FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PASIEN RAWAT INAP MELARIKAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG TAHUN 2014.
Zulham Efendi*
ABSTRAK
Penderita gangguan jiwa meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa adalah kejadian pasien rawat inap melarikan diri. Pada survey awal penelitian didapatkan kejadian pasien rawat inap melarikan diri dari bulan Januari sampai September 2010 sebanyak 71 kejadian dengan rata – rata 8 orang per bulan. Faktor yang berhubungan dengan pasien rawat inap melarikan diri adalah kondisi pasien, dukungan keluarga, perilaku perawat, dan fasilitas rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian pasien rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2011. Jenis penelitian ini yaitu korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelaahan dua variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah kondisi pasien, dukungan keluarga perilaku perawat dan variabel dependen yaitu kejadian melarikan diri. Penelitian ini dilakukan dua bulan dari bulan Januari sampai Maret 2011 di seluruh ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental dengan jumlah 30 responden. Data analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan bermakna antara kondisi pasien dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,003, ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,016, ada hubungan bermakna antara perilaku perawat dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,010. Berdasarkan hasil penelitian disarankan Rumah Sakit untuk melakukan sosialisasi SOP atau penyuluhan tentang penanganan pasien gaduh gelisah agar kejadian melarikan diri dapat dicegah. Selain itu Rumah Sakit perlu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan perawat dalam membantu pasien jiwa serta mensosialisasikan terhadap keluarga pasien untuk dapat memberikan dukungan
berupa kunjungan ataupun motivasi moral agar pasien mau untuk dirawat di RSJ. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat variabel – variabel lain yang berhubungan dengan kejadian pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin.
Kata kunci : Pasien, melarikan diri, rumah sakit jiwa
Alamat Korespondensi Zulham Efendi, M.Kep Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi- Siteba Padang PENDAHULUAN
ringan
World health organization(WHO) memperkirakan gangguan jiwa yang cukup berat akan dialami sekurangkurangnya
10%
penduduk
dunia,
sedangkan survey kesehatan mental rumah tangga di Indonesia yang di laksanakan
oleh
Bahar
dkk(1995)
menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari, 2006). Penderita
gangguan
jiwa
dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia (IDAJI, 2001) jumlah penyakit gangguan kesehatan jiwa di Indonesia saat ini mencapai 264 orang per 1000 penduduk, yang berarti setiap rumah tangga mempunyai satu orang anggota keluarga dengan gangguan kesahatan jiwa mulai dari yang paling
sampai
yang
paling
berat.
Berdasarkan standar WHO, angka ini berarti kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah yang serius (Jurnal Kesehatan, 2001). Data kasus penyakit tidak menular Sumatera Barat tahun 2005 didapatkan bahwa kasus tertinggi adalah gangguan mental dan perilaku menyimpang yaitu sebanyak 19.890 kasus. Kota padang mendapatkan Sumatera
urutan
Barat
untuk
tertinggi
di
kasus
ini
sebanyak 9375 kasus, surat pencatatan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP DKK Padang, 2005). Seiring meningkatnya gangguan jiwa,
perkembangan
kesehatan
jiwa
di
pelayanan
Indonesia
juga
meningkat dari sejak zaman dahulu. Pasien di rawat dengan cara di asingkan jauh-jauh dari keluarga dan masyarakat, sedangkan sekarang perawatan ada
yang dilakukan di rumah oleh keluarga.
karena
Peran keluarga sangat diperlukan dalam
Menurut Azwar (1994) menyimpulkan
memberikan tindakan dan perawatan.
ada beberapa faktor yang berhubungan
Apabila keluarga tidak sanggup lagi
dengan
merawatnya,
keluarga
sehingga pasien keluar dari rawatan
membawa ke rumah sakit. Pelayanan di
sebelum diizinkan pulang, yaitu dari
rumah sakit, ada rawat jalan dan rawat
kondisi
inap
perilaku perawat, fasilitas rumah sakit.
hal
umumnya
ini
berhubungan
dengan
berapa lama pasien di rawat. Menurut Ismani
nilai
yang
kurang
ketidaknyamanan
pasien,
pasien,
dukungan
Berdasarkan
studi
baik.
keluarga,
pendahuluan
mengatakan
yang penulis lakukan pada tanggal 10
pelayanan kesehatan pada pasien jiwa
November di Rumah Sakit Jiwa Prof HB.
harus di lakukan secara optimal sebab
Sa’anin
Padang
sebagai manusia mereka juga punya hak
kejadian
pasien
memperoleh
melarikan diri dari bulan Januari sampai
pengobatan
(2000)
fasilitas
tindakan medis,
perawatan,
psikologi
dan
fungsional.
diketahui rawat
inap
bahwa yang
September 2010 sebanyak 71 kejadian dengan rata-rata 8 orang per bulan
Agar pelayanan kesehatan menjadi
(11%). Sedangkan berdasarkan standar
optimal pada penderita yang dirawat di
pelayanan
rumah sakit, diharapkan kerja sama
melarikan diri ≤ 95% per bulan ( Depkes
antara petugas kesehatan (khususnya
RI, 2007 ).
perawat yang selalu dekat dengan
minimal
RSJ
insiden
Informasi yang diperoleh melalui
pasien), dukungan keluarga, fasilitas
wawancara
rumah sakit yang memadai dan bagi
perawat ruangan, yang diambil secara
pemberi
kesehatan
acak di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang
sebaiknya
menyatakan yang menyebabkan pasien
yang luas dan
melarikan diri, didapatkan jawaban yang
pelayanan
khususnya
perawatan
memiliki pendidikan
dengan
bervariasi,
Menurut Azwar (1994) apabila harapan
kurangnya kunjungan keluarga pasien,
ini tidak tercapai maka akan terjadi
fasilitas RSJ yang kurang memadai,
kegagalan
dalam
pasien lari dalam
pelayanan
kesehatan
menjawab
keadaan gelisah,
sehingga
kurangnya pelayanan yang diberikan
pasien merasa kurang nyaman dalam
perawat, dan sebagian ada juga yang
masa rawatan. Segala upaya akan di
menjelaskan
lakukan
dari
perhatian dari keluarga mereka sendiri
rawatan karena keadaan gelisah tertentu
yang umumnya jarang mengunjungi
seperti pulang paksa dan tindakan
mereka saat dirawat inap di RSJ. dan
melarikan diri. Menuntut Ayup (2002)
menurut delapan orang pasien yang
pasien melarikan diri karena kurang
pernah melarikan diri diwawancarai,
perhatian
didapatkan jawaban dari mereka antara
pasien
dari
jiwa
lain:
orang
mempunyai masa kerja yang panjang.
memberikan
antara
delapan
untuk
keluar
keluarga.
Menurut
Riandini (2006) pasien melarikan diri
lain
mereka
mereka
menjawab
haus
akan
kurangnya
kunjungan
keluarga
membuat
sakit. Apabila hal ini tidak diatasi, bisa
mereka merasa tidak diperdulikan lagi
menurunkan mutu pelayanan rumah
oleh keluarganya, kemudian fasilitas RSJ
sakit
yang
sehingga
pelayanan minimal di RSJ adalah tidak
leluasa
adanya pasien yang melarikan diri di RSJ
untuk kabur dari rumah sakit tersebut,
tersebut (DirJend. bina Pelayanan Medik
lalu pasien mengaku mereka lari dalam
Departemen Kesehatan RI, 2009).
kurang
menyebabkan
yang
memadai mereka
lebih
karena
salah
satu
indikator
keadaan gelisah yang membuat mereka berusaha untuk kabur dari RSJ, dan
METODE PENELITIAN
kebanyakan dari mereka juga menjawab kurangnya pelayanan yang diberikan
Desain penelitian ini adapalh penelitian
perawat dan tidak sedikit juga yang
deskriptif analitik dengan pendekatan
mengaku diperlakukan tidak baik oleh
cross sectional. Tujuan penelitian ini
perawat tersebut seperti membentak,
untuk
menghardik ataupun memaki mereka.
mempengaruhi
Kasus
kejadian
yang pasien
melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa
permasalahan,
RSJP Dr.HB.Sa’anin Padang. Populasi
diantaranya adanya dampak terhadap
pada penelitian ini adalah semua pasien
pasien yang lari tersebut, apabila tidak
yang melarikan diri tahun 2010. Sampel
pulang ke keluarga si pasien akan
diambil
menjadi
pasien
responden yang diambil minimal 30
perempuan rawan untuk diperkosa. Hal
sampel yang sesuai dengan kriteria
ini menimbulkan ketidak percayaaan
peneliti.
banyak
gelandangan,
melarikan
faktor-faktor
diri
menimbulkan
pasien
melihat
bagi
secara
accidental
yaitu
keluarga terhadap pelayanan rumah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kejadian Pasien Melarikan Diri Tabel 1Distribusi Frekuensi Kejadian Pasien Rawat Inap Melarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No Kejadian Melarikan Diri 1 Tinggi 2
Rendah
Frekuensi ( f )
Persentase ( % )
22
73,3
8
26,7
Jumlah
30
Berdasarkan tabel 1 didapat hasil penelitian bahwa dari 30 orang responden yang pernah melarikan diri yang kejadian melarikan diri tergolong tinggi sebanyak 22 orang (73,3%).Pasien melarikan diri adalah pasien yang meninggalkan ruangan atas kemauan sendiri tanpa sepengetahuan atau seizin petugas rumah sakit seperti Dokter dan Perawat (Standar Keperawatan RSJ Prof. Dr. HB. Sa’anin, Padang, 2005). Menurut Maramis (1995) menyatakan pasien melarikan diri adalah suatu reaksi yang dilakukan dalam keadaan frustasi dan penolakan dari tempat lingkungan yang ditempati. Pasien bisa melakukan semalam atau lebih. Menurut analisa peneliti kejadian melarikan diri merupakan keadaan dimana pasien yang merasa tidak nyaman sewaktu berada dalam ruang rawatan sehingga meninggalkan ruangan atas kemauannya sendiri dan tanpa sepengetahuan perawat yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa. Kondisi pasien yang pernah melarikan diri dan kembali
100.0
dirawat di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tersebut mengalami banyak tekanan psikis dari dalam dirinya sendiri maupun pemikiran diluar baik itu dari keluarga atau masalah – masalah yang didapatnya dimasyarakat. pasien yang sulit beradaptasi dengan lingkungan Rumah Sakit yang tergolong keras didapatnya dari sesama pasien maupun perawat – perawat yang bertugas, hal ini menyebabkan keadaan pasien gelisah dan membuatnya tidak betah berada didalam lingkungan Rumah Sakit sehingga mengakibatkan pasien tersebut akan berusaha melarikan diri dari rumah sakit tersebut. Selain itu stresor pasien didapat juga dari besarnya keinginan pasien untuk berkumpul bersama keluarganya seperti
orang
tua,
istri,
anak
dan
anggota – anggota keluarga lainnya yang pernah dekat dengan pasien. Dengan tekanan yang begitu besar akan membuat pasien ingin melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa..
2. Kondisi pasien Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kondisi Pasien Rawat Inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No Kondisi Pasien 1 Baik 2
Frekuensi ( f )
Persentase (%)
12
40,0
Tidak baik
18
60,0
Jumlah
30
100.0
Berdasarkan tabel 2 diperoleh
diantaranya
adalah
data bahwa dari 30 orang responden
keadaan
didapat 18 (60,0%) responden dalam
(Maramis,1995).
kondisi keadaan tidak baik sewaktu melarikan.Kondisi sebagaimana peneliti
yang
lain
menyatakan
ini
bisa dijelaskan
terjadi oleh
Yulita
(2006)
yang
sebagian
besar
klien
dalam
gaduh
gelisah
Tengker (2001) perawatan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan ketegangan pada diri pasien. Menurut peneliti kondisi pasien
kedaruratan
melarikan diri tidak baik karena banyak
psikiatri. Begitu juga instalasi rawat inap,
rutinitas Rumah Sakit yang tidak disukai
sewaktu – waktu klien bisa menampilkan
oleh pasien seperti terapi aktivitas
perilaku yang tidak diduga dan klien
kelompok (TAK), pelayanan Rumah Sakit
berada
yang tidak baik dan proses lamanya
dalam
kondisi
dalam
Teori tersebut dipertegas oleh
berobat di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang berada
yang
pasien
kondisi
kedaruratan
psikiatri diantaranya keadaan gaduh
rawatan
gelisah.
keadaan
Menurut
teori
Perubahan
perilaku dan kepribadian yang mundur dapat timbul oleh berbagai keadaan
pasien
tersebut
sehingga
tersebut
mengakibatkannya
yang
gelisah
dan
membuat pasien tidak nyaman berada diruang rawatan inap Rumah Sakit Jiwa.
3. Dukungan Keluarga
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Pasien Rawat Inap Yang MelarikanDiri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No 1
Dukungan Keluarga Positif
2
Negatif Jumlah
Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa 30 responden yang pernah melarikan diri. 22 orang respon```den yang mendapat dukungan keluarganya negatif terdapat sebanyak 22 orang (73,3%). Menurut Maramis (1995)
Frekuensi ( f ) 8
Persentase (%) 26,7
22
73,3
30
100.0
keluarga atau anggota yang lain dari kelompoknya akan menolong individu pasien keluar dalam krisis. Untuk mendapatkan cara-cara penyelesaian sesuai dengan fungsi keluarga itu sendiri berupa perhatian dan dorongan
motivasi kepada anggota keluarganya tersebut. Menurut Niven (2002) keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu. Pertolongan yang dapat diberikan pada keluarga yang sakit berupa kunjungan keluarga dan pembiayaan perawatan. Menurut peneiliti dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi perkembangan psikologis pasien karena keluarga merupakan orang yang dekat dengan pasien dan keluarga dapat memotivasi pasien untuk kembali hidup secara normal namun hasil dilapangan membuktikan masih minimnya dukungan keluarga terhadap pasien rawat inap di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang sehingga mempengaruhi
besarnya angka kejadian melarikan diri itu sendiri. Pada waktu krisis yang dialami oleh pasien keluarga merupakan unsur terpenting bagi pasien. Kejenuhan yang didapat pasien mengakibat besarnya keinginan pasien untuk berkumpul bersama keluarga, dan minimnya kunjungan keluarga ke Rumah Sakit jiwa dapat memicu pasien untuk berusaha melarikan diri dari Rumah Sakit jiwa oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan atau anjuran terhadap keluarga – keluarga pasien untuk bersedia menjadwalkan kunjungan kepada pasien minimal dua kali dalam sebulan sehingga selain itu menambah motivasi kesembuhan pada pasien hal tersebut juga dapat meminimalisir kejadian melarikan diri di Rumah Sakit Jiwa.
4. Perilaku Perawat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Perawat Dengan Kejadian PasienRawatDi RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No Perilaku Perawat 1 Baik 2
Frekuensi ( f )
Persentase (%)
14
46,7
16
53,3
30
100.0
Tidak Baik Jumlah
Berdasarkan tabel 4 diperoleh
makhluk hidup yang bersangkutan. Hal
data bahwa dari 30 responden yang
sesuai dengan pernyataaan Illyas (1999)
pernah
yang
melarikan
diri
menyatakan
menyampaikan
perilaku perawat Tidak Baik ada 16
berhubungan
orang ( 53,3%).
pekerjaan
Menurut
Notoatmodjo Perilaku perawat adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
dengan
harus
perilaku
yang
tugas-tugas
diselesaikan
untuk
mencapai sasaran suatu jabatan dan tugas.
Menurut analisa peneliti perilaku perawat
merupakan
pengaruh
salah
itu
stressor
sendiri
pada
dan
menambah
pasien
sehingga
terhadap
menimbulkan keinginan pasien untuk
perkembangan kesehatan pasien karena
malarikan diri dari ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa.
perawat pasien
terbesar
satu
pasien
adalah
faktor
untuk
penghubung mempercepat
kesembuhannya. selain itu perawat juga tergolong orang yang akan sering bercengkrama dengan pasien melalui metode-metode perawat itu sendiri, baik itu berupa pendekatan psikologis atau terapi-terapi lain yang digunakan untuk
mempercepat
perkembangan
kesehatan pasien dengan kata lain sikap perawat yang tidak bersahabat dengan pasien akan menghambat kesembuhan
Petugas kesehatan yang berada di Rumah
sakit
Jiwa
yang
dijumpai
sekarang ini masih banyak yang bertutur kata kasar kepada pasien maupun kepada keluarga pasien. bahkan masih suka berperilaku tidak baik kepada pasien sehingga itu dapat membuat keadaan
psikologis
memburuk
dan
pasien
itu
juga
semakin sangat
mempengaruhi tingginya kejadian melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa.
5. Hubungan Kondisi Pasien Dengan Kejadian Melarikan Diri Tabel
5. Hubungan Kondisi Pasien Dengan Kejadian Pasien Rawat InapMelarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2011
No
Kejadian Rendah Tinggi F % F % 7 58.3 5 41.7 1 5.6 17 94.4 8 26,7 22 73,3
Kondisi Pasien 1 2
Baik Tidak Baik Jumlah
Berdasarkan
tabel
5
Total f % 12 100,0 18 100,0 30 100,0 P value = 0.003
hasil
Setelah dilakukan uji statistik chi-
penelitian didapatkan bahwa diantara
square didapatkan hasil ada hubungan
12 responden yang kondisi pasien baik
yang bermakna antara kondisi pasien
sebanyak 7 responden (58,3%) rendah
dengan kejadian pasien melarikan diri di
kejadian melarikan diri dan dari 18
RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang ( p < 0,05
responden yang kondisi pasien tidak
). Kondisi ini bisa terjadi sebagaimana
baik sebanyak 17 responden (94,4%)
yang dijelaskan oleh peneliti lain Yulita
tinggi kejadian melarikan diri.
(2006) yang menyatakan sebagian besar
klien berobat di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
berada
kedaruratan
dalam
psikiatri.
kondisi
Begitu
juga
Pernyataan teori diatas sama dengan hasil penelitian yang diperoleh, agar
hal
tersebut
dapat
diatasi,
instalasi rawat inap, sewaktu – waktu
diperlukan tindakan terapeutik secara
klien bisa menampilkan perilaku yang
tepat seperti mencoba mengintensifkan
tidak diduga dan klien berada dalam
pertemuan dengan pasien supaya bisa
kondisi kedaruratan psikiatri diantaranya
melihat perkembangan dari perilaku
keadaan gaduh gelisah, Seseorang yang
pasien gaduh gelisah kekeadaan yang
dihadapkan dengan situasi baru, perlu
tenang. Apabila tidak diatasi keadaan
melakukan adaptasi. Mekanisme yang
gaduh gelisah maka akan mengancam
dilakukan terhadap adaptasi tersebut
keselamatan jiwa klien maupun sesama
diantaranya
pasien di lingkungan Rumah Sakit Jiwa.
ada
yang
menghindari
situasi baru tersebut. Dimatteo dan Friedman
(1982)
menyatakan
hospitalisasi bisa membuat
individu
kehilangan hampir semua terhadap kehidupan mereka.
kontrol
Serta
adanya
komunikasi perawat pada keluarga yang memberikan informasi sewaktu pasien masuk RSJ, bahwa kalau pasien sudah dinyatakan
Menurut Stuart (2001) proses
diperlukan
sembuh
keluarga
harus
segera menjemput untuk segera dibawa
rawat inap dapat menimbulkan trauma
pulang.
pada pasien. Apabila pasien sudah
menjemput bisa menimbulkan trauma
dinyatakan
pada
sembuh,
keluarga
harus
menjemput untuk dibawa pulang. Jika tidak
dilakukan
akan
melanggar
menyatakan dampak pasien dirawat lama
akan
menyebabkan
peningkatan perasaan
stress kesepian
dan
terjadinya timbulnya
pada
pasien.
Kemudian pernyataan ini dilengkapi oleh
peneliti
lain
Nydia
(2001)
menyatakan bahwa hari perawatan yang lama akan meningkatkan kecemasan dan terjadi perubahan perilaku pasien termasuk hal melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa.
pasien
keluarga
dan
pasien
tidak bisa
menganggap bahwa dia sudah dibuang oleh keluarga di Rumah Sakit Jiwa.
perwujudan terhadap hak keleluasaan pribadi pasien. Menurut Setiati (2001)
Apabila
Menurut peneliti kondisi pasien sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian pasien melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa karena dengan kondisi pasien
yang
gelisah
menumbuhkan
keberanian untuk melakukan segala hal salah satunya berupa melarikan diri. Ditambah lagi lingkungan Rumah Sakit yang
sangat
tidak
bersahabat
menambah kejenuhan pada diri pasien itu sendirian.
6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Melarikan Diri
Tabel 6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Pasien RawatInap Melarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No
1 2
Kejadian
Dukungan Keluarga Positif Negatif Jumlah
Berdasarkan penelitian
tabel
didapatkan
Total Tinggi F % f % 3 37.5 8 100,0 19 86.4 22 100,0 22 73,3 30 100,0 P value = 0.016
Rendah F % 5 62.5 3 13.6 8 26,7
6
data
Hasil bahwa
Pernyatakan
teori
diatas
sama
dengan hasil penelitian yang diperoleh
diantara 8 responden yang dukungan
yaitu
keluarganya
5
dukungan keluarga negatif membuat
kejadian
angka kejadian melarikan diri meningkat
melarikan diri dan dari 22 responden
hal ini disebabkan karena besarnya
yang dukungan keluarganya negatif
pengaruh dukungan keluarga terhadap
sebanyak 19 responden (86,4%) tinggi
proses melarikan diri pada pasien rawat
kejadian melarikan diri.
inap. Pasien melarikan diri umumnya
responden
positif (62,5%)
sebanyak rendah
Setelah dilakukan uji statistik chisquare didapatkan hasil ada hubungan yang
bermakna
keluarga
antara
dengan
dukungan
kejadian
pasien
melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang ( p < 0,05 ). Pasien yang tidak dikunjungi
keluarga
dalam
masa
rawatan akan mempengaruhi emosional dan tingkah laku pasien. Kecemasan dan ketidaknyamanan akan timbul pada pasien. Dipertegas oleh teori Gottlieb (1993) menyatakan dukungan sosial berupa saran, bantuan, kunjungan yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek dalam lingkungan sosial sangat mempunyai keuntungan emosional yang tinggi.
terhadap
besarnya
persentase
dikarenakan besarnya keinginan mereka untuk
bertemu
dengan
anggota
keluarga atau kurangnya motivasi yang pasien dapat dari keluarga sehingga pasien merasa tidak lagi dibutuhkan oleh
keluarganya
tersebut
dan
itu
membuat stressor tersendiri kepada pasien rawat inap membuat mereka gaduh gelisah dan mencoba untuk melarikan Dukungan
diri
dari
keluarga
Rumah
Sakit.
juga
akan
memotivasi pasien untuk mau dirawat dan
tidak
lagi
berusaha
untuk
melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa karena dia akan merasa diangggap dan dibutuhkan didalam keluarga tersebut dengan anggapan tersebut juga akan membantu
kelancaran
kesembuhan pasien.
proses
7. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kejadian Melarikan Diri
Tabel 7. Hubungan
Perilaku
Perawat
Dengan
Kejadian
Pasien
Rawat
InapMelarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
No Perilaku Perawat 1 2
Baik Tidak Baik Jumlah
Kejadian Rendah Tinggi f % f % 7 50,0 7 50,0 1 6.3 15 93.7 8 26,7 22 73,3
Total f 14 16 30
% 100,0 100,0 100,0
P value = 0.010 Berdasarkan tabel 7 Hasil penelitian didapatkan data bahwa diantara 14 responden yang mendapatkan perilaku perawat baik sebanyak 7 responden (50,0%) sama besar angka kejadian melarikan dirinya dan dari 16 responden yang perilaku perawat tidak baik sebanyak 15 responden (93,7%) tinggi kejadian melarikan diri. Setelah dilakukan uji statistik chisquare didapatkan hasil ada hubungan
yang bermakna antara perilaku perawat dengan kejadian pasien melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang ( p < 0,05 ).Menuruti Green (2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor
predisposisi
yang
akan
berpengaruh pada perilaku seseorang. Sebagian
mengemukakan
bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin kuat keinginan untuk
memanfaatkan
pengetahuan
dan
keterampilannya. Penelitian yang telah dilakukan
oleh
menyatakan
syafrizal
bahwa
berpendidikan
(2006)
perawat
yang
apabila
tidak
rendah
1. Kesimpulan a.
Lebih banyak responden (73,3%) yang kejadian melarikan dirinya
ditambah dengan pengetahuan dan
tergolong tinggi.
pengalaman yang banyak, maka akan mengalami kesulitan dalam memberikan asuhan
keperawatan
pada
sehingga
pasien
yang
pelayanan
perawatan
b.
(60,0%) dalam kondisi tidak baik
pasien,
sewaktu melarikan diri.
menerima
juga
merasa
kurang nyaman.
c.
Lebih banyak responden (73,3%) melarikan diri mendapatkan dukungan keluarga yang negatif.
Pernyataan teori diatas sama dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Lebih dari separoh responden
d.
Dalam melakukan perawatan pasien
Lebih dari separoh responden (53,3%)
Rumah Sakit Jiwa Perawat mengikuti
melarikan
diri
mendapatkan perilaku perawat yang tidak baik.
pelatihan tentang penanganan kegawat daruratan pasien jiwa dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi
e.
Terdapat
hubungan
yang
khusus jiwa sehingga akan mengurangi
bermakna antara kondisi pasien
resiko pasien rawat inap melarikan diri
dengan kejadian pasien rawat
dari Rumah Sakit Jiwa. Perilaku perawat
inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang.
yang tidak baik seperti menghardik, melepas tanggung jawab, memaksakan keinginan dan mengabaikan kerja sama dengan komunikasi perawatan
pasien
saat
ataupun lainnya
saat akan
f.
bermakna
melakukan
hubungan anatara
yang
dukungan
keluarga dengan kejadian pasien
aktivitas
rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang.
membuat
pasien tidak betah berada dilingkungan Rumah Sakit sehingga akan membuat
Terdapat
g.
Terdapat
hubungan
yang
angka kejadian melarikan diri juga
bermakna
meningkat
keadaan
perawat dengan kejadian pasien
yang tidak nyaman besar kemungkinan
rawat inap melarikan diri di RSJ.
pasien mempunyai keinginan untuk
Prof. HB. Sa’anin Padang
karena
dengan
melarikan diri dari rawatan inap Rumah Sakit Jiwa.
perilaku
2. Saran a.
Bagi pihak RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang
KESIMPULAN DAN SARAN
antara
menambah
SDM
perawat, agar jumlah perawat
yang dinas sesuai dengan jumlah pasien. b.
Bagi kepala bidang keperawatan dan
kepala
ruangan,
SOP tentang penanganan pasien gaduh gelisah agar perawat yang mengerti
cara
pasien
gaduh
penanganan
gelisah, sehingga pasien melarikan diri dapat dicegah. c.
Bagi
pelaksanaan
Mutu Pelayanan Jakarta : IDI
Kesehatan.
supaya
disetiap ruangan disosialisasikan
bertugas
Azwar, Asrul, (2000), Program Menjaga
perawatan,
Harold. L. Kaplan. MD. (2002), Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika
Hawari, Dadang. (2001), Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jakarta : Gaya Baru
Jiwa.
agar terus mengikuti pelatihan yang terkait dengan penanganan kegawat
daruratan
penyegaran
dan
untuk
melanjutkan
Illyas,Y. (1999), Kinerja Teori Penilaian Dan Penelitian. Jakarta : FKMUI
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
khusus
jiwa
sehingga
meningkatkan pelaksanaan perawatan yang professional. d.
Ingram, I, M, (1995). Catatan Kulias Psikiatri. Jakarta : EGC
Bagi pelaksana perawatan agar terus
melakukan
komunikasi
kepada keluarga pasien agar keluarga
mengunjungi
pasien
minimal dua kali dalam sebulan dan
kunjungan
Kaplan, MD&Harold, L. (2002). Ilmu Kedokteran Erlangga
Jiwa.
Surabaya.
tersebut
diperlukan oleh pasien untuk mempercepat kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis,WF. (2003). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Erlangga
Niven,Neil. (2002).Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC
Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,
S.
(2002),
Metide
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Dadang. Hawari. (2001). Pendekatan Holistik
Pada
Gangguan
Jakarta : Gaya Baru
Jiwa.
Suharsini.Arikunto.
(2002),
Prosedur.Penelitian.Jakarta
:
Rineka Cipta
Purwadianto.A, Perilaku
(2006),
Gambaran
:
Pedoman
Penatalaksanaan Kritis Edisi3.Jakarta : Bina Rupa Aksara
RSJ.Prof. HB. Sa;anin Padang.(2005). Standar RSj.Prof.Hb.Sa’anin Padang
Keperawatan Padang.
Setiati. Dkk, (2000). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart.G.W. (1987), Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Walfer, Laurence, (1999), Administrasi Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC