FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD): PERSEPSI PEGAWAI DINAS PROVINSI DIY
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Anik Fatun Najahningrum NIM 7211409097
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto When you walk, through the storm, hold your head up high, and don’t be afraid of the dark. At the end of the storm there’s a golden sky. And a sweat silver song of a lark. Walk on through the rain walk on through the rain, and your dream be tossed and blawn. Walk on, walk on with hope in your heart and you’ll never walk alone (LiverpoolFC)
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams (LiverpoolFC)
Persembahan
Alm. Bapak Margono, ini janji saya untuk terus belajar
Super parent, especially my wonder mom
Mas Wowok, Mba Nova, Dek Didit
Sahabat” saya, Esti, Rendra, Fikri, Debi, Dwi, Ifah, Vava, Lutfi
Sahabat-sahabat Akuntansi B 2009, untuk support yang luar biasa
Almamater, Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya untuk Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan memberikan kekuatan bagi penulis dalam menjalankan aktivitas selama perkuliahan ini.Sholawat dan salam selalu tercurah untuk Rasul Muhammad SAW. Berkat kekuatan dan pertolonga Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas se-Provinsi DIY”. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, saran dan dorongan baik moril maupun mteriil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan tidak mengurangi rasa hormat, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikn ucapan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Dr. S. Martono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Sukirman,M.Si, selaku Penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 5. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam membuat skripsi ini hingga selesai.
vi
6. Maylia Pramono Sari, SE. M.Si,Akt, sebagai Pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan, arahan dan motivasi hingga skipsi ini selesai. 7. Drs. Subowo,M.Si, selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi hingga skripsi ini selesai. 8. Bapak dan Ibu staf pengajar Akuntansi (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 9. Almameter Universitas Negeri Semarang yang telah menjadi dunia akademik penulis. 10. Seluruh responden pegawai instansi pemerintah Provinsi Yogyakarta yang bersedia meluangkn waktu demi berjalannya penelitian ini. 11. Kepada semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 11 Juni 2013
Penulis
vii
SARI
Najahningrum, Anik Fatun. 2013. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Sukardi Ikhsan,M.Si, Pembimbing II. Maylia Pramono Sari,S.E.,M.Si,Akt. Kata Kunci : Kecenderungan Kecurangan, Persepsi, Instansi Pemerintahan Kecurangan merupakan kesalahan yang dilakukan secara sengaja yang dapat merugikan banyak pihak. Dalam lingkup pemerintahan, kecurangan sangat merugikan kepentingan publik. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi para pegawai di instansi pemerintahan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan seperti penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal, asimetri informasi, keadilan distributif, keadilan prosedural, komitmen organisasi dan budaya etis organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan responden sebanyak 111 pegawai instansi pemerintahan yang bekerja pada subbagian keuangan pada Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis full model Structural Equation Modelling (SEM) dengan alat analisis smartPLS 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara penegakan peraturan dengan kecenderungan kecurangan (fraud), terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan (fraud), terdapat pengaruh positif antara asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), terdapat pengaruh negatif antara keadilan distributif dengan kecenderungan kecurangan (fraud), terdapat pengaruh negatif antara keadilan prosedural dengan kecenderungan kecurangan (fraud), terdapat pengaruh negatif antara komitmen organisasi dengan kecenderungan kecurangan (fraud), tidak terdapat pengaruh antara budaya etis organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Saran dalam penelitian ini, kepada Dinas Provinsi DIY diharapkan untuk lebih transparan kepada masyarakat dan memberikan reward kepada pegawai yang kinerjanya baik. Diharapkan kepada pimpinan Dinas Provinsi DIY diharapkan untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran peraturan dan melakukan rotasi pegawai setiap 5 tahun sekali. Kepada semua pegawai Dinas Provinsi DIY untuk meningkatkan komitmen terhadap instansi dan juga menjalankan norma etis yang berlaku.
viii
ABSTRACT Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Factors that Influence the Occurance Fraud : the Employee Perception in DIY Government Services). Thesis. Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Supervisor I. Drs Sukardi Ikhsan, M.Sc. Supervisor II. Maylia Pramono Sari,SE,M.Sc,Akt. Keywords : Fraud, Perception, Goverment Sector Fraud is a intentionally fault which could harming many people. In government sector, fraud is harming for public. This research is aimed to explore the perceptions of employees in government agencies about factors that impact fraud such as rule enforcement, the effectiveness of internal control, information asymmetry, distributive justice, procedural justice, organizational commitment and organizational ethical culture. This research is a population research of as many as 111 employees by the respondent government agencies working in finance at the Department of subsection Yogyakarta Province. This research uses the questionnaries to collect the data. Data analysis in this research using a model full analysis structural equation modelling (SEM) with a smart PLS2.0. The findings of the research showed that there is a negative effect beetwen rule enforcement with fraud, there is a negative effect between the effectiveness of internal control with fraud, there is a positive effect between information asymmetry with fraud, there is a negative effect between distributive justice with fraud, there is negative effect between procedural justice with fraud, there is negative effect between organizational commitment with fraud and there is no effect between organizational ethical culture with fraud. The advice given in this research to government service in DIY that is expected to be more transparent to the public and provide rewards who working well. Head of DIY government service expected to provide tough sanctions againts any violation of rules and conduct employee rotation once every 5 times. All employees on the DIY government services expected to increase commitment to oganization and also runs the prevailing ethical norms.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................
iii
PERNYATAAN ...........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
SARI ..........................................................................................................
viii
ABSTRACT .................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
11
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................
12
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
14
2.1 LANDASAN TEORI ............................................................................
14
2.1.1 Persepsi........................................................................................
14
2.1.2 Teori Atribusi ..............................................................................
17
2.1.3 Kecurangan / Fraud .....................................................................
18
x
2.1.3.1 Pengertian Kecurangan (Fraud) .......................................
18
2.1.3.2 Jenis dan Pelaku Kecurangan (Fraud) ..............................
20
2.1.3.3 Fraud Triangle Theory .....................................................
28
2.1.3.4 Fraud di Sektor Pemerintahan ..........................................
31
2.1.4 Penegakan Peraturan ....................................................................
35
2.1.5 Sistem Pengendalian Internal ........................................................
38
2.1.5.1 Unsur Pengendalian Internal ...........................................
38
2.1.5.2 Keterbatasan Pengendalian Internal ..................................
41
2.1.6 Asimetri Informasi .......................................................................
43
2.1.7 Keadilan Distributif .....................................................................
44
2.1.8 Keadilan Prosedural......................................................................
46
2.1.9 Komitmen Organisasi ..................................................................
47
2.1.10 Budaya Etis Organisasi ..............................................................
48
2.2 Review Penelitian Sebelumnya ...........................................................
51
2.3 Kerangka Berfikir................................................................................
60
2.3.1Penegakan
peraturan
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) .............................................
60
2.3.2Keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) .............................................
61
2.3.3Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) .....................................................................
62
2.3.4Keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) .....................................................................
xi
63
2.3.5Keadilan
prosedural
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) ............................................. 2.3.6Komitmen
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) ............................................. 2.3.7Budaya
etis
organisasi
berpengaruh
negatif
63
64
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) .............................................
64
2.4 Model Penelitian ...............................................................................
66
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
68
3.1 Desain Penelitian ................................................................................
68
3.2 Populasi & Sampel .............................................................................
68
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................
69
3.3.1 Jenis Data.................................................................................
69
3.3.2 Pengumpulan Data ...................................................................
70
3.3.3 Uji Instrumen (Pilot Study) ......................................................
71
3.4 Definisi Operasional Variabel............................................................
76
3.4.1 Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ........................................
76
3.4.2 Penegakan Peraturan ................................................................
77
3.4.3 Keefektifan Pengendalian Internal ............................................
77
3.4.4 Asimetri Informasi ...................................................................
78
3.4.5 Keadilan Distributif..................................................................
79
3.4.6 Keadilan Prosedural .................................................................
80
3.4.7 Komitmen Organisasi...............................................................
81
3.4.8 Budaya Etis Organisasi ...........................................................
81
xii
3.5 Metode Analisis Data ...........................................................................
82
3.5.1 Statistik Deskriptif ...................................................................
82
3.5.1.1 Kategori Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
82
3.5.1.2 Kategori Variabel Penegakan Peraturan ..........................
83
3.5.1.3 Kategori Variabel Keefektifan Pengendalian Internal .....
84
3.5.1.4 Kategori Variabel Asimetri Informasi..............................
85
3.5.1.5 Kategori Variabel Keadilan Distributif ............................
86
3.5.1.6 Kategori Variabel Keadilan Prosedural............................
86
3.5.1.7 Kategori Variabel Komitmen Organisasi .........................
87
3.5.1.8 Kategori Variabel Budaya Etis Organisasi .......................
88
3.5.2 Statistik Inferensial ...................................................................
89
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
94
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................
94
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian..........................................................
94
4.1.2 Deskripsi Responden...................................................................
95
4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian ......................................................
97
4.1.3.1 Deskripsi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ..
97
4.1.3.2 Deskripsi Variabel Penegakan Peraturan...........................
98
4.1.3.3 Deskripsi Variabel Keefektifan Pengendalian Internal ...... 100 4.1.3.4 Deskripsi Variabel Asimetri Informasi............................. 101 4.1.3.5 Deskripsi Variabel Keadilan Distributif ............................ 103 4.1.3.6 Deskripsi Variabel Keadilan Prosedural............................. 104 4.1.3.7 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi .......................... 106
xiii
4.1.3.8 Deskripsi Variabel Budaya Etis Organisasi ........................ 106 4.2 Uji Outer Model atau Measurement Model ........................................ 108 4.2.1 Uji Outer Model Indikator Kecurangan (Fraud) ................... 109 4.2.2 Uji Outer Model Indikator Penegakan Peraturan.................... 110 4.2.3 Uji Outer Model Indikator Keefektifan Pengendalian Internal 110 4.2.4 Uji Outer Model Indikator Asimetri Informasi....................... 111 4.2.5 Uji Outer Model Indikator Keadilan Distributif ..................... 112 4.2.6 Uji Outer Model Indikator Keadilan Prosedural .................... 112 4.2.7 Uji Outer Model Indikator Komitmen Organisasi .................. 113 4.2.8 Uji Outer Model Indikator Budaya Etis Organisasi ................ 113 4.2.9 Uji Composite Reliability ...................................................... 114 4.2.10 Uji Discriminant Validity .................................................... 115 4.3 Uji Inner Model ................................................................................. 116 4.4 Uji Struktural Equation Model (SEM) ................................................ 116 4.5 Pengujian Hipotesis ........................................................................... 116 4.6 Pembahasan ...................................................................................... 121 4.6.1 Analisis Deskripsi Variabel Penelitian........................................ 121 4.6.2 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ...................................... 126 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 137 5.1 Simpulan ........................................................................................... 137 5.2 Saran ................................................................................................. 139 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 142
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Jenis-jenis Fraud .......................................................................
20
Tabel 2.2
Review Penelitian Sebelumnya ..................................................
57
Tabel 3.1
Populasi Penelitian .....................................................................
69
Tabel 3.2
Composite Reliability dan Cornbarch Alpha ..............................
74
Tabel 3.3
AVE dan Akar AVE...................................................................
75
Tabel 3.4
Latent Variabel Correlations .....................................................
75
Tabel 3.5
Kategori Variabel Fraud di Sektor Pemerintahan ........................
83
Tabel 3.6
Kategori Variabel Penegakan Peraturan .....................................
84
Tabel 3.7
Kategori Variabel Keefektifan Pengendalian Internal .................
85
Tabel 3.8
Kategori Variabel Asimetri Informasi .....................................
85
Tabel 3.9
Kategori Variabel Keadilan Distributif......................................
86
Tabel 3.10
Kategori Variabel Keadilan Prosedural ....................................
87
Tabel 3.11
Kategori Variabel Komitmen Organisasi...................................
88
Tabel 3.12
Kategori Variabel Budaya Etis Organisasi ................................
89
Tabel 3.13
Ilustrasi Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient .................
93
Tabel 3.14
Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ...........................
93
Tabel 4.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner..............................................
94
Tabel 4.2
Demografi Responden ..............................................................
95
Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Kecenderungan Kecurangan .......................
97
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Variabel Kecenderungan Kecurangan ......
98
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Penegakan Peraturan ...................................
99
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Variabel Penegakan Peraturan ...................
99
xv
Tabel 4.7
Deskripsi Variabel Keefektifan Pengendalian Internal .............. 100
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Variabel Keefektifan SPI .......................... 101
Tabel 4.9
Deskripsi Variabel Asimetri Informasi ...................................... 101
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Variabel Asimetri Informasi ...................... 102 Tabel 4.11 Deskripsi Variabel Keadilan Distributif .................................... 103 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Keadilan Distributif .................................. 103 Tabel 4.13 Deskripsi Variabel Keadilan Prosedural .................................... 104 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Variabel Keadilan Prosedural .................... 105 Tabel 4.15 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi ................................. 106 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Organisasi ................. 106 Tabel 4.17 Deskripsi Variabel Budaya Etis Organisasi ............................... 107 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Budaya Etis Organisasi ............................ 108 Tabel 4.19 Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient .............................. 118 Tabel 4.20 Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis ..................................... 121
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .............................. 15 Gambar 2.2 Fraud Tree................................................................................. 21 Gambar 2.3 Fraud Triangle .......................................................................... 29 Gambar 2.4 Model Penelitian ........................................................................ 66 Gambar 4.1 Uji Full Model SEM PLS Algorithm ........................................... 117
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................ 147
Lampiran 2
: Kuesioner Penelitian .......................................................... 150
Lampiran 3
: Data Pilot Study ................................................................. 157
Lampiran 4
: Data Penelitian .................................................................. 161
Lampiran 5
: Uji Instrumen .................................................................... 174
Lampiran 6
: Output Uji Hipotesis .......................................................... 181
Lampiran 7
: Surat keterangan ............................................................... 191
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kecurangan atau fraud merupakan suatu kesalahan yang dilakukan secara sengaja. Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya diterapkan dalam suatu entitas. Penyimpangan tersebut akan berdampak pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Statement of Auditing Standart dalam Norbarani (2012) mendefinisikan fraud sebagai tindakan kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subyek audit. Salah saji material dalam laporan keuangan akan menyesatkan stakeholder atau pengguna laporan keuangan karena informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Jenis laporan keuangan yang disajikan dalam entitas pemerintahan sedikit berbeda dengan laporan keuangan yang disajikan dalam entitas swasta. Dalam instansi pemerintah laporan keuangan yang disajikan antara lain adalah laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No 24 tahun 2005,2005) laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk
membandingkan realisasi
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah 1
2
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (Santoso & Pambeleum, 2008). Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik antara lain adalah kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship),
akuntabilitas dan pelaporan
retrospektif (accountibility and restrosprective reporting), perencanaan dan informasi otorisasi (planning and authorization information), kelangsungan organisasi (viability), hubungan masyarakat (public relation) dan sumber fakta dan gambaran (source of fact and figures) (Mardiasmo, 2004). Dalam lingkup entitas pemerintahan, laporan keuangan merupakan alat komunikasi dengan masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui kinerja pemerintah melalui laporan keuangan dengan membandingkan anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Masyarakat atau pihak yang berkepentingan lainnya juga dapat menilai tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya. Selain sebagai alat komunikasi kepada publik, laporan keuangan juga merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik mengenai kinerja dari entitas publik. Pertanggungjawaban kepada publik harus dilakukan secara transparan. Jika dalam laporan keuangan mengandung fraud, maka pemerintah di nilai tidak memenuhi fungsi utamanya berkaitan dengan kepentingan publik. Laporan keuangan dalam entitas pemerintahan sangat erat hubungannya dengan kepentingan publik. Untuk itu, seharusnya laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak mengandung unsur kecurangan atau fraud. Kecurangan
3
atau fraud bisa saja dilakukan oleh manajer sampai pegawai. Jenis fraud yang paling sering terjadi dalam entitas pemerintahan adalah korupsi (Sukanto,2007). Berdasarkan survey dari transparency.org, Indonesia merupakan negara terkorup se-Asia Pasifik. Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan negara terkorup no. 5 se-dunia satu level di bawah Kamerun. Indonesian Corruption Watch (ICW) mengumumkan, dari 14 lembaga negara paling korupsi, urutan pertama diduduki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dengan jumlah 246 kasus .peringkat kedua diduduki kelembagaan dalam naungan Pemerintah Kota (Pemkot) yang memiliki 56 kasus disusul pada peringkat ketiga, yakni seluruh lembaga di Pemerintah Provinsi (Pemprov) dengan jumlah 23 kasus. Urutan keempat diduduki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencapai 18 kasus korupsi. Menurut Koordinator Divisi Investigasi ICW, Sunaryanto, walaupun jumlah korupsi di BUMN relatif lebih kecil dibanding Pemkot dan Pemprov, namun potensi merugikan negaranya di posisi kedua setelah Pemkab, yakni mencapai Rp 249,4 miliar, baru diikuti Pemprov yang mencapai Rp 88,1 miliar. KPU/ KPUD merupakan lembaga terkorup kelima, 14 kasus dengan nilai kerugian negara Rp 26 miliar. Sementara lembaga terkorup keenam Kementrian dengan 13 kasus dengan kerugian negara Rp 56 miliar. Sedangkan untuk kasus ketujuh hingga keempatbelas, masing-masing BUMD dengan 12 kasus dengan nilai kerugian negara Rp 69 miliar, DPRD/DPR (10 kasus, Rp 8 miliar), Badan (8 kasus, Rp 15 miliar), Perguruan Tinggi (7 kasus, Rp 12 miliar), Pengadilan (4 kasus, Rp 2 miliar), Kejaksaan (4 kasus, Rp 0,8 miliar), Ormas atau LSM (2 kasus, Rp 24 miliar),dan Bank Indonesia (1 kasus) (gatra.news/6 Februari 2012).
4
Berdasarkan data Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi paling bersih dari korupsi nomor 2 setelah Bangka Belitung dengan nilai korupsi sebesar Rp 4 miliar, nilai yang relatif kecil dibanding dengan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan provinsi terkorup se-Indonesia dengan nilai korupsi sebesar Rp 721 miliar. Selain itu, berdasarkan laporan audit BPK, Provinsi DIY selalu mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian sejak tahun 2010 sampai sekarang (detiknews.com). Berdasarkan data dari infokorupsi.com terdapat beberapa kasus korupsi yang terjadi di Yogyakarta yang menunjukkan nilai yang sangat berlawanan dengan data yang diungkap Fitra. Kasus tersebut antara lain kasus yang terjadi di Provinsi DIY sendiri, Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Kulonprogo. Kasus yang terjadi di Provinsi DIY antara lain kasus korupsi dana rekonstruksi pasca gempa senilai Rp 6,4 miliar dan yang terbaru kasus bus trans jogja yang ditaksir merugikan negara senilai Rp 12,5 miliar . Kasus yang terjadi di Bantul antara lain kasus pengadaan buku ajar senilai Rp 250 juta, kasus pembelian Bantul radio senilai 1,7 miliar dan kasus penjualan tanah kas Desa Bangunharjo senilai Rp 8 miliar. Kasus korupsi yang terjadi di Sleman adalah kasus korupsi hibah KONI Sleman senilai Rp 1 miliar dan korupsi buku ajar senilai Rp 12,1 miliar. Kasus korupsi yang terjadi di Kulonprogo adalah kasus korupsi APBD senilai Rp 12,1 miliar. Sementara kasus korupsi yang terjadi di Gunungkidul adalah kasus korupsi dana tunjangan anggota DPR dan kasus duplikasi anggaran asuransi PNS masingmasing sebesar Rp 2,8 miliar dan Rp 1,7 miliar.
5
Berdasarkan kasus-kasus di atas, total semua kasus korupsi yang terjadi di Yogyakarta adalah senilai Rp 58,55 miliar. Belum lagi, menurut infokorupsi.com ada beberapa kasus dugaan korupsi yang belum dilimpahkan ke PN. Contoh kasus dugaan korupsi adalah kasus markup dana perjalanan dinas dan kasus halte bus transjogja. Secara
skematis
Association
of
Certified
Examiners
(ACFE)
menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Occupational fraud tree ini mempunyai 3 cabang utama yakni Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset), fraudulent statement (Kecurangan Laporan Keuangan) , dan Corruption ( Korupsi ). Asset Misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain. Asset misappropriation merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur atau dihitung (defined value). Fraud jenis ini juga merupakan jenis fraud yang frekuensi terjadinya paling sering dan biasanya dilakukan oleh pegawai yang kurang memiliki pengaruh atau wewenang dalam organisasi. Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. Corruption (Korupsi) merupakan jenis fraud yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
6
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak yang terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan ( Christofel, 2010). Korupsi merupakan jenis fraud yang sering dilakukan oleh seseorang dengan jabatan atau wewenang yang tinggi pada suatu perusahaan. Frekuensi fraud jenis ini lebih jarang dibandingkan dengan asset missapropriation akan tetapi lebih merugikan perusahaan dikarenakan nominalnya yang relatif lebih tinggi. Menurut Goolsarran (2006) dalam Kurniawan (2009),
korupsi
menyebabkan sejumlah dampak terhadap perekonomian dimana: (1) barang dan jasa menjadi lebih banyak memakan biaya sehingga merugikan kualitas dan standar hidup masyarakat; (2) perdagangan yang terdistorsi karena preferensi lebih diberikan kepada barang dan jasa yang dapat menawarkan tingkat penyuapan yang tinggi; (3) akumulasi tingkat hutang publik jangka panjang yang tinggi akibat dari kecenderungan pemerintahan yang korup untuk memakai dana pinjaman luar negeri dalam membiayai proyek-proyek yang padat modal; serta (4) terjadinya missalokasi sumberdaya yang langka dan tidak diperhatikannya sejumlah daerah yang membutuhkan prioritas pembangunan akibat pejabat yang korup lebih mementingkan daerah lain yang dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan pribadi untuk dirinya. Motivasi seseorang melakukan kecurangan atau fraud relatif bermacammacam. Salah satu teori yang menjelaskan tentang motivasi seseorang melakukan fraud adalah Fraud Triangle Theory. Fraud triangle terdiri atas tiga komponen
7
yaitu opportunity (kesempatan), pressure (tekanan), dan rationalization (rasionalisasi). Kesempatan
atau
opportunity
merupakan
suatu
kondisi
yang
memungkinkan seseorang bisa melakukan kecurangan. Kondisi tersebut sebenarnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut dalam lingkup entitas pemerintahan antara lain penegakan peraturan, keefektifan sistem pengendalian internal, dan asimetri informasi. Dalam rangka mengendalikan perilaku anggota organisasi agar proses operasional organisasi berjalan secara efektif dan efisien, dibuatlah peraturan organisasi. Peraturan tersebut harus dipatuhi oleh semua pegawai. Biasanya, pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan tersebut akan dikenai sanksi, tujuannya agar di masa mendatang pelanggaran tersebut tidak terjadi lagi, baik oleh pegawai yang melakukan pelanggaran sebelumnya maupun pegawai yang belum pernah melakukan pelanggaran. Salah satu contoh pelanggaran tersebut adalah kecurangan. Jika dalam organisasi penegakan peraturan atas pelanggaran dinilai baik, maka perilaku menyimpang seperti kecurangan yang mungkin terjadi dalam organisasi dapat diminimalkan. Kecurangan akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Jabatan, tanggung jawab, maupun otorisasi memberikan peluang untuk terlaksananya kecurangan (Suprajadi, 2009). Untuk meminimalisir peluang atau kesempatan
8
seseorang untuk melakukan kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif. Asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar perusahaan (stakeholder).Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Jadi dalam penelitian ini, opportunity dalam teori fraud triangle diproksikan dengan persepsi mengenai penegakan peraturan , keefektifan pengendalian internal, dan asimetri informasi. Menurut Salam (2005) dalam Kurniawati (2012), tekanan (pressure) yaitu insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Tekanan merupakan faktor yang berasal dari kondisi individu yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan. Tekanan dari dalam diri seseorang tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja. Salah satu, faktor lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan pada seorang pegawai adalah mengenai keadilan organisasional dalam perusahaan. Keadilan tersebut berkaitan dengan bagaimana seseorang mendapatkan reward berupa gaji atau kompensasi lain atas pekerjaan nya (keadilan distributif) dan bagaimana prosedur berkaitan dengan reward yang tersebut (keadilan prosedural). Jika seorang pegawai merasakan ketidakadilan dalam dirinya, akan membuat pegawai tersebut cenderung merasa tidak puas bahkan merasa tertekan. Jika hal tersebut terjadi, pagawai tersebut akan
9
melakukan sesuatu agar dirinya puas, seperti dengan cara melakukan kecurangan. Jadi, dalam penelitian ini tekanan atau pressure diproksikan dengan persepsi mengenai persepsi mengenai keadilan prosedural dan keadilan distributif. Menurut Skousen (2009) dalam Norbarani (2012) rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak kecurangan, rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur. Budaya organisasi dan komitmen organisasi merupakan faktor yang diduga dijadikan alasan pembenaran mengapa pegawai melakukan kecurangan. Robbins & Judge (2007) dalam Kurniawan (2011) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi, pegawai tersebut cenderung tidak akan melakukan hal-hal yang bisa saja menghambat tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, jika pegawai memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya, maka pegawai cenderung akan melakukan hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan organisasi demi tujuan pribadinya sendiri. Salah satu contoh tindakan tersebut adalah kecurangan. Pegawai tersebut akan merasionalisasi tindakannya dikarenakan pegawai tersebut tidak memiliki penerimaan yang baik atas nilai-nilai dan tujuan organisasi. Menurut Robbins (2006) budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi yang lain. Untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan diperlukan
10
budaya organisasi yang kuat. Budaya organisasi yang kuat akan memicu karyawan untuk berfikir, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Sehingga, semakin kuat budaya etis organisasi, semakin sedikit kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh karyawan. Jadi, dalam penelitian ini, rasionalisasi (rationalization) diproksikan dengan persepsi mengenai komitmen organisasi dan budaya etis organisasi. Beberapa penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian Wilopo (2006) menunjukkan bahwa pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi akuntansi dan moralitas manajemen berpengaruh terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, sementara kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi, dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Pristiyanti (2012) melakukan penelitian pada pemerintah kota dan kabupaten Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa keadilan distributif dan keadilan prosedural tidak berpengaruh terhadap kecurangan, sementara sistem pengendalian internal, kepatuhan pengendalian internal,budaya etis organisasi,dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kecurangan. Penelitian Kusumastuti (2012) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Obyek dari penelitian ini adalah Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan penelitian dilakukan di Yogyakarta dikarenakan banyaknya
11
isu mengenai dugaan korupsi yang kasusnya sampai sekarang masih mengambang. Selain itu, menurut survey ICW pemerintah provinsi menempati posisi ketiga kategori lembaga negara terkorup se-Indonesia. Selan itu, penelitian dilakukan pada Dinas Provinsi dikarenakan penelitian sebelumnya sudah dilakukan pada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota sehingga penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan obyek yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang sudah ada mengenai kecurangan dan isu-isu mengenai korupsi pada entitas pemerintahan, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud) : Persepsi Pegawai Dinas Povinsi DIY” 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , maka di dapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah
penegakan
peraturan
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) ? 2. Apakah keefektifan pengendalian internal negatif berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) ? 3. Apakah
asimetri
informasi
berpengaruh
positif
terhadap
negatif
terhadap
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) ? 4. Apakah
keadilan
distributif
berpengaruh
kecenderungan kecurangan (fraud) ? 5. Apakah
keadilan
prosedural
berpengaruh
kecenderungan kecurangan (fraud) ?
12
6. Apakah
komitmen
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) ? 7. Apakah budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) ? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk
mengetahui
pengaruh
penegakan
peraturan
terhadap
kecenderungan kecurangan (faud). 2. Untuk mengetahui pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). 3. Untuk
mengetahui
pengaruh
asimetri
informasi
terhadap
keadilan
distributif
terhadap
keadilan
prosedural
terhadap
komitmen
organisasi
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). 4. Untuk
mengetahui
pengaruh
kecenderungan kecurangan (fraud). 5. Untuk
mengetahui
pengaruh
kecenderungan kecurangan (fraud). 6. Untuk
mengetahui
pengaruh
kecenderungan kecurangan (fraud). 7. Untuk mengetahui pengaruh budaya etis organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
13
1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini : 1. Manfaat teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu khususnya dalam bidang fraud dan dapat digunakan untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang ada. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk penelitian berikutnya dengan topik yang sama. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti, dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai fraud khususnya di bidang pemerintahan. b. Bagi obyek penelitian, Dinas Provinsi DIY, dapat bermanfaat untuk manajemen sebagai masukan dalam mencegah adanya kecurangan (fraud) di sektor entitas publik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi Menurut Ikhsan dan Ishak (2005) persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau mengintepretasikan peristiwa, obyek serta manusia. Orang-orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, masing-masing orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana seseorang memilih, berusaha, dan menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti. Menurut Robbins (2005) dalam Sukanto (2007), apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif. Persepsi berhubungan dengan sikap. Sikap adalah sebuah pernyataan evaluasi baik positif maupun negatif mengenai obyek, orang atau peristiwa. Komponen dari sikap adalah cognition, affect, dan behavior. Dari ketiga komponen tersebut, komponen yang berkaitan dengan persepsi adalah komponen cognition dan affect. Komponen kognitif merupakan segmen pendapat atau keyakinan, sedangkan afeksi merupakan segmen perasaan atau emosional. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh pelaku persepsi, target yang dipersepsikan, dan situasi.
14
15
Pelaku persepsi -
Situasi
Sikap Motif Kepentingan Pengalaman Pengharapan
-
-
Waktu Keadaan tempat kerja Keadaan sosial
PERSEPSI
Target yang dipersepsikan
Sumber : Robbins (2005) dalam Sukanto (2007)
-
Hal baru Gerakan Bunyi Ukuran Latar Belakang Kedekatan
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi dua yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni concretness, yaitu gagasan yang abstrak yang sulit dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli, yakni stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor-faktor internal adalah, motivasi yaitu dorongan
16
untuk merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhit asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain (Sukanto, 2007). Orang-orang merasakan dunia ini dengan cara yang berbeda karena persepsi bergantung pada rangsangan fisik dan kecenderungan individu tersebut. Rangsangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti penglihatan dan sentuhan. Kecenderungan individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu, dan harapan. Perbedaan persepsi antara orangorang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama sekali disebabkan oleh kecenderungan perbedaan. Oleh karena itu, kebijakan perusahaan yang sama saja bisa dirasakan berbeda oleh para pekerja produksi, para manajer tingkat menengah, dan manajer tingkat puncak. Faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah keakraban, perasaan, arti penting, dan emosi. Orang-orang biasanya merasa obyek umum lebih cepat dikenal dibandingkan dengan orang-orang atau obyek yang tidak familiar. Kecenderungan perasaan masyarakat terhadap suatu obyek atau orang juga memengaruhi persepsi. Terdapat kecenderungan orang-orang untuk mencari informasi lebih tentang obyek yang tujuannya adalah untuk menjaga agar mereka tidak merasakan hal-hal yang negatif. Status emosional seseorang dapat memengaruhi persepsi. Persepsi dapat berbeda tergantung apakah orang tersebut merasakan kenikmatan dan keselamatan setiap hari atau justru merasa bahwa hari-
17
hari yang tidak baik, apakah orang tersebut merasa tertekan atau gembira dan seterusnya( Ikhsan dan Ishak ,2005). 2.1.2 Teori Atribusi Teori
atribusi
mempelajari
proses
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti faktor kemampuan usaha dan kekuatan eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar,seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan & Ishak ,2005). Menurut Ivancevich et al., (2006), berdasarkan teori atribusi, penyebab yang dipersepsikan dari suatu peristiwalah dan bukan peristiwa aktual itu sendiri yang memengaruhi perilaku seseorang. Secara lebih spesifik, individu akan berusaha menganalisis mengapa peristiwa tertentu muncul dan dari hasil analisis tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka di masa mendatang. Proses atribusi juga dapat menjadi hal yng penting dalam memahami perilaku dari orang lain. Perilaku orang lain dapat diperiksa atas dasar keunikan, konsistensi dan konsensus. Keunikan merupakan tingkatan di mana seseorang berperilaku secara serupa dalam situasi yang berbeda. Konsistensi merupakan tingkatan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang sama pada waktu yang berbeda. Konsensus merupakan tingkatan dimana orang lain menunjukkan perilaku yang sama. Mengetahui sejauh mana perilaku seseorang menunjukkan kualitas ini dapat sangat bermanfaat dalam membantu memahami perilaku tersebut.
18
2.1.3 Kecurangan (fraud) 2.1.3.1 Pengertian kecurangan (fraud) Menurut Boynton (1996) kecurangan atau fraud adalah penipuan yang direncanakan misalnya salah saji, menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material sehingga merugikan pihak lain. Statement on Auditing Standards No. 99 mendefinisikan fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements tahtare the subject o an audit. Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary dalam Kurniawati (2012), fraud didefinisikan sebagai: Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang dapat diupayakan pleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Tanuakotta (2007), menyebutkan beberapa pasal yang mencakup pengertian fraud seperti : -
-
-
Pasal 362 : Pencurian (definisi KUHP) : mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Pasal 372 : Penggelapan (definisi KUHP) : dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. Pasal 378 : Perbuatan curang (definisi KUHP) : dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.
19
Definisi fraud juga diungkapkan menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Kurniawati (2012): Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Jadi, kecurangan merupakan suatu hal yang di sengaja oleh pelaku nya. Hal tersebut lah yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan. Selain itu, kecurangan dilakukan dengan melanggar ketentuan yang berlaku untuk mengambil keuntungan demi dirinya sendiri . Menurut Suprajadi (2009), produk akhir dari proses pengolahan data akuntansi adalah informasi akuntansi yang tertuang dalam laporan keuangan. Dalam mengartikan angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan, pengguna laporan keuangan perlu berhati-hati karena kemungkinan terjadinya bias dalam penyampaian informasi. Kemungkinan bahwa laporan keuangan disusun dengan itikad tidak baik (sengaja dilakukan) dengan tujuan tertentu. Jika faktor kecurangan terjadi dalam penyusunan laporan keuangan dapat dipastikan laporan keuangan disajikan tidak wajar.
20
2.1.3.2 Jenis dan pelaku kecurangan (fraud) Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Kurniawati (2012) fraud diklasifikasikan menjadi 5 jenis.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Fraud
Jenis Korban Kecurangan Penggelapan Pegawai uang atau kecurangan pekerjaan Kecurangan manajemen
Kecurangan investasi Kecurangan Penyediaan/ logistik Kecurangan pelanggan
Pemegang saham
Pelaku Pemberi Kerja
Penjelasan Pemberi kerja secara langsung atau tidak langsung mengambil hak dari pekerjaannya
Manajemen tingkat atas
Manajemen tingkat atas memberikan penyajian yang salah, pada informasi keuangan Investor Individu Individu menipu investor Pembeli Penjual barang Mengenakan biaya barang atau atau jasa yang berlebih atas jasa barang atau jasa kepada pembeli Penjual Pelanggan Pelanggan meminta barang atau harga yang lebih kecil jasa dari seharusnya
Sumber : the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Kurniawati (2012)
21
The
Association
of
Certified
Fraud
Examiners
(ACFE)
juga
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah ”Fraud Tree”
Sumber :The Association of Certified Fraud Examiners (2004) dalam Tuanakotta (2007) Gambar 2.2 Fraud Tree
Berdasarkan bagan tersebut, fraud diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan jenis perbuatannya antara lain Corruption, Asset Missapropriation, dan Fraudulent Statements. 1. Corruption ( Korupsi ) Jenis fraud ini paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Cabang dan ranting yang menggambarkan fraud yang diberi label “corruption” dapat dilihat di sisi kiri dari fraud tree. Istilah korupsi menurut undang-undang nomor 31 tahun 1999 meliputi
22
30 tindak pidana korupsi dan bukan empat bentuk seperti yang digambarkan dalam ranting-ranting : conflict of interest, bribery, ilegal gratuities, dan economic extortion. Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembagalembaga pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun. Ciri-ciri atau indikasinya, mereka menjadi pemasok :
Selama bertahun-tahun. Bukan hanya pejabat tersebut berkuasa. Melalui kontrak jangka panjang, bisnis berjalan terus meskipun pejabat tersebut sudah lengser.
Nilai kontrak-kontrak itu relatif mahal ketimbang kontrak yang dibuat at arm’s lenght. Dalam bahasa sehari-hari praktek ini dikenal sebagai mark up atau penggelembungan. Istilah mark up sendiri sebenarnya kurang tepat, karena baik mark up maupun mark down merupakan bagian dari praktik bisnis yang sehat.
Para rekanan ini keluar sebagai pemenang dalam proses tender yang resmi, namun kemenangannya dicapai dengan cara-cara tidak wajar.
Hubungan antara penjual dan pembeli lebih dari hubungan bisnis. Pejabat atau penguasa bisa menggunakan sanak saudaranya (nepotisme) sebagai “orang depan”. Atau ada persekongkolan “kolusi” yang melibatkan penyuapan (bribery).
23
Benturan kepentingan bisa terjadi dalam skema permainana pembelian (purchases schemes) maupun penjualan (sales schemes). Lembaga pemerintah atau bisnis selaku pembeli (baik barang dan jasa) ber-KKN dengan “penjual”. Indikasi mengenai hal ini terlihat dalam hal pembeli merupakan lembaga besar, nilai pembeliannya tinggi, dan penjual merupakan supplier terkenal tingkat dunia. Jadi seharusnya jual beli dapat (dan lazimnya) dilakukan secara langsung dan bukan melalui “penjual” perantara. Lembaga pemerintah atau bisnis selaku penjual (baik barang dan jasa) dapat juga ber-KKN dengan “pembeli”. Praktik ini sangat mencolok dalam hal pembeli akhir (pembeli sebenarnya) merupakan captive market dari penjual. Namun penjual tetap memberikan marketing fee atau sejenisnya, yang tidak lain dari penyuapan. Dari paparan tersebut merupakan contoh pertautan antara benturan kepentingan dengan bribery, illegal gratuities dan economic extortion. Kickback (secara harfiah berarti “tendangan balik”) merupakan salah satu bentuk penyuapan, di mana si penjual meng-“ikhlaskan” sebagian dari hasil penjualannya. Prosentase yang diikhlaskannya itu bisa di atur di muka atau diikhlaskan sepenuhnya kepada “keikhlasan” penjual. Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback menganggap kickback yang diterimanya terlalu kecil maka ia akan mengalihkan ke rekanan yang lebih “ikhlas” ( memberi kickback yang lebih tinggi). Kickback berbeda dengan bribery. Dalam hal bribery pemberinya tidak “mengorbankan” suatu penerimaan. Misalnya apabila seseorang menyuap atau menyogok seorang penegak
hukum, ia mengharapkan keringanan hukuman.
24
Dalam contoh kickback tersebut, pemberinya menerima keuntungan materi. Dalam hal kickback, si pembuat keputusan (atau yang dapat mempengaruhi pembuat keputusan) dapat “mengancam” sang rekanan. Ancaman ini bisa terselubung tetapi tidak jarang pula dilakukan secara terbuka. Ancaman ini bisa merupakan pemerasan (economic extortion). Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yng merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Di Indonesia, illegal gratuities dapat dilihat dalam bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulanngtahun, hadiah perpisahan, hadiah kenaikan pangkat dan jabatan dan lain-lain yang diberikan kepada pejabat. 2. Asset Missapropriation (Penyalahgunaan Aset) Asset Missappropriations atau “pengambilan” asset secara illegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam istilah hukum, “mengambil” asset secara illegal (tidak sah atau melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi asset tersebut, disebut menggelapkan. Istilah pencurian, dalam fraud tree disebut larceny. Larceny atau pencurian adalah bentuk penjarahan yang paling kuno dan dikenal sejak awal peradaban manusia. Peluang untuk terjadinya penjarahan jenis ini berkaitan erat dengan lemahnya sistem pengendalian intern, khususnya yang berkenaan dengan perlindungan keselamatan asset (safeguarding of assets). Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah (fraudulent disbursements) sebenarnya satu langkah lebih jauh dari pencurian. Sebelum tahap pencurian, ada tahap perantara.
25
Billing Schemes adalah skema permainan (schemes) dengan menggunakan proses billing atau pembebanan tagihan sesuai sarananya. Pelaku fraud dapat mendirikan perusahaan “bayangan” (shell company) yang seolah-oleh merupakan pemasok atau rekanan atau kontraktor sungguhan. Perusahaan bayangan ini merupakan sarana untuk mengalirkan dana secara tidak sah ke luar perusahaan. Payroll schemes adalah skema permainan melalui pembayaran gaji. Bentuk permainannya antara lain dengan pegawai atau karyawan fiktif (ghost employee) atau dalam pemalsuan jumlah gaji. Jumlah gaji yang dilaporkan lebih besar dari gaji yang dibayarkan. Expense Reimbursement schemes adalah skema permainan melalui pembayaran kembali biaya-biaya, misalnya biaya perjalanan. Seorang salesman mengambil uang muka perjalanan dan sekembalinya dari perjalanan, ia membuat peritungan biaya perjalanan. Kalau biaya perjalanan melampaui uang mukanya, ia meminta reimbursement atau penggantian. Ada beberapa skema permainan melalui skema reimbursement ini. Rincian biaya menyamarkan jenis pengeluaran yang
sebenarnya (macharacterized expenses).
Contoh perusahaan tidak
memberikan penggantian konsumsi alkohol; pengeluaran ini disamarkan sebagai biaya makan dan minum. Atau biayanya dilaporkan lebih besar dari pengeluaran yang sebenarnya; ini lazimnya dilakukan dalam pengeluaran yang tidak ada atau tidak memerlukan bukti pendukung. Atau biayanya sama sekali fiktif (fictitious expense). Check Tampering adalah skema permainan melalui pemalsuan cek. Yang dipalsukan bisa tandatangan orang yang mempunyai kuasa mengeluarkan cek,
26
atau endorsemen nya atau nama kepada siapa cek dibayarkan, atau ceknya disembunyikan. Dalam contoh terakhir, pegawai meminta dua buku cek dari bank. Yang diketahui secara resmi hanya satu buku,sedangkan pengeluaran melalui buku cek kedua dirahasiakan. Di Amerika Serikat, cek yang sudah diuangkan, akan dikembalikan oleh bank kepada yang mengeluarkan cek. Register Disbursements adalah pengeluaran yang sudah masuk dalam Cash register. Skema permainan melalui Register Disbursements pada dasarnya ada dua, yakni false refunds (pengembalian uang yang dibuat-buat) dan false voids (pembatalan palsu). 3. Fraudulent statements (Pernyataan Palsu atau Salah Pernyataan) Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering)
dalam
penyajian
laporan keuangannya
untuk
memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing (Jatiningsih, 2011). Cabang dan ranting yang menggambarkan fraud yang diberi label “Fraudulent Statements” dapat dilihat dari sisi kanan fraud tree. Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit. Ranting pertama menggambarkan fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji (misstatements baik overstatements maupun understatements). Cabang dari ranting ini ada dua. Pertama, menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari sebenarnya (Asset/Revenue overstatements). Kedua,
27
menyajikan asset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya ( Asset/ Revenue Understatements). Ranting kedua menggambarkan fraud dalam menyusun laporan nonkeuangan. Fraud ini berupa penyampaian laporan non-keuangan secara menyesatkan, lebih bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan pemalsuan atau pemutar balikan keadaan. Bisa tercantum dalam dokumen yang dipakai untuk keperluan intern maupun ekstern. Contoh : perusahaan minyak besar dunia yang mencantumkan cadangan minyaknya lebih besar secara signifikan dari keadaan yang sebenarnya apabila diukur dengan standar industrinya. Atau perusahaan yang alat produksinya atau limbahnya membawa bencana bagi masyarakat, tetapi secara terbuka (misalnya melalui iklan) mengklaim keadaan sebaliknya. Menurut Vona (2008:11-12) dalam Suprajadi (2009), pelaku kecurangan (fraud) dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok: 1. First-time offenders. Merupakan tipe pelaku tanpa latar belakang kriminal. Pelaku memiliki tekanan dalam kehidupannya melewati batas
kapasitas
penghasilannya.
Atau
pelaku
merasionalisasi
perilakunya bahwa hal biasa jika melakukan penggelapan. Jika fakor tekanan dan rasionalisasi melampaui faktor takut untuk terdeteksi, maka seseorang akan mencari kelemahan pengendalian internal atau kesempatan untuk melakukan kecurangan.
28
2. Repeat offenders Hasil statistik menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan kecurangan internal memiliki kecenderungan tinggi untuk melakukan kecurangan lebih dari satu kali. Dalam hal ini, faktor tekanan dan rasionalisasi akan kurang dominan dibandingkan dengan tipe first-time offenders. Faktor kesempatan akan menjadi pemicu untuk melakukan kecurangan. 3. Organized crime groups Kelompok kecurangan tipe ini termasuk kelompok profesional, bisa juga secara individu, yang biasanya melakukan kecurangan dengan tipe khusus. Faktor utama kecurangan tipe ini bisa terlaksana karena adanya kesempatan, yaitu lemahnya pengendalian internal, penyuapan atau pemerasan oleh karyawan atau melalui kolusi dengan pemasok atau pelanggan. 4. Intenally committed for the perceived benefit of the corporation. Pelaku kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan adalah untuk kebaikan perusahaan. Secara khusus, dominasi faktor tekanan dan rasionalisasi terhadap kesempatan kondisinya sama seperti tipe firts-time offender maupun repeat offender. 2.1.3.3 Fraud Triangle Teory Penelitian ini menggunakan fraud triangle theory sebagai dasar teori utama nya. Berdasarkan teori ini ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang
29
melakukan kecurangan. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga kecurangan (fraud triangle). Menurut Kurniawati (2012), konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya
“trust
violators”
atau
“pelanggar
kepercayaan”,
Cressey
menyimpulkan bahwa : Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan, dan tindak-tanduk sehari-hari memungkinkan menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang bisa dipercaya dalam menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan. Cressey (1953) dalam Tuannakotta (2007) menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan rationalization. Incentive / Pressure
Opportunity Rationalizations Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) dalam Norbarani(2012) Gambar 2.3 Fraud Triangle
30
a. Tekanan (pressure) Menurut Salman (2005) dalam Kurniawati (2012) tekanan yaitu insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Montgomery et al., (2002) dalam Kurniawati (2012) mengatakan tekanan ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata (direct) dan bentuk persepsi (indirect). Bentuk merupakan tekanan yang nyata disebabkan oleh kondisi-kondisi kehidupan yang nyata yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan. Kondisi tersebut dapat berupa kebiasaan sering berjudi, kecanduan obat terlarang, atau menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need dan financial targets. b. Opportunity (kesempatan) Menurut Montgomery et al., (2002) dalam Kurniawati (2012) kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah, ketidakdisiplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal pengendalian internal. Pengendalian internal yang tidak baik akan memberi peluang orang untuk
31
melakukan kecurangan, SAS no. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statements fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. c. Rationalization (rasionalisasi) Menurut Norbarani (2012) rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang memperbolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisai adalah komponen penting dalam banyak kecurangan. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur ( Skousen et al., 2009, dalam Norbarani, 2012). 2.1.3.4 Fraud pada Sektor Pemerintahan Menurut Pristiyanti (2012) semua jenis fraud dapat terjadi pada sektor pemerintahan, akan tetapi yang paling sering terjadi adalah korupsi. Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, mengenyahkan, memutarbalik atau menyogok. Secara harfiah korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politisi ataupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Skema fraud yang terjadi di entitas pemerintah cukup banyak dan beragam, dari sumber BPKP (2004) dalam Sukanto (2007) menjabarkan secara
32
rinci tindak kecurangan dalam APBN maupun APBD, dari segi pengeluaran maupun pemasukan. Rangkumannya adalah sebagai berikut: Dari segi penerimaan: 1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai, retribusi dan pajak lainnya dibanding potensi yang tersedia. 2. Manipulasi restitusi pajak. 3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan potensi pajak yang sesungguhnya. 4. Kesalahan pengenaan tarip pajak maupun bea. 5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak sesuai data sesungguhnya. 6. Perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat /daerah memperkecil data volume produksi pertambangan atau hasil alam. 7. Memperbesar biaya cost recovery, sehingga setoran hasil menjadi berkurang. 8. Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan negara. 9. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar. 10. Pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang merugikan negara dan pemanfaatan tanah negara yang harga sewanya tidak wajar (dibawah pasar). 11. Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara, namun masuk ke rekening atas nama pejabat atau perorangan, meskipun
33
pejabat tersebut pimpinan instansi yang bersangkutan, namun cara ini berpotensi merugikan negara. Dari segi pengeluaran: 1. Pengeluaran belanja/jasa atau perjalanan dinas barang fiktif. 2. Pembayaran ganda pejabat atau pegawai yang diperbantukan. 3. Penggelembungan (mark-up) harga, atau harga patokan terlalu mahal dibandingkan harga pasar. 4. Pelaksanaan sistem tender, penunjukan rekanan dan atau konsultan, persyaratan kualifikasi, dan lain-lain tidak sesuai standar prosedur, atau sesuai prosedur tetapi hanya memenuhi persyaratan formalitas. 5. Pemenang tender men-sub kontrak-kan pekerjaannya kepada pihak ketiga, sehingga posisi rekanan tidak lebih sebagai broker semata. 6. Rekanan atau konsultan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai jadwal yang ditetapkan. 7. Pekerjaan atau barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi. 8. Program bantuan sosial atau penanggulangan bencana yang salah sasaran. 9.
Adanya “percaloan” dalam pengurusan alokasi dana, sehingga instansi atau daerah yang ingin mendapatkan alokasi anggaran perlu mencadangkan dana untuk komisi.
10. Biaya yang terlalu tinggi pada penunjukan konsultan keuangan, akuntan, underwriter, dan penggunaan tenaga profesional lainnya terkait dengan program pemerintah atau BUMN.
34
11. Privatisasi BUMN yang merugikan negara. 12. Biaya restrukturiusasi, bantuan likuiditas dan biaya lain-lain yang sejenis yang merugikan negara. Menurut Sukanto (2007), Dalam hal penindakan terhadap fraud dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yakni tindakan preventif, detektif dan represif. Tindakan preventif antara lain memberi kesejahteraan yang baik bagi pegawai, menjaga
kualitas
SDM
dengan pembekalan
pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, memperkuat pengawasan dari atasan maupun dari rekan kerja, memperkuat struktur internal control, menerapkan standar prosedur kerja yang konsisten,
memperkuat
posisi
internal
audit,
menerapkan
system
risk
management, tidak memberikan pekerjaan dari awal sampai akhir kepada satu bagian, memperkuat instumen anggaran sebagai pengendali organisasi, dan memperkuat penerapan kode etik Tindakan detektif bisa ditempuh dalam mengatasi fraud antara lain memperbaiki dan menerapkan sistem tindak lanjut dari pengaduan, melaporkan transaksi-transaksi khusus diluar standar prosedur baku, mendalami fraud auditing bagi anggota internal audit, memantau gejala-gejala fraud sejak dini, tetapi tidak melanggar aturan moral maupun aturan kerja, dan berpartisipasi dalam gerakan moral. Untuk tindakan represif dapat dilakukan dengan cara melakukan investigatif audit jika diperlukan. Jika bukti mendukung, perlu dilanjutkan ke proses berikutnya bisa berupa teguran, peringatan, PHK atau diteruskan ke aparat
35
yang berwenang, dan penyitaan barang bukti, dokumen-dokumen, bahkan kekayaan jika terbukti kekayaan tersebut hasil korupsi. 2.1.4 Penegakan Peraturan Menurut Huda (2012) peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk mengatur pola tingkah laku. Jadi, peraturan merupakan ikatan, aturan yang harus dipatuhi seluruh anggota organisasi selama proses operasional sehingga proses tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jenis-jenis peraturan menurut Huda (2012) antara lain : 1. Peraturan otoritarian Dalam peaturan otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan peraturan ini diminta mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku di
tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi
peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya bila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap menjadi kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi. Peraturan yang ototarian berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan dorongan, tekanan, pemaksaan dari luar diri seseorang. 2. Peraturan permisif Dalam peraturan ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai keinginan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak peraturan permisif ini berupa kebingungan dan
36
kebimbangan. Penyebabnya tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang atau bahkan menjadi takut, cemas, dan dapat juga menjadi agresif serta tanpa kendali. 3. Peraturan Demokrasi Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Peraturan jenis ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar peraturan. Akan tetapi hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan dan mengoreksi. Menurut Arikunto dalam Huda (2012), semua peraturan yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur yaitu perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan dilarang, akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau yang melanggar peraturan, cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subyek yang dikenai peraturan tersebut. Graham dalam Huda (2012) melihat empat faktor yang merupakan kepatuhan seseorang terhadap nilai atau peraturan tertentu antara lain : -
Normativist. Biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum, selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam 3 bentuk yaitu kepatuhan terhadap norma itu sendiri, kepatuhan pada proses tanpa memedulikan normanya sendiri,kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu.
37
-
Integralist. Yaitu kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dalam pertimbangan-pertimbangan yang rasional
-
Fenomenalist, yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati tau sekedar basabasi
-
Hedonist, yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri
Dari keempat faktor yang menjadi dasar kepatuhan setiap individu tentu saja yang diharapkan adalah kepatuhan yang bersifat normativist, sebab kepatuhan semacam ini adalah kepatuhan didasari kesadaran akan nilai, tanpa mempedulikan apakah tingkah laku itu menguntungkan untuk dirinya atau tidak. Selanjutnya dalam sumber yang sama dijelaskan dari empat faktor ini terdapat lima tipe kepatuhan: -
Ototarian, yaitu suatu kepatuhan tanpa reserve atau kepatuhan yang ikutikut an.
-
Conformist. Kepatuhan tipe ini mempunyai 3 bentuk yaitu conformist directed (penyesuaian diri terhadap orang lain), conformist hedonist (kepatuhan yang berorientasi pada untung-rugi), dan conformist integral (kepatuhan
yang
menyesuaikan kepentingan
diri sendiri
dengan
kepentingan orang lain). -
Compulsive deviant. Kepatuhan yang tidak konsisten
-
Hedonik
psikopatik,
yaitu
kepatuhan
pada
kekayaan
tanpa
memperhitungkan kepentingan orang lain -
Supramoralist, yaitu kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral
38
2.1.5 Sistem pengendalian internal Menurut Mulyadi (2001) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut COSO dalam Rahayu dan Suhayati (2009) pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai keandalan pelaporan keuangan, menjaga kekayaan dan catatan organisasi, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan dan efektivitas dan efisiensi operasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang berkaitan dengan prosedur-prosedur yang harus dipatuhi dalam proses operasional organisasi atau perusahaan agar tujuan dari organisasi atau perusahaan dapat tercapai. 2.1.5.1 Unsur pengendalian intern Menurut Arens (2004) dalam Aisah (2010), agar tujuan pengendalian dapat terpenuhi, maka didalamnya harus terdapat beberapa unsur yang merupakan bagian dari struktur pengendalian intern yang baik. Unsusr-unsur dari sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut : a. Lingkungan pengendalian Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur pelaksana dan komisaris serta pemilik suatu satuan usaha terhadap pentingnya pengendalian oleh satuan usaha
39
tersebut. Faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian internal suatu perusahaan meliputi : falsafah manajemen dan gaya operasional. Struktur organisasi, komite audit, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab, kebijakan dan prosedur kepegawaian. b. Prosedur pengendalian Adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen di dalam lingkungan pengendalian untuk memberikan cukup kepastian bahwa sasaran perusahaan dapat tercapai. Prosedur pengendalian umum yang dapat dipadukan di seluruh sistem akuntansi dan yang berlaku bagi semua perusahaan meliputi: 1. Personil yang kompeten dan putaran tugas agar penetapan sistem akuntansi berhasil diperlukan personil yang mampu melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, semua personil akuntansi perlu mendapatkan latihan yang memadai dan harus diawasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan memutar personil ini dari tugas satu ke tugas lainnya secara periodik. Dengan perputaran tugas yang dilakukan diharapkan akan membantu menemukan penyimpangan yang terjadi. 2. Pemberian tanggungjawab agar karyawan bekerja dengan efisien, harus ditetapkan tanggungjawab masing-masing secara jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau kurang jelas. 3. Pemisahan tanggungjawab untuk operasi yang berhubungan untuk mengurangi kemungkinan inefisiensi, kekeliruan, dan penggelapan,
40
maka tanggungjawab atau operasi yang berhubungan hendaknya dibagi di antara dua orang atau lebih. 4. Pemisahan antara operasi dan akuntansi. Tanggungjawab pelaksana catatan-catatan akunatnsi hendaknya dipisahkan dengan tanggung jawab pelaksana transaksi perusahaan dan tugas menjaga aktiva perusahaan. 5. Pembuktian dan sarana pengaman. Pembuktian dan sarana pengaman harus digunakan untuk menjaga aktiva perusahaan dan untuk meyakinkan akan kebenaran data akuntansi. 6. Peninjauan kembali secara independen. Untuk menentukan apakah prosedur pengendalian intern telah dilaksanakan secara efektif, struktur pengendalian secara periodik perlu ditinjau kembali dan dievaluasi oleh auditor internal. c. Aktivitas Pengendalian Aktivias pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. d. Informasi dan komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk
41
memcatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang dan ekuitas yag bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. e. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dengan pihak luar seperti keluhan costumer dan komentar masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. 2.1.5.2 Keterbatasan Pengendalian intern Consideration of Internal Control in a Financial Statement Audit AU 319.16.18 dalam Boynton et al., mengidentifikasikan keterbatasan yang melekat (inherent limitations) berikut yang menjelaskan mengapa pengendalian intern
42
sebaik apapun dirancang dan dioperasikan hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan suatu entitas 1. Kesalahan dalam pertimbangan Kadang-kadang,
manajemen dan personel
lainnya
dapat
melakukan
pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya. 2. Kemacetan Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personil salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personil atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada terjadinya kemacetan. 3. Kolusi Individu yang tidak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh pengendalian intern (misalnya, kolusi antara tiga karyawan mulai dari departemen personel, manufaktur, dan penggajian untuk membuat pembayaran kepada karyawan fiktif)
43
4. Penolakan Manajemen Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan. 5. Biaya versus Manfaat Biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan biaya dan manfaat 2.1.6 Asimetri Informasi Menurut Kurniawan (2012) Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan yang dimiliki oleh agen dan principal yang disebabkan karena distribusi informasi yang tidak sama antara kedua belah pihak. Menurut Martono dan Agus (2008) dalam Faramita (2011), manajer sebagai pengelola yang mengatahui informasi perusahaan terkadang tidak memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya kepada pemilik. Sementara pemilik atau para pemegang saham mempunyai informasi yang lebih sedikit dibandingkan manajer karena tidak mempunyai kontak langsung dengan perusahaan, sehingga mereka tidak mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi, yaitu kondisi dimana salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibanding pihak lainnya.
44
Menurut Scott (2000) dalam Faramita (2011) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu : 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan dibandingkan pihak luar. 2. Moral hazard, yaitu jenis asimetri informasi dimana ada pihak yang terkait dengan transaksi perusahaan yang dapat mengamati secara langsung berjalannya transaksi tersebut, sedangkan pihak lain tidak dapat melakukan hal yang sama. 2.1.7 Keadilan Distributif Secara konseptual keadilan distributif berkaitan dengan distribusi keadaan dan
barang
yang
akan
berpengaruh
terhadap
kesejahteraan
individu.
Kesejahteraan yang dimaksud meliputi aspek-aspek fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial.
Tujuan distribusi
ini adalah kesejahteraan
sehingga
yang
didistribusikan biasanya berhubungan dengan sumber daya, ganjaran atau keuntungan (Deutsch, 1998 dalam Supardi, 2008). Selanjutnya menurut Supardi (2008) keadilan distributif merupakan sebuah persepsi tentang nilai-nilai yang diterima oleh pegawai berdasarkan penerimaan suatu keadaan atau barang yang mampu mempengaruhi individu. Keadilan distributif pada dasarnya dapat tercapai bila penerimaan dan masukan antara dua orang sebanding. Jikalau dari perbandingan proporsi yang diterima dirinya lebih besar, maka ada kemungkinan bahwa hal itu lebih ditoleransi atau tidak dikatakan tidak adil, dibanding bila proporsi yang diterimanya lebih rendah dari yang semestinya.
45
Menurut Faturochman (2002), keadilan distributif terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu nilai, perumusan nilai-nilai menjadi peraturan, dan implementasi pertauran. Tingkat pertama keadilan distributif terletak pada nilai. Pada tingkat nilai keadilan hanya berlaku sesuai dengan nilai yang dianut. Prinsip pemerataan dapat dikatakan adil karena nilai tersebut di anut. Bagi orang yang tidak menganutnya maka bisa saja mengatakan bahwa nilai tersebut tidak adil. Nilainilai keadilan berubah sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada. Prinsip ini tidak cocok untuk meningkatkan prestasi atau dalam suatu kompetisi. Tingkatan kedua keadilan distributif terletak pada perumusan nilai-nilai menjadi peraturan. Meskipun suatu prinsip keadilan distributif telah disepakati sehingga ketidakadilan pada tingkat nilai tidak muncul, belum tentu keadilan distributif tidak dapat ditegakkan. Untuk operasionalisasi prinsip dan nilai yang dianut perlu dibuat aturan yang tegas dan jelas. Misalnya, untuk mendistribusikan upah buruh, prinsip yang dianutnya adalah besarnya usaha. Agar distribusinya adil, usaha harus dijelaskan indikatornya. Keadilan pada tingkat ini dapat tercapai bila pihak-pihak di dalamnya sepakat dengan aturan yang jelas itu. Tingkatan ketiga keadilan distributif terletak pada implementasi peraturan. Untuk menilai distribusi adil atau tidak, dapat dilihat dari tegaknya peraturan yang diterapkan. Bila peraturan yang disepakati tidak dijalankan sama sekali atau dijalankan sebagian, keadilan distributif tidak tercapai. Ketidakadilan distributif juga tidak dapat dicapai bila peraturan tidak diterapkan secara konsisten baik antar waktu maupun antar individu.
46
2.1.8 Keadilan Prosedural Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh karyawan mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses yang dan prosedur organisasi yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya (Ivancevich, 2006). Menurut Faturochman (2002) bentuk prosedur dan proses akan spesifik sesuai dengan substansinya. Di dalam suatu kelompok, organisasi ataupun lembaga kemasyarakatan bisa ditemukan berbagai prosedur. Meskipun demikian, ada komponen dalam aturan yang universal pada prosedur, demikian juga halnya keadilan prosedural. Colquitt (2001) dalam Pristiyanti (2012) mengidentifikasikan enam aturan pokok dalam keadilan prosedural. Bila setiap aturan ini dapat dipenuhi, suatu prosedur dapat dikatakan adil. Enam aturan yang dimaksud antara lain : 1. Konsistensi. Prosedur yang adil harus konsisten baik dari orang satu kepada orang lain maupun dari waktu ke waktu. Setiap orang memiliki hak dan diperlakukan sama dalam satu prosedur yang sama. 2. Meminimalisasi bias. Ada dua sumber bias yang sering muncul, yaitu kepentingan individu dan doktrin yang memihak. Oleh karenanya, dalam upaya maminimalisasi bias ini, baik kepentingan individu maupun pemihakan harus dihindarkan. 3. Informasi yang akurat. Informasi yang dibutuhkan untuk menentukan agar penilaian keadilan akurat harus mendasarkan pada fakta. Kalau opini sebagai dasar, hal itu harus disampaikan oleh orang yang benar-
47
benar mengetahui permasalahan, dan informasi yang disampaikan lengkap. 4. Dapat diperbaiki. Upaya untuk memperbaiki kesalahan merupakan salah satu tujuan penting perlu ditegakkannya keadilan. Oleh karena itu, prosedur yang adil juga mengandung aturan yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang ada ataupun kesalahan yang mungkin akan muncul. 5. Representatif. Prosedur dikatakan adil bila sejak awal ada upaya untuk melibatkan semua pihak yang bersangkutan. Meskipun keterlibatan yang dimaksudkan dapat disesuaikan dengan sub-sub kelompoknya yang ada, secara prinsip harus ada penyertaan dari berbagai pihak sehingga akses untuk melakukan kontrol juga terbuka. 6. Etis. Prosedur yang adil harus berdasarkan pada standar etika dan moral. Dengan demikian, meskipun berbagai hal di atas terperinci, bila subtansinya tidak memenuhi standar etika dan moral tidak bisa dikatakan adil. 2.1.9 Komitmen Organisasi Menurut Oktaviani (2012) komitmen organisasi adalah individu yang memiliki keinginan untuk berbuat etis terhadap organisasinya dengan tujuan agar terciptanya tujuan yang diinginkan tidak lain semata-mata untuk kepentingan organisasi tersebut. Menurut Mathis (2001) komitmen organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut.
48
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap mental individu berkaitan dengan tingkat keloyalannya terhadap organisasi tempat individu tersebut berkerja. Meyer dan Allen (1997) dalam Ihsan dan Iskak (2005) mengemukakan tiga komponen mengenai komitmen organisasi, yang antara lain adalah: 1. Komitmen efektif (affectiive commitment) terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional (emotional attchment) atau psikologis terhadap organisasi. 2. Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia membutuhkan organisasi tersebut. 3. Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi karena memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk itu. 2.1.10 Budaya Etis Organisasi Menurut Ivancevich et al., (2006) Budaya organisasi merupakan sebuah konsep yang penting, sebagai perspektif untuk memahami perilaku individu dan kelompok dalam suatu organisasi. Menurut Schein dalam Ivancevich et al., (2006), definisi budaya organisasi adalah :
49
Suatu pola dari asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integritas internal yang telah berjalan cukup baik untuk dianggap valid dan oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir, dan berperasaan sehubungan dengan msalah yang dihadapinya. Menurut Robbin (1996) dalam Ikhsan dan Ishak (2005), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu, sehingga persepsi tersebut menjadi suatu sistem dan makna bersama di antara para anggotanya. Perilaku etis harus menjadi budaya dalam organisasi yang berarti harus merupakan perilaku sehari-hari semua anggota organisasi baik dalam sikap, tingkah laku anggota maupun dalam keputusan manajemen/organisasi. Menurut Schein (1992) dalam Zulkarnain (2013) budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Berdasarkan definisi mengenai budaya organisasi, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah suatu pola yang dianut bersama dalam suatu organisasi yang tidak tertulis agar dapat dipatuhi oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Robert Kreitner dan Angelo Kinichi (2000) dalam Riyanto (2009) menyarankan tindakan-tindakan beikut ini untuk mengembangkan iklim etika dalam organisasi: a. Bertingkah laku etis Manajer hendaknya berlaku etis, karena manajer merupakan model peran yang jelas.
50
b. Penyaringan karyawan yang potensial Untuk mengembangkan perilaku etis harus dilakukan sejak awal yaitu sejak seleksi karyawan dilakukan. Penyaringan yang lebih teliti di bidang ini dapat menyaring mereka untuk tidak berbuat kesalahan di kemudian hari. Mengembangkan kode etik yang lebih berarti. Kode etik dapat menghasilkan dampak yang positif bila mereka memenuhi empat kriteria :
Kode etik harus mencakup atau berlaku kepada setiap karyawan
Kode etik sungguh-sungguh didukung oleh top manajemen
Kode etik harus mengacu kepada praktik spesifik
Mereka
(karyawan)
hendaknya
didorong
dengan
penghargaan atas prestasinya dan hukuman yang berat bagi ketidakpatuhan. c. Menyediakan pelatihan etika Para karyawan dapat dilatih untuk mengidentifikasikan dan berhadapan dengan isu etis selama masa orientasi dan melalui sesi seminar dan pelatihan menggunakan video. d. Meningkatkan perilaku etis Perilaku etis harus didukung, dibiasakan, diulangi kembali, sedangkan perilaku yang tidak etis harus diberikan hukuman sementara perilaku etis hendaknya dihargai.
51
e. Membentuk posisi, unit, dan mekanisme struktural lain yang menggunakan etika. Etika harus menjadi kegiatan sehari-hari, bukan kegiatan yang sekali dilakukan kemudian disimpan dan dilupakan. 2.2
Review Penelitian Sebelumnya Beberapa
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kecenderungan kecurangan akuntansi telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Cieslewiscz (2012) menunjukkan bahwa faktor-faktor dalam masyarakat antara lain tradisi, agama, budaya, norma-norma sosial dan kondisi sosial ( penegakan hukum, iklim politik, dan kondisi sosial ekonomi) berpengaruh terhadap kecurangan atau fraud. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Cieslewiscz (2012) adalah pengukuran variabel menggunakan persepsi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Cieslewiscz (2012) adalah pada model penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif sementara penelitian yang dilakukan Cieslewiscz merupakan penelitian kualitatif. Lou et al (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor yang berpengaruh terhadap kemungkinan kecurangan. Variabel yang digunakan merupakan proksi dari faktor-faktor yang mempengaruhi fraud berdasarkan teori fraud triangle yaitu pressure, opportunity, dan rationalization. Pressure diproksikan dengan tekanan keuangan dari perusahaan dan tekanan keuangan dari direktur atau supervisor dari perusahaan. Opportunity diproksikan dengan jumlah transaksi yang kompleks dalam perusahaan dan pengendalian internal perusahaan. Rationalization diproksikan dengan integritas manajemen dan hubungan dengan auditor. Di samping itu penelitian tersebut juga menggunakan variabel kontrol
52
berupa ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan keuangan yang ditanggung perusahaan, tekanan keuangan yang ditanggung direktur atau supervisor, jumlah transaksi yang kompleks, integritas manajemen, dan hubungan dengan auditor eksternal berkorelasi positif dengan kemungkinan terjadinya kecurangan. Sementara ukuran perusahaan berkorelasi negatif dengan kemungkinan terjadinya kecurangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Lou et al (2009) adalah memproksikan variabel berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi fraud berdasarkan teori fraud triangle. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Lou et al (2009) adalah cara pengukuran variabel tekanan, dalam penelitian Lou variabel yang memproksikan tekanan diukur dengan rasiorasio keuangan (data sekunder), sementara dalam penelitian ini pengukuran variabel menggunakan persepsi (data primer). Perbedaan lain nya terletak pada obyek penelitian, penelitian Lou dilakukan pada perusahaan swasta, sementara penelitian ini dilakukan pada entitas pemerintahan. Fagbohungbe et al (2012) meneliti tentang pengaruh gender dan faktorfaktor organisasional terhadap perilaku curang di tempat bekerja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gender berpengaruh terhadap perilaku curang atau menyimpang. Selain itu, ada pengaruh negatif antara reaksi organisasional karyawan terhadap pencurian. Terdapat
pengaruh positif antara reaksi
organisasional karyawan terhadap perilaku curang pada perusahaan tanpa pengawasan. Terdapat pengaruh positif antara reaksi organisasional karyawan terhadap perilaku tidak etis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fagbohungbe et al (2012) adalah sama-sama menguji faktor-faktor yang
53
mempengaruhi kecurangan. Selain itu metode pengumpulan data sama-sama menggunakan kuesioner. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fagbohungbe et al (2012) adalah model penelitian. Selain itu obyek penelitian juga berbeda, obyek penelitian Fagbohungbe adalah karyawan pada universitas sementara obyek penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada subbagian keuangan Dinas Provinsi DIY. Rae & Subramaniam (2008) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh interaksi antara persepsi keadilan organisasional dan kualitas pengendalian internal terhadap kecurangan karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan etika perusahaan, pelatihan resiko manajemen, dan aktifitas internal audit berpengaruh terhadap kualitas prosedur pengendalian. Serta kualitas prosedur pengendalian memoderasi pengaruh persepsi keadilan organisasional terhadap kecenderungan kecurangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rae & Subramaniam (2008) adalah sama-sama menguji pengaruh persepsi mengenai keadilan organisasional terhadap kecenderungan kecurangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rae & Subramaniam (2008) adalah jenis data yang digunakan. Rae & Subramaniam menggunakan data sekunder dalam penelitiannya, sementara penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian yang dilakukan Wilopo (2006) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis. Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis.Sementara itu, keefektifan pengendalian, ketaatan
54
aturan akuntansi, dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Asimetri informasi dan perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, dan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.Persamaan penelitian ini dengan penelitian Wilopo (2006) adalah pengukuran variabel nya menggunakan persepsi karyawan dengan cara menyebar kuesioner (data primer). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wilopo (2006) terletak pada penggunaan variabel antara (intervening). Pada penelitian Wilopo, menggunakan variabel intervening berupa perilaku tidak etis. Sementara pada penelitian ini tidak menggunakan variabel intervening. Penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun (2009) menunjukkan bahwa kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Perilaku tidak
etis
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi.
Kecenderungan kecurangan akuntansi tidak berpengaruh dengan akuntabilitas kinerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Thoyibatun (2009) adalah sama-sama menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Sementara perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun (2009) adalah obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Provinsi DIY, sementara penelitian Thoyibatun dilakukan pada Perguruan Tinggi Negeri se-Jawa Timur. Penelitian yang diakukan Puspitadewi dan Irwandi (2012) menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara persepsi keadilan organisasional dan kualitas
55
pengendalian internal terhadap kecurangan pegawai. Aktivitas audit internal dan monitoring berpengaruh terhadap kualitas pengendalian internal, lingkungan etika perusahaan, pelatihan resiko manajemen, dan communication and information tidak berpengaruh terhadap kualitas pengendalian internal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Puspitadewi dan Irwandi (2012) adalah sama-sama meneliti pengaruh keadilan organisasional terhadap kecurangan pegawai. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Puspitadewi dan Irwandi (2012) adalah penggunaan variabel moderating. Penelitian ini tidak menggunakan variabel moderating sementara penelitian Puspitadewi dan Irwandi menggunakan variabel moderating. Perbedaan lainnya terletak pada obyek penelitian. Obyek penelitian Puspitadewi dan Irwandi adalah auditor internal pada Universitas Airlangga, Universitas Katholik Widya Mandala, Universitas Kristen Petra, Universitas Surabaya, dan STIE Perbanas Surabaya. Sementara obyek penelitian ini adalah Dinas Provinsi DIY. Penelitian mengenai fraud juga dilakukan oleh Zulkarnain (2013) yang menyebutkan bahwa keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap fraud; perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud; kultur organisasi dan penegakan hukum tidak berpengaruh terhadap fraud. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zulkarnain (2013) adalah sama-sama meneliti persepsi pegawai dinas. Yang membedakan, responden penelitian ini adalah pegawai sub bagian keuangan Dinas Provinsi DIY sementara responden pada penelitian Zulkarnain (2013) adalah pegawai Dinas Kota Surakarta.
56
Faisal (2013)
melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi fraud di Kabupaten Kudus. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Sistem pengendalian internal, penegakan hukum, gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud, perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud, kesesuaian kompensasi dan budaya etis organisasi tidak berpengaruh terhadap fraud. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Faisal (2013) adalah sama-sama meneliti persepsi pegawai dinas. Yang membedakan, responden penelitian ini adalah pegawai sub bagian keuangan Dinas Provinsi DIY sementara responden pada penelitian Faisal (2013) adalah pegawai Dinas Kabupaten Kudus. Relevansi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan replikasi dari kompilasi antara penelitian Wilopo (2006), Puspita Dewi dan Irwandi (2012), Cieslewisc (2012), Zulkarnain (2013), dan Faisal (2013). Peneliti sebelumnya juga menyarankan untuk meneliti faktor lain yang merupakan proksi dari fraud triangle, sehingga peneliti bermaksud untuk menambah variabel baru berupa penegakan peraturan yang merupakan proksi dari opportunity.
Berdasarkan penelitian Wilopo
(2006)
menemukan bahwa
kecenderungan kecurangan akuntansi perlu dikaji tidak hanya melalui pendekatan ilmu akuntansi, tetapi juga perlu mengikut sertakan pendekatan serta teori dari disiplin ilmu lain.
57
Tabel 2.2 Review penelitian sebelumnya
Peneliti
Variabel
Joshua K. Fraud , philosophical Cieslewiscz and religious tradition, (2012) culture, social norms and societal conditions
Young –I Lou Fraudulent financial et al (2009) Reporting firm’s financial pressure, director’s and supervisor’s financial pressure, complicated transaction, internal control environment, manager’s integrity, manager’s and auditor’s relationship, Firm size
Fagbohungbe et al (2012)
Fraudulent behaviour, theft and deception, deviant behaviour, amoral behaviour, Gender, employee’s organisational reaction
Alat Analisis Qualitative. Semi-structured interviews & observations
Hasil Penelitian
Tradisi, agama, budaya, norma-norma sosial dan kondisi sosial ( penegakan hukum, iklim politik, dan kondisi sosial ekonomi) berpengaruh terhadap kecurangan atau fraud Nonparametric Fraudulent financial test, logistic reporting berkorelasi regression positif dengan tekanan keuangan dari sebuah peruaahaan atau dari supervisor dari perusahaan, jumlah transaksi perusahaan yang kompleks, integritas manajemen, dan hubungan yang tidak baik antara perushaan dengan auditor. Ukuran perusahaan berkorelasi negatif dengan Fraudulent Financial Report Multiple Gender berpengaruh regression terhadap pelaporan analysis fraudulent behaviour dan deviant behaviour.Ada pengaruh negatif antara employee’s organisationl reaction dan theft and deception.Ada pengaruh positif antara employee’s
58
organisationl reaction dan fraudulent behaviour, ada pengaruh positif antara employee’s organisationl reaction dan amoral behaviours. Kirsty Rae and Incidence of Employee Logistic ICP Quality memiliki Nava fraud, ICP Quality, regression and efek moderat antara Subramaniam Organizational Justice OLS multipple organizational justice (2008) Perceptons, Corporate regression perseptions terhadap ethical Environment Risk employee fraud. ICP Management Training, Quality secara Internal Audit Activities signifikan dan positif dipengaruhi oleh corporate Etichal Environment Risk management Training, Internal Audit Activities Wilopo (2006) Kecenderungan Structural Kefektifan Kecurangan Akuntansi, Equation pengendalian, ketaatan Perilaku tidak etis, Models, AMOS aturan akuntansi, dan Keefektifan 4 moralitas manajemen pengendalian, berpengaruh negatif Kesesuaian Kompensasi, terhadap perilaku tidak Ketaatan Aturan etis. Asimetri informasi Akuntansi, Asimetri berpengaruh positif Informasi, Moralitas terhadap perilaku tidak Manajemen. etis. Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis. Keefektifan pengendalian, ketaatan aturan akuntansi, dan moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Asimetri informasi dan perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, dan Kesesuaian kompensasi tidak
59
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Siti Thoyibatun 2009
Akuntabilitas kinerja, Regresi linier Kecenderungan kecurangan akuntansi, perilaku tidak etis, Kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, ketaatan aturan akuntansi
Puspitadewi Kecurangan pegawai, dan Irwandi keadilan organisasional, (2012) kualitas pengendalian internal, lingkungan etika perusahaan, aktivitas audit internal, pelatihan resiko manajemen, communication and information, monitoring
Rifqi Mirza Fraud, keefektifan Zulkarnain pengendalian internal, (2013) kesesuaian kompensasi, kultur organisasi, perilaku tidak etis, gaya kepemimpinan, penegakan hukum
Kesesuaian sistem pengendalian internal, sistem kompensasi, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Kecenderungan kecurangan akuntansi tidak berpengaruh dengan akuntabilitas kinerja. Linier Terdapat interaksi antara regression persepsi keadilan analyisis, organisasional dan residuel test kualitas pengendalian internal terhadap kecurangan pegawai. Aktivitas audit internal dan monitoring berpengaruh terhadap kualitas pengendalian internal, lingkungan etika perusahaan, pelatihan resiko manajemen, dan communication and information tidak berpengaruh terhadap kualitas pengendalian internal. Structural Keefektifan Equation Model pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, gaya kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap fraud; perilaku tidak etis berpengaruh
60
terhadap fraud, kultur organisasi dan penegakan hukum tidak berpangaruh terhadap fraud. Muhammad Fraud,sistem Structural Sistem pengendalian Faisal (2013) pengendalian internal, Equation Model internal, penegakan penegakan hukum,gaya peraturan,gaya kepemimpinan dan kepemimpinan,kesesuaia komitmen organisasi n kompensasi,perilaku berpengaruh negatif tidak etis,budaya etis terhadap fraud, perilaku organisasi,komitmen tidak etis berpengaruh organisasi positif terhadap fraud,kesesuaian kompensasi dan budaya etis organisasi tidak berpengaruh terhadap fraud. Sumber : Data diolah, 2013 2.3 Kerangka Berfikir 2.3.1 Pengaruh penegakan peraturan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Menurut Nordiawan (2006) sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat,
seharusnya
pertanggungjawaban
organisasi
publik
sektor
melalui
publik
laporan
mampu
memberikan
keuangannya.
Proses
pertanggungjawaban tersebut haruslah dilakukan secara transparan, karena hal tersebut berkaitan dengan kepentingan publik. Berkaitan dengan hal tersebut, tentu saja kegiatan operasional harus bebas dari tindakan kecurangan dalam bentuk apapun. Maka, semua kegiatan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk meminimalisir pelanggaran atas peraturan yang berlaku, maka harus ada penegakan peraturan yang tegas dalam lingkungan organisasi tersebut.
61
Dalam suatu instansi, apabila penegakan peraturan kurang efektif akan membuka peluang bagi pegawai untuk melakukan pelanggaran peraturan yang bisa saja mengarah pada perilaku menyimpang, salah satu nya dengan melakukan kecurangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tegak, penegakan peraturan dalam suatu instansi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi juga akan semakin rendah. Artinya, penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). 2.3.2 Pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Tujuan dari pengendalian internal adalah agar kegiatan operasional perusahaan berjalan secara efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Menurut Kusumastuti (2012) sistem pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya tindakan menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan kecurangan. Salah satu contoh pengendalian internal adalah adanya beberapa prosedur yang harus dilalui ketika akan melakukan transaksi seperti otorisasi dari pihak yang berwenang. Jika pengendalian tidak berjalan dengan baik, prosedur tidak dilakukan sebagaimana mestinya, maka akan membuka kesempatan bagi pegawai yang terlibat dalam kegiatan operasional organisasi untuk melakukan kecurangan. Penelitian Wilopo (2006) menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Jadi,
62
dengan sistem pengendalian internal yang baik, akan meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh pegawai. 2.3.3 Pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Asimetri informasi merupakan kondisi dimana pihak dalam atau pengelola perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar atau pihak pemakai informasi selain pengelola. Dalam lingkup entitas perusahaan, yang menjadi pihak pengguna informasi merupakan masyarakat. Karena pihak Dinas Pemerintah merupakan pihak pengelola dana APBN yang sebagian besar berasal dari masyarakat. Jika kondisi tersebut terjadi, maka akan membuka peluang bagi pihak yang mengelola keuangan untuk melakukan kecurangan. Pertanggungjawaban SKPD kepada masyarakat disajikan dalam bentuk laporan realisasi APBD. Jika masyarakat tidak mengetahui transaksi ekonomi apa saja yang mempengaruhi laporan tersebut secara detail, kemungkinan penyaji laporan akan memanipulasi laporan tersebut dengan tujuan kepentingan pribadi, misalnya agar kinerja nya terlihat baik. Penelitian Wilopo
(2006)
menunjukkan bahwa asimetri informasi
berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Dengan demikian, semakin tinggi asimetri yang terjadi antara ihak pengelola dan pihak pengguna laporan keuangan, kecenderungan terjadinya tindak kecurangan (fraud) akan semakin tinggi.
63
2.3.4 Pengaruh keadilan distributif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Persepsi mengenai keadilan distributif merupakan persepsi mengenai kesesuaian gaji atau kompensasi lain yang diterima oleh pegawai dibandingkan dengan apa yang telah diberikan kepada organisasi. Persepsi mengenai keadilan ini dibandingkan dengan orang lain yang setara. Jika seseorang mempersepsikan bahwa terdapat ketidakadilan mengenai gaji atau kompensasi yang seharusnya didapatkan maka akan mendorong orang tersebut melakukan kecurangan. Akan terjadi tekanan dalam diri nya berkaitan dengan ketidakadilan yang dipersepsikan sehingga mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan kecurangan. 2.3.5 Pengaruh keadilan prosedural terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Keadilan Prosedural berkaitan dengan persepsi seseorang mengenai prosedur dalam pemberian gaji atau kompensasi lainnya kepada pegawai.Menurut Thibaut & Walker (1975) dalam Kadaruddin dkk (2012) keadilan prosedural mengacu pada kesetaraan prosedur. Teori dan penelitian telah menetapkan bahwa prosedur dinilai sebagai adil jika mereka diimplementasikan konsisten, tanpa kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang akurat, dengan kesempatan untuk memperbaiki keputusan itu, dengan kepentingan semua pihak diwakili, dan mengikuti moral dan etika standar. Ketika seseorang mempersepsikan bahwa prosedur pemberian gaji atau kompensasi lainnya dilakukan secara tidak adil, akan timbul tekanan dalam dirinya. Secara perasaan, akan menimbulkan ketidakpuasan bagi pegawai tersebut sehingga akan menyebabkan pegawai
64
tersebut melakukan apa saja karena dirinya merasa tertekan termasuk dengan melakukan kecurangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keadilan prosedural pada suatu instansi dapat meminimalisir terjadinya tindak kecurangan (fraud). 2.3.6 Pengaruh komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Menurut Kurniawan (2011) komitmen organisasi adalah komitmen yang diciptakan oleh semua komponen-komponen individual dalam menjalankan operasional organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam organisasi menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi berarti telah memahami bahwa ketika bekerja, tujuannya adalah kepentingan organisasi bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Kecurangan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan pegawai untuk kepentingan nya sendiri. Dengan demikian, komitmen organisasi mempengaruhi kecenderungan kecurangan yang dilakukan pegawai. Semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi, maka akan menekan terjadinya tindakan kecurangan pada organisasi tersebut. 2.3.7 Pengaruh budaya etis organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Budaya merupakan nilai-nilai yang dianut dalam suatu kelompok atau organisasi. Iklim budaya yang baik akan mencipatakan perilaku yang baik pula kepada setiap orang yang berada dalam lingkungan organisasi tersebut. Jika dalam
65
suatu perusahaan kecurangan merupakan hal yang wajar atau biasa terjadi. Setiap orang dalam perusahaan tersebut akan cenderung melakukan kecurangan karena pagawai tersebut merasionalisasi tindakan tersebut sebagai tindakan yang biasa atau wajar terjadi. Dalam kondisi organisasi pemerintahan yang kebanyakan pegawai nya melakukan kecurangan dan hal tersebut dianggap wajar. Pegawai yang lain juga akan melakukan kecurangan dikarenakan pembenaran akan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar terjadi dalam organisasi tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika dalam suatu instansi telah ditanamkan nilai-nilai bahwa suatu kecurangan merupakan tindakan yang tidak baik dan merugikan banyak pihak, maka pagawai cenderung tidak akan melakukan kecurangan. Penelitian Pristiyanti (2012) menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap kecurangan di sektor pemerintahan. Dengan demikian, semakin baik iklim budaya etis yang dapat diciptakan dalam lingkungan perusahaan akan meminimalisir kecenderungan kecurangan (fraud) yang dilakukan pegawai.
66
2.4 Model Penelitian Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber : Data diolah (2013) Gambar 2.4 Model Penelitian 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan : H1 : Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H2 : Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) . H3 : Asimetri
informasi
kecurangan (fraud).
berpengaruh
positif
terhadap
kecenderungan
67
H4 : Keadilan
distributif
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud) . H5 : Keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) . H6 : Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H7 : Budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
68
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi tentang persepsi pegawai mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan. Kuesioner tersebut disebar langsung kepada pegawai negeri sipil yang bekerja pada subbagian keuangan Dinas Provinsi DIY. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan alat analisis Smart PLS 2.0 . 3.2 Populasi & Sampel Menurut Kuncoro (2003) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada subbagian keuangan Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Arikunto (2011), untuk menentukan besarnya sampel, apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2011), sampel dilakukan jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebesar 128 responden, sehingga memungkinkan menjadikan 68
69
semua populasi sebagai responden. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian populasi. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Dinas
Dinas Pertanian Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Kehutanan dan Perkebunana Dinas Kebudayaan Dinas Pariwisata Dinas Sosial Dinas Kesehatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan energi Sumber Daya Mineral 10. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika 11. Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi , dan Usaha Kecil Menengah 12. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Jumlah Sumber : BKD Provinsi DIY,2011 3.3
Jumlah PNS 15 9 12 7 7 15 15 9 8 10 11 10 128
Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer yang digunakan berupa data subyek (self report data) yang berupa opini dan karakteristik dari responden. Data primer dalam penelitian ini berupa: 1. Karakteristik responden yaitu, jenis kelamin, usia pendidikan terakhir, lama berprofesi sebagai pegawai dinas, dan pangkat/ golongan.
70
2. Opini dan persepsi responden atas penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal, asimetri informasi, keadilan distributif, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi dan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Sumber data adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada sub bagian keuangan Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3.3.2 Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode angket. Metode angket dilakukan dengan menyebar kuesioner yang telah disusun secara terstruktur sesuai dengan judul penelitian, dimana sejumlah pernyataan tertulis disampaikan pada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang bersangkutan. Pertanyaan berkaitan dengan data demografi responden serta opini atau persepsi terhadap penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal, asimetri informasi, keadilan distributif, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi, dan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi dari pegawai negeri sipil yang bekerja pada sub bagian keuangan di Dinas se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan model pertanyaan tertutup, yakni bentuk pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut. Masing-masing kuesioner disertai dengan surat permohonan untuk mengisi kuesioner yang ditujukan pada responden. Surat permohonan tersebut berisi identitas peneliti, maksud penelitian yang dilakukan dan jaminan
71
kerahasiaan data penelitian. Dalam pengukurannya, setiap responden diminta pendapatnya mengenai suatu pernyataan, dengan skala penilaian dari 1 sampai dengan 5. Skala Pengukuran Persepsi Responden (Skala Likert 1 s.d 5) Sangat tidak setuju 1
2
Sangat setuju 3
4
5
Dalam penelitian ini, untuk memudahkan responden dalam menjawab kuesioner, maka skala penilaiannya sebagai berikut: Skala 1 : Sangat Tidak Setuju Skala 2 : Tidak Setuju Skala 3 : Netral Skala 4: Setuju Skala 5: Sangat Setuju 3.3.3 Uji Instrumen (Pilot Study) Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner adaptasi dan
kuesioner yang dibangun sendiri. Kuesioner yang dibangun sendiri perlu diuji kevalidan dan reliabilitasnya terlebih dahulu melalui uji pilot (pilot study). Uji pilot dilakukan untuk menguji kelayakan kuesioner yang telah dirancang dalam kondisi sebenarnya, yaitu sesuai dengan kondisi di lapangan. Fungsi dari uji pilot antara lain untuk menguji kelayakan kerangka sampel, melihat kemungkinan variasi parameter di dalam populasi yang akan disurvei, melihat kemungkinan tingkat non-respon, dan kelayakan redaksional dari setiap pertanyaan di kuesioner dapat dideteksi kelemahan-kelemahannya sehingga dapat dikoreksi sebelum
72
kuesioner disebar pada sampel yang sebenarnya (Mulia dkk, 2008). Menurut Jogiyanto dalam Pristiyanti (2012), dalam uji pilot, sampel dibuat sekitar 10-30 responden. Di uji pilot, responden tidak harus merupakan bagian dari populasi targetnya, tetapi dapat berupa individu-individal yang dipilih yang memahami tentang isu yang diteliti. Sama halnya dengan pendapat Mulia dkk (2008), Idealnya kuesioner diuji pada beberapa responden (sub sampel dari jumlah sampel yang telah terpilih) yang termasuk dalam survei tersebut atau paling tidak yang juga mempunyai karakteristik yang sama dengan responden sampel penelitian). Sasaran uji pilot terdiri dari dua, pertama untuk meyakinkan bahwa item-item kuesioner telah mencukupi, benar dan dapat dipahami dan untuk mengetahui kevalidan dari item pertanyaan. Kedua, untuk penilaian reliabilitas awal dari skala-skala suatu instrumen. Obyek dari uji pilot pada penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada sub bagian keuangan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam uji pilot, dilakukan penilaian outer model atau measurement model untuk memastikan apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah valid dan reliabel. Untuk menilai outer model dapat dilakukan dengan melihat convergent validity, composite reliability dan discriminant validity. Suatu pengukuran konstruk dalam instrumen dikatakan valid jika nilai loading factor nya lebih dari 0,50. Nilai loading factor untuk masing-masing indikator dalam konstruk penelitian dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan output PLS tersebut, dapat diketahui nilai loading factor untuk indikator konstruk penegakan peraturan PP1 sampai PP5 masing-masing 0,934; 0.909; 0,882; 0,790
73
;0,903, nilai loading factor untuk indikator kostruk keefektifan pengendalian internal KPI1 sampai KPI5 masing-masing 0,825; 0,911; 0,913; 0,848; 0,880, nilai loading factor untuk indikator konstruk asimetri informasi AI1 sampai AI6 masing-masing 0,701; 0,698; 0,670; 0,841; 0,810; 0,838, nilai loading factor untuk indikator konstruk keadilan distributif KD1 sampai KD4 masing-masing 0,848; 0,836; 0,892; 0,735, nilai loading factor untuk indikator konstruk keadilan prosedural KP1 sampai KP7 masing-masing 0,697; 0,837; 0,957; 0,974; 0,913; 0,866; 0,953, nilai loading factor untuk indikator konstruk komitmen organisasi KO1 sampai KO8 masing-masing 0,828; 0,807; 866; 0,795; 0,802; 0,714; 0,791; 0,802, nilai loading factor untuk indikator konstruk budaya etis organisasi BEO1 sampai BEO5 masing-masing 0,840; 0,613; 0,689; 0,717; 0,666 .Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor memiliki nilai di atas 0,50 sehingga setiap item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur konstruk sudah valid. Untuk mengetahui reliabilitas pengukuran konstruk dalam penelitian ini dengan melihat nilai composite reliability dan nilai cornbarch alpha. Pengukuran konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cornbarch alpha nya lebih dari 0,70.
74
Tabel 3.2 Composite Reliability dan Cornbarch Alpha
AI BEO KD KK KO KP KPI PP
Composite Reliability 0,892319 0,833664 0,918232 0,957932 0,935078 0,963599
Cronbachs Alpha 0,861866 0,754686 0,888050 0,949964 0,920825 0,957421
0,947691
0,93558
Sumber : Output PLS, 2013 Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran konstruk dalam penelitian ini sudah reliabel. Untuk menilai discriminant validity konstruk penelitian adalah dengan melihat nilai cross loading untuk masing-masing kostruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya (Ghozali , 2008: 41). Berdasarkan lampiran 3 dapat diketahui bahwa korelasi masing-masing konstruk dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator tersebut dengan konstruk lainnya. Cara lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan nilai square root average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dengan model. Jika nilai akar AVE lebih besar dari korelasi setiap konstruk dengan konstruk lainnya, maka dapat disimpulkan model memiliki discriminant validity yag baik.
75
Selain itu, model juga dapat dikatakan memiliki discriminant validity yang baik apabila nilai AVE lebih dari 0,50. Tabel 3.3 AVE dan akar AVE AVE
Akar AVE
AI
0,582137
0,762
BEO
0,503465
0,709
KD
0,738947
0,854
KK
0,717993
0,842
KO
0,643472
0,801
KP
0,792565
0,889
KPI PP 0,784241 Sumber : Output PLS, 2013
0,883
Tabel 3.4 Latent Variable Correlations AI AI
BEO
KD
KK
KO
KP
KPI
PP
1,000000
BEO 0,140286 1,000000 KD
-0,146479 0,146612 1,000000
KK
0,413670 0,426425 -0,391195 1,000000
KO
-0,448070 -0,244574 0,356352 -0,848765 1,000000
KP
-0,277694 -0,042417 -0,078729 -0,285679 0,447963 1,000000
KPI 0,422771 0,573007 -0,258766 0,808363 -0,719329 -0,078898 1,000000 PP 0,300830 0,629463 -0,341467 0,354665 -0,109607 -0,024199 0,344093 1,0000 Sumber : Output PLS,2013 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai akar AVE lebih besar daripada korelasi konstruk dengan konstruk yang lain, dan nilai masingmasing AVE lebih dari 0,50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model memiliki nilai discriminant validity yang baik.
76
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel yaitu variabel dependen (variabel endogen) dan variabel independen (variabel eksogen). Variabel dependen (variabel endogen) dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai kecenderungan kecurangan akuntansi pada sektor pemerintahan. Sementara variabel independen (variabel eksogen) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan dilihat dari teori fraud triangle. Opportunity (kesempatan) diproksikan dengan variabel penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal, dan asimetri informasi. Pressure diproksikan dengan keadilan distributif dan keadilan prosedural, dan rationalization diproksikan dengan komitmen organisasi dan budaya etis organisasi. 3.4.1 Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Dalam
penelitian
ini
yang
menjadi
variabel
dependen
adalah
kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Federal Bureau of Investigation (FBI) dalam Jatiningtyas (2011) mendefinisikan fraud sebagai tindakan-tindakan illegal yang ditandai dengan penipuan, penyembunyian, atau pelanggaran kepercayaan. Pengukuran variabel ini memiliki 9 item pertanyaan yang dikembangkan dari jenis-jenis kecurangan menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) dalam Rudianto (2012), yang terdiri dari kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset dan korupsi. Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 sangat tidak setuju sampai 5 sangat setuju semakin tinggi nilai yang ditunjukan maka semakin tinggi frekuensi kecurangan yang terjadi .
77
3.4.2 Penegakan Peraturan Keuangan daerah menurut PP No. 58 tahun 2005 adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Untuk itu setiap instansi yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi peraturan daerah yang disusun berdasarkan visi dan misi daerah tersebut. Instrumen yang digunakan untuk mengukur penegakan terdiri dari empat item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian Zulkarnain (2013). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5. Variabel ini diukur dengan indikator : 1. Ketaatan terhadap hukum 2. Proses Penegakan Hukum 3. Peraturan Organisasi 4. Disiplin Kerja 5. Tanggung jawab 3.4.3 Keefektifan Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2001) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal terdiri dari lima item pertanyaan yang dikembangkan dari PP nomor 60 tahun
78
2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin rendah nilai yang ditunjukan maka pengendalian internal semakin tidak efektif .Variabel ini diukur dengan indikator : 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan pengendalian intern 3.4.4 Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi (Wilopo,2006). Instrumen yang digunakan untuk mengukur asimetri informasi terdiri dari enam item pertanyaan yang dikembangkan oleh Dunk (1993) dalam Wilopo (2006). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5, semakin tinggi nilai yang ditunjukan maka semakin tinggi asimetri informasi berkaitan dengan entitas tersebut .Variabel ini diukur dengan indikator : 1. Situasi di mana pihak intern instansi memiliki informasi yang lebih baik atas
aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar
instansi. 2. Situasi di mana pihak intern instansi lebih mengenal hubungan inputoutput dalam bagian yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar instansi.
79
3. Situasi di mana pihak intern instansi lebih mengetahui potensi kinerja yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar instansi. 4. Situasi di mana pihak intern instansi lebih mengenal teknis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar instansi. 5. Situasi di mana pihak intern instansi lebih mengetahui pengaruh faktor eksternal dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar instansi. 6. Situasi di mana pihak intern instansi lebih mengerti apa yang dapat dicapai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar instansi. 3.4.5 Keadilan Distributif Keadilan distributif merupakan keadilan yang dipersepsikan mengenai bagaimana penghargaan dan sumberdaya didistribusikan di seluruh organisasi ( Ivancevich et al 2006: 161). Penghargaan dan sumberdaya tersebut diproksikan dengan gaji atau kompensasi lain yang seharusnya diterima oleh pegawai. Pengukuran variabel ini menggunakan 4 item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian Colquitt (2001) dalam Pristiyanti (2012) .Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Semakin tinggi nilai yang ditunjukan maka persepsi tentang keadilan distributif semakin tinggi. Indikator yang digunakan yaitu : 1. Kompensasi menggambarkan usahan yang dilakukan 2. Kompensasi perusahaan
menggambarkan
apa
yang
diberikan
kepada
80
3. Kompensasi sesuai dengan kinerja 3.4.6 Keadilan Prosedural Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh karyawan mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses dan prosedur organisasi yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya ( Ivancevich et al 2006). Prosedur yang dimaksud adalah prosedur mengenai proses pengambilan keputusan berkaitan dengan gaji atau kompensasi lain yang akan diterima oleh pegawai. Pengukuran menggunakan 7 item-item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian Colquitt (2001) dalam Pristiyanti (2012). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Semakin tinggi nilai yang ditunjukan maka persepsi tentang keadilan prosedural semakin tinggi. Indikatornya adalah : 1. Prosedur kompensasi mengekspresikan pandangan dan perasaan 2. Penetapan prosedur kompensasi melibatkan karyawan / prosedur kompensasi diaplikasikan secara konsisten 3. Prosedur kompensasi tidak mengandung kepentingan tertentu 4. Prosedur kompensasi didasarkan pada informasi yang akurat 5. Prosedur kompensasi memungkinkan pemberian masukan dan koreksi 6. Prosedur kompensasi sesuai dengan etika dan moral 3.4.7 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menunjukkan penerimaan seseorang terhadap nilainilai serta tujuan organisasi. Sikap yang diambil oleh peagawai berkaitan dengan
81
pencapaian tujuan perusahaan menunjukkan seberapa besar komitmen pegawai tersebut
terhadap
organisasi
tempatnya
bekerja.
Pengukuran
dilakukan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Luthans (2006) dalam Pristiyanti (2012) berupa 8 item pertanyaan. Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Nilai yang ditunjukan semakin tinggi maka semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi. Variabel ini diukur dengan indikator : 1. Bekerja melalui target 2. Membanggakan organisasi kepada orang lain 3. Menerima semua tugas 4. Kesamaan nilai 5. Bangga menjadi bagian dari organisasi 6. Organisasi merupakan inspirasi 7. Gembira memilih bekerja pada organisasi 8. Peduli pada nasib organisasi 3.4.8 Budaya Etis Organisasi Menurut Pristiyanti (2012) budaya etis organisasi adalah persepsi karyawan mengenai suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu panutan bagi semua anggota organisasi. Tingkah laku disini merupakan seluruh tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan dapat diterima secara hukum. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Robins (2008) berupa 5 item pertanyaan. Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Nilai yang ditunjukan semakin tinggi maka
82
budaya etis organisasi semakin tinggi. Pengukuran variabel menggunakan indikator : 1. Model peran yang visible 2. Komunikasi harapan-harapan etis 3. Pelatihan etis 4. Hukuman bagi tindakan etis 5. Mekanisme perlindungan etika 3.5 Metode Analisis Data Menurut Pratama (2010) , Analisa data adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. 3.5.1 Statistik Deskriptif Metode analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif sederhana. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu penegakan peraturan, keefektifan pengendalian internal,asimetri informasi, keadilan distributif, keadilan prosedural, komitmen organisasi, budaya etis organisasi, dan kecenderungan kecurangan akuntansi. 3.5.1.1 Kategori Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi. 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 9 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal) = 45 Skor nilai minimal adalah 9 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 9
83
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
,
maka
P=
Banyak kelas
(45-9)+1
= 7,4
5
Maka panjang kelas interval variabel kecenderungan kecurangan (fraud) adalah 7,4. Tabel 3.5 Kategori variabel kecenderungan kecurangan (fraud) No Interval 1. 7,6 -15,09 2. 15,1 - 22,59 3. 22,6 – 30,09 4. 30,1 - 37,59 5. 37,6 – 45 Sumber : Data diolah , 2012
Kategori Sangat jarang terjadi Jarang terjadi Kadang-kadang terjadi Sering terjadi Sangat sering terjadi
3.5.1.2 Kategori Variabel Penegakan Peraturan 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 5 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal) = 25 Skor nilai minimal adalah 5 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 5
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
Banyak kelas
,
maka
P=
(25-5)+1
5
= 4,2
84
Maka panjang kelas interval variabel kepatuhan terhadap peraturan daerah adalah 4,2. Tabel 3.6 Kategori variabel penegakan peraturan No Interval 1. 3,6 - 7,89 2. 7,9 - 12,19 3. 12,2 - 16,49 4. 16,5 - 20,79 5. 20,8 – 25 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
3.5.1.3 Kategori Variabel Keefektifan Pengendalian Internal 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 5 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 25
Skor nilai minimal adalah 5 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 5
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
Banyak kelas
,
maka
P=
(25-5)+1
= 4,2.
5
Maka panjang kelas interval variabel keefektifan pengendalian internal adalah 4,2.
85
Tabel 3.7 Kategori variabel keefektifan pengendalian internal No Interval 1. 3,6 - 7,89 2. 7,9 - 12,19 3. 12,2 - 16,49 4. 16,5 - 20,79 5. 20,8 – 25 Sumber : data diolah, 2012
Kategori Sangat tidak efektif Tidak efektif Cukup efektif Efektif Sangat efektif
3.5.1.4 Kategori Variabel Asimetri Informasi 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 6 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 30
Skor nilai minimal adalah 6 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 6
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
,
maka
Banyak kelas
P=
(30-6)+1
=5
5
Maka panjang kelas interval variabel asimetri informasi adalah 5 Tabel 3.8 Kategori variabel Asimetri informasi No Interval 1. 6-10,99 2. 11-15,99 3. 16-20,99 4. 21-25,99 5. 26-30 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Asimetri Sangat Rendah Asimetri Rendah Cukup Asimetri Asimetri Tinggi Asimetri Sangat Tinggi
86
3.5.1.5 Kategori Tingkat Keadilan Distributif 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 4 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 20
Skor nilai minimal adalah 4 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 4
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
,
maka
Banyak kelas
P=
(20-4)+1
= 3,4
5
Maka panjang kelas interval variabel keadilan distributif adalah 3,4 Tabel 3.9 Kategori variabel keadilan distributif No Interval 1. 4,6 – 8,09 2. 8,1 - 11,59 3. 11,6 – 14,09 4. 14,1 - 16,59 5. 16,6 – 20 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Sangat tidak adil Tidak adil Cukup adil Adil Sangat Adil
3.5.1.6 Kategori Tingkat Keadilan Prosedural 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 7 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 35
Skor nilai minimal adalah 7 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 7
87
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
,
maka
P=
Banyak kelas
(35-7)+1
= 5,8
5
Maka panjang kelas interval variabel kepatuhan terhadap peraturan daerah adalah 5,8. Tabel 3.10 Kategori variabel keadilan prosedural No Interval 1. 5,6 - 11,49 2. 11,5 - 17,39 3. 17,4 - 23,29 4. 23,3 - 29,19 5. 29,2 – 35 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Sangat tidak adil Tidak adil Cukup adil Adil Sangat Adil
3.5.1.7 Kategori Variabel Komitmen Organisasi 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 8 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 40
Skor nilai minimal adalah 8 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 8
4. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 5. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
Banyak kelas
,
maka
P=
(40-8)+1
5
= 6,6
88
Maka panjang kelas interval variabel kepatuhan terhadap peraturan daerah adalah 6,6 Tabel 3.11 Kategori variabel komitmen organisasi No Interval 1. 6,6 - 13,29 2. 13,3 - 19,99 3. 20 - 26,69 4. 26,7 - 33,39 5. 33,4 – 40 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Komitmen sangat rendah Komitmen rendah Cukup berkomitmen Komitmen tinggi Komitmen sangat tinggi
3.5.1.8 Kategori Variabel Budaya Etis Organisasi 1. Rentang : Skor nilai maksimal adalah 5 (jumlah soal) x 5 (skor maksimal)
= 25
Skor nilai minimal adalah 5 (jumlah soal) x 1 (skor minimal)
= 5
2. Banyaknya kelas : Sesuai dengan jumlah skala likert dalam penelitian ini, maka banyaknya kelas yang diinginkan adalah 5. 3. Panjangnya kelas interval : P=
rentang kelas + 1
Banyak kelas
,
maka
P=
(25-5)+1
= 4,2
5
Maka panjang kelas interval variabel kepatuhan terhadap peraturan daerah adalah 4,2.
89
Tabel 3.12 Kategori variabel budaya etis organisasi No Interval 1. 3,6 - 7,89 2. 7,9 - 12,19 3. 12,2 - 16,49 4. 16,5 - 20,79 5. 20,8 – 25 Sumber : data diolah , 2012
Kategori Sangat tidak etis Tidak etis Cukup etis Etis Sangat Etis
3.5.2 Statistik Inferensial Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). SEM adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk laten dan
indikatornya,
konstruk laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM merupakan keluarga statistik multivariate dependent, SEM memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependen dan independen secara langsung (Hait et al, 1995) dikutip dalam Pristiyani (2012). Selanjutnya menurut Pristiyanti (2012) keunggulan SEM antara lain SEM memiliki kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara konstruk laten (unobserved) dan variabel manifest (variabel indikator), SEM juga memiliki kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship yang dibentuk dalam model struktural. SEM yang berbasis component atau variance merupakan alternatif covariance dengan pendekatan component based dengan PLS yang bertujuan sebagai prediksi. Menurut Wold (1985) dalam Ghozali (2008) Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan
90
banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala kategori ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang sama), sample tidak harus besar. Walaupun PLS dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Oleh karena lebih menitikberatkan data dan dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka mispesifikasi model tidak begitu berpengaruh terhadap estimasi parameter. Selain itu, tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antar indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen (keduanya variabel laten dan indikator) diminumkan. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungakan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading). Ketiga adalah berkaitan dengan mean dan lokasi parameter (nilai konstan regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap
91
ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta). Dalam analisis dengan menggunakan PLS ada 2 hal yang dilakukan yaitu: 1.
Menilai outer model atau measurement model
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/componen score yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2008) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Ghozali, 2008). Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite
92
reliability. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Imam Ghozali, 2008). Composite reability yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan cronbach’s alpha (Ghozali, 2008). 2.
Menilai Inner Model atau Structural Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2008). Hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 7 akan diuji menggunakan alat analisis smartPLS2.0 dengan melihat nilai inner weight di dalam path coefficient yang dihasilkan dari model. Pengambilan keputusan atas penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai t-statistic dan nilai ttabel, jika t-statistic lebih kecil dari nilai t-tabel, maka H0 diterima, jika nilai tstatistic lebih besar dari nilai t-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Nilai ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,983 untuk probabilitas 5% (0,05).
93
Tabel 3.13 Ilustrasi Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient Original Variabel Sample PP → KK x KPI → KK x AI → KK x KD → KK x KP → KK x KO → KK x BEO → KK x Sumber: Output PLS, 2013
T-Statistic y y y y y y y
Keputusan H1 ditolak/diterima H2 ditolak/diterima H3 ditolak/diterima H4 ditolak/diterima H5 ditolak/diterima H6 ditolak/diterima H7 ditolak/diterima
Tabel 3.14 Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Original Sample T-Statistic x (negatif) y < 1,983 x (negatif) y > 1,983 x (positif) y < 1,983 x (positif) y > 1,983 Sumber : Output PLS, 2013
Keputusan Hipotesis ditolak Hipotesis diterima Hipotesis ditolak Hipotesis diterima
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah seluruh Dinas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kecuali Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dikarenakan dinas tersebut dijadikan obyek dari pilot study atau pre-test. Responden pada penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang bekerja pada subbagian keuangan dinas tersebut. Data dikumpulkan dengan metode angket yang disebarkan ke dinas-dinas yang menjadi obyek penelitian yang berjumlah 12 dinas pada bulan Maret-April 2013. Pengembalian kuesioner dibatasi dengan jangka waktu 2 minggu (14 hari). Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 128 kuesioner, sedangkan kuesioner yang kembali hanya sebanyak 118 kuesioner sementara kuesioner yang memenuhi syarat sebanyak 111 kuesioner atau sebanyak 86,7 %. Hasil pengumpulan angket atau kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian kuesioner Keterangan Kuesioner yang disebar Kuesioner yang tidak kembali Kuesioner yang kembali Kuesioner yang tidak memenuhi syarat Kuesioner yang memenuhi syarat Sumber : Data diolah , 2013
Jumlah 128 10 118 7 111
94
Presentase 100% 7,8% 92,1% 5,5 % 86,7%
95
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 128 kuesioner (100%). Sementara kuesioner yang tidak kembali sebesar 10 kuesioner (7,8%) dan kuesioner yang kembali sebanyak 118 kuesioner (92,1%). Kuesioner yang tidak memenuhi syarat atau kurang lengkap sebanyak 7 kuesioner (5,5%) sehingga kuesioner yang dapat diolah karena memenuhi syarat sebanyak 111 kuesioner (86,7%). 4.1.2 Deskripsi Responden Berikut ini merupakan data demografi responden yang terdiri dari data mengenai umur, masa kerja, jabatan,dan pendidikan terakhir yang diperoleh dari kuesioner penelitian: Tabel 4.2 Demografi Responden Keterangan 1. Umur responden a. 21-30 tahun b. 31-40 tahun c. 41-50 tahun d. > 50 tahun
2. Jabatan : a. Kasubbag b. Staf Pengelola keuangan
3. Masa kerja a. 1-10 tahun b. 11-20 tahun c. 21-30 tahun d. > 31 tahun
4. Pendidikan terakhir a. SLTP/sederajat
Total
Presentase
2 12 47 50
1,80% 10,81% 42,34% 45,05%
111
100%
17 94
15,32% 84,68%
111
100%
11 17 73 10
9,91% 15,31% 65,77% 9,01%
111
100%
2
1,80%
96
b. c. d. e. f.
SLTA/sederajat D2 D3 S1 S2
60 1 9 32 7
54,05% 0,90% 8,10% 28,83% 6,31%
111
100%
Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan tabel demografi responden di atas dapat diketahui bahwa ratarata pegawai negeri sipil yang bekerja di subbagian keuangan yang menjadi responden dalam penelitian ini didominasi oleh kategori pertengahan baik dari segi umur, jabatan, masa kerja, pendidikan terakhir, maupun pangkat/ golongan ruang. Dari segi umur, responden terbanyak merupakan responden yang berumur 50 tahun ke atas atau sebesar 45,53% dari total responden, Dari segi masa kerja, responden terbanyak memiliki masa kerja 21-30 tahun sebanyak 74 responden atau sebesar 66,07% dari total responden. Untuk itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden dapat dikatakan memiliki pengalaman yang cukup berkaitan dengan fraud yang mungkin terjadi pada entitas tempat responden bekerja. Dari segi pendidikan terakhir terdiri dari 6 kategori
antara lain
SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, DII, DII, S1 dan S2. Responden terbanyak merupakan responden dengan lulusan terakhir dari SLTA/sederajat sebanyak 61 responden atau sebesar 64,47% dari total responden. Sementara dari segi jabatan terdiri dari 2 kategori yaitu kategori kepala subbagian dan staf pengelola keuangan. Responden terbanyak merupakan kategori staf pengelola keuangan yaitu sebesar 95 responden atau sebesar 84,82% dari total responden. Dengan
97
demikian, pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang merupakan pegawai negeri sipil yang bekerja pada subbagian keuangan merupakan staff pengelola keuangan lulusan SLTA/ sederajat. 4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian Deskripsi variabel penelitian merupakan deskripsi mengenai nilai masingmasing variabel yang dilihat dari nilai minimum, maximum, mean, modus, total, serta standar deviasi. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan deskripsi masing-masing variabel penelitian. 4.1.3.1 Deskripsi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel kecenderungan kecurangan (fraud). 4.3 Deskripsi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
N Minimum Maximum Mean Modus Sum 9 39 17,189 18 1908 KK 111 1 4 2,018 2 224 KK1 111 1 4 2,036 2 226 KK2 111 1 5 2,063 2 229 KK3 111 1 5 2,009 2 223 KK4 111 1 4 1,811 2 201 KK5 111 1 4 1,793 2 199 KK6 111 1 5 1,937 2 215 KK7 111 1 5 1,865 2 207 KK8 111 1 5 1,658 1 184 KK9 111 Sumber : Data diolah, 2013
Std. Deviation 6,418 0,963 0,830 0,856 0,968 0,804 0,662 0,823 0,769 0,847
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel kecenderungan kecurangan (fraud) adalah sebesar 17,189 dan dengan standar
98
deviasi 6,418. Berdasarkan nilai tersebut, kecenderungan kecurangan (fraud) pada penelitian ini termasuk dalam kategori jarang terjadi. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) No
Interval
Frek
7,6 -15,09 46 15,1 - 22,59 45 22,6 – 30,09 17 30,1 - 37,59 2 37,6 – 45 1 Jumlah 111 Sumber : Data diolah, 2013 1 2 3 4 5
%
Kategori
41,44% 40,54% 15,32% 1,80% 0,90% 100%
Sangat jarang terjadi Jarang terjadi Kadang-kadang terjadi Sering terjadi Sangat sering terjadi
Frek. % Komulatif Komulatif 108
97,30%
3
2,70%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa jawaban paling banyak menunjukkan bahwa kecurangan sangat jarang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kecurangan (fraud) pada instansi yang menjadi obyek penelitian jarang terjadi akan tetapi ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa kecenderungan kecurangan masih sering terjadi, oleh karena itu diperlukan pengantisipasian agar tidak terjadi kecurangan (fraud) walaupun tidak signifikan.
99
4.1.3.2 Deskripsi Variabel Penegakan Peraturan Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel penegakan peraturan. Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Penegakan Peraturan
N Minimum Maximum Mean Modus 5 25 20,432 22 PP 111 1 5 4,216 4 PP1 111 1 5 3,919 4 PP2 111 1 5 4,153 4 PP3 111 1 5 4,054 4 PP4 111 1 5 4,090 4 PP5 111 Sumber : Data diolah, 2013
Std. Deviation 4,124 0,938 0,896 0,926 0,999 0,890
Sum 2268 468 435 461 450 454
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel penegakan peraturan adalah sebesar 20,432 dan dengan standar deviasi 4,124. Berdasarkan nilai tersebut, variabel penegakan peraturan pada penelitian termasuk dalam kategori tegak. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel penegakan peraturan. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Penegakan Peraturan No
Interval
Frek
%
Kategori
1
3,6 - 7,89
4
3,60%
Sangat Rendah
2
7,9 - 12,19
4
3,60%
Rendah
3
12,2 - 16,49
2
1,80%
Cukup
4
16,5 - 20,79
35
31,53%
Tinggi
5
20,8 – 25
66 59,46% Jumlah 111 100% Sumber : Data diolah, 2013
Sangat Tinggi
Frek. % Komulatif Komulatif 10
9,01%
101
90,99%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa jawaban terbanyak menunjukkan bahwa penegakan peraturan sangat tinggi. Dengan demikian
100
penegakan peraturan pada instansi yang menjadi obyek penelitian sudah tegak, namun ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa penegakan peraturan pada instansi tempat responden bekerja masih kurang tegak sehingga masih diperlukan peningkatan penegakan peraturan pada instansi tersebut. 4.1.3.3 Deskripsi Variabel Keefektifan Pengendalian Internal Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel keefektifan pengendalian internal. Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Keefektifan Pengendalian Internal
N Minimum Maximum Mean Modus 6 25 20,081 24 KPI 111 1 5 4,072 4 KPI1 111 1 5 4,018 4 KPI2 111 1 5 4,036 4 KPI3 111 1 5 3,991 4 KPI4 111 1 5 3,964 4 KPI5 111 Sumber : Data diolah, 2013
Sum 2229 452 446 448 443 440
Std. Deviation 3,773 0,794 0,874 0,863 0,929 0,830
Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel keefektifan pengendalian internal adalah sebesar 20,081 dan dengan standar deviasi 3,773. Berdasarkan nilai tersebut, variabel keefektifan pengendalian internal pada penelitian termasuk dalam kategori efektif. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel keefektifan pengendalian internal.
101
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Variabel Kefektifan Pengendalian Internal Frek. % No Interval Frek % Kategori Komulatif Komulatif 3,6 - 7,89 1 1,80% Sangat tidak efektif 2 7,9 - 12,19 Tidak efektif 2 3,60% 12 10,81% 4 Cukup efektif 3 12,2 - 16,49 5,41% 6 Efektif 4 16,5 - 20,79 39,64% 44 99 89,19% 20,8 – 25 Sangat efektif 5 49,55% 55 Jumlah 111 100% 111 100% Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa jawaban terbanyak menunjukkan bahwa pengendalian internal pada instansi sangat efektif. Dengan demikian keefektifan pengendalian internal pada instansi yang menjadi obyek penelitian sudah efektif, namun ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwan keefektifan pengendalian internal pada instansi tempat responden bekerja masih kurang efektif sehingga masih diperlukan peningkatan keefektifan pengendalian internal pada instansi tersebut. 4.1.3.4 Deskripsi Variabel Asimetri Informasi Berikut merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel asimetri informasi. 4.9 Deskripsi Variabel Asimetri Informasi
N Minimum Maximum Mean Modus Sum 6 29 12,730 7 1.413 AI 111 1 5 2,090 2 232 AI1 111 1 5 2,126 2 236 AI2 111 1 5 2,009 2 223 AI3 111 1 5 2,189 2 243 AI4 111 1 5 2,126 2 236 AI5 111 1 5 2,189 2 243 AI6 111 Sumber : Data diolah,2013
Std. Deviation 4,598 0,804 0,843 0,889 0,977 0,926 0,910
102
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel asimetri informasi adalah sebesar 12,730 dan dengan standar deviasi 4,598. Berdasarkan nilai tersebut, variabel asimetri informasi pada penelitian termasuk dalam kategori asimetri rendah. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel asimetri informasi. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Variabel Asimteri Informasi No
Interval
Frek
%
1
6-10,99
42
2
11-15,99
42
37,84% Asimetri Sangat Rendah Asimetri Rendah 37,84%
3
16-20,99
23
20,72%
Cukup Asimetri
4
21-25,99
2
1,80%
Asimetri Tinggi
5
26-30
1,80% 2 Jumlah 111 100% Sumber : Data diolah, 2013
Kategori
Asimetri Sangat Tinggi
Frek. % Komulatif Komulatif 107
96,40%
4
3,60%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.10 di atas jawaban terbanyak menunjukkan bahwa asimetri rendah. Dengan demikian asimetri informasi pada instansi yang menjadi obyek penelitian rendah, namun ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa asimetri informasi pada instansi tempat responden bekerja masih tinggi sehingga masih diperlukan peningkatan transparansi mengenai informasi sehingga tidak menimbulkan asimetri informasi. 4.1.3.5 Deskripsi Variabel Keadilan Distributif Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel keadilan distributif.
103
Tabel 4.11 Deskripsi Variabel Keadilan Distributif
N Minimum Maximum Mean Modus Sum 5 20 15,261 16 1694 KD 111 1 5 3,811 4 423 KD1 111 1 5 3,811 4 423 KD2 111 1 5 3,784 4 420 KD3 111 1 5 3,856 4 428 KD4 111 Sumber : Data diolah, 2013
Std. Deviation 3,221 0,889 0,900 0,888 0,913
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel keadilan distributif adalah sebesar 15,261 dan dengan standar deviasi 3,221. Berdasarkan nilai tersebut, variabel keadilan distributif pada penelitian termasuk dalam kategori adil. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel keadilan distributif. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Variabel Keadilan Distributif No
Interval
Frek
4,6 – 8,09 4 8,1 - 11,59 11 11,6 – 14,09 21 14,1 - 16,59 44 16,6 – 20 31 Jumlah 111 Sumber : Data diolah, 2013 1 2 3 4 5
%
Kategori
3,60% 9,91% 18,92% 39,64% 27,93% 100%
Sangat tidak adil Tidak adil Cukup adil Adil Sangat Adil
Frek. % Komulatif Komulatif 36
32,43%
75
67,57%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.12 di atas jawaban terbanyak menunjukkan bahwa keadilan distributif sudah adil. Dengan demikian keadilan distributif pada instansi yang menjadi obyek penelitian sudah cukup adil, namun ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa keadilan distributif pada instansi tempat responden
104
bekerja masih kurang adil sehingga masih diperlukan peningkatan keadilan distributif pada instansi tersebut. 4.1.3.6 Deskripsi Variabel Keadilan Prosedural Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel keadilan prosedural Tabel 4.13 Deskripsi Variabel Keadilan Prosedural N Minimum Maximum Mean Modus Sum 8 35 27,468 27 3049 KP 111 1 5 3,874 4 430 KP1 111 1 5 3,946 4 438 KP2 111 1 5 3,964 4 440 KP3 111 1 5 4,018 4 446 KP4 111 1 5 4,054 4 450 KP5 111 1 5 3,712 4 412 KP6 111 1 5 3,901 4 433 KP7 111 Sumber : Data diolah , 2013
Std. Deviation 5,113 0,885 0,862 0,863 0,809 0,784 0,878 0,831
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel keadilan prosedural adalah sebesar 27,468 dan dengan standar deviasi 5,113. Berdasarkan nilai tersebut, variabel keadilan prosedural pada penelitian termasuk dalam kategori adil. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel keadilan prosedural.
105
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Variabel Keadilan Prosedural No
Interval
Frek
5,6 - 11,49 2 11,5 - 17,39 4 17,4 - 23,29 15 23,3 - 29,19 49 29,2 – 35 41 Jumlah 111 Sumber : Data diolah, 2013 1 2 3 4 5
%
Kategori
1,80% 3,60% 13,51% 44,14% 36,94% 100%
Sangat tidak adil Tidak adil Cukup adil Adil Sangat Adil
Frek. % Komulatif Komulatif 21
18,92%
90
81,08%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, jawaban terbanyak menunjukkan bahwa keadilan prosedural sudah adil. Dengan demikian keadilan prosedural pada instansi yang menjadi obyek penelitian sudah adil, namun ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa keadilan prosedural pada instansi tempat responden bekerja masih kurang adil sehingga masih diperlukan peningkatan keadilan prosedural pada instansi tersebut.
106
4.1.3.7 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel komitmen organisasi. Tabel 4.15 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi Minimum
N Maximum Mean Modus Sum 9 40 31,919 32 3543 KO 111 1 5 3,991 4 443 KO1 111 1 5 4,009 4 445 KO2 111 1 5 3,901 4 433 KO3 111 1 5 4,000 4 444 KO4 111 1 5 4,117 4 457 KO5 111 1 5 3,964 4 440 KO6 111 1 5 3,847 4 427 KO7 111 111 1 5 4,090 4 454 KO8 Sumber : Data diolah, 2013
Std. Deviation 6,113 0,919 0,919 0,924 0,820 0,817 0,894 1,072 0,859
Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel komitmen organisasi adalah sebesar 31,919 dan dengan standar deviasi 6,113. Berdasarkan nilai tersebut, maka variabel komitmen organisasi responden termasuk dalam kategori komitmen tinggi. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel komitmen organisasi. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Organisasi No
Interval
Frek
%
6,6 - 13,29 2,70% 3 13,3 - 19,99 3,60% 4 20 - 26,69 5,41% 6 26,7 - 33,39 54 48,65% 33,4 – 40 44 39,64% Jumlah 111 100% Sumber : Data diolah, 2013 1 2 3 4 5
Kategori Komitmen sangat rendah Komitmen rendah Cukup berkomitmen Komitmen tinggi Komitmen sangat tinggi
Frek. % Komulatif Komulatif 13
11,71%
98
88,29%
111
100%
107
Berdasarkan tabel 4.16 jawaban terbanyak menunjukkan bahwa komitmen organisasi tinggi. Akan tetapi ada beberapa responden yang komitmen terhadap organisasi masih kurang sehingga diperlukan peningkatan komitmen organisasi pada pegawai instansi tersebut. 4.1.3.8 Deskripsi Variabel Budaya Etis Organisasi Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif variabel budaya etis organisasi. Tabel 4.17 Deskripsi Variabel Budaya Etis Organisasi
N Minimum Maximum Mean Modus Sum 5 25 19,441 20 2158 BEO 111 1 5 4,027 4 447 BEO1 111 1 5 3,955 4 439 BEO2 111 1 5 3,694 4 410 BEO3 111 1 5 4,036 4 448 BEO4 111 1 5 3,730 4 414 BEO5 111 Sumber : Data diolah, 2013
Std. Deviation 3,495 0,858 0,767 0,902 0,863 0,873
Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa rata-rata untuk variabel budaya etis organisasi adalah sebesar 19,441 dan dengan standar deviasi 3,495. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variabel budaya etis organisasi pada penelitian termasuk dalam kategori etis. Berikut ini merupakan hasil analisis deskriptif untuk variabel budaya etis organisasi.
108
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Etis Organisasi No
Interval
Frek
3,6 - 7,89 2 7,9 - 12,19 4 12,2 - 16,49 6 16,5 - 20,79 65 20,8 – 25 34 Jumlah 111 Sumber : Data diolah, 2013 1 2 3 4 5
%
Kategori
1,80% 3,60% 5,41% 58,56% 30,63% 100%
Sangat tidak etis Tidak etis Cukup etis Etis Sangat Etis
Frek. % Komulatif Komulatif 12
10,81%
99
89,19%
111
100%
Berdasarkan tabel 4.18 di atas jawaban terbanyak menunjukkan bahwa budaya organisasi etis. Dengan demikian budaya etis organisasi responden pada penelitian ini cukup etis. Akan tetapi ada beberapa responden yang mempersepsikan bahwa budaya etis organisasi pada instansi tempat responden bekerja kurang etis sehingga diperlukan peningkatan budaya etis organisasi pada instansi tersebut. 4.2
Uji Outer Model atau Measurement Model Kriteria pengukuran yang digunakan untuk menilai outer model antara lain
adalah converget validity, compostite reliability, dan discriminant validity. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan evaluasi measurement (outer) model yaitu dengan menggunakan convergent vability (besarnya nilai loading factor untuk masing-masing konstruk). Convergent validity dari model pengukuran dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan korelasi antara item score / component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif individual dikatkan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,50. Nilai korelasi dapat dilihat dari nilai original sample estimate pada setiap indikatornya dalam hasil outer loading pada setiap variabel. Konstruk dengan nilai loading factor di
109
atas 0,50 yang dapat digunakan untuk mengukur model penelitian sehingga nilai loading factor kurang dari 0,50 harus di drop atau dihapus agar mampu menghasilkan model yang baik (Pristiyanti, 2012). Berdasarkan hasil pengujian outer loading dapat diketahui bahwa nilai loading factor untuk indikator variabel reflektif memiliki nilai di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator variabel reflektif dalam penelitian ini yang perlu di drop atau dihapus. Untuk variabel formatif, cara untuk menilai outer model yang adalah dengan melihat significance of weights. Nilai weight indikator formatif dengan konstruknya harus signifikan (Suseno, 2011). Nilai weight dikatakan signifikan jika t-statistic pada output outer weight lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1,983. Berdasarkan output outer weight maka dapat disimpulkan bahwa semua nilai tstatistic untuk indikator formatif berada di atas nilai t-tabel yaitu 1,983 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua indiktor untuk konstruk keefektifan pengendalian internal dinyatakan valid untuk mengukur konstruk tersebut. 4.2.1 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Kecenderungan Kecurangan (Fraud) (KK). Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel kecenderungan kecurangan (fraud) tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel kecenderungan kecurangan (fraud) (KK). Nilai loading factor KK1 sebesar 0,827, Nilai loading factor KK2 sebesar 0,811, nilai loading factor KK3 sebesar 0,881, nilai loading factor KK4 sebesar 0,867, nilai loading factor
110
KK5 sebesar 0,897, nilai loading factor KK6 sebesar 0,866, nilai loading factor KK7 sebesar 0,852, nilai loading factor KK8 sebesar 0,852, nilai loading factor KK9 sebesar 0,826. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel kecenderungan kecurangan (fraud) yaitu KK1 sampai KK9 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.2 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Penegakan Peraturan (PP) Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel penegakan peraturan tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel penegakan peraturan (PP). Nilai loading factor PP1 sebesar 0,876, Nilai loading factor PP2 sebesar 0,887, nilai loading factor PP3 sebesar 0,915, nilai loading factor PP4 sebesar 0,864, nilai loading factor PP5 sebesar 0,893. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel penegakan peraturan yaitu PP1 sampai PP5 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.3 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Keefektifan Pengendalian Internal (KPI) Hasil estimasi perhitungan outer weight menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel keefektifan pengendalian internal tersaji pada lampiran 6. Variabel Keefektifan pengendalian internal merupakan variabel formatif sehingga untuk melihat nilai outer model dilakukan dengan melihat nilai t-statistic masing-
111
masing indikator kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel yaitu sebesar 1,983 untuk α 5% (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai t-statistic masing-masing indikator variabel keefektifan pengendalian internal (KPI). Nilai tstatistic KPI1 sebesar 3,465, nilai t-statistic KPI2 sebesar 4,372, nilai t-statistic KPI3 sebesar 3,742, nilai t-statistic KPI4 sebesar 2,575, nilai t-statistic KPI5 sebesar 2,172. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai t-statistic untuk semua indikator variabel keefektifan pengendalian internal yaitu KPI1 sampai KPI5 lebih besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1,983 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.4 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Asimteri Informasi (AI) Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel asimetri informasi tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel asimetri informasi (AI). Nilai loading factor AI1 sebesar 0,829, Nilai loading factor AI2 sebesar 0,768, nilai loading factor AI3 sebesar 0,885, nilai loading factor AI4 sebesar 0,861, nilai loading factor AI5 sebesar 0,908, nilai loading factor AI6 sebesar 0,893. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel asimetri informasi yaitu AI1 sampai AI6 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop.
112
4.2.5 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Keadilan Distributif (KD) Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel keadilan distributif tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel keadilan distributif (KD). Nilai loading factor KD1 sebesar 0,851, Nilai loading factor KD2 sebesar 0,909, nilai loading factor KD3 sebesar 0,924, nilai loading factor KD4 sebesar 0,903. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel keadilan distributif yaitu KD1 sampai KD6 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.6 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Keadilan Prosedural (KP) Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel keadilan prosedural tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel keadlan prosedural (KP). Nilai loading factor KP1 sebesar 0,836, Nilai loading factor KP2 sebesar 0,832, nilai loading factor KP3 sebesar 0,878, nilai loading factor KP4 sebesar 0,884, nilai loading factor KP5 sebesar 0,904, nilai loading factor KP6 sebesar 0,855, nilai loading factor KP7 sebesar 0,866. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel keadilan prosedural (KP) yaitu KP1 sampai KP7 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop.
113
4.2.7 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Komitmen Organisasi Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel komitmen organisasi tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel komitmen organisasi (KO). Nilai loading factor KO1 sebesar 0,826, Nilai loading factor KO2 sebesar 0,824, nilai loading factor KO3 sebesar
0,809, nilai loading factor KO4 sebesar 0,898, nilai loading factor KO5 sebesar 0,861, nilai loading factor KO6 sebesar 0,832, nilai loading factor KO7 sebesar 0,832, nilai loading factor KO8 sebesar 0,894. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai loading factor untuk indikator variabel komitmen organisasi yaitu KO1 sampai KO8 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.8 Uji Outer Model atau Measurement Model Indikator Budaya Etis Organisasi Hasil estimasi perhitungan outer loading menggunakan SmartPLS 2.0 untuk indikator variabel budaya etis organisasi tersaji pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui nilai loading factor masing-masing indikator variabel budaya etis organisasi (BEO). Nilai loading factor BEO1 sebesar 0,715, Nilai loading factor BEO2 sebesar 0,864, nilai loading factor BEO3 sebesar 0,807, nilai loading factor BEO4 sebesar 0,897, nilai loading factor BEO5 sebesar 0,811. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai
114
loading factor untuk indikator variabel budaya etis organisasi yaitu BEO1 sampai BEO5 berada di atas 0,50 sehingga tidak ada indikator yang perlu di drop. 4.2.9 Uji Composite Realibility Realibilitas bisa diartikan sebagai kepercayaan, keterandalan, atau konsistensi. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, artinya mempunyai konsitensi pengukuran yang baik. (Yamin dan Kurniawan, 2009). Untuk mengetahui reliabilitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 kriteria yaitu dengan melihat nilai composite reability dan conbarch alpha. Menurut Gozhali (2008) konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun nilai cronbach alpha di atas 0,70. Berdasarkan hasil pengujian smartPLS 2.0 dapat diketahui bahwa hasil composite reliability untuk variabel penegakan peraturan sebesar 0,948, variabel asimetri informasi sebesar 0,944, variabel keadilan distributif sebesar 0,943, variabel keadilan prosedural sebesar 0,954, variabel komitmen organisasi sebesar 0,953 dan variabel budaya etis organisasi sebesar 0,911. Sementara untuk nilai cornbarch alpha untuk variabel penegakan peraturan sebesar 0,932, variabel asimetri informasi sebesar 0,928, variabel keadilan distributif sebesar 0,919, variabel keadilan prosedural sebesar 0,944, variabel komitmen organisasi sebesar 0,943 dan variabel budaya etis organisasi sebesar 0,878. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua konstruk dalam penelitian ini memiliki nilai composite reliability dan cornbarch alpha di atas 0,70 sehingga semua konstruk dalam penelitian ini reliable.
115
4.2.10 Uji Discriminant Validity Discriminant validity (variabel yang tidak berkorelasi) dari model pengukuran indikator reflektif dinilai berdasarkan nilai cross loading pengukuran dengan konstruk. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan melihat nilai average variance extracted (AVE) setiap konstruk. Model memiliki discriminant validity yang baik jika nilai average variance extracted (AVE) lebih besar dari 0,50 (Suseno,2011). Discriminant validity indikator reflektif dapat dilihat pada cross loading antara indikator dengan konstruknya. Berdasarkan output smartPLS 2.0 dapat diketahui bahwa korelasi masing-masing konstruk dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator tersebut dengan konstruk lainnya. Dengan demikian, konstruk laten dapat memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator lainnya. Metode lain untuk mengukur nilai discriminant validity adalah dengan melihat nilai average variance extracted (AVE) masing-masing konstruk. Jika nilai average variance extracted (AVE) setiap kostruk lebih besar dari 0,50 maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian memiliki discriminant validity yang cukup. Berdasarkan output PLS, dapat diketahui bahwa semua nilai average variance extracted (AVE) untuk masing-masing konstruk adalah lebih dari 0,50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian memiliki discriminant validity yang baik.
116
4.3 Uji inner model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakann R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi koefisien parameter jalur struktural. Berdasarkan tabel R-square dapat
diketahui
bahwa
nilai R-square
kecenderungan kecurangan (fraud) (KK) sebesar 0,94. Nilai R-square sebesar 0,949 memiliki arti bahwa variabilitas konstruk kecenderungan kecurangan (fraud) dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk penegakan peraturan (PP), keefektifan pengendalian internal
(KPI), asimteri informasi (AI), keadilan
distributif (KD), keadilan prosedural (KP), komitmen organisasi (KO) dan budaya etis organisasi (BEO) sebesar 94,9% sementara 5,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. 4.4 Pengujian Struktural Equation Model (SEM) Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan Structural Equation Model (SEM) berbasis covariance dengan menggunakan smartPLS 2.0. Berikut ini merupakan hasil pengujian Full Model SEM Algorithm
117
Gambar 4.1 Uji Full Model SEM PLS Algorithm Sumber : Output SmartPLS 2.0, 2013 4.5 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai path coefficient yang menunjukkan koefisien parameter dan nilai t-statistic. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi menganai hubungan antara variabel-variabel penelitian kemudian membandingkan nilai t-statistic dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-statistic lebih besar dari nilai t-tabel, maka hipotesis diterima, begitu juga sebaliknya. Nilai t-tabel untuk df (degree of freedom) sebesar 103 pada α 0,05 adalah 1,983. Berikut ini merupakan output estimasi untuk pengujian model struktural.
118
Tabel 4.19 Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient (Mean, STDEV,T-Values) Variabel
Origional T-statistic Sample PP -> KK -0,204080 2,810955 KPI -> KK -0,169513 2,134384 AI -> KK 0,315390 5,760586 KD -> KK -0,134525 3,454972 KP -> KK -0,154261 3,411900 KO -> KK -0,108364 2,286280 BEO -> KK -0,204080 0,791788 Sumber : Output SmartPLS 2.0, 2013
Standar Deviation 0,072602 0,079420 0,054750 0,038937 0,045213 0,047397 0,049066
Keputusan H1 diterima H2 diterima H3 diterima H4 diterima H5 diterima H6 diterima H7 ditolak
Berdasarkan tabel 4.19 maka dapat disimpulkan bahwa : 1. H1 : Penegakan peraturan (PP) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel penegakan peraturan yaitu sebesar -0,204 dan nilai t-statistik nya sebesar 2,810 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H1 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya penegakan peraturan dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). 2. H2 Keefektifan pengendalian internal (KPI) berpengaruh negatif kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel keefektifan pengendalian internal yaitu sebesar 0,169 dan nilai t-statistik nya sebesar 2,134 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H2 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa keefektifan pengendalian
119
internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya sistem pengendalian internal yang efektif dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). 3. H3
:
Asimetri
informasi
(AI)
berpengaruh
positif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel asimateri informasi yaitu sebesar 0,315 dan nilai tstatistik nya sebesar 5,760 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H3 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya asimteri informasi membuka peluang terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). 4. H4
:
Keadilan
distributif
(KD)
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel keadilan distributif yaitu sebesar -0,138 dan nilai tstatistik nya sebesar 3,454 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H4 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya keadilan distributif dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud).
120
5. H5
: Keadilan
prosedural (KP)
berpengaruh
negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel keadilan prosedural yaitu sebesar -0,154 dan nilai tstatistik nya sebesar 3,411 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H5 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya keadilan prosedural dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). 6. H6 : Komitmen organisasi (KO) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui nilai koefisien parameter untuk variabel komitmen organisasi yaitu sebesar –0,108 dan nilai t-statistik nya sebesar 2,286 atau lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1,983 (signifikan pada p 0,05). Dengan demikian H6 diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya komitmen organisasi yang tinggi dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). 7. H7 : Budaya etis organisasi (BEO) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa budaya etis organisasi (BEO) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa budaya etis organisasi tidak
121
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai t-statistik sebesar 0,791, nilai tersebut dibawah 1,983 yang merupakan nilai t-statistic sehingga H7 ditolak. Artinya budaya etis organisasi tidak dapat meminimlisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). Tabel 4.20 Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis Hipotesis Pernyataan H1 Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H2 Keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H3 Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H4 Keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). H5 Keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) H6 Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) H7 Budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) Sumber : Data diolah, 2013
Hasil Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif diterima Hipotesis alternatif ditolak
4.6 Pembahasan Berikut ini merupakan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian mengenai kecenderungan kecurangan ( fraud): 4.6.1 Analisis Deskripsi Variabel Penelitian Berikut ini merupakan pembahasan mengenai kriteria penilaian untuk masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian. 1. Kecenderungan Kecurangan Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh indikator KK3 dengan persepsi bahwa “Suatu hal yang wajar
122
bagi instansi saya, apabila untuk tujuan tertentu harga beli peralatan/perlengkapan kantor dicatat lebih tinggi”. Dengan demikian, berdasarkan persepsi pegawai subbag keuangan di Dinas Provinsi DIY, suatu hal yang wajar terjadi apabila pencatatan biaya untuk perolehan peralatan/perlengkapan kantor dicatat lebih besar dari harga semestinya. Hal tersebut merupakan suatu kejadian yang sangat sering dijumpai. Hal tersebut telah menjadi suatu budaya pada suatu instansi dan pihak lain juga telah memaklumi hal tersebut. Sehingga, pada saat melakukan hal tersebut, pelaku tidak merasa bersalah akan apa yang telah dilakukannya. Dengan melakukan pencatatan overstatement tersebut, pelaku dapat memperoleh keuntungan berupa selisih dari biaya yang sebenarnya dan biaya yang dibebankan. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh langsung terhadap laporan keuangan jika jumlah nya material. 2. Penegakan Peraturan Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator PP2 dengan persepsi bahwa “ Di instansi tempat saya bekerja, saya merasa para pejabat tanggap dalam penanganan pelanggaran peraturan”. Artinya ketika ditemukan suatu pelanggaran pada instansi tempat responden bekerja, maka pejabat yang berwewenang kurang tanggap, hal tersebut bisa saja disebabkan oleh pekerjaan dan kesibukan dari para pejabat terkait sehingga lamban dalam penanganan pelanggaran peraturan. Hal lain yang mungkin juga mempengaruhi lambannya penanganan pelanggaran peraturan adalah kebijakan yang mengatur mengenai pelanggaran peraturan tersebut. Sehingga, pejabat terkait kurang dapat menggunakan wewenangnya untuk
123
mengatasi pelanggaran peraturan tersebut. Hal tersebut dapat menimbulkan peluang pegawai untuk melanggar peraturan dikarenakan persepsi dari pegawai bahwa para pejabat lamban dalam menangani pelanggaran peraturan sehingga tidak terlalu khawatir dengan sanksi yang akan diberikan jika pegawai tersebut melanggar peraturan. 3. Keefektifan Pengendalian Internal Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KPI5 dengan persepsi bahwa “Di instansi tempat saya bekerja, diterapkan peraturan untuk dilakukannya pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal (misalnya derajat keamanan kas, persediaan, dsb)” Dengan demikian berdasarkan persepsi responden, belum terdapat peraturan yang berkaitan dengan pemantauan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, hal tersebut bisa saja disebabkan oleh kurangnya kebijakan dari pejabat yang berwenang atas hal tersebut. Instansi lebih menekankan pada pengendalian lainnya. Hal tersebut tentu akan membuka peluang bagi pegawai untuk melakukan hal yang menyimpang berkaitan dengan kegiatan operasional dikarenakan kurang ketatnya pemantauan atas kegiatan operasional instansi. 4. Asimetri Informasi Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh indikator AI4 dan AI5 dengan persepsi bahwa “Hanya pihak internal instansi yang mengerti lika-liku pembuatan laporan keuangan” dan “ Hanya pihak internal instansi yang mengetahui isi dan angka yang sebenarnya dari laporan keuangan
124
yang disusun”. Berarti, kesenjangan informasi antara pihak pengelola dan pihak pemakai berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan instansi publik tersebut cukup tinggi, dikarenakan kurangnya transparansi atau keterbukaan antara pihak pengelola keuangan dan pihak masyarakat. Hal tersebut juga bisa disebabkan oleh kurangnya akses dari masyarakat untuk mendapatkan informasi tersebut. Di samping itu, tidak semua masyarakat mengerti mengenai pembuatan laporan keuangan, sehingga cenderung tidak peduli terhadap hal tersebut. 5. Keadilan Distributif Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KD3 dengan persepsi bahwa “Gaji dan kompensasi lain yang saya terima di tempat kerja menggambarkan apa yang saya berikan kepada tempat kerja saya”. Dengan demikian, menurut persepsi responden gaji dan kompensasi yang diterima tidak menggambarkan apa yang diberikan terhadap instansi. Hal tersebut disebabkan oleh kompleks nya pekerjaan yang harus dilakukan oleh pegawai subbag keuangan Dinas Provinsi DIY karena harus menangani semua SKPD baik Kabupaten dan Kota sehingga cakupan pekerjaan sangat luas dan pertanggungjawaban langsung kepada gubernur sehingga pekerjaan yang dilakukan harus sangat teliti sementara gaji yang diperoleh sama saja dengan orang yang bekerja pada Dinas Kabupaten atau Kota yang cakupan pekerjaannya relatif tidak se kompleks pegawai yang bekerja pada Dinas Provinsi. Sehingga, responden mempersepsikan bahwa gaji atau kompensasi yang diperoleh tidak menggambarkan apa yang diberikan terhadap instansi karena gaji yang diterima semua sama berdasarkan pangkat dan masa kerja.
125
6. Keadilan Prosedural Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KP6 dengan persepsi bahwa “Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja memungkinkan saya memberi masukan dan koreksi”. Menurut persepsi responden, semua kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan prosedur penggajian dan pemberian kompensasi murni dilakukan oleh pejabat yang memiliki wewenang tinggi saja, sementara pegawai tidak diberi kesempatan untuk menentukan kebijakan mengenai prosedur tersebut. Atau dengan kata lain, penentuan mengenai penetapan prosedur pemberian gaji atau kompensasi lain menggunakan sistem topdown. Pihak bawahan hanya dapat mematuhi apa yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki wewenang yang lebih tinggi. 7. Komitmen Organisasi Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KO7 dengan persepsi bahwa “Saya lebih memilih untuk bergabung dengan instansi ini sebagai tempat saya bekerja daripada instansi lain”. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya responden lebih tertarik untuk bergabung dengan instansi lain, hal ini dapat disebabkan oleh ketidakpuasan yang dirasakan oleh responden terhadap perlakuan yang diterima berkaitan dengan pekerjaannya di instansi tersebut. Pegawai berasumsi bahwa pekerjaannya adalah untuk kepentingannya sendiri sehingga ketika pegawai tersebut merasa tidak nyaman, pegawai tersebut dapat dengan mudah untuk memutuskan untuk berpindah instansi. Menurut Mowday (1982) dalam Sopiah (2008) komitmen organisasional
126
merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Pegawai yang lebh memilih untuk bergabung dengan instansi lain, berarti komitmen terhadap organisasi nya rendah. 8. Budaya Etis Organisasi Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator BEO5 dengan persepsi bahwa “Di instansi tempat saya bekerja lingkup pemeriksaan yang dilakukan inspektorat meliputi masalah perlindungan etika”. Pada instansi tempat responden bekerja, masalah perlindungan etika kurang menjadi prioritas utama sehingga pegawai mempersepsikan bahwa masalah perlindungan etika dalam lingkup pemeriksaan yang dilakukan oleh inspektorat kurang di blow up. Dalam melakukan pemeriksaan berkaitan dengan pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat, hal yang utama adalah menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional organisasi sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai. Masalah etika merupakan problem yang lebih mengarah kepada hal yang bersifat psikologis. Sehingga seharusnya hal tersebut sudah tertanam dalam diri masing-masing pegawai. 4.6.2 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan tabel 4.19 , berikut ini merupakan pembahasan dari masingmasing hasil pengujian hipotesis :
127
1. H1 = Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain, semakin tinggi penegakan peraturan dalam suatu instansi, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan dalam intansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian hipotesis pertama (H1) diterima. Menurut Amrizal (2004) dalam Putro (2009), pada dasarnya praktik kecurangan akan terus berulang dalam suatu entitas jika pegawai tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam suatu entitas, peraturan dibuat agar kegiatan operasional entitas berjalan lebih efektif dan efisien. Peraturan disini berkaitan dengan peraturan yang mengatur pegawai sebagai pihak yang terlibat langsung dengan kegiatan operasional entitas. Jika pada suatu entitas, pejabat yang berwenang tidak bertindak secara tegas, misalnya memberi sanksi kepada pegawai yang melanggar peraturan, maka pegawai akan melakukan pelanggaran tersebut terus menerus bahkan meningkat dari pelanggaran peraturan ringan sampai dengan pelanggaran peraturan yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain seperti melakukan tindakan kecurangan. Menurut Alpinista (2013), tidak ada organisasi yang terbebas dari fraud (kecurangan) karena pada dasarnya permasalahan ini bersumber dan bermuara pada masalah manusia, “the man behind the gun”. Apapun aturan dan prosedur
128
yang diciptakan, sangat dipengaruhi oleh manusia yang memgang kuasa untuk menjalankannya. Tegak atau tidak nya peraturan yang diterapkan oleh instansi tergantung kepada pejabat yang berwenang mengenai hal tersebut. Jika pejabat tidak tegas dalam menangani masalah penegakan peraturan, maka pegawai akan dengan mudah untuk melakukan pelanggaran peraturan, salah satunya kecurangan (fraud) tersebut. Jadi, lemahnya penegakan peraturan dalam suatu instansi, akan membuka peluang bagi pagawai yang bekerja dalam instansi tersebut untuk melakukan tindakan kecurangan. 2. H2
=
Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
kecenderungan kecurangan (fraud). Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain,
semakin efektif sistem pengendalian internal dalam suatu
instansi, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan dalam intansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif kecenderungan kecurangan (fraud).Dengan demikian hipotesis kedua (H2) diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa semakin sesuai sistem pengendalian internal dengan tujuannya, semakin sederhana deteksi fraud yang perlu dilakukan. Artinya jika sistem penngendalian internal dalam instansi sudah berjalan efektif, maka kemungkinan kecurangan (fraud) yang terjadi juga akan semakin kecil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wilopo (2006) yang menemukan bahwa semakin efektif
129
suatu pengendalian internal pada suatu entitas, maka akan semakin rendah tingkat terjadinya fraud. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal (SPIP), SPI merupakan prroses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional instansi juga dapat diminimalisir. Dengan demikian, semakin efektif sistem pengendalian yang diterapkan dalam suatu entitas, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. 3. H3 = Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain, semakin tinggi asimetri informasi, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) diterima.
130
Hal ini sesuai dengan penelitian Wilopo (2006) yang memperoleh hasil bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi akan memperbesar kecenderungan kecurangan (fraud). Menurut Kusumastuti (2012), pengelola organisasi lebih banyak mengetahui informasi internal dibandingkan dengan pihak pengguna laopran keuangan, dalam hal ini adalah masyarakat. Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak, namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal. Pengelola laporan keuangan tentu mengetahui laporan keuangan yang sebenarnya dikarenakan pengelola keuangan terlibat langsung dengan kegiatan organisasi, sementara pihak eksternal organisasi memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan pengelola. Karena kondisi tersebut, pengelola tentu akan lebih leluasa atau berkesempatan untuk memanipulasi laporan keuangan yang disajikan dikarenakan ketidaktahuan pengguna eksternal tentang angka dari laporan keuangan yang sebenarnya. Namun jika dalam suatu organisasi diberlakukan transparansi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan operasional organisasi dan berpengaruh terhadap aporan keuangan, hal tersebut tentu tidak akan tejadi. Terlebih pada organisasi di sektor pemerintahan, yang wajib bertanggungjawab pada kepentingan masyarakat sebagai stakeholder nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi akan meningkatkan peluang terjadinya kecurangan (fraud).
131
4. H4 = Keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain, semakin tinggi keadilan distributif pada suatu instansi, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian hipotesis keempat (H4) diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rae dan Subramaniam (2006) serta Puspitadewi dan Irwandi (2012) yang menemukan bahwa keadilan organisasional berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) yang dimoderasi oleh keefektifan pengendalian internal. Menurut Gilliland (1993) dalam Herman (2013) persepsi karyawan tentang ketidakseimbangan antara masukan (pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, pengalaman, kerajinan maupun kegigihan dan kerja keras) yang mereka terima (gaji, perlakuan ataupun pengakuan) akan menghasilkan emosi negatif yang memotivasi karyawan untuk mengubah perilaku, sikap dan kepusan mereka bahkan lebih parah lagi mereka akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas nya dengan bertindak yang menguntungkan
dirinya
dan
merugikan
perusahaan
seperti
melakukan
kecurangan. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa adanya ketidakadilan yang berkaitan dengan pemberian gaji dan kompensasi lainnya terhadap pegawai akan menimbulkan tekanan dalam diri pegawai tersebut untuk
132
melakukan tindakan menyimpang seperti kecurangan (fraud). Namun apabila pegawai mempersepsikan bahwa pemberian gaji pada instansi tempat pegawai tersebut bekerja, pegawai tersebut akan merasa puas dan cenderung tidak melakukan kecurangan (fraud). Artinya, semakin adil keadilan distributif maka akan semakin rendah kecenderungan pegawai untuk melakukan kecurangan (fraud). 5. H5 = Keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain, semakin tinggi keadilan prosedural pada suatu instansi, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian hipotesis kelima (H5) diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rae & Subramaniam (2006) dan Puspitadewi & Irwandi (2012) yang menemukan bahwa keadilan organisasional berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini juga didukung oleh pendapat Pristiyani (2012) yang menyatakan bahwa individu tidak hanya melakukan evaluasi terhadap alokasi atau distribusi outcomes, namun juga mengevaluasi terhadap keadilan prosedur untuk menentukan alokasi tersebut. Dalam sektor pemerintahan bukan hanya gaji yang adil saja yang harus dievaluasi, melainkan prosedur penggajian yang adil juga dapat berpengaruh terhadap
133
tindakan pegawai dalam melakukan suatu penyimpangan, yang dalam hal ini adalah fraud. Tindakan menyimpang tersebut berasal dari tekanan dalam diri pegawai dikarenakan persepsi bahwa terjadi ketidakadilan dalam dirinya. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semakin adil keadilan prosedural dalam suatu instansi, maka akan semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. 6. H6 = Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan kata lain, semakin tinggi komitmen organisasi pada suatu instansi, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian hipotesis keenam (H6) diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pristiyanti (2012) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini didukung oleh pendapat Wilopo (2006) bahwa upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dilakukan dengan memperbaiki moral dari pengelolaan perusahaan yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap instansi berarti pegawai juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap instansi. Dengan
134
demikian, pegawai akan cenderung bekerja dengan baik untuk kemanjuan instansi tersebut. Sebaliknya, jika komitmen terhadap organisasi rendah, maka pegawai cenderung akan bekerja kurang baik, dan akan merasionalisasikan hal tersebut sebagai hal yang wajar dikarenakan kurangnya komitmen terhadap organisasi. Hal tersebut juga berarti bahwa pegawai kurang peduli dengan nasib instansi sehingga ketika pegawai tersebut melakukan kecurangan, akan dianggap sebagai hal yang biasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen organisasi akan semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. 7. H7
=
Budaya
etis
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Hipotesis ketujuh yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini berarti bahwa semakin etis budaya organisasi dalam suatu instansi, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antara budaya etis organisasi dengan kecenderungan kecurangan (fraud). Dengan demikian budaya etis organisasi dalam instansi tidak dapat menekan terjadinya kecurangan (fraud). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Zulkarnain (2013) yang menemukan bahwa budaya etis organisasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2013) juga menyimpulkan hasil yang sama. Menurut Faisal (2013) terdapat dua faktor yang
135
dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal berasal dari rangsangan atau pengaruh faktor lingkungan. Sedangkan faktor internal berasal dari faktor individu. Perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan organisasi saja tetapi juga faktor lingkungan di luar organisasi. Menurut Putranto (2011) Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku individu yang berasal dari lingkungan antara lain pengaruh keluarga, pengaruh niai, moral dan agama, pengalaman hidup serta pengaruh teman. Individu akan cenderung berperilaku mencontoh perilaku orang tuanya atau keluarga dekat atau berperilaku seperti yang disuruh keluarganya. Selain itu pengalaman juga akan memepengaruhi perilaku seseorang, pengalaman merupakan proses yang normal dalam kehidupan seseorang, bisa pengalaman baik atau buruk sehingga dari pengalaman tersebut dapat membentuk perilaku seseorang. Di samping faktor eksternal di luar lingkungan organisasi yang mempengaruhi perilaku individu, faktor internal juga sangat berpangaruh terhadap perilaku individu tersebut. Salah satu contoh faktor internal tersebut adalah faktor moral individu itu sendiri. Walaupun budaya organisasi pada instansi sudah etis , namun apabila moral dari pegawai instansi kurang etis, bukan tidak mungkin dapat terjadi kecurangan (fraud) dalam instansi tersebut. Menurut Kohlberg (1969) dalam Puspasari dan Suwardi (2012) moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-konvensional. Dalam tahapan paling rendah, individu akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum atau
136
peraturan yang ada.Selain itu, individu pada level moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya pada persetujuan teman-teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain. Selanjutnya menurut Welton (1994) dalam Puspasari dan Suwardi (2012), individu memiliki pandangan sendiri mengenai versi yang benar menurutnya. Sehingga tergantung pada moral yang dimiliki oleh pegawai yang menentukan apakah perbuatan menyimpang seperti melakukan kecurangan merupakan versi hal yang benar atau yang salah.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Penegakan peraturan termasuk dalam kategori tinggi/tegak. Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator PP2 karena menurut persepsi responden, pejabat kurang tanggap dalam menegakkan peraturan. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan pejabat yang lain selain masalah penegakan peraturan lebih diprioritaskan, sehingga pejabat terkesan tidak tanggap dalam menangani pelanggarn peraturan yang dilakukan oleh bawahannya. 2. Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Keefektifan pengendalian internal termasuk dalam kategori efektif. Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KPI5, karena menurut persepsi responden kebijakan yang berkaitan dengan pemantauan kegiatan operasional responden masih kurang. Sehingga penilaian untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional instansi masih kurang. 3. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Asimetri informasi termasuk dalam kategori rendah. Rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh indikator AI4 dan AI5 dikarenakan hanya pihak pengelola laporan keuangan yang benar-benar mengerti secara detail mengenai
137
138
angka dan lika-liku pembuatan laporan keuangan.Dan tidak semua pengguna informasi laporan keuangan mengerti tentang akun-akun yang tercantum dalam laporan keuangan. 4. Keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KD3 karena persepsi mengenai ketidaksesuaian kinerja dan gaji atau kompensasi yang diberikan. Ketidaksesuaian tersebut bisa juga jika dibandingkan dengan pegawai lain. Setiap dinas memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sementara semua gaji dan kompensasi sama berdasarkan masa kerja dan golongan bukan berdasarkan kinerja. 5. Keadilan prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KP6 karena semua prosedur mengenai penggajian ditetapkan dengan sistem topdown sehingga bawahan tidak dapat terlibat dalam menentukan sistem penggajian. Atau peran bawahan dalam menentukan prosedur penggajian sangat minim. 6. Komitmen
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud). Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator KO7 dikarenakan komitmen yang kurang dari pegawai sehingga pegawai akan lebih senang jika bergabung dengan instansi lainnya. Adanya ketidakpuasan pegawai terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan aturan dan prosedur yang diterapkan dalam instansi akan mengakibatkan kurangnya komitmen pegawai terhadap organisasi dan pegawai kurang mendedikasikan dirinya untuk instansi tempat pegawai tersebut bekerja.
139
7. Budaya etis organisasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Rata-rata terendah ditunjukkan oleh indikator BEO5 yang menunjukkan bahwa menurut persepsi pegawai, masalah perlindungan etika kurang ditekankan dalam instansi. Perilaku pegawai dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Budaya organisasi merupakan faktor eksternal. Faktor internal lebih kuat dalam mempengaruhi perilaku pegawai. Salah satu contoh dari faktor internal yang mempengaruhi perilaku pegawai adalah moralitas dari pegawai itu sendiri. Jika budaya dalam organisasi sudah etis, namun jika moralitas dari pegawai kurang, bisa saja pegawai tersebut akan melakukan tindakan menyimpang seperti melakukan kecurangan.
5.2 Saran Saran yang didasarkan beberapa kesimpulan dan keterbatasan yang dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi instansi dinas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diharapkan untuk memberikan sanksi yang lebih tegas untuk setiap pelanggaran peraturan oleh semua lapisan pegawai baik atasan maupun bawahan seperti dilakukannya pemotongan gaji. 2. Diharapkan dinas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan perputaran rotasi pegawai setiap 5 tahun sekali untuk meminimalisir tindak kecurangan (fraud). 3. Bagi instansi dinas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk lebih transparan dan terbuka kepada masyarakat sebagai pengguna laporan
140
keuangan dengan membuka ruang publik. Mengadakan acara tanya jawab berkaitan dengan laporan keuangan pada stasiun TV lokal seperti TVRI setiap diterbitkannya laporan keuangan sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat memahami isi dari laporan keuangan tersebut. 4. Diharapkan selanjutnya bagi dinas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan keadilan mengenai kompensasi dengan memberikan bonus berupa cuti kerja kepada pegawai yang kinerja nya baik. 5. Diharapkan bagi dinas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk lebih melibatkan seluruh pegawai instansi dalam memutuskan prosedur yang akan digunakan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan khususnya pembagian kompensasi kepada pegawai. 6. Bagi pegawai dinas provinsi Daerah Istimewa Yogykarta diharapkan untuk meningkatkan komitmen terhadap instansi. Memahami bahwa pegawai bekerja bukan hanya untuk kepentingan pribadinya tetapi juga untuk kepentingan publik atau masyarakat. 7. Diharapkan bagi dinas provinsi Daerah Istimewa yogyakarta untuk mengadakan seminar mengenai budaya etis organisasi sehingga dapat diaplikasikan pada instansi nya masing-masing pada saat bekerja karena budaya organisasi merupakan norma yang dianut tetapi tidak tertulis. 8. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel intervening seperti perilaku tidak etis dalam penelitian. Dikarenakan awal dari perilaku kecurangan adalah dari perilaku yang tidak etis
141
9. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan metode experimental 2x2 agar hasil dari penelitian lebih valid yang lebih difokuskan kepada pegawai dinas pengelola keuangan daerah, karena dinas tersebut membawahi semua SKPD yang ada.
142
DAFTAR PUSTAKA Alpinista, Elly. 2013.”Peran dan Tanggungjawab Internal Auditor dalam Masalah http://alpinistaelly.blogspot.com/2013/04/normal-0-falseKecurangan. false-false-in-x-none-x_5.html diunduh tanggal 5 Mei 2013 Arifiyani, Hesti Arlich.2012.”Pengaruh Pengendalian Internal, Kepatuhan dan Kompensasi Manajemen terhadap Perilaku Etis karyawan”. Jurnal Nominal/ Volume I No. II. Arikunto, Suharsimi. 2010.”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VII, Cetakan Keempatbelas”.Jakarta:Rineka Cipta. Boynton,William A and Kell , Walter G.1996.”Modern Auditing Sixth Edition”.New York : John Willey and Sons Christofel, Rendy. 2010.”Moderasi Pengendalian Internal pada Hubungan Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap Tingkat Kecurangan (Fraud). Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP Cieslewisc, Joshua K.2012.”The Fraud Model in International Contexts: A Call to Include Societal-level Influences in The Model”. Journal of Forensic and Investigative Accounting vol. 4 issue 1. Colquitt, Jason A. 2001. “On the Dimensionality of Organizational Justice : a Construct Validation of Measure”.Journal of Applied Psychology 86 (3) : 386-400. Detik.news.2012.”Ini Dia Peringkat Provinsi Terkorup di Indonesia versi Fitra” http://news.detik.com/read/2012/10/01/053204/2047460/10/ini-diaperingkat-provinsi-terkorup-di-indonesia-versi-fitra. Diunduh tanggal 12 Januari 2013 Fagbohungbe et al.2012. “Gender and Organizational Factors as Determinants of Workplace Fraudulent Behaviours in Nigeria:An Emprical Analysis”. International Journal of Bussiness Trends and Technology- vol. 2 issue 2. Faisal, Muhammad.2013.”Analisis Fraud di Sektor Pemerintahan Kabupaten Kudus” Accounting Analysys Journal AAJ1(3)(2013) Faramita, Desy.2011.”Analisis Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2009”.Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi Undip
143
Faturochman.2002.”Keadilan Perspektif Psikologi”. Yogyakarta: Unit Penerbitan Fakultas Psikologi UGM dengan Pustaka Pelajar Fauwzi, Muhammad Glifandi Hari.2011.”Analisis Pengauh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas manajemen terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi”.Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP. Gatranews.2012. “Pemkab Lembaga terkorup di Indonesia. http://www.gatra.com/hukum/31-hukum/8220-pemkab-lembaga-terkorupdi-indonesia” .Diunduh tanggal 12 Desember 2012 Ghozali, Imam.2008.”Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square.”Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Herman, Amelia Lisa.2013.”Pengaruh Keadila Organisasi dan Sistem Pengendalian Internal terhadap Kecurangan (Studi Empiris pada Kantor Cabang Utama Bank Pemerintah di Kota Padang).Skripsi.Padang : FE Universitas Negeri Padang Huda, Mohammad Choirul.2011.” Peran Peraturan Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di MAN Malang II Batu”. Skripsi. Malang : UIN Malang Ikhsan,Arfan & Muhammad Ishak .2005. “Akuntansi Keperilakuan”.Jakarta: Salemba Empat. Infokorupsi.2010.”Kejati Lamban Tangani Dugaan Korupsi”. http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=6072&l=kejati-lamban-tanganidugaan-korupsi-pengadaan-atk-ugm. Diunduh tanggal 5 Mei 2013 Infokorupsi.2011.“Kasus Dugaan Korupsi Bantul, Penggalangan Hak Interpelasi Berlanjut” http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=9686&l=kasusdugaan-korupsi-bantul-penggalangan-hak-interpelasi-berlanjut. Diunduh tanggal 5 Mei 2013 Infokorupsi.2011.”Kasus Gratifikasi Buku Ajar Divones Empat Tahun Gendut Sudarto Langsung Banding” http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=9476&l=kasus-gratifikasi-bukuajar-divonis-empat-tahun-gendut-sudarto-langsung-banding. Diunduh tanggal 5 Mei 2013 Infokorupsi.2011.”Korupsi Jual Beli Tanah Kas Desa Kades Sitimulyo Bantul Dituntut 5 Tahun”.http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=9161&l=korupsi-jual-
144
beli-tanah-kas-desa-kades-sitimulyo-bantul-dituntut-5-tahun.Diunduh tanggal 5 Mei 2013 Ivancevich et al.2006.”Perilaku dan Manajemen Organisasi”.Jakarta : Erlangga. Jatiningtyas, Nurani.2011.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada Lingkungan Instansi Pemerintah di Wilayah Semarang”.Skripsi.Semarang:Fakultas Ekonomi UNDIP Kadaruddin dkk. 2012. “Pengaruh Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, dan Keadilan Interaksional terhadap Kepuasan Pegawai Pajak Kota Makassar” Kuncoro, Mudrajat.2003.”Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”.Jakarta: Erlangga. Kurniawan, Ardeno.2012. “Audit Internal, Organisasi”.Yogyakarta : BPFE UGM
Nilai
Tambah
Bagi
Kurniawan, Muhammad Rizki Nur.2011.”Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi,dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi Publik”,Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP Kusumastuti, Nur Ratri.2012.”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dan Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel Intervening”.Skripsi: Semarang: UNDIP Lou et al.2009. “Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assesing the Likelihood of Fraudulent Financial Reporting”.Journal of Bussines & Economic Research volume 7 number 2. Mardiasmo.2004. “Akuntansi Sektor Publik (Edisi Kedua)” Yogyakarta : Andi Mathis, Robert & John H. Jackson.2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia” Jakarta : Salemba Empat Mulia, Aryago, dkk.2008.”Pemahaman Kegiatan Survei Sampel”. Jakarta: BPS Mulyadi. 2002 .”Auditing”. Jakarta : Salemba Empat Norbarani, Listiana. 2012. “Pendeteksian Kecurangan laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No.99”. Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP Nordiawan, Dedi.2006.”Akuntansi Sektor Publik”. Jakarta : Salemba Empat
145
Oktaviani, Nur ayu candry.2011. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keingian sosial terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja maajerial. Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indoesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Pratama, Andika Erik.2010.”Pengaruh Profesionalisme Auditor & Etika Profes Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”. Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES Pristiyanti, Ika Ruly.2012.”Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan.”Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES. Puspasari, Novita & Suwardi, Eko.2012.”Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen pada Konteks Pemerintah Daerah”.Jurnal.Yogyakarta : FEB UGM. Puspitadewi dkk. 2012.”Hubungan Keadilan Organisasional dan Kecurangan Pegawai dengan Moderating Kualitas Pengendalian Internal.”The Indonesian Accounting Review Volume 2 no. 2 pages 159-172. Putranto, Harvi. 2011.”Lingkungan Organisasi Organisasi”.Artikel.Jakarta : Universitas Mercubuana Putro,
dan
Budaya
Yuniarti Hidayah Suyoso.2009.”Praktik Kecurangan dalam Perusahaan”.Artikel.Malang : Fakultas Ekonomi UIN Malik Ibrahim
Rae, Kirsty and nava Subramaniam.2008.”Quality of Internal Control Procedures Antecedents and Moderating Effect on Organizational Justice and Employee Fraud.”manajerial Auditing Journal vol. 23 no. 2, 2008 pp 104124 Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati, Ely. 2009 . Auditing Konsep dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik .Yogyakarta: Graha Ilmu. Riyanto, Makmun.2009.”Mengembangkan Perilaku Etis Organisasi”.Orbith vol. 5 no. 1 Maret 2009 :18-23.
Sebagai
Budaya
146
Robins, P Stephen.2006. “Perilaku Organisasi Edisi 10”. Prentice Hall Pearson Educational International,PT Ideks. Jakarta: Gramedia Rudianto.2012.”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) se-Kota Semarang. Skripsi.Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES Runing, Nunik Sri. 2011. “Jarak Kekuasaan sebagai Pemoderasi Pengaruh Keadilan Organisasi terhadap Komitmen Karyawan”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I Tahun 4 No. 3 Santoso, Urip & Pambeleum, Yohanes Jodi. 2008. “Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam Mencegah Fraud”. Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 4 no. 1 : hal. 14-33. Setyadi, Bambang. 2007. “Pembentukan Peraturan Daerah”. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan vol. 5 nomor 2. Sopiah.2008.”Perilaku Organisasi”.Yogyakarta:Andi. Sukanto, Eman.2007.”Perbandingan Persepsi antara Kelompok Auditor Internal, Akuntan Publik, dan Auditor Pemerintah terhadap Penugasan Audit Kecurangan (Fraud Audit) dan Profil Auditor Kecurangan (Fraud Auditor).Thesis:Semarang:UNDIP Supardi.2008.”Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural, Serta Produktifitas Kerja Pegawai Hotel Berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Optimal vol. 6 no. 1 Oktober : 19-40 Suprajadi, Lusy.2009.”Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan”JurnalBina Ekonomi vol. 12, nomor 2, Agustus 2009 Susanto, Alfoni. 2012. “Peran Budaya Organisasional Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”. Jurnal Benefit, volume 6 no. 2 Desember. Suseno,Bimo.2011.”PLS” http://www.statistikolahdata.com/2011/12/partial-leastsquare.html . diunduh tanggal 5 Mei 2013 Thoyibatun, Siti. 2009.”Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya terhadap Kinerja Organisasi”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan volume 16 nomor 2 :245-260.
147
Tuanakotta, Theodorus.2007.”Akuntansi Forensik & Audit Investigatif” Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wilopo. 2008. “Pengaruh Pengendalian Internal Birokrasi Pemerintah dan Perilaku Tidak Etis Birokrasi terhadap Kecurangan Akuntansi di Pemerintahan :Persepsi Auditor Badan Pemeriksa Keuangan.”Ventura vol. 11 no. 1. _____.2006.”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.”Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Yamin,
Sofyan dan Heri Kurniawan.2009.”Structural Modelling”.Jakarta: Salemba Empat
Equation
Zulkarnain, Rifqi Mirza.2013.”Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud pada Dinas Kota Surakarta”. Accounting Analysys Journal AAJ1(3)(2013)
148
Lampiran 1
No.
Variabel
1.
2.
3.
Penegakan Peraturan (Zulkarnain, 2013) Keefektifan Pengendalian Internal ( PP n0. 80 tahun 2008 tentang SPIP) Asimetri Informasi (Wilopo,2006)
Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Ketaatan terhadap hukum Proses Penegakan hukum Peraturan Organisasi Disiplin Kerja Tanggung Jawab Lingkungan pengendalian Penilaian risiko Kegiatan pengendalian Informasi dan komunikasi Pemantauan pengendalian intern
1. Situasi dimana manajemen memiliki informasi yang lebih baik atas aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar perusahaan 2. Situasi dimana manejemen lebih mengenal hubungan input-output dalam bagian yang menjadi tanggungjawabnya dibanding pihak luar perusahaan 3. Situasi dimana manajemen lebih mengetahui potensi kinerja yang menjadi tanggung jawab dibanding pihak luar perusahaan. 4. Situasi dimana manajemen lebih mengenal teknis pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya dibanding pihak luar perusahaan 5. Situasi dimana manajemen lebih mengetahui pengaruh eksternal dalam bidang yang menjadi tanggungjawabnya dibanding pihak luar perusahaan.
Pertanyaan Nomor 1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
11, 12, 13 14,15,16
149
6. Situasi dimana manajemen lebih mengerti apa yang dapat dicapai dalam bidang yang menjadi tanggungjawabnya dibanding pihak luar perusahaan. 6.
7.
6.
Keadilan Distributif (Colquitt,2001 dalam Priatiyanti, 2012) Keadilan Prosedural (Colquitt,2001 dalam Pristiyantim 2012)
Komitmen Organisasi oleh Luthans (2006) dalam Pristiyanti (2012)
1. Kompensasi menggambarkan usaha yang dilakukan 2. Kompensasi menggambarkan apa yang diberikan kepada perusahaan 3. Kompensasi sesuai dengan kinerja 1. Prosedur kompensasi mengekspresikan pandangan dan perasaan 2. Penetapan prosedur kompensasi melibatkan karyawan / prosedur kompensasi diaplikasikan secara konsisten 3. Prosedur kompensasi tidak mengandung kepentingan tertentu 4. Prosedur kompensasi didasarkan pada informasi yang akurat 5. Prosedur kompensasi memungkinkan pemberian masukan dan koreksi 6. Prosedur kompensasi sesuai dengan etika dan moral 1. bekerja melalui target 2. membanggakan organisasi kepada orang lain 3. menerima semua tugas 4. kesamaan nilai 5. bangga menjadi bagian dari organisasi 6. organisasi merupakan inspirasi 7. gembira memilih bekerja pada organisasi 8. peduli pada nasib organisasi
17.18.19,20
21,22, 23 24,25,26,27
28,29,30 31,32,33 34,35
150
7.
8.
Budaya Etis Organisasi (Robins, 2008 dalam Pristiyanti, 2012)
6. Model peran yang visible 7. Komunikasi harapan-harapan etis 8. Pelatihan etis 9. Hukuman bagi tindakan etis 10. Mekanisme perlindungan etika
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Tuannakota, 2007)
1. kecurangan laporan keuangan, 2. penyalahgunaan aset 3. korupsi
36,37,38 39,40
41,42,43 45,46,47 48,49,50
151
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr/i Pegawai Instansi Pemerintah Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Anik Fatun Najahningrum
NIM
: 7211409097
Prodi
: Akuntansi, S1
Perguruan Tinggi
: Universitas Negeri Semarang
Memohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk kiranya dapat berpartisipasi dalam mengisi kuesioner penelitian berikut, berkaitan dengan penyusunan skripsi yang saya lakukan dalam rangka menyelesaikan Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud) : Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY”. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat. Oleh karena itu, dimohon kesediaannya untuk mengisi/menjawab kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya. Kuesioner ini hanya untuk keperluan skripsi tidak untuk dipublikasikan secara luas, sehingga kerahasiaan data yang diisi dapat dijaga. Atas kerjasama yang baik dan kesungguhan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. Contact Person : 0838 424 33 242 Hormat saya,
Anik Fatun Najahningrum
152
IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama*
:
(*nama boleh tidak diisi)
2. Umur
:
tahun
3. Jabatan
:
4. Pangkat/Golongan
:
5. Masa Kerja
:
6. Pendidikan terakhir
:
tahun
bulan
Petunjuk Pengisian : Berikut ini merupakan pernyataan-pernyataan yang mewakili pendapatpendapat umum mengenai kondisi di dalam instansi Saudara. Tidak ada pernyataan yang benar atau salah. Saudara mungkin saja setuju atau tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan tersebut. Kami ingin mengetahui seberapa jauh Saudara setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan memberi tanda checklist (√) pada pilihan yang tersedia sebagai berikut : Penilaian : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
N
: Netral
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju Penegakan Peraturan
1. Di instansi tempat saya bekerja, ada aturan-aturan hukum yang berlaku 2. Di instansi tempat saya bekerja, saya merasa para pejabat tanggap dalam penanganan pelanggaran peraturan 3. Di instansi tempat saya bekerja, kegiatan operasional instansi dilaksanakan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan oleh
SS
S
N
TS
STS
153
instansi dan pemerintah 4. Di instansi tempat saya bekerja, semua pegawai datang dan pulang tepat waktu 5. Di instansi tempat saya bekerja, semua pegawai menjalankan pekerjaan sesuai dengan tanggungjawab nya masing-masing.
Keefektifan pengendalian internal
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
6. Di instansi tempat saya bekerja, sudah ada pembagian wewenang dan tanggungjawab yang jelas 7. Di instansi tempat saya bekerja, apabila laporan keuangan perlu segera diterbitkan, maka otorisasi transaksi harus dilaksanakan dan bukti pendukung harus disertakan. 8. Di instansi tempat saya bekerja, telah ditetapkan peraturan untuk pemeriksaan fisik atas kekayaan instansi (kas, persediaan,dan lain-lain) 9. Di instansi tempat saya bekerja, seluruh informasi kegiatan operasional instansi harus dicatat dalam sistem akuntansi 10. Di instansi tempat saya bekerja, diterapkan peraturan untuk dilakukannya pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal (misalnya derajat keamanan kas, persediaan dsb)
Asimetri Informasi 11.
12.
Atas pekerjaan di bidang akuntansi, hanya pihak internal instansi yang mengetahui seluruh informasi yang berkaitan dengan transaksi perusahaan yang mempunyai dampak keuangan. Hanya pihak internal instansi yang memahami seluruh hubungan antara data transaksi keuangan dan proses penyusunan laporan keuangan
154
13.
14. 15.
16.
Hanya pihak internal instansi yang mengetahui dan memahami isi dan angka laporan keuangan yang selesai dikerjakan Hanya pihak internal instansi yang mengerti likaliku pembuatan laporan keuangan Hanya pihak internal instansi yang mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan laporan keuangan. Hanya pihak internal instansi yang mengetahui isi dan angka yang sebenarnya dari laporan keuangan yang disusun
Keadilan Distributif
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
17. Gaji dan kompensasi lain yang saya terima di tempat kerja telah menggambarkan usaha yang saya lakukan dalam pekerjaan saya 18. Gaji dan kompensasi lain yang saya terima di tempat kerja telah sesuai dengan pekerjaan yang telah saya lakukan 19. Gaji dan kompensasi lain yang saya terima di tempat kerja menggambarkan apa yang saya berikan kepada tempat kerja saya 20. Gaji dan kompensasi lain yang saya terima di tempat kerja saya adalah sesuai dengan tupoksi. Keadilan Prosedural 21. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja telah sesuai dengan kriteria yang saya inginkan. 22. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja telah melibatkan para pegawai sehingga prosedur tersebut dapat diterima dengan baik. 23. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja telah diterapkan secara konsisten.
155
24. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja tidak berhubungan dengan kepentingan pihak tertentu. 25. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja didasarkan pada informasi yang akurat 26. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja memungkinkan saya memberi masukan dan koreksi 27. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi lain di tempat saya bekerja telah sesuai dengan etika dan standar moral yang berlaku
Komitmen Organisasi 28. 29.
30. 31. 32. 33. 34.
35.
Saya bersedia untuk bekerja lembur agar instansi ini berhasil sukses Saya merasa bangga saat memperkenalkan kepada orang lain bahwa instansi tempat saya bekerja adalah instansi yang bagus Saya bersedia menerima segala bentuk penugasan agar tetap bisa bekerja dengan instansi ini. Prinsip nilai kinerja saya sejalan dengan prinsip nilai kinerja instansi ini Saya merasa bangga menjadi bagian dari instansi ini Instansi ini benar-benar memberikan inspirasi yang bagus bagi saya untuk berprestasi Saya lebih memilih untuk bergabung dengan instansi ini sebagai tempat saya bekerja daripada instansi lain Saya sangat peduli dengan nasib instansi ini.
SS
S
N
TS
STS
156
Budaya etis organisasi
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
36. Di instansi tempat saya bekerja, perilaku pimpinan dijadikan panutan bagi pegawai 37. Di instansi tempat saya bekerja, telah diterapkan kode etik yang menyatakan nilai-nilai organisasi dan berbagai aturan etis yang dipatuhi oleh pegawai 38. Di instansi tempat saya bekerja, pernah diadakan seminar dan pelatihan etis mengenai standar tuntutan organisasi, yang menjelaskan praktikpraktik yang tidak diperbolehkan dan menangani dilema etika yang mungkin muncul 39. Di instansi tempat saya bekerja segala perilaku tidak etis yang dilakukan akan diberi sanksi 40. Di instansi tempat saya bekerja lingkup pemeriksaan yang dilakukan inspektorat meliputi masalah perlindungan etika.
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) 41.
42.
43.
44.
45.
Suatu hal yang wajar di instansi saya, apabila untuk suatu tujuan tertentu, biaya dicatat lebih besar dari semestinya Bukan suatu masalah bagi instansi saya, apabila pencatatan bukti transaksi dilakukan tanpa otorisasi dari pihak yang berwenang Suatu yang wajar bagi instansi saya, apabila untuk tujuan tertentu harga beli peralatan/perlengkapan kantor dicatat lebih tinggi Merupakan sesuatu yang wajar di instansi saya apabila pengguna anggaran memasukkan kebutuhan lain yang tidak sesuai ke dalam belanja peralatan gedung kantor Suatu hal yang wajar apabila di instansi saya, para pengguna anggaran menggunakan kuitansi
157
46.
47.
48.
49.
kosong atas pembelian bahan perlengkapan kantor Bukan suatu masalah bagi instansi saya apabila perlengkapan dan peralatan kantor yang dibeli tidak sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya dibeli Tidak menjadi suatu masalah bagi instansi saya apabila suatu transaksi memiliki bukti pendukung ganda Suatu hal yang wajar apabila di instansi saya ditemukan adanya pengeluaran tanpa dokumen pendukung Bukan suatu masalah bagi instansi saya, apabila sisa anggaran dibagikan kepada pegawai sebagai bonus
158
Lampiran 3
DATA PILOT STUDY No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PP1 4 3 4 3 2 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5
PP2 3 3 5 3 1 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5
PP3 3 3 5 4 2 5 4 5 5 4 5 3 5 5 4
PP4 4 4 5 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5
PP5 4 4 5 4 2 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KPI1 5 4 4 5 4 5 3 4 5 5 5 4 5 4 5
KPI2 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5
KPI3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4
KPI4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5
KPI5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5
159
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AI1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 1 2 2
AI2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 1 1 2 2
AI3 1 3 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3
AI4 1 3 2 1 2 2 1 2 1 4 3 2 2 2 4
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KD1 4 5 5 2 5 5 4 3 2 4 3 4 3 4 3
KD2 5 5 5 3 4 5 5 3 4 4 3 4 3 4 4
KD3 5 4 4 3 5 5 5 3 4 4 3 4 2 4 4
KD4 5 5 4 4 5 5 5 3 4 3 3 4 3 3 5
AI5 1 2 1 3 2 3 1 1 2 3 3 2 1 3 3
AI6 1 2 1 3 1 2 1 2 2 3 3 1 1 3 3
160
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KP1 4 4 5 4 2 2 5 3 5 4 4 4 4 2 4
KP2 3 4 4 5 4 2 5 2 5 4 5 4 3 4 4
KP3 4 4 5 4 4 2 5 3 5 4 4 4 4 4 4
KP4 4 4 5 5 4 2 5 3 5 4 4 4 4 4 4
KP5 4 4 5 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4
KP6 4 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4
KP7 4 4 5 5 4 2 5 3 5 4 4 3 4 4 4
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KO1 5 4 4 4 3 2 5 3 3 4 4 5 3 5 3
KO2 4 5 5 5 3 3 4 3 4 3 3 5 2 5 2
KO3 5 5 5 4 2 2 5 4 3 3 3 4 3 4 3
KO4 4 4 5 4 4 3 5 3 4 4 2 4 3 5 3
KO5 5 4 5 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 5 4
KO6 5 5 5 4 4 4 5 4 3 3 3 5 4 4 4
KO7 5 4 5 2 2 3 4 3 4 4 2 5 4 5 2
KO8 5 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 4 3
161
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
BEO1 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5
BEO2 5 4 4 3 3 4 5 5 4 4 5 3 4 3 4
KK1 KK2 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 1 1 3 3
KK3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 4
BEO3 4 5 5 4 3 5 5 4 5 4 5 4 5 3 4
KK4 1 1 2 1 2 2 1 3 3 3 3 2 3 1 4
BEO4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5
KK5 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 3 1 4
BEO5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4
KK6 2 2 1 2 1 3 2 3 3 2 3 1 2 1 4
KK7 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 3
KK8 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3
KK9 1 1 1 1 3 3 1 3 2 2 3 2 3 1 3
162
Lampiran 4
DATA PENELITIAN No
PP1
PP2
PP3
PP4
PP5
35
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
36
4
5
5
5
4
2
4
3
3
3
3
37
5
5
4
4
4
3
5
4
4
4
4
38
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
39
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
4
40
1
2
1
1
1
6
1
2
1
1
1
41
4
4
5
5
5
7
5
5
5
5
5
42
5
5
5
5
5
8
4
4
4
4
4
43
4
4
4
5
4
9
4
5
5
4
5
44
4
4
5
4
4
10
5
4
5
4
4
45
5
5
5
5
5
11
4
4
4
4
4
46
4
4
4
4
4
12
5
5
4
4
4
47
4
3
4
2
4
13
5
5
4
5
5
48
5
5
5
5
5
14
5
5
5
5
5
49
5
5
5
5
4
15
3
2
3
2
2
50
5
4
4
4
5
16
2
2
2
3
2
51
5
4
4
4
5
17
5
5
5
5
4
52
5
4
4
5
5
18
2
1
3
2
3
53
5
4
4
4
5
19
1
2
1
1
1
54
4
3
4
4
4
20
4
4
5
5
5
55
3
4
4
4
3
21
5
5
5
5
4
56
4
3
4
4
4
22
5
4
5
5
4
57
4
4
4
4
4
23
5
5
5
5
5
58
4
4
5
5
4
24
5
4
5
5
5
59
5
5
5
5
5
25
5
4
5
5
4
60
4
4
4
4
4
26
5
4
5
2
5
61
5
5
5
5
5
27
5
5
5
5
4
62
4
5
5
5
5
28
5
4
5
5
5
63
3
4
4
4
4
29
5
5
5
5
4
64
4
4
4
4
4
30
1
1
1
1
1
65
5
5
4
4
4
31
5
5
5
4
4
66
4
3
4
4
4
32
5
4
4
4
5
67
4
4
5
4
5
33
4
3
3
4
4
68
4
3
4
4
4
34
4
4
4
4
4
69
4
4
5
3
4
163
70
5
4
5
4
5
91
4
4
4
5
4
71
4
4
4
4
4
92
5
5
5
4
4
72
5
4
4
4
4
93
5
4
4
4
4
73
4
4
4
4
4
94
4
3
4
4
4
74
4
4
5
4
5
95
3
4
4
4
3
75
5
4
4
4
4
96
5
5
5
4
5
76
5
4
4
5
5
97
5
3
4
2
4
77
4
5
5
4
5
98
5
5
5
5
5
78
5
2
4
4
4
99
4
3
3
4
4
79
4
4
5
5
4
100
4
4
4
4
4
80
4
4
5
5
4
101
3
3
3
4
4
81
4
4
4
3
4
102
5
4
4
4
4
82
4
4
4
3
4
103
4
4
5
5
4
83
5
3
4
4
3
104
4
4
4
5
4
84
4
4
4
3
4
105
5
4
4
4
4
85
4
4
4
3
4
106
5
4
4
5
5
86
5
4
4
4
5
107
4
4
5
5
4
87
5
5
5
5
5
108
4
4
4
5
5
88
4
4
5
5
4
109
5
4
4
4
5
89
4
4
4
4
4
110
4
4
3
4
4
90
4
4
4
5
4
111
4
4
4
5
5
No
KPI 1
KPI 2
KPI 3
KPI 4
KPI 5
18
3
3
4
4
4
1
4
3
3
3
3
19
2
1
2
2
2
2
4
4
4
4
4
20
5
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
21
4
5
5
5
5
4
4
3
4
4
4
22
5
4
5
4
4
5
3
4
3
4
4
23
5
5
5
4
5
6
3
2
2
1
1
24
5
5
5
4
5
7
5
5
5
5
5
25
5
4
5
5
5
8
4
4
4
4
4
26
4
4
3
4
4
9
4
5
5
4
4
27
5
4
5
5
5
10
4
3
4
4
4
28
5
5
5
5
5
11
4
4
4
3
3
29
5
5
4
5
5
12
4
4
4
4
4
30
1
2
1
1
1
13
4
5
5
5
5
31
4
5
5
5
4
14
5
5
5
5
4
32
5
4
4
4
4
15
4
3
3
4
4
33
4
3
4
3
3
16
3
3
3
4
4
34
4
4
4
4
5
17
4
5
5
5
5
35
3
2
2
2
2
164
36
4
5
4
4
4
75
4
4
5
4
4
37
4
4
4
4
4
76
4
5
5
5
4
38
4
5
4
5
4
77
3
4
3
4
4
39
4
4
4
3
4
78
2
1
1
1
1
40
2
2
2
3
2
79
4
5
5
4
5
41
5
4
4
5
5
80
4
5
5
4
4
42
5
5
5
5
5
81
5
5
5
5
5
43
4
5
4
4
4
82
4
4
4
4
4
44
5
4
4
4
4
83
3
4
3
3
3
45
5
5
5
5
5
84
4
3
4
4
4
46
4
3
4
4
3
85
4
4
4
4
4
47
4
4
4
4
3
86
5
5
5
4
4
48
5
5
5
5
5
87
4
5
5
5
4
49
5
5
4
5
5
88
4
4
4
4
4
50
4
4
4
5
4
89
4
4
4
4
4
51
5
4
4
5
4
90
4
4
4
3
4
52
5
4
4
4
4
91
4
4
3
4
4
53
5
4
4
5
4
92
5
4
5
5
5
54
4
4
4
4
4
93
4
4
5
4
4
55
3
3
3
4
3
94
4
4
4
3
3
56
4
3
4
4
4
95
3
3
3
2
3
57
3
4
4
4
4
96
5
4
5
5
5
58
4
5
5
4
4
97
3
3
3
2
3
59
5
5
4
5
5
98
4
5
5
5
5
60
4
4
4
4
4
99
3
3
4
4
4
61
5
5
5
5
4
100
5
4
4
4
4
62
4
5
5
5
5
101
4
4
4
3
3
63
4
4
4
2
4
102
5
4
4
4
4
64
4
4
3
4
4
103
4
4
4
4
4
65
4
4
4
2
3
104
4
3
4
4
4
66
4
4
4
3
4
105
3
4
4
4
4
67
5
4
4
4
4
106
4
5
4
5
4
68
3
3
3
3
4
107
4
5
4
5
4
69
4
4
3
3
4
108
5
4
5
4
4
70
3
4
4
4
3
109
5
4
4
4
4
71
4
4
4
5
4
110
3
4
4
4
4
72
4
4
4
4
4
111
5
4
4
5
5
73
5
5
5
4
4
74
4
3
3
4
4
165
No
AI1
AI2
AI3
AI4
AI5
AI6
41
2
1
1
1
2
2
1
3
3
3
3
3
3
42
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
43
2
2
2
1
2
2
3
2
2
3
2
3
3
44
2
3
2
2
2
3
4
2
3
2
2
4
3
45
1
2
1
1
1
1
5
3
2
2
3
3
3
46
3
3
2
3
3
3
6
3
3
3
3
3
3
47
2
3
3
2
2
3
7
1
2
1
1
1
1
48
1
1
1
3
1
1
8
2
2
3
2
2
3
49
2
2
1
1
1
2
9
1
1
1
2
2
2
50
3
2
2
2
2
2
10
2
1
2
2
2
2
51
3
3
2
2
2
2
11
2
2
2
3
2
2
52
2
3
2
2
2
2
12
3
2
3
2
2
2
53
3
2
2
3
2
2
13
2
1
1
1
1
1
54
3
2
3
3
2
3
14
1
2
1
1
1
1
55
3
3
3
3
3
3
15
2
2
3
3
3
3
56
2
2
2
4
2
2
16
3
2
3
4
3
3
57
2
2
2
3
3
3
17
1
2
1
1
1
1
58
1
2
1
2
1
1
18
2
3
3
3
2
2
59
1
2
1
1
1
1
19
5
4
5
5
5
5
60
2
2
2
4
4
4
20
2
1
1
2
1
2
61
1
2
1
1
1
1
21
1
2
1
1
1
1
62
2
1
1
1
2
2
22
2
2
3
3
2
2
63
3
2
2
2
3
3
23
2
1
1
1
1
1
64
2
2
3
3
3
3
24
1
2
1
1
1
1
65
2
2
2
2
2
2
25
2
1
1
2
2
1
66
3
3
2
3
2
2
26
3
2
3
2
3
2
67
2
2
2
3
2
3
27
2
1
1
1
1
1
68
3
2
3
3
3
2
28
1
1
1
1
1
1
69
3
2
2
3
2
3
29
2
1
1
1
1
1
70
3
3
3
2
2
2
30
4
5
5
5
5
5
71
3
3
3
3
3
3
31
2
1
2
2
1
1
72
2
3
2
3
2
3
32
1
1
2
1
1
2
73
2
2
2
2
2
2
33
2
2
2
2
2
2
74
3
4
2
3
3
2
34
2
3
2
2
3
2
75
2
2
1
2
2
1
35
3
3
3
4
3
3
76
1
1
2
1
2
1
36
2
1
1
2
2
2
77
2
3
2
2
3
3
37
3
1
2
2
2
3
78
3
4
4
4
4
4
38
1
2
1
1
2
2
79
2
1
1
2
2
1
39
2
2
3
2
3
2
80
1
1
2
1
1
1
40
3
4
2
3
3
3
81
1
1
1
1
1
1
166
82
2
3
2
2
3
2
97
4
4
4
4
4
4
83
3
2
3
3
2
3
98
1
1
1
1
1
2
84
2
2
2
3
2
3
99
2
2
2
4
2
2
85
3
3
2
2
3
2
100
1
2
1
1
2
2
86
1
2
1
2
2
2
101
3
3
2
2
3
3
87
2
1
1
1
1
2
102
2
2
2
3
2
3
88
2
2
2
2
2
3
103
2
2
2
2
3
3
89
3
2
2
2
3
3
104
2
3
2
2
2
2
90
2
2
3
3
3
3
105
2
2
2
2
3
3
91
2
3
3
3
3
3
106
1
2
1
2
1
1
92
1
2
1
1
1
1
107
2
1
1
2
1
1
93
2
2
2
1
1
1
108
2
2
2
2
1
1
94
2
3
4
4
3
3
109
1
2
2
1
1
2
95
3
4
3
3
3
3
110
2
1
2
2
2
2
96
1
2
1
1
1
1
111
1
2
2
1
1
2
No
KD1
KD2
KD3
KD4
24
5
5
4
5
1
3
2
3
3
25
5
5
4
4
2
4
3
4
3
26
2
3
3
4
3
4
4
4
4
27
5
4
5
5
4
3
4
3
4
28
5
5
5
5
5
3
4
4
4
29
4
5
5
5
6
4
4
4
4
30
3
3
3
3
7
5
5
5
5
31
4
4
4
4
8
4
4
4
4
32
4
4
4
3
9
3
4
3
4
33
3
3
3
3
10
4
4
4
4
34
4
4
4
4
11
3
2
2
2
35
3
3
2
3
12
4
4
4
4
36
4
4
4
3
13
5
5
5
5
37
3
4
4
5
14
5
5
5
5
38
3
3
3
4
15
4
4
4
4
39
2
4
4
4
16
4
4
4
4
40
3
3
3
4
17
5
5
5
4
41
4
4
4
4
18
4
4
4
2
42
4
5
5
5
19
2
3
3
3
43
4
4
4
4
20
5
5
4
4
44
4
4
4
4
21
5
4
5
5
45
5
5
5
5
22
4
4
4
4
46
3
2
3
3
23
4
5
5
5
47
4
4
2
4
167
48
5
5
5
5
81
4
5
5
5
49
5
5
5
4
82
4
4
4
4
50
4
4
4
4
83
4
2
3
2
51
4
3
4
4
84
4
4
4
4
52
4
4
3
4
85
4
4
4
4
53
4
4
4
4
86
5
4
5
5
54
4
3
3
3
87
2
1
1
1
55
3
2
3
3
88
4
4
4
4
56
4
4
4
4
89
4
4
4
4
57
4
4
4
4
90
4
4
4
4
58
5
4
4
4
91
5
5
5
5
59
5
5
5
5
92
4
4
5
5
60
4
3
3
3
93
4
4
4
5
61
4
5
5
5
94
2
2
2
2
62
4
4
4
4
95
3
3
3
3
63
4
4
4
4
96
5
4
4
4
64
4
4
4
4
97
2
3
3
3
65
4
3
3
4
98
5
5
4
4
66
3
3
2
3
99
4
4
4
4
67
4
2
4
2
100
4
4
4
4
68
3
3
2
2
101
3
4
3
4
69
4
4
3
4
102
4
4
4
4
70
4
4
4
4
103
4
4
4
4
71
4
3
4
4
104
4
4
4
4
72
4
3
3
4
105
4
4
4
4
73
4
5
4
4
106
2
4
3
4
74
1
1
2
1
107
4
5
4
4
75
4
4
4
5
108
5
4
5
5
76
2
4
3
4
109
5
4
5
5
77
1
2
1
1
110
4
4
4
4
78
3
2
3
2
111
4
4
4
4
79
3
4
3
3
80
3
4
4
4
No
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
KP6
KP7
6
3
3
3
3
3
3
3
1
2
4
3
4
3
3
4
7
5
5
5
4
5
4
5
2
4
4
4
4
4
4
4
8
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
9
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
10
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
4
4
2
2
11
3
4
3
3
4
3
3
168
12
5
4
5
4
4
4
4
53
4
3
4
4
4
3
4
13
5
4
5
5
5
5
5
54
4
4
3
3
3
3
3
14
4
5
5
5
5
5
5
55
1
2
1
1
1
1
1
15
3
2
3
3
3
3
3
56
4
4
4
4
4
3
4
16
4
3
2
4
3
3
3
57
4
4
4
3
4
3
4
17
5
4
5
5
5
4
4
58
5
4
5
5
5
4
5
18
3
4
3
4
4
3
3
59
5
5
5
5
5
4
5
19
3
3
3
3
4
2
3
60
4
4
4
4
4
3
3
20
4
4
4
5
5
5
5
61
5
5
4
5
5
5
5
21
5
4
5
5
5
4
5
62
5
5
4
5
5
5
4
22
4
4
4
4
4
5
4
63
4
4
3
4
3
4
4
23
4
5
5
5
5
5
4
64
4
4
4
4
4
4
4
24
5
5
4
5
5
5
5
65
4
5
5
4
4
4
4
25
4
5
5
4
5
4
3
66
4
4
3
3
4
4
4
26
4
4
3
4
4
5
5
67
4
4
4
4
4
4
4
27
4
4
5
5
5
5
5
68
3
4
4
4
4
3
4
28
5
5
5
5
4
5
5
69
4
4
3
4
4
3
4
29
4
5
5
5
5
5
4
70
4
4
4
4
4
3
4
30
2
2
2
2
2
2
2
71
3
3
4
4
4
4
4
31
4
5
5
4
4
4
4
72
4
4
4
4
4
4
4
32
5
4
4
4
5
5
4
73
5
4
5
5
5
4
4
33
3
4
4
3
3
3
3
74
2
1
1
2
2
1
1
34
4
4
4
4
4
4
4
75
4
5
4
5
4
4
4
35
2
2
2
3
3
2
3
76
4
5
4
5
5
4
3
36
4
5
4
5
5
5
4
77
3
4
4
3
4
3
3
37
4
4
4
4
5
4
4
78
2
2
3
2
3
3
2
38
5
4
4
4
5
4
4
79
2
4
4
3
3
3
3
39
3
3
3
4
3
3
4
80
2
3
4
3
3
3
3
40
3
2
3
4
4
4
3
81
5
5
4
5
5
5
4
41
4
5
4
4
4
4
4
82
4
4
4
4
4
3
4
42
5
5
5
4
5
5
5
83
3
4
3
2
4
4
4
43
5
5
4
4
4
4
4
84
4
4
4
4
4
3
4
44
4
4
4
4
4
3
4
85
4
4
4
4
4
3
4
45
5
5
5
5
5
5
5
86
4
4
5
5
5
4
5
46
4
3
3
3
3
2
4
87
5
4
5
5
5
4
4
47
4
4
4
4
4
4
4
88
4
3
4
4
4
4
4
48
5
5
5
5
5
4
5
89
4
4
4
4
4
4
4
49
4
5
5
4
5
5
5
90
4
3
4
4
4
4
4
50
4
4
4
4
4
4
4
91
4
4
4
4
4
4
4
51
4
3
4
4
4
4
4
92
5
4
5
5
5
5
5
52
3
4
4
4
4
4
4
93
4
5
4
5
4
4
5
169
94
2
4
4
4
4
3
4
103
2
4
4
4
4
4
4
95
2
2
2
2
2
2
2
104
4
4
4
4
4
4
4
96
5
5
5
5
4
4
5
105
4
4
4
4
4
3
4
97
3
2
3
3
2
3
3
106
4
3
3
4
4
3
3
98
5
5
5
5
5
4
5
107
5
4
5
4
4
4
4
99
4
4
4
4
4
3
4
108
4
4
5
4
4
4
5
100
4
5
4
4
4
4
4
109
4
4
5
4
4
4
5
101
4
4
4
4
4
3
3
110
4
4
4
4
4
3
4
102
4
3
4
4
4
3
4
111
4
5
5
4
4
4
4
No
KO1
KO2
KO3
KO4
KO5
KO6
KO7
KO8 30
3
2
3
3
3
3
3
3
1
3
2
3
3
4
4
3
431
4
5
5
4
4
4
4
4
2
3
3
2
3
4
3
3
432
5
4
5
5
4
5
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
433
2
3
2
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
434
4
5
2
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
3
435
2
2
3
3
2
3
2
2
6
1
2
1
1
1
1
1
136
5
4
5
4
5
4
4
5
7
5
5
5
5
5
5
5
537
4
4
4
4
4
4
4
4
8
3
3
4
4
4
4
4
438
5
4
5
5
4
4
5
4
9
4
4
4
4
4
4
4
439
4
4
4
4
3
4
3
4
10
4
5
4
4
5
4
4
440
3
3
4
4
4
3
4
4
11
5
4
4
4
4
2
2
441
4
4
5
5
4
4
5
5
12
4
4
2
4
4
4
2
442
5
5
4
5
5
5
5
5
13
4
5
5
4
5
5
5
543
4
5
4
4
5
4
5
5
14
5
4
5
5
5
5
5
544
4
5
4
4
4
4
2
4
15
2
1
1
1
1
1
1
145
5
5
5
5
5
5
5
5
16
3
3
3
3
4
3
3
346
4
4
3
3
4
3
2
4
17
4
5
5
5
5
5
4
547
4
4
4
4
4
4
4
4
18
4
4
4
4
4
5
4
448
5
5
5
5
5
5
5
5
19
1
2
2
2
1
1
1
149
5
5
5
5
5
5
5
5
20
4
5
5
4
4
4
4
550
4
4
4
4
4
5
4
4
21
5
5
5
5
5
5
5
551
4
4
4
4
4
5
4
4
22
4
5
4
5
5
4
5
552
4
3
4
4
4
5
4
4
23
4
5
5
5
5
5
5
553
4
3
4
4
4
5
4
4
24
5
5
5
5
5
4
5
554
4
4
4
4
4
4
4
4
25
5
5
4
4
5
5
5
555
5
5
3
3
5
3
3
5
26
4
4
4
4
4
4
4
456
4
4
2
4
4
4
4
4
27
5
5
5
5
4
5
5
557
2
3
2
2
2
2
2
3
28
4
5
5
5
5
5
5
558
4
4
4
4
4
3
3
4
29
5
5
4
5
5
5
5
559
5
4
4
5
5
5
5
5
170
60
2
4
4
4
4
4
3
486
5
5
4
5
5
4
5
4
61
5
5
5
5
4
5
5
587
4
5
4
4
4
4
5
4
62
5
5
4
4
4
4
5
488
4
3
4
3
4
4
4
4
63
4
4
4
4
5
4
4
589
4
4
4
4
4
4
4
4
64
4
4
4
4
4
4
4
490
4
4
4
4
4
4
4
4
65
5
4
5
4
4
5
5
591
4
4
4
4
4
4
4
4
66
3
4
4
4
4
4
4
492
5
5
4
4
5
5
5
5
67
4
3
3
3
4
4
4
493
5
4
4
5
4
5
4
4
68
2
4
4
4
4
3
4
494
5
4
4
4
4
4
4
4
69
3
3
4
4
4
4
4
495
5
4
3
3
5
3
3
4
70
4
4
4
4
4
3
4
496
5
4
5
4
5
5
5
5
71
3
3
3
4
4
4
4
497
3
2
2
2
3
2
3
2
72
4
4
4
4
4
3
3
498
4
5
5
5
5
5
5
4
73
5
4
4
4
5
4
5
599
4
5
4
4
4
4
2
4
74
2
2
3
2
3
3
3
1100
4
4
2
4
4
4
2
4
75
3
4
4
4
4
3
2
4101
2
3
2
3
4
4
3
4
76
4
5
5
4
4
3
5
5102
4
3
4
4
4
5
4
4
77
4
5
3
4
3
4
5
3103
4
3
4
3
3
4
3
4
78
4
3
4
4
4
3
2
3104
4
4
4
4
4
4
4
4
79
5
5
5
5
4
4
5
5105
4
4
4
4
4
3
4
4
80
5
4
5
5
5
4
5
4106
4
5
5
4
4
4
4
5
81
4
4
4
5
5
5
5
5107
5
5
4
4
4
5
5
4
82
4
4
4
4
4
4
3
4108
5
5
4
5
5
4
5
4
83
4
3
4
4
3
4
3
3109
5
5
4
5
5
4
5
4
84
4
4
4
4
4
4
3
4110
4
5
4
4
4
4
2
4
85
4
4
4
4
4
4
3
4111
4
4
4
4
4
4
4
4
No
BEO1
BEO2
BEO3
BEO4
BEO5
12
3
4
4
4
3
1
1
1
1
1
1
13
5
4
5
5
5
2
4
4
3
3
3
14
5
5
4
5
4
3
5
4
3
4
2
15
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
16
4
4
3
3
3
5
4
3
3
3
3
17
4
5
5
5
5
6
4
4
4
4
4
18
5
4
3
4
5
7
5
5
5
5
3
19
2
1
1
1
1
8
4
4
4
4
4
20
5
4
4
5
4
9
4
4
4
5
3
21
5
4
5
5
5
10
4
4
4
4
4
22
4
4
4
4
2
11
4
4
4
4
4
23
5
4
5
5
5
171
24
4
5
5
5
5
65
5
4
4
4
4
25
5
4
4
4
4
66
4
4
4
4
4
26
5
3
3
4
3
67
4
4
4
4
3
27
5
4
5
5
5
68
4
4
3
3
3
28
5
5
5
4
5
69
4
4
3
4
4
29
5
4
5
5
5
70
3
4
3
4
3
30
2
2
2
2
3
71
4
4
4
4
4
31
4
4
4
4
4
72
4
4
4
3
3
32
4
3
4
4
4
73
3
4
4
4
3
33
3
4
4
3
4
74
5
4
4
3
4
34
4
4
3
4
4
75
5
4
4
4
3
35
2
2
2
2
2
76
5
4
1
4
2
36
2
3
4
5
4
77
5
4
3
5
4
37
5
5
4
5
3
78
4
2
4
3
3
38
4
4
2
4
4
79
3
4
4
5
5
39
2
2
2
2
3
80
3
4
4
4
4
40
4
4
4
4
4
81
5
5
5
5
5
41
4
5
4
4
4
82
4
4
4
4
4
42
5
5
4
5
5
83
4
2
4
3
3
43
4
4
3
3
3
84
4
4
4
4
4
44
4
4
4
4
4
85
4
4
4
4
4
45
5
5
3
5
5
86
5
4
4
5
4
46
4
4
3
4
2
87
4
4
3
4
4
47
3
4
3
4
4
88
4
4
3
3
4
48
5
5
3
5
4
89
4
4
4
4
4
49
5
5
5
5
4
90
4
4
4
4
4
50
3
4
4
5
4
91
4
4
4
4
4
51
3
4
4
5
4
92
4
5
5
5
5
52
3
4
4
5
4
93
5
4
4
4
3
53
3
4
4
5
4
94
4
4
3
3
3
54
4
4
3
4
4
95
3
3
3
3
3
55
2
2
2
2
1
96
5
4
5
5
5
56
4
4
3
4
4
97
4
4
4
4
4
57
4
4
3
4
4
98
5
5
5
5
4
58
4
4
4
4
4
99
4
4
4
4
4
59
5
5
5
5
4
100
3
4
4
4
3
60
4
4
3
4
4
101
4
4
4
4
4
61
4
5
5
5
5
102
3
4
4
5
4
62
4
5
4
4
4
103
4
4
3
3
4
63
5
4
4
4
4
104
4
4
4
4
4
64
4
4
3
4
4
105
3
4
3
4
3
172
106
5
4
1
4
2
109
5
4
4
5
4
107
4
4
4
4
4
110
4
4
4
4
4
108
5
4
4
5
4
111
4
5
4
4
4
KK7 3 3 3 3 2 4 1 2 2 2 2 2 1 1 3 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 5 1 3 2 2
KK8 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 3 1 3 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 5 1 3 2 2
KK9 2 2 1 2 1 4 1 3 2 2 1 1 1 1 3 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 2 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
KK1 3 3 2 2 3 4 1 2 1 2 2 1 1 1 3 3 1 4 4 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 4 2 1 4 2
KK2 3 3 3 3 3 2 1 2 1 2 2 2 1 1 3 3 1 4 4 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 4 2 2 3 2
KK3 3 3 3 2 2 4 1 2 2 2 5 2 1 1 3 3 1 3 4 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 4 2 1 2 2
KK4 3 3 2 3 2 4 1 2 2 2 5 2 1 1 3 3 1 4 4 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 4 2 1 2 2
KK5 3 2 1 3 2 4 1 2 2 2 1 1 1 1 3 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 2 2
KK6 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 3 1 2 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 2 2
173
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
4 2 2 2 4 3 2 1 2 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3
4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 4 2 4 2 2 3 2 3
4 2 2 2 4 3 2 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
4 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1
4 2 2 1 2 3 2 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
4 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
4 1 2 2 2 4 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1
4 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
4 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1
174
74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
4 2 1 2 4 2 2 1 2 4 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 3 1 4 1 3 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 3 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
3 2 2 3 4 2 2 1 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 1 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
4 1 1 2 4 1 1 1 2 4 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 4 3 1 4 1 2 2 3 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2
2 2 1 3 3 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 1 4 1 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2
3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1
3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 3 1 4 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
2 2 2 4 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1
1 1 1 3 3 1 1 1 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 3 1 4 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2
175
Lampiran 5
UJI INSTRUMEN (OUTER MODEL) Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard T Statistics Error (|O/STERR|) (STERR)
AI1 <- AI
0,701350
0,711485
0,078021
0,078021
8,989277
AI2 <- AI
0,698884
0,666788
0,048526
0,048526
14,402168
AI3 <- AI
0,670329
0,660183
0,085129
0,085129
7,874236
AI4 <- AI
0,841515
0,855164
0,020376
0,020376
41,300343
AI5 <- AI
0,810137
0,794319
0,061412
0,061412
13,191880
AI6 <- AI
0,835872
0,815905
0,054671
0,054671
15,289039
BEO1 <- BEO 0,840668
0,825737
0,042538
0,042538
19,762568
BEO2 <- BEO 0,613113
0,586493
0,086253
0,086253
7,108315
BEO3 <- BEO 0,689878
0,684012
0,073146
0,073146
9,431551
BEO4 <- BEO 0,717510
0,708100
0,058194
0,058194
12,329573
BEO5 <- BEO 0,666291
0,671083
0,051446
0,051446
12,951308
KD1 <- KD
0,848517
0,845324
0,031683
0,031683
26,781227
KD2 <- KD
0,947262
0,943031
0,013587
0,013587
69,717511
KD3 <- KD
0,892982
0,887894
0,032989
0,032989
27,069453
KD4 <- KD
0,735585
0,725392
0,094813
0,094813
7,758291
KK1 <- KK
0,836157
0,840373
0,014194
0,014194
58,908447
KK2 <- KK
0,923425
0,926069
0,009572
0,009572
96,471723
KK3 <- KK
0,728424
0,718720
0,064292
0,064292
11,329875
KK4 <- KK
0,936379
0,938790
0,011563
0,011563
80,977955
KK5 <- KK
0,785622
0,783365
0,044421
0,044421
17,685692
KK6 <- KK
0,785042
0,771695
0,049494
0,049494
15,861403
KK7 <- KK
0,839262
0,842735
0,020733
0,020733
40,479795
KK8 <- KK
0,915226
0,917096
0,015263
0,015263
59,962758
KK9 <- KK
0,852744
0,855318
0,015947
0,015947
53,474609
KO1 <- KO
0,828962
0,830500
0,020935
0,020935
39,597052
176
KO2 <- KO
0,807404
0,799605
0,020168
0,020168
40,033388
KO3 <- KO
0,866554
0,869050
0,012797
0,012797
67,713063
KO4 <- KO
0,795145
0,788597
0,019120
0,019120
41,587475
KO5 <- KO
0,802296
0,801239
0,032307
0,032307
24,833848
KO6 <- KO
0,714848
0,708528
0,029598
0,029598
24,151644
KO7 <- KO
0,791892
0,783930
0,037289
0,037289
21,236579
KO8 <- KO
0,802340
0,802950
0,023836
0,023836
33,660539
KP1 <- KP
0,697136
0,666604
0,092025
0,092025
7,575476
KP2 <- KP
0,837034
0,824191
0,030296
0,030296
27,628871
KP3 <- KP
0,957496
0,947756
0,018677
0,018677
51,265527
KP4 <- KP
0,974823
0,967552
0,016637
0,016637
58,595048
KP5 <- KP
0,913429
0,905841
0,015692
0,015692
58,208758
KP6 <- KP
0,866750
0,864234
0,014691
0,014691
58,997127
KP7 <- KP
0,953227
0,949762
0,013816
0,013816
68,994216
KPI1 -> KPI
0,611701
0,600625
0,062797
0,062797
9,740969
KPI2 -> KPI
0,402321
0,404201
0,082544
0,082544
4,874022
KPI3 -> KPI
-0,424527
-0,409675
0,052895
0,052895
8,025837
KPI4 -> KPI
0,100355
0,090223
0,094673
0,094673
1,060013
KPI5 -> KPI
0,457286
0,469152
0,089476
0,089476
5,110678
PP1 <- PP
0,934889
0,933300
0,015470
0,015470
60,431898
PP2 <- PP
0,909265
0,903300
0,022907
0,022907
39,694444
PP3 <- PP
0,882648
0,879276
0,033382
0,033382
26,440782
PP4 <- PP
0,790869
0,789698
0,049681
0,049681
15,918928
PP5 <- PP
0,903264
0,906530
0,033713
0,033713
26,792830
177
Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
AI1 <- AI
0,222869
0,233481
0,076996
0,076996
2,894542
AI2 <- AI
0,130819
0,107721
0,029322
0,029322
4,461466
AI3 <- AI
0,196426
0,196945
0,061432
0,061432
3,197461
AI4 <- AI
0,387311
0,406981
0,065850
0,065850
5,881702
AI5 <- AI
0,151414
0,139182
0,045403
0,045403
3,334904
AI6 <- AI
0,205772
0,193868
0,029331
0,029331
7,015568
BEO1 <- BEO 0,389270
0,377365
0,051229
0,051229
7,598567
BEO2 <- BEO 0,266069
0,247545
0,050988
0,050988
5,218307
BEO3 <- BEO 0,195137
0,210472
0,048577
0,048577
4,017058
BEO4 <- BEO 0,284272
0,294762
0,051050
0,051050
5,568530
BEO5 <- BEO 0,256697
0,263727
0,068918
0,068918
3,724663
KD1 <- KD
0,358180
0,356979
0,071055
0,071055
5,040887
KD2 <- KD
0,383044
0,379655
0,024657
0,024657
15,534665
KD3 <- KD
0,280983
0,283954
0,017821
0,017821
15,766563
KD4 <- KD
0,111915
0,106279
0,097648
0,097648
1,146109
KK1 <- KK
0,125609
0,126503
0,006581
0,006581
19,087234
KK2 <- KK
0,159353
0,158029
0,008624
0,008624
18,478427
KK3 <- KK
0,101899
0,100552
0,011073
0,011073
9,202315
KK4 <- KK
0,136152
0,137821
0,004627
0,004627
29,426617
KK5 <- KK
0,136523
0,135442
0,004085
0,004085
33,420226
KK6 <- KK
0,134627
0,131119
0,004694
0,004694
28,679047
KK7 <- KK
0,117669
0,119146
0,003574
0,003574
32,925827
KK8 <- KK
0,129508
0,131148
0,005066
0,005066
25,562379
KK9 <- KK
0,135888
0,136364
0,008757
0,008757
15,516771
KO1 <- KO
0,166684
0,168592
0,006052
0,006052
27,544114
KO2 <- KO
0,198719
0,198412
0,007000
0,007000
28,386738
KO3 <- KO
0,152092
0,154580
0,006262
0,006262
24,287978
KO4 <- KO
0,178090
0,177940
0,005836
0,005836
30,516870
KO5 <- KO
0,131601
0,132043
0,011363
0,011363
11,581680
178
KO6 <- KO
0,138189
0,138980
0,010099
0,010099
13,683817
KO7 <- KO
0,132705
0,130353
0,011132
0,011132
11,920948
KO8 <- KO
0,147718
0,148423
0,008843
0,008843
16,704289
KP1 <- KP
-0,012410
-0,050006
0,098528
0,098528
0,125955
KP2 <- KP
0,125993
0,116139
0,036046
0,036046
3,495354
KP3 <- KP
0,175267
0,175537
0,018262
0,018262
9,597543
KP4 <- KP
0,228324
0,241743
0,034339
0,034339
6,649187
KP5 <- KP
0,158806
0,155105
0,021077
0,021077
7,534684
KP6 <- KP
0,227086
0,247522
0,031809
0,031809
7,139070
KP7 <- KP
0,179300
0,183328
0,014894
0,014894
12,038626
KPI1 -> KPI
0,400714
0,372684
0,109498
0,109498
3,659542
KPI2 -> KPI
0,162779
0,182282
0,104941
0,104941
1,551152
KPI3 -> KPI
-0,824965
-0,830602
0,092751
0,092751
8,894360
KPI4 -> KPI
-0,180824
-0,164861
0,045232
0,045232
3,997714
KPI5 -> KPI
0,781394
0,789755
0,058731
0,058731
13,304621
PP1 <- PP
0,410893
0,397883
0,035929
0,035929
11,436283
PP2 <- PP
0,167598
0,166989
0,028449
0,028449
5,891176
PP3 <- PP
0,238174
0,239536
0,055485
0,055485
4,292619
PP4 <- PP
0,165457
0,171397
0,041426
0,041426
3,994068
PP5 <- PP
0,135498
0,142170
0,030054
0,030054
4,508436
Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha AI
0,861866
BEO 0,754686 KD
0,888050
KK
0,949964
KO
0,920825
KP
0,957421
KPI PP
0,93558
179
Composite Reliability Composite Reliability AI
0,892319
BEO 0,833664 KD
0,918232
KK
0,957932
KO
0,935078
KP
0,963599
KPI PP
0,947691
DISCRIMINANT VALIDITY Cross Loadings AI
BEO
KD
KK
KO
KP
KPI
PP
AI1
0,701350 0,400080 -0,058985 0,287527 -0,403811 -0,354582
0,237410
0,234560
AI2
0,698884 -0,011381 -0,219491 0,168772 -0,291008 -0,283155
0,211355
0,211038
AI3
0,670329 0,019252 0,087943 0,253413 -0,221020 -0,305319
0,248802
0,340957
AI4
0,841515 0,184556 -0,038120 0,499676 -0,375359 -0,186135
0,453078
0,182660
AI5
0,810137 -0,140335 -0,137894 0,195342 -0,394856 -0,154650
0,271925
0,086478
AI6
0,835872 -0,006828 -0,419157 0,265469 -0,347094 -0,029867
0,372665
0,340828
BEO1 0,143427 0,840668 0,169153 0,407743 -0,208237 -0,076948
0,476442
0,494659
BEO2 -0,064040 0,613113 0,012540 0,278696 -0,103340 -0,062459
0,253635
0,397722
BEO3 -0,094959 0,689878 0,012090 0,204397 -0,080408 0,106437
0,401585
0,451731
BEO4 0,120965 0,717510 0,214850 0,297762 -0,148617 -0,071729
0,514501
0,456597
BEO5 0,333606 0,666291 0,054515 0,268878 -0,304167 0,014709
0,371786
0,440749
KD1
-0,016568 0,030436 0,848517 -0,382324 0,268784
-0,254538
-0,342745 -0,361089
KD2
-0,191776 0,286575 0,947262 -0,408864 0,475988
0,065694
-0,192347 -0,138782
KD3
-0,136524 0,085340 0,892982 -0,299923 0,234918
-0,049898
-0,247302 -0,367125
180
KD4
-0,256663 0,017515 0,735585 -0,119459 0,104966
KK1
0,011589
0,064000
-0,498738
0,170672 0,309517 -0,430689 0,836157 -0,736953 -0,077953
0,665040
0,038023
KK2
0,342058 0,412957 -0,435241 0,923425 -0,901717 -0,433115
0,715791
0,409392
KK3
0,291785 0,486753 0,112070 0,728424 -0,467955 -0,027632
0,748623
0,202788
KK4
0,417182 0,420882 -0,463597 0,936379 -0,705899 -0,167501
0,698804
0,440691
KK5
0,476396 0,370273 -0,467878 0,785622 -0,635707 -0,061458
0,826503
0,457667
KK6
0,424539 0,495017 -0,292541 0,785042 -0,650713 -0,260230
0,781107
0,460084
KK7
0,247926 0,401834 -0,244783 0,839262 -0,621383 -0,080469
0,614503
0,315597
KK8
0,440756 0,211379 -0,300463 0,915226 -0,772127 -0,381951
0,608466
0,205705
KK9
0,314553 0,169152 -0,331626 0,852744 -0,891952 -0,580543
0,516853
0,116190
KO1
-0,217103 -0,346120 0,147401 -0,714642 0,828962
0,494214
-0,712443 -0,081640
KO2
-0,274483 -0,354129 0,265814 -0,851987 0,807404
0,419344
-0,693862 -0,231030
KO3
-0,393745 -0,053603 0,207266 -0,652080 0,866554
0,460124
-0,487368 0,005241
KO4
-0,424931 -0,141515 0,476931 -0,763545 0,795145
0,512592
-0,565042 -0,208357
KO5
-0,275771 -0,107614 0,206050 -0,564228 0,802296
0,555779
-0,339896 0,163849
KO6
-0,547028 -0,183030 0,563688 -0,592471 0,714848
0,081328
-0,513983 -0,330402
KO7
-0,371718 0,020712 0,335992 -0,568961 0,791892
0,189858
-0,576518 0,206226
KO8
-0,409986 -0,314435 0,087334 -0,633329 0,802340
0,077244
-0,647692 -0,115433
KP1
-0,267806 0,423330 -0,127025 0,017060 0,331973
0,697136
0,201174
KP2
0,022014 -0,119015 -0,145194 -0,173201 0,186181
0,837034
-0,032929 -0,080948
KP3
-0,374900 0,025477 -0,020229 -0,240937 0,469541
0,957496
-0,134384 -0,003145
KP4
-0,374982 -0,082588 -0,145923 -0,313875 0,462755
0,974823
-0,110923 -0,077683
KP5
-0,222607 -0,093347 -0,001184 -0,218309 0,395647
0,913429
-0,062479 -0,059531
KP6
-0,177737 0,013037 0,003870 -0,312172 0,512808
0,866750
-0,093175 0,100387
KP7
-0,316529 0,022787 -0,144113 -0,246481 0,342386
0,953227
0,042981
-0,030800
KPI1 0,373183 0,108006 -0,402661 0,494475 -0,508158 -0,179896
0,611701
0,249786
KPI2 0,296380 0,431258 -0,048750 0,325221 -0,199104 0,019073
0,402321
0,639600
KPI3 -0,109633 0,170437 0,144252 -0,343172 0,511756
-0,424527 0,315269
0,475757
0,284677
KPI4 0,327180 -0,366304 -0,237110 0,081122 -0,207817 0,182920
0,100355
-0,139261
KPI5 0,247898 0,683263 -0,017085 0,369655 -0,126301 0,531926
0,457286
0,479645
PP1
0,381190 0,537833 -0,355117 0,486761 -0,258671 -0,251854
0,337796
0,934889
PP2
0,293135 0,675206 -0,051142 0,198544 0,065383
0,244464
0,909265
PP3
0,190535 0,542540 -0,444763 0,282151 -0,220755 -0,063340
0,311211
0,882648
0,038289
181
PP4
0,098541 0,558616 -0,248288 0,196008 0,116134
0,253757
0,318407
0,790869
PP5
0,246400 0,543641 -0,294970 0,160517 0,140860
0,339277
0,276891
0,903264
AVE & Akar AVE AVE
Akar AVE
0,582137
0,761
BEO 0,503465
0,707
KD
0,738947
0,854
KK
0,717993
0,846
KO
0,643472
0,801
KP
0,792565
0,899
0,784241
0,885
AI
KPI PP
Latent Variable Correlations AI AI
BEO
KD
KK
KO
KP
KPI
PP
1,000000
BEO 0,140286
1,000000
KD
-0,146479
0,146612
1,000000
KK
0,413670
0,426425
-0,391195
1,000000
KO
-0,448070
-0,244574
0,356352
-0,848765
1,000000
KP
-0,277694
-0,042417
-0,078729
-0,285679
0,447963
1,000000
KPI 0,422771
0,573007
-0,258766
0,808363
-0,719329
-0,078898
1,000000
PP
0,629463
-0,341467
0,354665
-0,109607
-0,024199
0,344093 1,000000
0,300830
182
Lampiran 6
OUTPUT PENGUJIAN HIPOTESIS 1. EVALUASI MEASUREMENT (OUTER) MODEL A. CONVERGENT VALIDITY
Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)
Original Sample Sample (O) Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics (|O/STERR|)
Standard Error (STERR)
AI1 <- AI
0,829988
0,825640
0,031778
26,118355
0,031778
AI2 <- AI
0,768661
0,761979
0,038896
19,761950
0,038896
AI3 <- AI
0,885546
0,881054
0,025831
34,282090
0,025831
AI4 <- AI
0,861289
0,857217
0,033131
25,996264
0,033131
AI5 <- AI
0,908160
0,905551
0,016121
56,332814
0,016121
AI6 <- AI
0,893388
0,890933
0,021918
40,759612
0,021918
BEO1 <- BEO
0,715942
0,703214
0,077004
9,297428
0,077004
BEO2 <- BEO
0,864990
0,858293
0,037314
23,181626
0,037314
BEO3 <- BEO
0,807618
0,808210
0,046511
17,364009
0,046511
BEO4 <- BEO
0,897344
0,900087
0,019495
46,029225
0,019495
BEO5 <- BEO
0,811016
0,806986
0,053287
15,219773
0,053287
KD1 <- KD
0,851039
0,841972
0,036094
23,578146
0,036094
KD2 <- KD
0,909154
0,907196
0,015882
57,243183
0,015882
KD3 <- KD
0,924843
0,924730
0,018456
50,109850
0,018456
KD4 <- KD
0,903183
0,899425
0,022803
39,608497
0,022803
KK1 <- KK
0,827396
0,825801
0,028234
29,304649
0,028234
KK2 <- KK
0,811328
0,806456
0,042080
19,280495
0,042080
KK3 <- KK
0,881135
0,881429
0,037572
23,451982
0,037572
KK4 <- KK
0,867038
0,867954
0,029375
29,516658
0,029375
KK5 <- KK
0,897950
0,896752
0,024491
36,664538
0,024491
KK6 <- KK
0,866860
0,861004
0,032006
27,084551
0,032006
KK7 <- KK
0,852449
0,848050
0,030050
28,368013
0,030050
183
KK8 <- KK
0,852002
0,843363
0,044305
19,230255
0,044305
KK9 <- KK
0,826181
0,822880
0,043404
19,034632
0,043404
KO1 <- KO
0,826361
0,825978
0,035949
22,987066
0,035949
KO2 <- KO
0,824901
0,819321
0,033927
24,314007
0,033927
KO3 <- KO
0,809021
0,807500
0,043159
18,745037
0,043159
KO4 <- KO
0,898187
0,895147
0,024939
36,015195
0,024939
KO5 <- KO
0,861381
0,853703
0,040662
21,183919
0,040662
KO6 <- KO
0,832177
0,829865
0,038494
21,618424
0,038494
KO7 <- KO
0,832483
0,832121
0,029767
27,967025
0,029767
KO8 <- KO
0,894673
0,892461
0,027796
32,187596
0,027796
KP1 <- KP
0,836606
0,830230
0,033761
24,779879
0,033761
KP2 <- KP
0,832661
0,824419
0,033843
24,603843
0,033843
KP3 <- KP
0,878658
0,872782
0,024610
35,702779
0,024610
KP4 <- KP
0,884821
0,876852
0,027376
32,320869
0,027376
KP5 <- KP
0,904212
0,903088
0,022901
39,483536
0,022901
KP6 <- KP
0,855967
0,847827
0,025746
33,246063
0,025746
KP7 <- KP
0,866560
0,858644
0,032277
26,847455
0,032277
KPI1 -> KPI
0,825471
0,809358
0,048718
16,943868
0,048718
KPI2 -> KPI
0,911177
0,905814
0,026145
34,851252
0,026145
KPI3 -> KPI
0,913125
0,908183
0,027651
33,023345
0,027651
KPI4 -> KPI
0,848462
0,845323
0,049649
17,089361
0,049649
KPI5 -> KPI
0,880208
0,872596
0,039690
22,176966
0,039690
PP1 <- PP
0,876064
0,868939
0,032602
26,871605
0,032602
PP2 <- PP
0,887359
0,889399
0,019152
46,333372
0,019152
PP3 <- PP
0,915572
0,914470
0,021664
42,262487
0,021664
PP4 <- PP
0,864999
0,858546
0,038082
22,714080
0,038082
PP5 <- PP
0,893683
0,889247
0,026835
33,302635
0,026835
184
Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O)
Standard Sample T Statistics Deviation Mean (M) (|O/STERR|) (STDEV)
Standard Error (STERR)
AI1 <- AI
0,185966
0,186841 0,007709
24,124413
0,007709
AI2 <- AI
0,172718
0,172278 0,008872
19,467348
0,008872
AI3 <- AI
0,203326
0,204057 0,006768
30,041749
0,006768
AI4 <- AI
0,196624
0,197982 0,008745
22,483572
0,008745
AI5 <- AI
0,204525
0,205658 0,008137
25,133758
0,008137
AI6 <- AI
0,198953
0,200481 0,006927
28,721056
0,006927
BEO1 <- BEO
0,202735
0,200957 0,020759
9,766198
0,020759
BEO2 <- BEO
0,269867
0,268540 0,022442
12,024867
0,022442
BEO3 <- BEO
0,223398
0,224719 0,022935
9,740553
0,022935
BEO4 <- BEO
0,293706
0,296897 0,024212
12,130837
0,024212
BEO5 <- BEO
0,218794
0,220534 0,019176
11,410020
0,019176
KD1 <- KD
0,264515
0,262506 0,019350
13,670188
0,019350
KD2 <- KD
0,296006
0,299711 0,014655
20,198586
0,014655
KD3 <- KD
0,276782
0,279349 0,012807
21,611267
0,012807
KD4 <- KD
0,276570
0,276366 0,016586
16,674523
0,016586
KK1 <- KK
0,128979
0,129201 0,006245
20,654301
0,006245
KK2 <- KK
0,121862
0,122327 0,005564
21,901951
0,005564
KK3 <- KK
0,133305
0,134342 0,005463
24,401318
0,005463
KK4 <- KK
0,133207
0,134175 0,005452
24,434177
0,005452
KK5 <- KK
0,136313
0,137114 0,005148
26,478823
0,005148
KK6 <- KK
0,131818
0,131734 0,006919
19,051511
0,006919
KK7 <- KK
0,134100
0,134109 0,006234
21,510403
0,006234
KK8 <- KK
0,126988
0,126983 0,005243
24,221344
0,005243
KK9 <- KK
0,123797
0,124320 0,004964
24,938285
0,004964
KO1 <- KO
0,134702
0,134778 0,008875
15,177313
0,008875
KO2 <- KO
0,152680
0,153335 0,008972
17,016941
0,008972
KO3 <- KO
0,136548
0,137528 0,010555
12,936851
0,010555
185
KO4 <- KO
0,154499
0,155405 0,010701
14,437791
0,010701
KO5 <- KO
0,142161
0,140645 0,009486
14,986643
0,009486
KO6 <- KO
0,149669
0,150595 0,010499
14,255412
0,010499
KO7 <- KO
0,148984
0,148930 0,009145
16,291406
0,009145
KO8 <- KO
0,159242
0,161131 0,009141
17,420113
0,009141
KP1 <- KP
0,163558
0,164395 0,009523
17,175765
0,009523
KP2 <- KP
0,159712
0,160665 0,008053
19,833277
0,008053
KP3 <- KP
0,178897
0,182389 0,009436
18,959901
0,009436
KP4 <- KP
0,168519
0,168847 0,008040
20,959736
0,008040
KP5 <- KP
0,167415
0,170405 0,008964
18,675583
0,008964
KP6 <- KP
0,162644
0,162283 0,007262
22,396384
0,007262
KP7 <- KP
0,153809
0,154024 0,008494
18,107341
0,008494
KPI1 -> KPI
0,209230
0,196561 0,060380
3,465242
0,060380
KPI2 -> KPI
0,342172
0,333345 0,078250
4,372804
0,078250
KPI3 -> KPI
0,252585
0,262035 0,067498
3,742085
0,067498
KPI4 -> KPI
0,178119
0,202018 0,069149
2,575866
0,069149
KPI5 -> KPI
0,151941
0,140702 0,069941
2,172413
0,069941
PP1 <- PP
0,209840
0,207245 0,014528
14,443845
0,014528
PP2 <- PP
0,242444
0,247400 0,014725
16,464582
0,014725
PP3 <- PP
0,223700
0,224735 0,007328
30,524932
0,007328
PP4 <- PP
0,227780
0,228940 0,012281
18,547156
0,012281
PP5 <- PP
0,222886
0,222612 0,009923
22,461722
0,009923
186
B. RELIABILITAS Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha AI
0,928297
BEO 0,878418 KD
0,919168
KK
0,953454
KO
0,943944
KP
0,944269
KPI PP
0,932681
Composite Reliability Composite Reliability AI
0,944006
BEO 0,911781 KD
0,943011
KK
0,960359
KO
0,953377
KP
0,954492
KPI PP
0,948926
187
C. DISCRIMINANT VALIDITY C. DISCRIMINANT VALIDITY
Cross Loadings AI
BEO
KD
KK
KO
KP
KPI
PP
AI1
0,829988 -0,568484 -0,497787 0,753485 -0,623183 -0,639530 -0,725608 -0,598757
AI2
0,768661 -0,449090 -0,442156 0,699808 -0,537619 -0,627515 -0,706501 -0,583551
AI3
0,885546 -0,677239 -0,480234 0,823822 -0,633141 -0,663962 -0,787129 -0,661075
AI4
0,861289 -0,590610 -0,493430 0,796670 -0,658142 -0,681250 -0,750951 -0,660051
AI5
0,908160 -0,639629 -0,532019 0,828681 -0,705827 -0,688158 -0,775516 -0,650635
AI6
0,893388 -0,589247 -0,499107 0,806105 -0,680652 -0,619536 -0,756784 -0,625582
BEO1 -0,481015 0,715942 0,352631 -0,503678 0,401755 0,494522 0,451631 0,449142 BEO2 -0,621111 0,864990 0,505821 -0,670464 0,471910 0,612154 0,672349 0,548226 BEO3 -0,509034 0,807618 0,511062 -0,555016 0,435919 0,501169 0,456069 0,461816 BEO4 -0,670444 0,897344 0,540069 -0,729689 0,623244 0,666776 0,681271 0,640094 BEO5 -0,500009 0,811016 0,436201 -0,543576 0,441299 0,476984 0,462968 0,380263 KD1
-0,487567 0,540857 0,851039 -0,569653 0,449806 0,623429 0,486372 0,321204
KD2
-0,561317 0,544704 0,909154 -0,637470 0,477920 0,638180 0,555400 0,348741
KD3
-0,497092 0,510058 0,924843 -0,596070 0,444211 0,573974 0,509987 0,344238
KD4
-0,502610 0,472756 0,903183 -0,595614 0,435218 0,597677 0,499581 0,315564
KK1
0,748182 -0,622907 -0,581840 0,827396 -0,678135 -0,739334 -0,775378 -0,714892
KK2
0,762045 -0,666161 -0,591418 0,811328 -0,569908 -0,660141 -0,687735 -0,651867
KK3
0,771309 -0,669322 -0,642803 0,881135 -0,716517 -0,775410 -0,804464 -0,690352
KK4
0,793599 -0,579347 -0,681155 0,867038 -0,736338 -0,728720 -0,803618 -0,670241
KK5
0,832178 -0,603285 -0,508151 0,897950 -0,774438 -0,735450 -0,849046 -0,751844
KK6
0,823262 -0,684106 -0,538865 0,866860 -0,725945 -0,742473 -0,777457 -0,672712
KK7
0,793046 -0,637692 -0,518334 0,852449 -0,743995 -0,736175 -0,804737 -0,783936
KK8
0,743352 -0,702420 -0,613554 0,852002 -0,628726 -0,722732 -0,760776 -0,676485
KK9
0,762576 -0,526973 -0,467083 0,826181 -0,678163 -0,638053 -0,776651 -0,703911
KO1
-0,594701 0,420853 0,380760 -0,630701 0,826361 0,471937 0,591149 0,631828
KO2
-0,681123 0,507269 0,402193 -0,714880 0,824901 0,578793 0,661029 0,664359
KO3
-0,609644 0,442604 0,354585 -0,639346 0,809021 0,522925 0,565801 0,597539
KO4
-0,677517 0,541107 0,474830 -0,723397 0,898187 0,648120 0,646529 0,625166
188
KO5
-0,570408 0,476733 0,446665 -0,665627 0,861381 0,493091 0,602948 0,599684
KO6
-0,624174 0,559185 0,477318 -0,700780 0,832177 0,610546 0,666462 0,614085
KO7
-0,636473 0,558026 0,373346 -0,697575 0,832483 0,595508 0,671885 0,606603
KO8
-0,661312 0,458490 0,494404 -0,745606 0,894673 0,623134 0,694079 0,626098
KP1
-0,624616 0,601816 0,591848 -0,723371 0,516055 0,836606 0,663252 0,520628
KP2
-0,683419 0,523537 0,516549 -0,706361 0,623132 0,832661 0,689972 0,550655
KP3
-0,691830 0,651897 0,614757 -0,791209 0,614412 0,878658 0,710244 0,621209
KP4
-0,677849 0,557372 0,613119 -0,745311 0,574109 0,884821 0,703834 0,493767
KP5
-0,668933 0,596093 0,538444 -0,740426 0,592674 0,904212 0,678545 0,539425
KP6
-0,649776 0,614636 0,592413 -0,719328 0,609769 0,855967 0,651318 0,520344
KP7
-0,606528 0,554294 0,642866 -0,680253 0,545601 0,866560 0,644109 0,508258
KPI1 -0,706956 0,586696 0,524683 -0,756952 0,588116 0,657346 0,825471 0,671299 KPI2 -0,798940 0,579310 0,471472 -0,835545 0,721854 0,712326 0,911177 0,764879 KPI3 -0,822735 0,626690 0,523582 -0,837331 0,688011 0,736752 0,913125 0,722511 KPI4 -0,734628 0,551829 0,478048 -0,778035 0,615010 0,635581 0,848462 0,669229 KPI5 -0,749554 0,649714 0,552033 -0,807147 0,660901 0,673770 0,880208 0,725630 PP1
-0,590149 0,520958 0,326484 -0,678220 0,600657 0,558631 0,654801 0,876064
PP2
-0,703387 0,590090 0,407658 -0,783597 0,665070 0,627874 0,766081 0,887359
PP3
-0,638567 0,551415 0,276670 -0,723014 0,653546 0,492976 0,728820 0,915572
PP4
-0,680046 0,496649 0,377511 -0,736201 0,684339 0,515615 0,722868 0,864999
PP5
-0,635976 0,558640 0,249109 -0,720383 0,639786 0,553564 0,732659 0,893683
AVE AVE
AKAR AVE
AI
0,738105
0,859
BEO
0,675200
0,821
KD
0,805476
0,987
KK
0,729323
0,853
KO
0,719069
0,847
KP
0,749913
0,865
KPI
189
PP
0,788012
0,887
Latent Variable Correlations AI AI
BEO
KD
KK
KO
KP
KPI
PP
1,000000
BEO -0,685166 1,000000 KD
-0,571714 0,576225 1,000000
KK
0,915004 -0,740284 -0,669087 1,000000
KO
-0,746665 0,585790 0,503765 -0,815341 1,000000
KP
-0,760269 0,677615 0,677976 -0,843854 0,672908 1,000000
KPI -0,873840 0,676279 0,572378 -0,916995 0,753793 0,782949 1,000000 PP
-0,733867 0,613373 0,370747 -0,822289 0,731960 0,620554 0,814126 1,000000
2. PENGUJIAN MODEL STRUKTURAL (INNER MODEL)
R Square R Square AI BEO KD KK KO KP KPI PP
0,949135
190
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample Sample (O) Mean (M) AI -> KK
0,315390
Standard Deviation (STDEV)
Standard T Statistics Error (|O/STERR|) (STERR)
0,306772 0,054750
0,054750
5,760586
BEO -> KK -0,038850
-0,041065 0,049066
0,049066
0,791788
KD -> KK
-0,134525
-0,138592 0,038937
0,038937
3,454972
KO -> KK
-0,108364
-0,116962 0,047397
0,047397
2,286280
KP -> KK
-0,154261
-0,149184 0,045213
0,045213
3,411900
KPI -> KK
-0,169513
-0,191084 0,079420
0,079420
2,134384
PP -> KK
-0,204080
-0,178763 0,072602
0,072602
2,810955
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206