FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA
GUSTAM
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ABSTRACT GUSTAM. Risk Factors of Dehydration in Adolescents and Adults. Supervised by HARDINSYAH and DODIK BRIAWAN The objective of this research was to analyzed risk factors of dehydration among adolescents and adults. The research was carried out throught analyzing a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in 2008 and 2009 by applying a crossectional study design among 604 adolescents (male and female aged 15-18 yrs) and 582 adults (male and female aged 25-55 yrs) in North Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar and Malino. Data processing and analysis were conducted in Bogor in April-June 2011. The results shows that the mean fluid intake among all subjects is 2750±753 mL/d, and among adolescents and adults is 2773±439 mL/d and 2730±456 mL/d respectively. Based on the urine specific gravity, 46,3% of the subject categorized as dehydration, and among adolescents and adults is 44,5% and 48,1% respectively. The results of logistic regression analysis showed that the dehydration risk factors in adolescents are ecological areas, gender, body temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Dehydration risk factors in adults are ecological areas and body temperature. Dehydration risk factors in all subjects are ecological areas, body temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Keywords: dehydration, risk factors, fluid intake, ecology.
RINGKASAN GUSTAM. Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan DODIK BRIAWAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) Mengetahui status dehidrasi remaja dan dewasa dewasa (3) Menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, tingkat asupan air, pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, dan letak geografis pada remaja dan dewasa. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam lokasi yaitu Lembang (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan). Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah et al. 2010). Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juni 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah subyek dihitung berdasarkan perhitungan rumus jumlah minimum subyek studi cross-sectional penelitian memperhitungkan proporsi diasumsikan dehidrasi 30% (Manz & Wentz 2005). Setelah mempertimbangkan dua kelompok jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total subyek yang menjadi subyek penelitian yaitu 1186 subyek. Kelompok usia remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar SMU. Penelitian ini juga mencakup subyek dari golongan usia dewasa. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia 25-55 tahun yang berada di semua lokasi penelitian. Data terdiri atas karakteristik subyek yang terdiri dari wilayah ekologi, umur, jenis kelamin, status gizi (berat badan dan tinggi badan) aktivitas fisik (jenis dan durasi dari berbagai aktivitas selama 6 hari), konsumsi makanan dan minuman (jenis, jumlah dan sumber air minum dan minuman). Pengetahuan tentang air minum (kuisioner berisi pertanyaan kebutuhan air minum dan hidrasi, jenis minuman yang aman diminum, jenis minuman dan hubungannya dengan dehidrasi) pemeriksaan fisik (suhu tubuh) status dehidrasi (berat jenis urin). Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excell 2007 for Windows dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan meliputi coding, entry dan analisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data karakteristik subyek dan asupan air serta status dehidrasi. Analisis bivariat menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test), analisis Chi square dan korelasi Spearman. Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor risiko dehidrasi dengan menggunakan analisis regresi logistik. Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang terbagi kedalam 1623±574 mL minuman air putih, 474±465 mL minuman lainnya, 513±211 mL air dari makanan, serta 196±86 mL air metabolik. Total asupan air pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan
iii
nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590 mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi ke dalam 1611±580 mL minuman air putih, 456±449 mL minuman lainnya, 524±205 mL air dari makanan, serta 191±76 mL air metabolik Status dehidrasi berdasarkan berat jenis urin pada remaja dan dewasa yaitu masing masing yaitu 48,1% dan 44,5% dan total dehidrasi pada semua subyek yaitu 46,3%. Faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah willayah ekologi, suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat asupan air. Faktor risiko dehidrasi pada dewasa adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah willayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan serta tingkat asupan air. Pada remaja, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,50 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek wanita berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada subyek laki-laki. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,42 kali mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%. Pada dewasa, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Pada total subyek, yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,33 kali mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,31 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah ekologi di dataran rendah dimana suhu lingkungan yang panas berisiko besar menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini perlu disadari dengan menggantikan air yang hilang melalui penguapan dan keringat dengan asupan air yang cukup. Kondisi lain seperti suhu tubuh, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan dan sikap serta khususnya tingkat asupan air juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk menjaga keseimbangan air tubuh. Tanda-tanda dehidrasi berupa haus serta mukosa mulut kering merupakan pertanda akurat seseorang sedang mengalami dehidrasi ringan, sehingga regulasi minum perlu untuk dijaga.
FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA
GUSTAM
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi Nama NIM
: Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa : Gustam : I14070109
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN
NIP. 19590807 198303 1 001
NIP. 19660701 199002 1 001
Mengetahui : Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP: 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan sebagai anak bungsu dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak H. Sereng Andokke dan Ibu Hj. Binsing Panji. Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 2 Maret 1989. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri 102 Kota Jambi. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di MTS N Model Jambi. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Geragai Tanjung Jabung Timur Jambi. Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi Jambi penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai Staf Kementrian Lingkungan Hidup BEM KM IPB periode 2008/2009, Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi FEMA IPB (BP HIMAGIZI FEMA IPB) 2008/2009, Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi FEMA IPB (HIMAGIZI FEMA IPB) periode 2009/2010, Tim formatur dan pengurus Klub Gizi Peduli HIMAGIZI FEMA IPB, Dewan Pertimbangan Agung Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (DPA ILMAGI) periode 2010/2011. Selain itu penulis juga aktif di Organisasi Daerah Himpunan Mahasiswa
Jambi
(HIMAJA)
serta
dalam
berbagai
kepanitiaan
yang
diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FEMA IPB, DPM FEMA IPB, BP HIMAGIZI, HIMAGIZI FEMA IPB serta DPA ILMAGI. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor selama 2 bulan terhitung dari JuniAgustus 2010. Penulis juga telah melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong Bogor pada bulan Juni 2011.
PRAKATA Besar rasa syukur penulis tujukan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi, dan kepada dr. Yekti Hartanti Effendi selaku dosen penguji skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua atas dukungan yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi penulis. Besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, 03 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xi
PENDAHULUAN...........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan .................................................................................................. Hipotesis .............................................................................................. Kegunaan ............................................................................................
1 3 3 3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
4
Remaja dan Dewasa ............................................................................ Air sebagai Zat Gizi Esensial….. .......................................................... Kebutuhan Air ...................................................................................... Keseimbangan Air Tubuh .................................................................... Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi ........................................................... Pengukuran Status Dehidrasi .............................................................. Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
4 5 6 7 9 10 12
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................
17
METODE ......................................................................................................
19
Desain, Tempat dan Waktu .................................................................. Jumlah dan Cara Penarikan Subyek .................................................... Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. Definisi Operasional .............................................................................
19 19 20 20 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
27
Karakteristik Subyek ............................................................................ Asupan Air Remaja dan Dewasa.......................................................... Status Dehidrasi................................................................................... Status dehidrasi dan jenis kelamin .................................................. Status dehidrasi dan wilayah ekologi............................................... Status dehidrasi dan tingkat asupan air ........................................... Status dehidrasi dan indeks massa tubuh ....................................... Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik ....................................... Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi .... Status dehidrasi dan suhu tubuh ..................................................... Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
27 28 29 30 31 32 35 36 38 39 40
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... … 45 Kesimpulan ...................................................................................... … 45 Saran ............................................................................................... … 46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
47
LAMPIRAN ...................................................................................................
51
DAFTAR TABEL Halaman 1
Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh ............................
7
2
Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air ..................
12
3
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
14
4
Aspek, cakupan, data, dan metode yang digunakan dalam penelitian .
20
5
Kategori status gizi berdasarkan nilai IMT/U ........................................
22
6
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
23
7
Sebaran subyek menurut karakteristik subyek .....................................
27
8
Asupan air subyek berdasarkan sumbernya ........................................
29
9
Rata-rata nilai USG, jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi .............................
30
Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi ..............................................................................................
31
Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi ..............................................................................................
32
Sebaran subyek menurut rata-rata kebutuhan cairan pada remaja dan dewasa .........................................................................................
33
13
Asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi .....
33
14
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi ....................................................................................
34
Indeks massa tubuh berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi ..............................................................................................
35
Sebaran subyek menurut kelompok umur, status gizi dan status dehidrasi ..............................................................................................
36
17
Rata-rata nilai PAL berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi .
36
18
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan status dehidrasi ....................................................................................
37
Rata-rata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi ....................................................................................
38
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi dan status dehidrasi ...............................................
38
21
Rata-rata suhu tubuh berdasarkan status dehidrasi ............................
39
22
Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi ..............................................................................................
40
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan total subyek..........................................................................................
41
10 11 12
15 16
19 20
23
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Kerangka pemikiran faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa ..........................................................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST ...................
52
2
Hasil uji t antara karakteristik subyek remaja dan dewasa ...................
53
3
Hasil uji t antara asupan air remaja dan dewasa ..................................
54
4
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada remaja dehidrasi dan tidak dehidrasi .............................................................................................. 54
5
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada dewasa dehidrasi dan tidak dehidrasi .............................................................................................. 55
6
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin dehidrasi dan tidak dehidrasi ......
55
7
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan kelompok umur ............
55
8
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada remaja.................................................................................................. 55
9
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada dewasa ................................................................................................ 56
10
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada total subyek ................................................................................................. 56
11
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja.................................................................................................. 56
12
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada dewasa ................................................................................................ 57
13
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi total subyek ................................................................................................. 57
14
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada remaja ........
57
15
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada dewasa ......
57
16
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada total subyek
58
17
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada remaja .............
58
18
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada dewasa ...........
58
19
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada total subyek.....
68
20
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada remaja.................................................................................................. 59
21
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada dewasa ................................................................................................ 60
22
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada total subyek.......................................................................................... 61
xii
23
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada total subyek ................................................................................................. 62
24
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada dewasa ................................................................................................ 62
25
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada remaja.................................................................................................. 62
26
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada total subyek ................................................................................................. 63
27
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada dewasa ................................................................................................ 63
28
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada remaja.................................................................................................. 63
29
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada total subyek ................................................................................................. 64
30
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada dewasa ................................................................................................ 64
31
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada remaja.................................................................................................. 64
32
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada total subyek....
64
33
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada dewasa ..........
65
34
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada remaja............
65
35
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja ......................
65
36
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada dewasa .....................
66
37
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada total subyek ..............
66
PENDAHULUAN Latar Belakang Air
merupakan
bagian
terbesar dari
komposisi
tubuh
manusia.
Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6% mineral, 1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40% lemak dan protein sampai terjadi penurunan berat badan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian. Reaksi di dalam tubuh manusia hampir sepenuhnya memerlukan air. Air merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media kelangsungan
proses
metabolisme
dan
reaksi
kimia
di dalam tubuh.
Metabolisme tubuh akan berjalan dengan baik, apabila pemenuhan kebutuhan air untuk menggantikan air tubuh yang hilang dapat terpenuhi setiap harinya (Atam 2005). Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya 2,6 L air hilang melalui pernapasan, keringat, feses dan urin. Dalam laporan yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO) (2005), jumlah asupan air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita. The European Food Safety Authority (EFSA) dan Institute of Medicine (IOM) menyatakan bahwa pola makan rata-rata menyediakan 20% dari asupan air total yang direkomendasikan. Berdasarkan pendapat ahli EFSA untuk asupan air harian yang direkomendasikan, ini dapat dihitung sebagai 2 L untuk laki-laki dan 1,6 L untuk wanita. Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL/hari, dalam bentuk air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan 250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air yang tidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru. Asupan air yang direkomendasikan pada usia dewasa untuk memenuhi kecukupan aktivitas dan metabolisme yaitu antara 1,01 sampai 1,08 mL/kkal untuk Jerman dan 1,21 sampai 1,31 mL/kkal di Amerika (Manz & Wentz 2005).
2
Penelitian Maulad (2009) menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki ratarata asupan air dari makanan sebesar 777,5 mL atau 26,4% dari total asupan air dan pada wanita rata-rata sebesar 542,5 mL atau 24,1% dari total asupan air. Asupan air pada anak usia sekolah rata-rata asupan air dari makanan yaitu 492 mL perhari dan rata-rata asupan air dari minuman sebesar 1791 mL (Annisa 2009). Kebutuhan air tubuh yang tidak terpenuhi dikarenakan karena jumlah yang keluar lebih banyak daripada jumlah yang masuk akan menyebabkan dehidrasi. Asian Food Information Centre (AFIC) (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan pertanda sedang mengalami dehidrasi. Air tubuh mempunyai fungsi yang sangat vital. Whitmire (2004) menyatakan
bahwa
kekurangan air tubuh 1% akan mulai menimbulkan rasa haus dan gangguan mood, kekurangan air tubuh 2-3% meningkatkan suhu tubuh, rasa haus dan gangguan stamina, kekurangan air tubuh 4% dapat menurunkan kemampuan fisik 25%, dan pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7%. Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, sehingga kebutuhan akan asupan air tidak terpenuhi. Di Perancis, 70% dari populasi minum kurang dari 1,5 L/hari, survei di Inggris menunjukkan bahwa 40% dari anak 11-18 tahun asupan air kurang dari 1,5 L/hari. Data dari Jerman mengungkapkan bahwa asupan air dari 28% orang tua (usia 65-74 tahun) dan 41% usia lanjut (usia > 85 tahun) di bawah target yang direkomendasikan (Manz & Wentz 2005). Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Study (THIRST) (2009) menunjukkan bahwa hampir setengah dari penduduk Indonesia mengalami gejala dehidrasi ringan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 46,1% dari 1.200 orang penduduk Indonesia di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, mengalami dehidrasi ringan. Penelitian Rachma (2009), pada siswi kelas 4 dan 5 sebesar 62,8% mengalami dehidrasi ringan berdasarkan tanda-tanda dehdrasi. Berdasarkan data mengenai tingginya kecenderungan dehidrasi di Indonesia, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai faktor yang mempengaruhi risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa di Indonesia.
3
Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu (1) mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) mengetahui status dehidrasi remaja dan dewasa dewasa, (3) menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah ekologi pada remaja dan dewasa. Hipotesis Terdapat hubungan jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah ekologi terhadap risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui status dehidrasi di Indonesia khususnya pada remaja dan dewasa serta faktor risiko yang mempengaruhinya.
TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial. Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab. Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya “terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007). Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi
5
psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Asupan air yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan masalah bagi tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Bayi normal berkisar 70-75% berat badan, pada bayi prematur sebesar 80%, sebelum pubertas sebesar 65-70%, dan orang dewasa 50-60% dari berat badan (Santoso et al. 2011). Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain: Pelarut dan alat angkut Air
di
dalam
tubuh
berfungsi
sebagai
pelarut
zat-zat
gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal. Pelumas Air berperan sebagai pelumas dalam sendi-sendi tubuh. Katalisator Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis
zat
gizi
kompleks
menjadi
bentuk-bentuk
yang
lebih
sederhana. Fasilitator pertumbuhan Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan, dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun. Pengatur suhu Air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh karena kemampuan air untuk menyalurkan panas. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37°C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.
6
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air. Kebutuhan Air Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Kebutuhan
yang
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu (ekologi) serta diet (asupan air pangan) akan berpengaruh terhadap jenis makanan dan minuman yang diasupan air dan jumlah asupan air yang menjadi salah satu tolak ukur pemenuhan kebutuhan air seseorang (Hardinsyah et al. 2009). The National Research Council (NRC) (1989) dalam Manz dan Wentz (2003) merekomendasikan asupan air 1,5 mL/kkal untuk bayi dan 1mL/kkal untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu NRC (1989) dalam Sawka et al. (2005) juga merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/kkal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6 L pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 L air/harinya. Sekitar 1,5 L air tubuh keluar melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernapasan) dan 100 mL keluar bersama dengan feses (Irawan 2007). Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum saat merasa haus. Air harus diminum saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk menyediakan serta menggantikan air yang akan keluar menjadi keringat. Air juga harus diminum oleh orang yang sembelit dan tidak cukup makan buah dan sayur.
7
Keseimbangan Air Tubuh Keseimbangan air ditentukan antara air yang masuk ke dalam tubuh dan air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan dan minuman serta pertukaran zat bahan yang sudah berada dalam tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, keringat dan dalam penguapan air melalui pernapasan paru-paru (Harper 1986). Pengeluaran air tubuh dapat berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air wajib yaitu keluaran air berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh suhu dan aktivitas fisik (Santoso et al. 2011). Keseimbangan air tercapai apabila volume asupan air sama dengan keluaran air. Asupan dan keluaran air dapat berupa asupan atau keluaran wajib dan asupan atau keluaran alektif. Keseimbangan air tubuh dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh No
Sumber air tubuh
1. 2. 3.
Minuman Makanan Hasil metabolisme
Jumlah (mL) 550-1500 700-1000 200-300
Total 1450-2800 Sumber: Santoso et al. (2011)
No
Pengeluaran air tubuh
1. 2. 3. 4.
Urin/Ginjal Keringat/kulit Pernapasan/paru Tinja Total
Jumlah (mL) 500-1400 450-900 350 150 1450-2800
Laporan yang dipublikasikan oleh WHO (2007) menunjukkan bahwa jumlah air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita. Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas. Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air besar. Tolak ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari urin. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan urin yang tidak berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan urin yang kuning dan seseorang yang terdehidrasi berat menghasilkan urin berwarna jingga (orange). Kehilangan air dari tubuh terutama melalui ginjal (urin) dan saluran pencernaan (feses) disebut dengan sensible/measurable water loss. Kehilangan
8
air melalui paru paru dan kulit disebut dengan invisible water loss. Ginjal merupakan organ utama yang mengatur kehilangan air kentara (Whitmire 2004). Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL per hari, dalam bentuk air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan 250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru dari invisible water loss. Tubuh kehilangan air terutama melalui urin, tinja, pernapasan, dan penguapan yang biasanya tidak disadari oleh tubuh. Orang yang tinggal di iklim panas biasanya kehilangan beberapa liter tambahan keringat sehari. Tubuh mendapatkan asupan air sebagian besar dari air yaitu sekitar 75% sampai 80% dan sisanya 20-25% dari makanan. Pada saat haus, tubuh sudah mengalami dehidrasi. Dibandingkan mengukur dari rasa haus, warna urin dan frekuensi buang air kecil adalah alat ukur yang lebih baik. Urin yang berwarna kuning emas, gelap atau kuning jeruk bisa menjadi tanda dehidrasi (Biali 2007). Manz dan Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa asupan air merupakan total air dari makanan dan minuman serta air metabolik. Briggs dan Calloway (1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan yang sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan sayuran segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol, dan daun selada. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air seseorang dipenuhi dalam beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam makanan padat menyumbangkan 750 mL. Total asupan air pada penelitian Hellert et al. (2001) diperoleh dari air yang terkandung dalam makanan, minuman serta air oksidasi. Hasil penelitian Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa secara keseluruhan total asupan air meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu dari 1114 g/hari pada anak umur 23 tahun air meningkat menjadi 1891 g/hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun serta 1676±386 g/hari untuk anak wanita umur 9-13 tahun. Total asupan air yang berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari hasil oksidasi sebesar 12-13%.
9
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan
bahwa pada anak-anak dan orang dewasa
sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005) tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa menyatakan bahwa total asupan air tidak berbeda antara orang muda dan dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air. Tubuh dalam jumlah yang terbatas akan memproduksi air melalui proses oksidasi. Studi pada kelompok dewasa laki-laki dengan berat 70 kg, dengan asupan energi 2900 kkal rata-rata membutuhkan air sebesar 2900 mL/hari. Jika produksi air dalam tubuh sebesar 250 mL, maka selebihnya kebutuhan air harus dipenuhi dari minuman dan makanan (Kleiner 1999). Minum air yang cukup penting untuk menghindari dehidrasi dan dari hasil penelitian menunjukkan jenis minuman yang diminum tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian antara subyek yang asupan minumannya berupa air putih dengan asupan minuman dari berkafein atau jus tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap status hidrasi. Air dalam bentuk yang paling murni dapat memberikan manfaat lain seperti suplemen fluorida, tapi bukan satusatunya cara untuk menghindari dehidrasi (Grandjean 2003). Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi Greenleaf (1992) dalam Shirreffs (2003) menyebutkan Euhydration adalah keadaan atau situasi keseimbangan air. Hyperhydration adalah keadaan keseimbangan air positif (kelebihan air) dan hypohydration adalah keadaaan dalam keseimbangan air negatif (kekurangan air). Dehydration adalah proses kehilangan air dari tubuh, sedangkan rehydration adalah proses mendapatkan air tubuh. Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan (Thompson et al. 2008). Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat kedua hal di atas. AFIC (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan pertanda
seseorang
sedang
mengalami
dehidrasi.
Banyak
orang
mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan air. Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja mengalami dehidrasi.
10
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai berpikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi). Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai kerusakan fungsi ginjal. Menurut AFIC (2000) tanda-tanda dehidrasi adalah sebagai berikut:
Dehidrasi tingkat ringan: haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering.
Dehidrasi tingkat sedang: detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumenya kurang.
Dehidrasi tingkat berat: muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah yang tidak lancar) dan sebagainya. Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi
sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2% akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan. Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% berat badan dapat mengakibatkan otot kaku serta colapse. Pada kehilangan 11% berat badan dapat menimbulkan penurunan volume darah serta dapat berakibat pada kegagalan fungsi ginjal. Pengukuran Status Hidrasi Dokter dapat mendiagnosa kondisi dehidrasi berdasarkan tanda-tanda dan gejala seperti buang air kecil sedikit atau jarang, mata cekung, kulit yang tidak elastis serta ketika mengalami dehidrasi tekanan darah cenderung rendah, jantung berdetak lebih cepat dari kondisi normal. Untuk memperkuat diagnosis
11
dan menentukan tingkat dehidrasi, perlu menjalani tes lain seperti tes darah dan analisis urin. Pada tes darah, contoh darah dapat digunakan untuk memeriksa sejumlah faktor seperti tingkat elektrolit tubuh, terutama natrium dan kalium serta seberapa baik kerja ginjal. Pada urinalisis pengujian dilakukan pada urin untuk dapat menentukan status dehidrasi dan derajat dehidrasi (Mayo 2011). Manz dan Wentz (2005) menjelaskan beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan air (contoh: asupan air), perubahan berat badan atau total air tubuh, indikator plasma, serta indikator urin. Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity (USG) dan osmolalitas plasma. USG diasumsikan sama dengan densitas urin yang diukur dengan menimbang volume urin selama 24 jam. Pengukuran osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah sampel kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai osmolalitasnya dengan osmometer. Nilai USG yang normal adalah 1,006-1,020, sedangkan osmolalitas plasma yang normal adalah 280-300 mOsm/kg. Metode yang dapat digunakan dalam untuk penilaian kecukupan air bagi tubuh yaitu penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas neutron, multiple frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume darah, perubahan volume plasma, osmolaritas plasma, berat jenis urin, osmolaritas urin, konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, variabel tambahan (urine dipsticks), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (ratings of thirst). Metode yang memiliki tingkat akurasi tinggi yaitu metode isotop, analisis aktivitas neutron, osmolaritas plasma atau urin, perubahan volume plasma. Metode ini memerlukan biaya, keahlian serta risiko yang tinggi, sehingga metode yang sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam, warna urin serta rasa haus. Metode berat jenis urin memiliki kolerasi kuat dengan metode osmolaritas urin, warna urin juga berkolerasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun osmolaritas urin (r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode yang digunakan adalah berat jenis urin, sedangkan pada tingkat masyarakat, metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air. Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air No
Metode
Biaya
Waktu analisis
1 Berat jenis Sedang Singkat urin 2 Penurunan Rendah Singkat berat badan 3 Volume urin Rendah Lama 24jam 4 Warna urin 5 Rasa haus Rendah Singkat Sumber: Santoso et al. (2011)
Keahlian yang diperlukan Sedang
Ketepatan
Portabilitas alat
Sedang
Ya
Risiko bagi subyek Rendah
Minimal
Sedang
Ya
Rendah
Minimal
Sedang
Tidak
Rendah
Minimal
Rendah
Ya
Rendah Rendah
Faktor Risiko Dehidrasi Jenis kelamin Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan air. Berdasarkan Dietary Recommendation International (DRI), kebutuhan laki-laki terhadap air (2,4-3,7 L) lebih besar daripada kebutuhan wanita (2,1-2,7 L). Hal ini karena, aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada wanita sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang keluar akibat aktivitas tersebut (Didinkaem 2006). Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki lebih banyak daripada wanita. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa asupan air laki-laki lebih banyak dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Wanita mengontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000). Usia Hal ini berkaitan dengan perkembangan tubuh, semakin tinggi usia seseorang semakin banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme dan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh (Didinkaem 2006). Pada masa remaja fungsi pengaturan keseimbangan air berada dalam kondisi yang cukup baik artinya semua sistem organ yang terlibat telah mengalami pematangan yang sempurna dibanding masa anak-anak. Adanya keadaan yang dapat mengancam keseimbangan air, normalnya dapat diatasi dengan baik
13
melalui fungsi ginjal, sehingga pada kondisi sehat remaja tidak mengalami dehidrasi (Hardinsyah 2009). Status gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan air, penyerapan dan utilisasi zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi akan menentukan apakah seseorang tersebut memiliki status gizi baik atau tidak (Riyadi 2003). Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan asupan air pangan (Riyadi 2003). WHO (2007) membedakan status gizi menjadi kurus, normal, dan gemuk. Klasifikasi terhadap status gizi tersebut didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini dilakukan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan hasil kuadrat tinggi badan (m). Status gizi dikategorikan kurus dengan nilai IMT <18,5 (kg/m2), normal 18,5-24,9 (kg/m2), serta gemuk ≥ 25 (kg/m2). Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Aktivitas fisik Kehilangan air melalui keringat dapat meningkat mencapai 3 L/jam selama aktivitas berat dan di lingkungan yang panas dan jika asupan air yang tidak mencukupi dapat menimbulkan hypohydration persistent. Volume air yang direkomendasikan umumnya antara 100-150% dari volume yang hilang untuk menggantikan kehilangan air setelah melakukan aktivitas fisik (Sharp 2007). AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, air yang dibutuhkan meningkat
karena
tubuh
banyak
kehilangan
air,
sehingga
diperlukan
penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan. Tambahan 1-2 gelas air, biasanya cukup untuk olahraga yang singkat, tetapi bila olahraga dalam durasi yang lama maka perlu jumlah air minum tambahan. Banyak air yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya keringat selama olah raga, biasanya 2-3 gelas dalam sejam sudah cukup, kecuali ketika udara sangat panas. Lebih baik menggantikan air dengan air
14
elektrolit agar elektrolit tubuh yang hilang (Natrium) bersama keringat dapat tergantikan. Selama aktivitas ringan di lingkungan yang dingin atau sedang, tingkat berkeringat hanya mencapai 100 mL/jam, namun selama aktivitas berat di lingkungan panas, beberapa individu dapat berkeringat mencapai lebih dari 3.000
mL/jam.
Tingkat
berkeringat
tinggi
(misalnya
1,5
L/jam)
dapat
menyebabkan kondisi dehidrasi yang signifikan dan cenderung mengalami gangguan kerja (Murray 2007). WHO/Food and Agriculture Organization (FAO) (2002) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL =
PAR × Alokasi waktu tiap aktivitas 24 jam
Keterangan: PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut WHO/FAO (2002) tercantum dalam tabel berikut: Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Ringan (sedentary lifestyle) Sedang (active or moderately active lifestyle) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) Sumber: WHO/FAO (2002)
Nilai PAL 1,40-1,69 1,70-1,99 2,00-2,40
Wilayah ekologi Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis tubuh,
yaitu dalam upaya
untuk merespon dengan
baik agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009).
15
Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi ketidakseimbangan air dalam tubuh. Udara yang panas dan lembab dapat membuat tubuh berkeringat sehingga membutuhkan tambahan air. Kondisi udara dalam ruangan yang panas juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500 meter (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan proses bernapas menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006). Saat berada di udara dingin, biasanya seseorang jarang merasa haus. Seseorang biasanya tidak minum ketika tidak merasa haus. Saat kekurangan asupan air itulah tubuh kita akan terkena dehidrasi. Air tubuh akan banyak hilang saat berada di tempat berudara dingin, hal ini disebabkan oleh proses pernapasan. Tubuh juga dipaksa bekerja keras untuk menghangatkan badan. Keringat cepat menguap ketika berada di tempat berudara dingin dan kering. Dua pertiga komposisi tubuh terdiri atas air. Ketika jumlah air dalam tubuh berkurang beberapa persen saja, kita akan berisiko terserang dehidrasi. Seseorang yang berdiam di tempat berudara dingin, ia akan berisiko kehilangan air sebesar 3-8% dari total berat badan (Robert 2005). Pengetahuan gizi Pranadji (1988) mendefinisikan pengetahuan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal, serta non-formal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000). Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah penginderaan terhadap suatu obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang.
16
Suhu tubuh Suhu di dalam tubuh (suhu inti) hampir selalu konstan, kecuali pada orang yang menderita demam. Ketika membicarakan suhu tubuh seseorang, biasanya diartikan sebagai suhu bagian dalam yang dinamakan suhu inti, bukan suhu kulit atau jaringan di bawah kulit. Suhu inti dalam keadaan normal selalu diatur dengan tepat berkisar rata-rata tidak lebih dari 1oF. Pada suhu permukaan akan meningkat dan turun sesuai dengan suhu di sekitarnya. Ketika membicarakan pengaturan suhu tubuh, kita hampir selalu menghubungkan dengan suhu inti dan bila kita menghubungkan dengan kemampuan kulit untuk melepaskan panas sekitarnya, biasanya kita menyatakan suhu permukaan. Untuk menghitung jumlah total panas yang disimpan didalam tubuh yang digunakan adalah suhu tubuh rata-rata dengan diperkirakan dengan rumus: Suhu tubuh rata-rata = 0,7 suhu internal + 0,3 suhu permukaan Suhu tubuh dapat berubah pada waktu kerja dan pada suhu lingkungan ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100% efektif. Bila dihasilkan panas berlebihan pada tubuh akibat kerja yang berat suhu rektum dapat meningkat sampai setinggi 101-104oF. Sebaliknya pada keadaan sangat dingin dapat turun sampai 98oF (Gibson 2002). Suhu tubuh dipertahankan antara 36-37,5oC. pada sebagian besar orang dalam sehari terjadi perubahan antara suhu yang rendah pada pagi hari dan tinggi pada siang hari dengan suhu minimum dalam beberapa jam dan maksimum pada sore hari. Pola tersebut bersifat khas pada setiap individu dan tidak menunjukkan variasi dalam musim. Hal ini tidak berubah bila seseorang bekerja pada malam hari. Pada wanita terdapat variasi dalam bulanan. Suhu selama setengah siklus pertama menstruasi menjadi rendah dibandingkan dengan selama setengah kedua. Terdapat kenaikan yang tiba tiba sekitar 0,5oC pada saat terjadinya ovulasi (Gibson 2002). Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan dingin. Karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang. Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho 2009).
KERANGKA PEMIKIRAN Air mempunyai peranan penting dalam tubuh manusia untuk hidup sehat. Kekurangan dan kelebihan air akan memberikan dampak negatif bagi tubuh, sehingga keseimbangan air di dalam tubuh perlu dijaga. Keseimbangan air di dalam tubuh dipengaruhi oleh tingkat asupan air dan pengeluaran air. Tubuh memperoleh air dari makanan dan minuman, serta melalui hasil metabolisme, sedangkan pengeluaran air dilakukan melalui pernapasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran pencernaan (feses) (Harper 1986). Keseimbangan air di dalam tubuh perlu dijaga melalui pemenuhan kebutuhan air. Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan status gizi. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Pemenuhan kebutuhan air diperlukan untuk menggantikan pengeluaran air dari pernapasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran pencernaan. Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari asupan air berasal dari asupan air pangan dan hasil metabolisme tubuh. Asupan air yang berasal dari asupan air pangan yaitu berupa minuman serta dari air yang terkandung dalam makanan. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air dipenuhi dalam beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL/hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam makanan padat menyumbangkan 750 mL. Asupan air hasil metabolisme tubuh sebesar 12-13% (Hellert et al. 2001) atau sebesar 250 mL (Kleiner 1999). Pengetahuan juga akan berpengaruh terhadap pemenuhan asupan air dan status hidrasi. Pengetahuan yang rendah akan mengakibatkan seseorang tidak mengetahui pentingnya memenuhi asupan air yang cukup dan jumlah yang dibutuhkan setiap harinya sehingga berpengaruh terhadap status hidrasinya. Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Wilayah ekologi tempat tinggal seseorang akan berpengaruh terhadap status hidrasi seseorang. Makin tinggi suhu dan makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air (Santoso et al. 2011). Suhu tubuh seseorang juga dapat mempengaruhi pengeluaran air dan status hidrasi. Seseorang dengan
18
suhu tubuh tinggi akan meningkatkan penguapan kulit, banyak berkeringat sehingga ekskresi air melalui kulit akan lebih tinggi. Pada suhu tubuh rendah akibat lingkungan yang dingin juga akan meningkatkan pengeluaran air melalui urin. Apabila asupan air seseorang tidak mencukupi dari kebutuhan air yang diperlukan maka akan menimbulkan kekurangan air dan atau dehidrasi. Pengeluaran air yang berlebih tanpa diimbangi asupan air yang cukup juga dapat menimbulkan kekurangan air atau dehidrasi. Kerangka pemikiran faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa pada Gambar 1.
Pengeluaran air Wilayah ekologi Pengetahuan
Dehidrasi Suhu tubuh
Tingkat asupan air
Aktivitas fisik Usia
Asupan air
Kebutuhan air Status gizi
Jenis kelamin
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa Keterangan gambar: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (2009). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam lokasi yaitu Lembang (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan). Pengumpulan data penelitian THIRST dilakukan pada bulan Oktober-November tahun 2008 dan bulan OktoberNovermber tahun 2009. Tahun pertama dilakukan di Jakarta Utara dan Bandung Barat dan tahun kedua di empat lokasi lainnya (Hardinsyah et al. 2010). Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juli 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Penarikan Subyek Subyek pada penelitian ini adalah kelompok remaja (laki-laki dan wanita) berusia 15-18 tahun dan dewasa (laki-laki dan wanita) berusia 25-55 tahun yang bermukim di lokasi penelitian. Jumlah subyek dihitung berdasarkan rumus perhitungan jumlah subyek minimal penelitian cross sectional study dengan mempertimbangkan proporsi dehidrasi diasumsikan sebesar 30%, seperti berikut: n ≥ za2 x p (1 – p)/d2 Keterangan: n za2 p d
= jumlah subyek minimum = 1,96 = 0.3 atau 30% (Manz & Wentz 2005) = perkiraan akurasi prediksi (0,1)
Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, jumlah subyek minimum untuk tiap jenis kelamin di masing-masing lokasi penelitian adalah 41 orang. Jumlah tersebut dibulatkan menjadi 50 orang untuk meningkatkan ketepatan penelitian, sehingga jumlah subyek menjadi 50 orang untuk tiap kelompok umur dan jenis kelamin. Setelah mempertimbangkan dua kelompok jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total subyek yang menjadi subyek penelitian adalah 50 x 2 (jenis kelamin) x 2 (kelompok umur) x 6 (lokasi penelitian) yaitu 1200 subyek.
20
Melalui pertimbangan bahwa kelompok usia remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU), maka cara yang paling mudah dan tepat (secara teknis dan ekonomi) adalah dengan memilih SMU dan institusi/lembaga pendidikan dengan jumlah siswa yang banyak di masingmasing lokasi penelitian. Penelitian ini juga mencakup subyek dari golongan usia dewasa. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia 25-55 tahun yang berada di semua lokasi penelitian. Subyek akhir yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini berjumlah 604 orang untuk remaja dan 582 orang untuk dewasa. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dari penelitian ini sebagian merupakan data penelitian THIRST (Hardinsyah et al. 2010) yang diperoleh dalam bentuk electronic file (e-file). Daftar jenis dan cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Aspek, cakupan data, dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data No
Aspek
Cakupan
Metode
1
Sosial-ekonomi-demografi
Karakteristik individu (umur, jenis kelamin) dan wilayah ekologi
Kuisioner diisi sendiri diawali penjelasan
2
Aktivitas fisik
Jenis, durasi dan frekuensi aktivitas fisik dan olahraga selama enam hari
Kuesioner diisi sendiri diawali penjelasan
3
Status gizi
Berat badan dan tinggi badan
Pengukuran langsung dengan timbangan analog dan microtoise untuk tinggi badan
4
Tingkat pengetahuan air minun dan hidrasi
Pertanyaan tentang kebutuhan air, tanda-tanda air minum yang aman dan jenis minuman yang diminum dalam hubungannya dengan dehidrasi
Wawancara kuisioner
5
Asupan makanan dan minuman
Jenis, jumlah, dan frekuensi minuman dan makanan
Wawancara selama 7 hari (semi FFQ)
6
Status dehidrasi
Gejala atau tanda dehidrasi & berat jenis, warna, mikrokopik urin
Kuisioner dan pemerik saan fisik, urinalisis
7
Pemeriksaan fisik
Tensi, nadi, serta suhu tubuh
Pengukuran langsung. Tekanan darah dengan menggunakan tensi meter merek OMRON. Suhu tubuh dengan thermometer air raksa
Data dan peubah pada penelitian THIRST yang digunakan terdapat pada Lampiran 1.
21
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excell 2007 for Windows dan SPSS 16 for Windows. Pengolahan data diawali dengan pemeriksaan kelengkapan e-file data. Sehingga data subyek yang dapat digunakan untuk analisis yaitu 1186 subyek. Kebutuhan air. kebutuhan air remaja dan dewasa diperoleh dari data sekunder penelitian Fauji (2011) dihitung dengan rekomendasi dari dari NRC dalam Sawka et al. (2005)
yaitu 1 mL/kkal untuk anak-anak dan dewasa
didasarkan pada perhitungan kebutuhan energi. Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan dan EscottStump (2008) yang didasarkan pada Oxford Equation. Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan air pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan & Escott-Stump 2008). Asupan air. Data Asupan air dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan sumbernya, yaitu minuman air putih, minuman lainnya (berwarna dan berasa), air dalam makanan, dan air metabolik. Asupan air yang berasal dari makanan dikonversikan kedalam kandungan air dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Konversi ini dihitung dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut: KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij Bj Gij BDDj
: kandungan air dalam bahan makanan j : berat makanan j yang diasupan air (gram) : kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan j : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Total asupan air merupakan jumlah air dari minuman dan air yang berasal dari makanan serta air metabolik. Air dari minuman selain air putih dihitung dengan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya. Contoh perhitungan air minuman, segelas teh botol kemasan volume 220 mL mengandung 22 gram gula (karbohidrat) maka jumlah air dalam teh botol kemasan adalah 220 – 22 = 198 mL.
22
Sebagian asupan air tubuh dapat pula diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdú (2009) bahwa jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein dan karbohidrat per 100 gram adalah 107 mL, 40 mL, dan 55 mL, sehingga dapat diformulasikan kedalam rumus perhitungan per gram zat gizi, yaitu: Air metabolik (mL)= (1,07 x gram lemak) + (0,40 x gram protein) + (0,55 x gram Karbohidrat)
Adapun rumus untuk menghitung total asupan air sebagai berikut: Total asupan air (mL) =A+B+C+D Keterangan: A B C D
: Minuman air putih : Minuman lainnya (bewarna dan berasa) : Air dalam makanan : Air hasil metabolik
Tingkat asupan air. Asupan air dibandingkan dengan kebutuhan sehingga dapat dilakukan penilaian tingkat asupan air terhadap kebutuhan. Rumus yang digunakan adalah: Tingkat Asupan air =
Asupan air x 100% Kebutuhan air
Tingkat asupan air dikategorikan mengacu pada cut off point tingkat kecukupan energi Depkes (1996) yaitu defisit tingkat berat jika (<70%), defisit tingkat sedang (70-70%), defisit tingkat ringan (89-90%) dan cukup (90-119%) serta kelebihan (>120%). Subyek dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tingkat asupan air defisit (<90%) dan tingkat asupan cukup dan lebih (≥90%). Status gizi. Status gizi remaja dan dewasa diperoleh dari data sekunder penelitian Perdana (2011) dengan perhitungan berdasarkan standar penilaian status gizi berdasarkan IMT menurut umur. Berikut rumus perhitungan IMT dan standar penilaian status gizi remaja dan dewasa menurut WHO (2007): IMT =
BB(Kg) TB (m) x TB (m)
Tabel 5 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur Umur (Tahun) 14 15 16 17 18
Kurus < 16,0 < 16,5 < 17,1 < 17,5 < 17,9
Laki-laki Normal 16,0 – 21,9 16,5 – 22,8 17,1 – 23,7 17,5 – 24,4 17,9 – 25,0
Gemuk > 21,9 > 22,8 > 23,7 > 24,4 > 25,0
Kurus < 16,0 < 16,5 < 16,8 < 17,0 < 17,1
Wanita Normal 16,0 – 22,9 16,5 – 23,7 16,8 – 24,2 17,0 – 24,7 17,1 – 24,9
Gemuk > 22,9 > 23,7 > 24,2 > 24,7 > 24,9
23
Nilai IMT yang normal untuk dewasa berkisar antara 18,5-24,9 kg/m2. Subyek dikatakan kurus bila nilai IMT nya <18,5 kg/m2 dan mengalami kegemukan bila ≥25 (WHO 2007).
Subyek kemudian dikategorikan menjadi
gemuk dan tidak gemuk. Subyek gemuk dalam penelitian ini terdiri dari subyek yang mengalami overweight dan obesitas, sedangkan subyek tidak gemuk terdiri dari subyek dengan status gizi kurus dan normal. Tingkat aktivitas fisik. Nilai pengukuran aktivitas fisik diperoleh dari data sekunder penelitian Fauji (2011). Berdasarkan WHO/FAO (2002), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL =
∑ (PARj x W j) 24 jam
Keterangan: PAL PARj Wi
: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam) : Alokasi waktu tiap aktivitas
Nilai PAL kemudian dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan aktivitas fisik yaitu sangat ringan dan ringan serta sedang dan berat. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Ringan dan sangat ringan Sedang dan Berat
Nilai PAL ≤ 1,70 > 1,70
Pengetahuan air minum dan hidrasi. Pengetahuan air tentang air minum diketahui melalui wawancara kuisioner dengan memberikan nilai untuk pertanyaan tentang kebutuhan air, tanda-tanda air yang aman diminum dan jenis minuman yang diminum dalam hubungannya dengan dehidrasi. Total poin untuk semua jawaban yang benar adalah 100. Pengetahuan air minum dikelompokkan mengacu pada cut off point pengetahuan gizi yaitu pengetahuan baik apabila >80 poin dan sedang 60-80 poin dan kurang apabila <60 (Khomsan 2000). Tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi dikelompokkan ke dalam 2 kategori. Kelompok sedang atau baik apabila skor jawaban ≥60 dan kurang apabila skor jawaban <60.
24
Suhu
tubuh.
Suhu
tubuh
diketahui
melalui
langsung
dengan
pemeriksaan fisik. Dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu normal pada suhu 3637,5oC serta dibawah normal pada <36 oC serta diatas normal >37,5oC (Tamsuri 2007). Dehidrasi. Pengukuran dehidrasi ini dilakukan dengan pemeriksaan urin yang dikumpulkan. Pengukuran dehidrasi ditentukan dengan urine specific gravity ≥1,020 g/mL (Casa et al. 2000). Data jenis kelamin, golongan umur, wilayah ekologi, status gizi, tingkat aktivitas fisik, asupan air, kebutuhan air, pengetahuan air minum, suhu tubuh serta status dehidrasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 for Windows dan SPSS versi 16 for Windows. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat,
bivariat,
dan
multivariat.
Analisis
univariat
digunakan
untuk
mendeskripsikan data karakteristik subyek dan asupan air serta status dehidrasi. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test), analisis Chi square dan korelasi Spearman. Analisis Chi square dilakukan apabila variabel yang dianalisis berjenis kategori, baik variabel dependen maupun variabel independen. Variabel yang dianalisis adalah jenis kelamin, kelompok umur dan letak geografis. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain bila variabelnya numerik. Variabel yang dianalisis dengan korelasi Spearman adalah suhu tubuh, tingkat aktivitas fisik, status dehidrasi, tingkat asupan air dan skor pengetahuan. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan huruf “r”. Besarnya koefisien korelasi akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1 (positif satu): -1≤ r ≤+1 Keterangan: + menunjukkan korelasi positif - menunjukkan korelasi negatif 0 menunjukkan tidak adanya korelasi
Analisis multivariat digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui nilai
25
faktor risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Seluruh variabel dianalisis bersama sama untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap status dehidrasi. Analisis ini menggunakan model binary logistic regression dengan model backward wald. Cara menentukan variabel yang dapat masuk ke dalam analisis regresi logistik adalah dengan kriteria kemaknaan statistik yang dianjurkan yaitu p<0,05. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: β + β x +β x +β x +...+β x
π(x)=
n n e 0 11 22 33 1 + e β0+ β1x1+β2x2+β3x3+...+βnxn
Keterangan: π(x) e β1 xn x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7
: Peluang terjadinya dehidrasi (1= dehidrasi, 0= tidak dehidrasi) : Eksponensial : Koefisien regresi : Variabel independen yang mempengaruhi kejadian dehidrasi. : Jenis kelamin (1= wanita, 0= laki-laki) : Status gizi (1=gemuk, 0= tidak gemuk) : Suhu tubuh (1= tidak normal, 0=normal) : Tingkat aktivitas fisik (1= sedang/berat, 0= sangat ringan/ringan) : Tingkat asupan air (1= <90%, 0= ≥90%) : Tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi (1= kurang, 0= sedang/baik) : Wilayah ekologi (1= dataran rendah, 0= dataran tinggi)
Definisi Operasional Remaja adalah siswa-siswi dari SMU yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian. Dewasa adalah staf pengajar dan tenaga kependidikan dari SMU yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian. Asupan air adalah asupan air individu yang berasal dari air putih, minuman selain air putih, air dari makanan, dan air metabolik diukur dalam satuan mL. Kebutuhan air adalah total jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh berdasarkan rumus NRC dalam Sawka et al. (2005) yaitu 1 mL/kkal untuk remaja dan dewasa didasarkan pada perhitungan kebutuhan energi. Tingkat asupan air adalah total asupan air dibandingkan kebutuhannya dinyatakan dalam satuan persen (%). Asupan air dikelompokkan menjadi defisit (<90%) dan cukup atau lebih (≥90%). Tingkat aktivitas fisik adalah tingkat aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama
24
jam
dinyatakan
dalam
PAL.
Nilai
PAL
kemudian
dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan aktivitas fisik yaitu sangat
26
ringan (PAL ≤1,7 kkal/kg/hari) dan ringan serta sedang dan berat (PAL >1,7 kkal/kg/hari). Wilayah ekologi adalah wilayah tempat tinggal subyek penelitian yang dikelompokkan menjadi wilayah dataran rendah mewakili daerah suhu panas (Jakarta Utara, Surabaya, Makasar) dan wilayah dataran tinggi mewakili daerah suhu dingin (Lembang, Malang, Malino). Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan pemenuhan kebutuhan gizi yang dikelompokkan menjadi gemuk (IMT ≥25) dan tidak gemuk (IMT <25). Pengetahuan air minum dan hidrasi adalah nilai untuk kemampuan menjawab pertanyaan tentang kebutuhan air, tanda-tanda air yang aman diasupan air dan jenis minuman yang diasupan air dalam hubungannya dengan dehidrasi yang dikelompokkan menjadi kelompok sedang atau baik apabila skor jawaban ≥60 serta kelompok kurang bila skor jawaban <60 (Khomsan 2000). Suhu tubuh adalah panas tubuh yang diukur menggunakan termometer dalam satuan oC. Suhu tubuh normal 36-37,5oC dan tidak normal <36oC dan >37,5oC. Dehidrasi kekurangan air tubuh yang ditentukan berdasarkan USG ≥1,020g/mL. Faktor risiko dehidrasi adalah peubah yang diduga mempengaruhi status dehidrasi melalui analisis statistik. Faktor risiko dehidrasi yang dianalisis adalah jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, tingkat asupan air, pengetahuan tentang air minum dan hidrasi serta wilayah ekologi pada remaja dan dewasa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis kelamin, suhu tubuh, tingkat pengetahuan
minum dan
dehidrasi, tingkat aktivitas fisik, dan IMT. Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik subyek berdasarkan kelompok umur No 1 2
3
4 5 6 7
Karakteristik Umur (tahun)* Wilayah ekologi a. Dataran rendah b. Dataran tinggi Jumlah (%) Jenis kelamin a. Laki-laki b. Wanita Jumlah (%) Suhu tubuh (oC)* Tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi (skor)* Tingkat aktivitas fisik ( kkal/kg/hari)* Indeks massa tubuh (Kg/m2)* * berbeda nyata pada p<0,05
Remaja 15,9±0,9
Dewasa 40,3±9,4
Total 27,9±13,9
308 (51,0%) 296 (49,0%) 604 (100,0)
296 (50,8%) 286 (49,2%) 582 (100,0)
604 (51,0%) 582 (49,0%) 1186 (100,0)
300 (49,7) 304 (50,3) 604 (100,0) 36,1 (0,9)
270 (46,6) 312 (53,4) 582 (100,0) 35,8 (0,9)
570 (48,2) 616 (51,8) 1186 (100,0) 35,9 (0,9)
59,8±21
63,5±22
61,6±16
1,7±0,2
1,5±0,1
1,6±0,2
20,8±4,0
25,2±4,0
23,0±5,0
Subyek dalam penelitian ini tersebar di enam lokasi penelitian dengan jumlah 1186 orang yang terdiri dari remaja dan dewasa. Subyek remaja berjumlah 604 orang yang merupakan siswa dan siswi SMU serta subyek dewasa berjumlah 582 orang yang merupakan guru dan staf pegawai. Subyek remaja rata-rata berumur 15,9±0,9 tahun dan subyek dewasa berumur 40,3±9,4 tahun. Rata-rata usia total subyek adalah 27,9±13,9 tahun. Berdasarkan uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara umur subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek berdasarkan wilayah ekologi terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu subyek yang tinggal di dataran rendah dan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Subyek remaja yang tinggal dataran rendah berjumlah 308 orang (51,0%) dan 296 orang (41,0%) tinggal di dataran tinggi. Subyek dewasa yang tinggal di dataran rendah sebanyak 296 orang (50,8%) dan 286 orang
28
(49,2%) tinggal di dataran tinggi. Pada total subyek yang tinggal di dataran rendah berjumlah 604 (51,0%), dan 582 (49,0%) orang tinggal di dataran tinggi. Sebaran subyek berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi lakilaki dan wanita. Pada remaja sebanyak 300 orang (49,7%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 304 orang (50,3%) berjenis kelamin wanita. Pada kelompok dewasa sebanyak 270 orang (46,6%) subyek berjenis kelamin laki-laki dan 312 orang (53,4%) berjenis kelamin wanita. Total subyek yang berjenis kelamin lakilaki adalah 570 orang (48,2%) dan 616 orang (51,8%) subyek berjenis kelamin wanita. Sebaran subyek menurut suhu tubuh menunjukkan rata suhu tubuh pada kelompok remaja yaitu 36,1oC dan 35,8oC pada subyek dewasa. Suhu tubuh rata-rata total subyek adalah 35,9 oC. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara suhu tubuh subyek remaja dan dewasa (p<0,05). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada dewasa lebih baik dibandingkan pada remaja dimana skor rata-rata pengetahuan pada remaja sebesar 59,8±21 poin dan 63,3±22 poin pada kelompok dewasa. Skor pengetahuan rata-rata total subyek sebesar
61,6±16 poin. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
yang nyata antara tingkat pengetahuan subyek remaja dengan subyek dewasa (p<0,05). Nilai rata-rata tingkat aktivitas fisik subyek menunjukkan tingkat aktivitas fisik kelompok remaja lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dewasa. Tingkat aktivitas fisik subyek remaja adalah sebesar 1,7±0,2 kkal/kg/hari dan pada kelompok dewasa sebesar 1,5±0,1 kkal/kg/hari. Pada total subyek sebesar 1,6±0,2 kkal/kg/hari. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa (p>0,05). IMT ratarata subyek menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara IMT pada kelompok remaja dan dewasa (p<0,05). Nilai
IMT rata-rata pada kelompok
remaja yaitu 20,8±4,0 kg/m2 dan pada kelompok dewasa yaitu 25,2±4,0 kg/m2. Indeks massa tubuh rata-rata pada total subyek adalah 23,0±5,0 kg/m2. Asupan Air pada Remaja dan Dewasa Total asupan air pada remaja dan dewasa berasal dari asupan air minuman, asupan air makanan, dan air metabolik. Sesuai dengan Manz dan Wentz et al. (2003) yang menyatakan bahwa asupan air merupakan total asupan air yang diperoleh dari makanan dan minuman serta air metabolik.
29
Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang terbagi kedalam 1623±574 mL/hari minuman air putih, 474±465 mL/hari minuman lainnya, 513±211 mL/hari air dari makanan, serta 196±86 mL/hari air metabolik. Total asupan air pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590 mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi kedalam 1611±580 mL/hari minuman air putih, 456±449 mL/hari minuman lainnya, 524±205 mL/hari air dari makanan, serta 191±76 mL/hari air metabolik. Hasil penelitian ini sejalan dengan NHANES III dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada remaja dan dewasa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya diperoleh dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rata-rata asupan air (mL) subyek pada remaja dan dewasa berdasarkan sumbernya Sumber Minuman air putih Minuman lainya ** Air makanan Air metabolik Jumlah (mL)
Remaja mL (%) 1623±574 (58,6) 439±412 (14,9) 513±211 (19,2) 196±86 (7,3) 2773±439 (100)
Dewasa mL (%) 1584±590 (56,2) 474±465 (16,7) 535±198 (20,1) 186±64 (7,0) 2730±456 (100)
Total mL (%) 1611±580 (57,4) 456±449 (15,8) 524±205 (19,6) 191±76 (7,2) 2750±753 (100)
**): minuman bewarna dan berasa (selain air putih)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan air pada remaja dan dewasa tidak berbeda signifikan (p>0,05). Penelitian Bossingham et al. (2005) tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada remaja dan dewasa menyatakan bahwa total asupan air tidak berbeda antara remaja dan dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air. Status Dehidrasi Pengukuran status dehidrasi didasarkan pada pemeriksaan urine USG yang dinyatakan dalam berat jenis urin (g/mL). Metode pengukuran status dehidrasi ini sesuai dengan Bossingham et al. (2005) bahwa dalam pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan USG dan osmolalitas plasma. USG juga merupakan salah satu dari 5 metode yang mampu dan sering digunakan (Santoso et al. 2011). Pengukuran dehidrasi ditentukan dengan USG ≥1,020
30
g/mL (Casa et al. 2000). Rata-rata USG, jumlah dan persentase dehidrasi pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Rata-rata USG (g/mL), jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi USG (g/mL) n (%) 1,021±0,002 269 (44,5) 1,021±0,002 280 (48,1) 1,021±0,002 549 (46,3)
Tidak dehidrasi USG (g/mL) n (%) 1,011±0,003 335 (55,5) 1,011±0,003 302(51,9) 1,011±0,003 637 (53,7)
Berdasarkan nilai USG, rata-rata nilai berat jenis urin pada remaja dan dewasa serta total subyek tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Nilai rata-rata berat jenis subyek pada remaja dan dewasa serta total subyek yang dehidrasi yaitu 1,021±0,002 g/mL dan pada subyek remaja dan dewasa serta total subyek yang tidak dehidrasi yaitu 1,011±0,003 g/mL. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang nyata antara nilai berat jenis urin subyek yang dehidrasi dan tidak dehidrasi (p<0,05). Persentase dehidrasi pada kelompok umur dewasa lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur remaja yaitu sebesar 48,1% untuk dewasa dan 44,5% pada remaja. Persentase dehidrasi pada total subyek adalah sebesar 46,3%. Persentase dehidrasi yang cukup besar pada remaja dan dewasa menunjukkan bahwa walaupun dalam kondisi ginjal yang baik dibandingkan pada usia anak-anak dan lanjut usia, namun terdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi status hidrasi remaja dan dewasa. Menurut Hardinsyah (2009), selain tingkat aktivitas fisik yang tinggi serta kurangnya pengetahuan tentang air minum, faktor akses terhadap air minum yang aman dan bermutu juga dapat mempengaruhi tingkat dehidrasi karena biasanya toilet di sekolah dirasa tidak cukup bersih untuk buang air kecil sehingga mereka malas untuk minum. Hasil analisis Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kelompok umur dan status dehidrasi (p<0,05). Status dehidrasi dan jenis kelamin Status dehidrasi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan persentase dehidrasi pada subyek wanita lebih tinggi dibandingkan subyek laki-laki. Pada kelompok remaja, persentase kelompok wanita yang dehidrasi sebesar 49.0% dan pada kelompok laki-laki yang dehidrasi sebesar 40,0%. Pada kelompok dewasa, persentase kelompok laki-laki dehidrasi adalah sebesar 48,2% relatif sama dengan kelompok wanita dehidrasi yaitu 48,1%. Persentase dehidrasi
31
pada total kelompok laki-laki adalah 43,9% dan pada wanita adalah 48,5%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Jenis kelamin Wanita Laki-laki Total Wanita Laki-laki Total Wanita Laki-laki Total
Dehidrasi n(%) 149 (49,0) 120 (40,0) 269 (44,5) 150 (48,1) 130 (48,1) 280 (48,1) 299 (48,5) 250 (43,9) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi n(%) 155 (51,0) 180 (60,0) 335 (55,5) 162 (51,9) 140 (51,9) 302 (51,9) 317 (51,5) 320 (56,1) 637 (53,7)
Total 304 (50,3) 300 (49,7) 604 (100,0) 312 (53,6) 270 (46,4) 582 (100,0) 616 (51,9) 570 (48,1) 1186 (100,0)
Hasil analisis Chi square pada remaja menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p<0,05). Namun pada dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi yang tinggi pada remaja wanita diduga disebabkan asupan air pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, hal ini sejalan dengan tingkat aktivitas fisik wanita lebih ringan dibandingkan laki-laki sehingga wanita tidak mudah haus dan tidak cukup minum. Wanita juga memiliki jaringan adiposa dibawah kulit yang melindungi kulit dari eksresi keringat berlebih. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan lakilaki karena massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak memenuhi asupan air dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Status dehidrasi dan wilayah ekologi Status dehidrasi berdasarkan wilayah ekologi menunjukkan status dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah lebih tinggi dibandingkan subyek yang tinggal di dataran tinggi. Pada kelompok remaja persentase status dehidrasi pada wilayah ekologi dataran rendah yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan panas sebesar 55,5% dan pada wilayah ekologi dataran tinggi yang mewakili wilayah dengan suhu lingkungan dingin yaitu sebesar 33,1%. Pada kelompok remaja persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 60,8% dan pada kelompok
32
subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 35,0%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok subyek yang tinggal di dataran rendah yaitu sebesar 58,1% dan pada kelompok subyek yang tinggal di dataran tinggi sebesar 34,0%. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Wilayah ekologi Dataran rendah Dataran tinggi Total Dataran rendah Dataran tinggi Total Dataran rendah Dataran tinggi Total
Dehidrasi n(%) 171 (55,5) 98 (33,1) 269 (44,5) 180 (60,8) 100 (35,0) 280 (48,1) 351 (58,1) 198 (34,0) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 137 (44,5) 308 (51,0) 198 (66,9) 296 (49,0) 335 (55,5) 604 (100,0) 116 (39,2) 296 (50,9) 186 (65,0) 286 (49,1) 302(51,9) 582 (100,0) 253 (41,9) 604 (50,9) 384 (66,0) 582 (49,1) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Kelompok dataran rendah mewakili suhu lingkungan panas dan kelompok dataran tinggi mewakili subyek pada suhu lingkungan dingin. Hasil analisis Chi square menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja dan dewasa (p<0,05). Udara yang panas dan lembab dapat membuat berkeringat sehingga membutuhkan tambahan air. Udara dalam ruangan yang panas juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500 m (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan bernafas menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006). Kehilangan air melalui penguapan bergantung pada suhu serta kelembaban lingkungan. Makin tinggi suhu dan makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air (Santoso et al. 2011). Status dehidrasi dan tingkat asupan air Status dehidrasi berdasarkan tingkat asupan air pada semua kelompok usia dihitung berdasarkan tingkat asupan air per kebutuhan individu. Kebutuhan air individu dihitung menggunakan rumus NRC dalam Sawka et al. (2005) yaitu 1 mL/kkal untuk remaja dan dewasa. Kebutuhan air rata-rata pada remaja dehidrasi sebesar 2800±684 mL/hari dan pada remaja tidak dehidrasi sebesar 2754±633 mL/hari. Kebutuhan air rata-rata pada kelompok dewasa yaitu 2527±327 mL/hari pada kelompok dehidrasi dan 2484±344 mL/hari pada kelompok tidak dehidrasi. Kebutuhan air pada total subyek dehidrasi sebesar
33
2611±570 mL/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2626±546 mL/hari. Menurut DA-CH (2008) total asupan air yang rekomendasikan untuk orang dewasa berkisar 2,2-3,7 L/hari. Rata-rata tingkat kebutuhan air (mL) menurut status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rata-rata kebutuhan air (mL) pada remaja dan dewasa dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi 2800±684 2527±388 2661±570
Tidak dehidrasi 2754±633 2484±382 2626±546
Total 2774±656 2505±385 2642±557
Asupan air dalam perhitungan tingkat asupan air yang dibandingkan berdasarkan kebutuhan air rumus NRC yang diacu dalam Sawka et al. (2005) adalah asupan air dari minuman air putih dan lainnya serta asupan air dari makanan. Rata-rata asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Rata-rata asupan air (mL) pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi Sumber Remaja Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%) Dewasa Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%) Total Minuman air putih (mL) Minuman lainya (mL) * Air makanan (mL) Total Tingkat asupan (%)
Dehidrasi
Tidak dehidrasi
Total
1615±580 (61,9) 461±422 (17,7) 532±207 (20,4) 2608±732 (100,0) 93,1±2,8
1655±584 (63,9) 421±503 (16,2) 540±191 (19,9) 2591±817 (100,0) 95,3±3,1
1623±574 (63,0) 439±412 (17,0) 513±211 (20,0) 2575±780 (100,0) 94,6±3,0
1641±580 (63,3) 448±464 (17,3) 502±215 (20,4) 2591±623 (100,0) 103,3±2,8
1518±568 (60,5) 497±501 (19,8) 522±209 (20,7) 2508±641 (100,0) 101,7±2,9
1584±590 (61,8) 474±465 (18,3) 535±198 (20,9) 2593±633 (100,0) 102,5±2,8
1531±584 (61,1) 439±407 (17,5) 537±236 (21,4) 2506±678 (100,0) 98,3±2,8
1585±573 (62,1) 472±480 (1875) 531±212 (20,4) 2552±740 (100,0) 98,7±2,8
1611±580 (62,4) 456±449 (17,4) 524±205 (20,2) 2589±439 (100,0) 98,5±2,8
Pada remaja, rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2608±732 mL/hari dan pada subyek tidak dehidrasi sebesar 2591±817 mL/hari. Pada kelompok dewasa rata-rata asupan air pada subyek dehidrasi adalah sebesar 2591±623 mL/hari dan 2508±641 mL/hari pada subyek tidak dehidrasi. Asupan air pada total subyek dehidrasi sebesar 2506±678 mL/hari dan pada total subyek tidak dehidrasi sebesar 2552±740 mL/hari.
34
Hasil uji statistik terhadap kebutuhan air rata-rata antara kelompok dehidrasi pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kebutuhan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi (p>0,05). Hasil uji statistik pada asupan air juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja maupun dewasa (p>0,05). Hasil uji statistik tidak berbeda nyata antara kebutuhan air dan asupan air kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi kemungkinan karena terdapat faktor lain yang diduga berpengaruh. Faktor tersebut diantaranya adalah pengeluaran air subyek yang berasal dari aktivitas fisik yang ekstrim atau suhu dan kelembaban lingkungan tempat tinggal serta kebiasaan berkemih yang tidak diperhitungkan pada perhitungan kebutuhan air subyek. Proboprastowo dan Dwiriyani (2004) menyatakan bahwa kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Tingkat asupan air dihitung berdasarkan persentase asupan air per kebutuhan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori defisit (<90%), serta cukup atau berlebih (≥90%). Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat asupan air dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Tingkat asupan air <90% ≥90% Total <90% ≥90% Total <90% ≥90% Total
Dehidrasi n(%) 140 (48,9) 129 (40,6) 269 (44,5) 107 (48,8) 173 (47,7) 280 (48,1) 247 (48,9) 302 (44,3) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 146 (51,1) 286 (47,4) 189 (59,4) 318 (52,6) 335 (55,5) 604 (100,0) 112 (51,2) 219 (37,6) 190 (52,3) 363 (62,4) 302 (51,9) 582 (100,0) 258 (51,1) 505 (42,6) 379 (55,7) 681 (57,4) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Tingkat asupan air pada remaja menunjukkan subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) yang mengalami dehidrasi sebesar 40,6%. Pada kelompok dewasa subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi adalah sebesar 48,8%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) subyek yang dehidrasi sebesar 47,6%. Pada total subyek dengan asupan air defisit (<90%) yang mengalami dehidrasi
35
adalah sebesar 48,9%. Pada subyek dengan asupan air cukup atau berlebih (≥90%) subyek yang dehidrasi sebesar 44,3%. Tingkat asupan air merupakan peubah yang paling dicurigai berhubungan dan berpengaruh terhadap dehidrasi namun hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi pada remaja (p<0,05). Pada subyek dewasa dan total subyek menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan air dan dehidrasi (p>0,05). Status dehidrasi dan indeks massa tubuh Status dehidrasi berdasarkan IMT menunjukkan bahwa rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi lebih besar dibandingkan dengan kelompok tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata IMT pada kelompok dehidrasi adalah 21,3±5,3 kg/m2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 20,5±5,2 kg/m2. Indeks massa tubuh pada dewasa yaitu rata-rata sebesar 25,7±4,0 kg/m2 pada kelompok dehidrasi dan 24,7±4,2 kg/m2 pada kelompok tidak dehidrasi. Pada total subyek nilai rata-rata IMT subyek kelompok dehidrasi adalah 23,4±5,3 kg/m2 dan pada kelompok tidak dehidrasi yaitu 22,7±5,2 kg/m2. Rata-rata IMT pada remaja dan dewasa dengan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata IMT (kg/m2) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa* Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 21,26±5,3 25,74±4,0 23,39±5,0
Tidak dehidrasi 20,48±5,2 24,76±4,2 22,66±5,0
Nilai IMT subyek dikelompokkan menjadi gemuk dan tidak gemuk. Pada kelompok remaja maupun kelompok dewasa subyek dengan status gizi gemuk memiliki persentase dehidrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subyek tidak gemuk. Pada remaja persentase subyek dehidrasi dengan status gizi gemuk yaitu sebesar 53,4% dan status gizi tidak gemuk 46,6%. Pada kelompok dewasa persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,7% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,3%. Pada total subyek persentase dehidrasi pada subyek dengan status gizi gemuk yaitu 52,9% dan status gizi tidak gemuk sebesar 47,1%. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi pada total subyek dan kelompok dewasa (p<0,05), namun pada remaja tidak terdapat hubungan antara IMT dan dehidrasi (p>0,05). Hal ini
36
disebabkan tingkat kegemukan pada dewasa lebih besar dibandingkan pada remaja. Menurut Khomsan (2002), kejadian kegemukan meningkat pada usia dewasa, mencapai puncaknya pada usia 40 pertengahan dan awal 50 untuk lakilaki serta akhir 50 dan awal 60 untuk wanita. Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur status gizi dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Status gizi Gemuk Tidak gemuk Total Gemuk Tidak gemuk Total Gemuk Tidak gemuk Total
Dehidrasi n(%) 63 (53,4) 206 (46,6) 269 (44,5) 155 (52,7) 125 (47,3) 280 (48,1) 218 (52,9) 331 (47,1) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi Total n(%) 55 (46,6) 118 (19,5) 280 (53,4) 486 (80,5) 335 (55,5) 604 (100,0) 139 (47,3) 294 (50,5) 163 (52,7) 288 ( 49,5) 302 (51,9) 582(100,0) 194 (57,1) 412 (34,7) 443 (42,9) 774 (65,3) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik Status dehidrasi menurut tingkat aktivitas fisik pada remaja dan dewasa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada kelompok remaja, rata-rata nilai PAL yaitu 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek dehidrasi dan 1,7±0,2 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,1 kkal/kg/hari dan 1,6±0,1 kkal/kg/hari pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata nilai PAL yaitu 1,6±0,2 kkal/kg/hari dan 1,6±0,2 kkal/kg/hari pada
subyek tidak dehidrasi. Rata-rata nilai PAL
(kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rata-rata nilai PAL (kkal/kg/hari) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa Total
Dehidrasi 1,7±0,2 1,6±0,1 1,6±0,2
Tidak dehidrasi 1,7±0,2 1,6±0,1 1,6±0,2
37
Aktivitas fisik dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu sangat ringan dan ringan ≤1,7 kkal/kg/hari serta sedang dan berat pada nilai >1,7 kkal/kg/hari. Pada kelompok remaja dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan, subyek mengalami dehidrasi adalah sebesar 44,4% dan pada aktivitas fisik sedang dan berat subyek mengalami dehidrasi adalah sebesat 44,8%. Pada kelompok dewasa 48,3% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 47,2% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. Pada total subyek 46,7% subyek dengan aktivitas fisik ringan dan sangat ringan mengalami dehidrasi, dan 45,3% pada tingkat aktivitas fisik sedang dan berat. AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, asupan air yang dibutuhkan meningkat,
karena
tubuh
banyak
kehilangan
air,
sehingga
diperlukan
penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan. Sebaran subyek berdasarkan kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran subyek berdasarkan tingkat aktivitas fisik, kelompok umur dan status dehidrasi No
Kelompok Umur
1
Remaja
2
Dewasa
3
Total
Tingkat aktivitas fisik
Dehidrasi n(%)
Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total Sangat ringan/ringan Sedang/berat Total
141 (44,3) 128 (44,8) 269 (44,5) 238 (48,3) 42 (47,2) 280 (48,1) 379 (46,7) 170 (45,3) 549 (46,3)
Tidak Dehidrasi n(%) 177 (55,7) 158 (55,2) 335 (55,5) 255 (51,7) 47 (52,8) 302 (51,9) 432 (53,3) 205 (54,7) 637 (53,7)
Total
318 (52,6) 286 (47,4) 604 (100,0) 493 (84,7) 89 (15,3) 582(100,0) 811 (68,4) 375 (31,6) 1186 (100,0)
Hasil analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik (p>0,05). Hal ini diduga karena tingkat aktivitas fisik subyek rata-rata berada pada tingkat ringan dan hanya sedikit subyek yang melakukan aktivitas berat. Selain itu subyek dengan aktivitas fisik berat telah sadar untuk minum dalam jumlah yang cukup. Hal ini disebabkan respon haus pada tingkat aktivitas fisik berat lebih dirasakan dibandingkan dengan aktivitas ringan. Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia bergantung pada sensasi hausnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai berpikir untuk minum air.
38
Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi Status dehidrasi berdasarkan tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi menunjukkan bahwa rata-rata skor nilai pada subyek dehidrasi lebih kecil dibandingkan subyek tidak dehidrasi. Pada remaja nilai rata-rata pengetahuan subyek yang mengalami dehidrasi yaitu 57,3±21 poin dan 61,9±21 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada kelompok dewasa rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 62,1±22 dan sebesar 64,9±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Pada total subyek rata-rata poin pengetahuan pada subyek dehidrasi sebesar 59,7±22 dan sebesar 69,3±22 poin pada subyek tidak dehidrasi. Ratarata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Rata-rata skor pengetahuan (poin) berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi Sumber Remaja* Dewasa Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 57,3±21 62,1±22 59,7±22
Tidak dehidrasi 61,9±21 64,9±22 63,3±22
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara skor pengetahuan kelompok dehidrasi dan tidak dehidrasi pada remaja dan total subyek (p<0,05). Tingkat pengetahuan air minum dan dehidrasi subyek dibagi kedalam 2 kelompok yaitu tingkat pengetahuan kurang (<60) dan tingkat pengetahuan sedang atau baik (≥60). Sebaran subyek menurut tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi pada kelompok umur dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran subyek berdasarkan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Pengetahuan air minum dan hidrasi Kurang Sedang/baik Total Kurang Sedang/baik Total Kurang Sedang/baik Total
Dehidrasi n(%) 128 (50,6) 141 (40,2) 269 (44,5) 107 (54,1) 173 (45,1) 280 (48,1) 235 (52,1) 314 (42,7) 549 (46,3)
Tidak Total dehidrasi n(%) 125 (49,4) 253 (41,9) 210 (59,8) 351 (58,1) 335 (55,5) 604 (100,0) 91 (45,9) 198 (38,1) 211 (54,9) 384 (61,9) 302 (51,9) 582(100,0) 216 (47,9) 451 (38,1) 421 (57,3) 735 (61,9) 637 (53,7) 1186 (100,0)
Pada remaja persentase subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan
kurang
yaitu
50,5%
dan
40,2%
pada
kelompok
tingkat
39
pengetahuan sedang atau baik. Pada dewasa sebesar 54,0% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 45,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pada total subyek sebesar 52,1% subyek dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan kurang dan 42,7% subyek mengalami dehidrasi pada kelompok tingkat pengetahuan sedang atau baik. Pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek yang rendah akan berpengaruh terhadap kebiasaan minum dan hidrasi subyek. Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan tentang air minum dan hidrasi cenderung mengalami dehidrasi. Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Hasil korelasi Spearman pada remaja dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p<0,05). Pada kelompok dewasa hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan subyek (p>0,05) hal ini diduga karena pada kelompok dewasa yang merupakan tenaga pengajar memiliki tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi yang sudah baik sehingga tingkat pengetahuan pada dewasa tidak berhubungan dengan status dehidrasi. Status dehidrasi dan suhu tubuh Status dehidrasi berdasarkan suhu tubuh menunjukkan rata-rata suhu tubuh subyek dengan status dehidrasi lebih kecil dibandingkan dengan suhu tubuh subyek tidak dehidrasi. Pada remaja suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9oC. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 35,8±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 35,9±0,9oC. Pada dewasa suhu tubuh rata-rata subyek yang mengalami dehidrasi adalah 36,0±0,9oC dan pada subyek yang tidak mengalami dehidrasi yaitu 36,1±0,9oC. Rata-rata suhu tubuh (oC) berdasarkan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Rata-rata suhu (oC) tubuh berdasarkan status dehidrasi Sumber Remaja Dewasa* Total* * berbeda nyata pada p<0,05
Dehidrasi 36,0±0,9 35,8±0,9 35,9±0,9
Tidak dehidrasi 36,1±0,9 35,9±0,9 36,0±0,9
40
Suhu tubuh dikelompokkan menjadi suhu tubuh normal dan tidak normal. Pada persentase subyek dehidrasi berdasarkan suhu tubuh normal dan tidak normal menunjukkan persentase dehidrasi lebih besar pada subyek dengan suhu tubuh tidak normal baik itu pada remaja, dewasa maupun pada total subyek. Pada remaja, persentase subyek dehidrasi dengan suhu tubuh normal sebesar 41,3% dan pada suhu tidak normal 50,5%. Pada dewasa, persentase subyek dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 44,1% dan 53,1% pada kelompok suhu tubuh tidak normal. Pada total subyek persentase dehidrasi pada kelompok suhu tubuh normal sebesar 42,6% dan pada kelompok suhu tubuh tidak normal sebesar 51,9%. Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status dehidrasi No 1
Kelompok umur Remaja
2
Dewasa
3
Total
Suhu tubuh Normal Tidak normal Total Normal Tidak normal Total Normal Tidak normal Total
Dehidrasi n(%) 162 (41,3) 107 (50,5) 269 (44,5) 143 (44,1) 137 (53,1) 280 (53,1) 305 (42,6) 244 (51,9) 549 (46,3)
Tidak dehidrasi n(%) 230 (58,7) 105 (49,5) 335 (55,5) 181 (55,9) 121 (46,9) 302 (51,9) 411 (57,4) 226 (48,1) 637 (53,7)
Total 392 (64,9) 212 35,1) 604 (100,0) 324 (55,7) 258 (44,3) 582 (100,0) 716 (60,4) 470 (39,6) 1186 (100,0)
Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan suhu tubuh pada dewasa dan total subyek (p<0,05). Pada remaja tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dan suhu tubuh (p<0,05). Pada suhu tubuh yang tinggi akan memberikan penguapan kulit, banyak berkeringat sehingga ekskresi air melalui kulit relatif lebih tinggi (Hardinsyah 2009). Kenaikan suhu tubuh 1 0C pada suhu tubuh diatas 37 0C akan mengakibatkan kehilangan volume 100-150 mL. Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan dingin karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang. Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho 2009).
41
Faktor Risiko Dehidrasi Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan (Thompson et al. 2008). Dehidrasi umumnya terjadi akibat olahraga berat, kerja berat, atau ekpos pada tempat suhu tinggi sehingga tubuh kehilangan berat badan secara nyata melalui pengeluaran air yang berlebih, baik dalam bentuk keringat maupun uap air dari pernapasan. Variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap status dehidrasi adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, status gizi, suhu tubuh, tingkat aktivitas fisik, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Variabel tersebut kemudian dianalisis menggunakan model regresi logistik untuk melihat faktor risiko dehidrasi. Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan total subyek Faktor Risiko Remaja Wilayah ekologi Jenis Kelamin Suhu tubuh Tingkat pengetahuan Tingkat asupan air Dewasa Wilayah ekologi Suhu tubuh Total subyek Wilayah ekologi Suhu tubuh Tingkat asupan air Tingkat pengetahuan
Kategori
B
Sig.
OR (exp B)
Odd Ratio
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = laki-laki 1 = wanita 0 = normal 1 = tidak normal 0 = baik 1 = kurang 0 = ≥90% 1 = <90%
1,006
0,000
2,735
1,930- 3,875
0,472
0,009
1,604
1,127- 2,281
0,406
0,027
1,501
1,047- 2,152
0,353
0,045
1,423
1,007- 2,010
0,512
0,004
1,668
1,173- 2,371
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = normal 1 = tidak normal
1,057
0,000
2,879
2,033- 4,077
0,434
0,014
1,543
1,093-2,178
0 = dataran tinggi 1 = dataran rendah 0 = normal 1 = tidak normal 0 = ≥ 90% 1 = < 90% 0 = baik 1 = kurang
1,013
0,000
2,754
2,158 -3,514
0,431
0,001
1,539
1,201-1,973
0,274
0,033
1,316
1,023-1,692
0,283
0,026
1,327
1,035 -1,702
Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah jenis kelamin, wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Faktor risiko dehidrasi pada dewasa
42
adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi serta tingkat asupan air. Hasil
uji
regresi
logistik
menunjukkan
bahwa
wilayah
ekologi
mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk kelompok remaja (OR= 2,735; 95% CI: 1,930–3,875) dan dewasa (OR= 2,879; 95% CI: 2,033–4,077). Hal ini berarti bahwa pada kelompok remaja subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi dan pada kelompok dewasa subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Hasil
uji
regresi
logistik
menunjukkan
bahwa
wilayah
ekologi
mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk total subyek (OR=2,754; 95% CI: 2,158–3,515). Hal ini menunjukkan subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Suhu lingkungan yang lebih tinggi pada seperti dataran rendah akan memberi pengaruh penguapan pada kulit, sehingga ekskresi air melalui kulit akan relatif lebih tinggi. Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis tubuh, yaitu dalam upaya untuk merespon dengan baik agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi meyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR= 1,604; 95% CI: 1,127–2,281). Hal ini menunjukkan remaja wanita lebih berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada remaja laki-laki. Beberapa literatur menyebutkan bahwa komposisi lemak tubuh pada wanita lebih besar dibandingkan pada laki-laki sehingga kandungan air pada tubuh wanita lebih rendah dan akibatnya wanita lebih rentan untuk mengalami dehidrasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Dhamayanti (2009) menyatakan bahwa komposisi lemak mulai meningkat ketika usia anak memasuki 6 tahun, tubuh anak wanita lebih banyak lemak, sedangkan tubuh anak laki-laki lebih banyak jaringan
43
ototnya. Wanita mengontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa suhu tubuh mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,501; 95% CI:1,047–2,152) dan dewasa (OR:1,543; 95% CI= 1,093–2,178) serta total subyek (OR= 1,539; 95% CI: 1,201–1,973). Hal ini berarti pada suhu tubuh subyek yang berada di luar rentang normal akan berisiko mengalami dehidrasi 1,50 kali pada remaja dan 1,54 kali pada dewasa, serta 1,54 kali pada total subyek jika dibandingkan pada subyek dengan suhu tubuh normal. Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi ketidakseimbangan air dalam tubuh. Pada daerah suhu dingin secara otomatis tubuh akan banyak mengeluarkan panas sehingga akan menyebabkan pemakaian energi dan air yang berlebih sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu udara yang dingin membuat rasa haus ingin minum pun menjadi berkurang sehingga tubuh bisa saja kekurangan asupan air. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja (OR=1,423; 95% CI: 1,007–2,010) dan pada total subyek (OR=1,327; 95% CI: 1,035–1,702). Subyek yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah akan berisiko 1,42 kali mengalami dehidrasi pada remaja dan 1,33 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang tingkat pengetahuannya baik. Skor nilai pengetahuan tentang air minum dan hidrasi subyek berbanding lurus dengan sikap subyek dalam memenuhi asupan air. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000). Berdasarkan data hasil penelitian subyek yang tingkat pengetahuannya baik rata-rata asupan airnya lebih tinggi dibandingkan subyek yang tingkat pengetahuannya kurang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat asupan air mempengaruhi status dehidrasi secara nyata pada taraf 5% untuk remaja
44
(OR=1,668; 95% CI: 1,173 – 2,371) dan total subyek (OR=1,316; 95% CI: 1,023– 1,692. Asupan air subyek yang kurang 90% kebutuhannya berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali pada remaja dan 1,32 kali pada total subyek jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90% kebutuhannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Asupan air pada remaja dan dewasa berasal dari minuman air putih dan minuman lainnya, dari asupan makanan, serta air metabolik. Total asupan air pada remaja dan dewasa tidak berbeda secara signifikan. Total asupan air pada remaja sebesar 2770±439 mL/hari, pada dewasa sebesar 2730±439 mL/hari. Status dehidrasi berdasarkan berat jenis urin pada remaja dan dewasa yaitu masing masing yaitu 48,1% dan 44,5% dan total dehidrasi pada semua subyek yaitu 46,3%. Faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah willayah ekologi, suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat asupan air dan pada dewasa adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah wilayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan, dan tingkat asupan air. Pada subyek remaja, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar rentang normal berisiko 1,50 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek wanita berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada subyek laki-laki. Subyek dengan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi kurang berisiko 1,43 kali mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek yang tingkat pengetahuannya sedang atau baik. Asupan air subyek yang kurang dari kebutuhan airnya berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya. Pada subyek dewasa subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar rentang normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Pada total subyek, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar rentang normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek dengan suhu tubuh normal. Subyek dengan pengetahuan air minum dah hidrasi rendah berisiko 1,33 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek dengan pengetahuan sedang atau baik. Subyek dengan asupan air defisit berisiko 1,31 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek dengan asupan air cukup atau berlebih.
46
Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah ekologi pada dataran rendah dimana suhu lingkungan yang panas berisiko besar menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini perlu disadari dengan mengantisipasi kondisi lingkungan yang panas dengan asupan air yang cukup untuk menggantikan air tubuh yang hilang melalui penguapan dan keringat. Kondisi lain seperti suhu tubuh, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan dan sikap serta khususnya tingkat asupan air juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk menjaga keseimbangan air tubuh. Tanda-tanda dehidrasi berupa haus serta mukosa mulut kering merupakan pertanda akurat seseorang sedang mengalami dehidrasi ringan, sehingga regulasi minum perlu untuk dijaga.
DAFTAR PUSTAKA [AFIC] Asian Food Information Centre. 1998. Fluid for kids. http//www. AFIC.org [25 November 2008]. . 1999. Singapore drinking habits survey. http//www. AFIC.org [25 November 2008]. . 2000. Fluid, http//www. AFIC.org [25 November 2008].
the
forgotten
factor.
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Annisa K. 2009. Kebiasaan minum, kebutuhan air dan kecenderungan dehidrasi siswa sekolah dasar [skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Atam. 2005. Evaluasi kecukupan kalori atlet pusat pendidikan dan latihan mahasiswa (pplm) atletik Universitas Negeri Semarang [Skripsi]. Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Batmanghelidj F. 2007. Air untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bellisle F. 2010. A study of fluid intake from beverages in a sample of healthy French children, adolescents and adults. Macmillan Publishers Limited 64(4): 350–355. Biali S. 2007. Drink up: Revisiting the benefits of H2O. Medical Post. 43:24-25. Bossingham JM, Nadine SC, and Wayne WC. 2005. Water balance, hydration status and fat free mass hydration in younger and older adult. Am J Clin Nutr 81:1342-1350. Briggs G, Calloway D. 1987. Water and Electrolit, Nutrition and Physical Fitness. New York: Sunders College Publishing. Casa DJ, Armstrong LE, Hillman SK, Montain SJ, Reiff RV, Rich BSE. 2000. National athletic trainers’ Association position statement: fluid replacement for athletes. Journal of Athletic Training. 35:212-224. [D-A-CH] Deutsche Gesellschaft für Ernährung-Österreichische Gesellschaft für Ernährung-Schweizerische Gesellschaft für ErnährungsforschungSchweizerische Vereinigung für Ernährung. 2008. Referenzwerte für die Nährstoffzufuhr. Umschau Braus Verlag: Frankfurt am Main. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Laporan Akhir Asupan air Gizi. Jakarta: Direktorat Gizi, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan. Dhamayanti M. 2009. Overview adolescent health problems and services. http://www.idai.or.id [21 Maret 2011]. Didinkaem. 2006. “Berapa banyak harus minum http://www.halalguide.info [ 1 Januari 2011].
setiap
harinya”.
Fauji M. 2011. Aktivitas fisik dan kaitannya dengan kebutuhan dan tingkat asupan air air pada remaja dan dewasa [Skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
48
Gavin M. 2006. Recognizing dehydration in children. http//www.nlm.nih.go [Januari 2011]. Gibson MD. 2002. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Grandjean. 2003. Hydration not just about water. Medical Post 39:14-19. Grandjean et al. 2003. The effect on hydration of two diets, one with and one without plain water. American College of Nutrition 22(2):165–173. Hardinsyah, Soenaryo ES, Briawan D, Damayanthi E, Dwiriani CM, Effendi YH, Dewi M, Aries M. 2009. Studi Kebiasaan Minum & Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor: Perhimpunan Peminat Gizi & Pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN INDONESIA), Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Asupan air Pangan. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah, Sriardiningsih, Razaktaha, Briawan D, Effendi YH, Aries M, Lestari KS, Nindya TS, Hidri N, dan Fatimah S. 2010. Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda. Tim THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). FEMA IPB. FKM UNAIR dan FKM UNHAS. Harper, Laura J. 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI press. Hartanto W. 2007. Terapi Air Dan Elektrolit Perioperatif. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hellert W, Kerstino M dan Manz F. 2001. Fifteen year trends in water intake in germany childeer and adolescents: Result of the DONALD study. Acta Ped 90:732-737. Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hydration for Health. 2010. About healthy hydration. http://www.h4hinitiative.com [5Oktober 2010]. Irawan MA. 2007. Air tubuh, elektrolit dan mineral. www.pssplab.com. [10 Maret 2011]. Kenefic Robert. 2005. Cold weather increases risk of dehydration. http://www.unh.edu/news/news_releases/200 [Desember 2011]. Kleiner S. 1999. Water: an essensial but overlooked nutrient. Jour of Am Diet 99:2. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. . 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mahan LK, Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. Canada: Elsevier. Inc.
49
Mann J, Stewart AT. 2007. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA: Oxford University Press inc. Manz F, Wentz A. 2005. Hydration status in the United States and Germany. Nutr Rev 63:S55-S61. Muchtadi D, Nurheni S, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Maulad A. 2009. Hubungan aktivitas fisik dan preferensi asupan air minuman dengan pemenuhan kebutuhan air pada remaja SMA Negeri 2 Bogor [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Mayo Clinic. 2011. Dehydration. www.mayoclinic.com [februari 2011]. Murray B. 2007. Hydration and physical performance. Journal of the American College of Nutrition 26(5):542S–548S. Notoatmodjo S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho S. 2009. Gambaran pajanan suhu dingin terhadap kejadian hipotermia pada pekerja operator distribution control system control room gedung CCB Kujang 1B PT Pupuk Kujang Cikampek Kabupaten Karawang tahun 2009 [Skripsi]. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Perdana SM. 2011. Aktivitas fisik dan asupan air energi minuman berkalori pada laki laki dan wanita gemuk dan tidak gemuk [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Primana DA. 2010. Kebutuhan air pada olahraga. www.samallcrab.com[30 September 2010]. Pivarnik JM, Leeds EM, Wilkerson JE, 1984. Effects of endurance exercise on metabolic water production and plasma volume. Journal of Applied Physiology 56:613-618. Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (proses belajar mengajar) [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Proboprastowo SM dan Dwiriyani CM. 2004. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. Rachma P. 2009. Kebiasaan minum, kebutuhan air dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 2003. Metode Penelitian Gizi Secara Antropometri. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications. Sawka M, Samuel NC, Robert C. 2005. Human water needs. Nutr Rev 63:S30S39. Sharp Rick. 2007. Role of whole foods in promoting hydration after exercise in humans american. College of Nutrition 26(5):592S–596S.
50
SM Shirreffs. 2003. Markers of hydration status. Nature Publishing Group 2:S6– S9. Tamsuri A. 2007. Tanda-tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC. Thompson JL, Manore MM, Vaughan LA. 2008. The Science of nutrition. Pearson Benjamin Cumming. San Francisco. Viktor L Fulgoni. 2007. Limitations of Data on Fluid Intake. American: College of Nutrition. Verdú JM. 2009. The Physiology of Hydration and Water Nutrition. Spain: Cocacola España. Viva News 2010. Pentingnya air bagi tubuh. Http://kosmo.vivanews.com [5Oktober 2010]. Wahlquist ML. 2007. Food and Nutrition Australia Asia and The Pacific. USA: Allen & Unwin Publishing Company. Whitmire S. 2004. Water, Electrolit and Acid Base Balance. USA: W.B Saunders Company. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [WHO] World Health Organization. 2007. Body Mass Indeks (BMI) = Indeks Massa Tubuh. http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.htmL [Maret 2011]. [WHO] World Health Organization. 2005. Nutrients in drinking water. Geneva. [WHO/FAO] World Health Organization/Food and Agriculture Organization. 2002. Joint WHO/FAO Expert Consultation on Diet, Nutrition, and Prevention of Chronic Diseases. Draft 28 March 2002. Geneva. http://www.who.int/world-health-day/q_and_a.en.shtmL [25 September 2010]. Yulianasari AI. 2009. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja dan dewasa di DKI Jakarta tahun 2007 [Skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
51
LAMPIRAN
52
Lampiran 1 Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST No 1
2
3
4
5
Data Karakteristik Individu Umur Jenis kelamin Karakteristik Kesehatan Individu Berat Badan Tinggi Badan Suhu tubuh Aktivitas Fisik (3 hari yang lalu dan 3 hari kemudian) Tidur malam Tidur siang/sore Mandi/kebersihan diri/berdandan Makan (pagi, siang, dan malam) Perjalanan ke dan dari sekolah Belajar di sekolah (termasuk jam istirahat di sekolah) Bekerja di sekolah Belajar di luar sekolah Bekerja di luar sekolah Olahraga di sekolah Olahraga di luar sekolah Ibadah/sholat Kegiatan lainnya (misalnya bersantai, pesta, jalan-jalan) Makanan dan Minuman (satu minggu yang lalu) Makanan Pokok Lauk pauk Buah segar, rujak, asinan & manisan Sayuran, karedok, asinan Jajanan berkuah/basah Jajanan Kering Jus/sari buah tanpa kemasan Sari buah kemasan Aneka es buah/campur/kelapa Minuman serbuk Minuman jelly Susu tanpa kemasan Susu (bubuk/cair) dan yoghurt kemasan Teh dan kopi tanpa kemasan Teh dan kopi dalam kemasan Minuman ber-gas (karbonasi) Bir dan minuman beralkohol Jamu dan minuman herbal Minuman Lainnya Pengetahuan air minum dan hidrasi Banyaknya air yang harus diminuma agar tetap bugar dan sehat dalam ukuran liter dan gelas Tanda tanda air yang aman untuk diminum Hubungan jenis air minum dan hidrasi
Remaja
Dewasa
-
53
Lampiran 2 Hasil uji t antara karakteristik subyek remaja dan dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Umur
Upper
63.270
1184
.000
24.418
.386
23.661
25.175
Equal variances not assumed
62.128 591.683
.000
24.418
.393
23.646
25.190
17.170
1184
.000
4.40650
.25664 3.90299 4.91002
17.202 1.179E3
.000
4.40650
.25616 3.90392 4.90909
1184
.004
3.67535
1.28766 1.14901 6.20169
2.853 1.179E3
.004
3.67535
1.28825 1.14782 6.20287
Equal variances not assumed Pengetahuan Equal variances assumed Equal variances not assumed
Suhu tubuh
Lower
Equal variances assumed
Indeks massa Equal tubuh variances assumed
Aktivitas fisik
Df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference
2.854
Equal variances assumed
-15.494
1184
.000
-.15419
.00995 -.17371 -.13466
Equal variances not assumed
-15.608 1.049E3
.000
-.15419
.00988 -.17357 -.13480
Equal variances assumed
-4.789
1184
.000
-.25428
.05309 -.35844 -.15011
Equal variances not assumed
-4.787 1.179E3
.000
-.25428
.05312 -.35850 -.15006
54
Lampiran 3 Hasil uji t antara asupan air remaja dan dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Air Equal metabolik variances assumed
Air dari minuman selain air putih
Air dari makanan
Air dari minuman air putih
Df
1.934
95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference Lower Upper
1184
.053
23.086
11.938
-.336 46.509
Equal variances not assumed
1.936 1.183E3
.053
23.086
11.925
-.309 46.482
Equal variances assumed
1.334
1184
.182
34.838
26.110
-16.389 86.064
Equal variances not assumed
1.330 1.140E3
.184
34.838
26.187
-16.542 86.217
Equal variances assumed
-2.159
1184
.031
-9.539
4.419
-18.209
-.870
Equal variances not assumed
-2.170 1.111E3
.030
-9.539
4.395
-18.163
-.916
Equal variances assumed
-1.532
1184
.126
-51.138
33.387 -116.643 14.366
Equal variances not assumed
-1.530 1.176E3
.126
-51.138
33.415 -116.698 14.421
1184
.397
-36.395
42.929 -120.622 47.831
-.851 1.150E3
.395
-36.395
42.763 -120.298 47.507
Total Equal asupan air variances assumed Equal variances not assumed
-.848
Lampiran 4 Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada remaja dehidrasi dan tidak dehidrasi Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Nilai berat Equal jenis urin variances assumed Equal variances not assumed
39.014
Df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
602
.000
.010240
.000262 .009725 .010756
40.545 589.922
.000
.010240
.000253 .009744 .010737
55
Lampiran 5 Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada dewasa dehidrasi dan tidak dehidrasi Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
Df
Nilai berat Equal variances 36.876 jenis urin assumed
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
580
.000
.010239
.000278 .009694
.010784
Equal variances 37.299 551.168 not assumed
.000
.010239
.000275 .009700
.010778
Lampiran 6 Hasil uji t antara nilai berat jenis urin dehidrasi dan tidak dehidrasi Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Nilai Equal variances berat assumed jenis urin Equal variances not assumed
Std. Sig. Mean Error (2- Differenc Differenc tailed) e e
Df
53.734
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
1184
.000 .010246 .000191 .009872 .010620
55.039 1.146E3
.000 .010246 .000186 .009881 .010611
Lampiran 7 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan kelompok umur Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. sided) (2-sided) (1-sided)
Df a
1.522 1.382 1.523
1 1 1
.217 .240 .217 .222
1.521 1186
1
.120
.217
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 269.41.
Lampiran 8 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada remaja Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
4.966 4.608 4.973
a
1 1 1
.026 .032 .026
4.958 604
1
.026
Exact Sig. Exact Sig. (1(2-sided) sided)
.027
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 133.61.
.016
56
Lampiran 9 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada dewasa Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided)
Df
.000 .000 .000
a
1 1 1
.986 1.000 .986
.000 582
1
.986
Exact Sig. (1sided)
1.000
.526
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 129.90.
Lampiran 10 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada remaja Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided)
df
Exact Sig. (1sided)
a
Pearson Chi-Square 2.607 1 .106 b Continuity Correction 2.422 1 .120 Likelihood Ratio 2.609 1 .106 Fisher's Exact Test .116 .060 Linear-by-Linear Association 2.605 1 .107 N of Valid Casesb 1186 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 263.85.
Lampiran 11 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan letak geografis pada remaja Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided)
df
30.692a 29.791 30.992
1 1 1
.000 .000 .000
30.641 604
1
.000
Exact Sig. (1sided)
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 131.83.
.000
57
Lampiran 12 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan letak geografis pada dewasa Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided)
df
38.922a 37.894 39.381
1 1 1
.000 .000 .000
38.855 582
1
.000
Exact Sig. (1sided)
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 137.59.
Lampiran 13 Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan letak geografis Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
Df
69.195a 68.230 69.935
1 1 1
Exact Sig. (1sided)
.000 .000 .000 .000
69.137
1
.000
.000
1186
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 269.41.
Lampiran 14 Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada remaja Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T kebutuhan air
df
95% Confidence Std. Interval of the Mean Error Difference Sig. (2- Differenc Differenc tailed) e e Lower Upper
Equal variances assumed
.855
602
.393
45.953
53.762
-59.632 151.538
Equal variances not assumed
.848 553.382
.397
45.953
54.219
-60.547 152.454
Lampiran 15 Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t kebutuhan Equal variances air assumed
1.518
df
95% Confidence Std. Interval of the Mean Error Difference Sig. (2- Differenc Differenc tailed) e e Lower Upper
582
.130 82.93320 54.6381 -24.3796 190.246
Equal variances not 1.521 579.475 assumed
.129 82.93320 54.5426 -24.1921 190.058
58
Lampiran 16 Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada total subjek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Kebutuhan Equal variances air assumed
df
.338
Equal variances not assumed
95% Confidence Std. Interval of the Mean Error Difference Sig. (2- Differenc Differenc tailed) e e Lower Upper
1186
.735
14.479
32.450 -67.3641 95.3993
.340 1.179E3
.734
34.975
32.450 -66.8445 94.8797
Lampiran 17 Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada remaja Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Total Equal variances asupan assumed air Equal variances not assumed
df
-.550
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
604
.583 -35.44758 64.48709
-162.251 91.19942
-.557 596.635
.578 -35.44758 63.61466
-160.383 89.48831
Lampiran 18 Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Total Equal variances asupan assumed air Equal variances not assumed
df
1.357
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
580
.175
43.424
32.000
-19.425 106.273
1.356 575.246
.176
43.424
32.018
-19.462 106.310
Lampiran 19 Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada total subjek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T Total Equal variances asupan assumed air Equal variances not assumed
1.078
df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
1184
.281
34.975
32.450
-28.690
98.640
1.074 1.142E3
.283
34.975
32.552
-28.892
98.843
59
Lampiran 20 Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada remaja Spearman’s rho Status dehidrasi Status dehidrasi
Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N
Indeks massa tubuh
Correlation Coefficient
Tingkat asupan air
Suhu tubuh
1.000 . 604 1.000
Sig. (2tailed)
.238
.
N
604
604
.110**
.028
1.000
.007
.491
.
604
604
604
-.017
.040
-.035
1.000
Sig. (2tailed)
.680
.325
.384
.
N
604
604
604
604
Correlation Coefficient
.057
.137**
.119**
.101*
1.000
Sig. (2tailed)
.164
.001
.004
.013
.
N
604
604
604
604
604
**
.045
**
-.010
1.000
N
Suhu tubuh
Skor pengetahu Aktivitas an fisik
-.048
Skor Correlation pengetahu Coefficient an subjek Sig. (2tailed) Aktivitas fisik
Indeks massa tubuh
Correlation Coefficient
Tingkat Correlation asupan air Coefficient
.084
-.128
-.239
Sig. (2tailed)
.038
.002
.267
.000
.809
.
N
604
604
604
604
604
604
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
60
Lampiran 21 Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada dewasa Spearman’s rho Tingkat Status asupan Suhu Aktivitas Skor dehidrasi air tubuh fisik pengetahuan Status dehidrasi
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2tailed) N Tingkat asupan air
Suhu tubuh
Correlation Coefficient
Indeks massa tubuh
. 582 -.015
1.000
Sig. (2tailed)
.717
.
N
582
582
Correlation Coefficient
.087*
.075 1.000
Sig. (2tailed)
.035
.070
.
N
582
582
582
.029
.009
.010
1.000
Sig. (2tailed)
.486
.822
.804
.
N
582
582
582
582
.066
.062
.059
-.003
1.000
.113
.136
.153
.948
.
582
582
582
582
582
-.125**
-.097*
.032
-.053
-.039
1.000
Sig. (2tailed)
.003
.019
.439
.201
.344
.
N
582
582
582
582
582
582
Aktivitas fisik Correlation Coefficient
Skor Correlation pengetahuan Coefficient subjek Sig. (2tailed) N Indeks Correlation massa tubuh Coefficient
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
61
Lampiran 22 Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada total subjek Correlations Status dehidrasi Status dehidrasi
Correlation Coefficient
Tingkat Correlation asupan air Coefficient
Suhu tubuh
Aktivitas fisik
Skor Aktivitas pengetafisik huan
Suhu tubuh
. 1186 .045
Sig. (2tailed)
.199
.
N
1186
1186
Correlation Coefficient
.075**
.009
1.000
Sig. (2tailed)
.010
.750
.
N
1186
1186
1186
Correlation Coefficient
.015
-.169**
.129**
1.000
Sig. (2tailed)
.614
.000
.000
.
N
1186
1186
1186
1186
Skor Correlation pengetahu Coefficient an subjek Sig. (2tailed)
Indeks massa tubuh
1.000
Sig. (2tailed) N
Tingkat asupan air
.064
.074
*
-.053
1.000
.003
.026
.011
.069
.
1186
1186
1186
1186
1186
**
-.026
-.006
**
.035
1.000
.000
.366
.837
.000
.227
.
N 1186 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1186
1186
1186
1186
1186
N Indeks massa tubuh subjek
Correlation Coefficient Sig. (2tailed)
**
.085
-.103
*
-.226
62
Lampiran 23 Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada total subyek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T
Sig. Std. (2Mean Error tailed Differenc Differen ) e ce
df
Indeks Equal variances 3.656 1184 massa assumed tubuh Equal variances not 3.626 1.109E3 assumed
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
.000 1.04544
.28595
.48442
1.60646
.000 1.04544
.28834
.47969
1.61119
Lampiran 24 Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t indeks massa tubuh
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2Mean Error of the Difference tailed Differenc Differen ) e ce Lower Upper
Df
Equal variances assumed
2.873
.004
.99216 .34532
.31392
1.67040
Equal variances not assumed
2.879 579.692 .004
.99216 .34464
.31528
1.66905
580
Lampiran 25 Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada remaja Independent Samples Test t-test for Equality of Means
T indeks massa tubuh
Df
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2Mean Error of the Difference tailed Differenc Differen ) e ce Lower Upper
Equal variances assumed
2.083
.038
.78715 .37794
.04492
1.52938
Equal variances not assumed
2.022 488.193 .044
.78715 .38936
.02212
1.55218
602
63
Lampiran 26 Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada total subjek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t
Std. 95% Confidence Interval Sig. Mean Error of the Difference (2- Differen Differen tailed) ce ce Lower Upper
Df
Aktivitas Equal variances -.817 fisik assumed
1184
.414 -.00893 .01094
-.03039
.01253
Equal variances -.820 1.175E3 not assumed
.412 -.00893 .01089
-.03030
.01243
Lampiran 27 Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t
df
Aktivitas Equal variances -.783 fisik assumed
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2- Mean Error of the Difference tailed Differen Differe ) ce nce Lower Upper
580 .434 -.00864 .01103
-.03031
.01303
Equal variances -.785 579.939 .433 -.00864 .01101 not assumed
-.03025
.01298
Lampiran 28 Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada remaja Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Aktivitas Equal variances fisik assumed
.103
Equal variances .104 not assumed
df
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2- Mean Error of the Difference taile Differen Differe d) ce nce Lower Upper
602 .918 .00170 .01651
-.03072
.03412
590.426 .917 .00170 .01637
-.03044
.03384
64
Lampiran 29 Hasil uji t antara status dehidrasi dan poin pengetahuan pada total subyek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t
df
Pengeta- Equal variances -2.78 huan assumed
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2- Mean Error of the Difference taile Differen Differe d) ce nce Lower Upper
1184 .005 -3.5914 1.2912
-6.1247
-1.0580
Equal variances -2.77 1.153 .006 -3.5914 1.2926 not assumed
-6.1275
-1.0553
Lampiran 30 Hasil uji t antara status dehidrasi dan poin pengetahuan pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Penge- Equal variances tahuan assumed Equal variances not assumed
df
-1.51
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2- Mean Error of the Difference taile Differen Differe d) ce nce Lower Upper
580 .131 -2.8115 1.8603
-6.46544
.84235
-1.51 574.22 .132 -2.8115 1.8621
-6.46892
.84583
Lampiran 31 Hasil uji t antara status dehidrasi dan poin pengetahuan pada remaja Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t
df
Penge- Equal variances -2.590 tahuan assumed
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2Mean Error of the Difference tailed Differen Differen ) ce ce Lower Upper
602
.010 -4.6208 1.78408
-8.12466
-1.11712
Equal variances -2.591 575.33 not assumed
.010 -4.6208 1.78311
-8.12309
-1.11869
Lampiran 32 Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada total subyek Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Suhu tubuh
Equal variances -2.483 assumed
df
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2Mean Error of the Difference tailed Differen Differen ) ce ce Lower Upper
1184
.013 -.13309 .05360
-.23826
-.02792
Equal variances -2.468 1.125 not assumed
.014 -.13309 .05393
-.23891
-.02728
65
Lampiran 33 Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t
Df
Suhu Equal variances -2.180 tubuh assumed
Sig. Std. 95% Confidence Interval (2- Mean Error of the Difference taile Differen Differen d) ce ce Lower Upper
580 .030 -.16719 .07668
-.31779
-.01659
Equal variances -2.170 557.06 .030 -.16719 .07705 not assumed
-.31854
-.01585
Lampiran 34 Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada dewasa Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t Suhu Equal variances tubuh assumed Equal variances not assumed
Std. 95% Confidence Interval Sig. Mean Error of the Difference (2- Differenc Differenc tailed) e e Lower Upper
df
-1.11
602
.266
-.08217
.07376
-.22704
.06270
-1.11 568.4
.267
-.08217
.07395
-.22742
.06308
Lampiran 35 Hasil regresi logistik status dehidrasi pada remaja. Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1 Jenis kelamin Tingkat asupan air
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.472
.180
6.900
1 .009
1.604
1.127
2.281
.512
.179
8.129
1 .004
1.668
1.173
2.371
2.735
1.930
3.875
Wilayah ekologi
1.006
.178 32.026
1 .000
Akitifitas fisik
-.047
.176
.071
1 .789
.954
.675
1.348
Status gizi
.265
.217
1.490
1 .222
1.303
.852
1.993
Pengetahuan
.353
.176
4.007
1 .045
1.423
1.007
2.010
Suhu tubuh
.406
.184
4.879
1 .027
1.501
1.047
2.152
.303 21.746
1 .000
.244
Constant
-1.411
66
Lampiran 36 Hasil regresi logistik status dehidrasi pada dewasa Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Jenis kelamin
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.023
.181
.016
1
.900
.977
.685
1.395
.006
.187
.001
1
.973
1.006
.698
1.451
1.057
.178
35.482
1
.000
2.879
2.033
4.077
Akitifitas fisik
.107
.243
.194
1
.659
1.113
.691
1.792
Status gizi
.243
.176
1.892
1
.169
1.275
.902
1.801
Pengetahuan
.222
.186
1.433
1
.231
1.249
.868
1.797
Suhu tubuh
.434
.176
6.065
1
.014
1.543
1.093
2.178
-1.029
.330
9.690
1
.002
.357
Tingkat asupan air Wilayah ekologi
Constant
Lampiran 37 Hasil regresi logistik status dehidrasi pada total subjek Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1 Jenis kelamin
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.236
.127
3.456
1
.063
1.266
.987
1.623
Tingkat asupan air
.274
.128
4.569
1
.033
1.316
1.023
1.692
Wilayah ekologi
1.013
.124
66.382
1
.000
2.754
2.158
3.514
Kelompok umur
-.085
.138
.376
1
.540
.919
.701
1.205
.431
.127
11.609
1
.001
1.539
1.201
1.973
Aktivitas fisik
-.004
.141
.001
1
.980
.996
.756
1.313
Pengetahuan
.283
.127
4.971
1
.026
1.327
1.035
1.702
Status gizi
.235
.136
2.977
1
.084
1.265
.969
1.652
-1.151
.215
28.636
1
.000
.316
Suhu tubuh
Constant