Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
ISSN 2356 - 4385
Faktor - Faktor yang Memengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Natali Yustisia Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perbanas Institute Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12940 Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this study to evaluate the effect of the inflation rate, the BI rate, the Dow Jones index (DJIA) and the international interest rate (LIBOR) on JCI in BEI. The method used in this research is multiple linear regression. Data processed by using SPSS version 21 program. Observations conducted on all independent and dependent variables both during 2010-2014. The results show the level of inflation and LIBOR rate no significant effect on the JCI. The BI rate is a significant negative effect, while the DJIA positive significant effect on JCI. The most dominant variable affecting JCI is the DJIA. Meanwhile , the influence of the inflation rate, the BI rate, DJIA and LIBOR rate on JCI is an appropriate model. The influence of these four variables against JCI by 94.5 percent. Keywords: : bi rate, dow jones index, jakarta composite index, libor rate, the rate of inflation Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks Dow Jones (DJIA) serta suku bunga internasional (LIBOR) terhadap IHSG di BEI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Data diproses dengan menggunakan program SPSS versi 21.00. Observasi dilakukan terhadap semua variabel baik independen maupun dependen selama tahun 2010-2014. Hasilnya menunjukkan tingkat inflasi dan suku bunga LIBOR tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Adapun suku bunga BI berpengaruh signifikan negatif, sedangkan DJIA berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG. Variabel yang paling dominan memengaruhi pergerakan IHSG adalah DJIA. Sementara itu, pengaruh tingkat inflasi, BI rate, DJIA serta suku bunga LIBOR terhadap IHSG merupakan model yang layak. Pengaruh keempat variabel ini terhadap pergerakan IHSG sebesar 94,5 persen. Kata kunci: suku bunga bi, indeks dow jones, indeks harga saham gabungan, suku bunga libor, tingkat inflasi
I. PENDAHULUAN Manfaat pasar modal tidak hanya terbatas pada dunia usaha, pasar modal juga memiliki peran penting bagi masyarakat sebagai sarana untuk berinvestasi. Harga saham di bursa tidak selamanya tetap, adakalanya meningkat dan bisa pula menurun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Terjadinya fluktuasi harga saham di pasar modal menjadikan bursa efek menarik bagi beberapa kalangan pemodal (investor). Di sisi lain, kenaikan dan penurunan harga saham bisa terjadi karena faktor fundamental, psikologis, maupun eksternal. Terdapat beberapa faktor makro yang memengaruhi aktifitas investasi saham di BEI, di antaranya adalah tingkat inflasi, BI rate, indeks pasar saham Amerika, suku bunga internasional dan lainnya. Tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat. Kenaikan
38
inflasi akan menurunkan kepercayaan investor terhadap kondisi pasar modal sehingga berakibat para investor melakukan penarikan dananya sehingga nilai saham menurun. Sementara kenaikan BI rate akan membuat kecenderungan pemilik modal mengalihkan modalnya ke pasar modal, yang tentunya akan berakibat positif terhadap pasar modal yang ditandai dengan kenaikan indeks harga saham. Adapun kenaikan indeks Dow Jones mengakibatkan bereaksinya harga saham. Perubahan tingkat indeks Dow Jones memberikan dampak terhadap ekonomi dan pasar modal. Selanjutnya, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat meningkatkan beban emiten yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham dan berpengaruh terhadap investasi di lantai bursa. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain Kewal (2012:
Natali Yustisia, FaktoR-Faktor yang Memengaruhi Pergerakan...
37) yang mengungkapkan bahwa variabel tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Kemudian, Tesa (2012: 45) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh antara suku bunga internasional (LIBOR), kurs Dollar Amerika dan inflasi terhadap IHSG. Ia menyimpulkan bahwa perubahan fluktuasi dari IHSG direspon oleh kurs, inflasi dan LIBOR. Selanjutnya, Bahari dkk (2012: 53) menyimpulkan bahwa kurs, SBI dan indeks Dow Jones memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG, sedangkan variabel inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG. Adanya variasi hasil penelitian sebelumnya menyebabkan penulis tertarik untuk menguji beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks Dow Jones serta suku bunga internasional (LIBOR) terhadap IHSG di BEI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan publik pada periode tahun 2010 sampai dengan 2014, terutama pengaruh signifikan tingkat inflasi, BI rate, indeks DJIA, serta LIBOR terhadap IHSG. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.
Kenaikan harga yang tinggi dan terusmenerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan, maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan ivestasi yang seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun (Sukirno, 2013: 339).
A. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles Dow. Dow m e m b u a t i n d e k s ini sebagai suatu cara untuk mengukur p e r f o r m a komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan (id.wikipedia.org).
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Price Index pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar penghitungan indeks adalah 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 saham. IHSG biasa digunakan sebagai proksi dalam pengukuran risiko pasar dalam model analisis harga saham. IHSG mencerminkan pergerakan perubahan harga saham harian seluruh saham yang tercatat di bursa saham Jakarta (Gumanti, 2011: 72). B. Tingkat Inflasi Inflasi adalah peningkatan tingkat harga keseluruhan. Inflasi terjadi ketika banyak harga naik secara serentak. Kita mengukur inflasi dengan melihat jumlah barang dan jasa yang besar serta menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode waktu (Case dan Fair, 2007: 57).
C. Bank Indonesia Rate BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. D. Indeks Dow Jones
E. Suku Bunga Internasional London Interbank Offered Rate atau lebih dikenal juga dengan singkatan LIBOR adalah kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang London (atau pasar uang antar bank). Kurs suku bunga LIBOR digunakan secara luas sebagai suatu kurs referensi untuk suatu instrumen keuangan. F. Hipotesis Tesa (2012: 45) meneliti dengan judul “Pengaruh Suku Bunga Internasional (LIBOR), Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi terhadap
39
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000-2010”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya pengaruh antara suku bunga internasional (LIBOR), kurs Dollar Amerika dan inflasi terhadap IHSG. Ia juga menyimpulkan bahwa perubahan fluktuasi dari IHSG direspon oleh kurs, inflasi dan LIBOR. Selanjutnya, Bahari dkk (2012: 53) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Bank Indonesia, Inflasi dan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2011”. Temuannya adalah bahwa kurs, SBI dan indeks Dow Jones memiliki pengaruh negatif terhadap IHSG, sedangkan variabel inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG. Penelitian lainnya dengan judul “Kausalitas BI Rate, Inflasi dan Indeks Harga Saham” dilakukan oleh Adisetiawan (2012: 29). Kesimpulan penelitiannya mengungkapkan bahwa BI rate berkoefisien negatif terhadap indeks pasar modal Indonesia. Di samping itu, hasil lainnya adalah adanya hubungan yang sangat erat antara variabel inflasi dan BI rate terhadap IHSG. Mengacu kepada beberapa penelitian sebelumnya, hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H01: Diduga tingkat inflasi secara parsial berpengaruh terhadap IHSG H02: Diduga BI rate secara parsial berpengaruh terhadap IHSG H03: Diduga indeks Dow Jones berpengaruh terhadap IHSG H04: Diduga suku bunga internasional LIBOR secara parsial berpengaruh terhadap IHSG
II. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga saham gabungan di BEI. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Sampel yang diambil dari populasi secara sengaja dan dipilih dengan cermat menggunakan pertimbangan tertentu sehingga relevan berdasarkan tujuan penelitian yang ditentukan. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah data IHSG bulanan periode 2010-2014, sehingga jumlah sampel ada enam puluh. A. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan diperoleh dari
40
situs resmi Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik, yaitu: www.bi.go.id, www.yahoo.finance.com, serta www.bps.go.id B. Alat Analisa Untuk menguji pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks DJIA, serta LIBOR sebagai variabel independen terhadap IHSG sebagai variabel dependen menggunakan analisis regresi berganda. Adapun pengolahan data dari sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Scienses (SPSS) versi 21.00. Secara umum model regresi linier berganda: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε Di mana:
Y = Indeks Harga Saham Gabungan β0 = Konstanta β1 = Tingkat Inflasi β2 = BI Rate β3 = Indeks Dow Jones β4 = Suku Bunga LIBOR ε = Standar error
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data historikal yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan IHSG, tingkat inflasi, suku bunga BI, indeks Dow Jones serta suku bunga LIBOR, selama periode tahun 2010-2014. Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap seluruh data yang digunakan, dinyatakan layak dan memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam penelitian atau terbebas dari kesalahan. A. Uji Adjusted R2 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa adjusted R square sebesar 0,945. Hal ini menjelaskan bahwa variabel inflasi, BI rate, indeks Dow Jones, serta suku bunga LIBOR memengaruhi IHSG sebesar 94,5 persen, sedangkan sisanya merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel – variabel lain di luar model penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel-variabel inflasi, BI rate, indeks Dow Jones, serta suku bunga LIBOR dengan IHSG. Tabel 1 Hasil uji adjusted R2
Natali Yustisia, FaktoR-Faktor yang Memengaruhi Pergerakan...
B. Uji Parsial Hasil uji parsial (uji t) dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Hasil uji parsial (Uji t)
Berdasarkan tabel 2 didapatkan model regresi sebagai berikut: IHSG = 1241,8 + 0,31 Inflasi – 10127,22 BI Rates + 0,28 DJIA – 1323,41 LIBOR 1. Pengaruh Inflasi terhadap IHSG Berdasarkan uji parsial didapatkan nilai signifikansi α = 0,680. Nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05, maka dapat diartikan bahwa nilai inflasi secara parsial tidak cukup bukti berpengaruh terhadap IHSG. Nilai t hitung variabel inflasi = 0,415 dan t tabel sebesar 2,004879 (df) (n-k-1) atau 60-5-1 = 54, sehingga t hitung < t tabel (0,415 < 2,004879) maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Hasil ini menunjukkan bahwa pada periode penelitian penulis, tingkat inflasi tidak secara langsung memengaruhi keputusan investor berinvestasi dalam bentuk saham di BEI. Faktor tingkat inflasi tersebut bukan sebagai pertimbangan utama bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Investor masih lebih cenderung menunggu dan mengamati faktor lainnya seperti tingkat suku bunga SBI, kurs USD/Rp dan lainnya, baru kemudian investor mengambil keputusan terkait investasi saham di BEI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kewal (2012: 37) dengan judul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2000-2009”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 2. Pengaruh BI Rate terhadap IHSG Berdasarkan uji parsial didapatkan nilai signifikansi α =0,004. Nilai signifikansi lebih kecil
dari α =0,05, maka dapat diartikan bahwa BI rate berpengaruh terhadap IHSG. Nilai t hitung variabel BI rate = -2,992 dan t tabel sebesar 2,004879 (df) (n-k1) atau 60-5-1 = 54, sehingga t hitung > t tabel (2,992 > 2,004879) atau H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate memiliki pengaruh yang signifikan tetapi negatif terhadap IHSG. Hal ini mendukung temuan Mohammad (2013: 71) bahwa tingkat suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap IHSG, sehingga hubungan BI rate dengan IHSG adalah berbanding terbalik, artinya jika BI rate naik, IHSG turun dan sebaliknya. BI rate merupakan acuan yang berpengaruh juga pada penentuan bunga giro, tabungan, deposito yang diberikan kepada Bank, sehingga perubahan pada BI rate akan berpengaruh pada suku bunga kredit. Apabila suku bunga kredit meningkat maka sektor riil/bisnis riil kurang bergerak, akibatnya perekonomian akan mengalami penurunan, kemudian ekspektasi investor terhadap perusahaan menjadi menurun, lalu investor memilih untuk selling/panic selling dan menjual sahamnya lebih murah, sehingga IHSG menurun. 3. Pengaruh DJIA terhadap IHSG Berdasarkan uji parsial didapatkan nilai signifikansi α =0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α =0,05, maka dapat diartikan bahwa DJIA berpengaruh terhadap IHSG. Nilai t hitung variabel DJIA = 8,352 dan t tabel sebesar 2,004879 (df) (n-k1) atau 60-5-1 = 54, sehingga t hitung > t tabel (8,352 > 2,004879) atau H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel DJIA memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap IHSG. Pengaruh positif DJIA terhadap IHSG mengindikasikan telah terintegrasinya pasar modal Indonesia dengan pasar modal Amerika Serikat. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2013: 43) dengan judul “Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI periode 2003-2012”. Hasil penelitiannya adalah Dow Jones Industrial Average (DJIA) mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap IHSG. 4. Pengaruh Suku Bunga LIBOR terhadap IHSG Berdasarkan uji parsial didapatkan nilai signifikansi α = 0,410. Nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05, maka dapat diartikan bahwa suku bunga
41
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
LIBOR secara parsial tidak cukup bukti berpengaruh terhadap IHSG. Nilai t hitung variabel suku bunga LIBOR = - 0,831 dan t tabel sebesar 2,004879 (df) (n-k-1) atau 60-5-1 = 54, sehingga t hitung < t tabel (0,831 < 2,004879) maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga LIBOR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Tesa (2012) yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga Internasional (LIBOR), Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000-2010”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya pengaruh antara suku bunga internasional (LIBOR), kurs Dollar Amerika dan inflasi terhadap IHSG. 5. Variabel Paling Dominan Berdasarkan Tabel 3 di bawah ini dapat diketahui bahwa variabel DJIA memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap IHSG. Hal ini terlihat dari nilai thitung sebesar 8,352 lebih besar dibandingkan dengan variabel BI rate (thitung = 2,992). Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini sebagai akibat semakin luasnya globalisasi, sehingga tidak menutup kemungkinan investor-investor asing menanamkan modalnya pada pasar modal Indonesia. Tabel 3 Sebagian hasil uji parsial (Uji t)
Pasar modal merupakan salah satu cermin kondisi perekonomian suatu negara. Akibat globalisasi maka perekonomian suatu negara akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Kapitalisme dan liberalisme telah membuat posisi negara yang mempunyai sumber daya besar akan lebih memengaruhi perekonomian dunia. Dengan kata lain, baik atau buruknya kondisi perekonomian dunia lebih ditentukan oleh negara – negara “kuat” tersebut. (Nachrowi dan Usman, 2006:56). Perubahan ekonomi di negara Amerika sedikit banyak akan memengaruhi negara lain. C. Uji Kelayakan Model Berdasarkan uji F pada Tabel 4 didapatkan nilai signifikansi α =0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α =0,05, maka dapat diartikan bahwa pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks Dow Jones serta suku bunga LIBOR terhadap IHSG merupakan model yang layak.
42
Tabel 4 Hasil uji kelayakan model (Uji F)
Nilai F hitung = 76,420 dan F tabel sebesar 2,539689 (df1 = k-1) atau 5-1 = 4 dan (df2 = n-k) atau 60-5 = 55, sehingga F hitung > F tabel (76,420 > 2,539689) atau H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks Dow Jones serta suku bunga LIBOR terhadap IHSG merupakan model yang layak.
IV. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat inflasi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Variabel selanjutnya, BI rate memiliki pengaruh yang signifikan tetapi negatif terhadap IHSG. Namun demikian, variabel DJIA memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap IHSG. Sebaliknya, suku bunga LIBOR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Adapun variabel yang paling dominan memengaruhi pergerakan IHSG adalah indeks Dow Jones (DJIA). Terakhir, pengaruh tingkat inflasi, BI rate, indeks Dow Jones serta suku bunga LIBOR terhadap IHSG merupakan model yang layak. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu hanya menguji pengaruh variabel ekonomi makro berupa tingkat inflasi dan BI rate terhadap IHSG. Selain itu, penelitian ini hanya melibatkan satu indeks harga saham luar negeri (dalam hal ini Dow Jones). Kemudian, periode penelitian ini hanya lima tahun, yaitu 2010 sampai dengan 2014. Penelitian lebih lanjut sebaiknya dapat menambahkan beberapa variabel ekonomi makro lain, seperti suku bunga Bank Indonesia (SBI) dan harga emas dunia sehingga dapat ditemukan variabel ekonomi makro lain yang diperkirakan memengaruhi IHSG. Di samping itu, diharapkan menggunakan indeks global lainnya yang diduga memiliki pengaruh terhadap IHSG seperti Shanghai Composite Indeks dan indeks Nikkei 225. Akhirnya, dengan
Natali Yustisia, FaktoR-Faktor yang Memengaruhi Pergerakan...
memperpanjang periode penelitian pada penelitian berikutnya diharapkan dapat memeroleh lebih banyak sampel sehingga hasil penelitian menjadi lebih akurat dalam mencerminkan keadaan yang sebenarnya, terkait faktor - faktor yang memengaruhi IHSG.
V. DAFTAR RUJUKAN Adisetiawan, R. (2012). Manajemen & Bisnis. Volume 11. Nomor 2. Kausalitas BI Rate, Inflasi dan Indeks Harga Saham. Jambi: Universitas Batanghari.
Mohammad, MS. (2013). Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI terhadap IHSG di BEI. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Nachrowi, D.N & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer danPraktis Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Sukirno, S. (2013). Makroekonomi Teori Pengantar. Cetakan ke-22. Depok: PT Raja Grafindo Persada. Tesa, S. (2012). Economic Development Analysis Journal.
Bahari, S. et al. (2012). Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga
Pengaruh Suku Bunga Internasional (LIBOR), Nilai
Bank Indonesia, Inflasi dan Indeks Dow Jones
Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi terhadap IHSG di BEI
terhadap Pergerakan IHSG pada BEI. (on line). (http://
Tahun2000-2010. [online]. (http://journal.unnes.ac.id/
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/, diakses 10 Oktober
sju/index.php/edaj, diakses 10 Oktober 2015).
2015). Case, K. E. & Fair, R. C. (2007). Prinsip-prinsip Ekonomi Jilid II. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga. Gumanti, T. A. (2011). Manajemen Investasi. Jakarta:Mitra
Wijayanti,
A.
(2013).
Pengaruh
Beberapa
Variabel
Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia terhadap Pergerakan IHSG di BEI. (online). (http:// jimfeb.ub.ac.id/index.php/, diakses 10 Oktober 2015).
Wacana Media. Kewal, S. S. (2012). Jurnal Economia. Volume 8. Nomor 1. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap IHSG. (on line). (http://journal.uny. ac.id/index.php/economia/, diakses 10 Oktober 2015).
43