JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJAAN KETINGGIAN DI PT. X Radita Mahendra, Bina Kurniawan, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : Based on statistics in Indonesia, 80% of accidents caused by unsafe acts (substandard acts) and 20% by unsafe conditions (substandard condition). Someone who works at a height of about 1.8 meters or more are included working at height activity. Approximately 80% of workers in the PT X project when working at heights do not use personal protective equipment properly.. This study aims to determine the worker's behavior towards the use of PPE when working at height. This research was a descriptive qualitative in-depth interviews. The subjects of this study amounted to five people as the main informant and two as an informant triangulation. The results showed four key informants in general already have a good knowledge of PPE and just 1 informant who did not have knowledge well. Key informants attitude submissived and obedient to wear PPE when reprimanded by the supervisor HSE. Key informants felt uncomfortable when wearing PPE. Key informant had indifferent attitude towards other workers. APD was always socialized with both oral and print media. PT X provides a complete and adequate PPE. Supervision runs regularly and was done by walking around the project area. Key informant's behavior towards the use of PPE in height already understood the importance of using PPE, but because using PPE uncomfortable Key informants sometimes did not use completely. PT X need to improve supervision on the use of PPE in cooperation with the security guard and the need to foster a culture of safety to workers. Key Words
: behavior, PPE, Work at Height,
572
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
sebelumnya (2012) ILO mencatatat
Latar Belakang
angka
Berdasarkan Indonesia,
statistik
80%
diakibatkan
kematian
di
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
kecelakaan
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap
oleh
perbuatan
tahun.
Sementara
berbahaya (substandard acts) dan
Jaminan
20%
oleh
(substandard dapat
dikarenakan
Sosial
itu
Tenaga
PT Kerja
kondisi
berbahaya
(Jamsostek) memperlihatkan bahwa
condition).
1
Jadi,
sekitar 0,7 persen pekerja Indonesia
faktor
mengalami kecelakaan kerja yang
disimpulkan
bahwa
manusia mempunyai pengaruh yang
mengakibatkan
tinggi terhadap adanya kecelakaan
mencapai Rp 50 triliun.4
kerja. 2
Seseorang
Banyak
data
pekerja
kerugian
yang
nasional
bekerja
di
belum
ketinggian sekitar 1.8 meter atau
pentingnya
lebih termasuk aktivitas Bekerja di
keselamatan dan kesehatan kerja
Ketinggian.5 Bekerja pada ketinggian
dalam melaksanakan pekerjaan. Hal
atau working at height mempunyai
ini masih terlihat dari banyaknya
potensi bahaya yang besar. Ada
pekerja yang tidak menggunakan
berbagai macam metode kerja di
alat
lengkap,
ketinggian
seperti
menggunakan
walaupun alat pelindung diri bukan
perancah,
tangga,
gondola
satu-satunya
sarana
untuk
sistem akses tali (Rope Access
menghindari
kecelakaan
kerja,
Systems). Bekerja pada ketinggian
namun merupakan alternatif terakhir
(working at height) adalah pekerjaan
untuk menghindari bahaya-bahaya
yang
tersebut. Kecelakaan kerja dapat
tenaga kerja untuk bergerak secara
menimpa
vertikal naik, mau pun turun dari
menyadari
bahwa
pelindung
setiap
diri
orang
melakukan pekerjaan.
dalam
3
membutuhkan
dan
pergerakan
suatu platform.6
Berdasarkan data International
Risiko kerja di ketinggian yang
Labour Organization (ILO) tahun
paling
2013, 1 pekerja di dunia meninggal
ketinggian. Jatuh dari ketinggian
setiap 15 detik karena kecelakaan
adalah risiko yang sangat besar
kerja dan 160 pekerja mengalami
dapat terjadi pada pekerja yang
sakit
melaksanakan kegiatan konstruksi
akibat
kerja.
Tahun 573
sering
yaitu
jatuh
dari
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pada
elevasi
kejadian
ini
tinggi. akan
Biasanya
Februari
mengakibat
2015
pekerjaan
memiliki
proyek
pembangunan
tempat
kecelakaan yang fatal bahkan sering
parkir
kali mengakibatkan cacat tetap dan
lantai,
kematian. Sementara risiko tersebut
pembangunan
kurang dihayati oleh para pelaku
risiko. Dalam pengerjaan berbagai
konstruksi,
kali
macam pekerjaan konstruksi, PT. X
mengabaikan penggunaan peralatan
mempunyai tenaga kerja lapangan
pelindung
arrest
yang tidak terikat sebagai pelaksana
telah
proyek. Sebagai upaya antisipasi
Sistem
kecelakaan kerja akibat kondisi atau
system) diatur
dengan
sering
(personal yang
dalam
fall
sebenarnya pedoman
Manajemen K3 konstruksi.
7
Rumah Sakit dengan 13 dimana
tindakan
Salah satu bentuk perlindungan
pekerjaan
tersebut
tidak
aman
banyak
sebelum
bekerja, maka PT X melindungi para
pekerja terhadap kecelakaan kerja
pekerjanya
adalah digunakannya Alat Pelindung
mereka Alat Pelindung Diri seperti
Diri saat bekerja. Alat Pelindung Diri
sepatu, helm, dan kaos tangan
(APD) merupakan suatu perangkat
secara
yang digunakan oleh pekerja demi
mereka
melindungi
proyek tersebut.
dirinya
dari
potensi
bahaya serta kecelakaan kerja yang
dengan
cuma-cuma menjadi
Pada
memberikan
pada
awal
pekerja
pada
pekerjaan
bagian
kemungkinan dapat terjadi di tempat
ketinggian ini para pekerja banyak
kerja. Walaupun upaya ini berada
sekali
pada tingkat pencegahan terakhir,
peraturan tentang Alat Pelindung Diri
namun penerapan alat pelindung diri
yang wajib digunakan ketika bekerja.
ini
sangat
dianjurkan.
8
yang
tidak
mematuhi
Alat
Sekitar 80% pekerja di ketinggian
Pelindung Diri yang wajib digunakan
ketika bekerja tidak menggunakan
ketika bekerja di ketinggian adalah
Alat Pelindung Diri dengan lengkap
sabuk/tali keselamatan, Helm safety,
sesuai dengan peraturan. Hanya
dan Sepatu Keselamatan.5
para
PT. X merupakan salah satu perusahaan
BUMN
Pengawas
K3,
petinggi proyek, dan para peserta
Indonesia
magang saja yang memakai Alat
yang bergerak dalam sektor jasa
Pelindung Diri. Alat Pelindung Diri
konstruksi.
yang wajib digunakan ketika bekerja
PT.
X
di
mandor,
pada
bulan 574
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pada ketinggian menurut pengawas
nomor
1
tahun
1970
yang
K3 proyek PT.X minimal adalah
mewajibkan
perusahaan
untuk
Helm, Sepatu, Kaos tangan (Gloves)
melindungi
kesehatan
dan
dan jika pekerjaan tersebut memiliki
keselamatan kerja pekerjanya.
risiko jatuh dari ketinggian lebih dari METODE PENELITIAN
2 meter maka digunakan sabuk keselamatan.
Jenis penelitian yang digunakan
Selama Januari - Maret 2015
dalam penelitian ini adalah penelitian
terjadi berbagai kecelakaan kerja diantaranya
yang
paling
yang bersifat deskriptif-kualitatif.
parah
Penentuan subjek penelitian ini
adalah ketika Hollow Crane yang
menggunakan model criterion-based
sedang
selection
memindahkan
peralatan
yang
didasarkan
pengecoran dari lantai 4 menuju
asumsi
lantai 5 mengenai kaca rumah sakit
sebagai aktor dalam tema penelitian
hingga pecah dan beruntungnya
yang diajukan. Subyek penelitian ini
tidak ada pekerja dibawah lengan
5 orang pekerja yang bekerja pada
crane tersebut. Menurut pengawas
ketinggian bagian kolom sebagai
K3 proyek tersebut ada beberapa
informan utama. Kemudian seorang
pekerja yang mengalami luka sobek
Safety officer(pengawas K3) proyek
dan tergores saat bekerja karena
dan seorang mandor proyek sebagai
tidak menggunakan alat pelindung
informan triangulasi.. Pengumpulan
diri.
K3
data penelitian dilakukan dengan
kepatuhan dalam pengunaan APD
cara observasi terhadap fasilitas
oleh pekerja di PT X memang
pendukung
sedang menjadi sorotan masalah
wawancara
yang harus diselesaikan.
interview) kepada informan utama.
Menurut
pengawas
bahwa
subjek
pada
lalu
tersebut
dilakukan
mendalam
(indepth
Pada pembangunan proyek ini
Pengumpulan fakta dari fenomena
PT.X bekerja sama dengan klinik
atau peristiwa – peristiwa yang
untuk mengobati luka-luka ringan
bersifat khusus kemudian masuk
dan
pada
untuk
penyakit
yang
berat
bekerja sama dengan Rumah Sakit
dengan
yang
bersifat
umum.
Karyadi Semarang. Hal ini telah sesuai
kesimpulan
Keabsahan
undang-undang
data
dilakukan
dengan teknik triangulasi. Teknik 575
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
triangulasi
adalah
pengecekan
keabsahan
penelitian
kualitatif
teknik
karena
informan utama ini masih
data
sebatas
pada
tidak
memahami
yaitu
dapat dilakukan dengan alat-alat uji
menjelaskan
statistik.
disebutkan
Reliabilitas dicapai
penelitian
dengan
Melakukan
auditing
proses
mampu
apa diatas.
dapat
tidak
data.
mengaplikasikan
pemeriksaan
tingkat
yang Mereka mampu
pengetahuan tersebut ketika
terhadap alur analisis data untuk
mereka
mengetahui
dengan hasil observasi yang
dan
membandingkan
bekerja
dibuktikan
rekaman, catatan wawancara dan
menunjukkan
mereka
kesimpulan yang dihasilkan.
memakai APD yang tidak lengkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan
Analisis Faktor Predisposisi
tentang
suatu objek tertentu sangat
1. Pengetahuan
penting terhadap terjadinya
Berdasarkan
perubahan
pembahasan mengenai
diatas
Perubahan perilaku dimulai
pengetahuan
informan
utama
dengan
meliputi
belajar
kerja
Kemudian
ketinggian,
pengetahuan mengenai APD,
terhadap
pengetahuan
dikenalkan.
pentingnya
adanya
pengetahuan/pengalaman
pengetahuan mengenai risiko di
perilaku.
mengenai menggunakan
yang
didapat.
timbul objek
persepsi yang
Selanjutnya
terbentuk
sikap
yang
APD, pengetahuan tentang
merupakan
siapa
terhadap terjadinya perilaku.9
yang
mengunakan
wajib
APD
dan
Dari
dorongan
hasil
penelitian
pengetahuan APD apa saja
menunjukkan
bahwa
yang
pengetahuan
pekerja
bekerja
digunakan di
ketika
ketinggian
khususnya
mengenai
informan utama sudah baik.
pengetahuan tentang APD di
Namun pengetahuan pada
ketinggian mempunyai peran 576
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
untuk mempengaruhi perilaku
lama
pekerja
dengan baik. Sebagian besar
penggunaan
dalam
hal
APD
ketika
tidak
sikap
memakai
informan
APD
utama
diatas
bekerja di ketinggian. Namun
mendukung
hal ini bertentangan dengan
penggunaan APD ketika bekerja
penelitian sebelumnya yang
di ketinggian meskipun ada satu
dilakukan
sikap yang kurang mendukung
oleh
Linggasari
menunjukkan
bahwa
pengetahuan
tidak memiliki
hubungan
yang
Sikap merupakan salah satu faktor
perilaku
penggunaan bekerja.
perilaku tersebut.
signifikan
terdapat APD
perilaku
yang
mempengaruhi
(predisposing
ketika
10
factors)
yang
memaksa
atau
menghambat
individu
untuk
berperilaku
tertentu, sehingga sikap bukan 1. Sikap
hanya kondisi internal psikologis
Sikap yang terbentuk pada
yang murni individu, tetapi sikap
informan utama masih bersifat
lebih
pada tingkatan menerima dan
kesadaran
merespon. Menurut teori perilaku
individual.11
Lawrence
Green
merupakan
proses
yang
sifatnya
tingkatan
menerima adalah sikap informan
Analisis Faktor Pemungkin
utama yang mau menerima dan
1. Ketersediaan Informasi dan
memperhatikan masukan
stimulus,
atau
teguran
Jumlah APD
yang
Pembahasan
disampaikan oleh pengawas K3. Untuk
ketersediaan
mengenai
informasi
dan
tingkatan merespon
jumlah APD yang ada di PT X
mereka patuh dengan teguran
secara keseluruhan sudah baik.
dari
Ketersediaan
pengawas
mereka
segera
K3
sehingga
memperbaiki
dilakukan
informasi dengan
cara
pekerjaan mereka atau memakai
sosialisasi mengenai APD ketika
APD
safety
dengan
yang
lengkap
peraturan
sesuai
morning.
Selain
meskipun
sosialisasi dari hasil observasi
pada akhirnya nanti terkadang
juga dapat disebutkan bahwa
kembali kepada kebiasaan yang 577
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sosialisasi juga lewat poster-
Pengawasan
yang
poster yang terpasang pada
dilakukan oleh pengawas K3 PT
pintu masuk area proyek. Poster
X sudah dilakukan secara rutin
berisi kewajiban memakai APD
dan secara menyeluruh. Namun
wajib
karena
seperti
sabuk
helm,
ketika
sepatu,
bekerja
di
keterbatasan
jumlah
personel pengawas K3 maka
ketinggian, dan welding ketika
pengawas
akan mengelas.
maksimal atau dianggap kurang
Ketersediaan jumlah yang
ketat
berjalan
oleh
kurang
informan
utama.
ada di PT X juga sudah baik.
Informan utama sering ditegur
Sudah
dan
mampu
mencakup
diingatkan
mengenai
semua kebutuhan APD para
penggunaan APD ketika bekerja
pekerja di proyek PT X. PT X
namun
sudah
triangulasi
berupaya
memungkinkan perilaku
untuk terjadinya
penggunaan
Lawrence
Informan
mengungkapkan
perubahan yang terjadi hanya
APD
sementara
ketika bekerja di ketinggian. Teori
menurut
yaitu
ketika
saat
ditegur mereka akan memakai
Green
APD kemudian beberapa hari
mendiskripsikan faktor Enabling
kemudian mereka akan kembali
adalah faktor yang membuat
ke kebiasaan yang lama.
suatu perilaku menjadi mungkin
Pembahasan diatas sesuai
atau mudah untuk dilakukan.
dengan pendapat Kelman bahwa
Dengan adanya ketersediaan
perubahan perilaku individu pada
sarana dan prasarana diatas
tahap kepatuhan (compliance).
maka
Mula-mula
diharapkan
dapat
individu
mematuhi
mempermudah
atau
anjuran atau instruksi petugas
memungkinkan
terjadinya
tanpa kerelaan untuk melakukan
perilaku
penggunaan
APD
tindakan tersebut dan seringkali
ketika bekerja di ketinggian di
karena
PT X.12
hukuman atau sanksi jika dia tidak
ingin
patuh,
Analisis Faktor Penguat
memperoleh
1. Pengawasan K3 Proyek
dijanjikan 578
jika
menghindari
atau imbalan dia
untuk yang
mematuhi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Biasanya
Pada proyek ini juga dilakukan
perubahan yang terjadi dalam
monitoring atau pemantauan pekerja
tahap ini sifatnya sementara,
saat bekerja. Untuk reward dan
artinya
itu
sanksi/punishment di PT X, PT X
dilakukan selama masih ada
telah membuat kebijakan reward dan
pengawasan petugas.13
punishment untuk seluruh pekerja di
anjuran
tersebut.
bahwa
tindakan
proyek termasuk staff kantor PT X. Analisis Hasil Obervasi
Punishment
yang
diberlakukan
adalah denda Rp50.000,00 per APD
PT X sudah menyediakan APD sepatu,
yang tidak dipakai untuk staff kantor
helm, dan sabuk pengaman untuk
dan untuk pekerja biasa dikenakan
bekerja
denda Rp25.000,00 per APD yang
secara
lengkap
di
meliputi
ketinggian.
Sistem
tidak dipakai.
penyediaan APD di proyek PT X mengambil
sistem
potong
upah
pekerja agar pekerja memiliki rasa
Analisis
kepemilikan terhadap APD tersebut.
Penanggulangan Kebakaran
Berdasarkan
hasil
observasi
di
Dari
lapangan APD yang disediakan oleh
observasi
mendalam
dan
dengan
perilaku informan utama mengenai
yang disediakan dalam keadaan
penggunaan APD ketika bekerja di
baru sebelum diserahkan kepada
ketinggian. Ketika informan utama
pekerja. mengadakan
terhadap
informan utama dapat digambarkan
memenuhi aspek safety karena APD
X
hasil
wawancara
PT X masih layak digunakan dan
PT
Perilaku
bekerja di ketinggian dan memakai
safety
scaffolding maka mereka bekerja
morning pada setiap hari kamis.
dengan menggunakan APD sepatu
Pada safety morning ini disampaikan
dan helm saja. Padahal seharusnya
mengenai rencana pekerjaan dan
mereka
himbauan mengenai keselamatan
harus
pengaman
dan kesehatan kerja. Sosialisasi
memakai
untuk
sabuk
bekerja
di
ketinggian sesuai dengan peraturan
mengenai pentingnya penggunaan
yang
APD saat bekerja juga disampaikan
telah
dibuat
oleh
PT
X.
Informan triangulasi juga sepakat
melalui safety morning ini.
bahwa informan utama sering tidak memakai APD sabuk pengaman. 579
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Pekerjaan finishing kolom ini
maupun dalam bentuk media
merupakan pekerjaan yang memiliki
cetak. Ketersediaan jumlah APD
risiko untuk terjatuh dari ketinggian.
di PT X sudah memadai dan
PT X telah mengantisipasi risiko
lengkap
tersebut dengan menyediakan sabuk
memungkinkan
pengaman. Namun karena faktor
memudahkan terjadinya perilaku
kenyamanan
penggunaan APD ketika bekerja
dan
kepercayaan ketinggian
bahwa
faktor bekerja
memakai
di
sehingga atau
di ketinggian.
scaffolding
4.
Pengawasan
yang
dilakukan
memiliki risiko untuk terjatuh kecil
oleh pengawas K3 dan mandor
maka
sudah berjalan dengan rutin
pekerja
sering
enggan
memakai APD tersebut.
dilakukan
KESIMPULAN
Pengawasan berdampak pada
setiap
hari.
perubahan perilaku pada tahap 1.
Pengetahuan informan utama
kepatuhan(Compliance).
masih berada pada tingkatan
2.
5.
informan
utama
terhadap
mengaplikasikan
pengetahuan
ketika
mereka
baik
dengan mengetahui pentingnya
dengan
ketika
penggunaan
bekerja
di
APD
ketinggian
bekerja.
penggunaaan APD saat bekerja
Sebagian besar sikap informan
dan memiliki sikap yang patuh
utama
terhadap teguran pengawas K3.
mendukung
perilaku
penggunaan APD ketika bekerja
Namun
di ketinggian. Meskipun ada
ketidaknyamanan
beberapa sikap informan yang
kesadaran yang masih kurang
masih
memakai APD ketika bekerja
perilaku ketika
kurang
mendukung
penggunaan bekerja
di
Ketersediaan
PT
menyosialisasikan
dan
maka mereka sering bekerja
ketinggian
dengan memakai APD yang tidak lengkap.
informasi
mengenai APD di PT X sudah baik.
karena
APD
misalnya sikap acuh. 3.
Perilaku
memahami karena mereka tidak
X
selalu APD
ke
pekerja baik dalam bentuk lisan 580
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
DAFTAR PUSTAKA
8. Tarwaka.
1. Ferdy, dkk. Macam-macam dan
Proyek
Konstruksi
9. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi
di
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Surabaya. Surabaya: Fakultas
Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Teknik Sipil dan Perencanaan
10. Linggasari. Faktor-Faktor Yang
Universitas Kristen Petra. 2008. 2. Silalahi,
Bennet.
Keselamatan Kerja.
Jakarta:
Mempengaruhi
Manajemen
dan
Terhadap
Kesehatan
PT.
Kesehatan
Pustaka
Alat
& Paper Tbk. Tangerang Tahun 2008
Keselamatan
(Skripsi).
Perpustakaan
Universitas Indonesia. 2008 11. Harper, R.S dan Koehn, E.
Kerja Laboratorium Kesehatan. 2004
Managing Industrial Cosntruction Safety
4. ILO. Pakta Lapangan Kerja di Indonesia. 2013
in
Journal
Pelatihan
Bekerja
di
of
Texas.
Construction
1998
Ketinggian. Malaysia. 2014
12. Green,
6. Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan.
Southeast
Engineering and Management.
5. Petronas Lubricant International. Materi
Penggunaan
Engineering PT. Indah Kiat Pulp
Kesehatan. Dan
Perilaku
Pelindung Diri di Departemen
Binaman Pressindo. 1995. 3. Departemen
Industri.
Gunawidya: Jakarta. 2008
Penyebab Kecelakaan Struckby pada
Ergonomi
Lawrence.
Health
Education Planning, A Diagnosic
Pedoman
Approach. The john Hopkins
Keselamatan dan Kerja pada
University : Mayfield Publishing
Ketinggian
Co, 1980
dengan
Menggunakan Akses Tali (Rope
13. Kelman, Herbert. Compliance,
Access). Jakarta. 2008
Identification and Internalization;
7. Anonim. Resiko Bekerja pada Ketinggian Konstruksi
dan
Threes processes of attitude
Galian
(online).
change.
Journal
Resolution. 1980
2015
(http://nusa7.com/resiko-bekerjapada-ketinggian-dan-galiankonstruksi/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015) 581
of
Conflict