FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KOORDINATOR PENGGERAK JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DESA DI KABUPATEN BANJARNEGARA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh Maknawan Canggih Kusuma NIM 6450405147
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
ABSTRAK Maknawan Canggih Kusuma, 2010, "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara", Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. E.R Rustiana, M.Si., II. Drs. Bambang B.R, M. Si. Kata Kunci: JPKM, Kinerja, Koordinator Penilaian kinerja merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja dari anggota organisasi yang nantinya dapat mendukung tumbuh dan berkembangnya organisasi secara keseluruhan. Salah satunya adalah penilaian kinerja koordinator penggerak JPKM desa berkenaan tugasnya dalam merekrut peserta JPKM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa. Jenis penelitian ini adalah survey explanatory. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Desain penelitian ini dipilih kelompok koordinator penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara, Jumlah sampel sebanyak 73 orang yang ditentukan dengan metode Proporsional area random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa 57,5% responden memiliki kemampuan buruk; 82,2% responden memiliki persepsi yang baik; 58,9% responden memiliki motivasi sedang; 79,5% responden menganggap kepemimpinan atasan cukup; 86,3% responden menganggap imbalan yang diberikan sudah memuaskan dan 69,9% responden memiliki kinerja yang cukup. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman hanya satu variabel dengan tingkat signifikansi <0,05 yaitu kemampuan (0,000<0,05) yan artinya ada hubungan yang signifikansi antara kemampuan dengan kinerja koordinator. Variabel lain memiliki tingkat signifikansi >0,05 yaitu persepsi koordinator (0,168>0,05), motivasi koordinator (0,619>0,05), kepemimpinan atasan (0,225>0,05), imbalan yang diberikan (0,252>0,05). Simpulan dari penelitian ini yaitu, ada pengaruh kemampuan koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. Saran yang diberikan oleh peneliti bagi koordinator penggerak JPKM agar bisa meningkatkan kemampuan diri dengan banyak mengikuti pelatihan dan untuk lebih sering berkoordinasi dengan kader. Pemerintah sebaiknya sering mengadakan pelatihan dan untuk lebih sering melakukan monitoring. Sedangkan bagi peneliti lain, saran yang diberikan oleh peneliti adalah agar melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan melakukan pengukuran dengan teknik pendekatan yang berbeda dan waktu pengamatan penelitian yang lebih lama.
ii
ABSTRACT Advanced Maknawan Kusuma, 2010, "Factors Associated with Driving Performance Assurance Coordinator Health Maintenance Organizations (JPKM) village in Banjarnegara District", Thesis, Department of Public Health Sciences, Faculty of Sport Sciences, State University of Semarang. Mentors: I. Dra. E.R Rustiana, M.Sc., II. Drs. Bambang B.R, M. Si. Keywords: JPKM, Performance, Coordinator Performance appraisal is one way to evaluate the performance of the member organizations will be able to support growth and development of the organization as a whole. One of them is the assessment of driving performance JPKM village coordinator duties in regard to recruiting participants JPKM. The purpose of this research is to determine the factors associated with driving performance JPKM Village coordinator. Type of survey research is explanatory. The design used in this study is cross sectional. This research design selected group of movers JPKM Village coordinator in District Banjarnegara, Number 73 samples determined by the proportional area random sampling method. The data was collected using questionnaires. The results showed that 57.5% of respondents have a poor ability; 82.2% of respondents have a good perception; 58.9% of respondents were motivated; 79.5% of respondents considered quite superior leadership; 86.3% of respondents consider the rewards given was satisfactory and 69.9% of respondents have a sufficient performance. Based on Spearman Rank statistical test only one variable with a significance level <0.05 is the ability (0.000 <0.05) yan means there is a significance relationship between the ability of the coordinator's performance. Other variables have a significance level> 0.05 is the perception of the coordinator (0.168> 0.05), motivated coordinator (0.619> 0.05), superior leadership (0.225> 0.05), rewards are given (0.252> 0.05) . Conclusion of this research is, there ability to influence the performance coordinator coordinator JPKM JPKM in Banjarnegara District in 2010. Advice given by the researchers for driving JPKM coordinator in order to improve themselves with a lot of training and for more frequent coordination with the cadre. The government should conduct frequent training and for more frequent monitoring. As for other researchers, the advice given by the researchers is to conduct a more in-depth research by performing measurements with different techniques and approaches which research observation time is longer.
iii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Koordinator
Penggerak
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 18 Februari 2010 dan telah diperbaiki serta mendapat pengesahan dari Panitia Ujian dan para Penguji Skripsi. Mengesahkan, Panitia dan Penguji
Nama dan Tanda Tangan
Ketua Panitia Ujian Skripsi
Drs. H. Harry Pramono, M.Si. NIP. 19591019.198503.1.001
Sekretaris Ujian Skripsi
Irwan Budiono, S. KM., M.Kes. NIP. 19751217.200501.1.003
Penguji I
dr. H. Mahalul Azam, M.Kes. NIP. 19751119.200112.1.001
Penguji II
Dra. E.R Rustiana, M.Si NIP. 19470427.198503.2.001
Penguji III
Drs. Bambang B.R, M.Si NIP. 19601217.198601.1.001
iv
Tanggal Penandatanganan
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto : Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan (Thomas A. Edison, 2008).
Persembahan: Skripsi ini Ananda persembahkan untuk: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta 2. UNNES
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya skripsi ini, dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. Said Junaidi, M. Kes., atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan penelitian. 3. Pembimbing I, Ibu Dra. E.R Rustiana, M.Si., atas arahan, bimbingan, dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Pembimbing II, Bapak Drs. Bambang B.R, M.Si., atas arahan, bimbingan, dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Kepala Bidang Pemberdayaan, Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Imron Rosyadi, SH, atas ijin penelitian. 6. Kepala Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan, Taat Nur Utomo, SKM., M.Kes, atas ijin pengambilan data dan bimbingannya selama penelitian.
vi
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan IKM, atas ilmunya selama kuliah. 8. Ayahanda (Maksum) dan Ibunda (Sumiati) tercinta, atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan doa, yang sungguh berarti bagi saya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Saudara-saudaraku: Mas Aan, Mbak Risty, Dek Prisca dan Keponakanku Hemaz atas dorongan dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Teman IKM Angkatan 2005, atas bantuan dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku: Novan, Bang Roby, Bang Yoz, Bang Gun. 12. Semua pihak yang terlibat, atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Semarang,
Penyusun
vii
Januari 2010
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .........................................................................................................
i
ABSTRAK ...................................................................................................
ii
ABSTRACK .................................................................................................
iii
PENGESAHAN ............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
5
1.3 Tujuan Penenlitian ..................................................................................
6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .........................................................................
7
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori .......................................................................................
10
2.2 Kerangka Teori .......................................................................................
32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................
33
3.2 Hipotesis .................................................................................................
33
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ...............................................................
34
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................
34
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............................................
35
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................
37
3.7 Sumber Data Penelitian ...........................................................................
39
3.8 Instrumen Penelitian................................................................................
40
viii
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Penenlitian.................................................................
43
4.2 Analisis Univariat ...................................................................................
48
4.3 Analisis Bivariat......................................................................................
55
BABA V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden .........................................................................
59
5.2 Hasil Uji Univariat ..................................................................................
60
5.3 Hasil Uji Bivariat ....................................................................................
64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan .................................................................................................
73
6.2 Saran.......................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................
8
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..................................
42
Tabel 3.2 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa ..................................
44
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur ...
51
Tabel 4.2 Proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa ................................
52
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Usia pada Koordinator ..................
53
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Koordinator ..........
54
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Koordinator ........
56
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Koordinator ...............
57
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Koordinator ..............
58
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Kepemimpinan yang Dilakukan ................
59
Tabel 4.9 Distribusi Responden Terhadap Imbalan .......................................
60
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Koordinator ..............
61
Tabel 4.11 Hubungan Kemampuan Koordinator dengan kinerja ....................
57
Tabel 4.12 Hubungan Persepsi Koordinator dengan Kinerja ..........................
58
Tabel 4.13 Hubungan Motivasi Koordinator dengan Kinerja .........................
64
Tabel 4.14 Hubungan Kepemimpinan yang dilakukan dengan Kinerja ..........
65
Tabel 4.15 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja .......................
66
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2. 1 Hubungan Kerja antar pelaku JPKM .........................................
15
Gambar 2. 2 Diagram skematis teori prilaku dan kinerja ...............................
19
Gambar 2. 3 Kerangka Teori .........................................................................
39
Gambar 3.1 Krangka Konsep Penelitian ........................................................
40
Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden .........................................................
54
Gambar 4.2 Distribusi Pekerjaan Responden .................................................
55
Gambar 4.3 Distribusi Kemampuan Responden ............................................
56
Gambar 4.4 Distribusi Persepsi Responden ...................................................
57
Gambar 4.5 Distribusi Motivasi Responden ..................................................
58
Gambar 4.6 Distribusi Kepemimpinan yang dilakukan pada Responden .......
60
Gambar 4.7 Distribusi Imbalan yang diberikan pada Responden ...................
61
Gambar 4.8 Distribusi Kinerja Responden ....................................................
62
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran ...................................................................................................... Halaman 1.
Kuesioner ..............................................................................................
79
2.
Validitas dan Realibilitas........................................................................
83
3.
Daftar KP JPKM di Kab. Banjarnegra ....................................................
87
4.
Jumlah Peserta JPKM Kab.Banjarnegara th 2009 ................................... 106
5.
Tabulasi Data Hasil Penelitian................................................................ 107
6.
Analisis Univariat .................................................................................. 113
7.
Analisis Bivariat .................................................................................... 115
8.
SK Pembimbing ..................................................................................... 120
9.
Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan............................ 121
10. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA...................................................... 124 11. SK Penguji ............................................................................................. 125 12. Dokumentasi .......................................................................................... 126
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Dep.Kes (2003)
menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI,2003). Salah satu program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan adalah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Salah satu strategi untuk mencapai tujuan tersebut yaitu melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM).
Untuk
itu
pemerintah
menegaskan
JPKM
harus
dikembangkan di semua daerah. Badan Pelaksana (Bapel) JPKM dibentuk sebagai salah satu pelaksana jaminan pemeliharan kesehatan masyarakat di Indonesia. Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2006 menyebutkan bahwa secara umum cakupan JPK di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 19% jauh dari pencapaian Indonesia Sehat (IS) 2010 (80%). Cakupan JPK menurut jenisnya didominasi oleh Askeskin yang mecakup 25,90%, Askes PNS 6,36%, Jamsostek 13,63%. Upaya JPK yang berasal dari masyarakat yaitu dana sehat masih sangat
1
2
rendah yaitu 0,40%. Askes dan Jamsostek masih banyak dimiliki oleh kelompok ekonomi tinggi, sebaliknya kepemilikan JPKM dan kartu sehat lebih banyak dimiliki oleh kelompok ekonomi lemah. Kepemilikan kartu sehat yang jumlahnya masih sangat terbatas ternyata 23% dimiliki oleh peserta rumah tangga kelompok mampu. Ini berarti masih terjadi adanya salah pendistribusian kartu sehat (Depkes RI,2006). Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat beragam. Dahulu banyak yang menganggap bahwa JPKM adalah bukan asuransi kesehatan kemudian JPKM dianggap sebagai asuransi sosial karena dijual umumnya kepada masyarakat miskin di daerah-daerah. Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini dalam menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. Namun di Indonesia pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak lama hanya mendapatkan informasi yang bias tentang asuransi kesehatan yang didominasi dari Amerika yang didominasi oleh asuransi kesehatan komersial. Literatur yang mengupas asuransi kesehatan sosial juga sangat terbatas. Pola pikir kebanyakan sudah diarahkan kepada segala sesuatu yang bersifat komersial, termasuk dalam pelayanan rumah sakit. Begitu ada kata sosial, seperti dalam asuransi sosial dan fungsi sosial rumah sakit maka hal itu hampir selalu difahami dengan pelayanan atau program untuk orang miskin. Sesungguhnya asuransi sosial bukanlah asuransi untuk orang miskin. Fungsi sosial bukanlah fungsi orang miskin. Ini merupakan kekeliruan besar yang sudah mendarah daging di Indonesia
3
yang menghambat pembangunan kesehatan yang berkeadilan sesuai amanat UUD 45. Bahkan konsep Undang-undang Kesehatan yang dikeluarkan tahun 1992 (UU nomor 23/1992) jelas-jelas memerintahkan Pemerintah dengan mendorong pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PAMJAKI,2009). JPKM dirumuskan sebagai upaya Indonesia untuk mengatasi ancaman terhadap pelayanan kesehatan akibat kenaikan biaya kesehatan yang juga mengacam penurunan mutunya. Setelah bertahun-tahun terhadap berbagai bentuk pemeliharaan kesehatan mancanegara, disadari bahwa pembayaran tunai langsung dari konsumen atau pembayaran melalui pihak ketiga terhadap tagihan pemberi pelayanan kesehatan telah mendorong kenaikan biaya kesehatan. Sistem JPKM dirumuskan keterlibatan masyarakat untuk membiayai kesehatan dengan iuran dimuka,
keterlibatan
pihak
ketiga
sebagai
badan
penyelenggara
yang
bertanggungjawab mengelola iuran secara efisien, keterlibatan sarana pelayanan kesehatan untuk melaksanakan layanan bermutu namun ekonomis dengan pembayaran Pra-upaya, dan keterlibatan pemerintah sebagai badan pembina yang mengarahkan hubungan saling menguntungkan antar para pelaku JPKM tersebut. Dengan demikian, JPKM yang dalam UU No.23/1992 dinyatakan sebagai suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin, serta dengan pembiayaan yang dilaksanakan secara pra-upaya, pada hakekatnya adalah sistem pemeliharaan kesehatan yang memadukan penataan subsistem pelayanan dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dengan menjaga mutu pelayanan dan
4
mengendalikan biaya pelayanan sehingga tidak menghambat akses masyarakat (Depkes RI, 2002). Undang-undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menyebutkan bahwa seluruh penduduk Indonesia di wajibkan untuk menjadi peserta JPK baik dalam bentuk Jamsostek, Kartu Sehat, Askes, dana sehat maupun JPKM. Berdasarkan data kepesertaan JPK tahun 2009 di wilayah Kabupaten Banjarnegara dari 917.630 jiwa, yang telah menjadi peserta Askes sebanyak 6,4%, Jamsostek 1,2%, dan JPK lainya sebanyak 1,07%. Ini berarti yang menjadi target peserta JPKM sebanyak 91,33%. Hasil pencapaian peserta JPKM di wilayah Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 hanya 4%, berarti masih terdapat sekitar 87,33% penduduk yang belum menjadi peserta JPKM (Dinkes Banjarnegara, 2009). Program JPKM juga tidak lepas dari adanya peran aktif dari berbagai pihak, baik pemerintah kabupaten, swasta termasuk Badan Pembina (Bapim) dan Badan Pelaksana (Bapel) sebagai stakeholder, dan seuruh komponen termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada, serta adanya peran koordinator Pengerak JPKM baik di tingkat Kecamatan maupun Desa. Koordinator Penggerak JPKM Desa merupakan ujung tombak dalam perekrutan peserta JPKM. Hal ini dikarenakan koordinator penggerak JPKM Desa berperan sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial dimana koordinator penggerak JPKM Desa mempelopori perubahan pola pikir masyarakat yang menjadi kliennya dalam usaha perubahan.
5
Program JPKM di Banjarnegara mulai dikembangkan sejak tahun 2004 sejak turunya SK Bupati Nomor 277 tahun 2004 tentang Pelaksanaan JPKM di Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2006 kepesertaan JPKM di Banjarnegara mencapai 931 KK, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 1618 KK, pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan menjadi sebanyak 2309 KK, dan pada tahun 2009 justru mengalami penurunan menjadi 1529 KK. Data tersebut menunjukan adanya ke tidak percayaan masyarakat Banjarnegara pada pelayanan JPKM, dan menunjukan bahwa kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa belum dapat dilihat secara optimal (Dinkes Banjarnegara, 2008). Penilaian kinerja dapat digunakan untuk penentuan secara periodik efektivitas
operasional
organisasi,
bagian
organisasi
dan
karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi (Mulyadi, 1999). Program JPKM merupakan salah satu cara untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, tetapi keberhasilan program JPKM tidak terlepas dari peran Koordinator Penggerak JPKM Desa .Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Desa di Kabupaten Banjarnegara”.
6
1.2
Rumusan Masalah Permasalahan yang akan peneliti bahas adalah :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Kab. Banjarnegara? 2. Bagaimana hubungan antara kemampuan kerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tantang JPKM dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa? 4. Bagaimana hubungan antara motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa?. 5. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa. 6. Bagaimana hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa?. 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Banjarnegara. 2. Mengetahui hubungan antara kemampuan kerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja koordinaor Penggerak JPKM Desa.
7
3. Mengetahui hubungan antara persepsi Koordintaor Penggerak JPKM Desa tantang JPKM dengan kinerja koordinaor Penggerak JPKM Desa. 4. Mengetahui hubungan antara motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinaor Penggerak JPKM Desa. 5. Mengetahui hubungan antara kepemimpinan atasan dengan
kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa. 6. Megetahui hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa. 1.4
Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi jurusan ilmu kesehatan masyarakat FIK UNNES : Penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
sumber
pustaka
bagi
pengembangan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, FIK UNNES. 1.4.2 Bagi penulis Penelitian ini digunakan sebagai sarana belajar dan penerapan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan, serta sebagai media penambah pengalaman. Memperoleh pengetahuan tentang promosi kesehatan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja koordinator dalam perekrutan peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). 1.4.3 Bagi Pemerintah Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah setempat dalam mewujudkan keberhasilan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif.
8
1.5
Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang judul penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, desain penelitian, variabel dan hasil penelitian (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Desain Variable Hasil No Judul/ Peneliti/ Lokasi Th Penelitian 1. Pengaruh Supervisi Kepala 2006 Cross Kemampuan Ada Ruang Rawat Inap, sectional hubungan Kemampuan, Motivasi dan Tidak ada Imbalan Tenaga Perawat Motivasi hubungan Pelaksana Terhadap Tidak ada Kinerja Tenaga Perawat Hubungan Peaksana di ruang Rawat Imbalan Inap RSUD Sidorejo. (Siagian,2006) 2 Hubungan Antara Persepsi 2006 Cross Persepsi Ada Perawat Tentang sectional Hubungan Kepemimpinan Kepala Tidak ada Ruangan dengan Kinerja Kepemimpin Hubungan Perawat di Ruang Rawat an Inap RSUD Purbalingga. (Rini,2006) 3 Persepsi dan Pengaruh 2006 Cross Persepsi Ada Sistem Pembagian Jasa Sectional Hubungan Pelayanan Terhadap Tidak ada Kinerja Karyawan di SPJP Hubungan Rumah Sakit Jiwa Madrani. (Nofinaldi,2006) 4 Faktor-Faktor yang 2008 survey Motivasi Ada Berhubungan Dengan explanat hubungan Kinerja Perawat dalam ory Imbalan Ada Pemberian Pelayanan di hubungan Ruang Rawat Inap Rumah Persepsi Ada Sakit Jiwa Pekanbaru hubungan tahun 2008 (Syah,2008) Kepemimpin Tidak ada an Hubungan Pengaruh Kepemimpinan 5 2007 Cross Kepemimpin Ada Terhadap Kinerja Pegawai Sectional an Hubungan Negri Sipil (Studi Tentang Gaya Kepemimpinan Kinerja Terhadap Kinerja Pegawai di Bappeda Kab.Purbalingga) (Supriyanto,2007)
9
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian penelitian yang sebelumnya adalah : 1. Penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kinerja
koordinator penggerak Jaminan Pemeliharaan Kesehatn Masyarakat (JPKM) belum pernah dilakukan. 2. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey explanatory. 1.6
Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara. 1.6.2 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Oktober sampai dengan Desember 2009 1.6.3 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan diteliti adalah
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak Desa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) di Kabupaten Banjarnegara.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Jaminan Pemeliharaan Kesehatn Masyarakat (JPKM)
2.1.1. Pengertian JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) adalah suatu konsep atau metode penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif) berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya (Dinkes Banjarnegara, 2004). Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM/ Managed Health Care) dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 pasal 66, disebutkan sebagai "Cara Penyelenggaraan dan Pengelolaan" upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya
dilaksanakan
secara
pra-upaya.
Pemeliharaan
kesehatan,
sebagaimana dimaksud pasal 10 UU No. 23/1992, merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), terpadu, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan bertujuan melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Cara penyelenggaraan dan pengelolaan upaya pemeliharaan kesehatan (JPKM) ini bertujuan mengefisienkan pemanfaatan (konsumsi) dan produksi (pelaksanaan) pelayanan kesehatan, juga pengalokasian sumberdaya kesehatan. Tujuan di atas hanya dapat dicapai dengan jalan memadukan fungsi pemeliharaan
10
11
kesehatan dengan fungsi pembiayaannya, karena dengan pengelolaan secara terpadu ini akan dapat ditingkatkan pemerataan pemeliharaan kesehatan yang paripurna, berkesinambungan dan bermutu, yang diselenggarakan secara berdayaguna dan berhasilguna (cost-effective). JPKM sebagaimana dicantumkan dalam UU No. 23/1992 juga merupakan ketetapan tentang Strategi Penyelenggaraan dan Pemerataan Pemeliharaan Kesehatan Paripurna dan Pembiayaannya, yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, paripurna, berkesinambungan serta terjangkau oleh masyarakat dan sekaligus juga merupakan strategi untuk mendorong, membina, mengatur dan mengawasi peranserta swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan (Widodo Sutopo,2003). 2.1.2 Hakekat JPKM JPKM di dalam pasal 66, UU No. 23/1992, ditetapkan sebagai dasar/landasan (cara pengelolaan) setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya (pre-paid health care). Hakekat JPKM adalah cara pengelolaan yang mampu menjamin pemeliharaan kesehatan paripurna, berkesinambungan dan bermutu, yang diselenggarakan secara berdayaguna dan berhasilguna. Ketetapan yang telah dibuat untuk menjadikan JPKM sebagai landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya merupakan satu keputusan yang diambil berdasarkan satu kajian jauh ke depan dan merupakan antisipasi yang tepat untuk menghadapi dan dapat mengendalikan meningkatnya
12
biaya pemeliharaan kesehatan yang disebabkan karena makin meningkatnya usia harapan hidup serta meningkatnya jenis dan jumlah penyakit menahun yang selain memerlukan berbagai pelayanan kesehatan dengan frekuensi, intesitas, dan kecanggihan yang meningkat juga biaya yang tinggi (Widodo Sutopo,2003). JPKM dirumuskan setelah telaah bertahun-tahun terhadap sistem pemeliharaan kesehatan di manca negara. JPKM merupakan penyempurnaan terkini setelah sistem pemeliharaan kesehatan dengan pembayaran tunai, asuransi ganti rugi, asuransi dengan tagihan provider mengalami kegagalan dalam mengendalikan biaya kesehatan. Kelebihan JPKM terhadap sistem asuransi kesehatan tradisional adalah pembayaran pra upaya kepada PPK yang memungkinkan pengendalian biaya oleh PPK dan memungkinkan Bapel berbagi resiko biaya dengan PPK. 2.1.3 Manfaat JPKM JPKM dirancang untuk memberi manfaat kepada semua pihak yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan, baik masyarakat konsumen jasa kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dijenjang pelayanan tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga, para badan penyelenggara (Bapel), pemerintah serta dunia usaha, dapat diuraikan manfaat yang diperoleh masing-masing pihak tersebut
dengan
terselenggaranya
JPKM
sebagai
berikut
(http://www.jpkmonline.net, 2001). 2.1.3.1 Manfaat bagi Masyarakat 1.
Masyarakat terlindung / terjamin dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
13
2.
Masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan paripurna (preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif).
3.
Masyarakat memperoleh biaya yang ringan untuk kesehatan karena asas usaha bersama dan kekeluargaan dalam JPKM memungkinkan subsidi silang yang mana yang sehat membantu yang sakit dan yang muda membantu yang tua
4.
Terjaminnya pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
5.
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat utamanya melalui upaya preventif, promotif agar seseorang tidak jatuh sakit.
2.1.3.2 Manfaat bagi Dunia Usaha 1.
Pemeliharaan kesehatan karyawan dapat terlaksana secara lebih efisien / efektif
2.
Biaya pelayanan kesehatan dapat direncanakan secara tepat.
3.
Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan lebih efisien dibandingkan dengan sistem klaim, ganti rugi, atau fee for services.
4.
Terjaminnya kesehatan karyawan yang mendorong peningkatan produktifitas.
5.
Merupakan komoditi baru yang menjajikan bagi dunia usaha bila menjadi Bapel, karena akan memperoleh laba finansial maupun laba sosial.
2.1.3.3 Manfaat bagi PPK 1.
PPK dapat merencakan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan efektif bagi peserta karena ditunjang sistem pembayaran kapitasi.
2.
PPK akan memperoleh balas jasa yang makin besar dengan makin terpeliharanya kesehatan konsumen.
14
3.
PPK dapat lebih meningkatkan profesionalisme, kepuasan kerja, dan mengembangkan mutu pelayanan.
4.
Sarana pelayanan tingkat pertama, kedua, dan ketiga yang selama ini menerapkan tarif subsidi / murah akandapat menerapkan tarif riil yang wajar untuk menjamin kesinambungan dan mutu pelayanannnya.
2.1.3.4 Manfaat bagi Pemerintah / Pemda 1.
Pemda memperoleh masyarakat yang sehat dan produktif dengan biaya yang berasal dari masyarakat sendiri.
2.
Pengeluaran pemda untuk membiayai bidang kesehatan dapat lebih efisien.
3.
Subsidi pemerintah dapat dialokasikan kepada yang lebih memerlukan utamanya bagi masyarakat miskin.
4.
Kapitasi dalam JPKM memakai perhitung unit cost riil / non subsidi, maka pemda dapat menyesuaikan tarif bagi masyarakat mampu.
2.1.4 Tujuan JPKM 2.1.4.1 Tujuan Umum Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya dan dengan cara gotong royong antar peserta JPKM dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan (Dinkes Banjarnegara,2004). 2.1.4.2 Tujuan Khusus 1. Penyelenggaraan
pemeliharaan
kesehatan
yang
komperhensif
dengan
mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dalam bentuk paket yankes bagi peserta JPKM.
15
2. Meningkatkan mutu yankes pada PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) yang menjadi jaringan pelayanan kesehatan dalam program JPKM. 3. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. 4. Pembudayaan perilaku hidup. 2.1.5 Tata Hubungan Kerja Antara Pelaku JPKM BAPIM
BAPEL Pra-upaya
prabayar
PESERTA
Pelayanan kesehatan
PPK
Gambar 2.1: Hubungan Kerja antar pelaku JPKM (Departemen Kesehatan RI tahun 2004) Jaminan kesehatan prabayar yang berdasarkan JPKM dapat digambarkan sebagai suatu tatanan dengan sedikitnya empat pelaku. Para pelaku tersebut meliputi : Peseta yang mendaftarkan diri dalam satuan keluarga, kelompok atau unit organisasi, dengan membayar kepada bapel sejumlah iuran tertentu secara teratur untuk membiayai pemeliharaan kesehatannya. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan kesehatan terorganisir untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang secara efektif dan efisien. Badan Penyelenggara JPKM (Bapel JPKM) sebagai badan hukum yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan JPKM dengan secara profesional
16
menerapkan trias manajemen, meliputi manajemen kepesertaan, keuangan dan pemeliharaan kesehatan. Pemerintah sebagai badan pembina yang melalsanakan, fungsi untuk mengembangkan, membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM. Pelaku-pelaku tersebut terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan berlaku penerapan jurus-jurus kendali biaya, kendali mutu pelayanan dan pemenuhan kebutuhan medis para peserta, dalam bentuk pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang.
2.2
Kinerja Kinerja (performance) adalah penampilan hasil karya anggota baik
kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja juga dapat merupakan penampilan individu atau kelomok kerja. Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada seseorang yang mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran anggota di dalam organisasi (Ilyas, 2001). Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa
maupun
pelayanan.
Demikian
halnya
perwujudan
kinerja
yang
membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya (Hadipranata, 1996:34).
17
Adapun kinerja menurut Mulyadi (1999) adalah penentuan secara periodik
efektivitas
operasional
organisasi,
bagian
organisasi
dan
karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Penilaaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semstinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Illyas (1999) berpendapat bahwa tenaga profesional adalah sumber daya
terbaik suatu organisasi sehingga evaluasi kinerja mereka menjadi salah satu variabel yang penting bagi efektifitas organisasi. Sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja profesional yang menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi yang efektif. Menurut teori Gibson yang dikutip oleh Illyas (1999), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu: 2.2.1 Variabel individu Kemampuan dan keterampialan merupakan variable individu yang dapat mempengaruhi kinerja. Kemampuan merupakan potensi atau kecakapan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus sebagai hasil dari pengetahuan.
18
Ketrampilan dipengaruhi oleh tingakat pendidikan, latihan dan pengembangan dalam hubunganya dengan tugas yang dimiliki. Kemempuan fisik macamnya adalah kesehatn karyawan, faktor usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang lagsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam proses kelancaran tugas. Semakin tinggi pendidikan seseorang (dalam hal ini koordinator penggerak JPKM) maka semakin tinggi pula prestasi yang dimiliki yang tentunya akan semakin tinggi pula kinerjanya. 2.2.2 Variabel Organisasi Sumber
daya
manusia,
kepemimpinan
dan
kompensasi
(reward
upah/imbalan) termasuk dalam variabel organisasi. Manusia adalah sumber daya yang
berharga, karena melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan
memudahkan organisasi mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan merupakan aspek yang paling penting karena suatu organisasi akan menjadi kurang efisien tanpa adanya pemimpin. Bawahan memandang seseorang pemimpin efektif atau tidak efektif dari sudut kepuasan yang mereka peroleh selama bekerja. Salah satunya adalah reward yang diterima. 2.2.3 Variabel Psikologis Pemupukan motivasi dan minat kerja bawahan yang berorientasi pada peningkatan prestasi atau hasil kerja membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan teknik tertentu. Teknik ini antara lain adalah dengan menciptakan
19
iklim kerja dan lingkungan kerja yang menyenangkan serta adanya komunikasi dan hubungan kerja yang kondusif. Sikap merupakan salah satu faktor penentu perilaku bawahan dalam bekerja. Hal ini dikarenakan sikap berhubungan erat dengan persepsi dan motivasi. Sikap yang dimiliki oleh seorang pekerja dapat menunjukan apakah pekerja tersebut termotivasi dalam bekerja yang nantinya digunakan untuk meningkatkan kinerjanya. Variabel Individu - Kemampuan dan ketrampilan : mental &fisik - Latar Belakang: Keluarga, Tingkat sosial, dan Pengalaman - Demografis: Umur, Etnis, dan Jenis Kelamin
Variabel Individu (apa yang dikerjakan) KINERJA
Psikologis - Persepsi - Sikap - Kepribadian - Belajar - Motivasi
Variabel Organisasai - Sumber daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur - Disain pekerjaan
Diagram skematis teori prilaku dan kinerja Gambar 2.2 : Diagram skematis teori prilaku dan kinerja (Gibson, 1986)
2.3 Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
Kinerja
Koordinator Penggerak JPKM Desa 2.3.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa Menurut Chaplin (1997), kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
20
perbuatan. Kemampuan bisa merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan (Robbins, 2001). Lebih lanjut Robbins (2001) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual adalah merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental dan kemampuan fisik adalah kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Kemempuan perlu didukung oleh beberapa hal, unsur-unsur yang mendukung kemampuan antara lain: 2.3.1.1 Pengetahuan Pengetahuan dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan yang diberikan pada bawahan. Pengetahuan Koordinator Penggerak akan pelaksanaan tugas maupun pengetahuan umum yang mempengaruhi pelaksanan tugas sangat menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas dengan baik. Koordinator yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tantang bidang kerjanya akan bekerja secara tersendat-sendat (Ranupandjodjo, 1990). 2.3.2 Ketrampilan Ketrampilan merupakan kemampuan untuk mengoprasikan pekerjan secara mudah dan cermat. Ketrampilan karyawan (koordinator penggerak) merupakan salah satu faktor utama dalam usaha mencapai sukses bagi tujuan organisasi. Bagi karyawan baru atau karyawan yang menghadapai pekerjaan baru, diperlukan adanya tambahan ketrampilan guna menunjang pelaksanan tugas dengan baik. Manulang (2001), membedakan ktrampilan menjadi tiga yaitu:
21
2.3.2.1 Ketrampilan Teknis Pengetahuan dan penguasaan kegiatan yang bersangkutan dengan cara, proses dan prosedur yang menyangkut pekerjaan dengan alat-alat. 2.3.2.2 Ketrampilan Manusiawi Kemampuan untuk bekerja dengan kelompok, menciptakan suasana dimana orang merasa aman dan bebas, maka mereka menyatakan pendapat. 2.3.2.3 Ketrampilan Konseptual Kemampuan untuk melihat gambaran kasar, mengenai dan menyadari adanya unsur yang penting dalam situasi serta memahami hubungan dantaranya unsur-unsur tersebut. 2.3.3 Pengalaman Kerja Pengalaman masa lampau mengenai pekerjaan-pekerjaan yang sama atau hampir sama merupakan titik tolak dalam mengerjakan pekerjaan berikutnya. Hal ini menunjukan bahwa kinerja masa lampau, dengan kata lain banyaknya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tugasnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kerja karyawan tersebut. Pengalaman kerja di sini dapat di lihat dari lamanya masa kerja, sejauh mana manfaat dari pengalaman kerja tersebut dapat mempengaruhi kelancaran tugasnya dan berhasil mengatasi masalah sehubungan dengan tugas pekerjaan (Siagian, 2000). 2.3.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa terhadap Program JPKM Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
22
informasi dan menafslrkan pesan. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan
dan
mengorganisasikan
pola
stimulus
dalam
lingkungan.
Gibson(1994) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986). Pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.
23
3.2.3.1 Proses Terbentuknya Persepsi Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memori organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi. Menurut Mulyana (2005), persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. 3.2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Wilson (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto, 2001), mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut : 3.2.3.2.1 Faktor eksternal atau dari luar : 1. Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang obyektif. 2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru. 3. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
24
4. Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain. 3.2.3.2.2. Faktor internal atau dari dalam : 1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk istirahat. 2. Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak menarik 3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian 4. Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain. Menurut Krech dan Crutchfield (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001), menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Penelitian mengenai persepsi masyarakat tentang pengertian JPKM diperoleh hasil bahwa ternyata persepsi responden tentang hal tersebut cukup variatif. Sejumlah responden berpendapat bahwa JPKM adalah JPSBK dalam pengertian program bantuan sosial kesehatan yang dananya disediakan oleh pemerintah, ynag dikelola oleh suatu badan yang disebut Bapel yang PPK-nya adalah Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Pemerintah. Inilah juga yang menyebabkan JPKM makin sulit untuk dikembangkan , karena masyarakat beranggapan bahwa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh JPKM merupakan hak dan bebas bea atau gratis (Ilyas, 2003).
25
2.3.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal yang penting. Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu. Berikut ini adalah tiga teori spesifik yang merupakan penjelasan yang paling baik untuk motivasi karyawan yang dikutip oleh Robbins (2003) : 1. Teori Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow Terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan,sosial,penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial merupakan kebutuhan tingkat rendah (faktor eksternal) dan kebutuhan penghargaan, aktualisasi diri merupakan kebutuhan tingkat tinggi(faktor internal). Teori ini mengasumsikan bahwa orang berupaya memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (psikologi) sebelum memenuhi kebutuhan yang tertinggi (aktualisasi diri). 2. Teori Dua Faktor Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang merasa puas (Dissatisfier–Satisfier) atau faktor yang membuat orang merasa sehat dan faktor yang memotivasi orang (Hygiene–Motivators), atau faktor ekstrinsik dan intrinsik (Extrinsic–Intrinsic).
26
3. Teori kebutuhan McClelland Mc Clelland memberikan tiga tingkatan kebutuhan tentang motivasi sebagai berikut : Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement ), afiliasi (Need for Affiliation). kekuasaan (Need for Power). 2.3.4 Kepemimpinan Koordinator Penggerak JPKM Desa Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai bidang yang berbeda pula (Handoko, 1994). Sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, dan memfasilitasi aktifitas dalam hubungan berorganisasi atau kelompok.
Beberapa
definisi
lain
tentang
teori
kepemimpinan
hanya
memperlihatkan sedikit kesamaan. Definisi berbeda dalam berbagai hal termasuk siapa yang bisa mengamankan pengaruhnya, maksud tujuan dari pengaruh itu, cara menanamkan pengaruh dan hasil pengaruhnya. Perbedaan terletak pada pandangan ilmiah dan besarnya ketidak setujuan mengenai identifikasi pemimpin dan proses kepemimpinan. Peneliti mempunyai perbedaan konsep mengenai kepemimpinan, serta memilih fenomenal yang berbeda untuk diteliti dan diinterprestasikan. Ketika kepemimipinan didefinisikan secara sempit, hal ini berarti prespektif definisi dipersempit sehingga hanya mencakup proses yang akan dipelajari. Hal tersebut menyebabkan ketidak sesuaian asumsi awal tentang efektifitas kepemimpinan. Definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli:
27
1. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penatan berupa kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bakerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto dalam Handoko, 1994). 2. Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok orang yang saling berhubungan tugasnya (Stoner dalam Handoko, 1994). 3. Tannenbaum mengatakan kepemimpinan adalah sebagai saling pengaruh antar pribadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan khusus (Sutarto dalam Handoko, 1994). Para ahli mengemukakan bahwa peranan yang perlu ditampilkan pemimpin adalah: mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala, memberi informasi, sebagai seorang perencana, memberi sugesti, mengaktifkan anggota, mengawasi kegiatan, memberi semangat untuk mencapai tujuan, sebagai katalisator, mewakili kelompok, member tanggung jawab, menciptakan rasa aman dan sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin kelompok, seseorang harus berperan mendorong anggota beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat tercapai. Menurut Covey dalam (Kris Yuliani, 2002: 6) ada tiga peranan pemimpin dalam kelompok/organisasi antara lain: 1.
Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic pathway (jalur strategi).
28
2.
Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat.
3.
Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam melayani kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat. Peranan pemimpin kelompok yang sangat perlu dilaksanakan oleh seorang
pemimpin kelompok yaitu: Membantu kelompok dalam mencapai tujuannya, Memungkinkan para anggota memenuhi kebutuhan, Mewujudkan nilai kelompok, Merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain, Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik kelompok (Sulaksana 2002). Menurut Sondang (1999), lima fungsi kepemimpinan yang dibahas secara singkat adalah sebagai berikut: pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi, pimpinan selaku komunikator yang efektif, mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik, pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
29
2.3.5 Imbalan yang diberikan Imbalan adalah sesuatu yang meningkatkan frekuensi kegiatan seorang pegawai. Sesuatu dinamakan imbalan atau bukan, tergantung pada keseluruhan pengaruh terhadap perilaku pegawai. Jika kinerja seorang pegawai diikuti oleh sesuatu dan kinerja lebih sering terjadi di saat kemudian setelah sesuatu, maka sesuatu tersebut disebut imbalan (Prawirosentono, 1999). Imbalan dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu intrinsik dan ekstrinsik. 2.3.5.1 Imbalan Intrinsik Imbalan intrinsik (Simamora, 1997) adalah imbalan yang dinilai di dalam dan dari diri pegawai, yang melekat pada aktivitas itu sendiri. Pemberian imbalan ini tidak tergantung pada kehadiran atau tindakan orang lain. Tipe imbalan intrinsik adalah seperti perasaan yang berbeda yang dialami oleh pegawai sebagai akibat kinerja mereka pada pekerjaan. Contoh imbalan intrinsik ini adalah perasaan individu akan kemampuan pribadi (personal competence) sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan dengan baik, perasaan pencapaian pribadi, tanggungjawab
dan
otonomi
pribadi
dan
perasaan
pertumbuhan
dan
pengembangan pribadi. Imbalan intrinsik memiliki potensi untuk memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku individu dalam organisasi. Alat utama yang dapat digunakan agar individu dapat mendapatkan imbalan intrinsik dari pekerjaan mereka terletak dalam cara-cara organisasi merancang pekerjaan pegawai-pegawainya.
30
2.5.2 Imbalan Ekstrinsik Imbalan ekstrinsik tidak mengikuti secara alamiah atau secara inheren kinerja sebuah aktivitas, namun diberikan kepada pegawai oleh pihak-pihak dari luar. Imbalan-imbalan ini sering digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja pegawai. Termasuk dalam imbalan ekstrinsik adalah pengakuan dan pujian dari atasan, promosi, tunjangan-tunjangan finansial serta imbalan sosial seperti kesempatan untuk berteman dan menjumpai banyak orang baru. Imbalan ekstrinsik dihasilkan oleh sumber-sumber dari luar, maka agar pegawai mendapat pujian, promosi dan imbalan sosial tergantung pada persepsi dan pertimbangan individu oleh atasannya. Perolehan imbalan finansial tergantung pada kebijakan-kebijakan gaji dan keuangan dari organisasi. Menurut Handoko (2000), tujuan pemberian imbalan atau kompensasi adalah untuk : 1. Memperoleh personalia yang kualified Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para pelamar, karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja. Kadang-kadang tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar cakap yang sudah bekerja diberbagai perusahaan lain.
31
2. Mempertahankan para karyawan yang ada Bila tingkat kompensasi tidak kompentitip, niscaya banyak karyawan yang baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitip dengan perusahaan-perusahaan lain. 3. Menjamin keadilan Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi prinsip keadilan. Keadilan atau konsisten internal dan eksternal sangat penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi. Menghargai perilaku yang diinginkan. Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan. Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui rencana kompensasi yang efektif. 5. Mengendalikan biaya-biaya Suatu program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusianya pada tingkat biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan penggajian sistematika organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada para karyawannya. 6. Memenuhi peraturan-peraturan legal Seperti
aspek-aspek
manajemen
personalia
lainnya,
administrasi
kompensasi menghadapi batasan-batasan legal. Program Kompensasi yang baik memperhatikan kendala-kendala tersebut dan memenuhi semua peraturan pemerintah yang mengatur kompensasi karyawan.
32
2.4
Kerangka Teori Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori
mengenai Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa, yang terdiri dari faktor Intrinsik, dan faktor ekstrinsik (Gambar 2.3). Partisipasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
• • • • • •
Faktor Intrinsik Pendidikan Pekerjaaan Sosial Ekonomi Pengetahuan Sikap Kemampuan dan Ketrampilan
• • • • • • •
Faktor Ekstrinsik Insentif/Imbalan Dukungan dari aparat Pembinaan Kekuasaan Sosial Persepsi Motivasi Kepemimpinan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:43) kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaidah antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang diteliti. Variabel Bebas ¾ Kemampuan Koordinator Penggerak Variabel Bebas JPKM Desa ¾ Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang JPKM ¾ Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa ¾ Kepemimpinan atasan ¾ Imbalan yang diberikan
Variabel Terikat
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Gambar 3.1: Krangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Soekidjo Notoatmodjo,2003:72). Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 3.2.1
Ada hubungan antara kemempuan koordinator penggerak JPKM Desa dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
33
34
3.2.2
Ada hubungan antara persepsi koordinator penggerak JPKM Desa tentang JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
3.2.3
Ada hubungan antara motivasi koordinator penggerak JPKM Desa dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
3.2.4 Ada hubungan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa. 3.2.5
Ada hubungan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM Desa.
3.3 Jenis Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode (survey explanatory) yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok dengan maksud menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dengan desain studi cross sectional dimana variable-variabel penelitian diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo,2002).
3.4 Variabel Penelitian Dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan jelas sebelum pengumpulan data. Variabel merupakan objek atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1997). Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
35
3.4.1. Variabel Bebas (Independent) 3.4.1.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa 3.4.1.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang JPKM 3.4.1.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa 3.4.1.4 Kepemimpinan atasan 3.4.1.5 Imbalan yang diberikan 3.4.2 Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja koordinator pengerak JPKM Desa.
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Devinisi operasional adalah sekala pengukuran variabel kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontak atau variabel tersebut (Moh.Nazir,2006). Tabel 3.1. Definisi Operasional No 1
Variabel Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Cara Kriteria/skor Skala Pengukuran Kapasitas yang Kuesioner Baik; Ordinal dimiliki oleh 16-20 koordinator untuk Cukup; mengerjakan tugas 10-15 yang diberikan Buruk; meliputi ketrampilan 5-9 yang dimiliki , lama (Saifudin kerja, pendidikan, Azwar, 2008) dan kesanggupan. Definisi
36
No 2
3
4
Cara Kriteria/skor Skala Pengukuran Persepsi Pandangan Kuesioner Baik; Ordinal Koordinator koordinator 19-24 Pengerak mengenai program Cukup; JPKM Desa JPKM meliputi 12-18 tentang JPKM pengertian, manfaat, Buruk; tujuan dan 6-11 kepesertaan JPKM. (Saifudin A, 2008) Variabel
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Definisi
Pandangan Kuesioner Koordinator Penggerak JPKM Desa mengenai dorongan yang berasal dari dalam dan luar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerjanya yang meliputi beban kerja, kepercayaan dan dukungan yang diberikan, posisi koordinator dalam perekrutan peserta serta kesulitan yang dialami dalam menjalankan tugas. Kepemimpinan Penilaian Kuesioner atasan Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam kemampuan yang dimiliki oleh kepala puskesmas, camat, kepala desa, dan Bapel JPKM dalam melakukan pengarahan, komunikasi, koordinasi, pengawasan (monitoring), dan evaluasi.
Tinggi; 16-20 Sedang; 10-15 Rendah; 5-9
Ordinal
Baik; 16-20 Cukup; 10-15 Buruk; 5-9
Ordinal
37
No
Variabel
Definisi
Cara Kriteria/skor Skala Pengukuran Kuesioner Memuaskan; ordinal 19-24 Cukup memuaskan; 12-18 Tidak memuaskan; 6-11
5
Imbalan yang diberikan
Penilaian Koordinator Penggerak JPKM Desa mengenai penghargaan yang diberikan kepada koordinator baik dalam betuk psikis maupun fisik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja koordinator.
6
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Kemampuan Kuesioner Koordinator Pengerak JPKM Desa dalam merekrut peserta, meliputi kemampuan berkomunikasi, berkoordinasi, bersosialisasi dan berinisiatif serta jumlah peserta yang berhasil direkrut.
Baik; 28-36 Cukup; 18- 27 Buruk; 9-17
ordinal
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2002:55). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa Kabupaten Banjarnegara yaitu 275 orang.
38
3.5.2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Proporsional area random sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan wilayah masing-masing bagian terambil sampelnya secara acak. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam tehnik proporsional area random sampling adalah sebagai berikut : (a) Menentukan populasi setiap Koordinator Penggerak JPKM Desa pada tiap Kecamatan. (b) Menentukan Jumlah sampel keseluruhan atau yang dikehendaki dengan cara menjumlahkan sampel-sampel masing-masing Kecamtan. (c) Mengambil dari setiap Kecamatan yang telah ditentukan sampelnya secara acak. Penentuan sampel dihitung dengan rumus (Supranto, 2007): n=
N 1 + Ne 2
n = 275 1+ (275) (0,01) n = 275 3,75 n = 73 Dengan demikian, pengambilan sampel sebanyak 73 Koordinator Penggerak JPKM Desa sudah dianggap representatif. Adapun Perincian jumlah sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
39
Tabel 3.2 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara Wilayah/Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Karangkobar Pejawaran Pagentan Wanayasa Batur Punggelan Kalibening Pandanarum Jumlah
Populasi 15 8 14 13 17 13 9 15 20 17 11 11 13 17 16 17 8 17 16 8 275
% 5,45 2,91 5,09 4,73 6,18 4,73 3,27 5,45 7,27 6,18 4,00 4,00 4,73 6,18 5,82 6,18 2,91 6,80 5,82 2,91 100
Sampel 3,98 2,12 3,71 3,45 4,51 3,45 2,38 3,98 5,31 4,51 2,92 2,92 3,45 4,51 4,25 4,51 2,12 4,51 4,25 2,12 73
Pembulatan 4 2 4 3 5 3 2 4 5 5 3 3 3 5 4 5 2 5 4 2 73
3.7 Sumber Data Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah : 3.6.1 Data Primer Menurut Arikunto (2006 :193 ) metode kuisioner merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis atau angket yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
40
Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara. 3.6.2 Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dengan metode dokumentasi dari data yang sudah tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan (tulisan atau papan, tempat dan orang) (Arikunto 1998:131) . Pada penelitian ini metode dokumentasi yang dipakai untuk mengetahui data jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa, selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
3.8 Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data (Soekidjo Notoatmodjo,2002:48). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.7.1. Lembar Kuisioner Lembar kuisioner dalam penelitian ini digunakan sebagai pengumpul data hasil jawaban dari Koordinator Penggerak JPKM Desa untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa.
41
3.7.2. Dokumentasi Dokunentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Suharsimi Arikunto, 2002:153)
3.8 Validitas dan Reabilitas 3.8.1 Validitas Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006 : 170). Untuk menguji kesahihan dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa butir dengan mengkoreliskan skor-skor yang ada dengan skor-skor total. Skor-skor pada butir dianggap sebagai nilai X dan Y, kemudian rumus yang digunakan : rxy =
∑ xy (∑ x )(∑ y 2
2
)
Keterangan : x
= X −X
y = Y −Y X = skor rata-rata dari X Y = skor rata-rata dari Y Berdasarkan hasil uji validitas diketahui semua butir soal valid, sehingga dapat digunakan untuk penelitian. 3.8.2 Reliabilitas Dalam menghitung reliabilitas dalam penelitian menggunakan rumus
Alpha., dengan menggunakan rumus :
42
k ∑σ b ) r11 = ( )(1 − (k − 1) σ 2t 2
(Suharsimi, 2006 : 196)
Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ σ 2t
2 b
: jumlah varians soal : varians total
Berdasarkan rumus diatas maka hasil perhitungan reliabilitas angket dapat diperoleh r11 sebesar 0.860. Hasil perhitungan rhitung sebesar 0.860 dengan n = 15 ternyata lebih besar dari rtabel sebesar 0.514 maka dapat disimpulkan bahwa angket penelitian reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Anilasis Univariat Analiss ini dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable (Soekidjo Notoatmodjo (2002:188). Adapun variabel yang dianalisis adalah karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan, beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa seperti kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa, persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang JPKM, motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa, kepemimpinan yang dilakukan, dan imbalan yang diberikan serta kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam perekrutan peserta JPKM.
43
3.8.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki hubungan atau berkolerasi dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa yaitu kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa, persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa, motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa, kepemimpinan yang dilakukan dan imbalan yang diberikan. Adapun analisis bivariat yang dilakukan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman. Uji koefisien korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara 4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang letaknya berada pada jarak 120 km ke arah Barat dari Ibu Kota propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara kurang lebih 1,069.71 km2 atau 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29% dari Luas Wilayah Propinsi Jawa Tengah (3,25 Juta Ha). Banjarnegara terbagi dalam 20 Kecamatan dan 275 Desa. Secara Astronomi terletak diantara 70.12’ – 70.31’ Lintang Selatan dan 1090.29’ – 1090.45’.50’’ Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat
: Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas
Sebelah Timur
: Kabupaten Wonosobo
4.1.2 Keadaan Penduduk Berdasaarkan data dari BPS Kab. Banjarnegara, jumlah penduduk di Kab. Banjarnegara tahun 2009 adalah 917.630 jiwa. Dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki adalah 460.841 jiwa dan perempuan adalah 441.331 jiwa dengan jumlah rumah tangga di wilayaw kerja Dinas Kabupaten Banjarnegara adalah 231.861 dengan kepadatan penduduk 1 jiwa/km2. berdasarkan data dari
43
44
BPS Banjarnegara tahun 2009, ratio jenis kelamin penduduk di Kab.Banjarnegara tahun 2009 sebesar 104. Data rinci mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur Kab. Banjarnegara adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009 Golongan Jumlah Penduduk Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan <1 9.367 9.328 18.695 1–4 30.446 28.861 59.307 5–9 37.711 37.047 74.758 10– 14 43.312 41.284 84.416 15–19 33.371 33.462 66.833 20-24 30.116 30.834 60.950 25-29 29.945 31.338 61.238 30-34 29.471 30.306 59.777 35-39 28.264 28.875 57.139 40-44 27.167 27.859 55.026 45-49 23.683 23.653 47.340 50-54 21.366 20.412 41.778 55-59 18.949 19.123 38.072 60-64 16.107 16.452 32.559 65-69 13.045 13.087 26.132 70-74 8.497 9.578 18.075 > 75 5.506 5.668 11.174 Total 1,711,657 1,717,103 1,722,306 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2009 Dari data distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, ada 85.197 jiwa yang tidak/belum pernah sekolah, 114.870 jiwa yang tidak/belum tamat SD/MI, 91.103 jiwa tamat SLTP/MTs, 54.204 jiwa tamat SLTA/MA, 9.244 jiwa tamat akademi/Diploma, dan tingkat pendidikan yang tamat PT sebanyak 5.977 jiwa. Penduduk Kabupaten Banjarnegara mayoritas memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar (SD/MI) yaitu 235.428 jiwa. 4.1.3 Peserta JPKM Program JPKM di Banjarnegara mulai di kembangkan sejak tahun 2004 sejak turunya SK Bupati Nomor 277 tahun 2004 tentang Pelaksanaan JPKM di
45
Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2006 kepesertaan JPKM di Banjarnegara mencapai 931 KK, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi 1618 KK, pada tahun 2008 juga mengalami kenaikan menjadi sebanyak 2309 KK, dan pada tahun 2009 justru mengalami penurunan menjadi 1529 KK. Data tersebut menunjukan adanya kepercayaan masyarakat Banjarnegara pada pelayanan JPKM, tetapi jumlah tersebut masih jauh dari harapan (Dinkes Banjarnegara, 2008). 4.1.4 Jumlah Koordinator Penggerak JPKM Desa Koordinator dan kader merupakan ujung tombak dalam perekrutan peserta JPKM. Di Kabupaten Banjarnegara Koordinator JPKM kebanyakan merangkap juga sebagai pegawai kelurahan dan juga melaksanakan tugas-tugas lain baik yang bersifat terus-menerus maupun insidentil. Jumlah koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 275 orang yang tersebar di 20 Kecamatan. Adapun proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa pada masingmasing kecamatan dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Proporsi Koordinator Penggerak JPKM Desa di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wilayah/Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu
Jumlah Koordinator (Orang) 15 8 14 13 17 13 9 15 20 17
Presentase (%) 5,45 2,91 5,09 4,73 6,18 4,73 3,27 5,45 7,27 6,18
46
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Wanadadi Rakit Karangkobar Pejawaran Pagentan Wanayasa Batur Punggelan Kalibening Pandanarum Jumlah Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010
11 11 13 17 16 17 8 17 16 8 275
4,00 4,00 4,73 6,18 5,82 6,18 2,91 6,80 5,82 2,91 100
4.2 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah koordinator penggerak JPKM Desa di Kab Banjarnrgara. Karakteristik responden yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi usia dan pekerjaan. Distribusi responden menurut usia dan pekerjaan adalah sebagai berikut: 4.2.1 Usia Responden Usia yang dimaksud dalam penelitian ini dikelompokan dalam 4 kategori yaitu ≤ 30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan ≥ 51 tahun. Distribusi responden menurut usia adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Usia pada Koordinator di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Usia (Th.) Frekuensi Prosentase (%) (1)
(2)
(3)
≤ 30
2
2,7
31-40
24
32,9
41-50
43
58,9
≥ 51
4
5,5
Jumlah
73
100
47
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berusia antara 41 sampai 50 tahun (58,9 %), dengan usia rata-rata adalah 41 tahun. Usia termuda adalah 28 tahun dan usia tertua responden adalah 53 tahun. Distribusi Usia Responden Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 digambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.1)
Gambar 4.1 Distribusi Usia Responden 4.2.2 Pekerjaan Responden Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi bekerja sebagai pegawai kelurahan dan bekerja di luar pegawai kelurahan. Distribusi responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan pada Koordinator di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Status Gizi Frekuensi Prosentase (%) (1)
(2)
(3)
Pegawai Kelurahan
69
95
Bukan Pegawai Kelurahan
4
5
Jumlah
73
100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden (95 %) bekerja sebagai pegawai kelurahan, sedangkan sisanya sebanyak 5 % bekerja
48
bukan sebagai pegawai kelurahan seperti kader posyandu dan perangkat desa. Distribusi Pekerjaan Responden Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 digambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.2)
Gambar 4.2 Distribusi Pekerjaan Responden
4.3 Analisis Univariat 4.3.1 Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Kemampuan koordinator penggerak JPKM yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi lama kerja, pendidikan terakhir, dan frekuensi mengikuti pelatihan yang dikelompokan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup dan buruk. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa terdapat sel yang kosong yaitu pada kategori baik sehingga variabel yang ada harus direduksi menjadi dua kategori yaitu cukup dan buruk. Distribusi frekuensi untuk fariabel kemampuan kader berdasarkan kategori dapat dilihat pada table di bawah ini.
49
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kemampuan Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Kemampuan Koordinator Frekuensi Prosentase (%) JPKM (1) (2) (3) Cukup
31
42,5
Buruk
42
57,5
Jumlah
73
100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (57,5 %) memiliki kemampuan yang cukup, kemudian berkemampuan buruk (57,5). Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Distribusi Kemampuan Responden 4.3.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Persepsi koordinator penggerak JPKM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan responden terhadap JPKM yaitu meliputi pengertian, tujuan, manfaat dan kepesertaan yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan buruk. Hasil analisis univariat menunjukan bahwa terdapat sel yang kosong yaitu
50
pada kategori buruk sehingga variabel yang ada harus direduksi menjadi dua kategori yaitu baik dan cukup. Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Persepsi Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Persepsi Koordinator Frekuensi Prosentase (%) (1)
(2)
(3)
Baik
60
82,2
Cukup
13
17,8
Jumlah
73
100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hampr seluruh responden (82,2 %) memiliki persepsi yang baik mengenai adanya program JPKM dan (17,8 %) memiliki persepsi yang cukup mengenai adanya program JPKM. Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 tentang program JPKM di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.4).
4.3.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup keikhlasan dalam bekerja, kepercayaan dan dukungan yang diberikan, serta kesulitan yang dihadapi selama bertugas yang kesemuanya dikelompokan
51
menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Distribusi frekuensi untuk variabel motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Motivasi Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Motivasi Koordinator Frekuensi Prosentase (%) (1)
(2)
(3)
Tinggi
28
38,4
Sedang
43
58,9
Rendah
2
2,7
Jumlah
73
100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (58,9%) memiliki motivasi yang sedang dalam menjalankan tugas, 38,4 % memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugas, dan 2,7 % memiliki motivasi yang rendah dalam menjalankan tugas. Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Distribusi Motivasi Responden 4.3.4 Kepemimpinan Atasan Kepemimpinan atasan dalam penelitian ini meliputi pandangan responden berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki pemimin yang meliputi kemampuan
52
berkoordinasi, berkomunikasi, monitoring, evaluasi dan kesempatan untuk sharing yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan buruk. Distribusi frekuensi untuk variabel kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kepemimpinan Atasan pada Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Kepemimpinan yang Dialakukan (1)
Frekuensi
Prosentase (%)
(2)
(3)
Baik
2
2,7
Cukup
58
79,5
Buruk
13
17,8
Jumlah
20
100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4.8 Sebagian besar responden (79,5%) menyatakan kepemimpinan yang dilakukan adalah cukup, 17,8% menyatakan bahwa kepemimpinan yang dilakukan adalah buruk, dan 2,7 % menyatakan kepemimpinan yang dilakukan adalah baik. Kepemimpinan atasan pada Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.6).
53
Gambar 4.6 Distribusi Kepemimpinan atasan pada Responden 4.3.5 Imbalan yang Diberikan Imbalan yang diberikan dalam penelitian ini meliputi bentuk imbalan yang diterima responden baik psikis (non-materi) maupun fisik (materi) yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu memuaskan, cukup memuaskan dan tidak memuaskan. Distribusi frekuensi untuk variabel kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Imbalan yang Diberikan Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Imbalan yang Diberikan
Frekuensi
Prosentase (%)
(1)
(2)
(3)
Memuaskan
5
6,8
Cukup
63
86,3
Tidak Memuaskan
5
6,8
Jumlah
73
100
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (86,3 %) mengatakan bahwa imbalan yang diberikan cukup
54
memuaskan, 6,8 % mengatakan imbalan yang diberikan memuaskan dan 6,8 % mengatakan imbalan yang diberikan tidak memuaskan. Imbalan yang diberikan pada Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Distribusi Imbalan yang diberikan pada Responden 4.3.6 Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa dalam penelitian ini meliputi pembuatan rencana kerja, frekuensi mendapat teguran, dan jumlah peserta yang berhasil direkrut yang dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan buruk. Distribusi frekuensi untuk variabel kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa berdasarkan kategori dapat dilhat pada tabel Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kategori Terhadap Kinerja Koordinator Pengerak JPKM di Kab. Banjarnegara Tahun 2010 Kinerja Koordinator Frekuensi Prosentase (%) (1)
(2)
(3)
Baik
18
24,7
Cukup
51
69,9
Buruk
4
5,5
Jumlah
73
100
55
Berdasarkan tabel 4.10. Diketahui bahwa 69,9 % responden memiliki kinerja yang cukup, 24,7 % memiliki kinerja yang baik, dan 5,5 % responden memiliki kinerja yang buruk. Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 di gambarkan dengan diagram batang (Gambar 4.8).
Gambar 4.8 Distribusi Kinerja Responden
4.4 Analisis Bivariat 4.4.1 Hubungan Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara Hasil analisis tabulasi silang antara kemampuan koordinator penggerak JPKM desa dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
56
Tabel 4.11 Hubungan Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kab. Banjarnegara Kemampuan Kinerja Total Nilai Koordinator P Penggerak Buruk Cukup Baik Σ % 0,000 JPKM Desa Σ % Σ % Σ % Buruk
4
12,9
25
80,6
2
6,5
31
100
Cukup
0
0
26
61,9
16
38,1
42
100
Total
4
5,5
51
69,9
18
24,7
73
100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 38,1 % responden dengan kemampuan cukup memiliki kinerja yang baik, dan 6,5 responden dengan kemampuan buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,000 (< 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kemampuan yang diberikan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. 4.4.2 Hubungan Persepsi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM. Hasil analisis tabulasi silang antara persepsi koordinator penggerak JPKM desa tentang program JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
57
Tabel 4.12 Hubungan Persepsi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM. Persepsi Kinerja Total Nilai Koordinaor P Penggerak Buruk Cukup Baik Σ % 0,168 JPKM Σ % Σ % Σ % Desa 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100 Cukup Baik
2
3,3
42
70
16
26,7
60
100
Total
4
5,5
51
69,9
18
24,7
73
100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 26,7 % responden dengan persepsi baik memiliki kinerja yang baik, dan 15,4 % responden dengan persepsi cukup memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,168 (>0,005) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa tentang program JPKM dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. 4.4.3 Hubungan Motivasi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM. Hasil analisis tabulasi silang antara motivasi koordinator penggerak JPKM desa tentang program JPKM dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
58
Tabel 4.13 Hubungan Motivasi Koordinator Penggerak JPKM dengan Kinerja Koordinator Penggerak JPKM. Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Rendah Sedang Tinggi Total
Kinerja Buruk Σ % 1 50 3 7,0 0 0 4 5,5
Cukup Σ % 1 50 28 65,1 22 78,6 51 69,9
Total Baik Σ 0 12 6 18
% 0 27,9 21,4 14,7
Σ
%
2 43 28 73
100 100 100 100
Nilai P 0,619
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 21,4 % responden dengan motivasi tinggi memiliki kinerja yang baik, 27,4% responden dengan motivasi sedang memiliki kinerja yang baik, dan tidak ada responden dengan motivasi rendah memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,619 (> 0,05) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. 4.4.4 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator JPKM. Hasil analisis tabulasi silang antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
59
Tabel 4.14 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator JPKM. Kepemimpinan Atasan
Kinerja Buruk
Total
Cukup
Baik
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Buruk
3
23,1
8
61,5
2
15,4
13
100
Cukup
0
0
42
72,4
16
14,3
58
100
Baik
1
50
1
50
0
0
2
100
Total
4
5,5
51
69,9
18
24,7
73
100
Nilai P 0,225
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak ada responden dengan kepemimpinan atasan baik memiliki kinerja yang baik, 14,3 % responden dengan kepemimpinan atasan cukup memiliki kinerja yang baik, dan 15,4 % responden dengan kepemimpinan atasan buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,225 (> 0,05) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan atasan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. 4.4.5 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja Koordinator JPKM. Hasil analisis tabulasi silang antara kepemimpinan yang dilakukan dengan kinerja koordinator penggerak JPKM desa di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
60
Tabel 4.15 Hubungan Imbalan yang Diterima dengan Kinerja Koordinator JPKM. Imbalan yang Diberikan Tidak Memuaskan Cukup Memuaskan Memuaskan Total
Kinerja
Total
Buruk Σ % 1 20
Cukup Σ % 4 80
Baik
Σ
%
Σ 0
% 0
5
100
3
4,8
43
44
17
27
68
100
0 4
0 5,5
4 51
80 69,9
1 18
20 24,7
5 73
100 100
Nilai P 0,252
Sumber : Data Primer Terolah Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 20 % responden dengan imbalan yang diberikan memuaskan memiliki kinerja yang baik, 27 responden dengan imbalan yang diberikan cukup memuaskan memiliki kinerja yang baik, dan tidak ada responden dengan motivasi buruk memiliki kinerja yang baik. Nilai p yang merupakan hasil analisis Rank Spearman sebesar 0,252 (> 0,05) yang berarti tida ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang diberikan Koordinator Penggerak JPKM Desa dengan kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010.
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Responden
5.1.1 Usia Responden Karakteristik usia responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah usia 41-50 tahun sebanyak 43 responden, 24 responden (32,9%) usia 31-40 tahun, 4 responden (5,5%) usia ≥50 tahun, dan 2 responden (2,7%) usia ≤ 30 tahun. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi Koordinator JPKM Desa, hanya saja diharapkan koordinator adalah orang yang aktif, kreatif, inofatif da komunikatif. Dan usia 31-50 tahun merupakan usia yang produktif sehingga tidaklah mengherankan responden dalam penelitian ini yang banyak dijumpai adalah rentang usia ini. Surat Gubernur Jawa Tengah No: 411.3/1025 tanggal 10 Mei 2006 menyebutkan bahwa syarat kader (posyandu) / koordinator JPKM adalah sebagai berikut: 1.
Dewasa, umur > 17 tahun.
2.
Minimal pendidikan SD.
3.
Tahu, mau dan mampu.
4.
Aktif, kreatif, inovatif dan komunikatif.
5.
Bekerja secara sukarela dan mengabdi tanpa pamrih.
6.
Berdomisili di sekitar posyandu/puskesmas.
59
60
5.1.2 Pekerjaan Responden Karakteristik pekerjaan Responden dalam penelitian ini sebagian besar responden (95 %) adalah bekerja sebagai pegawai Keurahan, sisanya (5 %) bukan sebagai pegawai Kelurahan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Banjarnegara No: 440/476 bahwa seorang Koordnator JPKM ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang dibentuk dari para pegawai kelurahan, pegawai puskesmas, dan kader posyandu.
5.2 Hasil Uji Univariat 5.2.1 Kemampuan Koordinator Pengerak JPKM Desa Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan kemampuan cukup sebesar 42,5 % dan buruk 57,5 %. Variabel kemampuan dalam penelitian ini mencakup lima item pertanyaan yaitu berkaitan dengan lama kerja, pendidikan terakhir, pelatihan yang diikuti, dan lama waktu bekerja. Kemampuan yang dimiliki koordinator dapat ditingkatkan, salah satu caranya adalah dengan mengadakan pelatihan dan pengembangan. Umar (1997) menyatakan program pelatihan (training) dilakukan dengan tujuan memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya untuk siap memangku jabatan tertentu di masa datang. Umar (1997) menyatakan bahwa pelatihan yang dilaksanakan dapat dilakukan pada 2 tempat yaitu:
61
1.
Pelatihan di tempat kerja (on the job training) Pelatihan
ini
dilaksanakan
melalui
demonstrasi
(praktek
untuk
menyelesaikan sesuatu untuk meningkatkan skill karyawan), melatih (lebih mengarahkan pada raktek manajerial dan professional), melatih dengan cara mengerjakan sendiri dan rotasi kerja. 2.
Pelatihan di luar tempat kerja (off the job training) Pelatihan ini dilaksanakan melalui ceramah, studi kasus, permainan peran, grup diskusi, pusatpengembangan, dinamika grup, belajar melalui tindakan, proyek, permainan bisnis dan pelatihan di tempat terbuka.
5.2.2 Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa Tentang Program JPKM Hasil analisis univariat menunjukan bahwa 82,2 % responden memiliki persepsi yang baik mengenai program JPKM dan sisanya sebesar 17,8 % memiliki persepsi yang cukup. Variabel persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa mencakup pertanyaan berkaitan dengan pandangan responden mengenai JPKM yang meliputi pengertian, manfaat, tujuan dan kepesertaan JPKM. Hampir seluruh responden setuju dengan diadakanya JPKM, hal ini berkaitan dengan manfaat yang dirasakan responden dengan adanya JPKM, seperti adanya kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan. Pengalaman yang baik tentang JPKM menjadikan responden memiliki persepsi yang baik pula terhadap program JPKM. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Mulyana (2003) bahwa persepsi seseorang terhadap orang lain, obyek atau kejadian dan
62
reaksi mereka terhadap hal itu berdasarkan pada pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka berkaitan dengan orang, obyek atau kejadian yang serupa. 5.2.3 Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Hasil analisis univariat menunjukan bahwa 58,9 % responden memiliki motivasi yang cukup dalam bekerja, 38,4 % memiliki motivasi yan tinggi, dan 2,7 % memiliki motivasi yang rendah dalam bekerja. Motivasi individu dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari masing-masing idividu. Faktor internal dalam penelitian ini meliputi keikhlasa dalam bekerja dan faktor eksternalnya berupa kepercayaan dan dukungan yang diberikan. Alasan seseorang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja tetntunya berbeda-beda. Varom dalam Umar (2006) menyatakan bahwa sesorang akan termaotvasi untuk melakukan sesuatu didasarkan pada: 1. Pengharapan bahwa suatu kinerja tertentu akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan orang tersebut. 2. Pengharapan bahwa usaha yang dikerahkan akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan orang tersebut. 3. Pengharapan bahwa perilaku yang diinginkan seseorang pasti mengarahkan ke berbagai hasil. 5.2.4 Kepemimpinan yang Dilakukan Hasil penelitian menunjukan bahwa 79,5 % responden berpendapat bahwa kepemimpinan yang dilakukan adalah cukup, 17,8% kepemimpinan yang dilakukan adala buruk, dan 2,7 % kepemimpinan yang dilakukan adalah baik. Bentuk dari kepemimpinan yang dilakukan meliputi koordinasi, komunikasi,
63
kesempatn untuk sharing, monitoring dan evaluasi. Pemimpin yang dimaksud dalam peneliputi Koordinator Penggerak JPKM Kecamatan, Bapel JPKM Kabupaten dan Bapim JPKM. Responden lebih menyoroti mengenai peran dari pihak Koordinator Penggerak JPKM Kecamatan dan Bapel JPKM. Secara umum menurut responden pemimpi telah menjalankan tugasnya dengan baik. Hanya saja responden berharap pada saat mereka bertugas ada pendampingan dari pemimpin, meskipun tidak bersifat langsung. 5.2.5 Imbalan yang Diberikan Hasil penelitian menunjukan bahwa 86,3 % responden berpendapat bahwa imbalan yang diberikan masih cukup memuaskan, 6,8 % responden berpendapat imbalan yang diberikan memuaskan, dan sisanya 6,8 % responden mengatakan imbalan yang diberikan masih kurang memuaskan. Sebagian responden mengaku mendapat imbalan setelah bertugas, meskipun terkadang dirasa tidak setimpal dengan tugas yang merekan kerjakan. Imbalan yang diterima responden tidak hanya berbentuk fisik (materi) saja tetapi juga psikis (non materil). Bentuk imbalan materi yang diterima berupa potongan premi dan piagam penghargaan, sedangkan bentuk dari imbalan non materil berupa ucapan terima kasih. Bentuk imbalan lain yang diterima adalah kemudahan dalam mengurus surat di kelurahan dan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan. Meskipun demikian menurut responden tidak ada perlakuan yang istimewa baik dari pihak kecamatan maupun PPK berkenaan profesi mereka sebagi Koordinator Penggerak JPKM Desa.
64
5.2.6 Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Hasil penelitian menunjukan bahwa 69,9 % responden berpendapat memiliki kinerja yang cukup, 24,7 % mengatakan memiliki kinerja yang baik, dan 5,5 % responden memiliki kinerja yang buruk. Indikator kinerja dalam penelitian ini dimulai dari persiapan sebelum bertugas hingga hasil yang dicapai. Pada permulaan sebelum bertugas, sebagian besar responden mengatakan mereka membuat rencana kerja terlebih dahulu, meskipun tidak tertulis. Dalam pelaksanaanya rencana kerja ini sering tidak sesui dengan kenyataan di lapangan. Sebagian besar responden merasa tidak dapat merekrut peserta sesuai dengan target puskesmas. Meskipun demikian berbagi usaha mereka lakukan untuk dapat meningkatkan
jumlah peserta yang direkrut, usaha ini misalnya
dalam bentuk kerja sama dengan koordinator penggerak JPKM desa lain.
5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Hubungan
Kemampuan
Koordinator
JPKM
dengan
Kinerja
Koordinator JPKM Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai p adalah 0,000 (< 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kemempuan koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kemempuan pegawaidengan kinerja pegawai pada dinas pendidikan Kabupaten Banyumas. Hal ini serupa juga dikemukakan oleh Siagian (2003) berkaitan
65
dengan penelitian yang dilakukanya di RSUD Sidoarjo yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan perawat pelaksana dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sidoarjo. Kemampuan seseorang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja (Gibson, 1996). Responden dalam penelitian ini rata-rata lama kerjanya adalah 2 tahun. Hal inilah yang menyebabkan kinerja koordinator JPKM rendah. Selain itu kemampuan koordinator JPKM untuk berkoordinasi dengan kader dan kemampuan dalam merekrut peserta juga menyebabkan kinerja rendah. Seorang koordinator JPKM akan dapat membantu pelaksanaan kegiatan dengan baik apabila mempunyai pengalaman menjadi koordinator JPKM sekurangnya 60 bulan (5 tahun). Koordinator JPKM yang aktif lebih dari 5 tahun pada umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan koordinator JPKM yang aktif kurang dari 5 tahun ini dikarenakan mereka belum mendapat pelatihan. Hal lain yang turut menyebabkan kinerja koordinator JPKM dalam merekrut peserta rendah adalah adanya berbagai alasan dari masyarakat untuk menolak mengikuti JPKM. Salah satu penyebabnya adalah budaya masyarakat yang belum dapat menerima konsep asuransi, pemahaman terhadap program JPKM yang masih rendah dan biaya pelayanan kesehatan, khususnya di puskesmas yang biayanya relative murah dan terjangkau sehingga masyarakat merasa tidak perlu ikut program JPKM untuk menjamin kesehatan keluarganya.
66
5.3.2 Hubungan Persepsi Koordinator JPKM tentang Program JPKM dengan Kinerja Koordinator JPKM Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,168 (> 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifika antara persepsi koordinator tentang program JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2006) yang menyatakan ada hubungan antara persepsi perawat tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala ruangan dengan kinerja perawat di RSUD Purbalingga. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nofrinaldi (2006) dalam penelitianya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap system pembagian jasa pelayanan dengan kinerja karyawan di RS Madani. Sikap seseorang berhubungan erat dengan persepsi. Sikap yang baik dari seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi mereka, yang dapat menunjukan apakah seseorang termotivasi, yang nantinya digunakan untuk meningkatkan kinerjanya (Gibson,1996). Pengukuran sikap secara langsung dapat dinyatakan dengan pernyataan atau pendapat seseorang terhadap suatu obyek (Ahmadi,1991). Berdasarkan hasil pngukuran sikap diperoleh rata-rata responden setuju dengan adanya JPKM. Mereka merasa JPKM sangat bermanfaat ini dibuktikan dengan semakin mudahnya mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan, walaupun terkadang mereka merasa mendapat perbedaan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
67
Persepsi yang baik dari koordinator JPKM bila tidak didukung dengan persepsi yang baik pula dari masyarakat akan menyebabkan kinerja koordinator JPKM dalam merekrut peserta rendah. Salah satu yang menyebabkan persepsi yang buruk dari masyarakat tentang JPKM yang berimbas terhadap keenganan menjadi peserta adalah tingkat pengetahuan kesehatan masyarakat yang jauh dari cukup dimana masyarakat menggangap kesehatan bukan merupakan perioritas utama. Didukung dengan adanya budaya mereka dalam menghadapi risiko sakit yang masih kurang menguntungkan dan diperparah dengan keterbatasan kondisi kemampuan ekonomi masyarakat (Ghufron,2000). 5.3.3
Hubungan Motivasi Koordinator JPKM dengan Kinerja Koordinator JPKM Hasil analisis bivariat menunjkan bahwa nilai p adalah 0,169 (> 0,05)
sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syah (2004) yang menyatakan ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di ruang rawat inap di RS Jiwa Pekanbaru. Meskipun demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sidorejo. Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan yang berasal dari dalam diri individu itu sediri dengan kekuatan
68
yang berasal dari lingkungan kerjanya. Salah satu faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhinya adalah harapan individu bila sesuatu itu dilaksanakan (Umara2006). Harapan koordinator JPKM untuk merekrut peserta sebanyak-banyaknya tidak dapat dengan mudah terlaksanan. Banyak kendala yang dihadapi koordinator JPKM selama bertugas, beberapa diantaranya adalah keluhan dari masyarakat tentang belum adanya perbaikan pelayanan kesehatan yang diberikan PPK (Ghufron,2000). Meskipun demikian berbagai usaha dilakukan oleh koordinator JPKM untuk dapat meningkatkan jumlah peserta yang berhasil direkrut antara lain dengan kerjasama antar koordinator JPKM, pengadaan tabungan JPKM, simpan pinjam JPKM, dan menjaring ibu-ibu hamil. 5.3.4 Hubungan Kepemimpinan Atasan dengan Kinerja Koordinator JPKM Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,225 (>0,05) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signiikan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin dengan kinerja pegawai di Bapeda Kabupaten Purbalingga. Gibson (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini berarti apabila kepemimpinan dalam suatu organisasi baik, maka akan menciptakan suatu kinerja yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Kepemimpinan dala penelitian ini menggunakan pendekatan sifat.
69
Pendekatan sifat dilandasi pemikiran bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil melaksanakan pengaruhnya yang bersangkutan harus memiiki sifat-sifat tertentu (Sutarto, 1995). Sifat kepemimpinan tersebut antara lain: 5.3.4.1 Kemampuan Komunikasi Kemampuan komunikasi dalam hal ini meliputi kemampuan pimpinan dalam melakukan koordinasi dan kemampuan mendengarkan keluhan dari koordinator JPKM. Komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menciptakan kepemimpinan yang efektif. Azwar (1996) menyatakan peranan komunikasi dibedakan menjadi 2 yaitu: 1.
Menyempurnakan Pekerjaan Administrasi Melalui komunikasi akan diperoleh berbagai keterangan yang apabila
dapat diolah dengan baik akan dapat dmanfaatkan untuk membantu administrator dalam mengambil keputusan (decicion) sehingga pekerjan yang sedang dilakukan dapat lebih disempurnakan. 2.
Menimbulkan Suasana Kerja yang Menguntungkan Melalui komunikasi akan dapat dibina suasana yang menguntungkan yaitu
degan baiknya hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan atau hubungan antara sesame karyawan (employees relationship). 5.3.4.2 Kemampuan Pengawasan Kemampuan pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kemampuan pemimpin dalam meaksanakan monitoring dan evaluasi. Azwar (1996) menyatakan bahwa apabila pengawasan dilakukan dengan baik maka akan didapatkan :
70
1.
Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaianya dan selanjutnya pecapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang direncanakan.
2.
Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa yang telah ditetapkan dan bahkan mungkin dapat ditekan sehingga efisiensi dapat lebih ditingkatkan. Pengawasan yang baik dapat memacu karyawan berpartisipasi dan
birokrasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. JPKM adalah program yang berkelanjutan dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat, sehingga koordinator JPKM tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk memahami tujuan dari program ini. Namun tujuan JPKM ini kurang dapat di komunikasikan oleh koordinator JPKM kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat yang tidak mengikuti JPKM. Inilah salah satu alasan mengapa kepemimpinan atasan tidak begitu berpengaruh terhadap kinerja koordinator JPKM. 5.3.5 Hubungan Imbalan yang Diberikan dengan Kinerja Koordinator JPKM Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p adalah 0,252 (>0,05) sehngga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator JPKM. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syah (2004) bahwa terdapat hubungan antara imbalan (kompensasi) yang diterima dengan kinerja perawat di ruang inap RS Jiwa Pekanbaru.
71
Imbalan atau kompensasi yang diberikan hendaknya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena imbalan dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja, kepuasan kerja maupun motivasi kerja bila karyawan merasa kompensasi yang diterima tidak memadai (Kurnianingsih, 2001). Imbalan yang langsungterikat dengan kinerja juga dapat memotivasi mengakibatkan rusaknya motivasi kerja atau kinerja karyawan apabila system penilaian kinerja tiak adil atau keabsahan cara penilaian kinerja tidak jelas. Meskipun demikian imbalan bukan sesuatu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan etapi kinerja individu dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti motivasi dan harapan akan usaha yang dikerjakan (Nofrinaldi,2006). 5.3.6 Kinerja Koordinator JPKM Penelitian terhadap kinerja penting dilakukan. Soeroso (2003) menyatakan beberapa alasan mengapa penilaian kinerja penting dilakukan, antara lain : 1.
Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan promosi dan penetapan gaji.
2.
Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun karyawan untuk melakukan introspeksi dan meninjau kembali perilaku selama ini, baik yang positif maupun negative untuk kemudian dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh dan berkembangnya budaya organisasi secara keseluruhan.
3.
Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan kembali (retraining) serta perkembangan.
72
Kinerja koordinator JPKM yang belum stabil menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi pihak-pihak yang terkait dengan JPKM dalam rangka pengembangan program JPKM selanjtnya. Oleh karena itu diperlukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan kinerja koordinator JPKM. Anorogo (2003) menyatakan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegairahan kerja karyawan yangdapat berlanjut pada tingginya kinerja pegawai, antara lain: 1.
Memberikan penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan.
2.
Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang individu.
3.
Melakukan ajakan partisipasi.
4.
Menghapuskan disiplin besi dari atas.
5.
Memperbaiki moral karyawan.
6.
Memperbaiki kondisi kerja.
7.
Member kesempatan karyawan untuk mengemukakan keluhan.
8.
Memberi uang atau imbalan. Empat dari lima variabel independent dalam penelitian ini tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan variabel dependent. Variabel tersebut adalah persepsi koordinator JPKM, motivasi koordinator JPKM, kepemimpinan atasan, dan imbalan yang di berikan. Sementara variabel kemampuan koordinator JPKM memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja koordinator JPKM. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah teknik atau pendekatan dalam pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan merupakan salah satu dari teknik pengukuran kinerja. Teknik
73
penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penilaian sendiri. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini antara lain lebih murah dan mudah bila dibandingkan dengan penilaian atau observasi oleh tim (Nofrinaldi,2006). Kerugiannya adalah memungkinkan pemberian skor yang tinggi oleh karyawan tersebut untuk menilai pekerjaan sendiri. Hal ini memungkinkan terjadinya bias personal yang memungkinkan terjadinya hasil yang berbeda antara penilaian sendiri dengan penilaian orang lain. Karena penilaian sendiri dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografis (Ilyas,2001). Maka dari itu dilakukan pengendalian yaitu mencocokan dengan data sekunder yang ada. .
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,000 (< 0,05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi koordinator tentang program JPKM dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,168. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi koordinator JPKM dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,619. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan atasan dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,225. Tidak ada hubungan yang signifikan antara imbalan yang diberikan dengan kinerja koordinator JPKM dengan nilai p adalah 0,252.
6.2 Saran 6.2.1 Bagi Pemerintah 1.
Pemerintah dapat meningkatkan kemampuan koordinator penggerak JPKM Desa dengan mengadakan pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar tentang JPKM.
2.
Pemerintah perlu melakukan monitoring dan evaluasi yang lebih mendalam tentang kinerja koordinator penggerak JPKM Desa. Dan perlu ditingkatkan koordinasi dan komunikasi dari BAPEL. 73
74
3.
Pemerintah dapat lebih memperhatikan imbalan atau insentif yang di berikan terhadap koordinator penggerak JPKM Desa.
6.2.2 Bagi Karyawan 1.
Diharapkan bisa meningkatkan kemampuan koordinator penggerak JPKM dengan sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang JPKM dan menambah waktu untuk selalu berkoordinasi dengan kader dan untuk merekrut peserta.
2.
Diharapkan lebih meningkatkan motivasi diri karena sudah memiliki persepsi yang baik tentang program JPKM.
6.2.3 Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan melakukan pengukuran dengan tehnik pendekatan yang berbeda dan waktu pengamatan penelitian yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anorogo, P dan Ninik W.1993. Psikologi dalam Perusahan. Rineka Cipta.Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Asngari, Pang S. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan Kepala Penyuluhan Pertanian Terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat. Bogor: Media Peternakan IX: 2 Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor. Atkinson, R. C. 1991. Pengantar psikologi, diterjemahkan oleh Nurjanah Taufik dan Rukmini. Barhana. Jakarta: Erlangga. Azwar,A. 1996. Pegantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksana. Jakarta. Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press. Departemen Kesehatan RI. 2002. JPKM Pengertian dan Pelaksanaanya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. _______, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penerapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. _______. 2006. Survei Kesehatan Nasional, Survai Sosial Ekonomi Nasional 2004 Substansi Kesehatan, Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Prilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Dep Kes RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Banjarnegara. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Kabupaten Banjarnegara. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara. ________. 2009. Lampiran SK Buati Banjarnegara No: 440/475 Tahun 2009. Dnas Kesehatan Banjarnegara. Banjarnegara.
75
76
________. 2008. Pelaksanaan JPKM 2004-2008 Kabupaten Banjarnegara. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara. ________. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara. Ghufron, A.M. 2000. Berbagai Model Alternatif Sistem Penyelenggaran Asuransi Kesehatan di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 03 Nomor 01.3-7 Gibson, James. 1984. Organisasi dan Manajemen, terjemahan oleh Djoerban Wahid..Jakarta: Penerbit Erlangga. _______. 1996. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh Djoerban Wahid. Jakarta: Erlangga. Hadipranata. 1996. Produktivitas Insani (Human Productivity). Jogjakarta: Buletin Psikologi IV. Handoko,H.T. 1994. Manajemen. Yogyakarta: UGM Press. Ilyas. 2001. Kinerja Teori, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. Jakarta: FKM UI. _______. 2003. Asuransi Kesehatan Review Utilisasi, Manajemen Klaim dan Froud (Kecurangan Asuransi Kesehatan). Jakarta: FKM UI. Jatmiko,T. 2006. Hubungan Antara Kemampuan dan Pembinaan Pegawai dengan Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas. Skripsi. FISIP. UNSOED, Purwokerto (tidak dipublikasikan) Kris Yuliani. H. 2002. Penilaian Anggota Terhadap Gaya Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok (Skripsi Sarjana Pertanian). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Kurnianingsih,R dan Nur I.2001. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargan Terhadap Keefektifan Penerapan Teknik Quality Management Studi Empiris pada Perusahan di Indonesia. Jurnal Sosio Humanika. Volume 14, no 2,7-9 Manulang M dan Marihot M. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta: UGM Press.
77
Moh.Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999, Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media. Mulyana .2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Offset. Nofrinaldi, Andreasta M dan Adi U. 2006. Persepsi dan Pengaruh Sistem Pembagian Jasa Pelayanan Terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Jiwa Madrani. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 09 Nomor 02.65-71. Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia. 2009. Asuransi Kesehatan Indonesia. www.pamjaki.org/pamjaki-266/.../id11-pendahuluan.html. Prawirosentono, 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia. Jogjakarta: BPFE. Rakhmat Jalaludin. 1993. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ranupandjojo, Saud. 1990. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. Rata Ginting. 1999. Peranan Pemimpin Informal Dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Desa (Disertasi Doktor). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rini,B.A. 2006. Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Purbalingga. Skripsi. PSKM. UNSOED. Purwokerto (tidak dipublikasikan) Robbins. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia Jilid 1. Jakarta: Penerbit:PT Indeks, gramedia Grup. Siagian, Sondang P. 1997. Organisasi, Kepemimpinan & Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. _______. 1994. Teori dan praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
78
Siagian, H. 2003. Pengaruh Supervisi Kepala Ruang Rawat Inap, Kemampuan , Motivasi dan Imbalan Tenaga Perawat Pelaksana Terhadap Kinerja Tenaga Perawat Plaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Sioarjo. http://www.diglib.unair.ac.id. Diakses 15 September 2007. Simamora, Henry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Jogjakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN. Soekidjo Notoatmodjo,2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Soeroso,S. 2003.Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit.EGC. Jakarta Sri Tjahjorini Sugiharto. 2001. Persepsi anak Jalanan Terhadap Bimbingan Sosial Melalui Rumah Singgah DI Kotamadya Bandung(Tesis mangister sains). Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Sugiono, 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulaksana. J 2002. Peranan Pemimpin Informal Dalam Keberlanjutan Kelompok (Tesis Mangister sains). Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Sutarto.1995.Dasar-Dasar Organisasi. Gadjah Mada Universitiy Press.Yogyakarta Syah, N. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru tahun 2008. http://www.adln.lib.unair.ac.id. Diakses 17 Juni 2009. Umar, H. 1997. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Widodo Sutopo. 2003. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pengelolaan Rumah Sakit. Jakarta: PERSI Hospital Expo.
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KOORDINATOR PENGGERAK JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) DESA DI KABUPATEN BANJARNEGARA Indentitas Responden No Responden
:
Nama
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
I. Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa 1. Sudah berapa lama Anda menjadi Koordinator Penggerak JPKM Desa?. a.1th
b.2th
c.3th
d.>4th
2. Apa pendidikan terakhir Anda?. a.SD
b.SMP
c.SMA
d.PT
3. Apakah Anda sering mengikuti pelatihan tentang JPKM?. a.tidak
b.jarang
c.kadang
d.selalu
4. Dalam sehari berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk berkoordinasi dengan Kader? a.<1jam
b.2 jam
c.3 jam
d.>4 jam
5. Dalam sehari berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk merekrut peserta? a.<1 jam
b.2 jam
c.3 jam
d.>4 jam
II. Persepsi Koordinator Penggerak JPKM Desa 6. Setujukah Anda dengan diselenggarakanya program JPKM?. a.sangat tidak setuju
c.setuju
b.tidak setuju
d.Sangat setuju
75
76
7. Menurut Anda, apakah JPKM bermanfaat?. a.Sangat tidak bermanfaat
c.bermanfaat
b.Tidak bermanfaat
d.Sangat bermanfaat
8. Menurut Anda, apakah seluruh masyarakat Banjarnegara wajib menjadi peserta JPKM? aTidak
c.Sebagian besar
b.Sebagian kecil saja
d.seluruhnya
9. Menurut Anda, apakah dengan adanya JPKM masyarakat mendapat kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan?. a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
10. Menurut Anda apakah terdapat perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi peserta JPKM? a.Ya
b.Kadang
c.Jarang
d.Tidak
11. Menurut Anda apakah setiap pserta JPKM wajib membayar premi tiap tahunya? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
III. Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa 12. Apakah Anda melakukan tugas dengan terpaksa?. a.Ya
b.Kadang
c. Jarang
d.Tidak
13. Apakah kepercayaan yang diberikan kepada Anda, membuat Anda bekerja secara optimal?. a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
14. Apakah dukungan yang diberikan kepada Anda, membuat Anda bekerja secara optimal? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
15. Apakah Anda bangga menjadi seorang Koordinator Penggerak JPKM Desa? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
16. Apakah Anda mengalami kesulitan ketika menjalankan tugas?. a.Ya
b.Kadang
c.Jarang
d.Tidak
77
IV. Kepemimpinan yang dilakukan 17. Apakah pemimpin melakukan koordinasi sebelum Anda bertugas? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
18. Apakah pemimpin sering berkomunikasi dengan Anda? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
19. Apakah pemimpin memberikan kesempatan kepada Anda untuk sharing mengenai kendala yang dihadapi? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
20. Apakah pemimpin melakukan monitoring ketika Anda bertugas? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
21. Apakah pemimpin mengevaluasi hasil kerja Anda? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
V. Imbalan yang Diberikan 22. Apakah Anda mendapat imbalan setelah bertugas? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
23. Apakah imbalan yang Anda terima setimpal dengan tugas yang Anda jalakan? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
24. Apakah Anda mendapat kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu, dan RSUD? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
25. Apakah Anda mendapat kemudahan mengurus surat-surat di Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
26. Apakah pemimpin mengucapkan terimakasih setelah Anda selesai bertugas? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
27. Apakah Anda pernah mendapat piagam penghargaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten?. a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
78
VI. Kinerja 28. Apakah Anda membuat rencana kerja terlebih dahulu sebelum Anda bertugas? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
29. Menurut Anda apakah Anda menjalankan tugas sesuai dengan rencana kerja yang Anda buat? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
30. Apakah masyarakat pernah mengeluh mengenai kerja Anda? a.Pernah
b.Kadang
c.Jarang
d.Tdk pernah
31. Apakah Kader pernah mengeluh mengenai kerja Anda? a.Pernah
b.Kadang
c.Jarang
d.Tdk pernah
32. Apakah pemimpin pernah kecewa dengan hasil kerja Anda? a.Pernah
b.Kadang
c.Jarang
d.Tdk pernah
33. Apakah Anda pernah mendapat teguran dari pemimpin? a.Pernah
b.Kadang
c.Jarang
d.Tdk pernah
34. Apakah Anda bekerja sama dengan Koordinator Penggerak JPKM lain untuk meningkatkan jumlah peserta yang Anda rekrut? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
35. Apakah jumlah peserta yang di rekrut Kader sesusi dengan target? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
36. Apakah Anda juga ikut mencari peserta? a.Tidak
b.Jarang
c.Kadang
d.Ya
79
PERHITUNGAN VALIDITAS ANGKET PENELITIAN Rumus :
rxy =
ΝΣΧΥ − (ΣΧ)(ΣΥ )
{ΝΣΧ
2
}{
− (ΣΧ) ΝΣΥ 2 − (ΣΥ ) 2
2
}
Kriteria Butir angket Valid jika rxy > rtabel Perhitungan : berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1. No.
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ
1 3 1 1 2 1 4 1 3 2 4 1 3 1 1 1 2 4 3 1 40
89 106 75 83 100 115 112 48 120 81 112 61 98 91 89 81 117 119 90 49 1836
1 9 1 1 4 1 16 1 9 4 16 1 9 1 1 1 4 16 9 1 106
7921 11236 5625 6889 10000 13225 12544 2304 14400 6561 12544 3721 9604 8281 7921 6561 13689 14161 8100 2401 177688
89 318 75 83 200 115 448 48 360 162 448 61 294 91 89 81 234 476 270 49 3991
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
20 rxy
3991
40 x 1836
= 20
rxy
x
=
0,654
x
106
-
40
2
20 x 177688 - 1836
2
80
Pada α = 5% dengan N= 20 diperoleh rtabel = 0,444 karena rxy > r tabel, maka angket No. 1 tersebut Valid.
PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET PENELITIAN Rumus :
Σσ b2 ⎛ k ⎞ ⎛⎜ r11 = ⎜ ⎟ 1− 2 σt ⎝ k − 1 ⎠ ⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka angket tersebut reliabel Perhitungan
ΣΥ − 2
σ
σt2
2 t
=
(ΣΥ )2
Ν
Ν
1836
177688 = =
20 20
481,221
2. Varians Butir
σb12
=
40
106
20 20
138
50
=
1,3 7
81
σb22
=
20
=
0,6 8
=
1,57
20
σb36
2
=
45
131
20 20
Σσb2
= 24,31 3. Koefisien reliabilitas
r11
r11
1
=
36 3 6 - 1
=
0,977
-
24,31 481,2 21
Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444 Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel
Tabulasi Data Hasil Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa 1 2 3 4 5 Jumlah Kriteria 1 4 1 1 1 8 Buruk 3 3 2 1 1 10 Cukup 1 3 2 1 1 8 Buruk 1 3 1 2 2 9 Cukup 2 4 2 1 1 10 Cukup 1 2 1 1 1 6 Buruk 4 3 3 2 1 13 Cukup 1 4 2 1 2 10 Cukup 3 3 3 2 1 12 Cukup 2 4 2 1 1 10 Cukup 4 3 3 1 1 12 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 3 1 1 3 9 Cukup 1 4 1 1 2 9 Cukup 1 3 2 1 1 8 Buruk 2 3 2 2 1 10 Cukup 4 3 3 1 2 13 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 3 1 2 1 8 Buruk 1 3 2 1 1 8 Buruk 1 2 1 1 2 7 Buruk 1 4 1 1 3 10 Cukup 2 3 1 1 1 8 Buruk 1 4 1 1 2 9 Cukup 2 4 2 1 1 10 Cukup 1 4 1 2 1 9 Cukup 1 3 1 1 1 7 Buruk 4 3 3 1 1 12 Cukup 1 3 2 4 2 12 Cukup 4 4 3 1 2 14 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 3 2 2 2 10 Cukup 2 3 1 1 1 8 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 4 1 1 1 8 Buruk 1 3 1 3 2 10 Cukup 4 3 2 1 1 11 Cukup 4 3 2 1 1 11 Cukup 1 4 3 1 2 11 Cukup 1 4 2 1 1 9 Cukup 3 3 2 2 1 11 Cukup 1 4 3 1 1 10 Cukup 1 4 1 2 1 9 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk 2 3 2 1 1 9 Cukup
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kriteria 4 4 4 3 1 4 20 Baik 4 4 3 4 4 4 23 Baik 3 4 3 4 2 4 20 Baik 3 3 3 3 3 4 19 Baik 4 4 2 3 2 4 19 Baik 3 4 4 4 4 3 22 Baik 4 4 4 3 3 4 22 Baik 4 3 3 3 2 4 19 Baik 3 3 4 4 3 4 21 Baik 3 3 3 3 3 3 18 Cukup 4 4 3 4 3 4 22 Baik 3 4 3 3 1 4 18 Cukup 3 3 4 3 3 3 19 Baik 3 3 3 3 3 4 19 Baik 3 3 3 3 2 4 18 Cukup 3 3 4 4 3 4 21 Baik 4 4 3 3 4 3 21 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik 4 4 3 3 2 4 20 Baik 2 2 2 1 1 4 12 Cukup 4 4 3 2 3 3 19 Baik 4 4 4 3 3 3 21 Baik 3 4 3 3 3 3 19 Baik 3 4 3 4 4 4 22 Baik 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 4 4 4 4 3 4 23 Baik 3 3 3 2 3 4 18 Cukup 4 4 4 4 3 4 23 Baik 3 4 4 3 3 4 21 Baik 4 4 3 3 4 4 22 Baik 4 4 3 3 2 3 19 Baik 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 3 3 3 4 4 4 21 Baik 3 4 4 3 2 4 20 Baik 3 4 3 3 2 4 19 Baik 4 4 3 3 4 3 21 Baik 3 4 3 4 4 3 21 Baik 3 4 4 3 2 3 19 Baik 4 4 3 4 2 3 20 Baik 4 4 4 3 4 4 23 Baik 4 4 4 3 2 3 20 Baik 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 4 4 3 3 2 3 19 Baik 3 3 4 4 4 4 22 Baik 3 3 4 3 2 4 19 Baik 4 4 3 3 4 4 22 Baik 3 3 3 2 1 3 15 Cukup 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 3 3 3 3 4 4 20 Baik
75
76
No 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa 1 2 3 4 5 Jumlah Kriteria 1 2 1 1 1 6 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 2 1 1 1 6 Buruk 3 4 1 1 1 10 Cukup 4 4 2 1 1 12 Cukup 4 3 2 1 2 12 Cukup 4 3 1 2 1 11 Cukup 4 4 2 1 1 12 Cukup 4 4 3 1 1 13 Cukup 4 3 2 1 1 11 Cukup 4 3 1 1 2 11 Cukup 4 3 2 1 1 11 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk 4 3 1 3 2 13 Cukup 1 3 2 1 1 8 Buruk 1 3 1 1 1 7 Buruk 1 3 2 1 1 8 Buruk 1 3 1 2 1 8 Buruk 4 3 1 2 1 11 Cukup 4 3 3 1 2 13 Cukup 3 4 1 1 1 10 Cukup 1 4 1 1 1 8 Buruk
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM 6 7 8 9 10 11 Jumlah Kriteria 4 4 4 4 4 4 24 Baik 3 3 3 4 4 4 21 Baik 3 3 3 3 1 4 17 Cukup 4 4 4 4 4 4 24 Baik 4 4 4 3 2 3 20 Baik 3 3 3 3 2 3 17 Cukup 4 4 4 3 4 4 23 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik 4 4 3 3 4 4 22 Baik 4 4 3 3 3 3 20 Baik 4 3 3 3 4 4 21 Baik 4 4 4 3 3 3 21 Baik 4 4 4 3 4 4 23 Baik 3 3 4 3 4 4 21 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik 3 3 3 3 3 3 18 Cukup 3 3 4 4 4 4 22 Baik 4 4 3 3 4 4 22 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik 3 3 3 4 3 3 19 Baik 4 4 4 3 4 4 23 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik 3 4 3 3 4 4 21 Baik 3 3 3 3 4 4 20 Baik
77
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Kepemimpinan yang dilakukan 12 4 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
13 3 4 1 2 3 4 3 2 3 3 4 1 1 3 3 3 2 1 4 1 2 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 1 3 3 3
14 3 1 1 2 3 4 3 2 3 3 3 1 3 1 1 3 1 4 2 2 1 1 4 3 3 3 2 4 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3
15 4 1 4 3 3 4 2 3 3 3 4 1 4 4 4 3 3 4 3 1 1 1 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 1 4 4 3 4 1 4 3 3
16 1 2 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 4 2 1 2 1 1 1 1 1 3
Jumlah 15 12 12 13 15 18 14 10 15 15 17 9 15 14 14 14 12 14 14 6 10 9 13 17 17 15 14 16 12 14 15 18 13 16 16 15 15 7 15 14 16
Kriteria 17 18 19 20 21 Jumlah Kriteria Cukup 3 3 4 3 4 17 Baik Cukup 3 2 3 3 2 13 Cukup Cukup 1 1 1 1 1 5 Buruk Cukup 1 2 2 2 1 8 Buruk Cukup 2 2 2 2 3 11 Cukup Baik 3 3 3 3 2 14 Cukup Cukup 2 4 3 1 3 13 Cukup Cukup 1 1 2 1 2 7 Buruk Cukup 2 2 2 2 2 10 Cukup Cukup 1 1 1 1 1 5 Buruk Baik 2 2 2 3 4 13 Cukup Cukup 1 1 2 2 2 8 Buruk Cukup 3 2 1 1 1 8 Buruk Cukup 1 3 3 3 2 12 Cukup Cukup 1 2 4 3 1 11 Cukup Cukup 2 1 1 1 2 7 Buruk Cukup 2 3 3 3 1 12 Cukup Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup Cukup 3 2 4 3 1 13 Cukup Buruk 1 1 1 1 1 5 Buruk Cukup 3 2 1 1 2 9 Cukup Cukup 3 2 4 3 3 15 Cukup Cukup 3 3 3 1 2 12 Cukup Baik 2 2 3 3 4 14 Cukup Baik 1 3 3 3 2 12 Cukup Cukup 1 1 3 3 2 10 Cukup Cukup 1 2 3 3 1 10 Cukup Baik 1 3 4 4 3 15 Cukup Cukup 2 3 1 1 1 8 Buruk Cukup 3 2 2 1 3 11 Cukup Cukup 2 2 3 3 3 13 Cukup Baik 2 1 3 3 1 10 Cukup Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup Baik 2 1 3 3 4 13 Cukup Baik 2 2 4 3 1 12 Cukup Cukup 1 3 3 1 3 11 Cukup Cukup 1 1 3 1 1 7 Buruk Buruk 3 1 3 3 4 14 Cukup Cukup 2 2 2 1 3 10 Cukup Cukup 1 2 1 3 3 10 Cukup Baik 1 2 3 1 3 10 Cukup
78
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Kepemimpinan yang dilakukan 12 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 4 4 4 3 4 1 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 1 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4
14 4 3 1 3 3 1 3 3 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3
15 4 3 1 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4
16 1 4 1 1 1 4 1 2 3 1 3 1 1 2 4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 4 1 3 3 3
Jumlah 17 17 11 12 14 13 15 16 17 15 17 12 15 17 17 18 16 17 11 16 17 14 14 15 17 18 17 19 12 17 18 18
Kriteria 17 18 19 20 21 Jumlah Kriteria Baik 1 1 4 1 1 8 Buruk Baik 2 3 4 3 4 16 Baik Cukup 3 2 3 1 4 13 Cukup Cukup 2 2 3 1 1 9 Cukup Cukup 2 1 3 1 1 8 Buruk Cukup 1 2 1 1 1 6 Buruk Cukup 2 3 3 3 1 12 Cukup Baik 2 2 4 3 3 14 Cukup Baik 2 2 4 4 3 15 Cukup Cukup 2 2 3 3 1 11 Cukup Baik 1 1 4 3 3 12 Cukup Cukup 2 2 1 1 3 9 Cukup Cukup 3 1 4 2 3 13 Cukup Baik 2 3 3 3 1 12 Cukup Baik 1 2 1 3 4 11 Cukup Baik 2 2 1 1 4 10 Cukup Baik 2 1 1 3 4 11 Cukup Baik 1 2 3 3 4 13 Cukup Cukup 2 1 3 3 4 13 Cukup Baik 1 2 3 3 4 13 Cukup Baik 2 3 3 3 4 15 Cukup Cukup 3 1 4 3 4 15 Cukup Cukup 2 2 3 4 1 12 Cukup Cukup 2 2 3 3 4 14 Cukup Baik 1 2 4 3 3 13 Cukup Baik 3 1 3 4 3 14 Cukup Baik 2 2 1 2 4 11 Cukup Baik 1 2 4 3 4 14 Cukup Cukup 2 1 3 3 4 13 Cukup Baik 1 2 3 1 4 11 Cukup Baik 2 3 3 3 4 15 Cukup Baik 2 3 3 1 1 10 Cukup
79
22 1 4 1 1 3 2 4 1 4 2 4 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4
Imbalan yang diberikan 23 24 25 26 27 Jumlah Kriteria 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 4 3 3 1 16 Cukup 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 3 4 2 1 12 Cukup 3 3 3 2 1 15 Cukup 4 4 4 3 1 18 Cukup 3 2 3 2 1 15 Cukup 1 3 3 2 1 11 Cukup 2 4 4 2 1 17 Cukup 1 3 3 3 1 13 Cukup 3 3 3 2 1 16 Cukup 1 3 3 3 1 12 Cukup 1 3 3 3 1 12 Cukup 1 3 4 3 1 13 Cukup 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 4 4 1 1 12 Cukup 1 4 4 4 1 18 Cukup 3 4 3 3 1 18 Cukup 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 4 3 4 1 14 Cukup 1 3 4 3 1 13 Cukup 1 4 3 3 1 13 Cukup 4 3 4 3 1 19 Baik 1 2 4 4 1 13 Cukup 1 2 4 1 1 10 Buruk 1 3 4 1 1 11 Cukup 1 4 4 2 1 13 Cukup 1 3 3 3 1 12 Cukup 3 3 3 4 1 18 Cukup 1 2 4 3 1 12 Cukup 1 4 3 3 1 16 Cukup 1 3 4 3 1 13 Cukup 1 3 3 4 1 13 Cukup 1 3 4 1 2 12 Cukup 1 3 3 1 1 10 Buruk 1 3 4 2 1 12 Cukup 1 3 4 2 1 12 Cukup 3 3 3 4 1 18 Cukup 3 4 3 4 1 19 Baik 1 3 3 2 1 11 Cukup 3 2 3 1 1 14 Cukup
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Kriteria 1 3 2 2 2 2 1 1 1 15 Buruk 2 3 4 4 4 4 4 2 4 31 Baik 1 1 4 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 1 2 3 4 3 4 2 1 2 22 Cukup 3 2 4 4 4 3 1 1 3 25 Cukup 2 2 4 4 4 4 3 1 3 27 Cukup 3 3 4 3 4 4 2 1 4 28 Baik 2 3 3 4 3 4 2 2 3 26 Cukup 3 2 4 4 3 4 3 2 3 28 Baik 2 2 3 3 3 3 3 2 2 23 Cukup 2 2 2 2 3 3 3 1 4 22 Cukup 1 1 2 2 2 2 1 1 1 13 Buruk 2 3 4 4 4 4 1 2 1 25 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 2 1 23 Cukup 1 3 4 4 4 4 2 2 2 26 Cukup 2 3 2 3 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 4 4 4 4 4 4 2 4 31 Baik 1 2 4 4 4 4 4 2 4 29 Baik 1 3 3 3 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 2 2 3 3 1 1 1 15 Buruk 2 1 4 4 4 4 3 3 3 28 Baik 3 3 3 3 4 4 1 1 1 23 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 2 1 24 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 1 3 25 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 1 3 4 2 3 3 1 1 3 21 Cukup 1 2 4 4 4 4 1 2 1 23 Cukup 2 3 4 4 4 4 2 2 3 28 Baik 2 2 3 2 2 2 1 1 1 16 Buruk 1 1 4 4 4 4 4 2 4 28 Baik 2 2 4 4 4 4 1 1 1 23 Cukup 1 1 4 3 2 4 4 3 4 26 Cukup 3 3 2 2 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 3 3 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 1 3 4 4 3 2 1 1 1 20 Cukup 1 1 4 4 4 4 2 2 3 25 Cukup 2 3 4 2 3 4 1 1 1 21 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 1 3 3 4 3 4 1 1 1 21 Cukup 1 1 4 4 4 4 1 1 1 21 Cukup 1 3 3 4 3 3 4 3 4 28 Baik 1 2 3 4 4 4 4 2 4 28 Baik
80
22 1 4 4 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 1 3 1 4 4 4 1
Imbalan yang diberikan 23 24 25 26 27 Jumlah Kriteria 1 3 4 4 1 14 Cukup 1 3 4 3 1 16 Cukup 3 4 3 4 1 19 Baik 1 3 3 2 1 11 Cukup 1 4 4 3 1 14 Cukup 1 4 3 3 2 14 Cukup 1 4 4 3 1 17 Cukup 3 4 3 4 1 19 Baik 1 2 3 3 1 11 Cukup 2 3 4 1 1 15 Cukup 1 4 3 2 1 12 Cukup 1 4 4 3 1 14 Cukup 1 4 4 2 1 13 Cukup 2 3 4 3 1 17 Cukup 3 3 4 3 1 18 Cukup 1 3 3 4 2 17 Cukup 2 4 3 1 1 15 Cukup 3 4 3 1 1 15 Cukup 1 3 4 1 1 14 Cukup 3 3 4 3 1 18 Cukup 3 3 3 3 1 17 Cukup 3 3 4 1 1 15 Cukup 3 4 3 1 2 17 Cukup 3 3 3 4 4 20 Baik 1 3 4 4 1 14 Cukup 2 4 3 3 1 16 Cukup 1 3 3 3 2 13 Cukup 3 4 3 3 1 18 Cukup 1 3 4 4 1 17 Cukup 1 3 4 3 1 16 Cukup 1 3 3 4 1 13 Cukup
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Jumlah Kriteria 2 1 4 4 4 4 1 1 1 22 Cukup 1 3 4 3 2 3 1 1 1 19 Cukup 4 3 4 4 4 4 1 1 3 28 Baik 1 3 4 4 4 4 3 2 3 28 Baik 2 2 2 2 3 3 1 2 1 18 Cukup 2 2 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 1 3 2 2 2 2 1 1 3 17 Cukup 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 2 2 4 4 4 4 2 2 4 28 Baik 2 3 4 4 4 4 1 1 1 24 Cukup 1 2 3 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 3 1 3 4 3 3 1 1 2 21 Cukup 1 3 2 2 3 3 4 2 4 24 Cukup 1 3 2 4 4 4 3 2 3 26 Cukup 1 2 2 2 2 3 4 3 4 23 Cukup 2 2 4 4 4 4 3 2 3 28 Baik 2 3 4 4 4 4 3 2 3 29 Baik 2 2 4 4 4 4 4 3 4 31 Baik 2 3 2 2 3 3 3 2 3 23 Cukup 2 3 4 4 4 4 4 3 4 32 Baik 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 1 1 4 4 4 4 4 1 4 27 Cukup 2 3 2 2 3 3 1 1 1 18 Cukup 1 3 4 4 4 4 2 1 3 26 Cukup 1 2 3 4 4 4 1 1 2 22 Cukup 1 3 4 4 4 4 1 1 2 24 Cukup 2 4 2 4 4 4 4 2 4 30 Baik 1 3 2 2 3 3 4 2 4 24 Cukup 1 2 2 4 4 4 3 2 3 25 Cukup 1 1 4 4 4 4 1 1 2 22 Cukup
81
Crosstabs Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Buruk Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Buruk
Cukup
Count
Cukup
2
31
1.7
21.7
7.6
31.0
12.9%
80.6%
6.5%
100.0%
0
26
16
42
2.3
29.3
10.4
42.0
.0%
61.9%
38.1%
100.0%
4
51
18
73
4.0
51.0
18.0
73.0
5.5%
69.9%
24.7%
100.0%
Count Expected Count % within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total
Total
25
Expected Count % within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Baik
4
Count Expected Count % within Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Nonparametric Correlations Correlations Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa Spearman's rho
Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
1.000
Sig. (2-tailed) N Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
.423
.
.000
73
73
**
1.000
.000
.
73
73
.423
82
Crosstabs Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Buruk Persepsi Cukup Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM Baik
Count
2
Expected Count % within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Baik 9
Total 2
13
.7
9.1
3.2
13.0
15.4%
69.2%
15.4%
100.0%
2
42
16
60
3.3
41.9
14.8
60.0
3.3%
70.0%
26.7%
100.0%
4
51
18
73
Count Expected Count % within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Total
Cukup
Count Expected Count % within Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
4.0
51.0
18.0
73.0
5.5%
69.9%
24.7%
100.0%
Nonparametric Correlations Correlations Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Spearman's rho
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient
1.000
.163
.
.168
73
73
Correlation Coefficient
.163
1.000
Sig. (2-tailed)
.168
.
73
73
Sig. (2-tailed) N
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM
N
83
Crosstabs
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Buruk
Cukup
Baik
Total
Motivasi Buruk Koordinator Penggerak JPKM Desa
Count
1
1
0
2
Expected Count
.1
1.4
.5
2.0
50.0%
50.0%
.0%
100.0%
Cukup
Count
3
28
12
43
2.4
30.0
10.6
43.0
7.0%
65.1%
27.9%
100.0%
0
22
6
28
% within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Expected Count % within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Baik
Count Expected Count % within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Total
1.5
19.6
6.9
28.0
.0%
78.6%
21.4%
100.0%
4
51
18
73
Count Expected Count % within Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
4.0
51.0
18.0
73.0
5.5%
69.9%
24.7%
100.0%
Nonparametric Correlations Correlations Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Spearman's rho
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient
1.000
.059
.
.619
73
73
Correlation Coefficient
.059
1.000
Sig. (2-tailed)
.619
.
73
73
Sig. (2-tailed) N
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa
N
84
Crosstabs Kepemimpinan yang dilakukan * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Buruk Kepemimpinan Buruk yang dilakukan
8
2
13
Expected Count
.7
9.1
3.2
13.0
23.1%
61.5%
15.4%
100.0%
0
42
16
58
Count
3.2
40.5
14.3
58.0
.0%
72.4%
27.6%
100.0%
Count
1
1
0
2
Expected Count
.1
1.4
.5
2.0
50.0%
50.0%
.0%
100.0%
4
51
18
73
% within Kepemimpinan yang dilakukan
% within Kepemimpinan yang dilakukan Total
Total
3
Expected Count
Baik
Baik
Count
% within Kepemimpinan yang dilakukan Cukup
Cukup
Count Expected Count % within Kepemimpinan yang dilakukan
4.0
51.0
18.0
73.0
5.5%
69.9%
24.7%
100.0%
Nonparametric Correlations Correlations Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Spearman's rho
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient
1.000
.135
.
.255
73
73
Correlation Coefficient
.135
1.000
Sig. (2-tailed)
.255
.
73
73
Sig. (2-tailed) N
Kepemimpinan yang dilakukan
Kepemimpinan yang dilakukan
N
85
Crosstabs Imbalan yang diberikan * Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Crosstabulation Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Buruk Imbalan yang diberikan
Buruk
4
0
5
Expected Count
.3
3.5
1.2
5.0
20.0%
80.0%
.0%
100.0%
3
43
17
63
3.5
44.0
15.5
63.0
4.8%
68.3%
27.0%
100.0%
Count % within Imbalan yang diberikan Count
0
4
1
5
Expected Count
.3
3.5
1.2
5.0
.0%
80.0%
20.0%
100.0%
4
51
18
73
4.0
51.0
18.0
73.0
5.5%
69.9%
24.7%
100.0%
% within Imbalan yang diberikan Total
Total
1
Expected Count
Baik
Baik
Count
% within Imbalan yang diberikan Cukup
Cukup
Count Expected Count % within Imbalan yang diberikan
Nonparametric Correlations Correlations Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Spearman's rho
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa
Correlation Coefficient
1.000
.136
.
.252
73
73
Correlation Coefficient
.136
1.000
Sig. (2-tailed)
.252
.
73
73
Sig. (2-tailed) N
Imbalan yang diberikan
Imbalan yang diberikan
N
86
Frequency Table Kemampuan Koordinator Penggerak JPKM Desa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
31
42.5
42.5
42.5
Cukup
42
57.5
57.5
100.0
Total
73
100.0
100.0
Persepsi Koordinator Pengerak JPKM Desa tentang JPKM Frequency Valid
Percent
Cukup
13
Baik
60
Total
73
Valid Percent
17.8
Cumulative Percent
17.8
17.8
82.2
82.2
100.0
100.0
100.0
Motivasi Koordinator Penggerak JPKM Desa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
2
2.7
2.7
2.7
Cukup
43
58.9
58.9
61.6
Baik
28
38.4
38.4
100.0
Total
73
100.0
100.0
Kepemimpinan yang dilakukan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
13
17.8
17.8
17.8
Cukup
58
79.5
79.5
97.3
Baik
2
2.7
2.7
100.0
Total
73
100.0
100.0
Imbalan yang diberikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
5
6.8
6.8
6.8
Cukup
63
86.3
86.3
93.2
Baik
5
6.8
6.8
100.0
Total
73
100.0
100.0
87
Kinerja Koordinator Penggerak JPKM Desa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
4
5.5
5.5
5.5
Cukup
51
69.9
69.9
75.3
Baik
18
24.7
24.7
100.0
Total
73
100.0
100.0
88
Dokumentasi
Dokumentasi 1 Pengisisan kuesioner
Dokumentasi 2 Pengisian Kuesioner
89
Dokumentasi 3 Pengisian Kuesioner
Dokumentasi 4 Pengsisian Kuesioner