CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 1
Bukan hanya uang: Bagaimana kabupaten dan kota di Aceh melibatkan warganya melalui Fasilitas Pendukung Masyarakat (CSF)
FCM Federation of Canadian Municipalities
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 2
Bagian 1: Pendahuluan Canada/Aceh Local Government Rehabilitation and Reconstruction Program (CALGAP) bertujuan untuk membantu rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca tsunami. Proyek yang didanai Pemerintah Kanada melalui Canadian International Development Agency (CIDA) ini dikerjakan oleh Federation of Canadian Municipalities (FCM) bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias. CALGAP memberikan dukungan responsif kepada pemerintah lokal dan mempromosikan
Mengapa CSF? Dua peristiwa besar belum lama terjadi di Aceh – gempa bumi yang diikuti tsunami pada 26 Desember 2004 dan 30 tahun konflik antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Tsunami mengakibatkan kerusakan yang sangat parah di Aceh. Sekitar 220.000 jiwa tewas dan lebih dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. Ribuan orang kehilangan mata pencarian akibat banyaknya perahu penangkap ikan yang rusak parah, tambak-tambak yang musnah dan lebih dari 3.000 hektare lahan pertanian yang hilang. Konflik yang berkecamuk selama 30 tahun memperburuk perekonomian masyarakat dan infrastruktur banyak yang rusak, menewaskan sekitar 15.000 jiwa dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Konflik juga memperburuk hubungan antara pemerintah dan masyarakat Aceh, keduanya samasama saling curiga dan sulit menaruh kepercayaan. Warga umumnya tidak mau lagi bergantung kepada pemerintah, bahkan untuk pelayanan-pelayanan umum yang paling dasar. Dalam konteks ini, sumbangan paling besar yang dapat dilakukan oleh komunitas internasional adalah menumbuhkan kembali rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan pelayanan umum adalah mendorong efisiensi dari sistem yang ada, sedapat mungkin seperti yang diharapkan baik pemerintah maupun warga. Sekarang ini warga Aceh memiliki keterbatasan dalam mengidentifikasi, membuat bahkan menyampaikan kebutuhan/kepentingan mereka, sehingga kemampuan mereka untuk menuntut tata-pemerintahan yang baik menjadi lemah. Kelompok-kelompok marjinal, seperti kaum perempuan, orang-orang miskin dan cacat memiliki ketrampilan dan keahlian yang terbatas. Kelompok ini juga hampir tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembahasan maupun diskusi-diskusi yang melibatkan masyarakat luas agar untuk menyerap kebutuhan dan kepentingan mereka. CSF dikembangkan untuk mendukung kelompokkelompok ini dengan membantu mereka berpartisipasi dalam kehidupan politik dan ekonomi, serta membantu pemerintah-pemerintah lokal dalam merespon permintaan-permintaan warganya atas pelayanan umum yang lebih baik.
model kerja sama antarpemerintah. Tujuannya untuk membangun dan memperkuat tata-pemerintah lokal (manajemen operasional, pelayanan, dan mekanisme partisipatoris) di Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie dan Aceh Jaya. Fasilitas Pendukung Masyarakat (Community Support Facilities /CSF) CALGAP membangun Fasilitas-fasilitas Pendukung bagi Masyarakat (Community Support Facilities) bersama mitramitra pemerintah lokal di wilayah pemerintahan Kota Banda Aceh, Kabupeten Pidie dan Aceh Jaya. CSF merupakan bantuan dana yang diberikan kepada lembaga-lembaga masyarakat untuk melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang merupakan prioritas masyarakat lokal. Melalui bantuan ini, pemerintah lokal dapat segera merespon dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama masyarakat sebagai investasi dalam bentuk pemberian bantuan berskala kecil atau pembangunan proyek-proyek infrastruktur Keunikan CSF Sebuah komite bersama yang terdiri dari wakil-wakil pemerintah terpilih dan pemimpin masyarakat mengawasi program CSF. CSF menciptakan sebuah forum/wadah bagi pemerintah dan masyarakat lokal untuk bekerja bersamasama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi, dan yang paling penting, telah menjadi perangkat guna meningkatkan keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan di tingkat kota. Struktur dan proses dalam CSF telah menciptakan peluang untuk mengembangkan dan menegakan tata-pemerintahan yang baik, transparan dan akuntabel, serta mampu membangun kapasitas dalam manajemen atau mengelola suatu proyek. Dalam CSF, proses sama pentingnya dengan hasil, dan sejumlah faktor lainnya telah mendorong kesuksesan program ini:
1) Membangun hubungan antara pemerintah lokal, masyarakat si pil,dan komunitas
Apa Anda pernah melihat seorang Walikota sibuk sepanjang hari memeriksa 240 proposal dari masyarakat, bersama perwakilan dari NGO-NGO (organisasi non-pemerintah), komunitas dan pemerintah lokal? Apa Anda pernah melihat seorang Walikota duduk bersama dan berkonsultasi dengan kelompok-kelompok tersebut? Amat unik untuk melihat sebuah program yang sumber dananya
Komite CSF Banda Aceh sedang memeriksa proposal
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 3
terbatas mendapat perhatian serius dan antusiasme dari para pemimpin politik. CSF membangun hubungan antara pemerintah, NGONGO dan masyarakat. Program ini dikelola oleh pemerintah lokal, seorang koordinator CSF, seorang pejabat setempat yang ditunjuk, dan, dalam beberapa kasus, melibatkan Walikota. Model ini terbukti menjadi sebuah model yang baik dengan kerja sama yang kuat dan sebuah proses yang transparan, yang membawa hasil-hasil yang nyata. Seperti yang diutarakan oleh Illiza Djamal, Koordinator CSF untuk kota Banda Aceh. Ia mengatakan, “Program ini telah membuat pemerintah semakin dekat dengan warga, yang membantu untuk memahami kebutuhan-kebutuhan warganya, memberi respon yang cepat dan tepat sasaran, dan yang paling penting adalah, lewat CSF, khususnya di Banda Aceh, program ini telah mendorong kaum perempuan terlibat dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut perbaikan mutu kehidupan mereka.”
3) Bantuan dana yang disertai dengan penguatan kapasitas (capacity building) memberi manfaat banyak orang dalam komunitas
CSF memberikan dana lewat distribusi bantuan, juga penguatan (capacity building) bagi mereka yang terlibat, termasuk pemerintah lokal, anggota komite CSF dan kelompok-kelompok masyarakat sendiri. Kendati jumlah dana yang disediakan dalam setiap bantuan relatif kecil, kriteria yang diterapkan menjamin bahwa bantuan digunakan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan memberi manfaat bagi banyak orang. Contohnya proyek pembangunan infrastruktur skala kecil, seperti jalan atau jembatan untuk mendukung pembangunan ekonomi.
Bagian 2: Membangun CSF Sebelum bekerja, tim CALGAP harus memahami kondisi-kondisi daerah dan tahu bagaimana bekerja dengan pemerintah lokal di Aceh.
2) Kepemilikan Masyarakat
Meski CSF diurus oleh pemerintah-pemerintah lokal, partisipasi organisasi masyarakat sipil dan komunitas menilai kepemilikan atas program, terlibat sejak awal perencanaan, dan proses pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Transparansi dibangun selama proses, dimulai saat peluncuran proyek dan pengumuman kelompok terpilih, dan melalui penyelesaian proyek. Proses ini memastikan bahwa proyek tidak terhambat oleh birokrasi.
Membangun di atas pengalaman masa lalu Program Manejemen Pemerintah Kota Palestina (PMMP) milik FCM, yang terlaksana antara 199 hingga 2006 telah mempelopori apa yang menjadi keberhasilan Program CSF. Staf CALGAP untuk program CSF belajar dari pengalaman ini. Pada Mei 2007, FCM mengirim delegasi yang terdiri dari ahli-ahli teknis dalam CSF PMMP ke Banda Aceh untuk melihat dari dekat, bekerja dan melatih
Masyarakat menangani sendiri proyek mereka dengan CSF Gampong (desa) Peunadok sebelumnya hancur sewaktu konflik, namun Badan Reintegrasi Aceh (BRA) telah membangun kembali rumah-rumah di sana. Dulu, para petani harus melewati jalan setapak yang sempit dan melintasi belukar dan pohon, sambil membawa barang di kepala. Alam Shah, Geuchik (kepala desa) setempat, mengikuti sebuah acara pertemuan masyarakat yang diselenggaakan oleh Pemda Pidie untuk mempromosikan CSF. Kemudian, ia mengadakan pertemuan desa dan mendapatkan dukungan untuk proyek membangun jalan akses 1,5 km menuju
kebun cokelat dan melinjo serta sawah tadah hujan milik warga desa. Terdapat lima desa yang memanfaatkan kebun tersebut,yang berada di atas tanah negara. Sekitar 500 petani telah memanfaatkan jalan tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidietelah meminjamkan sebuah backhoe (alat berat) untu 6 hari dan 4 hari lainnya dibiayai dana CSF. Warga desa-desa setempat juga menyumbangkan tenaga mereka untuk membangun jalan ini.
Kiri: Koordinator Proyek Gampong Peunadok, Rajali and Alam Shah, Geuchik Peunadok,Pidie. Kanan Jalan Peunadok memberikan akses lebih baik kepada para petani.
3
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 4
Pejabat Pendanaan (Funds Officer) CALGAP dan staf lainnya. Selama kegiatan ini, tim berbagi pengalaman dan berlatih sebaik-baiknya dari CSF PMMP dan menyusun arahan, perangkat-perangkat dan sebuah kerangka kerja yang disesuaikan dengan kondisi Aceh. Delegasi FCM dan Funds Officer CALGAP mengadakan serangkaian pertemuan dan konsultasi dengan pemerintah lokal mitra CALGAP di Banda Aceh, Pidie dan Aceh Jaya sebelum menyusun arahan dan perangkat-perangkat untuk program. Konsultasi awal yang membantu menjelaskan CSF Selama konsultasi bersama mitra-mitra pemerintah lokal, mereka menjelaskan tujuan-tujuan program dan membuat kriteria-kriteria pemberian dana bantuan. Masing-masing kecamatan punya sudut pandang sendiri soal kelompok mana saja yang perlu mendapat dukungan pemerintah lokal lewat dana yang disediakan CSF. Pemerintah Kota Banda Aceh lebih serius dalam memberdayakan kelompokkelompok perempuan dan meningkatkan pendapatan warga. Sedangkan Kabupaten Pidie dan Aceh Jaya lebih fokus membantu proyek-proyek infrastruktur skala kecil menengah yang mendukung pertanian dan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah-pemerintah lokal yang jadi mitra juga mesti memerinci dan menjelaskan tanggung jawab masing-masing pemangku-kepentingan dan menentukan proses dan kegiatan apa saja yang dibutuhkan sebelum melibatkan organisasi-organisasi non-pemerintah atau NGO. Setelah mereka mempelajari CSF, walaupun ada tantangan dan hambatan, mereka sangat antusias. Seperti yang diungkapkan Pak Rinaldi, Manajer Kota Aceh Jaya, “Program ini sangat menarik walaupun banyak tantangannya. Tidak gampang bekerja sama dengan NGO. Karena mereka sering mengkritik pemerintah tanpa memberikan solusi.” Pemerintah lokal awalnya mempertanyakan mengapa harus
melibatkan NGO dalam Komite CSF karena organisasi tersebut kerap kali bersikap kritis terhadap pemerintah daerah, dan kesepakatan sangat sulit tercapai bila mereka terlibat. Walau pemerintah-pemerintah lokal berniat untuk memilih sendiri NGO yang akan dilibatkan, Funds Officer CALGAP menyarankan agar proses pemilihan dilakukan secara transparan, misalnya melalui pertemuan masyarakat yang bertujuan untuk mendorong pemahaman masyarakat tentang CSF dan untuk membentuk Komite CSF. Setelah melalui diskusi-diskusi panjang, dua kabupaten setuju untuk melakukan proses ini sedangkan solusi yang agak berbeda diterapkan pada satu kabupaten lain. Dalam kasus ini, pemerintah memilih sebuah NGO dan CALGAP mengadakan sebuah pertemuan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang CSF dan menawarkan kesempatan yang sama kepada NGO lainnya untuk terlibat dalam Komite CSF. Melibatkan NGO untuk berpartisipasi dalam CSF merupakan suatu tantangan besar, sebab kebanyakan mereka memiliki persepsi negatif terhadap pemerintah lokal, misalnya, birokratis, banyak melakukan korupsi, nepotisme dan kolusi, dan bertele-tele serta menghambur-hamburkan anggaran dengan menerapkan pendekatan dari atas ke bawah (top-down approach). Banyak NGO menilai bahwa Komite CSF merupakan kerja sukarela sehingga mereka yang ikut terlibat dan berpartisipasi semestinya tidak menerima upah melalui Proyek CSF. Guna mengatasi masalah-masalah di atas, CALGAP mempertimbangkan saran yang diajukan oleh Yappika (Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi), yang memiliki program yang serupa, dan juga didanai oleh CIDA. Atas rekomendasi Yappika, CALGAP menggelar pertemuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, dan melakukan pendekatan kepada jaringan Yappika untuk membantu dalam pembentukan Komite CSF di Kabupaten Pidie dan Kota Banda Aceh. NGO-NGO lokal yang di-
Proses Implementasi CSF Pembentukan Komite CSF
1.
2.
3.
Peluncuran Program
Penyerahan gagasan proyek
Pemeriksaan “gagasan proyek” dan daftar seleksi
;- Menyusun mandat komite - Penetapan keanggotaan komite bersama mitra dan perwakilan masyarakat - Menentukan peran dan tanggung jawab - Mendefinisikan kriteria pemilihan/seleksi - Menyusun tahapan proses CSF - FCM menandatangin perjanjian pemberian bantuan
- Mengeluarkan pengumuman resmi dan mengadakan pertemuan masyarakat - Mengumumkan penerimaan proposal dan permohonan di media lokal
- Penyerahan pengajuan gagasan kepada Komite CSF dari CBO - Komite CSF menilai dan mengevaluasi permohonan - Pelatihan tambahan untuk CBO
- Mengadakan pelatihan untuk proposal semi-final - Penyiapan proposal rinci/utuh, rencana bisnis - prioritas program pemerintah kota (jender, lingkungan, dll) - Kriteria pemberian dana - Monitoring dan kebutuhan pelaporan
4
4.
5.
6.
Penyerahan Proposal Lengkap Proyek
Evaluasi Proposal dan Seleksi Proyek
Kontrak dan Pencairan Dana
Pelaksanaan Proyek dan Tindak Lanjut
- Komite mengevaluasi proposal yang diterima berdasar prinsip-prinsip pendanaan - Pemberitahuan hasil keputusan kepada yang pemohon lulus dan tidak lulus
- Pemerintah daerah ikut serta dalam perjanjian dengan penerima bantuan CSF - Negosiasi perjanjian pendanaan antara pemohon proyek dan CSF, termasuk peluncuran proyek - Pengadaan barang dan jasa
- Jadwal penyaluran dana yang disesuaikan hasil kemajuan - Komite CSF melakukan monitoring - Evaluasi (selesai atau dilanjutkan menurut siklus pendanaan) - Rekomendasi penyesuaian terhadap program CSF
- Proposal pemohon proyek yang telah siap diserahkan kepada Komite CSF untuk diperiksa dan mendapat persetujuan
7.
Umpan-balik untuk permohonan proyek yang tidak disetujui dapat diperbaiki dan gagasan diajukan kembali pada siklus pendanaan berikutnya
8.
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 5
Pelantikan Komite CSF Banda Aceh rekomendasikan Yappika (Perak dan IMPACT) tertarik untuk terlibat dalam CSF dan bersedia untuk berpartisipasi dalam Komite. Walau terdapat hambatan dan tantangan, mereka yakin bahwa model CSF salah satu yang terbaik untuk membangun hubungan antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan semua mendapatkan manfaat melalui kerja sama yang baik.
yang menjadi mitra menandatangani kesepakatan dalam bentuk perjanjian pelaksanaan Program CSF. CALGAP dan tim FCM Kanada agak terkejut mengetahui respon yang baik dan positif dari pemerintah-pemerintah daerah terhadap Program CSF ini. Para pemimpin politik di daerah malah menawarkan diri untuk menjadi Koordinator CSF dan mereka amat antusias untuk menjalankan program tersebut, sebagian karena CSF memberikan peluang yang lebih baik untuk mendukung kinerja politik mereka. Nazir Adam, Wakil Bupati Pidie, menyatakan ia sangat tertarik untuk menjadi Koordinator CSF karena ia ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa pemerintah daerah dapat bergerak dan bekerja cepat dalam memenuhi kebutuhan dan memberi pelayanan kepada masyarakat serta membangun proyek yang bagus. Sebagai politisi independen, ia mengatakan bahwa selama konflik hampir tidak ada masyarakat yang percaya kepada pemerintah. Karena itu, ia ingin memperbaiki hubungan serta mengembalikan kepercayaan itu selama masa kepemimpinannya. Dengan dukungan CALGAP, komite-komite CSF bekerja sama mendefinisikan proses itu. Mereka membuat petunjukpetunjuk untuk manajemen CSF, termasuk mengembangkan kriteria dan syarat untuk penyaluran bantuan, perangkat pendukung pelaksanaan, dan sebuah rencana kerja.
Bagian 3: Proses Pelaksanaan Boks di halaman 4 menjelaskan proses pelaksanaan CSF. . Langkah 1. Pembentukan Komite CSF Setelah tahap membangun pemahaman, pemerintah-pemerintah daerah, dengan dukungan staf-staf CALGAP, membentuk komite-komite CSF. Masing-masing komite terdiri dari perwakilan peemrintah daerah, NGO, dan masyarakat, serta staf CALGAP. Tiap komite terdiri laki-laki dan perempuan (lihat boks di bawah). Seiring dengan pencapaian tujuan CSF sendiri, banyak cerita menarik yang berkembang sebagai hasil dari transparansi, proses yang melibatkan multi-pemangku kepentingan, dan peningkatan hubungan antara pemerintahpemerintah lokal dengan masyarakat mereka.
anggota Komite CSF berdasarkan jenis kelamin no
Kabupaten/ Kota
anggota Komite Laki-laki
Perempuan
1
Banda Aceh
3
5
2
Pidie
6
1
3
Aceh Jaya
5
1
Menyusun arahan dan mekanisme (perangkat) pelaksanaan CSF Setelah Komite terbentuk, CALGAP dan pemerintah daerah
Peluncuran CSF. Langkah 2. Peluncuran program (penyuluhan masyarakat,pertemuan,media)
Anggota Komite CSF, bersama pemerintah daerah, menerbitkan pengumuman resmi dan mengadakan pertemuan masyarakat untuk meluncurkan CSF. Mereka menyiapkan publikasi dalam bentuk proposal dan proses aplikasi ke media dan koran lokal untuk memberitahukan kepada masyarakat soal peluncuran tersebut. Selama peluncuran, komite memaparkan tujuan-tujuan program, struktur dan anggota komite, menjelaskan proses aplikasi (pengajuan permohonan bantuan) dan kriteria, serta batas waktu penerimaan dokumen/kertas konsep dasar dan proposal yang sudah terperinci. Anggota komite juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan masyarakat, umumnya berkaitan dengan proses aplikasi.
Langkah 3. Pengajuan gagasan-gagasan proyek
Kelompok masyarakat mengajukan kertas konsep (dalam bahasa Indonesia) kepada Koordinator CSF, lengkap dengan rincian data mengenai kegiatan-kegiatan yang mereka ajukan kepada Bantuan CSF (CSF Grant). Kertas konsep ini mesti
5
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 6
NGO di bawah payung YAPPIKA, dan diselenggarakan oleh IMPACT, dengan dukungan CALGAP. Keterlibatan IMPACT sangat besar karena pengalaman yang dimiliki organisasi ini pada tingkat masyarakat kecil di Aceh. Banyak penerima bantuan yang berpendidikan rendah dan beberapa diantaranya tidak bisa berbahasa Indonesia, dan IMPACT memiliki sumberdaya yang mampu bekerja dengan bahasa yang digunakan para peserta. Selama pelatihan, kelompok-kelompok ini dikenalkan dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dan kesetaraan jender, dua tema lintas sektor CALGAP (untuk lebih jelas lihat boks). Keutamaan transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat juga menjadi poin yang ditekankan selama pelatihan. Walaupun penuh tantangan karena kompleksitas tema dan tingkat pendidikan para peserta, IMPACT mampu menjelaskan konsep-konsep sehingga para peserta dapat berdiskusi lebih banyak dengan mereka. Kelompok-kelompok masyarakat ini juga mendapat pelatihan untuk menyusun rincian yang
memenuhi format standar CSF untuk pendanaan.
Langkah 4-6: Proses seleksi
Semua pemerintah daerah yang menjadi mitra mengikuti proses seleksi dasar yang sama untuk proyek pemberian bantuan. Seluruh proposal yang dibuat kelompok-kelompok masyarakat dan telah diterima oleh komite CSF pertama-tama menjalani proses penyaringan dan verifikasi administratif. Komite kemudian melakukan verifikasi lapangan untuk proposal dari kelompok masyarakat yang lulus seleksi administratif untuk dinilai lebih lanjut kesesuaian antara kertas konsep dengan kondisi di lapangan. Setelah tahap ini selesai, anggota komite CSF berdiskusi untuk memutuskan proyek mana yang akan diberi bantuan dana. Kelompok-kelompok yang lulus proses seleksi kemudian diminta menyertakan dua orang perwakilannya untuk mengikuti pelatihan pembuatan proposal selama tiga hari. Pelatihan ini didesain oleh CALGAP bekerja sama dengan IMPACT, sebuah
Kabupaten/ Kota
Kertas Konsep
Verifikasi administratif
Verifikasi Lapangan
Seleksi akhir setelah Pelatihan
Kelompok Penerima Bantuan
Banda Aceh
240
81
46
11
11
Pidie
87
58
56
11
10
Aceh Jaya
59
35
17
11
11
apa saja tema-tema lintas sektoral CaLgaP? Tema-tema lintas sektor CALGAP adalah perangkatperangkat untuk meningkatkan praktik-praktik tata-pemerintahan yang baik. Dengan memadukan setiap tema, proyek-proyek yang dilaksanakan sejalan dengan praktik tata-pemerintahan yang transparan dan akuntabel yang mencerminkan pemenuhan prioritas-prioritas masyarakat lokal yang beragam.
Kelestarian lingkungan – Kegiatan-kegiatan pemerintah daerah memiliki dampak terhadap lingkungan. Mengurangi dampak negatif dari kegiatan-kegiatan dan kebijakan pemerintah kota/kabupaten seraya meningkatkan dampak-dampak positif terhadap lingkungan akan membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kelestarian pembangunan. Kesetaraan jender – Perempuan dan laki-laki seringkali mempunyai kebutuhan dan sumberdaya yang berbeda. Karena itu, pejabat pemerintah perlu memahami perbedaan situasi antara kaum perempuan dan laki-laki, dan memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan yang beragam tersebut.
6
Kohesi sosial merupakan kemampuan warga dalam suatu wilayah untuk saling bekerja sama dan membantu. Apabila suatu pemerintah daerah atau organisasi lokal berniat untuk berkontribusi dalam memperkuat ikatan sosial, maka ia harus memahami sumber-sumber yang dapat menyulut kemarahan/kekecewaan dan ketegangan yang barangkali dirasakan sebagian masyarakat dan bagaimana membuat mekanisme penyelesaian konflik yang dapat lebih diterima atau memiliki kedudukan lebih kuat di mata seluruh anggota masyarakat. .
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 7
Bantuan kepada organisasi-organisasi berbasis masyarakat (CBO) Kegiatan penguatan kapasitas (capacity building) diberikan kepada penerima bantuan pada awal Juni 2008. Komite CSF di Banda Aceh mengundang satu orang perwakilan dari masing-masing kelompok penerima bantuan CSF, total penerima bantuan 11 kelompok, untuk mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh YAPPIKA. Selain mendapat pelatihan ketrampilan (skill), kelompok-kelompok tersebut dapat memperluas jaringan dan berbagi pengalaman dan pengetahuan satu sama lain. Di Pidie, pada waktu yang sama, sebuah NGO lokal memberi pelatihan dan pendampingan langsung kepada masing-masing peserta dalam menyusun rencana usaha (business planning) untuk proyek peningkatan pendapatan/kesejahteraan. Pelatihan ini juga dimaksudkan agar organisasi-organisasi ini bisa terus berkembang dan usaha-usaha yang dibangun memperoleh keuntungan.
Langkah 8. Monitoring (perkembangan dan keuangan) Tiga Komite CSF melakukan evaluasi dan peninjauan (monitoring) langsung serta mengadakan pendampingan kepada kelompok-kelompok CSF masing-masing secara reguler, khususnya membantu dalam hal pelaporan keuangan. Misalnya, Komite CSF memeriksa laporan keuangan dari kelompok CSF bersama para anggota kelompok, melakukan verifikasi bon dan kwitansi yang diterima seperti yang dimuat dalam laporan dan mengecek langsung barang-barang yang dibeli.
Bagian 4: Hasil-hasil CSF Analisis awal atas hasil-hasil putaran pertama pelaksanaan CSF cukup mengesankan/baik, dan proyek akan dilanjutkan hingga membuahkan hasil karena kelompok-kelompok tersebut terus berupaya agar usaha-usaha mereka maju dan terus berkembang..
Anggota Komite CSF Banda Aceh (termasuk Wakil Walikota Banda Aceh) memonitor kelompk katering Ban Tabina.
diperlukan dalam pembuatan proposal sebagai bagian dari seleksi dan proses pelaksanaan.
Langkah 7: Kontrak kerja sama dan pencairan dana Komite mengumumkan pemohon bantuan yang lulus lewat pertemuan masyarakat dan menggelar acara peresmian penyaluran dana kepada penerima bantuan. Kemudian dilakukan penandatanganan perjanjian kontrak antara pemerintah daerah dan organisasi-organisasi masyarakat untuk pemberian dana, dan penyalurannya dilakukan dalam beberapa tahap. Penyaluran pertama sebesar 50% diberikan selama pelaksanaan tahap awal proyek, penyaluran kedua sebesar 40% diberikan bila proyek telah selesai sekitar 50%, tergantung pada kondisi proyek, dan penyaluran terakhir sebesar 10% diberikan (atau akan diberikan) apabila proyek sepenuhnya selesai dan laporan naratif dan keuangan telah diserahkan.
Kota Banda aceh Di Banda Aceh, di mana terdapat sebelas proyek CSF putaran pertama yang seluruhnya proyek peningkatan pendapatan/kesejahteraan, sepuluh dari sebelas proyek dilaporkan telah mampu meningkatkan pendapatan sejak keikutsertaan mereka dalam Program CSF. Rata-rata, masing-masing kelompok dilaporkan mampu meningkatkan keuntungan antara 25 hingga 30%. Tujuh dari kelompok ini dikelola baik oleh kaum perempuan, atau memiliki anggota perempuan antara 30 hingga 40%. Yang amat menarik, kelompok-kelompok yang dikelola kaum perempuan atau mempunyai perwakilan perempuan yang kuat umumnya lebih produktif, dan secara organisasi lebih stabil dan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dibanding kelompok yang dikelola laki-laki atau anggota laki-lakinya lebih banyak. Kelompok Ban Tabina Catering, misalnya, adalah kelompok perempuan yang telah mampu meningkatkan produksinya hingga 400% sejak keikutsertaanya dalam Program CSF. Para anggota kelompok yang terdiri dari 12 orang ini mampu meningkatkan pendapatan mereka hingga 29%, dari Rp 300,000 per minggu men-
7
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 8
Seorang spesialis infrastruktur CALGAP sedang memberikan asistensi kepada kelompok tani Cinta Damai dalam sebuah proyek irigasi. jadi Rp 420,000 per minggu, dan kelompok ini memiliki simpanan bersama sebesar Rp 3,000,000 yang ditabung dalam rekening organisasi yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk pengembangan usaha kelompok mereka. Kabupaten Pidie Di Pidie, delapan dari sepuluh proyek CSF merupakan proyek pembangunan infrastruktur berskala kecil. Contohnya adalah proyek irigasi yang dilaporkan telah mampu meningkatkan produksi pertanian kelompok-kelompok sejak keikutsertaan mereka dalam Program CSF. Rata-rata, empat proyek irigasi sawah yang dibantu CSF dilaporkan telah meningkatkan produksi beras dari 4 ton naik hingga 6 ton per hektare. Harga beras di Pidie dilaporkan mencapai Rp 8,000 per kg. Dengan peningkatan produksi beras oleh kelompok-kelompok tersebut, maka pendapatan mereka otomatis juga bertambah. Tiga proyek pembangunan infrastruktur berskala kecil lain yang telah selesai di Pidie adalah pembangunan tiga jalan dan sebuah jembatan. Manfaat dari investasi pekerjaan umum berskala kecil ini amat besar: desa-desa di pelosok kini telah dapat lebih
Seorang anggoa koperasi perempuan Kopwan Lagang Sepakat di Pidie,sedang menyulam kain. Koperasi perempuan itu menerima dana bantuan melalui mekanisme CSF untuk mengembangkan usaha penyewaan hiasan kain sulaman untuk acara perkawinan Aceh
8
mudah mengakses dan memperoleh barang dan jasa, waktu tempuh antar desa jadi lebih pendek, dan para petani dapat mengangkut hasil pertanian mereka ke pasar lebih cepat dan efisien. Walaupun hanya dua kelompok CSF di Pidie yang dipimpin oleh perempuan, dalam proyek pembangunan infrastruktur berskala kecil tertentu, seperti konstruksi saluran-saluran irigasi sawah, rata-rata partisipasi kaum perempuan dilaporkan antara 14 hingga 40%. Sehubungan dengan tema lintas sektoral pelestarian perdamaian (lihat boks Bagian 3 untuk tema ini), Kelompok Tani Cinta Damai dilaporkan bahwa lebih dari seperempat (29%) dari para pekerja (100 laki-laki) yang membangun saluran-saluran irigasi sawah adalah mantan kombatan/gerilyawan. Mereka datang dan bekerja sama secara harmonis dengan anggota masyarakat lainnya, terlibat dalam kegiatan-kegiatan produktif yang dapat memberi manfaat/keuntungan bagi keluarga dan masyarakat di mana mereka tinggal.
Seorang infrastruktur CALGAP memonitor proyek piKabupaten aceh Jaya Di Kabupaten Aceh Jaya, sembilan dari sepuluh proyek adalah proyek-proyek pembangunan infrastruktur berskala kecil. Di antaranya adalah pembangunan irigasi sawah yang telah mampu meningkatkan hasil pertanian sejak keikutsertaan dalam Program CSF, seperti yang terlihat di Kabupaten Pidie. Rata-rata, tiga dari proyek irigasi sawah yang dibantu oleh CSF telah meningkatkan produksi beras hingga dua kali lipat, dari yang semula satu ton naik hingga dua ton per hektare, kenaikan ini juga berarti peningkatan pendapatan petani. Proyek lainnya adalah rehabilitasi lahan dengan total luas 42 hektare untuk perkebunan tanaman kakao dan kacang tanah. Empat dari proyek ini merupakan pembangunan sarana untuk masyarakat. Proyek tersebut antara lain pembangunan pipa penyaluran air bersih bagi 348 rumah tangga, pembangunan dua sarana gedung masyarakat dan rehabilitasi sebuah lapangan sepak bola. Hanya satu proyek di Aceh Jaya yang benar-benar proyek peningkatan pendapatan/ kesejahteraan, dan kisah suksesnya perlu disampaikan. Setelah mendapat pendampingan CSF, Jero Tailor berhasil menambah jumlah staf pekerjanya hingga tiga kali lipat, dari empat orang penjahit kini sudah 12 penjahit, seperempat dari mereka adalah perempuan. Dengan penambahan mesin jahit yang
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 9
dibeli melalui dana bantuan CSF, para penjahit ini mampu meningkatkan produksinya hingga dua kali lipat, dari 3 potong pakaian sehari menjadi 8 potong dalam sehari. Hasil dari peningkatan produksi adalah keuntungan yang diperoleh para penjahit bertambah dari Rp 2,000,000 per bulan menjadi Rp 4,000,000 per bulan. Lewat pelatihan dan pendampingan usaha kecil, kelompok ini juga mampu memasarkan layanan mereka sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam usaha penjahitan tidak hanya di Aceh Jaya, tetapi juga menjangkau masyarakat di kota Meulaboh yang bertetangga dengan kabupaten ini. Ringkasan hasil-hasil CSF berikut pesan dan kesan dapat dibaca pada bagian akhir studi kasus ini.
intah daerah serta meningkatkan peran serta masyarakat yang cukup besar. Pengalaman yang ada menunjukan hasil penguatan ikatan/hubungan (kohesivitas) antara pemerintah lokal dan masyarakatnya. CSF telah mengenalkan pendekatan partisipatoris dan transparan, ini merupakan hal baru di Aceh. Sejumlah pemangku kepentingan, mulai dari NGO, pemimpin masyarakat/kepala-kepala desa, pejabat terpilih maupun yang tidak terpilih terlibat dalam pembuatan kebijakan dan seleksi proyek-proyek berdasarkan kriteria yang obyektif. Melalui proses yang dijalankan, mereka menyampaikan informasi-informasi mengenai program kepada masyarakat, termasuk lewat media lokal. Tak dapat dipungkiri lagi, keberhasilan ini dapat ditiru untuk program-program pemerintah lainnya maupun oleh pemerintah daerah lain.
Bagian 5: Pelajaran CSF mendorong keikutsertaan masyarakat dan membangun sinergi antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program dan sasaran-sasaran pemer-
Membangun Kepercayaan terhadap Pemerintah Daerah melalui transparansi Papan proyek CSF yang terpasang hingga dapat dilihat masyarakat luas, menunjukkan jumlah uang yang diterima masyarakat dalam proyek tersebut, masa pelaksanaan proyek, dan sumbangan swadaya masyarakat. Tingkat transparansi proyek seperti ini akan membantu masyarakat memahami apa yang sedang dibangun dan siapa yang menerima manfaatnya, sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah daerah. Cara ini juga mengurangi resiko adanya sekelompok orang yang merasa tidak dilibatkan.
Bagian 6: Keberlanjutan Dalam upaya mempromosikan keberlanjutan, CALGAP dan tiga Komite CSF berencana memberikan bantuan untuk proyek peningkatan pendapatan/kesejahteraan masyarakat dalam bentuk pelatihan penyusunan rencana bisnis, sebelum program selesai. Pelatihan ini akan membantu kelompok-kelompok yang ikut dalam CSF dalam mengidentifikasi cara dan teknik dalam mengembangkan dan meningkatkan usaha-usaha atau proyek mereka. Sedangkan untuk proyek pembangunan infrastruktur berskala kecil, para ahli rekayasa (insinyur) CALGAP, bersama mitra dari pemerintah daerah, akan bekerja dengan penerima bantuan proyek untuk membuat rencana perawatan sederhana yang bertujuan agar infrastruktur yang telah dibangun dapat tahan lama dan memiliki keterpaduan struktural. Bila memungkinkan, CALGAP dan Komite-komite CSF akan mencoba menghubungkan proyek-proyek CSF dengan sejumlah NGO yang melibatkan masyarakat dalam area proyek yang sama sehingga para penerima manfaat dapat terus dibantu baik dalam pendanaan maupun melalui pendampingan teknis saat CALGAP selesai. Meski terlalu dini untuk menilai apakah pemerintah-pemerintah daerah akan dapat melanjutkan program pemberian bantuan masing-masing, namun mereka telah menunjukan antusiasme yang besar, mereka juga telah belajar bagaimana mengelola program-program tersebut dan mereka telah menghargai hasil dari kerja yang melibatkan anggota masyarakatnya. Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie menyatakan niatnya untuk membelanjakan anggarannya untuk mendukung penyaluran kredit mikro atau memutar dana mereka menggunakan model CSF. CALGAP akan menyediakan dukungan teknis yang membantu dalam penyusunan petunjuk/arahan untuk program-program ini. Beberapa dinas, seperti Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial dapat bisa lebih terlibat dalam mendorong yang lain untuk belajar dari pengalaman CSF dan menerapkan beberapa pelajaran darinya.
9
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 10
CSF: Hasil Pelaksanaan Proyek bagi Masyarakat Meningkatkan Kapasitas Organisasi Berbasis Masyarakat (CBO) dan Kelompok Masyarakat
n Sebagai hasil keikutsertaan mereka dalam Program CSF, kegiatan-kegiatan CBO dan kelompok masyarakat lebih terencana dan terstruktur. Kelompok-kelompok tersebut menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih jelas, petunjuk/arahan dan mendefinisikan kegiatan-kegiatan. n CBO dan kelompok-kelompok masyarakat ini sekarang lebih yakin dengan kemampuan mereka dalam mencari pendampingan dari institusi-institusi pemerintah daerah dan sektor swasta untuk bantuan teknis dan keuangan. Pemerintah daerah, DPRD, sector swasta, dan organisasi-organisasi non-pemerintah telah mengakui kelompok-kelompok tersebut sebagai pemangku-pemangku kepentingan dalam pembangunan masyarakat. n Kelompok-kelompok tersebut kini lebih mampu secara efektif dalam administrasi dan manajemen kelompok, manajemen keuangan dan pelaporan, pencarian dana dan penyusunan proposal. n CBO dan kelompok-kelompok tersebut telah mendorong pemahaman menyangkut isu-isu yang berikaitan dengan kesetaraan jender, kelestarian lingkungan, pencegahan korupsi dan pelestarian perdamaian, yang telah mendorong pelaksanaan program dan proyek yang lebih efektif.
akses Lebih Luas bagi Masyarakat di Wilayah Pelosok
n Program CSF telah membuka akses yang lebih baik bagi masyarakat di daerah pelosok untuk melakukan kegiatan perekonomian sebagai hasil dari perbaikan pembangunan infrastruktur berskala kecil. n Sebagai hasil dari pembanguna infrastruktur berskala kecil yang didanai oleh CSF, seperti jalan dan jembatan-jembatan, desa-desa di wilayah pedalaman yang ada di Pidie dan Aceh Jaya kini memiliki akses yang lebih baik untuk menjangkau daerah-daerah yang bertetangga dengan desa mereka. Ini memungkinkan warga desa untuk mendapat barang dan jasa dengan lebih mudah dan murah, sehingga membantu dalam meningkatkan pendapatan/kesejahteraan mereka.
Hasil yang Tinggi dalam Produksi Pertanian
n Sistem irigasi yang mendukung peningkatan produksi padi di Aceh Jaya dan Pidie telah berhasil meningkatkan produksi beras; dari satu ton menjadi dua ton per hektare di Aceh Jaya dan dari empat ton menjadi enam ton di Pidie. Hasilnya, para petani memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. n Sebanyak 42 hektare lahan pertanian telah direhabilitasi setelah tak terawat selama konflik dan rusak akibat tsunami di Aceh Jaya. Lahan-lahan ini kini sudah siap ditanami bibit kacang tanah dan kakao.
Meningkatkan Pendapatan dalam Proyek-proyek Perbaikan Mata Pencarian
Hubungan yang Lebih Kuat antara Pemerintah Daerah dan anggota Masyarakat
n Proyek-proyek peningkatan pendapatan dan kesejahteraan telah menghasilkan keuntungan rata-rata antara 25 hingga 30%. n Sekitar 20% dari proyek peningkatan pendapatan/kesejahteraan yang didanai oleh CSF dikelola oleh kaum perempuan, ini memberi mereka kesempatan untuk lebih mandiri dalam keuangan. n Model CSF menghapus kekeliruan anggapan masyarakat bahwa pemerintah-pemerintah daerah tidak mampu untuk mengidentifikasi dan merespon kepentingan dan kebutuhankebutuhan yang menjadi prioritas masyarakat. n Para pemangku kepentingan dalam model CSF berhasil mencegah korupsi dengan mendorong transparansi dan pembuatan kebijakan yang demoktratis. n Pemerintah-pemerintah daerah menjadi lebih dekat dan aspiratif terhadap persoalan-persoalan yang memiliki dampak terhadap masyarakat desa. Sehingga mereka kini memiliki kedudukan yang lebih baik untuk menentukan kebutuhan dan prioritas yang berkaitan penyusunan program di tingkat dinas.
10
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 11
LaMPiRan a:
LaMPiRan B:
Kesaksian
Panduan Komite CSF
Kami sangat tertarik dengan Program CSF karena kami anggap pelaksanaanya transparan. Kami tidak pernah mendapat pelatihan untuk membuat proposal sebelumnya. Setelah mengikuti pelatihan ini, kami memperoleh pengetahuan tentang bagaimana membuat proposal yang bagus. Menurut kami sesi pelatihan tentang lingkungan sangat berguna dan telah mengubah persepsi kami tentang kaum perempuan, yang selama ini hanya dipandang sebelah mata. –Khairul Amri & M.Harun, Kelompok Cinta Damai – (kelompok tani) Kami senang sekali. Setelah kami mendapat pendampingan dari CSF, kami mampu membangun hubungan yang baik dengan pemerintah. Pemerintah melibatkan kami dalam sebuah kegiatan yang diadakan pemerintah. Misalnya, kami diundang dalam perayaan setahun kepemimpinan Pak Bupati. Mereka juga memesan kue-kue yang kami produksi. – Ban Tabina (kooperasi perempuan pembuat kue) Saya amat gembira, karena kami mendapat pengetahuan yang berguna setelah mengikuti pelatihan CSF. Sebelumnya, tidak pernah ada pelatihan pembuatan proposal dan saya tidak tahu bagaimana menyusun proposal yang baik. Kini saya sudah tahu dan yakin untuk menulis proposal yang baik kapanpun dibutuhkan. – Suchriah, Clap Perikanan Lamdingin – (Proyek pengolahan ikan kayu dan ikan asin) Saya sangat senang dengan program CSF, sebab program ini membantu taraf ekonomi masyarakat di Banda Aceh. Sayangnya, masih ada beberapa organisasi berbasis masyarakat (CBO) yang betul-betul membutuhkan pendampingan tapi tidak terpilih/lulus seleksi karena mereka belum memenuhi salah satu kriteria CSF. Ini terjadi karena CSF menerapkan proses seleksi yang sangat ketat dan transparan. – Badrunissa, Komite CSF dari BPMKS – (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial).
Komite Penasehat Program CSF bertanggung jawab dan memiliki mandat antara lain: n Memeriksa dan mengarahkan pemohon untuk melengkapi proposal proyek; n Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan CSF; n Meminta informasi tambahan atas proyek diajukan bilamana dibutuhkan; n Memberikan saran dan rekomendasi atas isi proposal, pendekatan/metode pelaksanaan, dan pemilihan ahliahli dari pemerintah daerah yang terlibat dalan kegiatan-kegiatan khusus yang diajukan; n Meninjau dan memeriksa kemajuan dari pelaksanaan proyek dari proposal yang disetujui; n Memeriksa kesesuaian proposal dengan tema-tema lintas sektoral yang berkaitan dengan kesetaraan jender, pelestarian perdamaian, kelestarian lingkungan dan keterpaduan dalam pencegahan korupsi; n Pemerintah daerah akan menugaskan seorang pejabat untuk memimpin komite CSF; n Komite CSF akan menunjuk seorang koordinator pendanaan lokal yang bertindak sebagai sekretaris dalam komite dan memfasilitasi akses informasi serta mengkoordinasikan rencana kerja komite CSF; n Pejabat Pendanaan (Fund Officer) CALGAP dan/atau LGDO akan memberikan arahan dan petunjuk kepada komite bilamana dibutuhkan tapi tidak memiliki hak suara; n Mendengarkan paparan umum/verbal oleh para pemohon dari organisasi berbasis masyarakat (secara fakultatif untuk memeriksa daftar proyek-proyek); n Menyetujui proposal proyek-proyek; n Memonitor penyaluran dana kepada CBO yang menerima bantuan.
Program ini memiliki dampak yang bagus dalam meningkatkan hubungan pemerintah daerah dan masyarakat. Ini terbukti dari pengakuan dari organisasi berbasis masyarakat (CBO) yang merasa senang dengan program ini karena mereka kini memiliki hubungan yang baik dan mendapat dukungan dari pemerintah. – Aline, Asisten CSF Kota Banda Aceh.
11
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 12
LaMPiRan C: CSF - Form gagasan Proyek
&6))RUP*DJDVDQ3UR\HN 7DQJJDO3HUPRKRQDQ
1DPD3HPRKRQ $ODPDW3HPRKRQ
$ODPDW 1RPRUWHOHSRQ )DNV (PDLO
,QGLYLGX2UDQJ\DQJPHQMDGLNRQWDN 1DPD XWDPDXQWXNSUR\HNLQL *HODUMDEDWDQ 1RPRUWHOHSRQ (PDLO 7DQJJDOSHQGLULDQ1*2 $SDDGDGRQRUODLQ\DQJPHPEDQWX 3HPRKRQVDDWLQL"
7LGDN
-LNDMDZDEDQQ\D
-XGXO1DPDSUR\HN\DQJGLDMXNDQ %LGDQJ\DQJPHQMDGLWDUJHWSUR\HN
6LIDWSUR\HN
/LQJNXQJDQ
3HUHPSXDQ 3HQGLGLNDQ
.HORPSRNNHORPSRN\DQJUHQWDQ
.HEXGD\DDQ
.HVHKDWDQ
/DLQODLQMHODVNDQ
3HQJHPEDQJDQHNRQRPLORNDO
3UR\HNEDUX 3UR\HNWDPEDKDQDWDVSUR\HNVHEHOXPQ\D 3UR\HNSHUFRQWRKDQXQWXNSUDNDUVD\DQJOHELKEHVDU
12
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 13
LaMPiRan C: CSF - Form gagasan Proyek (lanjutan)
&6))RUP*DJDVDQ3UR\HN/DQMXWDQ Tuliskan ringkasan dan tujuan-tujuan proyek.
3HUNLUDDQ7DQJJDO'LPXODLQ\D3UR\HN 3HUNLUDDQ7DQJJDO%HUDNKLUQ\D3UR\HN 7RWDODQJJDUDQ3UR\HN 3HUVHQWDVL\DQJGLEXWXKNDQGDUL&6) 3HUVHQWDVLGDULNRQWULEXVLQRQILQDQVLDO 7DQJJDO.HSXWXVDQ.RPLWH .RPHQWDU.HSXWLXVDQ.RPLWH
13
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 14
LaMPiRan D: PETUnJUK PROPOSaL TERPERinCi PETUnJUK UnTUK MEnYERaHKan SEBUaH PROPOSaL CSF TERPERinCi Berdasarkan kertas konsep Anda yang telah disetujui, berikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. JANGAN isi form ini sebelum kertas konsep mendapat persetujuan dari Komite CSF dan Anda telah menerima catatan tertulis.
&6))250352326$/7(53(5,1&, 7DQJJDO3HUPRKRQDQ
1DPD3HPRKRQ $ODPDW3HPRKRQ
$ODPDW 1RPRUWHOHSRQ )DNV (PDLO
,QGLYLGX2UDQJ\DQJPHQMDGLNRQWDN 1DPD XWDPDXQWXNSUR\HNLQL *HODUMDEDWDQ 1RPRUWHOHSRQ (PDLO 7DQJJDOSHQGLULDQ1*2 $SDDGDGRQRUODLQ\DQJPHPEDQWX 3HPRKRQVDDWLQL"
7LGDN
-LNDMDZDEDQQ\D
-XGXO1DPDSUR\HN\DQJGLDMXNDQ %LGDQJ\DQJPHQMDGLWDUJHWSUR\HN
6LIDWSUR\HN
/LQJNXQJDQ
3HUHPSXDQ 3HQGLGLNDQ
.HORPSRNNHORPSRN\DQJUHQWDQ
.HEXGD\DDQ
.HVHKDWDQ
/DLQODLQMHODVNDQ
3HQJHPEDQJDQHNRQRPLORNDO
3UR\HNEDUX 3UR\HNWDPEDKDQDWDVSUR\HNVHEHOXPQ\D 3UR\HNSHUFRQWRKDQXQWXNSUDNDUVD\DQJOHELKEHVDU
14
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 15
LaMPiRan D: PETUnJUK PROPOSaL TERPERinCi (lanjutan)
CSF – FORM PROPOSAL TERPERINCI
(lanjutan)
Tuliskan ringkasan proyek dan tujuan-tujuannya
Hasil-hasil proyek: Apa saja hasil yang akan diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan? Apa perubahan nyata yang diharapkan dari pelaksanaan proyek?
Tuliskan daftar seluruh kegiatan dan lokasi kegiatan yang direncanakan. Jika memungkinkan, buat peta lokasi seluruh proyek dan dimuat dalam lampiran proposal
Apa kaitannya dengan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi pasca tsunami dan bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut mencapai atau memenuhinya?
15
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 16
LaMPiRan D: PETUnJUK PROPOSaL TERPERinCi (lanjutan)
CSF – FORM PROPOSAL TERPERINCI
(lanjutan)
Jumlah dan jenis penerima manfaat/bantuan baik langsung maupun tak langsung (termasuk kaum perempuan dan Kelompok-kelompok warga yang rentan/kurang mendapat perhatian jika ada)
Jelaskan bentuk kerja sama/koordinasi dengan institusi-institusi pemerintah, kelompok atau organisasi masyarakat dalam mengidentifikasi masalah dan perencanaan kegiatan.
Jelaskan mengapa dan bagaimana masukan masyarakat telah didapatkan
Tema-tema lintas sektoral: Apakah proyek tersebut memenuhi tema-tema lintas sektoral berikut in: kesetaraan jender, pembangunan perdamaian, kelestarian lingkungan dan pencegahan korupsi.
Penilaian risiko: Kegiatan atau pembangunan apa saja yang dapat menimbulkan dampak terhadap hasilhasil proyek? Beri penjelasan bagaimana risiko-risiko tersebut dapat dicegah atau diminimalkan;
Dampak-dampak merugikan lingkungan yang mungkin muncul: jika memungkinkan, jelaskan dan buatlah peta lokasi atas dampak-dampak merugikan yang mungkin ditimbulkan dari pelaksanaan proyek terhadap lingkungan di sekitar lokasi proyek? (Contoh, terhadap sumber air bersih, area alam yang sensitive seperti hutan dan mangrove, habitat dan populasi ikan, lahan-lahan pertanian, terhadap kualitas kehidupan penduduk sekitar, dan lain-lain). Jika ada, beri perjelasan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan untuk menghindari atau membatasi dampak-dampak merugikan ini (contoh, melindungi pompa-pompa dari bahan atau zat yang menimbulkan pencemaran, memberi pelatihan kepada pelaksana proyek yang berkaitan praktik manajemen yang sesuai, menghindari gangguan (suara bising, bau, debu) bagi penduduk sekitar, dan sebagainya).
16
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 17
LaMPiRan D: PETUnJUK PROPOSaL TERPERinCi (lanjutan)
CSF – Form Proposal Terperinci
(lanjutan)
Keberlanjutan: Langkah apa saja yang dilakukan untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dalam proyek ini akan terus berlanjut dalam jangka panjang? Tunjukkan bagaimana anggaran-anggaran operasional dapat bertahan hingga 3 tahun mendatang?
Perkiraan tanggal mulai proyek Perkiraan tanggal akhir proyek Total anggaran proyek
Mohon sertakan rincian anggaran untuk semua kegiatan yang diajukan. Termasuk setiap kontribusi/sumbangan untuk proyek dalam bentuk tunai ataupun pembayaran sebesar 10% dari permohonan.
Persentase yang dibutuhkan dari CSF Persentase dan jenis pendanaan
Bantuan dana dari donor lain: Tuliskan nama dan daftar seluruh sumbangan dari sumber pendanaan lainnya (donor lainnya, instansi pemerintah lainnya, lembaga swasta, anggota masyarakat, dan lain-lain)
Setelah lengkap, serahkan proposal terperinci kepada coordinator lokal CSF yang ada di masyarakat Anda. Koordinator Dana Lokal CSF, Banda Aceh Masukkan Alamat Lengkap Kantor Nomor Telepon & Email Koordinator Dana Lokal CSF, Aceh Jaya Masukkan Alamat Lengkap Kantor Nomor Telepon & Email Koordinator Dana Lokal CSF, Pidie Masukkan Alamat Lengkap Kantor Nomor Telepon & Email
17
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 18
LaMPiRan E: Perangkat Monitoring dan Verifikasi Lapangan
CSF – Perangkat Monitoring untuk Verifikasi Lapangan Nama Pemerintah Daerah Nama Proyek CSF Nama Kelompok Masyarakat yang melaksanakan Proyek CSF Tanggal Monitoring atau Verifikasi Lapangan Nama pelaksana monitor Apakah ini:
Verifikasi Lapangan untuk memperbarui lapran kemajuan proyek ATAU Verifikasi Lapangan Mid-Term (Sebelum penyaluran bantuan dana tahap kedua).
Pertanyaan-pertanyaan Verifikasi Lapangan 1. Apa tujuan-tujuan dasar dari proyek? 2. Apa saja hasil yang ingin dicapai? 3. Apakah proyek ini berjalan sesuai jadwal penyelesaian? Jika tidak, mengapa?
ya
tidak
Jika tidak, mengapa:
4. Apakah Anda melihat peningkatan/perbaikan khusus dalam masyarakat atas proyek ini yang menyangkut: Persoalan lingkungan (contoh, memberi kemudahan dalam memperoleh air bersih)
Persoalan jender (contoh, kaum perempuan dapat menentukan peran mereka dalam manajemen atau operasional proyek) Ketegangan sosial (misal, keterlibatan/kesempatan anggota masyarakat luas)
18
ya
tidak
Jika demikian, jelaskan
ya
tidak
Jika demikian, jelaskan ya Jika demikian, jelaskan
tidak
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 19
LaMPiRan E: Perangkat Monitoring dan Verifikasi Lapangan (lanjutan)
CSF – Perangkat Monitoring untuk Verifikasi Lapangan (lanjutan) 5. Apa Anda mengamati adanya persoalan akibat proyek ini yang berhubungan dengan: Persoalan lingkungan (contoh, sampah proyek tidak dikelola dengan baik)
Persoalan jender (contoh, kaum perempuan tidak diperbolehkan terlibat dalam beberapa kegiatan proyek) Ketegangan sosial (contoh, jika proyek membatasi atau tidak mengikutsertakan kelompok masyarakat tertentu)
ya
tidak
Jika demikian, jelaskan
ya
tidak
Jika demikian, jelaskan
ya
tidak
Jika demikian, jelaskan
6. Apa saran atau informasi teknis yang dapat Anda berikan untuk proyek ini selama verifikasi lapangan? Apa rekomendasi Anda untuk proyek ini? 7. Apa proyek ini layak mendapat bantuan dana tahap kedua?
ya
tidak
Jika tidak, mengapa:
8. Tuliskan ringkasan kondisi proyek saat ini (3-5 kalimat)
Komentar/ Keputusan Komite:
19
CALGAP Case S CSF-indo:Layout 1 04/02/2009 01:12 Page 20
Contact Information For more information, contact
[email protected]. Federation of Canadian Munici palities international Centre for Munici pal Development 24 Clarence Street Ottawa, Ontario, CANADA K1N 5P3 Tel.: (613) 241 5221 Fax: (613) 241 7117 Email:
[email protected]
FCM Federation of Canadian Municipalities
This publication was undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through the Canadian International Development Agency (CIDA). © Federation of Canadian Municipalities 2008