FAKTOR-FAKTOR RISIKO KUALITAS PENGELOLAAN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI YANG BURUK DI UNIT PELAYANAN SWASTA ( Studi Kasus di Kota Semarang)
Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-2
Magister Epidemiologi
TRI DEWI KRISTINI E4D6006087
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008
TESIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KUALITAS PENGELOLAAN VAKSIN YANG BURUK DI UNIT PELAYANAN SWASTA (Studi Kasus di Kota Semarang) Disusun oleh: Tri Dewi Kristini NIM E4D6006087 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 14 Juli 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Menyetujui Komisi Pembimbing Pembimbing Utama
Dr. Asri Purwanti SpA (K) M.Pd NIP. 140 138 429
Pembimbing Kedua
Dr. Ari Udiyono, MKes NIP. 131 962 237
Penguji I
Prof.DR.Dr.Suharyo Hadisaputro,Sp.PD (KTI) NIP. 130 368 070
Penguji II
Dr. J.C. Susanto, SpA (K) NIP. 140 091 675
Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Epidemiologi
Prof.DR.Dr.Suharyo Hadisaputro,Sp.PD (KTI) NIP. 130 368 070
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang,
Juli 2008
Tri Dewi Kristini
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Tri Dewi Kristini
Tempat/tanggal lahir
: Yogyakarta, 21 April 1968
Alamat
: Jl. Tlogomukti Barat III/731 Semarang
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Budi Utomo - Madiun
: lulus tahun 1980
2. SMPN 4 - Madiun
: lulus tahun 1983
3. SMAN 2 - Madiun
: lulus tahun 1986
4. SPPH – Magetan
: lulus tahun 1987
5. AKL - Purwokerto
: lulus tahun 1995
6. FKM UNDIP – Semarang
: lulus tahun 2002
Riwayat Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 1. Staf Seksi Penyehatan Tempat-Tempat Umum, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 1988-2002 2. Staf Seksi Surveilans Epidemiologi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2003 – 2006 3. Staf Seksi Pemberantasan & Penanggulangan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2007 s/d sekarang
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke Hadlirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta (studi kasus di Kota Semarang) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar derajat sarjana S-2 Program studi Magister Epidemiologi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada yth: 1. Dr. Asri Purwati,SpA (K), MPd selaku pembimbing utama 2. Dr. Ari Udiyono,MKes selaku pembimbing pendamping 3. Prof.Dr.dr.Suharyo Hadisaputro,Sp. PD (KTI), selaku Ketua Program Studi Magister Epidemiologi UNDIP sebagai nara sumber dan penguji 4. Dr. J.C Susanto. SpA (K) sebagai nara sumber dan penguji 5. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar 6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian. 7. Seluruh dosen dan staf administrasi Magister Epidemiologi Program Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 8. Rekan-rekan pengelola program imunisasi Dinas Kesehatan Kota Semarang yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data 9. Rekan-rekan mahasiswa Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana
Universitas
Diponegoro Semarang 10. Suami dan ketiga anakku yang selalu memberikan dukungan selama penulis menempuh studi 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna dan
perlu banyak
perbaikan, namun penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat sekecil apapun kepada dunia pengetahuan, masyarakat dan memberikan inspirasi bagi penulis lainnya
Semarang, Juni 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman judul Halaman Pengesahan Halaman pernyataan Daftar Riwayat Hidup Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Istilah Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Lampiran Abstrak BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan penelitian E. Keaslian Penelitian F. Ruang Lingkup Penelitian H. Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA A. Vaksin 1. Pengertian vaksin 2. Penggolongan vaksin B Pengelolaan vaksin 1. In Put 2. Proses a. Permintaan vaksin b. Penerimaan/Pengambilan vaksin c. Penyimpanan vaksin d. Pemakaian e. Pencatatan dan pelaporan 3. Out Put C Imunisasi 1. Pengertian 2. Tujuan dan manfaat 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi D. Kebijakan Program Imunisasi di Indonesia
hal i ii iii iv v vii ix x xi xiii xv xvi xviii 1 5 6 8 9 12 13 14 14 15 17 17 18 18 19 19 21 21 22 27 27 28 29 33
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
KERANGKA TEORI,KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN A Kerangka teori B Kerangka konsep C Hipotesis penelitian
34 36 38
METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian B. Variabel penelitian C. Definisi Operasional D. Populasi Studi E Besar sampel F. Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Prosedur penelitian I. Analisis Data J Hasil uji reliabilitas dan validitas data
40 43 43 47 47 48 49 50 51 54
HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi Penelitian B. Gambaran kualitas pengelolaan vaksin C. Analisis bivariat D. Analisis multivariat E Focus Group Discusion
58 60 77 92 93
PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian B. Gambaran kualitas pengelolaan vaksin C Faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin D Faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin C Keterbatan penelitian SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran
BAB VIII RINGKASAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
99 100 102 112 116 119 120 122
DAFTAR SINGKATAN BPS
:
Bidan Praktek Swasta
CI
:
Confident Interval
DPT
:
Difteri Pertusis Tetanus
EEFO
:
Earlier Expired First Out
FGD
:
Focus Group Discusion
FIFO
:
Firs in First Out
FS
:
Freeze Sensitive
HLA
:
Human Leucocyte Antigen
HS
:
Heat Sensitive
GMP
:
Good Manufacturing Practices
KLB
:
Kejadian Luar Biasa
NRA
:
National Regulatory Authority
PATH
:
Program Appropiate for Technology in Health
PD3I
:
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
PR
:
Prevalens Ratio
RB
:
Rumah Bersalin
TT
:
Tetanus Toxoid
UPS
:
Unit Pelayanan Swasta
VVM
:
Vaccine Vial Monitor
DAFTAR ISTILAH Cool pack
:
Wadah plastik berbentuk segi empat yang berisi air dingin, digunakan untuk mencegah vaksin terpapar suhu beku selama transportasi
Cold pack
:
Wadah plastik berbentuk segi empat yg berisi air yang dibekukan. Bila digunakan untuk transportasi vaksin golongan freeze sensitif, maka berisiko vaksin menjadi rusak
Cold chain
:
Seluruh peralatan (vaccine carrier, cool pack, termometer,lemari es) dan prosedur pengelolaan vaksin (cara membawa, cara menyimpan, cara memantau suhu, cara menggunakan) untuk menjaga vaksin pada suhu yang ditetapkan
EEFO
:
Sistem pendistribusian/pemakaian vaksin dengan mendahulukan vaksin yang masa kedaluwarsanya hampir habis, meskipun vaksin tersebut diterima akhir.
Freezer
:
Tempat penyimpanan vaksin golongan peka terhadap panas (BCG, Campak, Polio)
Freezer Compartement
:
Jenis lemari es yang dilengkapi dengan freezer didalamnya (seperti jenis lemari rumah tangga)
Vaccine carrier
:
Alat untuk mengirim/membawa vaksin dari Puskesmas ke Posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu 2-8oC.
Vaksin Freeze sensitive
:
Kelompok vaksin yang peka terhadap suhu beku : HB; DPTHB, DT, DPT, TT
Vaksin Heat sensitive
:
Kelompok vaksin yang peka terhadap panas : BCG, Campak, Polio
VVM
:
Vaccine Vial Monitor yaitu indikator paparan panas pada vaksin, menempel pada label vaksin. dengan tanda kotak di dalam lingkaran. Lihat penjelasan halaman 23
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
halaman 10
Tabel 2.2
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan vaksin Daftar suhu penyimpanan dan umur vaksin berdasrkan jenis vaksin Suhu penyimpanan dan umur vaksin
Tabel 2.3
Lama penyimpanan vaksin di setiap tingkatan
19
Tabel 4.1
Definisi operasional, cara pengukuran dan pengkategorian serta skala variabel Jenis sarana pelayanan kesehatan yang melayani imunisasi di Kota Semarang tahun 2005-2006
45
Tabel 5.2
Hasil kegiatan imunisasi rutin Kota Semarang tahun 2005-2007
60
Tabel 5.3
Distribusi unit pelayanan berdasarkan cara mengelola vaksin
62
Tabel 5.4
Komitmen responden dalam pengelolaan vaksin
76
Tabel 5.5
Hubungan pelatihan dengan kualitas pengelolaan vaksin
77
Tabel 5.6
Hubungan pengetahuan dengan kualitas pengelolaan vaksin
79
Tabel 5.7
Hubungan pedoman pengelolaan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
79
Tabel 5.8
Hubungan fungsi lemari es dengan kualitas pengelolaan vaksin
80
Tabel 5.9
Hubungan tersedianya termometer dengan kualitas pengelolaan vaksin
81
Tabel 2.1
Tabel 5.1
14 14
59
Tabel 5.10 Hubungan kartu suhu dengan kualitas pengelolaan vaksin
82
Tabel 5.11 Hubungan cara membawa vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
83
Tabel 5.12 Hubungan cara menyimpan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
83
Tabel 5.13 Hubungan cara memantau suhu vaksin dengan kualitas
84
pengelolaan vaksin kualitas
85
Tabel 5.15 Hubungan komitmen pemilik/penanggung jawab pelayanan imunisasi dengan kualitas pengelolaan vaksin
86
Tabel 5.16 Hubungan antara komitmen pengelola vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
87
Tabel 5.17 Hubungan antara komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik unit pelayanan dengan kualitas pengelolaan vaksin
89
Tabel 5.18 Hubungan supervisi dengan kualitas pengelolaan vaksin
91
Tabel 5.19 Besar prevalensi risiko variabel bebas terhadap variabel terikat
91
Tabel 5.22 Hasil analisa uji regresi logistik
93
Tabel 5.14 Hubungan cara pengelolaan vaksin
menggunakan
vaksin
dengan
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2. 1
Susuanan vaksin dalam lemari es rumah tangga
20
Gambar 2. 2
Cara membaca VVM
23
Gambar 2. 3
Cara uji kocok vaksin
24
Gambar 5. 1
Kualitas pengelolaan vaksin di puskesmas se Kota Semarang tahun 2007
61
Gambar 5. 3
Jumlah UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk
62
Gambar 5. 4
Pengelolaan vaksin di UPS dengan petugas yang belum dilatih
64
Gambar 5. 5
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS dengan petugas belum dilatih
64
Gambar 5. 6
Pengelolaan vaksin di UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang
65
Gambar 5. 7
Indikator kualitas pengelolaan vaksin di UPS dengan pengetahuan petugas kurang
66
Gambar 5. 8
Pengelolaan vaksin di UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin
67
Gambar 5. 9
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin
67
Gambar 5.10
Pengelolaan vaksin di UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin
68
Gambar 5.11
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin
69
Gambar 5.12
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki termometer
69
Gambar 6.1 Gambar 6.2
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di Puskesmas dan UPS di Kota Semarang
100
Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki sarana pengelolaan vaksin
101
DAFTAR BAGAN halaman Bagan 3.1
Kerangka teori penelitian kualitas pengelolaan vaksin
35
Bagan 3.2
Kerangka konsep penelitian kualitas pengelolaan vaksin
37
Bagan 4.1
Rancangan penelitian
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Ijin penelitian
Lampiran 2
:
Kuesioner penelitian
Lampiran 3
:
Uji reliabilitas dan validitas
Lampiran 4
:
Analisis bivariat
Lampiran 5
:
Uji beda rata-rata skor pengetahuan
Lampiran 6
:
Uji beda rata-rata skor komitmen pemilik/penanggung jawab UPS
Lampiran 7
:
Lampiran 8
Uji beda rata-rata skor komitmen petugas Uji beda rata-rata skor komitmen petugas sekaligus pemilik
Lampiran 9
:
Uji beda rata-rata skor supervisi petugas
Lampiran 10
:
Analisis multivariat
Lampiran 11
:
Gambar Beberapa kondisi penyimpanan vaksin di unit pelayanan swasta
ABSTRAK Latar Belakang. Vaksin merupakan produk biologis yang rentan dan mudah rusak. Suatu ketika potensi vaksin akan hilang terutama bila terpapar oleh panas, sinar matahari dan beberapa kasus terpapar suhu dingin. Sekali potensi hilang, tidak dapat diperbaiki. Pengelolaan vaksin merupakan bagian dari kualitas pelayanan. Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang baik ditandai dengan suhu vaksin yang terjaga 2-8oC, tidak ada vaksin rusak dan belum melampui tanggal kadaluwarsa. Unit pelayanan swasta mempunyai kontribusi terhadap cakupan program, namun monitoring kualitas vaksin belum dilaksanakan secara optimal. Hasil investigasi KLB PD3I difteri tahun 2005-2006 pada kelompok umur < 10 th sebagian besar telah mendapatkan imunisasi di unit pelayanan swasta (UPS). Tujuan. Mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi di unit pelayanan swasta. Metode. Design penelitian adalah cross sectional, jumlah sampel sebanyak 138 UPS. Pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan dan pengukuran suhu lemari es oleh petugas yang sudah dilatih. Focus Group Discusion dilakukan untuk mendapatkan tambahan informasi guna memperjelas analisis data. Analisis data dengan bivariat dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil. Kualitas pengelolaan vaksin yang buruk terdapat di 84 UPS (60.9%), suhu lemari es >8oC terdapat di 72 UPS (52,2%), VVM C ditemukan di 31 UPS (22,5%), vaksin beku ditemukan di 15 UPS (10,9%) dan vaksin kadaluwarsa ditemukan di 6 UPS (4,5%). Variabel yang terbukti berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin adalah: tidak tersedia pedoman pengelolaan vaksin (p=0,001, PR =20,5, 95% CI= 3,43-13,41); pengetahuan petugas yang kurang (p=0,001, PR =31,6; 95% CI=4,04-25,6); fungsi lemari es tidak khusus menyimpan vaksin (p=0,001, PR =18,5 95% CI=3,20-16,56; tidak ada termometer (p=0,03, PR=13,6 95% CI= 2,39-17,44); cara membawa vaksin yang salah (p=0,007; PR=9,4% CI= 1,85-17,82) dan komitmen petugas sekaligus pemilik yang kurang (p=0,045; PR=4,70 95% CI= 1,04-21,36) Kesimpulan. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin meliputi: tidak tersedia pedoman, pengetahuan petugas yang kurang, fungsi lemari es tidak khusus menyimpan vaksin, tidak tersedia termometer, cara membawa vaksin yang salah dan komitmen petugas sekaligus pemilik UPS yang kurang. Saran. Pengelolaan vaksin merupakan bagian tak terpisahkan dalam pelayanan imunisasi.Setiap unit pelayanan imunisasi harus mengelola vaksin dengan benar sesuai pedoman sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan imunisasi. Kata kunci
:
Faktor risiko, kualitas pengelolaan vaksin, unit pelayanan swasta, cross sectional
Kepustakaan : 59, 1995-2006
ABSTRACT Background. Vaccines are sensitive biological substances, meanwhile, lose their potency especially when exposed to heat, sunlight, in some cases when cold. Once potency has been lost, it cannot be restored. To provide protection against disease, vaccines need to be distributed, stored and an administered at recommended temperature. Vaccine management is part of quality of service. The indicator quality of good vaccine management is marked with vaccine temperature at 2-8oC, there is no damage vaccine and past vaccine expiration date. Private sector service has contribution to program coverage, but vaccine monitoring cannot be done an optimal. The investigation result of diphtheria out break in 2005-2006 at group of age < 10 most of them get immunization in private sector service. Purpose. To identify the risk factors that influencing the quality of vaccine management in private sector service. Method. Research design is cross sectional, number of samples 138 unit. Collecting data using an interview, observation and measurement of refrigerator temperature by officer that have been trained. Focus Group Discussion done to get addition of information to clarify data analysis. Data analysis with bivariate and multivariate applies logistics regression. Result. Quality of management of ugly vaccine there is in 84 unit ( 60,9%), refrigerator temperature > 8oC there is in 72 unit ( 52,2%), VVM C is found in 31 unit ( 22,5%), freeze vaccine is found in 15 unit ( 10,9%) and past vaccine expiration date is found in 6 unit ( 4,5%). The risk factors associated with of quality vaccine management are: no available guidance of vaccine ( p=0,001, PR = 20,5, 95% CI= 3,43-13,41); less knowledge of officer ( p=0,001, PR = 31,6; 95% CI=4,04-25,6); refrigerator isn’t for vaccine storage ( p=0,001, PR = 18,5 95% CI=3,20-16,56; no available thermometer ( p=0,03, PR=13,6 95% CI= 2,39-17,44); mistake vaccine transportation ( p=0,007; PR=9,4% CI= 1,85-17,82) and less commitment of officer at the same time is owner ( p=0,045; PR=4,70 95% CI= 1,04-21,36) Conclusion. The risk factors associated with of quality vaccine management covers: available of guidance, less knowledge, no available refrigerator for vaccine, no available of thermometer, mistake vaccine transportation and less commitment of officer at the same is owner . Suggestion. Vaccine management is indivisible part in service of immunization. Every service sector has to manage the vaccine according to guidance as an effort to increase in quality of immunization service. Keyword : Risk factor, the quality of vaccine management, private sector service, cross sectional. Bibliography : 59, 1995-2006
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman
yang telah
dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.1,2,3 Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan, memiliki karakteristik tertentu sehingga memerlukan penanganan khusus.2-4 Penyimpangan ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga potensi vaksin akan berkurang atau bahkan hilang. Sekali potensi vaksin berkurang atau hilang tidak dapat diperbaiki.2-4 Kualitas vaksin tidak hanya ditentukan dengan test laboratorium (uji potensi vaksin), namun juga sangat tergantung pada kualitas pengelolaannya. 2-4 Suhu beku dapat merusak potensi vaksin pada vaksin-vaksin yang disyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-8oC.4-6 Hal ini disebabkan vaksin golongan freeze sensitive menggunakan ajuvan berupa garam aluminium yang akan mengendap saat terpapar suhu beku.4-6 Percobaan tentang efek pembekuan terhadap vaksin DPT di India (2001) menunjukkan pada pembekuan pertama, potensi komponen tetanus berkurang menjadi 85,5% dibanding sebelumnya, pembekuan kedua berkurang menjadi 38,5% dan pada pembekuan ketiga berkurang menjadi 20%. Potensi komponen difteri berkurang 94% dibanding kondisi awal pada pembekuan pertama, pembekuan kedua menjadi 80% dan pembekuan ketiga menjadi 44%. Pembekuan pertama pada komponen pertusis tidak merubah potensi vaksin, namun pada
pembekuan kedua potensi berkurang menjadi 77% dan pada pembekuan ketiga kalinya menjadi 45%.7 Semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio,campak dan BCG lebih cepat rusak pada paparan panas dibandingkan vaksin lainnya. 4-6 Penelitian hubungan potensi vaksin campak dengan rantai dingin di Kabupaten Kebumen (1999) menunjukan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan, potensi vaksin campak akan semakin berkurang (r=0,6326, p=0,002).8 Untuk mempertahankan mutu, semua vaksin secara kontinu harus disimpan dalam suhu yang tepat sejak saat dibuat sampai digunakan. Sekali potensi vaksin hilang atau rusak, tidak dapat diperoleh kembali atau diperbaiki. Tanpa penanganan yang tepat, setiap vaksin menjadi tidak efektif untuk memberikan perlindungan terhadap sasaran. Pada beberapa kasus, hilangnya potensi dapat pula menyebabkan vaksin lebih mudah menimbulkan reaksi (reactogenic)3-6 Kerusakan potensi vaksin dapat dicegah dengan melakukan transportasi, penyimpanan dan penanganan vaksin secara benar, sejak vaksin diproduksi di pabrik hingga dipergunakan di unit pelayanan.
3,5
Proses produksi di pabrik umumnya memiliki prosedur khusus sesuai
dengan ketentuan GMP (Good Manufacturing Practices) dibawah pengawasan NRA (National Regulatory Authority) setempat. Oleh karena itu monitoring kualitas pengelolaan vaksin lebih ditujukan pada pengelolaan vaksin di gudang penyimpanan vaksin di tingkat primer sampai di unit pelayanan (puskemas, RB, BPS,dll)9 Departemen Kesehatan di beberapa negara telah memiliki program jaminan mutu terhadap kualitas vaksin dengan menyiapkan tenaga-tenaga pengelola cold chain yang
terlatih.10-11
Tetapi, di wilayah dengan pelayanan mayoritas di unit pelayanan swasta,
penyiapan tenaga terlatih mungkin tidak diterapkan sehingga
terjadi penyimpangan dalam
pengelolaan vaksin.12 Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak.6 Studi terhadap klinik yang melayani imunisasi di wilayah Vancouver (2006), menyebutkan dari 170 klinik yang ada hanya 12% yang memantau suhu vaksin secara rutin 2 kali sehari.13 Studi oleh Program Appropiate Technology in Health (PATH) dan Departemen Kesehatan RI tahun 2001-2003 menyatakan bahwa 75% vaksin di Indonesia telah terpapar suhu beku selama distribusi. Suhu beku dijumpai selama transportasi dari provinsi ke kabupaten (30%), penyimpanan di lemari es kabupaten (40%) dan penyimpanan di lemari es puskesmas (30%).9,14 Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengelolaan vaksin telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI baik berupa pelatihan dan penggantian peralatan cold chain, yang umumnya lebih banyak ditujukan ke puskesmas, sedangkan upaya peningkatan di RS dan unit pelayanan swasta (UPS) masih belum optimal. Belum banyak RS dan UPS yang mendapat pengetahuan tentang prosedur pengelolaan vaksin yang baku.15 Studi pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta di wilayah Georgia-Atlanta (2001) menunjukan bahwa masalah penyimpanan vaksin pada umumnya berhubungan dengan tidak dilakukannya secara tepat monitoring suhu di lemari es atau jenis freezer compartement. Faktor risiko penyimpangan suhu vaksin antara lain tidak tersedianya termometer di dalam lemari es (OR:7.15; 95% CI=3,46-14,6), penggunaan freezer compartement (OR:5,46; 95%
CI=2,7-10,9) dan kegagalan untuk mempertahankan suhu freezer (OR:2,7; 95% CI=1,405,23).16 Hasil pemantauan pengelolaan vaksin di rumah sakit dan unit pelayanan swasta di wilayah DKI Jakarta (2006) menunjukan hanya 5 dari 86 unit pelayanan (6%) dengan suhu penyimpanan vaksin stabil pada kisaran 2-8oC.15 Tujuan imunisasi adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Keberhasilan program imunisasi antara lain ditandai dengan tingginya angka cakupan dan menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat PD3I. Cakupan imunisasi campak dan difteri di Kota Semarang selama 3 tahun berturut-turut lebih dari 85%.17-18 Meskipun cakupan imunisasi cukup tinggi, namun kasus PD3I cenderung meningkat. Jumlah kasus campak yang dilaporkan pada tahun 2005 sebanyak 369 kasus, sedangkan pada tahun 2006 meningkat menjadi 999 kasus. Selain peningkatan kasus campak, selama 6 tahun berturut-turut dilaporkan KLB difteri.19 Hasil investigasi Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap penderita difteri pada KLB difteri tahun 2005, pada kelompok anak berusia ≤10 tahun, 88,9% telah mendapatkan imunisasi di unit pelayanan swasta, sedangkan pada kelompok usia yang sama pada KLB tahun 2006, semua anak telah mendapatkan imunisasi di unit pelayanan swasta.20 Unit pelayanan swasta adalah mitra pemerintah dalam pelaksanaan program imunisasi, walaupun secara nasional kontribusi cakupan masih relatif kecil, namun di kota-kota besar cenderung meningkat.15 Peningkatan cakupan harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan. Terjadinya KLB PD3I dan masih tingginya angka kesakitan PD3I, merupakan kendala bagi keberhasilan program imunisasi. Salah satu faktor kemungkinan sebagai
penyebab adalah penyimpangan terhadap prosedur pengelolaan vaksin yang berakibat rusaknya potensi vaksin. Penelitian tentang faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta di Indonesia belum banyak dilakukan. Sebagian besar penelitian sebelumnya menggunakan puskesmas sebagai unit analisis. Berdasarkan data-data di atas perlu dilakukan penelitian tentang kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta dengan berbagai faktor risiko.
B. Identifikasi masalah Permasalahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas adalah sebagai berikut : 1. Vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak potensinya, oleh sebab itu
vaksin
perlu dikelola dengan benar. 2. Kegagalan pencegahan penyakit melalui imunisasi dapat berpengaruh terhadap keberhasilan program. 3. Cakupan imunisasi campak dan difteri di Kota Semarang cukup tinggi, namun kasus campak cenderung meningkat dan KLB difteri masih sering terjadi. 4. Hasil investigasi terhadp penderita difteri pada KLB difteri tahun 2005, 88,9% penderita dengan usia <10 tahun telah mendapatkan imunisasi di unit pelayanan swasta. Semua penderita difteri usia <10 tahun pada KLB difteri tahun 2006 telah mendapatkan imunisasi di unit pelayanan swasta. 5. Unit pelayanan swasta adalah mitra pemerintah dalam pelaksanaan program imunisasi, namun pembinaan/monitoring kualitas vaksin sebagai bagian kualitas pelayanan belum dilaksanakan secara optimal.
C. Rumusan masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diajukan adalah: ”Faktor-faktor risiko apakah yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin yang meliputi input, proses dan output pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta?”. Secara spesifik, rumusan masalah penelitian adalah: 1. Bagaimanakah kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi di unit pelayanan swasta? 2. Apakah petugas yang belum mengikuti pelatihan merupakan faktor risiko
yang
mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 3. Apakah pengetahuan petugas yang kurang merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 4. Apakah fungsi lemari es yang tidak khusus untuk menyimpan vaksin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 5. Apakah tidak adanya termometer di dalam lemari es merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 6. Apakah tidak adanya catatan suhu vaksin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 7. Apakah tidak adanya pedoman pengelolaan vaksin merupakan faktor risiko
yang
mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 8. Apakah cara membawa vaksin dari puskesmas yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 9. Apakah cara menyimpan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin?
10. Apakah cara menggunakan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 11. Apakah pemantauan suhu yang tidak rutin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 12. Apakah komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 13. Apakah komitmen petugas yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 14. Apakah komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin? 15. Apakah supervisi petugas puskesmas yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin?
D. Tujuan Penelitian : 1. Tujuan umum: Mengetahui faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi yang meliputi in put, proses dan out put pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta. 2. Tujuan khusus: a. Mendapatkan gambaran tentang kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi di unit pelayanan swasta. b. Membuktikan bahwa petugas yang belum mengikuti pelatihan merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi.
c. Membuktikan bahwa pengetahuan petugas yang kurang merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. d. Membuktikan bahwa fungsi lemari es yang tidak khusus untuk menyimpan vaksin merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. e. Membuktikan bahwa tidak adanya termometer di dalam lemari es merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. f. Membuktikan bahwa tidak adanya catatan suhu vaksin merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. g. Membuktikan bahwa tidak adanya pedoman pengelolaan vaksin merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. h. Membuktikan bahwa cara membawa vaksin dari puskesmas yang salah merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. i. Membuktikan bahwa cara menyimpan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. j. Membuktikan bahwa cara menggunakan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. k. Membuktikan bahwa pemantauan suhu yang tidak rutin merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. l. Membuktikan bahwa komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang baik merupakan faktor yang yang mempengaruhi risiko kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. m. Membuktikan bahwa komitmen petugas yang kurang baik merupakan faktor risiko kualitas yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi.
n. Membuktikan bahwa komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. o. Membuktikan bahwa supervisi petugas yang kurang baik merupakan faktor risiko yang yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengelolaan vaksin telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun dengan subyek penelitian dan sudut pandang yang berbeda. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut :
Perbedaan penelitian yang dilaksanakan dibanding penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Pembahasan prosedur pengelolaan vaksin pada penelitian sebelumnya masih berpedoman pada prosedur pengelolaan vaksin yang lama, antara lain: -
Distribusi vaksin berpedoman pada prinsip FIFO (First In First Out) sedangkan pada pedoman adalah EEFO (Earlier Expired First Out) dengan mempertimbangkan indikator VVM (vaccine vial monitor) yang terdapat pada label vaksin.21,22
-
Transportasi vaksin menggunakan cold pack, sedangkan pada pedoman yang baru transportasi vaksin menggunakan cool pack untuk menghindari paparan beku khususnya pada vaksin golongan freeze sensitive.21,22
2. Variabel penelitian lebih lengkap, dengan alur pikir pengelolaan vaksin sebagai suatu sistem yang terdiri atas komponen in put, proses dan out put.
3. Analisa hasil dibahas secara kuantitatif dan kualitatif sehingga dapat memberikan gambaran hasil penelitian secara komprehensif.
F. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap hasil penelitian disebabkan keterbatasan dana, sarana dan tenaga maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut : 1. Lingkup materi Berdasarkan lingkup keilmuan, materi penelitian ini termasuk dalam epidemiologi manajerial di bidang pencegahan penyakit. Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta. 2. Lingkup Sasaran Sebagai sasaran dalam penelitian ini adalah kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta (UPS) yang melayani imunisasi dengan menggunakan vaksin program imunisasi yang diambil dari puskesmas setempat. Responden pada penelitian ini adalah pemilik/penanggung jawab, petugas yang mengelola vaksin, petugas sekaligus sebagai pemilik UPS.
G. Manfaat penelitian 1. Bagi Program Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi penanggung jawab program imunisasi baik di tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi serta di tingkat Pusat, guna perbaikan kualitas pelayanan imunisasi, terutama di unit pelayanan swasta. 2. Bagi Pengembangan Ilmu Sebagai bahan masukan untuk dijadikan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan atau mengembangkan penelitian serupa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Vaksin 1. Pengertian Vaksin Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.1,2,3 Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan sehingga memerlukan penanganan khusus. Berselang suatu waktu, vaksin akan kehilangan potensinya, yaitu kemampuan untuk memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit.
2-3
Beberapa situasi yang mempengaruhi vaksin antara lain: pengaruh kelembaban
(humidity effect). Kelembaban hanya berpengaruh terhadap vaksin yang disimpan terbuka atau penutupnya tidak sempurna (bocor), pengaruh kelembaban sangat kecil dan dapat diabaikan jika kemasan vaksin baik, misalnya dengan kemasan ampul atau botol tertutup kedap (hermatically sealed )6 a. Pengaruh suhu (temperature effect). Suhu adalah faktor yang sangat penting dalam penyimpan vaksin karena dapat menurunkan potensi maupun efikasi vaksin yang bersangkutan apabila disimpan pada suhu yang tidak sesuai.6 Suhu penyimpanan vaksin yang tepat akan berpengaruh terhadap umur vaksin sebagaimana tabel berikut:
Tabel 2.1 Daftar suhu penyimpanan dan umur vaksin berdasarkan jenis vaksin Jenis vaksin BCG Polio Campak DPT Hepatitis B TT DT DPT-HB
Suhu penyimpanan +2 oC s/d +8 oC atau - 15 oC s/d -25 oC +2 oC s/d +8 oC - 15 oC s/d -25 oC +2 oC s/d +8 oC atau - 15 oC s/d -25 oC +2 oC s/d +8 oC +2 oC s/d +8 oC +2 oC s/d +8 oC +2 oC s/d +8 oC +2 oC s/d +8 oC
Sumber : WHO.Thermostability of Vaccines.1998 23
Umur vaksin 1 tahun 6 bulan 2 tahun 2 tahun 2 tahun 26 bulan 2 tahun 2 tahun 2 tahun
Tabel tersebut menunjukan bahwa untuk jenis vaksin sensistif panas dapat disimpan pada lemari es dan freezer. Umur vaksin polio akan lebih lama bila disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila disimpan pada suhu lemari es. Apabila terjadi penyimpangan terhadap suhu penyimpanan yang direkomendasikan, maka akan berpengaruh terhadap umur vaksin, sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.2 Suhu penyimpanan dan umur vaksin Vaksin Hepatitis B, DPT-HB DPT, DT, TT DPT, DPT-HB, DT Hepatitis B & TT Polio Campak & BCG
Pada suhu - 0,5 O C o - 5°C s/d –10 C O beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 OC) beberapa OC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 OC) beberapa OC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 OC) beberapa OC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 OC)
Sumber : WHO.Thermostability of Vaccines. 1998.23
Dapat bertahan selama Maks 1,5 jam Maks 1,5 – 2 jam 14 hari 30 hari 2 hari 7 hari
b. Pengaruh sinar matahari (sunlight effect). Setiap vaksin yang berasal dari bahan biologi harus dilindungi dari terhadap pengaruh sinar matahari langsung maupun tidak langsung, sebab bila tidak demikian, maka vaksin tersebut akan mengalami kerusakan dalam waktu singkat.6,23 Kemasan vaksin saat ini disertai dengan label VVM (vaccine vial monitoring) yang berfungsi sebagai indikator paparan panas, sehingga petugas dengan mudah dapat mengenali vaksin yang telah terpapar suhu panas dengan membaca perubahan pada label VVM.24,25
2. Penggolongan Vaksin a. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essential) Berdasarkan asal antigen, vaksin dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan)
Inactivated (bakteri, virus atau komponennya, dibuat tidak aktif)
1) Vaksin hidup attenuated. Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. Vaksin hidup attenuated bersifat labil dan mudah mengalami kerusakan bila kena panas dan sinar, oleh karenanya vaksin golongan ini harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati.2,3 Vaksin hidup attenuated yang tersedia :
Berasal dari virus hidup: vaksin campak, gondongan, rubella, polio, rotavirus, demam kuning.
Berasal dari bakteri : vaksin BCG dan demam tifoid oral.
2) Vaksin Inactivated Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakan bakteri atau virus dalam media pembiakan, kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan bahan kimia (biasanya formalin).2,3 Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari:
Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio, rabies, hepatitis A.
Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera.
Toksoid, contoh difteria, tetanus.
Polisakarida murni, contoh pneomukokus, meningokokus.
Gabungan polisakarida.
3) Rekombinan (rekayasa genetika) Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Produk ini sering disebut sebagai vaksin rekombinan. Contoh vaksin dari rekayasa genetik yang saat ini telah tersedia: vaksin Hepatitis B dan vaksin tifoid. b.
Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
1). Vaksin yang peka terhadap suhu dingin dibawah 0 OC yaitu vaksin FS (Freeze Sensitive = Sensitif Beku). Vaksin yang tergolong FS adalah: Hepatitis B (dalam kemasan vial atau kemasan PID =Prefill Injection Device), DPT,DPT-HB,DT,TT 28,29 2). Vaksin yang peka terhadap suhu panas berlebih ( > 34 OC ), yaitu vaksin HS (Heat Sensitive = Sensitif Panas), seperti: BCG,Polio, Campak.28.29 B. Pengelolaan Vaksin Pengelolaan vaksin sama halnya dengan pengelolaan rantai vaksin yaitu suatu prosedur yang
digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran.5,6,,29 Pengelolaan rantai vaksin sebagai suatu sistem pengawasan, mempunyai komponen yang terdiri dari input, proses, out put, efek, out come dan mekanisme umpan baliknya.30,31 1. Input Input dalam pengelolaan vaksin terdiri dari man. money, material, method, disingkat dengan 4 M. Man atau sumber daya manusia di tingkat puskesmas minimal mempunyai tenaga yang bertugas sebagai petugas imunisasi dan pengelola cold chain dengan standar kualifikasi tenaga minimal SMA atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain. Rumah Sakit dan Rumah Bersalin serta pelayanan imunisasi pada praktek swasta lainnya, pada prinsipnya hampir sama dengan di Puskesmas. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih. 32,33 Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan atau ketrampilan petugas pengelola vaksin perlu dilakukan pelatihan. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).34 Studi tentang pengelolaan vaksin di Vancouver (2006) menunjukan bahwa dengan pengetahuan yang baik dan ditindaklanjuti dengan praktik pengelolaan vaksin yang baik akan menurunkan jumlah vaksin yang rusak. Pada penelitian tersebut dari 170 responden hanya 23% petugas dengan pengetahuan memuaskan, dan 49% unit pelayanan ditemukan vaksin yang rusak .13 Program pelatihan dapat mempengaruhi perilaku kerja dalam dua cara dan yang paling jelas adalah dengan langsung memperbaiki ketrampilan yang diperlukan petugas agar berhasil
menyelesaikannya pekerjaannya.35 Money dalam pengelolaan vaksin adalah tersedianya dana operasional untuk pemeliharaan peralatan rantai vaksin secara rutin serta kondisi darurat bila terjadi kerusakan peralatan. Material adalah dalam pengelolaan vaksin adalah peralatan rantai vaksin yang meliputi lemari es, vaccine carrier, termometer, kartu suhu, form laporan dan sebagainya. Method antara lain prosedur penerimaan dan penyimpanan vaksin.31 2. Proses Proses dalam pengelolaan vaksin adalah semua kegiatan pengelolaan vaksin mulai dari permintaan vaksin, penerimaan/.pengambilan penyimpanan s/d pemakaian vaksin.28,29 a. Permintaan vaksin Permintaan kebutuhan vaksin didasarkan pada jumlah sasaran yang akan diimunisasi dengan mempertimbangkan kapasitas tempat penyimpanan vaksin. Permintaan vaksin di semua tingkatan dilakukan pada saat stock vaksin telah mencapai stock minimum oleh karena itu setiap permintaan vaksin harus mencantumkan sisa stock yang ada. b. Penerimaan/pengambilan Vaksin Pengambilan vaksin harus menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan, Misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat pembawa, petugas harus memeriksa indikator vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang boleh digunakan hanya hanya bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D, vaksin tidak diterima karena tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya ke dalam vaccine carrier dimasukan kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakan termometer. Vaccine carrier yang telah berisi vaksin, selama perjalanan tidak boleh terkena
matahari langsung. 5,28 c. Penyimpanan Vaksin Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di masing-masing tingkatan administrasi. Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya antigennya. Dibawah ini merupakan gambaran tentang lama penyimpanan vaksin disetiap tingkatan: Tabel 2.3 Lama penyimpanan vaksin di setiap tingkatan Pusat/Bio farma
Pusk/Pustu Bidan di , RS dan Desa (khusus HB <7 unit lain har) Jenis Vaksin Masa Simpan Vaksin 6 bulan 3 bulan + 2 bulan + 1 1 bulan + 1 bulan bulan 1 minggu cadangan cadangan cadangan Polio Freezer : suhu -15oC s/d -25oC +2 oC s/d +8 oC DPT TT Suhu DT Ruangan BCG Campak Polio HB DPT-HB HB-uniject Hb Uniject Sumber :
Provinsi
Kab/Kota
World Health Organization, User’s handbook for vaccine cold room or freezer room, 2002. 29
Susunan vaksin dalam lemari es harus diperhatikan karena suhu dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi.28,29
Bila suhu sudah stabil, thermostat tidak perlu dirubah.
Cold pack
thermost Polio
.
BCG
Termometer.
Freeze watch HeptB.
DTP
DT
Campak
DPTHB
HB-ADS (PID)
Jangan menyimpan vaksin dipintu lemari es
TT
.
cool pack
Sumber : World Health Organization, User’s handbook for vaccine ,2002
Gambar 2.1 Susunan vaksin dalam Lemari es Rumah Tangga
Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio,campak) pada pedoman sebelumnya harus disimpan pada suhu di bawah 0oC. Dalam perkembangan selanjutnya, hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu di bawah 0oC di provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu 2-8 oC. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2-8 oC c. Pemakaian Prinsip yang dipakai dalam mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi, adalah, "Earliest Expired First Out/EEFO" (dikeluarkan berdasarkan tanggal kadaluarsa yang lebih dulu). Namun dengan adanya VVM (Vaccine Vial Monitor) ketentuan EEFO tersebut menjadi pertimbangan kedua. VVM sangat membantu petugas dalam manajemen vaksin secara cepat dengan melihat perubahan warna pada indikator yang ada.28,29 Kebijaksanaan program imunisasi adalah tetap membuka vial/ampul baru meskipun sasaran sedikit untuk tidak mengecewakan masyarakat. Kalau pada awalnya indeks pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah dosis per vial/ampul, dengan semakin mantapnya manajemen program di unit pelayanan, tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus semakin tinggi.33 e. Pencatatan dan Pelaporan Stock vaksin harus dilaporkan setiap bulan, hal ini untuk menjamin tersedianya vaksin yang cukup dan memadai. Keluar masuknya vaksin terperinci menurut jumlah, no batch, kondisi VVM, dan tanggal kedaluwarsa harus dicatat dalam kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali penerimaan dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin
mempunyai kartu stok tersendiri, Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima vaksin juga perlu dicatat di Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).28
3. Output Yang menjadi output dalam sistem pengelolaan rantai vaksin adalah kualitas vaksin. Kualitas vaksin hanya dapat dipertahankan jika vaksin disimpan dan ditangani dengan tepat mulai dari pembuatan hingga penggunaan.5,6 Monitoring kualitas vaksin dapat dilakukan secara cepat dengan melihat indikator VVM dan Freeze tag atau freeze watch. VVM adalah indikator paparan panas yang melekat pada setiap vial vaksin yang digunakan untuk memantau vaksin selama perjalanan maupun dalam penyimpanan.24,25 Semua vaksin program imunisasi kecuali BCG telah dilengkapi dengan VVM. VVM tidak mengukur potensi vaksin secara langsung, namun memberikan informasi tentang layak tidaknya pemakaian vaksin yang telah terkena paparan panas. VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik untuk tiap jenis vaksin. VVM untuk vaksin polio tidak dapat digunakan untuk vaksin Hb, begitu juga sebaliknya.
Kondisi VVM Kondisi A
Keterangan Warna segi empat lebih Vaksin ini dapat digunakan terang dari warna gelap di sekelilingnya
Kondisi B
Warna segi empat sudah mulai berwarna gelap namun masih lebih terang dari warna gelap di sekelilingnya Warna segi sama dengan warna gelap di sekelilingnya
Kondisi C
Kondisi D
Vaksin ini harus segera digunakan
Vaksin ini digunakan lagi
jangan
ini Warna segi empat lebih Vaksin gelap dibanding dari warna digunakan lagi gelap di sekelilingnya
jangan
Sumber : World Health Organization. Getting Started With Vaccine Vial Monitors,Question And Answer On The Fields Operationa, Bull WHO V,200225
Gambar 2.2 Cara membaca VVM (Vaccine Vial Monitor) Freeze tag dan freeze watch adalah alat pemantau paparan suhu dingin dibawah 0oC. Freeze tag dan freeze watch digunakan untuk memantau
kinerja leamari es terhadap
penyimpanan vaksin yang sensitif beku. Bila menemukan vaksin yang dicurigai beku maka perlu dilakukan uji kocok (shake test) dengan prosedur yang baru. Perbedaan uji kocok pada prosedur yang lama adalah adanya vaksin pembanding yang berupa vaksin yang sengaja dirusak atau dibekukan. Prosedur uji kocok vaksin adalah sebagai berikut: a. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan yang dekat dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label “Dibekukan”.
b. Biarkan contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” sampai mencair seluruhnya c. Kocok contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” secara bersamaan. d. Amati contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” bersebelahan untuk membandingkan Waktu Pengendapan . (umumnya 5 – 30 menit). uji kocok dilakukan untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
Sumber : World Health Organization. Ensuring Quality of vaccines at country levelA guidelines for Health Staff. WHO,2002 28 Gambar 2.3 Cara uji kocok vaksin Komponen in put, proses dan out put dalam pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain supervisi, komitmen pimpinan dan komitmen petugas. a. Supervisi Supervisi
merupakan
rangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
secara
berkala
dan
berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut.
Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapaianya tujuan program.35,36 Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir program imunisasi yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian terhadap PD3I. Cakupan yang tinggi harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu program, supervisi dan bimbingan teknis secara berjenjang sangat diperlukan.31,33 b. Komitmen Pimpinan dan Petugas Dalam upaya perbaikan mutu, seorang pemimpin memiliki empat tugas utama,yaitu merumuskan visi dan nilai-nilai dalam organisasi yang mengarah pada perbaikan mutu, penyusunan dan penguraian kebijakan mutu, memiliki strategi untuk mencapai tujuan perbaikan mutu dan mengelola perubahan, serta memelihara budaya mutu dalam organisasi.35,37 Nilai-nilai mutu yang terwujud menjadi budaya yang ditunjukkan dalam perilaku petugas hanya dapat terjadi dengan adanya komitmen. Yang dimaksud dengan komitmen adalah tanggung jawab atau kemauan yang tinggi untuk menjalankan tugas atau pekerjaan.38 Pendapat lain mengemukaan bahwa komitmen adalah tekad bulat untuk melakukan sesuatu dengan niat yang sungguh-sungguh. Komitmen yang baik adalah komitmen yang dimulai dari pimpinan.39 Pada dasarnya kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Kepemimpinan adalah hubungan antara manusia, sehingga dengan demikian, maka baik buruknya manajemen tergantung pada baik buruknya kepemimpinan. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan, untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan alasannya. Sedangkan kepemimpinan sendiri memiliki arti keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan bersama. Jadi yang dimaksud pimpinan adalah orang yang melakukan aktivitas dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Pimpinan harus mempunyai komitmen, sebab kalau tidak program akan mengalami kegagalan. Bila pimpinan puncak tidak komit lagi dengan program yang sudah berjalan, maka program tersebut sebaiknya dihentikan atau tidak dijalankan dahulu.36-39 Komitmen merupakan konsep manajemen yang menempatkan sumber daya manusia sebagai figur sentral dalam organisasi usaha. Tanpa komitmen, sukar mengharapkan partisipasi aktif dan mendalam dari sumber daya manusia. Oleh sebab itu komitmen harus dipelihara agar tetap tumbuh dan eksis disanubari sumber daya manusia. Dengan cara dan teknik yang tepat pimpinan yang baik bisa menciptakan dan menumbuhkan komitmen. Lima prinsip kunci dalam membangun komitmen yakni: 1) Memelihara atau meningkatkan harga diri. Artinya pimpinan harus pintar menjaga agar harga diri bawahan tidak rusak. 2) Memberikan tanggapan dengan empati. 3) Meminta bantuan dan mendorong keterlibatan. Artinya bawahan selain butuh dihargai juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 4) Mengungkapkan pikiran, perasaan dan rasional. 5) Memberikan dukungan tanpa mengambil alih tanggung jawab. Prinsip ini mencerminkan falsafah kepemimpian dimana pimpinan menawarkan bantuan agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Fungsi pimpinan hanya membantu, tanggung jawab ada pada masing-masing karyawan. Dalam pengelolaan vaksin, komitmen pimpinan diwujudkan antara lain adalah :33
1) Menyediakan sarana cold chain sesuai dengan ketentuan yang ada; 2) Mengupayakan perbaikan atau penggantian sarana yang rusak 3) Melakukan pemantauan kinerja petugas pengelola vaksin antara lain dalam hal pencatatan penerimaan dan pemakaian vaksin, catatan suhu vaksin serta kualitas vaksin. Sedangkan komitmen petugas dalam pengelolaan vaksin diujudkan antara lain: 1) Melakukan prosedur pengelolaan vaksin yang benar 2) Menindaklanjuti hasil temuan penyimpangan pengelolaan vaksin 3) Bersama pimpinan melakukan telaah pengelolaan vaksin
C. Imunisasi 1. Pengertian Lebih dari 70 bakteri, virus, parasit dan jamur merupakan kuman patogen terhadap manusia. Vaksinasi atau lazim disebut dengan istilah imunisasi mampu melawan beberapa agent penyakit tersebut, bahkan imunisasi yang dikembangkan saat ini mampu melawan hampir semua jenis bakteri dan virus serta separoh jumlah parasit yang ada.40 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.43,44 Dilihat dari cara timbulnya kekebalan, maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang
diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh43,44 Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena adanya memori.43,44 2. Tujuan dan manfaat Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. 40,41 Imunisasi merupakan suatu teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran sekaligus merupakan sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah dapat diberikan oleh ilmuwan di dunia ini. Imunisasi adalah upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. 2,43,44 Berbagai keuntungan imunisasi, antara lain: 1) Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup; 2) Bersifat cost effective karena murah dan efektif; 3) Imunisasi tidak berbahaya. Reaksi yang sangat serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alamiah.43-44 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor antara lain: status imun pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.1,22,43 a. Status imun pejamu
Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Misalnya pada bayi semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila imunisasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik terhadap virus campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (slgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi polio yang diberikan secara oral, namun pada umumnya kadar slgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Kadar slgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu bila imunisasi polio diiberikan pada masa pemberian kolostrum (kurang atau sama dengan 3 hari setelah lahir), hendaknya ASI kolostrum jangan diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah imunisasi. Keberhasilan imunisasi memerlukan maturitas imunologik. Pada
neonatus fungsi
makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA (human leucocyte antigen) masih kurang pada permukaannya, selain deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan aktivitas opsonin komplemen masih rendah, demikian pula aktivitas kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts (T supresor) relatif lebih menonjol dibandingkan pada bayi atau anak karena fungsi imun pada masa intra uterin lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini masih terlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Jadi dengan sendirinya, imunisasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. Oleh karenanya, apabila imunisasi diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan, disarankan untuk memberikan imunisasi ulangan.41,44
Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat imunosupresan, menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan juga akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi.45 Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifitasnya rendah. Meskipun kadar globulin γ normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik, karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang.45,46 b. Faktor Genetik Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Masing-masing dapat memberikan repsons rendah terhadap antigen tertentu namun terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. Karena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan imunisasi yang tidak mencapai 100%.3,41,43 c. Kualitas dan kuantitas vaksin Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan imunisasi seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang dipergunakan dan jenis vaksin. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi adalah:3 1) Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.
2) Dosis vaksin terlalu tinggi atau rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. 3) Frekuensi pemberian imunisasi juga mempengaruhi timbulnya respons imun yang terjadi. Pemberian imunisasi ulangan untuk meningkatkan titer antibodi yang mulai menurun. Respons imun sekunder menimbulkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya dan afinitasnya lebih tinggi. Jarak pemberian imunisasi mempengaruhi respons imun. Vaksin yang berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka akan segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi. 4) Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen, fungsinya memperluas permukaan antigen, atau memperlama penyimpanan antigen dalam tubuh hospes, dan dapat mengembangkan populasi limfosit T dan B. Ajuvan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan suntikan sehingga tidak cepat hilang, dan merangsang APC mengaktifasi sel APC untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya. 5) Vaksin yang mengandung organisme hidup yang dilemahkan akan menimbulkan respons imun efektif yaitu memberikan perlindungan yang lebih besar dan lama dengan pemberian satu dosis. Rangsangan sel Tc memori membutuhkan sel yang terinfeksi, sehingga diperlukan vaksin hidup untuk menginduksi terbentuknya
antibodi. Pemberian vaksin hidup perlu memperhatikan jadwal waktu pemberian karena bayi masih mempunyai antibodi maternal yang spesifik. 3 6) Penanganan vaksin sejak vaksin diterima, disimpan, didistribusikan dan dipergunakan dengan rantai vaksin merupakan bagian yang penting dan harus sesuai dengan persyaratan agar potensi vaksin tetap terjamin sampai di lapangan. Vaksin tidak poten disebabkan oleh buruknya sistem rantai vaksin dari pabrik sampai ke pelayanan. Ada penurunan yang bermakna titer virus vaksin sejak dari Biofarma sampai dengan tingkat posyandu.8 Vaksin yang telah dilarutkan lebih dari 8 jam potensinya telah menurun. Bila vaksin sudah dilarutkan, vaksin harus terlindung dari sinar matahari dan hanya tahan 8 jam pada suhu 280C.48
D. Kebijakan Program imunisasi di Indonesia.33 Sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh, kegiatan imunisasi dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Jenis penyakit menular yang saat ini menjadi program imunisasi adalah TBC, difteri, pertusis, polio, campak, tetanus dan hepatitis B. Secara umum tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian PD3I, sedangkan tujuan khususnya adalah: 1)Tercapainya Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010; 2)Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatus (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2008; 3)Eradikasi polio pada
tahun 2008 dan 4)Tercapainya reduksi campak pada tahun 2006. Kebijakan penyelenggaraan
penyelenggaraan
program
imunisasi
di
Indonesia
antara
lain:
1)
imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat dengan
mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait 2) Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi dan 3)mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu. Adapun strategi pelaksanaan meliputi : 1)Memberikan akses pelayanan kepada masyarakat dan swasta; 2)Membangun kemitraan dan jejaring kerja; 3)Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat suntik; 4)Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih; 5)Pelaksanaan sesuai dengan standar; 6)Meningkatkan advokasi,fasilitasi dan pembinaan.
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, disimpulkan bahwa pengelolaan kualitas vaksin dapat dilihat berdasarkan indikator out put yaitu kualitas vaksin secara fisik dengan melihat suhu penyimpanan, indikator paparan panas, tanggal kedaluwarsa dan hasil uji kocok vaksin. Indikator out put tersebut dipengaruhi oleh indikator in put dan indikator proses. Indiaktor in put meliputi petugas yang terlatih, tersedianya pedoman pengelolaan vaksin, sarana transportasi vaksin (vaccine carrier, cool pack), sarana untuk menyimpan vaksin, sarana pemantauan suhu (kartu suhu dan termometer), sarana pencatatan dan pelaporan.. Indikator proses berupa kepatuhan terhadap prosedur pengelolaan vaksin yang meliputi :1)cara membawa vaksin dari Puskesmas; 2)cara menyimpan vaksin; 3)cara memakai vaksin; 4)lama penyimpanan dan 5) pemantauan suhu. Indikator in put dan proses, keduanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa komitmen baik dari pemimpin/pemilik maupun komitmen petugas serta kegiatan supervisi dari Puskesmas dan atau dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
B. Kerangka konsep Mengingat keterbatasan peneliti, maka tidak semua variabel yang tercantum dalam kerangka teori dilakukan penelitian. Variabel penelitian lebih ditujukan kepada variabel-varibel yang dianggap berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Variabel terikat merupakan indikator out put, sehingga variabel bebas yang diteliti difokuskan pada varibel-variebel dalam kelompok indikator out put dan indikator proses, sedangkan variabel pada indikator out come tidak dilakukan penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
C. Hipotesis penelitian 1. Hipotesis mayor Faktor in put dan proses dalam pengelolaan vaksin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta. 2. Hipotesis minor: a. Petugas yang belum mengikuti pelatihan merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. b. Pengetahuan petugas yang kurang merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. c. Fungsi lemari es yang tidak khusus untuk menyimpan vaksin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. d. Tidak adanya termometer di dalam lemari es merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi.
e. Tidak adanya catatan suhu vaksin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. f. Tidak adanya pedoman pengelolaan vaksin merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap risiko kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. g. Cara membawa vaksin dari puskesmas yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terhadap kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. h. Cara menyimpan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. i. Cara menggunakan vaksin yang salah merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. j. Pemantauan suhu yang tidak rutin merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. k. Komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. l. Komitmen petugas yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. m. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang baik dari merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi. n. Supervisi petugas puskesmas yang kurang baik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin program imunisasi.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan suatu penelitian observasional dengan desain cross sectional. Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit pelayanan swasta (UPS) yang menggunakan vaksin program imunisasi puskesmas. Desain penelitian ini dipilih dengan pertimbangan data kualitas pengelolaan vaksin di UPS belum tersedia, sehingga kualitas pengelolaan vaksin akan dinilai bersamaan dengan variabel-variabel penelitian lainnya. 49,50 Desain kasus kasus kontrol sulit diterapkan dalam penelitian ini, karena tidak tersedia data UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk (sebagai kasus) dan data UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang baik (sebagai kontrol). Tidak adanya data disebabkan supervisi/bimbingan teknis pengelolaan vaksin masih diprioritaskan pada puskesmas, sedangkan di UPS belum dilaksanakan secara optimal, kegiatan.17-18 Penilaian terhadap kualitas pengelolaan vaksin sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh WHO-UNICEF minimal dibutuhkan periode pengamatan selama 1 tahun.5 Mengingat keterbatasan waktu penelitian, maka penelitian dengan desain kohort tidak diterapkan. Rancangan penelitian yang diterapkan adalah sebagai berikut:
Populasi / Sampel
Faktor risiko (+)
Efek (+)
Efek (-)
Faktor risiko (-)
Efek (+)
Efek (-)
Bagan 4.1: Rancangan penelitian desain cross sectional Sumber : Leon Gordis. Epidemiology. Second Edition. WB. Saunders Company.2000. hal 153 yang dimodifikasi
Penelitian dengan desain cross sectional relatif mudah diterapkan. Selain itu, dengan desain cross sectional banyak variabel baik berupa faktor risiko maupun efek yang sekaligus dapat dieksplorasi dan dipelajari korelasinya. Sebagai studi analitik, desain cross sectional pada penelitian ini dapat membandingkan perbedaan-perbedaan variabel bebas antara kelompok UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang baik dan kelompok UPS dengan kualitas vaksin yang buruk dan mengidentifikasi masing-masing faktor risiko. Hasil penelitian dengan desain cross sectional ini dapat dipakai sebagai dasar
penelitian kohort atau
eksperimen untuk memastikan adanya hubungan sebab akibat. 51 Kelemahan desain cross sectional adalah sulit untuk menentukan sebab dan akibat, karena pengambilan data faktor risiko (variabel bebas) dan efek yaitu kualitas pengelolaan vaksin (variabel terikat) dilakukan pada saat yang bersamaan, sehingga penilaian hubungan
kausal tidak jelas. Kelemahan lain adalah dibutuhkan jumlah subyek penelitian yang cukup banyak, terutama bila variabel yang dipelajari banyak.50-52 Untuk meminimalkan kelemahan design cross sectional pada penelitian dilakukan beberapa upaya agar tercapai validitas data yaitu dengan cara: a) Kuesioner dibahas dengan pakar, untuk mendapatkan masukan dan penyempurnaan; b) Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner; c) Pelatihan para observer untuk menyamakan persepsi dalam pengumpulan data; d) Petugas pengamat memahami prosedur pengelolaan vaksin; e) Kunjungan ke responden dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu f) Penilaian kualitas pengelolaan vaksin didasarkan pada indikator out put mengukur suhu lemari es dan melihat kondisi
yaitu dengan
fisik vaksin meliputi: 1)tanggal
kedaluwarsa; 2)indikator paparan panas yang melekat pada setiap label vaksin dan 3)hasil uji kocok terhadap vaksin yang dicurigai beku. g) Penilaian tidak hanya berdasar informasi responden, namun juga dilakukan cross cek melalui pengamatan serta pencocokan dengan dokumen-dokumen yang ada Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif diterapkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin, sedangkan pendekatan kualitatif melalui focus group discusion (FGD) bertujuan untuk menggali persepsi responden tentang pengelolaan vaksin yang baik. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif diperlukan untuk menganalisis data agar dapat lebih komprehensif.51-52 B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri atas variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai variabel terikat adalah kualitas pengelolaan vaksin, sedangkan variabel bebasnya meliputi : 1. Pelatihan petugas 2. Pengetahuan petugas 3. Fungsi lemari es 4. Ketersediaan termometer 5. Ketersediaan catatan suhu 6. Ketersediaan pedoman pengelolaan vaksin 7. Cara membawa vaksin 8. Cara menyimpan vaksin 9. Cara mengunakan vaksin 10. Cara memantau suhu vaksin 11. Komitmen pemilik/penanggung jawab 12. Komitmen petugas 13. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik 14. Supervisi/bimbingan tehnis petugas
C. Definisi Operasional Untuk menyamakan pemahaman terhadap variabel penelitian, perlu ditetapkan definisi operasional masing-masing variabel penelitian. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat
Kualitas pengelolaan vaksin adalah penilaian terhadap pengelolaan vaksin berdasarkan kualitas vaksin saat dilakukan penilaian Skala : nominal
( 0= baik
1= buruk )
Kualitas pengelolaan vaksin dikategorikan baik apabila kondisi menunjukan : a. Suhu lemari es 2-8oC b. Indikator paparan panas (VVM) menunjukan kategori A atau kategori B. c. Vaksin belum kedaluwarsa d. Hasil uji kocok terhadap vaksin yang dicurigai beku, menunjukan vaksin masih dapat dipergunakan Kualitas pengelolaan vaksin dikategorikan buruk, bila tidak sesuai dengan butir-butir di atas. 2. Variabel bebas Variabel bebas terdiri atas 14 variabel, definisi operasional masing-masing variabel beserta cara pengukuran, skala variabel dan pengkategorian variabel dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 : Definisi operasional, cara pengukuran dan pengkategorian serta skala variabel penelitian. No
Variabel
Definisi Operasional
Cara
Pengukuran
dan Skala
pengkategorian 1
Pelatihan petugas
2
Pengetahuan petugas
Penambahan pengetahuan dan ketrampilan tentang pengelolaan vaksin kepada petugas untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Kemampuan petugas dalam menjawab sejumlah pertanyaan tentang prinsip-prinsip pengelolaan vaksin
Nominal
Wawancara (0) pernah (1) belum pernah
Wawancara Skore 0 s/d 10
Rasio
Catatan : Untuk analisis besar faktor risiko dilakukan pengkategorian skor : (0) baik : nilai ≥ mean (1) kurang: nilai < mean Wawancara dan Nominal Pengamatan (0) khusus vaksin (1) tidak khusus
3
Fungsi lemari es
Peruntukan lemari es dalam penyimpanan vaksin
4
Ketersediaan thermometer
Ada tidaknya thermometer di dalam lemari es Ada tidaknya sarana untuk mendokumentasikan catatan suhu Ada tidaknya pedoman pengelolaan vaksin
Wawancara,Pengamatan (0) ada (1) tidak ada Wawancara,pengamatan (0) ada (1) tidak ada
Tempat dan perlengkapan saat membawa vaksin dari puskesmas ke UPS
Wawancara (0) benar, jika vaksin Nominal diletakkan dalam termos/vaccine carier yang berisi cool pack dan termometer. (1) salah, jika tidak sesuai dengan pernyataan (0)
5 6.
7
Ketersediaan kartu/catatan suhu Ketersediaan pedoman pengelolaan vaksin Cara membawa vaksin
Wawancara, Pengamatan (0) ada (1) tidak ada
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Pengukuran pengkategorian
8
Cara penyimpanan
Susunan vaksin dalam lemari es
Wawancara, pengamatan (1) benar, jika :
Nominal Nominal Nominal
dan Skala Nominal
vaksin
- vaksin heat sensitif diletakkan di rak atas dan vaksin freeze sensitif diletakan di rak bawah; - tidak ada vaksin di rak pintu (1) salah, jika tidak sesuai dengan ketentuan pada pernyataan no (0)
9.
Cara pemakaian vaksin
Prosedur pemilihan vaksin yang akan digunakan/diberikan kepada sasaran
Nominal Wawancara, pengamatan (0) benar, jika pemilihan vaksin didasarkan pada prinsip EEFO dan pertimbangan kondisi VVM (1) salah, jika tidak sesuai dengan pernyataan no (1)
10
Cara pemantauan suhu
Kegiatan untuk memantau suhu vaksin
Nominal Wawancara, pengamatan (0) benar, jika suhu dipantau secara rutin sehari 2x. (1) salah, jika tidak dilakukan pemantauan suhu secara rutin
11
Komitmen pemilik/ penanggung jawab
Rasio Wawancara Komitmen Skore 24 s/d 72 pemilik/penanggung jawab terhadap pengelolaan vaksin sesuai Catatan: Untuk analisis besar faktor pedoman yang baku. risikodilakukan pengkategorian skor : (0) baik : nilai ≥ mean (1) kurang: nilai < mean
12
Komitmen petugas
Komitmen petugas untuk menerapkan pengelolaan vaksin sesuai pedoman yang baku
Wawancara: Skore 28 s/d 84 Catatan:
Rasio
Untuk analisis besar faktor risikodilakukan pengkategorian skor : (0) baik : nilai ≥ mean (1) kurang: nilai < mean 13
Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik
Rasio Wawancara: Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik Skore 29 s/d 87 UPS untuk menerapkan pengelolaan vaksin sesuai Catatan : pedoman yang baku Untuk analisis besar faktor risikodilakukan pengkategorian skor : (0) baik : nilai ≥ mean (1) kurang: nilai < mean
14
Supervisi petugas
Kegiatan bimbingan teknis/fasilitasi oleh petugas puskesmas terhadap petugas UPS tentang pengelolaan vaksin
Wawancara Skore 16 s/d 48
Rasio
Catatan: Untuk analisis besar faktor risikodilakukan pengkategorian skor: (0) baik : nilai ≥ mean (1) kurang: nilai < mean
D. Populasi Studi Populasi studi adalah Unit Pelayanan Swasta (UPS) yang melayani imunisasi di seluruh Kota Semarang yang menggunakan vaksin program imunisasi yang diambil dari Puskesmas. E. Besar sample Perhitungan sampel minimal dengan desain cross sectional adalah sebagai berikut : ( Z21 – α/2 ). p. q n = ----------------------d2 dengan :
P = Perkiraan proporsi kualitas vaksin yang buruk (10%) Q = 1-p (90%) Z21 – α/2 = Statistik Z pada distribusi normal standar, pada tingkat kemaknaan α (1,96 untuk uji dua arah pada α =0,05) D = Presisi absolut yang diinginkan pada kedua sisi proporsi populasi (0,05) Hasil pengukuran adalah sebagai berikut : (1,96)2 . 0.1.09 n = -------------------- = 138 0,05 2 Besar sampel dalam penelitian ini adalah jumlah semua unit pelayanan swasta baik RS, RB, RSIA dan Bidan Praktek Swasta yang menggunakan vaksin program yang diambil dari Puskesmas se Kota Semarang sebanyak 138 UPS.
F. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.51-52 1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pengukuran. Jenis data primer meliputi : a. Karakteristik petugas b. Sarana rantai vaksin baik kuantitas maupun kualitas c. Prosedur pengelolaan vaksin yang meliputi cara membawa, menyimpan, memantau suhu vaksin dan menggunakan vaksin d. Kualitas pengelolaan vaksin
ditentukan berdasarkan pengukuran suhu lemari es,
pengamatan status paparan panas (VVM), masa kedaluwarsa serta hasil uji kocok terhadap vaksin yang dicurigai beku..
2. Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan penelitian. Jenis data sekunder meliputi : a. cakupan program imunisasi di Dinas Kesehatan Kota Semarang b. data KLB PD3I c. data demografi , termasuk jumlah sasaran program imunisasi d. data pendukung lain yang berhubungan dengan topik penelitian. G. Pengolahan Data Tahap pengolahan Data meliputi: 1. Cleaning Data yang telah dikumpulkan kemudian dilaksanakan cleaning data dengan tujuan untuk mengoreksi kelengkapan data yang diperlukan. 2. Editing Setelah
data
dikumpulkan
kemudian
dilakukan
pengecekan
kelengkapan
data,
kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin 3. Coding Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data. 4. Tabulasi dan entry data Mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan, Pertanyaan tentang pengetahuan, komitmen dan supervisi yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan definisi operasional yang sudah ditentukan.51,53
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan, meliputi : a. Uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap instrumen pengukuran nilai pengetahuan, komitmen dan supervisi. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis item, yakni mengkorelasikan nilai tiap butir (item) pertanyaan dengan nilai total yang merupakan jumlah tiap nilai butir pertanyaan. Teknik korelasi ini merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pengukuran validitas dengan perhitungan koefesien korelasi pearson product moment. 51-53 Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran. Uji reliabilitas dan validitas menggunakan soft ware SPPS for windows release 11.5 .51-53 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan dan komitmen serta supervisi dilakukan pada 15 orang pengelola vaksin di UPS di Kab. Demak yang dianggap setara dengan populasi sampel. Pemilihan lokasi responden untuk uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan pertimbangan persamaan kebijakan pengelolaan vaksin program imunisasi di kedua wilayah dan lokasi yang tidak jauh dari lokasi penelitian. Uji coba ini bertujuan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sulit dimengerti ataupun kekurangan/kelebihan dari materi kuesioner itu sendiri.
b. Pelatihan pengumpulan data Pelatihan bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang materi instrumen dan teknik mengumpulan data baik dengan wawancara maupun dengan alat ukur. Petugas pengumpul data yang dilatih sebanyak 6 (enam) orang. 2. Tahap pelaksanaan, meliputi: a)Mencari data sekunder; b)Mewawancarai responden dan melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel bebas; c) Melakukan Focus Group Discussion (FGD) 3 . Tahap penulisan Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data secara univariat, bivariat maupun multivariat berdasar pengaruh variabel-variabel yang diteliti.
I.
Analisis Data Data dianalisis dan diinterpretasikan dengan menguji hipotesis menggunakan program
SPPS for windows release 11.5 dengan tahapan analisis sebagai berikut:
1. Analisis univariat Dilakukan pada masing-masing variabel untuk mengetahui proporsi dari masing-masing variabel. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, disajikan secara deskripsi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat dimaksudkan untuk mengetahui sebaran (distribusi) dari frekuensi jawaban responden terhadap kuesioner yang telah diisi dan kecenderungannnya. 54,55
2. Analisis bivariat Analisis bivariat diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikans antara variabel terikat dan variabel bebas. Pola kecenderungan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat didiskripsikan dengan membuat
tabel silang. Analisis bivariat dilakukan
dengan menggunakan soft ware SPPS for windows release 11.5 Tahapan analisis bivariat adalah sebagai berikut: a. Tahap awal pengujian statistik dilakukan dengan melakukan uji normalitas distribusi dengan menggunakan
uji kolmogorof smirnov . Bila data tidak normal, maka teknik
statistik parametrik diganti dengan statistik non parametrik. 54,55 b. Tahap kedua adalah melakukan uji hipotesis. Jenis tabel yang digunakan adalah 2 x 2, uji yang digunakan adalah chi square bila memenuhi syarat (sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel). Bila tidak memenuhi syarat uji chi square, digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher54,55 c. Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai rasio prevalens sebagai estimasi risiko relatif. Rasio prevalens (RP) atau prevalensi rasio (PR). Interpretasi hasil perhitungan prevalensi rasio adalah sebagai berikut: 1) bila nilai prevalensi rasio = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain variabel tersebut bersifat netral. 2) Bila nilai prevalensi rasio > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap efek (kualitas vaksin yang buruk)
3) Bila nilai prevalensi rasio <1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, maka berarti faktor yang diteliti justru mengurangi efek, bahkan berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif. 3. Analisis multivariat Analisis mulivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana yang paling besar hubungannya terhadap variabel terikat. Analisis multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat secara bersamaan.55 Prosedur yang dilakukan terhadap uji regresi logistik dan apabila masing-masing variabel bebas dengan hasil menunjukan nilai p< 0,25 maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dengan model multivariat. Analisis mulivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang terbaik. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan hasil menunjukan nilai p<0,05. variabel terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi. 4. Content Analysis (analisis isi) Content analysis (analisis isi) digunakan untuk menganalisa hasil FGD. Focus Group Discussion (FGD) dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan berkaitan dengan varibel–variabel yang diteliti. Focus Group Discussion dilakukan terhadap 10 orang informan. Tujuan dari FGD adalah untuk mendapatkan informasi tentang persepsi terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin, keadaan di lapangan yang sebenarnya dan usulan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan vaksin.
Pendekatan yang digunakan dalam FGD adalah emic dimension yaitu peneliti bertindak mengidentifikasi masalah responden dengan menguraikan apa yang telah didengar secara nyata tanpa mempengaruhi opini responden. Langkap-langkah analisis menggunakan model interaksi (interactive model) yaitu menggunakan tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu: 1) pengumpulan data; 2) penyederhanaan atau reduksi data; 3) penyajian data.
J. Hasil Uji realibilitas dan validitas 1. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini ditujukan pada variabel-variabel yang bersifat subyektif, jawaban sepenuhnya diserahkan kepada responden. Variabel yang dilakukan uji reliabilitas adalah
variabel
pengetahuan
petugas
dan
variabel
komitmen
baik
komitmen
pemilik/penanggung jawab , petugas maupun pemilik yang sekaligus sebagai pengelola vaksin serta variabel supervisi. Secara umum reliabilitas dari variabel sebuah kuesioner dikatakan cukup baik apabila memiliki koefisien alpha antara 0,4 s/d 7,5 dan dianggap sangat baik bila koefisien alpha >0,75.52 Hasil perhitungan pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Variabel pengetahuan Kuesioner pengetahuan terdiri atas 10 item pertanyaan, berdasarkan perhitungan semua item pertanyaan cukup reliabel ( koefisien alpha 0,4 – 7,5) b. Variabel komitmen pemilik/penanggung jawab UPS.
Kuesioner komitmen pemilik/penanggung jawab UPS terdiri atas 29 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang tidak reliabel adalah pertanyaan nomor 9,11,16. c. Variabel komitmen petugas Kuesioner komitmen petuga terdiri atas 31 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang tidak relieabel adalah pertanyaan nomor 9,17,22 d. Variabel komitmen pemilik sekaligus sebagai pengelola vaksin Kuesioner komitmen pemilik sekaligus sebagai pengelola vaksin terdiri atas 31. pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang tidak reliabel adalah pertanyaan nomor 6 dan 16. e. Variabel supervisi Kuesioner supervisi terdiri atas 16 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, semua butir pertanyaan cukup reliabel
2. Uji Validitas Butir-butir pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid apabila pada bagian coorected item – total correlation masing-masing indikator mempunyai koefisien korelasi di atas 0,41.52 Uji validitas masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. variabel pengetahuan Kuesioner pengetahuan terdiri atas 10 item pertanyaan, semua item mempunyai koefisien korelasi >0,41 sehingga instrumen valid untuk digunakan b. Variabel komitmen pemilik/penanggung jawab UPS.
Kuesioner komitmen pemilik/penanggung jawab UPS terdiri atas 29 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan nomor 9,22,16,17 ( r < 0,41), sehingga pertanyaan tersebut dikeluarkan dari kuesioner penelitian. c. Variabel komitmen petugas Kuesioner komitmen petugas terdiri atas 31 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan nomor 9 dan 17 ( r < 0,41), sehingga pertanyaan tersebut dikeluarkan dari kuesioner penelitian. d. Variabel komitmen pemilik sekaligus sebagai pengelola vaksin Kuesioner komitmen pemilik sekaligus sebagai pengelola vaksin terdiri atas 31 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, butir pertanyaan yang valid adalah pertanyaan nomor 6,16 ( r < 0,41), sehingga pertanyaan tersebut dikeluarkan dari kuesioner penelitian. e. Variabel supervisi Kuesioner supervisi terdiri atas 16 pertanyaan, berdasarkan perhitungan, semua butir pertanyaan menunjukan r > 0,41), sehingga instrumen dapat dipergunakan.
BAB V Deleted:
HASIL PENELITIAN
A S I L
Formatted: Tabs: 2.87", Centered + 3.73", Left
Deleted: <#>¶
A. Gambaran umum lokasi penelitian 1. Geografis dan demografis Formatted: Swedish (Sweden)
Kota Semarang mempunyai luas wilayah 373,7 km2 terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan, dengan batas wilayah: Deleted:
-
sebelah barat
: Kabupaten Kendal
-
sebelah timur
: Kabupaten Demak
-
sebelah selatan
: Kabupaten Semarang
-
sebelah utara
: Laut Jawa.
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut registrasi sampai dengan akhir Desember
Formatted: Bullets and Numbering Deleted: berbatasan dengan Deleted: , Deleted: T Deleted: berbatasan dengan Deleted: , Deleted: Deleted: berbatasan dengan Deleted: , dan
2006 sebanyak 1.434.132 jiwa, terdiri dari 711.760 jiwa penduduk laki-laki dan 722.372 jiwa
Deleted: dengan Deleted: l
penduduk perempuan. Kota Semarang termasuk dalam 5 besar kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.
Formatted: English (U.S.) Deleted: k Deleted: ¶
2. Sarana pelayanan imunisasi Pelayanan imunisasi dilaksanakan di berbagai unit pelayanan baik pemerintah maupun swasta. Jumlah sarana pelayanan imunisasi di Kota Semarang pada tahun 2007 menunjukan peningkatan dibanding tahun 2006, terutama jumlah posyandu aktif. Sarana pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan program imunisasi dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai Deleted:
berikut: Tabel 5.1 Jenis sarana pelayanan kesehatan yang melayani imunisasi di Kota Semarang tahun 2005-2006
Deleted: ¶ ¶
Formatted: Indent: Left: 0" Deleted: ¶
No 1
2 3
4 5
Jenis sarana pelayanan kesehatan
Formatted: Swedish (Sweden)
Jumlah Th. 2006 Th. 2007
Rumah Sakit Umum a. Rumah Sakit Swasta b. Rumah Sakit Umum daerah c. Rumah Sakit Umum Pusat d. Rumah Sakit TNI/POLRI e. Rumah Sakit Khusus : - RS ibu & anak (RSIA) - Rumah Sakit Bersalin (RSB) Rumah Bersalin (RB) / BKIA Puskesmas, terdiri dari : a. Puskesmas Perawatan b. Puskesmas non perawatan c. Puskesmas Pembantu Posyandu aktif Klinik spesialis Jumlah
Formatted Table Deleted: ¶
8 2 1 3
8 2 1 3
4 4 23
4 4 25
25 37 33 1.417 9 1449
25 37 32 1.442 21 1488
Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang, 2005-2006
Deleted:
Formatted: Font: 11 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Indent: Hanging: 0.75", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent at: 0.75" Deleted: M Formatted: Font: 12 pt Deleted: <#>¶ <#>¶ <#>¶ <#>Tenaga kesehatan:¶ <#>Tenaga kesehatan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kota sebanyak 7.492 orang yang terdiri atas 2.707 tenaga... [1]
Formatted
... [2]
Formatted
... [3]
Formatted: Swedish (Sweden)
3. Visi dan misi Visi pembangunan kesehatan Kota Semarang adalah “Terwujudnya masyarakat kota metropolitan yang sehat yang didukung dengan profesionalisme dan kinerja yang tinggi”. Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang adminsitrasi pemerintahan, yaitu:
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted
... [4]
Formatted
... [5]
Formatted Table Formatted: Swedish (Sweden) Formatted
... [6]
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted
... [7]
Deleted:
a. Memberikan perlindungan kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan paripurna yang terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal b. Melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya di bidang kesehatan dengan cara efektif dan efisien. 4. Sasaran dan cakupan program imunisasi rutin
Deleted: Deleted: Masyarakat kota metropolitan ... [8]
Formatted: Finnish Deleted: ¶
... [9]
Formatted: Finnish Formatted: Swedish (Sweden) Formatted
... [10]
Deleted: pencapaian target Deleted: Sasaran program imunisasi ... [11]
Jumlah bayi yang menjadi sasaran program imunisasi sejak tahun 2005 s/d 2007
Deleted: rutin Deleted: berikut
cenderung meningkat, demikian juga dengan cakupan kegiatan. Bertambahnya jumlah sasaran
Formatted: Swedish (Sweden)
akan meningkatkan pemakaian vaksin. Hasil kegiatan program imunisasi rutin sesuai indikator program ( BCG, DPT3, Polio 4 dan campak) adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Hasil kegiatan imunisasi rutin Kota Semarang tahun 2005-2007 Tahun 2005 2006 2007
Jumlah sasaran 25.109 25.133 25.412
Cakupan kegiatan imunisasi (%) BCG DPT3 Polio4 Campak 100,7 85,2 74,6 91,2 109,3 91,9 85,5 93,8 110.6 92,4 86,0 91,6
Formatted
... [12]
Formatted
... [13]
Deleted: UCI desa
Formatted
... [14]
Formatted
... [15]
Deleted: 3 Deleted: : Deleted: Jum Deleted: m Deleted: lah sasaran dan cakupan
Formatted
... [16]
Formatted
... [17]
Deleted: s
Formatted Table
... [18]
Formatted
... [19]
Formatted
... [20]
Formatted
... [21]
pelayanan pemerintah dan swasta. Monitoring kualitas pelayanan imunisasi termasuk kualitas
Formatted
... [22]
pengelolaan vaksin oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang masih diprioritaskan pada
Deleted: 5
B. Gambaran kualitas pengelolaan vaksin Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pelayanan imunisasi diselenggarakan oleh unit
Deleted: 15
Formatted
... [23]
Formatted
... [24]
Formatted
... [25]
Formatted
... [26]
Formatted
... [27]
Formatted
... [28]
Formatted
... [29]
Formatted
... [30]
Formatted
... [31]
Penyimpangan suhu lemari es ditemukan di 7 puskesmas (18,9%), vaksin kadaluwarsa di
Formatted
... [32]
Formatted
... [33]
temukan di 3 puskesmas (8,1%), vaksin dengan VVM rusak ditemukan di 2 puskesmas (5,4%)
Formatted
... [34]
Formatted
... [35]
Formatted
... [36]
Formatted
... [37]
Formatted
... [38]
Formatted
... [39]
Formatted
... [40]
Formatted
... [41]
Formatted
... [42]
Formatted
... [43]
Formatted
... [44]
puskesmas. Rata-rata kunjungan supervisi ke puskesmas adalah 1-2 kali dalam setahun. Hasil supervisi ke 37 puskesmas pada tahun 2007, menunjukan 14 puskesmas (37,8%) dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk. Indikator kualitas pengelolaan vaksin buruk adalah 1)suhu lemari es tidak pada kisaran suhu 2-80C, 2) ditemukan vaksin beku; 3)ditemukan vaksin dengan VVM rusak (kondisi C atau D); 4)ditemukan vaksin kadaluwarsa di dalam lemari es.
dan vaksin beku ditemukan di 2 puskesmas (5,4%). Masing-masing kondisi ditemukan secara terpisah di puskesmas yang berlainan.
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25"
Suhu LE menyimpang:18,9%
Formatted: Swedish (Sweden) Field Code Changed
Vaksin kedaluwarsa 8,1% Vaksin beku :5,4% Baik : 62,2% VVM rusak : 5,4% Gambar 5.1 Kualitas pengelolaan vaksin di puskesmas se Kota Semarang tahun 2007.
Formatted: Finnish
Hasil penelitian terhadap 138 unit pelayanan swasta (UPS) yang menggunakan vaksin
Formatted: Finnish
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: single
Formatted: Finnish
program dari puskesmas, menunjukan 84 UPS (60.9%) dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk. Penyimpangan suhu lemari es (>8oC) terdapat di 72 UPS (52,2%), vaksin dengan
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Finnish
VVM C ditemukan di 31 UPS (22,5%), vaksin beku ditemukan di 15 UPS (10,9%) dan vaksin
Formatted: Finnish Formatted: Finnish, Superscript
kadaluwarsa ditemukan di 6 UPS (4,5%).
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Gambar 5.2 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di unit pelayanan swasta
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
100%
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25"
80% 60%
52.2%
40%
22.5% 10.9%
20%
4.5%
0% suhu > 8oC
VVM C
Vaksin beku
Vaksin kadaluwarsa
Unit pelayanan swasta dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin buruk berupa Formatted: Finnish
penyimpangan suhu lemari es dan vaksin beku yang ditemukan secara bersamaan sebanyak 7 UPS (5,1%), penyimpangan suhu lemari es dan VVM C sebanyak 20 UPS (14,5%), Formatted: Finnish
penyimpangan suhu dan vaksin kadaluwarsa sebanyak 5 UPS (3,6%).
Formatted: Justified
11 UPS Vaksin beku
Formatted: Font: 10 pt, Bold
40 UPS
Formatted: Font: 10 pt, Bold
20 UPS
7 UPS
Vaksin beku
8 UPS
Formatted: Font: 10 pt Formatted: Font: 10 pt, Bold Formatted: Font: 10 pt, Bold
5 UPS
Formatted: Font: 10 pt, Bold 0
Suhu > 8 C
1 UPS
Formatted: Font: 10 pt Formatted: Font: 10 pt, Bold
Vaksin kadaluwarsa
Formatted: Centered Formatted: Font: 10 pt, Bold
Gambar 5.3 Jumlah UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk
Formatted: Font: 10 pt Deleted: ED
Proses pengelolaan vaksin di UPS, kesalahan cara membawa vaksin ditemukan di 89 UPS (64,5%), kesalahan cara menyimpan vaksin di 44 UPS (31,9%), kesalahan cara memantau suhu vaksin di 85 UPS (61,6%) dan kesalahan cara menggunakan vaksin di 76 UPS (55,1%).
Formatted: Font: 10 pt Formatted: Font: Bold, Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Font: Bold, Swedish (Sweden) Formatted: Font: 11 pt, Bold, Swedish (Sweden)
Tabel 5.3
Distribusi unit pelayanan swasta berdasarkan cara mengelola vaksin
Cara mengelola vaksin 1. Cara membawa vaksin 2. Cara menyimpan vaksin 3. Cara memantau suhu vaksin 4. Cara menggunakan vaksin
Kondisi Benar Salah Jml % Jml % 49 35,5 89 64,5 94 68,1 44 31,9 53 38,4 85 61,6 62 44,9 76 55,1
Jumlah Jml 138 138 138 138
% 100,0 100,0 100,0 100,0
C. Analisis univariat 1. Unit Penelitian
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
Formatted: Justified, Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: <#>Analisis Univariat¶ 1. Karakteristik responden¶
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Justified Formatted: Finnish
Unit Pelayanan Swasta (UPS) yang menjadi sampel penelitian sebanyak 138 UPS, terdiri dari 97 unit pelayanan Bidan Praktek Swasta (70,3%) yang tidak mempunyai staf, 25 RB/KIA (18,1%); 4 RSB (2,9%), 4 RSIA (2,9%) dan 8 RS (5,8%).
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Formatted
... [45]
Formatted
... [46]
Formatted
... [47]
Formatted
... [48]
Deleted: ¶
Sesuai jenis unit pelayanan, responden adalah 41 pemilik/penanggung jawab unit pelayanan swasta, 41 petugas pengelola vaksin dan 97 petugas pengelola vaksin sekaligus sebagai pemilik
Deleted: <#>Pelatihan¶
... [49]
Formatted
... [50]
Formatted
... [51]
Deleted: <#>Jenis unit pelayanan ... [52] Deleted: 138 unit terdiri atas: 97 ... [53]
unit pelayanan.
Deleted: para Deleted: pemilik/penanggung jawab ... [54]
2. Analisis indikator in put, proses dan out put pengelolaan vaksin a. Pelatihan
Formatted
... [55]
Formatted
... [56]
Deleted: sebanyak
Pelatihan merupakan salah satu indikator in put kualitas
pengelolaan vaksin. Unit
pelayanan swasta dengan petugas yang belum pernah dilatih sebanyak 91 UPS (65,9%). Jumlah ini lebih banyak dibandingkan UPS dengan petugas yang sudah dilatih yaitu 47 UPS
Deleted: Distribusi frekuensi Deleted: latar belakang pendidikan ... [57]
Formatted
... [58]
Formatted
... [59]
Formatted Table
... [60]
Deleted: Jumlah
(34,1%).
Formatted
Kesalahan membawa vaksin ditemukan pada 61 petugas yang belum dilatih (67%), kesalahan menyimpan vaksin sebanyak 30 petugas (33,3%), kesalahan memantau suhu vaksin sebanyak 61petugas (67%) dan kesalahan
memprioritaskan vaksin yang akan digunakan
Deleted: pengelola vaksin Deleted: (baik yang mempunyai... atasan [62]
Formatted
... [65]
Deleted: orang
Formatted
kesalahan dalam pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut :
... [63]
Deleted: an…pengelolaan vaksin...…75 [64]
Formatted
sebanyak 49 petugas (53,8%). Bila dibandingkan dengan jumlah UPS dengan masing-masing
... [61]
Deleted: etugas
... [66]
Deleted: pengelola Deleted: 54,3
Formatted
... [67]
Deleted: …….… dengan
... [68]
Formatted
... [69]
80%
Deleted: engelola…telah
... [70]
60%
Deleted: mendapatkan pelatihan
Gambar 5.4 Pengelolaan vaksin di UPS dengan petugas yang belum dilatih
100% 31.5%
40%
68.5%
31.8%
68.2%
28.2%
71.8%
35.5%
64.5%
20%
benar
Formatted
... [71]
Deleted: 63
0% Cara membaw a vaksin
Cara menyimpan vaksin
Cara memantau suhu vaksin
Cara menggunakan vaksin
salah
Unit pelayanan dengan petugas yang belum dilatih (91 UPS), 53 UPS di antaranya (58,2%) ditemukan penyimpangan suhu lemari es, 23 UPS (25,3%) ditemukan vaksin dengan indikator VVM C, 11 UPS (12,1%) ditemukan vaksin beku dan 5 UPS (5,5%) ditemukan
Formatted
... [72]
Deleted: orang
Formatted
... [73]
Deleted: pengelola Deleted: …45,7
... [74]
Formatted
... [75]
Deleted: ……%
Formatted
... [76]
Formatted
... [77]
Formatted
... [78]
Formatted: Swedish (Sweden)
vaksin kadaluwarsa. Bila dibandingkan jumlah seluruh UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk, maka kondisi UPS dengan petugas yang belum dilatih untuk
Deleted: ¶
masing-masing
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li, No bullets or numbering, Tabs: Not at 0.25"
indikator
adalah
sebagai
berikut:
Gambar 5.5 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS dengan petugas belum dilatih 100% 26.4%
25.8%
72.6%
74.2%
26.7%
16.7%
80%
Deleted: ¶ ¶ ¶ ¶ ¶
Formatted: Finnish
60% 40%
73.3%
83.3%
20%
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Finnish
0%
tidak
Formatted: Swedish (Sweden)
suhu > 8oC
VVM C
Vaksin beku
ya
Vaksin kadaluwarsa
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden)
b. Pengetahuan Nilai pengetahuan sesuai dengan kuesioner setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas mempunyai interval nilai 0 s/d 10, sedangkan nilai yang diperoleh dari 138 responden mempunyai interval nilai 3 s/d 10 dengan nilai rata-rata : 6,49. Bila nilai pengetahuan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu 1) pengetahuan baik dengan nilai ≥ rata-rata dan 2) pengetahuan kurang dengan nilai < rata-rata, maka petugas
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: Nilai maksimum pengetahuan petugas yang diharapkan adalah 10, nilai rata-rata yang didapatkan adalah 7 dengan nilai maksimum 10 dan nilai minumum 2 (SD=1,2). Deleted: P
Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: nilai Deleted: diatas nilai rata-rata
Formatted: Swedish (Sweden)
dengan pengetahuan kurang sebanyak 91 orang (65,9%) lebih besar dibandingkan petugas dengan pengetahuan baik yaitu 47 (34,1%). Jumlah UPS dengan cara membawa vaksin salah pada penilitian ini sebanyak 89 UPS, kesalahan membawa vaksin ditemukan di 65 UPS (71,4%), penggunaan vaksin tanpa
Deleted: 72
Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: 52,2 Deleted: banyak
Formatted: Swedish (Sweden) Deleted: petugas
Formatted: Swedish (Sweden)
memperhatikan prinsip EEFO dan mempertimbangkan indikator VVM sebanyak 43 UPS
Deleted: nilai Deleted: dibawah rata-rata
(56,5%), dan kesalahan pemantauan suhu vaksin ditemukan di 60 UPS (65,9%) dan 43 UPS (47,3%) ditemukan vaksin kadaluwarsa. Bila dibandingkan dengan jumlah UPS dengan
Deleted: 41,8
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Norwegian (Bokmål)
masing-masing kesalahan dalam pengelolaan vaksin adalah persentase kesalahan di UPS dengan pengetahuan petugas yang rendah adalah sebagai berikut: Gambar 5.6 Pengelolaan vaksin di UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang 100% 23.0%
18.2%
29.4%
80%
Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li
43.5%
60% 40%
73.0%
81.8%
70.6% 56.5%
20% 0% Cara m em bawa vaks in
benar salah
Cara m enyimpan vaks in
Cara m em antau Cara s uhu vaks in m enggunakan vaks in
Kesalahan pengelolaan vaksin akan mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin.
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
Penyimpangan suhu lemari es pada UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang ditemukan di 54 UPS (59,3%), indikator VVM C ditemukan pada 23 UPS (25,3%), Vaksin beku Formatted: Finnish
ditemukan di 14 UPS (15,4%), Vaksin kadaluwarsa ditemukan di 6 UPS (6,6%). Bila dibandingkan jumlah seluruh UPS untuk masing-masing indikator kualitas pengelolaan vaksin, maka persentase masing-masing indikator pada UPS dengan pengetahuan kurang adalah sebagai berikut: Gambar 5.7 Indikator kualitas pengelolaan vaksin di UPS dengan pengetahuan petugas kurang 100%
Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li
6.7%
25.0%
25.8%
75.0%
74.2%
80% 60% 40%
93.3%
100.0%
Deleted: ¶
Formatted: Bullets and Numbering
20% tidak
0%
ya
c. Pedoman
suhu > 8oC
VVM C
Vaksin beku
Vaksin kadaluwarsa
Formatted: Finnish Deleted: ¶ Deleted: Sarana pengelolaan vaksin
Formatted: Finnish Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
Unit Pelayanan Swasta yang tidak memiliki pedoman sebanyak 101 (73,2%), persentase ini lebih besar dibanding UPS yang memiliki pedoman 37 (26,8%). Cara membawa vaksin yang salah diantara UPS yang tidak memiliki pedoman ditemukan di 68 UPS (67,3%), kesalahan menyimpan vaksin ditemukan di 33 UPS (32,7%), kesalahan menggunakan vaksin ditemukan di 64 UPS (63,4%) dan kesalahan memantau vaksin
ditemukan di 68 UPS
(67,3%). Bila dibandingkan dengan jumlah UPS dengan masing-masing kesalahan dalam pengelolaan vaksin adalah persentase kesalahan di UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut: Gambar 5.8 Pengelolaan vaksin di UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin 100%
23.6%
25.0%
20.0%
15.8%
80% 60% 40%
76.4%
75.0%
Cara membawa vaksin
Cara menyimpan vaksin
80.0%
84.2%
20% 0% benar
Cara Cara memantau menggunakan suhu vaksin vaksin
salah
Formatted: Norwegian (Bokmål)
Unit pelayanan swasta yang tidak memiliki pedoman, penyimpangan suhu lemari es ditemukan di 65 UPS (64,4%), vaksin beku ditemukan
di 10 UPS (9,9%) dan vaksin
kadaluwarsa ditemukan di 4 UPS (4,6%) serta vaksin kadaluwarsa ditemukan di 6 UPS
Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Norwegian (Bokmål) Formatted: Norwegian (Bokmål) Formatted: Norwegian (Bokmål)
(66,7%) serta vaksin dengan indikator VVM C ditemukan di 24 UPS (23,8%). Bila dibanding
Formatted: Norwegian (Bokmål)
jumlah UPS dengan masing-masing indikator kualitas pengelolaan vaksin, maka persentase
Formatted: Norwegian (Bokmål)
Formatted: Norwegian (Bokmål)
Formatted: Norwegian (Bokmål)
UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin pada UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut:
Gambar 5.9 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin
100%
9.7%
22.6%
33.3%
33.3%
80% 60% 90.3% 77.4%
40%
66.7%
66.7%
20%
tidak
0% suhu > 8oC
VVM C
Vaksin beku
ya
Vaksin kadaluwarsa
Formatted: Indent: First line: 0"
Formatted: Swedish (Sweden)
d. Fungsi Lemari es Unit Pelayanan Swasta yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin sebanyak 80 (58%), persentase ini lebih besar dibanding UPS yang memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin yaitu 58 (42%). Kesalahan menyimpan vaksin pada UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin ditemukan di 28 UPS (35%), kesalahan memantau suhu lemari es ditemukan di 54 UPS (67,5%), kesalahan menggunakan vaksin ditemukan di 49 UPS (61,3%). Bila dibanding dengan jumlah seluruh UPS dengan masingmasing kesalahan pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut: Gambar 5.10 Pengelolaan vaksin di UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin
100%
36.4%
36.5%
35.5%
63.6%
63.5%
64.5%
80% 60% 40% 20% benar salah
0% Cara m em bawa vaks in
Cara m em antau s uhu vaks in
Cara m enggunakan vaks in
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 4 + Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after: 0.25" + Indent at: 0.25"
Formatted: Swedish (Sweden)
Penyimpangan suhu lemari es pada UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin sebanyak 52 UPS (65%). Vaksin dengan indikator VVM C ditemukan di 23 UPS (28,8%), vaksin beku ditemukan di 9 UPS (11,3%). Bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan masing-masing indikator kualitas pengelolaan vaksin, maka persentase UPS dengan Formatted: Swedish (Sweden)
indikator kualitas pengelolaan vaksin di UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin adalah sebagai berikut: Gambar 5.11 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin 100% 27.8%
16.7%
25.8% 40.0%
80% 60% 40%
72.2%
83.3%
74.2% 60.0%
20% 0% suhu > 8oC
VVM C
V aksin beku
vaksin kadaluw arsa
e. Termometer Unit Pelayanan Swasta yang tidak memiliki termometer di dalam lemari es sebanyak 81
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 4 + Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after: 0.25" + Indent at: 0.25", Tabs: 0.38", Left
(58,7%), persentase ini lebih besar dibanding UPS yang memiliki termometer yaitu 57 (41,3%). Unit pelayanan swasta yang memiliki termometer, pemantauan suhu vaksin secara rutin hanya dilakukan oleh 22 UPS (38,6%). Penyimpangan suhu lemari es ditemukan di 47 UPS (58%) diantara UPS yang tidak Formatted: Finnish
memiliki termometer. Vaksin dengan indikator VVM C ditemukan di 18 UPS (22,2%). Vaksin beku ditemukan di 10 UPS (12,3%). Bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin, maka persentase UPS dengan indikator kualitas pengelolaan vaksin buruk di UPS yang tidak memiliki termometer adalah sebagai berikut:
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Formatted: Indent: Left: 0.38", First line: 0" Gambar 5.12 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di UPS yang tidak memiliki termometer
100% 27.8%
25.8%
80%
16.7% 40.0%
60% 72.2%
40%
83.3%
74.2% 60.0%
20% 0%
tidak
suhu > 8oC
ya
VVM C
Vaksin beku
vaksin kadaluw arsa
Deleted: Sarana pengelolaan vaksin meliputi sarana untuk menyimpan vaksin (lemari es), sarana untuk memantau suhu vaksin (termometer dan kartu suhu) dan tersedianya pedoman pengelolaan vaksin. Distribusi ketersediaan sarana pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut: Deleted: Tabel 5.5
... [79]
Formatted: Finnish Formatted: No bullets or numbering, Tabs: Not at 0.75" Formatted Table
f. Pengelolaan vaksin Pengelolaan vaksin meliputi cara membawa vaksin, cara menyimpan, cara memantau
Deleted: tertulis tentang pengelolaan ... [80] Deleted: (73,2%) ¶ Deleted: Cara mengelola
Formatted
suhu dan cara menggunakan vaksin. Kecuali cara menyimpan vaksin, persentase unit pelayanan yang mengelola vaksin dengan cara salah lebih besar jika dibanding unit pelayanan yang mengelola vaksin dengan benar. 1) Cara membawa vaksin Kesalahan cara membawa vaksin ditemukan di 89 UPS (64,5%), dua puluh enam UPS
... [81]
Deleted: Cara mengelola vaksin Deleted: kecuali cara menyimpan ... [82] Deleted: sebagian besar Deleted: elakukan kesalahan dalam hal ... [83] Deleted: <#>¶ Deleted: <#>D
Formatted: Finnish Formatted
... [84]
Deleted: <#>Gambaran d
diantaranya (29,2%) ditemukan vaksin dengan indikator VVM C dan vaksin beku ditemukan di 13 UPS (14,6%). Vaksin beku dan indikator VVM C sebagai indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk, secara bersama-sama ditemukan di 2 UPS (2,2%) yang membawa vaksin
Deleted: <#>istribusi cara mengelola ... [85]
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted
... [86]
Formatted: Finnish
tidak benar. 2) Cara menyimpan vaksin Unit pelayanan swasta yang menyimpan vaksin tidak benar sebanyak 44 UPS (31,4%), dua puluh tiga UPS diantaranya (52,3%) ditemukan vaksin dengan indikator VVM C. Bila
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Deleted: <sp><sp>
Formatted
... [87]
Formatted
... [88]
Formatted: Finnish
dibanding jumlah seluruh UPS dengan vaksin yang mempunyai VVM C, maka 74,2% vaksin dengan VVM C terdapat pada UPS yang menyimpan vaksin dengan cara salah.
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
Vaksin beku ditemukan di 4 UPS (9,1%), bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan Formatted: Finnish
temuan vaksin beku (n=15), maka 26,7% vaksin beku terdapat pada UPS yang menyimpan vaksin dengan cara salah.
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Indikator VVM C dan vaksin beku sebagai indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk, secara bersama-sama ditemukan di 1 UPS (2,3%) yang menyimpan vaksin dengan cara Formatted: Finnish
yang salah. 2) Cara memantau suhu vaksin Unit pelayanan swasta yang tidak memantau suhu vaksin secara rutin sebanyak 85 UPS (61,5%), dua puluh UPS diantaranya (25,3%) ditemukan vaksin dengan indikator VVM C. Bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan indikator VVM C (n=31), maka 64,5% vaksin dengan
Formatted: Indent: Hanging: 1.75", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 4 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Tab after: 1.75" + Indent at: 1.75", Tabs: 0.25", Left Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25"
indikator VVM C terdapat pada UPS yang tidak memantau suhu dengan benar. Formatted: Finnish
Penyimpangan suhu ditemukan di 48 UPS (56,5%), bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan penyimpangan suhu lemari es (n=72) maka 66,7% penyimpangan suhu lemari es terdapat pada UPS yang tidak memantau suhu dengan benar.
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Vaksin beku ditemukan ditemukan di 11 UPS (12,9%), bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan temuan vaksin beku (n=15), maka 73,3% vaksin beku terdapat pada UPS yang tidak memantau suhu dengan benar. Formatted: Swedish (Sweden)
Indikator VVM C dan vaksin beku secara bersama-sama ditemukan di 1 UPS (1,2%). Indikator VVM C dan penyimpangan suhu lemari es secara bersama-sama ditemukan di 14
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Finnish
UPS (16,5%). Vaksin beku dan penyimpangan suhu lemari es secara bersama-sama ditemukan di 6 UPS (7,1%). Penyimpangan suhu lemari es, VVM C dan vaksin beku secara bersamasama terdapat di 1 UPS (1,2%). Tidak ada UPS yang memantau suhu vaksin salah dengan 4 indikator kualitas pengelolaan vaksin secara bersama-sama.
3) Cara menggunakan vaksin Unit pelayanan swasta yang menggunakan vaksin tanpa mempertimbangkan prinsip EEFO sebanyak 75 UPS (54,4 %), lima diantaranya (6,6%) ditemukan vaksin kadaluwarsa. Bila dibanding jumlah seluruh
Formatted: Indent: Hanging: 1.75", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 4 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Tab after: 1.75" + Indent at: 1.75", Tabs: 0.25", Left
UPS dengan vaksin kadulawarsa (n=6), maka 83,3% vaksin
kadaluwarsa ditemukan di UPS yang menggunakan vaksin tanpa mempertimbangkan prinsip EEFO. Gambaran umum pengelolaan vaksin vaksin di unit pelayanan swasta dapat dilihat pada tabel 5.3. 4.
Komitmen
a. Komitmen Pemilik/Penanggung jawab Nilai komitmen pemilik/penanggung jawab sesuai kuesioner setelah uji validitas dan reliabilitas mempunyai interval nilai
24 s/d 72, sedangkan nilai yang diperoleh dari 41
responden mempunyai interval nilai 50 s/d 70, dengan nilai rata-rata 61,59. Apabila nilai komitmen pemilik/penanggung jawab dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu 1)komitmen pemilik/penanggung jawab baik dengan nilai ≥ rata-rata dan 2)komitmen pemilik/penanggung jawab kurang dengan nilai < rata-rata, maka pemilik/penanggung jawab yang memiliki komitmen baik
sebanyak 23 orang (56,1%)
lebih besar dibanding
pemilik/penanggung jawab dengan komitmen kurang yaitu sebanyak 18 orang (43,9%).
Deleted: <#>¶
Formatted: Indent: Hanging: 0.5", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 4 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5", Tabs: 0.25", Left Deleted: Tabel 5.6 menunjukan bahwa kecuali cara menyimpan vaksin, sebagian besar unit pelayanan melakukan kesalahan dalam hal membawa vaksin (64,5%), memantau suhu vaksin (63,1%) dan menggunakan vaksin (55,1%).¶ <#>¶
Formatted: Font: Not Bold Formatted: Font: Not Bold Formatted: Justified, Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: Nilai komitmen baik pemilik/penanggung jawab, petugas maupun petugas yang sekaligus adalah pemilik unit pelayanan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu komitmen dengan nilai diatas rata-rata dan komitmen dengan nilai dibawah rata-rata. ¶ Deleted: Komitmen Deleted: P
Delapan belas UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang, 11 diantaranya (61,1%) tidak tersedia pedoman dan lemari es khusus untuk menyimpan vaksin. Kesalahan cara membawa vaksin pada UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang ditemukan di 14 UPS (77,8%), kesalahan menyimpan vaksin sebanyak 6
Deleted: dengan nilai Deleted: diatas nilai rata-rata Deleted: 19 Deleted: responden Deleted: 46,3
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
UPS (33,3%), kesalahan memantau vaksin sebanyak 13 UPS (72,2%), kesalahan memakai
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
vaksin sebanyak 11 UPS (61,1%).
Formatted: Finnish
Penyimpangan suhu ditemukan di 10 UPS (55,6%), bila dibanding jumlah seluruh UPS
Formatted: Finnish
yang suhu lemari es nya menyimpang (n=19), maka 52,6% penyimpangan suhu lemari es
Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
terdapat di UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab UPS yang kurang.
Formatted: Finnish
Vaksin dengan VVM C ditemukan di 4 UPS (22,2%), bila dibanding jumlah seluruh
Formatted: Finnish
UPS dengan vaksin yang mempunyai VVM C (n=10), maka 40% vaksin dengan VVM C ditemukan pada UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab UPS yang kurang. Vaksin beku ditemukan di 3 UPS (16,7%), bila dibanding jumlah UPS dengan temuan vaksin beku (n=5%), maka 60% vaksin beku ditemukan di UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab UPS yang kurang. Tidak ditemukan vaksin kadaluwarsa pada UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab UPS yang kurang. Formatted: Justified, Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li
b. Komitmen Petugas Nilai komitmen petugas sesuai kuesioner setelah uji validitas dan reliabilitas mempunyai interval nilai 28 s/d 84, sedangkan nilai yang diperoleh dari 41 responden mempunyai range 56
Deleted: masing-masing Deleted: 22 responden (53,7%)
s/d 78, dengan nilai rata-rata 68,24. Apabila nilai komitmen petugas dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
Deleted: lebih rendah dibanding dengan pemilik/penanggung jawab dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata yaitu
Formatted: Font: Bold
1)
Formatted: Justified, Line spacing: Multiple 1.9 li
komitmen petugas baik dengan nilai ≥ rata-rata dan 2) komitmen petugas kurang dengan nilai
Formatted: Finnish
< rata-rata, maka jumlah petugas dengan komitmen baik sebanyak 23 orang (56,1%) lebih
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
besar dibanding petugas dengan komitmen kurang yaitu 18 orang (43,9%).
Deleted: ¶ Komitmen
Kesalahan cara membawa vaksin pada UPS dengan komitmen petugas yang kurang ditemukan di 14 UPS (77,8%), kesalahan menyimpan vaksin sebanyak 6 UPS (33,3%),
Formatted: Font: Bold
Deleted: nilai
kesalahan memantau vaksin sebanyak 13 UPS (72,2%), kesalahan memakai vaksin sebanyak 11 UPS (61,1%) Penyimpangan suhu ditemukan di 10 UPS (55,6%), bila dibanding jumlah seluruh UPS yang suhu lemari es nya menyimpang (n=19), maka 52,6% penyimpangan suhu lemari es terdapat di UPS dengan komitmen pemilik/penanggung jawab UPS yang kurang. Vaksin dengan VVM C ditemukan di 4 UPS (22,2%), bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan vaksin yang mempunyai VVM C (n=10), maka 40% vaksin dengan VVM C ditemukan pada UPS dengan komitmen petugas yang kurang. Vaksin beku ditemukan di 3 UPS (16,7%), bila dibanding jumlah UPS dengan temuan vaksin beku (n=5%), maka 60% vaksin beku ditemukan di UPS dengan komitmen petugas yang kurang. Tidak ditemukan vaksin kadaluwarsa pada UPS dengan komitmen petugas yang kurang. c. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS
Deleted: diatas nilai rata-rata sebanyak 25 orang (60,9%)
Formatted: Font: Bold
Nilai komitmen petugas sesuai kuesioner setelah uji validitas dan reliabilitas mempunyai interval nilai 29 s/d 87, sedangkan nilai yang diperoleh dari 97 responden mempunyai interval nilai 50 s/d 81, dengan nilai rata-rata 60,68. Apabila nilai komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS dikelompokkan menjadi
Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: lebih besar dibandingkan pengelola vaksin dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata yaitu sebanyak 16 orang (39,1%).
Formatted: Line spacing: Multiple 2.1 li
2 kelompok, yaitu 1) petugas sekaligus pemilik UPS yang mempunyai komitmen baik dengan nilai ≥ rata-rata dan 2) petugas sekaligus pemilik UPS yang mempunyai komitmen kurang dengan nilai < rata-rata, maka jumlah petugas sekaligus sebagai pemilik yang memiliki komitmen
kurang sebanyak 50 orang (51,5%), lebih tinggi dibanding petugas sekaligus
sebagai pemilik yang memiliki komitmen baik yaitu 47 orang (48,5%).
Deleted: ¶ Komitmen petugas yang sekaligus sebagai pemilik unit pelayanan dengan nilai komitmen
Formatted: Font: Bold Deleted: diatas nilai rata-rata Deleted: sebanyak Deleted: 55 Deleted: 56,7
Lima puluh UPS dengan komitmen petugas sekaligus pemilik kurang, 36 UPS diantaranya (72%) tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin dan 34 UPS (68%) tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin. Kesalahan cara membawa vaksin pada UPS dengan komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang ditemukan di 37 UPS (77,8%), kesalahan menyimpan vaksin sebanyak 16 UPS (32%), kesalahan memantau vaksin sebanyak 36 UPS (72%), kesalahan memakai vaksin sebanyak 31 UPS (62%) Penyimpangan suhu ditemukan di 36 UPS (72%), bila dibanding jumlah seluruh UPS yang suhu lemari es nya menyimpang (n=53), maka 67,9% penyimpangan suhu lemari es terdapat di UPS dengan komitmen petugas sekaligus pemilik UPS yang kurang. Vaksin dengan VVM C ditemukan di 10 UPS (20%), bila dibanding jumlah seluruh UPS dengan vaksin yang mempunyai VVM C (n=21), maka 47,6% vaksin dengan VVM C ditemukan pada UPS dengan komitmen petugas sekaligus pemilik UPS yang kurang. Vaksin beku ditemukan di 4 UPS (8%), bila dibanding jumlah UPS dengan temuan vaksin beku (n=10%), maka 40% vaksin beku ditemukan di UPS dengan komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS yang kurang.
Formatted: Line spacing: Multiple 2.1 li
Vaksin kadaluwarsa ditemukan di 2 UPS (4%), bila dibanding jumlah UPS dengan temuan vaksin beku (n=6%), maka 33,3% vaksin kadaluwarsa ditemukan di UPS dengan komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS yang kurang.
Deleted: 7 Deleted: :¶ Gambaran umum nilai
Deleted: k Deleted: e Deleted: pemilik/penanggung jawab dan petugas yang mengelola vaksin
sebagai berikut:
Deleted: ¶ ¶
Komitmen responden dalam pengelolaan vaksin. Status responden
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Swedish (Sweden)
Gambaran komitmen responden berdasarkan status dalam pengelolaan vaksin adalah
Tabel 5.4
Deleted: lebih besar dibandingkan petugas yang sekaligus pemilik dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata yaitu sebanyak 42 orang (43,3%). Distribusi nilai komitmen masing-masing petugas sesuai dengan jabatan/statusnya dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:¶
Komitmen
Jumlah
Formatted: Indent: Left: 0", Line spacing: 1.5 lines Formatted Table
1. Pemilik/penanggung jawab 2. Petugas 3. Petugas sekaligus sebagai pemilik
Baik Jml % 23 56,1 23 56,1 47 48.5
Kurang Jml % 18 43,9 18 43,9 50 51,5
Jml 41 41 97
% 100,0 100,0 100,0
5. Supervisi oleh petugas Nilai supervisi sesuai dengan kuesioner setelah uji validitas dan reliabilitas mempunyai interval nilai 16 s/d 48, nilai diperoleh dari 138 responden mempunyai interval nilai 22 s/d 46, dengan nilai rata-rata 38,17. Apabila nilai supervisi petugas dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu 1)supervisi
Formatted
... [89]
Formatted
... [90]
Formatted
... [91]
Formatted
... [92]
Formatted
... [93]
Formatted
... [94]
Formatted
... [95]
Deleted: ¶
Formatted
... [96]
Formatted
... [97]
Formatted
... [98]
Formatted
... [99]
Deleted: Deleted: Deleted: Penilaian Deleted: /tanggapan
petugas baik dengan nilai ≥ rata-rata; 2)supervisi petugas kurang dengan nilai < rata-rata, maka responden yang menyatakan bahwa supervisi petugas telah dilakukan dengan baik sebanyak 92 (66,7%) lebih tinggi dibanding responden yang menyatakan bahwa supervisi petugas dilaksanakan kurang baik yaitu 46 (33,3%).
Deleted: reponden terhadap supervisi ... [100] Deleted: Tanggapan/p Deleted: enilaian responden terhadap ... [101] Deleted: diantaranya Deleted: dengan Deleted: nilai Deleted: diatas rata-rata dan
C.
Analisis bivariat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan besarnya risiko dari masing-
masing faktor risiko (variabel bebas) terhadap kualitas pengelolaan vaksin (variabel terikat). Terdapatnya hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan
Deleted: supervisi Deleted: dengan nilai di bawah...nilai [102] Deleted: <#>¶
Formatted
... [103]
Deleted: a
Formatted
... [104]
Deleted: a
dengan nilai p<0,05; nilai prevalensi ratio (PR) >1 dan tingkat kepercayaan 95% dengan confident interval (CI) tidak mencakup angka 1. 1.
Indikator input Variabel bebas yang termasuk dalam indikator input adalah:
a.
Pelatihan
Formatted
... [105]
Formatted
... [106]
Formatted
... [107]
Formatted
... [108]
Deleted: ¶ Deleted: <#>¶ Deleted: Karakteristik responden
Formatted
... [109]
Deleted: karakteristik responden ...adalah [110]
Formatted: Bullets and Numbering ... [111]
Deleted: swasta
Persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada unit pelayanan dengan petugas yang belum pernah mendapatkan pelatihan sebesar 67,0%, lebih besar dibandingkan pada unit pelayanan dengan petugas yang sudah mendapatkan pelatihan (48,9%). Hubungan pelatihan
Formatted
... [112]
Formatted
... [113]
Deleted: 9
Formatted
Formatted
Formatted
Hubungan pelatihan dengan kualitas pengelolaan vaksin
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Belum pernah 61 67,0 30 33,0 Pernah 23 48,9 24 51,1 Jumlah 84 60,8 54 39,2 p= 0,04 ; PR=2,12; 95%CI=1,03-4,36
Jumlah
... [117]
Deleted: Deleted: Hasil analisis statistik... …h…8 [118]
Jml 91 47 138
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 5.5 menunjukan bahwa pelatihan merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Petugas yang belum mendapatkan pelatihan mempunyai risiko 2 kali menyebabkan kualitas
... [116]
Deleted: 53,3
Formatted
Pelatihan pengelolaan vaksin
... [115]
Deleted: swasta
terhadap kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5
... [114]
Deleted: 8
pengelolaan vaksin buruk dibanding petugas yang sudah
Formatted Table
... [119]
Deleted: 8
... [120]
Formatted
... [121]
Formatted
... [122]
Formatted Table
... [123]
Formatted
... [124]
Deleted: ¶
Formatted
... [125]
Formatted
... [126]
Deleted: 8
Formatted
... [127]
mendapatkan pelatihan (p= 0,04; PR=2,12; 95%CI=1,03-4,36).
Deleted: persentase kualitas
... [128]
Formatted
... [129]
b. Pengetahuan
Deleted: memiliki hubungan yang ... [130]
Rata-rata nilai pengetahuan petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik
Formatted
... [131]
Deleted: untuk …menjadi
... [132]
Deleted: yang
adalah 6,89 dengan nilai minimum 3 dan maksimum 10, sedangkan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk, rata-rata nilai pengetahuan petugas adalah 6,23 dengan nilai minimum 4 dan nilai maksimum 9. Hasil uji test distribusi normal dengan kolmogorov-smirnov menunjukan, nilai pengetahuan
Deleted:
Formatted
... [133]
Deleted: dengan
Formatted
... [134]
Deleted: Deleted: p=0,048, PR=2,026; CI ... [135] Deleted: (p>0,05)
petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang baik diperoleh p=0,00, sedangkan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk p=0,00. Hasil transformasi data
Deleted: ¶
Formatted
... [136]
Formatted
... [137]
Deleted:
Formatted
... [138]
menunjukkan nilai p tetap <0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran nilai pengetahuan
Formatted: Font: Not Italic
petugas mempunyai sebaran tidak normal.
Formatted: Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: Hasil analisis statistik
Hasil uji beda non parametrik dengan Mann-Whitney Test menunjukan nilai p=0,01, karena nilai p<0,05 dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata
Formatted: Finnish Deleted: h Deleted: 9 berikut:
pengetahuan petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang baik dan nilai rata-
Deleted: 9
rata pengetahuan petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk.
Deleted: nilai
Bila nilai pengetahuan dikelompokkan menjadi kategori pengetahuan baik (nilai ≥ rata-
Deleted: :¶
Deleted: ¶ ¶
Formatted: Line spacing: single
rata) dan pengetahuan kurang (nilai < rata-rata), maka persentase kualitas pengelolaan vaksin
Formatted Table
yang buruk pada petugas yang pengetahuannya kurang 71,4%, lebih besar bila dibandingkan
Formatted: Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right
petugas yang pengetahuannya baik (40,4%).
Formatted: Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Hubungan pengetahuan petugas terhadap kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
tabel 5.6. Tabel 5.6
Formatted: Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Hubungan pengetahuan dengan kualitas pengelolaan vaksin
Nilai pengetahuan
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Kurang (< rata-rata) 65 71,4 26 28,6 Baik (≥ rata-rata) 19 40,4 28 59,6 Jumlah 84 60,8 54 39,2 p=0,00; PR=3,68; 95%CI=1,76-7,72
Jumlah Jml % 91 100,0 47 100,0 138 100,0
Deleted: ¶ Tabel 5.9 menunjukan bahwa persentase kualitas pengelolaan vaksin yang... buruk [139] Deleted: nilai Deleted: rata-rata sebesar 40,4%, lebih ... [140] Deleted: nilai Deleted: rata-rata (28,6%). ¶ ... [141] Deleted: Deleted: p Deleted: dibawah nilai rata-rata Deleted: yang
Tabel 5.6 menunjukan bahwa pengetahuan merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Petugas dengan pengetahuan kurang mempunyai risiko
Deleted: dengan Deleted: nilai Deleted: diatas nilai rata-rata
3,7 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding petugas dengan
Deleted: 0
pengetahuan baik (p=0,00; PR=3,68, 95% CI =1,76-7,72)
Deleted: 59
Deleted: 4
Deleted: 15
c. Pedoman Pengelolaan vaksin
Deleted: dengan nilai p < 0,05
Formatted
... [142]
Deleted: ¶
... [143]
Hubungan tersedianya pedoman pengelolaan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
adalah sebagai berikut : Tabel 5.7
Hubungan pedoman pengelolaan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Pedoman pengelolaan vaksin Tidak ada Ada Jumlah p=0,00; PR=3,71; 95%CI=1,67-8,15
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % 70 69,3 31 30,7 14 37,8 23 62,2 84 60,8 54 39,2
Jumlah Jml 101 37 138
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 5.7 menunjukan bahwa persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada unit
Formatted Table Formatted: Finnish Formatted Table
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
pelayanan yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin sebesar 69,3% lebih tinggi dibanding unit pelayanan yang memiliki pedoman pengelolaan vaksin (37,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tersedianya pedoman pengelolaan vaksin merupakan
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25"
faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Unit pelayanan yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin berisiko 3,7 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibandingkan bila memiliki pedoman pengelolaan vaksin
Formatted: No bullets or numbering, Tabs: 0.25", Left + 0.38", Left
dengan nilai p=0,001 (<0,05)
Deleted: Deleted: yang
d. Lemari es khusus menyimpan vaksin Persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada unit pelayanan dengan lemari es tidak khusus untuk menyimpan vaksin sebesar 73,81%. Persentase ini lebih besar jika dibandingkan
Deleted: yang Deleted: mempunyai Deleted: 2, Deleted: dengan Deleted: yang mempunyai
unit pelayanan dengan lemari es khusus untuk menyimpan vaksin (43,1%). Hubungan fungsi
Deleted: 53,8
lemari es dengan kualitas pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut:
Deleted: 10
Formatted Table
Deleted: :¶
Tabel 5.8
Hubungan fungsi lemari es dengan kualitas pengelolaan vaksin
Deleted: ¶ ¶
Formatted: Indent: Left: 0.75", Line spacing: 1.5 lines
Fungsi Lemari es
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Tidak khusus menyimpan vaksin 59 73,8 21 26,3 Khusus untuk menyimpan vaksin 25 43,1 33 56,9 Jumlah 84 60,8 54 39,2 p= 0,00 ; PR=3,71; 95%CI=1,81-7,62
Jumlah Jml 80 58 138
% 100,0 100,0 100,0
Formatted Table
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Tabel 5.8 menunjukan bahwa fungsi lemari es merupakan faktor risiko berpengaruh
Deleted: ¶ 10…memiliki hubungan yang ber... [144]
terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Lemari es tidak khusus untuk menyimpan vaksin
Deleted: k
mempunyai risiko 3,7 kali lebih menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk
Deleted: makna terhadap…yang 2,2…untuk ... [145] Deleted: gakibatkan…yang
dibanding bila lemari es dipergunakan khusus untuk menyimpan vaksin (p=0,00; PR=3,71;
... [146]
Deleted: 29…2,214…077-4,552 ... [147]
95% CI=1,81-7,62). Deleted: .
e. Termometer
Formatted: Bullets and Numbering
Persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada unit pelayanan dengan lemari es tanpa dilengkapi termometer sebanyak 70,4%, lebih besar dibanding lemari es dilengkapi termometer (47,4%).
Tersedianya termometer merupakan faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas
Deleted: ¶
Formatted: Indent: First line: 0.25", Tabs: 0.25", Left + Not at 1" Deleted: yang 67,9…anyak…kan…yang …dengan 50…Hasil uji statistik menunjukan bahwa t… memiliki hubungan yang bermakna yang …dengan ... [148]
pengelolaan vaksin. Lemari es tidak dilengkapi termometer mempunyai risiko 2 kali lebih Formatted
menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk (p=0,01 ; PR=2,64; 95%CI=1,30-
... [149]
Deleted: 0,036; PR=2,11; 95% CI=1,045-4,264
5,34)
Deleted: 11 berikut:
Hubungan tersedianya termometer dalam lemari es dengan kualitas pengelolaan vaksin
Deleted: ¶ Deleted: ¶
dapat dilihat pada tabel 5.9. Tabel 5.9
Formatted Table
Hubungan tersedianya termometer dengan kualitas pengelolaan Vaksin
Deleted: 11
... [150]
Deleted: ¶ ¶ Deleted: ¶
Tersedia termometer Tidak ada
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % 57 70,4 24 29,6
Jumlah Jml 81
% 100,0
Formatted: Line spacing: 1.5 lines Formatted Table Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
27 Ada Jumlah 84 p= 0,01 ; PR=2,64; 95%CI=1,30-5,34
47,4 60,8
30 54
52,6 39,2
57 138
100,0 100,0
Formatted
... [151]
Formatted
... [152]
Deleted: Deleted: bahwa tersedianya termometer ... [153]
f. Kartu catatan suhu
Formatted
Persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada unit pelayanan yang tidak mempunyai kartu catatan suhu sebesar 67,5%, lebih besar dibanding pada unit pelayanan yang mempunyai
Formatted: Bullets and Numbering ... [155] Deleted:
Formatted
kartu catatan suhu (51,7%).
Hubungan tersedianya kartu catatan suhu dengan kualitas
Tabel 5.10
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Tidak ada 54 67,5 26 32,5 Ada 30 51,7 28 48,3 Jumlah 84 60,8 54 39,2 P=0,06; PR=1,94; 95%CI=0,97-3,89
... [157]
Deleted: 2 sebagai berikut:
Hubungan kartu suhu dengan kualitas pengelolaan vaksin
Kartu catatan suhu
... [156]
Deleted: ¶
Formatted
pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.10.
... [154]
Deleted: Tabel 5.11 menunjukan
Jumlah Jml 80 58 138
% 100 100 100
Tabel 5.10 menunjukan bahwa hasil uji statistik menunjukan bawa tersedianya kartu catatan suhu bukan faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin dengan nilai p=0,06 (p >0,05).
Formatted
... [158]
Deleted: 2
... [159]
Formatted
... [160]
Formatted
... [161]
Deleted: 2…persentase kualitas... [162] Deleted: hwa
Formatted
... [163]
Formatted
... [164]
Deleted: memiliki hubungan yang tidak ... [165] Deleted: 1
Formatted
... [166]
Deleted: ¶
... [167]
Deleted: c Deleted: menunjukkan bahwa ... [168] Deleted: yang Deleted: buruk dibandingkan yang ... [169]
Formatted
3.
Indikator Proses
... [170]
Deleted: <#> Pedoman Pengelolaan ... [171]
Formatted: Bullets and Numbering ... [172]
a. Cara membawa vaksin
Formatted
... [173]
Formatted
... [174]
Formatted
... [175]
sebesar 77,57%, lebih besar dibanding petugas yang membawa vaksin benar (30,6%). Hasil uji
Formatted
... [176]
Formatted
... [177]
statistik menunjukan bahwa cara membawa vaksin merupakan faktor risiko berpengaruh
Formatted
... [178]
Formatted
... [179]
Kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas dengan cara membawa vaksin salah
terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Cara membawa vaksin salah memiliki risiko 7,8 kali
Deleted:
Formatted
... [180]
menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding bila membawa vaksin
Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li
dengan benar. (p=0,00; PR=7,82; 95% CI=3,57-17,15).
Deleted: 4
... [181]
Deleted: ¶
Hubungan cara membawa vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin adalah sebagai
Formatted: Indent: Left: 0.75", Line spacing: 1.5 lines
berikut: Hubungan cara membawa vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Tabel 5.11
Cara membawa vaksin Salah Benar Jumlah P=0,00;
Formatted: Swedish (Sweden)
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % 69 77,5 20 22,5 15 30,6 34 69,4 84 60,8 54 39,2 PR=7,82; 95%CI=3,57-17,15
Jumlah Jml 89 49 138
% 100,0 100,0 100,0
Formatted Table Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Bullets and Numbering Deleted: ¶
... [182]
Deleted: 3, Deleted: 7%. Persentase ini lebih ... besar [183] Deleted: pada Deleted: petugas yang membawa ... [184]
b. Cara menyimpan vaksin
Formatted: Swedish (Sweden)
Persentase kualitas pengelolaan vaksin pada unit pelayanan yang menyimpan vaksin salah
Deleted: gakibatkan Deleted: kualitas pengelolaan ... vaksin [185]
adalah 79,5.%, lebih besar dibanding unit pelayanan yang menyimpan vaksin dengan benar (52,1%). Hubungan cara menyimpan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Salah 35 79,5 9 20,5 Benar 49 52,1 45 47,9 Jumlah 84 60,8 54 39,2 p=0,002; PR=3,57; 95%CI=1,55-8,23
Deleted: (<0,05
Deleted:
Hubungan cara menyimpan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Cara menyimpan vaksin
Deleted: yang
Deleted: ).¶
pada tabel 5.12. Tabel 5.12
Deleted: buruk dibanding bila vaksin ... [186]
Jumlah Jml 44 94 138
% 100,0 100,0 100,0
Deleted: ¶
Formatted: Finnish Deleted: 5
berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Cara menyimpan vaksin salah memiliki
... [189]
Deleted: ¶
Formatted
... [190]
Formatted Table Formatted
... [191]
Formatted
... [192]
Formatted
... [193]
Deleted: ¶
Formatted
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa cara menyimpan vaksin merupakan faktor risiko
... [187]
…penyimpanan…5... sebagai [188]
... [194]
Deleted: Tabel 5.15 menunjukan ... bahwa [195] Deleted: sebesar Deleted: 73,6.%. lebih besar ... [196]
Deleted: 4,3
risiko 3,5 kali untuk menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding bila
Deleted: gakibatkan…yang…disimpan ... [197] Deleted: cara yang … dengan nilai ... [198]
vaksin disimpan dengan benar. (p=0,002; PR=3,57; 95%CI=1,55-8,23).
Formatted
... [199]
Deleted: 0,000, PR=4,313; 95% CI=
c. Cara memantau suhu vaksin
Deleted: 8 ( p<0,05
Persentase kualitas pengelolaan vaksin pada unit pelayanan yang memantau suhu vaksin salah sebesar 64,7% lebih besar dibanding unit pelayanan yang memantau suhu vaksin
Deleted: 2,064-9,012
Formatted: Font: Bold Deleted: ¶ Deleted: ¶
dengan benar (54,7%). Hubungan antara cara memantau suhu vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.13. Tabel 5.13 Hubungan cara memantau suhu vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Formatted: Indent: First line: 0.38", Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: P…dengan cara yang gkan…dengan cara…cara yang ... [200]
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: 6 sebagai berikut: Deleted: ¶
Formatted: Finnish
Cara memantau suhu vaksin Salah Benar Jumlah p=0,24; PR=1,52; 95%CI=0,75-3,06
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % 55 64,7 30 35,3 29 54,7 25 45,3 84 60,8 54 39,2
Jumlah Jml 85 53 138
Deleted: 6
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 5.13 menunjukan bahwa cara memantau suhu vaksin bukan
faktor risiko
berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin mengingat nilai p=0,24 (p>0,05), meskipun nilai PR > 1. d.
Cara menggunakan vaksin Persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada unit pelayanan yang menggunakan
Formatted: Finnish Deleted: :¶ ¶ ¶
... [201]
Formatted: Indent: Left: 0.75", Line spacing: 1.5 lines Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted Table Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted
... [202]
Formatted
... [203]
Formatted
... [204]
Deleted: ¶
vaksin salah sebesar 65,8% lebih besar dibanding unit pelayanan yang menggunakan vaksin dengan benar (54,8%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa cara menggunakan vaksin
Formatted
... [205]
Deleted: 6 Deleted: persentase kualitas
... [206]
merupakan faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin mengingat nilai
Deleted: tidak …memiliki hubungan ... [207]
p=0,19 (p>0,05), meskipun nilai PR >1.
Deleted: pemakaian
Formatted: Bullets and Numbering
Deleted: yang …dengan… cara... [208]
Deleted: pemakaian
Hubungan cara menggunakan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.14.
Formatted: Indent: First line: 0.37", Line spacing: Multiple 1.9 li Deleted: 6 berikut: Deleted: ¶
Tabel 5.14 Hubungan cara menggunakan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Deleted: pemakaian
Formatted: Finnish Deleted: 6
Cara menggunakan vaksin
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Salah 50 65,8 26 34,2 Benar 34 54,8 28 45,2 Jumlah 84 60,8 54 39,2 p=0,19; PR=1,58; 95%CI=0,80-3,15
Jumlah Jml 76 62 138
Deleted: :¶ Deleted: ¶
% 100,0 100,0 100,0
Deleted: ¶
Formatted: Line spacing: 1.5 lines Formatted Table Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
4. Komitmen pemilik/penanggung jawab dan komitmen petugas
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
a. Komitmen pemilik/penanggung jawab
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Rata-rata nilai komitmen pemilik/penanggung jawab UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik adalah 63,2 dengan nilai minimum 56 dan maksimun 70, sedangkan pada unit pelayanan
dengan
kualitas
pengelolaan
vaksin
buruk,
rata-rata
nilai
komitmen
pemilik/penanggung jawab adalah 60,6 dengan nilai minimum 50 dan nilai maksimum 68. Hasil uji distribusi normal dengan Kolmogorov-smirnov menunjukan, nilai komitmen pemilik/penanggung jawab UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik p=0,20, sedangkan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk p=0,09, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai komitmen pemilik/penanggung jawab mempunyai sebaran normal. Hasil uji beda nilai rata-rata menunjukan p=0,11; 95% CI = -5,87 – 0,62, sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata komitmen
Deleted: Hasil uji statistik pada tabel 5.16 menunjukan bahwa cara pemakaian vaksin memiliki hubungan yang tidak bermakna terhadap kualitas pengelolaan vaksin
Formatted: Bullets and Numbering Deleted: . Cara pemakaian vaksin yang salah memiliki risiko 1,6 kali untuk mengakibatkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibanding pemakaian vaksin yang benar, namun pernyataan ini tidak bermakna Deleted: mengingat nilai p=0,190 (p>0,05)¶ Deleted: ¶ Deleted: i
Formatted: Indent: Hanging: 2.5", Numbered + Level: 5 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.25" + Tab after: 2.5" + Indent at: 2.5" Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
pemilik/penanggung jawab pada UPS dengan kualitas vaksin baik
dengan nilai rata-rata
komitmen pemilik/penanggung jawab pada UPS dengan kualitas vaksin buruk.
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted Formatted: Font: Italic
... [209]
Formatted
... [210]
Formatted
... [211]
Deleted:
Bila nilai komitmen pemilik/penanggung jawab dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu komitmen
pemilik/penanggung
jawab
baik
(nilai
≥
rata-rata)
dan
komitmen
Deleted: Deleted: Persentase kualitas
... [212]
Formatted
... [213]
pemilik/penanggung jawab komitmen kurang (nilai < rata-rata), hasil uji statistik menunjukan
Deleted: mbuktikan
Formatted
... [214]
bahwa
Formatted
... [215]
komitmen pemilik/penanggung jawab bukan faktor risiko berpengaruh terhadap
Deleted: tidak
kualitas pengelolaan vaksin mengingat nilai p=0,51 (p>0,05).
Formatted
Hubungan antara komitmen pemilik/penanggung jawab unit pelayanan dengan kualitas
... [216]
Deleted: memiliki hubungan yang ... [217]
Formatted
... [218]
Deleted: 084
pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.15.
Formatted
Tabel 5.15 Hubungan antara komitmen pemilik/penanggung jawab pelayanan imunisasi dengan kualitas pengelolaan vaksin
... [219]
Deleted: nilai Deleted: 8 berikut:¶ Deleted: :
Nilai komitmen pemilik/penanggung jawab UPS
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Kurang 12 66,7 6 33,3 Baik 13 56,5 10 43,5 Jumlah 25 60,9 16 39,1 p=0,51; PR=1,54; 95%CI=0,43-5,54
Jumlah
... [220]
Deleted: 8
Jml 18 23 41
% 100,0 100,0 100,0
b. Komitmen petugas. Rata-rata nilai komitmen petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik adalah 70,3 dengan nilai minimum 62 dan maksimum 78, sedangkan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk, rata-rata nilai komitmen petugas adalah 66,9 dengan nilai minimum 56 dan maksimum 78. Hasil uji distribusi normal dengan kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai komitmen petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik p=0,127, sedangkan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk
Formatted Table
p=0,20. Mengingat
disimpulkan bahwa nilai komitmen petugas mempunyai sebaran normal.
p>0,05, maka dapat
Deleted: :¶
Formatted
... [221]
Deleted: nilai Deleted: ¶
Formatted
... [222]
Formatted
... [223]
Formatted Table
... [224]
Formatted
... [225]
Formatted
... [226]
Formatted
... [227]
Formatted
... [228]
Formatted
... [229]
Deleted: ¶
Formatted
... [230]
Formatted
... [231]
Formatted: Bullets and Numbering ... [232] Deleted: Hasil uji statistic
... [233]
Formatted
... [234]
Formatted
... [235]
Formatted
... [236]
Formatted
... [237]
Formatted
... [238]
Formatted
... [239]
Hasil uji beda nilai rata-rata ( lampiran 7) menunjukan p=0,05; 95% CI = -6,83 – 0,05. Mengingat p>0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata komitmen petugas pada UPS dengan kualitas vaksin baik dengan nilai rata-rata komitmen petugas pada UPS dengan kualitas vaksin buruk. Bila nilai komitmen petugas dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu komitmen petugas baik ( nilai ≥ rata-rata) dan komitmen petugas kurang baik (nilai < rata-rata), maka persentase kualitas pengelolaan vaksin buruk pada petugas dengan komitmen kurang baik sebesar 66,7% lebih besar dibanding petugas dengan komitmen baik (56,5%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa komitmen petugas bukan faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin mengingat p=0,51 (p>0,05). Hubungan antara komitmen
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
petugas dengan kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.16.
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Formatted Table
Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Tabel 5.16 Hubungan antara komitmen pengelola vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin Komitmen petugas
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Kurang baik 12 66,7 6 33,3 Baik 13 56,5 10 43,5 Jumlah 25 60,9 16 39,1 p=0,51; PR=1,54; 95%CI=0,43-5,54 c. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik unit pelayanan
Jumlah Jml 18 23 41
% 100,0 100,0 100,0
Deleted: ¶ Tabel 5.19 menunjukan bahwa petugas dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata memiliki risiko 2 kali lebih besar mengakibatkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi Deleted: yang Deleted: buruk dibandingkan petugas dengan nilai komitmen diatas rata-rata, namun hasil uji statistik ini tidak bermakna mengingat nilai n p=0,300 (p>0,05).¶ ¶ Deleted: ¶ Deleted: <#>Persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata sebesar 84,6% lebih besar jika dibanding dengan nilai komitmen diatas nilai rata-rata (47,6%). Hubungan antara komitmen petugas dengan kualitas pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut :¶ <#>Tabel 5.19 ... [240]
Formatted: Bullets and Numbering
Formatted: Finnish
Rata-rata nilai komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik pada dengan kualitas
Formatted: Line spacing: Multiple 2.1 li
pengelolaan vaksin baik adalah 64,6 dengan nilai minimum 46 dan maksimum 81, sedangkan
Formatted: Finnish
pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk, rata-rata nilai komitmen petugas
Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
sekaligus sebagai pemilik adalah 58,2 dengan nilai minimum 36 dan maksimum 76 (lampiran
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
8)
Formatted: Finnish Formatted: Finnish
Hasil uji distribusi normal dengan Kolmogorov-smirnov menunjukan, nilai komitmen
Formatted: Finnish
petugas sekaligus sebagai pemilik pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik p=0,200 sama dengan nilai komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk. Mengingat p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik mempunyai sebaran normal. Hasil uji beda nilai rata-rata menunjukan p=0,001; 95% CI = -9,99 – -2,83, mengingat p<0,05 dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata komitmen
Deleted: P Deleted: yang Deleted: sebagai
petugas sekaligus sebagai pemilik pada UPS dengan kualitas vaksin baik dengan nilai rata-rata
Deleted: unit pelayanan
komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik pada UPS dengan kualitas vaksin buruk.
Deleted: di bawah nilai rata-rata
Deleted: nilai
Deleted: 8,6
Bila nilai komitmen dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu komitmen baik (nilai ≥
Deleted: dengan nilai Deleted: di atas nilai rata-rata
rata-rata) dan komitmen kurang baik (nilai < rata-rata), maka persentase kualitas pengelolaan
Deleted: 58,1 Deleted:
vaksin pada petugas sekaligus pemilik UPS dengan komitmen kurang baik adalah 74 % lebih
Formatted: Indent: First line: 0.37", Line spacing: 1.5 lines
besar dibanding petugas sekaligus pemilik UPS dengan komitmen baik (46,8%).
Deleted: yang Deleted: unit pelayanan
Hubungan antara komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.17.
Deleted: 20 berikut :
Formatted: Finnish Deleted: 20
Formatted: Finnish
Tabel 5.17
Hubungan antara komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik
Deleted: :¶
Formatted: Finnish
dengan kualitas pengelolaan vaksin. Komitmen petugas sekaligus pemilik UPS
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % Kurang baik 37 74,0 13 26,0 Baik 22 46,8 25 53,2 Jumlah 59 60,8 38 39,2 p=0,01; PR=3,23; 95%CI=1,38-7,59
Deleted: ¶ ¶
Jumlah Jml 50 47 41
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 5.17 menunjukan bahwa komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik merupakan
Formatted: Line spacing: 1.5 lines Formatted Table Formatted: Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Formatted: Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Deleted: ¶
faktor risiko berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Komitmen petugas kurang baik mempunyai risiko 3,2 kali lebih besar menyebabkan kualitas vaksin menjadi buruk dibanding
Deleted: 20 Deleted: nilai
Formatted: Finnish
komitmen petugas sekaligus pemilik baik (p=0,006; PR=3,234; 95%CI=1,378-7,590) Formatted: Finnish
menurut responden adalah 39,3 dengan nilai minimum 32 dan maksimum 46, sedangkan pada
Deleted: dibawah nilai rata-rata memiliki risiko 2,6 kali lebih besar untuk mengakibatkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibandingkan pada petugas dengan nilai komitmen diatas rata-rata. Namun hasil uji statistik ini tidak bermakna mengingat nilai p=0,230 (p>0,05) dan CI mendekati angka 1¶
unit pelayanan dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk, rata-rata nilai supervisi petugas
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
5. Supervisi Rata-rata nilai supervisi petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik
Deleted: ¶
menurut responden adalah 37,4 dengan nilai minimum 22 dan maksimum 46 (lampiran 9) Hasil uji distribusi normal dengan Kolmogorov-smirnov menunjukan, nilai supervisi
Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish
petugas pada unit pelayanan dengan kualitas pengelolaan vaksin baik p=0,043, sedangkan pada
Formatted: Finnish
kualitas pengelolaan vaksin buruk p=0,000, hasil transformasi data nilai p tetap < 0,05.
Formatted: Finnish
Mengingat nilai p<0,05, dapat disimpulkan bahwa nilai supervisi petugas pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin baik dan pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk mempunyai sebaran tidak normal.
Formatted: Finnish
Formatted
... [241]
Deleted: P…yang …pada supervisi ... [242] Deleted: 21 Deleted: :¶ Deleted: ¶
... [243]
Formatted
... [244]
Hasil uji t beda nilai rata-rata menunjukan p=0,02, karena nilai p<0,05 maka dapat
Formatted
... [245]
Formatted
... [246]
disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata supervisi petugas pada
Formatted
... [247]
Formatted
... [248]
Formatted
... [249]
Formatted Table
... [250]
Formatted
... [251]
Formatted
... [252]
Formatted
... [253]
Formatted
... [254]
UPS dengan kualitas vaksin baik dengan nilai rata-rata supervisi petugas pada UPS dengan kualitas vaksin buruk. Bila nilai supervisi dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu supervisi baik (nilai ≥ ratarata) dan supervisi yang kurang baik (nilai < rata-rata), maka persentase supervisi petugas kurang baik pada UPS dengan kualitas pengelolaan vaksin buruk sebesar 76,1% lebih besar
Deleted: ¶
Formatted
... [255]
dibanding supervisi yang baik (53,3%). Hubungan nilai supervisi oleh petugas dengan kualitas
Formatted
... [256]
pengelolaan vaksin dapat dilihat pada tabel 5.18.
Formatted
... [257]
Deleted: …nilai …
... [258]
Formatted
... [259]
Tabel 5.18
Hubungan supervisi dengan kualitas pengelolaan vaksin
Supervisi petugas Kurang baik (< rata-rata) Baik (≥ rata-rata) Jumlah p=0,01; PR=2,79; 95%CI=1,27-6,16
Kualitas pengelolaan vaksin Buruk Baik Jml % Jml % 35 76,1 11 23,9 49 53,3 43 46,7 54 39,1 84 60,9
Jumlah Jml 46 92 138
% 100,0 100,0 100,0
kualitas pengelolaan vaksin. Supervisi kurang baik mempunyai risiko 2,8 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin buruk bila dibandingkan dengan supervisi yang baik (p=0,01;
sebagai berikut:
... [262]
Formatted
... [263]
Deleted: dibawah nilai rata-rata
Formatted
... [264]
Deleted: gakibatkan Deleted: menjadi Deleted: yang Deleted: …nilai s
... [265]
Formatted
... [266]
P 0,00 0,04
Deleted: 0…2…65
... [268]
Formatted
... [269]
Deleted: ( < 0,05
CI 95% PR 3,71 2,12
... [267]
Deleted:
Deleted: 3
Prevalensi rasio variabel bebas terhadap varibel terikat
1 Tidak tersedia pedoman 2 Petugas belum dilatih
... [261]
Deleted: Nilai …s
Formatted
Rangkuman hasil uji statistik bivariat variabel bebas terhadap variabel terikat adalah
Variabel
Formatted
Deleted: dibawah nilai rata-rata
PR=2,79; 95% CI= 1,27-6,16)
No
Deleted: memiliki hubungan yang ... [260]
Deleted: untuk
Tabel 5.18 menunjukan bahwa supervisi merupakan faktor risiko berpengaruh terhadap
Tabel 5.19
Deleted: 21
lower
Upper
1,67 1,03
8,15 4,36
Deleted: Secara keseluruhan dari ... 14 [270] Deleted: Deleted: , PR>1 Deleted: prevalensi rasio lebih ... dari[271] 2 Deleted: sebagai faktor risiko terhadap ... [272] Deleted: 3 Deleted: )thermometer; 5)pedoman; ... [273] Deleted: 4 Deleted: )cara menyimpan vaksin Deleted: ;
... [274] ... [275] Formatted
... [276] ... [277]
Formatted
... [278]
Formatted
... [279]
Formatted Table
... [280] ... [281]
Pengetahuan petugas kurang Lemari es tidak khusus menyimpan vaksin Tidak tersedia termometer Tidak tersedia kartu suhu Cara membawa vaksin yang salah Cara menyimpan vaksin yang salah Cara memantau vaksin yang salah Cara memakai vaksin yang salah Komitmen pemilik/penanggung jawab yang kurang 12 Komitmen petugas yang kurang 13 Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang 14 Supervisi kurang baik 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0,00 0,00 0,01 0,06 0,00 0,00 0,24 0,19 0,15 0,51 0,01 0,01
3,68 3,71 2,64 1,94 7,82 3,57 1,52 1,58 1,54 1,54 3,23 2,79
1,76 1,81 1,30 0,97 3,57 1,55 0,75 0,80 0,43 0,43 1,38 1,27
7,72 7,62 5,34 3,89 17,15 8,25 3,06 3,15 5,54
Deleted: 09
... [285]
Formatted
... [286]
Deleted: 3
... [287]
Deleted: 4
5,54 7,59
... [288]
Formatted
... [289]
Formatted
... [290]
6,16
Deleted: 5
... [291]
Formatted
... [292]
Deleted: 0
... [293]
Formatted
... [294]
Deleted: 0
... [295]
Deleted: 2
... [296]
terbukti berpengaruh sebagai faktor risiko terhadap variabel terikat (kualitas pengelolaan vaksin) yaitu: 1)tersedianya pedoman pengelolaan vaksin (p=0,00; PR=3,71; 95% CI=1,678,15); 2)pelatihan petugas (p=0,04; PR=2,12; 95%CI=1,03-4,36); 3)pengetahuan (p=0,00; PR=3,68; 95%CI=1,76-7,72); 4)fungsi lemari es (p=0,00; PR=3,71; 95%CI=1,81-7,72); 5)ketersediaan termometer (p=0,01; PR=2,64; 95%CI=1,30-5,34); 6)cara membawa vaksin
95%CI=1,55-8,25),
... [284]
Formatted: Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right
Deleted: 59
Tabel 5.19 menunjukkan bahwa dari 14 variabel bebas, terdapat 9 variabel yang
(p=0,00; PR=7,82; 95%CI=3,57-17,15);
Deleted: 2
7)cara menyimpan vaksin (p=0,00 ; PR=3,57;
8)komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik (p=0,01; PR=3,23;
95%CI=1,38-7,59) dan 9) supervisi (p=0,01; PR=2,79; 95%CI=1,27-6,16).
Deleted: 0,752 Deleted: 3 Deleted: 272 Deleted: 56 Deleted: 2,561
Formatted
... [297]
Formatted
... [298]
Deleted: 0
... [299]
Deleted: 0
Formatted
... [300]
Deleted: 084
... [301]
Deleted: 0
Formatted
... [302]
Deleted: yang mempunyai atasan ... [303]
D. Analisis multivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan menentukan variabel bebas berpengaruh paling besar terhadap variabel terikat. Analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik dengan
Formatted
... [304]
Deleted: yang …
... [305]
Formatted
... [306]
Deleted: oleh petugas…
... [307]
Formatted: Font: Not Bold Formatted: Font: Not Bold Formatted: Justified Deleted:
¶
... [308]
Deleted: , dan …mana yang…yang ... [309]
metode enter.
Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel-
Deleted: yang secara teori diduga
kandidat dalam uji regresi logistik. Sembilan variabel bebas yang terbukti sebagai faktor risiko
Deleted: Variabel-variabel tersebut adalah: pelatihan petugas ( p= 0,048 ; PR= 2,026); pengetahuan (p=0,000; PR=3,609) fungsi lemari es (p=0,029; PR=2,214), ketersediaan termometer (p=0,036; PR=2,111) pedoman pengelolaan vaksin (p=0,001; PR=3,710) cara membawa vaksin (p=0,000 ;... PR= [310]
berpengaruh terhadap variabel terikat pada analisa bivariat dijadikan kandidat, mengingat
Formatted: Italian (Italy)
variabel berpengaruh terhadap variabel terikat, dengan nilai p ≤ 0,25. Variabel bebas yang memiliki nilai p ≤ 0,25 pada analisis biavariat dijadikan sebagai
Formatted: Indent: First line: 0.38"
Formatted
semua memiliki p ≤ 0,25.
... [311]
Formatted: Italian (Italy)
Hasil analisis multivariat dari 9 variabel tersebut menunjukkan hanya 6 variabel yang
Formatted Table Formatted
... [312]
Formatted
... [313]
Formatted
... [314]
tersebut adalah: 1)ketersediaan pedoman; 2)pengetahuan petugas; 3)fungsi lemari es;
Formatted
... [315]
Formatted
... [316]
4)ketersediaan termometer; 5)cara membawa vaksin; 6)komitmen petugas sekaligus sebagai
Formatted
... [317]
terbukti sebagai faktor risiko berpengaruh kuat terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Variabel
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
pemilik. Rangkuman hasil analisis multivariat adalah sebagai berikut:
Deleted: ¶
... [318]
Deleted: 7
Tabel 5.20 Hasil analisis multivariat regresi logistik Variabel Tidak tersedia pedoman Pengetahuan petugas kurang Lemari es tidak khusus menyimpan vaksin Tidak tersedia termometer Cara membawa vaksin yang salah Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang Konstanta
Deleted: variabel tersebut terdapat 4 ... [319] Deleted:
B 3,023 3,452 2,915
PR adjusted P 20,562 0,001 31,548 0,001 18,451 0,001
95%CI 3,426 - 13,414 4,036 - 25,587 3,195 - 16,557
2,611 2,242
13,611 0,003 9,416 0,007
2,392 - 17,436 1,854 - 17,822
1,548
4,701 0,045
1,035 - 21,358
-8,706
Deleted: ; dan 4) Cara menyimpan ... [320] Deleted: ; 5) supervisi, dengan Deleted: hasil perhitungan statistik ... [321] Deleted: ¶ Deleted: ¶ Deleted: ¶
... [322]
Deleted: Tabel 5.23 : Hasil uji ... regresi [323]
Formatted
... [324]
Formatted: Font: Bold Formatted
... [325]
Formatted: Bullets and Numbering
E. Hasil Focus Group Discussion
Deleted: ¶ Deleted: ¶
1. Mengapa vaksin harus dikelola dengan benar. Secara umum hasil diskusi menyimpulkan bahwa responden memahami alasan mengapa vaksin harus dikelola dengan baik. Enam dari sepuluh responden menyatakan bahwa
... [326]
Deleted: Persamaan Regresi Logistik¶ ... [327]
Formatted: Font: Bold Formatted
... [328]
Deleted: ¶
... [329]
Formatted
... [330]
vaksin merupakan bahan yang cepat rusak karena paparan panas oleh karenanya harus disimpan pada suhu 2-8oC. Formatted: Swedish (Sweden)
Kotak 1 .........vaksin itu mudah rusak kalau terkena panas atau sinar matahari. oleh karenanya vaksin harus disimpan dalam lemari es. Pada saat kita membawa responden vaksin menyatakan selain rusakdalam karenavaccine paparan panas, vaksin vaksinEmpat dari puskesmas, harus dimasukkan carrier......... ...... juga mudah . 1,2,3,4,5,6 rusak jika disimpan pada suhu yang terlalu dingin.
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li Deleted: ¶
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Swedish (Sweden)
Kotak 2
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
.........tetapi ada juga vaksin yang mudah rusak kalau disimpan pada suhu yang amat dingin. Yang termasuk vaksin golongan itu adalah HB,DPT,T, oleh karena itu vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diletakkan di freezer atau di rak pertama. ....... 7,8,9,10
Formatted: Swedish (Sweden)
2. Bagaimanakah cara pengelolaan vaksin yang benar.
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
a. Transportasi vaksin (cara membawa vaksin) Semua responden sependapat bahwa vaksin harus dikelola dengan benar sejak vaksin diterima, disimpan dan saat hendak diberikan kepada sasaran, namun pemahaman ini belum diikuti dengan praktek pengelolaan vaksin yang benar. Cara membawa vaksin masih belum sesuai dengan ketentuan. Tujuh responden menyatakan bahwa mereka tetap menggunakan cold pack bukan cool
Formatted: Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Font: Italic
pack saat membawa vaksin bahkan petugas puskesmas pun memfasilitasinya. Responden
Formatted: Font: Italic
belum memahami bahwa transportasi vaksin dengan es batu (cold pack) akan menyebabkan Formatted: Font: Italic
vaksin golongan freeze sensitive akan rusak, dan efek paparan ini bersifat kumulatif. Responden belum memahami VVM adalah bukan untuk indikator paparan beku melainkan
Formatted: Font: Italic
untuk indikator panas, mereka beranggapan selama vaksin golongan freeze sensitive status VVM nya masih bagus, vaksin tersebut tidak rusak.
Kotak 3 ........Memang vaksin harus kita perhatikan kondisinya sejak vaksin kita terima sampai saat vaksin mau diberikan ke sasaran. Selama ini kalau mengambil vaksin ke puskesmas, vaksin dimasukkan ke termos yang berisi es batu. Biasanya bila sampai di Puskesmas, es batu itu mencair, oleh petugas puskesmas diganti dengan kotak dingin yang beku yang diambilkan dari freezer. Meskipun dengan es batu, sampai di unit pelayanan VVM vaksin masih bagus, tidak berubah......................... Empat responden telah memahami bahwa penggunaan cold pack selama 1,2,4,5,8,9,10 Empat responden telah memahami bahwa penggunaan cold pack selama transportasi vaksin
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
Formatted: Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Font: Italic
dapat merusak potensi vaksin golongan freeze sensitive, oleh karenanya dalam transportasi
Formatted: Font: Italic
vaksin mereka telah menggunakan cool pack bukan cold pack. Pengetahuan ini mereka dapatkan dari petugas puskesmas. Kotak 4 ........Dulu kalau membawa vaksin dari puskesmas memang menggunakan termos yang berisi es batu, tetapi setelah diberitahu oleh petugas puskesmas bahwa es batu tersebut dapat merusak vaksin HB,DPT-HB,DPT dan TT, maka saya tidak lagi menggunakan es batu yang beku tetapi es batu yang telah mencair.............., .......................... 3,6,7 b. Penyimpanan vaksin Sebagian besar responden telah memahami bahwa penggunaan lemari es yang khusus untuk menyimpan vaksin dapat menghindari kerusakan vaksin, adapun alasan belum dipenuhinya ketentuan tersebut adalah jumlah vaksin yang sedikit sekali sehingga dirasa tidak cost efective jika harus membeli 1 lemari es khusus untuk menyimpan vaksin.
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
Formatted: Indent: Hanging: 0.75", Line spacing: Multiple 1.87 li, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent at: 0.75" Formatted: Line spacing: Multiple 1.87 li
Kotak 5 ……dengan menyimpan vaksin dalam lemari es khusus, suhu lemari es relatif stabil, sehingga vaksin relatif aman.………………………….. 1,2,4,5,8,9 Kotak 6 …….. jika menggunakan lemari es khusus untuk menyimpan vaksin, memang frekuensi buka tutup lemari es tidak sesering bila vaksin disimpan bersamaan bahan makanan, namun rasanya kok sayang, kalau lemari es hanya untuk c.dengan Susunan vaksin dalam lemari es menyimpan vaksin yang jumlahnya sedikit. 3,6,10 c. Susunan vaksin dalam lemari es Enam responden menyatakan bahwa mereka telah meletakkan vaksin dengan susunan yang
Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li Formatted: Justified, Indent: Left: 4", First line: 0.5", Line spacing: Multiple 0.9 li Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li Deleted: i
Formatted: Bullets and Numbering Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
sesuai dengan pedoman pengelolaan vaksin Kotak 7 …….. Sesuai petunjuk, vaksin BCG,campak dan polio diletakkan di rak pertama, sedangkan untuk vaksin HB, DPT, TT diletakkan di rak kedua, kita tidak boleh menyimpan vaksin di rak pintu…………….. Empat responden menyatakan bahwa kadang-kadang mereka masih1,2,3,6,8,9 menyimpan vaksin di
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
Formatted: Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li
rak pintu, hal ini tidak sesuai dengan pedoman pedoman pengelolaan vaksin. Kotak 8 …….. terkadang saya menyimpan vaksin di rak pintu, saya kira tidak masalah, yang penting disimpan di lemari es…………….. 4,7,10 d. Pemantauan suhu vaksin Pemantauan suhu merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan suhu vaksin agar tetap dalam kisaran 2-8oC. Pemantauan suhu harus dilakukan secara rutin 2 kali sehari. Bila terjadi penyimpangan suhu, diharapkan segera diambil langkah-langkah perbaikan.
Formatted: Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Formatted: Swedish (Sweden) Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
Pemantauan suhu vaksin belum dilakukan karena sebagian besar responden tidak mempunyai termometer. Kotak 9
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
….Bagaimana bisa memantau suhu lemari es, thermometer saja tidak ada, padahal sudah sering minta ke puskesmas tetapi tidak ada.Sebetulnya kalau disuruh beli tersmometer kita bersedia, tetapi tidak tahu kemana belinya, petugas puskesmas pun tidak tahu dimana bisa mendapatkan termometer. Karena tidak ada termometer, biasanya untuk memantau suhu vaksin dengan melihat ketebalan bunga es di dalam freezer. Kalau bunga es tebal pertanda suhu vaksin rendah............................ 1,2,5,6,9,10
Formatted: Finnish
Formatted: Justified, Line spacing: Multiple 1.9 li
Pada kelompok responden yang mempunyai termometer, hasil pemantauan suhu, tidak dicatat sehingga tidak bisa memonitor apakah suhu selalu berada pada kisaran 2-8oC. d. Indikator vaksin rusak. Vaksin rusak dapat dilihat dari fisiknya (perubahan warna dan beku), melampaui tanggal kedaluwarsa dan status VVM menunjukan C atau D. 7 responden tidak memahami status VVM, mereka tahunya vaksin rusak hanya dilihat berdasarkan tanggal ED nya. Kotak 10
Formatted: Superscript Formatted: Indent: Hanging: 2.25", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 2" + Tab after: 2.25" + Indent at: 2.25", Tabs: 0.25", Left Formatted: Line spacing: Multiple 1.9 li
Deleted: 1
……….warna VVM akan berubah jika tanggal pemakaian sudah kedaluawarsa. Vaksin rusak dilihat dari tanggal kedaluwarsa dan bila terjadi perubahan warna vaksin. …………….. 3,6,10
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
Kotak 11
Formatted: Line spacing: Multiple 0.9 li
……….jika vaksin kena panas, VVM vaksin akan berubah, kalau tanda lingkaran warnanya sama gelap atau lebih gelap dibanding warna kotak luarnya, hal tersebut menandakan vaksin telah rusak, vaksin tersebut tidak boleh digunakan lagi. Selain itu, vaksin telah rusak bila tanggal kedaluwarsanya telah terlampaui dan bila larutan vaksin tidak homogen lagi atau ada endapan.
Deleted: 0
1,2,4,5,7,9 3. Pendapat tentang supervisi oleh petugas puskesmas
Formatted: Finnish
Formatted
... [331]
Formatted
... [332]
Formatted
... [333]
Formatted
... [334]
Formatted
... [335]
Deleted: ( RS, BKIA, BPS )
Enam responden menyatakan bahwa petugas puskesmas jarang supervisi tentang
Deleted: 1. Mengapa vaksin harus ... [336]
pengelolaan vaksin di tempat mereka. Supervisi petugas puskesmas tidak selalu menggunakan
Deleted: responden menyatakan ... bahwa [337]
cek list. Kotak 11
Deleted: 6
Deleted: ¶ Deleted: empat Deleted: 4 Deleted: responden menyatakan ... selain [338]
....Petugas puskesmas jarang supervisi ke BPS, selama buka praktek, petugas puskesmas baru supervisi 2 kali, tahun 2007 sekali dan tahun 2008 ini sekali. kalau supervisi, saya tidak melihat petugas puskesmas membawa ceklist, yang pasti mereka meminta saya tanda tangan di SPPD nya 1,2,3,4,7,8
Deleted: ¶ Deleted: <sp> Deleted: Semua responden berpendapat ... [339] Deleted: Informasi ini mereka dapatkan ... [340] Deleted: cara membawa vaksin Deleted: ¶
... [341]
Deleted: R Deleted: Beberapa Deleted: responden menyatakan ... [342]
Formatted
... [343]
Deleted: esponden sependapat ... bahwa [344] Deleted: oleh semua responden Deleted: dengan praktek pengelolaan ... [345] Deleted: Beberapa responden belum ... [346] Deleted: dengan ketentuan. Deleted: untuk tranportasi vaksin ... [347] Deleted: Tujuh responden menyatakan ... [348] Deleted: Deleted: dan petugas puskesmas ... pun [349] Deleted: Bahkan transportasi vaksin ... [350] Deleted: b. Penyimpanan vaksin Deleted: fungsi lemari es Deleted: ¶
... [351]
Formatted
... [352]
Deleted: , syang jika harus
... [353]
Deleted: responden memahami... [354] Deleted: ¶
... [355]
Deleted: Cara menyimpan vaksin¶ ... [356] Deleted: ya Deleted: pemasangan stiker cara ... [357] Deleted: diperlukan untuk
... [358]
Deleted: Deleted: ¶
... [359]
Deleted: c.
Pemantauan suhu...vaksin¶ [360]
Deleted: P Deleted: emantauan suhu vaksin ...belum [361] Deleted: , Deleted: ¶
... [362]
Formatted
... [363]
... [364]
... [365] Formatted
... [366]
... [367]
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian Jumlah sasaran imunisasi Kota Semarang yang cenderung meningkat setiap tahunnya, menyebabkan kebutuhan vaksin program imunisasi akan meningkat pula. Vaksin-vaksin tersebut harus dikelola dengan baik sejak diterima dari Provinsi sampai saat vaksin diberikan kepada sasaran di unit pelayanan (puskesmas,posyandu,unit pelayanan swasta). Bila tidak dikelola dengan baik potensi vaksin akan rusak sehingga tidak efektif untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Banyaknya sarana pelayanan imunisasi baik pemerintah maupun swasta akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan cakupan program. Keberhasilan program imunisasi ditandai dengan tingginya angka cakupan program dan berkurangnya kasus PD3I dan KLB PD3I. Data yang ada menunjukan, meskipun cakupan program imunisasi campak sudah > 90%, namun kasus campak cenderung meningkat. Selain itu KLB Diptheri hampir setiap tahun terjadi, meskipun cakupan imunisasi Diptheri sudah > 90%. Memberikan perlindungan kesehatan yang terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu misi pembangunan kesehatan di Kota Semarang, belum sepenuhnya tercapai. Masih tingginya kasus PD3I serta seringnya terjadi KLB PD3I menunjukan bahwa program imunisasi sebagai salah satu upaya perlindungan kesehatan, masih menghadapi tantangan, khususnya kualitas pelayanan. Salah
satu kemungkinan terjadinya KLB PD3I dan meningkatnya kasus PD3I adalah buruknya kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan sebagai bagian kualitas pelayanan imunisasi
B. Gambaran Kualitas Pengelolaan Vaksin Kualitas pengelolaan vaksin di unit pelayanan pemerintah maupun swasta belum semuanya baik. Kualitas pengelolaan vaksin yang buruk lebih banyak ditemukan di unit pelayanan swasta (60,9%) dibanding dengan puskesmas (37,8%). Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk antara lain suhu lemari es tidak pada kisaran 2-8oC, ditemukan vaksin beku, ditemukan vaksin dengan VVM C atau D dan ditemukan vaksin kadaluwarsa. Perbandingan temuan penyimpangan pengelolaan vaksin di puskesmas dan di unit pelayanan swasta adalah sebagai berikut: Gambar 6.1 Indikator Kualitas Pengelolaan Vaksin yang buruk di Puskesmas dan UPS 60.0%
52.2%
40.0% Pus kes mas
22.5%
18.9%
UPS
20.0%
10.9% 5.4%
5.4%
8.1% 4.5%
0.0% s uhu > 8oC
VVM rusak
Vaksin beku
Vaksin ED
Masing-masing indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk di puskesmas, ditemukan secara terpisah, sebaliknya di unit pelayanan swasta, ditemukan beberapa unit pelayanan dengan 2 indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk secara bersamaan.
Hasil analisis indikator in put, proses dan out put pengelolaan vaksin menunjukkan bahwa sebagian besar proses pengelolaan vaksin (cara membawa vaksin, cara menyimpan vaksin, cara memantau suhu vaksin dan cara menggunakan vaksin) yang tidak benar ditemukan pada unit pelayanan swasta dengan indikator in put yang tidak baik yaitu tidak memiliki pedoman, tenaga terlatih, lemari es khusus untuk menyimpan vaksin dan tidak tersedia termometer di dalam lemari es. Kesalahan pengelolaan vaksin akan mempengaruhi indikator out put pengelolaan vaksin. Sebagian besar indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk (penyimpangan suhu lemari es, vaksin beku, VVM rusak dan vaksin kadaluwarsa) ditemukan pada UPS yang tidak memiliki in put pengelolaan vaksin yang baik . Gambar 6.2 Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada UPS yang tidak memiliki sarana pengelolaan vaksin 100% 80% 60% 40% 20% 0% Tidak memiliki pedoman
Petugas belum pengetahuan Lemari es tidak terlatih petugas kurang khusus
Penyimpangan suhu LE
VVM C
Vaksin beku
Tidak memiliki termometer
Vaksin kadaluwarsa
Hasil FGD menunjukan bahwa sebagian besar responden telah memahami mengapa vaksin harus dikelola dengan baik (kotak1 dan 2), namun pemahaman ini belum diikuti dengan praktek pengelolaan vaksin baik berupa penyediaan sarana pengelolaan vaksin (kotak 5 dan kotak 9) maupun cara mengelola vaksin sesuai pedoman (kotak 3,8,10,11)
C.
Faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel-variabel yang terbukti sebagai faktor risiko
yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin adalah 1)pedoman pengelolaan vaksin; 2) pengetahuan petugas; 3)fungsi lemari es untuk menyimpan vaksin; 4)ketersediaan termometer; 5)cara membawa vaksin dan; 6)komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik. 1. Pedoman pengelolaan vaksin Pedoman pengelolaan vaksin merupakan acuan atau arahan bagi pemilik/penanggung jawab unit pelayanan imunisasi dan petugas untuk mengelola vaksin dengan benar. Sesuai dengan pedoman pengelolaan vaksin, pemilik/penanggung jawab imunisasi harus menyediakan sarana pengelolaan vaksin sesuai standar berupa sarana transportasi vaksin (vaccine carrier , cool pack), sarana penyimpanan vaksin, alat pemantau suhu serta catatan pemakaian vaksin. Bagi petugas, pedoman pengelolaan vaksin merupakan rujukan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan vaksin dengan benar.33 Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan proses pengelolaan vaksin terdapat pada UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin. Kesalahan membawa vaksin terdapat di 76,4% (68 UPS), 75% (33 UPS) kesalahan menyimpan vaksin, dan 84,2% (68 UPS) tidak memperhatikan prinsip EEFO dan mempertimbangkan indikator VVM dalam menggunakan vaksin serta 80% (64 UPS) tidak memantau suhu vaksin ditemukan pada UPS yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin. Kesalahan pengelolaan vaksin pada UPS yang tidak memiliki pedoman berakibat kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk. Sebagian besar indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk terdapat pada UPS yang tidak memiliki pedoman. Penyimpangan suhu lemari es, 90,3%
(65 UPS) ditemukan pada UPS yang tidak memiliki pedoman, 77,4% (24 UPS) dengan indikator VVM C dan 66,7% (10 UPS) vaksin beku serta 66,7% (4 UPS) vaksin kadaluwarsa ditemukan pada UPS yang tidak memiliki pedoman. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa unit pelayanan yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin berisiko 20,56 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibandingkan yang memiliki pedoman pengelolaan vaksin ( p=0,001; 95% CI = 3,43 – 13,41). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gazmararin (2002) yang menyatakan bahwa hasil analisis multivariat pada assesment untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan praktek pengelolaan vaksin menunjukan bahwa lokasi unit pelayanan, jenis tenaga kesehatan, partisipasi dan tersedianya pedoman berhubungan dengan tingkat kepatuhan dalam pengelolaan vaksin.56 Untuk meningkatkan peran swasta dalam program imunisasi di United States, telah dikembangkan pedoman pengelolaan vaksin oleh CDC dan disebutkan dalam ”Red Book’ AAP bahwa provider imunisasi harus membangun suatu pendekatan yang sistematik tentang penyimpan vaksin dan kualitas kontrol. Provider imunisasi seharusnya familiar terhadap pedoman pengelolaan vaksin untuk meminimalkan kerusakan potensi vaksin.13 Pedoman pengelolaan vaksin di Indonesia telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam bentuk surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1611/Menkes/SK/IX/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Distribusi pedoman tersebut masih terbatas untuk Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
Sosialisasi pedoman ke unit pelayanan swasta oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang masih terbatas pada perwakilan organisasi profesi (IBI, PPNI) bersamaan waktunya dengan sosialisasi bagi petugas puskesmas. Hasil wawancara menunjukan bahwa informasi pengelolaan vaksin, sebagian besar didapatkan dari informasi lesan petugas puskesmas dan pertemuan/seminar yang diselenggarakan oleh organisasi profesi. Hasil FGD menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum mengelola vaksin sesuai dengan pedoman baik dalam menyediakan sarana maupun dalam mengelola vaksin.
2. Pengetahuan Petugas Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup. Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang selanjutnya mempengaruhi perilakunya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran.35 Petugas yang bertanggung jawab dalam pengelolaan vaksin harus mengerti suhu penyimpanan yang tepat, memahami indikator VVM serta cara-cara pengelolaan vaksin yang benar. Mereka juga harus memahami tindakan perbaikan bila vaksin dicurigai terpapar suhu beku atau bila terjadi kerusakan peralatan pengelolaan vaksin.5 Penelitian ini menunjukkan sebagian besar kesalahan pengelolaan vaksin (cara membawa vaksin, cara menyimpan vaksin, cara memantau suhu lemari es dan cara menggunakan vaksin) terdapat pada UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang.
Tujuh puluh tiga persen (65 UPS) kesalahan membawa vaksin, 81,8% (36 UPS) kesalahan menyimpan
vaksin,
56,5%
(43
UPS)
tidak
memperhatikan
prinsip
EEFO
dan
mempertimbangkan indikator VVM serta 80% (70 UPS) tidak memantau vaksin dengan benar terdapat pada UPS dengan pengetahuan petugas kurang. Kesalahan pengelolaan vaksin akan mempengaruhi out put pengelolaan vaksin. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk ditemukan pada UPS dengan pengetahuan petugas kurang. Tujuh lima persen penyimpangan suhu lemari es (54 UPS), 74,2% (23 UPS) vaksin beku, 93,3% (14 UPS) vaksin dengan indikator VVM C serta 100% (6 UPS) ditemukan vaksin kadaluwarsa ditemukan pada UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang. Hasil analisis statistik multivariat menunjukan bahwa petugas dengan pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko 31,6 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding petugas dengan nilai pengetahuan yang baik ( p=0,001; 95% CI=4,04-25,59). Hasil FGD menunjukkan sebagian besar responden telah memahami prinsip-prinsip pengelolaan vaksin yang benar, namun dalam praktiknya tidak dilakukan disebabkan keterbatasan sarana antara lain tidak ada lemari es khusus untuk menyimpan vaksin dan tidak ada termometer di dalam lemari es. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi pengelolaan vaksin di Vancouver (2006) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang baik dan ditindaklanjuti dengan praktik pengelolaan vaksin yang baik akan menurunkan jumlah vaksin yang rusak. 13
3. Fungsi lemari es untuk menyimpan vaksin
Untuk menjaga potensi vaksin, vaksin harus disimpan dalam kisaran suhu 2-80C. Tempat penyimpanan vaksin harus dipisahkan dengan bahan lain. Menyimpan barang lain bersama vaksin di lemari es, akan cenderung meningkatkan frekuensi buka tutup lemari es sehingga mempengaruhi suhu vaksin. Suhu vaksin yang tidak adekuat merupakan salah satu masalah utama dalam penyimpanan vaksin.28 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk ditemukan pada unit pelayanan yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin. Penyimpangan suhu lemari es 72,2% terdapat pada UPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin, demikian pula ditemukannya vaksin beku (60,0%), vaksin dengan indikator VVM C (74,2%) dan ditemukan vaksin kadaluwarsa (83,3%) Hasil analisis multivariat menunjukan UPS yang tidak memilik lemari es khusus untuk menyimpan vaksin mempunyai risiko 18,5 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibanding bila lemari es digunakan khusus untuk menyimpan vaksin (p=0,001; 95% CI = 3,20-16,56) Hasil FGD menunjukan sebenarnya responden mengetahui bahwa dengan menggunakan lemari es khusus untuk menyimpan vaksin, suhu di dalam lemari es cukup stabil, namun karena vaksin yang disimpan tidak banyak, pemakaian lemari es khusus untuk vaksin dianggap tidak efisien. (kotak 6) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Bell,dkk (2001) yang menunjukan bahwa kegagalan mempertahankan suhu vaksin berisiko 2,7 kali terjadi penyimpangan suhu vaksin ( OR=2,70; 95%CI=1,40-5,23).16
4. Ketersediaan termometer Termometer merupakan salah satu alat untuk memonitor suhu vaksin. Pada saat terjadi penyimpangan suhu lemari es, petugas harus segera melakukan langkah-langkah perbaikan agar suhu tetap terjaga dalam kisaran 2-8oC. Suhu vaksin harus dikelola di semua tahapan dalam cold chain. Perawat dan profesional kesehatan lainnya seharusnya mengelola vaksin dengan memeriksa suhu vaksin sejak diterima, selama disimpan dan saat hendak digunakan. (59)
Sebagian besar indikator kualitas pengelolaan vaksin yang buruk ditemukan pada UPS yang tidak memiliki termometer.
Enam puluh lima koma tujuh persen (47 UPS)
penyimpangan suhu lemari es dan 58,1% (18 UPS) indikator VVM C serta 66,7%
vaksin
beku ditemukan pada UPS yang tidak memiliki termometer. Hasil uji multivariat menunjukan bahwa tersedianya termometer merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Lemari es yang tidak dilengkapi dengan termometer mempunyai risiko 13,6 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibanding lemari es yang dilengkapi termometer,
(p=0.03; 95% CI: 2,39-17,44).
Hasil FGD menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki termometer. Mereka memperkirakan suhu lemari es hanya didasarkan pada ketebalan bunga es.(kotak 9) Persepsi ini tidak benar, karena timbulnya bunga es berpengaruh terhadap proses pendinginan dan kestabilan suhu di dalam lemari es, selain itu frekuensi buka tutup lemari es akan mempengaruhi suhu lemari es. Semakin sering lemari es dibuka suhu lemari es semakin tidak stabil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bell,dkk (2001) yang menyatakan bahwa tidak adanya termometer di dalam lemari es mempunyai risiko 7,15 kali terjadi penyimpangan suhu vaksin (95% CI: 3,46-14,60).
5. Cara membawa vaksin Cara membawa vaksin atau transportasi vaksin merupakan bagian yang paling kritis dalam pengelolaan vaksin.Transportasi vaksin yang tepat sesuai dengan tingkat wilayah distribusi dimaksudkan
untuk
mempertahankan
suhu
vaksin
sesuai
sifat
vaksin
dengan
mempertimbangkan jarak dan lama tranportasi.5 Bila cara membawa vaksin salah maka vaksin menjadi rusak. Kerusakan vaksin antara lain ditunjukkan dengan perubahan indikator VVM dari kondisi A atau B menjadi C atau D atau sebaliknya vaksin menjadi beku. Transportasi vaksin di unit pelayanan (puskesmas, posyandu,BPS,dll) yang benar adalah menggunakan vaccine carrier yang berisi cool pack untuk mencegah paparan suhu beku pada vaksin-vaksin golongan freeze sensitif. 28,32 Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin dengan kondisi VVM rusak (C atau D) dan vaksin beku sebagian besar terjadi pada UPS dengan kesalahan cara membawa vaksin. Vaksin dengan indikator VVM C, 83,3% ditemukan pada UPS dengan kesalahan cara membawa vaksin. Vaksin beku, 86,7% ditemukan pada UPS dengan kesalahan cara membawa vaksin. Analisis multivariat menunjukan bahwa transportasi/cara membawa vaksin merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Vaksin yang dibawa dengan cara yang salah mempunyai risiko 9,4 kali
lebih besar menyebabkan kualitas
pengelolaan vaksin menjadi buruk jika dibandingkan bila vaksin dibawa dengan cara yang benar. (p=0.007; 95% CI: 1,85-17,82). Hasil FGD menunjukan sebagian besar responden belum mengetahui cara membawa vaksin yang baru yaitu menggunakan cool pack bukan cold pack. (kotak 3 dan 4). Penggunaan es batu/cold pack dalam transportasi vaksin akan berisiko menyebakan vaksin golongan freeze sensitif potensinya berkurang atau hilang. Hal ini sesuai dengan studi oleh PATH yang menunjukan bahwa vaksin golongan freeze sensitif 75% terpapar suhu beku selama distribusi.14
6. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik Pelayanan imunisasi yang bermutu tidak lepas dari komitmen orang-orang yang terlibat dalam kegiatan imunisasi baik dari unsur pimpinan (pemilik unit pelayanan/penanggung jawab kegiatan) maupun dari unsur petugas.33 Komitmen pimpinan dan komitmen petugas harus dikembangkan agar tujuan organisasi (unit pelayanan) tercapai. Salah satu tugas pimpinan adalah menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.35,59 Dukungan peralatan untuk staf bertujuan untuk meningkatkan kinerja mereka, misanya jika tidak tersedia termometer atau jumlah vaksin kurang akan mempengaruhi mutu kegiatan imunisasi atau mungkin saja kegiatan imunisasinya akan sukar dilaksanakan sesuai standar prosedur pelayanan yang baik (quality of care)31 Selain fungsi organisasi, peran pimpinan adalah menjalankan fungsi perencanaan, fungsi penggerakkan dan pelaksanaan serta fungsi pengawasan dan pengendalian.31,35
Sebaliknya tugas staf adalah melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan oleh pimpinan. Tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta antara lain mengambil vaksin ke puskesmas, memantau suhu vaksin secara rutin, memastikan suhu vaksin pada kisaran suhu 2-8oC dan melakukan kegiatan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan imunisasi dan pemakaian logistik imunisasi. 33 Mengingat unit pelayanan swasta dalam penelitian ini sebagian besar berupa pelayanan bidan praktek swasta yang tidak mempunyai staf, sehingga sebagian besar status responden adalah petugas sekaligus sebagai pemilik unit pelayanan. Sebagai petugas sekaligus pemilik, maka peran atau fungsi sebagai pemimpin dan pelaksana diterapkan secara bersamaan. Unit pelayanan swasta yang tidak memiliki pedoman pengelolaan, 72% (36 UPS) dan 68% (34 UPS) tidak ada lemari es khusus untuk menyimpan vaksin adalah UPS dengan komitmen petugas sekaligus pemilik yang kurang. Kesalahan membawa vaksin sebesar 77,8% (37 UPS) dan kesalahan memantau suhu vaksin 72% (36%) serta kesalahan menggunakan vaksin 62% (31 UPS) didapatkan pada UPS dengan komitmen petugas sekaligus pemilik yang kurang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik merupakan faktor risiko kualitas pengelolaan vaksin. Komitmen yang kurang dari petugas sekaligus sebagai pemilik UPS mempunyai risiko 4,7 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibandingkan bila komitmennya baik (p=0,045; 95% CI=1,0421,36) Hasil FGD menunjukan meskipun para pemilik UPS memahami prinsip-prinsip pengelolaan vaksin namun belum semua pemilik menyediakan sarana pengelolaan vaksin sesuai standar dan mengelola vaksin sesuai dengan pedoman yang ada. (kotak 6, 8)
D. Faktor faktor risiko yang tidak terbukti berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin 1. Pelatihan Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah melalui pelatihan. Tujuan pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan untuk ketrampilan petugas, ketiga hal tersebut merupakan suatu kualifikasi tenaga kesehatan. Bagi petugas, dengan pelatihan akan terjadi penambahan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa
pelatihan merupakan faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kualitas pengelolan vaksin (PR = 2,12; p=0,04 95%CI=1,033-4,36). Hasil ini sesuai dengan studi di Vancouver (2006) yang menyatakan bahwa pasca pelatihan pengelolaan vaksin bagi petugas menunjukan peningkatan pengetahuan yang signifikan, 86% responden membuat SOP bila terjadi pemadaman listrik, 82% menggunakan peralatan yang standar dan 91% mencatat suhu secara rutin. Tidak dijelaskan berapa persentase kegiatan sebelum dilakukan pelatihan.13 Meskipun pada analisis bivariat variabel pelatihan terbukti berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin, namun pada analisis multivariat variabel pelatihan tidak terbukti berpengaruh. Hasil analisis multivariat ini sejalan dengan penelitian Bell dkk, yang menemukan tidak ada perbedaaan bermakna antara unit pelayanan swasta pada kelompok kasus (mendapat pelatihan) dengan unit pelayanan swasta pada mendapatkan pelatihan).16
kelompok kontrol (tidak
Perbedaan hasil uji statistik bivariat dan multivariat kemungkinan karena adanya pengaruh variabel lain yang lebih kuat yaitu variebel tersedianya pedoman pengelolaan vaksin dan pengetahuan petugas. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persentase pengelolaan vaksin buruk pada UPS yang tidak memiliki pedoman sebesar 69,3% (tabel 5.7), pada UPS dengan pengetahuan petugas yang kurang persentase pengelolaan vaksin buruk sebesar 71,4% (tabel 5.6), sedangkan pada UPS dengan petugas yang belum dilatih sebesar 67% (tabel 5.5). Tersedianya pedoman pengelolaan vaksin diharapkan dapat menjadi arahan bagi petugas untuk mempelajari petunjuk pengelolaan vaksin yang benar tanpa harus mengikuti suatu pelatihan formal. Suatu pelatihan memerlukan persiapan khusus dan bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk melatih semua pengelola vaksin di unit pelayanan swsata membutuhkan dana yang tidak sedikit. 2. Cara menyimpan vaksin Untuk mempertahankan potensi vaksin,susunan vaksin di dalam lemari es harus mempertimbangkan sifat vaksin. Susunan vaksin di dalam lemari es adalah untuk jenis vaksin heat sensitive (polio,campak dan BCG) di letakkan dalam freezer atau pada rak pertama, untuk jenis vaksin freeze sensitive (DPT,HB,TT) pada rak kedua dan tidak diperkenankan untuk menyimpan vaksin pada rak pintu. Hasil uji statistik bivariat menunjukan bahwa cara menyimpan vaksin merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengengelolaan vaksin. Penyimpanan vaksin yang salah mempunyai risiko 3,67 kali lebih besar untuk menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk, dibanding bila vaksin disimpan dengan cara yang benar. (p=0,00; ,95% CI: 1,558,25)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Edstam,dkk (2002) yang menunjukan adanya perbedaan tingkat efektifitas imunisasi HB pada anak-anak berusia 2 tahun di desa dan perkotaan yang disebabkan cara penyimpanan vaksin yang salah.57 Hasil FGD menunjukan masih ada responden yang meletakkan vaksin di rak pintu (kotak 7). Cara menyimpan vaksin tersebut tidak sesuai dengan pedoman pengelolaan vaksin. Meskipun uji bivariat menunjukkan bahwa cara menyimpan vaksin merupakan faktor risiko yang berpengaruh, namun pada analisa multivariat menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil uji statistik bivariat dan multivariat kemungkinan karena ada pengaruh variabel lain yang lebih kuat yaitu variebel cara membawa vaksin, fungsi lemari es dan ketersediaan termometer serta adanya keterbatasan penelitian. Jumlah UPS dengan cara penyimpanan yang salah (44 UPS) lebih kecil dibanding jumlah UPS yang tidak memiliki lemari es khusus menyimpan vaksin (80 UPS), jumlah UPS yang tidak memiliki termometer (81 UPS), serta jumlah UPS dengan cara membawa vaksin yang salah (89). Perbedaan nilai absolut masing-masing variabel memungkinkan perbedaan out put penilaian, meskipun persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada UPS dengan kesalahan cara menyimpan vaksin lebih besar (79,5%) dibanding UPS yang tidak memiliki lemari es khusus vaksin dan UPS yang tidak memiliki termometer. Vaksin disimpan dengan cara yang benar, namun bila penyimpanan tersebut di lemari es yang tidak khusus serta tidak dilengkapi dengan termometer, belum dapat menjamin kualitas vaksin terjaga.5 6. Supervisi Supervisi
merupakan
rangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
secara
berkala
dan
berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapaianya tujuan program.35,36 Analisis data bivariat menunjukan bahwa supervisi oleh petugas merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Supervisi petugas yang kurang baik mempunyai risiko 2,8 kali untuk menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk bila dibandingkan dengan supervisi yang baik (p=0,010; 95% CI= 1,27-6,16). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Loevinson et al yang menyatakan bahwa ada korelasi antara kualitas supervisi dengan peningkatan kinerja. Suatu bentuk supervisi yang sistematis akan dapat meningkatkan pelayanan secara bermakna.35 Hasil FGD menunjukkan bahwa frekuensi dan kualitas supervisi ke unit pelayanan swasta oleh petugas puskesmas perlu ditingkatkan. (kotak 11). Meskipun uji bivariat dan didukung FGD menunjukkan bahwa supervisi merupakan faktor risiko yang berpengaruh, namun pada analisa multivariat menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil uji statistik bivariat dan multivariat kemungkinan karena ada pengaruh variabel lain yang lebih kuat yaitu variebel komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik UPS serta adanya keterbatasan dalam penelitian. Meskipun supervisi petugas puskemas/DKK belum optimal baik kuantitas maupun kualitas, namun dengan komitmen yang baik dari petugas dan pemilik UPS untuk mengelola vaksin sesuai dengan pedoman, diharapkan dapat menjamin kualitas vaksin dan mengurangi kerusakan vaksin. E. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian meliputi: 1. Bias informasi a. Bias informasi dari responden Beberapa variabel penelitian dalam instrumen pengumpulan data bersifat subyektif, sehingga kebenaran data sangat tergantung pada kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan. Bias informasi pada responden
terjadi karena kesalahan menginterpretasikan
pertanyaan pewawancara atau dalam mengisi kuesioner.
b. Bias informasi dari pewawancara (interviewer bias) Ketrampilan pewawancara untuk menggali informasi yang akurat memegang peran penting dalam pengumpulan data. Keterbatasan atau perbedaan kemampuan pewawancara dalam mengumpulkan, mencatat dan menginterpretasikan informasi responden akan mempengaruhi kualitas data yang diperoleh. Upaya yang dilakukan untuk meminimallan bias informasi adalah menyusun daftar pertanyaan yang didiskusikan terlebih dahulu dengan pakar, menyusun pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana, mudah dimengerti dan dipahami baik oleh pihak responden maupun pewawancara. Selain penyederhanaan kuesioner, juga dilakukan pelatihan bagi petugas pengumpul data untuk menyamakan persepsi alternatif jawaban, cara melakukan pengukuran, cross cek jawaban dengan kondisi fisik yang ditemui. 2. Sampel penelitian a. Petugas
Pemilihan ptugas yang mengelola vaksin tidak dilakukan teknik pengambilan sampel. Petugas sebagai responden adalah 1 (satu) orang petugas yang ditunjuk oleh pihak pemilik/penanggung jawab yang ditemui saat kunjungan, meskipun pada saat kunjungan beberapa UPS mempunyai lebih dari 1 orang petugas. Besar kemungkinan teknik ini kurang mewakili populasi, sehingga terjadi kesalahan interpretasi hasil. b. Pemilik/penanggung jawab Status pemilik unit pelayanan dengan penanggung jawab imunisasi tidak dibedakan, mengingat untuk menemui pemilik unit pelayanan khususnya RS tidak mudah. Apabila status ini dibedakan menjadi 2 kelompok, maka masing-masing kelompok jumlahnya sedikit. Kondisi ini besar kemungkinan kurang mewakili populasi dan menimbulkan interval tingkat keyakinan (CI 95%) menjadi lebar. 3. Pengkategorian data Data pada variabel dengan skala rasio (pengetahuan, komitmen dan petugas), sistem pengkategorian bersifat subyektif. Kriteria baik atau kurang didasarkan pada nilai rata-rata, mengingat tidak ada kriteria khusus untuk mengkategorikan nilai baik atau kurang pada variabel-variabel tersebut. 4. Pemilihan desain Desain cross sectional tidak kuat untuk menilai hubungan kausasi variabel bebas dan variabel terikat, sehingga pada penelitian ini tidak ditampilkan persamaan regresi logistik untuk menghindari kesalahan interpretasi simpulan penelitian.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Hasil penelitian terhadap 138 unit pelayanan swasta (UPS), menunjukan 84 UPS (60.9%) dengan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk. Penyimpangan suhu lemari es (>8oC) terdapat di 72 UPS (52,2%), vaksin dengan indikator VVM C ditemukan di 31 UPS (22,5%), vaksin beku ditemukan di 15 UPS (10,9%), vaksin kadaluwarsa ditemukan di 6 UPS (4,5%). 2. Tidak ada pedoman pengelolaan vaksin berisiko 20,5 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dibandingkan UPS yang memiliki pedoman pengelolaan vaksin ( p=0,001; 95% CI = 3,43 – 13,41). 3. Petugas dengan pengetahuan yang kurang baik mempunyai risiko 31,6 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi buruk dibanding petugas dengan nilai pengetahuan yang baik ( p=0,001; 95% CI=4,04-25,59). 4. Lemari es yang tidak khusus untuk menyimpan vaksin berisiko 18,5 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin buruk dibanding bila lemari es digunakan khusus untuk menyimpan vaksin (p=0,003; 95% CI = 3,20-16,56) 5. Lemari es yang tidak dilengkapi dengan termometer berisiko 13,6 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin buruk dibanding lemari es yang dilengkapi (p=0.03; 95% CI: 2,39-17,44).
termometer
6. Kesalahan membawa vaksin berisiko 9,4 kali
lebih besar menyebabkan kualitas
pengelolaan vaksin menjadi buruk dibandingkan bila vaksin dibawa dengan benar (p=0.07; 95% CI: 1,85-17,82). 7. Komitmen petugas sekaligus sebagai pemilik yang kurang, berisiko 4,7 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin buruk dibandingkan bila komitmennya baik. (p=0,045; 95% CI=1,04-21,36). 8. Faktor risiko yang tidak terbukti berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin adalah: pelatihan, cara menyimpan vaksin dan supervisi petugas. Perbedaan hasil uji statistik bivariat dan multivariat disebabkan karena pengaruh variabel lain yang lebih kuat dan beberapa keterbatasan dalam penelitian. B. Saran 1. Bagi Departemen Kesehatan RI/Dinas Kesehatan Provinsi a. Melakukan kajian pengelolaan vaksin di kabupaten/kota dengan KLB PD3I. b. Melakukan uji potensi vaksin 2. Bagi manajer dan pengelola program imunisasi di Dinas Kesehatan Kota/Puskesmas a. Meningkatkan koordinasi baik lintas program maupun lintas sektor termasuk
dengan
organisasi profesi (IBI, PPNI) guna meningkatkan kualitas pengelolaan vaksin sebagai bagian peningkatan kualitas pelayanan. b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas supervisi pengelolaan vaksin ke UPS Pengelolaan vaksin merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan imunisasi, oleh karenanya dalam setiap kegiatan monitoring dan evaluasi cakupan imunisasi harus dibahas pula aspek pengelolaan vaksin.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan visi
Visi
pembangunan kesehatan Kota Semarang “Terwujudnya masyarakat kota metropolitan yang sehat yang didukung dengan profesionalisme dan kinerja yang tinggi”, 2. Bagi pemilik/penanggung jawab kegiatan imunisasi di unit pelayanan: a. Melengkapi sarana dan prasarana pengelolaan vaksin (lemari es khusus menyimpan vaksin, termometer, kartu suhu) dengan berkoordinasi dengan pihak puskesmas/Dinas kesehatan Kota. b. Menerapkan praktek pengelolaan vaksin sesuai pedoman dan berkoordinasi dengan puskesmas/Dinas Kesehatan Kota dalam menjaga mutu vaksin program untuk meningkatkan kualitas pelayanan 3. Bagi petugas pengelola vaksin: a. Meningkatkan pengetahuan di bidang pengelolaan vaksin b. Melaksanakan praktek pengelolaan vaksin sesuai pedoman
.
DAFTAR PUSTAKA 1. Parslow Tristram G. Immunogent, Antigens & Vaccine, in:Medical Immunology.10th Ed. Mc.Graw Hill. A Lange Medical Book. 2003:70-75 2. Nossal. Vaccines, in: Fundamental Immunology. 5 Th Ed. Lippincott Williams & Wilkins Company. Philadelphia, USA, 2003 P:1328-1330 3. World Health Organization. Vaccines, Immunization And Biologicals. The Cold Chain.2002.http://www.WHO.Int/Vaccines%Access/Vacman/Coldchain/TheCold_Chai n_.Htm,diakses tanggal 10 Oktober 2007 4. Centers For Disease Control and Prevention. General Recomendations On Immunization: Recommendation of The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP) and The American Academy of Family Physician (AAFP). MMWR Recommendation and Report.2002: 51(RR02): 1-36 5. World Health Organization–Unicef. Inisiatif Pengelolaan Penyimpanan Vaksin, Modul 1: 10 Kriteria umum pengelolaan penyimpanan vaksin yang efektif, 2003. P: 2329 6. Centers for Disease Control and Prevention. Guidelines for Maintaning and Managing The Vaccine Cold Chain. MMWR 2003: 52 (42): 1023-1025 7. Serum Institute of India. Freezing and Thawing Experiment In : Effect of Freezing on Vaccine Potency. http://www.Path.Org/Publications/Details.Php?I=945, diakses tanggal 10 Oktober 2007 8. Lily H Susanto. Hubungan Antara Potensi Vaksin Campak dengan Rantai Dingin Di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Universitas Gajah Mada.1999 (Thesis unpublished) 9. WHO-Indonesia. Program Imunisasi dan Pengembangan.Vaksin. http://www.WHO.Ind/202.158.72.229/Ind/Ourwork.Asp?Id=Ow5 diakses tanggal 10 Oktober 2007 10. Kendal A. Snyder R. Garrison P. Validation of Cold Chain Procedures Suitable for Distribution of Vaccines by Public Health Programs in The USA. Vaccine 1997; 15:1459-1465 11. Casto D. Brunell P. Safe Handling of Vaccines. Pediatrics 1997; 87:108-112 12. Woodyard E. Woodyard L. Alto W. Vaccine Storage in The Physician’s Office : A Community Study. 1995; 8 : 91-94
13. British Columbia Centre for Disease Control (BCCDC). Putting The ”Cold Back into The Chain”: Strengthening Capacity Management Through Training of The Physicians. BC Medical Journal. 2006 :48: 342-343 14. Nelson CM.Wibisono. Moniaga V. Widjaya A. Hepatitis B Vaccine Freezing in The Indonesia Cold Chain in Evidence of Vaccine Freezing in The Cold Chain. http://www.path.Org/Publications/Details.Php?I=946 diakses Tanggal 15 Oktober 2007 15. Program Appropiate Technology in Health & Departemen Kesehatan RI. Pemantauan Pelayanan Imunisasi dan Pengelolaan Vaksin di Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Swasta di DKI Jakarta. 2005 16. Bell Karen N. Hogue CJ. Manning C. Kendal A. Risk Factors for Improper Vaccine Storage and Handling in Private Provide Offices. Pediatrics. 2001;107:E100 17. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005. 18. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2006. 19. Seksi Pengamatan Penyakit. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data Penyakit-Penyakit Potensial Wabah Tahun 2005-2006 20. Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hasil Penyelidikan KLB Difteri Di Kota Semarang Tahun 2005-2006 21. Irianingrum E. Hubungan Aspek Pengelolaan Vaksin Terhadap Kerusakan Vaksin. Universitas Diponegoro Semarang. 2002 (unpublizer) 22. Supriyono. Gambaran Suhu Vaksin di Dalam Vaccine Carrier. Universitas Diponegoro Semarang. 2005 (unpublizer) 23. World Health Organization ,Thermostability of Vaccines, 1998 24. World Health Organization, VVM Access/Vacman/VVM/vvmmainpage.Htm
for
All.
www.WHO.Int/Vaccines-
25. World Health Organization. Getting Started with Vaccine Vial Monitors, Question and Answer on The Fields Operational, Bull WHO V,2002 26. Pancharoen C, Thisyakorn USA, Handbook of Vaccine: The Royal College of Pediatriacian of Thailand, Tana Press, 2006
27. Centers for Disease Control and Prevention. Classification of Vaccine. dalam Atkinson W, Humiston S, Wolfe,R, 5th Ed,1999 H.4-8 28. World Health Organization. Ensuring Quality of Vaccines at Country Level- A Guidelines for Health Staff. WHO,2002 29. World Health Organization, User’s Handbook for Vaccine Cold Room or Freezer Room ,2002 30. Fleming Steven T, Epidemiology and The Controling Function, Medical Care,1995 P:186-201 31. Muninjaya A.A G, Manajemen Kesehatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, 2004; H: 44,94-99, 177 32. Health Protection Agency. National Training.Www.HPA.Org.Uk.2005
Minimum
Standards
of
Immunization
33. Departemen Kesehatan RI. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1611/Menkes/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. 2005 34. Green L W. Health Promotion and Educational and Enviromental Approach. 2sc Mayfield Publishing co. London. 2000 35. Robbins P Stephen. Perilaku Organisasi. Jilid I. Edisi kedelapan. PT Prenhalindo, Jakarta 2001; Hal 40-46 36. Maibach E & Holtgrave. Advances in Public Health Communication Ann.Rev. Public Health.1995. 16: 219 37. Lomax KC & Fleming ST. Epidemiology and The Directing Function. In Managerial Epidemiology.2000 P 147-150 38. Arvan Pradiansyah. Lima Prinsip membangun Komitmen. Manajemen. Edisi 125. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta. 1999. Hal 31 39. Wiyono. FX. Menyamakan Persepsi tentang Komitmen. Manajemen. Edisi no 126 Pustaka Binaman Presindo, Jakarta. 1999. Hal 34 40. Ada G, Vaccines and Vaccination. New England Journal of Medicine. 2001 345:10421053 41. Belanti JA, Immunology III, Wahab A,1993 (Alih Bahasa), Suripto, Gajahmada University Press, Yogyakarta,1985
42. Nester Eugene W, Robert C.Evans. Microbiology A Human Perspective, Second Edition WCB Mcgraw-Hill Companies, 1988 43. Cutts,Ft. The Immunological Basic for Immunization, Expanded Programme on Immunization, 1993 44. Grossman M, Terr, Immunization in : Medical Immunology.10th Ed. Mc.Graw Hill. A Lange Medical Book. 2003:P: 699 45. Boyd Rf. Immunological Disorders in Basic Medical Microbiology ,5th Ed , Little Brown & Co. 1995 P:183-184 46. Levinson W. Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology. 7th ed. Mc Graw Hill.2002; P:361-362 47. Del Mundo Fe, Primary Maternal & Neonatal Health A Global Concern. Plenum Press. New York,1983; P 183-188 48. Biofarma, Beberapa Petunjuk Pemakaian Vaksin, Bandung PT Bio Farma, 2002, H 1577 49. Gordis. Using epidemiology to identify the cause of disease in Epidemiology, Second Edition, WB. Saunders Company,2000, p=140-157 50. Rothman KJ & Greenland S. Types of Epidemiologic Studies in Modern Epidemiology. Second Edition. Lippincott Williams Wilkins. A wolters Kluwer Company.,1993,p 6768. 51. Sastroasmoro Sudigdo, Ismail Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto.Jakarta.2002; hal 97-109 52. Umar Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2002; 91-99 53. Budiarto Eko. Biosatatika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran.2002 54. Locke Lf, Spirduso Ww, Silverman Sj. A Guide for Planning Dissertations and Grant Proposals. 2nd Sage Publications.1987; P:23-26, 17-185 55. Nordness Robert. Epidemiology and Biostastic, Philadelphia. 2006; P=131-137,211223
56. Gazmararin JA,Oster, Green, et al, Vaccine storage practices in primary care physicians offices; Assessment and intervention, AMJ.Prev Med 2002;23
57. Edstam JS, Dulmaa N,et al. Comparison of hepatitis B vaccine coverage and effectiveness among urban and rural Mongolian 2 year olds. Prev Med 2002; 35 58. Notoatmodjo,Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Yogyakarta, Rineka Cipta.2003 59. Woodyard E, Woodyard L, Alto WA. Vaccine storage in the physician’s office; A community Studi.J Am Board Fam Pract 1995;8:91-94 PubMed
Page lxxiii: [1] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 7:12:00 AM
Tenaga kesehatan: Tenaga kesehatan yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kota sebanyak 7.492 orang yang terdiri atas 2.707 tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis) 3.496 perawat dan bidan, 558 tenaga farmasi, 133 tenaga gizi, 427 teknisi medis, 95 sanitasi dan 76 tenaga kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan tersebut tersebar di berbagai unit pelayanan dan institusi (36,1%). Persebaran tenaga kesehatan di Kota Semarang menurut unit kerjanya dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:
Persebaran tenaga kesehatan di Kota Semarang menurut unit kerja tahun 2006
U n it k e r j a
Jenis Tenaga Kesehatan
P u s k e e m a s R u m a h S a k it I n s ti t u s i S a r k e s l a i n D i n k e s k o t a
Sumber : Profil kesehatan kota Semarang tahun 2006
Page lxxiii: [2] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:47:00 AM
Font: 11 pt, Swedish (Sweden) Page lxxiii: [3] Formatted
Indent: Hanging: 0.75", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent at: 0.75" Page lxxiii: [4] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:47:00 AM
Font: 12 pt, Swedish (Sweden) Page lxxiii: [5] Formatted
Indent: Hanging: 0.75", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent at: 0.75" Page lxxiii: [6] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:47:00 AM
Font: 12 pt, Swedish (Sweden) Page lxxiii: [7] Formatted
Font: 12 pt, Swedish (Sweden) Page lxxiii: [8] Deleted
Masyarakat kota metropolitan yang sehat adalah masyarakat yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Upaya pelayanan kesehatan secara professional adalah tatanan dari stake holder kesehatan di kota semarang yang memiliki kemampuan cipta, rasa, karsa dan karya yang tinggi dengan karakteristik mandiri, kreatif, berbudaya, partisipatif dan menguasai iptek sehingga mampu memberikan upaya pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan yang prima. Page lxxiii: [9] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:47:00 AM
Page lxxiii: [10] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:48:00 AM
Indent: Hanging: 0.75", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent at: 0.75" Page lxxiii: [11] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:48:00 AM
Sasaran program imunisasi meliputi bayi, balita, anak sekolah dan Wanita Usia Subur. Page lxxiv: [12] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:07:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:07:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:07:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:13:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:06:00 AM
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [13] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [14] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [15] Formatted
Finnish Page lxxiv: [16] Formatted
Finnish Page lxxiv: [17] Formatted
Finnish Page lxxiv: [18] Change
Formatted Table Page lxxiv: [19] Formatted
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxiv: [20] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 6:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:06:00 AM
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [21] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [22] Formatted
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxiv: [23] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:06:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxiv: [24] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:06:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxiv: [25] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:31:00 AM
Indent: Hanging: 0.5", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" Page lxxiv: [26] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 10:18:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 4:50:00 AM
English (U.S.) Page lxxiv: [27] Formatted
Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Page lxxiv: [28] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 10:18:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:08:00 AM
English (U.S.) Page lxxiv: [29] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [30] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:08:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:08:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:08:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:09:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:09:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:09:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:09:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:10:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:10:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:10:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:10:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 10:34:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 10:34:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 4:49:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 4:49:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:31:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:37:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:37:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:37:00 AM
English (U.S.) Page lxxiv: [31] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [32] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [33] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [34] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [35] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [36] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [37] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [38] Formatted
English (U.S.), Superscript Page lxxiv: [39] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [40] Formatted
English (U.S.) Page lxxiv: [41] Formatted
Finnish Page lxxiv: [42] Formatted
Finnish Page lxxiv: [43] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxiv: [44] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [45] Formatted
Finnish Page lxxvii: [45] Formatted
Finnish Page lxxvii: [45] Formatted
Finnish Page lxxvii: [46] Formatted
English (U.S.) Page lxxvii: [46] Formatted
English (U.S.) Page lxxvii: [46] Formatted
Font: Not Bold Page lxxvii: [47] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:40:00 AM
Font: Not Bold, Swedish (Sweden) Page lxxvii: [47] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:35:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 10:59:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:34:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:46:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:32:00 AM
Font: Not Bold Page lxxvii: [48] Formatted
Finnish Page lxxvii: [49] Deleted
Pelatihan P Page lxxvii: [50] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [51] Formatted
Indent: First line: 0.25", Tabs: Not at 0.88" Page lxxvii: [52] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:34:00 AM
Jenis unit pelayanan swasta Unit pelayanan swasta yang memberikan imunisasi sebagai sampel penilitian sejumlah Page lxxvii: [53] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:31:00 AM
138 unit terdiri atas: 97 Bidan praktek swasta (70,3%); 25 RB/KIA (18,1%); 4 RSB (2,9%), 4 RSIA (2,9%) dan 8 RS (5,8%). b. Pendidikan Pendidikan Page lxxvii: [54] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:34:00 AM
pemilik/penanggung jawab imunisasi sebagian besar adalah bidan (67,7%), demikian juga dengan latar belakang pendidikan petugas. Gambaran Page lxxvii: [55] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:32:00 AM
Indent: First line: 0.25", Tabs: Not at 0.88" Page lxxvii: [56] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 7:34:00 AM
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [57] Deleted
latar belakang pendidikan responden berdasarkan statusnya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4
: Latar belakang pendidikan pemilik/penanggung jawab imunisasi dan pengelola vaksinresponden berdasarkan statusnya
Status
Pendidikan Dokter
Jumlah
Bidan
apoteker
SMA
12(26,8%)
27 (65,8%)
2(4,4%)
0
41 (100%)
0
28 (68,3%)
0
13(31,7%)
41 (100%)
0
97 (100%)
0
0
97 (100%)
- Pemilik/penanggung jawab UPS - Petugas mempunyai Atasan - Petugas sekaligus Pemilik Page lxxvii: [58] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 3:32:00 AM
Indent: First line: 0.25", Tabs: Not at 0.88" Page lxxvii: [59] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:35:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 9:44:00 PM
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [60] Change
Formatted Table Page lxxvii: [61] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [62] Deleted
(baik yang mempunyai atasan maupun yang tidak) Page lxxvii: [62] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 1:23:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 1:23:00 AM
mendapatkan pe Page lxxvii: [63] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [64] Deleted
an Page lxxvii: [64] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 1:23:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 9:45:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 1:49:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:14:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:13:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:14:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Page lxxvii: [74] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/18/2002 11:31:00 PM
Page lxxvii: [74] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 9:45:00 PM
pengelolaan vaksin Page lxxvii: [64] Deleted
75 Page lxxvii: [65] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [66] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [67] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [68] Deleted
……. Page lxxvii: [68] Deleted
dengan Page lxxvii: [69] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [70] Deleted
engelola Page lxxvii: [70] Deleted
telah Page lxxvii: [71] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [72] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [73] Formatted
Swedish (Sweden)
45,7
Page lxxvii: [75] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 2:40:00 AM
Swedish (Sweden) Page lxxvii: [76] Formatted
Indent: First line: 0", Line spacing: Multiple 1.9 li Page lxxvii: [77] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 5:11:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 1:30:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/12/2002 8:05:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page lxxvii: [78] Formatted
Swedish (Sweden) Page lxxxiii: [79] Deleted
Tabel 5.5
: Distribusi ketersediaan sarana pengelolaan vaksin di unit pelayanan swasta.
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar unit pelayanan tidak memiliki sarana pengelolaan vaksin berupa lemari es khusus menyimpan vaksin (62,3%), kartu termometer (60,9%); kartu catatan suhu (58%) dan pedoman pengelolaan vaksin Page lxxxiii: [80] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:01:00 AM
tertulis tentang pengelolaan vaksin Page lxxxiii: [81] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 7:06:00 AM
No bullets or numbering, Tabs: Not at 0.75" Page lxxxiii: [82] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:04:00 AM
kecuali cara menyimpan vaksin, Page lxxxiii: [83] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:01:00 PM
elakukan kesalahan dalam hal membawa vaksin (64,5%), memantau suhu vaksin (63,1%) dan menggunakan vaksin (55,1%) Page lxxxiii: [84] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 8:03:00 AM
Indent: Hanging: 1.75", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 4 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Tab after: 1.75" + Indent at: 1.75", Tabs: 0.25", Left Page lxxxiii: [85] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:03:00 PM
istribusi cara mengelola vaksin di unit pelayanan swasta dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut:
: Distribusi unit pelayanan swasta berdasarkan cara mengelola vaksin
Page lxxxiii: [86] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 12:34:00 AM
Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Page lxxxiii: [87] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 8:14:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 2:32:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page lxxxiii: [88] Formatted
Justified, Indent: First line: 0.25" Page lxxxix: [89] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [90] Formatted
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [91] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [92] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [93] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [94] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [95] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page lxxxix: [96] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
Indent: Left: 0", Line spacing: Multiple 1.95 li Page lxxxix: [97] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
Line spacing: Multiple 1.95 li, No bullets or numbering, Tabs: Not at 0.38" + 0.75" + 1" Page lxxxix: [98] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
Line spacing: Multiple 1.95 li Page lxxxix: [99] Formatted
Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.95 li, Tabs: 0.25", Left Page lxxxix: [100] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 10:47:00 PM
reponden terhadap supervisi oleh petugas dibedakan dalam dua kelompok yaitu supervisi dengan nilai diatas rata-rata dan supervisi dengan nilai dibawah nilai rata-rata. P Page lxxxix: [101] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 10:48:00 PM
enilaian responden terhadap supervisi oleh petugas puskesmas/DKK, Page lxxxix: [102] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 10:50:00 PM
dengan nilai di bawah nilai rata-rata. Page lxxxix: [103] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
Indent: Hanging: 0.5", Line spacing: Multiple 1.95 li, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" Page lxxxix: [104] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:34:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:17:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:35:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
Line spacing: Multiple 1.95 li Page lxxxix: [105] Formatted
Font: Italic Page lxxxix: [106] Formatted
Font: Italic Page lxxxix: [107] Formatted
Font: Bold Page lxxxix: [108] Formatted
Indent: Hanging: 1", Line spacing: Multiple 1.95 li, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent at: 1" Page lxxxix: [109] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:36:00 AM
Line spacing: Multiple 1.95 li Page lxxxix: [110] Deleted
karakteristik responden adalah pelatihan dan pengetahuan. Page lxxxix: [111] Change
Bp Karno
4/26/2008 12:44:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Formatted Bullets and Numbering Page xc: [112] Formatted
Swedish (Sweden)
Page xc: [113] Formatted
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
Swedish (Sweden) Page xc: [114] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [115] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [116] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [117] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [118] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 7:41:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 7:41:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:37:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:13:00 AM
Page xc: [120] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:37:00 AM
Page xc: [120] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:12:00 AM
Page xc: [120] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:04:00 PM
Page xc: [121] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:40:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:13:00 AM
Hasil analisis statistik Page xc: [118] Deleted
h Page xc: [118] Deleted
8 berikut: Page xc: [119] Change
Formatted Table 8 :
Swedish (Sweden) Page xc: [122] Formatted
Indent: Left: 0.75", Hanging: 0.12", Line spacing: 1.5 lines Page xc: [123] Change
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:12:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:03:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 7:44:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Formatted Table Page xc: [124] Formatted
Indent: Left: 0" Page xc: [125] Formatted
Line spacing: Multiple 2.1 li Page xc: [126] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [127] Formatted
Swedish (Sweden)
Page xc: [128] Deleted
Bp Karno
4/26/2008 2:02:00 AM
persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas yang belum pernah mendapatkan pelatihan sebesar 69,8%, lebih besar dibandingkan pada petugas yang sudah mendapatkan pelatihan (53,3%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa faktor Page xc: [129] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:31:00 AM
Swedish (Sweden) Page xc: [130] Deleted
memiliki hubungan yang bermakna Page xc: [131] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:21:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 7:42:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:05:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:05:00 PM
Swedish (Sweden) Page xc: [132] Deleted
untuk Page xc: [132] Deleted
menjadi Page xc: [133] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [134] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [135] Deleted
p=0,048, PR=2,026; CI =1,002-4,096 Page xc: [136] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:12:00 AM
Swedish (Sweden) Page xc: [137] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [137] Formatted
Swedish (Sweden) Page xc: [138] Formatted
Swedish (Sweden) Page xci: [139] Deleted
Tabel 5.9 menunjukan bahwa persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas dengan nilai pengetahuan di bawah
Page xci: [140] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:08:00 AM
rata-rata sebesar 40,4%, lebih besar bila dibandingkan petugas dengan nilai pengetahuan di atas Page xci: [141] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:08:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 4:58:00 AM
rata-rata (28,6%). Hasil uji statistik Page xci: [142] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li, No bullets or numbering Page xci: [143] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:38:00 AM
Page xciii: [144] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:11:00 PM
Page xciii: [144] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:17:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:35:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:35:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:03:00 AM
Sarana Pengelolaan vaksin
10 Page xciii: [144] Deleted
memiliki hubungan yang ber Page xciii: [145] Deleted
makna terhadap Page xciii: [145] Deleted
yang Page xciii: [145] Deleted
2,2 Page xciii: [145] Deleted
untuk Page xciii: [146] Deleted
gakibatkan
Bp Karno
4/26/2008 2:11:00 AM
Page xciii: [146] Deleted
Bp Karno
4/27/2008 5:20:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:15:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:15:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
yang Page xciii: [147] Deleted
29 Page xciii: [147] Deleted
2,214 Page xciii: [147] Deleted
077-4,552 Page xciii: [148] Deleted
yang Page xciii: [148] Deleted
67,9 Page xciii: [148] Deleted
anyak Page xciii: [148] Deleted
kan Page xciii: [148] Deleted
yang Page xciii: [148] Deleted
dengan Page xciii: [148] Deleted
50 Page xciii: [148] Deleted
Hasil uji statistik menunjukan bahwa Page xciii: [148] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:36:00 AM
t Page xciii: [148] Deleted
memiliki hubungan yang bermakna Page xciii: [148] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:15:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:15:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:15:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:17:00 AM
Page xciii: [150] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:17:00 AM
Page xciv: [151] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:42:00 AM
yang Page xciii: [148] Deleted
dengan Page xciii: [149] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciii: [149] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciii: [149] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciii: [150] Deleted
11 : Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xciv: [152] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:42:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xciv: [153] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:16:00 PM
bahwa tersedianya termometer memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Lemari es yang tidak dilengkapi dengan termometer mempunyai risiko 2 kali menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk dengan p = 0,036 (< 0,05) Page xciv: [154] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:43:00 AM
English (U.S.) Page xciv: [155] Change
Bp Karno
4/26/2008 12:44:00 AM
Formatted Bullets and Numbering Page xciv: [156] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:43:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:42:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:18:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:22:00 PM
English (U.S.) Page xciv: [157] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciv: [158] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciv: [159] Deleted
2 Page xciv: [159] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:18:00 AM
Page xciv: [159] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:19:00 PM
Page xciv: [160] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:19:00 PM
:
Indent: Left: 0.75", Line spacing: 1.5 lines Page xciv: [161] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:18:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:22:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:42:00 AM
Indent: First line: 0" Page xciv: [162] Deleted
2 Page xciv: [162] Deleted
persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada unit pelayanan yang tidak mempunyai kartu catatan suhu sebesar 67,5%, lebih besar dibanding pada unit pelayanan yang mempunyai kartu catatan suhu (51,7%). H Page xciv: [163] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:42:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:37:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [164] Formatted
English (U.S.) Page xciv: [165] Deleted
memiliki hubungan yang tidak bermakna Page xciv: [166] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:20:00 PM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [167] Deleted
Tabel 5.13 menunjukan bahwa persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada unit pelayanan yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin sebesar 69,3% lebih tinggi dibanding unit pelayanan yang memiliki pedoman pengelolaan vaksin (37,8%). Hasil uji statistik Page xciv: [168] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:20:00 PM
menunjukkan bahwa tersedianya pedoman pengelolaan vaksin memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Unit pelayanan yang tidak memiliki pedoman pengelolaan vaksin berisiko 3,7 kali lebih besar menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin menjadi Page xciv: [169] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:20:00 PM
buruk dibandingkan yang memiliki pedoman pengelolaan vaksin dengan nilai p=0,001 (<0,05)
Page xciv: [169] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:44:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:26:00 PM
Cara pengelolaan vaksin Page xciv: [170] Formatted
Swedish (Sweden) Page xciv: [171] Deleted
Pedoman Pengelolaan vaksin Hubungan tersedianya pedoman pengelolaan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut : Tabel 5.13
:
Hubungan antara pedoman pengelolaan vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Tersedia
Kualitas pengelolaan
p
Pedoman
vaksin
val
pengelolaan
Baik
Buruk
vaksin
Ya (n=37)
23
14
ue
PR
95% CI
(62,2%) Tidak (n=101)
(37,8%
0,0
3,71
1,688-
)
01
0
8,154
31 (30,7%)
70 (69,3% )
Page xciv: [172] Change
Bp Karno
4/26/2008 12:44:00 AM
Formatted Bullets and Numbering Page xciv: [173] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:42:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [173] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [173] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [174] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [174] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [174] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [175] Formatted
English (U.S.) Page xciv: [176] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [177] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [178] Formatted
Indent: Hanging: 0.5", Line spacing: Multiple 1.9 li, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" Page xciv: [179] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:45:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:09:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:10:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xciv: [180] Formatted
English (U.S.) Page xciv: [180] Formatted
English (U.S.) Page xciv: [180] Formatted
Swedish (Sweden)
Page xcv: [181] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:40:00 AM
Page xcv: [181] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/24/2002 1:16:00 PM
Page xcv: [182] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:28:00 PM
4 :
Tabel 5.14 menunjukan bahwa kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas yang membawa vaksin dengan cara yang salah sebesar 77,5 Page xcv: [183] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:08:00 AM
7%. Persentase ini lebih besar dibandingkan Page xcv: [184] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:08:00 AM
petugas yang membawa vaksin dengan cara yang benar (30,6%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa cara membawa vaksin memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Cara membawa vaksin yang salah memiliki risiko 7,8 kali menyebabkan Page xcv: [185] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:10:00 AM
kualitas pengelolaan vaksin menjadi Page xcv: [186] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:10:00 AM
buruk dibanding bila vaksin dibawa dengan cara yang benar dengan nilai (p=0,000; PR=7,820; 95% CI=3,565-17,151 Page xcv: [187] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:10:00 AM
Page xcv: [188] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:13:00 AM
Page xcv: [188] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:40:00 AM
). C
penyimpanan
Page xcv: [188] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:41:00 AM
Page xcv: [189] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:41:00 AM
Page xcv: [189] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:18:00 AM
Page xcv: [190] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:41:00 AM
5 sebagai berikut :
5 : Indent: Left: 0.75", Line spacing: 1.5 lines Page xcv: [191] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:46:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcv: [192] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:46:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcv: [193] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:46:00 AM
Centered, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcv: [194] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:47:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:12:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xcv: [195] Deleted
Tabel 5.15 menunjukan bahwa persentase kualitas pengelolaan vaksin pada unit pelayanan dengan cara penyimpanan vaksin yang salah Page xcv: [196] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:13:00 AM
73,6.%. lebih besar dibandingkan unit pelayanan dengan cara penyimpanan vaksin yang benar (39,2%). Page xcv: [196] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:14:00 AM
Page xcv: [196] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:14:00 AM
Page xcv: [196] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:40:00 AM
Hasil uji statistik
memiliki hubungan yang bermakna Page xcv: [196] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:14:00 AM
yang Page xcvi: [197] Deleted
gakibatkan
Bp Karno
4/26/2008 2:19:00 AM
Page xcvi: [197] Deleted
Bp Karno
4/27/2008 5:23:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:23:00 AM
yang Page xcvi: [197] Deleted
disimpan Page xcvi: [198] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:15:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:34:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:32:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:32:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:38:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:16:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:16:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:17:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:17:00 AM
Page xcvi: [201] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:19:00 AM
Page xcvi: [201] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/21/2002 11:35:00 PM
Page xcvi: [202] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:30:00 AM
cara yang Page xcvi: [198] Deleted
dengan nilai Page xcvi: [199] Formatted
Finnish Page xcvi: [199] Formatted
Finnish Page xcvi: [200] Deleted
P Page xcvi: [200] Deleted
dengan cara yang Page xcvi: [200] Deleted
gkan Page xcvi: [200] Deleted
dengan cara Page xcvi: [200] Deleted
cara yang
:
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcvi: [203] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:30:00 AM
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcvi: [204] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right
3/3/2002 12:30:00 AM
Page xcvi: [205] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:31:00 AM
Bp Karno
4/26/2008 2:20:00 AM
Line spacing: Multiple 1.9 li Page xcvi: [206] Deleted
persentase kualitas pengelolaan vaksin pada unit pelayanan yang memantau suhu vaksin dengan cara yang salah sebesar 64,7% lebih kecil dibandingkan unit pelayanan dengan cara memantau suhu vaksin dengan cara yang benar (54,7%). Hasil uji statistik menunjukan Page xcvi: [207] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:41:00 AM
tidak Page xcvi: [207] Deleted
memiliki hubungan yang bermakna Page xcvi: [207] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:48:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:18:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:18:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:18:00 AM
2 Page xcvi: [208] Deleted
yang Page xcvi: [208] Deleted
dengan Page xcvi: [208] Deleted
cara penggunaan vaksin yang sa Page xcvi: [208] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:18:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:19:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:38:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:41:00 AM
kan Page xcvi: [208] Deleted
pada tabel 5.16 Page xcvi: [208] Deleted
pemakaian Page xcvi: [208] Deleted
memiliki hubungan yang tidak bermakna Page xcvi: [208] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:48:00 AM
0 Page xcvii: [209] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:45:00 PM
Justified, Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Page xcviii: [210] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:04:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:45:00 PM
Font: Not Bold Page xcviii: [211] Formatted
Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Page xcviii: [212] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:06:00 AM
Persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada unit pelayanan dengan nilai komitmen pemilik/penanggung jawab dibawah nilai rata-rata sebesar 77,8% lebih tinggi dibandingkan unit pelayanan dengan nilai komitmen pemilik/penanggung jawab di atas nilai rata-rata. Hasil uji statistik Page xcviii: [213] Formatted
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:42:00 AM
Finnish Page xcviii: [214] Formatted
Finnish Page xcviii: [215] Formatted
Finnish Page xcviii: [216] Formatted
Finnish Page xcviii: [217] Deleted
memiliki hubungan yang bermakna Page xcviii: [218] Formatted
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Finnish Page xcviii: [219] Formatted
Finnish Page xcviii: [220] Change
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:20:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Formatted Table Page xcviii: [221] Formatted
Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [222] Formatted
Indent: First line: 0.37", Line spacing: single Page xcviii: [223] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [224] Change
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:44:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Formatted Table Page xcviii: [225] Formatted
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [226] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [227] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [228] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page xcviii: [229] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:46:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:30:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/3/2002 12:32:00 AM
Line spacing: At least 0.9 pt Page xcviii: [230] Formatted
Swedish (Sweden) Page xcviii: [231] Formatted
Line spacing: Multiple 1.95 li Page xcviii: [232] Change
Bp Karno
4/26/2008 12:44:00 AM
Bp Karno
4/27/2008 5:25:00 AM
Formatted Bullets and Numbering Page xcviii: [233] Deleted
Hasil uji statistic membuktikan bahwa komitmen pemilik/penanggung jawab
tidak
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Diatas. Page xcviii: [234] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:30:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:32:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:32:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:32:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:32:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 8:32:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:20:00 AM
Swedish (Sweden) Page xcviii: [235] Formatted
Finnish Page xcviii: [236] Formatted
Finnish Page xcviii: [237] Formatted
Finnish Page xcviii: [238] Formatted
Finnish Page xcviii: [239] Formatted
Finnish Page xcix: [240] Deleted
Persentase kualitas pengelolaan vaksin yang buruk pada petugas dengan nilai komitmen dibawah nilai rata-rata sebesar 84,6% lebih besar jika dibanding dengan nilai komitmen diatas nilai rata-rata (47,6%). Hubungan antara komitmen petugas dengan kualitas pengelolaan vaksin adalah sebagai berikut : Tabel 5.19
Hubungan antara komitmen pengelola vaksin dengan kualitas pengelolaan vaksin
Page cii: [241] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 6:00:00 PM
Indent: First line: 0.37", Line spacing: Multiple 1.9 li Page cii: [242] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:44:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:21:00 AM
P Page cii: [242] Deleted
yang Page cii: [242] Deleted
pada supervisi oleh petugas puskesmas/DKK dengan nilai dibawah nilai rata-rata Page cii: [242] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:53:00 PM
kan pada Page cii: [242] Deleted
dengan nilai diatas rata-rata Page cii: [242] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:06:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:21:00 AM
Page cii: [243] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:47:00 AM
Page cii: [244] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:21:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:27:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
9,8 Page cii: [242] Deleted
21 berikut :
Finnish Page cii: [245] Formatted
Finnish Page cii: [246] Formatted
Finnish Page cii: [247] Formatted
Finnish Page cii: [248] Formatted
Line spacing: Multiple 1.3 li Page cii: [249] Formatted
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [250] Change
Formatted Table
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:47:00 AM
Page cii: [251] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [252] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [253] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [254] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [255] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:59:00 PM
Indent: First line: 0.37", Line spacing: Multiple 1.85 li Page cii: [256] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Page cii: [258] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:22:00 AM
Page cii: [258] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:45:00 AM
Page cii: [258] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:22:00 AM
Page cii: [259] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 9:46:00 AM
Swedish (Sweden) Page cii: [257] Formatted
Swedish (Sweden)
nilai
Swedish (Sweden) Page cii: [260] Deleted
memiliki hubungan yang bermakna Page cii: [261] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:53:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:53:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:22:00 AM
Swedish (Sweden) Page cii: [262] Deleted
Nilai Page cii: [262] Deleted
s Page cii: [263] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [264] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [265] Deleted
Page cii: [265] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/28/2002 12:54:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:55:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:55:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:55:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:02:00 AM
nilai s Page cii: [266] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [267] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [268] Deleted
0 Page cii: [268] Deleted
2 Page cii: [268] Deleted
65 Page cii: [269] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [270] Deleted
Secara keseluruhan dari 14 varibel bebas yang diteliti terdapat 9 variabel yang mempunyai nilai Page cii: [271] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:02:00 AM
prevalensi rasio lebih dari 2 atau dianggap Page cii: [272] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:24:00 AM
sebagai faktor risiko terhadap kualitas pengelolaan vaksin, namun jika melihat nilai p, maka dari 9 variabel bebas tersebut hanya 8 variabel yang memiliki hubungan bermakna (p<0,05) sebagai faktor risiko terhadap kualitas pengelolaan vaksin. Ke delapan variabel bebas tersebut adalah: 1)pelatihan petugas; 2)pengetahuan petugas; 3) fungsi lemari es; 4 Page cii: [273] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:56:00 AM
)thermometer; 5)pedoman; 6)cara membawa vaksin; 7 Page cii: [274] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:56:00 AM
cara menggunakan vaksin, 6)komitmen pemilik/penanggung jawab; 7)petugas yang mempunyai atasan; 8)komitmen petugas yang tidak mempunyai atasan. Page cii: [275] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:56:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:25:00 AM
. Page cii: [275] Deleted
terhadap ke 14 Page cii: [276] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [277] Deleted
variabel bebas dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut: Page cii: [278] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:59:00 PM
Swedish (Sweden) Page cii: [278] Formatted
Swedish (Sweden) Page cii: [279] Formatted
Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page cii: [280] Change
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:56:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:24:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:24:00 AM
Page cii: [281] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 8:55:00 AM
Page cii: [281] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/11/2002 2:33:00 AM
Page cii: [281] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 1:43:00 AM
Page cii: [282] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/19/2002 11:25:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:27:00 AM
Formatted Table Page cii: [281] Deleted
22 Page cii: [281] Deleted
: Besar p isiko
Swedish (Sweden) Page cii: [283] Formatted
Line spacing: At least 0.9 pt, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [284] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:07:00 AM
2 Page ciii: [284] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:04:00 AM
0 Page ciii: [284] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:04:00 AM
4 Page ciii: [285] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:04:00 AM
59 Page ciii: [285] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:04:00 AM
15 Page ciii: [286] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [287] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:08:00 AM
3 Page ciii: [287] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:53:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:08:00 AM
Fungsi l Page ciii: [287] Deleted
29 Page ciii: [287] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:08:00 AM
2,214 Page ciii: [287] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:08:00 AM
1,077 Page ciii: [287] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:08:00 AM
4,552 Page ciii: [288] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:41:00 AM
4 Page ciii: [288] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:54:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:50:00 AM
nya Page ciii: [288] Deleted
36 Page ciii: [288] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:50:00 AM
111 Page ciii: [288] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:50:00 AM
045 Page ciii: [288] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:50:00 AM
4,264 Page ciii: [289] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [290] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [291] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:41:00 AM
5 Page ciii: [291] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:55:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:55:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:05:00 AM
T Page ciii: [291] Deleted
nya Page ciii: [291] Deleted
1 Page ciii: [291] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:05:00 AM
38 Page ciii: [291] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:05:00 AM
63 Page ciii: [291] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:05:00 AM
87 Page ciii: [291] Deleted
6 Page ciii: [292] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
Tersedianya SOP
0,00 1
1/15/2002 10:07:00 AM
3,71 0
CV. Talenta Abadi Transcom
1,68 8
8,154
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [293] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
0 Page ciii: [293] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
0 Page ciii: [293] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
65 Page ciii: [293] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
1 Page ciii: [294] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [295] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:51:00 AM
0 Page ciii: [295] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:51:00 AM
4,313 Page ciii: [295] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:51:00 AM
2,064 Page ciii: [295] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:51:00 AM
9,012 Page ciii: [296] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
2 Page ciii: [296] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:06:00 AM
17 Page ciii: [297] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [298] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [299] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:07:00 AM
0 Page ciii: [299] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:07:00 AM
4 Page ciii: [299] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:07:00 AM
795 Page ciii: [299] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:07:00 AM
4
Page ciii: [300] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [301] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:10:00 AM
084 Page ciii: [301] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:10:00 AM
3,429 Page ciii: [301] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:10:00 AM
0,827 Page ciii: [301] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:10:00 AM
14,209 Page ciii: [302] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [303] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:11:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:11:00 AM
yang mempunyai atasan Page ciii: [303] Deleted
300 Page ciii: [303] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:11:00 AM
2,063 Page ciii: [303] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:11:00 AM
0,520 Page ciii: [303] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 10:11:00 AM
8,175 Page ciii: [304] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [305] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:59:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:53:00 AM
yang Page ciii: [305] Deleted
230 Page ciii: [305] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:54:00 AM
2,648 Page ciii: [305] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:54:00 AM
0,980 Page ciii: [305] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 12:54:00 AM
6,469 Page ciii: [306] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:58:00 PM
Right, Line spacing: Multiple 0.9 li, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page ciii: [307] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
4/6/2002 5:57:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:08:00 AM
oleh petugas Page ciii: [307] Deleted
0 Page ciii: [307] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:08:00 AM
2 Page ciii: [307] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
65
3/21/2002 9:08:00 AM
Page ciii: [307] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:08:00 AM
3 Page ciii: [308] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:28:00 AM
Page ciii: [309] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:28:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:29:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:11:00 AM
, dan Page ciii: [309] Deleted
mana yang Page ciii: [309] Deleted
yang d Page ciii: [309] Deleted
adalah Page civ: [310] Deleted
Variabel-variabel tersebut adalah: pelatihan petugas ( p= 0,048 ; PR= 2,026); pengetahuan (p=0,000; PR=3,609) fungsi lemari es (p=0,029; PR=2,214), ketersediaan termometer (p=0,036; PR=2,111) pedoman pengelolaan vaksin (p=0,001; PR=3,710) cara membawa vaksin (p=0,000 ; PR= 7,820), cara menyimpan vaksin (p=0,000 ; PR=4,313) dan supervisi (p=0,010; PR=2,792). Page civ: [311] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:20:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Left, Indent: First line: 0" Page civ: [312] Formatted
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [313] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [314] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [315] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [316] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [317] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/21/2002 9:21:00 AM
Right, Tabs: 3", Centered + 6", Right Page civ: [318] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:58:00 AM
Hasil analisis multivariat menunjukan dari 8 Page civ: [319] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:58:00 AM
variabel tersebut terdapat 4 variabel yang dinilai sangat berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan vaksin yaitu 1) Pedoman pengelolaan vaksin (p=0,048, PR=5,342,95% CI=1,027-28,074) ; 2) fungsi lemari es (p=0,000, PR=13,135, 95% CI=3,199-59,934), 3) cara membawa vaksin (p=0,000, PR=11,173, 95% CI=3,428-36,410) Page civ: [320] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:58:00 AM
; dan 4) Cara menyimpan vaksin (p=1,292; PR=3,641; 95% CI =1,277-10,383). Ringkasan Page civ: [321] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 4:58:00 AM
hasil perhitungan statistik analisis multivariat sebagai berikut : Page civ: [322] Deleted
Bp Karno
4/26/2008 2:57:00 AM
Page civ: [323] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/22/2002 5:00:00 AM
Tabel 5.23 : Hasil uji regresi logistik
Variabel Pedoman Fungsi lemari es Cara membawa vaksin Cara menyimpan vaksin Konstanta Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines
B
Wald
1,676 2,575 2,413 1,292 -3,484
3,919 12,770 16,033 5,043
PR adjusted 5,342 13,135 11,173 3,641
CV. Talenta Abadi Transcom
P 0,048 0,000 0,000 0,016
95%CI 1,017 -28,074 3,199-59,934 3,428 -36,410 1,277-10,383 3/25/2002 5:02:00 AM
Page civ: [324] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:02:00 AM
Page civ: [326] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/24/2002 1:18:00 PM
Page civ: [327] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/24/2002 1:18:00 PM
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [324] Formatted
Line spacing: 1.5 lines Page civ: [325] Formatted
Line spacing: Multiple 1.9 li
Persamaan Regresi Logistik Apabila dimasukkan dalam rumus persamaan regersi logistic ganda (e=2,71), maka diperoleh nilai : 1 R = -------------------------------------------1 + e –(α + ß 1x1 + ß2x2 + ß3x3 + ß4x4 ) 1 R = -------------------------------------------1 + e –(α + ß 1 pedoman + ß2 pengetahuan + ß3 fungsi lemari es + ß43 termometer + ß5 cara bawa vaksin + ß64 komitmen petugas sekaligus pemilikcara simpan vaksin )
1 R = -------------------------------------------1 + 2,71–(-8,7063,484+ 3,0231,676 + 3,4522,575 + 2,9152,413 + 2,611+2,242+1.5481,292 )
1
1 R = -------------------------------------------1 + 2,71–(7,0854,47 ) 1 R = -------------------------------------------Page civ: [328] Formatted CV. Talenta Abadi Transcom 1 + 0,0009,01 Swedish (Sweden) Page civ: [328] Formatted
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/24/2002 1:18:00 PM
Swedish (Sweden) Page civ: [328] Formatted
Swedish (Sweden) Page civ: [328] Formatted
Swedish (Sweden) Page civ: [328] Formatted
Swedish (Sweden) Page civ: [329] Deleted
R= 99,90%
Hal ini berarti bahwa risiko tidak adanya pedoman, fungsi lemari es tidak khusus untuk menyimpan vaksin, cara membawa vaksin yang salah, cara menyimpan vaksin yang salah 99% menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk.
Page civ: [330] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
Swedish (Sweden) Page civ: [330] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:59:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [331] Formatted
Swedish (Sweden) Page cix: [332] Formatted
Indent: First line: 0.25", Line spacing: Multiple 1.9 li Page cix: [333] Formatted
Bp Karno
5/15/2008 10:51:00 PM
Finnish Page cix: [334] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
2/3/2002 8:46:00 PM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 8:50:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Justified, Indent: First line: 0.5" Page cix: [335] Formatted
Font: Bold, Swedish (Sweden) Page cix: [336] Deleted
1. Mengapa vaksin harus dikelola dengan benar. Secara umum hasil diskusi menyimpulkan bahwa responden memahami alasan mengapa vaksin harus dikelola dengan baik. Enam dari sepuluh Page cix: [337] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
responden menyatakan bahwa vaksin merupakan bahan yang cepat rusak karena paparan panas oleh karenanya harus disimpan di lemari es, Page cix: [338] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
responden menyatakan selain rusak karena paparan panas vaksin juga mudah rusak jika disimpan pada suhu yang terlalu dingin. Page cix: [339] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Semua responden berpendapat sama bahwa jika vaksin telah rusak kemudian disuntikan ke bayi akan mengakibatkan efek samping Page cix: [340] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Informasi ini mereka dapatkan dari pimpinan, petugas puskesmas, pertemuan IBI dan dari ikut seminar-seminar.
2. Bagaimanakah cara pengelolaan vaksin yang benar. a. Transportasi vaksin (cara membawa vaksin) Page cix: [341] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Seluruh r Page cix: [342] Deleted
responden menyatakan terkadang lupa susunannya, oleh karenanya Page cix: [343] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [344] Deleted
esponden sependapat bahwa vaksin harus dikelola dengan benar sejak vaksin diterima, disimpan dan saat hendak diberikan kepada sasaran, namun pemahaman ini belum diikuti Page cix: [345] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
dengan praktek pengelolaan vaksin yang benar. Cara membawa vaksin masih belum sesuai Page cix: [346] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Beberapa responden belum membawa vaksin dengan benar, Page cix: [347] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
untuk tranportasi vaksin dengan cool pack belum dipatuhi, ...... Page cix: [348] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Tujuh responden menyatakan bahwa mereka tetap menggunakan cold pack bukan cool pack saat membawa vaksin Page cix: [349] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
dan petugas puskesmas pun tidak mempermasalahkannya Kalau ambil vaksin ke puskesmas saya menggunakan termos dengan diisi es batu, bahkan biasanya kalau sampai di Puskesmas sudah mencair, petugas puskesmas akan menggantikannya dengan lama-lama es batu yang baru. tadi kan mencair............................. DJK (45 th)
Bahkan ada responden yang baru mengetahui ketentuan cara membawa vaksin yang benar, bahkan menurutnya petugas puskesmas pun tidak memberitahukannya, Saya tuh sudah puluhan tahun praktKalau ambil vaksin ke puskesmas saya menggunakan termos dengan diisi es batu, lama-lama es batu tadi kan mencairek, biasanya saya klo mengambil vaksin ya dengan termos yang diisi es batu, selama ini gak pernah ada masalah, petugas puskesmas kok gak memberi t h t ik l t ti i i b h k bi Responden belum memahami bahwa transportasi vaksin dengan es batu akan menyebabkan vaksin golongan freeze sensitif akan rusak, dan efek paparan ini bersifat kumulatif. Responden belum memahami VVM adalah bukan untuk indikator paparan beku melainkan untuk indikator panas, mereka beranggapan selama vaksin golongan freze sentitif status VVM nya masih bagus tidak masalah Vaksin DPT- HB, HB saya bawa dengan termos yang berisi es batu, saat di rumah tanda itudi label nya tetap bagus gak berubah itu, kadang-kadang saya menyimpannya di rak pertama lemari es, tandanya juga tidak berubah…………. NWS (56 h)
Page cix: [350] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Bahkan transportasi vaksin yang benar pun tidak diinformasikan oleh petugas puskesmas, kadang-kadang petugas puskesmas pun yang menyediakan cold pack saat petugas BPS mengambil vaksin ke puskesmas. Page cix: [351] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Dalam menyimpan vaksin, proporsi responden yang memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin dan yang tidak masing-masing 50%, Pemilik BPS yang memiliki
lemari es khusus untuk menyimpan vaksin mengatakan bahwa mereka sebenarnya memahami bahwa vaksin harus diperlakukan dengan khusus, oleh karenanya harus disimpan pada tempat yang khusus, tidak bercampur dengan bahan makanan. Sedangkan alasan yang dikemukan oleh BPS yang tidak memiliki lemari es khusus untuk menyimpan vaksin diantarnya mereka mengambil vaksin dengan jumlah sedikit. Page cix: [352] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [353] Deleted
, syang jika harus menyediakan lemari es khusus. Page cix: [354] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
responden memahami susunan penempatan vaksin di dalam lemari es, 4 Page cix: [355] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
1/15/2002 11:05:00 AM
Enam Page cix: [356] Deleted
Cara menyimpan vaksin Sebagian besar Page cix: [357] Deleted
pemasangan stiker cara menyimpan vaksin yang benar yang diletakkan di pintu lemari es atau di dinding pada saat supervisi merupakan salah satu cara untuk memperhatikan susuan vaksin di lemari es. Page cix: [358] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
diperlukan untuk mengingatkan petugas.
3/2/2002 9:45:00 AM
Page cix: [359] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Page cix: [360] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
c.
Pemantauan suhu vaksin Pemantauan suhu merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan suhu vaksin
agar tetap dalam kisaran 2-8oC. Pemantuan suhu harus dilakukan secara rutin 2 kali sehari. Bila terjadi penyimpangan suhu, diharapkan segera diambil langkah-langkah perbaikan. P Page cix: [361] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
emantauan suhu vaksin belum dilakukan karena tidak mempunyai termometer. Page cix: [362] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
……….Saya tidak punya termometer padahal saya sudah sering minta ke puskesmas, tetapi tidak ada. Untuk memantau suhu lemari es saya memeriksa bunga es di freezer, jika bunga es tebal berarti suhu terlalu dingin ……………………………………………………………………….OLV (32th) Pada unit pelayanan yang Page cix: [363] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [364] Deleted
mempunyai termometer tidak mencatat Page cix: [365] Deleted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
……….saya hanya mengecek suhu di thermometer tetapi saya tidak mencatatnya, saya tidak mencatatnya. Saya lupa suhu minimum dan maksimun yang pernah saya temui, tetapi memang pernah suhu termometer lebih dari 8oC, tapi kapan dan berapa lama saya lupa. Saya gak melakukan apa-apa, saya diamkan saja suhu akan kembali normal kok……………………… SMT(54 th)
Indikator vaksin rusak Vaksin rusak dapat dilihat dari fisiknya (perubahan warna dan beku), melampaui tanggal kedaluwarsa dan status VVM menunjukan C atau D. 7 responden tidak memahami status Page cix: [366] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [366] Formatted
……….saya tahunya tanda itu (VVM) akan berubah jika tanggal pemakaian Swedish (Sweden) sudah kedaluawarsa, saya perhatikan ya hanya tanggal kedaluwarsanya Page cix: [367] Deleted jadi yang CV. Talenta Abadi Transcom 3/2/2002 9:45:00 AM saja atau jikatahunya vaksin vaksin tersebutrusak berubah warna , vaksin tersebut tidakED saya pakai VVM, mereka hanya dilihat berdasarkan tanggal lagi…………….. MTN (48 th) Page cix: [368] Formatted
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/25/2002 5:03:00 AM
CV. Talenta Abadi Transcom
3/2/2002 9:45:00 AM
Swedish (Sweden) Page cix: [368] Formatted
Swedish (Sweden) Page cix: [368] Formatted
Swedish (Sweden) Page cix: [369] Deleted
nya.
3