifié) (de Saussure, 1916). Dalam bahasa yang berupa tulisan (teks), aspek bentuk adalah apa yang terbaca dan diserap oleh pikiran, dan aspek makna adalah apa yang berada di balik yang terbaca itu yang ditafsirkan oleh pembaca. Dalam teori penerjemahan, aspek makna dilihat secara lebih luas dan disebut ‘pesan’ (message). Pesan ditentukan oleh apa yang dimaksud oleh penulis teks. Masalahnya, apakah ‘pesan’ yang dimaksudkan oleh penulis teks dipahami
~ 45 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sama oleh pembaca teks? Teks dalam penerjemahan tidak pernah steril dari penafsiran. Selalu ada yang disebut de Saussure dengan signifiant dan signifié, atau yang disebut Bühler (2004:11) dengan form dan function, atau yang disebut awam dengan ‘bentuk’ dan ‘makna’. TSu
Analisis Teks
“Ini punya kamu?”
TSa
1. Pertanyaan
1. “Is this yours?”
2. Penegasan
2. “Is this really yours?”
3. Penyanggahan
3. “This can’t be yours!”
TSu di atas merupakan sebuah kalimat ujaran yang tentu saja pemaknaannya tidak semata bergantung pada unsur gramatika. Ada unsur non-gramatika, yaitu prosodi (irama, tekanan, dan intonasi), yang terlibat di dalamnya. Dengan mengubah irama, tekanan, dan intonasi pengujaran sebuah kalimat, kita bisa dengan mudah mengubah makna atau pesan yang disampaikan melalui kalimat tersebut tanpa perlu mengubah struktur gramatikanya. Namun perlu kita ingat kembali jika dalam sebuah teks tertulis, prosodi hanya memiliki fungsi, prosodi tidak pernah memiliki bentuk lahiriah. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus mengubah struktur gramatika TSa untuk membedakan makna yang diakibatkan oleh fungsi prosodi tadi. Jika hanya dilihat dari bentuknya, maka TSu di atas ditafsirkan sebagai sebuah ‘pertanyaan’ yang sepadan dengan TSa (1). Namun dengan adanya prosodi yang terlibat (meskipun tentunya tidak terlihat), maka TSu di atas dapat ditafsirkan sebagai sebuah ‘penegasan’ yang sepadan dengan TSa (2) atau dapat ditafsirkan sebagai sebuah ‘penyanggahan’ yang sepadan dengan TSa (3). TSu A: “Naik
apa
Analisis Teks kau 1.
kemari?” B: “Ya, naik kereta lah Bang”.
Budaya
Nasional
Indonesia
TSa 1.
A: “How did you get here?” B: “Of course by train”. A: “How did you get here?”
2. Budaya Batak
2.
B: “Of
course
motorcycle”.
~ 46 ~
by
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
TSu di atas ditafsirkan penerjemah melibatkan dua budaya, yaitu: budaya Nasional Indonesia dan budaya Batak. Kecermatan penerjemah dalam menafsirkan sangat menentukan keberterimaan makna dalam TSa. Dalam konteks budaya Nasional Indonesia, kereta artinya adalah ‘kereta api’, yang tentunya dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan train. Namun dalam konteks budaya Batak, kereta artinya adalah ‘sepeda motor’, yang tentunya dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi motorcycle. Bisa dibayangkan jika dalam hal ini kita sebagai penerjemah gagal menafsirkan kata yang secara semantis menjadi kata kunci, yaitu kereta. 2. Kesepadanan Dinamis Penerjemahan Nida dan Taber (1969:2) menggambarkan penerjemahan sebagai suatu proses komunikasi. Penerjemah berdiri di antara dua bahasa. Ia menjadi penerima TSu dan kemudian menjadi pengirim dalam TSa. Dalam hal ini, Hoed (2006: 29) menambahkan bahwa penerjemah juga berada di antara dua kebudayaan. Pada bagian ini saya akan menerjemahkan teks dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dan sebaliknya, dengan memperhatikan faktor-faktor di luar teks seperti yang termaktub dalam bagan The Dynamics of Translation yang dikemukakan Newmark. 9. Kebenaran 1. Penulis TSu
5. Pembaca TSa
2. Norma TSu
6. Norma TSa TEKS
3. Budaya TSu
7. Budaya TSa
4. Latar dan Tradisi TSu
8. Latar dan Tradisi TSa 10. Penerjemah
Masing-masing faktor tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisis Teks Sumber (TSu) dalam pencarian makna sebenarnya sebelum dituangkan kembali dalam bentuk Teks Sasaran (TSa). The Dynamics of Translation (Dinamika Penerjemahan) selalu melahirkan dynamic equivalence (kesepadanan dinamis). Kesepadanan dinamis
~ 47 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
itu penulis artikan sebagai padanan bersyarat, artinya baik dan benar manakala tepat guna. Oleh karena itu, dalam analisis penulis sengaja memberikan beberapa TSa (termasuk TSa yang kurang tepat atau bahkan salah) untuk sebuah TSa dengan tujuan pembaca dapat dengan jelas membedakan langkah-langkah strategi pemaknaan teks dan hasilnya. 1. Penulis TSu & Pembaca TSa Penulis atau pemroduksi teks biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dalam hal ini penulis TSu sangat dipengaruhi oleh idioleknya dalam menyampaikan pesan. Newmark (1988:5) menegaskan bahwa penerjemah dihadapkan dua pilihan, mempertahankan atau menghilangkan idiolek penulis TSu dalam TSa. TSu
Analisis Teks Penghilangan
TSa idiolek
metode 1. “Tutup mulutmu!”
1. melalui
penerjemahan idiomatik Pemertahanan “Talk to the hand!”
2. melalui
idiolek metode 2.
penerjemahan harafiah Pemertahanan
“Ngomong
ama
tangan!”
idiolek metode 3. “Ngomong ama ember!”
3. melalui
penerjemahan idiomatik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), idiolek adalah keseluruhan ciri perseorangan dl berbahasa. Setiap individu memiliki ciri khas dalam berbahasa atau menyampaikan pesan. Nida dan Taber (1974:12) mendefinisikan bahwa penerjemahan merupakan pengungkapan kembali di dalam bahasa penerima padanan yang terdekat dan wajar dari pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya. Berdasarkan definisi tersebut, terutama berkenaan dengan ‘gaya’, TSa (1) menjadi kurang berterima karena ada gaya atau idiolek yang dihilangkan, walau kemaknawiannya tetap sama. Sedangkan berkenaan dengan ‘terdekat’ dan ‘wajar’, TSa (2) menjadi salah terutama pada pemadanan hand dengan ‘tangan’. Seperti kita ketahui
~ 48 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
talk to the hand merupakan salah satu ungkapan rasa marah atau kesal masyarakat TSu. Mereka mengatakan itu karena tidak mau mendengarkan lawan bicaranya. Di samping itu, kita juga tahu benar bahwa dengan kondisi yang sama, yaitu: marah, kesal, dan tidak mau dengar, masyarakat TSa yang notabene orang Indonesia tidak mengungkapkannya dengan mengatakan “Ngomong ama tangan”. Mereka cenderung mengungkapkannya dengan mengatakan seperti TSa (3), “Ngomong ama ember!” atau “Ngomong ama tembok!” 2. Norma TSu dan TSa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:787), norma adalah 1 aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dl masyarakat, dipakai sbg panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan berterima; 2 aturan, ukuran atau kaidah yg dipakai sbg tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu. Norma TSu adalah kaidah gramatikal, tekstual, dan sosial bahasa yang bersangkutan. Penggunaan gramatika dan kosa kata dalam hal ini sangat bergantung pada topik dan situasinya. TSu “Lagu
Analisis Teks
Kebangsaan 1.
Indonesia hadirin
Raya.
Para
Situasi informal atau semi formal
“Indonesian
2. Situasi formal
Anthem.
1. Ladies and Gentlemen, please stand up”. “Indonesian
sekalian
dimohon berdiri”.
TSa
Anthem.
2. Ladies and Gentlemen, please rise”.
Melalui intuisinya, seorang penerjemah yang baik akan langsung bisa menangkap konteks TSu di atas, yakni dalam sebuah upacara resmi kenegaraan. Secara sintaktis, klausa please stand up sepadandengan please rise. Namun, secara semantis keduanya berbeda. Bahasa yang digunakan dalam upacara resmi kenegaraan dikategorikan ke dalam laras bahasa beku (frozen). Penggunaan frasa please stand up dalam konteks ini tidaklah tepat karena bisa bermakna kurang sopan. 3. Budaya TSu dan TSa
~ 49 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Implikasi budaya dalam terjemahan bisa muncul dalam berbagai bentuk berkisar dari lexical content dan sintaksis sampai ideologi dan pandangan hidup (way of life) dalam budaya tertentu. Oleh karena itu penerjemah harus menentukan tingkat kepentingan yang diberikan pada aspek-aspek budaya tertentu dan sampai sejauh mana aspek-aspek tersebut perlu atau diinginkan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Dengan kata lain sangat penting bagi penerjemah untuk mempertimbangkan tidak saja dampak leksikal pada pembaca bahasa sasaran tetapi juga cara bagaimana aspek budaya tersebut dipahami sehingga akhirnya menerjemahkan merupakan suatu keputusan yang harus diambil penerjemah. Sejatinya penerjemah tidak sekadar menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga hendaknya memahami dengan baik budaya yang melekat pada keduanya. Dengan kata lain, penerjemah idealnya adalah seorang dwibahasawan sekaligus juga seorang dwibudayawan, sebab ia tidak saja memainkan peran sebagai pengalih bahasa, tetapi juga sebagai pengalih budaya.
TSu
Analisis Teks
TSa In our tiny cabin, I
Di pondok kami yang
1. Kesejajaran bentuk
1. usually sleep with my little brother.
mungil itu, saya biasa
In our tiny cabin, I
tidur dengan adik lakilaki saya.
2. Kesejajaran semantik
2.
usually share
a
bed
(room) with my little brother.
Keunikan bahasa membuat penerjemah harus mengubah sudut pandang TSu ke dalam sudut pandang TSa yang berterima. Penerjemah tidak boleh melihat kesejajaran bentuk antara TSu dan TSa saja tetapi juga harus melihat kesejajaran semantiknya. Kesalahan menganalisis teks bisa sangat berbahaya karena akan menghasilkan makna yang berbeda. Frasa ‘tidur dengan’ dan frasa sleep with memiliki yang sejajar berdasarkan bentuknya, namun tidak semantiknya. Makna frasa verbal ‘tidur dengan’ dalam bahasa Indonesia ditentukan oleh objeknya. Jika objek yang melekatinya berkonotasi seksual maka artinya dalam bahasa Inggris adalah sleep with (atau to have
~ 50 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sex with), yang jika diterjemahkan balik (back translation) menjadi ‘bercinta dengan’ atau ‘bersetubuh dengan’. Namun, jika berkonotasi aseksual maka artinya to share a bed (room) with, yang jika diterjemahkan balik menjadi ‘berbagi kamar’ atau ‘berbagi tempat tidur’. Maka jelas, ‘tidur dengan’ dalam konteks ini tidak sepadan dengan sleep with tetapi share a bed (room) with. TSu
Analisis Teks
TSa My finger was cut when
1. Kesejajaran bentuk
1. chopping
salad
Jari saya terpotong saat
yesterday.
mengiris salada kemarin
I cut my finger when 2. Kesejajaran semantik
2. chopping
salad
yesterday.
Pengubahan sudut pandang teks dari pasif ke aktif dengan teknik modulasi juga terjadi pada TSu dan TSa di atas. Dengan terjemahan balik, My finger was cut artinya adalah ‘Jari saya dipotong’, yang tentunya tidak sepadan dengan TSu.
TSu
Dia
asyik
Analisis Teks
menonton
Kuda Lumping makan gabah.
1.
Metode
penerjemahan
harafiah
TSa He
enjoyed
himself
1. watching Kuda Lumping eating rice.
Culture word 2. Ketidakterjemahan Teknik penerjemahan deskriptif
He
enjoyed
himself
2. watching Kuda Lumping eating unhulledrice.
Ada beberapa masalah dalam penerjemahan TSu di atas. Pertama adalah masalah kata budaya (culture word). Gabah menurut KBBI (2002:324) artinya adalah butir padi yg sudah lepas dr tangkainya dan masih berkulit. Jika diterjemahkan secara harafiah maka artinya adalah rice. Padahal rice bermakna polisemis jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia; rice artinya adalah ‘nasi’, ‘beras’, ‘gabah’, atau ‘padi’. Itu artinya, ‘gabah’ dalam TSu merupakan kata budaya yang tidak ada padananya dalam
~ 51 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
TSa. Oleh karena itu, penerjemah menyiasatinya dengan melakukan teknik penerjemahan deskriptif, yakni melakukan uraian yang berisi makna kata yang bersangkutan; ‘Gabah’ dipadankan dengan unhulled rice (terjemahan baliknya adalah ‘beras yang belum dikupas kulitnya’). Kedua adalah masalah ketidakterjemahan. Kata ‘dia’, yang sebenarnya juga merupakan kata budaya, tidak mendeskripsikan jenis kelamin seperti he atau she dalam bahasa Inggris. Pemadanan ‘dia’ dengan he pada konteks di atas merupakan salah satu bentuk ketidakterjemahan dalam penerjemahan karena terdapat redundansi jenis kelamin. Bentuk ketidakterjemahan menjadi wajar asalkan usaha-usaha penerjemahan telah dilakukan sampai batas-batas tertentu. 4. Latar TSu dan TSa Latar TSu dalam hal ini berhubungan dengan tempat dan waktu produksi, dan format teks yang khas pada TSu. Format teks tentunya berbeda-beda berdasarkan ragamnya; format ragam teks hukum akan berbeda dengan ragam teks jurnalistik, ragam fiksi, dan lain-lain.
TSu
Analisis Teks 1 . 2
“Stay
away
bitch!”
from
that . 3 .
TSa
Latar temporal 1980-1990
1.
“Jauhin tuh perek!”
Latar temporal 1990-1996
2.
“Jauhin tuh bispak!”
Latar temporal 1996-2006
3.
“Jauhin tuh pecun!”
4.
“Jauhin tuh jablay!”
4
Latar
temporal
.
sekarang
2006-
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:264), diksi adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (spt yg diharapkan). Diksi dalam konteks ini sangat dipengaruhi oleh latar tempat dan latar waktu. Jarak waktu kerap berujung pada jarak budaya antara TSu dan TSa. Oleh karena itu, jarak waktu perlu mendapat perhatian khusus dari
~ 52 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penerjemah. Padanan kata bitch dalam “Stay away from that bitch!” sangat beragam bergantung latarnya, terutama latar waktu atau latar temporal. Untuk latar temporal 1980-1990, bitch sepadan dengan ‘perek’, yang artinyamenurutKamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1332) adalahperempuan eksperimen ‘wanita tuna susila’; untuk latar temporal 1990-1996, bitch sepadan dengan ‘bispak’ yang merupakan singkatan dari ‘bisa (di)pakai’ atau ‘bisa diajak tidur’; untuk latar temporal 1996-2006, bitch sepadan dengan ‘pecun’yang merupakan singkatan dari ‘perek cuma-cuma’; dan untuk latar temporal 2006-sekarang, bitch sepadan dengan ‘jablay’ yang merupakan singkatan dari ‘jarang dibelai’ atau ‘wanita haus seks’.
TSu
Analisis Teks
TSa Kontraknya
The contract has been signed, delivered parties.
sealed,
and
by
both
1.
Metode penerjemahan harafiah
1.
telah
ditandatangani, distempel,
dan
dikirimkan. Metode penerjemahan 2.
setia untuk teks hukum (legalese)
dengan
penerapan transposisi
Kontraknya
telah
2. ditandatangani
oleh
kedua belah pihak.
TSu di atas merupakan ragam teks hukum. Teks hukum memiliki kekhasan karena banyak dipengaruhi oleh struktur, gramatika, dan kosa kata bahasa Prancis, Belanda, dan Latin. Kalimat TSu di atas sangatlah sederhana untuk diterjemahkan. Namun, jika seorang penerjemah gagal menganalisis TSu untuk memperoleh makna yang sesungguhnya, maka ia bisa saja menerjemahkan seperti TSa (1). Dalam analisis (1), penerjemah menganggap tidak ada format atau bentuk khusus yang harus dicermati. Padahal ada frasa signed, sealed, and delivered yang sebenarnya merupakan sebuah istilah dalam bahasa hukum. Penerjemah yang berhasil dengan analisisnya akan menerjemahkan seperti TSa (2), di mana signed, sealed, and delivered diterjemahkan dengan teknik transposisi menjadi ‘ditandatangani’. Kata ‘ditandatangani’, yang sudah menjadi istilah dalam budaya masyarakat TSa, merupakan dynamic equivalence
~ 53 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
(kesepadanan dinamis) untuk signed, sealed, and delivered. Kesepadanan dinamis dalam konteks ini melibatkan pergeseran sudut pandang. Budaya masyarakat TSu, Inggris, masih menganggap ‘stempel’ dan ‘pengiriman’ sangatlah penting untuk dimunculkan bersama ‘tanda tangan’ sebagai satu paket istilah. Masyarakat TSu melihat surat yang sudah ditandatangani tetap menjadi tak berarti jika tidak distempel dan dikirimkan. Sedangkan masyarakat TSa melihat surat yang distempel dan dikirimkan tetap tak berarti apa-apa tanpa tanda tangan. Dengan demikian masyarakat TSa hanya memadankan TSu dengan ‘ditandatangani’. TSu
Tsunami meluluhlantakkan Aceh.
Analisis Teks
TSa
1. Ragam teks umum.
1.
2. Ragam teks jurnalistik.
2.
Tsunami
devastated
Aceh. Tsunami
devastates
Aceh.
Format penulisan teks memiliki kekhasan berdasarkan ragamnya. Pada analisis (1), penerjemah menangkap TSu sebagai teks umum. Dalam penerjemahan teks umum, gramatika berperan absolut. Kata ‘meluluhlantakkan’ dipadankan dengan kata devastated karena berdasarkan prinsip umum penandaan waktu, Tsunami tersebut dipahami sebagai sesuatu yang telah terjadi sehingga kala atau tenses yang digunakan adalah bentuk lampau atau simple past tense. Sedangkan pada analisis (2), penerjemah menangkap TSu sebagai teks jurnalistik, yakni sebagai salah satu judul artikel dalam sebuah surat kabar. Penulisan judul artikel surat kabar memiliki format sendiri; gramatika tidak berperan absolut. Yang paling unik dari penulisan judul artikel ragam teks jurnalistik adalah semua bentuk kala atau tenses dibuat dalam bentuk kala kini atau simple present. Jadi, meskipun Tsunami di Aceh telah terjadi, penerjemah tetap menggunakan bentuk kala kini atau simple present untuk kata kerjanya, yakni devastates. 3. Konsep Correctness Teknik Penerjemahan melalui Angket Terbuka Dalam kesempatan pertama penulis memberikan Angket Terbuka kepada 40 orang mahasiswa responden. Angket tersebut berisi 6 buah teks sumber yang
~ 54 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
melibatkan 6 buah teknik penerjemahan, yaitu: 1) Transposisi (transposition), 2) Modulasi (modulation), 3) Penjelasan Tambahan (contextual conditioning), 4) Terjemahan Fonologis (phonological translation), 5) Terjemahan Hukum (legal translation), 6) Pinjaman (borrowing). Saat mengerjakan angket ini, mahasiswa diperkenankan menggunakan alat bantu seperti kamus dan akses internet. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk simulasi situasi nyata menerjemahkan. Berikut ini penjelasan hasil terjemahan mayoritas penerjemah muda. No
Teks Sumber (TSu)
He has signed, sealed, and delivered 1
his letter of resignation
Teks Sasaran (TSa) Dia
telah
menandatangani,
menyegel, dan mengirimkan surat pengunduran dirinya
Teks Sasaran (TSa) di atas merupakan jawaban mayoritas mahasiswa nonteoretis. Berdasarkan konsep correctness, mahasiswa sukses menghasilkan terjemahan yang ‘betul’, tetapi gagal menghasilkan terjemahan yang ‘baik’. Mereka terlalu menjaga kesejajaran bentuk antara frasa signed, sealed, and delivered dengan menandatangani, menyegel, dan mengirimkan. Padahal berdasarkan sosiokultur aspek kewajaran terjemahan hukum (legal translation), frase signed, sealed, and delivered bertransposisi menjadi ditandatangani. Kata ‘ditandatangani’, yang sudah menjadi istilah dalam budaya masyarakat TSa, merupakan dynamic equivalence (kesepadanan dinamis) untuk signed, sealed, and delivered. Kesepadanan dinamis dalam konteks ini melibatkan pergeseran sudut pandang. Budaya masyarakat TSu, Inggris, masih menganggap ‘stempel’ dan ‘pengiriman’ sangatlah penting untuk dimunculkan bersama ‘tanda tangan’ sebagai satu paket istilah. Masyarakat TSu melihat surat yang sudah ditandatangani tetap menjadi tak berarti jika tidak distempel dan dikirimkan. Sedangkan masyarakat TSa melihat surat yang distempel dan dikirimkan tetap tak berarti apa-apa tanpa tanda tangan. Dengan demikian masyarakat TSa hanya memadankan TSu dengan ‘ditandatangani’. No 2
Teks Sumber (TSu) My mother was still a college student
~ 55 ~
Teks Sasaran (TSa) Ibuku masih mahasiswa ketika dia
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
when she was pregnant with me
hamil denganku
Berdasarkan konsep correctness, mahasiswa menghasilkan terjemahan yang ‘salah’. Pada tahap penilaian ‘betul’ atau ‘salah’, konsep kebahasaan menjadi mutlak. Ada 2 kesalahan yang dilakukan penerjemah. Pertama, pada TSa di atas penerjemah gagal memahami rujukan tekstual untuk kata ganti orang ketiga. Pada TSu, kata she merujuk pada kata my mother. Sedangkan pada TSa, kata dia yang seharusnya merujuk pada kata ibuku, malah merujuk pada orang ketiga lainnya. Tentunya ketidakesejajaran bentuk
terjemahan
ini
juga
menghasilkan
ketidaksejajaran
semantis
atau
ketidaksejajaran makna. Kedua, penerjemah gagal memahami sudut pandang tekstual bahasa yang terlibat. Itu terbukti dengan terjemahan harafiah (literal translation) klausa when she was pregnant with me menjadi ketika dia hamil denganku. Seharusnya klausa when she was pregnant with me diterjemahkan menjadi ketika dia hamil aku dengan teknik modulasi yang berorientasi pada pergeseran sudut pandang. Secara utuh, terjemahan tabel di atas tidak dapat dikatakan ‘baik’ atau ‘buruk’ karena terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang ‘salah’. No 3
Teks Sumber (TSu) “See you again at JFK”
Teks Sasaran (TSa) “Sampai jumpa lagi di JFK”
Terjemahan harafiah (literal translation) kalimat See you again at JFK menjadi Sampai jumpa lagi di JFK menghasilkan terjemahan yang ‘betul’ secara kebahasaan semata. Namun jika dianalisis lebih jauh, ada kata yang maknanya kurang dipahami oleh masyarakat Teks Sasaran (TSa), yaitu kata JFK. Tidak semua orang Indonesia paham apa itu JFK. Mereka bisa saja mengira JFK adalah nama restoran, kampus, pabrik, atau lain sebagainya. Padahal JFK adalah singkatan dari John Fitgerald Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35 yang namanya diabadikan menjadi nama bandar udara (bandara) di Kota New York. Dengan teknik penerjemahan Keterangan Tambahan (contextual conditioning), kalimat See you again at JFK dapat diterjemahkan menjadi Sampai jumpa lagi di Bandara John F Kennedy. Kata bandara ditambahkan untuk memperjelas kemaknawian JFK, khususnya bagi masyarakat TSa. No
Teks Sumber (TSu)
~ 56 ~
Teks Sasaran (TSa)
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
They spent a few days in Maldive Islands for honeymoon
4
Mereka menghabiskan beberapa hari di Kepulauan Maldive untuk berbulan madu
Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ‘betul’. Namun demikian, terjemahan tersebut tidak bisa dikatakan sebagai terjemahan yang ‘baik’ karena tidak memperhatikan padanan yang berterima dan wajar untuk kata Maldive. Berdasarkan penerjemahan hukum (legal translation), terjemahan baku untuk Maldive adalah Maladewa. Maladewa menjadi kata kunci semantis dalam kalimat TSa. No 5
Teks Sumber (TSu) Tornado hit Arkansas again
Teks Sasaran (TSa) Tornado melanda Arkansas again
Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ‘betul’ secara kebahasaan dan ‘baik’ secara semantis. Hampir 100% mahasiswa non-teoretis menjawab benar bagian ini. Jika dicermati, nampak sekali mereka lebih suka meminjam kata dari pada menerjemahkannya. Itu terlihat dari kata Tornado pada TSa yang dipinjam dari kata Tornado pada TSu. Padahal, kata Tornado bisa saja diterjemahkan dengan Bahasa Indonesia murni menjadi angin puting beliung. Berdasarkan konsep correctness, terutama saat melihat terjemahan sebagai selera (translation as a taste), memadankan kata Tornado dalam bahasa Inggris dengan teknik Pinjaman (borrowing) menjadi kata Tornado dalam bahasa Indonesia adalah sama baiknya dengan menerjemahkan kata itu menjadi frasa angin puting beliung. No 6
Teks Sumber (TSu) The management of the company raises salary every two years
Teks Sasaran (TSa) Manajemen perusahaan menaikkan gaji tiap dua tahun sekali
Penerjemah non-teoretis pada bagian ini juga hampir semuanya menghasilkan terjemahan yang ‘betul’ dan ‘baik’. Penerjemah dalam hal ini cenderung memilih teknik penerjemahan fonologis (phonological translation). Hampir seluruh penerjemah nonteoretis
memilih
menerjemahkan
management
menerjemahkan kata tersebut menjadi pimpinan.
~ 57 ~
menjadi
manajemen
daripada
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berikut ini adalah tabulasi peta kemampuan menerjemahkan mahasiswa teoretis dan mahasiswa non-teoretis yang berhubungan dengan penggunaan sejumlah teknik penerjemahan dalam angket terbuka:
Jumlah Responden
Peta Penguasaan Teknik Terjemahan dalam Angket Terbuka 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
40 34
38
40 40
32
28
26
12
Transposisi
8
6
5
Modulasi
Penjelasan Tambahan
Terjemahan Fonologis
Terjemahan Hukum
Pinjaman
Teknik Penerjemahan Mahasiswa Teoretis
Mahasiswa Non-Teoretis
4. Konsep Correctness Teknik Penerjemahan melalui Angket Tertutup Dalam kesempatan kedua penulis memberikan Angket Tertutup kepada 40 orang mahasiswa responden. Angket tersebut berisi 5 buah teks sumber yang melibatkan 5 buah teknik penerjemahan, yaitu: 1) Modulasi (modulation), 2) Terjemahan Hukum (legal translation), 3) Transposisi (transposition), 4) Modulasi (modulation), 5) Padanan Budaya (cultural equivalence). Dalam angket tertutup ini responden hanya tidak menerjemahkan melainkan hanya memberikan jawaban True (T) atau False (F) terhadap TSa yang diberikan. Istilah bahasa Inggris True (T) dan False (F) sengaja digunakan dalam angket tertutup ini agar tidak tumpang tindih penggunaannya dengan istilah ‘Betul’ dan ‘Salah’ dalam konsep correctness. Berikut ini penjelasan hasil terjemahan mayoritas penerjemah muda. No
Teks Sumber (TSu)
1
Tsunami Aceh was really by the will of God
~ 58 ~
Teks Sasaran (TSa) Tsunami Aceh sungguh di luar kuasa manusia
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah True (T). Namun, mayoritas responden menjawab False (F). Secara harafiah, frasa by the will of God memang tidak berkesejajaran bentuk dengan di luar kuasa manusia. Meskipun demikian kedua frasa tersebut memiliki kesejajaran makna atau semantik. Artinya, keduanya memiliki muatan pesan yang sama. Terjemahan tersebut menggunakan teknik modulasi (modulation) yang melakukan pergeseran sudut pandang terjemahan. Teks Sumber (TSu) yang menggunakan sudut pandang dari eksistensi ‘Tuhan’ disepadankan dengan Teks Sasaran (TSa) yang menggunakan sudut pandang dari eksistensi ‘Manusia’. Banyak penerjemah non-teoretis yang salah memberikan jawaban karena mereka masih mengandalkan terjemahan harafiah (literal translation) di mana frasa by the will of God dipadankan dengan atas kehendak Tuhan. No 2
Teks Sumber (TSu) He met his wife for the first time in Borneo
Teks Sasaran (TSa) Ia berjumpa dengan istrinya pertama kali di Kalimantan
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah True (T). Dalam konteks terjemahan ini digunakan teknik penerjemahan hukum (legal translation), di mana terjemahan baku untuk kata Borneo adalah Kalimantan. 60% penerjemah non-teoretis menjawab salah. Itu artinya cukup banyak yang menjawabnya dengan benar. Hal tersebut dimungkinkan karena intensitas pemunculan kata Borneo sebagai Kalimantan cukup tinggi. Dengan kata lain kata tersebut cukup familiar di telinga mahasiswa. No
Teks Sumber (TSu)
3
Go and see you father upstairs
Teks Sasaran (TSa) Tengok ayahmu di atas
Terjemahan di atas menggunakan teknik penerjemahan transposisi di mana 2 (dua) verba dalam Teks Sumber (TSu) go and see dipadankan dengan 1 (satu) verba tengok dalam Teks Sasaran (TSa). Rata-rata penerjemah non-teoretis menjawab salah dalam hal ini. No 4
Teks Sumber (TSu) Oh my God!
Teks Sasaran (TSa) Astaga!
~ 59 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah False (F). Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ‘salah’ berdasarkan konsep correctness. Oh my God sebaiknya dipadankan dengan Ya Tuhan atau Ya ampun untuk menjaga netralitas makna. Kata astaga tidak dapat dikatakan netral karena merujuk pada agama tertentu, yaitu Islam. Menurut KBBI (2002:73), kata astaga yang merupakan ragam cakapan dari bahasa Arab ”astagfirullah” ini artinya adalah ”1 semoga Allah mengampuni aku; 2 seruan untuk menyatakan rasa heran bercampur sedih; 3 seruan untuk menyatakan rasa pasrah (penyerahan diri) kpd Allah supaya diberi ampun.” Tanpa konteks yang jelas, dalam hal ini Siapa Pembacanya (audience design) dan Tujuannya Apa (need analysis), kita sebagai penerjemah tetap harus menjaga netralitas sudut pandang dalam teknik modulasi yang dipakai. No 5
Teks Sumber (TSu) Talk to the hand!
Teks Sasaran (TSa) Ngomong ama ember!
Jawaban terjemahan di atas adalah True (T). Terjemahan tersebut menggunakan teknik padanan budaya (cultural equivalence) dengan mempertimbangkan idiolek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), idiolek adalah keseluruhan ciri perseorangan dl berbahasa. Setiap individu memiliki ciri khas dalam berbahasa atau menyampaikan pesan. Nida dan Taber (1974:12) mendefinisikan bahwa penerjemahan merupakan pengungkapan kembali di dalam bahasa penerima padanan yang terdekat dan wajar dari pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya. Jika kita menerjemahkan secara harafiah Talk to the hand! menjadi Ngomong ama tangan!, maka TSa di atas menjadi salah terutama pada pemadanan kata hand dengan tangan. Seperti kita ketahui talk to the hand merupakan salah satu ungkapan rasa marah atau kesal dalam budaya masyarakat TSu. Mereka mengatakan itu karena tidak mau mendengarkan lawan bicaranya. Di samping itu, kita juga tahu benar bahwa dengan kondisi yang sama, yaitu: marah, kesal, dan tidak mau dengar, masyarakat TSa yang notabene orang Indonesia tidak mengungkapkannya dengan mengatakan “Ngomong ama tangan”. Mereka cenderung mengungkapkannya dengan mengatakan seperti TSa (3), “Ngomong ama ember!” atau “Ngomong ama tembok!”
~ 60 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berikut ini adalah tabulasi peta kemampuan menerjemahkan mahasiswa teoretis dan mahasiswa non-teoretis yang berhubungan dengan penggunaan sejumlah teknik penerjemahan dalam angket tertutup:
5. Rekomendasi Teknis Penerjemah muda dan/atau mahasiswa sebaiknya membekali diri dengan penguasaan teori terjemahan, khususnya teknik penerjemahan. Itu tak lain karena teknik penerjemahan sangat krusial peranannya dalam mengantisipasi kebocoran penyampaian pesan terjemahan. Di samping itu, mata kuliah Teori Terjemahan sangat dianjurkan diberikan setelah mahasiswa mengambil mata kuliah Semantik atau setidaknya disajikan pada semester yang sama. Dengan demikian, urutan penyajian rangkaian mata kuliah terjemahan juga selayaknya diubah dari semula: 1) Teori Terjemahan, 2) Terjemahan Inggris-Indonesia Umum, 3) Terjemahan Indonesia-Inggris Umum, 4) Terjemahan Inggris-Indonesia-Inggris Khusus, menjadi:
1) Terjemahan Inggris-Indonesia
Umum, 2) Terjemahan Indonesia-Inggris Umum, Inggris-Indonesia-Inggris Khusus, 4) Teori Terjemahan. 6. Kesimpulan Dan Saran
~ 61 ~
3) Terjemahan
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang melibatkan dua bahasa dan dua budaya sekaligus. Perbandingan ini pada kenyataanya malah seringkali mempertegas perbedaan yang ada di antara keduanya. Cluver dalam Osimo (2004) mengatakan bahwa sebuah teks terjemahan sudah barang tentu tidak ekuivalen dengan teks aslinya. Bisa dipastikan, sebuah teks terjemahan mengandung sesuatu yang kurang (loss) atau sesuatu yang berlebih (redundant) bila dibandingkan dengan teks sumber. Dalam kaitan inilah penerjemah yang baik pada akhirnya harus menentukan bagian mana yang harus ‘dibongkar’ dari sebuah teks sumber. Secara umum terjemahan penerjemah teoretis jauh lebih baik dari pada terjemahan penerjemah non-teoretis. Penerjemah non-teoretis mampu menerjemahkan lebih cepat dari penerjemah teoretis karena mereka kerap mengabaikan atau kurang memperhitungkan rujukan-rujukan lain di luar teks. Baik penerjemah teoretis maupun non-teoretis,
keduanya
gemar
menggunakan
teknik
penerjemahan
Pinjaman
(borrowing) dan teknik penerjemahan fonologis (phonological translation). Penerjemah yang baik adalah penerjemah yang terus memperbaiki kemampuan dengan banyak membaca buku, menguasai teori terjemahan, dan meningkatkan pengalaman atau jam terbang menerjemahkan. Dengan demikian peluang mendapatkan sertifikasi sebagai penerjemah bersumpah dan meningkatkan penghasilan profesional semakin terbuka lebar.
DAFTAR PUSTAKA
Catford, J.C. 1974. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press. Garner, Bryan A. 1999. Black’s Law Dictionary. New Pocket Edition. Texas: West Law Publishing. Good, C. Edward. 1989. Mightier Than the Sword. Charlottesville. Hatim, Basil dan Ian Mason. 1992. Discourse and the Translator. London: Longman. ____. 1997. The Translator as Communicator. London: Routledge. Hatim, Basil. 2001. Teaching and Researching Translation. London: Longman. Hervey, Sándor dan Ian Higgins. 1992. Thinking Translation. New York: Routledge.
~ 62 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hoed, Benny H., Tresnati S. Solichin, dan Rochayah M. 1993. Pengetahuan Dasar Tentang Penerjemahan. Jakarta: Pusat Penerjemahan FSUI. Hoed, Benny. Semiotika & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu. Hornby, Marry Snell. 1995. Translation Studies. An Integrated Approach. Amsterdam: Jon Benjamin Publishing Co. Larson, Mildred L. 1989. Meaning Based Translation, A Guide to Cross-language Equivalence. Terj. Kencanawati Taniran. Jakarta: Penerbit Arcan. Machali, Rochayah. 2009. Pedoman bagi Penerjemah. Bandung: Mizan Pustaka. Mann, Richard A. dan Barry S. Roberts. 1999. Business Law and the Regulation of Business. Boston: West Publisher. Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. New York: Pergamon. ____. 1988. A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall. Nida, E.A. dan Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Sarcevic, Susan. Legal Translation and Translation Theory: A Receiver-Oriented Approach, www.tradulex.com/Actes2000/sarcevic.pdf. Diakses 11 Januari 2013. Stephen, Cheryl. 1990. What is Really Wrong with Legal Language?, http://www.plainlanguagenetwork.org/legal/wills.html. Diakses 11 Januari 2013. Tiersma, Peter M. 1999. Legal Language. London: The University of Chicago Press. Venuti, Lawrence. 2004. The Translation Studies Reader. New York: Routledge. Williams, Henny dan Andrew Chesterman. 2002. The MAP. A beginner’s Guide to Doing Research in Translation Studies. Manchester: St. Jerome Publishing
~ 63 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
STRATEGI ADAPTASI ORANG TIONGHOA BEKASI DALAM UPACARA CHENGBENG C. Dewi Hartai, Hin Goan Gunawan Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Cina
Abstrak Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial, telah memunculkan terjadinya berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena sosial yang dihadapi. Adaptasi diartikan sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Adaptasi di sini adalah adaptasi yang dilakukan orang Tionghoa dalam upacara Cengbeng. Malinowski dan banyak antropolog lainnya memandang religi bersifat adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian yang menimpa manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha mempertahankan tradisi sebagai ikatan dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur dengan masyarakat setempat.Bagaiamana Orang Tionghoa Bekasi yang sudah beradaptasi selama beberapa generasi tetap mempertahankan tradisi Cengbeng sebagai sarana mempertahankan relasi dengan leluhur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif memuat ciri pendekatan interpretatif, arti kejadian atau peristiwa, tindakan serta ekspresi menuntut untuk ditafsirkan dengan mengacu pada interpretasi kontekstual (surrounding text). Data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan dan pengamatan terlibat untuk menghasilkan suatu etnografi. Kata Kunci : Keanekaragaman, Cengbeng, Antroplogi, adaptasi, Malinowski 1. PENDAHULUAN Festival Qingming atau di Indonesia lebih dikenal dengan Cengbeng ( dialek Hokkien) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Konghucu. Festival tradisional Tiongkok ini jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik matahari pada musim dingin (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi), pada umumnya jatuh pada tanggal 4 dan 5 April. Festival Qīngmíng menandakan dimulainya musim semi, waktu untuk pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi, dan juga menandakan waktu orang-orang untuk berangkat ke kuburan. Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan Qīngmíng. Untuk orang
~ 64 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tionghoa, hari ini merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng. Pada waktu Qīngmíng, orang melakukan tamasya keluarga, hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina. Festival Qīngmíng sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong pada tahun 732 (dinasti Tang). Dengan alasan orang Cina kuno mengadakan upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya tersebut, Kaisar Xuanzong mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan dengan mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng. Di beberapa negara di Asia, dan Indonesia peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka. Marvin Harris (1966) mengemukakan bahwa dunia materi menunjukkan adanya pengaruh deterministik terhadap dunia yang nonmateri. Kebudayaan adalah produk hubungan antara benda-benda. Upacara Ceng Beng merupakan bentuk materialisme kebudayaan yang mendasarkan bahwa kondisi-kondisi materi masyarakat menentukan kesadaran manusia, bukan sebaliknya. Budaya juga sebagai bentuk informasi sosial yang disampaikan dalam kelompok sosial. Pemikiran Budaya sebagai bentuk informasi sosial yang disampaikan dalam kelompok sosial adalah konsep populasi budaya yang dikemukakan oleh William H. Durham dalam Cultural Variation in Time and Space: The Case for a Populational Theory of Culture. Dengan kata lain, konsep populasi budaya menekankan
bahwa budaya adalah sistem evolusi yang berada dan itu
membuka jalan untuk menganalisis perubahan budaya sebagai semacam proses evolusi. Durham menunjukkan dengan cara berpikir tentang budaya yang semacam ini memberi alat baru yang berharga untuk berpikir tentang variasi budaya dalam ruang dan waktu. Hal ini sering disebut "teori coevolusi " atau “model coevolusi budaya dengan
~ 65 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
hipotesanya bahwa budaya adalah sistem perubahan evolusi sejajar dan berinteraksi dengan gen. Titik awal untuk teori populational budaya adalah mengakui bahwa sistem budaya, untuk semua yang lain bahwa mungkin atau tidak mungkin, terdiri dari informasi yang disampaikan melalui
ruang dan waktu dalam kelompok sosial.
Kebudayaan mendefinisikan properti, ciri khas, dari perspektif ini adalah transmisi sosial. Tidak peduli seberapa kecil dan tidak signifikan informasi, pada salah satu ujung spektrum, atau berapa besarnya pada ujung lainnya adalah diajarkan dan dipelajari secara sosial adalah bagaian dari kebudayaan. "Suatu budaya," dalam pandangan ini, hanyalah koleksi lengkap informasi yang ditransmisikan secara sosial dalam suatu masyarakat. Definisi ini sengajan terbuka dimaksudkan untuk merangkul berbagai macam informasi atau fenomena ide, termasuk ide-ide, nilai-nilai, keyakinan, makna, dan sebagainya. Awal kemunculan konsep adaptasi berasal dari konsep-konsep biologi dan ilmu pasti. Konsep-konsep biologi dan ilmu pasti
dijadikan dasar untuk menjelaskan
fenomena-fenomena sosial yang ada. Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, ada dua poin penting yaitu evolusi genetik, berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya, di mana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tetapi juga proses kognitif terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam dua versi dari teori sistem, baik secara biologikal, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John Bennet (Bennet,1976:249-250).
Adaptasi
berkembang dari pemahaman
yang bersifat
evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap. Roy Ellen(1982) membagi tahapan adaptasi dalam empat tipe. Antara lain adalah (1) tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural. Adaptasi
~ 66 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3 proses di atas karena ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi di mana masing-masing komuniti
mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko,
respon kesadaran, dan kesempatan. Adaptasi dapat disebut sebagai sebuah strategi aktif manusia (Hardestry, 1977:238-240). Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam menghadapi perubahan. Adapatasi dipahami sebagai suatu strategi penanggulangan oleh manusia dalam merespon umpan balik negatif dari lingkungan hidup suatu makhluk hidup. Umban balik yang dimaksudkan adalah segala perubahan yang disebabkan oleh lingkungan, baik ekosistem/lingkungan biofisik dan sistem sosial. Adaptasi terbagi dalam tiga tipe; adaptasi cara fisiologi, adaptasi cara perilaku dan adaptasi cara kebudayaan Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial, telah memunculkan terjadinya berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena sosial yang dihadapi. Adaptasi diartikan sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Adaptasi selalu mengacu pada suatu lingkungan tertentu. Migrasi cenderung dilakukan orang dengan berbagai alasan, baik faktor ekonomi, sosial dan budaya. Dalam kasus orang Tionghoa, fenomena migrasi tidak lepas dari unsur politik. Adanya pembantaian orang Cina oleh Belanda (1740) banyak kelompok etnis Tionghoa yang tinggal di Batavia pindah ke tempat yang lebih aman, dan memilih Bekasi, Tangerang, Depok sebagai tempat menetap. Pada awalnya, mereka hanya mengungsi untuk menghindari kerusuhan-kerusuhan yang terjadi. Namun, lama kelamaan mereka menetap di wilayah-wilayah ini. Menurut data sensus kependudukan tahun 1930 yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk mendata penduduk Cina dan bangsa-bangsa lain di Hindia Belanda tercatat ada 8372 orang Cina di Bekasi. (Data dari Cencus Of 1930 in The Netherlands Indies, volume VII, Chinese and Other NonIndigenous Orientals in The Netherlands Indies). Menurut data sensus dari Badan Pusat Statisik (BPS) tahun 2000, orang Cina di Bekasi tercatat ada 13.476 orang.
~ 67 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ada beberapa proses model adaptasi budaya yang terjadi pada setiap suku bangsa yaitu : yang dilakukan oleh pendatang terhadap penduduk asli, adaptasi yang dilakukan penduduk asli terhadap pendatang dan adaptasi yang tidak dilakukan oleh pihak manapun,di mana masing-masing etnik berdiam diri tanpa melakukan adapatasi. Pada umumnya adaptasi yang paling sering terjadi adalah adaptasi yang dilakukan oleh penduduk pendatang terhadap penduduk asli. Yang menghambat proses adaptasi adalah perbedaan ras, dalam masyarakat Cina Bekasi ras tidak menjadi penghalang karena ciri fisik sama, dan keterpisahan sosial budaya. Sedangkan faktor-faktor yang memperlancar proses adaptasi adalah lamanya menetap, pendidikan, peraturan pemerintah terutama produk Orde Baru, yaitu peraturan tentang ganti nama, agama dan kepercayaan serta adat istiadat orang Tionghoa, yang mendorong orang-orang Tionghoa berintegrasi dengan masyarakat pribumi, asimilasi budaya antara budaya Tionghoa dengan budaya masyarakat pribumi, juga terjadinya kawin campur (amalgamasi). Kaum Peranakan Tionghoa di Bekasi kian bertambah banyak setiap tahunnya. Mereka juga tidak lagi menggunakan nama Tionghoa. Walaupun demikian, kaum Peranakan Tionghoa ini masih tetap menjalankan adat istiadat dan kebudayaan Tionghoa. Adaptasi di sini adalah adaptasi yang dilakukan orang Tionghoa dalam upacara Ceng Beng. Cengbeng merupakan suatu unit analisis budaya dalam unsur religi yang lebih luas. Malimowski dan banyak antropolog lainnya yang memandang religi bersifat adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian yang menimpa manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha mempertahankan tradisi sebagai ikatan dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur dengan masyarakat setempat.
2. PEMBAHASAN
Dalam masa pemerintahan Orde Baru, terjadi apa yang disebut oleh sinolog Melly G. Tan sebagai “genocide” etnis Tionghoa, berupa pengkondisian yang membuat generasi muda Tionghoa “tercabut” dari akar budayanya karena adanya laranganlarangan untuk menampilkan identitas Tionghoa dari segi nama, penggunaan bahasa, pelaksanaan hari raya Tionghoa dan menonjolkan identitas Tionghoa dalam bangunan rumah tinggal, sehingga terjadi pemandegan perkembangan budaya tradisional
~ 68 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tionghoa. Peraturan-peraturan pemerintah yang membatasi perkembangan budaya Tionghoa di Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan generasi muda Tionghoa tidak memahami budaya tradisinya sendiri dan kehilangan identitas etniknya. Mereka tidak bisa berbahasa Tionghoa, tidak mengenal tradisi Tionghoa dan tidak menunjukkan identitas Tionghoa pada budaya materinya. Peraturan-peraturan No.127/U/KEP/12/1996
pemerintah dan
Surat
tersebut Edaran
antara
Presidium
lain
adalah
Kabinet
RI
Kepres No.
SE-
06/PresKab/6/1967 yang mengharuskan etnis Tionghoa melakukan ganti nama (nama Tionghoa yang terdiri dari tiga suku kata menjadi nama Indonesia), Instruksi Presidium Kabinet No.37/U/IN/6/1967 tentang pembatasan tempat bagi anak-anak WNA Tionghoa di sekolah Nasional (hal ini berimbas juga bagi anak-anak WNI keturunan di sekolah negeri), Instruksi Presiden No.14/1967 yang melarang perayaan, pesta agama dan adat-istiadat Tionghoa, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.455.2-360/1968 tentang penataan kelenteng di Indonesia, dan surat edaran Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika No.2/SE/Ditjen/PP6/K/1988 tentang larangan penerbitan dan pencetakan tulisan/iklan berbahasa Tionghoa. Hal ini berpengaruh pada setiap segi kehidupan, sosial, adat istiadat, budaya dan religi orang Tionghoa. Orang Tionghoa dipaksa untuk memeluk salah satu agama dari lima agama yang diakui pemerintah. Orang Tionghoa yang pada umumnya beragama Konghucu, Tridarma atau percaya pada tiga ajaran Budha, Konghucu dan Dao menjadi hanya boleh mengakui Budha saja. Memasuki zaman reformasi, dimulai pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, melalui Keputusan Presiden No.6/Tahun 2000, Gus Dur mencabut Instruksi Presiden No.14 Tahun 1967 yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. Peraturan pemerintah
sebelumnya itu membatasi pelaksanaan budaya tradisional Tionghoa dalam lingkup perorangan atau internal keluarga, termasuk larangan untuk tampil mencolok di depan umum. Peraturan yang baru betul-betul memberikan kebebasan dan negara mengakui budaya tradisional Tionghoa sebagai bagian dari budaya Indonesia, tidak lagi dianggap mengacu pada budaya RRC seperti isi dari INPRES 14/1967, sehingga etnis Tionghoa dapat melakukan ritual dan menjalankan tradisi budaya tradisionalnya secara terbuka.
~ 69 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selanjutnya pada masa pemerintahan Megawati, Tahun Baru Tionghoa (Imlek) dijadikan sebagai hari libur resmi di Indonesia, mengijinkan pertunjukkan barongsai dan mengakui dipergunakannya istilah resmi ‟Tionghoa‟ menggantikan ‟Cina‟ yang mengandung konotasi negatif. Terakhir, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, agama Konghucu dikembalikan menjadi agama resmi. Penelitian ini bermaksud menunjukkan bagaimana orang Tionghoa di Bekasi menjalankan tradisi budayanya dalam bentuk upacara Cengbeng sebagai bentuk strategi adaptasi pada masa Orde Baru mulai dari tahun 1967 sampai tahun 2000 di mana larangan pelaksanaan budaya Tionghoa dicabut. Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan Qīngmíng. Untuk orang Tionghoa, hari ini merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng. Pada waktu Qīngmíng, orang melakukan tamasya keluarga, hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina). Qingming (Cengbeng) merupakan suatu unit analisis budaya dalam unsur religi yang lebih luas. Malinowski dan banyak antropolog lainnya memandang religi bersifat adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian yang menimpa manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha mempertahankan tradisi sebagai ikatan dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur dengan masyarakat setempat. Keberadaan kelompok komunitas Cina di Bekasi dikatakan berbaur dengan penduduk yang bukan Cina. Orang Cina di Bekasi menempati wilayah-wilayah Pecinan yang disebut Proyek di mana tempat tersebut adalah pusat perdagangan, daerah sekitar Teluk Buyung, Teluk Angsan. Kelompok komunitas Cina di Bekasi ada yang masih mempertahankan kemurnian keluarga dalam arti kawin-mawin di kalangan kelompok komunitasnya serta tradisi dari negeri leluhurnya dan tetap menganut ajaran Konghucu; kelompok komunitas yang sudah mulai membaur dengan penduduk setempat, dikenal sebagai warga “Cina-peranakan” menjadi pendukung budaya lokal disamping tradisi
~ 70 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dari negeri leluhurnya; menganut agama seperti Kristen dan Islam dan warga yang dikenal sebagai “Cina-peranakan” hanya karena ciri-ciri fisiknya tetapi telah membaur secara total dengan warga penduduk setempat, memeluk agama Kriste maupun Islam, menggunakan nama yang tidak lagi menunjukkan identitas budaya negeri Adat kebiasaan tradisional Tionghoa yang bersifat magis-religius antara lain pemujaan terhadap leluhur yang dilakukan dengan cara sembahyang. Kegiatan sembahyang pada leluhur ini, mereka lakukan baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah sembahyang terutama di Klenteng. Kalau dilakukan di rumah sendiri biasanya keluarga tersebut memiliki meja sembahyang. Peralatan meja sembahyang yang mereka miliki bervariasi antara keluarga yang satu dengan yang lainnya. Bagi sebagian besar keluarga, pengaturan meja sembahyang sangat sederhana dimana hanya terdiri dari gambar leluhur, bokor abu tempat tancapan batang dupa dan batang dupa. Bagi keluarga Tionghoa yang kaya, meja sembahyang biasanya diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat indah. Pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 April 2015 Sembahyang Ceng Beng biasanya dilakukan di rumah-rumah. Pada hari itu, warga Tionghoa berziarah ke makam leluhur mereka dengan membawa batang dupa, lilin, kertas sembahyang dan sesajen. Bersamaan dengan itu pula makam leluhur dibersihkan. Tempat Pemakaman orang Tionghoa di Bekasi terletak di Teluk Buyung Bekasi Utara dan dikelola oleh Yayasan Pancaran Tri Dharma. Pada tanggal 4 dan 5 April pagi-pagi sekali antara pukul 05.00, pengunjung sudah mulai mengunjungi makam untuk berziarah. Orang tua biasanya mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menjalankan tradisi dan budaya khususnya dalam menjalankan upacara Cengbeng karena dengan menjalankan tradisi ini dapat menjaga hubungan dengan leluhur sekaligus menunjukkan bakti kepada orang tua.Upacara Cengbeng yang dilaksanakan setiap tanggal 4 dan 5 April setiap tahunnya adalah upacara berdoa kepada leluhur yang dilaksanakan di rumah-rumah dan di kuburan. Meskipun terdapat aturan yang melarang orang Tionghoa untuk menjalankan ibadah ataupun upacara, orang Tionghoa Bekasi tetap menjalankan tradisi Cengbeng karena upacara ini bertujuan untuk menghormati leluhur dan menunjukkan bakti. Orang tua terus mengajarkan kepada anaknya bagaimana menjaga dan melaksanakan upacara ini. Pelarangan tidak dapat membatasi orang untuk tetap
~ 71 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menjalankan tradisi sehingga inilah yang dapat disebut sebagai strategi adaptasi untuk mempertahankan budaya. Keluarga melakukan sembahyang CengBeng/ziarah kubur leluhurnya dengan meletakkan sesajian didepan makam/kubur. Orang Tionghoa biasanya mengadakan sembahyang kecil (tuang teh) setiap Che It 初一 (tanggal satu) dan Cap Go 十五 (tanggal 15) setiap bulannya dalam penanggalan Imlek di rumah. Selain sembahyang kecil, ada juga sembahyang besar (sembahyang leluhur) yang merupakan suatu kewajiban bagi yang masih memegang teguh ajaran leluhur. Sembahyang besar ini biasanya memakai san sheng 三牲 (menggunakan tiga hewan bernyawa). Karena itu sembahyang ini juga biasa disebut dengan sembahyang Sam Seng/sembahyang bernyawa.Sembahyang besar ini biasanya dilakukan setahun tiga kali, yaitu pada saat sembahyang Cengbeng (berziarah ke kuburan orang tua/saudara), sembahyang qi yue (bulan tujuh tanggal lima belas), atau yang biasa disebut juga sembahyang rebutan dan sembahyang sincia (Perayaan tahun baru Imlek). Sembahyang Cengbeng biasanya dilakukan pada pagi hari di makam/kuburan orang tua/saudara, sembahyang rebutan biasanya dilakukan pada siang hari di rumah dan sembahyang Sin Cia biasanya dilakukan pada pagi/siang hari dirumah, sedangkan pada malam harinya seluruh sanak saudara biasanya akan berkumpul bersama untuk makan malam sebelum tahun baru Imlek. Untuk sembahyang besar yang biasa dilakukan orang Tionghoa yang masih melaksanakannya, hidangan yang disajikan terdiri dari yang berkuah (basah) dan yang tidak berkuah (kering). Contoh makanan basah misalnya sup aneka jenis, sayuran aneka jenis dan sebagainya. Contoh makanan kering misalnya sate babi manis (tidak pakai lidi/tusukan), udang goreng, ayam goreng, mie goreng, sosis babi buatan sendiri, sunpia dan sebagainya. Untuk samseng 三 牲 (tiga hewan bernyawa) seperti daging babi samcan, ikan dan ayam. Jumlah dan ragam masakannya bisa disesuaikan tergantung masing-masing, atau mengikuti kesukaan leluhurnya semasa hidup yang penting seimbang/semua ada. Buah-buahan harus ada dalam setiap sembahyang. Untuk buah-buahan, biasanya yang umum-umum saja asal tidak berduri, seperti pisang, jeruk, apel, pear, anggur, delima, srikaya, nanas (dipotong tangkai daunnya karena tajam) dan sebagainya
~ 72 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sebanyak lima buah. Jenis buah-buahan lokal juga bisa dimasukan sebagai variasi. Selain itu juga ada teliao (manisan) misalnya tang ke (manisan buah), ang co (kurma mandarin), dan sebagainya sebanyak tiga jenis manisan. Bisa juga diganti permen/gulagula atau manisan yang lain kalau tidak ada. Kue-kue yang biasa ada pada saat sembahyang besar leluhur di atas antara lain kue ku’ merah (berbentuk seperti tempurung kura-kura, melambangkan umur panjang) dan kue lapis (melambangkan rezeki yang berlapis-lapis), kue mangkok, kue pisang, kue bugis, kue bika ambon dan sebagainya sebanyak tiga jenis kue. Untuk nasi sendiri biasanya disajikan di mangkuk (untuk leluhur laki-laki) dengan sumpitnya dan di piring (untuk leluhur perempuan). Setiap tanggal 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cengbeng, di mana menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan gincua. Tradisi ini tetap bertahan meskipun sudah dimulai sejak zaman dinasti Tang. Perayaan tetap sama misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis telur dan mengukir kulit telur. Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang. Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu. Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut burung walet Zitui. Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming. Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming,untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan
~ 73 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
leluhurnya. Rakyatpun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya. Di mana ada batu nisan yang tidak ada kertasnya itulah makam ayahnya. Membersihkan kuburan karena dengan tumbuhnya semak belukar dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga. Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan. Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya. Menurut seorang informan hari Cengbeng adalah hari untuk bersembahyang ke kuburan leluhur yang dilakukan oleh keluarga. Orang Tionghoa datang mengunjungi kuburan hanya hari Cengbeng ini saja karena keluarga sudah membayar iuran pada pengurus yang mengelola kuburan ini untuk menjaga dan merawat kuburan leluhur. Sebelum upacara Cengbeng ada persiapannya biasanya beberapa hari sebelum sembahyang ke kuburan. Yang pertama biasanya menyiapkan peralatan untuk sembayang yaitu lilin, hio (dupa untuk sembahyang) dan gincoa (uang kertas), barangbarang tersebut di beli di pasar Bekasi, karena jumlahnya agak banyak terutama uang kertas. Ibunya membeli banyak makanan berupa sayuran, daging, dan buah-buahan. Ada yang berupa makanan yang sudah jadi misalnya kue-kue (kue pepe/kue lapis, kue mangkok dan lain-lain), ada juga yang harus dimasak. Kebetulan kakek saya yang meninggal ini paling suka makan kaki babi masak kecap. Jadi Mama saya sudah jauhjauh hari pesan daging dan kaki babi dan memasaknya kemarin. Demikian juga dengan sayuran, baru tadi pagi dimasak dan dibawa ke kuburan. Buah-buahan biasanya apel dan jeruk sudah menjadi tradisi buah-buahan untuk sembahyang. Untuk minuman biasanya teh saja. Informan mengatakan, pagi-pagi datang langsung membersihkan kuburan. Walaupun sudah ada petugas kuburan yang membersihkan tapi tetap saja kita harus membersihkannya agar terlihat lebih rapid an bersih. Misalnya memotong rumput yang masih tinggi. Menyapu dan mengelap altar batu nisan kakek dan batu nisan dewa bumi. Kemudian kita mempersiapkan makanan dan minuman sembahyangyang ditata dengan
~ 74 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
rapi, mempersiapkan peralatan sembahyang, lilin dan hio, serta dua buah koin untuk siopueh. Bila sudah siap lalu sembahyang. Biasanya ayah yang pertama sembahyang dan mengsiopuehkan. Ketika sudah siopueh, tandanya kakek sudah datang dan sedang makan persembahan kami. Kami sekeluarga sembahyang di depan altar. Kemudian kita juga menyebarkan uang kertas yang bentuknya panjang di atas tanah kuburan kakek, sebagai tanda kuburan ini sedang disembahyangi. Kemudian uang kertas yang lainnya digulung dibuat seperti dodol. Hal itu dilakukan karena uang zaman dulu di Tiongkok seperti itu. Karena menggulung uang-uangan kertas itu memakan waktu yang lama, maka seadanya saja. Yang lainnya tetap berupa lembaran. Setelah selesai sembahyang, papa sembahyang lagi untuk mengsiopuehkan lagi, apakah kakek sudah selesai makan? Bila belum, maka kita tunggu, bila sudah siopueh, maka kita makan, membakar uanguang kertas dan beres-beres untuk pulang. Makanan yang ada dimakan disitu, kalau tidak habis dibawa pulang atau dibagikan pada orang yang mau. Lebih lanjut informan menambahkan sebenarnya waktu sembahyang Ceng Beng selama satu bulan, jadi pergi ke kuburan boleh besok-besok dalam bulan ini,tidak pas di tanggal 4 atau 5 tetapi jatuhnya tanggal Ceng Beng kali ini pada hari ini orang-orang datang hari ini dan juga yang paling ramai. Biasanya pagi-pagi sudah berangkat ke kuburan sembahyang untuk menghindari panas teriknya matahari siang. Cara sembahyang Cengbeng, yang pertama adalah sembahyang kepada langit dan bumi terlebih dahulu, kemudian kepada Dewa pendamping, yaitu Dewa bumi (Fude Zhengshen), kemudian kepada kakek. Berdoa kepada mereka bahwa hari ini sembahyang Ceng Beng. Informan mengatakan masih melakukan upacara Ceng Beng Karena keluarganya adalah keluarga yang masih tradisional. Meskipun orang tua informan tercatat beragama budha, namun sebenarnya adalah orang yang beragama Cina. Itu adalah agama mereka. Hari raya Ceng Beng ini adalah salah satu hari raya milik mereka yang dilaksanakan dengan suka cita. Strategi adaptasi dalam perayaan Cengbeng dapat dilihat dari : 1.
Religi yang dianut. Orang Tionghoa sebelum Orde Baru pada umumnya beragama Konghucu namun
karena adanya larangan tradisi Tionghoa mereka beralih agama atau memeluk Budha karena paling dekat dengan keyakinan sebelumnya. Keharusan untuk mencantumkan salah satu dari lima agama yang diakui resmi oleh pemerintah Indonesia yaitu Islam,
~ 75 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Protestan, Katolik, Hindu atau Buddha sebagai keyakinan religius seseorang tidak merupakan masalah bagi orang Cina. Orang Cina ada yang memeluk agama Islam, Katolik, dan Protestan namun sebagian besar merupakan pemeluk agama Buddha, diikuti Katolik, Protestan dan terakhir Islam dengan jumlah yang tidak besar. Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh BPS komposisi agama orang Cina di Indonesia yaitu Buddha sebanyak 1.703.254, Konghucu 117.091. Ada yang menjadi penganut agama Buddha sejati yang mencoba menghilangkan ciri ke-Cina-annya sama sekali tetapi banyak pula yang menjadi pemeluk agama Buddha yang pada hakikatnya masih setia pada keyakinan religius klasik Cina bersama dengan Konghucuisme dan Taoisme. Adapun istilah agama Cina atau agama klasik Cina merupakan istilah para ahli sementara orang Tionghoanya sendiri tidak terlalu mengenal istilah tersebut dan mereka biasanya menggunakan kata ”agama kita”. Orang Cina yang beragama Katolik pada umumnya masih merayakan tradisi Cina yaitu hari raya Imlek dan Cengbeng. Imlek dirayakan dengan misa Imlek dan dengan makan dan berkumpul bersama keluarga. Upacara Ceng beng juga dilakukan umat Cina Katolik dengan berdoa untuk arwah leluhur bukan berdoa kepada arwah leluhur.Bagi masyarakat Tionghoa yang menganut agama Katolik tentu saja tahun ini, puncak perayaan Ceng Beng menjadi unik. Festival Ceng Beng tahun ini juga bertepatan dengan pekan suci. Pekan suci merupakan tradisi yang sangat penting bagi umat Katolik untuk memperingati kisah sengsara Yesus yang dimulai dari Minggu Palma pada tanggal 29 Maret 2015 dan tentu saja pada puncaknya adalah Hari Paskah, 5 April 2015 bersamaan dengan Cengbeng. Serupa dengan orang Cina Katolik, orang Cina Muslim juga masih merayakan tradisi Imlek dan cengbeng untuk mendoakan leluhur. Kedua perayaan ini merupakan perayaan utama dalam tradisi Cina dan biasanya masih dirayakan oleh orang Cina meskipun tidak lagi beragama Cina. Bagi Orang Cina Protestan sudah tidak merayakan adat tradisi Tionghoa lagi.
2.
Praktik dalam panggung depan dan panggung belakang. Banyak orang Tionghoa masih melakukan tradisi secara turun menurun seperti
Cengbeng yang merupakan salah satu cara menghormati leluhur. Menghormati leluhur adalah dengan cara menjaga nama baik keluarga bahkan kalau bisa semakin mengharumkan nama keluarga dan juga mengatur pelimpahan jasa kepada sanak
~ 76 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
keluarga yang sudah meninggal. Walaupun tradisi Cina dilarang seperti tertulis pada Inpres Nomor 14 tahun 1967 nampaknya hal tersebut hanya sebatas pada public life (front stage) saja akan tetapi dalam private life ( back stage), orang Cina masih menjalankan tradisinya. Konsep front stage dan back stage ini dikemukakan oleh Goffman dalam teori dramaturgis dalam Presentation of Self in Everyday Life, secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian, setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya, dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasan perasaan dari sang aktor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social aktor dan gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang di mana di situlah berjalan skenario pertunjukan masing-masing aktor. Orang Cina melalui pengalamannya telah menjalankan tradisi pemujaan leluhur yang merupakan agama asli Cina. Tradisi pemujaan leluhur yang diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi ini menjadi ciri kelompok etnik ini meskipun telah hidup dan menetap di luar negerinya. Orang Cina tetap menjalankan tradisi Cengbeng sebagai bentuk pemujaan leluhur karena pemujaan terhadap leluhur dapat berpadu dalam keyakinan religi apapun karena inti dari pemujaan leluhur itulah yang menjadi dasar dalam praktik tindakan keyakinan religius orang Cina. Meskipun orang Cina telah beralih agama atau konvert dengan religi tertentu namun masih tetap merayakan Cengbeng karena beranggapan Cengbeng adalah saat untuk mendoakan leluhur.
3. PENUTUP
Orang Tionghoa melalui pengalamannya telah menjalankan tradisi pemujaan leluhur yang merupakan agama asli Tionghoa.
Tradisi pemujaan leluhur yang
diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi ini menjadi ciri kelompok etnik ini
~ 77 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
meskipun telah hidup dan menetap di luar negerinya. Orang Tionghoa tetap menjalankan tradisi Cengbeng sebagai bentuk pemujaan leluhur karena pemujaan terhadap leluhur dapat berpadu dalam keyakinan religi apapun karena inti dari pemujaan leluhur itulah yang menjadi dasar dalam praktik tindakan keyakinan religius orang Tionghoa. Meskipun orang Tionghoa telah beralih agama atau konvert dengan religi tertentu namun masih tetap merayakan Cengbeng karena beranggapan Cengbeng adalah saat untuk mendoakan leluhur.
Daftar Pustaka BENNETT, JOHN W THE ECOLOGICAL TRANSITION: CULTURAL ANTHROPOLOGY AND HUMAN ADAPTATION, PERGAMON PRESS NY 2014 ELLEN, ROY1982 ENVIRONMENT, SUBSISTENCE AND SYSTEM: THE ECOLOGY OF SMALL-SCALE SOCIAL FORMATIONS UNIVERSITY OF KENT AT CENTERBURY ERNIWATI 2007 ASAP HIO DI RANAH MINANG, KOMUNITAS TIONGHOA DI SUMATERA BARAT, YAYASAN NABIL CLAUDINE SALMON, DENYS LOMBARD 2003 KLENTENG-KLENTENG DAN MASYARAKAT TIONGHOA DI JAKARTA, YAYASAN CIPTA LOKA CARAKA, JAKARTA Giok, Lan Tan 1963 The Chinese of Sukabumi: A Study in Social and Cultural AccomodationIthaca, New York : Cornell University Gondomono1996 Membanting Tulang, Menyembah Arwah,, Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus 2002 Pelangi Cina Indonesia, Jakarta: PT. Intisari Mediatama Hardesty, D.L Ecological Anthropology. New York: John Wiley 1977 Kwa, David 2001 “Chiou-thau”: Ritus Pemurnian dan Inisiasi Menuju Kedewasaan c:\mydocument\david\maret2001\chiou-thauceremony.rtf Keesing, Roger M. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999. Leonard, Blusse1988 Persekutuan Aneh Pemukim Cina, Wanita Peranakan dan Belanda di Batavia VOC (Terj) Jakarta : Penerbit Pustazet Perkasa Lohanda, Mona 2009 Unsur Lokal Dalam Ritual Peranakan, Intisari Moran, Albert 1982 Cultural Adaptation FremantleMedia, London. Dicke, T.S. Nancy B. Graves and Theodore D. Graves. Adaptive Strategies in Urban Migration. Annual Review of Anthropology, Vol. 3 (1974), pp. 117 – 151. Nio, Joe Lan 1961 Peradaban Tionghoa Selajang Pandang Djakarta : Keng poPelly, Usman. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: LP3ES, 1994. Purnomo, Widjil 1996 “Cina Benteng” Bekasi Hidup Bersahaja Suara Pembaruan Ramona Marotz Baden and Peggy Lester Colvin. Coping Strategies: A Rural Urban Comparison. Family Relation, Vol. 35, No. 2 (Apr 1986), pp. 281 – 288. Saifuddin, Achmad Fedyani. Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya. Institut
~ 78 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Antropologi Indonesia, 2011. STEWARD, JULIAN HAYNES, 1982 THEORY OF CULTURE CHANGE: THE METHODOLOGY OF MULTILINEAR,EVOLUTION, UNIVERSITY OF ILLINOIS PRESS CHICAGO Tan, Thomas TW 1989 Your Chinese Roots : The Overseas Chinese Story, Singapore : Times Books 1990 Chinese Dialect Groups : Traits and Trades, ORC Pte. Ltd, Singapore
~ 79 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENGARUH PENGGUNAAN MATERI PUISI TERHADAP KELAS MEMBACA DAN MENYIMAKBAHASA CINA DAN JEPANG. Febi Nur Biduri dan Yessy Harun Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Cina dan Sastra Jepamg
ABSTRACT
Rancangan pengajaran bahasa yang efektif berkaitan dengan pelbagai faktor pendukung. Salah satu factor pendukung yang dapat dipergunakan adalah dengan menggunakan media puisi sebagai materi ajar dalam kelas bahasa. Permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran membaca dan menyimak dengan menggunakan media puisi adalah apakah terdapat pengaruh.penggunaan media puisi dalam kelas membaca dan menyimak terhadap keberhasilan mahasiswa dalam belajar ?, Penelitian inipun bertujuan memberikan sebuah media pembelajaran yang menarik minat mahasiswa dalam belajar membaca dan menyimak. Kata Kunci : terpadu, membaca, menyimak, bahasa, sukses 1. Pendahuluan Pembelajaran terpadu seringkali dilaksanakan oleh pengajar dengan tujuan agar pembelajaran yang tersampaikan dapat terlaksana dengan maksimal. Pembelajaran terpadu dalam pembelajaran bahasa adalah dengan menggabungkan pembelajaran beberapa kemampuan bahasa secara bersamaan seperti pengajaran menyimak yang digabungkan dengan pembelajaran membaca atau pembelajaran berbicara digabungkan dengan
pembelajaran
menyimak,
pembelajaran
menulis
digabungkan
dengan
pembelajaran membaca hal ini dilakukan agar pembelajaran yang terlaksana dapat menjadi lebih optimal. Selain beberapa pembelajaran kemahiran yang digabungkan menjadi satu beberapa media pembelajaranpun dapat digunakan untuk memaksimalkan proses belajar mengajar dalam kelas misalya dengan menggunakan media puisi dalam pembelajaran menyimak dan membaca. Teks puisi akan diberikan ke siswa untuk dipelajari dan sebelumnya siswa akan menyimak pembelajaran puisi melalui audio sehingga pelafalan siswa dapat lebih menyerupai penutur asli bahasa tersebut. Puisi yang dipergunakan adalah puisi popular yang disesuaikan dengan kehidupan mahasiswa saat ini, pembelajaran puisi dalam kelas menyimak dan membaca
~ 80 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dapat membuat mahasiswa lebih tertarik dalam belajar bahasa karena mereka dapat menemukan kosakata baru yang belum dipelajari. Pembelajaran dengan menggunakan media puisi biasanya dilaksanakan dalam kelas pengantar kajian sastra atau telaah puisi, saat ini media puisi ataupun karya sastra lainnya mulai dipergunakan selain dari kedua kelas diatas tersebut. Permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran membaca dan menyimak dengan menggunakan media puisi adalah apakah terdapat pengaruh.penggunaan media puisi dalam kelas membaca dan menyimak terhadap keberhasilan mahasiswa dalam belajar ?, Penelitian inipun bertujuan memberikan sebuah media pembelajaran yang menarik minat mahasiswa dalam belajar membaca dan menyimak.
2. Landasan Teori Pembelajaran menyimak fokus pada penggunaan beberapa teknik untuk memfasilitasi pemahaman, strategi pelatihan sendiri tidak cukup, pemahaman kognitif dan afektif pembelajar, dan kebutuhan sosial yamg mempengaruhi pengembangan menyimak bahasa kedua. Pembelajaran membaca efektif melibatkan proses kompleks yang bervariasi dengan konteks spesifik meliputi tingkat kemahiran, usia, motivasi, dan tujuan membaca, yaitu penguasaan isi, pengembangan bahasa umum, atau peningkatan keterampilan khusus membaca. Menurut Goodman, Burke dan Sherman membaca merupakan proses merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Lebih lanjut dinyatakan bahwa proses merekonstruksi pesan itu sifatnya berlapis dan interaktif serta terjadi proses pembentukan dan pengujian hiporesus. Maksudnya, pesan digali melalui lapisanlapisan makna yang terdapat dalam teks, pembaca akan membuat dan menguji hipotesis. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut, pembaca dapat menarik suatu kesimpulan.2 Faktor yang mendasari membaca adalah proses penghayatan dan pemahaman, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat membaca adalah kegiatan untuk memahami isi ide atau gagasan baik tersurat atau tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. Dengan 2
Dr.Kudharu Saddhono,M.Hum.Prof.Dr.St.Y.Slamet, M.Pd. Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi. ( Graha Ilmu Yogyakarta; 2014).h.133
~ 81 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
demikian, pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur, bukan perilaku fisik duduk berjam-jam diruang belajar sambil memegang buku, hakikat membaca adalah pemahaman. Sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkanya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu fiksi menurut Altenbernd dan Lewiangs dapat diartikan prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri dan interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kentemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Oleh karena itu fiksi merupakan sebuah cerita dan karena didalamnya terkandung juga tujuan estetik maka memberikan penghiburan bagi pembacanya. Membaca karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estentik.3
3. Analisis Pembahasan Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah berasal dari hasil ujian akhir semester mahasiswa dikelas menyimak 3 Fakultas Sastra jurusan sastra Cina dan mahasiswa dikelas Aksara Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas Darma Persada. Data hasil uji kuantitatif mahasiswa adalah sebagai berikut:
3
Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Gadjah Mada University Press: Yogyakarta;2007.) h. 2-3
~ 82 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Descriptive Statistics Std. Mean
Deviation
N
Y
249.47
11.495
70
X1
73.40
10.467
70
X2
265.36
9.275
70
X3
22.31
4.595
70
Dari hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata variabel: Kemampuan membaca dan menyimak 249.47, Kemampuan membaca= 73,40, Penguasaan aksara = 265.36, dan Kemampuan menyimak=22,31 Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
139.554
29.486
X1
.401
.086
X2
.201
X3
1.216
Beta
t
Sig.
4.733
.000
.365
4.684
.000
.123
.162
1.628
.108
.253
.486
4.804
.000
a. Dependent Variable: Y Persamaan Regresi: Y = 139.554 + 0,401X1 + 0.201X2 + 1.216X3 Hipotesis 1: Ho : 1 ≤ 0 H1 : 1 > 0 Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t1 = 4.684, db = 6, p-value = 0,000/2 = 0,014 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak.
~ 83 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hipotesis 2: Ho : 2 ≤ 0 H1 : 2 > 0 Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t2 = 1,268, db = 6, p-value = 0,108/2 = 0,021 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak. Hipotesis 3: Ho : 3 ≤ 0 H1 : 3 > 0 Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t3 = 4,804, db = 6, p-value = 0,000/2 = 0,0003 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan media puisi mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan
pembelajaran kemahiran
menyimak Dari hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata variabel: penggunaan media puisi 249.47, Kemampuan membaca = 73,40, Penguasaan aksara = 265.36, dan Kemampuan menyimak=22,31 ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5791.749
3
1930.583
Residual
3325.694
66
50.389
Total
9117.443
69
~ 84 ~
F 38.313
Sig. .000b
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5791.749
3
1930.583
Residual
3325.694
66
50.389
Total
9117.443
69
F 38.313
Sig. .000b
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Hipotesis 4: Ho : 1 - 2- 3= 0 H1 : 1 - 2- 3≠ 0
Dari tabel diperoleh harga Fo =38,313, db = (3, 6), p-value = 0,000 < 0,05, Ho ditolak: Dengan demikian: Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak.
~ 85 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .797a
R
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
Square
the Estimate
Change
.635
.619
7.099
.635
F
Sig. F
Change df1 df2 38.313
Change
3 66
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel diatas, diperoleh harga: R2 = 0,635, Fo = 38.313, db = (3, 6); p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak sebesar 0,635 atau 63.5%. 4. Kesimpulan Setiap media pembelajaran berfungsi untuk memudahkan pengajar dalam memberikan materi pembelajaran. Kreativitas pengajar dalam memanfaatkan media yang ada sangatlah dibutuhkan dan diperlukan, dalam kelas membaca dan menyimak penggunaan puisi ataupun karya sastra lain sebagai materi pembelajaran sangatlah berguna dan dalam kelas menyimak 3 terdapat kesuksesan pembelajaran sebanyak 63,5%. Daftar Pustaka Brown, James Dean. 1995. The Elements of Language Curriculum. Boston: Heinle and Heinle. Dr.Kudharu Saddhono,M.Hum.Prof.Dr.St.Y.Slamet, M.Pd. 2014 Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu Yogyakarta. Richards, Jack C. 2005. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press
~ 86 ~
.000
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
FUNGSI DAN PENGGUNAAN KALIMAT HUBUNGAN SYARAT YANG MENGGUNAKAN PARTIKEL SAMBUNG “TO” BERDASARKAN MODALITAS Ari Artadi, Dila Rismayanti, Chonan Kazuhide (
[email protected]) Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Jepang Abstrak Bentuk Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional ( Conditional Sentences) Bahasa Jepang diwakili oleh penggunaan partikel sambung, seperti “to”, “tara”, “reba”, dan “nara”. Dari Kalimat Kondisonal yang dibentuk empat partikel sambung ini, Kalimat Kondisonal yang dibentuk partikel sambung "to" memiliki perbendaan yang mendasar dengan yang lain. Ketika sebagian besar Kalimat Kondisional kegunaan utama adalah membentuk kalimat yang menunjukan hipotetis / asumsi / dugaan ( kateijoukenbun ), Kalimat Kondisional yang dibentuk partikel “to” penggunaan utama adalah Kalimat yang menunjukan kondisi faktual yang berulang atau pengetahuan umum (Kalimat Faktual Berulang kojoujoukenbun ), dan kejadian lampau yang berunutan ( Kalimat Lampau Berunutan jijitsujoukenbun ). Dengan kata lain Kalimat Kondisional yang dibentuk oleh “to” adalah kejadian yang merupakan hasil pengamatan objektif dari pembicara. Hal ini dikuatkan melalui sudut pandangan Modalitas, dimana modalitas klausa utamanya adalah berupa modalitas narasi. Tetapi, penelitian ini menemukan bahwa Kalimat Hipotetis / Asumsi / Dugaan juga dapat muncul, dan kemungkinan dapat mengunakan modalitas kehendak/keinginan. Kata Kunci : Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional, Kalimat Hipotesis, Kalimat Faktual Berulang, Kalimat Lampau Berunutan, Modalitas
1. Pendahuluan Dalam pola kalimat Bahasa Jepang yang menunjukan hubungan syarat antara induk kalimat dan anak kalimat diwakili oleh 4 pola yang dihubungkan dengan partikel sambung “reba”, “tara”, “nara”, dan “to”. Dari 4 pola yang disebutkan pola yang dihubungkan dengan partikel “to” memiliki perbedaan dengan 3 pola yang lain. Perbedaan paling mendasar adalah penggunaan “to” tidak menunjukan pola hubungan syarat yang menunjukan suatu pengandaian / asumsi / hipotesis/ dugaan ( Kalimat Kondisional Pengandaian ), tetapi menunjukan pola hubungan syarat yang menunjukan kejadian umum yang diketahui semua orang ( Kalimat dan pola hubungan syarat yang menunjukan kenyataan yang telah terjadi ( Kalimat Kondisonal Lampau Berunutan ).
~ 87 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Oleh karena itu, pada umumnya kalimat yang dibuat oleh pola “to” menunjukan kejadian yang nyata dan kejadian yang berulang. Peneliti seperti Kuno Susumu (1973), Masuoka Takeshi (1997), Hazunuma Akiko (2001) , Tanaka Hiroshi (2005) dan Maeda Naoko (2009) mempunyai pendapat yang sama. Mereka menjelaskan bahwa kalimat hubungan syarat yang dibentuk dengan mengunakan partikel sambung “to” memunculkan Kalimat Kondisional Faktual dan Kalimat Kondisional Lampau Berurutan hasil perbuatan manusia. Seperti contoh di bawah ini. Seperti contoh di bawah ini. (1)震災から約1カ月後に一時帰宅すると、周囲の住民の多くは戻っていた。 (朝日新聞 2011/07/17) (2)現在、東電管内の事業所全体でみると、25%減を達成している。 (朝日新聞 2011/08/01) (3)東京の中心部を掘ると、江戸時代のゴミが出てくる。 (アエラ 1992/10/27)
Oleh sebab itu pada kalimat seperti ini pola kalimat yang menunjukan pengandaian dan modalitas yang menunjukan keinginan pembicara sangat sulit dipakai. Namun dari hasil pengumpulan data, tidak hanya kalimat yang menunjukan kejadian nyata dan berulang, ternyata pola yang menggunakan pola “to” juga menunjukan kejadian yang merupakan asumsi / dugaan / hipotesis. , seperti contoh dibawah ini. (4)車シフトが進み、鉄道や飛行機の運賃が下がると、新たな経済効果も生まれる かもしれない。
(アエラ 2009/09/28)
(5)無秩序に家が建つと、道路整備が進まず災害時に逃げられなくなる恐れもある。 (朝日新聞 2006/01/23) (6)「ミスじゃない。力不足です」。しかし、その後は外角中心の配球で谷田君を抑 え込んだ。球速ももっと上げないと、右打者の外に逃げる変化球もマスターし たい……。
(朝日新聞 2011/07/20)
Kalimat nomer (4) dan (5) adalah kalimat dugaan yang akhir kalimatnya menunjukan modalitas 「 か も し れ な い 」 dan 「 恐 れ が あ る 」 yang merupakan modalitas yang menunjukan dugaan dari pembicara tentang suatu kemungkinan. Selanjutnya, pada kalimat nomer (6) diakhir kalimat muncul modalitas 「たい」yang menunjukan keinginan dari pembicara, dan merupakan kalimat hubungan syarat yang
~ 88 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menunjukan pengandaian. Berdasarkan kenyataan ini, pada pola kalimat hubungan syarat yang menggunakan partikel sambung “to” ternyata dapat muncul kalimat yang menunjukan pengandaian, dan meskipun modalitas yang menunjukan keinginan pembicara sulit dipakai, namun bukan sama sekali tidak bisa dipakai. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pada kalimat hubungan syarat to bisa muncul kalimat yang merupakan pengandaian atau asumsi ? Modalitas apa saja yang dapat dipakai pada Kalimat Hubungan Syarat Pola “to”? Dan apakah benar modalitas yang menunjukan keinginan pembicara dapat digunakan ? Berdasarkan pertanyaan – pertanyaan tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih dalam penggunaan dan fungsi kalimat hubungan syarat yang mengunakan partikel sambung “to” berdasarkan teori Realitas dan penggunaan Modalitas yang ada diakhir kalimat. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif – kuantitatif, dimana fonomena yang ada dianalisis, dan hasil analisis diperkuat oleh hasil hitung data yang diperoleh. Untuk melihat fenomena yang muncul dan data pendukung, penelitian ini mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat kabar Asahi Shibun di Jepang. Alasan mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat kabar adalah kalimat yang ada pada surat kabar adalah kalimat yang aktual dan kaya akan berbagai modalitas. Selain itu Asahi Shinbun adalah, surat kabar yang paling banyak pembacanya di Jepang.
2. Metode Penelitian, Teori Reality, dan Modalitas Bahasa Jepang
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif – kuantitatif, dimana fonomena yang ada dianalisis, dan hasil analisis diperkuat oleh hasil hitung data yang diperoleh. Untuk melihat fenomena yang muncul dan data pendukung, penelitian ini mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat kabar Asahi Shibun di Jepang. Alasan mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat kabar adalah kalimat yang ada pada surat kabar adalah kalimat yang aktual dan kaya akan berbagai modalitas. Selain itu Asahi Shinbun adalah, surat kabar yang paling banyak pembacanya di Jepang. Data contoh kalimat yang diambil dari surat kabar Jepang ini akan dianalisis dengan mengunakan Teori realitas dan Penggunaan Modalitas diakhir kalimat. Teori
~ 89 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Realitas gunakan oleh Maeda Naoko (2009) untuk menganalisis Kalimat Hubungan Syarat Bahasa Jepang / Kalimat Kondisional. Teori Realitas pada dasarnya melihat frasa pada anak kalimat dan frasa Induk kalimat, apakah aktifitas yang ada pada anak kalimat selesai atau belum, dan apakah aktifitas yang ada pada Induk kalimat selesai atau belum. Berdasarkan Teori ini, dalam penelitian ini jenis kalimat hubungan syarat dibagi menjadi ; ① Kalimat Hubungan Syarat yang menunjukan Hipotesis / Asumsi/ Dugaan Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan ( Kateijokenbun ) . Kalimat Kondisional ini isi Anak kalimat adalah kejadian yang belum terjadi atau kejadian yang sudah terjadi, namun isi Induk Kalimat nya adalah kejadian yang belum terjadi.
1. Gambar Skema Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan (Anak Kalimat)
( Induk Kalimat )
Kejadian yang belum terjadi / sudah terjadi
Kejadian yang belum terjadi ―――→
Belum Terjadi / Sudah terjadi
Belum Terjadi
Contoh : (7 ) もし核戦争が起こったら、日本はあっという間に消えてしまうだろう。 (蓮沼ら:8)
② Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional
Faktual Berulang yang
menujukan Pengetahuan yang bersifat umum atau kalimat yang menunjukan kejadian berulang ( Kojoujoukenbun ).
Kalimat Kondisional ini isi Anak
Kalimat , maupun Induk kalimat adalah jadian yang berulang atau bersifat abadi.
2. Gambar Skema Kalimat Kondisional Faktual Berulang (Anak Kalimat) Kejadian ini terjadi
( Induk Kalimat ) ― Pastinya →
Contoh :
~ 90 ~
Kejadian ini juga terjadi
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
( 8 ) 東京の中心部を掘ると、江戸時代のゴミが出てくる(アエラ 1992/10/27)
③ Kalimat hubungan Syarat yang menunjukan suatu kejadian yang telah terjadi dan kejadian tersebut hanya sekali Kalimat Kondisional Lampau Berunutan ( Jijitsujoukenbun ) . Kalimat Kondisional ini isi Anak Kalimat dan Induk Kalimat adalah kejadian yang telah terjadi dimasa lalu dan hanya sekali terjadi.
3. Gambar Skema Kalimat Kondisional Lampau Berunutan (Anak Kalimat)
( Induk Kalimat )
Kejadian yang telah terjadi
Kejadian yang terjadi
Sudah terjadi
―――→
Sudah terjadi
Contoh : ( 9 ) 震災から約1カ月後に一時帰宅すると、周囲の住民の多くは戻っていた。 (朝日新聞 2011/07/17)
Untuk mengklasifikasikan kalimat hubungan syarat dengan lebih akurat, pada penelitian ini ditambahkan analisis terhadap modalitas. Jenis-jenis modalitas yang digunakan sebagai instrumen analisis dalam penelitian ini adalah modalitas yang ada dalam buku Nihongokijutsubunpokenkyukai (2003). Nihongokijutsubunpokenkyukai (2003) menjelaskan bahwa ada 4 modalitas dasar yang ada dalam bahasa Jepang : 1. Modalitas Ragam Wacana ( Hyogenruikei Modariti ) 2. Modalitas Penilaian dan Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ) 3.
Modalitas Penjelasan ( Sestumei
Modariti ) , 4. Modalitas Cara Penyampian Isi Kalimat kepada Lawan Bicara ( Dentatsu Modariti). 1.
Modalitas Ragam Wacana ( Hyougenruikei Modariti ) adalah Modalitas yang
berfungsi menunjukan / menyampaikan isi kalimat kepada lawan bicara. Modalitas ini dibagi menjadi 3 yaitu : Modalitas Informasi, Modalitas Tindakan, dan Modalitas Kekaguman. ① Modalitas Infomasi adalah modalitas yang menunjukan penyampaian informasi antara pembicara dan lawan bicara. Seperti : Modalitas Narasi dan Modalitas Pertanyaan
~ 91 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
② Modalitas Tindakan adalah modalitas yang berfungsi untuk membuat pembicara dan lawan bicara mengerjakan sesuatu. Seperti : Modalitas Keinginan, Modalitas Ajakan, dan Modalitas Menuntut Perbuatan. ③ Modalitas Kekaguman adalah modalitas yang menunjukan kekaguman dari pembicara. 2. Modalitas Penilaian dan Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ) adalah modalitas yang merupakan tanggapan atau penilaian pembicara terhadap isi kalimat. Terdapat 2 modalitas yaitu ; ① Modalitas Penilaian ( Hyouka Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan penilaian pembicara terhadap isi kalimat. Seperti : modalitas keharusan, memberi izin, ketidakharusan, dan Modalitas tidak memberi izin. ② Modalitas Kesadaran ( Ninsihiki Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan kesadaran pembicara terhadap isi kalimat. Seperti : modalitas Keputusan, modalitas dugaan, modalitas kemungkinan, dan modalitas yang menunjukan bukti. 3. Modalitas Penjelasan ( Setsumei Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan adanya keterkaitan dengan isi dari kalimat sebelumnya. 4. Modalitas Cara Penyampaian Kepada Lawan Bicara ( Dentatsu Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan cara menyampaikan isi kalimat kepada lawan bicara.
3. Hasil Analisis Pada bagian pendahuluan menerangkan bahwa hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa Kalimat Kondisional yang dibentuk dari partikel sambung “to”merupakan kalimat yang menunjukan pengetahuan umum dan kenyataan yang diungkapkan apa adanya. Artinya Kalimat Kondisional yang muncul adalah kalimat objektif, yang berusaha menjelaskan apa adanya. Berdasarkan data yang dianalisis dengan teori Reality dan Modalitas. Dari 3881 kalimat kondisional “to” yang dikumpulkan. 1091 kalimat ( 28,1%) adalah Kalimat Kondisional Hipotesis/Asumsi / Dugaan, 1794 kalimat ( 46,2% )
adalah Kalimat
Kondisional Faktual Berulang , dan 996 Kalimat ( 25,7 % ) adalah Kalimat Kondisional Lampau Berunutan. Pada Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan, sebagaian kalimatnya merupakan Kalimat Hipotesis yang umum dimana isi kejadian pada anak
~ 92 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kalimat dan induk kalimat belum terjadi. Pada Kalimat Kondisional Faktual Berulang, sebagian besar kalimat merupakan Kalimat Kondisional Faktual yang menunjukan hal yang umum / Pengetahuan Umum. Hasil Analisis data kalimat yang dikumpulkan adalah seperti di bawah ini. Tabel 11
1
Hasil Analisis Pengunaan Kalimat Kondisional “to”
Jenis
Pengunaan
Kalimat
Kalimat Kondisional
Kondisional
Hipotesis Umum
Asumsi / Hipotesis / Dugaan
Kalimat Kondisional
Jumlah Persentasi 1080
27.8%
Total 1091 (28.1%)
8
0.2%
3
0.1%
1596
41.1%
Hipotesis ( Anak Kalimat Kenyataan ) Kalimat Kondisional Berlawanan dengan Kenyataan
2
Kalimat
Kalimat Kondisional
Kondisional
Faktual Umum
Faktual Berulang
3
Kalimat Kondisional
Kalimat Lampau
Kondisional
Berunutan Penemuan
Berunutan
(46.2%) 198
5.1%
214
5.6%
Faktual Kebiasaan
Kalimat
Lampau
1794
(25.7%)
Kalimat Lampau Berunutan Ekspresi
331
8.5%
Kalimat Lampau Berunutan Pemicu
334
8.6%
Kalimat Lampau Berunutan Satu Subjek
117
3%
3881
100%
~ 93 ~
996
100%
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hasil analisis di atas menunjukan bahwa kalimat Kondisional yang dibentuk dari partikel sambung “to” 70,9% adalah kalimat kondisional yang menunjukan Pengetahuan Umum, Kebiasaan, dan Kalimat lampau berunutan. Kalimat – kalimat ini adalah yang menunjukan isi suatu kejadian apa adanya, dalam upaya menunjukan objektifitas pembicara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa kegunaan atau fungsi utama kalimat kondisional yang menggunakan Partikel Sambung “to”. Namun, penelitian ini mengingatkan bahwa kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan meskipun jumlahnya sedikit namun jumlahnya cukup signifikan. Berikut penjelasan penggunaan dan contoh kalimat Kondisional yang mengunakan Partikel Sambung “to” yang merupakan hasil dari analisis yang telah paparkan pada tabel di atas. 3. 1. Kalimat Kondisional Asumsi / Hipotesis / Dugaan Dari analisis di atas Kalimat Kondisional Asumsi / Hipotesis / Dugaan yang muncul dalam Kalimat Kondisonal yang mengunakan Partikel Sambung “ to” sebagaian besar adalah Kalimat Kondisional Hipotesis yang bersifat umum, dimana isi / kejadian pada Anak Kalimat maupun Induk Kalimat merupakan kejadian yang belum terjadi dan merupakan hipotesis, asumsi atau dugaan dari pembicara. Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan ini mengunakan berbagai modalitas seperti, modalitas narasi, modalitas dugaan, modalitas kemungkinan, modalitas pembuktian, dan lain – lain, seperti contoh kalimat di bawah ini. ( 10 ) 携帯電話しかない家庭が将来増えると、有権者の一部が調査から除外される 問題が深刻に なる。
(アエラ 2010/12/20)
( 11 ) ラジオやネットがあるから、被災地の人にも音楽を届けられる。CDもいい けど、リアルタイムの演奏を送らないと、本当のメッセージにはならないと 思う。
(朝日新聞 2011/04/23)
( 12 ) 有料老人ホームが次々と建つと、介護保険給付費の増大が自治体の財政を圧 迫しかねない。
(朝日新聞 2007/02/10)
~ 94 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kalimat nomer ( 10 ), (11 ), dan ( 12 ) adalah contoh dari Kalimat Kondisional yang merupakan Hipotesis, Asumsi, atau Dugaan. Dimana Anak kalimat maupun Induk Kalimat merupakan kejadian yang belum terjadi. Hal ini juga bisa dilihat dari sisi modalitas Induk Kalimat. Modalitas pada Induk Kalimat pada kalimat ( 10 )…になる yang merupakan modalitas Narasi, ( 11 ) ….と思う yang merupakan modalitas dugaan, dan (12) …. か ね な い yang merupakan modalitas kemungkinan yang ada diakhir kalimat menunjukan bahwa kejadian pada Induk Kalimat adalah asumsi atau dugaan pembicara dan belum terjadi. Kemudian, dalam Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan terdapat jenis dimana isi / kejadian pada induk kalimat adalah kejadian yang telah terjadi ( Kitei Jokenbun ). Kemudian, juga ada Kalimat Kondisional yang menunjukan pertentangan dengan kenyataan ( Hanjijitsu jyokenbun ). Seperti contoh berikut. ( 13 ) 「縄文時代は今に比べ、1、2度平均気温が高かった。今年のように暑いと、 また縄文当時みたいになるのでしょうか」。
(朝日新聞 2010/09/15)
( 14 ) ところが、登記上「雑種地」である男性の土地は、木造平屋の直売所が建つと、 本来は 課税上「宅地」となるはずなのに、「雑種地」のままとされた。 (朝日新聞 2010/07/23)
Kalimat (13 ) menunjukan bahwa kejadian pada Anak Kalimat adalah telah terjadi atau sedang terjadi, namun pada Induk Kalimat modalitas pertanyaan ….でしょ うか yang menunjukan keraguan pembicara membuat kejadian pada Induk Kalimat merupakan kejadian yang belum terjadi. Kemudian pada kalimat (14 ) baik kejadian pada Anak Kalimat dan Induk Kalimat adalah kejadian yang berlawanan dengan kenyataan. Ini diperkuat dengan adanya
modalitas penanda … は ず な の に yang
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang berlawanan dengan kenyataan.
3. 2. Kalimat Kondisional Faktual Berulang Kalimat Kondisional Faktual Berulang terdiri dari Kalimat Kondisional Faktual Berulang yang menunjukan pengetahuan umum, alam dan sebagainya, dan Kalimat Faktual Berulang yang menunjukan kebiasaan. Kedua jenis Kalimat Kondisional
~ 95 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berulang ini baik isi Anak Kalimat dan Induk Kalimatnya adalah kejadian yang sudah terjadi dan bisa berulang, sehingga tidak memiliki penanda waktu. Seperti contoh kalimat berikut.
( 15 ) 年をとると、女性としての潤いやときめきがなくなりがち。 (週刊朝日 2004/04/23) (16 ) 韓国人は情が厚く、感情の起伏が激しい。感情移入できるドラマと出合うと、 ともに泣き、笑い、怒るのだ。
(アエラ 2010/07/05)
Kalimat nomer (15 ) pada Induk Kalimat terdapat modalitas…がち adalah modalitas narasi yang menunjukan kecenderungan, sehingga kejadian pada kalimat (15 ) bisa dikatakan sebagai pengetahuan umum. Sedangkan pada nomer ( 16 )
pada Induk
Kalimat modail menunjukan kebiasaan dari suatu masyarakat. Kalimat – kalimat kondisional seperti inilah yang muncul pada contoh kalimat di buku pelajaran dasar Bahasa Jepang ketika mempelajari Partikel Sambung “to” sebagai pembentuk kalimat kondisional. 3. 3. Kalimat Kondisional Lampau Berunutan Kalimat Kondisional Lampau Berunutan yang dibentuk oleh partikel sambung “to” memiliki beberapa makna dan kegunaan, seperti menujukan penemuan, ekspresi, pemicu, dan satu subjek melakukan kegiatan yang beruntun. Seluruh kalimat ini adalah kalimat lampau yang ditandai oleh keterangan waktu lampau, dan kejadian yang merupakan kejadian yang hanya sekali terjadi. Berikut contoh dari Kalimat Kondisional Lampau Berunutan. ( 17 ) 過去の経歴を調べると、2人とも別の会社でクビ切り面接の面接官の経験があ った。
(アエラ 2010/01/25)
( 18 ) 90年代、中国が改革開放に向かうと、日本の企業は安い労働力・食材、将来 の市場成長性を求めて中国に波打って進出した。 (アエラ 2007/08/06) ( 19 ) すぐさま東急東横線に向かったが、電車は動いていない。足早にタクシー乗り
~ 96 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
場へ向かうと、すでに50人以上の列ができている。(週刊朝日 2011/03/25) ( 20 ) アジアの人気俳優たちを撮り続けてきた売れっ子監督は、カメラの前に立つと、 自らポ ーズをとり始めた。
(アエラ 2007/07/09)
Kejadian pada kalimat – kalimat di atas merupakan kejadian lampau atau kejadian yang sedang terjadi. Kalimat (17) adalah kalimat yang menunjukan kejadian penemuan ( hakken ). Kalimat (18 ) adalah kejadian yang menunjukan bahwa anak kalimat adalah kejadian pemicu kejadian pada induk kalimat ( kikake ). Kalimat ( 19 ) adalah kejadian yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada saat itu ( hatsugen ). Sedangkan (20 ) adalah kejadian dimana satu subjek melakukan kegiatan secara berunutan ( renzokudousa ). Semua kalimat ini mengunakan keterangan waktu lampau, namun untuk jenis kalimat yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada saat itu mengunakan keterangan waktu sedang terjadi. Kemudian kejadian pada anak kalimat dan induk kalimat terjadi pada waktu yang bersamaan. 4. Kesimpulan Berdasarkan Teori Reality dan modalitas, hasil dari analisis Kalimat Kondisonal yang menggunakan partikel sambung “to” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kalimat Kondisonal yang menggunakan partikel sambung “to” terdiri dari 3 jenis yaitu : Kalimat Kondisional Hipotesis, Kalimat Kondisional Faktual, dan Kalimat Lampau Berunutan. Dari 3 jenis kalimat tersebut terdapat 12 pengunaan , yaitu ; Kalimat Kondisional Hipotesis : ① Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan (ippan kateijoukenbun ) ② Kalimat Kondisional Hipotesis berdasarkan hal yang sudah diputuskan ( Kiteijyoukenbun ) ③ Kalimat Kondisional Hipotesis yang berlawanan dengan kenyataan ( hanjijitsujoukenbun ). Kalimat Kondisional Faktual : ④ Kalimat Kondisional Faktual Pengetahuan Umum ( ippan koujojoukenbun ), ⑤ Kalimat Kondisional Faktual Kebiasaan ( shukan ) Kalimat Kondisional Faktual Kejadian Alam (shizen gensho) Kondisional Hasil Penelitian (kagaku dekigoto ) Menunjukan Alasan ( riyu kojoujoukenbun ).
~ 97 ~
⑧
⑦
⑥
Kalimat
Kalimat Kondisional Faktual
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kalimat Lampau Berunutan : ⑨ kalimat yang menunjukan kejadian penemuan ( hakken ) ⑩anak kalimat adalah kejadian pemicu kejadian pada induk kalimat ( kikake ) ⑪ kejadian yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada saat itu ( hatsugen ) ⑫ satu subjek melakukan kegiatan secara berunutan ( renzokudousa ) 2. Berkenaan dengan pemakaian modalitas pada Kalimat Kondisional yang mengunakan partikel sambung “to” adalah sebagai berikut : Kalimat Kondisional Hipotesis : Pada jenis kalimat ini berbagai modalitas dapat digunakan seperti ; Modalitas Ragam Wacana ( Hyougenruikei Modariti ), Modalitas Penilaian dan Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ), Modalitas Cara Penyampaian Kepada Lawan Bicara ( Dentatsu Modariti ). Meskipun berbagai modalitas dapat digunakan pada kalimat kondisional jenis ini, namun seperti penelitian- penelitian terdahulu terdapat pembatasan pengunaan modalitas. Modalitas Ragam Wacana ( Hyougenruikei Modariti ), Modalitas Tindakan ( koui modariti ) hampir tidak bisa dipakai pada Kalimat Kondisional Hipotesis yang menggunakan partikel sambung “to”. Tetapi penelitian ini menemukan bahwa jika pada anak kalimat sebelum partikel sambung “to” bentuk predikatnya adalah bentuk negative, maka pada Induk Kalimat, modalitas tindakan ada kemungkinan bisa dipakai. Kalimat Kondisional Faktual : Pada jenis kalimat ini modalitas yang dipakai adalah modalitas narasi dan modalitas penjelasan. Kalimat Kondisional Lampau Berunutan : Pada jenis kalimat ini modalitas yang dipakai adalah modalitas narasi bentuk lampau atau bentuk sedang berlangsung.
Daftar Pustaka 有田節子(2007)『日本語の条件文と時制節性』くろしお出版 久野暲 (1973)『日本文法研究』大修館書店 小林賢次(1996)『日本語の条件表現史の研究』ひつじ書房 田中寛 (2004)『日本語複文表現の研究―接続と叙述の構造』白帝社 ――― (2010)『複合辞からみた日本語文法の研究』ひつじ書房 日本語記述文法研究会編(2003)『現代日本語文法4第 8 部モダリティ』くろしお 出版 蓮沼昭子・有田節子・前田直子(2001)『条件表現』くろしお出版 益岡隆志(1993)「日本語の条件表現について」『日本語の条件表現』くろしお出版 ――― (1997)『複文』くろしお出版 前田直子(2009)『日本語の複文』くろしお出版
~ 98 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
森田良行(2002)『日本語文法の発想』ひつじ書房 Sumber Contoh Kalimat : 朝日新聞、『アエラ』、『週刊朝日』、その他
~ 99 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
POTENSI INDUSTRI HALAL DALAM MENARIK WISATAWAN MUSLIM MANCANEGARA DI JEPANG Yessy Harun Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstrak Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina. Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh pemerintahan Jepang adalah industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintahan Jepang terdorong untuk memajukan perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari berbagai penjuru dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang. Dengan ketersediaan produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan turis muslim dari luar Jepang. Abstract Currently the free market economy and Japan is the third largest industry in the world after the USA and China . One of them is being intensively studied in Japanese government is halal industry in Japan , experienced significant growth in recent years . Japanese government encouraged to promote the halal industry , because the interests of Muslim travelers from around the world began to flock to Japan's crowded . With the availability of kosher products to support the tourism sector is expected to increase Muslim tourists from outside Japan . 1. PENDAHULUAN Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina, dilihat dari segi varitas daya beli internasional. Ekonomi Jepang ini dibentuk dari semua elemen yang membentuk ekonomi modern yaitu: industri, perdagangan dan pertanian. Hubungan baik dengan berbagai negara merupakan salah satu faktor yang membantu melancarkan perdagangan luar negeri. Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh pemerintahan Jepang adalah industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa
tahun
terakhir.
Pemerintahan
Jepang
~ 100 ~
terdorong
untuk
memajukan
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari berbagai penjuru dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang. Jepang memiliki nilai sosial yang dekat dengan nilai-nilai keislaman, contohnya seperti: ketepatan waktu dan sikap menghormati orang yang lebih tua. Sikap toleransi warga Jepang terhadap warga asing juga sangat tinggi, sehingga banyak warga muslim cukup banyak yang merasa betah tinggal di Jepang, meskipun warga Jepang mayoritas masyarakatnya non-muslim. Keseriusan pemerintahan Jepang dalam industry halal, ditandai dengan penyediaan produk yang bersertifikasi halal menarik para wisatawan muslim dari berbagai penjuru dunia. Jepang juga memperhatikan penerapan prinsip syariah di bidang pariwisata, termasuk pangan halal yang berstandarisasi halal. Dan usaha pemerintah Jepang menarik para wisatawan negara muslim terlihat dari berbagai terobosan, diantaranya mengirim sejumlah staff ke Malaysia, Indonesia dan negara lain untuk melihat kebutuhan wisatawan jika berada di Jepang. Alhasil, kesimpulannya adalah restoran dan hotel dengan menu makanan halal sangat mendesak. Industri halal di dunia sangat potensial. Selain memberikan jaminan bagi konsumen muslim, bila sektor ini dikelola secara maksimal, maka akan mampu menjadi salah satu daya pikat wisatawan muslim mancanegara. Hal ini membuat pemerintahan Jepang memaksimalkan peluang yang ada untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang standarisasi halal tersebut. Kecenderungan masyarakat Jepang untuk mengkonsumsi daging babi dan minuman berakohol (sake) dan bir, serta penambahan bahan-bahan haram ke dalam masakan (seperti penambahan mirin pada grilled fish dan onigiri, pengemulsi (nyuukazai) pada roti, dan sebagainya, menyebabkan kesulitan serta kehatihatian wisatawan muslim untuk membeli berbagai makanan olahan siap saji di restoran, supermarket dan makanan hotel. Keinginan menyiapkan banyak restoran halal juga didorong oleh terpilihnya Jepang sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia, Olimpiade 2020. Mereka memandang perlu menjamu tamu negara Muslim dengan menu halal. Gayung pun bersambut. Sejumlah hotel besar saat ini juga sudah mendapatkan sertifikasi halal. Salah satunya adalah Hotel Granvia Kyoto. Director Executive Office Overseas Marketing Hotel Granvia Kyoto. Director Executive Office Overseas Marketing Hotel Granvia Kyoto,
~ 101 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Shiho Ikeuchi, mengatakan, sertifikasi halal melalui proses audit yang meliputi bahan dan alat-alat dapur, diperoleh dari Malaysia Halal Cooperation pada Juni 2013. Salah satu kendala utama yang di hadapi wisatawan muslim di Jepang adalah sulitnya menemukan produk makanan halal. Dengan meningkatnya wisatawan muslim ke Jepang, pada saat diadakannya seminar halal dan hotel syariah di Tokyo pada bulan Januari 2014, Halal Development Foundatioun Japan (HDFJ) Membahas potensi pariwisata syariah dan penyediaan menu yang berbahan dan melalui proses memasaknya memenuhi syarat kehalalan. (Hallo Jepang, Agustus 2014 hal.14) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa saja jenis industri halal yang akan dikembangkan oleh pemerintahan Jepang? 2. Apakah industri halal berpotensi dalam menarik para wisatawan muslim mancanegara di Jepang?
Tinjauan Pustaka 1. Industri Menurut Schneider (1993) industri merupakan jaringan yang helainya menjangkau hamper setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian. Industri juga merupakan sebuah faktor penting dalam membentuk masalah-masalah sosial yang kompleks. Kuwartojo dalam Setyawati (2002) mendefinisikan industri sebagai kegiatan untuk menghasilkan barang-barang secara massal dengan mutu yang baik untuk kemudian diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannya digunakan sejumlah tenaga kerja
dengan
peralatan,
teknik
dan
cara
serta
pola
kerja
tertentu.
(blogedwien.blogspot.com 2. Halal Menurut Islam Dalam ajaran agama Islam dapat dijelaskan bahwa makanan yang diharamkan diantaranya: bangkai, darah, babi, dan binatang yang ketika disembelih menyebut selain nama Allah. Jadi syarat-syarat produk pangan halal menurut syariat islam , yaitu: halal dzatnya, halal cara memperolehnya, halal dalam memprosesnya, halal dalam
~ 102 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penyimpanannya, halal dalam pengangkutannya dan halal dalam penyajiannya. (library.walisongo.ac.id) 3. Wisatawan Mancanegara Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Wisatawan Mancanegara adalah setiap pengunjung yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjunginya dan lama kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan. Definisi ini mencakup dua kategori wisatawan mancanegara, yaitu wisatawan dan pelancong.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk memperluas pengetahuan mengenai jenis-jenis industri halal yang akan dikembangkan di Jepang
2.
Untuk mengetahui adakah potensi industri halal dalam rangka menarik para wisatawan muslim mancanegara di Jepang
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas manfaat penelitian ini bertujuan untuk membantu sesama muslim yang ingin berwisata atau menetap di Jepang. Memaparkan potensi besar wisatawan muslim yang datang dari mancanegara nantinya mereka memerlukan adanya makanan dan minuman yang halal. Upaya keras pemerintahan Jepang pada pariwisata syariah, terkait hajatan besar sebagai tuan rumah Olympiade 2020 yang sangat dinanti warga muslim juga dari penjuru dunia.
Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan atau mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan masalah yang dibahas guna memperoleh gambaran secara teoritis yang dapat menunjang penelitian ini. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan komunikasi secara langsung dengan kerabat atau orang terdekat yang berpengalaman tinggal di Jepang dan informasi akurat dari website resmi yang terkait dengan data yang menunjang.
~ 103 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis yang memfokuskan pada penelitian potensi industri halal dalam menarik wisatawan muslim mancanegara di Jepang. Penjelasan mengenai hal tersebut akan mencakupi dari berbagai segi seperti yang terdapat dalam masalah penelitian. Dalam hal ini penelitian berlandaskan teori yang dikemukakan oleh Schneider (1993) industri merupakan jaringan yang helainya menjangkau hampir setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian dan halal menurut syariat islam , yaitu: halal dzatnya, halal cara memperolehnya, halal dalam memprosesnya, halal dalam penyimpanannya, halal dalam pengangkutannya dan halal dalam penyajiannya. (library.walisongo.ac.id).
Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sosiologis dengan pendekatan deskriptif analisis.
Jenis industri halal yang akan dikembangkan oleh pemerintahan Jepang Jenis perindustrian halal di Jepang yang sedang berkembang dan akan dikembangkan selain panganan halal, wisata halal dan hotel syariah yang semuanya mengacu pada ajaran dan aturan agama Islam. Perindustrian halal yang sedang berkembang di Jepang saat ini mendapat perhatian penuh dari pemerintah Jepang. Salah satu tujuannya adalah mempersiapkan sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia, Olimpiade 2020. Pemerintah Jepang sangat mempersiapkan betul untuk memenuhi kebutuhan para atlit dan wisatawan yang berkunjung ke Jepang. Sejak tiga tahun belakangan ini produk “halal” mempunyai nilai ekonomi yang penting di dunia. Terbukti lebih dari 80% perdagangan dunia halal dilakukan oleh negara-negara non muslim. Mereka telah memanfaatkan merk halal untuk keuntungan ekonomi, bahkan ada diantaranya yang menjadi eksportir produk halal di dunia. Saat ini, Jepang pun mulai aktif mengambil peran dalam pasar produk halal dunia. Meskipun Jepang bukan merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim, namun trend pasar halal di negara ini berkembang ke arah positif. Pesatnya
~ 104 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
perkembangan produk halal di Jepang dapat dilihat dengan adanya: Meningkatnya bisnis jasa yang menyediakan pernak-pernik halal, dibidang bisnis travel, restoran, dan perhotelan, dan di selenggarakannya pameran produk halal di Fukuoka dan Tokyo, Osaka pada febuari 2014. Bisnis perdagangan halal mencakup kelompok produk dan jasa sebagai berikut: 1. Pangan Halal Pangan merupakan porsi terbesar dari perdagangan dan bisnis halal saat ini. 2. Jasa Halal Jasa halal merupakan bisnis halal yang sedang berkembang sangat cepat. Bisnis ini meliputi
pariwisata, logistik, kebugaran dan kesehatan dan hotel (Market
brief. ITPC Osaka, 2013) Bagi kita sebagai seorang muslim, dalam memilih makanan tentu perlu diperhatikan status halal atau haramnya suatu makanan. Di Jepang, suatu makanan dapat dikategorikan haram jika makanan tersebut mengandung daging babi, daging sapi dan daging ayam (baik itu dalam bentuk daging maupun ekstrak daging) atau mengandung alkohol. Untuk itu, dalam memilih produk makanan jadi ataupun snack, perlu diperhatikan komposisi/ingredients (原材料 / Genzairyo) dari makanan tersebut. Daftar Kandungan Makanan Haram Salah satu cara yang paling mudah untuk menimbang apakah kita bisa memakan suatu produk pangan Jepang adalah dengan memeriksa bahan haram apa saja yang ada di komposisi produk tersebut. Jika tidak ada satupun bahan haram di dalamnya, insya Allah makanan tersebut berstatus halal. Hal yang agak menyulitkan adalah penulisan komposisi dalam huruf kanji. Beberapa petunjuk:
Dalam snacks yang dijual di kombini (misalnya 7-11, Lawson, Family Mart), pada shortening-nya kadang kala tercantum ショートニング(パーム油、ヤシ 油) yang menerangkan bahwa shortening-nya terbuat dari tumbuhan (minyak palem dan minyak kelapa sawit). Untuk kasus seperti ini makanan tersebut insya Allah boleh dimakan.
~ 105 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ada dua macam lemak yang digunakan pada hampir semua jenis produk makanan di Jepang, yaitu (1) lemak nabati (植物性油脂) dan (2) lemak hewani ( 動物性油脂). Jika tertulis seperti no. (1), insya Allah bisa dimakan. Jika tertulis no. (2), bisa dipastikan haram. Namun, jika tertulis “lemak” saja (油脂), ini perlu diwaspadai dan ditanyakan ke customer service dari produk pangan tersebut.
Kita tidak perlu merasa malu/segan untuk meneliti dan bertanya komposisi dari setiap makanan yang kita ragukan kehalalannya. Untuk memudahkan kita mengetahui komposisi produk yang akan kita beli, di bawah ini dituliskan beberapa kanji bahan makanan dan bumbu.
Gula: 砂糖 Garam: 塩 Merica: こしょう / コショウ Cabe: 唐辛子 Beras: お米 / 米 Beras ketan: もち米 Tepung terigu: 小麦粉 Daging sapi: 牛肉 Daging babi: 豚肉 Daging ayam: 鶏肉 Kaldu: コンソメ Cuka: 酢 / お酢 Soyu (kecap asin): しょうゆ / 醤油 Sake: 酒 ( bir jepang) Miso: 味噌 / みそ Margarin: マーガリン Butter: バター Daging/meat : ミート Mirin: みりん (mengandung alkohol, bisa diganti dengan gula)
Perkembangan industri halal di Jepang Setelah restorasi Meiji (1866-1869), perindustrian Jepang mengalami kemajuan cukup pesat. Selain itu , jumlah produksinya juga meningkat. Dewasa ini, Jepang tidak memandang negatif naiknya populasi muslim di negaranya. Sebaliknya, mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkuat bisnis
~ 106 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
halal. Asosiasi halal Jepang menyebutkan ada kenaikan jumlah restoran halal di Jepang mencapai 10%. Asosiasi Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (KNTO) mencatat jumlah turis asal Indonesia mengalami kenaikan mencapai 60% sejak tahun 2007. Pakar hubungan internasional, universitas Chukyo, Ryoichi Namikawa mengatakan fenomena ini membuat masyarakat Jepang tertarik untuk mempelajari konsep Halal. Minat kalangan industri Jepang dalam memproduksi produk halal semakin meningkat. NAHA, bekerjasama dengan berbagai pihak, berperan mempromosikan halal di Jepang. Lembaga ini juga sudah memberikan sertifikat halal untuk 11 produk yang terdiri dari susu, yogurt, dan keripik senbei. Untuk meningkatkan kualitas sertifikasi halalnya, NAHA (Nippon Asia Halal Association) bekerjasama dengan beberapa lembaga sertifikasi halal yang sudah diakui dunia, seperti MUIS di Singapura. Begitupula dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan,
dan
Kosmetik
Majelis
UlamaIndonesia
(LPPOMMUI).
NAHA menawarkan bantuan konsultasi, pengenalan bahan dan prosedur sertifikasi halal, pendaftaran, inspeksi pabrik, sampai penerbitan sertifikat halal. Tak hanya itu, inspeksi setelah sertifikat halal dikeluarkan dan pembaharuan sertifikat juga akan
dipandu
NAHA.
Dengan dipermudahnya akses terhadap sertifikasi halal, diharapkan masyarakat dunia tak lama lagi dapat merasakan produk halal buatan Jepang. Sejak berkembangnya trend industri halal di Jepang, untuk pertama kalinya Jepang menyelenggarakan pembahasan mendalam mengenai perkembangan industri halal di Jepang pada acara Japan Halal Expo 2014 dengan tema “pengembangan dunia tanda halal Jepang dan pembangunan nasional industri halal” yang menampilkan forum utama perusahaan domestik dan internasional, para ahli bidang halal. Selain meningkatkan industri halal, pemerintah Jepang juga menata pariwisata halal, yaitu diantaranya dengan membangun masjid/musholah seperti di bandara udara Kansai, memproduksi jilbab sutra lokal Jepang, restoran halal dan hotel syariah. ketersediaan produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata untuk menarik turis muslim dari luar Jepang akan meningkat. Dengan demikian, warga muslim Jepang juga akan terbantu.
~ 107 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jepang yang dikenal sebagai negeri Sakura dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Shinto dan Budha, ternyata sangat agresif dalam mengembangkan potensi wisata halal yang disediakan bagi wisatawan muslim. Paket wisata halal di Jepang yang disediakan antara lain mulai dari penginapan, menu makanan. Seperti diungkapkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori, pihaknya ingin mempromosikan pariwisata khusus muslim, sehingga mereka dapat menikmati tempat wisata di Jepang dengan nyaman. Yoshinori seperti dikutip Republika, mengatakan, salah satu pelayanan yang ditawarkan untuk wisatawan muslim adalah penginapan yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan umat muslim dan menu makanan halal.
3. KESIMPULAN Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina. Ekonomi Jepang ini dibentuk dari semua elemen yang membentuk ekonomi modern yaitu: industri, perdagangan dan pertanian. Hubungan baik dengan berbagai negara merupakan salah satu faktor yang membantu melancarkan perdagangan luar negeri. Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh pemerintahan Jepang adalah industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa
tahun
terakhir.
Pemerintahan
Jepang
terdorong
untuk
memajukan
perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari berbagai penjuru dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang.
Jenis perindustrian halal di Jepang yang sedang berkembang dan akan dikembangkan selain panganan halal, wisata halal dan hotel syariah yang semuanya mengacu pada ajaran dan aturan agama Islam. Perindustrian halal yang sedang berkembang di Jepang saat ini mendapat perhatian penuh dari pemerintah Jepang. Salah satu tujuannya adalah mempersiapkan sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia, Olimpiade 2020.
~ 108 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selain meningkatkan industri halal, pemerintah Jepang juga menata pariwisata halal, yaitu diantaranya dengan membangun masjid/musholah seperti di bandara udara Kansai, memproduksi jilbab sutra lokal Jepang, restoran halal dan hotel syariah. ketersediaan produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata untuk menarik turis muslim dari luar Jepang akan meningkat. 4. UCAPAN TERIMAKASIH Dalam penelitian ini, peneliti menghaturkan terimakasih kepada LP2M Universitas Darma Persada untuk dukungan moril dan materil sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik.
5. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James.1997. Foklor Jepang: Dilihat dari kacamata Indonesia: Pustaka Sumber dari internet Hafidz Muftisany. 2014. Wisata Halal Jepang Bergeliat (http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jum’at/14/7/11/n8jdr43-wisatahalal-jepang-bergeliat). Di akses 8 September 2014 Jepang Kembangkan Wisata Syariah. 6 Agustus 2014 (http//www.republika.co.id/berita/koran/financial/14/8/06/jepang-kembangkanwisata-syariah). Diakses 28 Oktober 2014 Konsep Islam Tentang Makanan Halal (http://library.walisongo.ac.id). Diakses 3 Agustus 2014 Majalah Halo Jepang! (Edisi Agustus 2014) Majalah Halo Jepang! (Edisi September 2014)
~ 109 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KUALITAS BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA JEPANG ‘’MINNA NO NIHONGO” (Studi Evaluasi di Universitas Darma Persada) Hani Wahyuningtias
[email protected] Faklutas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstract The purpose of this study is to determine and gain an understanding of the quality of Japanese textbooks "Minna no Nihongo". The method applied in this study is the evaluation method with content analysis techniques. Evaluation model used is Goal Based Evaluation (Objective Oriented Evaluation) to measure and assess the quality of Japanese lesson textbook. In this study, the theoretical basic of the textbooks described by the experts is explored and developed by researcher in the form of instruments construct on evaluating foreign language textbook. This instrument consists of four components, namely: the material/content, language skills, presentation, and readability. This instrument has been validated by book expert and Japanese Language experts, as well as tested in four textbooks series "Minna no Nihongo" used in the Faculty of Literature Japanese Department in University of Darma Persada. Based on the results of the evaluation, it is determined that the quality of four textbooks observed in terms of four components all at once is clarified favorable. But reading and writing skills books observed in terms of presentation only are considered unfavorable. This instrument is expected to be a pioneer in evaluating foreign language text books used in Indonesia. Keywords: evaluation, foreign language textbooks, assessment instruments of foreign language textbooks
1. Latar Belakang Masalah Buku teks merupakan salah satu media belajar yang berperan penting dalam dunia pendidikan. Pemilihan buku teks pelajaran bahasa Jepang di Universitas Darma Persada Fakultas Sastra Jepang tempat peneliti bekerja sampai saat ini ditentukan melalui rapat jurusan dan ditetapkan oleh Ketua Jurusan Jepang tanpa adanya proses evaluasi. Para guru sebaiknya diberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan mengadaptasi buku teks. Mereka juga harus dipersiapkan untuk menggunakan buku teks sebagai sumber untuk mengajar secara kreatif. Oleh karena itu dalam penetapan buku teks yang akan digunakan di suatu lembaga pendidikan
~ 110 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
diperlukan suatu pedoman yang dapat membantu para pendidik dalam memilih buku teks pelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran di tempatnya bekerja. Menurut Cunningsworth (1995:7) buku teks adalah “a resource in achieving aims and objectives that have already been set in terms of learner needs”. Kutipan ini menunjukkan bahwa buku teks merupakan sumber (resource) dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya terkait dengan kebutuhan pelajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran yang berkualitas adalah buku yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran di kelas. Kata buku teks berasal dari kata serapan bahasa Inggris ‘textbook’ atau ‘coursebook’. Dalam bahasa Indonesia kedua kata serapan itu disebut dengan buku teks pelajaran. Menurut AbdelWahab (2013:55) buku teks memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan perantara utama yang menyampaikan pengetahuan kepada para pemelajar. Buku teks yang baik disusun dengan maksud dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana pengajaran yang mendukung dan mudah dipahami oleh para pemakainya sehingga dapat menunjang program pengajaran. Buku tersebut digunakan untuk memberikan pelajaran oleh orang yang berperan sebagai guru kepada siswa. Guru menggunakan buku teks sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan, dan siswa menggunakan buku teks sebagai bahan referensi/rujukan untuk belajar. Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia memiliki sejarah unik dan menempuh
kurun
waktu
cukup
lama.
Dengan
banyaknya
lembaga
yang
menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang, bahasa Jepang tergolong salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari masyarakat Indonesia. Namun demikian, peningkatan jumlah peminat bahasa Jepang jika tidak disertai dengan peningkatan jumlah guru dengan kompetensi yang memadai dan buku teks yang merupakan sarana utama pembelajaran akan menimbulkan masalah. Selain kurangnya bahan ajar juga masih diperlukan pengembangan buku ajar dan metode baru pengajaran Hal ini menunjukkan bahwa buku teks bahasa Jepang sebagai panduan dan salah satu sarana dalam belajar diharapkan dapat menunjang penguasaan siswa terhadap bahasa Jepang. Padanan kata ‘textbook’ dalam bahasa Jepang adalah ‘kyookasho (教科書)’ yang berarti buku pelajaran; buku teks. Menurut Takamizawa (2004:46) buku teks pelajaran
~ 111 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
bahasa Jepang secara umum dibagi dua jenis yaitu: kanji kana majiri bun tekisuto dan romaji tekisuto. Kanji kana majiri bun tekisuto adalah buku teks yang ditulis dengan perpaduan huruf kana dan kanji, sedangkan romaji tekisuto adalah buku teks yang ditulis dengan huruf romaji (alphabet) yang digunakan pada masa awal pembelajaran. Buku teks bahasa Jepang yang ditulis dengan huruf alphabet (romaji) ditujukan bagi siswa yang berasal dari negara Eropa-Barat. Umumnya buku teks dengan huruf alphabet banyak digunakan pada buku percakapan (kaiwa). Pada umumnya, buku teks disertai dengan terjemahan dan penjelasan gramatikal. Namun dalam buku teks dengan huruf alphabet, adakalanya disertai dengan huruf kana dan kanji sebagai referensi siswa untuk belajar bahasa Jepang. Di Universitas Darma Persada Fakultas Sastra Jepang, buku teks pelajaran “Minna no Nihonggo” telah digunakan mulai tahun 2004 sampai saat ini. Dalam masa yang cukup panjang ini buku digunakan secara berkelanjutan tanpa adanya proses evaluasi buku teks. Mengingat buku teks sebagai sumber pelajaran, diharapkan mengandung materi yang jelas, akurat, dan mutakhir. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi buku teks untuk mengetahui kesesuaian isi buku teks dengan kurikulum yang berlaku. Dengan memperhatikan fungsi buku teks sebagai media dan sumber pembelajaran, peneliti akan mengevaluasi apakah buku teks seri “Minna no Nihongo” yang digunakan di Universitas Darma Persada Fakultas Sastra Program Studi Sastra Jepang telah memenuhi syarat sebagai buku pelajaran bahasa asing yang berkualitas sehingga layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
2. Rumusan Masalah Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: "apakah buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” telah memenuhi kriteria standar buku teks bahasa asing yang berkualitas?" Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari komponen materi/isi? 2) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari komponen keterampilan berbahasa? 3) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo”
~ 112 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ditinjau dari komponen penyajian? 4) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari komponen keterbacaan?
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi dengan teknik analisis isi (content analysis). Adapun model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi berbasis tujuan atau (Objective Oriented Evaluation) untuk mengukur dan menilai kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang. Menurut Gilbert Sax dalam Arifin (2014:5) evaluasi adalah proses melalui pertimbangan nilai atau keputusan dibuat dari berbagai pengamatan dan dari latar belakang dan pelatihan evaluator. Hal ini menunjukkan bahwa proses dan hasil evaluasi dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar belakang, dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri. Adapun analisis isi merupakan bagian dari metode kualitatif. Menurut Krippendorff (2004:18)
“content analysis is a research technique for making
replicable and valid inferences from texts (or other meaningful matter) to the context of their use.” Dengan demikian, penilaian buku teks bahasa Jepang dengan menggunakan teknik analisis isi dianggap tepat dalam rangka menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan buku teks yang dilakukan secara objektif dan sistematis. Model evaluasi yang digunakan dalam penilaian buku teks adalah evaluasi berbasis tujuan. Menurut Scriven dalam Wirawan (2012:81), model evaluasi berbasis tujuan adalah setiap jenis evaluasi berdasarkan pengetahuan dan direferensikan kepada tujuan-tujuan program, orang, atau produk. Dengan menggunakan model evaluasi berbasis tujuan, keadaan buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” dinilai dan dianalisis berdasarkan kriteria evaluasi buku teks.
4. Data dan Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat buah buah teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” yang mengandung empat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak (kiku), berbicara (hanasu), membaca (yomu), dan menulis (kaku). Buku tersebut adalah:
~ 113 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Buku keterampilan menyimak yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25”, Buku teks inti yang mengandung empat keterampilan berbahasa yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban”, Buku keterampilan membaca yaitu: ”Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25”, Buku keterampilan menulis yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban”.
Selain itu hasil angket dan wawancara terhadap responden yaitu dosen pengampu bahasa Jepang yang berisi penilaian atas empat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” merupakan data utama untuk menilai kualitas buku bahasa Jepang tingkat dasar tersebut.
5. Hasil Evaluasi dan Pembahasan Pada bagian ini diuraikan hasil evaluasi dan pembahasan sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian. Berdasarkan hasil angket jawaban delapan orang responden diketahui kualitas keempat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” berdasarkan masing-masing komponen dan empat komponen sekaligus. Hasil penilaian buku teks terangkum dalam tabel di bawah ini.
~ 114 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel 1.1 Kualitas Buku Teks Pelajaran Seri “Minna no Nihongo” Berdasarkan Setiap Komponen Judul Buku Teks Materi/Isi
Kualitas Keterampila Penyajian n Berbahasa 86.9% 77.8% (Baik) (Baik)
Keterbacaa n
Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25 Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban
80.8% (Baik)
80.8% (Baik)
82.8% (Baik)
75.6% (Baik)
82.3% (Baik)
87% (Baik)
Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25
81% (Baik)
76.8% (Baik)
65.6% (Kurang baik)
78.8% (Baik)
Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban
81.3% (Baik)
81.9% (Baik)
66.5% (Kurang baik)
76.8% (Baik)
Tabel 1.2 Kualitas Buku Teks Pelajaran Seri “Minna no Nihongo” Berdasarkan Empat Komponen Keterampilan Berbahasa
Judul Buku Teks
Kualitas Buku Teks Berdasarkan Empat Komponen
Menyimak
Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25 Buku Inti (Empat Minna no Nihongo Shokyu I keterampilan Berbahasa) Dai 2 Ban Membaca Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25 Menulis Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban Keterangan: 76-100% Baik
51-75 %: Kurang baik
82% (Baik) 81% (Baik) 76.5% (Baik) 78.1% (Baik)
26-50 %: Tidak baik 0-25 %: Sangat tidak baik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa empat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari empat komponen sekaligus dianggap memiliki kualitas baik. Namun, buku keterampilan membaca dan menulis jika ditinjau hanya dari segi penyajian saja, dianggap kurang baik. Hal ini disebabkan buku teks tersebut dianggap kurang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial, tidak dilengkapi dengan buku khusus pegangan guru, dan tidak disertai dengan media belajar seperti: CD dan DVD. Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” tersebut diketahui bahwa tiga di antaranya yaitu buku: keterampilan menyimak
~ 115 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
“Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25 (2003)”, keterampilan membaca “Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25 (2000)”, keterampilan menulis “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban (2000)” ditinjau dari segi materi khususnya butir keempat dianggap beberapa bagian yang terdapat di dalamnya kurang menampilkan kondisi sosiokultural Jepang dewasa ini. Kondisi sosiokultural dalam hal ini menyangkut keadaan riil masyarakat Jepang. Adapun buku inti yang berjudul “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” karena sudah memasuki edisi kedua yaitu tahun 2012, isinya dianggap sudah sesuai dengan kondisi Jepang dewasa ini. Bagian yang ‘kurang menampilkan kondisi sosiokultural bahasa yang sedang dipelajari’ tersebut dapat dikembangkan dengan referensi lain misalnya: informasi dari internet, program televisi Jepang maupun surat kabar Jepang sesuai kebutuhan di kelas dan target yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” tersebut diketahui bahwa penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di luar bahasa yang dipelajari dianggap kurang maksimal. Hal ini karena sumber-sumber di luar bahasa yang dipelajari sifatnya hanya sebagai pelengkap sehingga bagian tersebut ditampilkan berdasarkan kebutuhan. Adapun jika pengajar ingin mengadakan pengayaan materi tentang hal-hal di luar kondisi bahasa yang dipelajari, dapat memaksimalkan materi yang sedikit tersebut dengan mengompilasi dari rererensi pendukung lainnya seperti: informasi dari internet, program televisi Jepang maupun surat kabar Jepang yang dianggap dapat menunjang pembelajaran. Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” diketahui bahwa jika ditinjau dari segi penyajian butir ketiga yaitu pengembangkan nilai spiritual dan sosial, dianggap masih kurang karena pada hakikatnya empat buku tersebut merupakan buku keterampilan berbahasa asing yang lebih menekankan pada kemampuan menggunakan bahasa Jepang. Namun, bagian yang dianggap kurang dapat mengembangkan nilai spiritual dan sosial tersebut dapat dioptimalkan dengan cara mengkaji secara mendalam isi yang terkandung di dalamnya sambil dikompilasi dengan referensi lain yang menunjang materi pembelajaran. Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” diketahui bahwa dua buku di antaranya yaitu buku keterampilan
~ 116 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
membaca “Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25” dan keterampilan menulis “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban” tidak disertai dengan media belajar seperti: kaset, CD, dan DVD. Buku empat keterampilan berbahasa yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” dan buku menyimak “Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25” dilengkapi dengan media belajar kaset, CD, dan DVD sehingga sangat menunjang pembelajaran khususnya dalam rangka mengasah kemampuan berkomunikasi secara lisan. Dari empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” tersebut diketahui bahwa hanya buku inti yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” yang dilengkapi dengan buku khusus pegangan guru yang berjudul “Minna no Nihongo Shokyu I Oshiekata no Tebiki”. Buku keterampilan menyimak “Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25” tidak disertai dengan buku khusus pegangan untuk guru. Namun, di bagian awal buku yaitu setelah kata pengantar dilampirkan ‘bagi para guru yang menggunakan materi bahan ajar ini (kono kyoozai o otsukai ni naru senseigata e)’ yang berisi: keistimewaan materi bahan ajar, cara penggunaan pada umumnya, dan langkah penggunaan sebanyak dua halaman. Buku keterampilan membaca “Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25” tidak disertai dengan buku khusus pegangan untuk guru. Namun, melalui lembar ‘cara penggunaan buku ini (kono hon no tsukaikata)’ yang terdapat di bagian halaman depan buku dan delapan lembar halaman terpisah ‘petunjuk bagi guru (kyooshiyoo gaido)’ dapat dipelajari cara menggunakan buku keterampilan membaca tersebut. Buku keterampilan menulis “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban” tidak dilengkapi dengan buku khusus pegangan guru. Namun, buku ini dilengkapi dengan booklet referensi terpisah yang berisi target kanji, kosakata kanji, dan indeks. Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no Nihongo” tersebut diketahui bahwa empat buku tersebut dilengkapi dengan bahan bergambar. Adapun buku yang dilengkapi dengan kartu baca (flashcards) adalah buku “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” yang merupakan buku inti dari buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo”.
~ 117 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
6. Kesimpulan Penelitian ini menemukan apa yang tertera pada fokus dan subfokus penelitian. Pertama, penelitian ini telah menjawab fokus penelitian yaitu kualitas buku teks bahasa Jepang tingkat dasar yang digunakan di Fakultas Sastra Jurusan Jepang Universitas Darma Persada secara umum dinyatakan baik. Kedua, penelitian ini telah menjawab tentang subfokus penelitian yaitu kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari segi materi/isi; segi keterampilan berbahasa; segi penyajian; dan segi keterbacaan; dan empat komponen sekaligus. Empat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari komponen materi/isi, keterampilan berbahasa, bahasa/keterbacaan dianggap memiliki kualitas baik. Namun, buku keterampilan membaca dan menulis jika ditinjau hanya dari segi penyajian saja, dianggap kurang baik. Adapun empat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari empat komponen sekaligus dianggap memiliki kualitas baik. Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan, peneliti merekomendasikan kepada semua pihak berikut ini: 1)
Buku teks perlu dievaluasi secara periodik oleh pihak penyelenggara pendidikan, pengajar, dan semua pihak yang terkait mengingat esensi dari buku teks itu sendiri yaitu sebagai sumber pembelajaran.
2)
Materi yang sangat padat dalam empat buku tersebut dianggap dapat menimbulkan kesulitan pada guru maupun siswa jika diterapkan pada kelas non intensif. Bagi siswa SMA yang jam pelajaran bahasa Jepang terbatas seminggu sekali atau seminggu dua kali, sebaiknya tidak menggunakan buku ini sebagai buku utama, tetapi dapat menggunakannya sebagai materi tambahan atau pelengkap saja. Buku teks pelajaran bahasa Jepang untuk siswa SMA diharapkan buku yang lebih ringan kandungan materinya dalam rangka pengenalan bahasa Jepang terhadap siswa pemula dan penumbuhan minat pada siswa untuk belajar bahasa Jepang.
3)
Untuk siswa yang akan belajar secara intensif, baik mahasiswa Jurusan Sastra Jepang (S1), bahasa Jepang (D3), maupun mereka yang akan belajar di Jepang untuk melanjutkan pendidikan atau melakukan pelatihan (training) ke Jepang,
~ 118 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
empat buku tersebut dapat digunakan secara terpadu dalam rangka melatih dan meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Jepang. Dengan waktu belajar yang intensif, buku ini akan lebih mudah untuk dipelajari dan dikuasai keterampilan bahasa yang terkandung di dalamnya. 4)
Japan Foundation (Kokusai Kooryuu Kikin) Jakarta sebagai lembaga yang memiliki kegiatan utama untuk mengembangkan bahasa Jepang di Indonesia diharapkan untuk terus mendorong dan memajukan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia dengan mengenalkan buku teks karya penutur asli Jepang yang berkualitas dan membantu mensosialisasikan isi buku teks tersebut kepada pengajar bahasa Jepang orang Indonesia melalui kegiatan belajar bersama (benkyookai), analisis materi ajar (kyoozai bunseki), maupun metode pengajaran (kyoojuhoo).
DAFTAR PUSTAKA AbdelWahab, Montasser Mohamed. 2013. “Developing an English Language Textbook Evaluative Checklist”, in the IOSR Journal of Research& Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320-7388,p-ISSN: 2320-737X Volume I, Issue 3. http://www.iosrjournals.org/iosr-jrme/papers/Vol-1%20Issue-3/I0135570.pdf (diakses 20 Nopember 2013). Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Oxford: Heinemann. Krippendorff, Klaus. 2004. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology-2nd ed. USA: Sage Publications, Inc.
Takamizawa, Hajime dkk. 2004. Shin Hajimete no Nihongo Kyouiku Kihon Yougo Jiten. Tokyo: Asuku. Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali Press.
~ 119 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENINGKATAN KOMPETENSI SOFT SKILLS MAHASISWA SASTRA UNSADA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP NOVEL WOMAN WARRIOR KARYA SASTRA ETNIS AMERIKA, WOMAN WARRIOR Agustinus Hariyana, SS.MSi, Karina Adinda SS.MSi Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris
[email protected] Abstract This research aims to develop soft skills competencies of students of English Literature Darma Persada University through the analysis of Maxine Hong Kingston novel entitled Woman Warrior as one of American Ethnic Literature works by the Contextual Teaching Learning model. The goal is that, based on the soft skills competencies they are expected to be able to fulfill the expectations of the stakeholders in order to enrich their hard skills competence in the field of diverse works. Beside based on literary research about soft skills, the study was also based on the survey results of understanding the competence soft skills and interviews about teaching soft skills through literature. The results shows that the students' understanding of this competence remains in full of soft skills diversity. Communication Skilss, creative thinking process, Intrapersonal Skill, Leadership Skills, Motivation Building, Negotiation skills, Communication Skilss, creative thinking process, Intrapersonal Skill, Leadership Skills Motivation Building, Negotiation skills, Poblem solving, Relationship Building, Stress Management, Teamwork and collaboration, Thinking Processes, Time Management, Transforming Beliefs, Transforming Character.
Keywords : Soft skills, Contextual Teaching Learning Model, Literature, Maxime Hong Kingston, ethnic literature
1. PENDAHULUAN Kesuksesan seseorang dalam dunia kerja era sekarang ternyata lebih ditentukan oleh kemampuan soft skills dari pada hard skills. Seperti dipaparkan oleh presenter dari Ibu Dina Mustafa, seorang pelatih penyusunan kurikulum dari Dikti, bahwa para mahasiswa harus menguasai kompetensi soft skills karena
80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh
kompentsi ini. Begitu juga dengan hasil penulusuran di jaringan online tentang pentingnya kompetensi soft skills, terdapat ratusan situs yang mengulas tentang esensialnya hal ini.Yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana kompetensi itu bisa diraih atau diberikan kepada mahasiswa jurusan sastra yang merupakan jumlah terbesar di Universitas Darma Persada.
~ 120 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Sebagian dosen Fakultas Sastra menyadari betapa tidak mudah mewujudkan pembekalan kompetensi itu. Ketidakmudahan itu semakin ditegaskan oleh ketidaktahuan beberapa mahasiswa tentang manfaat belajar sastra. Kenyataan ini ternyata juga pernah diungkap oleh Arif Rokhman dalam bukunya SASTRA Interdisipliner yang menulis tentang marahnya seorang dekan sastra karena seorang mahasiswanya mempertanyakan faedah belajar sastra (Rokhman, 2003:1). Tujuh tahun kemudian Fajar S. Roekminto dalam tulisannya juga mengungkap tentang ketidakpahaman seorang mahasiswanya akan manfaat belajar sastra (Roekminto, 2012:58). Secara sarkastis ia menjawab bahwa seorang alumni sastra bisa jadi pengamen di bus sambil membaca puisi. Dua contoh tanggapan miris itu merupakan masalah dasar atau praktis dari ilmu yang sedang dipelajarinya. Berangkat dari dua contoh itu peneliti berusaha mengadakan survey terbuka sederhana guna menjaring informasi seberapa berguna pembelajaran sastra. Dari 25 mahasiswa yang menuliskan jawab atas pertanyaan berguna tidaknya belajar sastra, 85% menjawab berguna. Fokus kegunaan adalah, mereka bisa mengenal budaya Amerika, Inggris, ataupun Australia, tiga Negara yang dipelajari karena budaya Inggris-nya. Berdasarkan hasil survey dan mengingat pentingnya kompetensi soft skills bagi masa depan karier mereka, maka yang menjadi masalah adalah “apakah karya sastra yang menjadi domain pembelajaran bisa digunakan untuk membekali, bahkan meningkatkan, kompetensi soft skills mereka, baik semasa masih menjadi mahasiswa maupun nanti sesudah kerja. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana strategi yang harus digunakan agar karya sastra bisa meningkatkan kompetensi soft skills mereka. Akhirnya, bagaimanakah pengaruh kompetensi yang diperolehnya bagi kehidupan mereka di kampus maupun di tempat kerja. Apakah kompetensi itu cukup mempengaruhi kinerja mereka. 1.1 Tinjauan Pustaka Selain melakukan survey terhadap mahasiswa dan studi banding ke Universitas Sanata Darma tentang pengajaran softskills melalui karya sastra, riset ini juga mendasarkan diri pada hasil penelitian sebelumnya (studi pustaka). Mangala E Rani dalam artikel yang berjudul Need And Importance Of Soft Skills In Students menuliskan tentang pentingnya penguasaan soft skills bagi para mahasiswa (Rani, 2012). Begitu juga dengan J John Sunil Manoah yang menulis tentang pembelajaran soft skills bagi para insinyur melalui karya sastra (Manoah, 2012).Dalam tulisannya ia menampilkan berbagai macam soft skills yang bisa
~ 121 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ditemukan dalam karya sastra dengan bermacam genre-nya. Selanjutnya kompetensi soft skills yang berhubungan dengan bahasa dipaparkan oleh Dharmarajan The Significance of Inculcating Soft Skills in Students in the Process of Teaching Hard Skills. Dari sekian contoh penulis jurnal tentang soft skills yang peneliti temukan, ternyata penelitian tentang soft skills melalui karya sastra sangat langka. Selain Manoah yang berfokus kepada pembelajaran soft skills kepada para insinyur, penulis (Dharmarajan, 2012) tentang pentingnya soft skills dalam berbagai bidang juga dipaparkan oleh Vijayalakshmiyang meneliti tentang analisis soft skills dalam karya sastra novel HarryPotter and the Chamber of Secrets karya JK Rowling (Vijayalaksmi, 2012). Dalam tulisannya ia menampilkan kompetensi soft skills, interpersonal,teamwork dan management. Melalui metoda pembelajaran VARK ia berhasil menampilkan kompetensi itu. Dari survey kepustakaan lanjut didapatkan sumber acuan pustaka yang diterbitkan oleh Dirjen Dikti berjudul Pengembangan Softskills dalam Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi (2008). Namun demikian buku ini tidak secara eksplisit menulis pembelajaran sastra dan soft skills. Menurut Siswanto, hal ini terjadi karena pengajaran sastra lebih dititikberatkan kepada pengertian, definisi, dan klasifikasi, serta sejarah sastra (Siswanto 2008: 187). Kendati dalam kurikulum ditegaskan tentang bagaimana seharusnya dan tujuannya belajar sastra, namun para pelajar tidak dibelajarkan untuk secara langsung mengapresiasi dan mengkritik karya sastra. Dengan demikian pembelaran softskills melalui karya sastra sangat kurang. Begitu juga halnya dengan apa yang terjadi di kelas perkuliahan. Para dosen, sejauh pengalaman dan pengamatan, tidak pernah menggunakan atau mengapresiasi karya sastra sedemikian jauh, mengelaborasi analisis karya dengan soft skills. Yang terjadi adalah pembelajaran sastra yang menekankan analisis sosiologis, psikologis, filsafat, kontemporer, antropologis, maupun mitologis. Pendekatan yang selama ini ditawarkan guna mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra tidak memasukkan pendalaman kompetensi ini, termasuk Guerin dalam Handbook to Literary Criticism hanya mencantumkan 10 pendekatan multidisiplin (Guerin, 2005: iv). Berdasarkan referensi terbitan Dikti dan paparan para penulis jurnal di atas maka peta jalan pengajaran soft skills yang harus diperbaiki atau dilalui adalah pengembangan analisis terfokus. Pada awalnya adalah penguasaan secara intrinsik karya sastra etnis, diikuti oleh penguasaan secara ekstrinsik (multidisplin), dan selanjutnya pengayaan ataupun peningkatan dengan pendekatan berfokus pada kebutuhan dunia kerja, yakni soft skills.
~ 122 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berdasarkan survey di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah, pertama-tama :
pemetaan penguasaan softskills mahasiswa Sastra Inggris yang didapat melalui serangakian pembelajaran karya sastra. Kedua, berdasarkan temuan ini digunakan untuk penentuan pendekatan pembelajaran yang sudah dipilih dan kedalaman kajian terhadap sastra etnis yang juga sudah dipilih. Manfaat yang diharapkan adalah penganalisaan karya sastra melalui pendekatan yang berfokus pada soft skills. 1.2 Metode Penelitian Penelitian pada tahap ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan instrumen penelitian: peneliti, questionaire, dan wawancara. Lokasi penelitian di kampus Universitas Darma Persada, Fakultas Sastra melalui questionaire, dan juga di Universitas Sanata Darma, dalam bentuk wawancara dengan seorang dosen Sastra Inggris. Guna mengetahui lebih lanjut tentang manfaat kompetensi softskills bagi para alumni, maka diadakan survey kepada para alumni Sastra Inggris guna memperoleh gambaran tentang kompetensi apa selain kompetensi berbahasa Inggris yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Untuk mendukung penelitian ini maka diadakan survey tidak hanya hasil penelitian yang relevan, tetapi juga survey terhadap mahasiswa, alumni dan juga wawancara dengan seorang dosen sastra Inggris sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. 2. Hasil Yang Dicapai Dan Pembahasan 2.1 Pra pengajaran bermetode kontekstual Berdasarkan kurikulum berbasis Kompetensi yang dimiliki oleh Program Studi Sastra Inggris, mata kuliah Sastra diberikan sejak semester pertama hingga semester akhir (bagi yang mengembangkan peminatan Sastra untuk Tugas Akhirnya). Sejalan dengan pendapat Siswanto tentang pendidikan melalui sastra (Siswanto, 170) berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan untuk pembelajaran mata kuliah prosa pembahasannya menekankan pada pembahasan tema, tokoh, perwatakan, alur, sudut pandang, latar, gaya bahasa, nilai, dan amanat. Sementara itu untuk mata kuliah puisi berfokus pada struktur fisik, diksi, pencitraan, nada, rima dan amanat puisi. Begitu juga dengan drama pembahasannya mirip dengan prosa. Guna mendapatkan gambaran hasil pembelajaran sastra dengan model pembelajaran
~ 123 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
konvensial dengan fokus penekanan tersebut dan guna mendapatkan gambaran awal tentang kompetensi softskills yang senantiasa ditampilkan ketika masa pengenalan mahasiswa baru maka peneliti mengadakan survey terbuka tentang manfaat belajar sastra dan kompetensi ini. Dari 25 mahasiswa yang menjawab atas pertanyaan berguna tidaknya belajar sastra, 85% menjawab berguna. Fokus kegunaan adalah, mereka bisa mengenal budaya Amerika, Inggris, ataupun Australia, tiga Negara yang dipelajari karena budaya Inggris-nya. Ketika ditanya tentang apa makna softskills, 100% mahasiswa menjawab tidak tahu. Prosentase ini merupakan gambaran yang ironis, karena pada setiap awal tahun akademik para mahasiswa baru dosen yang ditunjuk sudah memperkenalkan apa yang dimaksud dengan softskills. Akan tetapi kalau melihat kebelumkonsistensian penginternalisasian softskill ke dalam setiap mata kuliah maka ketidaktahuan mahasiswa itu bisa diterima. Hasil survey ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman tentang kompetensi softskills mahasiswa Sastra Inggris, dan sekaligus menunjukkan pula pentingnya kompetensi itu terutama bagi alumni yang merintis kesuksesan di tempat kerja masing-masing. Selanjutnya, mengingat pentingnya kompetensi ini tetapi kurangnya pemahaman para mahasiswa, maka peneliti pada tanggal 12 Juni 2015 mengadakan wawancara dengan Bapak Drs Hirmawan Wijanarka, M.Hum, dosen pengampu mata kuliah drama dan prosa, Jurusan Sastra Inggris Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengajaran softskills yang terintegrasi dengan pengajaran sastra. Beliau menjawab bahwa dalam mata kuliah yang beliau ampu belum menggabungkan dengan kompetensi softskills. Jawaban ini berbeda dengan apa yang diberikan oleh para alumni yang didapat melalui survey. Survey dengan pertanyaan terbuka dilakukan guna memperoleh gambaran akan pentingnya kompetensi softskills. Adapun pertanyaannya adalah selain kompetensi berbahasa Inggris kompetensi apakah yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja mereka (para alumni). Dari 40 alumni yang dikirimi pertanyaan, 13 memberi respon yang menunjukkan bahwa kompetensi berkomunikasi dengan baik menduduk tingkat pertama (sebanyak 10 jawaban), kompetensi kerjasama peringkat ke 2 (6 jawaban), peringkat ketiga kompetensi membuat presentasi dan menghargai perbedaan (masing masing 3) dan sisanya hingga 40 jawaban dengan berbagai macam kompetensi yang masing-masing 1 jawaban.
Kompetensi-
kompetensi itu adalah kompetensi beradaptasi dengan baik, analitis, menyakinkan, disiplin,
~ 124 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
beretika, flexible, berintegritas, jujur, berani, stabil emosi, konsisten, pantang menyerah, percaya diri, rajin, dan tanggung jawab.
Meskipun berbeda prosentase namun jenis-jenis kompetensi dalam tabel di atas merupakan bagian dari berbagai macam kompetensi softskills yang ditampilkan oleh para peneliti softskills yang sudah disebutkan pada bagian latar belakang. Hasil dua survey tersebut menunjukkan adanya keadaan yang belum saling mendukung. Hasil survey pertama menunjukkan kurangnya pemahaman dan penguasaan kompetensi softskills yang diakibatkan oleh kebelumkonsistensian pembelajaran softskills dalam pembelajaran sastra bermetode konvensional. Di sisi lain hasil survey kedua menunjukkan kompetensi yang dituntut oleh dunia kerja di luar kompetensi hard skills yang dimiliki oleh para alumni yang sekaligus merupakan penegasan terhadap hasil survey seperti disebut pada bagian latar belakang penelitian ini. Hasil dua survey ini menunjukkan adanya kesenjangan kompetensi yang harus dijembatani. Pembelajaran sastra dengan model kontekstual menjadi salah satu pilihan pengatasan masalah ini.
~ 125 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Meskipun baru 30% dari rencana kegiatan penelitian hibah bersaing, hasil survey sebelum penelitian utama ini telah dipresentasikan dalam seminar penelitian semesteran Semester Genap 2014/2015 Universitas Darma Persada. Hal ini perlu dilakukan karena kompetensi ini harus dipahami oleh semua dosen, terutama dosen sastra yang masih dipandang sebelah mata karena hasil dari proses pembelajaran dianggap kurang bermanfaat langsung
2.2
Paska Pengajaran bermetode kontekstual terhadap Novel Woman
Warrior Model pembelajaran Pembelajaran Kontekstual untuk peningkatan kompetensi soft skills melalui Analisis Karya Sastra Etnis ini dipilih karena model ini menekankan pentingnya mahasiswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar, yang berarti proses ini berpusat kepada para mahasiswa(Siswanto,175). Berdasarkan pendapat Yulaelawati (Hasnawati, 2006:58) maka bentuk pembelajaran kontekstual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Relating (mengaitkan) antara hasil analisis karya sastra Etnis tentang softskills dengan pengalaman hidup. Responden dalam penelitian ini semua sudah bekerja di berbagai bidang. Namun demikian, sebagaimana sudah dipaparkan pada bagian pendahuluan,
mereka
belum memahami apa makna soft skills yang sebenarnya sudah mereka lakukan. Berdasarkan hasil analisis intrinsic para responden diminta mengkaitkan antara hasil analisis karya sastra dengan konsep soft skills. 2. Experience (mengalami) kompetensi softskills yang ditemukan dari kajian yang dilakukan Dari hasil analisis intrinsic terhadap para tokoh yang sudah dielaborasi dengan konsep soft skills responden diminta menemukan konsep soft skills yang sudah dialami di tempat kerja. Dari proses experiencing ini didapatkan 41 jenis kompetensi soft skills,
dimana kompetensi effective communication skills
menduduki peringkat pertama dengan 15 responden = 36,3%. 3.
Applying (mengaplikasikan) pengetahuan atau informasi tentang softskills untuk digunakan dalam berbagai situasi kehidupan.
~ 126 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Langkah ini hanyalah penegasan aplikasi kompetensi soft skills yang dialaminya di tempat kerja terhadap kompetensi soft skills yang ada dalam novel Woman Warrior. Jenis kompetensi yang dimiliki responden tidak sama, Table 2: Hasil Ragam soft skills Responden
Soft skills yang didapat
1
Communication Skill Intrapersonal Skill
2
communication skills, relationship building, transforming character, stress management and creative thinking process.
3
Communication skills, Transforming Character ,Transforming Beliefs Stress Management
4
Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills, Transforming Beliefs ,Stress Management Time Management ,CreativeThinking Processes
5
communication skills, relationship building, transforming character,
6
Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time Management CreativeThinking Processes
7
Communication Skills, Relationship Building, Motivation BuildingNegotiation skills ,Transforming Beliefs, Stress Management Time Management ,CreativeThinking Processes
8
Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time Management CreativeThinking Processes
9
Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time Management CreativeThinking Processes
10
Communicatio
Skilss
,Transforming
Character,Relationship
Building, Time Management 11
Creative Thinking Processes ,Stress Management ,Transforming Character
12
Transforming beliefs ,Teamwork and collaboration,Poblem solving
13
Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills,Transforming Beliefs Transforming character Stress
~ 127 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Management 14
Communication Skills, Relationship Building Leadership Skills Transforming Character Stress Management Creative Thinking Processes
15
Integrity, Cultural adaptation, and Ability
4. Cooperating (bekerja sama) dengan menghubungkan atau mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup dengan cara bersama-sama (dalam kelompok ) Pengkaitan pengetahuan soft skills dengan pengalaman bekerjasama di tempat kerjanya seiring dengan 3 proses sebelumnya karena penelitian ini berangkat dari pengalaman nyata dari para responden yang tidak memahami makna dan aplikasi kompetensi soft skills hingga memahami dan mengaplikasikannya. Seiring dengan Hasnawati (2006:60) guna mendapatkan hasil dari pembelajaran ini maka metode penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kinerja (performance/demonstrasi) kompetensi softskills mahasiswa, karya tulis (portofolio/paper), observasi sistemik dampak pembelajaran terhadap mahasiswa baik selama proses pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan penelitian ini baru bisa memanfaatkan alat ukur berupa karya tulis (portofolio/paper). Adapun secara keseluruhan dari semua softskills yang didapatkan para responden terdapat 41 jenis kompetensi, dengan rincian sebagai berikut:
Table 3: Ragam dan Prosentase kompetensi soft skills No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Kompetensi Soft skills Communicate effectively Stress management Relation building Transforming Beliefs Creative Thinking Processes Transforming Character Leadership Skills Time Management Teamwork and collaboration Listening Negotiation skills
~ 128 ~
% 36,3 26,3 26,3 19,5 19,5 17,07 17,07 14,6 0,73 0,73 0,73
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
12 13 14 15 41
Motivation Building Integrity Adaptability Commitment, common sense, Confidence, Cultural adaptation, Dependability, Facilitating skills, Growth mindset, Influence / persuasion skills, Mentoring/ coaching skills, Perceptiveness, perseverance, Persistence, Problem solving, Reliable, Selfsupervising, Self-awareness, Self-confidence, Self-promotion skills, Skills in dealing with difficult/unexpected situations, Strong work ethic, ability to deal with people, Willingness to be accountable
0,48 0,48 0,48 @ 0,24
Hasil di atas diambil dari analisis karya sastra dengan menggunakan metode kontekstual melalui langkah-langkah yang sudah dipaparkan di atas dari seluruh portofolio/paper yang dibuat oleh mahasiswa.
3. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan hasil survey baik terhadap bahan pustaka maupun mahasiswa alumni dan dosen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran softskills melalui karya sastra sangat perlu dilakukan segera karena adanya kesenjangan pemahaman dan kemampuan yang dituntut stakeholders. Tuntutan dunia kerja akan kinerja yang tidak hanya mengandalkan kompetensi softskills sangat mendesak. Sebagai jurusan yang kajian utamanya karya sastra maka jurusan harus menggunakan kajian yang ada untuk mengajarkan dan meningkatkan kemampuan keduanya dalam waktu bersamaan sehingga mahasiswa dan alumni tidak hanya kompeten tentang hardskills, namun juga softskills guna memenuhi tuntutan para stakeholders. Melalui analisis karya sastra dengan proses pembelajaran berkontekstual peningkatan kompetensi ini bisa ditingkatkan secara significan. Memperhatian dan membandingkan table 1 dan 3 di atas, ternyata peningkatan tidak hanya para ragam kompetensi softskills (41 jenis) tetapi juga jenis softskills yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja, yakni kompetensi berkomunikasi secara efektif. Meskipun dengan frekuensi yang lebih rendah namun ragam lainnya juga bisa digali dari analisis karya sastra bergenre novel (untuk penelitian ini). Dengan hasil ini maka pandangan negatif seperti tertulis di bagian pendahuluan tentang manfaat belajar sastra akan terkikis. 3.2 Saran Agar bermanfaat secara maksimal maka hasil penelitian ini harus disiapkan menjadi sebuah buku ajar tentang bagaimana memanfaatkan karya sastra untuk pembelajaran / peningkatan
~ 129 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kompetensi softskills. Ragam objek penelitian tidak hanya karya sastra berjenre prose, tetapi juga drama maupun puisi. Begitu juga dengan model pembelajaran yang digunakan bisa menggunakan berbagai model yang termasuk dalam kelompok model Student Centered Learning (SCL), diantaranya: Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative Learning dan lain-lainnya.
4. Ucapan Terimakasih Peningkatan kompetensi softskills sangat penting, tidak terkecuali mahasiswa sastra. Usaha untuk mewujudnyatakan harapan ini sudah dan akan berhasil karena peran serta ketua jurusan, dosen dan mahasiswa pembelajar Sastra Etnis, serta pihak Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan yang telah memfasilitasi penelitian ini didanai oleh Dikti melalui program Hibah Bersaing. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan implementasi dan dana yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA Dharmarajan(2012) ,The Significance of Inculcating Soft Skills in Students in the Process of Teaching Hard Skills The Malaysian Online Journal of Educational ScienceVolume 1, Issue2http://www.hgsitebuilder.com/files/writeable/uploads/hostgator427959/file/ijars2 09.p Dirjen Dikti (2008) Pengembangan Softskills dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi Guerin, Wilfred L (2005) A Handbook of Critical Approach to Literature 5thed. New York: OUP Hasnawati (2006) PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING HUBUNGANNYA DENGAN EVALUASI PEMBELAJARAN Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006 Kingston, Maxine Hong (1989). Woman Warrior. New York: Random House Latief, Mohammad Adnan(2011) Nurturing Soft Skills through Contextual English Instructions« Vol. V No. 1 Januari Mangala Ethaiya Rani (2010) NEED AND IMPORTANCE OFSOFT SKILLS IN STUDENTS S. Vol.-II 3 Jan-June (Summer) 2010 Manoah, J.John Sunil (2012) Soft Skills for Engineers through Literature Volume:1, Issue:2, October 2012
~ 130 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Mustafa, Dina(2008)Kurikulum Berbasis Kompetensi: Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3. Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari, Jakarta, Juli – Agustus 2008 Ratnaningsih,
Dewi Juliah (2013) Open and Distance Education Systems: do they
enhanceGraduates’ Soft Skills? The results from 2009 Universitas Terbuka Tracer Study Open Praxis, vol. 5 issue 4, October–December 2013, pp. 289– 299http://openpraxis.org/index.php/OpenPraxis/article/view/85/pdf Roekminto, Fajar (2013) Untuk Apa Belajar Sastra, dan Apa Kontribusi sastra? Dialektika thn I Juni 2013 hal 58-68 Rokhman, Arif dkk (2003) SASTRA Interdisipliner. Yogyakarta: Qalam SISWANTO, Wahyudi (2008) Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo Vijayalakshmi & Dr. M. Renuga, (2012)Trainers’ Tool: Adhering to VARK© Learning Styles forTutoring Students in Soft Skills through J.K.Rowling’s Harry Potter and the Chamber of Secrets IOSR Journal Of Humanities And Social Science (JHSS) ISSN: 2279-0837, ISBN: 2279-0845. Volume 4, Issue 1 (Nov. - Dec. 2012), PP 11-2
~ 131 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (USIA 7 – 9) BERBASISKAN PADA TEORI TENTANG THEME DAN RHEME Juliansyah, Kurnia Idawati, Sari Anggraini Zsahara Nur Ala July Azhari Siti Dewi Santika Ade Setiawati (Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris)
Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang berupa pengembangan model belajar Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara untuk siswa usia 6-7 tahun berbasiskan pada teori Theme dan Rheme. Lebih konkritnya, model belajar yang dimaksudkan dapat berbentuk buku bahan ajar, metode pengajaran, bentuk tes, dan lain-lain. Dengan demikian, model belajar yang dimaksudkan ini diharapkan dapat digunakan secara luas di seluruh sekolah dasar Dengan penggunaan model belajar yang akan dikembangkan ini, peneliti berharap agar semua objek penelitian atau target siswa yang diajarkan akan dapat mengembangkan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris secara lengkap. Model belajar yang berbasiskan pada teori Theme dan Rheme ini diharapkan dapat dengan mudah dipelajari, dipraktikkan, dan digunakan dalam keseharian, sehingga para siswa kelak akan dapat mengembangkan kemampuan berbicara dirinya sendiri dalam kalimat-kalimat sendiri yang lebih lengkap. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dimana peneliti akan melakukan uji coba proses belajar mengajar dengan menggunakan model belajar yang telah dikembangkan. Dari hasil uji coba, peneliti akan menetapkan model belajar yang terbaik sesuai tujuan dari penelitian ini. Kata kunci: Model belajar, kemampuan berbicara, siswa, rheme, theme
1. PENDAHULUAN Pengembangan model pembelajaran dimaksudkan sebagai upaya menciptakan contoh atau model kegiatan belajar di kelas. Model yang dimaksud memuat hal-hal seperti: 1) Buku ajar, 2) Panduan penggunaan buku ajar, 3) Kegiatan belajar dan mengajar di kelas, 4) Kegiatan belajar dan mengajar di luar kelas, dan 5) Penyusunan dan pelaksanaan tes hasil belajar. Sementara itu, kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berlangsung di dalam dan luar kelas yang melibatkan antara pembelajar dengan pengajar. Kegiatan pembelajaran dapat disingkat dengan kegiatan belajar. Biasanya, kegiatan belajar
~ 132 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berlangsung dalam bentuk transformasi pengetahuan dari pengajar kepada pembelajar. Kegiatan belajar berlangsung dikarenakan adanya materi yang akan ditransferkan. Dalam hal ini, materi ini disebut dengan bahan ajar. Salah satu materi yang dapat dan perlu diajarkan pada siswa adalah materi tentang kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. Kemampuan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting, mengingat berbicara merupakan bentuk yang paling sering digunakan atau dilakukan saat berkomunikasi. Kemampuan berbicara memiliki tahapan-tahapan menurut jenis pembelajarnya. Untuk pembelajar tingkat dasar, kemampuan berbicara masih dalam dalam tahap pengucapan huruf, kata, dan kalimat sederhana. Selanjutnya, untuk pembelajar tingkat berikutnya, kemampuan berbicara meliputi kemampuan dalam berdialog, mengemukakan hal-hal tertentu. Akhirnya, pada tingkat tertinggi, kemampuan berbicara dapat dalam bentuk kemampuan berdebat dan memberikan presentasi. Mengajarkan siswa untuk dapat berbicara dalam Bahasa Inggris merupakan salah satu tugas mengajar yang penting. Namun begitu, mengajarkan kemampuan ini tidaklah mudah. Sampai saat ini, kemampuan berbicara siswa dalam penggunaan Bahasa Inggris masih sangatlah rendah. Hal ini terjadi dikarenakan banyak hal. Salah satunya adalah model pembelajaran yang tidak sesuai. Oleh karena itu, model pembelajaran yang dilengkapi dengan perangkat-perangkat pendukungnya sangatlah penting. Salah satu perangkat yang dimaksudkan adalah materi belajar yang sesuai dengan tingkat daya penerimaan belajar siswa. Oleh karena itu, pembelajaran dengan materi, salah satunya yang berbasiskan teori Theme dan Rheme, dapat menjadi alternatif yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar dan guru untuk mengajar. Secara sederhana, theme dinyatakan sebagai suatu bagian dari kalimat yang menjadi pokok atau inti. Sedangkan rheme adalah bagian yang menjelaskan theme. Theme umumnya terletak di awal kalimat. Sedangkan rheme umumnya juga mengikuti theme. Dengan memahami konsep theme dan rheme, terutama tentang pengertian dan posisinya, maka siswa diharapkan dapat mengungkapkan perasaannya dalam kalimat sederhana yang tepat dan mudah dimengerti. Tentu saja pengembangan model belajar untuk kemampuan berbicara dengan berbasiskan pada toeri tentang theme dan rheme masih belum menjamin keberhasilan pengajaran kemampuan berbicara. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan kelak
~ 133 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dapat diteruskan dalam bentuk yang lebih luas atau tinggi, terutama untuk siswa pada level yang lebih tinggi. 2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana peraturan pemerintah terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa usia 6-9 tahun di Sekolah Dasar di Bekasi?
2.
Bagaimana model pengajaran Bahasa Inggris dikaitkan dengan pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris, yang ada selama ini, di Sekolah Dasar di Bekasi?
3.
Bagaimana penerapan konsep theme dan rheme dalam pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi?
4.
Bagaimana pengembangan materi dan buku ajar untuk pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris berdasarkan penerapan konsep theme dan rheme untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi?
3. TINJAUAN PUSTAKA Model pembelajaran diartikan sebagai suatu bentuk kerangka pembelajaran yang dapat dijadikan standar atau model. Model pembelajaran diharapkan merupakan bentuk yang paling ideal dalam proses pembelajaran. Ini berarti, model pembelajaran memberikan tingkat hasil yang paling maksimal dari tujuan pembelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain (yang belum distandarkan). Selanjutnya, model pembelajaran berperan penting dalam menyeragamkan proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan hasil yang sama di seluruh aspek pembelajaran. Dedeng (2000) menyatakan bahwa rancangan pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi menarik dan mudah dipahami si pembelajar. Tujuan utama perancangan (desain) pembelajaran adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal. Dengan demikian, hasil pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Menurut para ahli pengembangan bahan pembelajaran, seperti yang disampaikan oleh Dedeng (2000), pedoman pengembangan bahan pembelajaran haruslah memenuhi komponen-komponen pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan untuk membelajarkan
~ 134 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
pembelajar. Komponen-komponen bahan pembelajaran tersebut diharapkan mampu untuk memotivasi serta memudahkan pebelajar dalam mempelajari serta memotivasi isi bahan pembelajaran tersebut. Dalam upaya membelajarkan si belajar, materi atau isi yang dipelajari oleh si belajar merupakan isi bidang studi yang berupa sejumlah informasi. Struktur isi bidang studi yang berupa informasi ini terdiri dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Memproduksi bahan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mencetak dalam bentuk karya cetak, antara lain buku, majalah, surat kabar dan famlet. Selain itu, memproduksi bahan pembelajaran bisa dilakukan dengan cara merekam dalam bentuk karya rekaman, antara lain: kaset audio, video, atau CD. Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan pembelajaran yang penting. Hal ini mengingat karena kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang bersifat productive. Hammer (2007) menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan bagian dari keterampilan komunikasi yang bersifat produktif. Oleh karena itu, kemampuan berbicara menjadi salah satu kemampuan yang paling perlu ditekankan. Walaupun merupakan keterampilan yang perlu menjadi perhatian, namun pengajaran keterampilan berbicara merupakan pengajaran yang sulit. Bueno, Madrid, dan McLaren (2006) menyatakan bahwa pengajaran keterampilan berbicara merupakan pengajaran yang sulit dikarenakan pengajaran selama ini lebih banyak difokuskan pada membaca. Oleh karena itu, pembelajaran kemampuan berbicara sebaiknya diajarkan sejak dini dan harus dapat meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk kemampuan berbicara yang lebih tinggi. Selain itu, penerapan konsep kebahasaan juga penting untuk menjadi dasar pembelajaran berbicara. Salah satu konsep yang dimaksud adalah konsep tentang theme dan rheme. Memahami konsep theme dan rheme berarti bicara tentang bagaimana memahami bahasa dari segi fungsinya. Menurut Halliday (2000), theme adalah bagian awal (atau starting point) dari kalimat yang berisikan suatu pesan yang disampaikan oleh pembicara. Sementara, rheme merupakan bagian yang mengikuti theme yang merupakan pengembangan dari theme. Jones (1977) menyatakan bahwa bagian penting dari suatu paragrap juga disebut theme. Bagian inilah yang merupakan inti dari suatu paragrap yang kemudian dikembangkan oleh kalimat-kalimat pendukungnya.
~ 135 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Pembelajaran kemampuan berbicara dengan berbasiskan pada konsep theme dan rheme sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa pengajaran bahasa harus sesuai dengan fungsi bahasa.
4. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.
Mengetahui bagaimana peraturan pemerintah terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa di Sekolah Dasar di Bekasi
2.
Mengetahui
bagaimana
model
pengajaran
Bahasa
Inggris
dikaitkan
dengan
pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris, yang ada selama ini, di Sekolah Dasar di Bekasi 3.
Mengetahui bagaimana penerapan konsep theme
dan rheme dalam pengembangan
kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi 4.
Mengembangkan materi dan buku ajar untuk pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris berdasarkan penerapan konsep theme dan rheme untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi
5. MANFAAT HASIL PENELITIAN Secara umum, manfaat hasil penelitian ini dapat ditujukan untuk pihak-pihak sebagai berikut: 1.
Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar; untuk memperoleh masukan atas perlunya model pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara yang lebih dapat diandalkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan secara nasional.
2.
Suku Dinas Pendidikan Dasar Kotamadya Bekasi; untuk memperoleh masukan atas perlunya model pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara yang lebih dapat diandalkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan secara regional di tingkat Kotamadya Bekasi.
3.
Sekolah Dasar se Kotamadya Bekasi; untuk memperoleh masukan atas perlunya model pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara yang lebih dapat diandalkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan secara lokal di seluruh SD.
~ 136 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
4.
Para Guru Bahasa Inggris yang langsung maupun tidak langsung mengajarkan Bahasa Inggris ke peserta didik; untuk dapat langsung menggunakan model pembelajaran yang telah dikembangkan, sehingga memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal dan lebih seragam.
6. METODOLOGI PENELITIAN Secara umum, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metodologi Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Pendekatan ini merujuk pada teori Borg & Gall dalam bukunya Applying Educational Research; A practical Guide for Teachers. Definisi pendekatan penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan adalah sebuah proses pengembangan yang menghasilkan suatu produk pendidikan, "A process used to develop and validate educational product”.
Adapun langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada desain penelitian ini sebagai berikut: Studi Pendahuluan
Penyusunan Model
Uji Coba Model
Perbaikan Model
Uji Coba Model
Model Akhir
Dari gambar desain penelitian di atas, maka dapatlah dilihat bahwa penelitian ini bermula dari studi pendahuluan dalam bentuk pengamatan peneliti atas suatu fenomena/sub fenomena. Dalam hal ini, fenomena yang dimaksudkan adalah fenomena tentang lemahnya kemampuan berkomunikasi lisan (berbicara) dalam bahasa Inggris di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Selanjutnya, peneliti memfokuskan fenomena ini dalam beberapa sub fenomena sehingga penelitian ini terarah pada hal-hal yang lebih kecil dan fokus. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan lebih baik dalam memberi solusi untuk masing-masing sub fenomena. Adapun sub fenomena yang dimaksud meliputi semua hal yang diangkat dalam permasalahan penelitian. Sub fenomena juga membatasi lingkup dari penelitian. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada sub fenomena yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Peneliti kemudian menetapkan permasalahan penelitian berdasarkan sub fenomena yang diangkat. Permasalahan penelitian dituliskan dalam bentuk pertanyaan penelitian.
~ 137 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Setiap permasalahan penelitian akan dicari jawabannya melalui proses penelitian atau dalam hal ini penyusunan model pembelajaran. Untuk memulai penyusunan model pembelajaran, maka peneliti akan melakukan observasi awal. Observasi awal merupakan langkah penelitian dimana peneliti mengamati hal-hal yang nyata yang terjadi di lokasi penelitian (sekolah) dan hal-hal yang terkait dengan penelitian, misalnya kurikulum yang berlaku, model pembelajaran yang ada, termasuk pendapat awal dari beberapa nara sumber terkait dengan topik penelitian. Setelah berhasil mengumpulkan data awal, maka peneliti dapat melanjutkan langkah penyusunan model pembelajaran sesuai tujuan penelitian ini. Langkah penyusunan model pembelajaran yang paling utama adalah menyusun silabus pembelajaran berdasarkan konsep theme dan rheme. Langkah ini dilakukan sepenuhnya oleh peneliti. Selanjutnya, peneliti menyusun materi pengajaran. Mahasiswa terlibat pada langkah ini, namun hanya sebatas pengetikan dan desain. Langkah ketiga, peneliti dibantu oleh para mahasiswa mengaplikasikan materi pengajaran di kelas atau dengan kata lain, melakukan uji coba model pembelajaran. Langkah ini dilakukan di beberapa sekolah yang sebelumnya telah memberikan izin praktek pembelajaran atau penelitian.
Populasi sekolah yang akan dijadikan tempat praktek
mengajar adalah seluruh sekolah dasar, baik negeri maupun swasta, di kota Bekasi. Namun begitu, mengingat keterbatasan tenaga, maka dari populasi yang ada, peneliti hanya menetapkan sampel dari sekolah yang ada, hanya sebanyak 12 sekolah swasta dan 12 sekolah negeri. Sampling technique yang digunakan adalah perpaduan antara cluster dan random sampling methods. Setelah beberapa kali melakukan uji coba model pembelajaran di sekolah-sekolah yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah hasil observasi dari pelaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan yang dilakukan oleh para pengajar. Observasi akan berbentuk tabel yang memuat kelengkapan keseluruhan tahapan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Oleh karena itu, observasi akan diarahkan pada 3 objek penelian, yaitu pengajar, pembelajar atau siswa, dan model yang sedang digunakan. Namun begitu, untuk dapat menambah informasi yang dibutuhkan, maka kuesioner terhadap pihak sekolah juga akan digunakan.
~ 138 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selanjutnya, peneliti mengolah data yang telah dikumpulkan. Peneliti mengolah data dengan teknik pengolahan data tertentu sehingga hasil pengolahan data diharapkan bersifat valid dan dapat dipercaya. Setelah langkah ini dilaksanakan, maka peneliti dan mahasiswa kembali melakukan uji coba model, hingga pada akhirnya peneliti menetapkan model pembelajaran yang dianggap paling tepat. Hasil akhir penelitian akan dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengambilan keputusan. Rekomendasi diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan penelitian yang terkait, misalnya: rekomendasi tentang bahan ajar, buku ajar, metode pengajaran, dan lainlain.
7. INSTRUMEN PENELITIAN Data penelitian ini didapat dari wawancara yang dilakukan kepada para Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Inggris dari sekolah-sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian. Wawancara terhadap Kepala Sekolah dan Guru dilakukan secara terpisah. Lebih detilnya dapat dilihat pada paragrap berikut. Instrumen wawancara terhadap Kepala Sekolah terdiri atas 5 butir pertanyaan (lihat Lampiran 1). Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti setelah sebelumnya mengajukan permohonan. Setelah memperoleh izin, peneliti melakukan wawancara. Wawancara direkam dengan alat rekam berupa handphone. Hasil rekaman kemudian dituliskan dalam bentuk transkrip. Secara umum, wawancara dengan Kepala Sekolah menitikberatkan pada pandangan atau kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan pengajaran Bahasa Inggris. Lebih detilnya, fokus pertanyaan juga terkait dengan pengajaran Bahasa Inggris khususnya pada kemampuan berbicara atau speaking skill. Seperti halnya instrumen wawancara terhadap Kepala Sekolah, maka instrumen wawancara terhadap Guru Bahasa Inggris juga dilakukan secara langsung oleh peneliti. Wawancara juga direkam dan hasilnya dituangkan dalam bentuk transkrip. Butir-butir wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2. Berbeda dengan Kepala Sekolah, wawancara terhadap Guru Bahasa Inggris menekankan pada praktek pengajaran di kelas. Oleh karena itu, pertanyaan berkaitan dengan teknik pengajaran, buku pegangan, dan lain-lain.
~ 139 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
8. ANALISIS HASIL PENELITIAN (SEMENTARA) Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, peneliti memperoleh informasi sebagai berikut: a.
Kebijakan umum sekolah atas pengajaran Bahasa Inggris, secara umum mengacu kepada kebijakan pemerintah, dalam hal ini penerapan Kurikulum 2009 melalui KTSP. Disebutkan bahwa pengajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dapat berbentuk muatan wajib dan muatan lokal. Wajib berarti setiap siswa akan memperoleh pengajaran.
b.
Secara umum sekolah memberikan perhatian yang besar terhadap pengajaran Bahasa Inggris. Bentuk perhatian sekolah adalah memberikan kesempatan siswa belajar bahasa Inggris di luar jam belajar resmi. Selain itu, sekolah juga memberikan para guru kesempatan untuk mengikuti peningkatan kualitas mengajar dalam bentuk pelatihan atau seminar, dan lain-lain.
c.
Pengajaran Bahasa Inggris yang menitikberatkan pada kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris belum terlalu menjadi perhatian. Oleh karena itu, mengingat pentingnya kemampuan ini, maka sekolah member kesempatan para Guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar sehingga dapat memfokuskan pada peningkatan keterampilan ini.
Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan para Guru, maka dapat diketahui bahwa: a.
Secara umum para Guru memiliki latar belakang yang sesuai dengan tugas yang diembannya sebagai pengajar Bahasa Inggris. Dengan demikian, hal ini menjadi nilai plus yang sesuai dengan harapan pemerintah.
b.
Pengajaran Bahasa Inggris mengacu pada Kurikulum 2019 atau KTSP
c.
Tujuan pengajaran Bahasa Inggris masih mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Namun begitu, dalam pelaksanaan di kelas, tujuan pengajaran masih belum terumuskan dengan jelas dan akurat
d.
Para Guru tidak memiliki buku pegangan resmi, sehingga pengajaran cenderung tidak terarah
e.
Metode pengajaran yang dilakukan lebih pada metode integrasi atau campuran seluruh keterampilan berbahasa. Selain itu, pengajaran mengacu pada kebutuhan khusus atau jangka pendek, misalnya kemampuan mengikuti atau memenangkan lomba.
f.
Pengajaran keterampilan berbicara belum menjadi perhatian khusus
~ 140 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
g.
Evaluasi atas kemampuan berbahasa Inggris belum terlaksana dengan baik karena jumlah siswa yang banyak. Selanjutnya, sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu perancangan modul untuk
pengajaran Bahasa Inggris untuk kecakapan berbicara atau speaking skill, maka sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, peneliti telah berhasil menyusun rancangan modul yang terdiri atas: a.
Teacher’s Guide; dapat dilihat di Lampiran 3
b.
Module; dapat dilihat di Lampiran 4
c.
Test Guide and Items; dapat dilihat di Lampiran
Daftar Pustaka Bueno, A, D. Madrid and N. McLaren, (eds). (2006) TEFL in Secondary Education.Granada: Editorial Universidad de Granada Halliday, M. A. K. 2000. An Introduction to Functional Grammar. Beijing: Foreign Language Teaching and Research Press Harmer,J. (2007) The Practice of English Language Teaching. 4th ed. London: Longman. Jones, Linda K. 1977. Theme in English Expository Discourse In Language Culture and Cognition, Edward Sapir Monograph Series. Lake Bluff: Jupiter Press
~ 141 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
IMPLEMENTASI PERILAKU BUSHIDO MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA IMPLEMENTATION OF BUSHIDO ATTITUDE BY JAPANESE LITERATURE STUDENT IN DARMA PERSADA UNIVERSITY JAKARTA Nani Dewi Sunengsih, Widiastuti. Universitas Darma Persada
[email protected]
Abstrak Bushido adalah etika moral bangsa Jepang meliputi kejujuran, keberanian, kebajikan, kesopanan, integritas, kehormatan dan kesetiaan yang telah menjadi karakter bangsa Jepang dan tercermin dalam sumber daya manusia Jepang. Sumber daya manusia Jepang telah berhasil membangun Jepang menjadi negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perilaku Bushido mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada. Hasil penelitian, mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada mengimplementasikan kejujuran, keberanian, kebajikan, kesopanan, integritas dan kesetiaan dengan baik, namun kurang mempunyai rasa hormat. Kata Kunci: Implementasi, perilaku, Bushido, Mahasiswa I. PENDAHULUAN Saat ini, kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia dapat secara langsung diketahui berkat kemajuan teknologi. Dunia terasa semakin sempit karena cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia dapat diketahui di rumah. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan yang sangat besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai karakter yang ada di masyarakat, termasuk mahasiswa. Kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi di kalangan mahasiswa telah pula mengubah gaya hidup mereka. Salah satunya adalah gaya hidup hedonis. Anggapan bahwa materi atau kesenangan adalah segalanya, rupanya menjadi prinsip banyak orang yang tinggal di kota-kota metropolis. Mereka berlomba-lomba untuk dapat meraih apa yang mereka impikan walaupun mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya. Clubbing, liburan ke luar negeri, kemana-mana harus membawa mobil, tinggal di apartemen, koleksi gadget serba mahal, belanja dan makan serba mewah, perawatan ke salon
~ 142 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
termahal, olahraga di gym, atau masih banyak kegiatan "hedon" lain yang mereka biasa kerjakan demi memperoleh kepuasan. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan perilaku yang diharapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah mengembangkan potensi diri peserta didik menjadi kemampuan dengan dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan, kepribadian, akhlak mulia, dan kemandirian. Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam membangun karakter mahasiswa. Mahasiswa sebagai peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan satuan pendidikan tertentu. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Demikian halnya dengan mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Darma Persada Jakarta yang diberikan pembelajaran tentang karakter Bushido yang luhur. Bushido merupakan nilai-nilai hidup atau etika moral bangsa Jepang dalam berperilaku. Nilai-nilai yang dimaksud di antaranya adalah tentang kejujuran, keberanian, kebajikan, sopan santun, integritas, kehormatan dan loyalitas. Di Jepang, Bushido telah ditanamkan sedari kecil di rumah dan masyarakat sekitar serta menjadi pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah. Ketika dewasa, nilai-nilai Bushido tersebut menjadi karakter bangsa Jepang dan tercermin pada sumber daya manusia Jepang. Sumber daya manusia Jepang telah berhasil mengantarkan bangsa Jepang menjadi negara maju. Mengacu pada kemajuan Jepang yang mengedepankan nilai-nilai Bushido, maka pemahaman tentang Bushido diberikan pada pelajaran sejarah dan kebudayaan Jepang di Universitas Darma Persada. Pembelajaran tentang perilaku Bushido sangat sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional karena berisikan ajaran-ajaran perilaku luhur seperti rasa malu, hidup hemat, pantang menyerah, mandiri, kesetiaan, disiplin, kerjasama kelompok, keberanian, kehormatan, keteguhan hati, menjaga nama baik dan lain-lain. Ajaran tersebut diperlukan mengingat pendidikan karakter diperlukan pada masa sekarang, di mana sebagian mahasiswa berperilku yang bertentangan dengan perilaku luhur seperti kurang disiplin dan kurang memahami sopan santun. Pembelajaran tentang perilaku Bushido diharapkan dapat diimplementasikan oleh mahasiswa Sastra Jepang dalam kehidupan sehari-hari, dalam bergaul dengan suatu
~ 143 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kelompok sosial maupun di lingkungan sekitar, di manapun tanpa memandang dari mana individu berasal, bagaimana status sosial individu dan dari segi ekonomi individu. Implementasi perilaku Bushido mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada dapat dikatakan mencerminkan karakter mereka dan dapat berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia.
2. METODE PENELITIAN Desain dan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini merupakan analisis yang bertujuan menggali dan mengemukakan data mengenai keadaan yang sebenarnya. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan: a) Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang didasarkan pada buku-buku panduan atau sumber-sumber lainnya yang memuat data yang diperlukan. b) Penelitian Lapangan berupa penelitian yang dilakukan dengan melihat secara langsung terhadap obyek penelitian dengan melakukan 2 (dua) teknik yang dipakai dalam penelitian lapangan: 1) Teknik Angket adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara memberikan angket/kuesioner kepada responden yang telah ditetapkan. 2) Teknik Observasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati langsung obyek penelitian di lokasi penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a)
Pembahasan
Untuk mengetahui implementasi perilaku karakter Bushido mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Darma Persada, maka pernyataan dalam penelitian
berisi tentang
kejujuran, keberanian, kebajikan, sopan santun, integritas, kehormatan dan loyalitas mengacu kepada kehidupan kampus. 1) Pernyataan penelitian terdiri dari 35 soal 2) Responden terdiri 60 orang mahasiswa Jurusan Jepang S1 Universitas Darma Persada. 3) yang terdiri dari beberapa angkatan. 4) Responden yang mengumpulkan angket 50 orang.
~ 144 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
5) Penghitungan memakai skala likert 6) Skala jawaban
Skala Jawaban Sangat sering Sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah
Nilai Pertanyaan positif 5 4 3 2 1
Nilai Pertanyaan Negatif 1 2 3 4 5
7) Skor Kriterium Rumus 5 x 50 = 250 4 x 50 = 200 3 x 50 = 150 2 x 50 = 100 1 x 50 = 50
8)
Skala SS S J SJ TP
Rating Skala Skor
Skala
201 - 250 151 - 200 101 - 150 51 - 100 1 - 50
SS S J SJ TP
b) Hasil Penelitian Nilai Bushido Kejujuran Keberanian Kebajikan Sopan santun Integritas Kehormatan Loyalitas
Skor
Hasil Penelitian dalam Persentase (skor : jumlah responden x 100%) 71.04 % 69.12 % 72.8 % 71.12 % 67.12 % 58.24 % 72.64 %
177.6 172.8 182 177.8 167.8 145.6 181.6
Hasil penelitian tentang implementasi kejujuran, keberanian, kebajikan, sopan santun, integritas, kehormatan dan loyalitas pada mahasiswa Sastra Jepang S1 menunjukkan bahwa
~ 145 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
skor tentang kejujuran adalah 177.6, keberanian 172.8, kebajikan 182, sopan santun 177.8, integritas 167.8 kehormatan 145.6, loyalitas 145.6. Dari hasil penelitian implementasai perilaku karakter Bushido mahasiswa Sastra Jepang Univeritas Darma Persada, skor tertingginya adalah kebajikan 182 dan skor terendah yaitu kehormatan 145.6. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang sangat menjunjung tinggi kebajikan, namun agak melalaikan rasa hormat. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa Sastra Jepang mempunyai rasa cinta, kebesaran jiwa, sayang kepada orang lain, simpati dan rasa kasihan. Nilai Bushido tentang kebajikan ini menurut Nitobe disertai dengan kekuatan untuk mendukung dan membela. Mempunyai nilai kebajikan yang tinggi, namun mahasiswa Sastra Jepang agak melalaikan rasa hormat, padahal menurut Nitobe, kehormatan adalah kemuliaan pribadi yang mewarnai jiwa seseorang, serta kesadaran akan martabat individu yang berharga. Kejujuran dengan skor 177.6 menduduki peringkat keempat dibandingkan dengan ketujuh nilai Bushido yang lain. Menurut Nitobe, kejujuran adalah sifat yang wajib dimiliki oleh seseorang. Jika seseorang memiliki sifat jujur dan berjalan di atas jalan lurus, dapat dipastikan bahwa ia seseorang yang pemberani. Berani tidak saja mengacu pada keberanian dalam berperang, tetapi juga berani menghadapi berbagai cobaan hidup.
Ini artinya
mahasiswa Sastra Jepang tidak mengedepankan kejujuran, sementara kejujuran adalah nilai Bushido yang pertama. Kejujuran dimaknai sebagai keberanian untuk memutuskan. Keberanian dengan skor 172. 8 menduduki peringkat kelima, sementara dalam tujuh nilai Bushido ada pada peringkat kedua setelah kejujuran, di mana sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa dengan mempunyai sifat jujur dapat dipastikan seorang pemberani. Keberanian hampir tidak dinilai luhur bila dimasukkan berbagai kewajiban, tidak diamalkan demi kejujuran. Dalam ajaran Konfusius merumuskan keberanian, mengetahui apa yang benar, tetapi tidak melaksanakannya. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang kurang mempunyai keberanian. Kesopanan mahasiswa Sastra Jepang menduduki peringkat ketiga dengan skor 177.8. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang cukup sopan. Menurut Deam, dari enam unsur kemanusiaan, sopan santun adalah tempat yang paling luhur karena merupakan buah yang paling matang dari pergaulan sosial. Kesopanan sangat penting untuk semua bidang kehidupan dan dapat menunjang kesuksesan karena prilaku sopan adalah prilaku yang pantas kepada orang lain.
~ 146 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Loyalitas atau kesetiaan menduduki peringkat kedua, dengan skor 181.6. Ini artinya loyalitas atau kesetian mahasiswa Sastra Jepang dalam peringkat baik. Dalam ajaran Konfusionisme, makna kesetiaan menjadi bernuansa moral. Nilai moral yang terkandung didalamnya meliputi nilai moral sosial loyal terhadap pimpinan atau atasan. Skor integritas mahasiswa Sastra Jepang 167.8 menduduki peringkat keenam, namun masih dalam tingkat baik. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang mempunyai kemampuan membuat keputusan yang benar dan melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab.
4. KESIMPULAN Mahasiswa Sastra Jepang Univeritas Darma Persada mengimplementasikan perilaku Bushido dalam hal jujur dalam bersikap,
berani mempertahankan kebenaran, perduli
terhadap masyarakat sosial, bersikap sopan, bertanggung jawab terhadap tugas, berdedikasi dan setia pada tugas, serta menjaga martabat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Sastra Jepang S1 Universitas Darma Persada mengimplementasikan nilai Bushido dengan rata-rata berperilaku baik, namun kurang mempunyai rasa hormat.
DAFTAR PUSTAKA
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. 2005. The Handbook of Attitude. London: Routledge. Azwar, Saifuddin. 2008. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Napitupulu. 2007. Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunas Media. Nitobe, Inazo. 1994. Bushido: The Soul of Japan. Tokyo: Charles E. Tuttle Simanjuntak, Reminisere U.F. 2011. Analisis Pesan Moral Dalam Dongeng Momotaro Karya Yei Theodora Ozaki. Medan: Universitas Sumatera Utara Soekanto, Soerjono. 1994. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Suryohadiprojo, Sayidiman. 1992. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta: Pustaka Braja Guna.
~ 147 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstrak
Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning) untuk membantu cara menghafal makna kosakata dan makna pla kalimat yang ada pada buku pelajaran. Cara yang dipakai adalah dengan membuat kelompok yang mana tiap-tiap kelompok mendapatkan tugas untuk bersama-sama mencari makna kosa kata dan makna pola kalimat yang ada dalam bacaan yang menjadi tanggungjawabnya. Sumber data yang digunakan adalah jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan dari soal bacaan yang berjudul Hyaku pasento no urainaishi) pada ujian mata kuliah Dokkai V (pemahaman bacaan) yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016-2016.Hasil analisis menunjukkan jawaban benar dari mahasiswa yang menggunakan metode SCL ada 65% dan jawaban mahasiswa yang tidak menggunakan metode SCL sebanyak 54%. Namun demikian ditemukan juga adanya mahasiswa yang sama sekali tidak menjawab soal yang diberikan atau penggunaan pola kalimat yang kurang tepat. Meskipun masih adanya kesalahan dalam penggunaan pola kalimat yang kurang tepat. Meskipun masih adanya kesalahan dalam penggunaan pola kalimat, namun kami dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa sudah dapat memahami pertanyaan dan memahami isi bacaan yang diberikan. Kata Kunci : dokkai, SCL, kelompok, bacaan, kalimat. 1. PENDAHULUAN Dokkai merupakan salah satu mata kuliah yang disajikan kepada mahasiswa jurusan sastra Jepang Universitas Darma Persada. Dokkai berasal dari kanji 読 (membaca) dan 解 (paham) jadi, makna Dokkai adalah memahami bacaan atau wacana. Memahami suatu wacana Bahasa Jepang (Dokkai) bagi mahasiswa tidak bisa kita katakan sebagai suatu hal yang mudah. Apabila tidak mengerti arti kosa kata maka akan sulit memahami makna suatu wacana. Selain kosa kata, memahami pola kalimat dan hubungan antar kalimat juga merupakan suatu hal penting untuk memahami isi bacaan secara keseluruhan. Sejalan dengan perkembangan teknologi, paradigma model pembelajaran pun sedikit demi sedikit berubah. Tujuan pembelajaran dan kebutuhan belajar disusun berdasarkan keinginan para pendidik bukan peserta didik. Sehingga motivasi untuk belajar menjadi hilang disebabkan oleh kenyataan bahwa peserta didik diharuskan belajar menurut apa yang harus
~ 148 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dipelajari, bukan apa yang diinginkan oleh peserta didik. Padahal motivasi dari dalam diri sendiri adalah sangat dibutuhkan bagi seorang peserta didik untuk terus dan suka belajar. Berdasarkan hasil dari evaluasi pembelajaran terdahulu melalui observasi bahwa sebagian mahasiswa hanya mampu menjawab pertanyaan yang mana kalimatnya dan kosakatanya sama dengan yang ada pada wacana. Oleh karena itu, untuk menyikapi permasalahan ini diperlukan metode pembelajaran yang lebih komunikatif dan materi yang menunjang dan lebih interaktif. Penulis menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student-Centered Learning) untuk membantu cara menghafal makna kosakata dan makna pola kalimat yang ada pada buku pelajaran. Cara yang di pakai adalah dengan membuat kelompok yang mana tiap-tiap kelompok mendapatkan tugas untuk bersama-sama memcari makna kosa kata dan makna pola kalimat yang ada dalam bacaan yang menjadi tanggung jawabnya. SCL tidak melupakan peran dosen, dalam SCL dosen masih memiliki peran seperti (1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran; (2) mengkaji kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran; (3) merancang strategi dan lingkungan pembelajaran dengan menyediakan berbagaipengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada matakuliah yang diampu; (4) membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan nyata; (5) mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensinya. Sementara itu, peran yang harus dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen; (2) mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen; (3) membuat rencana pembelajaran untuk matakuliah yang diikutinya; (4) belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir; (5) tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi) baik
secara individu maupun
berkelompok; (6) mengoptimalkan kemampuan dirinya. Sedangkan Pada TCL (Teacher Centered Learning), peran mahasiswa untuk aktif dalam perkuliahan menjadi terbatas. Perbaikan dari metode ini biasanya berupa diskusi tanya jawab tetapi dengan tetap mengedepankan peran dosen dalam perkuliahan. Dalam bahasa lain, ilmu pengetahuan dianggap sudah jadi dan dosen disini dikatakan melakukan transfer of knowledge.
~ 149 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Metode pembelajaran dengan pendekatan SCL merupakan metode pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar mengajar. Metode pembelajaran dengan student centered menjadikan peserta didik aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, mampu menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab pertanyaannya dan memiliki kemampuan dalam membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik mampu untuk memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya Setiap model pembelajaran selalu ada nilai positif dan negatifnya. Menurut Geraldine O’Neil dan Tim McMahon (2005) bahwa titik perbedaan TCL dan SCL yaitu:
Teacher-Centered Learning (TCL)
Student-Centered Learning (SCL)
Pilihan siswa tingkat rendah
Pilihan siswa tingkat tinggi
Siswa pasif
Siswa aktif
Kekuatan pada dasarnya ada di Guru
Kekuatan pada dasarnya ada di Siswa
1.1 Perumusan Masalah Peran mahasiswa dalam pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen; (2) mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen; (3) membuat rencana pembelajaran untuk matakuliah yang diikutinya; (4) belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir; (5) tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi) baik
secara individu maupun berkelompok; (6)
mengoptimalkan kemampuan dirinya. Penelitian akan difokuskan pada hasil evaluasi yang dicapai oleh mahasiswa setelah menggunakan metode SCL ini.
1.2 Tinjauan Pustaka Student-Centered Learning Ide dasar dari student-centeredness adalah “student might not only choose what to study, but how and why that topic might be an interesting one to
~ 150 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
study” SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom. Dengan prinsip prinsip ini maka para mahasiswa diharapkan memiliki dan menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skills dan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi menjadi fasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai sumber pengetahuan utama. Secara operasional, di dalam SCL para mahasiswa memiliki keleluasaan untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa dan rasa), mengeksplorasi bidang/ilmu yang diminatinya, membangun pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri. Keleluasaan para mahasiswa ini difasilitasi oleh dosen yang menerapkan “Patrap Tri Loka” secara utuh (sebagaimana telah diketahui oleh para pendidik di Indonesia, yaitu “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani”). Sebenarnyalah bahwa Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan adanya karakteristik SCL dan “Patrap Tri Loka” Di dalam Bab III pasal 4 ayat (3) terdapat ketentuan tentang penyelenggaraan pendidikan, sebagai berikut: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat” Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (4) terdapat ketentuan sebagai berikut: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”. 1.3 Tujuan Penelitian Dengan pengertian SCL di atas kami mengharapkan mahasiswa dapat lebih aktif belajar dan mencari sumber data, lebih dapat berinteraksi dengan teman-temannya serta mempunyai pengalaman belajar yang menyenangkan Penelitian ini mempunyai tujuan utama,, Menganalisis hasil evaluasi dari penerapan metode SCL pada mata kuliah Dokkai 5.
~ 151 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami suatu wacana dan membantu mahasiswa menguasai bahasa yang sedang dipelajari. 2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Objek Penelitian Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil hasil ujian akhir mahasiswa Universitas Darma Persada program S1 semester 5 pada mata kuliah Dokkai 5 yang dilaksanakan pada bulan Januari 2016.
Tabel 1. Rincian Responden Jumlah Responden Kelas A
39
Kelas B
31
Kelas A adalah kelas dengan penerapan metode SCL Kelas B adalah Kelas tanpa metode SCL
2.2. Hasil Analisis Tabel 2. Jumlah jawaban benar responden pada tiap-tiap pertanyaan Pertanyaan
Pertanyaan
Pertanyaan
Pertanyaan
Pertanyaan
No. 1
No. 2
No. 3
No. 4
No. 5
Kelas A
87%
74%
46%
56%
62%
65%
Kelas B
64%
48%
55%
55%
48%
54%
~ 152 ~
Rata-rata
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Bacaan 100%の占い師 いっしょうけんめいべんきょう
と
けいけん
せっかく一 生 懸 命 勉 強 したのにテストでいい点が取れなかったという経験はだ きたい
てんすう
はんたい
れにでもある。期待していたほどいい点数がとれないとがっかりする。反対に、思 っていたよりいい点数がとれるとうれしくなる。 私の友達にあまり勉強しないのにいい点をとる人がいる。いつも試験に出そうな よそう
あ
ところを予想して、そこだけ勉強する。そして、その予想が本当によく当たるのだ。 ぜんかい
前回のテストでも、そんなところは出ないだろうと思っていたら、本当にそこが出 おどろ
たので 驚 いた。運がいいだけかもしれないが、私とは全く反対だ。 やきゅう
か
私は野球が好きなので、よく友達と一緒にどっちのチームが勝つか予想するのだ おうえん
が、今まで当ったことがない。私が応援するチームは必ず負ける。先日もはずれた やくそく
方が当たった人にごちそうするという約束をしたのだが、やはり私がごちそうする ことになった。 しょうらい
ある日私は友達に「 将 来 占い師になったほうがいいよ J と言われた。予想がはず れてばかりいる私がどうして占い師になれるのだろうかと思ったが、その友達によ ると、100%はずれる人は 100%当たる人と同じくらいすごいのだそうだ。 なるほど きゃく
と思った。お 客 さんはいつも私の言ったことと反対のことを信じればいいのだか ら。 たから
それなら 宝 くじも当たるのではないかと思つたので、次の日に当たりそうもな けっか
い店に行って買ってみた。どんな結果が出るか楽しみだ。
Soal 1. 筆者の友達はいい点をとるために、どうやって勉強していますか。 2.どうして筆者は友達にごちそうをしましたか。 3. 予想が 100%はずれる人は、運がよくないと思いますか。 4. 筆者はどうして占い師になれるのですか。 5. あなたは、どのような占いを信じていますか。
~ 153 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Kesimpulan 1. Masih ditemukan adanya mahasiswa yang tidak menjawab soal sama sekali atau jawaban mahasiswa yang kalimatnya kurang tepat. Meskipun masih adanya kesalahan dalam penggunaan pola kalimat namun kami dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa yang dapat memahami pertanyaan dan memahami isi bacaan lebih meningkat jumlahnya walaupun tidak terlalu banyak. 2. Metode pembelajaran dengan cara mahasiswa melakukan presentasi di kelas kami nilai kurang efektif karena mahasiswa terlalu berkonsentrasi dengan materi yang menjadi bagiannya saja sehingga kurang memperhatikan presentasi teman-temannya.
Daftar Pustaka : Creswell, J, W.2010. Research Design (terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Pongtuluran, A dan Rahardjo, A.I. 1999. Student-Centered Learning: The Urgency and Possibilities. Seminar Sehari : Innovative Approaches in Higher Education, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 28 Agustus. 1999 Rasiban, Linna Meilia. Penerapan Student Centered Learning (SCL) Melalui Metode Mnemonik dengan Teknik Asosiasi pada Mata Kuliah Kanji Dasar, Jurnal Ilmiah Rogers, C. 1983. As a teacher, can I be myself? In Freedom to learn for the 80s. Charles E. Merrill Publishing Company
~ 154 ~
Ohio:
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BIDANG PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) Aji Setiawan Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Darma Persada
[email protected]
Abstrak Kebutuhan sistem informasi terus berkembang pesat diberbagai bidang namun berbeda jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi informasi didunia peternakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak berdasarkan kemanfaatan (perceived usefullness) dan kemudahan (perceived ease to use) terhadap niat (intention to use) menggunakan sistem berdasarkan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) dengan sebelumnya membuat model prototipe Poultry Management System (PMS) yang diberi nama Indo-Layer. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan metode statistik dengan teknik Multivariate Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan aplikasi smartPLS 3.2. Hasil penelitian menunjukan hubungan yang positif antara persepsi kemanfaatan (perceived usefullness) dan kemudahan (perceived ease to use) terhadap niat (intention to use) menggunakan sistem berdasarkan model prototipe Indo-Layer yang telah dibuat. Kata kunci : Technology Acceptance Model (TAM), Poultry Management System (PMS), Structural Equation Modeling (SEM), Indo-Layer, smartPLS 3.2.
1. PENDAHULUAN Proses perubahan dan perkembangan teknologi informasi terus berkembang dengan sangat pesat hampir diseluruh bidang produktif baik penyedia layanan sampai jasa namun berbeda jika kita sandingkan dengan perkembangan teknologi di dunia peternakan. Padahal menurut data tercatat Jumlah populasi ayam ras petelur di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2009 adalah 94,4; 108; 115 juta ekor (BPS, 2012) dan konsumsi rata-rata perminggu setiap orang sebesar 0,169 kg. Berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan kajian mengenai penggunaan sistem informasi yang saat ini digunakan dan apa yang menjadi persoalan untuk mendukung peningkatan produktifitas ayam petelur sehingga output yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak.
~ 155 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kegunaan sistem informasi (usefulness) mempengaruhi niat untuk menggunakan (intention to use) pada CV Citra lestari farm. 2. Apakah persepsi kemudahan (perceived ease to use) berpengaruh langsung terhadap niat (intention to use) dalam adopsi PMS? 3. Bagaimana membuat rancangan model atau prototipe PMS yang ditawarkan bisa sesuai dengan kebutuhan pengguna. 1.2.
Batasan Masalah
Untuk melakukan penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah untuk memfokuskan penelitian dan keterbatasan waktu, batasan masalah yaitu pada salah satu peternakan telur di setu bekasi, jawa barat. 1.3.
Tinjauan Pustaka
1.3.1. Technology Acceptance Model (TAM) Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude),keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship).Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap - tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu : 1. Kemudahan penggunaan (ease of use) 2. Kemanfaatan (usefulness) Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna (davis, 2005). Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).
~ 156 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.3.2. Poultry Management System (PMS) Secara umum istilah budidaya ayam biasa disebut dengan poultry, Poultry Management System adalah sebuah sistem informasi yang dikhususkan untuk ayam. Dimasa depan sudah menjadi keharusan sebuah sistem mendukung proses dan manajemen peternakan unggas (H.A. Elson, 1988). Manajemen unggas yang baik merupakan hal penting dalam memastikan keberhasilan usaha ayam petelur. Itu sebabnya diperlukan perangkat lunak yang mudah digunakan, yang memungkinkan peternak fokus pada pengelolaan ayam sementara IT diharapkan bisa menjadi supporting untuk mengoptimalkan bisnis perunggasan ini. Bisnis peternakan unggas umumnya menguntungkan dan jika dijalankan dengan benar, apalagi jika dibantu dengan software peternakan unggas yang baik. Sebuah bisnis unggas dapat fokus pada produksi telur dan pembibitan ayam, karena itu dibutuhkan sebuah sistem Poultry Management System yang sesuai dengan kebutuhan para peternak diindonesia.
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menguji tingkat persepsi berdasarkan metode TAM dengan konstruk kemanfaatan (perceived usefullness) terhadap niat untuk menggunakan (intention to use) dalam adopsi PMS. 2. Mengungkap pengaruh persepsi kemudahan berdasarkan metode TAM dengan konstruk (perceived ease to use) terhadap niat untuk menggunakan (intention to use) dalam adopsi PMS. 3. Membangun sebuah prototipe perancangan model dan aplikasi PMS sebagai media uji metode TAM.
1.5.
Metodologi penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif (descriptive research) dengan analisis korelasional yang membentuk analisis untuk menjawab pertanyaan pengaruh beberapa variabel. Variabel yang diukur dibedakan atas dua hal yaitu variabel bebas/independen yang terdiri dari kegunaan
~ 157 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sistem informasi (perseived usefulness (X1)) dan kemudahan penggunaan (perseived ease of use (X2)) sedangkan variabel terikat/dependen adalah intention to use (Y). Kuesioner disusun berdasarkan model TAM, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik permodelan statistik SEM dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan terhadap para pegawai dilingkungan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dimana data tersebut diperoleh langsung dilapangan (Hasan, 2002), metode pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling dengan kriteria (1) responden yang dipilih adalah pegawai perusahaan. (2) responden telah menggunakan system indo-layer. Sebanyak 35 kuesioner diberikan langsung kepada para pegawai, dimana sebelumnya telah dilakukan simulasi untuk mengurangi peluang terjadinya ketidakvalidan dalam pengisian kuesioner, skala diukur berdasarkan model skala Likert (1-6). 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Model Sistem Prototipe Model PMS yang diujicoba dilapangan adalah model yang dibuat diberi nama IndoLayer. Model Indo-Layer merupakan model PMS (Poultry Management System) berbasis web untuk kebutuhan operasional peternakan khususnya ayam petelur. Tujuan dari indolayer tidak lain sebagai media edukasi peternak dalam memanfaatkan IT sebagai media pendukung untuk mengelola peternakan ayam petelurnya. Berikut merupakan arsitektur dan interface prototipe indo-vote yang dibuat. Notebook / PC
Smart Phone
Internet Primary Database
Web Server
~ 158 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2.2.
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik responden berdasarkan usia dan media sebagaimana tertera pada tabel berikut : No
Umur (Tahun)
Jumlah
Persentase
1.
18-25
8
23%
2.
26-35
21
60%
3.
> 36
6
17%
Jumlah
35
100%
Sumber : Data Primer, diolah (2016)
o
Media / Perangkat IT
Jumlah
Persentase
1.
PC Desktop
5
14 %
2.
Laptop/notebook
8
23 %
3
Smartphone
22
63 %
Jumlah
35
100%
Sumber : Data Primer, diolah (2016) 2.3.
Analisis Measurement Model (Outer Model)
Tahapan-tahapan dalam melakukan pengujian measurement model (outer model) dengan pendekatan PLS adalah sebagai berikut :
~ 159 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
a.
Pengujian individual item reliability Berdasarkan skema output path diagram pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa tidak ada indikator yang perlu dieliminasi karena seluruh indikator memiliki nilai factor loading > 0,50.
b.
Pengujian internal consistency Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha dari model penelitian, dapat dilihat pada Tabel berikut. AVE
Composite
R Square
Reliability
Cronbachs Alpha
Perseived usefulness
0,721
0,911
0,867
Perseived ease of use
0,689
0.866
0.772
Intention to use
0,652
0.848
0,419
0.733
Sumber : Data Primer, diolah (2016) Jika kita melihat Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai composite reliability dan nilai AVE setiap variabel lebih besar dari 0,70 sebagai cut-off value-nya, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria reliabel dan valid. Sedangkan untuk nilai cronbach’s alpha, seluruh variabel memiliki nilai diatas nilai yang direkomendasikan ( > 0,70), yaitu variabel intention to use. Oleh karena itu, internal consistency dapat disimpulkan telah terpenuhi. Setelah melakukan seluruh pengujian measurement model diatas, telah terbukti bahwa penelitian sudah memenuhi persyaratan seluruh tahapan pengujian. Kesimpulan yang didapat dari pengujian diatas yaitu proses pengujian structural model sudah dapat dilakukan. Pengujian structural model dimaksudkan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan. 2.4.
Analisis Structural Model (Inner Model) Pengujian hipotesis didasarkan pada nilai yang terdapat pada output result for inner
weight. Tabel berikut memberikan output estimasi untuk pengujian model structural. Original
Mean
Sample
Subsamples
Deviation
Estimate (O)
(M)
(STEDEV)
~ 160 ~
of Standard
T-Statistics (|O/STERR|)
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PEU -> IU
0,240
0,237
0,296
1,809
PU -> IU
0,342
0,319
0,268
2,275
Sumber : Data Primer, diolah (2016) Tingkat signifikansi path coefficient didapat dari nilai t-value dengan menjalankan algortima Bootstrapping, yang digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan. Tingkat signifikansi 0,05, hipotesis akan diterima apabila t-value melebihi titik kritis sebesar 1,645. Tabel dibawah ini merupakan rangkuman dari hasil pengujian hipotesis dengan pendekatan PLS. Path
T-Value
Keterangan
Coefficient
Perseived usefulness -> Intention to Use
0,342
2,275 Signifikan
Perseived ease of use -> Intention to Use
0,240
1,809 Signifikan
Berdasarkan hasil uji structural model yang terdapat pada tabel diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Hipotesis bahwa perseived usefulness berpengaruh terhadap intention to use terbukti signifikan dengan koefisien sebesar 2,275. Oleh karena itu hipotesis ini diterima. b. Hipotesis bahwa perseived ease of use berpengaruh terhadap intention to use terbukti signifikan dengan koefisien sebesar 1,809. Oleh karena itu hipotesis ini diterima.
3. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan teknologi PMS dalam peternakan ayam petelur disalah satu perusahaan berdasarkan model prototipe e-voting yang sudah dibuat yaitu indo-layer. Beberapa variabel diuji dengan menggunakan teknik analisis Partial Least Square (PLS) atau biasa disebut variance based SEM, tools yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel tersebut, menggunakan SmartPLS 3.2. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil demografi mayoritas usia responden berumur 26-35 (60%), hasil menunjukan responden berada pada usia dewasa produktif. b. Penggunaan smartphone sebesar 63%, menandakan bahwa responden sudah cukup familiar dengan perkembangan teknologi
~ 161 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
c. Terdapat pengaruh signifikan antar faktor perseived usefulness & perseived ease of use menentukan niat penggunaan sistem, ini menandakan semakin bermanfaat dan semakin mudah sebuah sistem dimata responden bisa menentukan niat untuk menggunakan sebuah sistem PMS. d. Berdasarkan hasil penelitian, prototype indo-layer yang telah dievaluasi dikatakan efektif dikarenakan beberapa faktor/pola adopsi kesuksesan dapat diterima (perseived usefulness & perseived ease of use). 4. SARAN Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan beberapa saran agar penelitian mendatang menjadi lebih baik lagi. Saran-saran yang diajukan berdasarkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah saran-saran yang bisa dipertimbangkan : (1) Pembuatan dan pengembangan PMS sepatutnya dapat mengakomodir pengguna gadget, hal ini melihat data demografi bahwa pemilih yang terbiasa menggunakan gadget sebesar 63%, persentase tersebut akan semakin besar ditahun-tahun kedepan dikarenakan teknologi smartphone dapat menjawab segala kebutuhan individu dalam berkomunikasi dan multimedia. (2) Pengembangan selanjutnya bisa lebih menekankan pada bagaimana sistem dapat membantu pemilik dalam memonitor dan meningkatkan produktivitas produksi nya. Diperlukan standar peternakan ayam berdasarkan strain ayam yang telah digunakan diberbagai negara. (3) Peneliti selanjutnya agar selalu tetap mengacu pada padoman manfaat (usefulness) dan kemudahan (ease of use) pengguna karena kedua faktor tersebut dalam penelitia ini telah terbukti signigikan mempengaruhi niatan responden untuk menggunakan sebuah sistem.
~ 162 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, John E., et al. (2006). The Drivers for Acceptance of Tablet PCs by Faculty in a Collage of Business. Journal of Information Systems Education, 17(4), 429-440. Davis, Fred D., 1989, “Measurement Scales for Perceived Usefulness and Perceived Ease of Use”, (retrieved, 23 Desember 2005) H. A. Elson (1988). Poultry management systems—Looking to the future. World's Poultry Science Journal, 44, pp 103-111. doi:10.1079/WPS19880014. Hair, Joseph F., Black, William C, Babin, Barry J., Anderson, Rolph E., & Tathan, Ronald L. (2006). Multivariate Data Analysis (6th ed). New Jersey : Prentice-Hall, Inc Hasan, M.I (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Kementan (2015). Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, ISBN : 978 - 979-628-031- 5 Gardner, C. dan Amoroso, D.L. (2004), “Development of an instrument to measure the acceptance of internet technology by consumers”. Proceedings of the 37 Hawaii International Conference on System Sciences, IEEE, Washington, Vol. 8, 5-8 January. Sanchez, Gaston. (2009). Partial Least Squares Frequently Asked Questions. Department of Statistics and Operations Research, Universitat Politecnica de Catalunya. Sekaran, U., 2003. Research Method for Business 4thed, New York : John Wiley & Son. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Udeh, Ezejiofo Patrick. (2008). Exploring User Acceptance of Free Wireless Fidelity Public Hot Spots : An Empirical Study. Human Technology : An Interdisipliniary Journal on Humans in ICT Environments, 4(2), 144-168. http://pinsar.com
~ 163 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada Abstrak Gasifikasi biomassa telah mulai digunakan sejak perang dunia ke II, untuk transportasi. Sejak terjadinya krisis energi teknologi ini mulai dilirik kembali, karena sifatnya yang tidak menghasilkan emisi gas CO2 dan menggunakan sumber bahan bakar yang terbarukan. Gasifikasi biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas sekaligus sehingga total effisiensinya mncapai >70%. Penelitian yang dilakukan berupa gasifikasi biomassa downdraft gasifier skala kecil menggunakan bahan bakar limbah biomassa seperti tempurung kelapa, ranting kayu, dll. Hasil percobaan yang dilakukan belum begitu berhasil karena suhu reaktor belum mencapai sasaran. Untuk itu telah dilakukan perbaikan rancangan. Kata kunci : biomassa, downdraft gasifier, gasifikasi, energi termal, rancangan 1. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai potensi limbah biomassa setara dengan 32.654 MW dan baru sekitar 1.717 MW yang dimanfaatkan. Sumber limbah biomassa ini tersebar di seluruh plosok tanah air tetapi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembangunan ekonomi daerah. Menghadapi krisis energi Indonesia seharusnya lebih menggalakkan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang total potensi dari hidro, panas bumi dan biomassa bisa mencapai 136.5 GW belum termasuk sumber energi surya, angin dan samudera. Jumlah ini jauh melampaui listrik terpasang saat ini jumlahnya sekitar 49 MW yang terdiri dari pembangkit PLN maupun swasta. Teknologi gasifikasi untuk suad dimulai sejak tahun 1788 dimana Robert Wagner memperoleh patennya. Kemudian tahun 1840 Prancis sudah berhasil mengkomersialkan teknologi konversi biomassa ini. Tahun 1901 J.W. Parker berhasil membuat gasifier untuk menjalankan kendaraan dan pada tahun 1939, 90% dari total 250000 kendaraan di Swedia menggunakan teknologi gasifikasi biomassa. Di Indonesia penelitian gasifikasi biomassa telah dimulai oleh ITB sejak tahun 1976 bekerjasama dengan Universitas Twente. Penelitian ini mencoba untuk merancang sebuah gasifikasi limbah biomassa sekala kecil dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan bakarnya.
~ 164 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. STUDI PUSTAKA Manurung (1994) dalam disertasinya mengupas secara teori dan percobaan mengenai gasifikasi sekam padi untuk pembangkit listrik skala kecil (30 kW). Susanto (2015) menjelaskan secara rinci teknologi gasifikasi sekam yang sejarahnya dimulai di ITB sejak tahun 1976. Pada awalnya mereka bekerjasama dengan TH Twente (Belanda) untuk menghasilkan proses gasifikasi dengan umpan 2 kg/jam. Affendy, dkk. (2010) melakukan uji variasi beban listrik dan rasio gas hasil gasifikasi sekam padi pada mesin diesel dual fuel. Rajvanshi (1986), membahas berbagai jenis gasifikasi dan menjelaskan secara rinci proses gasifikasi. 3. TUJUAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja gasifikasi tipe down draft. 4. MANFAAT Manfaat dari penelitian ini adalah berupa rancangan gasifikasi biomassa untuk menghasilkan panas yang dapat di manfaatkan untuk proses pengeringan dan gasnya dapat digunakan untuk menggerakkan gas engine sebagai pemabngkit listrik skala kecil. 5. TEKNOLOGI KONVERSI BIOMASSA Gasifikasi stasioner (fixed bed gasifier) terdiri dari 3 macam yaitu apa yang disebut aliran keatas (Updraft). Aliran kebawah (down darft) dan aliran menyilang (cross draft). Pada masing-masing tipe terdapat zone dalam reaktor gasifikasi yaitu: (Lihat Gbr 1 untuk tipe aliran kebawah).
a) zona pengeringan (drying zone) b) pirolisa –dimana tar dan zat yang mudah menguap dikeluarkan c) pembakaran d) reduksi Untuk masing –masing zona terjadi reaksi berikut:
~ 165 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
a) Zone Pembakaran (Combustion zone)
Bahan bakar padat yang dapat terbakar uumnya terdiri atas beberapa elemen berupa karbon, hidrogen, dan oxyge. Pada pembakaran sempurna karbon dioksida didapatkan darai karbom dalam bahan bakar sedangkan air didapat dari hidrogen dalam bentuk uap from the hydrogen, usually as steam. Reaksi pembakaran merupakan pelepasanan energi 0
keluar (Exothermic) dan menghasilkan suhu pembakaran teoritis 1450 C. Rekasi utama adalah sbb.
C + O2 = CO2 (+ 393 MJ/kg mole)
(1)
2H2 + O2 = 2H2 O (- 242 MJ/kg mole)
(2)
b) Zona Reduksi
Produk dari pembakaran sebagian (air, karbon dioksida dan bahan yang tidak terbakar dipecahkan menjadi produk pirolisa) akan melawati arang yang merah menyala dimana reaksi reduksi berlangsung.
C + CO2 = 2CO (- 164.9 MJ/kg mole)
(3)
C + H2O = CO + H2 (- 122.6 MJ/kg mole)
(4)
CO + H2O = CO + H2 (+ 42 MJ/kg mole)
(5)
C + 2H2 = CH4 (+ 75 MJ/kg mole)
(6)
CO2 + H2 = CO + H2O (- 42.3 MJ/kg mole)
(7)
Reaksi (3) dan (4) merupakan reaksi utama dari proses reduksi dan karena menyerap energi dari sekeliling (endothermic) sehingga mempunyai kemampuan untuk menurunkan 0
suhu gas. Sebagai akibatnya suhu di zona reduksi berada antara 800-1000 C. Makin rendah 0
suhu zona reduksi (~ 700-800 C), maka makin rendah nilai kalor dari gas.
~ 166 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 1. Down draft gasifier (Gasifier aliran menurun)
c) Zona pirolisa
Pirolisa dari bahan kayu merupakan proses yang rumit karena masih belum sepenuhnya di ketahui. Produk dari pirolisa tergantung dari suhu, tekanan, lama tinggal (residence time) dan kehilangan panas. Walaupun demikian hal berikut dapat dikemukakan. Sampai kepada 0
0
tingkat suhu 200 C hanya air yang diuapkan. Antara 200 - 280 C karbon dioxida asam aseta (CH3COOH) dan air diuapkan. Padaproses pirolisa yang nyata yang terjadi antara 0
280 -500 C, akan mengahilkan banyak tar dan gas yang mengandung karbon dioxida. 0
Disamping tar ringan juga dihasilkan methyl alkohol. Diantara 500 - 700 C produksi gas kecil dan mengandung hidrogen.
6. PERCOBAAN
Alat gasifikasi yang akan digunakan adalah seperti pada Gbr.2 dan 3. Sensor suhu dari CA ditempatkan dimasing-masing zona proses dalam reaktor. Percobaan dilakukan dengan mengisi reaktor dengan batok kelapa, setelah bobot awalnya ditimbang, kemudian
~ 167 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dinyalakan dengan menyiram reaktor dengan minyak tanah sedikit sambil menyalakan blower. Laju aliran blower diukur dengan anemometer. Setelah beroperasi sekitar 30 menit diharapkan gas CO , uap air dan H2 bisa terbentuk. Sampel gas dimasukkan kedalam plastik untuk diukur komposisinya. Gas yang keluar dibakar untuk kemudian diukur suhunya.
Gambar 2. Rancangn gasifikasi downdraft
~ 168 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 3. Alat gasifikasi yang dibuat
Gambar 4. Percobaan alat gasifikasi dengan bahan bakar tempurung kelapa
Dari Hasil ujicoba alat gasifikasi, berdasarkan disain awal diperoleh hasil sebagai berikut : •
Proses Pirolisis saat suhu mencapai 400°C, Gas Producer dari hasil proses gasifikasi, tidak dapat dibakar
~ 169 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
•
Proses reduksi pada suhu 800°C, Gas Producer yang dihasil dari proses gasifikasi juga tidak dapat dibakar, yang artinya komposisi kimia gas CO dan H₂, keluaran yang diharapkan, belum memadai.
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas nama peneliti kami mengucapkan terima kasih atas dana bantuan dari Lembaga Penelitian Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Universitas Darma Persada sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan
KEPUSTAKAAN
1) M. Affendi, Sugiyatno, Imam Djunaedi, Haifa Wahyu (2010). Uji Variasi Beban Listrik Dan Rasio Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi Pada Mesin Diesel Dual Fuel1. SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010. ISSN : 1411-4216 2) Susanto Herry, 2005. Pengujian PLTD gasifikasi sekam 100 kW di Haurgeulis, Indramayu> Program Studi Teknik Kimia,FTI-ITB 3) Susanto, H (2015). Sekilas teknologi gasifikasi,
Biomass gasification.
http://esptk.fti.itb.ac.id/herri/ index.html. diunduh September 2015. 4) Rajvanshi, A.K. (1986). Biomass gasification. Chapter (No. 4) in book “Alternative Energy in Agriculture”, Vol. II, Ed. D. Yogi Goswami, CRC Press, 1986, pgs. 83102.
~ 170 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE Shahrin Febrian, Shanty Labora Manulang, Aldyn Clinton Partahi Oloan e-mail:
[email protected], Fakultas Teknologi Kelautan – Program Studi Teknik Perkapalan Universitas Darma Persada Abstrak Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.100 pulau yang dibatasi oleh perairan. Karena luasnya wilayah perairan Indonesia ini maka negara ini memerlukan banyak kapal sebagai sarana transportasi dan sarana untuk mendukung hasil laut Indonesia yang melimpah dan transportasi antar pulau yang masif. Untuk itu PT. DKB membuat sebuah kapal jenis X Double Engine yang dilengkapi dengan sistem RAS (Replenishment at Sea) yaitu sebuah kapal untuk membantu transfer bahan bakar di laut. Namun, mesin belum berfungsi maksimal disebabkan karena panas mesin yang berlebih, yang mana panas yang dikeluarkan oleh mesin sehingga efisiensi dari mesin kapal tersebut menjadi menurun. Panasnya mesin tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya masalah pada Cooler yang tidak mampu untuk melayani kebutuhan mesin induk. Untuk itu maka perlu dilakukan kajian ulang mengenai hal tersebut agar performa mesin optimal. Kata kunci: Kapal, Panas, Cooler, Mesin, Efisiensi 1.2.
Rumusan Masalah
Yang menjadi fokus pada penelitian ini penghitungan ulang dan penentuan ulang dari cooler untuk mesin agar panas yang berlebih (overheating) tidak terjadi lagi dan kinerja mesin dapat lebih meningkat dan optimal. 1.3.
Batasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan ruang lingkup peneliti, maka perlu adanya batasan masalah sebagai berikut : 1. Parameter yang diambil adalah temperatur saja.
~ 171 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. Pembahasan hanya menghitung low temperature cooler pada mesin induk kapal. 3. Tidak membahas fenomena perpindahan panas maupun aliran uap panas dalam Cooler dan Heat Exchanger. 1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana cooler bekerja sesuai dengan desain yang dirancang dan untuk mengetahui apakah cooler cukup untuk melayani mesin induk. 2. Memastikan kapasitas pendingin (cooler) pada low temperature sesuai dengan kebutuhan Heat Balance. 2.1 Sistem Pendingin Pada Kapal Mesin yang dipasang pada kapal dirancang untuk bekerja dengan efisien maksimal dan berjalan selama berjam-jam berjalan lamanya. Hilangnya energi paling sering dan maksimum dari mesin adalah dalam bentuk energi panas. untuk menghilangkan energi panas yang berlebihan harus menggunakan media pendingin (Cooler) untuk menghindari gangguan fungsingsional mesin atau kerusakan pada mesin. Untuk itu, sistem air pendingin dipasang pada kapal.
Gbr. 1. Sistem Pendingin Utama
~ 172 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Memahami Sistem Pendingin utama Sistem ini terdiri dari tiga rangkaian yang berbeda. 1. Sistem Air Laut: Air laut digunakan sebagai media pendingin di dalam air lautan yang besar mendinginkan exchanger panas yang dapat mendinginkan air tawar dari rangkaian tertutup. Mereka merupakan sistem pendingin utama dan umumnya dipasang di kopel. 2. Sistem Temperatur rendah: Rangkaian temperatur yang rendah digunakan untuk daerah temperatur mesin yang rendah dan Rangkaian ini secara langsung terhubung ke air lautan utama pada pendingin pusat; maka temperatur rendah dibandingkan dengan temperatur yang tinggi (HT sirkuit). Rangkaian LT meliputi dari semua sistem bantu. 3. Suhu tinggi Rangkaian (HT): Rangkaian HT terutama meliputi dari sistem tabung air pada mesin utama dimana suhu ini cukup tinggi. Suhu air HT dijaga oleh air tawar dengan temperatur rendah berikut Tangki Ekspansi yang mengompensasi kerugian pada rangkaian tertutup air tawar dengan menyerap peningkatan tekanan karena ekspansi panas.
~ 173 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. METODOLOGI PENELITIAN
START
STUDI LITERATUR (Referensi sebagai bahan acuan)
PENGUMPULAN DATA (Wawancara, Buku Panduan (Cooler), Data Umum Kapal, Data Mesin Kapal, Data Sea Trial
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN
TINJAUAN & PEMBAHASAN
KESIMPULAN
FINISH
~ 174 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. ANALISA Pada mulanya kapal X dipesan dengan kecepatan 18 knot tetapi setelah uji Sea Trial diketahui bahwa kecepatan maksimum kapal hanya 17 knot hal tersebut disebabkan karena panasnya Main Engine sehingga putaran propeller tidak dapat menghasilkan putaran yang maksimal, dan panasnya main engine tersebut diketahui disebabkan karena kapasitas cooler kurang dan harus ditambah agar dapat mendinginkan Main Engine. Suhu inlet dan outlite pada Fresh water yang diukur dari main engine adalah 56,45 oC dan 38,38 oC sedangkan suhu inlet dan outlite fresh water pada cooler yang dibuat adalah 50,60 oC dan 38 oC. Lalu suhu sea water, inlet dan outlite yang diukur pada mesin adalah 32 oC dan 45 oC sedangkan suhu inlet dan outlite sea water yang direncanakan pada cooler adalah 32 oC dan 40,96 oC. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas dari cooler memang kurang dan harus ditambah agar dapat mendinginkan main engine dan dapat diperoleh kecepatan yang diinginkan.
3.1.
Pemeriksaan Low Temperature Cooler Mesin Induk Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kapal X dapat diketahui bahwa kecepatan
kapal tidak dapat mencapai kecepatan maksimal hal tersebut disebabkan karena kurangnya kapasitas pendingin, sehingga menyebabkan mesin menjadi panas sehingga kecepatan kapal tidak dapat terpenuhi. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan untuk menambah kapasitas dari cooler : Pada Data cooler diketahui bahwa Mass Flow pada Fresh Water 138488 kg/h sedangkan pada Sea Water 205448 kg/h, dan setelah dilakukan pengukuran saat kapal X beroperasi adalah : 1. Mass Flow : a. Fresh Water (FW) = 138488 kg/h =138,488 m3/h Pada saat Pemeriksaan : Kapasitas Low Temperature (LT) Pump dilapangan 140 m3/h Maka dapat disimpulkan Tidak ada masalah dalam aliran Fresh Water (FW) Pump.
~ 175 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
b. Sea Water (SW) = 205448 kg/h = 205,448 m3/h Pada saat Pemeriksaan : Kapasitas Sea water Cooling pump dilapangan 200 m3/h Maka dapat disimpulkan Tidak ada masalah dalam aliran Sea Water (SW) Cooling pump. 2. Heat Balance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin : Untuk menghitung rumus Heat Ballance digunakan rumus yang didapat dalam buku : The Theory Behind Heat Transfer dari Alfa Laval Plate Heat Exchanger (hal.8). T1 Inlet FW
= 56,5 oC
T2 Outlet FW = 41 oC T3 Inlet SW
= 32 oC
T4 Outlet SW = 46 oC ∆ Ta
= T1 – T4 = 56,5 oC – 46 oC = 10,5 oC
∆Tb
= T2 – T3 = 41 oC – 32 oC = 9 oC
LMTD
Ta Tb Ta ln Tb =
10,5 9 10,5 ln 9 = = 9,734 3. Perhitungan luas Area kapasitas cooler yang dibutuhkan :
~ 176 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Untuk menghitung luas Area kapasitas cooler dapat digunakan rumus yang terdapat dalam buku : The Theory Behind Heat Transfer dari Alfa Laval Plate Heat Exchanger (hal.9). P = K x A x LMTD Catatan : Kapasitas alat diketahui dari cooler per unit
P Ln = AxLMTD 2020 kw 2 o = 34,77 m x 7,68 K = 7,56 kw/m2 oK Maka untuk kebutuhan yang harus ditambah adalah : 2020 = 7,56 x A x 9,734 2020 A = 7,56 x(9,734 7,68)
= 130 m2 P = 7,56 kw/m2oC x A x 9,734 = 2558,7 kw
2558,7 A = 7,56 x7,68 = 44,07 m2 Kekurangan Luas Pendingin : = 44,07 – 34,77 = 9,3 m2 (Perlu ditambah 27,75 % dari kapasitas cooler)
3.2. Pemeriksaan LT Cooler Mesin Induk (Portside)
~ 177 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Saat Sea Trial (Portside) : Pemeriksaan ini dilakukan pada msin sebelah kiri terhadap kapasitas low temperature saat kapal melakukan uji Sea Trial. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan untuk menambah kapasitas cooler : 1. Mass Flow : tidak ada masalah 2. Heat Balance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin (Ref. 1) T1 Inlet FW
= 31,8 oC
T2 Outlet FW = 31,1 oC T3 Inlet SW
= 30,3 oC
T4 Outlet SW = 31,6 oC ∆ Ta
= T1 – T4 = 31,8 oC – 31,6 oC = 0,2 oC
∆Tb
= T2 – T3 = 31,1 oC – 30,3 oC = 0,8 oC
Dengan cara yang sama seperti di atas maka didapat kekurangan Luas Pendingin : = 1,96 – 34,77 = - 32,81 m2 ( Luasan kapasitas cooler harus ditambah)
3.3. Pemeriksaan LT Cooler Mesin Induk (Starboard) Saat Sea Trial (Starboard) :
~ 178 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Pemeriksaan ini dilakukan pada msin sebelah kanan terhadap kapasitas low temperature saat kapal melakukan uji Sea Trial. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan untuk menambah kapasitas cooler : 1. Mass Flow : tidak ada masalah 2. Heat Ballance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin (Ref.1): T1 Inlet FW
= 32,3 oC
T2 Outlet FW = 31,6 oC T3 Inlet SW
= 30,1 oC
T4 Outlet SW = 31,9 oC ∆ Ta = T1 – T4 = 32,3 oC – 31,9 oC = 0,4 oC ∆Tb = T2 – T3 = 31,6 oC – 30,1 oC = 1,5 oC
Dengan cara yang sama seperti di atas maka didapat kekurangan Luas Pendingin : = 3,79 – 34,77 = - 30,98 m2 ( Luasan kapasitas cooler harus ditambah) 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan atas analisa yang telah dibuat, maka terdapat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
~ 179 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1. Pada saat uji Sea Trial (portside) kapasitas luasan cooler perlu ditambah 32,81 m2 dari luasan sebelumnya yang besarnya 34,77m2 menjadi 67,58 m2 agar kebutuhan cooler dapat terpenuhi. 2. Pada saat uji Sea Trial (Starboard) kapasitas luasan cooler perlu ditambah 30,98 m2 dari luasan sebelumnya yang besarnya 34,77m2 menjadi 65,75 m2 agar kebutuhan cooler dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Alfa Laval Plate Heat Exchanger.”The Theory Behind Heat Transfer”. 2. Anonim. “Pembagian Heat Exchanger Berdasarkan bentuk konstruksinya”.2010. 3. Anonim. “Jenis – jenis alat penukar panas dan tipe aliran Heat Exchanger (HE)”. 2012. 4. Djunaidi.”Pemeliharaan tube – side penuh kala Rsg – Gas jangka pendek dan jangka panjang”. Pusat Reaktor serba guna – BATAN. Kawasan puspitek Serpong Tanggerang : Banten. 2009. 5. Frank Kreith, Mark, S Bohn. Principle of Heat Transfer, 4 th edition, Harper collins publishers, New York. 1986, ISBN 0-06-043785-5. 6. GEA Heat Exchanger. “Operating instructions Gasked plate heat exchangers” Version : 1.6,01-10.2014. 7. John wiley & sons. F.P Incopera, D.P. Dewitt, Fundamentals of Heat and Mass transfer, 6 th edition.2007. 8. J.P Holman.Heat Transfer, 10 th edition, Mc Graw Hill co Singapore. 1992, ISBN 0-07-112644-0. 9. Marangtu, Stevano Victor. “Bagian Dasar-dasar perpindahan panas”.2011. 10. Maysitoh, Zuhrina ST, M.Sc dan Bode Haryanto ST, MT.”Perpindahan panas”. (Online. Fakultas Teknik Universitas Medan. Sumatra). 2006. 11. Navy Tactics, Techniques, And Procedures. “Underway Replenishment NTTP 401.4. Edition March”.2009. 12. Rahmi, Ike yulia. “Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)”.2011. 13. Saryanto, H. “Perpindahan panas”. Model Bahan Ajar : Teknik Mesin – Universitas Mercu Buana. Jakarta : 2002. 14. Yunus A Cengel. Heat and Mass Transfer (SI Units), A Practical Approach, 3rd Edition. 2006.
~ 180 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KAJIAN PERUBAHAN JANGKAR DARI MODEL LUNCURAN MENJADI MODEL GANTUNG PADA KAPAL TONGKANG MILIK PT X Danny Faturachman Fakultas Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada
Abstrak Jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun danau sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus ataupun gelombang. Jangkar merupakan perlengkapan berat yang dijatuhkan ke dasar laut dari kapal atau perahu untuk mempertahankan kedudukannya agar tidak hanyut. PT X mempunyai beberapa kapal tug boat, kapal kecil yang fungsinya menarik atau mendorong kapal besar di pelabuhan. Selain itu kapal ini juga berfungsi untuk menarik tongkang-tongkang berisi batu bara yang berasal dari tempat pengolahan batu bara untuk dibawa ke pelabuhan tempat dibongkarnya batu bara tersebut untuk dibawa oleh truk pengangkut. Pada tongkang tersebut sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi pada gearbox, as pulley (puli), poros utama main-gear (gigi utama), casing gear-box, gigi pada main-gear dan lain-lain yang selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal menjadi idle (tertahan). Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk melakukan kajian perubahan sistem jangkar model luncuran menjadi sistem baru model gantung, agar dapat menurunkan pemakaian power winch jangkar dan kerusakan yang terjadi pada gear box dan mesin jangkar dapat terhindar. KATA KUNCI : jangkar, sistem luncuran, sistem gantung, tongkang
1. PENDAHULUAN Jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun danau sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus ataupun gelombang. Jangkar merupakan perlengkapan berat yang dijatuhkan ke dasar laut dari kapal atau perahu untuk mempertahankan kedudukannya agar tidak hanyut. Mungkin orang dahulu menggunakan batu besar yang diikat pada seutas tali, namun zaman sekarang sudah berganti jangkar dihubungkan dengan rantai yang terbuat dari besi ke kapal dan dengan tali pada kapal kecil, perahu. Jangkar didesain sedemikian sehingga dapat tersangkut di dasar perairan. Jangkar biasanya dibuat dari bahan besi cor. Jangkar ini merupakan perangkat yang menjadi simbol dari hampir semua kegiatan yang terkait dengan kepelautan ataupun maritim. Untuk menaikkan atau menurunkan jangkar digunakan mesin derek. Ketika diturunkan jangkar akan mengait atau menyangkut lumpur di dasar sungai atau laut. Daya penahan jangkar ditimbulkan oleh berat bodinya dan
~ 181 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
tancapan pengaitnya. Umumnya kapal besar membawa 2 buah jangkar, dan kapal kecil 1 buah. Pemilihan jenisnya tergantung pada berbagai faktor, terutama jenis kapal, ukuran dan berat kapal serta tergantung juga kepada jenis dasar tanah laut, kondisi angina dan cuaca waktu berlayar.
1.1 PERMASALAHAN PT X mempunyai beberapa kapal tug boat, kapal kecil yang fungsinya menarik atau mendorong kapal besar di pelabuhan. Selain itu kapal ini juga berfungsi untuk menarik tongkang-tongkang berisi batu bara yang berasal dari tempat pengolahan batu bara untuk dibawa ke pelabuhan tempat dibongkarnya batu bara tersebut untuk dibawa oleh truk pengangkut. Pada tongkang tersebut sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi pada gear-box, as pulley (puli), poros utama main-gear (gigi utama), casing gear-box, gigi pada main-gear dan lain-lain yang selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal menjadi idle (tertahan). - Kerusakan tersebut disebabkan karena adanya bentukan sudut saat jangkar mulai naik mendekati main-deck dan ke posisi rebahnya di luncuran jangkar, sehingga bisa menyebabkan hentakan power mesin jangkar untuk dapat jangkar bisa naik pada posisi rebahannya - Bentukan sudut tersebut menyebabkan beban lebih yang harus ditanggung pada sistem winch
jangkar
dan
gear-box
nya.
Dengan
adanya
kerusakan-kerusakan
ini
mengakibatkan penggunaan jangkar tidak efisien sehingga harus sering diganti dan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem lainnya seperti pada mesin jangkar, winch dan gear box. Untuk itulah diperlukan perubahan jenis jangkar dari sistem luncuran menjadi sistem gantung agar tidak terjadi pemborosan.
1.2 TINJAUAN PUSTAKA Jangkar (Anchor) merupakan bagian dar sistem tambat kapal (mooring system), termasuk chain (rantai jangkar), rope (tal), chain loker (kotak rantai) dan windlass (mesin penarik jangkar). Jangkar dan perlengkapannya adalah susunan yang kompleks dari bagian-bagian dan mekanismenya . Bagian-bagian dan mekanismenya meliputi:
~ 182 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jangkar (anchor);
Rantai jangkar (anchor chain);
Pipa rantai jangkar (hawse-pipe);
Bak penyimpan rantai jangkar (chain locker);
Mesin untuk mengangkat /menurunkan rantai jangkar (wind lass).
Kegunaan dari jangkar dan perlengkapannya adalah untuk membatasi gerak kapal pada waktu berlabuh diluar pelabuhan, agar kapal tetap pada kedudukannya meskipun mendapat tekanan oleh arus laut, angina, gelombang, dan sebagainya, selain itu juga berguna untuk membantu penambatan kapal pada saat yang diperlukan. Ditinjau dari penggunaanya maka jangkar dan perlengkapannya harus memenuhi persayaratan sebagai berikut:
Harus memenuhi persyaratan mengenai beratnya, jumlahnya dan kekuatannya;
Panjang, berat dan kekuatan rantai jangkar harus cukup;
Rantai jangkar harus diikat dengan baik dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilepaskan dari sisi luar bak rantainya;
Peralatan jangkar termasuk bentuknya, penempatannya dan kekuatannya harus sedemikian hingga jangkar itu dengan cepat dan mudah dilayani;
Harus ada jaminan, agar pada waktu mengeluarkan rantai , dapat menahan tegangantegangan dan sentakan-sentakan yang timbul.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Metode Penelitian Menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian di lapangan dengan melakukan survey langsung ke kapal untuk melihat jangkar kapal agar bisa melihat langsung proses perubahan jangkarnya.
2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dilakukan dengan cara melakukan pencarian data-data melalui studi literatur jangkar dan peninjauan langsung ke kapal yang akan dijadikan objek penelitian.
~ 183 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Lokasi Penelitian Kapal-kapal yang akan digunakan sebagai objek penelitian milik PT X berada di Pelabuhan Ratu, dan lokasi kantor perusahaan PT X di Tangerang.
4. Hasil Penelitian Kondisi awal : - Sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi pada gear-box, as puli, poros utama main-gear, casing gear-box, gigi pada main-gear dan lain-lain yang selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal menjadi idle. - Kerusakan tersebut disebabkan karena adanya bentukan sudut saat jangkar mulai naik mendekati main-deck dan ke posisi rebahnya di luncuran jangkar, sehingga bisa menyebabkan hentakan power mesin jangkar untuk dapat jangkar bisa naik pada posisi rebahannya. -
Bentukan sudut tersebut menyebabkan beban lebih yang harus ditanggung pada sistem winch jangkar dan gear-box nya.
Gambar 1. Kondisi Awal Jangkar
Saat jangkar mulai naik ke posisi rebah nya (rest position) selalu terjadi beban lebih dikarenakan adanya bentukan sudut dari rata-rata Main-deck dengan rest-position nya.
~ 184 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 2. Jangkar mulai naik ke posisi rebah
Rest-position jangkar harus dirubah, tidak rebah lagi, tapi posisi nya menggantung seperti pada kapal keruk, Working-barge atau Jack-up Barge.
Gambar 3. Perubahan posisi jangkar dari rebah menjadi menggantung
Bentukan sudut saat jangkar mulai naik ke posisi rest-position sehingga terjadi hentakan dan beban lebih.
~ 185 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 4. Sudut posisi jangkar
Gambar 5. Posisi jangkar berdiri tegak
Kondisi setelah dirubah :
~ 186 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
- Bentuk luncuran jangkar dirubah menjadi sistem menggantung seperti pada sistem jangkar Working-barge atau jack-up Barge. - Setelah dicoba turun naik beban mesin tidak berat dengan dibuktikan dengan RPM sedang saja jangkar sudah bisa naik sedangkan sebelumnya harus dengan RPM tinggi dan terjadi hentakan pada saat jangkar mulai naik ke posisi rebahnya. Kondisi rest-position jangkar dirubah menjadi sistem gantung. Sehingga jangkar naik ke posisi rest-nya hanya lurus naik saja, tidak ada bentukan sudut sehingga tidak ada beban lebih.
Gambar 6. Posisi jangkar menggantung
Gambar 7. Posisi jangkar setelah diubah
~ 187 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. KESIMPULAN 1. Bentuk luncuran jangkar dirubah menjadi sistem menggantung seperti pada sistem jangkar Working-barge atau jack-up Barge, yaitu sistem tongkang kerja yang mempunyai kaki-kaki pada setiap sudutnya dan kaki-kakinya bisa turun naik menggunakan hidrolik. Setelah dicoba turun naik beban mesin tidak berat dengan dibuktikan dengan RPM sedang saja jangkar sudah bisa naik sedangkan sebelumnya harus dengan RPM tinggi dan terjadi hentakan pada saat jangkar muali naik ke posisi rebahnya. 2. Sudut jangkar dibuat 70o agar lebih ringan gaya geseknya. Tidak dilakukan perhitungan secara detil tetapi dengan sudut 70o posisi jangkar lebih baik dan tidak ada gaya gesek. Selain itu tidak terjadi hentakan pada saat jangkar menekuk untuk posisi rebah di lokasi rest-nya. 3. Dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan yang diakibatkann penggunaan jangkar yang tidak efisien yang tadinya model luncuran sehingga harus sering diganti serta dapat mengurangi kerusakan pada sistem lainnya seperti pada mesin jangkar, winch dan gear box.
DAFTAR PUSTAKA 1. Biro Klasifikasi Indonesia: “Rules BKI Vol. II section 18 (equipment)”, 2014. 2. Khetagurov, M.: “Marine Auxiliary Machinery and System”, 2014. 3. Soekarsono NA: “Buku Diktat Konstruksi Kapal”, edisi 1, Fakultas Teknologi Kelautan, 1991. 4. Navale-engineering.blogspot.co.id: “Sistem Labuh dan Tambat”, 2012. 5. Operator-it.blogspot.co.id: “Perlengkapan Jangkar Kapal”, 2013.
~ 188 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS DESAIN AWAL RANCANG BANGUN PEMINDAI BAWAH AIR (UNDERWATER) DENGAN SENSOR YANG MAMPU MENGIDENTIFIKASI OBYEK Shanty Manullang, Agustinus P. Kindangen, Agus Setiawan Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada
[email protected]
Abstrak Remotely Operated Vehicle (ROV) adalah robot bawah air yang dapat bermanuver secara tinggi, dioperasikan oleh seseorang di atas kapal. Jenis ROV yang diteliti adalah Observation class (Kelas observasi). Penelitian dikembangkan untuk membuat desain awal sensor yang diletakkan dibody ROV agar dapat mendeteksi objek yang ada di dalam perairan.Desain dan rancangan ROV dibuat dengan menggunakan software desain Google Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010. Pembuatan desain ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pembuatan konstruksi alat hingga tata letak komponen. Dari hasil analisis awal rancangan ROV yang dibuat memenuhi standart rancangan .Sensor yang dipakai sedang dalam proses pengujian. Mesin penggerak ROV ketika masuk ke dalam perairan mengalami sedikit kebocoran karena masalah kekedapan air pada bodynya. Kesulitan dalam penelitian ini, pada proses pembuatan molding ROV karena ukurannya yang kecil dan banyaknya tekukan/lengkungan pada ROV tersebut membutuhkan waktu yang lama. Kata Kunci ROV, rancangan, dan sensor
1. PENDAHULUAN Robot adalah segala peralatan otomatis yang dibuat untuk menggantikan fungsi yang selama ini dikerjakan oleh manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya, robot diartikan sebagai manipulator multifungsional yang dapat diprogram, yang dengan pemrograman itu ditujukan untuk melakukan suatu tugas tertentu, Salah satu robot yang penting dibangun untuk membantu kemudahan manusia adalah robot bawah air (underwater). Robot bawah air dikembangkan untuk menggantikan posisi manusia dalam mengeksplorasi bawah laut. Eksplorasi dalam hal ini memiliki makna luas, mulai dari eksplorasi sederhana semacam pengamatan ekosistem bawah laut, hingga eksplorasi berisiko tinggi seperti pengambilan sampel dasar laut untuk mendeteksi logam tambang pada kedalaman lebih dari 1000m. Eksplorasi seperti itu tetap dapat dilakukan tanpa perlu
~ 189 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
campur tangan manusia langsung dalam mengeksplorasi. Dengan menggunakan robot bawah air, manusia hanya menunggu di daratan untuk selanjutnya tugas menjelajah bawah air dilakukan oleh robot. Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan penelitian khusus untuk menciptakan robot bawah air. Perakitan robot bawah air ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penelitian bawah air, terutama bagi negara yang cakupan perairannya luas seperti Indonesia. Kebutuhan penelitian bawah air tersebut meliputi kebutuhan terhadap pemeliharaan sumber-sumber air bersih dari pencemaran, pencarian potensi laut dalam, kajian arkelologi bawah air, penyelidikan sains samudera serta pemetaan dan pengukuran bawah air. Kebutuhan penelitian bawah air tersebut menyebabkan kegiatan penelitian robot bawah air menjadi salah satu bidang teknologi robot yang penting dan terus berkembang pula. Penelitin ini sendiri sudah dilakukan beberapa tahap di UNSADA, pada awalanya penelitian ini hanya untuk merancang desain yang tepat untuk ROV, pada perkembangannya penelitian selanjutnya dilakukan untuk meneliti kekedapan air dari desain rancangan tersebut. Sedangkan saat ini penelitian dikembangkan untuk membuat desain awal sensor yang diletakkan dibody ROV agar dapat mendeteksi objek yang ada di dalam perairan.
2. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah ROV jenis Observation class (Kelas observasi). Observation class (Kelas observasi). ROV kelas observasi didesain secara khusus untuk penggunaan yang ringan dengan sistem propulsi untuk membawa paket kamera dan sensor ke tempat yang dapat diambil gambar atau data yang berguna. ROV kelas observasi yang terbaru memiliki kemampuan yang lebih dari hanya sekedar melihat. Penambahan peralatan dan instrumen di dalam ROV memungkinkan wahana ini untuk melakukan kegiatan sebagai wahana bawah air yang memiliki fungsi penuh. Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan desain yang terbaik membangun robot bawah air (underwater) dengan menggunakan sensor dan meganalisis desain awal robot bawah air (underwater) yang dapat mendeteksi sebuah obyek. Metode yang dipakai antara lain adalah : 1. Membuat Desain Body Kapal dengan menggunakan dibuat dengan menggunakan software desain Google Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010. Pembuatan desain ini
~ 190 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dimaksudkan untuk memudahkan proses pembuatan konstruksi alat hingga tata letak komponen. 2. Tahap ke dua, awal pembuatan di mulai dari penentuan ukuran utama, setelah penentuan di dapatkna dimensi utama model.
Gambar 1 . Ukuran utama badan (body) ROV
Gambar 2 . Ukuran utama badan (body) ROV
Gambar 3.. Lines Plane ROV Pembuatan desain awal di sini menggnakan beberapa perhitungan dan gambar utama dengan software Autocad 2010, gambar di atas menunjukna perencanaan awal pada pembuatan badan (body) ROV yang akan dibuat.
~ 191 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Pembuatan komponen elektronik Komponen elektronik adalah semua komponen pada robot yang dapat difungsikan dengan bantuan energy listrik yang bersumber dari baterai robot. Melalaui komponen inilah, robot dapat diberikan perintah untuk melakukan fungsi tertentu sesuai dengan program yang diberikan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang ROV yang dilakukan adalah ROV jenis Observation class (Kelas observasi). ROV kelas observasi didesain secara khusus untuk penggunaan yang ringan dengan sistem propulsi untuk membawa paket kamera dan sensor ke tempat yang dapat diambil gambar atau data yang berguna. ROV kelas observasi yang terbaru memiliki kemampuan yang lebih dari hanya sekedar melihat. Penambahan peralatan dan instrumen di dalam ROV memungkinkan wahana ini untuk melakukan kegiatan sebagai wahana bawah air yang memiliki fungsi penuh. Dari Hasil desain dan rancangan ROV yang dibuat dengan menggunakan software desain Google Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010 ditentukanlah model ROV yang ingin dibuat. Pembuatan desain ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pembuatan konstruksi alat hingga tata letak komponen. Tahap dari sebuah perancangan atau perencanaan di mulai dari awal kita merancang desainnya. Langkah awal pembuatan di mulai dari penentuan ukuran utama, setelah penentuan di dapatka dimensi ukuran yaitu :
panjang badan
: 800 mm
panjang maxsimum
: 1000 mm
lebar
: 200 mm
Lebar maxsimum
: 260 mm
tinggi maxsimum
d: 200 mm
~ 192 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 4. Cetakan model ROV Berdasarkan desain yang telah ada biasanya robot bawah air hanya benbentuk kerangka pipa dan bagian komponen lainya, kali ini pembuatan robot bawah air di desain menyerupai mobil racing . Dan memiliki bagian sendiri. Desain badan badan (body) robot bawah air (ROV) di pilih dari beberapa desain robot bawah air (ROV) sebelumya dan karna bentuk dari badan (body) robot bawah air (ROV) yang mudah di realisasikan. Gambar 4 diatas steroform ROV yang diteliti, memiliki fungsi sebagai model pembuat cetakan pada komponen robot bawah air (ROV) setelah cetakan kering baru dibuat ROV yang sebenarnya. Pembuatan cetakan ini yang membutuhkan waktu yang cukup lama karena cetakan harus benar-benar kering.
Gambar 5. Monitor mobil yang dipakai untuk melihat hasil sensor ROV rancangan
~ 193 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar diatas merupakan salah satu komponen elektronik yang dipakai untuk mengetahui keadaan bawah air, apakah kamera san alat sensornya berfungsi, adapun yang dipakai untuk itu adalah monitor mobil. Dari analisa data yang kita lakukan ternyata robot bawah air (ROV) yang tidak berawak juga harus bisa menjaga kekedapan untuk component elektronik di dalamnya.
Gambar 6. Rov yang telah dibuat .
Kipas baling-baling diperlukan sebagai penggerak utama robot bawah air (ROV). Kipas tersebut berfungsi selayaknya roda untuk robot yang bergerak didaratan. Jika remote control memberikan perintah berupa pergerakan maju maupun mundur, maka kipas inilah yang berfungsi untuk menggerakkan robot bawah air (ROV) untuk dapat bergerak maju maupun mundur. Air laut merupakan suatu zat fluida yang berhubungan dengan tekanan dan arus di dalamnya, jika di lihat dari sejarah robot bawah air (ROV) pada umumnya 80% data menunjuka bagian badan (body) robot bawah air (ROV) hanya mengunakan pipa-pipa/ rangka yang berbentuk kotak (box), sedangkan ROPV yang dirancang memiliki body yang didesain sedemikian rupa. Gambar 6. diatas adalah model ROV yang diteliti, dari hasil pengamatan dan percobaan didapatkan hasil bahwa sensornya sudah mampu mendeteksi adanya benda dalam air ketika sensor menyentuh benda tersebut, hanya belum dapat diperinci benda tersebut apakah logam atau tidak. Kamera sebagai layar untuk dapat mengetahui keadaan bawah air berfungsi dengan baik, dan hasilnya di layar jernih.
~ 194 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ketika ROV masuk kedalam perairan mengalami sedikit kendala ketika akan turun ke dalam dasar perairan karena daya dorong mesinnya kurang kuat untuk membuat body ROV tenggelam, msih lebih kuat daya bouyancynya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil analisis awal rancangan ROV yang dibuat memenuhi standart rancangan . 2. Mesin penggerak ROV ketika masuk ke dalam perairan mengalami sedikit kebocoran karena masalah kekedapan air pada bodynya dan prosese tenggelamnya membutuhkan waktu yang cukup lama. 3. Kesulitan dalam penelitian ini, pada proses pembuatan
molding ROV karena
ukurannya yang kecil dan banyaknya tekukan/lengkungan pada ROV tersebut membutuhkan waktu yang lama. Saran 1. Perlu dilakukan pengujian skala Laboratorium untuk melihat pengaruh gelombang terhadap konstruksi ROV . 2. Perlu dilakukan juga pengujian terhadap sensor jika dilakukan di perairan yang bergelombang DAFTAR PUSTAKA ESDM. Wilayah Perairan Indonesia Simpan Potensi Energi Listrik Dari Arus Laut. http://esdm.go.id/ . Diakses tanggal 24 Mei 201 ITB. Prof. Safwan Hadi, Ph.D: Energi Listrik Alternatif Berbasis Arus Laut Indonesia.http://www.itb.ac.id/. Diakses tanggal 24 Mei 2015 McGrath, Beth, et al. 2008. Underwater LEGO Robotics as the Vehicle to Engage Students in STEM: The BUILD IT Project’s First Year of Classroom Implementation. Stevens Institute of Technology. Columbia Universit Putri, Tri Wahyu O. 2012. Robot Bawah Air Untuk Pemetaan Dasar Laut Berbasis PLC Omron. Tugas Mata Kuliah Teknik Otomasi. Universitas Brawijaya, Malang Wettergreen, David, et al. 1999. Autonomous Guidance and Control for an Underwater Robotic Vehicle. Robotic Systems Laboratory, Department of Systems Engineering, RSISE, Australian National University, Canberra, ACT 0200 Australia.
~ 195 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
STUDI KEBUTUHAN GALANGAN UNTUK KAPAL PERINTIS SEBAGAI PENDUKUNG KONEKTIVITAS DI INDONESIA
Arif Fadillah, Putra Pratama *) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada E-mail:
[email protected] Abstrak Negara Indonesia merupakan negara kepulauan ysng terdiri dari beribu pulau, Keberadaan pulau dan kepulauan yang dibatasi oleh laut menjadikan angkutan laut sebagai kebutuhan untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut pelayaran perintis yang menghubungkan daerah terpencil dengan daerah berkembang, maka daerah dan tempat terpencil itu diharapkan dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dibidang transportasi dan ekonomi. Untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan docking di setiap trayek pelayaran perintis untuk menjaga performa kapal dan keselamatan penumpang. Metode yang digunakan adalah metode fishbone dan SWOT setiap pelabuhan, data dan informasi yang didapatkan dari 11 lokasi, yaitu: Kota Padang; Kota Tanjungpinang; Kota Kupang; Kota Kendari; Kota Bitung; Kota Ambon; Kota Ternate; Kota Sorong; Kota Jayapura dan Kabupaten Manokwari. Berdasarkan pengumpulan data, analisa data dan informasi terkait lainnya, dapat dilakukan pengambilan kesimpulan Lokasi galangan untuk kapal kapal perintis yang menjadi prioritas untuk dijadikan lokasi adalah Wilayah Sorong dan Wilayah Bitung, dimana kedua wilayah tersebut terletak berada di Indonesia bagian Timur sedangkan Lokasi untuk wilayah barat Indonesia terpilih wilayah Tanjung Pinang dan Tanjung Perak.
1.
Pendahuluan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan ysng terdiri dari beribu pulau, baik
pulau besar maupun pulau kecil, dimana setiap pulau atau kepulauan tersebut dipisahkan oleh lautan. Keberadaan pulau dan kepulauan yang dibatasi oleh laut menjadikan angkutan laut sebagai kebutuhan untuk menghubungkan pulau-pulau yang tersebar dan terpencil di perairan Indonesia. Pelayaran perintis yang menghubungkan daerah terpencil dengan daerah berkembang, daerah dan tempat terpencil itu diharapkan dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dibidang sosial budaya, ekonomi dan bidang lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan usaha pengelolaan kapal di bidang teknis kapal yang meliputi perawatan, persiangan docking, penyediaan suku cadang, perbekalan, pengawakan, asuransi dan sertifikasi kelaiklautan kapal.
~ 196 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kebutuhan docking di setiap trayek pelayaran perintis sangat diperlukan untuk menjaga performa kapal dan keselamatan penumpang. Guna mendukung peningkatan pelayanan pelayaran perintis yang ada saat ini dipandang perlu untuk dilakukan suatu studi kebutuhan galangan untuk kapal perintis sebagai pendukung konektivitas di Indonesia.
Selain itu dalam rangka untuk dapat
merumuskan rencana pengembangan lokasi docking untuk kapal perintis tersebut, maka sehingga perlu dilakukan suatu studi lebih terperinci lagi terkait dengan kondisi eksisting dan rencana pengembangan melalui tahapan survey investigasi lokasi-lokasi docking guna memenuhi kebutuhan docking yang optimal bagi kapal-kapal perintis.
1.1 Tujuan Penelitian Maksud kajian adalah untuk mengetahui Kebutuhan Galangan Untuk Kapal Perintis Sebagai Pendukung Konektivitas di Indonesia serta lokasi docking yang optimal, gambaran kondisi eksisting lokasi docking yang ada, dan desain lokasi docking yang sesuai dengan kebutuhan kapal perintis di masa mendatang. Tujuan kajian adalah terindentifikasinya lokasi dan kebutuhan galangan (docking) untuk kapal-kapal perintis.
1.2 Manfaat Hasil Penelitian Penyelengaraan pelayaran perintis dilakukan untuk menghubungkan daerah yang masih tertinggal atau wilayah terpencil yang belum berkembang dengan daerah yang sudah berkembang maju, untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan usaha pengelolaan kapal di bidang teknis kapal yang meliputi perawatan dan sertifikasi kelaiklautan kapal, sehingga kebutuhan sarana docking pelayaran perintis sangat diperlukan untuk menjaga performa kapal dan keselamatan penumpang untuk hal tersebut penelitian ini dilakukan.
2.
Galangan Kapal
Galangan kapal adalah suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore) dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (Stroch 1995). Galangan kapal merupakan bangunan atau tempat yang terletak ditepi pantai perairan laut atau ditepi sungai yang berfungsi sebagai tempat untuk membangun dan mereparasi kapal.
~ 197 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2.1 Macam Macam Galangan a) Building Dock Shipyard (Galangan kapal jenis pembuatan) Building dock shipyard adalah tempat yang dibangun dan digunakan untuk melakukan satu jenis pekerjaan yakni pembuatan kapal atau pembangunan kapal baru yang dimulai hingga awal pembuatan sampai ke tahap akhir pembuatan. Adapun proses pekerjaannya adalah sebagai berikut: Owner request; Pre desain; Bidding( untuk kapal – kapal tertentu); Basic desain; Detail desain; Marking; Cutting; Joining; Block assembling; Block dutfitting; Hull outfitting; Finishing; Lounching; Seatrial; Commissioning and Delivering b) Repair Dock Shipyard (Galangan Kapal Jenis Perbaikan) Repair dock shipyard adalah tempat khusus yang digunakan untuk satu jenis pekerjaan yaitu melakukan perbaikan kapal, ,ulai kapal masuk dock sampai kapal keluar dock. Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Penerimaan kapal di dermaga dock; Persiapan pengedokan; Pengedokan kapal (Docking); Pembersihan badan kapal; Pemeriksaan ketebalan plat & kerusakan lambung/konstruksi lainnya; Pemeriksaan sistem di bawah garis air; Pelaksanaan pekerjaan (konstruksi, mesin, listrik dan lainnya); Pengetesan hasil pekerjaan; Pengecatan lambung kapal; Pemasangan cathodic protection; Penurunan kapal dari atas dock (Undocking); Penyelesaian pekerjaan diatas air; Percobaan/Trial dan Penyerahan kapal kepada pemilik kapal c) Building and Repair Shipyard (Galangan Kapal Jenis Pembuatan dan Perbaikan Kapal) Building and repair shipyard merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan dua pekerjaan sekaligus yakni pembangunan kapal baru dan repair atau maintenance. Proses pekerjaan dari jenis galangan ini hampir mencangkup semua dari 2 (dua) jenis galangan sebelumnya.
2.2 Fasilitas Galangan Pada suatu galangan yang dapat menunjang suatu kinerja atau kemajuan dari galangan tersebut adalah fasilitas yang diutamakan untuk membangun kapal, tetapi kita tahu bahwa dimanapun tidak ada tempat produksi yang tidak dilengkapi juga fasilitas untuk reparasi / perbaikan kapal. Suatu galangan kapal, minimal mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai
~ 198 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berikut. Perletakan kantor, bengkel dan fasilitas-fasilitas yang lain sangat tergantung kepada bentuk tanah dimana galangan kapal tersebut berada. Yang harus diperhatikan dalam penyusunan letak bengkel ialah berusaha memudahkan urutan rangkaian pekerjaan dan aliran material. Fasilitas pembangunan kapal, selalu dilengkapi dengan alat angkat berat (kran), untuk mengangkat seksi-seksi konstruksi yang telah di selesaikan di bengkel pelat. Tempat pembangunan kapal, mempunyai paling tidak 1 (satu) lajur balok konstruksi beton, yang merupakan sebagai tempat untuk meletakkan lunas kapal pada saat pembangunan kapal (baru). Dari tempat pembangunan atau perbaikan kapal terdapat beberapa jenis/type tempat pembuatan, perbaikan serta peluncuran seperti : a) Floating dock Konstruksi floating dock pada dasarnya adalah sama dengan konstruksi kapal yang terdiri dari ; pontoon pengapung dan double side wall yang terbuat dari normal shipbuilding steel. Pontoon pengapung terdiri dari komponen sistim block yang dapat di lepas perpontoon untuk keperluan perawatan. b) Slip Way Slip way adalah suatu landasan dengan kelandaian tertentu yang dibangun dipantai untuk meluncurkan kelaut ataupun menaikkan kapal dari dan ke daratan. Digunakan untuk membangun dan mereparasi kapal. c) Graving dock Graving dok atau dok gali dapat di bangun pada lokasi yang relatip lebih dekat dengan perkantoran, gudang dan perbengkelan di galangan kapal. Pemilihan type tersebut didasarkan pada lokasi graving dock tersebut, pada dasarnya konstruksi graving dock terdiri dari : floor, side, walls, head wall dan dock gate yang terbuat dari beton bertulang yang kedap air. Graving dock di lengkapi dengan beberapa unit pompa pengering yang kapasitasnya di sesuaikan dengan volume air yang masuk kedalam dock space pada waktu kapal masuk, dan waktu yang di perlukan untuk mengeringkan kembali dock space tersebut setelah kapal duduk di atas keel dan side block. d) Syncrolift System Jenis dock ini cara kerjanya hampir bersamaan dengan floating dock, tetapi pada syncrolift memerlukan peralatan angkat berkapasitas berkapasitas besar dan banyak.
~ 199 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dock ini akan menguntungkan jika di tambahkan suatu system transver dan areal perawatan/perbaikan dengan system transver juga sebaiknya untuk launching kapal.
3.
Data dan Informasi
Lokasi data yang didapatkan untuk studi kebutuhan galangan untuk kapal perintis sebagai pendukung konektivitas di Indonesia terdapat 11 lokasi, yaitu: Kota Padang; Kota Tanjungpinang; Kota Kupang; Kota Kendari; Kota Bitung; Kota Ambon; Kota Ternate; Kota Sorong; Kota Jayapura dan Kabupaten Manokwari. Gambar berikut memperlihatkan lokasi daerah survey data untuk penelitian yang dilakukan.
Gambar 1 Lokasi Pengumpulan Data dari kesebelas daerah tersebut didapat data mengenai: profil daerah survey meliputi : gambaran umum; kondisi geografi dan topografi; profil perekonomian; kondisi penduduk; kondisi tata ruang wilayah; kondisi transportasi; profil pelabuhan daerah survey; profil kapal perintis yang beroperasi di lokasi survey; profil galangan yang berlokasi di lokasi survey. Sedangkan pada alat pengedokan kapal di galangan harus mampu mengakomodir kapsitas kapal perintis dari ukuran yang besar, sedang, dan kecil yang berukuran dari 200 GT sampai 2000 GT. Berikut ini adalah data ukuran utama dari kapal perintis yang ada di Indonesia.
~ 200 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel 1. Data kapal perintis No 1 2 3
Ship Name SABUK NUSANTARA 43 SABUK NUSANTARA 38 KASUARI PASIFIK II
Dimension
Capacity (GT/DWT)
LOA
LPP
B
H
T
GT 2002
68.5
64.15
14.5
6.2
4.7
GT 1206
62.8
58.15
12
4
2.7
GT 745
51
46.5
9
4.5
3.2
Gambar 2 Kapal Perintis Penentuan galangan kapal juga ditentukan dengan memperhatikan ketersediaan galangan terhadap operasi atau trayek dari kapal perintis baik di wilayah barat dan timur Indonesia. Pada gambar dibawah memperlihatkan posisi atau lokasi galangan di Indonesia, dimana hampir keseluruhan galangan kapal berada di wilayah barat khususnya di Pulau Sumatera. Adapun dari total 198 galangan yang tersebar di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3 Lokasi galangan kapal di Indonesia (sumber Kemenko Maritim)
~ 201 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Sedangkan untuk sebaran kapasitas dan galangan kapal di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Lokasi galangan kapal di Indonesia (sumber Kementrian Perindustrian) Dari sebaran galangan tersebut terlihat bahwa mayoritas galangan berada di wilayah barat Indonesia, terkait dengan trayek dan jumlah kapal perintis yang beroperasi umumnya berada di wilayah timur Indonesia sehingga untuk melakukan perawatan dan perbaikan kapal perintis untuk wilayah timur memerlukan perhatian lebih terkait dengan ketersediaan galangan kapal. Sedangkan konektifitas angkutan laut juga akan mempengaruhi lokasi galangan yang akan dipilih, terutama dengan ketersediaan material dan sparepart untuk proses perawatan dan perbaikan kapal. Sesuai dengan program Pemerintah Indonesia pada saat ini untuk meningkatkan konektifitas angkutan laut telah diluncurkan progam “tol laut”. Dengan memanfaatkan program tersebut untuk efektifitas dari supply material dan spareparts kapal sehingga kandidat pemilihan dari sisi konektifitas adalah lokasi yang dekat dengan program tersebut. Adapun program konektifitas angkutan laut dapat dilihat pada gambar berikut.
~ 202 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 5. Program Konektifitas Angkutan Laut di Indonesia “Tol Laut” (sumber: Bapenas) Dalam hal penanaman modal terkait dengan galangan kapal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memetakan 12 wilayah yang potensial untuk pengembangan industri galangan kapal. Kedua belas wilayah tersebut adalah Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi serta Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur. "Kedua belas lokasi tersebut berpotensi mendukung industri perkapalan dalam berbagai lini, termasuk tiga wilayah baru potensial untuk pembangunan kapal yaitu Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi, Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur serta Free Trade Zone Batam," Dari kedua belas wilayah tersebut, Riau memiliki potensi untuk industri ship repair (perbaikan kapal), sementara Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, serta kawasan Industri Batam, JIIPE, dan Banyuwangi berpotensi baik untuk industri ship repair maupun ship building (pembangunan kapal). 4.
Analisa dan Pembahasan Pembangunan
kebutuhan
galangan
untuk
kapal
perintis
adalah
dengan
memperhitungkan ketersediaan galangan di wilayah operasi kapal perintis, jumlah dan jenis kapal yang beroperasi, wilayah operasi kapal perintis dan hal lainnya yang terkait dengan kebutuhan pembangunan galangan. a) Analisis Lokasi Docking Kapal Perintis Dari analisa data untuk pemilihan titik lokasi kapal perintis terdapat pada metode tulang ikan (fishbone) ,dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and
~ 203 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Adapun kriteria pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Metode Fishbone Untuk Kajian Galangan Kapal
Kriteria pemilihan lokasi galangan untuk kapal perintis adalah sebagai berikut: 1. Di sekitar sungai/laut/pelabuhan sungai/laut bisa di katagorikan sebagai tunjangan dari aspek wilayah pelayaran atau jalur dari perjalanan kapal perintis, dan jika dari pelabuahan bias kita devinisikan sebagai tempat yang terdiri atas daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar. 2. Dekat dengan pelabuhan export-impor Export-impor adalah suatu transaksi penerimaan dan pengiriman barang antara wilayah atau dari satu negara ke negara lain, dan bahan-bahan dari perlengkapan dan perbaikan yang impor dari kapal bisa lebih efiseien dan menghemat waktu. 3. SDM Sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh pada kinerja galangan.dengan keadaan sumber daya manusia (SDM) yang baik/memenuhi ketrampilan di galangan bisa memajukan tinkat kualitas kemjuan serta menambah pengurangan penganguran di wilayah tersebut. 4. Suplai material Material adalah suatu benda yang darimana sesuatu dapat di buat darinya atau barang yang di butuhkan untuk membuat sesuatu seperti bahan peerbaikan reparasi
~ 204 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kapal plat baja dan bahan-bahan lainya lebih memadai/baik yang berada di daerah tersebut agar mempermudah akses dan mengurangi impor. 5. Kebijakan pemerintah pusat terhadap industry perkapalan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memetakan 12 wilayah yang potensial untuk pengembangan industri galangan kapal. Kedua belas wilayah tersebut adalah Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi serta Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur. 6. Rencana infrastruktur Rencana tata ruang wilayah (RTRW) adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian ruang wilayah kota. Selain hal tersebut infrastruktur berupa jalan, listrik dan infrastruktur lainnya yang mendukung pendirian galangan untuk kapalkapal perintis. 7. lokasi industry galangan kapal Lokasi galangan dekat dengan lokasi penyedia material plat dan profil serta lokasi penyedia permesinan kapal. Sangan di anjurkan unuk pendukung dan penunjang ke dalam akses masuk yang lebih efisien waktu. 8. Rute kapal perintis Rute/jalur kapal sebagai dari alur yang sudah di tentukan sejak dari awal sampai akhir perjalanan. Pemilihan galangan juga sangan berpengaruh dari rute/daerah yang telah di lalui kapal perintis. banyak juga galangan yang beda jauh tadi tempat atau area jalur kapal perintis itu sendiri, sehingga untuk biaya perjalanan ke galangan melebihi dari biaya reparasi kapat perintis tersebut. 9. Jumlah kapal perintis yang di layani galangan Jumlah kapal perintis di Indonesia sangat berbanding terbalik di bandingkan dengan keadaan galangan yang ada. Untuk mengakomodir keadaan antara jumlah kapal dan galangan kapal perlu pembuatan galanganya. 10. Kondisi geografis dari lokasi galangan
~ 205 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kondisi geografis sangat berpengaruh pada daerah pembangunan galangan sehingga kondisi geografis harus dapat mengakomodir galangan kapal dan pengembangannya untuk masa mendatang. 11. Lokasi dekat dengan industri perkapalan Lokasi galangan dekat dengan lokasi penyedia material plat dan profil serta lokasi penyedia permesinan kapal. Sangant di anjurkan unuk pendukung dan penunjang ke dalam akses masuk yang lebih efisien waktu, dan di anjurkan untuk bisa dapat berdekatan pada lokasi desain galangan kapal. b. Analisis Permintaan Dan Potensi Pengembangan Lokasi Docking Pemelihan tempat lokasi dimana dapat menentukan dari penggunaan dan ketersediaan pada kapal perintis. Banyak tempat-tempat yang harus di ketahui pada umumnya tentang bagai mana kondisi geografis sampai dengan keadaan sumber daya manusianya. Dari sebelas tempat/lokasi yang di tentukan di lakukan beberapa survey sesuai ketentuan dan kebutuhan pada galangan kapal perintis, dan hasil pengamatan survei yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Perintis
= Cukup = Baik = Sangat Baik Setelah di dapatkan penilaian dari beberapa survei hasilnya adalah pada tempat seperti Wilayah Sorong, Wilayah Bitung dan Wilayah Ambon yang menjadi tempat yang paling
~ 206 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
baik untuk pembangunan galangan bagi kapal perintis untuk wilayah timur di Indonesia, sedangkan untuk wilayah Barat Indonesia Tanjung Pinang dan Tanjung Perak merupakan wilayah yang menjadi prioritas untuk pembangunan galangan untuk kapal kapal perintis.
5.
Penutup Berdasarkan pengumpulan data, analisa data dan informasi terkait lainnya, dapat
dilakukan pengambilan kesimpulan sebagai berikut : 5.1.
Kesimpulan 1. Lokasi galangan untuk kapal kapal perintis yang menjadi prioritas untuk dijadikan lokasi adalah Wilayah Sorong dan Wilayah Bitung, dimana kedua wilayah tersebut terletak berada di Indonesia bagian Timur. 2. Lokasi untuk wilayah barat Indonesia terpilih wilayah Tanjung Pinang dan Tanjung Perak, namun prioritas tetap berada diwilayah timur hal tersebut disebabkan kurangnya fasilitas dan ketersediaan galangan di wilayah timur untuk kapal kapal perintis. 3. Galangan menggunakan dan dilengkapi penutup atau hangar, hal tersebut dimaksudkan agar pekerjaan perbaikan kapal tidak terganggu dengan keadaan alam, seperti panas dan hujan sehingga diharapkan pekerjaan dapat lebih produktif.
5.2.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka beberapa hal dapat disarankan untuk penyempurnaan perencanaan galangan untuk kapal kapal perintis adalah sebagai berikut: 1. Diperlukan penelitian lanjutan untuk melakukan strategi pemilihan tipe galangan dan kapasitas gaalangan sesuai dengan kapasitas kapal perintis yang beroperasi pada lintasan dimana galangan akan dibangun. 2. Penyusunan Detail Engineering Desain (DED) untuk kapal perintis harus dilakukan dahulu pemilihan dan penentuan lokasi berdasarkan kepemilikan atau penguasaan lahan.
~ 207 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Beberapa survei baik bathimetri, topografi, survei pasang surut air, angin, tanah dan survei lainnya harus dilakukan untuk mengetahui daya dukung lokasi terhadap perencaanaan galangan kapal perintis.
Daftar Pustaka 1.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan
5.
Peraturan Menteri Perhubungan No KM 60 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
6.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut.
7.
Gaspersz, Vincent, Dr., Ir., MSc., 1992, Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Tarsito, Bandung – Indonesia;
8.
Manheim, Marvin L, Fundamentals of Transportation System Analysis, volume I, Basic Concept, The MIT Press, Cambridge, 1979;
9.
Rangkuti, F., 2003, Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta – Indonesia;
10. Taaffe, EJ., Gauthier, HL., and O'Kelly, ME., Geography of Transportation, 2nd ed., Prentice Hall, New Jersey, 1996; 11. Singarimbun, Masri, dkk, 1989. Metode Penelitian Survei, Edisi kedua, LP3ES, Jakarta;
~ 208 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ 209 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016
ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~1~