FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KARIR AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Mahasiswa Program Studi S-1 Perguruan Tingi Swasta Di Semarang) Oleh : Dian Putri Merdekawati Ardiani Ika Sulistyawati Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
ABSTRACT The purpose of this study was to determine whether there is influence the selection of a career as a public accounting, corporate accountant, accountants, educators, and government accountants of the factors that will be reviewed financial awards, professional training, professional recognition, social values, work environment, labor market considerations and personality. The population in this study were active S1 Accounting students in the lecture at 6 private university in Semarang city that sits on six semesters as many as 200 students. The sample selection was done by using random sampling, the resulting sample of 125 respondents consisting of 35 students UNISSULA, 35 students UNIKA, 35 USM students, 35 students UDINUS, 35 students UNISBANK, and 25 students WIDYA Manggala stie. Data analysis was conducted in this study by using ANOVA test. The results of this study indicate that there is influence in the choice of accounting students as a career public accountant, company accountant, accounting educators, and government accountants who reviewed the factors of financial reward, professional training, professional recognition, social values, work environment, labor market considerations and personality. Key words: financial rewards, professional training, professional recognition, social values, work environment, labor market considerations, personnel
PENDAHULUAN Perkembangan dalam dunia bisnis harus selalu direspon oleh sistem pendidikan akuntansi agar dapat menghasilkan sarjana akuntansi yang berkualitas dan siap pakai di dunia kerja. Agar dapat mencapai tujuan tersebut maka desain pendidikan akuntansi harus relevan terhadap dunia kerja bagi sarjana akuntansi. Berdasarkan dari berbagai jenis karir yang dapat dijalankan oleh sarjana akuntansi tersebut menunjukkan bahwa setiap sarjana akuntansi bebas untuk memilih karir apa yang akan dijalaninya (Rahayu, 2003:821). Sarjana akuntansi paling tidak mempunyai tiga alternatif langkah yang dapat ditempuh. Pertama, setelah menyelesaikan pendidikan ekonomi jurusan akuntansi, seseorang dapat langsung bekerja. Kedua, melanjutkan pendidikan akademik jenjang Strata-2. Ketiga, melanjutkan pendidikan profesi untuk menjadi akuntan publik.
Dengan kata lain, setelah menyelesaikan pendidikan jenjang program sarjana jurusan akuntansi, sarjana akuntansi dapat memilih menjadi akuntan publik atau memilih profesi non akuntan publik (Astami, 2002:58). Wijayanti (2001:360) menambahkan bahwa pilihan karir mahasiswa akuntansi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti penghargaan financial atau gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilainilai sosial, lingkungan kerja, keamanan kerja, dan kemudahan mengakses lowongan pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir mahasiswa dan jenis karir yang akan mereka jalani merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena dengan diketahuinya pilihan karir yang diminati mahasiswa, maka dapat diketahui mengapa seseorang memilih karir tersebut (Rahayu, 2003:822). Penelitian Wijayanti (2001:370) menyimpulkan, faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir mahasiswa akuntansi dikelompokkan dalam tujuh faktor, yaitu gaji atau penghargaan financial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, dan banyaknya lapangan kerja yang ditawarkan. Dari ketujuh faktor yang ada mahasiswa dapat mempertimbangkan dan memilih karir tersebut yaitu faktor gaji, faktor pelatihan profesional, dan faktor nilai-nilai sosial. Mahasiswa tidak mempertimbangkan faktor pengakuan profesional, lingkungan kerja dan faktor lain seperti keamanan kerja dan akses lowongan kerja dalam memilih karir. Wijayanti (2001:371) menyatakan, gaji atau penghargaan financial terdiri dari gaji awal yang tinggi, tersedianya dana pensiun dan kenaikan gaji lebih cepat. Dengan adanya hal itu menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan publik dan akuntan perusahaan menganggap bahwa karir yang mereka jalani memberikan gaji awal yang tidak tinggi dan tidak memberikan dana pensiun tetapi berpotensi kenaikan gajinya secara cepat. Sedangkan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pemerintah dan akuntan pendidik menganggap bahwa karir yang mereka pilih memberikan gaji awal yang tidak tinggi namun memberikan jaminan memperoleh dana pensiun. Di dalam pelatihan profesional meliputi pelatihan sebelum mulai bekerja, adanya pelatihan profesional (latihan ekstern), pelatihan kerja rutin dan pengalaman kerja yang bervariasi. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka lebih memerlukan pelatihan kerja daripada menjalankan karirnya. Sedangkan karir-karir yang lain menyatakan bahwa pelatihan kerja diperlukan dengan tekanan yang sedikit lebih rendah daripada akuntan perusahaan. Karir sebagai akuntan publik dan akuntan pendidik dianggap lebih memerlukan pelatihan kerja untuk meningkatkan kemampuan profesional atau mendapatkan pengalaman kerja yang bervariasi daripada karir yang lain (Wijayanti, 2001:371). Pengakuan profesional meliputi kesempatan untuk berkembang, pengakuan terhadap prestasi, cara untuk kenaikan pangkat, dan keahlian khusus untuk mencapai sukses (Wijayanti, 2001:371). Diperoleh hasil mahasiswa tidak mempertimbangkan faktor keahlian profesional dalam memilih karir. Wijayanti (2001:371) menjelaskan bahwa nilai-nilai sosial meliputi kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, kesempatan menjalankan hobi, perhatian terhadap perlakuan individu dan bekerja dengan orang lain. hasilnya menunjukkan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan publik dan akuntan pendidik menganggap karir yang mereka jalani mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan orang lain. Karir sebagai akuntan pemerintah dianggap 2
kurang memberikan kepuasan pribadi daripada karir yang lain. Berbeda dengan karir yang lain, karir sebagai akuntan perusahaan dianggap kurang memberi perhatian terhadap pelaku individu. Lingkungan kerja meliputi pekerjaan rutin, pekerjaan yang lebih cepat dapat diselesaikan, lingkungan kerja yang menyenangkan, pekerjaan yang atraktif (banyak tantangan), sering lembur, tingkat kompetisi antar karyawan dan tekanan kerja. Hasilnya menunjukkan sifat pekerjaan, banyaknya persaingan dan tekanan kerja tidak dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih karir. Namun untuk banyaknya persaingan antara karyawan, mahasiswa berpendapat karir yang mereka jalani ada persaingan antar karyawan. Untuk tekanan kerja, hanya karir sebagai akuntan publik yang mereka anggap memberikan tantangan kerja untuk mencapai sukses. Sedangkan karir yang lain dianggap kurang memberikan tekanan kerja (Wijayanti, 2001:371). Rahayu (2003:829) menyatakan bahwa personalitas merupakan faktor lain yang diteliti. Variabel ini ditujukan untuk lebih mudah memperjelas faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir. Personalitas diuji menggunakan pernyataan yang berhubungan dengan kesesuaian pekerjaan dan sifat atau kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Wijayanti (2001:371) menambahkan faktor-faktor lain meliputi kesempatan kerja dan banyaknya tawaran kerja yang diketahui mahasiswa atau kemudahan mahasiswa dalam mengakses lowongan kerja. Hasilnya untuk faktor keamanan kerja, semua mahasiswa menganggap karir yang mereka pilih memberikan keamanan kerja yang cukup. Demikian juga untuk ketersediaan lowongan pekerjaan semua responden menganggap informasi mengenai lowongan kerja yang mereka pilih cukup tersedia. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penghargaan financial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta di Kota Semarang.
TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS Teori Pengharapan Konsep dan pemilihan ini berhubungan dengan teori motivasi yakni teori pengharapan (expectancy theory). Motivasi berasal dari kata motivation yang berarti mendorong/merangsang. Teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi. Definisi dari teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi, definisi dari teori pengharapan adalah kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu tergantung pada kekuatan atau pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hal tertentu bagi setiap individu (Robbins, 2001:185). Menurut Robbins (2001:138), pengharapan akan mempengaruhi sikap. Sikap seseorang terbentuk dari tiga komponen yaitu cognitive component, emotional component, dan behavioral component. Cognitive component merupakan perasaan yang bersifat emosi yang dimiliki seseorang untuk menyukai sesuatu. Apabila 3
seseorang menyukai sesuatu, maka ia akan cenderung untuk mendapatkannya. Behavioral component merupakan kegiatan untuk bertindak secara lebih khusus dalam merespon kejadian dan informasi dari luar, sehingga seseorang akan termotivasi untuk menjalankan tingkat usaha yang tinggi apabila ia meyakini bahwa upaya tersebut akan menghantarkannya ke suatu kinerja yang lebih baik. Teori pengharapan dari Vromm menjelaskan bahwa untuk memahami teori pengharapan ada beberapa istilah penting yang perlu dipahami (Gibson, et al, 1996:103) : 1. Hasil tingkat pertama dan tingkat kedua (first and second level outcomes) Hasil tingkat pertama merupakan hasil yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan itu sendiri, misal prestasi kerja yang tinggi pada hasil kedua merupakan hasil pekerjaan yang diakibatkan oleh hasil tingkat pertama, seperti gaji yang tinggi. 2. Instrumentalisasi (instrumentality/I) Instrumentalisasi berkaitan dengan persepsi individu bahwa hasil tingkat pertama akan berhubungan dengan hasil tingkat kedua. Vromm menyatakan bahwa instrumentalisasi mempunyai hasil –1 sampai +1. Nilai –1 menunjukkan suatu persepsi bahwa pencapaian hasil tingkat kedua adalah pasti tanpa hasil tingkat pertama. Sedangkan +1 menunjukkan hasil tingkat pertama perlu agar hasil tingkat kedua tercapai. 3. Valensi (valensi/N) Valensi berkaitan dengan preferensi hasil sebagaimana yang dilihat individu, suatu hasil akan mempunyai valensi positif apabila disenangi dan mempunyai valensi negatif apabila tidak disenangi. Suatu hasil mempunyai valensi nol apabila hasil yang diperoleh tidak ternilai bagi individu tersebut. Konsep valensi berlaku terhadap tingkat pertama dan tingkat kedua misalnya seseorang mungkin memilih karir tertentu yang tinggi prestasi kerjanya (hasil pertama), karena ia memilih berpendapat bahwa hal tersebut akan menyebabkan gaji yang tinggi (hasil kedua). 4. Harapan (expentence/E) Harapan berkaitan dengan keyakinan individu mengenai kemungkinan subjektif bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh suatu hasil yang akan terjadi setelah adanya perilaku atas tindakan. Kemudian akan bernilai +1 apabila hasil tertentu akan mengikuti suatu tindakan atau perilaku. 5. Kekuatan (Force/F) Istilah kekuatan disamakan dengan motivasi, maksud teori pengharapan ini adalah nilai besar dan arah dari semua kekuatan yang mempengaruhi individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan paling besar adalah tindakan paling mungkin dapat dilakukan. 6. Kemampuan (Ability/A) Kemampuan berkaitan dengan potensi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau tugas, dimana potensi bisa jadi dimanfaatkan atau bisa jadi tidak dimanfaatkan. Potensi berhubungan dengan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melakukan tugas.
4
Konsep Karir Menurut Kunartinah (2003:185) karir dapat dilihat dari berbagai cara, sebagai berikut : 1. Posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan di suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. 2. Dalam kaitannya dengan mobilitas dalam suatu organisasi. . 3. Tingkat kemapanan kehidupan seseorang setelah mencapai tingkatan umur tertentu yang ditandai dengan penampilan dan gaya hidup seseorang. Menurut Cascio dan Awad (1981) dalam Kunartinah (2003:185) menyatakan bahwa karir dipandang sebagai rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mempunyai beban tanggung jawab lebih tinggi atau penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Hall (1986) dalam Kunartinah (2003:185) menambahkan bahwa karir dapat diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Tahap-Tahap Karir Dalam pengembangan suatu karir adapun tahap-tahap yang dilalui oleh seseorang menurut Kunartinah (2003:185-186) adalah sebagai berikut : 1. Tahap pilihan karir (Career choice) Tahap pilihan karir secara umum terjadi antara masa remaja sampai umur 20 tahun, ketika manusia mengembangkan visi dan identitas mereka yang berkenaan dengan masa depan atau gaya hidup, sesuai dengan pilihan jurusan dan pendidikan seseorang. 2. Tahap karir awal (Early Career) Selama periode tahap karir awal, seseorang juga meninjau kembali pengalaman yang terdahulu dan sekarang selama bekerja di perusahaan dan mencoba untuk menentukan apa yang diharapkan di masa yang akan datang. 3. Tahap karir pertengahan (Middle Career) Dalam tahap karir pertengahan ini, seseorang bergerak ke dalam suatu periode stabilisasi dimana mereka dianggap produktif, menjadi semakin lebih kelihatan, memikul tanggung jawab yang lebih berat dan menerapkan suatu rencana lahir yang lebih berjangka panjang. 4. Tahap karir akhir dan pensiun Tahap karir akhir dan pensiun merupakan tahap terakhir dalam tahapan karir. Seseorang mulai melepaskan diri dari belitan-belitan tugasnya dan bersiap pensiun. Tahapan ini juga berguna untuk melatih penerus, mengurangi beban kerja atau mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan baru atau junior. Profesi Akuntansi dan Bidang Spesialisasinya Kebutuhan akuntansi dalam dunia usaha saat ini sangat dibutuhkan, terlebih dalam menghadapi era globalisasi. Akuntansi sebagai bahasa bisnis sangat membantu dunia usaha dalam mengukur, mengkomunikasikan dan menginterpretasikan informasi aktivitas keuangan (Budhiyanto dan Ika Paskah, 2004:261). Jumamik (2004:7) menambahkan banyaknya bidang pengetahuan akuntansi menunjukkan bahwa akuntansi menawarkan berbagai macam bidang 5
pekerjaan sesuai dengan minat seseorang. Lagipula akuntansi telah diakui menjadi suatu profesi setingkat dengan profesi dokter, penasehat hukum (Advokat) atau apoteker. Luasnya lingkup aplikasi akuntansi menumbuhkan kebutuhan keahlian khusus atau spesialisasi dalam profesi akuntansi. Selain itu pekerjaan tersebut menyangkut perlindungan kepentingan umum (public interest) sehingga terdapat pengawasan yang ketat baik dari dalam diri organisasi profesi maupun dari pihak lain yang berwenang untuk dapat masuk ke dalam organisasi profesi dan menjalankan profesi tersebut. Biasanya seseorang harus menjalani pendidikan dan latihan khusus dan lulus ujian profesi. Secara umum mereka yang telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang akuntansi melalui pendidikan formal tertentu adalah akuntan. Pada umumnya profesi akuntansi diperlukan beberapa macam spesifikasi yaitu : 1. Akuntan Publik Akuntan publik atau auditor adalah akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik. Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik adalah pemeriksaan laporan keuangan dan konsultasi di bidang keuangan. Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik akan selalu berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada kantor akuntan publik (Wijayanti, 2001:362). Jumamik (2007:8) menyatakan bahwa akuntan publik adalah akuntan yang bergerak dalam bidang akuntansi publik, yaitu menyerahkan berbagai macam jasa akuntansi untuk perusahaan-perusahaan bisnis. Atas penyerahan jasa-jasa itu akuntan publik memperoleh kontrak prestasi yang biasa disebut sebagai fee. Profesi akuntan publik merupakan profesi independen dan dipercaya sebagai perantara yang menghubungkan kepentingan antara pihak manajemen dan pihak luar perusahaan. Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi yang berhak memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan yang disusun manajemen (Baridwan, 1998). 2. Akuntan Perusahaan Akuntan perusahaan atau auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan ekfektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi (Yulia, 2004). Stolle, 1976 dalam Wijayanti (2001:369) mengungkapkan bahwa mahasiswa beranggapan bekerja sebagai akuntan perusahaan lebih memberikan kepastian masa depan dengan adanya dana pensiun dan sifat pekerjaan yang rutin. Carpenter dan Strowser, 1970 dalam Wijayanti (2001:371) juga mengungkapkan bahwa ternyata mahasiswa akuntansi lebih senang profesi di perusahaan nasional daripada perusahaan lokal, karena perusahaan nasional lebih dikenal daripada perusahaan lokal, sehingga dapat diperkirakan segi baik maupun buruknya suatu perusahaan. Hal tersebut mempunyai implikasi bahwa posisi kerja di perusahaan nasional merupakan faktor penting dalam mempertimbangkan dalam pemilihan profesi. 3. Akuntansi Pendidik 6
4.
Rahayu (2003:829), mengatakan bahwa mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik lebih mengharapkan pekerjaan yang keamanan kerjanya terjamin dan sifat pekerjaan yang rutin sehingga tidak mengalami kesulitan untuk melakukan sehari-hari. Mahasiswa yang mengharapkan bekerja sebagai akuntan pendidik lebih mempunyai jaminan hari tua. Temuan inilah yang menjadi pengharapan mahasiswa jurusan akuntansi untuk termotivasi memilih profesi akuntan pendidik. Jumamik (2007) menambahkan akuntan pendidik merupakan profesi yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkarir pada tiga bidang akuntan lainnya. Akuntan pendidik melaksanakan proses penciptaan profesional, baik profesi akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Seiring dengan perkembangan perekonomian yang pesat, maka dibutuhkan akuntan yang semakin banyak pula. Dalam konteks permasalahan inilah pemenuhan kebutuhan akan tenaga akuntan. Akuntan pemerintah Jumamik (2007) menyatakan bahwa akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang ditunjuk oleh unitunit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditunjuk kepada pemerintah, meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, namun di departemen keuangan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan instansi pajak adalah instansi pemerintah yang bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia (RI) dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah bukan oleh akuntan pemerintah. Akuntan yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan terhadap keuangan instansi pemerintah proyek-proyek pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan perusahaan-perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan modal yang besar di dalamnya. BPK adalah unit organisasi di bawah DPR yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban presiden dan aparat di bawah departemen keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah dan memeriksa dengan tujuan untuk memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Pajak yang berlaku.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir Mahasiswa Jurusan Akuntansi Wijayanti (2001 : 360) menyatakan dalam memilih suatu karir, mahasiswa akuntansi tentunya akan mempertimbangkan beberapa faktor terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memilih karir apa yang akan dijalankan setelah kelulusannya nanti. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang menjadi pertimbangan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir sebagai akuntan publik maupun non akuntan publik meliputi penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kunartinah (2003) yang 7
menggunakan faktor penghasilan, pertimbangan pasar kerja, kelebihan akuntan publik, kelemahan akuntan publik dan personalitas. 1.
2.
3.
Penghargaan Finansial Wijayanti (2001:365) menyatakan bahwa penghargaan adalah hasil yang diperoleh sebagai kontrak prestasi yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan keputusan kepada karyawan. Sri Rahayu, dkk (2003:824) menambahkan penghargaan finansial diuji dengan tiga butir pernyataan yaitu gaji awal yang tinggi, potensi kenaikan gaji dan tersedianya dana pensiun. Hasil penelitian Sri Rahayu, dkk (2003:825), menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah menganggap dengan karir tersebut gaji awal mereka tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan publik dan akuntan pendidik yang menganggap bahwa gaji awal dalam karir mereka tidak begitu tinggi. Dana pensiun sangat diharapkan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pemerintah dan akuntan pendidik. Sedang mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan perusahaan tidak begitu berharap akan memperoleh dana pensiun. Mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan publik bahkan kurang mengharapkan dana pensiun. Pelatihan Profesional Pelatihan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan keahlian. Pelatihan profesional diuji dengan empat pernyataan mengenai pelatihan sebelum mulai bekerja, pelatihan profesional, pelatihan kerja rutin dan pengalaman kerja (Sri Rahayu, 2003:824). Felton (1974) dalam Trirorania UPN (2004) menyatakan pelatihan dan pengakuan profesional termasuk faktor penghargaan non finansial. Perbedaan tersebut akan dilihat karena kemungkinan antara satu jenis profesi dengan jenis profesi yang lain memberikan penghargaan non finansial ini dengan cara yang berbeda. Akuntan publik mungkin dianggap sebagai profesi yang perlu banyak latihan, tapi kenaikan jabatan lebih cepat dibanding profesi yang lain, selain itu seorang akuntan publik kemungkinan juga akan lebih mendapatkan pengalaman kerja yang lebih bervariasi dibanding yang lain, karena akuntan publik akan selalu berhadapan dengan berbagai kasus di berbagai perusahaan. Akuntan perusahaan barangkali dianggap sebagai profesi yang tingkat kompetisinya tinggi, karena dalam perusahaan banyak karyawan dengan berbagai bidang ilmu yang mungkin punya ambisi dan tujuan yang sama. Akuntan pemerintah mungkin dianggap sebagai profesi yang sifat pekerjaannya rutin, namun memberikan penghargaan yang sangat baik pada karyawan dengan jenjang pendidikan tertentu, misalnya saja ada catatan bahwa kepala bagian harus menyandang gelar tertentu. Akuntan pendidik punya kesempatan untuk mengikuti pelatihan kerja seperti seminar, lokakarya, dan workshop yang lebih banyak dibandingkan profesi yang lain. Di samping itu akuntan pendidik punya kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pengakuan Profesional Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi. Pengakuan profesional ini meliputi adanya 8
4.
5.
6.
kemungkinan bekerja dengan ahli yang lain, kesempatan untuk berkembang dan pengakuan prestasi (Rahayu, 2003:824). Menurut Stolle (1976) dalam skripsi Trirorania UPN (2004) menyatakan bahwa pengakuan profesional dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik. Hal ini berarti bahwa dalam memilih profesi tidak hanya bertujuan mencari penghargaan finansial atau gaji, tapi juga ada keinginan untuk berprestasi dan mengembangkan diri. Elemen-elemen dalam pengakuan profesional ini diantaranya adalah adanya pelatihan kerja, adanya pelatihan profesi, adanya pengakuan prestasi, pengalaman kerja yang bervariasi, kesempatan berkompetisi dan perlunya keahlian untuk mencapai sukses. Pengakuan profesional yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi empat pertanyaan mengenai kesempatan untuk berkembang, adanya pengakuan apabila berprestasi, cara untuk kenaikan pangkat, dan keahlian untuk mencapai sukses (Rahayu, 2003:824). Nilai Sosial Nilai-nilai sosial ditujukan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang dari sudut pandang orang-orang lain terhadap lingkungannya (Stolle, 1976 dalam Wijayanti, 2001). Hasil penelitian Stolle (1976) menunjukkan bahwa semua mahasiswa yang beranggapan bahwa profesi sebagai akuntan publik lebih prestisius dibanding profesi sebagai akuntan perusahaan. Hal ini karena akuntan publik lebih banyak berinteraksi dengan orang lain pada berbagai perusahaan, sehingga lebih banyak orang yang mengenal akuntan publik. Akuntan publik dalam masyarakat tersebut profesi akuntan publik kurang bergengsi dibanding dengan profesi sebagai akuntan pemerintah. Sebaliknya dalam golongan masyarakat yang lain mungkin menganggap profesi sebagai akuntan pendidik lebih bergengsi dibanding profesi lain. perbedaan pandangan masyarakat terhadap suatu profesi bisa mempengaruhi pemilihan profesi mahasiswa, karena mahasiswa yang berasal dari golongan masyarakat tertentu. Nilai-nilai sosial dalam penelitian ini meliputi enam pernyataan mengenai kesempatan melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, kesempatan untuk menjalankan hobi, memperhatikan perilaku individu, pekerjaan yang lebih bergengsi di bidang karir lainnya dan kesempatan untuk bekerja dengan ahli di bidang lain (Wijayanti, 2001:367). Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan suasana kerja (rutin, atraktif, sering lembur), tingkat persaingan antara karyawan dan tekanan kerja merupakan faktor dari lingkungan pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stolle (1970) dan Felton (1994) dalam Wijayanti (2001:378) menyatakan bahwa faktor lingkungan tidak dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih suatu karir. Dalam hal ini, lingkungan kerja yang akan diuji meliputi tujuh pernyataan mengenai sifat pekerjaan (rutin, atraktif, sering lembur, menyenangkan, mudah diselesaikan), tingkat persaingan antar karyawan dan tekanan kerja. Pertimbangan Pasar Kerja Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan tersedianya lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan kerja (Rahayu, 2003:829). Keamanan kerja merupakan faktor dimana karir yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karir yang diharapkan bukan pilihan 9
7.
karir sementara, akan tetapi harus dapat terus berlanjut sampai seseorang nantinya akan pensiun. Pertimbangan pasar kerja diuji dengan dua pernyataan mengenai keamanan kerja dan kemudahan mengakses lapangan pekerjaan. Personalitas Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi atau kondisi tertentu. Hal tersebut membuktikan bahwa personalitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Rahayu dkk, 2003:825). Menurut Jumamik (2007:23) personalitas diuji dengan satu pernyataan yaitu mencerminkan personalitas seseorang yang bekerja secara profesional.
Penelitian Terdahulu Astami (2001) meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik bagi mahasiswa jurusan akuntansi. Dengan menggunakan sampel 130 mahasiswa peserta mata kuliah teori akuntansi semester genap pada PTS di Yogyakarta. Variabel independen yang diteliti adalah gaji, ketersediaan lapangan kerja, persepsi mahasiswa tentang pengorbanan, nilai intrinsik pekerjaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial nilai intrinsik pekerjaan dan persepsi mahasiswa tentang pengorbanan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir, sedangkan gaji dan ketersediaan lapangan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun secara simultan gaji, ketersediaan lapangan kerja, persepsi mahasiswa tentang pengorbanan, nilai intrinsik pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Penelitian Wijayanti (2001) ymenggunakan sample 355 mahasiswa semester 6 dan 8 PTN dan PTS di Yogyakarta. Variabel independen yang diteliti adalah penghargaan financial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, keamanan dan kesempatan kerja. Hasil penelitiannya secara parsial penghargaan finansial, pelatihan profesional, dan nilai-nilai sosial berpengaruh signfikan terhadap pemilihan karir, sedangkan pengakuan profesional, lingkungan kerja, keamanan dan kesempatan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun secara simultan penghargaan financial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, keamanan dan kesempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Kunartinah (2003) menggunakan sampel 180 mahasiswa semester 5 ke atas dan sudah memperoleh mata kuliah auditing di STIE Stikubank Semarang. Kunartinah meneliti tentang perilaku mahasiswa akuntansi STIE Stikubank Semarang dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir sebagai akuntan publik. Variabel independen yang digunakan adalah gaji, faktor intrinsik pekerjaan, pertimbangan pasar kerja, kelebihan akuntan publik, personalitas. Hasil penelitian dengan uji Mann Whitney menunjukkan kelebihan profesi sebagai akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir, sedangkan faktor intrinsik, gaji, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square kepribadian mahasiswa atau personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. 10
Dengan menunjukkan analisis deskriminan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 124 mahasiswa memilih karir sebagai akuntan publik, dan 56 mahasiswa memilih karir sebagai non akuntan publik. Secara simultan gaji, faktor intrinsik pekerjaan, pertimbangan pasar kerja, kelebihan akuntan publik, personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Rahayu (2003) melakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir. Rahayu menggunakan sampel 330 mahasiswa PTN dan PTS di Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta. Variabel independen yang digunakan penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir, sedangkan nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja dan personalitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Namun hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa penghargaan finansial pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas berpengaruh signfikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Trirorania (2004) meneliti dengan menggunakan sampel 100 mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta angkatan 2000 dan 2001 yang telah menempuh 120 SKS. Trirorania meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi akuntan oleh mahasiswa akuntansi. Variabel independen yang digunakan adalah penghargaan finansial/gaji, pengakuan profesional, pelatihan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, keamanan kerja. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan penghargaan finansial, pengakuan profesional, keamanan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir, sedangkan pelatihan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun hasil penelitian secara simultan menunjukkan penghargaan finansial/gaji, pengakuan profesional, pelatihan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial, keamanan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Jumamik (2007) meneliti tentang persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir akuntan. Jumamik menggunakan sampel 125 mahasiswa PTS di Semarang angkatan 2003-2007. Variabel independen yang diteliti adalah gaji/ penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan gaji/penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai akuntan publik dan non akuntan publik. Namun hasil penelitian secara simultan variabel-variabel yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir.
11
Kerangka Pemikiran Untuk memudahkan pemahaman mengenai keseluruhan penelitian ini, maka disusunlah kerangka pemikiran sebagai berikut :
rangkaian
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penghargaan Finans ial (X1) Pelatihan Profesional (X2) Pengakuan Profesional (X3) Nilai-nilai Sosial (X4)
Pem ilihan karir (Y) : ~ Akuntan publik ~ Non akuntan publik
Lingkungan Kerja (X5) Pertim bangan Pasar Kerja (X6)
Pers onalitas (X7)
Hipotesis H1 : Variabel penghargaan finansial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H2 : Variabel pelatihan profesional berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H3 : Variabel pengakuan profesional berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H4 : Variabel nilai-nilai sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi.
12
H5 : Variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H6 : Variabel pertimbangan pasar kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H7 : Variabel personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi. H8 : Variabel-variabel penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa S1 jurusan Akuntansi.
METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Pemilihan Karir Karir dilihat sebagai posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan dalam kurun waktu tertentu (Rahayu, 2003). Dalam penelitian ini tiap responden diminta memilih salah satu dari empat kategori pilihan karir, yaitu : a. Akuntan publik Akuntan publik merupakan profesi yang menjual jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang pemeriksaan laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Akuntan publik atau auditor ini biasanya bekerja di Kantor Akuntan Publik (Wijayanti, 2001:362). b. Akuntan pendidik Akuntan pendidik merupakan profesi yang pekerjaan utamanya mengajar di suatu perguruan tinggi baik itu negeri dan swasta. Akuntan pendidik biasanya juga disebut dosen (Wijayanti, 2001:362). c. Akuntan perusahaan Akuntan perusahaan merupakan akuntan yang bekerja pada salah sebuah perusahaan, akuntan perusahaan dapat pula disebut akuntan intern atau akuntan manajemen (Wijayanti, 2001:362). d. Akuntan pemerintah Akuntan pemerintah merupakan akuntan yang bekerja pada instansi pemerintah. Akuntan pemerintah biasanya bekerja di instansi pemerintah seperti kantor pajak, departemen keuangan, dan BPK (Wijayanti, 2001:362). 2. Penghargaan finansial/gaji Menurut Sri Rahayu, dkk (2003:824) penghargaan finansial adalah hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekerjaan yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama bagi 13
3.
4.
5.
6.
7.
8.
karyawannya yang diuji dengan tiga pernyataan yaitu : a) Gaji awal yang tinggi, b) Potensi kenaikan gaji, c) Tersedianya dana pensiun. Pelatihan profesional Pelatihan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan keahlian (Rahayu, 2003:824) yang diukur dengan : a) Pelatihan kerja sebelum mulai kerja, b) Latihan di luar lembaga untuk meningkatkan profesionalitas, c) Pelatihan rutin di dalam lembaga, d) Pengalaman kerja yang bervariasi (Wijayanti, 2001). Pengakuan profesional Pengakuan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi (Wijayanti, 2001:347) yang diukur dengan : a) Kesempatan untuk berkembang, b) Pengakuan apabila berprestasi, c) Cara untuk naik pangkat, d) Keahlian tertentu untuk meraih sukses. Nilai-nilai sosial Nilai-nilai sosial adalah faktor yang menampakkan kemampuan seseorang di masyarakat atau nilai seseorang yang dapat dilihat dari sudut pandang orangorang lain di lingkungannya (Stolle, 1976 dalam Wijayanti, 2001) yang diuji dengan : a) Kesempatan untuk bekerja dengan ahli lain, b) Kesempatan untuk melakukan pelayanan social, c) Kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, d) Kesempatan untuk menjalankan hobi di luar pekerjaan, e) Perhatian terhadap perilaku individu, f) Gengsi pekerjaan di mata orang lain. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan faktor yang memberikan suasana bagi seseorang dalam menjalankan pekerjaannya (Wijayanti, 2001:377) yang diukur dengan : a) Pekerjaan rutin, b) Pekerjaan yang lebih cepat diselesaikan, c) Pekerjaan yang atraktif /banyak tantangan, d) Lingkungan kerja yang menyenangkan, e) Sering lembur, f) Tingkat persaingan antar karyawan, g) Tekanan kerja Pertimbangan pasar kerja Pertimbangan pasar kerja merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan karir. Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan kemudahan dalam mengakses lowongan kerja (Rahayu, 2003:825). Untuk menguji faktor pertimbangan pasar kerja terdapat dua pernyataan yaitu : a) Keamanan kerja, b) Kemudahan mengakses lowongan kerja. Personalitas Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu. Hal ini membuktikan bahwa personalitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Personalitas diuji dengan satu pernyataan mengenai kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang (Rahayu, 2003:825).
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 regular program studi akuntansi pada Perguruan Tinggi Swasta di Semarang (USM, UNIKA, UDINUS, UNISSULA, UNISBANK, STIE WIDYA MANGGALA). Jumlah mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan adalah sebanyak 200 mahasiswa. Teknik 14
pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan kriteria pemilihan berdasarkan strata, yaitu mahasiswa angkatan 2006 yang telah atau sedang menempuh mata kuliah Auditing 1 dan 2. Untuk mengetahui dan menentukan ukuran sampel dari suatu populasi dapat digunakan pendekatan Slovin dengan rumus sebagai berikut (Husain Umar, 1998:74) : N n = 1 Ne 2 dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan kepada responden dalam bentuk pertanyaan tertulis, tentang persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir akuntan. Skala pengukuran dengan likert 1-5. Metode Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian (gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas) serta penjelasan secara umum mengenai data demografi responden. Uji Kualitas Data Uji Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran betul-betul mengukur apa yang perlu diukur (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989:122). Analisis reliabilitas untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002:132). Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau histrogram residual (Imam Ghozali, 2000 : 74). Selain itu pengujian normalitas juga dapat menggunakan statistik, yaitu Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Sudaryono dan Setiawan (2003), yaitu uji kruskal-wallis. Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif K sampel independent apabila datanya berbentuk ordinal. Uji kruskal wallis merupakan alat uji statistik 15
non-parametrik yang sangat berguna untuk menentukan K sampel independent berasal dari populasi yang berbeda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Statistik Sebelum melakukan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil analisis, telebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran responden dalam penelitian ini. Tabel 1 Pengembalian Kuesioner
UNISSULA
35
Kuesioner yang tidak kembali 12
UNIKA
35
18
0
17
USM
35
19
0
16
UDINUS
35
7
0
28
UNISBANK
35
0
2
33
STIE WM
25
12
3
10
Total
200
68
7
125
Perguruan Tinggi
Jumlah yang disebar
Kuesioner Rusak
Dapat dipakai
2
21
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 Distribusi hasil penelitian ini disajikan berikut ini. Tabel 2 Pilihan karir akuntan oleh mahasiswa
Count
Karir Akuntan Akuntan Akuntan Publik Pendidik Perusahaan PT UNI SSULA 3 3 3 UNI KA 6 0 8 USM 2 0 3 UDI NUS 3 3 5 UNI SBANK 2 3 16 Sumber STIE : Data WMprimer yang1 diolah, 2009 1 6 Total 17 10 41
Akuntan Pemerintah 12 3 11 17 12 2 57
Total 21 17 16 28 33 10 125
Tabel 2 menunjukkan, pilihan menjadi akuntan pemerintah merupakan pilihan paling favorit diikuti oleh pilihan sebagai akuntan perusahaan, sedangkan akuntan pendidik menjadi pilihan terakhir dari mahasiswa.
Count
PT
Total
Tabel 3 Jenis kelamin responden UNI SSULA UNI KA USM UDI NUS UNI SBANK STIE WM
Jenis Kelamin Laki-laki Perem puan 5 16 4 13 10 6 11 17 8 25 2 8 40 85
Total 21 17 16 28 33 10 125
16
Tabel 3 menunjukkan, mahasiswa perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibanding mahasiswa laki-laki. Hal ini didukung oleh hampir semua perguruan tinggi, kecuali pada USM yang menunjukkan lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan hasil uji validitas diketahui, semua instrumen dalam penelitian ini valid karena memiliki nilai corrected item total correlation di atas 0,176 (r tabel untuk sampel sebanyak 125). Sedang hasil uji reliabilitas menunjukkan, semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Deskripsi Variabel a. Variabel Finansial Variabel finansial diukur dengan 3 buah item kuesioner. Berikut ini merupakan persepsi mengenai gaji berdasarkan profesi masing-masing akuntan. Tabel 4 Deskripsi Variabel Finansial Indikator
Akuntan Publik Gaji awal yang tinggi 4.35 Potensi kenaikan gaji 4.47 Tersedianya pensiun 4.47
Rata-rata skor Akuntan Akuntan Akuntan Pendidik Perusahaan Pemerintah 2.90 3.07 2.98 3.70 3.56 4.05 3.70 3.59 3.74
Jumlah 3.19 3.92 3.78
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 Tabel 4 menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada kelompok akuntan publik. Indikator gaji awal yang tinggi skor tertinggi diperoleh dari persepsi terhadap akuntan publik yang mencapai nilai 4,35. Indikator dana terhadap akuntan publik menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 4,47. Sedang potensi kenaikan gaji, skor tertinggi juga diperoleh dari profesi akuntan publik. b. Variabel Pelatihan Profesional Berikut ini merupakan persepsi mengenai pelatihan profesional berdasarkan profesi masing-masing akuntan. Tabel 5 Deskripsi Variabel Pelatihan profesional Indikator Pelatihan kerja sebelum mulai kerja Latihan di luar lembaga untuk meningkatkan
Rata-rata skor Akuntan Akuntan Akuntan Akuntan Jumlah Publik Pendidik Perusahaan Pemerintah 4.35
3.90
3.51
3.77
3.78
4.29
3.30
3.27
3.53
3.53
17
profesionalitas Pelatihan rutin di dalam lembaga Pengalaman kerja yang bervariasi
4.00
3.40
3.22
3.19
3.33
4.47
3.80
3.37
3.56
3.64
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
c.
Tabel 5 menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada kelompok akuntan publik. Indikator pelatihan sebelum mulai kerja, profesi akuntan publik memiliki skor tertinggi mencapai 4,35. Indikator frekuensi mengikuti latihan di luar lembaga dan di dalam lembaga menunjukkan persepsi tertinggi pada pemilih akuntan publik. Indikator pengalaman kerja yang bervariasi diperoleh bahwa akuntan pendidik menduduki peringkat pertama. Namun demikian semua jawaban mendapatkan rata-rata di atas 3. Variabel Pengakuan Profesional Berikut ini merupakan persepsi mengenai pengakuan profesional berdasarkan profesi masing-masing akuntan. Tabel 6 Deskripsi Variabel Pengakuan profesional Indikator Kesempatan untuk berkembang Pengakuan apabila berprestasi Cara untuk naik pangkat Keahlian tertentu untuk sukses
Akuntan Publik
Akuntan Pendidik
Akuntan Perusahaan
Akuntan Pemerintah
Jumlah
4.29
3.70
3.51
3.65
3.70
4.29
3.60
3.66
3.54
3.69
4.18
2.80
2.59
2.93
2.98
4.00
3.40
3.44
3.47
3.53
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 Hasil jawaban sebagaimana pada Tabel 6 menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada kelompok akuntan publik. Dari indikator pemberian kesempatan berkembang, adanya pengakuan apabila berprestasi dan diperlukannya keahlian tertentu untuk sukses, akuntan publik menempati urutan tertinggi, sedangkan pada indikator memerlukan banyak cara untuk naik pangkat, akuntan pendidik menempati persepsi yang paling tinggi dibanding ketiga profesi akuntan lainnya. Namun demikian semua jawaban mendapatkan rata-rata di atas 3. d. Variabel Nilai-nilai Sosial Berikut ini merupakan persepsi mengenai nilai-nilai sosial berdasarkan profesi masing-masing akuntan.
18
Tabel 7 Deskripsi Variabel Nilai-Nilai Sosial Indikator
Akuntan Akuntan Akuntan Akuntan Jumlah Publik Pendidik Perusahaan Pemerintah
Kesempatan untuk bekerja dengan ahli di bidang lain Kesempatan untuk melakukan pelayanan social Kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain Kesempatan untuk menjalankan hobby Memperhatikan perilaku individu Gengsi pekerjaan di mata orang lain
3.94
3.60
3.39
3.68
3.62
3.53
3.40
3.24
3.53
3.42
3.53
3.20
3.07
3.37
3.28
3.65
3.00
2.80
2.86
2.96
4.29
3.60
3.93
4.09
4.02
3.41
2.90
3.44
3.47
3.41
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
e.
Tabel 7 menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada kelompok akuntan publik dan pemerintah. Persepsi tertinggi adalah berasal dari pemilih akuntan publik, sedangkan 1 indikator lainnya adalah pada akuntan pemerintah. Variabel Lingkungan Kerja Berikut ini merupakan persepsi mengenai lingkungan kerja berdasarkan profesi masing-masing akuntan. Tabel 8 Deskripsi Variabel Lingkungan Kerja Indikator Pekerjaan rutin Pekerjaan lebih cepat dapat diselesaikan Adanya tekanan untuk hasil sempurna Lingkungan kerjanya menyenangkan Sering lembur Tingkat Kompetisi antar karyawan tinggi
Akuntan Publik 3.24
Akuntan Akuntan Akuntan Jumlah Pendidik Perusahaan Pemerintah 3.00 2.93 3.05 3.03
3.24
3.00
2.90
3.14
3.06
3.41
3.80
3.29
3.61
3.50
2.65 2.94
2.10 3.40
2.56 2.76
2.39 2.60
2.46 2.76
2.65
2.20
2.56
2.28
2.42
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
f.
Tabel 8 menunjukkan ada kecenderungan yang tinggi pada pilihan akuntan public dan 4 indikator memiliki persepsi tertinggi pada pilihan akuntan publik dan 2 lainnya pada akuntan pendidik. Variabel Pertimbangan Pasar Kerja Berikut ini merupakan persepsi mengenai pertimbangan pasar kerja berdasarkan profesi masing-masing akuntan.
19
Tabel 9 Deskripsi Variabel Pertimbangan Pasar Kerja Indikator Keamanan kerja Kemudahan mengakses lowongan kerja
Akuntan Publik 4.47
Akuntan Akuntan Akuntan Pendidik Perusahaan Pemerintah 4.20 3.59 4.14
4.18
4.10
3.61
3.79
Jumlah 4.01 3.81
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
g.
Tabel 9 menunjukkan kecenderungan yang sedikit lebih tinggi pada akuntan publik dan akuntan pendidik. Indikator keamanan kerja karena tidak mudah PHK menunjukkan, akuntan publik sebagai peringkat pertama, diikuti akuntan pendidik. Indikator lapangan pekerjaan yang mudah diakses menunjukkan, akuntan publik menempati peringkat pertama, diikuti akuntan pendidik. Variabel Personalitas Berikut ini merupakan persepsi mengenai personalitas berdasarkan profesi masing-masing akuntan. Tabel 10 Deskripsi Variabel Personalitas Indikator Karir/profesi sesuai dengan kepribadian Karir/profesi sesuai dengan keinginan
Akuntan Akuntan Akuntan Akuntan Jumlah Publik Pendidik Perusahaan Pemerintah 3.82 3.90 3.59 3.79 3.74 3.76
3.60
3.59
3.42
3.54
Sumber : Data primer yang diolah, 2009 Tabel 10 menunjukkan, kecenderungan yang sedikit lebih tinggi pada akuntan pendidik dan akuntan publik. Dari dua indikator pengukurnya diperoleh satu indikator yang memiliki persepsi tertinggi pada pilihan akuntan pendidik dan satu indikator lainnya pada akuntan publik. Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov, diketahui bahwa hanya variabel penghargaan financial, pengakuan professional dan nilai-nilai sosial saja yang memiliki nilai signifikansi Z yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ketiga varibel tersebut saja yang berdistribusi normal. Dengan demikian analisis data yang akan digunakan adalah regresi logistik. Analisis Regresi Logistik Untuk menguji hipotesis adanya pengaruh faktot-faktor dalam terhadap keputusan pemilihan karir sebagai akuntan publik dan non akuntan publik secara mutivariate akan digunakan analisis regresi logistik. Penggunaan analisis regresi logistik ini adalah karena variabel dependen (pilihan karir) adalah merupakan data yang berbentuk dummy, dimana variabel ini merupakan variabel yang dinyatakan 20
dalam nilai 1 untuk menunjukkan pilihan karir akuntan publik dan nilai 0 yang menunjukkan pilihan karir non akuntan publik (Akuntan pendidik, perusahaan dan pemerintah). Kelebihan analisis ini adalah tidak diperlukannya pengujian terhadap normalitas data maupun sedikitnya asumsi yang diperlukan untuk menjustifikasi hasil penelitian. Pengujian hipotesis dengan analisis regresi logistik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS Versi 13. Hasil yang diperoleh dari penghitungan selanjutnya akan dibahas. a.
Uji kelayakan model (Goodness of Fit) Pengujian ini diperlukan untuk memastikan adanya kecocokan modal hasil prediksi dengan data hasil estimasi. Model regresi logistik yang baik adalah apabila tidak terjadi perbedaan antara data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh dari hasil prediksi. Pengujian tidak adanya perbedaan antara prediksi dan observasi ini dilakukan dengan uji Hosmer Lameshow dengan pendekatan metode Chi square. Dengan demikian apabila diperoleh hasil uji yang tidak signifikan, maka berarti tidak terdapat perbedaan antara data estimasi model regresi logistik dengan data observasi. Hasil pengujian Hosmer Lameshow test diperoleh nilai chi square 9,334 dengan signifikansi 0,315 (>0,05) berarti tidak ada perbedaan antara data estimasi model regresi logistik dengan data observasinya. Hal ini berarti bahwa model tersebut sudah tepat dengan tidak perlu adanya modifikasi model. b. Overall fit test Pada pengujian pada blok 1 atau pengujian dengan memasukkan 7 prediktor diperoleh nilai –2 log likelihood sebesar 50,068 sedangkan –2 log likelihood awal adalah sebesar 99,409. Dengan demikian terjadi penurunan –2 log likelihood yang cukup besar yaitu sebesar 49,341. Hal ini berarti bahwa model dengan 7 prediktor menunjukkan sebagai model yang baik. Signifikansi penurunan –2 log likelihood dapat dilihat pada uji omnibus test of model coefficient. Hasil pengujian kemaknaan prediktor secara bersama-sama dalam regresi logistik menunjukkan nilai chi square sebesar 49,341 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari ke tujuh variabel tersebut dalam menjelaskan variabel pemilihan karir pada taraf 5%. Besarnya estimasi nilai pemilihankarir yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya dapat diperoleh dalam nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,595. c. Model Persamaan Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji Wald dan dengan pendekatan chi square. Tabel 11 Hasil uji regresi logistik Variables in the Equation Sta ep 1
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 Constant
B .394 .292 .771 -.482 -.068 .142 -.352 -10.675
S. E. .248 .140 .237 .163 .156 .322 .308 3.607
Wald 2.527 4.336 10.613 8.795 .192 .194 1.304 8.760
a. Variable(s) entered on step 1: x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7.
df 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. .112 .037 .001 .003 .661 .660 .253 .003
Exp(B) 1.483 1.339 2.163 .617 .934 1.153 .704 .000
21
Bentuk persamaan regresi logistik dapat ditulis sebagai berikut : P = -10,675 + 0,394X1 + 0,292X2 + 0,771X3 + 0,482X4 Ln 1 P – 0,068X5 + 0,142X6 – 0,352X7 + d. Pengujian Pengaruh secara Parsial Untuk mengetahui kemaknaan pengaruh dari masing-masing variabel tdapat dilihat dari nilai uji Wald (identik dengan uji chi square). Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan, variabel terebut berpengaruh signifikan. 1. Pengaruh gaji terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 2,527 dengan signifikansi sebesar 0,112. Dengan demikian dapat disimpulkan, variabel gaji tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 2. Pengaruh pelatihan profesional terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 4,336 dengan signifikansi sebesar 0,037. Sehingga dapat disimpulkan, pelatihan profesional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 3. Pengaruh pengakuan profesional terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 10,613 dengan signifikansi sebesar 0,001. Sehingga dapat disimpulkan, pengakuan profesional berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 4. Pengaruh nilai-nilai sosial terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 8,795 dengan signifikansi sebesar 0,003. Artinya, nilai-nilai sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 5. Pengaruh lingkungan kerja terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 0,192 dengan signifikansi sebesar 0,661. Artinya, lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 6. Pengaruh lingkungan kerja terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 0,192 dengan signifikansi sebesar 0,661. Artinya, lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 7. Pengaruh pertimbangan pasar kerja terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 0,194 dengan signifikansi sebesar 0,660. Artinya, pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. 8. Pengaruh personalitas terhadap pemilihan karir akuntan publik atau non akuntan publik diperoleh nilai Wald sebesar 1,304 dengan signifikansi sebesar 0,253. Artinya, personalitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir akuntan. e. Tabel Klasifikasi Untuk memperjelas gambaran atas ketepatan model regresi logistik dengan data observasi dapat ditunjukkan dengan tabel klasifikasi yang berupa tabel tabulasi silang antara dari hasil prediksi dan hasil observasi. 22
Tabel 12 Tabel klasifikasi Classificati on Tablea Predicted
St ep 1
Observ ed Karir Ov erall Percentage
Non Akuntan Publik Akuntan Publik
Karir Non Akuntan Akuntan Publik Publik 106 2 8 9
Percent age Correct 98.1 52.9 92.0
a. The cut v alue is . 500
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 108 sampel yang secara empiris memilih karir non akuntan publik, 106 sampel atau 98,1% yang secara tepat dapat diprediksikan oleh model regresi logistik ini, sedangkan 2 sampel lainnya gagal diprediksikan oleh model sebagai pemilih karir non akuntan publik. Sedangkan dari 17 sampel pemilih akuntan publik, 9 sampel atau 52,9% dengan tepat dapat diprediksikan oleh model regresi logistik ini, sedangkan 8 sampel gagal diprediksikan dengan tepat oleh model. Dengan demikian secara keseluruhan berarti bahwa 115 sampel dari 125 sampel atau 82,0% sampel dapat diprediksikan dengan tepat oleh model regresi logistik ini. Tingginya persentase ketepatan tabel klasifikasi tersebut mendukung tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai model regresi logistik yang baik. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh variabel penghargaan finansial terhadap pemilihan karir Hasil pengujian menunjukkan bukti empiris bahwa persepsi mahasiswa terhadap faktor finansial tidak berpengaruh dalam pemilihan karir mereka sebagai akuntan public atau non akuntan. Faktor finansial menunjukkan sebagai faktor yang tidak membedakan secara signifikan terhadap pemilihan profesi Akuntan oleh mahasiswa. Hal ini nampak tidak ada pertimbangan penghasilan yang akan diperoleh dari profesi Akuntan Publik disbanding dengan non akuntan publik. Nampak bahwa mahasiswa akuntansi sebagai individu yang beberapa tahun kemudian akan memasuki dunia kerja yang nampaknya akan banyak dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai pendapatan yang dapat mereka terima. Keinginan untuk memperoleh gaji atau pendapatan tertentu yang sesuai dengan bidang kerja mereka nampaknya bukan menjadi pendorong mahasiswa untuk memilih karir pada salah satu karir akuntan saja. Hal ini karena karir akuntan lain juga dinilai cukup menjanjikan mendapatkan pendapatan yang besar. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astami (2001), Kunartinah (2003), yang berpendapat bahwa penghargaan finansial tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001), Sri 23
2.
3.
4.
Rahayu (2003), Yulia (2004), Jumamik (2007), yang mendapatkan hasil bahwa penghargaan finansial berpengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir. Pengaruh variabel pelatihan profesional terhadap pemilihan karir Persepsi mengenai pelatihan profesional dalam suatu bidang karir akuntan nampaknya juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih karir di bidang akuntansi. Keinginan untuk menjalankan pekerjaan mereka secara profesional dalam bidang akuntansi nampaknya mendorong mahasiswa untuk memilih profesi yang lebih praktis dan profesional. Dalam hal ini nampak bahwa tipe mahasiswa akan berperan dalam membentuk satu keinginan untuk bekerja secara profesional, dan hal tersebut dirasakan oleh mahasiswa hanya dapat dilakukan dengan memilih semua karir akuntan dari beberapa pilihan karir. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001), Sri Rahayu (2003), Jumamik (2007), yang berpendapat bahwa pelatihan profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2004), yang mendapatkan hasil bahwa pelatihan profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Pengaruh variabel pengakuan profesional terhadap pemilihan karir Hasil yang sama juga diperoleh dari adanya pengaruh persepsi mengenai pengakuan profesional dalam suatu bidang karir akuntan yang nampaknya juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih karir di bidang akuntansi. Adanya perbedaan tersebut muncul karena pertimbangan bahwa karir di bidang akuntansi nampaknya dapat dianggap sebagai sebuah karir profesional. Hasil tersebut sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2003), Yulia (2004), Jumamik (2007). Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001), yang mendapatkan hasil bahwa pengakuan profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Pengaruh variabel nilai-nilai sosial terhadap pemilihan karir Persepsi mengenai nilai-nilai sosial diperoleh menunjukkan sebagai factor yang mempengaruhi dalam memilih karir akuntan publik. Pertimbangan nilai sosial yang tinggi justru akan menurunkan pemilihan akuntan publik atau mahasiswa akan cenderung memilih karir non akuntan public. Adanya pengaruh dalam nilai-nilai sosial ini menunjukkan adanya penilaian yang sama bahwa profesi akuntan baik akuntan pendidik, akuntan perusahaan maupun akuntan pemerintah memegang nilai-nilai sosial dalam pekerjaan mereka. Peranan pentingnya memegang nilai-nilai sosial bagi semua tingkatan akuntan tersebut karena pentingnya seorang akuntan untuk memegang nilai-nilai sosial yang diakui secara umum, dan hal ini nampaknya harus dipahami oleh semua pilihan karir akuntan. Hasil ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001), Jumamik (2007) didapatkan hasil variabel nilai-nilai sosial berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2003), Yulia (2004) tidak signifikan. Peranan penting memegang nilai-nilai sosial bagi semua tingkatan akuntan tersebut karena pentingnya seorang akuntan untuk memegang nilai-nilai sosial yang 24
5.
6.
7.
dinilai secara umum, dengan adanya hal ini nampak terlihat harus dipahami oleh semua pilihan karir akuntan. Pengaruh variabel lingkungan kerja terhadap pemilihan karir Persepsi mengenai lingkungan kerja diperoleh menunjukkan tidak berpengaruh signifikan pada pemilihan karir akuntan.. Hal ini nampaknya tergantung pada hubungan kerja atau kondisi kerja yang akan dihadapi sebagai akuntan. Pada akuntan pendidik lingkungan kerja mereka akan banyak berada di sekeliling mahasiswa, akuntan publik akan banyak berhadapan dengan klien perusahaan, akuntan perusahaan akan berhadapan dengan kondisi keuangan perusahaan dan akuntan pemerintah akan berhadapan dengan perusahaanperusahaan milik pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh signfikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001) dan Yulia (2004), yang mendapatkan hasil bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2003) dan Jumamik (2007) yang mendapatkan hasil penelitian variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Pengaruh variabel pertimbangan pasar kerja terhadap pertimbangan karir Pertimbangan pasar kerja diperoleh menunjukkan tidak adanya pengauh signifikan dalam pemilihan karir sebagai akuntan. Hal ini tampaknya terkait dengan keinginan mahasiswa untuk selalu dapat bekerja pada beberapa pekerjaan yang secara prinsip tidak lepas dari bidang akuntansi. Dalam variabel ini menunjukkan hasil pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Sama halnya hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Kunartinah (2003) dan Sri Rahayu (2003), yang memiliki hasil bahwa pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumamik (2007) yang mendapatkan hasil signifikan. Pengaruh variabel personalitas terhadap pemilihan karir Variabel personalitas menunjukkan hasil yang sama dengan variabel nilainilai sosial. Dimana variabel personalitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir. Hal ini dapat dijelaskan karena personalitas berhubungan dengan salah satu kecocokan pada profesi, yaitu kepribadian. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kunartinah (2003), Sri Rahayu (2003). Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumamik (2007), yang memiliki hasil bahwa personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir.
PENUTUP Keterbatasan Penelitian 1. Dalam penelitian ini hanya mengambil sampel dari mahasiswa jurusan akuntansi dari 6 (enam) perguruan tinggi swasta di Kota Semarang. 2. Sampel yang digunakan hanya 125 responden dan hanya mahasiswa angkatan 2006/semester VI. 25
3.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu hanya menggunakan kuesioner, sehingga kesimpulan yang dapat diambil hanya berdasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui kuesioner tersebut. 4. Pada kuesioner penelitian ini untuk non akuntan publik dibagi 3 yaitu akuntan pendidik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah. Sehingga dikhawatirkan terdapat hasil yang bias. 5. Model penelitian ini hanya menguji faktor-faktor yang sebelumnya telah digunakan dalam penelitian selanjutnya, sehingga penelitian mendatang untuk dapat lebih mengeksplorasi faktor-faktor tersebut. Implikasi Penelitian Mendatang 1. Penelitian yang dilakukan lebih dari 6 (enam) universitas dan tidak satu angkatan saja. 2. Sampel yang digunakan lebih dari 125 responden. 3. Penelitian mendatang dilakukan pada universitas di Jateng. 4. Dalam penelitian selanjutnya, untuk kuesioner pada bagian pemilihan karir hanya menggunakan dua profesi yaitu akuntan publik dan non akuntan publik, tanpa menjabarkan non akuntan publiknya. 5. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat, maka variabel dalam penelitian ini diperbanyak.
DAFTAR PUSTAKA Suharsimi Arikunto, 1995, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Emita Wahyu Astami, 2001, “Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pemilihan Profesi Akuntansi Publik dan Non Akuntansi Publik Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi”, KOMPAK No. 1, Halaman 57-84. Gibson, et.al, 1996, Organisasi : Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Ika Paskah, 2004, “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pemahaman Akuntansi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. X, No. 2, 2004. Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Jumamik, 2007, “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Akuntan”, Skripsi, USM, Semarang. Haryono Jusup, 2001, Auditing, Buku 1, STIE YKPN, Yogyakarta. Husain Umar, 1998, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Imam Ghozali, 2002, Analisis SPSS Multivariate, BP UNDIP, Semarang. 26
Kunartinah, 2003, “Perilaku Mahasiswa Akuntansi di STIE STIKUBANK Semarang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 10, No. 2, Halaman 182-197. Lilies Endang Wijayanti, 2001, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir Mahasiswa Akuntansi, KOMPAK, No. 3, halaman 359-383. Masri Singarimbun, 1995, Metodologi Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta. Purbayu Budi Santoso dan Ashari, 2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Andi, Yogyakarta. Robbin, Stephen P, 2001, Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Jilid 1, Prenhalindo, Jakarta. Sri Rahayu, dkk, 2003, “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir”, SNA VI, Halaman 821-837. Yulia Trirorania, 2004, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Profesi Akuntan oleh Mahasiswa Akuntansi”, Skripsi, UPN, Yogyakarta. Zaky Baridwan, 1998, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta.
27