http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
FAKTOR PENENTU DIVIDEND PER SHARE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA. Indah Martati (Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji faktor penentu dividend per share (DPS) diantara variabel current ratio (CR), debt equity ratio (DER), earning per share (EPS), dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1), total asset turn over (TATO) perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Sebanyak 117 sample perusahaan manufaktur yang diambil secara purposive sampling dari data sekunder yakni Indonesian Capital Market Directory periode 200-2003. Data dianalisis dengan regresi berganda setelah sebelumnya melalui uji asumsi regresi berganda yakni uji multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil anlisis regresi berganda secara parsial menunjukkan ada dua variabel prediktor yakni EPS dan DPSmin1 memiliki pengaruh terhadap variabel dependen DPS, sedangkan variabel lainnya yakni CR, DER, TATO tidak mempengaruhi DPS. Variabel yang dominan pengaruhnya terhadap DPS adalah EPS dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 52.7%, berarti masih ada 47.3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti. Key Words:
Faktor dominan, dividend per share (DPS), current ratio (CR), debt equity ratio (DER), earning per share (EPS), dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1), total asset turn over (TATO)
PENDAHULUAN Keputusan investasi bagi seorang investor menyangkut masa yang akan datang mengandung ketidakpastian, yang berarti mengandung unsur risiko bagi investor. Hampir semua investasi mengandung ketidakpastian atau risiko. Menurut Sunjaya dan Inge Barlian (2003) mengatakan bahwa investor melakukan investasi untuk meningkatkan utilitasnya dalam bentuk kesejahteraan keuangan. Pada dasanya investor akan melakukan investasi jika investasi tersebut memberikan keuntungan sesuai dengan risiko yang ditanggungnya. Keuntungan investasi di pasar modal adalah laba kapital (capital gain) dan dividen. Capital gain diperoleh jika harga saham dimasa mendatang lebih besar dari harga saham pada saat pembelian, sedangkan dividen merupakan laba yang diperoleh perusahaan untuk
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
dibagikan kepada para pemegang saham (Suad Husnan, 2002). Jadi pada saat menanamkan saham pada perusahaan emiten, pemegang saham memiliki harapan untuk memperoleh keuntungan dari modal yang ditanamkan. Ada dua jenis dividen kas dan dividen non kas. Dividen kas adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas merupakan dividen saham dan dividen aktiva. Dividen kas sangat diharapkan oleh para pemegang saham, karena dividen kas merupakan pengembalian utama yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan investor. Dividen kas sering menjadi topik terjadinya kontraversi antara pihak menajemen perusahaan emiten dan para pemegang saham. Kontraversi pertama menyangkut pendapat tentang kebijakan dividen, Merton Miller dan Franco Modigliani (1961) yang selanjutnya disingkat MM mengatakan bahwa
Riset / 1598
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, pendapat ini selanjutnya lebih dikenal dengan teori ketidakrelevanan dividen. Sedangkan argumen lain Gordon dan Litner (1963) berpendapat bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, pendapat ini sering disebut dengan teori dividen yang relevan. Argumen terakhir mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan, pendapat ini lebih dikenal dengan teori preferensi pajak. MM (1961) memberikan argumen yang paling kompehensif mengenai ketidakrelevanan dividen. Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Mereka menyatakan bahwa berdasarkan keputusan investasi perusahaan, rasio pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham. Setiap rupiah pembayaran dividen akan mengurangi laba ditahan yang digunakan untuk membeli aktiva baru. Laba ditahan yang hilang harus ditutup dengan menjual saham baru. Pembeli saham baru menghendaki dividen dan pembayaran dividen tersebut akan mengurangi nilai sekarang dari dividen yang akan diterima pemegang saham lama sejumlah yang sama dengan dividen yang mereka terima saat ini (Sutrisno, 2003). Kontroversi kedua yang menganut teori dividen dari Myron J. Gordon dan John Lllitner yang relevan dengan dasar pemikiran bahwa investor umumnya menghindari risiko, dan dividen yang sekarang diterima memiliki risiko lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen sekaran mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya jika dividen tidak dibayarkan maka tingkat ketidakpastian investor meningkat dan mengakibatkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Argumen ketiga tentang dividen adalah menganut teori preferensi pajak, variabilitas pajak dan floation cost mendasari argumen tersebut. Di negara tertentu pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen. Dengan demikian dividen seharusnya dibayar rendah, karena akan menghemat pajak (Hanafi, 2004). Dengan argumen tersebut maka perusahaan disarankan untuk memberikan dividen yang rendah kepada para pemegang saham. Ditinjau kepentingan perusahaan emiten, maka pendapat pertama dan ketiga, yaitu bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan yang lebih disukai. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perllu mempersiapkan pengeluaran yang tinggi untuk
Riset / 1599
pembayaran dividen, sehingga dividen yang seharusnya dibagikan dapat digunakan untuk modal perusahaan. Sedangkan ditinjau dari kepentingan para pegang saham, maka pendapat kedua yang umumnya disukai, yaitu dividen dibagikan sekarang, hal ini khususnya bagi para investor yang membeli saham untuk kepentingan jangka menengah. Sedangkan bagi investor yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang relatif lebih menginginkan pengembangan modal perusahaan, jadi masalah dividen tidak terlalu menuntut untuk dibagikan. Untuk menjaga dua kepentingan yakni kepentingan perusahaan emiten dan para pemegang saham, maka manajer keuangan perusahaan harus mengambil kebijakan dividen yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal adalah rasio pembayaran dividen yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan untuk menginvestasikan dana serta sebagai preferensi yang dimiliki para investor tentang dividen daripada capital gain (Suad Husnan; 1988). Kebijakan dividen yang optimal ini juga menunjukkan penentuan keseimbangan saat ini dengan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga dapat memaksimalkan harga saham. Pembagian dividen sangat penting bagi perusahaan untuk dapat menarik para investornya, sehingga sebelum melakukan pembagian dividen kas, perusahaan emiten harus mempertimbangkan berbagai faktor ekternal maupun internal yang mempengaruhi kebijakan dividen itu sendiri. Faktor eksternal mencakup peraturan pemerintah, inflasi, dan stabilitas politik. Sedangkan faktor internal perusahaan meliputi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar utang, stabilitas dividen, tingkat keuntungan yang mampu diraih perusahaan, serta perputaran penjualan (Riyanto, 1995). Penelitian ini memfokuskan pada telaah faktor-faktor internal saja. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1), earning per share (EPS), total asset turn over (TATO). Sebagian besar variabel-variabel tersebut pernah diuji oleh peneliti sebelumnya. Karina Cahyati (2006) mengemukakan bahwa hasil pengujian secara parsial menunjukkan DPSmin1 dan EPS berpengaruh signifikan terhadap DPS dengan nilai R2 sebesar 57.7% sedangkan variabel lain CR, DER, TATO tidak signifikan. Mutamimah dan Sulistyo (2000) mengemukakan bahwa hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel DER dan DPSmin1 yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPS sedangkan hasil pengujian secara simultan kelima variabel bebas yakni CR, DER, DPSmin1 EPS, TATO mempengaruhi variabel terikat dengan R2=0.278 atau hanya mampu menjelaskan DPS
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id sebesar 27.8% sedangkan sisanya 72.2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang diuji dalam penelitian. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten, oleh kerena itu peneliti tertarik untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi dividend per share baik secara parsial maupun secara simultan. Mengingat pentingnya dividen bagi investor dan melihat ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya inilah yang melatar belakangi untuk melakukan pengembangan dan replika penelitian yang sama dengan judul ”Faktor Penentu dividend per share perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia” menambah periode amatan 20002003. Penelitian ini dimotivasi untuk melakukan pengujian signifikansi korelasi baik secara parsial maupun simultan antara variabel bebas CR, DER, DPSmin1 EPS, TATO terhadap DPS. Berdasarkan motivasi tersebut, maka permasalahan utama yang akan diselesaikan adalah bagaimana pengaruh Current ratio (CR), Debt to Equity ratio (DER), Earning Per share (EPS), Dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1), Total Asset Turn Over (TATO) terhadap dividend per share (DPS)? Tujuan dari penilitian ini adalah: 1).Untuk memperoleh bukti empiris faktor penentu dividend per share perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia; 2) Untuk menguji signifikansi pengaruh variabel CR, DER, EPS, DPSmin1, TATO terhadap DPS?. Tercapainya tujuan penelitian diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1). Tersedianya informasi bagi calon investor dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham sehubungan dengan harapan dividend per share yang akan dibagikan; 2). Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam mengambil keputusan tentang dividen agar dapat memakmurkan para pemilik perusahaan; 3). Sebagai referensi bagi peneliti lain sehubungan dengan faktor penentu kebijakan dividend per share perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DIVIDEN Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Weston & Copeland; 1991).
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
Keputusan perusahaan untuk membagikan sebagian besar labanya sebagai dividen maka laba yang ditahan akan kecil, sehingga kemampuan pembentukan dana intern akan kecil, hal ini berdampak menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham. Sebaliknya bila perusahaan memilih untuk menahan sebagian besar labanya, maka laba yang akan dibagikan sebagai dividen akan kecil. Oleh karena itu perusahaan dalam mengambil keputusan tentang kebijakan deviden harus dapat menyeimbangkan antara kedua kepentingan tersebut, yaitu antara tingkat pertumbuhan perusahaan dan dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijakan dividen menurut Wetson dan Copeland (1992) dalam Husnan (1994) adalah sebagai berikut : pertama, undang-undang yang mengatur bahwa dividen harus dibayarkan dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos laba ditahan (retained earning) dalam neraca. Disamping itu juga ada ketentuan yang melindungi kreditur yaitu adanya larangan pembayaran dividen bila perusahaan dalam keadaan pailit dan larangan pengurangan modal untu membayar dividen. Kedua, posisi likuiditas perusahaan. Artinya bila perusahaan berada pada posisi likuiditas yang kurang menguntungkan sebagai akibat dari laba ditahan yang sudah diinvestasikan pada aktiva tetap dan tidak disimpan dalam bentuk kas, maka perusahaan mungkin tidak dapat membagi dividen kas. Perusahaan yang sedang berkembang, dimana sebagian besar labanya digunakan untuk reinvestasi maka dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen. Ketiga, apabila manajemen memutuskan untuk melunasi hutang-hutang yang sudah jatuh tempo, maka perusahaan perlu menahan laba yang diperoleh dalam jumlah yang besar, dengan demikian dividen yang dibayarkan menjadi kecil. Keempat, bagi perusahaan yang mengalami perkembangan yang cepat akan membutuhkan banyak dana untuk membiayai ekspansinya, biasanya kebutuhan dana ini diperoleh dari sumber intern yaitu dari laba. Untuk keperluan itu maka perusahaan akan menahan labanya dari sumber ekstern, maka sumber- sumbernya adalah para pemegang saham itu sendiri, yang telah mengetahui keadaan perusahaan. Kelima, stabilitas laba suatu perusahaan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan. Bagi perusahaan yang mempunyai
Riset / 1600
laba relatif stabil, maka perusahaan bisa menbagi dividen yang tinggi tanpa khawatir nantinya harus menurunkan dividen, karena tiba-tiba laba merosot cukup besar. Sebaliknya perusahaan yang labanya berfluktuasi atau relatif tidak stabil cenderung menahan sebagaian besar labanya, karena tidak yakin apakah laba yang diharapkan di tahun- tahun yang akan datang dapat tercapai. Perusahaan semacam ini akan membayarkan dividen yang rendah untuk memungkinkan membelanjai rencana-rencana investasinya dengan dana intern. Keenam, bagi perusahaan besar yang sudah mapan dan mempunyai catatan probitabilitas yang akan baik dan laba yang stabil, maka mempunyai peluang yang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentukbentuk pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil yang baru. Sehingga perusahaan yang sudah mapan cenderung mempunyai tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil baru, karena perusahaan kecil dan baru membiayai investasinya dengan dana intern. Ketujuh, bila perusahaan menerbitkan saham baru, maka pemilik saham lama akan mempunyai proporsi kepemilikan yang semakin kecil, akibatnya kendali terhadap perusahaan oleh pemilik saham lama akan berkurang. Oleh karena itu untuk mempertahankan kendali perusahaan maka pembiayaan terhadap investasi dilakukan dengan dana intern sehingga dividen yang dibayarkan kecil. Kedelapan, posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan pada saat tertentu, terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Kelompok pertama ingin pembagian dividen yang rendah dan menahan sebagian besar laba, sedangkan kelompok kedua menginginkan pembagian dividen yang tinggi. Oleh karena itu, kebijakan dividen yang dapat dijalankan perusahaan adalah dengan cara kompromi dari kedua kelompok tersebut, yaitu rasio pembayaran menengah. Litzenberger dan Ramaswani dalam Mutamimah dan Sulistyo (2000) mengemukakan bahwa apabila dividen dikenakan pajak lebih tinggi dari jumlah pajak atas capital gain, maka pemodal menginginkan agar dividen dibayar dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Beberapa studi empiris telah membuktikan bahwa berubahnya harga saham sesuai dengan perubahan dengan pengumuman dividen. Artinya pengumuman jumlah dividen yang akan dibagi
Riset / 1601
kepda para pemegang saham menggambarkan akan prospek perusahaan [Awat;1999]. Dividen yang dibayarkan digunakan sebagai isyarat mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dividend Signaling theory diperkenalkan oleh Ross (1977) kemudian dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), Miller dan Rock (1985) serta John dan William (1985). Ross (1977) berpendapat bahwa manajer sebagai orang dalam yang mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Ross membuktikan bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami kemajuan. Litner dalam sulistyo (2000) mengemukakan bahwa dividen dipengaruhi oleh earning per share yang diperoleh perusahaan dan umumnya perusahaan tidak mau menurunkan besarnya dividennya, sehingga dividen tahun sekarang dipengaruhi dividen tahun sebelumnya. Keengganan menurunkan besarnya dividen karena penurunan dividen identik dengan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Kerangka Konsepsional dan Hipotesis HIPOTESIS Current ratio (CR) menunjukkan likuiditas perusahaan yakni kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kondisi likuid merupakan masalah yang sangat penting karena mewakili kepentingan perusahaan bagi pihak internal maupun ekternal. semakin tinggi current ratio suatu perusahaan maka semakin tinggi pula dividen yang akan dibayar. Hipotesis yang diajukan adalah: H1 = Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel CR terhadap DPS Kebutuhan dana untuk membayar utang akan diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang merupakan salah satu alternative pendanaan yang bersumber dari modal sendiri untuk melunasi utang. Jadi DER adalah satu rasio yang dapat menjamin keseluruhan utangnya dengan bagian dari modal sendiri. Suatu perusahaan akan mengutamakan keuntungan yang diperoleh untuk membayar utang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai dividend per share. Hipotesis yang diajukan adalah: H2= Terdapat pengaruh negatif signifikan variabel DER terhadap DPS
JURNAL EKSIS
dan
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Begitu juga dengan besarnya earning per share (EPS) yang dihasilkan perusahaan sangat menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibayar. Karena dividen akan dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba bersih per lembar sahamnya (EPS). Semakin besar EPS diharapkan semakin tinggi DPS yang dibagikan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: H3= Terdapat pengaruh positif signifikan variabel EPS terhadap DPS
dan
Kebijakan dividen yang stabil merupakan kebijakan yang menetapkan besarnya dividend per share yang dibayarkan untuk satu periode tertentu besarnya relatif sama meskipun pendapatan per share saham pertahunnya berfluktuasi. Untuk mempertahankan kestabilan dividen tersebut perlu memperhatikan dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1) yang berfungsi sebagai cerminan bagi investor tentang dividen yang akan dibayarkan pada saat ini. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: H4= Terdapat pengaruh positif signifikan variabel DPSmin1 terhadap DPS
Memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan untuk variabel-variabel yang diteliti yang meliputi: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Dividend per Share tahun sebelumnya (DPSmin1), Total Asset Turn Over (TATO) periode 2000-2003.
Jenis data yang digunakan adalah data skunder yakni berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan diterbitkan oleh Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000-2003. Proses pengumpulan data dilakukan secara pooling data perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 20002003. Proses pemilihan data sebagai berikut:
dan
Faktor internal lainnya yang perlu diukur dalam menetapkan kebijakan dividend per share adalah tingkat perputaran total aktiva. Perputaran penjualan yang tinggi mencerminkan kinerja perusahaan yang tinggi. Tingkat penjualan tinggi sedang total aktivanya tetap berarti tingkat perputaran assetnya tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat keuntungan dari hasil operasi juga tinggi. Keuntungan yang tinggi dapat digunakan untuk investasi atau dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin tinggi total asset turn over (TATO) perusahaan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam membagikan dividend per share. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: H5= Terdapat pengaruh positif signifikan variabel TATO terhadap DPS
2.
dan
H6= Dari kelima variabel bebas tersebut, variabel EPS adalah variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap DPS.
Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel yakni variabel endogen atau variabel terikat yang diberi notasi Y dan variabel eksogen atau variabel bebas yang selanjutnya diberi notasi X. Variabel endogen (Y) dari penelitian ini adalah dividend per share (DPS). Variabel eksogen atau variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR) diberi notasi X1, Debt to Equity Ratio (DER) diberi notasi X2, Earning Per Share (EPS) diberi notasi X3, Dividen per Share tahun sebelumnya (DPSmin1) diberi notasi X4, Total Asset Turn Over (TATO) diberi notasi X5. Selanjutnya kerangka pikir dari penelitian ini dapat diihat pada bagan berikut: Kerangka Pikir Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 20002003. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling yakni penentuan sampel berdasarkan kriteria. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sampai tahun 20002003.
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
Riset / 1602
Pengukuran variabel endogen maupun eksogen berturut-turut sebagai berikut: 1). Variabel endogen DPS (Y) yaitu perbandingan total dividen dengan jumlah saham yang beredar. 2).Variabel eksogen (X) terdiri CR (X1) adalah rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar; DER (X2) merupakan rasio total hutang terhadap total modal sendiri; EPS (X3) merupakan rasio total dividen terhadap jumlah saham yang beredar yang dibayarkan perusahaan pada tahun sebelumnya; DPSmin1 (X4) adalah rasio laba bersih dikurangi dividen saham prioritas terhadap rata-rata tertimbang dari saham yang beredar;TATO (X5) merupakan rasio penjualan bersih terhadap jumlah aktiva.
tidak berkorelasi antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Hal ini diperkuat dengan nilai TOL(tolerance=1/VIF) berkisar antara 0 s.d 1 atau mendekati 1. Uji normalitas data, pada grafik histogram data distribusi nilai residu (error) menunjukkan gambar berbentuk bel yang artinya berdistribusi normal. Begitu pula pada Normal probability Plot, terlihat sebaran error (berupa dot) masih berada disekitar garis lurus. Selanjutnya diagram scatterplot tidak menunjukkan pola tertentu misal naik ke kanan atas atau ke kiri bawah atau pola tertentu lainnya sehingga dapat dikatakan model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan regresi berganda dengan persamaan regresinya sebagai berikut: DPS = β0 + β1CR+ β2DER+ β3 EPS + β4 DPSmin1+ β5TATO + ε Keterangan: DPS = variabel dependen
β0= konstanta
CR = variabel independen 1
β1 β2 β3 β4 β5 β6=koefisien regresi
DER = variabel independen 2
ε = error term
EPS= variabel independen 3
2. Pengujian Hipotesis
DPSmin1=variabel independen 4
Hasil uji t (T-test) diperoleh persamaan regresinya adalah:
TATO= variabel independen 5
Selain menggunakan analisis statistik regresi berganda juga dilakukan uji t dan uji F. Uji t untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Sedangkan uji F untuk menguji variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Sebelum pengujian ada tidaknya korelasi dengan bantuan program SPSS versi 17.0 terlebih dahulu dilakukan pengujian dari aspek multikolinearitas, heteroskedastisitas dan normalitas data untuk memperoleh hasil hubungan yang valid.
DPS = -3.189 - 0.156 CR + 2.142 DER + 0.339 EPS + 0.198 DPSmin1 - 0.034 TATO + ei
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.
Uji Asumsi regresi berganda.
Hasil pengujian asumsi sebuah regresi dengan SPSS 17. menunjukkan Nilai VIF disekitar angka 1. Secara rule of thumb nilai VIF kurang dari 5 tingkat multikulioneritas antar variabel independen tergolong tidak berbahaya berarti antara variable bebas yakni CR, DER, EPS, DPSmin1, TATO tidak terjadi multikolinieritas atau
Riset / 1603
Koefisien regresi Current Ratio dengan arah berlawanan sebesar - 0.156 berarti hubungan antara variabel Current Ratio dengan variabel Dividend Per Share adalah negatif. Interprestasi dari hubungan tersebut adalah jika Current Ratio naik 1 kali maka Dividend Per Share turun sebesar
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id 0.156 rupiah. Pengujian menunjukkan t-hitung= 1.027 < t-tabel= (1.687) dengan tingkat signifikansi (Sig-hitung) adalah 0.306. Tingkat signifikasi
tersebut lebih besar dari taraf signifikansi α = 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel Current Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan dengan Dividend Per Share atau dengan kata lain secara parsial hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menujukkan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel CR terhadap variabel DPS. Walaupun dalam penelitian ditemukan bahwa CR tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap DPS, namun secara teori tidaklah demikian. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Sementara itu keuntungan yang besar belum tentu menunjukkan jumlah dana yang benar-benar tersedia dalam kas, apalagi jika dana tersebut telah diinvestasikan dalam aktiva perusahaan. Dalam hal ini posisi likuiditas perusahaan rendah karena dividen merupakan cash outflows maka dividen tergantung kemampuan membayar (Current ratio) dari perusahaan tersebut. Koefisien regresi DER menunjukkan arah sejalan sebesar 2.142 terhadap DPS atau hubungan antara kedua variabel tersebut adalah positif. T-hitung 0.092 < t-tabel 1.687 dengan tingkat signifikansi 0.927 lebih besar dari taraf signifikansi α =0.05, sehingga secara parsial variabel DER tidak memiliki pengaruh signifikan dengan Dividend Per Share atau dengan kata lain secara parsial hipotesis H0 diterima dan H2 ditolak. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Aharony dan Swary (1980) dan Litner (1956) yang melakukan penelitian terhadap saham-saham di New York Stock Exchange ia menemukan bukti bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel DER terhadap profitabilitas DPS. Tetapi hasil pengujian ini berbeda dengan hasil penelitian Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menemukan variabel DER merupakan variabel dominan yang mempengaruhi DPS untuk perusahaan go publik di BEJ dengan 66 sampel. Hasil pengujian DER terhadap DPS ini juga tidak sejalan secara teori bahwa DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri ang digunakan untuk membayar hutang. Semakin rendah DER semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Koefisien regresi EPS menunjukkan arah sejalan positif sebesar 0.339 terhadap DPS sehingga dapat diinterprestasikan setiap EPS naik 1 rupiah maka DPS akan meningkat 0.339 rupiah. Uji t terhadap variabel EPS menunjukkan t-hitung 6.966 > t-tabel (1.687) dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi α =0.05,
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
sehingga secara parsial variabel EPS memiliki pengaruh signifikan dengan DPS atau dengan kata lain secara parsial hipotesis H0 ditolak dan H3 diterima. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Aharony dan Swary (1980) dan Litner (1956) yang menunjukkan terdapat penngaruh yang signifikan variabel EPS terhadap variabel DPS karena pengumuman dividen mengandung informasi, maka perusahaan berusaha untuk tidak menurunkan dividen. Penurunan dividen merupakan signal bahwa perusahaan dianggap megalami kesulitan finansial. Bambang Riyanto (1995) secara teori mengungkapkan bahwa EPS merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi selluruh kewajiban bunga dan pajak. Koefisien regresi DPSmin1 menunjukkan arah sejalan atau positif sebesar 0.198 terhadap DPS atau hubungan antara kedua variabel tersebut adalah positif. T-hitung 5.045 > t-tabel 1.687 dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi α =0.05, sehingga secara parsial variabel DPSmin1 memiliki pengaruh signifikan dengan DPS atau dengan kata lain secara parsial hipotesis H0 ditolak dan H3 diterima. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Aharony dan Swary (1980) dan Litner (1956) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel DPSmin1 terhadap variabel DPS. Hasil pengujian ini juga sesuai dengan teori bahwa dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Koefisien regresi TATO menunjukkan arah berlawanan sebesar - 0.034 terhadap DPS atau hubungan antara kedua variabel tersebut adalah negatif. T-hitung (-0.473) < t-tabel (1.687) dengan tingkat signifikansi 0.637 lebih besar dari taraf signifikansi α =0.05, sehingga secara parsial variabel TATO tidak memiliki pengaruh signifikan dengan DPS atau dengan kata lain secara parsial hipotesis H0 diterima dan H5 ditolak. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel TATO terhadap variabel DPS dengan menggunakan sampel perusahaan industri yang go public di BEJ. Total Asset Turn Over secara teori menunjukkan kinerja perusahaan secara finansial. Semakin tinggi perputaran asset perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividend per sharenya. Sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran asset perusahaan maka semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membagikan dividend per sharenya. Hipotesis ke 6 dari kelima variabel bebas, EPS merupakan variabel yang dominan
Riset / 1604
pengaruhnya terhadap DPS. Hal ini ditunjukkan dari nilai koefisien regresi yang terbesar diantara kelima variabel bebas berada pada variabel EPS yakni sebesar 0.339. Urutan selanjutnya adalah DPSmin1 dengan nilai koefisien regresi 0.198. Dengan demikian secara simultan H0 ditolak dan H6 diterima. Hasil uji hipotesis secara parsial masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen DPS dapat dilihat pada tabel berikut.
Awat,
J. Napa, Manajemen Keuangan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke empat, BPEF UGM, Yogyakarta, 1995 Brigham Eugene, F, dan Houston Joel.F, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku Dua, Erlangga, Jakarta, 2001 James C.Van.Horne dan John M.Wachowicz.Jr, Manajemen Keuangan, Edisi ke Sembilan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 1997 Jones, S., dan R. Sharma. 2001. The Association Between The Investment Opportunity Set and Corporate Financing and Dividen Decision : Some Austalian Evidence, Managerial Finance. 27. 3; ABI/INFORM Global.p. 48 Mutamimah dan Sulistyo, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan-Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta, Ekobis Vol 1, 2000.
Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel independen CR, DER, EPS, DPSmin1, dan TATO secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen DPS. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung 24.723 > F tabel 2.49 dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari α =0.05. Kelima variabel bebas tersebut memberikan R square atau R2 = 0.527 hal ini berarti 52.7% variabel dependen Dividend Per Share dapat dijelaskan oleh variabel indepeden CR, DER, EPS, DPSmin1, dan TATO sedangkan sisanya 47.3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang diuji dalam penelitian ini. Hasil pengujian secara simultan variabel independen dapat dilihat pada tabel berikut.
Ni Ketut Surasmi, Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Dividen Per Share Pada Perusahaan-Perusahaan yang Listed di BEJ, Thesis Program Pasca Sarjana, UGM, yogyakarta, 1998 Singgih Santoso, Mastering SPSS 18, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010 Smith Jr, Clifford W, dan Ross L. Watts. 1992. "The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Pilicies." Journal of Financial Economics. Vol. 32. pp. 263–292. Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, AMP YKPN, Yogyakarta, 1998 Sutrisno, Manajemen Keuangan, Yogyakarta, 2000
EKONISIA,
DAFTAR PUSTAKA Anonim
, Indonesian Capital Market Directory, 2000, 2001 Bursa Efek Jakarta
Abdul Hakim, Statistika Deskriptif, Edisi Pertamaa, Ekonisia UII, yogyakarta, 2001 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2000
Riset / 1605
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605