PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PENGARUH VARIASI JARAK TANAM DAN BERAT UMBI GENERASI NOL (G0) TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL BENIH KENTANG (Solanum tuberosum L.) GENERASI DUA (G2) VARIETAS GRANOLA The Effect Variation Plant Spacing and Tubers Weight Zero Generation (G0) on Vegetatif Growth and Yield Potatoes (Solanum Tuberosum L) Seeds Two Generation (G2) Granola Variety
Deden Fatchullah Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jln. Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung Barat 40391 e-mail korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol (G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola generasi dua (G2). Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bertempat di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dari bulan September sampai Desember 2015. Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan berat umbi dengan menggunakan 3 taraf serta diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cm x 25 cm, j3 = 70 cm x 30 cm. Faktor kedua adalah perlakuan dengan beberapa berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: b1 = 0,5 g, b2 = 1 g, b3 = 1,5 g. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Jarak tanam 70cm x 20cm (j1) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 84 HST (11,51kg). (2) Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 95 HST (11,51kg). (3)Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil tertinggi terhadap semua parameter yang diamati. Kata kunci: Solanum tuberosum, jarak tanam, berat umbi, varietas Granola.
ABSTRACT The research aims to understand the influence of variations in distance cropping and heavy tubers generation zero of (G0) on the growth of vegetative and results of the seed the potato (Solanum tuberosum L.) varieties granola generation two (G2).This study has been carried out in the garden experiment research vegetable crops (BALITSA) located in the village cikole, kecamatan lembang, bandung regency west, west java province of september and december 2015. This research arranged in factorials consisting of 2 factors based on variations in distance cropping and heavy tubers with 3 the economic situation and repeated three times.Factors first is treatment variations in distance growing season (j) consisting of 3 the economic situation of: j1 = 70 cm x 20 cm, j2 = 70 cmx 25 cm, j3 = 70 cms x 30 cm.The second factor is treatment by some heavy a tuber (b) consisting of 3 the economic situation of: b1 = 0.5 g, b2 = 1 g, b3 = 1.5 g. The result showed: (1) distance cropping 70 cm x 20 cm (j1) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm), the number of potato tubers per clumps on 84 DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 84 DAP (11,51 kg). (2) heavy largest tubers 1,5 g (b3) exert the best against parameter tall plant at the age of 84 DAP (51,83 cm), wide canopy leaves on 84 DAP (51,38 cm) , the number of potato tubers clump 95 per plant DAP (30,03 knol), heavy bulbs clump 95 per plant DAP (0,26 kg), and heavy bulbs per plot upon 95 DAP (11,51 kg) .(3) there are interaction between the treatment plant 70 cm x 20 cm and heavy bulbs 1,5 g highest results on all parameters observed. Key words: Solanum tuberosum, plant spacing, tubers weight, Granola variety.
Masih rendahnya produksi kentang di Indonesia antara lain disebabkan oleh bibit yang kurang bermutu, teknik budidaya yang kurang baik, keadaan lingkungan yang kurang mendukung, pengendalian hama dan penyakit tanaman yang kurang optimal, pemberian pupuk yang kurang tepat serta pengelolaannya yang kurang intensif (Sinaga dalam Kiky, 2014) Kualitas umbi bibit merupakan salah satu pembatas bagi peningkatan produksi umbi kentang. Jika penggunaan umbi bibit yang
baik dan unggul sudah menyebar ke sentra-sentra produksi kentang, maka produksinya akan meningkat sekitar 40% dan keuntungan petani akan terus meningkat sekitar 50-70% (Biro Pusat Statistik, 2010) selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah penggunaan bibit, baik dalam kualitas dan kuantitas. Dimana bibit kentang yang di produksi petani biasanya berkualitas rendah dan bukan kentang yang diproduksi untuk bibit , sehingga menyebabkan kondisinya menjadi rendah dan mengalami
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
55
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
penurunan yang di akibatkan oleh adanya akumulasi penyakit sistemik pada umbi berukuran kecil. Bibit yang berkualitas tin ggi biasanya diperoleh dari Balai maupun bibit impor akan tetapi dengan harga yang relatif lebih mahal sekitar 40-50% biaya produksi (Karjadi 1990). Munurut Suryadi dan Sahat (1992)dalam Sutapradja (2008) menyatakan bahwa jarak tanam yang biasanya digunakan pada tanaman kentang adalah 70 cm x 30 cm atau 80 cm x 30 cm. jarak tanam yang sempit akan menghasilkan persentase umbi kecil yang banyak. Di Indonesia pada umumnya untuk pembibitan digunakan jarak tanam 70x25 cm, sedangkan untuk produksi diperlukan ukuran 25-45 gram lebih banyak, karna kebutuhan bibit dari ukuran bibit umbi 30 gram hanya 1,5 ton/ha. Bibit yang berukuran besar (> 30 gram) memberikan hasil umbi lebih banyak untuk bibit yang berkualitas adalah besarnya derajat serangan hama dan penyakit, tentunta yang ditularkan melalui umbi. Rerata hasil panen yang baik hanya menghasilkan 30%ukuran umbi bibit antara 25-50 gram. Dengan umbi bibit yang baik, hasil kentang varietas Granola di Berstagi Sumatra Utara dpat mencapai 28,3 ton/ha (Nainggolan et al.1992). Pada umumnya jenis Granola mempunyai ukuran umbi yang langsung dapat dipasarkan (>60 gram) lebih banyak (Fatullah dan Asansdhi, 1992). Perbanyakan benih secara cepat dapat dimanfaatkan dalam penangkaran benih galur atau varietas kentang hasil pemuliaan selain perbanyakan benih inti atau benih induk dengan kultur jaringan, ada beberapa cara perbanyakan benih generasi berikutnya baik dalam perbanyakan secara vegetatif maupun secara genertif yaitu menggunakan stek batang, stek tunas umbi (sprout) atau perbanyakan dengan umbi mini menggunakan teknik budidaya di lapang. Pada program pembibitan kentang penggunaan bibit bebas patogen mutlak dipergunakan dan penggunaan teknik perbanyakan cepat dalam program pembibitan kentang dimaksudkan untuk mempersingkat masa penyediaan bibit.Disamping meningkatkan jumlahnya dengan kualitas yang terjaga, dalam hal meningkatkan kualitas bibit penanaman dengan menggunakan stek tunas atau umbi mini merupakan alternatif yang dapat dipilih (Karjadi, 1996). Pada dasarnya produksi umbi bibit merupakan tahapan perbanyakan dari setiap stok bibit diperbanyak secara berulang yang memungkinan adanya penurunan kualitas sehingga diperlukan penyediaan stok bibit bebas patogen terus menerus dengancara menggunakan stek tunas dari tanaman kentang itu sendiri, namun demikianyang mempengaruhi produksi umbi asal stek adalah kerapatan tanaman. Hasil penelitian Smith (1985) bahwa jarak tanam sempit akan menghasilkan persentase ukuran umbi kecil lebih besar, semakin rapat populasi tanaman semakin tinggi umbi ukuran kecil yang dihasilkan akan tetapi jika ukuran jarak tanam lebar akan menghasilkan hal yang sebaliknya (Karjadi, 1996) . Pada budidaya kentang, upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi di antara tanaman dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam, di mana jarak tanam tersebut akan mempengaruhi persaingan dalam hal penggunaan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi hasil umbi(Wasito, 1992).
Jarak tanam perlu mendapat perhatian karena jarak tanam sangat mempengaruhi lingkungan tumbuh dari tanaman tersebut, semakin rapat jarak tanam semakin tinggi populasi tanaman per satuan luas lahan sehingga mengakibatkan kompetisi antar tanaman meningkat pula. Hal ini berkaitan langsung dengan proses penyerapan unsur hara yang didapati oleh tanaman salah satunya yaitu fosfor. Dimana Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpandan memindahkan energi untuk sintesiskarbohidrat, protein, dan proses fotosintesis.Senyawa-senyawa hasil fotosintesisdisimpan dalam bentuk senyawa organikyang kemudian dibebaskan dalam bentukATP untuk pertumbuhan tanaman. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari tanaman yaitu faktor dalam yang terdiri dari hormon dan faktor lingkungan yang salah satunya yaitu pengaturan jarak tanam dimana dengan jarak tanam yang semakin rapat akan membuat kanopi daun berdekatan dan membuat tanah atau media menjadi lembab. Produksi umbi kentang dipengaruhi oleh pertumbuhan bagian tanaman di atas permukaan tanah, diantaranya yaitu jumlah batang, lebar kanopi daun, luas daun dan tinggi tanaman, setiap batang di atas permukaan tanah mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi. Hal ini dikarenakan umbi kentang merupakan perubahan bentuk dari batang. Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara karakter jumlah batang dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi tanaman, tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi. Semakin banyak jumlah batang maka semakin banyak juga jumlah umbi. Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di atas tanah. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang lebih banyak dengan cadangan energi untuk tumbuh yang lebih banyak pula. Dimana, nantinya mata umbi ini akan tumbuh menjadi batang (Permadi, 1989). Menurut penelitian Angelia et al (2009) menunjukan ukuran umbi yang lebih besar memiliki tunas yang berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah dan besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja (2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil. Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi jarak tanam dan berat umbi generasi nol (G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosumL.) varietas granola generasi dua (G2).Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah berat umbi (G0) yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
56
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Granola genererasi dua (G2) serta terdapat interaksi antara variasi jarak tanam danberat umbi(G0) terhadap pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola genererasi dua (G2). METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bertempat di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang terletak 1.250 meter di atas permukaan laut. Letak geografis Balitsa berada pada 107,300 BT dan 6,300LSjenis tanah Andosol. Keadaan agroklimat setempat adalah bertipe iklim B, pada bulan September sampai Desember 2015. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1.) cangkul, 2.) tali rapia, 3.) meteran, 4.) ajir, 5.)emberat/selang penyemprot, 6.) ember, 7.) baki, 8.) papan identitas, 9.) tugal, 10.) timbangan, 11.) karung, 12.) terpal, 13.) peti, 14.) alat tulis dan 15.) kamera dan 16.) plastik hitam dan putih. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.) umbi mini berukuran 0,5 gram, 1 gram, dan 1,5 gram, 2.) pupuk kandang (kotoran ayam), 3.) pupuk TSP, 4.) pupuk vegetatif-generatif, 5) pestisida,6.) fungisida dan 7.) yellow trap. Penelitian ini disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor berdasarkan variasi jarak tanam dan berat umbi dengan menggunakan 3 taraf. Faktor pertama adalah perlakuan variasi jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: j1 = 70 cm x 20 cm j2 = 70 cm x 25 cm j3 = 70 cm x 30 cm Faktor kedua adalah perlakuan dengan beberapa berat umbi (B) yang terdiri dari 3 taraf yaitu: b1 = 0,5 g b2 = 1 g b3 = 1,5 g Kombinasi kedua faktor ini menghasilkan 9 perlakuan. Dalam satu unit percobaan diulang sebanyak 3 kali, sehingga didapat 27 petak percobaan.Apabila dari hasil sidik ragam menunjukkan berpengaruh nyatasampai sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut.Dalam penelitian dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Peubah yang diamati diantaranya meliputi: a) Tinggi Tanaman (cm); b) Lebar Kanopi Daun (cm); c) Jumlah Umbi Kentang Per Rumpun (knol); d) Berat Umbi Kentang Per Rumpun (kg); e) Berat Umbi Per Petak (kg). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi
terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi tanaman umur 14 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ......................cm ....................... j1 6,17 c 7,41 b 7,79 b C C D 14 j2 4,43 a 5,11 b 6,09 dc AB B C j3 4,27 a 4,49 ab 4,92bc A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata tinggi tanaman umur 28 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ....................... cm ......................... j1 11,82 bc 13,71 d 15,27 e C C D 28 j2 10,15 b 11,34 bc 12,25 c B C B j3 8,27 a 9,33 b 10,13 b A B A Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 42 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata tinggi tanaman umur 42 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Umur Jarak Berat Umbi (HST) Tanam b1 b2 b3 .............. cm ............... j1 15,03 c 17,61 d 19,67 e D D E 42 j2 14,19 b 15,67 c 17,89 de B C E j3 12,95 a 14,63 b 16,13 cd
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
57
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Umur (HST)
Jarak Tanam
Berat Umbi b1 b2 b3 A B D Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata tinggi tanaman umur 56 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ........................... cm ....................... j1 25,70 c 27,47 d 30,00 e C D E 56 j2 24,52 b 25,77 c 28,40 de B C D j3 27,71 a 24,50 b 26,45 c A B C Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 70 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata tinggi tanaman umur 70 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak S (HST) Tanam b1 b2 b3 ....................cm................... j1 36,19 c 38,50 d 40,39 e C D E 70 j2 35,19 b 36,13 c 38,55 d B C D j3 33,21 a 34,66 b 36,41 c A B C Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata tinggi tanaman umur 84 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap tinggi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 .................. cm ............... j1 47,13 c 49,16 d 51,38 e C D E 84 j2 45,77 b 46,74 c 48,48 d B C D j3 44,28 a 45,65 b 47,29 c A B C Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut (tabel 1, 2, 3, 4, 5 dan 6), menunjukkan bahwa pertambahanan tinggi tanaman dari awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan tinggi.Terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap pertumbuhan tanaman kentang dari 14-84 HST dimana perlakuan j1b3 dengan jarak tanam yang lebih sempit yang dikombinasikan dengan berat umbi terbesar memberikal hasil terbaik, hal ini berkaitan dengan lebar tidaknya variasi jarak tanam serta berat umbi yang lakukan pada penanaman umbi kentang dimana hal tersebut mempengaruhi kecepatan pertumbuhan vegetatif tinggi tanaman. Lebar tidaknya variasi jarak tanam yang diberikan di ikuti oleh besar kecilnya unsur hara yang mampu di serap oleh tanaman baik itu berupa unsur hara yang telah ada dalam tanah maupun pada pengaplikasian pemupukan susulan (Khalafalla, 2001). Pupuk yang telah di aplikasikan berupa unsur N, P, K, Mg dan Ca terurai dengan baik sehingga membuat pertumbuhan tinggi tanaman mengalami pertumbuhan yang optimal. Parman (2007) Menyatakan bahwa pemberian pupuk N, P, dan Kbaik berupa cairan maupun pasiran padatanaman kentang (Solanum tuberosum.L) ini diperkirakan akanmempercepat sintesis asam amino danprotein sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994) yang mengatakan bahwa pupuk N, P, dan K mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolism tanaman, dimana sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel. Menurut Purwowidodo (1992) dikatakan bahwaunsur Fosfor berperan dalam menyimpan dan memindahkan energi untuk sintesis karbohidrat, protein, dan proses fotosintesis. Senyawa-senyawa hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk senyawa organikyang kemudian dibebaskan dalam bentuk ATP untuk pertumbuhan tanaman. Anonim-b (2007) dan Lakitan (1996) mengatakan bahwa adanya perbedaan laju pertumbuhan dan aktivitas jaringan meristematis yang tidak sama, akan menyebabkan perbedaan laju
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
58
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
pembentukan yang tidak sama pada organ yang terbentuk. Selain itu pemberian pupuk cair yang lengkap kandungan haranya, akan menyebabkan laju pertumbuhan yang sintesisis yang berbeda (Indrakusuma, 2000). Peran variasi jarak tanam pada tanaman kentang dalam perlakuan ini salah satunya berfungsi sebagai upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi diantara tanaman dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam, di mana jarak tanam akan mempengaruhi persaingan dalam hal penggunaan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman tersebut (Sitompul dan Guritno 1995).Dimana jarak tanam yang semakin rapat menghasilkantanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tinggi tanaman pada kentangdipengaruhi oleh jarak tanam di mana semakin rapat tanaman maka laju pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin tinggi ( Sutapradja, 2008). Besaran ukuran bobot umbi kentang yang digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dimana dengan bobot yang semakin besar cadangan makan yang terdapat pada umbi akan semakin besar pula dimana cadangan makanan tersebut menjadi energi bagi tanaman pada saat melakukan starter pertumbuhan ( Sutapradja, 2008). Lebar Kanopi Daun (cm) Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 14 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rerata lebar kanopi daun umur 14 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak Tanam (HST) b1 b2 b3 ............... cm .................. j1 5,09 b 5,87 d 6,64 e B D E 14 j2 4,50 a 5,13 b 5,79 d A B D j3 4,5 a 4,59 a 5,27 b A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 28 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rerata lebar kanopi daun umur 28 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap
lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ........................cm...................... j1 11,79 cd 12,11 d 12,64 d B D D j2 11,25 a 11,93 b 12,21 c 28 A B D j3 10,21 a 11,27 a 11,80 ab A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 28 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rerata lebar kanopi daun umur 42 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ................ cm ................ 16,17 b 18,45 de 19,66 e j1 B D E 42 j2 15,92 ab 17,64 b 18,29 d A B D j3 15,93 a 16,36 b 17,74 bc A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 56 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rerata lebar kanopi daun umur 56 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ........... cm ............ j1 26,86 b 28,20 c 29,52 d B C D 56 j2 26,27 ab 27,73 c 28,16 c A B B j3 25,07 a 26,47 b 27,55 Bc A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
59
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 sama menunjukkan berbeda tidak berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 70 HSTmenunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rerata lebar kanopi daun umur 70 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Umur Jarak Berat Umbi (HST) Tanam b1 b2 b3 ........ cm....... j1 35,97 bc 37,97 c 39,48 d B C D 70 j2 34,68 a 35,29 b 36,16 b A B B j3 34,59 a 36,05 b 37,69 c A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam lebar kanopi daun pada umur 84 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi daun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Rerata lebar kanopi daun umur 84 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar kanopi daun tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Umur Jarak Berat Umbi (HST) Tanam b1 b2 b3 ................ cm............... j1 40,79 a 41,35 ab 43,02 c A A C 84 j2 41,70 b 42,55 bc 42,61 b B B B j3
41,41 a 41,49 ab 42,60 b A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut (Tabel7,8,9,10,11 dan 12), menunjukkan bahwa lebar kanopi daun tanaman dari awal pemberian perlakuan sampai dengan akhir pengamatan (84 HST) mengalami pertambahan.Terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap perkembangan lebar kanopi daun tanaman kentang dari 14-84 HST, Lebar kanopi daun terlebar terdapatpada perlakuan j1b3 dan yang terendah j1b1. Hal
ini diduga karena pengaruh kerapatan penanaman dalam hal perbanyakan umbi bibit dapat membentuk kanopi daun yang saling bertemu di antara tanaman satu dengan yang lain. Dengan menutupnya kanopi dedaunan lebih awal dan lebih rapat akan menyebabkan fotosintesis lebih optimal dan temperatur tanaman lebih sejuk karena terlindungi oleh dedaunannya sendiri (Sitompul dan Guritno, 1995). Besaran umbi kentang yang digunakan dapat menghasilkan cadangan makanan yang lebih besar, cadangan makanan akan disalurkan pada jaringanjaringan yang membutuhkan cadangan makanan (jaringan limbung) termasuk ke pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Lakitan (2010), pati yang terakumulasi pada kloroplas selama fase fotosintesis berlansung merupakan cadangan karbohidrat terpenting penting untuk disalurkan pada daun hampir semua spesies. Pati yang tebentuk di dalam amiloplas suatu jaringan atau organ (dengan menggunakan sukrosa yang diangkut dari organ fotosintetik melalui pembuluh floem) juga merupakan karbohidrat cadangan yang penting dari jaringan atau organ tersebut. Pati yang diakumulasi ini dapat digunakan sebagai substrat respirasi yang penting pada stadia pertumbuhan atau perkembangan tertentu dari organ ini. Pupuk yang diaplikasikan kepada tanaman berupa pupuk yang memiliki kandungan N, P, K, Mg dan bahkan Ca. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn,Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Unsur hara nitrogen dan unsur hara mikro tersebut berperan sebagai penyusun klorofil sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis tersebut akan menghasilkan fotosintat yang mengakibatkan perkembangan pada jaringan meristematis daun. Jumlah Umbi Per Rumpun Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah umbi per rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap lebar jumlah umbi per rumpun tanaman (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rerata jumlah umbi per rumpun umur 95 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap jumlah umbi per rumpun (Solanum tuberosum L.) Umur (HST)
Jarak Tanam
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Berat Umbi b1
b2
b3
60
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 ................. knol ................ 17,80 ab 27,33 bc 30,40 e A D E 95 j2 15,55 a 24,33 bc 28,47 e A B E j3 14,20 a 21,60 ab 25,80 c A A B Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. j1
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan pengaruh yang nyata. Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan umbi, yaitu faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri atas hormon tumbuh dan metabolisme karbohidrat, sedangkan faktor lingkungan terdiri atas panjang hari, suhu, kelembaban, dan dan unsur hara. Pupuk hayati dan pupuk kandang ayam selain mampu memperbaiki sifatkimia tanah yang mampu menyumbangkan unsur hara makro dan mikro ternyata mengandung bakteri yang mampu menghasilkan hormon pertumbuhan seperti asam indol asetat (IAA) dan asam indol butirat (IBA) sehingga berpengaruh terhadap pembentukan dan petumbuhan umbi kentang(Balai Besar Litbang Sumber Daya LahanPertanian, 2006). Produksi umbi kentang dipengaruhi oleh pertumbuhan bagian tanaman di atas permukaan tanah, diantaranya yaitu jumlah batang, lebar kanopi daun, luas daun dan tinggi tanaman. Pada tanaman kentang dengan ukuran kerapatan yang semakin rapat dimana , setiap batang di atas permukaan tanah mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi. Hal ini dikarenakan umbi kentang merupakan perubahan bentuk dari batang. Sehigga semakin banyak jumlah batang maka kemungkinan tanaman tersebut mempunyai jumlah umbi yang banyak. Hasil penelitian Maris (1988) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara karakter jumlah batang dengan karakter-karakter lainnya, yaitu tinggi tanaman, tipe haulm, jumlah umbi dan hasil umbi. Semakin banyak jumlah batang maka semakin banyak juga jumlah umbi. Konsekuensi dari jumlah umbi yang banyak adalah ukuran umbi yang kecil, karena terjadi kompetisi fisiologi antar tanaman (Allen, 1972). Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh menjadi batang (Permadi, 1989). Menurut penelitian Angelia et al (2009) menunjukan bahwa tunas yang berkembang menjadi batang menghasilkan jumlah dan
besar umbi. Semakin besar ukuran umbi maka jumlah batang semakin banyak dan jumlah umbi yang dihasilkan akan semakin banyak pula dengan ukuran yang semakin kecil. Hal ini di dukung pula oleh penelitian Sutapradja (2008) menyatakan penggunaan umbi yang berukuran besarakan menghasilkan umbi yang berukuran kecil. Tunas yang banyak akan menghasilkan ukuran umbi yang relatif kecil-kecil, sedangkan tunas yang sedikit akan menghasilkan ukuran umbi yang relatif besar. Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 oC dengan suhu ratarata 15,5 oC. Dengan penambahan suhu 10 oC, respirasi akan bertambah dua kali lipat. Berat Umbi Kentang Per Rumpun Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang per rumpun pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap berat umbi kentang per rumpun, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruhpemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi kentang per rumpun (Solanum tuberosum L.) disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rerata berat umbi kentang per rumpun umur 95 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi kentang per rumpun (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ...............kg ................. j1 0,15 ab 0,18 bc 0,26 d A B D 95 j2 0,13 a 0,20 c 0,23 d A C D j3 0,16 ab 0,18 bc 0,23 d A B D Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa berat umbi kentang per rumpun tanamankentang setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukan hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap hasil berupa jumlah umbi per rumpun tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan pengaruh yang nyata. Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah berusaha memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan antar sesamanya. Menurut Harjadi (1983) bahwa jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi di antara tanaman dalam menggunakan unsur hara, air, oksigen dan karbon dioksida. Hal ini terbukti dengan hasil percobaan yang menunjukkan bahwa pada jarak tanam
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
61
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
yang semakin rapat J1 (70cm x 20cm) dengan ukuran umbi yang semakin besar J3 (1,5 g), bobot umbi per rumpun yang dihasilkan memperlihatkan bobot hasil pertanaman yang lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih lebar dan dengan ukuran umbi yang semakin kecil. Selain jarak tanam di duga terdapat korelasi hubungan antara jarak tanam dan pertumbuhan yang dapat menentukan hasil umbi per rumpun, hubungan pengaruh kerapatan penanaman adalah pembentukan kanopi daun yang saling bertemu di antara tanaman satu dengan yang lain. Temperatur tanah yang lebih sejuk juga akan mengoptimalkan pertumbuhan umbi yang terbentuk di dalam tanah (Sutapradja, 2008). Ukuran umbi yang digunakan sebagai bibit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah batang. Semakinbesar umbi bibit yang digunakan, maka batang juga semakin banyak. Hal ini disebabkan umbi yang berukuran besar biasanya mempunyai mata yang lebih banyak. Mata umbi ini yang nantinya akan tumbuh menjadi batang (Permadi, 1989). Dari satu mata umbi bisa menghasilkan lebih dari satu batang tanaman yang tidak terlalu tinggi mempunyai keuntungan dalam perawatannya, yaitu tidak membutuhkan wus dan mengurangi volume semprot pestisida. Namun, tanaman yang tinggi kemungkinan mempunyai luasan dam yang lebih luas dibanding tanaman yang pendek. Sampai batas tertentu, penambahan luas dam diikuti dengan penambahan bobot umbi (Radley et al, 1961), sehingga dimungkinkan tanaman dengan permukaan daun yang luas, bobot umbi yang dihasilkan meningkat. Tinggi tanaman menurut Maris (1988) berkorelasi positif dengan jumlah umbi dan berat rata-rata umbi. Ini berarti semakin tinggi tanaman kentang maka umbi yang dihasilkan akan semakin banyak dan berat umbi rata-ratanya meningkat. Karakter hasil termasuk dam karakter kuantitatif yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh. Hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan daya hasil varietas Granola tidak selalu tetap. Seperti di Pengalengan pada tahun 2001, daya hasil varietas Granola mencapai 34.2 t ha-1 (Kusmana, 2004), tetapi di Batur, Banjarnegara pada tahun yang sama pada musim kemarau yang panjang, produksinya hanya 17.2 t ha-1 (Basuki, 2005). Adanya serangan penyakit juga mempengaruhi hasil umbi. Berat Umbi Kentang Per Petak Berdasarkan hasil sidik ragam berat umbi kentang per petak pada umur 95 HST menunjukkan bahwa jarak tanam maupun berat umbi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap berat umbi kentang per petak, demikian pula interaksi antara keduanya. Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi kentang per petak disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rerata berat umbi per petak umur 95 HST Pengaruh pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi kentang per petak (Solanum tuberosum L.) Berat Umbi Umur Jarak (HST) Tanam b1 b2 b3 ................... kg ............... 95 j1 6,60 b 8,68 c 11,51 d
Umur (HST)
Jarak Tanam j2
b1 B 5,21 ab A
Berat Umbi b2 C 7,43 b B
b3 D 8,23 c C
j3
0,16 ab 0,18 bc 0,23 d A B D Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama dan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi antara variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap berat umbi kentang per petak dimana pada perlakuan j1b3 (11,51 kg) memperlihatkan berat umbi kentang per petak terbaik, sedangkan berat terendah diperlihatkan oleh perlakuan j3b1 (4,44 kg). Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa berat umbi kentang per petak pada tanamankentang setelah melewati masa pertumbuhan vegetatif dan dilakukan pemanenan pada umur (95 HST) menunjukkan hasil yang sangat baik.Dimana dapat diketahui terdapat interaksi antara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi terhadap hasil berupa berat umbi kentang per petak pada tanaman kentang pada 95 HST, yang menunjukkan pengaruh yang nyata. Adanya interaksiperlakuan jarak tanam dengan berat umbi yang berbedanyataterhadap seluruh peubah yang diamati. Hal inimenunjukkanbahwa terdapat interaksiperlakuanantara pemberian variasi jarak tanam dan berat umbi berbeda yang memberikan pengaruhterhadappertumbuhan dan hasil umbi kentang dimana menurut sutapradja (2008) Menurut penelitian Fattullah dan Asandhi (1992) menyatakan bahwa jika semakinrapat jarak tanaman yang digunakan maka laju pertumbuhan tinggi tanaman semakin tinggi dengan kanopi daun yang semakin rapat, penggunaan jarak tanam dapat berpengaruh terhadap naungan daun yang rapat hal ini menyebabkan lembabnya media tanam dan penyerapan unsur hara lebih fokus terhadap umbi yang dihasilkan. Ukuran umbi berpengaruh nyata terhadap hasil panen kentang. Semakin baik pertumbuhan tanaman ada kecenderungan akan menghasilkan umbi dengan ukuran yang lebih besar karena produksi tanaman sangat ditentukan pada fase pertumbuhan vegetatif (Khalafalla, 2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanto (1999) menyatakan pertumbuhan tanaman yang bagus dapat mempercepat pembentukan umbi dan akhirnya produksi yang dihasilkan juga baik. Akan tetapi menurut Nonnecke (1989), jika selama perkembangan umbi terjadi cekaman suhu yang tinggi, umbi yang dihasilkan akan berbentuk abnormal karena terjadi pertumbuhan baru dari umbi yang telah terbentuk sebelumnya yang disebut pertumbuhan sekunder (retakan-retakan pada umbi, pemanjangan bagian ujung umbi, dan kadang-kadang terjadinya rangkaian umbi). Pertumbuhan dan hasil tanaman kentang juga sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan penyebarannya selama masa pertumbuhan (Ress, 2004).
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
62
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Jarak tanam 70cm x 20cm (j1)memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daunpada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pada 84 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 84 HST (11,51kg). 2. Berat umbi terbesar 1,5 g (b3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 84 HST (51,83cm), lebar kanopi daun pada 84 HST (51,38cm), jumlah umbi kentang per rumpun pasda 95 HST (30,03knol ), berat umbi per rumpun pada 95 HST (0,26kg), dan berat umbi per petak pada 95 HST (11,51kg). 3. Terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam 70 cm x 20 cm dan berat umbi 1,5 g memberikan hasil tertinggi terhadap semua parameter yang diamati Saran Berdasarkan simpulan diatas maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Dapat digunakan jarak tanam 70 cm x 20 cm dengan menggunakan berat umbi 1,5 g untuk mendapatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil benih kentang (Solanum tuberosum L.) generasi dua varietas Granola yang lebih baik. 2. Perlu dilakukan penelitianlebih lanjutdengan menggunakan beberapa varietas dan pada generasi yang lainnya. DAFTAR RUJUKAN Allen, HB & Campbell, RN. 1972. A Focused, Efficient Method to Relate Composition Correction to Teaching Aims in Teaching English As a Second Language,New Delhi: Tata McGraw Hill. Asandhi A. A, dan Hermanto, 1993. Pengaruh Ukuran Bibit dan Jarak Tanam terhadap Produksi Umbi Mini Tanaman Kentang Kultivar Knebbec. Bul.Penel.Horti. XXII (2): 12-18. Asandhi, A.A. 1992a. Research and development program for potato in Indonesia. Paper presented in AARD-CIP meeting. Bogor, 30 January 1992. Indonesia. 12 pp. Asandhi, A.A. 1992b. Perbaikan Sistem Produksi Bibit untuk Menunjang Peningkatan Produksi dan Mutu Kentang. Makalah pada Pidato Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Budidaya Tanaman, Bogor, Oktober 1992. 28 hal. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Agro inovasi. Bogor. 313 hal.
Basuki, R.S, Kusuma, dan A. Dimyati. 2005. Analisis Daya Hasil Mutu dan Respon Pengguna Terhadap Klon 380584.3, TS-2, FBA-4, I-1085, dan MF-11 Sebagai Bahan Baku Keripik Kentang. 1. Hort. 15(3) : 160-170. BPSHarjadi. 1979. Pengantar Agronomi . Gramedia, Jakarta. 2009. Statistik Tanaman Sayuran Semusim Indonesia. Badan Pusat Statistik. Burton, W.G. 1981. Challenges for stress physiology in potato. Am. Potato J. 58 : 3-14. Fatullah D dan A. A. Asandhi. 1992. Jarak Tanam dan Pemupukkan N pada Tanaman Kentang Dataran Medium. Bul. Penel. Hort. XXIII(1):117-123. Hidayat, I. M. 2011. Produksi Benih Sumber (G0) Beberapa Varietas Kentang dari Umbi Mikro. Jurnal Hortikultura. Vol. 21. No.3. Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam.Yogyakarta. Karjadi, A K. 1990. Pengaruh Jumlah dan Kerapatan Umbi Mini Kentang Terhadap Produksi Umbi Bibit. Bul. Penel. Hortikultura. Karjadi, A. K. 1996. Perbaikan Sistem Pembibitan Kentang Melalui Kultur Jaringan dan Teknik Perbanyakan Cepat. Lembang – Bandung: BalaiPenelitian Tanaman Sayuran. Khalafalla, A.M. 2001. Effect of Plant Density and Seed Size on Growth and Yield of Solanum Potato in Khartoum State, Sudan. African Crop Science Journal. 9 (1) : 77-82. Kusmana dan R.S. Basuki. 2004. Produksi dan Mutu Umbi Klon Kentang dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan Baku Kentang Goreng dan KeripikKentang. J.Hort. 14(4):246-252. Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nainggolan, P. Sudjoko Sudjiyo; dan Sabari. 1992. Pertumbuhan Hasil dan Mutu Beberapa Varietas Kentang Asal Introduksi. Bul. Hort. XXIV (2) 6771. Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production. Norstrand. Reinhold. Canada p. 175-200.
Van
Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Paper ilmiah Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2. Permadi, A. H., A. Wasito dan E. Sumiati. 1989. Morfologi dan Pertumbuhan Kentang. Balai Penelitian Hortikultura, Lembang. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
63
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Ress,
H.M. 2004. Hydroponic Food Production. Woodridge Press, Santa Barbara, California.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung. Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Susanto, A. 1999. Pengaruh Umur Simpan Umbi dan Ukuran Umbi terhadap Produksi Kentang. Skripsi. A'an Susanto. Institut Pertanian Bogor. Kota Bogor. 43 hal. Sutapradja, H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit. Jendral Hortikultura. Hal 18.
Fatchullah, Pengaruh Variasi Jarak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
64