Volume 17, Nomor 2, Hal. 26-39 Juli – Desember 2015
ISSN:0852-8349
FAKTOR RISIKO KEJADIAN TB PARU PADA ANAK USIA 1 – 5 TAHUN DI KABUPATEN KEBUMEN Halim, Roni Naning, Dwi Budi Satrio Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo-Darat Jambi 36361 Email:
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Indonesia menempati peringkat ketiga. Untuk Kasus TB anak dapat diperkirakan pertahunya adalah 5% sampai 6% dari total kasus TB, WHO (1989) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak. kejadian TB anak menjadi faktor yang penting, diperkirakan kasus TB pada anak usia kurang 15 tahun adalah 15% dari seluruh kasus. Sementara untuk data penemuan kasus TB anak Pada tahun 2007 sampai dengan triwulan III 2010 adalah 432 kasus. Tujuan: Untuk mengetahui faktor risiko kejadian tuberkulosis pada anak. Metode: Penelitian Observasional rancangan case control study. Subjek anak umur 1-5 tahun yang didiagnosis TB. Variabel penelitian tingkat pendidikan, status ekonomi, status imunisasi BCG, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, jenis lantai, bahan bakar memasak, kepadatan hunian, riwayat kontak dan PM 10. Jumlah sampel 216 orang terdiri dari 72 kasus dan 144 kontrol. Kasus diambil dari penderita TB anak yang tercatat pada register TB Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. kontrol, diambil dari tempat dimana kasus berobat dan tetangga terdekat kasus. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis data menggunakan conditional logistic regression Hasil: Analisis bivariat variabel yang bermakna adalah Kelembaban rumah (OR=5,55,CI=2,746-11,205), kelembaban kamar (OR=6,45, CI=3,117-13,351), pencahayaan rumah (OR=6,53,CI=3,133-13,596) pencahayaan kamar (OR=5,10,CI=2,517-10,339), ventilasi kamar (OR=2,12,CI=1,209-3,705), jenis lantai (OR=3,61,CI=1,579-8,270), bahan bakar memasak (OR=4,25,CI=2,044-8,844), riwayat kontak (OR=9,14,CI=3,103-26,948) dan PM 10 (OR=11,99, CI=1,444-99,674). Analisis multivariat, variabel yang bermakna riwayat kontak (OR=8,72,CI=2,449-31,074), Kelembaban Kamar (OR=3,11, CI=1,1668,303), bahan bakar memasak (OR=2,85, CI=1,148-7,065) dan pencahayaan rumah (OR=2,81, CI=1,031-7,686). Kesimpulan: Adanya riwayat kontak, kelembaban kamar, bahan bakar memasak dan pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko dominan Kejadian penyakit TB pada anak di Kabupaten Kebumen. Kata Kunci: Faktor risiko, TB Paru , anak 1-5 tahun. PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah 26
pasien TB di dunia. Penyakit Tuberkulosis (TB) sudah sangat lama di kenal oleh manusia. Penyebabnya adalah Kuman Mycobacterium Tuberculosis yang ditemukan oleh Robert Koch pada Tahun 1882.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
World Health Organitation (WHO) telah memperkirakan bahwa pada tahun 1990 sampai 2000 terjadi peningkatan penderita tuberkulosis dari 7,5 juta menjadi 10,2 juta dengan jumlah kematian seluruhnya meningkat dari 2,5 juta menjadi 3,5 juta, kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya penduduk di negara-negara sedang berkembang dan sebagian karena penyebaran infeksi HIV . Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat hal ini dapat ditunjukan oleh data perkiraan prevalensi penularan sebesar 8.0% (95% CI 6.2-9.8%) dan ARTI sebesar 1.0% (1000 individu per 100,000 mendapatkan infeksi TB baru setiap tahunnya5. Angka penularan TB di Provinsi Jawa Tengah adalah 1% dan di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 0,9%6. Pada tahun 2009 prevalensi semua tipe TB sebesar 285 per 100.000 penduduk, insidensi semua tipe TB sebesar 189 per 100.000 penduduk Insidensi kasus baru TB BTA Positif 74 per 100.000 penduduk sedangkan kematian TB 27 per 100.000 penduduk. Kasus TB anak dapat diperkirakan pertahunya adalah 5% sampai 6% dari total kasus TB, WHO (1989) memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak.1 Pada negara-negara berkembang karena jumlah anak berusia dibawah 15 tahun adalah 40 – 50% dari jumlah seluruh populasi, kejadian TB anak menjadi faktor yang penting. Diperkirakan
kasus TB pada anak usia kurang 15 tahun adalah 15% dari seluruh kasus sedangkan di negara maju angkanya lebih rendah 5 – 7 %.. Penelitian terhadap 3.906 anak sekolah di Iran sebanyak 6,2 % dengan reaktivitas tuberkulin > 10 mm penelitian terhadap 1.344 anak diperoleh 32% dengan tuberkulin test positif. Data yang diperoleh dari Bidang PMK Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen untuk proporsi kasus baru BTA (+) dengan seluruh kasus TB yang tercatat di Kabupaten Kebumen tahun 2007 (794 kasus), 2008 (808 kasus), 2009 (668 kasus) dan Tribulan III 2010 (563 kasus). Sementara untuk data penemuan kasus TB anak Pada tahun 2007 sampai dengan triwulan III 2010 adalah 432 kasus, dimana tahun 2007 : 98 kasus, tahun 2008 :173 kasus tahun 2009 : 113 kasus dan sampai Triwulan III Tahun 2010 adalah 48 kasus. Data TB anak tersebut belum termasuk data dari RSU, Praktek dokter swasta dan RS swasta. Cakupan imunisasi BCG pada tahun 2009 di Kabupaten Kebumen sudah melampai target (95%) yaitu 109,83%. Anak yang kontak dengan penderita TB memiliki risiko 3,20 kali dibanding tidak memiliki kontak dengan penderita TB10, adanya riwayat kontak serumah akan meningkatkan risiko kejadian TB pada anak yang telah diimunisasi sebesar 4,87 kali dibandingkan dengan anak yang tidak mempunyai riwayat kontak penderita TB. Kejadian TB pada anak hampir selalu didapat dari penularan tuberkulosis paru orang dewasa. Penelitan menyebutkan dapat menularkan sekitar 65% orang disekitarnya.
39
Halim., dkk: Faktor Resiko Kejadian TB Paru pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Kabupaten Kebumen
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol dilakukan di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Mei sampai dengan Juli 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 1 – 5 tahun tinggal di wilayah Kabupaten Kebumen. Penelitian ini dengan rancangan kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 2 dengan 72 kasus : 144 kontrol = 216 sampel Penentuan subyek kasus berdasarkan data register TB Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2009 s/d Tribulan III 2010 yang memenuhi criteria inklusi dan eklusi, Untuk penentuan sampel kontrol, 1 sampel diambil dari tetangga terdekat kasus dan 1 kontrol dari pelayanan kesehatan. Pengambilan sampel dengan purposive sampling. Perbandingan Jumlah sampel kasus dan kontrol
adalah 1 : 2. Diperoleh 72 kasus dan 144 kontrol sehingga total sampel adalah 216 sampel. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner, Lux meter untuk mengukur tingkat pencahayaan, Hygrometer untuk mengukur kelembaban, pita meter untuk menghitung luas lantai dan ventilasi, EPAM 5000 untuk mengukur kadar debu dan kamera digital. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status imunisasi BCG, Tingkat Pendidikan, status ekonomi, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, jenis lantai, bahan bakar masak, kepadatan hunian, kebiasaan merokok, riwayat kontak dan PM 10. Variabel terikat adalah TB pada anak. Analisa data dengan menggunakan analisis uji conditional logistic untuk bivariat dan multiple logistic regression untuk multivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Hasil analysis terhadap karakteristik subyek penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik Subjek Peneltiian Kasus
Karakteristik Responden Umur 1 - 3 Tahun >3 - 5 Tahun Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Pekerjaan Orang Tua - Petani - Pedagang - Buruh - Wiraswasta - Pegawai swasta 38
Kontrol N %
N
%
30 42
41,67 58,33
62 82
38 34
52.78 47.22
13 10 16 9 17
18.06 13.89 22.22 12.50 23.61
Total N
%
43,06 56,94
92 124
42,61 57,39
76 68
52.78 47.22
113 103
52.31 47.69
31 8 35 31 22
21.53 5.56 24.31 21.53 15.28
44 18 51 40 39
20.37 8.33 23.61 18.52 18.06
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
- PNS - TNI/ABRI
7 0
9.72 0.00
15 2
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar penderita TB anak di Kabupaten Kebumen pada kelompok umur >3 – 5 tahun, 58,33% kasus dan 56,94%, terjadi 2.
10.42 1.39
22 2
10.19 0.93
52,78% laki-laki. Untuk pekerjaan orang tua dari kasus 23,6% swasta, Sedangkan pada kelompok kontrol 36,7% wiraswasta dan 29,4% buruh. Kontrol 24,3% buruh.
AnalisisBivariat Hasil analisis bivariat kejadian penyakit TB pada anak pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas dan Terikat terhadap Kejadian TB Anak. Variabel
Pendidikan Orang tua Rendah Tinggi Status Imunisasi BCG Tidak Ya Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Kelembaban Rumah Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Kelembaban Kamar Tidak Memenuhi syarat Memenuhi syarat Pencahayaan Rumah Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Pencahayaan Kamar TidakMemenuhi syarat Memenuhi Syarat Ventilasi Rumah Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Ventilasi Kamar Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Jenis Lantai Tidak Memenuhi syarat
N
Kasus %
Kontrol N %
N
Total %
OR
95% CI
P
33 39
45,83 54,17
70 74
48,61 51,39
103 113
47,69 52,31
1,12
0,628 – 2,012
0,692
4 68
5,56 94,43
2 142
1,39 98,61
6 210
2,78 97,22
4,00
0,732 – 21,838
0,109
29 43
40,28 59,72
52 92
36,11 63,89
81 135
37,50 62,50
1,22
0,657 – 2,263
0,528
52 20
72,22 27,78
48 96
33,33 66,67
100 116
46,30 53,70
5,55
2,746 – 11,205
0,000*
59 13
81,94 18,06
56 88
38,89 61,11
115 101
53,24 46,76
6,45
3,117 – 13,351
0,000*
46 26
63,89 36,11
34 110
23,61 76,39
80 136
37,04 62,96
6,53
3,133 – 13,596
0,000*
54 18
75,00 25,00
56 88
38,89 61,11
110 106
50,93 49,07
5,10
2,517 – 10,339
0,000*
17 55
23,61 76,39
23 121
15,97 84,03
40 176
18,52 81.48
1,89
0,825 – 4,348
0,132
40 32
55,56 44,44
51 93
35,42 64,58
91 125
42,13 57,87
2,12
1,209 – 3,705
0,009*
26
36,11
26
18,06
52
24,07
3,61
1,579 – 8,270
0,002*
39
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Memenuhi Syarat
Kepadatan hunian Padat Tidak Padat Bahan Bakar Masak Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Kebiasaan Merokok Ada Tidak Ada Riwayat Kontak Ada Tidak Ada PM 10 Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat
46
63,89
118
81,94
164
75,93
39 33
54,17 45,83
61 83
42,36 57,64
100 116
46,30 53,70
1,60
0,908 – 2,828
0,104
44 28
61,11 38,89
50 94
34,72 65,28
94 122
43,52 56,48
4,25
2,044 – 8,844
0,000*
47 25
65,28 34,72
84 60
58,33 41,67
131 85
60,65 39,35
1,36
0,745 – 2,468
0,319
19 53
33,33 73,61
5 139
3,47 96,53
24 192
11,11 88,89
9,14
3,103– 26,948
0,000*
6 66
8,33 91,67
1 143
0,69 99,31
7 209
3,24 96,76
11,99
1,444– 99,674
0,021*
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui value= 0.009, 95%CI=1.209-3.705), variabel yang behubungan dengan jenis lantai OR= 3.615. p value= 0.002, kejadian TB anak adalah variabel 95%CI=1.579-8.270), kepadatan kelembaban rumah OR= 5,547, p hunian (OR=1.602, p value : 0.104 value= 0.000, 95%CI=2.746-11.205), 95% CI=0.908-2.828), bahan bakar kelembaban kamar anak (OR= 6,451, p memasak (OR=4,252, p value=0.000, value : 0.000,95%CI=3.117-13.351), 95% CI=2.044-8.844) riwayat kontak pencahayaan rumah (OR= 6,526, p (OR = 9,643. p value : 0.000, value= 0.000, 95%CI=3.133-13.596), 95%CI=3.103-26.948), PM 10 pencahayaan kamar OR=5,102, p (OR= 11,999, p value : 0.000,95% value= 0.000, 95%CI=2.517-10.339), CI=1.444-99.674). ventilasi kamar anak (OR=2,117. p 3. Analisis Multivariat Hasil analisis bivariat kejadian penyakit TB pada anak adalah pada tabel berikut : Tabel 3. Hasil tahap akhir analisis multivariat multiple logistic regression faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB anak Variabel
OR
CI 95% Lower Upper Riwayat Kontak 8.723 5.654 0.001 2.449 31.074 Kelembaban kamar 3.112 1.558 0.023 1.166 8.303 Bahan bakar memasak 2.848 1.320 0.024 1.148 7.065 Pencahayaan rumah 2.815 1.442 0.043 1.031 7.686 2 2 2 Log likelihood: -47.848 LR chi : 62.50 Pseudo R : 0.3951 Prob chi :0.000 Dari tabel 3 dapat dilihat hasil akhir dari analisis multivariat bahwa ada 4 variabel yang bermakna secara statistik
SE
P value
yaitu variabel riwayat kontak, bahan bakar memasak, pencahayaan rumah dan kelembaban kamar. 39
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Pembahasan Penelitian ini dengan rancangan kasus kontrol dengan perbandingan 1:2 yaitu 72 kasus : 144 kontrol = 216 sampel. Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB anak wilayah Kabupaten Kebumen. Adapun hasil penelitian terhadap beberapa variabelnya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Karakteristik subjek penelitian. Hasil penelitian diperoleh sebesar 58,33% kasus adalah berumur >3- 5 Tahun. Anak kurang dari lima tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi TB,mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna. Penelitian menunjukan kasus terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki 52,78% dan perempuan 47,22%. Mayoritas penderita TB adalah wanita.14 Perbedaan hasil penelitian, kemungkinan karena adanya kasus yang dikeluarkan saat dilakukan seleksi subjek maupun saat pelaksanaan penelitian akibat keterbatasan biodata, terutama karena subjek tidak memiliki alamat tempat tinggal yang lengkap dan pindah tempat tinggal. 2. Hubungan Pendidikan Orang tua Dengan kejadian TB Anak Variabel pendidikan formal orang tua dengan kejadian TB pada anak tidak menunjukan hubungan yang bermakna terhadap kejadian TB anak (p=0.692, OR=1.125, 95%CI= 0.628 –2.012). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar (54.17%) pada kelompok kasus dan sebagian besar (51.39%) pada kelompok kontrol adalah orang tua dengan pendidikan rendah. Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak berhubungan dengan
kejadian TB pada anak. Secara sosio demografi juga menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Kebumen sebagian besar adalah berpendidikan rendah 88,5%.. Dari hal tersebut responden akan mengalami kesulitan mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang penyakit TB dan cara pencegahannya menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan berperan penting dalam mengubah perilaku dan mendapatkan pengetahuan serta motivasi untuk mencegah penyakit . 3. Hubungan Status Imunisasi BCG dengan kejadian TB Anak. Imunisasi BCG tidak ada hubungan antara status imunisasi BCG dengan kejadian TB pada anak (p=0.109, OR=4.00, 95%CI: 0.73221.838). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar (95,43%) pada kelompok anak yang telah diiimunisasi menderita TB Paru. status imunisasi BCG tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB anak19. Imunisasi BCG dapat merangsang kekebalan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sesudah vaksinasi BCG TB dapat juga memasuki tubuh, tetapi dengan daya pertahanan tubuh yang meningkat akan mengendalikan atau membunuh kuman tersebut. Dilaporkan bahwa manfaat vaksin BCG oleh beberapa penelitian antara 0–80%, hal ini dipekuat oleh penelitian masal selama 15 tahun di Chingleput, India yang melibatkan 360.000 individu mendapatkan vaksin BCG masa anakanak ternyata sama sekali tidak memberikan perlindungan terhadap TB pada usia dewasa. Studi komparatif yang membandingkan genom galur vaksin BCG dengan MTB mendapatkan bahwa sejumlah lokus pada galur vaksin BCG ternyata telah mengalami delesi. Diduga, delesi inilah yang menjadi sebab penting kegagalan BCG selama ini. jenis mutasi-mutasi 39
Halim., dkk: Faktor Resiko Kejadian TB Paru pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Kabupaten Kebumen
lain yang dialami galur vaksin BCG juga diduga menjadi penyebab bervariasinya efektivitas BCG di berbagai belahan dunia. galur vaksin BCG telah mengalami evolusi sejak pertama kali berhasil diisolasi. Saat pendistribusian ke sejumlah laboratorium di beberapa negara. Faktor lingkungan berpengaruh atas kegagalan BCG. Paparan oleh spesies mikobakterium dari lingkungan ternyata dapat mengintervensi efektivitas BCG. (http//iptekkesehatan). Vaksinasi BCG tidak dapat memberikan proteksi penuh terhadap kemungkinan menderita penyakit TB. Hasil penelitian Ngapiyem (2006) menunjukan bahwa 68,6% anak yang sudah diimunisasi BCG terinfeksi kuman TBC. Oleh karena itu anak yang telah mendapat imunisasi BCG masih punya kemungkinan untuk menderita TB Paru. Efektivitas dari imunisasi BCG juga tergantung pada aspek lain seperti kualitas vaksin, dosis pemberian, waktu dan cara pemberian vaksin, serta faktor kondisi anak yang diimunisasi, faktor lain juga malnutrisi dan HIV. 4.
Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian TB Anak. Pada penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian TB pada anak (p= 0.528, OR=1,222, 95%CI=0,657 – 2,263). Penelitian ini sejalan dengan Dudeng (2005). Menurut WHO 90% penderita TBC di dunia menyerang pada kelompok ekonomi lemah atau miskin. Secara teori hasil penelitian ini berbeda, karena faktor status ekonomi seharusnya mempunyai kontribusi besar terhadap kejadian tuberkulosis paru pada anak. kejadian TB pada anak lebih tinggi terjadi pada kelompok status ekonomi keluarga miskin23. Status 38
ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas perumahan yang layak huni, kebutuhan gizi anak dan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi anggota keluarga. Adapun faktor yang menyebabkan tidak bermaknanya penelitian ini dapat terjadi bahwa sebagian besar (59.72%) pada kelompok kasus dan (63.89%) pada kelompok kontrol adalah bukan berasal dari keluarga miskin. Adanya persamaan karakteristik status ekonomi keluarga pada kelompok kasus dan kontrol akan memiliki peluang yang sama untuk menderita tuberkulosis. 5. Hubungan Kelembaban dengan kejadian TB Anak Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kelembaban rumah (p=0,000, OR=5,547, 95% CI = 2.746-11.205) dan kelembaban kamar (p=0.000, OR=6.451, 95%C = 3.117-13.351) memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru pada anak. Kelembaban merupakan sarana yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme termasuk kuman Tuberkulosis. Keputusan Menteri Kesehatan tentang persyaratan kesehatan perumahan bahwa kelembaban udara berkisar 40 – 70 % .kelembaban menjadi faktor risiko terjadi penularan TB Paru pada anak yang tinggal pada rumah dengan kelembaban tidak memenuhi syarat 1.20 kali dibanding anak yang tinggal pada rumah dengan kelembaban memenuhi syarat, Kelembaban berhubungan dengan kepadatan dan ventilasi Untuk mencegah terjadinya penularan basil tuberkel menurut shulman et al. menganjurkan untuk mengurangi ketidaknyamanan ruangan yang disebabkan oleh kelembaban udara dengan memberikan ventilasi yang cukup, karena jika pada rumah ada anggota keluarga menderita
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
penyakit TB Paru, disertai dengan udara yang lembab, maka orang-orang yang kontak dengan penderita 25-50% akan mudah terinfeksi dan total 5-15% individu yang terinfeksi berkembang menjadi TB paru (+). Kelembaban rumah tidak memenuhi syarat berisiko 3,09 kali menderita TB dibandingkan rumah dengan kelembaban memenuhi syarat. 6. Hubungan Pencahayaan dengan kejadian TB Anak Hasil penelitian menunjukan bahwa pencahayaan rumah (p=0.000, OR= 6.526, 95%CI=3.133– 3.596) dan pencahayaan kamar (p=0.000, OR= 5.102, 95%CI: 2.517 10.339) memiliki hubungan dengan kejadian TB anak. rumah yang tidak memiliki penerangan sinar alami matahari langsung berisiko 3.7 kali kena TB Paru dibanding dengan mendapat sinar matahari langsung. Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. Standar rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alam yang berisi ultra violet. Mikobakterium tuberkulosis tidak tahan terhadap panas dan akan mati pada pemanasan 600C selama 15-20 menit. Ketahanan hidup mikobacterium sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam tetapi jika dalam sputum dapat bertahan 20- 30 menit. Oleh karena itu rumah yang sehat sebaiknya memiliki pencahayaan alami sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet dan dapat menurunkan kadar jasad renik Pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat memiliki peluang 16,9 kali menderita TB paru pada dibanding rumahnya dengan pencahayaan memenuhi syarat.
7. Hubungan Ventilasi dengan kejadi an TB Anak Hasil penelitian untuk variabel ventilasi kamar memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p=0,009, OR=2,11, 95% CI: 1.209 – 3.705). Ventilasi berperan terhadap dilusi udara atau mengencerkan konsentrasi kuman kuman TBC atau kuman lain, terbawa keluar atau mati terkena sinar ultra violet. Fungsi ventilasi untuk memasukan sinar ultraviolet, penggunaan genteng kaca sangat baik. Ventlasi yang baik 10% dari luas lantai. Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat mempunyai peluang 2.053 kali menderita TB Paru pada anak dibandingkan dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat28. Sementara hasil penelitian untuk ventilasi rumah tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru pada anak, (p=0,132, OR=1.894, 95%CI=0,825 – 4,348). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar (76,39%) subjek penelitian tinggal di rumah dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat. Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar CO2, adanya bau pengap, suhu udara ruangan naik dan kelembaban ruangan bertambah. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat pada kasus hanya 23,61%. Jadi walaupun telah memiliki ventilasi memenuhi syarat dengan tidak memiliki kebiasaan membuka jendela yang nantinya berpengaruh terhadap pertukaran hawa udara, kelembaban udara dan perkembang biakan kuman TB. 8. Hubungan Jenis lantai dengan kejadian TB Anak Hasil penelitian menunjukan bahwa 39
Halim., dkk: Faktor Resiko Kejadian TB Paru pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Kabupaten Kebumen
jenis lantai memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p=0.002, OR=3.615, 95%CI=1.579 – 8.270). Hasil penelitian ini berbeda dengan Ngapiyem (2006) bahwa jenis lantai bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan munculnya kasus baru TB Paru dengan OR=2.87 dan nila p= 0.185. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TBC, melalui kelembaban dalam ruangan, lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban dan mempengaruhi viabilitas kuman TBC. Komponen rumah harus memenuhi persyaratan dengan lantai kedap air dan mudah dibersihkan . 9. Hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian TB Anak Kepadatan merupakan prasyarat untuk proses penularan penyakit, semakin padat maka perpindahan penyakit melalui udara semakin mudah dan cepat, karena itu kepadatan merupakan variabel yang berperan terhadap kejadian TB. Kepadatan hunian dapat meningkatkan kemungkinan paparan Mycobacterium dan perkembangan penyakit, risiko paparan juga meningkat jika ada gerakan udara yang terbatas diruang yang tertutup. penelitian di Kanada ditemukan bahwa peningkatan 0,1 orang perkamar meningkatkan resiko dua atau lebih kasus TB 40% di 32 masyarakat .Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan hunian tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p= 0.104, OR=1.602, 95% CI= 0.908 – 2.828), penelitian sebelumnya diperoleh bahwa kepadatan hunian tidak berhubungan dengan kejadian TB Anak. Departemen Kesehatan telah membuat peraturan tentang rumah sehat dimana luas kamar tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang kecuali anak dibawah 5 Tahun. Kepadatan 38
hunian dapat mendorong terjadi penularan mikroorganisme pernafasan yang terjadi bisa melewati batuk, bersin dilontar melalui droplet nuclei yang melayang diudara dalam waktu lama sehingga dapat dihisap oleh individu lain. Risiko penularan penyakit akan lebih mudah dengan kepadatan penghuni27. Orang yang tidur bersama dengan pasien indeks dan mereka yang kontak terus menerus di rumah memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit, tidak bermaknanya variabel ini dapat disebabkan karena 45.83% kasus dan 57.64% kontrol dengan kondisi rumah dengan hunian kamar yang tidak padat. Tidak padat nya hunian kamar dapat dijelaskan bahwa luas kamar tidur anak pada umumnya memiliki ukuran minimal 8m2, dan Kebiasaan daripada anggota keluarga menggunakan ruang keluarga sebagai tempat untuk tidur, sehingga tidak terjadi kepadatan hunian kamar untuk anak. Faktor yang juga berkontribusi terhadap kejadian penyakit TB tidak hanya kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat tetapi juga dengan kehadiran BTA dalam sputum. 10. Hubungan Bahan bakar memasak dengan kejadian TB Anak Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan bakar memasak memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p=0.000, OR=4,25, 95%CI=2,044– 8,844). Hasil penelitian di India menemukan bahwa bahan bakar dari kayu merupakan faktor risiko kejadian TB Paru dengan OR 5.2 kali34. Bahan bakar untuk memasak yang menghasilkan asap dengan konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan paru, dapat terjadi jika dapur terletak di dalam rumah. 11. Hubungan Kebiasaan merokok dengan kejadian TB Anak Asap rokok dapat menimbulkan
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
efek berupa gangguan akut maupun jangka panjang. Faktor toksik merokok merupakan faktor penting yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Diperoleh data bahwa 34,4% anak di Amerika, minimal berjumlah satu orang dewasa perokok tinggal dalam satu rumah. Anak yang perokok dan terpapar asap rokok frekuensi lebih tinggi terhadap infeksi pernafasan seperti tuberkulosis, di Amerika menunjukan bahwa prevalensi anak. Merokok dapat menimbulkan kerugian dan memberikan efek secara substansi pada sistem kekebalan tubuh,saluran pernafasan, pneumonia, infeksi bedah dan TBC, influenza dan penyakit meningokokus. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p= 1.319, OR=1.356, 95%CI= 0.745 – 2.468). Hal ini dapat terjadi karena 65,28% kasus dan 58,33% kontrol hampir meilmiliki karakteristik yang sama dimana anggota keluarganya memiliki kebiasaan merokok dalam rumah.Hasil wawancara tentang anggota keluarga yang merokok diperoleh diperoleh gambaran bahwa 52,00 % orang tua dari kelompok kasus, tergolong perokok ringan karena jumlah rokok yang diisap kurang dari 10 batang perhari, sedangkan pada kelompok pembanding 59,77% dari orang tua atau anggota keluarga tergolong perokok ringan. Dalam penelitian ini, kelompok yang mempunyai kebiasaan merokok adalah orang tua laki-laki dan anak remaja putra. Kelompok ini umumnya ± 68% bekerja sebagai buruh, atau wiraswasta yang kesehariannya banyak kegiatan di luar rumah dan kembali berkumpul dengan keluarga hanya pada malam hari. Dengan demikian maka kebiasaan merokok lebih banyak terjadi di luar rumah dibanding dalam rumah.
12. Hubungan Riwayat Kontak TB dengan kejadian TB Anak Sumber penularan adalah pasien BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Penularan didefenisikan identik sebagai strain TB, terjadi lebih sering pada individu yang tinggal serumah, ditemukan 55% rumah tangga setidaknya ada satu individu yang memiliki strain yang tidak dimiliki oleh anggota rumah tangga lain, ini menunjukkan bahwa penularan TB dari luar rumah.Hasil penelitian menunjukan bahwa riwayat kontak serumah memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p=0.000, OR=9.144,95% CI:3.103–26.948), Penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan seorang anak terinfeksi 2,25 kali lebih besar pada sumber kasus BTA Positif. Penelitian di Thailand menyebutkan bahwa faktor risiko kejadian kasus TB anak yang telah diimunisasi BCG paling besar adalah adanya kontak serumah dengan penderita TB OR=85,67 . Anak yang memiliki kontak dengan TB dewasa aktif memiliki risiko 42 kali lebih besar untuk terinfeksi TB dibanding yang tidak memiliki riwayat kontak. 13. Hubungan Kadar PM 10 dengan kejadian TB Anak Partikel debu kurang dari 10 Mm (PM 10) dalam rumah, mampu menembus ke dalam paru. Debu yang berukuran ,1–10 µm berbahaya bagi kesehatan apabila terhirup oleh manusia. Konsentrasi PM 10 < 150 µg/m3 dalam ruangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kadar PM 10 memiliki hubungan dengan kejadian TB anak (p value = 0.021, OR : 11.999, CI: 1.444 – 99.674), penelitian menunjukan bahwa seseorang yang tinggal di rumah 39
Halim., dkk: Faktor Resiko Kejadian TB Paru pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Kabupaten Kebumen
dengan kadar PM10 lebih dari 150 µg/m3 berisiko sebesar 2,74 kali dibanding dengan seseorang yang tinggal kadar PM10 kurang dari 150 µg/m3 dirumah. Ketika polusi udara oleh dalam ruang dapat memberikan faktor risiko sebesar 2,35 kali menderita TB paru dibandingkan dengan udara tidak terkena polusi oleh debu. 14. Variabel yang paling dominan berhubungan terhadap Kejadian TB anak Pada analisis multivariat diperoleh hasil bahwa anak yang memilki riwayat kontak berisiko 8,72 kali menderita penyakit TB Paru dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat kontak. Selanjutnya anak yang tinggal dirumah dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3.11 kali menderita penyakit TB Paru dibanding dengan kelembaban kamar yang memenuhi syarat. pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 2.81 kali menderita penyakit TB Paru dibanding dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat. Penggunaan bahan bakar untuk memasak yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 2.85 kali menderita penyakit TB Paru dibanding dengan bahan bakar untuk memasak yang memenuhi syarat. Adanya Kemungkinkan penularan secara langsung dengan kontak kepada anak melalui bersin atau droplet pasien TB, didukung dengan kondisi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat seperti kelembaban, pencahayaan dan bahan bakar memasak yang tidak memenuhi syarat, memiliki risiko yang besar untuk terjadinya penularan TB Paru pada anak. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelembaban rumah 38
(OR=5,55), kelembaban kamar (OR=6,45), pencahayaan rumah (OR=6,53), pencahayaan kamar (OR=5,10), ventilasi kamar (OR=2,12), jenis lantai (OR=3,61), bahan bakar untuk memasak (OR=4,25), Riwayat kontak (OR=9,14), dan PM 10 (OR=11,9) yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko kejadian TB Paru anak di Kabupaten Kebumen. Faktor risiko yang dominan terhadap kejadian TB paru anak di Kabupaten Kebumen adalah Riwayat kontak (OR=8,72) kelembaban kamar (OR=3,11), bahan bakar untuk memasak (OR=2,85)dan pencahayaan rumah (OR=2,81) . Saran Adapun saran yang dapat di sampaikan adalah :Perlunya peningkatan kegiatan promosi tentang TB Paru dari petugas kesehatan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan kesehatannya. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.cet.2 Jakarta, 2008 Depkes-IDAI Diagnosis & tata laksana tuberculosis anak, Departemen Kesehatan RI. Jakarta, 2008 Crofton, J., Horne, N., Miller, F., Tuberkulosis Klinik (Terjemahan), Widya Medika, Jakarta,1992. Depkes. RI Survei Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.2004. Depkes & WHO, Lembar Fakta TB Hari TB Sedunia – 24 Maret 2008 Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
World Health Organization (WHO), 2008. Bachtiar.A., Miko.T.Y., Machmud.R., Besra.B., Yudarini.P., Mehta.F., Chadha., Basri., Loprang., Jitendra.R., Annual risk of tuberculosis infection in East Nusa Tenggara and Central Java Provinces, Indonesia. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease.2008; 13(1)33-38 WHO Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit Pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten / kota. World Health Organization. Alavi. S.M., Sepidgaran G.H., Tuberculin survey school aged children in hvas, Iran, International Journalof infection tuberculosis Disease, 2006;12, pp 406-409. Boon.S.B., Verver.S., Marais., Donald.A., Enarson., Carl.J., Lombard, Bateman E.D., Irusen.E., Jithoo.A., Gie.P.R., Borgdorff., Beyers.N., Asociation between passive smooking and infection with mycobacterium tuberculosis in dhildren. Pediatrics, 2007;119,pp 734-739. Sing, M., Mynak., Kumar,L., Mathey Jl., Jindal,S.K, Prevalence and risk facors for transminssion ofinfectin among children in household contact with adult having pulmonary tuberculosis. Arch Dis child , 2005 ; 90, pp 624 -628. Riyawan.R Faktor risiko kejadian TB anak yang telah diimunisasi BCG diKabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu, Tesis, Universitas Gadjah Mada, 2009. Notoadmojo,S., Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Rineka CIPTA, 2002. Murti, B, Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi , Edisi pertama jilid pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997. Ahmadi, U.F. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta, 2005. Shetty.N., Shemko. M., Vaz.M., Souza.GD Epidemiological evaluation of risk factor for tuberculosis in south India. International Journal Tuberculosis Lung Disease , 2006;10(1):80-86 Haryani, Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Anak di Kabupaten Sleman Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada, 2007. BPS, Kebumen Dalam Angka, 2010. Notoatmodjo.S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka Cipta, 2007. Dudeng D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY. Thesis, Universitas Gadjah Mada, 2005. Raekiyansyah.M. Meracik ulang vaksin BCG. [Internet]. Tersedia dalam
[Diakses 10 September 2011] , 2009 Ngapiyem.R, Faktor resiko TB pada anak yang kontak serumah dengan penderita TB paru BTA Positif di Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Tesis, Universitas Gadjah Mada, 2006. Harini.S. Kajian faktor imunisasi BCG pada kejadian Tuberkulosis anak diKabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Tesis, Unversitas Gadjah Mada, 2005, Roeswandi Faktor determinan Kejadian TB Paru Pada Anak di 39
Halim., dkk: Faktor Resiko Kejadian TB Paru pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Kabupaten Kebumen
Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Thesis, Universitas Gadjah Mada, 2009 Tjiptoherijanto, P., Soesetyo, B., Ekonomi Kesehatan , Rineka Cipta, Jakarta. 1994, Hal.253278. Depkes RI, Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ten tang Persyaratan Kesehatan Perumahan, Jakarta, 1999. Prasetyowati.I. Wahyuni.C.U Hubungan antara pencahayaan, kepadatan penghuni, dan kelembaban rumah dan risiko terjadinya infeksi TB anak SD di Kabupaten Jember jurnal Kedokteran Indonesia, 2009; 1 (1) Januari Shulman, S.T., Phair, J.P., Sommers, H.M., Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi , Ed. Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994 Hal.208. Pertiwi, I. Faktor-faktor yang berhubu ngan dengan kejadian TB Paru pada Usia 0 – 14 Tahun di Kotamadya Jakarta Timur. Thesis, Universitas Indonesia, 2004. Musadad, A, Hubungan faktor lingkungan rumah dengan kejadian penularan penyakit tuberkulosis paru di rumah tangga, pp 1, Puslitbang ekologi kesehatan. Depkes RI, 2002. Depkes RI Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. DirjendP2M dan PL. Jakarta, 2005 Mukono, H.J., Pencemaran udara dana pengaruhnya terhadap gangguan saluran pernapasan. Cetak kedua airlangga university press. Surabaya. 2003 Larcombe.L.& Orr.P., Housing Conditions that serve as risk factor for tuberculosis infection 38
and disease, CCDR, 2007;33, pp.1-13. Sidhartani.L.,Laila.R.M., Characteristics of tuberculosis contact of children with pulmonary tuberculosis, 2006; 46 (11-12),pp. 250-254. Perez, P.R., Perez, G.C., Baez, S.R., Tores, C.C., cooking with biomas stoves and tuberculosis : a case control study. The international journal of Tuberculosis and lung disease, 2001;5 (5),pp. 441-447. Unicef Pneumonia the forgotten killer of children . Unicef.2006 King.K., Martinenko. M., Bergman. M.H., Liu.Y-H., Winickoff.J.P., Weitzman. M.Family composi tion and children’s exposure to adult smokers in their homes, Pediatric, 2009 ;123(4):pp 559564. Nji P.K., Meloy,L., Herrod.H.G. (2006) Environmental tobacco smoke exposure: Prevalence and mechanism of causation of infection in children, Pediatrics. 2006; 117 (5), pp.1745-1753 Huttunen.R., Heikkinen.T., Syrjanen.J.,Smoking and the outcome of infection. Journal of Internal Medicine, 2010;269, pp.258-269. Classen.N.C., Waren.R., Richardson.M., Hauman.J.H., Jie.R.P., Ellis.J.H.P., Helden.P.D., Beyers.N. Impact of social interations in the community on the transmission of tuberculosis in high incidence area, Thorax, 1999; 54, pp.136140. Sienfild.R.Nyirend.M.,Have.S,m Molyneux.E.M.,Graham.S.M. Risk factor for TB infection and diseae in young childhood contact in Malawi. Annals of trofical Paediatic 2006; 26, pp.205-213.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Tipayamogkholgul,M. Podhipak,Sm, Chearskul,S. Sunakorn,P. Factor associated with development of TB in BCG immunized children, Southeast Asian Journal Med Pub Health, 2005; 36 (1). Saiman L., Gabriel P.L., Schutle, J., Kenyon, T., Onorato, I, Risk Factor for latent Tuberculosis infection among children in New York City. Pediatric Journal, 2000;107(5). Agusgindo. Budi, Haris H, Pengukuran Partikel Udara Ambien Di Sekitar Calon Lokasi PLTN Semenanjung Lemah abang, Jurnal Pustek Limbah Radioaktif. Batan, 2007. Huboyo H.S., Budihardjo, A.M. Pengukuran Konsentrasi PM 10
pada udara dalam ruang (Studi Kasus:Dapur Rumah Tanggga berbahan bakar kayu dan minyak tanah). Lingkungan Tropis, 2009; 3 (2) September, pp. 105-114. Santoso.B. Faktor-faktor risiko kondisi rumah dan lingkungan yang berhubungan dengan kejadian TB paru di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan, Thesis, Universitas Gadjah Mada, 2011. Zhonghua, L.,Dong, B., Ge, N., Liu, G., Social Economical Status, Behaviors and Environment as the Risk Factors of Tuberculosis in Chengdu China, PubMed indexed for MEDLINE, 2001; 22(2),April pp.102-104.
39