FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS Ahmad Winanto Istianingsih
ABSTRACT The purpose of this study was to determine profesionalism, professional ethics and experience on audit quality and effect auditor judgement of materiality level. Data were obtained by survey questionnaires, which were completed by auditor who work at Registered Public Accountants, started from junior up to partner level. The number of auditor that were visited in this study were 103 auditor from 16 Public Accounting Firm, research period on January – May 2015. Data were analyzed using Structural Equation Modelling (SEM) variance on (Partial Least Square). The result of this study showed that professionalism and professional ethics have significant and positive influence to auditor’ judgment of materiality level. And audit quality significant and positive influence to auditor’ judgment of materiality level. Experience not positive influence on audit quality and effect auditor judgement of materiality level. Keywords: Professionalism, experience , professional ethics, audit quality and auditor judgment of materiality level. 1.
PENDAHULUAN
Peran auditor dalam penyajian informasi keuangan sangatlah besar. Auditor merupakan orang yang ada di belakang informasi keuangan yang disajikan oleh sebuah perusahaan. Informasi inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (Sabrina dan Januarti, 2012). Akuntan sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan pelaporan informasi keuangan tersebut sudah semestinya dapat dipercaya sebagai orang yang berperilaku professional dan etis sehingga hasil pekerjaannya dapat dipercaya relevansi dan keandalannya (Herawaty dan Susanto, 2009). Besarnya kepercayaan pengguna laporan keuangan pada Akuntan Publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas auditnya. Ironisnya, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan kepada akuntan publik seringkali diciderai dengan banyaknya skandal. Skandal-skandal keuangan tersebut
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan Kantor Akuntan Publik (KAP) besar (Futri dan Juliarsa, 2014). Sikap profesionalisme, pengalaman dan etika profesi harus dimiliki setiap auditor sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) agar skandal-skandal keuangan tersebut dapat dihindari (Entuu dkk, 2013). Semakin baik sikap profesionalisme, pengalaman dan etika profesi yang dimiliki maka semakin baik pula kualitas auditnya (Hutabarat, 2012; Futri dan Juliarsa, 2014) dan keputusan yang dihasilkan oleh seorang auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas akan lebih independen dan objektif (Herawati dan Santoso, 2009). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Sukriah dkk (2011) dan Futri dan Juliarsa (2014). Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada: 1) penambahan variabel dependen yaitu pertimbangan tingkat materialtias dan melakukan pengujian variabel independen profesionalisme, pengalaman dan etika profesi terhadap variabel dependen pertimbangan tingkat materialtias (Herawaty dan Susanto, 2009; Yen, 2012; Rachmawati, 2013 dan Yunitasari dkk, 2014) dan 2) penambahan pengujian kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Trisnaningsih, 2010). Berdasarkan uraian diatas, maka secara spesifik dapat dirumuskan masalahmasalah penelitian sebagai berikut: (1)Apakah terdapat pengaruh professionalisme terhadap kualitas audit?; (2) Apakah terdapat pengaruh pengalaman terhadap kualitas audit?; (3) Apakah terdapat pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit?; (4)Apakah terdapat pengaruh professionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas?; (5) Apakah terdapat pengaruh pengalaman dengan terhadap pertimbangan tingkat materialitas?; (6) Apakah terdapat pengaruh etika profesi dengan terhadap pertimbangan tingkat materialitas?; (7) Apakah terdapat pengaruh kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 2. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Atribusi Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dll. ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu (Luthans, 2006). 2. Teori Disonansi Kognitif Menurut Festinger (1957) dalam Wahyudi dkk. (2013) menjelaskan bahwa disonansi kognitif merupakan diskrepansi atau kesenjangan yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan psikologis. 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kognitif merujuk pada setiap bentuk pengetahuan, pendapat, keyakinan, atau perasaan mengenai diri seseorang atau lingkungannya. 3. Kualitas Audit Kualitas audit mengacu pada standar yang berkenan dengan kriteria, atau ukuran mutu serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Di indonesia pengendalian mutu kualitas audit yang digunakan adalah standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh Ikantan Akuntan Indonesia (Trisnaningsih, 2010). 4. Pertimbangan Tingkat Materialitas Materialitas dalam akuntansi adalah sesuatu yang relatif, nilai kuantitatif yang penting dari beberapa informasi keuangan, bagi para pemakai laporan keuangan dalam konteks pembuatan keputusan (Frishkoff, 1970 dalam Hastuti dkk, 2003). Peran konsep materialitas adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Profesionalisme 5. Arens et al. (2011) mendefinisikan profesionalisme sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen dari motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi. 6.
Pengalaman Christiawan (2002) dalam Hafifah (2012) menjelaskan bahwa semakin banyak dan kompleks tugas-tugas yang dilakukan seorang individu akan menyebabkan pengalaman individu tersebut semakin meningkat karena hal ini akan menambah dan memperluas wawasan yang dimiliki. Gusti dan Ali (2008) dan Futri dan Juliarsa (2014) menyatakan bahwa pengalaman auditor dapat dilihat melalui pengalamannya dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. 6.
Etika Profesi Etika profesi juga salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kode etik juga sangat diperlukan karena dalam kode etik mengatur perilaku akuntan publik menjalankan praktik (Futri dan Juliarsa, 2014). Alasan diperlukannya etika bagi kehidupan profesional adalah kebutuhan akan keyakinan publik atas kualitas layanan yang diberikan oleh profesi. Begitu pula dengan seorang auditor yang harus memenuhi etika profesinya sehingga ia dapat memberikan kepercayaan masyarakat terhadap sesuatu yang telah dilakukannya khususnya bagi para pengguna laporan keuangan. 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
B.
RERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan landasan teori diatas, rerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
C.
HIPOTESIS
1. Pengaruh Profesionalisme terhadap kualitas audit Hasil penelitian Mayasari (2012) menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dengan demikian dapat hal ini disebabkan dari Auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Baotham (2007), Ussahawanitchakit (2008), Sementara itu hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Nugraha (2012) dan Futri dan Juliarsa (2014) yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H1 : Terdapat pengaruh Positif Profesionalisme terhadap kualitas audit
4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Pengaruh Pengalaman terhadap kualitas audit Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002 dalam Samsi dkk, 2013). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan dan mengurangi dampak infomasi tidak relevan (Herliansyah dan Ilyas, 2006; Alim dkk, 2007 dalam Samsi dkk, 2013). Hasil penelitian Sukriah dkk (2013) menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas auditnya. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Saripudin dkk ( 2012); Badjuri (2012); Hutabarat ( 2012). Sementara itu hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Samsi dkk (2013) Kovinna dan Betri (2014) dan Futri dan Juliarsa (2014) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H2 : Terhadap pengaruh positif Pengalaman terhadap kualitas audit 3. Pengaruh Etika Profesi terhadap kualitas audit Hasil penelitian Hutabarat (2012) dan Futri dan Juliarsa (2014) menunjukkan bahwa Etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi etika auditor maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas audit. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Kovinna dan Betri (2014). Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H3 : Terdapat pengaruh positif Etika Profesi terhadap kualitas audit 4. Pengaruh Profesionalisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati (2005) pada 10 (sepuluh) Kantor Akuntan Publik menyatakan bahwa profesionalisme dimensi keyakinan terhadap profesi yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan dimensi yang lain tidak mempunyai hubungan signifikan. Hal ini didukung dengan penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah dan Wahyudi (2006). Didalam penelitian Mardiyah dan Wahyudi (2006) juga menyatakan bahwa profesionalisme auditor dimensi pengabdian 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap profesi dan kemandirian berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Herawati dan Susanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Febrianty (2012), Sinaga dan Isgiyarta (2012), Lestari dan Utama (2013), Kurniawanda (2013), Muhammad (2013). Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H4 : Terdapat pengaruh Positif Profesionalisme terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas 5. Pengaruh Pengalaman terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Pengalaman audit dapat diartikan sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukannya (Suraida, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002) dan Herawati dan Susanto (2009) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimbangan tingkat materialitas. Gusti dan Ali (2008) menyatakan bahwa pengalaman auditor dapat dilihat melalui pengalamannya dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yen (2012), Rachmawati (2013) dan Yunitasari dkk (2014). Sementara itu hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Marito,dkk (2012) dan Ríos-Figueroa dan Cardona (2013) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H5 : Terdapat pengaruh positif Pengalaman terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas 6. Pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Dengan menjunjung tinggi etika profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para auditor, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Menurut Herawati dan Santoso (2009) dengan memegang teguh etika profesi, keputusan yang dihasilkan oleh seorang auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas akan lebih indepenen dan objektif.
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Utama (2013) dan Entuu dkk. (2013) menemukan bahwa etika profesi tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H6 : Terdapat pengaruh Positif Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas 7. Pengaruh kualitas audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas . Kualitas audit mengacu pada standar yang berkenan dengan kriteria, atau ukuran mutu serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Di indonesia pengendalian mutu kualitas audit yang digunakan adalah standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh Ikantan Akuntan Indonesia. Akuntan publik dapat mengetahui tingkat mutu atau kualitas auditnya melalui tingkat tercapainya kepuasan klien. Oleh karena itu seorang akuntan publik harus mampu meningkatkan kualitas auditnya. Kepuasan yang dirasakan oleh klien akan menimbulkan kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh akuntan publik. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2010) menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hasil penelitian di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H7 : Terdapat pengaruh positif kualitas audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 3.
DESAIN DAN METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen) (Herliansyah, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel laten independen, yaitu profesionalisme, pengalaman dan etika profesi terhadap variabel laten dependen, yaitu kualitas audit dan pertimbangan tingkat materialitas. B. 1.
Pengukuran Variabel Variabel Dependen a. Kualitas audit.
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Variabel kualitas audit diukur menggunakan indikator yang dikembangkan oleh De Angelo (1981) dalam Trisnaningsih (2010) yang terdiri dari 4 item pertanyaan. b. Pertimbangan Tingkat Materialitas. Variabel pertimbangan tingkat materialitas diukur menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Hastuti dkk (2003) dalam Herawaty dan Susanto (2009) terdapat 6 dimensi yang terdiri dari 13 item pertanyaan. 2.
Variabel Independen a. Profesionalisme. Variabel profesionalisme menggunakan konsep Hastuti dkk (2003) dalam Herawaty dan susanto (2009). Yang dimana terdapat 5 dimensi untuk menilai profesionalisme dengan 20 item pertanyaan. b. Pengalaman. Variabel pengalaman diukur menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Futri dan Juliarsa (2014) terdapat 2 dimensi yang terdiri dari 10 item pertanyaan. c. Etika Profesi Variabel pertimbangan tingkat materialitas diukur menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Futri dan Juliarsa (2014) terdapat 5 dimensi yang terdiri dari 14 item pertanyaan.
C. Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini seluruh item pertanyaan dari variabel laten independen dan variabel laten dependen diukur dengan menggunakan skala interval dengan menggunakan skala Likert 1 s.d 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta. Berdasarkan buku direktori KAP tahun 2013 terdapat 235 KAP (http://www.iapi.or.id/iapi/directory.php). Dari populasi ini, peneliti akan menentukan besarnya sampel melalui simple random sampling. E.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer, dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner.
G.
Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan Structural Equation Modelling (SEM) berbasiskan variance (Partial Least Square). 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1) Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini statistik deskriptif digunakan sebagai teknik analisis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan informasi demografi responden penelitian (jenis kelamin, usia, posisi bekerja, tingkat pendidikan, register akuntan, dan pengalaman kerja) serta deskripsi mengenai variabel penelitian. 2) Structural Equation Modelling (SEM) berbasiskan variance (Partial Least Square) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM) berbasiskan variance (Partial Least Square). PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance) Model Outer: Uji validates: Uji validitas konvergen dilakukan dengan melihat nilai dari Loading Factor dan Average Variance Extracted (AVE). Uji Reliabilitas: Untuk mengukur internal consistency dapat dilihat dari nilai Composite Reliability. Nilai Composite Realibility harus di atas 0.7. Model Inner: Model Struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur structural. 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Statistik Deskriptif Pendistribusian Instrumen Penelitian Pendistribusian sebanyak 160 kuesioner dan pengumpulan data dilakukan dari Januari - May 2015. Sebanyak 120 kuesioner kembali tetapi yang bisa diolah hanya 103 kuesioner. 160 kuesioner yang didistribusikan yang terkumpul sebanyak 120 kuesioner atau sekitar 75% dari total kuesioner. Hal ini menunjukkan tingkat response rate yang cukup baik. Sebagian besar responden didominasi oleh jenis kelamin lakilaki sekitar 66,02%. Dari segi usia sebagian besar kisaran dibawah 25 tahun sebesar 56,31% kemudian diikuti kisaran 25-35 tahun sebesar 31,07%. Dari latar belakang pendidikan sebagian besar setingkat strata satu (S1) sebesar 77,67%. Responden sebagian besar berprofesi sebagai junior auditor sekitar 56,31%, kemudian diikuti senior auditor sekitar 31,07%. Dari segi masa kerja sebagian besar kisaran dibawah 3 tahun sebesar 56,31%, diikuti kisaran 3-5 tahun sebesar 31,07%.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berikutnya sebagian besar responden tidak punya register akuntan sebesar 95,15%. Deskripsi Variabel Penelitian Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan nilai mean, maka nilai mean dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data. Dari tabel diatas didapatkan Nilai mean Profesionalisme (PRO) 70.05, Nilai mean Pengalaman (PGL) 35.64, Nilai mean Etika Profesi (EP) 50.87, Nilai mean Kualitas Audit (KA) 14.03, Nilai mean Pertimbangan Tingkat Materialitas (MT) 45.84.
B. Uji Kelayakan Model dan Kualitas Instrumen Penelitian 1. Evaluasi Model Pengukuran atau Outer Model a. Uji Validitas Konstruk Melalui Convergent Validity Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi dengan software PLS. Indikator individual dikatakan valid jika nilai korelasi di atas 0,7 dengan konstruk (variabel laten) yang diukur. Namun penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading factor 0,5 s.d 0,6 dianggap cukup (Ghozali, 2012). Dari hasil convergent validity terdapat 3 (tiga) korelasi indikator dengan konstruk dengan hasil loading factor (outer loading) dibawah 0,5 (tidak valid) peneliti menentukan untuk mengeliminasi indikator yang memiliki loading factor di bawah 0,5 dari analisa. Berdasarkan hasil PLS Algorithm diketahui bahwa semua konstruk menghasilkan nilai loading factor > 0,7 yang berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid. Ada beberapa indikator yang menghasilkan loading factor > 0,6 yang menurut Hair et al (2011) dalam Ghozali (2012) masih dapat diterima. Selain berdasarkan nilai loading factor, uji convergent validity juga dilakukan dengan melihat nilai Average Variance Extracted (AVE), harus memenuhi syarat di atas 0,5. Nilai AVE untuk masing-masing variabel adalah variabel Profesionalisme (PRO) sebesar 0.401, variabel Pengalaman (PGL) sebesar 0.593, variabel Etika Profesi (EP) sebesar 0.487, variabel Kualitas Audit sebesar 0.505, dan variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (MT) sebesar 0.418. Dari hasil AVE terdapat tiga variabel yang nilai tidak memenuhi syarat. Namun variabel tersebut tetap dipertahankan karena (1) data penelitan disajikan apa adanya; (2) ukuran ini bersifat pelengkap saja bagi realibilitas konstruk; dan (3) loading factor untuk masing-masing konstruk telah memenuhi syarat. b. Uji Validitas Konstruk Melalui Discriminant Validity
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain melakukan uji convergent validity di atas, juga dilakukan uji discriminant validity dari model dengan pengukuran indikator refleksif. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai cross loading antara indikator dengan konstruknya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari average variance extracted ( ) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya. Nilai akar kuadrat AVE harus lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk. Dapat disimpulkan bahwa nilai akar kuadrat AVE lebih besar dibanding nilai AVE atau korelasi antar konstruk dalam model. Hal ini menunjukkan bahwa setiap konstruk memiliki nilai validitas diskriminan yang baik. c. Uji Realibilitas Melalui Composite Reliability Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability. Konstruk dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability diatas 0,7. Nilai composite reliability yang dihasilkan semua konstruk sangat baik yaitu di atas 0,7 sehingga dapat disimpulkan bahwa semu indikator konstruk adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas. 2. Uji Model Struktural atau Inner Model Dalam menilai model struktural atau inner model dapat dilihat berdasarkan nilai R-Square (R2) dan Q-Square (Q2) untuk setiap variabel laten endogen. Hasil R-Square konstruk Kualitas audit (KA) sebesar 0,648 masuk dalam kategori meoderat. Nilai ini diinterpretasikan bahwa variabel Profesionalisme (PRO), Pengalaman (PGL), Etika Profesi (EP) mampu menjelaskan 64,8% variabel Kualitas audit (KA). Sedangkan sisanya 35,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. hasil R-Square konstruk pertimbangan tingkat materialitas (MT) sebesar 0,914 masuk dalam kategori kuat dapat diinterpretasikan bahwa konstruk pertimbangan tingkat materialitas (MT) dapat dijelaskan oleh variabel Profesionalisme (PRO), Pengalaman (PGL), Etika Profesi (EP) sebesar 91,4% sedangkan 8,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti. Q-square test juga dilakukan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ), dimana R12= R2 kualitas audit dan R2 pertimbangan tingkat materalitas. Sehingga diperoleh nilai sebagai berikut: Q2 = 1 – ( 1 – 0,648 ) ( 1 – 0,914 ) Q2 = 1 – ( 0,352 ) ( 0,086 ) Q2 = 1 – 0,030 Q2 = 0,970 R22=
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q2 sebesar 0,970, artinya besarnya keragaman dari data penelitian yang dapat dijelaskan oleh model struktural yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebesar 97%. Berdasarkan hasil ini, model struktural pada penelitian telah memiliki goodness of fit yang cukup baik. C. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat 7 hipotesis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. Hipotesis 1 sampai dengan 3 (H1 s.d H3) dirumuskan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel Profesionalisme (PRO), Pengalaman (PGL), Etika Profesi (EP) terhadap Kualitas Audit (KA). Sedangkan Hipotesis 4 sampai dengan 6 (H4 s.d H6) dirumuskan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel variabel Profesionalisme (PRO), Pengalaman (PGL), Etika Profesi (EP) dan dan Hipotesis 7 (H7) dirumuskan untuk menguji Kualitas Audit (KA) terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (MT). Dengan menggunakan PLS dapat dilihat hasil inner loading pada nilai koefisien parameter dengan nilai signifikan t-statistik yang menunjukkan bahwa semua hipotesi memiliki pengaruh signifikan seperti pada tabel dibawah ini. Tabel Inner Loading
Sumber: hasil pengolahan data SmartPLS PEMBAHASAN Pembahasan atas hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan yang diajukan pada awal penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. H1. Terdapat pengaruh positif profesionalisme terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian atas pengujian profesionalisme terhadap Kualitas Audit signifikan berpengaruh positif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 6.272 lebih besar dari t-tabel 1,96 (6.272 < 1,96). Artinya profesionalisme dapat mempengaruhi dalam kualitas audit. Sehingga hipotesis (H1), diterima. Hasil penelitian konsisten dengan Mayasari (2012) yang diperkuat oleh penelitian Baotham (2007), Ussahawanitchakit (2008) yang menyatakan 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahwa profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit Profesionalisme dapat diartikan bahwa auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya. Semakin tinggi profesionalisme maka semakin baik kualitas auditnya. Hal ini terjadi karena responden mempunyai sikap profesionalisme yang bagus. Dalam proses pemeriksaan, responden berusaha bersikap professional, tidak dapat di intimidasi oleh siapa pun. Walaupun dalam praktiknya dimungkinkan terdapat beberapa auditor melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. 2. H2. Terdapat pengaruh Positif Pengalaman terhadap Kualitas Audit. Hasil pengujian atas pengaruh Pengalaman terhadap Kualitas Audit signifikan berpengaruh negatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 3,618 lebih besar dari t-tabel 1,96 (3,618 > 1,96). Nilai negatif pada Koefisien Parameter menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan. Karena hasil penelitian memiliki koefisien parameter negatif sedangkan hipotesis yang diajukan positif. Sehingga hipotesis (H2) ditolak, walaupun nilai t-hitung sebesar 3,618 lebih besar dari t-tabel 1,96 (3,618 > 1,96). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Sukriah dkk (2013). Yang menyatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan karena sebagaian besar responden dalam penelitian ini adalah junior auditor, dimana kompleksitas tugas yang dihadapi junior auditor masih relatif rendah, sehingga kemampuan menilai risiko audit juga rendah. Akibatnya ada kemungkinan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan masih kurang. Dalam prakteknya untuk memitigasi hal tersebut, tim audit melakukan tindakan supervisi atas pekerjan auditor junior. Sehingga pemahaman junior auditor atas penilaian risiko dapat lebih baik lagi. Penilaian resiko audit yang lebih baik menghasilkan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan menjadi lebih baik. Hasilnya kualitas audit dapat dipertahankan. Dengan demikian hasil penelitian pengalaman berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audt, dapat diterima. 3. H3. Terdapat pengaruh positif Etika Profesi terhadap Kualitas Audit. Hasil pengujian atas pengaruh Etika Profesi terhadap Kualitas Audit signifikan berpengaruh positif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 4,285 lebih besar dari t-tabel 1,96 (4,285 > 1,96). Semakin tinggi etika profesi makan akan menghasilkan kualitas audit Sehingga hipotesis (H3), diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan Futri dan Juliarsa (2014) yang diperkuat oleh Hutabarat (2012) menunjukkan bahwa Etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dengan demikian dapat 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
disimpulkan bahwa semakin tinggi etika auditor maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas audit. 4. H4. Terdapat pengaruh positif profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian atas pengujian profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas signifikan berpengaruh positif. Pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 6,093 lebih besar dari t-tabel 1,96 (6,093 > 1,96), Semakin tinggi profesionalismen maka akan semakin meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. Sehingga hipotesis (H4), diterima. Hasil penelitian konsisten dengan penelitian Herawati dan Susanto (2009). Yang diperkuat oleh penelitian Febrianty (2012), Sinaga dan Isgiyarta (2012), Lestari dan Utama (2013), Kurniawanda (2013), Muhammad (2013). yang dapat membuktikan bahwa profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini diperkirakan terjadi karena responden mempunyai profesionalisme yang baik maka akan meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. 5. H5. Terdapat pengaruh postif Pengalaman terhadap Pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian atas pengujian Pengalaman terhadap Pertimbangan tingkat materialitas signifikan berpengaruh negatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 4,238 lebih besar dari t-tabel 1,96 (4,238 > 1,96). Nilai negatif pada Koefisien Parameter menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin tinggi pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan. Karena hasil penelitian memiliki koefisien parameter negatif sedangkan hipotesis yang diajukan positif. Sehingga hipotesis (H5) ditolak, walaupun nilai t-hitung sebesar 4,238 lebih besar dari t-tabel 1,96 (4,238 > 1,96). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Herawati dan Susanto (2009) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini disebabkan karena sebagaian besar responden dalam penelitian ini adalah junior auditor dan masa kerjanya tidak lebih dari 3 tahun. Hal ini berpengaruh dalam pertimbangan tingkat materialitasnya dalam mendeteksi salah saji. Dengan pengalaman yang masih relative rendah, kompleksitas tugas yang dihadapi junior auditor juga relatif rendah, sehingga kemampuan menilai risiko audit juga rendah. Akibatnya ada kemungkinan kemampuan auditor melakukan pertimbangan tingkat materialitas masih rendah. Dalam prakteknya untuk memitigasi hal tersebut, tim audit melakukan tindakan supervisi atas pekerjan auditor junior. Sehingga pemahaman junior auditor atas penilaian risiko dapat lebih baik lagi. Penilaian resiko audit yang lebih baik menghasilkan kemampuan auditor dalam membuat pertimbangan 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tingkat materialitas lebih baik. Dengan demikian hasil penelitian pengalaman berpengaruh negatif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas, dapat diterima. 6. H6. Terdapat pengaruh positif Etika Profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil penelitian atas pengujian Etika Profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas signifikan berpengaruh positif.Nilai t-hitung sebesar 4,263 lebih besar dari t-tabel 1,96 (4,263 > 1,96), Semakin tinggi etika profesi seorang auditor akan meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. Sehingga hipotesis (H6), diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan Herawati dan Santoso (2009) dengan memegang teguh etika profesi, keputusan yang dihasilkan oleh seorang auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas akan lebih independen dan objektif. Hal ini sejalan dengan hasil hipotesis H6. 7. H7. Terdapat pengaruh positif kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil pengujian atas pengaruh kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas signifikan berpengaruh positif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10 bahwa nilai t-hitung sebesar 6,503 lebih besar dari t-tabel 1,96 (6,503 > 1,96). Artinya peningkatan atas kualitas audit dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. Sehingga hipotesis (H7), diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnaningsih (2010) Akuntan publik dapat mengetahui tingkat mutu atau kualitas auditnya melalui tingkat tercapainya kepuasan klien. Oleh karena itu seorang akuntan publik harus mampu meningkatkan kualitas auditnya. Kepuasan yang dirasakan oleh klien akan menimbulkan kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh akuntan publik. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas. Dari pembahasan hasil hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat 5 (tiga) hipotesis yang diterima yakni H1, H3, H4, H6, dan H7. Sedangkan hipotesis lainnya ditolak, walaupun menunjukkan t-hitung yang signifikan. Berdasarkan hasil diatas, peneliti akan membahas mengenai analisis direct dan indirect yang bertujuan untuk melihat apakah jalur dalam penelitian ini harus melalui variabel intervening atau harus melalui antar variabel secara langsung. Dari hasil analisis dilihat bahwa variabel profesionalisme (PRO) terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (MTR) dihasilkan kesimpulan bahwa nilai pengaruh total 1,213 lebih besar dibandingkan dengan nilai pengaruh langsung
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
0,696. Dengan demikian variabel intervening diperlukan, yakni melalui variabel kualitas audit (KA). Untuk variabel pengalaman (PGL) terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (MTR) dihasilkan kesimpulan bahwa nilai pengaruh total -0,627 lebih kecil dibandingkan dengan nilai pengaruh langsung -0,347, dengan demikian sebaiknya variabel pengalaman (PGL) terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (MTR) seharusnya tidak melalui variabel intervening. Sehingga pengaruh variabel intervening kualitas audit (KA), dapat diabaikan. Sedangkan variabel etika profesi (EP) terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (MTR) dihasilkan kesimpulan bahwa nilai pengaruh total 0,338 lebih besar dibandingkan dengan nilai pengaruh langsung 0,198. Dengan demikian variabel intervening diperlukan, yakni melalui variabel kualitas audit (KA). 5. A.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Profesionalisme, pengalaman dan etika profesi terhadap kualitas audit dan pertimbangan tingkat materialias berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit. auditor tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain guna mempengaruhi sikap dan pendapatnya. Semakin tinggi profesionalisme maka semakin baik kualitas auditnya. Pengalaman berpengaruh tidak positif terhadap kualitas audit. Semakin 2. tinggi pengalaman maka tidak dapat meningkatkan kualitas audit. 3. Etika Profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. semakin tinggi etika auditor maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas audit. 4. Profesionalisme berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas Semakin tinggi profesionalismen maka akan semakin meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. 5. Pengalaman berpengaruh negatif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Semakin tinggi pengalaman maka tidak dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. 6. Etika Profesi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dengan memegang teguh etika profesi, keputusan yang dihasilkan oleh seorang auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas akan lebih independen dan objektif. 7. Kualitas audit berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Auditor harus mampu meningkatkan kualitas auditnya. Kepuasan yang dirasakan oleh klien akan menimbulkan kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh akuntan publik. Untuk dapat
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas. B.
Implikasi Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti berharap hasil ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sebagai bahan referensi bagi pihak akademis. Untuk penelitian berikutnya diharapkan mampu memperluas dan mengembangkan kembali penelitian ini.
C.
Saran Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, sehingga disarankan kepada peneliti berikutnya agar dapat menambah variabel – variabel yang mempengaruhi kualitas audit seperti independensi dan akuntabilitas (Saripudin dkk, 2012) dan menambah variabel – variabel yang mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas seperti pengetahun mendeteksi kecurangan (Herawaty dan Susanto, 2009). Serta menambah jumlah sampel dan menambahkan responden yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun. DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A. & Loebbecke, J. K. (2011). Auditing, an Integrated Approach (7thed). Upper Saddle River, New Yersey: Prentice-Hall, Inc. Badjuri, A. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan audit sektor publik (Studi empiris pada BPKP perwakilan jawa tengah). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 1, No. (2). Hal: 120 – 135. Baotham, S. (2007). Effects of Professionalism on Audit Quality and Self-image of CPAs in Thailand, International Journal of Bussiness Strategy. Desiana. (2012). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan mendeteksi kekeliriuan dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Oleh Auditor KAP Di Surabaya. Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol. 1, No. (1). Entuu, R. E. F., Sondakh, J. J dan Ventje I. (2013). Pengaruh Profesionalisme Auditor, Kualitas Audit, Etika Profesi Auditor, dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Maksi, Universitas Samratulangi, Sulawesi Utara. Febrianty. (2012). Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol. 2, No.(2). 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Futri, P. S, dan Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi Profesionalisme ,tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman dan kepuasan kerja Auditor Terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 8, No.(1). Pg:41-58. Ghozali, I. (2008). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (edisi 2). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 20 (edisi VI). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gusti, M dan Ali, S. (2008). Hubungan Skeptisme Profesional auditor dan situasi etika, pengalaman serta keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan public. Simposium Nasional Akuntansi XI. Hafifah dan Fitriany. (2012). Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan, Simposium Nasional Akuntansi. Halim, Abdul. 2008. Auditing I (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Herawaty, A. Dan Sutanto, Y. K. (2009). Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam mendeteksi kekeliruan, Etika Profesi dan pertimbangan tingkat materialitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,II. No.(1) Mei,13-20. Herliansyah, Y. dan Ilyas, M. (2006). Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Herliansyah, Y. (2013). Pedoman Penyusunan Tesis Dan Prosedur Akademik (edisi 2). Jakarta: Program Pascasarjana Program Studi Magister Akuntansi.Universitas Mercubuana. Hutabarat, G. (2012). Pengaruh Pengalaman, Time Budget Pressure, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah ESAI. Volume 6 Nomor 1. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Directory Kantor Akuntan Publik 2013. Diakses pada 10 Oktober 2014 dari World Wide Web: http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2013/Jakarta.pdf. Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset. Jogiyanto. (2009). Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE. Keune, M. B dan Johnstone, K. M. (2012). Materiality judgement and the resolution of detected misstatement: the role of manager, auditor dan audit committees.The Accounting Review Vo. 87,No.(5)American Accouniting Association. Kurniawanda, A.M. (2013). Pengaruh Profesionalisme Auditor Dan Etika Profesi
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. E-Jurnal BINAR AKUNTANSI. Vol. 2 No (1). Kovinna, F., dan Betri. (2014). Pengaruh Independensi, pengalaman kerja, kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit. Diakses tanggal 10 Oktober 2014 dari World Wide Web: http://eprints.mdp.ac.id/1152/1/Jurnal%20Fransiska%20Kovinna%20%28201 0210097%29.pdf Lestari, N. M. A dan Utama, I. M. K. (2013). Pengaruh profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan,pengalaman, etika profesi pada pertimbangan tingkat materialitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.(1),112-129. Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Penerbit Andi. Yogyakarta Muhammad, E. (2013). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan dan, Etika Profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas pemeriksaan laporan keuangan. JAFFA Vol.1 No.(1),1-14. Mayasari, I. (2012). Pengaruh Profesionalisme auditor dan masa perikatan audit terhadap kualitas audit. (Penelitian pada kantor akuntan publik di bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Universitas Komputer Indonesia. Marito, E. R., Anugerah, R.,dan Idrus. R. (2013). Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam mendeteksi kekeliruan, Etika Profesi dan pertimbangan tingkat materialitas. The Second National Conference UKWMS, Universitas Trisaksi, Jakarta. Nugraha, M. E. (2012). Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Profesionalisme terhadap kualitas audit. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Unika Widya Mandala. Rachmawati, Y., Darwanis & Bakar, U. (2013). Pengaruh Resiko Audit, Pengalaman dan Komplesitas Dokumen audit terhadap pertimbangan audit. (Studi pada auditor Kantor BPK-RI Perwakilan Aceh). Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Vol.2 No.(1),91-102. Ríos-Figueroa, C. B & Cardona, R. J. (2013). Does experience affect auditors’ professional judgment? evidence from puerto rico. Accounting & Taxation Vol.5 No.(2). Sabrina, K., dan Januarti, I. (2012). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit,Etika dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Melalui Skeptisme Profesional Auditor ( Studi Kasus pada KAP Big Four di Jakarta) Jurnal Sistem Informasi, Etika dan Auditing SNAXV. Saripudin, N. H dan Rahayu. (2012). Pengaruh Independensi,Pengalaman,Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Akutanbilitas Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal Binar Akuntansi, Vol. 1, No. (1). Samsi, N., Riduan, A dan Suryono, B. (2013). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 1, No. (2). 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Suraida, I. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol.7, No.3, 186-202. Sukriah I.,Akram,dan Inapity B.I. (2011). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Diakses pada 19 November 2014 dari World Wide Web: https://smartaccounting.files.wordpress.com/ Sinaga, M., dan Isgiyarta J. (2012). Analisis Pengaruh Profesionalisme Terhadap Tingkat Materialitas Audit Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 1, No. (2). Trianingsih, S. (2010). Profesionalisme Auditor Kualitas Audit dan Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Jurnal Maksi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Vol. 10, No.(2), Jawa Timur. Ussahawanitchakit, P. (2008). Relationship Quality, Profesionalism, and Audit Quality: Empirical Study of Auditors in Thailand. International Journal of Bussiness Strategy, Thailand. Wahyudi, D. P., Nur, E., dan Saidi., J. (2013). Hubungan Etika Profesi, Keahlian, Pengalaman, Dan Situasi Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Dalam Audit Laporan Keuangan Melalui Pertimbangan Materialitas Dan Skeptisisme Profesional Auditor. Yen, A. C. (2013). The Effect of Early Career Experience on Auditors’ Assessments of Error Explanations in Analytical Review. Behavior Research In Accounting Vol.24 No.(2), pg:211-229. American Accounting Association. Yunitasari, P. I., Adiputra, I. M. P dan Sujana, E. (2014). Pengaruh Professional Judgment Auditor, Independensi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali). E-Jurnal S1 Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/