60 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
PENGARUH SIKAP BELI PRODUK HIJAU, NILAI YANG DIRASAKAN, KEPERCAYAAN TERHADAP PRODUK HIJAU, PENGETAHUAN TENTANG LINGKUNGAN TERHADAP NIAT PEMBELIAN PRODUK HIJAU (STUDI PADA MASYARAKAT KEC. KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH) FARID1, ANAS MALIK2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
[email protected]
ABSTRACT This study aims to determine the effect of green purchase attitude, green perceived value, green trust, and ecological knowledge against the green purchase intentions in the community district. Kuta Alam city of Banda Aceh. The sample used in this study is the community district. Kuta Alam city of Banda Aceh. This research method using questionnaire as a research instrument. Probability sampling is used as a sampling technique. Analytical methods of testing and data analysis was performed using the SPSS (Statistics Package for Social Science) version 20 with the formulation of regression. The results of this study indicate that the green purchase attitude influence the green purchase intentions, green perceived value influence the green purchase intentions, green trust influence on green purchase intentions, ecological knowledge influence on green purchase intentions. Additionally result that the green purchase attitude, green perceived value, green trust, ecological knowledge is partially affected the green purchase intentions. Keywords: Green Purchase Attitude, Green Perceived Value, Green Trust, and Ecological Knowledge, Green Purchase Intentions
PENDAHULUAN Produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsiannya (Nugrahadi,2002). Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Produk yang diproduksi melalui teknologi hijau dan tidak menyebabkan bahaya lingkungan disebut produk hijau. Produk harus dikembangkan tergantung pada kebutuhan pelanggan yang lebih memilih produk yang ramah lingkungan. Produk bisa dibuat dari bahan daur ulang atau dari barang bekas. Konsep ini dipelopori oleh ilmuwan Jepang yang selanjutnya berkembang di Negaranegara Eropa, Amerika Serikat serta Negara lainnya, setahun sebelum digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brasil tahun 1995. Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global dan kerusakan lingkungan merupakan
tantangan serius pada saat ini. Produk-produk berbasis lingkungan harus mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dalam daur hidup produk, sehingga dapat meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Upaya minimalisasi tersebut ditujukan untuk mendorong semua pihak agar berperan dalam pengembangan teknologi menuju produk ramah lingkungan, khususnya dalam mengantisipasi terjadinya gejala perubahan iklim (Miranti, 2012). Konsumen pada umumnya menginginkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya, akan tetapi tidak memikirkan bagaimana dampaknya bagi lingkungan hidup. Sebagian besar konsumen tidak bersedia membayar lebih mahal untuk produk-produk yang bersifat ramah lingkungan. Banyaknya keinginan manusia yang harus dipenuhi, sehingga para pemasar berupaya untuk lebih inovatif dalam mengembangkan produk yang mungkin dapat memenuhi keinginan masyarakat akan dari keramahan lingkungan. Dengan demikian banyak perusahaan berusaha memproduksi suatu produk yang menarik
61 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
dengan melakukan inovasi strategi perusahaan ke arah green marketing (Shaputra, 2013). Berdasarkan kondisi lingkungan yang tidak stabil, saat ini konsumen dihadapkan pada pilihan untuk melakukan pembelian yang lebih bijak. Kesadaran kosumen akan lingkungan menjadi salah satu acuan yang dapat digunakan saat menyusun keputusan dalam mengkonsumsi suatu produk. Mayoritas konsumen tersebut menyadari bahwa perilaku pembeliannya secara langsung berpengaruh pada berbagai permasalahan lingkungan. Konsumen beradaptasi dengan situasi ini dengan mempertimbangkan isu lingkungan, melalui perilaku membeli mereka. Memahami perilaku konsumen tidaklah mudah, karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang dapat berbeda setiap hari dan sangat bervariasi dalam usia, pendapat, tingkat pendidikan dan selera. Berdasarkan kondisi lingkungan yang tidak stabil, saat ini konsumen dihadapkan pada pilihan untuk melakukan pembelian yang lebih bijak. Kesadaran kosumen akan lingkungan menjadi salah satu acuan yang dapat digunakan saat menyusun keputusan dalam mengkonsumsi suatu produk. Mayoritas konsumen tersebut menyadari bahwa perilaku pembeliannya secara langsung berpengaruh pada berbagai permasalahan lingkungan. Konsumen beradaptasi dengan situasi ini dengan mempertimbangkan isu lingkungan, melalui perilaku membeli mereka. Memahami perilaku konsumen tidaklah mudah, karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang dapat berbeda setiap hari dan sangat bervariasi dalam usia, pendapat, tingkat pendidikan dan selera. Pada tahun 1994, lampu hemat energi untuk pertama kalinya dikenalkan di Indonesia. Kini, lampu hemat energi Philips merupakan jenis yang paling dikenal bagi sebagian besar masyarakat. Lampu hemat energi adalah lampu yang populer digunakan di Indonesia dari kota besar sampai pelosok pedesaan semua sudah menggunakan lampu hemat energi. Dulu beberapa tahun yang lalu di pedesaan masih menggunakan lampu bohlam pijar yang berwarna kuning namun sekarang jika anda menjelajahi pedesaan maka lampu yang dipakai
adalah lampu hemat energi. Ketahanan, kualitas, dan “terang” menjadi alasan utama masyarakat Indonesia memilih Philips. Philips Lighting dengan brand promise Sense and Simplicity. Di mana bermakna memberi solusi yang mudah bagi konsumen untuk menikmati manfaat dari sebuah lampu bagi kebutuhan sehari hari. Banyak perusahaan menaruh perhatian terhadap green marketing ini dalam sistem pemasaran produknya, diantaranya yaitu Philips dengan menciptakan inovasi baru dalam teknologi pencahayaan dengan menghasilkan produk dengan teknologi Light Emitting Diode (LED). Teknologi LED ini memberi banyak keuntungan terutama dalam penghematan energi sebesar 50-70%. Berdasarkan data yang dikeluarkan The Climate Group (2012), dengan membeli produk tersebut dapat mengurangi dampak pada lingkungan bahwa sekitar 20% dari energi listrik dunia digunakan untuk konsumsi penerangan. dengan penggunaan lampu teknologi LED ini diperkirakan dapat mencapai penghematan 40% dari keseluruhan konsumsi tersebut yang setara dengan 550 juta ton gas CO2. Untuk pangsa pasarnya saat ini berdasarkan data yang dikeluarkan APERLINDO, masih berkisar 3% dari total konsumsi lampu hemat energi (LHE) pada tahun 2013 ini (Whatindonews, 2013) dan diperkirakan pada akhir tahun 2013 pasar lampu LED akan mencapai 15 juta unit (IMQ, 2013). Citra sebagai produk ramah lingkungan sering dipandang buruk oleh persepsi bahwa produk ramah lingkungan memiliki nilai yang rendah atau tidak benar- benar menepati janjijanjinya terhadap kinerja produk terhadap lingkungan. Dari kesenjangan antar teori tersebut terlihat bahwa tidak semua perusahaan memiliki cukup kemampuan untuk melakukan strategi green marketing, perusahaan harus mengintegrasikan konsep-konsep green marketing kedalam kegiatan pemasaran rutin agar strateginya berhasil untuk mengatasi banyaknya masalah yang muncul dipasar. Kurangnya kredibilitas perusahaan baik produk maupun sikap perusahaan, sikap skeptis dan sinisme konsumen, dan implementasi mengenai program green marketing yang buruk dari
62 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
perusahaan (Mendleson dan Polonsky, 1995; Kotler 2009) merupakan masalah yang harus diatasi dalam situasi saat ini. KAJIAN KEPUSTAKAAN Sikap Beli Produk Hijau Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) green purchase attitude atau sikap beli produk hijau didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa konsumen atau berpikiran untuk membeli sebuah produk atau jasa di kemudian hari. Konsumen adalah pemakai, penikmat, dan pemanfaat barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat. Menurut Solomon (2002) bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses individu ataupun kelompok dalam memilih, membeli, menggunakan, dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Sikap adalah emosi dan perasaan seperti pernyataan sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan, sangat menarik atau tidak menarik, suka atau tidak suka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu produk tertentu yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif. Sikap sering mempengaruhi keputusan apakah konsumen ingin mengkonsumsi atau tidak. Sikap positif terhadap produk tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian. Sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk membeli (Mowen dan Minor; 2002). Nilai yang Dirasakan Nilai yang dirasakan ( Green Perceived Value ) merupakan sebuah konstruk yang mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan Patterson dan spreng (1997) dalam Chen dan Chang (2012) yang mendefinisikannya sebagai penilaian menyeluruh konsumen terhadap seluruh manfaat yang diterima dan apa yang dikorbankan berdasarkan pada hasrat mengenai lingkungan, harapan adanya keberlanjutan, segala kebutuhan “hijau”. Menurut Patterson dan Spreng (1997), green perceived value merupakan penilaian
konsumen secara keseluruhan mengenai manfaat produk antara apa yang diterima dengan apa yang diberikan berdasarkan keinginan, harapan dan kebutuhan konsumen yang terkait dengan aspek lingkungan. Jadi green perceived value didapatkan oleh konsumen yang sedang atau sudah merasakan manfaat dan dampak dari produk tersebut. Konsumen yang tidak merasakan dampak dan manfaat dari produk tersebut tentu tidak akan memiliki green perceived value (Chen dan Chang, 2013). Monroe dan Dodds (dalam Wang and Tsai, 2014), menjelaskan green perceived value secara langsung terkait dengan preferensi atau pilihan konsumen, dimana semakin besar manfaat yang dirasakan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan mengungkapkan kesediaan untuk membeli atau memilih produk tersebut. Kepercayaan terhadap Produk Hijau Trust atau kepercayaan dapat diartikan sebagai (Sheth dan Mittal, 2004: 370-371): “A willingness to rely on the ability, integrity and motivation of the other party to act to serve my needs and interest as agreed upon implicity or explicity.” Dengan kata lain, kepercayaan adalah kemauan untuk bergantung kepada kemampuan, integritas dan motivasi yang dimiliki pihak lain untuk bertindak memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan perjanjian secara eplisit dan implisit. Pengertian ini sejalan dengan Ganesan (1994), yang menyatakan kepercayaan adalah suatu kemauan untuk bergantung pada pihak lain berdasarkan harapanharapan yang terbentuk sebagai hasil dari kemampuan, kejujuran dan niat baik pihak lain itu. Karena itu tingkat kepercayaan dapat membuat seseorang konsisten terhadap sesuatu yang mereka anggap sesuai dengan harapan mereka, termasuk juga dapat membuat konsumen setia terhadap satu merek. Pengertian ini sejalan dengan Hart dan Saunders (1997) yang mendefinisikan kepercayaan sebagai tingkat keyakinan seseorang jika pihak lain akan bertidak sesuai harapannya. Menurut Gefen dkk (2003), kepercayaan didefinisikan sebagai
63 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
serangkaian nilai yang dipercaya konsumen tentang karakteristik suppliernya, terutama berhubungan dengan integritas, kebaikan, kompetensi dan kepastian supplier tersebut. Pengetahuan tentang Lingkungan Pengetahuan dikenal sebagai karakteristik yang mempengaruhi semua fase dalam proses pengambilan keputusan, secara spesifik pengetahuan adalah konstruk yang relevan dan penting yang mempengaruhi bagaimana konsumenmengumpulkan dan mengatur informasi, seberapa banyak informasi digunakan untuk pembuatan keputusan dan bagaimana konsumen mengevaluasi produk dan jasa (Murray dan Schlcater, 1990). Pengetahuan lingkungan yang disebut juga sebagai ekoliterasi merupakan kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan symbol, konsep, dan perilaku berkaitan dengan permasalahan lingkungan (Laroche dkk, 1999). Pengetahuan lingkungan juga dapat didefinisikan sebagai adalah seberapa besar seseorang individu mengetahui isu-isu tentang lingkungan (Chan, 1999). Apabila konsekuensi lingkungan dirasa penting bagi konsumen, maka konsumen akan membeli produk-produk yang ramah lingkungan. Kesadaran konsumen terbentuk karena perilaku yang bertanggung jawab pada lingkungan dan menghormati eksistensi makhluk hidup di bumi ini. Kesadaran konsumen berkaitan dengan kualitas lingkungan dan terpeliharanya sumber daya alam pada kondisi kehidupan akan menjamin keseimbangan dan keberlanjutan alam dan lingkungannya (Jiuan dkk, 2001). Niat Pembelian Produk Hijau Niat pembelian produk hijau menurut Basu Swastha (1993) yaitu mengindentifikasikan semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing. Sementara Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menggambarkan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua faktor,
yaitu niat dan pengaruh dari lingkungan atau perbedaan individu. Niat beli konsumen merupakan suatu kegiatan individu atau konsumen yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Tahap-tahap proses perilaku konsumen dalam pembelian produk ( Philip Kotler, 1998). HIPOTESIS Berikut ini adalah hipotesis penelitian: Ha1: Sikap beli produk hijau berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau Ha2: Nilai yang dirasakan berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. Ha3: Kepercayaan terhadap produk hijau berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. Ha4:Pengetahuan tentang lingkungan berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. Ha5: Sikap beli produk hijau, nilai yang dirasakan, kepercayaan terhadap produk hijau, pengetahuan tentang lingkungan berpengaruh secara parsial terhadap niat pembelian produk hijau METODOLOGI PENELITIAN Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000). Populasi penelitian adalah Populasi dari penelitian ini adalah semua konsumen yang pernah melakukan pembelian dan menggunakan lampu hemat energi di Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Berdasarkan data yang diperoleh, kecamatan ini memiliki jumlah populasi terbesar pertama di Kota Banda Aceh dimana terbagi menjadi 11 Desa/ Gampong dengan jumlah penduduk total mencapai 42.217 orang.
64 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara non probability sampling. Jenis non probability sampling yang dipilih adalah purposive sampling. Purposive Sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2007). Ukuran sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 96 responden. Karena menurut Roscoe dalam Sekaran (2006), ukuran sampel yang baik adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500. Namun, jika sampel dipecah kedalam sub sampel: (Pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel yang baik adalah minimum 30 untuk tiap kategori. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan objek penelitian ini, penulis melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Validitas Variabel endogen dalam penelitian ini adalah niat pembelian produk hijau, dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 4 item pertanyaan dari (Bell, et al,. 2011). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel endogen memiliki 4 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai eigen 2,412 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,715 hingga 0,848. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 60,307%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel endogen sebesar 0,751 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).
Variabel eksogen X1 dalam penelitian ini adalah Sikap Beli Produk Hijau. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 3 item pertanyaan dari (Parasuraman, 1998), yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,276 yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,813 hingga 0,903. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 75,862%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel X1 sebesar 0,695 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel eksogen X2 dalam penelitian ini adalah Nilai yang Dirasakan. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 3 item pertanyaan dari (Mehrabian & Russel ,1974), yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,084 yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,822 hingga 0,855. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 69,477%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar 0,699 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel eksogen X3 dalam penelitian ini adalah Kepercayaan Terhadap Produk Hijau. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 3 item pertanyaan dari (Mehrabian & Russel ,1974), yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan Semua item
65 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,312 yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,867 hingga 0,885. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 77,056%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar 0,731 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel eksogen X4 dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Tentang Lingkungan. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 3 item pertanyaan dari (Mehrabian & Russel ,1974), yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen 2,044 yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,805 hingga 0,843. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 68,123%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar 0,694 dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Reliabilitas Reliabilitas untuk mengukur apakah instrument (kuisioner) dari penelitian ini dapat dipercaya/handal atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan handal apabila nilai Cronbach Alphanya > 0,60 menurut Malhotra (2003). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 1. Regresi Menurut Hair, et. al., (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien korelasi digunakan nilai standardized
coefficients, di mana nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS tersebut dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Z = 0,204 X1 + 0,266 X2 + 0,241 X3 + 0,330 X4
Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien regresi sikap beli produk hijau (X1) bernilai (0,204) artinya bila sikap beli produk hijau meningkat 1 unit maka niat pembelian produk hijau meningkat 0,204 pada skala likert, semakin besar sikap beli produk hijau yang dimiliki oleh masyarakat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh, maka semakin besar pula niat pembelian produk hijau yang dirasakan oleh masyarakat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh . Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang diteliti oleh Rizwan dkk, (2013) sikap beli produk hijau berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian produk hijau. Artinya, apabila konsumen bersikap positif, maka akan semakin kuat niat untuk melakukan pembelian, sebaliknya apabila konsumen bersikap negatif, maka akan semakin lemah niat untuk melakukan pembelian. Dengan demikian hipotesis 1 terdukung. Koefisien regresi nilai yang dirasakan (X2) bernilai (0,266) artinya semakin besar nilai yang dirasakan, maka semakin besar pula niat pembelian produk hijau oleh masyarakat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh . Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang diteliti oleh Chang dan Chen (2008) menyatakan bahwa bahwa nilai yang mereka rasakan dari suatu produk lebih tinggi, mereka lebih cenderung untuk membeli produk dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian hipotesis 2 terdukung. Koefisien regresi kepercayaan terhadap produk hijau (X3) bernilai (0,241) artinya semakin besar kepercayaan terhadap produk hijau, maka semakin besar pula niat pembelian produk hijau oleh masyarakat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh . Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang diteliti oleh Chen (2010) menyatakan bahwa
66 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68 No 1 1 2 3 4 5
Model 1
Cronbach’s Alpha Hitung Standar 2 3 4 5 Sikap Beli Produk Hijau 3 0,837 0,60 Nilai yang Dirasakan 3 0,780 0,60 Kepercayaan Terhadap Produk Hijau 3 0,850 0,60 Pengetahuan Tentang Lingkungan 3 0,759 0,60 Niat Pembelian Produk Hijau 4 0,779 0,60 Tabel 1 Uji Reliabilitas Variabel
(Constant) Sikap Beli Nilai Yang Dirasakan Kepercayaan Pengetahuan
Jumlah Item
Unstandardized Coefficients Std. B Error ,452 ,301 ,186 ,066 ,247 ,076 ,206 ,077 ,287 ,069
Standardized Coefficients Beta
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
6 Handal Handal Handal Handal Handal
Collinearity Statistics t 1,501 2,810 3,266 2,687 4,152
,204 ,266 ,241 ,330 Tabel 2. Hasil Analisis Regresi
kepercayaan akan berdampak pada perilaku pembelian konsumen untuk membeli produk hijau. Jika pembeli telah memiliki pengalaman yang baik, maka mereka akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian hipotesis 3 terdukung. Koefisien regresi pengetahuan tentang lingkungan (X4) bernilai (0,330) artinya semakin besar pengetahuan lingkungan yang dimiliki konsumen terhadap adanya isu-isu lingkungan, maka semakin besar pula niat pembelian produk hijau oleh masyarakat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh . Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang diteliti oleh Aman dkk, (2012) yang menunjukkan bahwa semakin besar pengetahuan lingkungan yang dimiliki konsumen terhadap adanya isu-isu lingkungan akan semakin besar pula niat beli produk ramah lingkungan. Dengan demikian hipotesis 4 terdukung.
Keterangan
Sig. ,137 ,006 ,002 ,009 ,000
Tolerance
,742 ,588 ,488 ,619
VIF
1,347 1,701 2,051 1,616
1. Sikap beli produk hijau berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau 2. Nilai yang dirasakan berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. 3. Kepercayaan terhadap produk hijau berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. 4. Pengetahuan tentang lingkungan berpengaruh terhadap niat pembelian produk hijau. 5. Sikap beli produk hijau, nilai yang dirasakan, kepercayaan terhadap produk hijau, pengetahuan tentang lingkungan berpengaruh secara parsial terhadap niat pembelian produk hijau. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian tentang deskriptif sikap beli produk hijau, item pertanyaan “Ketika saya membeli, saya merasa menyukai produk lampu hemat energi Phillips LED” mempunyai nilai mean terendah yaitu sebesar 4,13. Jadi apabila pihak PT. Phillips ingin konsumen memberikan nilai tambah kepada konsumen, maka diperlukan sebuah inovasi terbaru dari pihak produsen agar konsumen
67 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
semakin menyukai produk lampu hemat energi dari Phillips LED. 2. Hasil deskriptif nilai yang dirasakan menunjukkan bahwa item pertanyaan “Lampu hemat energi Phillips LED dapat membuat konsumen merasa bangga” mempunyai nilai mean terendah sebesar 4,04. Apabila PT. Phillips ingin membuat konsumen merasa bangga memakai produk mereka, maka yang harus mereka lakukan adalah dengan meningkatkan kualitas dari produk tersebut. 3. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada deskriptif kepercayaan terhadap produk hijau dengan item pertanyaan “Kualitas kerja dari perusahaan Phillips cukup baik” memiliki nilai mean terendah yaitu sebesar 4,05. Jadi pihak PT. Phillips harus meningkatkan kualitas kerja dari perusahaan agar konsumen akan semakin bertambah kepercayaannya terhadap penggunaan dari produk PT. Phillips 4. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada deskriptif pengetahuan tentang lingkungan dengan item pertanyaan ”Produk hijau lampu hemat energi Phillips LED dapat merusak lingkungan” memiliki nilai mean terendah yaitu sebesar 3,64. Jadi pihak PT. Phillips harus dapat meyakinkan konsumen bahwa produk lampu hemat energi Phillips LED tidak merusak lingkungan dalam arti kata disini bahwa produk lampu hemat energi Phillips LED ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Philip Kotler dan Gary. 1995. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Cravens, Davids W., 2000, Strategic Marketing, Sixth Edition, Irwin McGraw Hill.
Chen, Yu-shan., Ching-Hsun Chang., 2012, Greenwash and Green Trust: The Mediation Effects of Green Consumer Confusion and Green Perceived Risk, Journal Springer Science Business Media B.V., pp: 489-500. Ferdinand, A. 2002. Marketing Strategy Making: Proses dan Agenda Penelitian. Jurnal Sains Pemasaran Ganesan, S. (1994), Determinants of Longterm Orientation in Buyer-Seller Relationship, Journal Marketing, Vol 58, pp. 1-19. Gefen, D,; Karahanna, E. dan Straub, D. Trust and Tam in Online Shopping: An Integrated Model, MIS Quarterly, Vol. 27 No. 1., March 2003, PP: 5190. Hart, P. and Saunders, C. 1997. Power and trust: critical factors in the adoption and use ofelectronic data interchange, Organizational Science, Vol. 8 No. 1, pp: 23-42. Handono, Lisa. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Pelanggan Terhadap Jasa Kontraktor CV. Anugerah Jaya Surabaya, Skripsi Petra, Malang. Hatane, Marsella Y., Yosar, Adinnda., Hendautomo, Felicia C., 2012. Evaluation of the Succesfullness of a Green Program, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.14, NO. 1: 56-63. Harjanto, Sri. 2004. Catatan Kebijakan Internasional,Inovasi.Vol 2/XVI/Nopember , pp: 5-9. Junaedi, M.F.S 2003. Analisis factor demografi, akses media dan sumber informasi terhadap kepedulian dan kesadaran lingkungan konsumen: kajian pemasaran yang berwawasan sosial. Kinerja, 7, 2, 96-111. Jacquelyn, A. Ottman. 1994. Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age. NTC Publishing Group, Lincolwood.
68 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 1, No. 3, Agustus 2016, 60-68
Kasali, Rhenald. 2005. Sembilan Fenomena Bisnis, Manajemen Student Society (MSS), FEUI official Site. Kotler dan Kevin L. Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa Benyamin Mollan. Edisi Keduabelas. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang. Kotler, Philip., dan Gary Armstrong., 1997, DasarDasar Pemasaran, Edisi ketujuh, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro, Jakarta: Prenhallindo. Laroche, M., Bergeron, J. & Forleo, G.B. (2001).Targetting consumers who are willing to pay more for environmentally friendly products. Journal of Consumer Marketing. Vol. 18, No. 6., pp: 503-20. Mahesh, N., 2013, Consumer’s Percived Value, Attitude and Purchase Intention of Green Product, SMS Varanasi, Vol. IX, No. 1, pp: 36-43. Mendleson, Nicola., Polonsky Michael Jay., 1995, Using Strategic alliances to develop credible green marketing, Journal of Consumer Marketing, Vol,.12 Iss: 2 pp: 4 -18. Mowen. 2002. Proses Pengambilan Keputusan Oleh konsumen. Chandra Irawan, diakses 24 Oktober 2014 diakses dari http://chandraproject.blogsp ot.com (Diakses pada Februari2016). Mowen, Jhon C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen (Alih Bahasa Lina Salim), Jilid I, Edisi 5, Jakarta:
Erlangga. Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta. Patterson , P. G., & Spreng, R. A., 1997 Modelling the Relationship between Perceived Value, Satisfaction and Repurchase Intentions in a Business to Business, Service Context: an Empirical Examination. International Journal of Service Industry Management. Swastha, B., & Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty Offset Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks Gramedia. Solomon, R. Michael. 2002. Consumer Behavior, Buying, Having, and Being. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Sheth, Jagdish N and Mittal, Banwari 2004 Customer Behavior : Managerial Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson. Sweeney, J.C. and Soutar, G.N. 2001. Consumer perceived value: the development of a multipleitem scale. Journal of Retailing, Vol. 77 No. 2, pp. 203-20. Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozanne and Renee J. 1999. A conceptual model of US consumer willingness-topay for environtmentally certified wood products. Journal of Consumer Marketing, 16 (2): 122-136.