Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ida Muliyati 1, Noor Hikmah 2, Ayu Oktaviani 3
Universitas Lambung Mangkurat 1,2,3
[email protected] 1,
[email protected] 2
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris faktorfaktor yang mempengaruhi luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pemilihan sampel dengan menggunakan metode judgment sampling diperoleh 11 perusahaan BUMN dengan periode pengamatan selama empat tahun. Terdapat 93 item pengungkapan untuk mendeteksi luas pengungkapan good corporate governance. Teknik untuk pengujian hipotesis adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan BUMN. Sedangkan tipe auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan BUMN. Sementara itu, pengaruh leverage, profitabilitas, dan komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan BUMN belum bisa disimpulkan karena hasil pengujian yang tidak signifikan. Kata kunci: luas pengungkapan good corporate governance, leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe auditor, komisaris independen.
ABSTRACT
This research aims to test and to prove empirically factors which affect the level of good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterpise listed in Indonesian Stock Exchange. Population of this research is state owned enterprise listed in Indonesian Stock Exchange. Based on purposive sampling method, there are 11 companies selected as the sample with four years observation period. There are 93 disclosure items to detect the level of good corporate governance disclosure. The technique for examining hypothesis is multiple regression analysis. The results indicate that liquidity has positive significant influence on good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterprise. While auditor type has negative significant influence on good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterprise. However, leverage, profitability, and independent commisioner influence to good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterprise can not be concluded because the test show insignificant result. Keywords: Good Corporate Governance Disclosure, Liquidity, Auditor Type, Leverage, Profitability, And Independent Commisioner
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
144
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
PENDAHULUAN
Penerapan good corporate governance bukan hanya kewajiban perusahaan publik yang sahamnya terdaftar di pasar modal saja. BUMN sebagai pelaku bisnis yang dominan dan memiliki pangsa pasar besar di Indonesia memiliki kewajiban yang sama. Hasil asessment good corporate governance berdasarkan data Master Plan BUMN menunjukkan bahwa sebesar 13,76% BUMN masih perlu peningkatan dalam implementasi good corporate governance. Beberapa kasus telah menunjukkan buruknya praktik tata kelola perusahaan pada BUMN di Indonesia. Salah satunya adalah mark up laba yang dilakukan direksi PT Waskita Karya Tbk sebesar Rp 400 miliar dari periode 2004 – 2008. Manipulasi laporan keuangan dan korupsi tersebut mengindikasikan lemahnya implementasi good corporate governance. Pada akhirnya hal ini akan merugikan masyarakat yang pemenuhan kebutuhan barang dan jasanya dilakukan oleh BUMN. Selain itu, kasus-kasus tersebut akan menambah daftar panjang sejarah reputasi BUMN yang kurang baik. Tindakan untuk membangun kembali kepercayaan publik harus segera dilakukan. Salah satunya adalah pengungkapan penuh, bukan hanya pada informasi keuangan tetapi juga pada informasi non keuangan (Harahap, 2012). Pengungkapan good corporate governance secara berkala penting dilakukan. Menurut Zakarsyi (2006) dalam Putranto & Raharja (2013, p.2) adanya pengungkapan good corporate governance yang transparan, tepat waktu, dan akurat merupakan nilai tambah bagi semua stakeholder. Jika tidak ada pengungkapan yang memadai, para stakeholder tidak dapat meyakini dari setiap kegiatan yang dijalankan oleh manajemen dijalankan dengan cara yang bijaksana dan baik untuk kepentingan mereka.Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh KNKG (2006) mengharuskan setiap perusahaan melaporkan pelaksanaan good corporate governance dalam laporan tahunan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu ditemukan beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah leverage (Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan, 2009; Ridho & Sulistiani, 2014), profitabilitas (Kusumawati, 2007; Ridho & Sulistiani, 2014; Dewi, 2015), likuiditas (Al-Moataz & Hussainey, 2012), tipe auditor (Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas, 2012), dan komisaris independen (Al-Moataz & Hussainey, 2012; Samaha, Dahawy, Stapleton, & Hussainey, 2012). Penelitian menunjukkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Hal ini menjadi alasan kuat bagi peneliti untuk kembali menguji variabel-variabel yang bersangkutan. Pemilihan BUMN sebagai subjek penelitian berdasarkan alasan bahwa good corporate governance merupakan isu penting bagi seluruh jajaran BUMN tanpa terkecuali sebagaimana halnya pada perusahaan swasta. Pentingnya hal ini semakin diperkuat dengan adanya penjelasan mengenai maksud dan tujuan dibentuknya BUMN pada pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yaitu bahwa selain untuk memperoleh keuntungan, BUMN juga menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Penerapan dan pengungkapan yang memadai mengenai praktik good corporate governance akan menjamin terlindunginya kepentingan masyakarat luas. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe auditor, dan komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan BUMN. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory Agency theory mempelajari hubungan keagenan yang terjadi ketika satu orang atau lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada agency theory diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Konsep ini berkaitan dengan bagaimana investor yakin ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
145
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
bahwa manajemen akan memberikan keuntungan bagi mereka, tidak akan menggelapkan ke dalam proyek-proyek tidak menguntungkan, dan berkaitan bagaimana investor mengontrol manajemen. Dengan kata lain, good corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan biaya keagenan (Hanggraeni, 2015). Indeks Pengungkapan Good Corporate Governance Keandalan indeks pengungkapan sangat penting dan ditentukan oleh kecermatan dalam menyusun indeks pengungkapan sebagai instrumen penelitian. Sebelum menggunakan indeks pengungkapan dalam penelitian, menurut Barako (2006) diperlukan beberapa langkah utama untuk menenukan keandalan instrumen tersebut.
1. Langkah Pertama Langkah pertama adalah memberikan definisi atas pengungkapan informasi terkait penelitian yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, luas pengungkapan good corporate governance diartikan sebagai ukuran seberapa banyak penyajian informasi mengenai penerapan tata kelola perusahaan dan prinsip-prinsipnya berkaitan informasi materiil perusahaan meliputi kinerja perusahaan, pemegang saham, manajemen perusahaan, dan risiko usaha kepada para pemangku kepentingan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela.
2. Langkah Kedua Langkah kedua adalah tinjauan mendalam dilakukan pada penelitian-penelitian terdahulu untuk mengembangkan daftar item yang diungkapkan. Untuk memeriksa persamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu agar mudah diperbandingkan dan untuk memeriksa relevansi item pengungkapan, item yang dipilih setidaknya telah digunakan minimal oleh satu penelitian terdahulu yang terpublikasi.Dari peninjauan terhadap penelitian Kusumawati (2007), Rini (2011), Natalia & Zulaikha (2012), dan Dewi (2015) diperoleh dua hal penting yang harus diperhatikan sebelum menyusun indeks pengungkapan good corporate governance, yaitu sumber item pengungkapan dan jumlah item pengungkapan. Seluruh penelitian yang ditinjau menyusun item pengungkapan dari sumber yang sama yaitu Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG dan Keputusan BAPEPAM-LK No. KEP-134/BL/2006. Jumlah item pengungkapan dari tiga penelitian tersebut beragam. Indeks pengungkapan yang dikembangkan oleh Kusumawati (2007) memuat 161 item pengungkapan, Rini (2010) memuat 105 item pengungkapan, Natalia & Zulaikha (2012) memuat 93 item pengungkapan, sedangkan Dewi (2015) memuat 92 item pengungkapan. Perbedaan jumlah item pengungkapan pada penelitian sebelumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (a) perubahan terbaru dari peraturan yang menjadi sumber penyusunan item pengungkapan; (b) penambahan regulasi pengungkapan sesuai dengan jenis atau sektor perusahaan yang diteliti. Penelitian ini menyusun item pengungkapan good corporate governance secara penuh (full disclosure) yang terdiri atas pengungkapan wajib dan sukarela. Sumber penyusunan item pengungkapan disesuaikan dengan kelompok perusahaan yang diteliti yaitu BUMN yang telah terdaftar di BEI. Kelompok perusahaan dalam penelitian ini memiliki tiga regulator yaitu Kementrian BUMN, OJK, dan KNKG. Sumber penyusunan item pengungkapannya berasal dari tiga regulator tersebut dan merupakan perubahan terbaru dari peraturan dalam penelitian sebelumnya. Sumber pertama adalah Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-431/BL/2012 Peraturan Nomor X.K.6 dengan 53 item pengungkapan GCG. Sumber kedua adalah Keputusan Sekretaris Kementrian BUMN Nomor: SK-16/S.MBU/2012 dengan 53 item pengungkapan GCG. Sumber ketiga adalah Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER01/MBU/2011. Peraturan ini tidak secara khusus mengatur mengenai bentuk dan isi laporan tahunan namun dalam peraturan ini terdapat 4 item terkait pengungkapanGCG dalam laporan tahunan. Sumber keempat adalah Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia dari KNKG dengan 18 item pengungkapan GCG. Keempat peraturan tersebut memiliki jumlah indikator dan item pengungkapan yang berbeda-beda. Namun beberapa indikator dan item pengungkapan sama persis sehingga harus dieliminasi untuk menghindari adanya item pengungkapan untuk informasi yang sama atau item ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
146
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
ganda. Setelah dilakukan eliminasi diperoleh 19 indikator pengungkapan yang terdiri dari 93 item pengungkapan. Di mana 80 item merupakan informasi pengungkapan wajib dan 13 item merupakan informasi pengungkapan sukarela.
3. Langkah Ketiga Pada penelitian-penelitian terkait pengungkapan informasi, pengukuran item terbagi dua yaitu item berbobot (weighted item) dan item tidak berbobot (unweighted item). Pada item pengungkapan yang diberi bobot, informasi tertentu dinilai lebih penting pengungkapannya daripada informasi yang lain. Sehingga skor pengungkapannya lebih besar. Sedangkan pada item tidak berbobot, semua informasi yang seharusnya diungkapkan dianggap sama penting dan skor pengungkapannya sama.Pengukuran indeks pengungkapan tanpa memberikan bobot untuk item pengungkapan didasarkan atas asumsi bahwa setiap item pengungkapan sama penting (Barako, 2006). Indeks pengungkapan yang terdiri dari item pengungkapan dalam jumlah besar diduga akan memiliki hasil sama, baik dengan memberikan bobot atau tidak memberikan bobot pada pengukurannya (Marston dan Shrives, 1991). Berdasarkan tinjauan tersebut, penelitian ini akan menggunakan prosedur yang sama dalam mengukur indeks pengungkapan good corporate governance. Yaitu dengan memberikan skor 1 untuk item yang diungkapkan dan skor 0 untuk item yang tidak diungkapkan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Lang & Lundholm (1993) dan Wallace, Naser, & Mora (1994) menggunakan karakteristik perusahaan sebagai proksi potensial dalam menjelaskan luas pengungkapan. Karakteristik perusahaan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu kelompok variabel yang berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Variabel struktur yang mengukur karakteristik perusahaan telah banyak diteliti berkaitan dengan pengungkapan. Variabel struktur dianggap cenderung stabil dan konstan sepanjang waktu (Lang dan Lundholm, 1993). Variabel yang termasuk kategori struktur perusahaan yaitu leverage.Variabel kinerja merupakan variabel yang akan berbeda pada waktu-waktu yang spesifikdan mewakili informasi yang mungkin relevan bagi pengguna informasi akuntansi (Lang dan Lundholm, 1993). Variabel yang termasuk kategori kinerja yaitu profitabilitas dan likuiditas.Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang timbul sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara lingkungan perusahaan dalam lingkungan operasionalnya. Teori yang mendasari adalah perilaku perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam sebuah indeks kelengkapan pengungkapan, jika perusahaan tidak bergabung dengan suatu kelompok yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006; dalam Benardi, Sutrisno, dan Assih, 2009, p.8). Variabel yang berkaitan dengan pasar yaitu tipe auditor. Labelle (2002) dalam Kusumawati (2007, p.2) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengungkapan praktik good corporate governance kemungkinan tidak sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan financial disclosure. Penelitian Kusumawati (2007) menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan good corporate governance, yaitu faktor karakteristik spesifik perusahaan dan faktor good corporate governance itu sendiri. Variabel yang berkaitan dengan good corporate governanceyaitu komisaris independen. 1. Leverage Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan dari kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu menurut Jensen dan Meckling (1976), perusahaan dengan leverage yang tinggi menyebabkan biaya pengawasan yang tinggi. Maka untuk mengurangi biaya tersebut, perusahaan akan berusaha mengungkapkan informasi yang lebih luas (Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan, 2009; Ridho & Sulistiani, 2014). Selain itu jika sumber utama pembiayaan perusahaan berasal dari lembaga keuangan seperti bank, perusahaan diperkirakan akan melakukan pengungkapan informasi lebih luas untuk meningkatkan kesempatan memperoleh dana (Ahmed & Nicholls, 1994; dalam Barako, 2006, p.113). Penelitian ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
147
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance. H1 : Leverage berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance
2. Profitabilitas Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan menggunakan informasi sebagai sinyal untuk meningkatkan kepercayaan investor. Manajemen akan melakukan pengungkapan lebih luas dengan motivasi untuk mempertahankan posisinya dan meningkatkan kompensasi (Barako, 2006; Ridho & Sulistiani, 2014). Di sisi lain manajemen akan mengurangi pengungkapan jika profitabilitas perusahaan menurun untuk menutupi alasan penurunan kinerja (Al-Moataz & Hussainey, 2012). Ridho & Sulistiani (2014) dan Dewi (2015) menemukan pengaruh positif variabel profitabilitas terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Penelitian Kusumawati (2007) juga menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance namun dengan pengaruh negatif. H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance 3. Likuiditas Perusahaan dengan rasio likuiditas tinggi atau yang secara keuangan kuat akan mengungkapkan laporan keuangannya dengan lebih luas daripada perusahaan yang secara keuangan lemah, namun perusahaan dengan rasio likuiditas yang rendah perlu memberikan penjelasan dengan rinci kinerjanya yang lemah tersebut. Perusahaan dengan kinerja yang tinggi akan cenderung untuk menyajikan pengungkapan laporan tahunan perusahaan dengan lebih luas karena publik akan memberikan penilaian yang lebih baik atas kinerja perusahaan. Namun, apabila kinerja perusahaan buruk, publik juga menuntut adanya penjelasan mengenai penyebab memburuknya kinerja perusahaan (Wallace & Naser, 1995; Barako, 2006; Al-Moataz & Hussainey, 2012). Penjelasan ini didukung oleh penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) di mana likuiditas menunjukkan pengaruh yang positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance. H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance 4. Tipe Auditor Auditor dapat berfungsi sebagai agen pemantauan yang memberikan sinyal kepada stakeholder bahwa informasi yang diberikan oleh perusahaan memiliki kredibilitas yang tinggi dan lebih informatif. KAP yang lebih besar dapat menyelesaikan tugasnya lebih baik karena memiliki ukuran yang lebih besar, sumber daya manusia yang mencukupi serta kecenderungan untuk mempertahankan reputasinya. KAP yang besar juga memiliki klien yang lebih banyak sehingga mereka tidak tergantung terhadap klien. Kedua hal ini meningkatkan level independensi KAP besar dan membuat mereka memiliki kemampuan untuk membatasi perilaku oportunis manajemen (Kusumawati, 2007; Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas, (2012) menunjukkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H4 : Tipe auditor berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance
5. Komisaris Independen Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat menyeimbangkan kekuatan antara direksi dan komisaris, melindungi kepentingan seluruh stakeholder, serta menekan jumlah kecurangan. Komisaris menjaga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong diterapkannnya praktik good corporate governance. Penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) menyatakan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Berdasarkan hal tersebut diuraikan hipotesis sebagai berikut: H5 : Komisaris independen berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
148
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal. Objek penelitian ini adalah variabel leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe auditor, komisaris independen, dan luas pengungkapan good corporate governance. Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan tahunan BUMN yang terdaftar di BEI. Populasi dan Ukuran Sampel Populasi pada penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI sebanyak 20 BUMN. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. BUMN yang terpilih sebagai sampel sebanyak 11 perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut. Tabel 1 Penentuan Sampel Penelitian Kriteria Jumlah BUMN yang terdaftar di BEI hingga tahun 2015 20 Dikeluarkan dari sampel karena: 1. Terdaftar di BEI (privatisasi) di atas tahun 2012 (1) 2. Mengalami kerugian selama periode 2012-2015 (4) 3. Jasa asuransi dan keuangan (4) Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 9 Jumlah BUMN yang memenuhi kriteria sampel 11 Jumlah seluruh pengamatan sampel selama 4 tahun 44 Sumber: Data diolah oleh peneliti dari www.idx.co.id (2016) Definisi Operasional Variabel Variabel Luas pengungkapan GCG (Y)
Tabel 2 Definisi Operasional Variabel Indikator Variabel =
Profitabilitas (X2)
Tipe Auditor (X4) Komisaris Independen (X5) Sumber: Diolah peneliti (2016)
Rasio
=
Leverage (X1)
Likuiditas (X3)
Skala Rasio
ℎ(
=
=
ℎ
)
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four = 0 KAP yang berafiliasi dengan Big Four = 1 =
ℎ
Rasio Rasio Dummy Rasio
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data dan dokumen yang diperlukan. Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ini yaitu laporan tahunan dan laporan keuangan yang diperoleh dari situs resmi BEI. ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
149
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Teknik Analisis Data Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap pengungkapan good corporate governance dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: = Keterangan: IPGCG DER ROE CURRENT BIGFOUR COMIND α e
+
+
+
+
+
+
= indeks pengungkapan good corporate governance = debt to equity ratio = return of equity ratio = current ratio = tipe auditor = dewan komisaris independen = konstanta = standar erorr
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi Klasik Uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov Z menunjukkan probabilitas sebesar 0,200 di atas tingkat signifikansi 0,05. Uji multikolinearitas menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%) dan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser menunjukkan bahwa koefisien parameter seluruh variabel independen tidak ada yang signifikan (> 0.05). Uji autokorelasi memperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,525 yang berada pada daerah hasil kesimpulan tanpa keputusan. Menurut Algifari (2015) jika pada penelitian terjadi hasil uji autokorelasi tanpa keputusan, maka tidak dapat dipastikan apakah persamaan regresi mengandung masalah autokorelasi atau tidak. Langkah untuk memastikan adalah melakukan pengujian nonparametrik terhadap residual persamaan regresi estimasi. Statistika nonparametrik yang digunakan untuk memastikan pengujian Durbin Watson tanpa keputusan adalah run test. Hasil run test terhadap data residual menunjukkan probabilitas sebesar 0,446 di atas tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa model penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik. Pengujian Hipotesis dan Intepretasi Hasil Penelitian Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Independen
B
Konstanta Leverage Profitabilitas Likuiditas
0,811 -0,011 0,389 -0,052
Tipe Auditor
0,167
Komisaris Independen -0,264 Adjusted R Square = 0,510 F = 9,964 Signifikansi = 0,000 Sumber: Output SPSS (2016) ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
t
7,457 -0,852 1,756 -2,747
Sig.
Hasil Pengujian
0,000 0,400 Tidak signifikan 0,087 Tidak signifikan 0,009 Signifikan negatif 3,888 0,000 Signifikan positif -0,976 0,335 Tidak signifikan
Hipotesis H1 ditolak H2 ditolak H3 diterima H4 diterima H5 ditolak
150
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Pengaruh Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel leverage terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan. Hasil ini menolak H1dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014). Menurut Kasmir (2012) semakin besar tingkat debt to equity ratio (DER) suatu perusahaan maka akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Diduga karena tingkat risikonya yang lebih besar, ada kemungkinan perusahaan menggunakan metode lain untuk menyelesaikan masalah konflik kepentingan sebagai pendekatan lebih mendalam. Chow & Wong Boren (1987) menjelaskan bahwa pengungkapan informasi hanya salah satu dari mekanisme untuk menyelesaikan masalah konflik kepentingan. Selain itu dalam hubungannya dengan leverage, kreditur jangka panjang memberikan perhatian lebih banyak daripada pemangku kepentingan yang lain. Karakteristik kreditur jangka panjang bisa saja mempengaruhi jenis pendekatan yang dipilih oleh manajemen. BUMN di Indonesia diduga menggunakan mekanisme alternatif lain untuk menyelesaikan konflik agensi antara pemegang saham, kreditur jangka panjang, dan manajemen. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel profitabilitas terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan.Hasil ini menolak H2dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian Ridho & Sulistiani (2014).Benardi, Sutrisno, & Assih (2009) serta Hikmah, Chairina, & Rahmayanti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingginya kinerja keuangan sudah merupakan suatu keharusan karena kondisi keuangan dengan profitabilitas yang baik akan memudahkan perusahaan menjalankan operasional sehari-hari. Selain itu Hardiningsih (2008) menyatakan bahwa informasi berupa laba positif sebagaimana yang diperoleh perusahaan dalam sampel penelitian ini sudah cukup informatif sebagai sinyal good news bagi investor. Pengaruh Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance.Hasil ini menolak H0 dan menerima H3. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan teori dan memperkuat hasil penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) walaupun pengaruhnya berlawanan arah. Penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif -0,052 menunjukkan bahwa semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin besar luas pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan. Ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas rendah maka manajemen dituntut untuk menjelaskan penyebab rendahnya likuiditas tersebut (Wallace, Naser, & Mora, 1994; Barako, 2006; Al-Moataz & Hussainey, 2012). Manajemen perusahaan akan memberikan penjelasan dengan cara melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Pengungkapan dapat dilakukan dengan mengungkapkan informasi keuangan dalam laporan keuangan dan dapat pula dengan melakukan pengungkapan informasi non keuangan dalam laporan tahunan. Pengungkapan informasi keuangan akan menjelaskan penyebab menurunnya likuiditas jika dilihat dengan angka. Pengungkapan good corporate governance dilakukan sebagai upaya meyakinkan pemangku kepentingan bahwa perusahaan telah dikelola sesuai peraturan dan penurunan likuiditas bukan disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang buruk. Hal ini menjelaskan hubungan negatif (berlawanan arah) dalam pengujian. Pengaruh Tipe Auditor Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel tipe auditor berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance.Hasil ini menolak H0 dan menerima H4. Hasil penelitian iniberhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian Ntim, Opong, Danbolt, &Thomas (2012). Salah satu upaya perbaikan good corporate governance yaitu peningkatan peran auditor independen sehingga mengurangi risiko perusahaan publik dari ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
151
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
tindakan yang dapat merugikan para pemodal (Daniri, 2014). Selain itu auditor independen dianggap dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah informasi yang diungkapkan (Barako, 2006).KAP Big Four dengan ukuran lebih besar, sumber daya manusia memadai, dan kecenderungan mempertahankan reputasinya, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perusahaan melakukan pengungkapan good corporate governance lebih luas sebagai upaya peningkatan transparansi. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan.Hasil ini menolak H5dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012). Berdasarkan data laporan tahunan perusahaan sampel diketahui bahwa sebagian besar komisaris independen berasal dari latar belakang militer, politisi, dan birokrat. Sedangkan posisi pemerintah bagi BUMN tidak hanya sebagai regulator namun juga pemegang saham pengendali. Hal ini mengindikasikan penunjukkan komisaris independen yang terindikasi alasan politis dan kemungkinan adanya kecenderungan keputusan komisaris independen yang bias dan lebih memihak pada kepentingan pemegang saham pengendali. Masalah utama dalam konflik agensi di BUMN karena politisi dan birokrat sebagai agen cenderung tidak melaksanakan pekerjaan mereka sesuai dengan kepentingan masyarakat sebagai pemilik BUMN yang sebenarnya. Agen dengan latar belakang politisi dapat menggunakan wewenangnya mengeluarkan kebijakan unprofitable bagi BUMN (Kamal, 2010). KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN
Kesimpulan (1) Hasil pengujian leverage, profitabilitas, dan komisaris independen menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga pengaruh leverage, profitabilitas, dan komisaris independen secara parsial terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan;(2) Likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap luas pengungkapan good corporate governance; (3) Tipe auditor berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Implikasi Secara teoritis, hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa dari lima variabel, penelitian ini berhasil membuktikan teori bahwa dua diantaranya yaitu likuiditas dan tipe auditor terbukti sebagai faktor yang dapat menjelaskan luasnya pengungkapan good corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan. Ketika perusahaan mengalami penurunan likuiditas, perusahaan memiliki kecenderungan melakukan pengungkapan good corporate governance lebih luas. Selain itu perusahaan yang menggunakan jasa audit dari KAP yang berafiliasi dengan Big Four melakukan pengungkapan good corporate governance lebih luas. Secara praktis, data nilai IPGCG telah menunjukkan rata-rata pengungkapan yang cukup tinggi. Walaupun perusahaan belum sepenuhnya melakukan pengungkapan minimal yang diwajibkan oleh BAPEPAM-LK maupun Kementrian BUMN. Perusahaan sampel cenderung memiliki proporsi aset yang tidak seimbang. Dalam sudut pandang investor, perusahaan memiliki risiko yang tinggi. Keyakinan bahwa perusahaan memiliki risiko yang tinggi namun tetap menerapkan tata kelola perusahaan yang baik harus diberikan kepada investor. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan komisaris independen yang tidak sepenuhnya independen. Pemerintah seharusnya mengurangi intervensi dalam manajemen BUMN agar perusahaan lebih transparan.
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
152
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Keterbatasan (1) Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada seluruh BUMN yang ada di Indonesia.Jumlah BUMN di Indonesia sebanyak 105 perusahaan. Sedangkan populasi penelitian hanya 20 perusahaan yang terdaftar di BEI; (2) Pengukuran indeks pengungkapan dalam penelitian ini menggunakan item pengungkapan tanpa bobot (unweighted item). Dalam hal ini luas pengungkapan hanya menunjukkan kuantitas sedangkan kualitasnya tidak bisa ditentukan; (3) Rasio keuangan dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio keuangan yang umum. Hasil penelitian mungkin akan berubah jika menggunakan proksi yang berbeda. REFERENSI
Algifari. (2015). Analisis Regresi: Untuk Bisnis dan Ekonomi (3nd ed.). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Al-Moataz, E., & Hussainey, K. (2012). Determinants of Corporate Governance Disclosure in Saudi Companies. Journal of Economics and Management, 1-24.
Barako, D. G., Hancock, P., & Izan, H. Y. (2006). Factors influencing voluntary corporate disclosure by Kenyan companies. Corporate Governance: An International Review, 14(2), 107-125.
Benardi, Sutrisno, & Assih P. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Impkasinya Terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII, 1-31. Padang
Chow, C. W., & Wong-Boren, A. (1987). Voluntary financial disclosure by Mexican corporations. Accounting review, 533-541. Dewi, N. R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Umur Listing Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Komite Audit Dan Kepemilikan Dispersi Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2013. Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). http://jurnal.umrah.ac.id/?p=4102 Effendi, M. A. (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Hanggraeni, D. (2015). Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Risk Management) dan Good Corporate Governance. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Harahap, S. S. (2012). Teori Akuntansi (Rev. ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Hardiningsih, P. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 15(1), 67-79Daniri, M.A. (2014). Lead By GCG. Jakarta: Gagas Bisnis Indonesia
Hikmah, N., Chairina, & Rahmayanti, D. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi, (hal. 1-32). Banda Aceh. Jensen, M.C.& William H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm: ManagerialBehaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”.Journal of Financial Economics.(3)4, 305-360 Kamal, M. (2010). Corporate Governance and State-owned Enterprises: A Study of Indonesia’sCode of Corporate Governance. Journal of International Commercial Law and Technology, 5(4), 206-224. Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan (5th ed.). Jakarta: Rajawali Pers
Kusumawati, D. N. (2007). Profitability and Corporate Governance Disclosure: An Indonesian Study.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, (10) 2, 131-146 ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
153
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Lang, M.H & Lundholm. (1993). Cross Sectional Determinants of Analyst Rating of Behaviour. Journal of Accounting Research. (2), 246-271
Marston, C. L., & Shrives P. J. (1991). The Use of Disclosure Indices in Accounting Research: A Review Article. British Accounting Review. (23), 195-210 Muhamad, R., Shahimi, S., Yahya, Y., & Mahzan, N. (2009). Disclosure quality on governance issues in annual reports of Malaysian PLCs. International business research, 2(4), 61.
Natalia, P., & Zulaikha. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Pada Laporan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, 1(2), 1-10. Ntim, C. G., Opong, K. K., Danbolt, J., & Thomas, D. A. (2012). Voluntary Corporate Governance Disclosures by Post-Apartheid South African Corporations. Journal of Applied Accounting Research, 13(2), 122-144.
Putranto, R. J., & Raharja, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Diponegoro Journal Of Accounting, 2(2), 1-12. Ridho, N. A., & Sulistiani, D. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012). ElMuhasaba, 5(1), 116-132.
Rini, A. K., & Achmad, T. (2010). Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia (Skripsi, Universitas Diponegoro). Samaha, K., Dahawy, K., Stapleton, P., & Hussainey, K. (2012). The Extent of Corporate Governance Disclosure and Its Determinants in a Developing Market: The Case of Egypt. Advances in Accounting, 28(1), 168-178. Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika
Wallace, R.S.O., & Naser, K. (1995). Firm-Specific Determinants Of The Comprehensiveness Of Mandatory In The Corporate Annual Report Of Firm Listed On The Stock Exchanges Of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy, 14(2), 311-368
Wallace, R.S.O., Naser, K.,&Mora, A. (1994). The Relation Between theComprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain.Accounting and Business Research. 25 (Winter): 41-53
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
154