Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGArRUHI AUDIT DELAY (STUDY KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Muhammad Azhari
[email protected]
Wahidahwati Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This study aimed to determine the influence of firm size, profitability, solvency, age of company, structure of share holder and public accountant firm size of audit delay in financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Object of this study are companies that have issued financial statements for the year ended December 31, 2009 through 2012 and into the category of a number of financial companies 29 companies. The technique of determining the sample used was purposive sampling. To prove the hypothesis used multiple linear regression analysis techniques. The results of this study show that only two factors that influence on audit delay that are firm size and structure of share holder. Keywords: firm size, profitability, solvency, age of company, structure of share holder, public accountant firm size and audit delay
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor ukuran perusahaan , profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, sruktur kepemilikan saham, dan ukuran KAP terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009 sampai dengan tahun 2012 dan masuk dalam kategori perusahaan perbankan sejumlah 29 perusahaan. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 2 dari 6 faktor yang berpengaruh pada audit delay yaitu ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan saham perusahaan. Kata kunci : ukuran perusahaan , profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, kepemilikan saham, ukuran KAP dan audit delay
sruktur
PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Sebagai lembaga pengawas modal Bapepam mewajibkan perusahaan yang go public menyampaikan laporan keuangan.yang telah diaudit oleh akuntan publik. 1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
2 Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ke empat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Kemudian pada tanggal 30 September 2003, BAPEPAM menerbitkan Lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM 2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat– lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan. Berbagai kendala yang mempengaruhi ketepatan penyajian laporan audit dapat berasal dari internal perusahaan, internal kantor akuntan publik maupun lingkungan diluar perusahaan maupun akuntan publik. Laporan keuangan perusahaan yang ditutup per tanggal 31 Desember tidak dapat selesai pada tanggal itu juga, Perusahaan masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan laporan keuangan tersebut sampai dengan penyerahan kepada auditor untuk dilakukan audit. Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menyelesaikan laporan keuangan yang per tanggal 31 Desember akan semakin panjang bila kendala seperti kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki kurang memadai atau teknologi yang dimiliki perusahaan kurang memadai dalam menunjang kebutuhan penyusunan laporan keuangan. Begitu juga dengan kendala yang dihadapi akuntan publik dalam menyelesaikan auditnya akan semakin panjang bila sumber daya manusia yang dimiliki kurang memadai. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan dan mempengaruhi manfaat informasi laporan keuangan. Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit report lag atau audit delay (Mujiyanto 2011) Semakin panjang audit delay, semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Audit delay dipengaruhi oleh baik faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti keuangan, sumber daya manusia, teknologi, dan lain–lain (Mujiyanto, 2011). Ahmad dan Kamarudin (2000) menyatakan bahwa enam dari delapan variabel yang digunakan, yaitu klasifikasi industri, laba/rugi perusahaaan, opini audit, ukuran KAP, tahun tutup buku perusahaan, dan proporsi utang berpengaruh signifikan terhadap audit delay dan timeliness, sedangkan total aset dan extraordinry item tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay dan timeliness. Rachmawati (2008) menyimpulkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay, faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Kartika (2009) menyimpulkan bahwa faktor total aset, laba/rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan, opini dari auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan,dan faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan. Hasil dari beberapa penelitian tersebut masih beragam, hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan sifat variabel independen dan variabel dependen yang diteliti atau perbedaan periode pengamatan, sehingga ditinjau dari pentingnya informasi yang terkandung dalam laporan keuangan masih memberikan ruang untuk dilakukan penelitian. (Puspitasari, 2012)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
3 Disamping harus memenuhi kewajiban kepada Bapepam untuk menyerahkan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen bank juga diharuskan memenuhi peraturan yang ditetapkan pihak berwenang untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor independen. Dalam Peraturan Bank Indonesia No: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank menyatakan bahwa bank wajib membuat Laporan Tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan Laporan Tahunan tersebut wajib disampaikan kepada pemegang saham dan sekurang-kurangnya kepada: a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia; d. Asosiasi bank-bank di Indonesia; e. Institut Bankir Indonesia (IBI); f. Lembaga Penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; g. Majalah ekonomi dan keuangan. Perbankan memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, Peranan penting perbankan dapat dilihat banyaknya sektor industri dan sektor lainnya yang terkait dengan perbankan. Jatuhnya sektor perbankan dapat memicu krisis ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah menemukan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, sruktur kepemilikan saham dan ukuran KAP terhadap audit delay. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, struktur kepemilikan saham dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, struktur kepemilikan saham dan ukuran KAP terhadap audit delay TINJAUAN PUSTAKA Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang berusaha menjelaskan hubungan antara prinsipal dengan agen dalam suatu perusahaan dimana terdapat pemisahan kepemilikan dengan manajemen atau pengelolaan terhadap sumber-sumber yang ada diperusahaan (Jensen dan Meckling, 1976), masalah dalam hubungan antara beberapa capital supplier (Mehran 1995) dan masalah dalam pemisahan antara fungsi penanggungan risiko perusahaan, fungsi pengambilan keputusan dan fungsi kendali perusahaan (Fama dan Jensen, 1983). Eisenhartdt (1988) teori keagenan adalah teori yang menjelaskan bagaimana cara mengorganisir dengan baik hubungan-hubungan antara prinsipal yang menentukan pekerjaan dengan pihak lain yang melakukan (agen). Berbagai konflik seperti perbedaan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham) dan agen (manajemen perusahaan) dapat berdampak pada lambannya penyelesaiann laporan keuangan, sebagai contoh adanya konflik kepentingan dimana pemegang saham menginginkan laba yang lebih kecil untuk kepentingan pembayaran pajak yang lebih kecil dan pembayaran insentif yang lebih kecil kepada agen (manajemen) dan dilain pihak agen (manajemen) menginginkan laba yang lebih besar agara insentif yang diperoleh juga lebih besar. Konflik kepentingan tersebut dapat berdampak pada lambannya penyelesaian laporan keuangan dapat memicu terjadinya audit delay sebab terdapat kemungkinan lamanya laporan keuangan diterima oleh auditor setelah tanggal laporan keuangan (31 Desember). Auditing dan Audit Delay Auditing adalah suatu proses sistematik memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi-asersi tentang aktivitas dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
4 mengomunikasikan hasilnya kepada para pihak berkepentingan (Boynton Johnson, dan Kell; 2003; 5) Mulyadi (2002:9) menyatakan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Dyer & McHugh (dalam Utami dan Fridawati, 2006), “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’s report” Sedang menurut Aryati dalam Lestari (2005) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Menurut Mujiyanto (2011) audit delay adalah rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal dikeluarkannya opini audit dalam laporan audit. Audit delay yang semakin panjang dapat membuat informasi yang dihasilkan kehilangan relevansinya. Pengaruhi Ukuran perusahaan terhadap audit delay Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan total aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, rata-rata total aset, dan ekuitas (Almilia dan Devi, 2007) dalam Adinugraha (2013). Menurut Dyer dan Mc Hugh, 1975 (dalam Halim dan Kartika, 2000) perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaanperusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dari pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Pengaruhi profitabilitas terhadap audit delay Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal perusahaan. Pada penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Return on Total assets (ROA) yaitu digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aktiva tertentu. Wild, John, K, K.R. Subramanyan, dan Robert F. Hasley. (2005 ; 41) menyatakan bahwa ROA adalah perbandingan laba sebelum pajak dan total aset : ROA
Laba bersih 100% total assets
Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay. Menurut Givoly & Palmon (1982) dalam Rachmawati dan Mujiyanto (2008) menyebutkan bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Carslaw & Kaplan (1991) dalam Rachmawati dan Mujiyanto (2008) yang menyatakan perusahaan yang mengalami rugi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
5 cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses pengauditan lebih lambat dari biasanya, oleh karena hal tersebut, maka akan terjadi pula keterlambatan dalam menyampaikan kabar buruk kepada publik. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan profitabilitas dapat mempengaruhi kecepatan penyelesaian pengauditan. Terdapat kecenderungan profitabilitas yang tinggi dapat berdampak pada cepatnya penyelesaian pengauditan sebaliknya profitabilitas yang rendah berdampak pada kecenderungan penyelesaian audit yang yang lebih lama. Pengaruhi solvabilitas terhadap audit delay Solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar. Perusahaan dengan proporsi hutang yang besar cenderung rentan dipengaruhi lingkungan disekitarnya. Kenaikan tingkat suku bunga dapat mempengaruhi biaya modal yang selanjutnya berdampak pada tingginya harga pokok produksi. Tingginya harga pokok dapat berdampak pada tingkat margin yang lebih rendah bila harga produk tetap namun bila harga jual naik maka dapat berdampak pada turunnya volume penjualan. Pada situasi ekonomi yang tidak menguntungkan seperti terjadinya krisis ekonomi, dapat berakibat pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Menururt Carslaw & Kaplan (1991) dalam Rachmawati dan Mujiyanto (2008) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit, hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya, oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen (miss management) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concem), yang pada akhirnya memerlukan kecematan yang lebih dalam pengauditan. Pengaruhi struktur kepemilikan saham terhadap audit delay Struktur kepemilikan saham merupakan susunan para pemegang saham atas suatu perusahaan. Struktur kepemilikan saham menunjukkan jumlah nominal saham, jumlah lembar saham dan jumlah persentase kepemilikan saham seseorang atau institusi seperti perusahaan, pemerintah dan instusi lainnya. Fridawati (2009 ; 45) struktur kepemilikan dapat mempengaruhi performansi perilaku dan perusahaan, kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manajer lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang jelek akan memperpanjang audit delay. Pengaruhi umur perusahaan terhadap audit delay Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan itu beroperasi. Umur perusahaan ini dihitung dari tanggal perusahaan itu berdiri hingga sekarang atau kapan audit dilaksanakan. Umur perusahaan diperkirakan dapat mempengaruhi audit delay, karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua dinilai lebih berhati – hati dan lebih terbiasa untuk melaporkan laporan keuangan dengan tepat waktu.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
6 Pengaruhi ukuran kantor akuntan publik terhadap audit delay Pada umumnya Kantor Akuntan Publik (KAP) besar adalah KAP yang bekerja sama dengan KAP internasional. KAP besar memiliki insentif yang kuat untuk menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat mempertahankan reputasi mereka, jika tidak mereka dapat kehilangan penugasan kembali sebagai auditor klien di tahun mendatang. Selain itu KAP besar mempunyai lebih banyak sumber daya daripada KAP kecil, sehingga KAP besar dapat bekerja lebih efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP kecil (Mujiyanto 2011). Kerangka Pikir Penelitian Theory Agency
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2012
Variabel Independen
Variabel Dependen
Ukuran Perusahaan Profitabilitas Solvabilitas
` Umur Perusahaan
Audit Delay
Struktur Kepemilikan Saham Ukuran KAP
Uji Asumsi Klasik
Uji Liner Regresi Berganda
Kesimpulan Implikasi Keterbatasan dan Saran Hasil Uji dan Pembahasan
Gambar 2.1. Model Kerangka Pikir Penelitian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
7 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang audit delay telah banyak dilakukan. Jeane Deart Meyti Prabandari dan Rustiana (2010) melakukan uji beda audit delay menggunakan sample perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari ketiga faktor yang diuji yakni total revenue, debt to asset, audit opinion dan karakteristik KAP terdapat perbedaan audit delay ditinjau dari total revenue dan aspek rugi laba dan tidak terdapat perbedaan audit delay ditinjau dari debt to asset ratio dan laporan keuangan yang diaudit KAP Big Four dan Non Big Four. Kemudian Endang Kartini (2009), menguji pengaruh profitabilitas, leverage, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP dan opini audit pada audit delay, Dari keenam faktor tersebut hanya solvabilitas dan ukuran KAP terbukti berpengaruh terhadap audit delay. Sistya Rachmawaty (2008) dengan menggunakan data Sampel penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 sampai dengan 2005, dengan variable terikat Audit Delay Dan Timeliness sedangkan variable bebas terdiri faktor internal yaitu profitabilitas, internal auditor dan size perusahaan dan faktor eksternal yaitu ukuran KAP. Hasil penelitian faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Sedang faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan dan solvabilitas sedangkan faktor eksternalnya adalah ukuran KAP sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Mujiyanto (2011) meneliti pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap audit delay dengan menggunakan 35 perusahaan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia anatara tahun 2007 sampai dengan 2010. Dari kelima faktor yang diuji yakni profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP, yang berpengaruh signifikan terhadap audit delay adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan ukuran KAP. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya terletak pada beberapa variabel yang diteliti yaitu faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, internal auditor, ukuran KAP dan opini audit dan teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat yang digunakan hanya audit delay, obyek yang digunakan adalah perushaan perbankan finansial, tahun pengamatan adalah 2009 hingga 2012 dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2014. Hipotesis a. Ukuran Perusahaan Menurut penelitian Ashton dkk. (1987); Carslaw dan Kaplan (1991); Subekti dan Widiyanti (2004); serta Wirakusuma (2004), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kesimpulannya, ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi audit delay. Semakin besar perusahaan maka semakin kompleks persoalan yang dihadapi perusahaan, seperti semakin banyaknya cabang yang dimiliki, semakin besarnya volume penjualan dan semakin besarnya operasional perusahaan yang secara keseluruhan dapat berdampak pada audit delay. Berdasar paparan di atas, hipotesis yang akan diuji yaitu: H 1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
8 b. Profitabilitas Courtis (1976) dalam Subekti dan Widiyanti (2004) dalam Lestari (2010) menunjukkan hasil penelitiannya mengenai pengaruh profitabilitas memperoleh predikat paling signifikan. Demikian pula hasil penelitian Halim (2000), Subekti dan Widiyanti (2004) sementara Aryati (2005) menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan. Profitabilitas yang tinggi merupakan berita baik bagi para investor dan pihak lain yang berkepentingan seperti kreditur, pemegang saham dan lainnya. Profitabilitas yang tinggi merupakan berita baik yang segera disampaikan ke publik oleh pihak manajemen perusahaan, oleh karena itu berdampak pada audit delay yang lebih pendek. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih tinggi diduga audit delay-nya akan lebih pendek ketimbang perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih rendah. Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut: H 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay c. Solvabilitas Carslaw dan Kaplan (1991) serta Wirakusuma (2004) dalam Lestari (2010) menemukan adanya hubungan positif antara solvabilitas (rasio total hutang terhadap total aset) dengan audit delay perusahaan, makin tingginya solvabilitas berarti ada permasalahan going concern yang memerlukan audit lebih teliti. Solvabilitas yang diproksikan dengan rasio hutang terhadap total aset dapat berpengaruh pada tinggi atau rendahnya audit delay. Rasio hutang yang tinggi terhadap total aset dapat berdampak pada kurangnya kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya. Tingginya solvabilitas dapat berakibat auditor memerlukan waktu yang lebih banyak dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya sehingga berdampak pada audit delay. Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut: H 3 : Solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay. d. Umur Perusahaan Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay. Semakin lama perusahaan beroperasi maka pada umumnya semakin berkembang perusahaan tersebut. Sejalan dengan perkembangan perusahaan maka semakin kompleks permasalahan yang dihadapi termasuk juga dalam penyelesaian laporan keuangan yang semakin lama. Lamanya penyelesaian laporan keuangan tersebut dapat memicu audit delay. Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut: H 4 : Umur perusahaan berpengaruh positif pada audit delay. e. Struktur Kepemilikan Saham Menurut Aryati, Lindasari (2007) struktur kepemilikan dibagi dua yaitu kepemilikan oleh pihak dalam negeri dan kepemilikan oleh pihak luar negeri. Perusahaan dengan kepemilikan asing memiliki sistem dan fasilitas yang lebih baik sehingga akan memudahkan auditor dalam proses auditnya. Kinerja pekerjanya yang baik akan memperkecil kemungkinan audit report lag karena auditor dapat terbantu dengan internal control yang ada. Para pemegang saham memiliki pengaruh dan peranan yang kuat dalam suatu perusahaan. Pengaruh tersebut dapat berbentuk intervensi pada operasional perusahaan. Oleh karena itu struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi audit delay. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H 5 : Struktur kepemilikan saham berpengaruh pada audit delay.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
9 f.
Ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut Yuliana dan Ardiati (2004), the big four umumnya memiliki sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian, dan kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang digunakan dibandingkan non big four sehingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih efektif dan efisien. Logikanya, perusahaan yang diaudit oleh the big four akan memiliki waktu audt delay lebih singkat ketimbang perusahaan yang diaudit oleh non big four. Kantor akuntan publik besar terbiasa menangani audit perusahaan-perusahaan besar. Untuk menangani audit perusahaan besar diperlukan staf auditor yang lebih banyak. Kantor akuntan publik besar berkepentingan untuk menjaga kinerjanya, diantaranya menjaga ketepatan waktu penyelesaian audit. Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut: H 6 : Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh pada audit delay. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empris. Penelitian empiris adalah penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2012. Teknik Penyampelan Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indrianto, 1999:147). Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan dan laporan pendapat auditor yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Dalam penelitian sampel dengan menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteriakriteria berikut ini: Perusahaan-perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009 sampai dengan tahun 2012. 1. Perusahaan bergerak pada sektor perbankan konvensional. 2. Perusahaan memiliki laporan keuangan telah diaudit selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. 3. Perusahaan yang memiliki data lengkap untuk penelitian Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya dan bukan diusahakan sendiri oleh penulis atau peneliti (Sudjana, 1996:52). Data tersebut berupa laporan keuangan dan laporan audit masing-masing emiten yang memuat pemberian pendapat akuntan publik pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dari catatan perusahaan yang diambil adalah dari BEI. Definisi Operasional Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, internal audit, umur perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, opini audit :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
10
1. Ukuran Perusahaan (SIZE) Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur perusahaan adalah total aktiva. 2. Profitabilitas (PROF) Return on Aset diukur dari laba bersih dibagi dengan total asset. Perusahaan dengan tingkat ROA yang tinggi diduga audit delay lebih pendek. Rumus ROA adalah sebagai berikut :
Laba Bersih x100% Total Asset Tingkat Solvabilitas (DEBT) Tingkat Solvabilitas diukur dari total kewajiban dibagi dengan total Modal. Rasio solvabilitas atau Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Rasio solvabilitas yang tinggi mencerminkan risiko yang tinggi pada kondisi financial perusahaan. Rumus solvabilitas adalah sebagai berikut : Total Kewajiban DER x100% Total Modal Struktur Kepemilikan Saham (SK) Struktur kepemilikan saham diukur dengan cara membagi perusahaan menjadi dua kelompok, yaitu untuk perusahaan dengan mayoritas saham dimiliki oleh institusi pemerintah atau dalam hal ini perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diberi angka 1 sedangkan perusahaan yang dimiliki selain BUMN diberi angka 0. Umur Perusahaan (AGE) Umur perusahaan diukur sejak perusahaan tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia Ukuran Kantor Akuntan Publik (UKAP) KAP besar adalah KAP yang berafiliasi dengan kelompok KAP Internasioanl yang digolongkan dalam Big Four. Skala 1 diberikan untuk KAP dalam kelompok Big Four sedangkan skala 0 untuk KAP selain kelompok Big Four. KAP dalam kelompok Big Four adalah KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan : Affiliate of Ernst & Young, Affiliate of Deloitte, Affiliate of KPMG dan Affiliate of Price Waterhouse Cooper ROA
3.
4.
5. 6.
3.4.1.2 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah audit delay yaitu jangka waktu yang dihitung dalam jumlah sejak tanggal penutupan buku 31 Desember sampai dengan tanggal yang tercantum pada laporan audito independen. antara tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) oleh auditor independen. Metode Analisis Data Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yang dirumuskan sebagai berikut : AD = α + β1SIZE + β2PROF + β3DEBT + β4SK + β5UP + β6UKAP +e Keterangan : AD SIZE PROF
: : :
Audit Delay Ukuran Perusahaan Profitabilitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
11 DEBT SK UP UKAP β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8 α e
: : : : : : :
Solvabilitas Struktur Kepemilikan Saham Umur Perusahaan Ukuran Kantor Akuntan Publik Koefisien Regresi Konstanta Standar Error
Uji Hipotesis a. Uji Kecocokan Model (Goodness of fit) Uji kecocokan model digunakan untuk menguji apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis 1) H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 =0 (terdapat kecocokan model) H1 : bj ≠ 0 (tidak terdapat kecocokan model) Dimana j = 1, 2,3, k : Variabel ke J sampai ke k. 2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 3) Kesimpulan : 1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti model analisis yang digunakan tidak cocok. 2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti model analisis yang digunakan telah cocok b. Uji Koefisien Determinasi (R2) Digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) kecil artinya kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009) c. Uji t Untuk hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, maka digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut : 1. H0 : βj = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat). H7 : βj 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat). Dimana j = 1,2,3,k : Variabel J sampai K 2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05. 3. Kesimpulan : a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, tidak terdapat pengaruh secara parsial SIZE, PROF, DEBT, SK, UP dan UKAP terhadap AD
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
12 b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, terdapat pengaruh secara parsial SIZE, PROF, DEBT, SK, UP dan UKAP terhadap AD. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Sampel yang menjadi objek penelitian adalah kategori perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian yakni dari tahun 2009 sampai dengan 2012. 2. Perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan perbankan konvensional. 3. Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2009 sampai dengan tahun 2012. 4. Perusahaan memiliki data lengkap sesuai dengan kebutuhan penelitian, yaitu data laporan keuangan yang telah diaudit selama tahun 2009 hingga 2012 yang lengkap terdiri dari opini akuntan publik dan tanggal laporan keuangan auditan, neraca dan rugi laba beserta catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2012 terdapat 38 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari penelitian diperoleh sampel yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebanyak 29 perusahaan. Sampel tersebut ditetapkan sesuai laporan auditor independen yang tersedia di BEI. Deskripsi Data Penelitian 1. Ukuran Perusahaan (SIZE)) Ukuran perusahaan berkaitan erat dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, pengukuran untuk variabel ukuran perusahaan ini dilakukan dengan melihat nilai log total asset perusahaan. Semakin tinggi nilai log asset menunjukkan bahwa harta kekayaan perusahaan semakin tinggi. Berdasarkan data, ukuran perusahaan yang dilihat dai Log total asset tertinggi adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk yang memiliki nilai log asset sebesar 14,803 pada tahun 2012. Nilai log asset yang dimiliki PT. Bank Mandiri dari tahun 2010 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan dari 14,596 pada tahun 2010 kemudian mengalami kenaikan menjadi 14,653 pada tahun 2010 dan 14,742 pada tahun 2011. Sedangkan nilai log asset terendah dimiliki oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk dengan nilai log asset sebesar 12,154 pada tahun 2009. 2. Probabilitas (PROF) Tingkat profitabilitas diukur dari net income dibagi dengan total asset. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi diduga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan audit akan lebih pendek. Berdasarkan data dapat disimpulkan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. memiliki nilai profitabiltas tertinggi dengan nilai ROA sebesar 3,35% pada tahun 2012, sedangkan PT. Bank Pundi Indonesia Tbk. Memiliki nilai ROA terendah dengan nilai profitabilitas sebesar -9,46% pada tahun 2009. 3. Solvabilitas (DEBT)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
13 Tingkat Solvabilitas diukur dari total kewajiban dibagi dengan total Modal atau Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan yang tingkat solvabilitasnya tinggi diduga memiliki resiko yang tinggi pada kemampuan finansial perusahaan. Berdasarkan data pada lampiran 1 nilai solvabilitas perbankan tertinggi PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk memiliki nilai solvabilitas paling tinggi sebesar -3.153,02% pada tahun 2009. Sedangkan nilai DER terendah dicapai oleh PT Bank Permata Tbk. Pada tahun 2012 sebesar 99,79% 4. Umur Perusahaan (AGE) Nilai umur perusahaan (AGE) dihitung sejak perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasar data maka AGE terlama dicapai oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan nilai 10.960 hari sedangkan terendah dicapai oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dengan nilai 14 hari. 5. Struktur Kepemilikan Saham (SK) Dalam penelitian ini Struktur Kepemilikan Saham (SK) dibedakan berdasar kepemilikan saham mayoritas diatas 50% yang dimiliki oleh pemerintah (negara) dan kepemilikan saham selain negara. Berdasar kriteria tersebut maka Perusahaan yang tergolong kepemilikan saham pemerintah terdiri dari : PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank Mutiara Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 6. Ukuran KAP (UKAP) Ukuran Kantor Akuntan Publik (UKAP) dibedakan menjadi KAP kelompok “Big Four” dan “Non Big Four”. Kantor Akuntan Publik yang masuk ke dalam KAP kelompok Big Four adalah KAP yang berafiliasi : Affiliate of Ernst & Young, Affiliate of Deloitte, Affiliate of KPMG dan Affiliate of Price Waterhouse Cooper. Dari data dapat disimpulkan bahwa perbankan yang menggunakan jasa audit dari KAP kelompok Big Four” secara penuh dalam periode penelitian yakni 4 tahun adalah sebanyak 16 perbankan dan yang menggunakan jasa kurang dari 4 empat tahun selama periode penelitian adalah sebanyak 5 perbankan. 7. Audit Delay (AD) Berdasarkan hasil analisa yang dituangkan data audit delay paling lama terjadi pada PT Bank Mutiara Tbk. yang terjadi pada pelaporan periode 2011, dengan rentang waktu delay selama 137 hari yang dilakukan audit oleh KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto, sedangkan audit delay tercepat juga terjadi pada PT Bank OCBC NISP Tbk. tahun 2010, yang hanya membutuhkan waktu 26 hari dari waktu tutup buku, tanggal laporan audit tanggal 26 Januari 2011 oleh KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. Hasil Analisis dan Uji Hipotesis 1. Hasil Pengujian Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov, dengan menggunakan program SPSS 21. Data mengikuti distribusi normal jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal dan jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi adalah normal. Berikut ini diasjikan hasil pengujian normalitas :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
14 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas
Unstandardized Residual N Normal Mean a,b Parameters Std. Deviation
116 ,0000000 17,21025440
Most Absolute ,080 Extreme Positive ,037 Differences Negative -,080 Kolmogorov-Smirnov Z ,860 Asymp. Sig. (2-tailed) ,450 Berdasarkan hasil pengujian seperti yang disampaikan pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig yang diperoleh menunjukkan nilai 0,450, yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah mengikuti distribusi normal. 2.
Hasil Pengujian Multikolinieritas Asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001:57). Berikut adalah hasil pengujian multikolinieritas : Tabel 4.3 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Model 1 (Constant) Size Prof Debt Age SK UKAP
Unstandardized Coefficients Std. B Error 210,151
43,593
10,398 ,376 7,042E05 ,000 13,345 -7,493
3,530 1,374
Stand ardize d Coeffi cients Beta
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolera nce VIF
4,821
,000
,395 ,029
2,945 ,273
,004 ,785
,392 ,630
2,550 1,587
,004
,002
,019
,985
,778
1,285
,001 4,936 4,479
,020 ,268 -,181
,202 2,703 -1,673
,841 ,008 ,097
,727 ,719 ,602
1,376 1,390 1,662
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
15 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10 untuk setiap variable. Berdasarkan uji multikolinearitas tersebut dapat disimpulkan bahwa variable independen yang digunakan dalam penelitian ini telah terbebas dari gejala multikolinieritas dan layak digunaan sebagai data penelitian. 3.
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskadastisitas, dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. sebaliknya jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.1 Hasil Uji heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa grafik scatterplot menunjukkan data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti model regresi yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak digunakan untuk memprediksi audit delay berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu SIZE, PROF, DEBT, AGE, SK dan UKAP. 4.
Hasil Pengujian Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota-anggota sample dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series data). . Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan dengan melihat nilai DurbinWatson.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
16 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R ,481a
R Adjusted Square R Square ,231 ,189
Std. Error of the Estimate 17,67759
Durbin-Watson 2,579
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 2.579. Nilai Durbin-Watson tersebut berada dalam rentang Du=2.4285 sampai 4 sebagaimana ditentukan dalam batasan autokorelasi dengan uji DurbinWatson. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari problem autokorelasi. 4.3.2. Hasil Pengujian Hipothesis a. Hasil Uji Kecocokan Model (Goodness of fit) Uji kecocokan model digunakan untuk menguji apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis atau dengan kata lain untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0.05. Jika nilai probabilitas F lebih kecil dari 0.05, maka H1 diterima dan H0 ditolak dan jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kecocokan Model ANOVAa Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares
df
Mean Square
10256,787
6
1709,465
34062,178 44318,966
109 115
312,497
F 5,470
Sig. ,000b
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat nilai F yang diperoleh adalah sebesar 5.470 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang berarti tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, struktur kepemilikan saham dan ukuran KAP terhadap audit delay berpengaruh terhadap audit delay secara simultan dan signifikan. b. Hasil Uji Koefisien Determinasi Hasil uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hasil uji tersebut disajikan pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
17 Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Std. Error of Adjusted the R Square Model R R Square Estimate Durbin-Watson 1 ,481a ,231 ,189 17,67759 2,579 Dari tabel tersebut hasil yang digunakan dari uji koefisien determinasi adalah Adjusted R Square sebesar 0,189 atau 18,9%. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel audit delay dapat dijelaskan sebesar 18.9% oleh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, struktur kepemilikan saham, umur perusahaan dan ukuran KAP, sedangkan sisanya sebesar 81,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. c. Hasil Uji Statistik t Uji t untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel independen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan menolak H1, berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 Hasil Pengujian t
Model 1 (Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 210,151
Standard ized Coefficie nts Beta
43,593
t
Sig.
4,821
Size 10,398 3,530 ,395 2,945 Prof ,376 1,374 ,029 ,273 Debt 7,042E-05 ,004 ,002 ,019 Age ,000 ,001 ,020 ,202 SK 13,345 4,936 ,268 2,703 UKAP -7,493 4,479 -,181 -1,673 Dalam penelitian ini model regresi yang diajukan adalah sebagai berikut :
,000 ,004 ,785 ,985 ,841 ,008 ,097
AD = α + β1SIZE + β2PROF + β3DEBT + β4SK + β5UP + β6UKAP +e Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas maka : AD = 210,151 + 10,398Size + 0,376PROF + 0,0000704E-05DEBT + 0,000AGE + 13.345SK -7,493UKAP 1. H 1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
18 Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel Size memiliki nilai regresi sebesar 10,398 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.004. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05 yang berarti H1 diterima yang berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawati (2008) dan Indriyani (2012) yang menemukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay secara signifikan. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Courtis (1976), Giling (1997), Ashton dan Elliot (1987) dalam Subekti, Widiyanti (2004) dan Mujiyanto (2011) menyatakan bahwa manajemen berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan karena dimonitor oleh investor, pengawas pemodalan dan pemerintah. 2. H 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel Prof. memiliki nilai regresi sebesar 0,376 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.785. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 yang berarti H2 ditolak yang berarti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Penjelasan yang dapat dikemukakan adalah bahwa tidak semua perusahaan dengan profitabilitas yang rendah akan mengalami audit delay yang panjang sebab kantor akuntan yang bekerja secara profesional akan bekerja sesuai jadwal rencana penyelesaian laporan audit yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Aryati (2005) yang menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada audit delay namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rachmawati (2008), Indriyani (2012), dan Sulthoni (2012) yang menemukan pengaruh profitabilitas terhadap audit delay secara signifikan. 3. H 3 : Solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel Debt memiliki nilai regresi sebesar 0,0000704E-05 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.985. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 yang berarti H3 ditolak yang berarti bahwa solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulthoni (2012) dan Modugu (2012) yang tidak menemukan pengaruh solvabilitas terhadap audit delay secara signifikan. Menurut Yugo Trianto (2006) dalam Mujianto (2011) kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utangnya pada kenyataannya tidak secara signifikan mempengaruhi Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Dari sisi pelaksanaan pekerjaan audit, perusahaan dengan total hutang yang besar ataupun yang kecil tidak akan mempengaruhi kecepatan penyelesaian pekerjaan audit sepanjang perencanaan audit telah dilakukan dengan baik. 4. H 4 : Umur perusahaan berpengaruh positif pada audit delay. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel Age memiliki nilai regresi sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.841. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 yang berarti H4 ditolak yang berarti bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Perusahaan yang sudah lama berdiri biasanya sudah berkembang menjadi besar dengan membuka cabang-cabang usaha sehingga operasional perusahaan menjadi lebih kompleks dan dapat memperbesar audit delay. Namun perusahaan yang baru berdiri dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
19 juga menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik dibanding perusahaan yang sudah berdiri cukup lama sepanjang ditopang sumberdaya yang memadai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lamanya waktu atau umur perusahaan tidak akan mempengaruhi lamanya audit delay. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aisya (2012) yang tidak menemukan pengaruh Umur perusahaan terhadap audit delay. 5. H 5 : Struktur kepemilikan saham berpengaruh pada audit delay. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel SK memiliki nilai regresi sebesar 13,345 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.008. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05 yang berarti H5 diterima yang berarti bahwa struktur kepemilikan saham perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap audit delay. Kesimpulan yang dapat diambil adalah semakin besar persentase kepemilikan saham akan semakin berdampak pada lamanya audit delay. Struktur kepemilikan saham dalam penelitian ini adalah saham yang mayoritas dimiliki oleh pemerintah yang pada umumnya berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pemerintah sangat berkepentingan pada kinerja BUMN terkait dengan fungsi BUMN dalam perkembangan perokonomian negara. Baik buruknya kinerja BUMN dapat mempengaruhi baik buruknya perkembangan perekonomian negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran BUMN pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sebagai pemegang saham mayoritas, pemerintah dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil perusahaan, termasuk dalam hal penyusunan laporan keuangan yang dapat berdampak pada audit delay. 6. H 6 : Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh pada audit delay. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel UKAP memiliki nilai regresi sebesar -7,493 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.097. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 yang berarti H6 ditolak yang berarti bahwa ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Pada umumnya Kantor Akuntan Publik memperoleh jasa pengauditan sesuai dengan persepsi dari perusahaan sebagai pemakai jasa KAP. Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim, 1997: 79-80). Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan fenomena bahwa persepsi expensive /mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien (Divianto 2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung mencari KAP yang besar dan perusahaan kecil akan mencari KAP yang kecil juga. Berdasarkan hal itu dapat ditarik kesimpulan ukuran KAP tidak akan mempengaruhi audit delay sebab masing-masing KAP akan bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
20 KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : rata-rata audit delay yang dialami perusahaan dalam perbankan dalam periode sampel penelitian selama tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 69.48 hari, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan saham berpengaruh secara positif terhadap audit delay, sedang profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap audit delay. Kantor Akuntan Publik pada umumnya bekerja secara profesional dalam menyelesaikan penugasan audit yang diperolehnya sebab KAP pada umumnya menjaga reputasinya. Beberapa keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasil penelitian, antara lain: penelitian ini hanya menggunakan populasi dari perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, data time series dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa variabel yakni ukuran perusahaan, profitabilitas solvabilitas, umur perusahaan, struktur kepemilikan saham, dan ukuran KAP. Implikasi yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini, antara lain: sebagai bahan referensi mahasiswa jurusan akuntansi dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai audit delay, memberikan kontribusi dalam mengembangkan teori mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay. bagi Manajemen perusahaan dan Auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat informasi dalam melakukan perencanaan penyelesaian laporan keuangan dan laporan audit mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar dan menyangkut banyak sektor perusahaan seperti perusahaan jasa keuangan, sektor industri dan lain sebagainya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menggunakan periode yang lebih lama dibandingkan penelitian ini yang hanya menggunakan periode 2009 sampai dengan 2012, dan menambah variabel lain seperti ukuran KAP yang didasarkan pada peringkat KAP yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan, variabel teknologi informasi dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Kamarudin. 2003. “Audit Delay and Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence”. Proceeding Hawaii Interrnational Conference on Business. Hawaii. Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K, 1996, Auditing Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, Jilid 1, Terjemahan Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, Arens. Alvin. A. and James. K. Loebbecke. (2000). Auditing an Integrated Approach (8th edition). Englewood Cliff, New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Arens, A.A, Randal J. Elder dan M.S.Beasley, 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu, Edisi Kesembilan, PT. Intermasa, Jakarta. Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
Edisi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
21 Baynton, William C., Johnson, Raymond N., Kell, Walter G., 2003, Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Alih Bahasa Marwata S.E., Akt, Salemba Empat, Jakarta. Carslaw, C.A.P.N. dan S.E. Kaplan. 1991 An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand, Accounting and Business Research 22(85):21-32 Kartini, Endang, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Industri Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia, Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, UNDIP, Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2007, Salemba Empat, Jakarta 2001. Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan per 1 April 2009, Salemba Empat, Jakarta. Jeane Deart Meity Prabandari Rustiana, 2007, Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay (Studi empiris pada persahaan–perusahaan keuangan yang terdaftar di BEJ), KINERJA, Volume 11, No.1, Th. 2007: Hal. 27-39 Jusuf, Al Haryono, 2001, Auditing, STIE YKPN, Yogyakarta. Kieso dan Weygandt. 1995. Akuntansi Intermediate, Binarupa Aksara, Jakarta. Mujiyanto, 2011, Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Peusahaan Terhadap Audit Delay Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta. Peraturan Bank Indonesia No: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Puspitasari Elen, 2012, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian (Audit Delay) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi Dan Auditing, Vol. 9, No. 1, November 2012: 1-96 Prasongkoputra Adhinugroho, 2013, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Rachmawati Sistya, 2008, Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008: 1-10 Ratnawaty dan Toto Sugiharto, 2005, Proceeding, Audit Delay Pada Industri Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta dan Faktor Yang Mempengaruhi, Seminar PESAT 2005 Auditorium Univesitas Gunadarma, jakarta 23-24 Agustus 2005.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
22 Ruchyat Kosasih, Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku satu, Penerbit Palapa, Surabaya, 1985 Simamora, Henry, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. Simbolon, Kartika P. 2009. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Departemen Akuntansi, Unversitas Sumatera Utara, Medan Supranto, J., 1997. Statistik, Teori dan Aplikasi. Edisi 5. Erlangga. Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tentang Pasar Modal Wild, John, K, K.R. Subramanyan, dan Robert F. Hasley. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku 1, Terjemahan Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harap. Salemba Empat : Jakarta