25 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Pengaruh Perbedaan Protein Pakan dengan Penambahan Protein Sel Tunggal dari Produksi MSG terhadap Pertumbuhan Nila (Oreochromis sp.) pada Salinitas 15ppt Effects of Differences Protein Concentration of Diet with Addition of Single Cell Protein from MSG Production toward Feed Utilization and Growth of Tilapia (Oreochromis sp.) Cultured in 15 ppt Salin Water Putri Farah Kandida1, Istiyanto Samidjan2, Diana Rachmawati3 1
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof.Soedarto Tembalang-Semarang. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah penambahan Protein Sel Tunggal (PST) dari produk MSG berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan, protein efisiensi rasio, rasio konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, pemanfaatan protein bersih dan kelulushidupan benih nila yang dibudidayakan pada media bersalinitas 15 ppt. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu A (0% PST), B (5% PST), C (10% PST) dan D (15% PST). Peubah yang diukur yaitu data tingkat konsumsi pakan (TKP), rasio efisiensi protein (PER), rasio konversi pakan (FCR), pertumbuhan bobot mutlak (W), laju pertumbuhan spesifik (SGR), pemanfaatan protein (NPU), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Penelitian ini dilaksanakan di BBPBAP Jepara pada bulan April – Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan PST dalam pakan berpengaruh terhadap penurunan nilai SGR dan W secara nyata (P<0,05) dan penurunan nilai TKP dan PER secara sangat nyata (P<0,01), tetapi tidak menurunkan nilai FCR dan SR (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan Protein Sel Tunggal (PST) dari produksi MSG dalam pakan buatan tersebut menurunkan nilai TKP, PER, W, dan SGR nila pada media bersalinitas 15 ppt. Kata kunci :
nila, media salinitas, protein sel tunggal, pakan, pertumbuhan, efisiensi pakan.
ABSTRACT The aims of this experiment were to examine whether the additional of single cell protein from MSG production to artificial diet give an effect toward voluntary feed intake, feed conversion ratio, protein efficiency ratio, spesific growth rate, absolute growth rate, net protein utilization and survival rate of tilapia’s juvenil cultured in saline water.. This experiment used experimental method which is done with a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments and 3 replicates, i.e. A (0% SCP), B (5% SCP), C(10% SCP) and D (15% SCP). The measured variables are voluntary feed intake (VFI), feed conversion ratio (FCR), protein efficiency ratio (PER), absolute growth rate (W), spesific growth rate (SGR), net protein utilization (NPU), survival rate (SR) and water quality. This expriment was carried out in BBPBAP Jepara on April – June 2012. The results showed that the treatments decreased the values of SGR and W significantly (P<0,05), also decreased VFI and PER values very significantly (P<0,01), but did not affect on FCR and SR values (P>0,05). Based on the results, it can be concluded that supplementations of SCP from MSG production have resulted in decreasing VFI, PER, W, and SGR of tilapia reared in 15 ppt salinity water. Keywords:
tilapia (Oreochromis sp.), saline water, single cell protein, artificial diets, growth, feed efficiency
*) Penulis Penanggung Jawab
26 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
PENDAHULUAN Kekurangan air tawar di banyak
Permasalahan
yang
sering
negara, dan adanya kompetisi lahan
muncul di dalam usaha budidaya
budidaya di perairan tawar yang harus
adalah
semakin menyempit bersaing dengan
berkualitas.
penggunaan lahan untuk pertanian
produksi budidaya berasal dari pakan.
dan
Banyak
negara
menyadari
bahwa,
pemukiman,
meningkatnya
mendorong pengembangan
mahalnya
pakan
yang
Padahal 60% biaya
berkembang dalam
jangka
budidaya di air payau dan laut. Oleh
panjang, mereka akan tidak mampu
sebab itu, kandidat pertama yang
membayar
mungkin terpikir untuk dibudidaya di
sumber protein utama dalam pakan
air payau adalah nila.
Banyak
ikan. Oleh karena itu, banyak usaha
tinjauan ulang terbaru telah menyoroti
telah dilakukan untuk sebagian atau
budidaya nila dalam air laut atau
seluruhnya mengganti tepung ikan
payau,
sumber protein lokal yang lebih
dengan
penekanan
pada
persyaratan lingkungan, kebutuhan gizi dan potensi ekonomi (El-Sayed, 2006).
tepung
ikan
sebagai
murah (El-Sayed, 2004). Banyak
uji
coba
dilakukan
dalam penggunaan protein bahan
Nila yang dibudidayakan pada
baku lokal untuk mengganti sebagian
media bersalinitas selain unggul pada
atau keseluruhan tepung ikan yang
media bersalinitas tinggi juga mampu
harganya sanagt tinggi.
dipanen lebih cepat dibandingkan nila
bahan
yang hidup di salinitas lebih rendah.
digunakan adalah protein sel tunggal
Pengembangan tentang nila yang
atau single cell protein (SCP) yang
dibudidayakan
pada
merupakan produk sampingan dari
bersalinitas
dapat
juga
media memberi
industri
baku
lokal
Salah satu yang
pembuatan
dapat
monosodium
keuntungan bagi budidaya udang
glutamate dan lysine. Menurut Tacon
yaitu
dengan
(1995),
mencegah
protein
penggabungannya
budidaya
nila
masalah
penyakit
dapat
udang (Manila
Buletin, 2004).
*) Penulis Penanggung Jawab
PST yang
mengandung
merupakan
sumber
cukup
baik,
vitamin
(diantaranya
vitamin B), karbohidrat (glucan),
27 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
carotenoid axtasantin
(betakaroten
atau
Balai Besar Pengembangan Budidaya
tergantung pada spesies
Air Payau (BBPBAP) Jepara pada
dan pemeliharaan), atau enzim-enzim
tanggal 8 April – 18 Juni 2012.
eksogenous. PST juga tersedia dalam jumlah
yang
cukup
berkesinambungan
METODOLOGI PENELITIAN
karena
Penelitian
dirancang
produksinya tidak tergantung musim.
menggunakan
Perlu dilakukan penelitian tentang
Acak
penambahan protein sel tunggal ke
menggunakan 4 level kandungan PST
dalam pakan, apakah penambahan
yang berbeda sebagai perlakuan, yaitu
protein sel tunggal dari produksi
0%,
MSG
menggunakan 3 kali ulangan pada
dalam
berpengaruh
pakan terhadap
buatan efisiensi
Lengkap
5%,
10%
Rancangan
(RAL)
dan
dengan
15%,
dan
masing-masing perlakuan.
pemanfaatan pakan dan pertumbuhan
Materi yang digunakan dalam
nila yang dibudidayakan pada media
penelitian
bersalinitas 15 ppt.
(Oreochromis
Tujuan dilakukan penelitian
metode
ini sp.)
adalah
nila
stadia
benih
dengan bobot 2±0,25 gram dan
ini adalah untuk menguji apakah
protein
penambahan Protein Sel Tunggal
diperoleh dari Laboraturium Nutrisi
(PST) dari produk MSG berpengaruh
dan
terhadap tingkat konsumsi pakan,
Pengembangan Budidaya Air Payau
protein efisiensi rasio, rasio konversi
(BBPBAP ) Jepara.
pakan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan pemanfaatan kelulushidupan
bobot protein
mutlak,
Balai
Penelitian
ini
terdiri
yang
Besar
dari
beberapa tahap yaitu, tahap persiapan
nila
yang
persiapan meliputi persiapan hewan
media
uji yaitu tahap persiapan media dan
pada
dan
tahap
pelaksanaan.
Tahap
tahap aklimatisasi hewan uji, tahap
Penelitian ini dilakukan di Nutrisi
Pakan
(PST)
dan
bersalinitas 15 ppt.
Laboraturium
tunggal
bersih
benih
dibudidayakan
sel
dan
*) Penulis Penanggung Jawab
Pakan
selanjutnya adalah tahap pembuatan
28 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
pakan
dan
persiapan
wadah
pemeliharaan. Nila terlebih dahulu diseleksi
tawar sehingga didapatkan media dengan salinitas
yang diinginkan
yakni
Kemudian
15
ppt.
ikan
berdasarkan ukuran panjang yang
diaklimatisasi terlebih dahulu pada
seragam dan kondisi ikan yang sehat,
media
Ikan
uji
tersebut.
Nila
ditimbang
untuk
dibudidayakan
ukuran
bobot
bersalinitas dipelihara dalam bak-bak
tubuhnya kemudian dimasukkan ke
dengan volume 250 L sebanyak 12
wadah pemeliharaan. Kepadatan ikan
bak. Tahap selanjutnya adalah tahap
uji
pembuatan pakan, dimana formulasi
menyeragamkan
yang
ekor/m2.
digunakan
adalah
25
Media dibuat dengan
pada
yang media
yang digunakan tersaji pada Tabel 1.
mengencerkan air laut dengan air Tabel 1. Formulasi Pakan yang digunakan Bahan Baku
Substitusi 0%
5%
10%
15%
Tepung Ikan
33,26
33,26
33,26
33,26
Bungkil Kedelai
22,17
22,17
22,17
22,17
Bungkil Sagu
12,86
12,86
12,86
12,86
Dedak
12,86
12,86
12,86
12,86
Tepung Jagung
12,86 0
12,86 5,00
12,86 10,00
12,86 15,00
Minyak Ikan
1
1
1
1
Minyak Jagung
1
1
1
1
Vitamin dan Mineral
2
2
2
2
Tapioka
2
2
2
2
Protein Kasar (%)
30,25
32,7
35,13
38,05
Lemak Kasar (%)
6,91
8,43
6,79
7,18
Abu (%)
13,67
9,11
10,86
8,94
Serat Kasar (%)
6,88
8,98
8,96
10,36
PST
Analisis Proksimat Pakan
*) Penulis Penanggung Jawab
29 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Air (%)
11,54
8,24
8,18
9,53
Total Energi (kkal)
4012,1
4269,6
4527,2
4784,7
75
76,05
78,89
79,58
P/E (mg/kkal)
Pakan dibuat dalam bentuk crumble kering.
Pakan yang telah
pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot
mutlak,
tingkat
konsumsi
dibuat dari komposisi bahan tersebut
pakan, rasio konversi pakan, rasio
dicetak dan kemudian dikeringkan
efisiensi
menggunakan
suhu
dengan analisis menggunakan sidik
60OC. Pakan diberikan dengan dosis
ragam (ANOVA) yang sebelumnya
6% berat tubuh/hari (Lovell, 2002),
dilakukan
sebanyak empat kali sehari, yaitu
homogenitas, dan uji additivitas untuk
pada pukul 08.00, 11.00, 14.00 dan
memastikan
17.00 WIB.
bersifat normalitas, homogen dan
oven
dengan
Sisa pakan disipon
protein
uji
yang
dianalisis
normalitas,
apakah
ragam
uji
data
Sampling
additif. Apabila dalam analisa sidik
dilakukan setiap 7 hari sekali selama
ragam diperoleh hasil berpengaruh
42 hari masa pemeliharaan.
nyata (P<0,05) maka
kemudian
dicatat.
dilanjutkan
pemeliharaan
dengan uji wilayah ganda Duncan
dijaga dengan melakukan penyiponan
untuk mengetahui perbedaan nilai
setiap pagi dan penggantian air 25%
tengah
dari volume total air dengan air yang
perlakuan.
Kualitas
diendapkan
air
dan
diaerasi
media
masing-masing
terlebih
dahulu selama 24 jam setiap harinya. Sistem
pada
pemeliharaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan selama 42
water
hari nila yang dibudidaya di media
system, dengan menggunakan 2 buah
bersalinitas dan diberi pakan dengan
bak filter yang terdiri dari karang,
penambahan
pasir silika dan 1 bak penampung.
berbeda
menggunakan
Data meliputi:
resirculating
yang
dikumpulkan
kelulushidupan,
*) Penulis Penanggung Jawab
laju
protein
terlihat
pada
sel
tunggal
Tabel
2.
30 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 13-24 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Tabel 2. Bobot awal, bobot akhir, pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), tingkat konsumsi pakan (TKP), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER), pemanfaaatan protein (NPU), dan kelulushidupan (SR) nila yang dipelihara pada media bersalinitas 15 ppt selama penelitian. Parameter
A (0%)
B (5%)
C (10%)
D (15%)
Bobot Awal (g)
56,03±0,33
56,16±0,16
56,18±0,34
56,36±0,14
Bobot Akhir (g)
155,52±4,62
127,3±8,12
139,40±16,95
125.83±4,83
99,49±4,29a
71,13±8,05c
83,22±16,88b
69,47±4,92d
SGR (%)
2,42±0,05a
1,94±0,14c
2,15±0,27b
1,91 ±0,09d
TKP (g)
277,69±3,88a
240,90±11,66b
252,08±8,75b
206,83±5,97c
FCR
2,62±0,04a
3,22±0,41 a
2,81±0,25 a
3,07±0,18 a
PER
1,18±0,06a
0,90±0,06b
0,94±0,16b
0,82±0,03c
NPU (%)
10,023
8,023
8,32
4,67
SR (%)
90,67±4,62a
90,67±6,11 a
93,33±6,11 a
94,67±9,23 a
Pertumbuhan Bobot Mutlak (g)
Keterangan: Data
Nilai dengan superscript yang sama pada kolom menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05)
diatas
menunjukkan
bahwa
ada pada perlakuan A yaitu pakan
penambahan PST pada nila yang
tanpa penambahan PST.
dibudidaya
Pemanfaatan Pakan
di
media
bersalinitas
menurunkan nilai tingkat konsumsi
Nilai pemanfaatan pakan pada
pakan dan rasio efisiensi protein
nila yang dibudidaya pada media
secara sangat nyata, menurunkan nilai
bersalinitas didasarkan pada nilai
pertumbuhan bobot mutlak dan laju
rasio efisiensi protein (PER), tingkat
pertumbuhan spesifik secara nyata,
konsumsi
pakan
(TKP),
rasio
tetapi tidak menurunkan nilai rasio
konversi
pakan
(FCR)
dan
konversi pakan dan kelulushidupan.
pemanfaatan protein bersih (NPU).
Nilai
pemanfaatan
tidak
Rasio efisiensi protein (PER)
dilakukan ulangan, sehingga hanya
menunjukkan bahwa perlakuan A
dianalisa
secara
menunjukkan
hasil
protein
deskriptif,
dan
(0% PST) memiliki efisiensi protein
bahwa
nilai
paling tinggi dibandingkan ketiga
pemanfaatan protein yang paling baik
*) Penulis Penanggung Jawab
perlakuan yang lain.
Perlakuan A
31 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
setelah diketahui
dilakukan
uji
duncan
sangat nyata dengan perlakuan D.
berbeda
nyata
dengan
Hubungan PER dan SGR tersaji
perlakuan B dan C, dan berbeda
dalam
Gambar
1.
. 3 2,42 0,05 2,5 1,94 0,14
2,15 0,27
1,91 0,09
2 1,5
PER
1,18 0,06 0,90 0,06
0,94 0,16
B (5%)
C (10%)
0,82 0,03
1
SGR
0,5 0 A (0%)
D (15%)
Gambar 1. Grafik hubungan PER dan SGR Gambar diatas
menunjukkan
protein nila yang dibudidaya pada
bahwa nilai PER yang tinggi juga
media
menghasilkan nilai SGR yang tinggi
protein untuk benih nila, berkisar
pula.
antara 30-40% (Gunasekera et al.,
Menurut Devendra (1989),
protein efisiensi rasio merupakan perbandingan
nilai
antara
bersalinitas.
Kebutuhan
1996a,b dalam El-Sayed 2004). Kualitas protein dari sumber
pertambahan bobot tubuh ikan dengan
protein
jumlah protein yang dikonsumsi.
komposisi asam amino dan tingkat
Protein pakan perlakuan A diduga
kecernaannya.
paling efisien digunakan oleh nila
amino
untuk
pemanfaatan
pertumbuhan,
meskipun
pakan
tergantung
Defisiensi
esensial protein
dari
asam
menyebabkan pakan
yang
kandungan proteinnya paling kecil
rendah dan akibatnya mengurangi
dibandingkan ketiga perlakuan yang
pertumbuhan dan efisiensi pakan
lainnya.
(Halver dan Hardy, 2002).
Kandungan protein yang
terdapat pada pakan perlakuan A diduga
sesuai
dengan
*) Penulis Penanggung Jawab
kebutuhan
Hasil konversi
analisa
ragam
rasio
pakan
menunjukkan
32 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
pemberian
protein
sel
tunggal
dalam
Samsudin
(2004)
komersil pada pakan buatan tidak
menyebabkan
menurunkan nilai rasio konversi nila
berkurang adalah terdapat bagian
yang
yang tidak dapat tercerna seperti
dipelihara
pada
media
bersalinitas.
kecernaan
yang PST
dinding sel yang terdiri dari sellulosa
Hal ini diduga dikarenakan
(pada chlorella) dan peptidoglikan
semakin banyak protein sel tunggal
(pada bakteri).
komersil (PST) yang diberikan dalam
kecernaan mengakibatkan energi yang
pakan membuat pakan menjadi lebih
diabsorpsi oleh tubuh turun sehingga
keras dan berbau tajam sehingga tidak
tidak dapat digunakan dengan baik
menarik
untuk pertumbuhan.
bagi
nila
mengkonsumsinya.
untuk
Beberapa kali
Tingkat
Penurunan nilai
Konsumsi
Pakan
pengamatan juga diketahui bahwa
(TKP) menunjukkan bahwa pakan A
nila pada perlakuan D (penambahan
berbeda sangat nyata dengan pakan
15%
D.
PST)
memuntahkan
banyak kembali
yang pakannya
Menurut pendapat Tacon dan
Cooke (1980) dalam Marzuqi et al.
karena terlalu keras. Sehingga dapat
(2010),
diduga
besar
akibat penggunaan PST dalam pakan
penggunaan PST dalam pakan akan
yang terlalu banyak diduga karena
menurunkan nilai palatabilitas pakan
kandungan asam nukleat dalam PST.
sehingga menurunkan laju konsumsi
Dimana tingginya kandungan asam
pakan ikan.
nukleat tersebut dapat menekan laju
bahwa
semakin
turunnya laju konsumsi
Masalah yang paling umum
konsumsi pakan ikan rainbow trout
disebutkan dalam penggunaan PST
yang diberi pakan dengan sumber
adalah
palatabilitas,
kandungan
asam
daya
cerna,
protein yang berasal dari PST sebesar
nukleat,
residu
50%.
beracun atau merugikan, dan isi yang
Hasil perhitungan pemanfaatan
relatif rendah kandungan asam amino
protein
(Asplund
1973).
menunjukkan bahwa protein pada
Menurut Ergül dan Vogt (1981)
pakan kontrol tanpa penambahan PST
dan
Pfander,
*) Penulis Penanggung Jawab
bersih
(NPU)
juga
33 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
(perlakuan A) lebih efisien digunakan
adanya
oleh nila yang dipelihara pada media
bobot mutlak dan laju pertumbuhan
bersalinitas,
spesifik pada keempat perlakuan nila
meskipun
kandungan
peningkatan
proteinnya lebih rendah dibandingkan
yang
dengan pakan dengan perlakuan B, C
bersalinitas.
dan D. Hal ini menunjukkan bahwa
yang
kandungan protein pada perlakuan A
memenuhi kebutuhan energi nila yang
paling
dibudidayakan
sesuai
dengan
kebutuhan
dibudidayakan
pertumbuhan
pada
media
Hal ini diduga energi
berasal
dari
pakan
pada
dapat
media
protein nila yang dibudidaya pada
bersalinitas untuk pertumbuhan. Uji
media bersalinitas dan paling efisien
analisa ragam menunjukkan hasil
dibandingkan
penambahan
dengan
perlakuan
protein
sel
tunggal
lainnya. Pemanfaatan protein bersih
berpengaruh pada pertumbuhan bobot
(NPU) memberikan ukuran efisiensi
mutlak dan laju pertumbuhan spesifik
penggunaan
nila yang dibudidayakan pada media
demikian,
protein. kualitas
Dengan
protein
dapat
bersalinitas (P<0,05).
dinyatakan dalam hal pemanfaatan protein bersih (Singh et al., 2010). Pemanfaatan (NPU)
protein
merupakan
Berdasarkan pertumbuhan
hasil spesifik
laju dan
bersih
pertumbuhan multak diatas, didapati
efisiensi
bahwa, nilai tertinggi adalah pada
penggunaan deposit protein pakan
perlakuan
yang terdapat dalam hati yang dapat
PST).
diubah
kandungan protein dari pakan A itu
menjadi
protein
dalam
A Hal
ini
penambahan
terkait
sendiri
menunjukkan deposit protein sebagai
Meskipun lebih rendah dibandingkan
jaringan
dapat
dengan kandungan protein perlakuan
pertumbuhan
B (5% penambahan PST), C (10%
dimanfaatkan
bagi
yang
sebesar
dengan
jaringan tubuh. Nilai retensi protein
tubuh
yakni
(tanpa
30,25.
(Buwono, 2000).
penambahan PST), dan D (15%
Pertumbuhan
penambahan PST), kandungan protein
Berdasarkan hasil pengamatan
pada perlakuan A diduga sesuai
selama penelitian (Tabel 2), terlihat
dengan kebutuhan protein benih nila
*) Penulis Penanggung Jawab
34 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
yang
dibudidayakan
pada
media
proteinnya adalah 32,7, perlakuan C
bersalinitas. Menurut Gunasekera et
35,13
al., (1996a,b) dalam El-Sayed (2004),
Kebutuhan
kebutuhan protein untuk benih nila,
ikan berbeda-beda. Semakin tinggi
berkisar antara 30-40%, sedangkan
protein maka akan semakin tinggi
nila dewasa memerlukan protein diet
pula kandungan asam
20-30% untuk kinerja optimal.
Asam amino yang berlebih akan
Semakin tinggi protein tidak berarti
semakin
baik
pula
pertumbuhannya. Seperti yang terjadi
dan
perlakuan protein
D
38,05.
masing-masing
aminonya.
dibuang dalam bentuk amonia melalui urin setelah proses deaminasi dan transaminasi.
pada perlakuan B dimana kandungan Hasil perhitungan nilai P/E Rasio dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan Nilai P/E Rasio P/E rasio
Perlakuan
Protein pakan
Energi (kkal)
A
30,25
4012,1
75
B
32,7
4269,6
76,05
C
35,13
4527,2
78,89
D
38,05
4784,7
79,58
(mg/kkal)
Berdasarkan perhitungan P/E rasio
1993).
yang tersaji pada Tabel 3 diatas, nilai
paling baik pada perlakuan A diduga
P/E rasio paling tinggi adalah pada
perlakuan A memiliki perbandingan
pakan perlakuan D 79,58 mg/kkal,
rasio protein dan energi yang sesuai
akan tetapi nilai pertumbuhannya
bagi nila yang dibudidaya pada media
paling rendah.
bersalinitas
Keberadaan tingkat
Hasil pertumbuhan yang
dibandingkan
dengan
energi yang optimum dalam pakan
perbandingan rasio protein energi
sangat penting sebab kelebihan atau
pada perlakuan lainnya. Energi yang
kekurangan
memadai harus disediakan sehingga
energi
mengakibatkan
penurunan laju pertumbuhan (NRC,
*) Penulis Penanggung Jawab
diet
protein
digunakan
untuk
35 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
pertumbuhan (sintesis protein) bukan
dan komposisi kelengkapan asam
dari dimetabolisme untuk energi.
amino dalam pakan.
Oleh
karena
itu
penting
untuk
mempertahankan rasio yang tepat dari protein untuk energi dalam diet. Energi
yang
menyebabkan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
berlebihan
dapat
Kesimpulan yang dapat diambil
konsumsi
pakan
dari penelitian ini adalah bahwa
berkurang dan akan menghasilkan
perbedaan
tingkat
penambahan
pertumbuhan
menurun.
protein
pakan
dengan
sel
tunggal
produksi
MSG
protein
Energi yang tidak memadai juga
(PST)
mengakibatkan
menurunkan tingkat konsumsi pakan
penurunan
dari
pertumbuhan (Ogunji et al., 2008).
dan rasio efisiensi protein secara
Kelulushidupan
sangat
Kualitas
air
pada
media
nyata
menurunkan
(P<0,01) laju
dan
pertumbuhan
budidaya nila tersebut sendiri masih
sepesifik dan pertumbuhan bobot
dalam
mutlak secara nyata (P<0,05). Namun
kisaran
layak,
dibuktikan
dengan tingkat kelulushidupan yang
penambahan
tinggi.
(PST) tersebut tidak menurunkan
Kondisi kualitas air yang
protein
tunggal
layak, kepadatan yang sesuai dan
rasio
ruang gerak yang tidak terbatas
kelulushidupan nila yang dipelihara
menyebabkan
pada
kelulushidupan
nila
konversi
sel
media
salin yang dibudidayakan pada media
(P>0,05).
bersalinitas tinggi. Menurut Hepher
Saran
(1988), besar kecilnya kelulushidupan
pakan
bersalinitas
dan
15
ppt
Saran yang dapat diambil dari
dipengaruhi oleh faktor internal yang
penelitian ini adalah:
meliputi jenis kelamin, keturunan,
1.
Sebaiknya
untuk
umur, reproduksi, ketahanan terhadap
pakan
penyakir dan faktor eksternal meliputi
menggunakan
protein
sel
kualitas air, padat penebaran, jumlah
tunggal
berasal
dari
*) Penulis Penanggung Jawab
buatan
pembuatan
yang
tidak
perlu
36 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
limbah pembuatan lisin dan MSG 2.
Perlu
dilakukan
kajian
mengenai pemberian protein sel tunggal dari bahan baku yang lain untuk pakan buatan bagi nila yang dibudidayakan pada media bersalinitas. DAFTAR PUSTAKA Asplund, J.M. and W.H. Pfander. 1973. Production of SingleCell Protein from Solid Wastes. dalam Alternative Sources of Protein for Animal Production : Proceedings of a Symposium. National academy of Science, USA. pp. 130-145. Devendra, C. 1989. Nomenclature, terminology and definitions appropriate to animal nutrition. In: S.S DeSilva (Ed), Proc, III: Fish Nutrition Research in Asia, AFS, Phlilippines. pp. 1 – 10. El-Sayed, A.F.M. 2004. Protein Nutrition of Farmed Tilapia : Searching for Unconventional Sources. Manila Philipines. Volume 1, pp 364-378. ----------------------. 2006. Tilapia Culture in Salt Water: Environmental Requirements, Nutritional Implications and Economic Potentials. Prosiding International Symposium
*) Penulis Penanggung Jawab
on Nutrition. Monterrey, Meksiko. pp. 95-106 Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fish. Cambridge University Press. Cambridge. 237 p. Lovell, R.T. 2002. Diet and Fish Husbandry dalam Fish Nutrition. Academic Press. California USA. pp. 624645. Manila Buletin. 2004. Saline Tilapia Has Many Advantages. Manila Bulletin, 20 Juni 2004. Manila Bulletin Publishing Corp. ManilaPhillipine. 2 p. Marzuqi, M., N.A. Giri, K. Suwirya dan N.W. Astuti. 2010. Pemanfaatan Protein Sel Tunggal sebagai Bahan Pakan untuk Ikan Kerapu Pasir (Ephinephelus corallicola). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. BBL Gondol, Bali. Hlm. 651-657. NRC (National Research Council). 1993. Nutrient requirements of Warm Water Fishes and Shellfishes. National Academy Press. Washington DC. 112 p. Ogunji, J., R.S.Toor, C. Schulz and W. Kloas. 2008. Growth Performance, Nutrient Utilization of Nile tilapia Orechromis niloticus Fed Housfly Maggot Meal (Magmeal) Diets. Turkish Journal of Fisherises and Aquatic Sciences, 8 : 141147. Samsudin, R. 2004. Pengaruh Subtitusi tepung Ikan
37 Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 25-37 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
dengan Single Cell Protein (SCP) yang Berbeda dalam Pakan Ikan Patin (Pangasius sp.) terhadap Retensi Protein, Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. 53 hlm. Singh, P., S. Maqsood, M.H. Samoon, V. Phulia, M. Danish and R.S. Chalal. 2010. Exogenous supplemetation of papain as growth promoter in diet of fingerlings of Cyprinus
*) Penulis Penanggung Jawab
carpio. Internaltional Aquatic Research, 3 : 1-9. Siswanto, F K. 2004. Pengaruh Kadar Subtitusi Tepung Ikan oleh Single Cell Protein (SCP) yang Berbeda dalam Pakan Ikan Nila (Oreochromis nilotica) terhadap Retensi Protein, Pertumbuhan, dan Efisiensi Pakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. 41 hlm. Tacon, A.G.J. 1995. The Potential for fishmeal subtitution in aquafeeds. INFOFISH 3. pp.23-25.