FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN INVESTASI PADA EQUITY SECURITIES PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA Variyetmi Wira Jurusan Admnistrasi Niaga, Politeknik Negeri Padang
Abstract This research aims to determine the factors that affect the return on investments in equity securities. This study examines whether the profitability ratios, liquidity, leverage, growth rate (growth) and firm size (firm size) is a factor that may affect the return on investment. Investors basically want to increase the return on investment, such as dividends and capital gains. In this study focuses only dividends as a return. Profitability is measured by ROI and ROE, measured by the current liquidity ratio, leverage measured by debt equity ratio, growth measured by sales growth and firm size measured by the logarithm to the total assets owned by the company. Object of this study were manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange that paid dividends in the period 2000 to 2007, and reported its financial statements ending on 31 December each year. This research resulted in that the rate of return on investments in the form of dividends to investors is influenced significantly and negatively associated with profitability ratios as measured by negative and significant ROI through leverage (debt) of investee companies. While the factors of profitability measured by return on equity, liquidity, growth and firm size had no significant. Keywords: dividend, profitability, liquidity, leverage, growth, firm size
1.
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Pembelian saham merupakan salah satu alternatif investasi yang menarik bagi investor, karena ada dua return yang akan diharapkan. Pertama dividen, merupakan keuntungan yang dibagikan oleh manajemen terhadap pemegang saham. Kedua Capital Gain, merupakan selisih antara harga pada saat jual dan beli saham. Return ini menjadi indikator untuk meningkatkan wealth dari para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham (Suharli, 2004). Investor akan sangat senang apabila mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka .
Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Menurut Black (1976), kebijakan dividen merupakan teka-teki yang sulit untuk dijelaskan, dan selalu menimbulkan tanda tanya besar bagi investor, kreditor, bahkan kepada kalangan akademisi. Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya. Sesuai dengan “The bird in the hand theory” yang diungkapkan Gordon dan Lintner (1962), dalam Suharli (2004), menyatakan bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Wirjolukito et. al. (2003) mengungkapkan bahwa pembayaran dividen dan bunga hutang akan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi manajer agar dapat diinvestasikan di dalam proyek kecil yang memiliki nilai sekarang bersih positif dan perquisites. Masalah keagenan (agency problem) juga
1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
potensial mengurangi keputusan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, sebagai prinsipal. Oleh karena itu, memang penting seorang investor atau investor potensial mampu memprediksi kebijakan dividen perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tidak terlepas dari kinerja keuangan perusahaan. Salah satu metode untuk melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut adalah melalui rasio keuangan. Faktor-faktor yang diduga terkait dengan pembagian dividen adalah tingkat kemampulabaan perusahaan (rasio profitabilitas perusahaaan), tingkat likuiditas perusahaan dalam menjaga hutang jangka pendek perusahaan dengan menggunakan aktiva jangka pendek perusahaan, tingkat hutang yang dimiliki serta tingkat pertumbuhan perusahaan dan ukuran dari perusahaan itu sendiri. Jika tingkat kemampulabaan dan tingkat likuiditas perusahaan besar, maka perusahaan cenderung meningkatkan pembayaran dividen. Namun sebaliknya terhadap tingkat hutang, perusahaan akan mengurangi kewajiban membayar dividen, jika tingkat hutang yang tinggi. 2.
Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan berupa return on Investment (ROI) dan rasio return in Equity (ROE)? 2. Apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh likuiditas perusahaan berupa rasio Current Rasio (CR)? 3. Apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh hutang perusahaan Debt To Equity Rasio (DER)? 4. Apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan perusahaan (growth)? 2
Apakah kebijakan dividen dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (firm size)? 3.
Landasan Teori
Pengertian dan bentuk-bentuk Dividen Berikut beberapa pengertian dari dividen menurut para ahli dikutip dari Baruno dan Endrianif (2004): a. Madura (2001), dividen merupakan penghasilan yang diberikan oleh perusahaan kepada pemiliknya atau pemegang saham. b. Ang (1997), dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. c. Gill (2004), dividen merupakan bagian dari pendapatan bersih perusahaan yang dibayarkan atau dibagikan kepada pemegang saham dengan tingkat tertentu per saham. d. Smith (1989), dividen merupakan pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang masing-masing oleh pemilik. Kieso dan Weygant (2002) dikutip dalam Baruno dan Endrianif (2004) mengungkapkan bahwa deviden yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya, terdiri dari beberapa bentuk: a. Dividen tunai (cash dividend), adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dalam bentuk tunai. b. Dividen Saham (Stock Dividend), adalah pembayaran dividen dengan saham perusahaan dengan proporsi tertentu. c. Dividen non kas (Property Dividend), adalah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk selain kas, biasanya dalam bentuk barang
1.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
dagang, real estate, aktiva tetap, aktiva lain-lain. d. Dividen likuidasi (Liquidating Dividend), adalah dividen yang dibagikan pada saat perusahaan tidak berlaba atau pada saat perusahaan menderita rugi. e. Dividen Surat hutang (Scrip Dividend), adalah perusahaan tidak membayar dividen sekarang, akan tetapi memilih pembayarannya pada suatu tanggal dimasa depan. Teori Kebijakan Dividen Dikutip dari Sunarto dan Kartika (2003), terdapat beberapa teori tentang kebijakan dari para ahli, yaitu: a. Teori Dividen tidak relevan (Dividend Irrelevance theory). Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, bukan ditentukan oleh besar kecilnya Dividen Payout Ratio.
2.
b. Teori the bird in the hand. Teori ini dikemukan oleh Gordon dan Lintner dimana kebijakan dividen bagi para pemegang saham adalah relevan terhadap nilai saham, hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian yang tinggi dari pada capital gain sehingga investor lebih menyukai dividen dari pada capital gain. c.
3.
Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory). Teori ini kemukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang berpendapat bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend an capital gain, maka investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pajak.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Keown, Scott, dkk (2000), ada banyak pertimbangan yang mempengaruhi keputusan perusahaan mengenai dividen, diantaranya adalah: 1. Pembatasan hukum. Batasan hukum ini ada 2 kategori yaitu: a. Statutory restriction (pembagian menurut UU). b. Ketentuan hukum yang tertuang dalam kontrak penerbutan obligasi dan saham preferen yang cenderung bersifat unik. 2. Posisi Likuiditas Perusahaan yang sukses dalam mengumpulkan kas dari operasi terlihat dari jumlah laba ditahan yang cukup besar. 3. Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain. 4. Kemungkinan pendapatan yang diramalkan 5. Kontrol Kebijakan dalam kontrol perusahaan sangat diperlukan dalam pengendalian sumber pembiayaan. 6. Inflasi Riyanto (1994) memasukkan faktor lain yang juga mempengaruhi pertimbangan keputusan dari perusahaan mengenai dividennya, diantaranya: 1. Kebutuhan dana untuk membayar hutang 2. Tingkat pertumbuhan perusahaan 4. Hubungan beberapa Faktor dalam Kebijakan Dividen Naveli (1989) mengungkapkan bahwa secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu (1) Constant Dividend Payout Ratio, (2) Stable Per Share Dividend, dan (3) Reguler Dividend Plus Extra. 1. Dividen sebagai Tingkat Pengembalian Investasi Laba bersih perusahaan dapat diperlakukan menjadi tiga, yaitu diinvestasikan kembali ke dalam aset
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
yang produktif, dibayarkan untuk melunasi kewajiban dan dibagikan sebagai dividen (Pratt, 2000). Laba bersih merupakan return dari investasi perusahaan, sedangkan laba bersih yang dibagikan sebagai dividen merupakan direct return bagi pemegang saham. Dividen disebutkan sebagai bagian laba atau earnings atau income yang dibagi. Income, berdasarkan penerimanya dapat diklasifikasikan menjadi lima konsep, yaitu: (1) konsep nilai tambah (value added concept), (2) konsep laba bersih perusahaan (enterprise net income concept), (3) konsep laba bersih untuk investor (net income to investor), (4) konsep laba bersih untuk pemegang saham (net income to shareholders concept), dan (5) konsep laba bersih untuk pemiliki residual ekuitas (net income to residual equity holders), Hendriksen dan Breda (1992). 2. Profitabilitas Investee dan Return Investasi berupa Dividen Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. Sehingga peningkatan laba bersih perusahaan investee akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen bagi investor. Profitabilitas dapat diukur melalui jumlah laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Smith (1971) juga menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan yang kuat bagi perusahaan untuk menghindari memotong dividen. Stabilitas keuntungan adalah penting untuk mengurangi risiko bilamana terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk memotong dividen (Partington, 1989). Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. 4
Na’im (1998) mengukur profitabilitas, salah satunya menggunakan rasio Return on Investment (ROI). ROI merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva. 3. Likuiditas Investee dan Return Investasi berupa Dividen Perusahaan investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen lebih baik pula. Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti : current ratio, quick ratio dan cash acid-ratio (Karnadi, 1993). Penelitian ini mengukur likuiditas perusahaan dengan menggunakan current ratio. Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor. Current ratio seringkali dijadikan sebagai ukuran likuiditas, termasuk dalam persyaratan kontrak kredit. 4. Hutang dan Return Investasi berupa Dividen Menurut Howton et. al. (1998) mengutip Opler dan Titman (1993) dan Johnson (1995); perusahaan leveraged memiliki peluang investasi yang tidak menguntungkan serta arus kas bebas yang tinggi. Dengan membedakan perusahaan yang pembayaran dividennya tinggi dengan yang rendah, Johnson mengatakan bahwa perusahaan yang pembayaran dividennya rendah mempengaruhi harga saham secara positif pada pengumuman penawaran hutang. Kebijakan hutang dinyatakan dalam rasio leverage. Rozeff (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Leverage ratio yang paling umum digunakan adalah rasio hutang terhadap modal
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
(debt to equity ratio) (Karnadi, 1993), oleh karena itu penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio untuk menghitung tingkat leverage. 5. Growth perusahaan dan Return Investasi berupa Dividen Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan-batasan biayanya. 6. Firm Size dan Return Investasi berupa Dividen Firm Size menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal di bandingkan dengan perusahaan kecil. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan bank untuk memunculkan dana yang lebih besar, dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh Log Natural (Ln) dari total assets tiap tahun. 4.
Metodologi Penelitian
4.1 Pengembangan Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : Semakin tinggi profitabilitas investee maka semakin besar tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen H2 : Semakin baik likuiditas investee maka semakin besar tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen H3 : Semakin tinggi leverage investee maka semakin rendah tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen
H4 : Semakin tinggi growth investee maka semakin besar tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen H5 : Semakin besar firm size investee maka semakin besar tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividenstudy.
4.2 Sumber Data Objek penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melaporkan laporan keuangan tahunan pada periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2000 sampai dengan 31 Desember 2007 yang termasuk ke dalam industri manufaktur. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang bersumber dari database Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang diakses melalui internet, JSX Monthly, Indonesian Capital Market Directory. 4.3 Rancangan Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Sebelum melakukan uji statistik dan pengambilan keputusan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk memperoleh model dengan tingkat ketelitian yang tinggi agar hasil analisis dapat diinterprestasikan secara kuat. Pengujian asumsi klasik terdiri atas: 1. Uji Multikolinieritas Uji ini dilakukan untuk mendeteksi terjadinya satu atau lebih variabel independen kerkorelasi sempurna atau mendekati dengan variabel lainnya. Menurut Triton (2005) dengan adanya standard error untuk masing-masing koefisien yang diduga akan sangat besar, sehingga pengaruh masingmasing variabel independen tidak dapat dideteksi. Untuk mendeteksinya digunakan rumus Variance inflation Factor (VIF) = 1/(1–r2). Jika nilai VIF kecil dari 5, maka variabel independen yang digunakan bebas dari multikolinieritas.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
1. Uji Autokorelasi Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara anggota serangkaian observasi pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian terhadap asumsi autokorelasi, salah satunya dengan Durbin-Watson d test. Durbin-Watson d test ini mempunyai masalah yang mendasar yaitu tidak diketahui secara tepat mengenai distribusi dari statistic d itu sendiri. Namun Durbin-Watson d test telah menetapkan batas atas (du) dan batas bawah (dL). Durbin-Watson d test telah menabelkan du dan dL untuk taraf 5% dan 1% yang selanjutnya dikenal dengan tabel Durbin-Watson (Triton, 2005). 2. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara error term dengan variabel dependen. Menurut Triton (200) varian dari Y meningkat dengan meningkatnya X, dalam hal ini varian Y tidak sama. Jadi terdapat heteroskedastisitas. Apabila semua asumsi model regresi linier klasik dipenuhi, maka penaksir OLS (ordinary Least Square) adalah BLUE (Best Linier Unbiased Estimated) artinya dalam kelas semua penaksir tidak bisa linier, mereka mempunyai varian yang minimum efisien. Setelah melakukan uji asumsi klasik, maka rancangan penelitian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat tabulasi data yang diperoleh b. Membuat model penelitian berupa persamaan regresi. c. Melakukan pengujian hipotesis dengan menentukan null hypotesis dan alternative hypotesis serta menentukan tingkat signifikansi sebesar 10%. d. Menghitung koefisien korelasi parsial (r) dam koefisien determinasi parsial untuk mengukur seberapa kuat hubungan dan pengaruh masing-masing variabel 6
e.
dependen dengan variabel independen secara terpisah. Melakukan uji t, yaitu untuk menguji apakah masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
4.4 Pengukuran Variabel Variabel-variabel dan indikator pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 4.1 PENGUKURAN VARIABEL Variabel 1. Return Investment (ROI)
Indikator On
ROI =
EBIT + Penyusutan Total aktiva
2. Return On Equity (ROE)
ROE =
3. Current (CR)
CR =
Ratio
4. Debt Equity Ratio (DER)
Laba setelah pajak modal sendiri
Aktiva lancar Hutang lancar
DER =
Total Hutang Total Modal Sendiri
5. Growth
Penj tahun t – Penj tahun t-1 Penjualan tahun t-1
6. Firm Size
Log dari Total Aset
7. Dividen Payout Ratio
Dividen per lembar saham Laba per lembar saham
4.5 Metode penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji apakah faktor yang mempengaruhi dividen (X) mampu memprediksi tingkat return investasi (Y). Adapun analisis regresi dapat dirumuskan sebagai berikut: DPR = b0 + b1ROI + b2ROE+ b3CR + b4DER + b5Growth + b6Firm Size
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
5.
CR (X) DER (X)
Analisa Studi Literatur
5.1 Statistik Deskriptif
Growt h (X) Firm Size
Tabel 5.1 STATISTIK DESKRIPTIF Variabel DPR(%)
Max
Mean
S. Dev
363
N
0,0600
837,000
45,9698
77,0569
ROI(%)
363
0,1900
116,080
9,9345
9,6331
ROE(%)
363
0,3800
1206,000 23,5533
75,8721
CR (X)
363
0,2400
221,000
3,2893
11,7231
DER(X)
363
0,0600
7,280
1,1205
1,1016
Growth (X)
363
-1,0000 6,630
0,2307
0,5315
Firm Size (X)
363
2,5100
5,8288
0,7170
Valid N
Min
7,760
1
0,093
0,009
0,041
-.014
0,093
1
0,014
0,219 (**)
0,014
.0,04
0,009
0,014
1
0,033
0,009
0,014
0,041
0,219 (**)
0,033
1
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Hasil Olahan (2009) Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa ketiga variabel bebas memiliki nilai VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 10%. Maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. 2. Autokorelasi
Pada tabel 5.1 terlihat bahwa jumlah sampel yang digunakan selama periode penelitian dari tahun 2000 sampai 2007, terdapat sebanyak 363 sampel perusahaan yang termasuk kedalam kriteria yang telah ditetapkan. Dari hasil statistik deskriptif, Rata-rata perusahaan manufaktur memberikan dividen (DPR) adalah 45,97% dengan standar deviasi 77,06. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Growth dan Firm Size.
2. Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas digunakan analisis matrik korelasi antar variabel bebas dan perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila korelasi diatas 90% dan nilai VIF lebih besar dari sepuluh maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini disajikan matrik korelasi dan hasil pengujian VIF. Tabel 5.2 MATRIK KORELASI ANTAR VARIABEL BEBAS ROI( %)
ROE( %)
CR (X)
1
0,179 (**)
0,037
0,179 (**)
1
0,020
DER (X) 0,261 (**) 0,014
Model autokorelasi ini berguna untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Model yang baik harus bebas dari autokorelasi. Adanya autokorelasi dapat di uji dengan uji D-W (Durbin–Watson). Secara umum yang dikemukakan oleh Firdaus (2004) menyatakan bahwa jika niali D-W berada pada nilai 1,55 dan 2,46 menunjukkan tidak ada autokorelasi. Tabel 5.3 TABEL UJI DURBIN – WATSON Mo del 1
5.2 Pengujian Asumsi Klasik
ROE (%)
0,020
363
Sumber: Hasil Olahan (2009)
ROI (%)
0,037 0,261 (**)
Growt h (X)
Firm Size (X)
0,014
0,009
0,004
0,014
R 0,201 (a)
R Square
Adjusted R Square
0,040
0,024
Std. Error 76,1215 632
DurbinWatson 2,072
a Predictors: (Constant), Firm Size (X), ROI(%), Growth (X), CR (X), ROE(%), DER(X) b Dependent Variable: DPR(%)
Sumber: Hasil Olahan (2009) Dari tabel 5.3 terlihat bahwa nilai DW test adalah 2.072, maka dapat dikatakan nilai tersebut berada dalam area “no auto” atau berada di atas batas atas sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada penelitian ini. 3. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
atau tidaknya heteroskedastisitas, maka dapat dilihat dari grafik scaterplot dan melalui uji Glejser. Grafik 5.1 GRAFIK HETEROSKEDASTISITAS
Scatterplot
-1,075
0,438
-0,009
0,054
0,156
0,344
11,199
3,883
-6,964
7,535
-4,544
5,742
0,134 0,008
2,453 0,159
0,024
0,453
0,160 0,048 0,042
2,884 0,924 0,791
0,015 0,873 0,651 0,004 0,356 0,429
a Dependent Variable: DPR(%) Sumber: data diolah (2009)
Dependent Variabel: DPR (%) 1
Regression Studentized Residual
ROI (%) ROE (%) CR (X) DER (X) Growt h (X) F.Siz e (X)
Sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 96,978 – 1,075ROI – 0,009ROE + 0,156CR – 11,199DER – 6,964Growth – 4,544Firm Size
0
-1 -2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Data diolah
Dari grafik 5.1 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena terlihat titiktitik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. 5.3 Pengujian Hipotesis Menggunakan analisis berganda dengan sampel 363 perusahaan selama perode penelitian. Pengujian dilakukan dengan mengunakan statistic uji-t. Uji t adalah alat bantu yang digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 10%. Hasil regresi variabel independen (rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio hutang, growth dan firm size) yang digunakan untuk memprediksi pengembalian investasi berupa DPR pada perusahaan, dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 HASIL REGRESI Model
Unstandardized Coefficients
Std. coef
Std. Error
Beta
B 1
8
(Cons tant)
96,978
33,366
t
Sig.
2,906
0,004
1. Hipotesis 1 : Semakin Tinggi Profitabilitas Investee maka Semakin Besar Tingkat Pengembalian Investasi Berupa Pendapatan Dividen Tingkat profitabilitas perusahaan, dalam penelitian ini menggunakan dua rasio yaitu ROI dan ROE. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan ROI dan ROE terhadap DPR adalah tidak searah (bertanda negatif). Artinya jika nilai ROI dan ROE semakin besar, maka nilai DPR akan semakin kecil. Dengan kata lain semakin besar tingkat profitabilitas maka semakin kecil tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Jadi hipotesis 1 ditolak. 2. Hipotesis 2 : Semakin Baik Likuiditas Investee maka Semakin Besar Tingkat Pengembalian Investasi Berupa Pendapatan Dividen Tingkat likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar. Dengan menggunakan taraf signifikansi 10%, maka variabel CR, mempunyai pengaruh yang tidak signifikan karena nilai signifikansi lebih besar dari 10%. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan CR terhadap DPR adalah searah (bertanda positif). Artinya jika nilai CR semakin besar, maka nilai DPR akan semakin besar. Dengan kata
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
lain semakin besar tingkat likuiditas maka semakin besar tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2 dapat diterima. 3. Hipotesis 3 : Semakin Tinggi Leverage Investee maka Semakin Rendah Tingkat Pengembalian Investasi Berupa Pendapatan Dividen Tingkat leverage diukur dengan rasio hutang terhadap modal sendiri (DER). Dengan menggunakan taraf signifikansi 10%, maka variabel DER, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR karena nilai signifikansi lebih kecil dari 10%. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan CR terhadap DPR adalah tidak searah (bertanda negatif). Artinya jika nilai CR semakin besar, maka nilai DPR akan semakin kecil atau sebaliknya. Dengan kata lain semakin besar tingkat leverage perusahaan maka semakin kecil tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2 diterima. 4. Hipotesis 4 : Semakin Tinggi Growth Investee maka Semakin Besar Tingkat Pengembalian Investasi Berupa Pendapatan Dividen Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan perusahaan (growth). Dengan menggunakan taraf signifikansi 10%, maka variabel growth mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap DPR karena nilai signifikansi lebih besar dari 10%. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan growth perusahaan terhadap DPR adalah tidak searah (bertanda negatif). Artinya jika nilai growth semakin besar, maka nilai DPR akan semakin kecil atau sebaliknya. Dengan kata lain semakin besar tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin kecil tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2 ditolak.
5. Hipotesis 5 : Semakin Besar Firm Size Investee maka Semakin Besar Tingkat Pengembalian Investasi Berupa Pendapatan Dividen Ukuran perusahaan perusahaan dapat dilihat dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan (firm Size). Dengan menggunakan taraf signifikansi 10%, maka firm size mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap DPR karena nilai signifikansi lebih besar dari 10%. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan ukuran perusahaan terhadap DPR adalah tidak searah (bertanda negatif). Artinya jika nilai ukuran perusahaan semakin besar, maka nilai DPR akan semakin kecil atau sebaliknya. Dengan kata lain semakin besar tingkat ukuran perusahaan maka semakin kecil tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Jadi hipotesis 2 ditolak. 5.4 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa profitabilitas investee mempengaruhi secara terbalik kebijakan dividen suatu perusahaan manufaktur. Profitabilitas diukur dengan Return on Investment (ROI) mempengaruhi kebijakan dividen secara terbalik. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Na’im (1998) yang mengukur profitabilitas salah satunya menggunakan rasio Return on Investment (ROI). ROI merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva. Menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin besar dividen yang dibagikan ke investor. Profitabilitas yang diukur dengan ROE juga memberikan pengaruh yang terbalik terhadap tingkat pengembalian investasi berupa dividen. Namun pengaruh ROI terhadap DPR tidak signifikan. Jadi dari hasil analisis data menunjukan bahwa semakin tinggi
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
profitabilitas maka dividen yang dibagikan semakin kecil. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Riyanto dan Hanafi. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang membutuhkan investasi yang cukup besar untu kemajuan perusahaan. Selama periode 2000 sampai 2007 terlihat bahwa perusahaan masih dalam tahap perkembangan. Sehingga proporsi laba lebih besar di alokasikan ke dalam laba ditahan, akibatnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham lebih kecil. Faktor likuiditas menunjukan bahwa semakin tinggi likuiditas maka dividen yang dibagikan semakin besar. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu, perusahaan investee yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen lebih baik pula. Penelitian ini baru dikembangkan kali ini meskipun penelitian Suharli (2004) sebelumnya sudah memberikan pemikiran awal mengenai pengaruh likuiditas perusahaan terhadap kebijakan jumlah pembagian dividen. Likuiditas perusahaan pada penelitian ini diukur dengan current ratio (Karnadi, 1993). Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa faktor likuiditas dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor namun tidak signifikan. Faktor leverage menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage (hutang) maka semakin rendah tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen dan berpengaruh secara signifikan. Tingkat leverage diukur dengan Debt to equity ratio (DER). Penelitian ini dikuatkan dengan pernyataan Rozeff (1982) bahwa perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Pernyataannya sesuai dengan pandangan bahwa perusahaan yang berisiko seperti di industri manfaktur akan membayar dividennya lebih rendah, dengan 10
maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Perusahaan yang memiliki rasio hutang lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Dengan demikian investor dapat mempelajari kewajiban perusahaan untuk memperkirakan pendapatan dari investasi berupa dividen, di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tingkat hutang memiliki hubungan tidak searah (negatif) dan signifikan dengan tingkat pengembalian investasi berupa dividen. Dari hasil pengolahan terlihat bahwa growth memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pembayaran deviden pada perusahaan manufaktur. Menurut Riyanto (1995:266) semakin tinggi dividend pay out ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan, ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Karena salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan adalah mengalokasikan dana yang cukup besar ke dalam laba ditahan. Setiap perusahaan pada satu sisi selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan, di sisi lain perusahaan mampu membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Tetapi dalam prakteknya kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
adalah kecil. Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia belum berada pada posisi well established, sehingga pembayaran dividen masih kecil. Pengujian terhadap variabel firm size diperoleh hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari firm size terhadap deviden payout ratio dan berhubungan secara negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Susilowati yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan deviden. Namun hasil ini konsisten dengan penelitian Sudarsi yang menyatakan bahwa firm size tidak mempunyai pengaruh terhadap rasio pembayaran deviden. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa firm size tidak dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur. Hal ini di sebabkan karena semakin besar perusahaan maka kesempatan investasi akan semakin besar pula. Dengan banyaknya kesempatan investasi tersebut maka akan lebih baik jika keuntungan yang ada ditanamkan pada investasi yang dapat menghasilkan NPV positif, sehingga perusahaan membayarkan deviden yang rendah. Hal ini sesuai dengan teori deviden residual, yang menyatakan bahwa perusahaan menetapkan kebijakan deviden setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, deviden yang dibayarkan merupakan nilai sisa setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia belum memiliki kemudahan akses ke pasar modal, karena investor tidak mendapatkan dividen yang cukup besar dari perusahaan. Sehingga perusahaan cenderung menyisihkan laba ke dalam laba ditahan, untuk melakukan tambahan investasi perusahaan. Akibatnya dividen yang siap untuk dibagikan ke pemegang saham menjadi lebih kecil.
6.
Penutup
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat berpengaruh secara signifikan melalui rasio profitabilitas yang diukur dengan ROI dan leverage (hutang) dari perusahaan investee. Sedangkan faktor lain seperti likuiditas, growth dan firm size tidak berpengaruh secara signifikan. Tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROI dan ROE, tingkat leverage, growth dan firm size memiliki hubungan yang terbalik atau negatif terhadap pengembalian investasi berupa deviden pada perusahaan manufaktur tahun 2000 – 2007. Sehingga semakin besar tingkat profitabilitas, leverage, growth dan firm size, maka semakin kecil deviden yang dibagikan oleh investee kepada investor, begitu pula sebaliknya. Sedangkan faktor likuiditas memiliki hubungan yang searah/positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin besar dividen yang dibagikan oleh investee kepada investor, begitupula sebaliknya. Tingkat profitabilitas berhubungan negatif dengan pengembalian investasi berupa deviden bagi investor pada perusahaan manufaktur, karena laba yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur cenderung digunakan untuk membiayai aktivitas operasional dan menanamkan investasi yang tinggi. Sehingga dana yang dibagikan ke dalam bentuk deviden menjadi rendah. Tingkat likuiditas perusahaan investee berhubungan positif namun tidak signifikan terhadap pengembalian investasi berupa dividen bagi investor pada perusahaan manufaktur. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi hutang jangka pendek dan mendanai aktivitas operasional. Ini berarti perusahaan manufaktur memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, sehingga memampukan perusahaan tersebut
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
membagikan dividen kepada investor dalam jumlah yang tinggi pula. Tingkat leverage perusahaan investee berhubungan negatif dan signifikan dengan pengembalian investasi berupa dividen bagi investor karena tingkat leverage. Hal ini menunjukkan bahwa investee perusahaan manufaktur melunasi kewajibannya dari laba yang ada sehingga dividen yang dibagikan ke investor menjadi kecil. Tingkat pertumbuhan (growth) perusahaan berhubungan negatif namun yidak signifikan terhadap pengembalian investasi berupa deviden bagi investor. Karena pada perusahaan manufaktur, untuk meningkatkan pertumbuhan, perusahaan mengalokasikan laba lebih besar ke dalam laba ditahan sehingga deviden yang dibayarkan semakin kecil. Dengan kata lain perusahaan manufaktur di Indonesia belum pada posisi mapan, sehingga masih perlu untuk menambah investasi untuk lebih kompetitif dalam bersaing. Begitu pula dengan ukuran perusahaan (firm size) berhubungan negatif namun tidak signifikan dengan pengembalian investasi berupa deviden kepada investor. Ini disebabkan karena perusahaan manufaktur untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi akan berinvestasi pada aset yang menguntungkan. Sehingga laba yang ada cenderung digunakan untuk investasi sehingga deviden yang dibayarkan menjadi lebih kecil.
6.2 Keterbatasan Penelitian Penggunaan variabel yang digunakan untuk melihat factor yang mempengaruhi tingkat pengembalian dividen, dipilih hanya berdasarkan pada beberapa studi literature saja, sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi perusahaan secara jelas. 6.3 Saran
12
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi manajemen perusahaan emiten, agar lebih memperhatikan faktor likuiditas dalam menentukan kebijakan deviden, sehingga dapat membantu manajemen untuk menentukan kebijakan deviden yang optimal. 2. Bagi penelitian selanjutnya agar menggali atau mengembangkan lagi faktor lain yang dapat memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen, sehingga semakin memperkaya khasanah penelitian khususnya penelitian tentang dividen.
Daftar Referensi Ang, R. 1997. The Intelligent Indonesia Capital Market Edisi Mediasoft, Indonesia.
to 1.
Black, F. 1976. The Dividend Puzzle. Journal of Portfolio Management. (winter) 5- 8. Baruno, Agung dan Yeni Endriani, 2005, Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004, Jurnal Ekonomi Volume XV No. 39, September-Oktober Gordon. M. J. 1959. Dividends. Earnings and Stock Prices. Review of Economics and Statistics. (May): 99-105. Hermi. 2004. Hubungan Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Perdagangan Besar Barang Produksi di BEJ pada Periode 1999-2002. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi Vol.4 No.3. Universitas Trisakti. Jakarta
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Investasi pada Equity Securities pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Horne,
Van & Wachowicz. 1998, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku II, Salemba Empat, Jakarta
Howton, S.D., Howton, S.W., dan Perfect, S.B. 1998. The Market Reaction to Straight Debt Issues: The Effects of Free Cash Flow. The Journal of Financial Research. Vol. XXI. No.2. PP. 219-228 Ikatan
Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. per 1 April 2002. Salemba Empat, Jakarta.
Karnadi, Steve H. 1993. Manajemen Pembelanjaan, Yayasan Promotio Humana, Jakarta Keane, S. 1974. Dividends and the Resolution of Uncertainly. Journal of Business Finance and Accounting (Autumn), 389 393 Keown, Arthur J, et al. 1999, DasarDasar Manajemen Keuangan, Terjemahan Chairul D, Djakman, SE.Ak, MBA, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta Lintner, John. 1956. Distribution of Incomes of Corporation of Among Dividends, Retained Earnings, and Taxes. The American Review, May, 97-113. Miller, M., dan F. Modigliani. 1961. Dividend policy, growth and valuation of shares. Journal of Business. 34: 411-433.
Naveli,
Raymond P. 1989. Fundamentals of Managerial Finance. Cincinnati Ohio: South Western Publishing.
Pratt J, 2000, Financial Accounting in An Economic Context 4th Ed., South-Western College Publishing, USA Smith, K. V. 1971. Increasing Steam Hypothesis of Corporate Dividend Policy. California Management Review. Sharpe,
William. 1999. Investement sixth Edition. Prentice Hall. New Jersey
Suharli,
M. 2004. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Tesis Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Jakarta
Sunarto dan Kartika, Andi, 2003, Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE- Yogyakarta Wirjolukito, Aruna. 2000. Relationship analysis of value of the firm and manager’ behaviour in fund managers : agency problem research of non financial listed companies in Indonesia. unpblished manuscript. Jakarta.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 7 No.1 Juni 2012 ISSN 1858-3687 hal 1-13
13