AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Rakyat Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Oleh: Septianita Abstract The research aims to know the factor that influence rubber farmer in rejuvenating and counting income accpedted by the farmer. The result shows that no rubber land width and experience factor influence to do rejuvenation, whereas income, rubber land width and worker’s amount factor do not influence. Based on the research, we can know that the income of farmer who has done rejuvenation in Lubuk Batang is Rp 3.270.178,37 and who has not done it Rp 3.015.652,55. the income for the farmer who has done rejuvenation in Peninjauan is Rp 2.905.102,73 and who has not done it Rp 1.353.750,17/year. Key words: rubber farmer, rejuvenation, farmer income, land width
PENDAHULUAN Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa di Indonesia dan memiliki peran yang sangat besar dalam bidang perekonomian. Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Indonesia pernah menguasai produk karet dunia dengan mengalahkan negara-negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri di daratan Amerika Latin. Di Sumatera Selatan, sebagian besar perkebunan didominasi oleh perkebunan rakyat. Luas areal perkebunan karet Sumatera Selatan sebagian besar (90 persen) dikuasai oleh rakyat. Demikian pula halnya dengan produksi yang dihasilkan, perkebunan rakyat masih lebih dominan dibandingkan dengan perkebunan besar baik milik negara maupun swasta (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2004). Dilihat dari perkembangan terhadap tanaman tua atau tanaman yang rusak dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 tidak banyak berubah yang berarti antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 peremajaan tanaman karet belum dilakukan. Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu belum melakukan permajaan terhadap tanaman yang sudah tua atau rusak terbukti dengan semakin luasnya areal tanaman yang rusak (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU, 2004). Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab belum sepenuhnya peremajaan tanaman karet dilakukan oleh petani maka perlu dilakukan suatu penelitian. Pendapatan merupakan kendala utama penentu kemampuan petani melakukan peremajaan. Jika dilakukan peremajaan berarti sumber pendapatan petani berkurang dari usahatani karet. Bagaimana usaha petani dalam mengatasi masalah tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan sekaligus berupaya meremajakan tanaman karet
) Dosen Fakultas Pertanian Unbara
Septianita, Hal; 130 - 136
130
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
merupakan fenomena yang perlu diteliti. Selanjutnya apakah ada sumber pendapatan lain yang dapat menggantikan sebagai pengganti usahatani karet yang dilakukan peremajaan. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi di dalam melakukan peremajaan tanaman karet antara lain luas lahan yang digunakan untuk tanaman karet, luas lahan yang digunakan untuk usahatani selain karet, jumlah tenaga kerja keluarga dan pengalaman dalam usahatani karet. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah; 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani karet rakyat dalam melakukan peremajaan. 2. Berapa besar pendapatan yang diterima oleh petani karet rakyat. Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani karet rakyat dalam melakukan peremajaan. 2. Menghitung besarnya pendapatan yang diterima oleh petani karet rakyat. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini dari sudut implikasi praktis diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani dalam meningkatkan pendapatannya dan pihak yang berkaitan dengan masalah peremajaan kebun karet rakyat ini. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan bagi peneliti lainnya, khususnya yang berkaitan erat dengan masalah peremajaan karet rakyat. Hipotesis Hipotesis yang diajukan sebagai berikut : 1. Diduga keputusan petani karet rakyat dalam melakukan peremajaan dipengaruhi oleh faktor pendapatan, luas lahan karet, luas lahan bukan karet, jumlah tenaga kerja keluarga dan pengalaman petani. 2. Diduga pendapatan yang diterima petani karet rakyat masih rendah. TINJAUAN PUSTAKA Peremajaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menggantikan tanaman tua yang sudah tidak produktif dari segi ekonomis dengan tanaman baru. Peremajaan tanaman didekati melalui teori pengganti (replacement) yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengganti benda-benda yang hilang karena susut atau rusak sampai pada keadaan sebelumnya atau seperti semula (Winardi, 1983). Alasan petani melakukan peremajaan tanaman karet dapat dilihat dari dua segi yaitu; pertama dari segi teknis yaitu produktivitas karet rakyat yang dihasilkan rendah. Hal ini disebabkan karena bukan menggunakan klon anjuran, kurangnya pemeliharaan baik pada tanaman belum menghasilkan maupun pada tanaman sudah menghasilkan juga pemberian pupuk yang tidak tepat dan berimbang. Sistem penyadapan tidak mengikuti aturan atau norma yang benar, sehingga mengakibatkan pengurasan hasil dan tanaman karet menjadi rusak.
Septianita, Hal; 130 - 136
131
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Bidang sadap yang rusak akan menghasilkan produktivitas yang rendah berakibat pada pendapatan yang diterima menjadi rendah. Kedua dari segi ekonomis petani melakukan peremajaan karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan usataninya. Karena dari hasil penjualan karet dirasakan kurang karena produksinya sedikit sehingga peremajaan diperlukan. Di dalam melakukan peremajaan tanaman karet ini berarti sumber pendapatan petani dari usahatani karet hilang mulai dari peremajaan sampai tanaman siap sadap. Upaya yang dapat dilakukan petani sebagai pengganti sumber pendapatan dari tanaman karet dapat bermacammacam. Kayu karet yang ditebang dapat dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sehingga petani dapat menggunakan hasil penjualan kayu karet sebagai tambahan modal untuk meremajakan kebun karetnya. Nilai kayu karet bervariasi mulai dari 1 juta rupiah sampai 6 juta rupiah per hektar. (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2004). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei pada Kecamatan Peninjauan dan Kecamatan Lubuk Batang, dengan petani karet sebagai populasi target. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yaitu di Desa Banu Ayu Kecamatan Lubuk Batang dan Desa Sukapindah Kecamatan Peninjauan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2005. Pengambilan sampel petani contoh sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang dari Desa Sukapindah dan 30 orang dari Desa Banu Ayu. Desa Sukapindah terdiri dari 225 KK akan dipilih 20 petani yang sudah meremajakan (14 persen) dan 10 petani yang belum meremajakan (13 persen) secara acak berlapis tidak berimbang (disproportionate stratified random sampling). Demikian juga dengan Desa Banu Ayu dari 429 KK akan dipilih 20 petani yang sudah melakukan peremajaan (7 persen) dan 10 petani yang belum melakukan peremajaan (7 persen). Data yang diperoleh di lapangan diolah secara tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Untuk menguji hipotesis pertama yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani karet rakyat melakukan peremajaan karet digunakan pendekatan model logit. Menurut Arief (1999), model logit digunakan untuk mengatasi masalah variabel yang bersifat kualitatif, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi petani meremajakan karet diformulasikan sebagai berikut:
Pi K = Log = Log β0 + β1 log PT + β2 log LK + β3 log LSK + β4 log JTK + β5 log PL + u 1 Pi Di mana : Pi = Peluang petani melakukan peremajaan tanaman karet (0 < Pi < 1) β0 = Intersep β1-5 = Parameter penduga PT = Pendapatan total (Rp) LK = Luas lahan karet (ha) LSK = Luas lahan selain karet (ha) JTK = Jumlah tenaga kerja keluarga (orang) PL = Pengalaman (tahun) U = Galat atau pengganggu
Septianita, Hal; 130 - 136
132
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Untuk mengetahui apakah model pendekatan yang digunakan tepat atau tidak maka dilakukan uji kebernasan nilai dengan menggunakan uji Likelihood sebagai berikut : H0 ; β1 = β2 = ………… βn = 0 H1 ; minimal satu βi ≠ 0 Kaidah keputusan : 2 Log Likelihood d1 (k-1) ≤ 2 (α , n) ……… Terima Ho > 2 (α , n) ……… Tolak Ho Selanjutnya untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas yang diamati terhadap variabel terikat, dilakukan uji kebernasan nilai βi dengan menggunakan uji t (T-test) sebagai berikut : Ho ; βi = 0 H1 ; βi ≠ 0 Perhitungan digunakan persamaan berikut : Βi – βi βi thit = --------- atau ----------Se(βi) Se(βi) Kaidah pengambilan keputusannya : Jika t hitung ≤ t tabel, maka terima Ho t hitung > t tabel, maka tolak Ho Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua yaitu dengan menggunakan formulasi sebagai berikut : Y = TR-TC TR = Q x Hq TC = X x Hx dimana : Y = Pendapatan usahatani TR = Penerimaan TC = Biaya total Q = Jumlah produksi Hq = Harga hasil produksi X = Jumlah faktor produksi Hx = Harga faktor produksi Total pendapatan petani adalah penjumlahan dari pendapatan usahatani karet ditambah usahatani bukan karet dan ditambah pendapatan dari luar pertanian. Secara matematis total pendapatan dirumuskan sebagai berikut : Yn = Yk + Yp + Yh Di mana : Yn = Pendapan total (Rp) Yk = Pendapatan usahatani karet (Rp) Yp = Pendapatan usahatani bukan karet (Rp) Yh = Pendapatan luar pertanian (Rp)
Septianita, Hal; 130 - 136
133
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karet Petani contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 30 orang dari Kecamatan Lubuk Batang dan 30 orang dari Kecamatan Peninjauan. Masing-masing petani karet memiliki lahan antara satu sampai tujuh hektar. Umur tanaman karet di Kecamatan Lubuk Batang rata-rata 12,6 tahun sedangkan ratarata umur tanaman karet di Kecamatan Peninjauan adalah 10,2 tahun. Luas lahan selain karet yang dimiliki petani rata-rata 0,65 hektar yang ditanami dengan tanaman padi dan jeruk, ada juga yang menanami dengan tanaman nanas. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Karet Melakukan Peremajaan Analisis regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani karet melakukan peremajaan, dalam hal ini digunakan analisis model fungsi logit. Faktorfaktor yang diduga mempengaruhi keputusan petani melakukan peremajaan adalah pendapatan total (PT), luas lahan karet (LK), luas lahan bukan karet (LSK), jumlah tenaga kerja keluarga (JTK) dan pengalaman (PL). Hasil analisis dengan menggunakan model fungsi logit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Dugaan Parameter Analisis Regresi Logistik Keputusan Petani Karet Melakukan Peremajaan Karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2005 Variable B S.E. df Sign Exp (B) Log PT 2.163 1.797 1 .229 8.698 Log LK -.856 2.389 1 .720 .425 Log LSK 6.012 2.626 1 .022 408.135 Log JTK -2.452 2.478 1 .322 .086 Log PL -3.842 1.789 1 .032 .021 Constant -8.440 11.237 1 .453 .000 Keterangan : PT = Pendapatan Total, LK = Luas lahan karet, LSK = Luas lahan bukan karet, JTK = Jumlah tenaga kerja keluarga dan PL = Pengalaman.
Hasil pendugaan analisis regresi terhadap keputusan petani karet melakukan peremajaan melalui analisis regresi logistik adalah sebagai berikut : K = - 8,440 PT 2,163 LK -0,856 LSK 6,012 * JTK - 2,452 PL –3,842* Se (β) (1,797) (2,389) (2,626) (2,478) (1,789) Keterangan: -2 Log Likehood d0 = 57.251 -2 Log Likehood d1 = 43.849
* Nyata pada taraf kepercayaan 95 %
Chi-Square ( 2 ) = 13.402 Overall (R2) = 76,6 %
Septianita, Hal; 130 - 136
134
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kebenaran klasifikasi berdasarkan model sebesar 76,6 % atau 0,766. Hal ini menunjukkan bahwa 76,6 % variasi keputusan petani dalam melakukan peremajaan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor pendapatan total, luas lahan karet, luas lahan bukan karet, jumlah tenaga kerja keluarga dan pengalaman, sedangkan sisanya 23,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Nilai statistik Chi-Square ( 2 ) sebesar 13.402 dengan derajat bebas 5 dan nilai –p = 0,020 lebih kecil dari pada α = 0,05. Ini berarti secara bersama-sama faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam memberikan keputusan petani dalam melakukan peremajaan. Berdasarkan analisis diperoleh informasi bahwa pendapatan total dan luas lahan bukan karet mempunyai hubungan searah (positif) terhadap peluang keputusan petani karet dalam melakukan peremajaan karet. Sementara luas lahan karet, jumlah tenaga kerja keluarga dan pengalaman menunjukkan hasil yang berlawanan (negatif). Pendapatan Petani Karet Sebagian besar pendapatan petani berasal dari usahatani karet, selain itu ada juga yang berasal dari usahatani lain bukan karet yaitu berasal dari usahatani padi dan usahatani jeruk. Juga pendapatan petani bersumber dari usaha di luar pertanian seperti berdagang dan bertukang. Pendapatan keluarga petani karet rakyat dipengaruhi oleh penerimaan keluarga dan biaya keluarga yang dikeluarkan petani. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani dapat dikatakan dipengaruhi oleh ketrampilan petani dalam mengatur pengeluarannya untuk penyediaan faktor-faktor produksi dan kebutuhan hidupnya. Rata-rata pendapatan keluarga petani karet rakyat per tahun di Kecamatan Lubuk Batang untuk petani yang sudah meremajakan sebesar Rp. 3.270.178,37 dan petani yang belum meremajakan sebesar Rp. 3.015.652,55. Sedangkan pendapatan keluarga petani di Kecamatan Peninjauan untuk petani yang sudah meremajakan sebesar Rp. 2.905.102,73 dan yang belum meremajakan sebesar Rp. 1.353.750,17. Dari hasil analisis diperoleh rata-rata pendapatan petani karet yang sudah meremajakan lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang belum meremajakan per tahun. Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Keluara Petani Karet Rakyat Per Tahun di Kabupaten OKU (Juni 2004 – Mei 2005) Uraian Penerimaan klg (Rp)
Lubuk Batang Sudah Belum meremajakan meremajakan 8.324.740,74 8.732.530,77
Peninjauan Sudah Belum meremajakan meremajakan 10.246.787,67 7.459.141,03
Biaya klg (Rp)
5.054.562,37
5.716.878,22
7.341.684,94
6.105.390,86
Pendapatan klg (Rp) R/C
3.270.178,37 1,65
3.015.652,55 1,53
2.905.102,73 1,39
1.353.750,17 1,22
Septianita, Hal; 130 - 136
135
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai keputusan petani karet melakukan peremajaan karet, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Luas lahan bukan karet dan pengalaman usahatani karet berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam meremajakan tanaman karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu, sedangkan pendapatan total, luas lahan karet dan jumlah tenaga kerja keluarga tidak berpengaruh nyata. Luas lahan bukan karet mempunyai hubungan yang searah (positif) sedangkan pengalaman usahatani karet mempunyai hubungan yang berlawanan (negatif) terhadap keputusan petani karet dalam melakukan peremajaan. 2. Pendapatan yang diterima petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat menutupi kebutuhan hidup dan biaya yang diperlukan dalam peremajaan tanaman karet. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka untuk meningkatkan pendapatan petani dapat dilakukan melalui peremajaan tanaman karet. Peremajaan karet dapat meningkatkan produktivitas tanaman, apalagi dengan menggunakan klon unggul anjuran. Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu masih menggunakan bibit lokal dan tidak diketahui asal usulnya, sehingga perlu adanya sosialisasi mengenai klon unggul anjuran dan pola peremajaan yang tepat. Selain itu rendahnya pengetahuan yang dimiliki petani dan tidak adanya keinginan melakukan peremajaan juga menyebabkan produktivitas yang dihasilkan rendah. 2. Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh ternyata pendapatan, luas lahan karet dan jumlah tenaga kerja keluarga tidak berpengaruh dalam meremajakan karet, sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk memasukkan variabel-variabel lain seperti keinginan petani meremajakan karet, pendidikan petani dan harga yang berlaku ke dalam model tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arief, S. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press. Anonim. 2004. Arah Kebijakan Jangka Panjang Pembangunan Perkebunan Sumatera Selatan. Palembang: Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel. ............... 204. Revitalisasi Data Kehutanan dan Perkebunan Ogan Komering Ulu. Baturaja: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten OKU. Agung, I.G.A. 2001. Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winardi. 1983. Harga dan Penetapan Harga dalam Bidang Pemasaran (Martketing). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Septianita, Hal; 130 - 136
136