FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN (Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Sarjana (SI) Kependidikan Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Oleh : SALNI YANTI NIM : A1A3 13 075
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
PERSETUJUAN PEMBIMBING Diterangkan bahwa mahasiswa di bawah ini :
Nama
: SALNI YANTI
NIM
: A1A3 13 075
Program Studi
: Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan
Judul Skripsi
:
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB
ANAK
PUTUS
SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN (Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna )
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan II untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Kendari,
Juni 2017
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Misran Safar, M. Si
Dr. Abdul Halim Momo, M. Si
NIP. 19670618 198703 1 001
NIP. 19700701 200212 1 002
Mengetahui : Ketua Jurusan/Program Studi PPKn
Dr. H. Samiruddin T, M. Si NIP. 19660723 199403 1 007
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Diterangkan bahwa mahasiswa di bawah ini : Nama NIM Program Studi Judul Skripsi
: : : :
SALNI YANTI A1A3 13 075 Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN (Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna) Telah dipertahankan di hadapan panitia Ujian Skripsi pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo, pada hari Jumat tanggal 21 April 2017 berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Nomor 4636/UN29.5.1/PP/2017, tertanggal 19 April 2017 dan dinyatakan lulus. Susunan Panitia Ujian Skripsi : Ketua
: Salimin A, S.H., M.H
(……………………..…….)
Sekretaris
: Dra. Irawaty, M.Pd
(……………………..…….)
Anggota
: 1. Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si
(……………………..…….)
2. Drs. Hamuni, M.Si
(……………………..…….)
3. Dr. Misran Safar, M.Si
(……………………..…….)
4. Dr. Abdul Halim Momo, M.Si
(……………………..…….)
Kendari, Mengetahui : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
Dr. H. Jamiluddin, M. Hum NIP. 19641030 198902 1 001 iii
Juni 2017
ABSTRAK Salni Yanti (A1A3 13 075) “Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun ( Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna)”. Dibimbing oleh Misran Safar sebagai Pembimbing I dan Abdul Halim Momo sebagai Pembimbing II. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna ? (2) Upaya orang tua dan sekolah untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna ?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna, (2) Untuk mengetahui upaya orang tua dan sekolah untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Bonea. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan (Mix Method). Informan dalam penelitian ini sebanyak 43 orang, 34 anak-anak yang putus sekolah (Sampel Total), orang tua 3 orang, tokoh masyarakat 1 orang, Kepala Desa 1 orang, Guru SD 1 orang, Guru SMP 1 orang dan Kepala Sekolah 2 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan 3 cara yaitu angket, wawancara dan dokumenter serta analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 34 orang anak yang putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna pada tahun 2016/2017. Jenjang Sekolah Dasar 21 orang dan Jenjang Sekolah Menengah Pertama 13 orang. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah terbagi dua yaitu faktor internal yaitu rendahnya minat dan kemauan anak untuk bersekolah, sekolah dianggap tidak menarik dan ketidak mampuan mengikuti pelajaran sedangkan faktor eksternal yaitu ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan lingkungan bermain serta upaya untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah yang di lakukan dengan cara: (a) Peran orang tua dengan adanya perhatian akan pentingnya pendidikan dengan memberikan motivasi dan dukungan dari orang tua anak seperti memberi perhatian, dan dukungan materi maupun non materi maka dapat menumbuhkan semangat anak untuk bersekolah, (b) Peran sekolah dengan memberikan perhatian dan pemahaman dari sekolah kepada orang tua akan pentingnya pendidikan serta untuk mencari solusi apa yang menjadi masalah anak yang dihadapi oleh anak selama di sekolah. Kesimpulan dari hasil penelitian terhadap faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal sedangkan upaya untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah dengan adanya peran orang tua dan sekolah. Kata Kunci : Anak Putus Sekolah, Jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun.
iv
ABSTRACT Salni Yanti (A1A3 13 075) “Factors Cause of Children Dropping School Level of 9 Years Basic Education (Study in Bonea Village, Lasalepa District of Muna Regency)”. Guided by Misran Safar as Supervisor I and Abdul Halim Momo as Supervisor II. The formulation of the problem in this research are: (1) What factors cause the drop out of elementary school level 9 years in Bonea Village, Lasalepa District of Muna Regency? (2) Parents and schools' efforts to address the causes of drop-out children in 9-year primary education in Bonea Village, Lasalepa District of Muna Regency. The aim of this research is to know: (1) To know the factors causing the drop out of elementary school level 9 years old in Bonea Village of Lasalepa Sub-district of Muna Regency, (2) To know the effort of parents and school to overcome the cause of drop out of elementary education 9 Years in Bonea Village of Lasalepa District of Muna Regency. The location of this research is in Bonea Village. This research type is descriptive by using (Mix Method). Informants in this study were 43 people, 34 children dropping out of school (Total Sample), parents 3 people, community leaders 1 person, Village Head 1 person, 1 elementary school teacher, 1 junior high school teacher and 2 headmaster. Data collection technique in this research is library research (library research), and field research (field research) using 3 ways of questionnaire, interview and documentary and data analysis used in this research is descriptive analysis qualitative and quantitative. The results showed that there were 34 children who dropped out of elementary school level 9 years in Bonea Village, Lasalepa District Muna Regency in 2016/2017. 21 elementary school students and 13 junior high schools. Factors causing children dropping out of school are divided into two factors, namely internal factors, low interest and willingness of children to go to school, the school is considered unattractive and inability to follow the lesson while external factors are family economy, parents attention and play environment as well as efforts to overcome the cause of child dropping out (A) The role of parents with the attention to the importance of education by providing motivation and support from the child's parents such as giving attention, and material and nonmaterial support can foster children's spirit to go to school, (b) role Schools by giving parents the attention and understanding of the importance of education and to finding solutions to what problems children face in school. The conclusion of the result of the research on the causal factor of drop out of elementary school 9 years of primary education consists of two factors, internal and external factors, while efforts to overcome the causes of drop out children with the role of parents and school. Keywords: Dropout Children, Level of 9 Years Basic Education.
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul : “Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun ( Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna)”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan, baik dari pengolahan skripsi sampai penyusunannya. Namun atas rahmat Allah SWT dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Misran Safar, M.Si selaku Pembimbing I dan Dr. Abdul Halim Momo, M.Si selaku Pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberi bimbingan dan arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada Bapak dan Ibu beserta keluarga tercinta. Dalam upaya penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan penulis hadapi baik dari segi waktu, pikiran, tenaga maupun finansial. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa setiap ikhtiar yang baik harus dibarengi dengan kerja keras serta diiringi dengan doa yang tulus. Ucapan terimakasih, penghargaan yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Wa Riana dan Ayahanda La Uli yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis, memberikan motivasi dan doa dengan penuh keikhlasan,
vi
kesabaran dan harapan kesuksesan kepada penulis agar menjadi insan yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat dan bangsa. Ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, dukungan dan bimbingan hingga penyelesaian skripsi ini. Tanpa mengurangi rasa hormat dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Muhammad Zamrun F., M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Halu Oleo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Halu Oleo. 2. Dr. H. Jamiluddin, M. Hum selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian sampai selesainya skripsi ini. 3. Dr. H. Samiruddin T, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo yang tidak pernah kenal lelah melayani mahasiswa dalam pelayanan perkuliahan terutama dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Drs. Andi Syarir P., M. Si, selaku sekretris Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah membantu memperlancar proses administrasi sampai selesainya penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan
Jurusan/Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan dorongan kepada penulis, serta seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah banyak membantu dan
vii
memberikan kemudahan dalam setiap urusan dalam rangka penyelesaian studi di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 6. Bapak Sofian Hamzah, S.Sos selaku kepala Desa Bonea serta yang telah bersedia memberikan waktu dan bantuannya selama proses penelitian dilakukan. 7. Bribda Subhan kakakku tercinta yang selalu mendukung dan membantu baik dari segi materil maupun non materil serta Adik-Adikku tersayang yang selalu menyayangiku yang selalu menjadi penyemangatku. 8. Keluarga besarku yang turut mendoakan kesuksesan penulis dan selalu memberikan dorongan spirit maupun materi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 9. Selurut sahabat-sahabatku di Prodi PPKn angkatan 2013 khususnya Ici Yuslita, Sarpinah, Fitria Mala S.Pd, Herlis, Adi Indawan S.Pd, Nur Hijrah Wati, Astuti, Nur Hikma, Fahamiati S.Pd, Haslia, Aklima Karim, Sariati, Jumadin S.Pd, Dwinsyah Zarmin, Fadli aksar, Laode yamin dan lain-lain yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, yang selalu memberikan
dorongan dan semangat dalam menyusun skripsi ini. 10. Ucapan terima kasih yang tulus penulis persembahkan kepada sahabat-sahabat terkhususnya Sarsulvia Dewi, Karmidin S.Pd, Laode Muhammad Tasrim, Laode Muhiddin dan Samsidar yang selalu membantu, menemani dan mendukung penulis selama ini.
viii
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak senantiasa penulis harapkan. Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang PPKn, dan semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Amin…
Kendari,
Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI .................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ....................................... ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
Halaman i ii iii iv v vi x xii xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
7
C. Tujuan Penelitian .................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Dasar 9 Tahun .....................................
9
B. Konsep Pendidikan Anak .....................................................
12
C. Putus Sekolah .......................................................................
13
D. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ......................
15
1. Faktor-Faktor Internal Penyebab Anak Putus Sekolah ....
15
2. Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Anak Putus Sekolah .
18
E.
F.
Upaya Orang Tua dan Sekolah Mengatasi Penyebab Anak Putus Sekolah .......................................................................
21
Penelitian Yang Relevan ......................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ..................................................................
25
B. Jenis Penelitian .....................................................................
25
C. Populasi dan Sampel ............................................................
25
D. Informan Penelitian ..............................................................
26
x
E.
Teknik Pengumpulan Data ...................................................
26
F.
Teknik Analisis Data ............................................................
27
G. Definisi Konsep ....................................................................
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................
30
1. Keadaan Geografis Dan Luas Wilayah ..........................
30
2. Keadaan Demografis ......................................................
32
B. Karakteristik Responden dan Informan ...............................
39
C. Faktor-faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ......................
46
A. Faktor-Faktor Internal Penyebab Anak Putus Sekolah ...
48
B. Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Anak Putus Sekolah .
57
D. Upaya Orang Tua dan Sekolah Mengatasi Penyebab Anak Putus Sekolah .......................................................................
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
74
B. Saran .....................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................
78
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Luas Desa Bonea Berdasarkan Penggunaan Wilayah ......................... 2. Keadaan Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Suku Bangsa ............... 3. Komposisi Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin .............................................................................. 4. Keadaan Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 5. Komposisi Penduduk Desa Bonea Menurut Mata Pencaharian Pokok Tahun 2016 ......................................................................................... 6. Sarana Dan Prasarana Desa Bonea ..................................................... 7. Kelompok Umur Responden ............................................................... 8. Umur Orang Tua/Wali Responden ..................................................... 9. Tingkat Pendidikan Responden ........................................................... 10. Tingkat Pendidikan Orang Tua/Wali Responden ............................... 11. Pekerjaan Orang Tua/Wali Responden ............................................... 12. Kelompok Umur Informan .................................................................. 13. Tingkat Pendidikan Informan ............................................................. 14. Jenis Pekerjaan Informan .................................................................... 15. Anak Putus Sekolah Desa Bonea Berdasarkan Asal Sekolah ............. 16. Data Anak Putus Sekolah Di Desa Bonea Tahun 2017 ...................... 17. Respon Minat Atau Kemauan Anak Untuk Bersekolah ..................... 18. Respon Suasana Sekolah Atau Kelas Yang Menarik Tidaknya Bagi Anak .................................................................................................... 19. Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Dalam Mengikuti Pelajaran .............................................................................................. 20. Respon Anak Berdasarkan Prestasi Di Sekolah .................................. 21. Respon Anak Mengenai Kemampuan Orang Tua Dalam Membiayai Pendidikan Selama Bersekolah ........................................................... 22. Tanggapan Anak Yang Membantu Orang Tua Mencari Nafkah Keluarga .............................................................................................. 23. Respon Anak Mengenai Perhatian Orang Tua Akan Pendidikan ....... 24. Tanggapan Orang Tua Mengenai Keputusan Anak Putus Sekolah .... 25. Respon Anak Mengenai Berapa Jumlah Teman Yang Putus Sekolah
xii
31 32 33 35 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 51 54 55 58 59 61 63 65
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Angket .................................................................................................
79
2. Pedoman Wawancara ..........................................................................
81
3. Informan Penelitian ..............................................................................
86
4. Dokumentasi Penelitian ......................................................................
88
5. Surat Izin Penelitian ............................................................................
93
6. Surat Rekomendasi Telah Melakukan Penelitian ...............................
94
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan moderenisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif serta harus mempunyai skill kompetensi guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta mampu bersaing bukan hanya di dalam negara saja melainkan juga dengan bangsa asing guna memajukan bangsa dan negara. Dalam arti luasnya, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap individu. Pendidikan
berfungsi
untuk
menyampaikan,
meneruskan
atau
entranmisi kebudayaan, di antaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam fungsi ini bersekolah berusaha mempertahan kan status demi kestabilan politik, kesatuan dan kesatuan bangsa. Disamping itu sekolah juga turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Kehidupan suatu bangsa sangat erat sekali kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar 1
2
mengawetkan budaya dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga di harapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan. Dunia pendidikan banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang nantinya bermuara pada perkembangan sumber daya manusia. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang mendukung pembentukan dan pengembangan kepribadian anak tersebut. Selain itu sekolah juga mempunyai tanggung jawab untuk membantu dan menumbuh kembangkan minat serta potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. Menurut Ki Hajar Dewantara (Faturrahman, 2012: 2) pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Menurut Teguh Triwiyanto (2015: 23) “Pendidikan merupakan usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan pengalamanpengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang
bertujuan
optimalisasi
kemampuan-kemampuan
individu
agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pada hakekatnya Pendidikan merupakan kebutuhan manusia
3
karena pada dasarnya bahwa dengan pendidikan umat manusia dapat memperoleh peningkatan dan kemajuan baik di bidang pengetahuan, kecakapan, maupun sikap dan moral. Anggapan dan keyakinan ini yang semakin memantapkan dan memperkokoh arti pendidikan dalam upaya menciptakan peningkatan kualitas peserta didik atau yang lebih dikenal upaya pengembangan sumber daya manusia, terutama dalam era globalisasi ini. Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Kementrian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas). Program ini
mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah
selama
sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas satu SD hingga kelas Sembilan SMP. Melalui program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal
untuk
dapat
hidup dengan layak di masyarakat dan dapat
melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi baik ke lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah. Anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan
program
belajarnya sebelum
waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka putus sekolah dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun harus memperoleh perhatian yang serius. Adanya program wajib belajar sembilan tahun dari pemerintah juga ternyata belum dapat menuntaskan permasalahan
tingginya
angka anak
4
putus sekolah. Hak yang sama dalam memperoleh pendidikan berarti tidak adanya latar belakang sosial, ekonomi, budaya yang membedakan dalam memperoleh pendidikan bagi setiap siswa. Pendidikan merupakan tiang bagi suatu negara dalam tindakan untuk pembangunan suatu bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi bahwa: 1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, 2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemeritah wajib membiayainya. Rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh perhatian orang tua yang kurang, memiliki percaya diri yang rendah, sekolah dianggap tidak menarik, ketidak mampuan mengikuti pelajaran, dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Minat yang kurang dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan misalnya tingkat pendidikan masyarakat rendah yang diikuti oleh rendahnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya. Terkait dengan hal di atas semua dunia pendidikan mempunyai masalah dan tidak berjalan semestinya sesuai dengan tujuan negara dan semua aturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai dunia pendidikan baik menurut UUD 1945 dan pancasila.
5
Berbicara mengenai putus sekolah berarti kita sedang membicarakan tentang individu yang sudah tidak lagi melanjutkan pendidikannya, seperti yang dikemukakan Bagong Suyanto (Arpa, 2013: 3) “putus sekolah adalah anak atau individu yang sudah tidak lagi melanjutkan pendidikan di jenjang pendidikan”. Banyak hal yang melatar belakangi seorang individu tidak melanjutkan pendidikannya atau putus sekolah, menurut Sukmadinata (Arpa, 2013: 3) menyatakan bahwa “Faktor utama putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau kedua orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya”. Jadi faktor ekonomi merupakan faktor utama penyebab anak tidak bersekolah. Usia ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Begitu juga dalam pergaulan, remaja haruslah bergaul sesuai dengan etika yang berlaku di dalam masyarakat, dalam pergaulan anak dituntut untuk memiliki keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Banyak faktor sebagai penyebab anak putus sekolah dan terancam putus sekolah meningkat. Faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah, dilihat dari faktor internal, rendahnya minat dan kemauan anak untuk bersekolah, memiliki percaya diri yang rendah, sekolah dianggap tidak menarik, dan ketidak mampuan mengikuti pelajaran, menurut Suyanto 1994 (Sriwahyuni, 2013: 2) “Berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di
6
sekolah, terkesan memahami belajar hanya sekadar kewajiban masuk di kelas dan mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan kemauan dari dalam diri untuk mencerna pelajaran secara baik”. Hal demikian merupakan kemauan dari dalam diri anak sendiri yang tidak ada, yang tidak mau berkembang dan tidak mau belajar sehingga selalu terbelakang akan dunia pendidikan. Faktor eksternal penyebab siswa putus sekolah, ekonomi keluarga, kurangnya perhatian orang tua, lingkungan bermain, menurut Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 2) “Kemisikinan dan ketimpangan struktural adalah variabel utama yang menyebabkan kesempatan masyarakat khusunya anak-anak untuk memperoleh pendidikan dan menjadi terhambat. Ekonomi keluarga merupakan faktor utama yang menjadi pendorong seseorang anak untuk bersekolah karena sekolah membutuhkan biaya yang tidak dapat ditentukan, makanya diperlukan perhatian orang tua yang ekstra agar anak memperhatikan sekolahnya juga. Dengan peran serta pemerintah, masyarakat maupun orang tua dapat berpartisipasi dalam mengatasi anak putus sekolah dengan peran orang tua, usah, motivasi dan perhatian yang dilakukan membuat anak bersemangat untuk bersekolah. Berdasarkan informasi dan wawancara awal yang dilakukan terdapat 34 orang anak yang putus sekolah baik pada jenjang SD dan SMP, anak yang putus sekolah di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna di sebabkan kemauan yang kurang, kurangnya minat belajar, percaya diri,
7
kurangnya motivasi, ekonomi dan dorongan dari keluarga, serta orang tua beranggapan sekolah itu tidak penting. Dengan penelitian ini di harapkan agar dari berbagai bidang baik itu pemeritah, masyarakat dan orangtua dapat mengurangi penyebab dari anak putus sekolah yang di mana di sebabkan oleh beberapa faktor. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: faktor-faktor internal penyebab siswa anak sekolah serta faktor eksternal penyebab anak putus sekolah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun (Studi di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna). B. Rumusan Masalah Untuk memberikan arah yang jelas tentang pembahasan atau analisa yang dilakukan dalam proposal ini, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna ? 2. Bagaimana upaya orang tua dan sekolah untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna ?
8
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna. 2. Untuk mengetahui upaya orang tua dan sekolah untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna. D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk pengembangan ilmu sosial dan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, untuk meningkatkan pengetahuan tentang ilmu pendidikan yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun. b. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan kepada pemerintah khususnya pemerintah Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Dasar 9 Tahun Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 sebagaimana yang tertuang dalam pasal 6 yaitu : 1. Setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 2. Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika paedagogik (padagogics) atau ilmu pendidik adalah suatu tatanan sistematis tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan menurut Sukardjo (Anwar, 2013: 27). Merujuk pada konsep secara bahasa (lughawiyah) tentang pendidikan, pendidik dan mendidik tersebut, dapat disederhanakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohari untuk memperoleh hasil dan prestasi, sehingga dia dapat mencapai kedewasaan. Pendidikan dapat diartikan suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-
9
10
cita dan pernyataan
tujuan pendidikan, sebagaimanapun peradaban suatu
masyarakat, di dalamnya terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan dan mengembangkan hidupnya (Anwar, 2013: 27). Upaya untuk memperoleh pemahaman tentang konsep pendidikan secara komprehensif, penting kiranya menelaah beberapa pangangan para ahli pendidikan. Hal ini juga tidak terlepas dari pemehaan manusia terhadap sebuah wacana sesungguhnya yang selalu berkembang termasuk berkaitan dengan pendidikan menurut Hasbullah (Anwar, 2013: 28). Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan adalah ujung tombak suatu negara, tertinggal atau majunya sebuah
negara,
sangat
tergantung
kondisi
pendidikannya.
Semakin
berkembang pendidikan suatu negara, maka semakin besar dan majulah Negara tersebut. Negara akan maju dan berkembang bila sektor pendidikan sebagai kunci pembangunan menjadi skala prioritas. Negara besar dan berkembang menyadari bahwa pembangunan sektor pendidikan sangat perlu dinomo satukan. Pemerintah mereka tidak segan-segan menargetkan 30-40
11
persen dari anggaran belanja negara untuk sektor pendidikan. (Isjoni, 2006: 21). Menurut Moh.Suardi (2015 : 3-4) Pendidikan sebagai proses atau aktifitas kebudayaan merupakan salah satu elemen yang terpenting bagi keberlangsung-an kesinambungan peradaban manusia, pendidikan tidak hanya mengantarkan manusia pada derajat kemanusiaan yang mulia, tetapi sebagai saran untuk mengenal diri, lingkungan dan Tuhan. Manusia dan pendidikan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia sepanjang hidupnya melaksanakan pendidikan. Bila pendidikan bertujuan membina manusia yang utuh dalam semua segi kemanusiaannya, maka semua segi kehidupan manusia harus bersinggungan dengan dimensi spiritual (teologis), moralitas, sosialitas, emosionalitas, rasionalitas,(intelektualitas),estetis dan fisik. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan perananya dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Triwiyanto, 2015: 22). Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri (Faturrahman dkk, 2012: 1).
12
Menurut Anwar (2013: 30) dari beberapa konsep yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat kesatuan dan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, secara esensial menunjukan suatu proses bimbingan atau tuntutan yang di dalamnya mengandung unsur seperti pendidik, anak didik, dan tujuan. Di tarik dari suatu analisis yang lebih filosofis bahwa pemahaman dasar mengenai pendidikan ini antara lain sebagai berikut : a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya. b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi. c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warganegara. d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja. B. Konsep Pendidikan Anak Pada dasarnya agar seseorang anak berpendidikan maka ia perlu sekolah, Untuk bersekolah ia memerlukan pakaian, alat tulis dan biaya transportasi. Agar sehat harus memerlukan makanan yang bergizi, agar anak memiliki rasa aman sehari-hari ia perlu diperlakukan dengan baik oleh orangtua nya seperti dibimbing, dipenuhi kebutuhan-kebutuhan emosionalnya, atau pada tahap selanjutnya, anak diperkenalkan kepada lingkungan sekitar dan anak-anak sebayanya agar memiliki rasa aman secara sosial. Disamping itu, masalah anak dalam keluarga berkaitan dengan nilai seorang anak bagi orangtuanya. Nilai anak itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain, selera, biaya untuk membesarkan anak (Yessy, 2015: 3).
13
Pendidikan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari persoalan mencerdaskan bangsa. Melalui pendidikan anak-anak diasah dengan seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam menemukan dan merumuskan tujuan untuk dirinya di masa-masa mendatang. Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukan keberhasilan yang cukup besar. Wajib belajar Sembilan tahan yang didukung pembanguan insfratruktur sekolah dan diteruskan dengan wajib belajar Sembilan tahun adalah program sector pendidikan yang diakui cukup sukses. Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah dasar, anak putus sekolah ketidak mampuan untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan hal yang cukup banyak menjadi sorotan di dunia pendidikan (Krisna, 2014: 2). C. Putus Sekolah Putus sekolah merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan sumber daya manusia pada bidang pendidikan pada tiap wilayah. Oleh karena itu, masalah anak putus sekolah perlu mendapat perhatian. Untuk menekan laju pertambahan jumlah anak putus sekolah tersebut dapat dilakukan dengan cara mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadapat jumlah anak putus sekolah dan berpotensi dalam meningkatkan laju pertumbuhan anak yang putus sekolah. Menurut E.M. Sweeting (Fitriana, 2015: 15) dalam laporan teknis Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1998: 14) mengemukakan bahwa anak yang putus sekolah
14
adalah anak yang tidak menyelesaikan pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan mereka yang oleh karena itu tidak memiliki ijazah SD. Pengertian mengenai anak putus sekolah menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah anak yang belum sampai tamat sekolahnya sudah berhenti. Anak putus sekolah adalah anak yang dinyatakan telah keluar dari sekolah yang bersangkutan sebelum waktu yang telah ditentukan atau sebelum dinyatakan lulus dan mendapat ijazah dari sekolah menurut Ali Imron (Fitriana, 2015: 15). Menurut Gunawan (Resi, 2015: 2) menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD. Demikian juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas dua saja, disebut putus SMP, dan seterusnya. Masalah anak putus sekolah adalah masalah klasik yang telah menjadi perhatian berbagai pihak. Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab siswa di sekolah dasar putus sekolah
dan terancam putus sekolah meningkat,
Walaupun pemerintah indonesia berhasil mendorong anak-anak usia 7-15 tahun untuk berpartisipasi bersekolah tetapi keberhasilan yang di kemukakan selalu mengandalkan angka-angka kuantitatifnya, sedangkan
hal-hal yang
15
berhubungan dengan kualitasnya hanya sedikit yang di sentuh (Yessy, 2015: 3). Wajib belajar merupakan salah satu program yang gencar digalakkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kepdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar,
yaitu dari tingkat kelas satu SD hingga kelas
Sembilan SMP. Melalui program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi baik ke lembaga pendidikan sekolah ataupun luar sekolah. Menurut Kaufman (Desca, 2015: 4) mendefinisikan putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan
program
belajarnya. D. Faktor- Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah 1. Faktor-Faktor Internal Penyebab Anak Putus Sekolah Menurut Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 3) faktor-faktor internal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut :
16
a. Rendahnya Minat atau Kemauan Anak Untuk Bersekolah Pendidikan tanggung jawab keluarga terutama orang tua, akan tetapi juga tanggung jawab harus di sertai dengan kemaun dari anak itu sendiri untuk sekolah. Antara pendidikan dan minat anak merupakan suatu sisi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Apabila kemauan anak kuat tetapi dukungan orang tua tidak ada sama saja membuat anak tidak mau sekolah lagi, ini akibat banyak anak putus sekolah. Tingkat motivasi seorang anak sangat berpengaruh terhadap keinginan anak untuk terus bersekolah, motivasi ini bisa berasal dari keluarga, lingkungan dan anak itu sendiri. kemauan anak untuk berhenti sekolah juga di sebabkan karena anak tidak mampu mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, karena sudah jenuh dalam mengikuti pelajaran dan apa lagi guru-guru yang membosankan membuat anak malas untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan efektif (Resi, 2015: 12). Menurut Desca (2015: 7) memaparkan bahwa penyebab anak putus sekolah diutamakan karena rasa minat untuk bersekolah tidak ada (malas). Ada kemauan dari dalam diri anak untuk bersekolah yang sangat kurang, karena kemampuan belajarnya yang rendah, karena faktor kejenuhan, kebosanannya untuk bersekolah. Percaya dirinya yang sangat jauh darinya, serta karena ekonomi keluarga dan perhatian orang tua menjadikan alasannya untuk meninggalkan sekolah. Menurut
Marzuki
1994
(Sriwahyuni,
2013:
3)
faktor
yang
menyebabkan anak putus sekolah dilihat dari kemauan dari dalam diri anak yaitu: Berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah, terkesan
17
memahami
belajar hanya sekadar kewajiban masuk di
kelas dan
mendengarkan guru berbicara tanpa dibarengi dengan kesungguhan kemauan dari dalam diri untuk mencerna pelajaran secara baik, sebagian lagi karena karena faktor kemalasan anak sendiri dan faktor lain sehingga kemauan untuk bersekolah terabaikan. b. Sekolah Dianggap Tidak Menarik Sekolah dianggap tidak menarik bagi anak karena tugas dan beban di sekolah yang tidak mampu diikutinya, dan juga aturan sekolah yang merasa menjadi beban baginya sehingga merasa menjadi penghalang bagi kebiasaannya, juga karena kemampuan belajar yang rendah, dan merasa tidak nyaman dan minder saat bersekolah, hal tersebut menjadikan sekolah tidak menarik lagi baginya. Menurut Karim (Anwar, 2013: 38) beberapa praktik pendidikan dikelas yang cenderung belum memberikan ruang dan suasana yang nyaman bagi anak. c. Ketidak Mampuan Mengikuti Pelajaran Kemampuan anak dalam belajar sangat rendah karena anak merasa pelajaran yang diberikan guru di sekolah sangat sulit baginya, dan malah terkadang apabila tidak paham maka dia lebih memilih diam dan tidak mau bertanya. Merasa tidak percaya diri juga dengan jawaban sendiri. Ada juga anak yang kemampuannya dalam belajar sangat bagus namun karena alasan tertentu makanya dia memutuskan untuk tidak bersekolah juga. Menurut
18
Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 4) faktor yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu: Bagi responden yang sejak awal memiliki nilai akademik yang kurang, atau kemampuan belajar yang rendah, dalam arti prestasi belajarnya di jenjan SMP relatif kurang, bahkan pernah tidak naik kelas, mereka pada umumnya menyadari kelemahannya, dan menerima malah untuk tidak melanjutkan sekolah. 2. Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Anak Putus Sekolah Menurut Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 4) faktor-faktor eksternal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut : a. Ekonomi Keluarga Sebagian anak putus sekolah karena ekonomi keluarganya yang sangat susah, sehingga membuatnya merasa terpaksa untuk meninggalkan sekolah, sebagian lagi karena memang kemampuan dan kemauannya untuk bersekolah yang tidak ada sehingga meninggalkan sekolah sebelum saatnya. Sebagian orang merasakan bahwa pendidikan merupakan beban yang paling berat dan mahal tidak mampu mereka menjangkaunya, apabila pendidikan sekarang yang sudah mahal membuat orang tua pada mengeluh dengan biaya yang mereka punyah jadi inilah yang membuat putus sekolah. Kemiskinan menyebabkan anak berhenti sekolah da terpaksa membantu pekerjaan orang tua untuk meringan kan beban orang tua dan mendapatkan penghasilan tambahan. Meski sudah ada kemudahan dari sekolah untuk orang tua membayar SPP anak-anaknya dengan menyicil, tetapi masih ada juga yang putus sekolah karena faktor ekonomi orang tua, setelah penulis melakaukan
19
penelitian
rupanya
faktor anak putus sekolah bukan saya karena susah
membayar uang SPP, tetapi juga karena membeli seragam
sekolah,
perlengkapan sekolah, seperti tas, buku tulis, sepatu dan lain lain. Belum lagi kalau ada iyuran sekolah untuk mebuat kegiatan yang membuat mereka berat untuk membayarnya (Resi, 2015 : 11 ). Kemudian menurut Muller 1980 (Sriwahyuni, 2013: 4) “Kemiskinan dan ketimpangan struktural adalah variabel utama yang menyebabkan kesempatan masyarakat khusunya anak-anak untuk memperoleh pendidikan dan menjadi terhambat” b. Kurangnya Perhatian Orang Tua Sebagian anak putus sekolah karena kurangnya perhatian orang tuanya hanya sibuk bekerja dan tidak memperhatikan sekolah anaknya. Ada juga orang tua remaja yang memperhatikan sekolah anaknya tapi memang semua karena ekonomi keluarganya yang sangat susah, sehingga membuatnya merasa terpaksa untuk meninggalkan sekolah, sebagian lagi karena memang kemampuan dan kemauannya untuk bersekolah yang tidak ada sehingga meninggalkan sekolah sebelum saatnya. Menurut Robert M.Z.Lawang (Janu, 2004: 43) Setiap keluarga berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi anggota keluarganya, sehingga keluarga tersebut dapat melangsungkan hidupnnya. Orang tua harus melaksanakan peran mereka sebagai pendidik utama moral anak serta mendukung sekolah anak (Triwiyanto, 2013: 74).
20
Menurut Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 4) faktor yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu: Anak yang memiliki ekonomi yang pas-pasan: buku tulis yang seadanya, tas yang sederhana, dan yang memprihatinkan adalah orang tua si anak biasanya bersikap acuh tak acuh pada urusan sekolah anaknya, sehingga sianak sendiri kemudian tidak pernah merasakan bahwa sekolah itu memang penting bagi masa depannya. c. Lingkungan Bermain Banyak ahli psikologi perkembangan atau pengamat perkembangan anak mempertimbangkan tekanan temana sepermainan (peer pressure) membawa konsekuensi negatif dan hubungan persahaban secara sekaligus dari rekan mereka. Anak paling rentan terhadap tekanan teman biasanya memiliki harga diri yang rendah. Anak mengadopsi norma-norma kelompok itu sebagai milik mereka dalam upaya meningkatkan harga dirinya. Ketika anak mampu menolak pengaruh rekan-rekan mereka, terutama dalam situasi atau membingungkan mereka mungkin mulai merokok, minum alkohol, mencuri, atau mengasingkan diri dari teman-temannya. Anak yang menolah tekanan teman sebaya sering tidak populer (Sudarwan, 2012: 70). Menurut Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 5) faktor yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu: Bisa dibayangkan, bagaimana mungkin seorang anak yang setiap hari bergaul dan bermain dengan teman-teman mereka yang tidak bersekolah atau hanya lulusan SD dapat bertahan untuk terus bersekolah melawan arus umum lingkungan sosial mereka, secara teoritis pengaruh adalah sangat kuat, sehingga bisa dipahami jika mereka kemudian beramai-
21
ramai memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah, putus sekolah hanya sampai di jenjang SD atau bahkan berhenti ditengah jalan. E. Upaya Orang Tua dan Sekolah Untuk Mengatasi Penyebab Anak Putus Sekolah Upaya yang dilakukan terdiri dari beberapa langkah-langkah antara lain adalah sebagai berikut : 1. Peran Orang Tua/ Keluarga Dengan adanya peran orang tua dalam memberikan motivasi bagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Adanya dukungan dari orang tua dalam memberikan sarana pembelajaran untuk anaknya walaupun hanya dalam bentuk sederhana (Liansyah, 2014: 5). Menurut Janu Murdiyatmoko (2004 : 42) keluarga sebagai kesatuan sosial terkecil dan paling utama bagi tercapainya kehidupan sosial masyarakat yang memiliki fungsi-fungsi pokok, yaitu pemenuhan kebutuhan biologis, emosional, pendidikan, dan sosial ekonomi. 2. Peran Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang didalamya terdiri dari guru (pendidik) dan siswa. Dari beberapa komponen tersebut pastinya terjadi interaksi antara masing-masing komponen, dimana interaksi yang terjadi saling berhubungan, baik antara guru/pendidik dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Mengusahakan pengembangan kecenderungan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan anak dengan
22
ketentuan agar tetap ada kesinambungan dengan suasana kehidupan keluarga dan masyarakat serta tidak mengarah kepada intelektualisme. Pendidikan di lingkungan sekolah ini adalah lembaga memberikan pengajaran kepada siswa yang diajarkan oleh guru atau guru sebagai pemateri inti di sekolah. Kepada guru dan semua personil sekolah agar bisa mencerdasi solusi yang bisa unuk masalah anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah terutama bagi guru Bimbingan dan Konseling jangan sampai anak-anak berfikiran bahwa sekolah itu tidak penting, dan malas apalagi sampai berhenti bersekolah. Pihak sekolah beserta Kepala Sekolah dan Wali Kelas memberikan nasehat atau mengupayakan yang terbaik untuk anak agar mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi anak tersebut. Dengan pemangilan orang tua anak atau wali di sekolah terkait memberikan pemahaman bagaimana pentingnya pendidikan bagi anak kedepanya (Fitriana, 2015: 32). Dengan lebih memperhatikan pendidikan siswa dan bahkan di ayomi atau mendekatkan diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan, diharapkan dapat mendukung dan mengkoordinir wajib belajar sembilan tahun. F. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan Sriwahyuni Deswita (2013) dengan judul Faktor Penyebab Remaja
Putus Sekolah
(Studi Di Desa Koto Gunung
Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan), menyimpulkan bahwa faktor penyebab remaja putus sekolah dilihat dari faktor internal yaitu
23
kemauan dari dalam diri remaja untuk bersekolah yang tidak ada, faktor penyebab remaja putus sekolah dilihat dari faktor eksternal ekonomi keluarga yang sulit dalam membiayai sekolah serta pengaruh teman sebaya yang mempengaruhi dirinya untuk tidak bersekolah. Penelitian yang dilakukan Resi Anggun Sutiasnah (2015) dengan judul Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah (Studi Madrasah Ibtidayah (MI) Dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir), menyimpulkan bahwa rendahnya motivasi orang tua sehingga anak putus sekolah di karenakan faktor ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan kemauan sendiri. Penelitian yang dilakukan Yessy Herawati (2015) dengan judul FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah ( Studi : Di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru), menyimpulkan bahwa responden anak putus sekolah mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang berbeda. Umur responden dalam penelitian ini anatara 7-15 tahun yang merupakan usia pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian yang dilakukan Mutiara Farah (2014) dengan judul Faktor Penyebab Putus Sekolah Dan Dampak Negatifnya Bagi Anak, menyimpulkan bahwa putus sekolah pada anak yang disebabkan karena faktor internal dan eksternal menimbulkan beberapa dampak negatif serta dampak negatif yang ditimbulkan akibat putus sekolah pada anak di Desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten
Karanganyar
yaitu
kurangnya
wawasan/
24
pengetahuan, menciptakan pengangguran, kenakalan remaja dan anak menjadi pengemis. Penelitian yang dilakukan Desca Thea Purnama (2013) dengan judul Fenomena Anak Putus Sekolah dan Faktor Penyebabnya di Kota Pontianak, menyimpulkan penyebab putus sekolah yang lebih mendominasi yaitu dikarenakan adanya factor psikologis yang ada didalam diri peserta didik, kurangnya kesadaran dan motivasi, trauma serta kemampuan anak dalam penyerapan pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berfokus pada anak-anak putus sekolah jenjang pedidikan dasar 9 Tahun ( studi di desa bonea kecamatan lasalepa kabupaten muna) menggunakan teoti yang di kemukakan oleh suyanto terdiri dari faktor internal, rendahnya minat dan kemauan anak untuk bersekolah, memiliki percaya diri yang rendah, sekolah dianggap tidak menarik, dan ketidak mampuan mengikuti pelajaran serta faktor eksternal, ekonomi keluarga, kurangnya perhatian orang tua, lingkungan bermain dan dengan upaya orang tua dan sekolah untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah.
25
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2016/2017 di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna. Alasan penulis adalah dengan pertimbangan bahwa di Desa Bonea terdapat 34 orang anak putus sekolah yang tidak dapat menyelesaikan masa pendidikanya di suatu jenjang pendidikan, baik dari tingkat SD dan SMP. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan Mix method (metode campuran), dimana peneliti memberikan uraian secara deskriptif tentang faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Bonea. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan pertimbangan bahwa penguraian faktor-faktor penyebab anak putus sekolah secara terstruktur dan sistematis. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi-informasi dari informan yang bersifat terbuka dan bebas. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak yang ada di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna yang putus sekolah sebanyak 34 orang. Sebagaimana jumlah populasi tersebut di atas, peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Sampel Total dari jumlah anak yang putus
25
26
sekolah di Desa Bonea baik pada jenjang SD dan SMP yang menjadi responden dalam penelitian. D. Informan Penelitian Sebagai informan dalam penelitian ini terdiri orang tua 3 orang, tokoh masyarakat 1 orang, Kepala Desa 1 orang, Guru SD 1 orang, Guru SMP 1 orang dan Kepala Sekolah 2 orang. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut: 1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelusuran terhadap literatur sebagai sumber untuk menelaah berbagai teori yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu mengumpulkan data dan informasi secara langsung dilapangan dengan teknik : a.
Angket (quetionaire), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan pilihan jawaban mengenai faktor yang menjadi penyebab anak putus sekolah di Desa Bonea. Angket ini di berikan kepada responden penelitian yaitu 34 orang anak yang putus sekolah.
b.
Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mendatangi langsung informan
27
penelitian dan menanyakan kepada mereka beberapa hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk memperoleh data langsung melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan faktor penyebab anak putus sekolah dan upaya-upaya apa saja yang di lakukan untuk mengatasi masalah anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea. c.
Dokumenter, yaitu pengambilan data-data yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini yakni dokumen-dokumen yang relevan, foto serta catatan yang berkaitan mengenai faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea.
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif (Mixed method) dengan serangkaian langkah yang di ambil untuk memeriksa validitas data kuantitatif dan akurasi hasil kualitatif, menurut John W Creswell (Achmad, 2009: 933) menyebutkan beberapa analisis data mixed method yaitu: 1. Transformasi data, dalam strategi peneliti biasa saja menghitungkan data kuantitatif atau sebaliknya peneliti juga dapat mengklasifikasi data kuantitatif. 2. Mengeksplorasi, dalam strategi analisis data kuantitatif pada tahap pertama dapat menghasilkan analisis penelitian setelah itu dapat menindak lanjuti
28
dengan
wawancara
kualitatif
tentang
masalah
penelitian
untuk
memperoleh informasi tentang masalah yang diteliti. 3. Instrument, dengan instrument survey kuantitatif pada tahap ini menvalidasi sampel yang dari populasi. 4. Mengumpulkan hasil-hasil kuantitatif dengan sampel pada waktu bersamaan lakukan wawancara kualitataif mengenai masalah dalam penelitian. 5. Membuat table, dengan mengkombinasikan informasi-informasi yang diperoleh dari pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif kedalam bentuk tabel. G. Definisi Konsep 1. Anak putus sekolah dalam penelitian ini adalah anak yang tidak melanjutkan sekolah atau berhenti bersekolah sebanyak 34 orang anak pada jenjang pendidikan SD dan SMP di Desa Bonea. 2. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah dalam penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut : 1). Rendahnya minat dan kemauan anak untuk bersekolah, 2). Sekolah dianggap tidak menarik, 3). Ketidak mampuan mengikuti pelajaran. Serta faktor eksternal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut : 1). Ekonomi Keluarga, 2). Kurangnya Perhatian orang tua, 3). Lingkungan bermain. 3. Upaya-upaya apa yang harus di lakukan untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah dalam penelitian ini adalah : 1). Adanya peran orang tua
29
dalam memberikan motivasi bagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan, 2). Adanya peran dari sekolah untuk memperhatikan pendidikan siswa dan bahkan di ayomi atau mendekatkan diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan, diharapkan dapat mendukung dan mengkoordinir wajib belajar sembilan tahun.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Desa Bonea merupakan salah satu desa di antara beberapa desa lainya yang terdapat di Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. Untuk mengunjungi desa ini dapat memakai kendaraan bermotor, berupa roda dua atau roda empat. Jarak antara Kota Raha yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Muna dengan Desa Bonea kurang lebih 12 km, dengan jarak tempuh 30 Menit. Sedangkan jarak dengan ibu kota Kecamatan 2 Km. Sementara itu, batas-batas wilayah administratif Desa Bonea sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Labone b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Sebrang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Labunti d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kombungo Adapun luas wilayah Desa Bonea adalah sekitar ± 2,10 Km. Keadaan alamnya terdiri atas daratan rendah yang dijadikan sebagai areal pertanian. Pada umumnya penduduk daerah Desa Bonea masih melakukan pengolaan tanah berpindah-pindah, pengolaan tanah masih dilakukan secara tradisional dalam lahan perkekebunan. Keadaan kesuburan tanahnya sangat kritis bila dibandingkan dengan daearah lainnya. Walaupun demikian mereka tetap melakukan usaha perkebun. Tanaman yang tumbuh untuk kelangsungan hidup
30
31
masyarakat setempat sangat terbatas seperti jagung, ubi kayu, jambu mente, kelapa, pisang, dan lain sebagainya. Untuk pemeliharaan hewan yang dipelihara oleh masyarakat Desa Bonea adalah sapi dan ayam yang biasanya dijual dan dijadikan makanan untuk keperluan hidup masyarakat desa. Areal yang digunakan oleh penduduk sebagai tempat pemukiman atau tempat tinggal, perkantoran pemerintah, sarana pendidikan, perkebunan dan lain sebagainya. Yang terdiri dari areal pemukiman masyarakat terbagi 2 dusun yaitu dusun I dan dusun II. Untuk lebih jelasnya mengenai mengenai luas Desa Bonea berdasarkan penggunaan wilayah dapat di lihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Luas Desa Bonea Berdasarkan Penggunaan Wilayah No
Penggunaan Wilayah
Luas/Ha
1
Luas Pemukiman
640 Ha
2
Luas Perkebunan
900 Ha
3
Luas Perkantoran
320 Ha
4
Luas Sarana Pendidikan
200 Ha
5
Luas Kuburan
40 Ha Total
2.100 Ha
Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016 Berdasarkan data tabel di atas, penggunaan wilayah Desa Bonea terluas adalah perkebunan dengan luas 900 Ha, menyusul luas pemukiman 640 Ha, luas perkantoran 320 Ha, luas serana pendidikan 200 Ha, dan luas kuburan 40 Ha.
32
2. Keadaan Demografis a. Jumlah Penduduk Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Penduduk juga merupakan bagian yang terpenting dari sebuah daerah, ketika suatu daerah mempunyai penduduk yang sangat banyak maka akan beragam pula jenis kebutuhannya bagi setiap individu. Penduduk Desa Bonea berdasarkan hasil perolehan data di lapangan bahwa jumlah penduduk desa pada tahun 2016 berjumlah 1858 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 906 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 952 jiwa, yang tersebar di 428 KK. Berdasarkan data penduduk Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna, mayoritas penduduk aslinya yaitu merupakan suku muna, serta sebagian kecil suku pendatang yang menikah dengan penduduk asli serta menetap dan membaur dengan penduduk asli. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk berdasarkan kelompok etnis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini : Tabel 2 Keadaan Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Suku Bangsa No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Etnis Muna Buton Bugis Jawa Toraja Bajo
Jumlah (Jiwa) 1822 12 7 4 4 9
Persentase (%) 98,48 0,64 0,27 0,15 0,15 0,31
33
Jumlah 1858 Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016
100,00
Berdasarkan tabel di atas menunjukan kelompok etnis suku muna yang tinggi dengan jumlah 1822 jiwa atau 98,48%, menyusul buton berjumlah 12 jiwa atau 0,64%, bajo berjumlah 9 orang atau 0,31%, bugis berjumlah 7 jiwa atau 0,27%, jawa berjumlah 4 jiwa atau 0,15%, toraja berjumlah 4 jiwa atau 0,15%. b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Suatu kenyataan bahwa penduduk Indonesia bersifat heterogenitas. Dan karena sifat inilah penduduk sebagaimana adanya dapat dikelompokkan menurut penggolongan umur dan jenis kelamin. Mengingat banyaknya hal yang diungkapkan dalam demografi, maka penulis hanya menitik beratkan pada satu komponen yakni pada penggolongan umur dan jenis kelamin. Mengenai jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin Desa Bonea untuk tahun 2016 berjumlah 1858 jiwa yang terdiri dari 906 jiwa lakilaki dan 952 jiwa perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Bonea dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Komposisi Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 No Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Umur (Jiwa) Laki-laki Perempuan 1 0-4 67 81 148 2 5-9 93 95 188 3 10-14 134 116 250 4 15-19 120 107 227 5 20-24 108 126 234
34
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
25-29 84 30-34 87 35-39 68 40-44 58 45-49 39 50-54 11 55-59 19 60-69 8 70-74 9 75+ 12 Jumlah 906 Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016
98 90 81 63 38 16 14 9 6 12 952
182 177 149 121 77 27 33 17 15 24 1858
Dari tabel di atas menunjukan kelompok usia 10-14 memiliki jumlah yang paling tinggi sebanyak 250 jiwa dan terendah kelompok umur 70-74 sebanyak 15 jiwa dari seluruh jumlah penduduk. Dilihat dari kelompok umur dan jenis kelamin, maka jumlah yang tertinggi adalah perempuan sebesar 952 jiwa. Sedangkan lak-laki mencapai 906 jiwa dari jumlah penduduk Desa Bonea (1858). c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pada suatu wilayah dapat dijadikan indikator untuk mengukur kualitas sember daya manusia di wilayah tersebut, selain itu juga pendidikan juga merupakan suatu kebutuhan yang penting di dalam perkembangan suatu wilayah. Jika dicermati mengenai komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, maka dapat dikategorikan sebagai salah satu desa di mana tingkat pendidikannya masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
35
Tabel 4 Keadaan Penduduk Desa Bonea Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Belum Sekolah
169 orang
9,09
2
Tidak Tamat Sekolah
212 orang
11,41
3
Tamat SD/Sederajat
335 orang
18,04
4
Tamat SMP/Sederajat
383 orang
20,61
5
Tamat SMA/Sederajat
530 orang
28,53
6
Tamat Perguruan Tinggi
229 orang
12,32
Jumlah
1858 orang
100,00
Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa, masyarakat yang pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) menempati urutan pertama, yaitu sebanyak 530 orang atau 28,53%, sedangkan belum sekolah sebanyak 169 orang atau 9,09%, tidak tamat sekolah sebanyak 212 orang atau 11,41%, tamat SD sebanyak 335 orang atau 18,04%, tamat SMP sebanyak 383 orang atau 20,61%, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 229 orang atau 12,32%. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kondisi ekonomi rumah tangga yang kurang mampu. Masalah ekonomi merupakan salah satu penunjang utama untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Keinginan seorang anak untuk melanjutkan pendidikan cukup tinggi, namun kemampuan untuk itu sangat terbatas.
36
d. Keadaan Ekomoni Desa Bonea yang terletas di pulau Muna merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Lasalepa terletak di daerah pinggir laut. Meskipun daerah pesisir namun masyarakat desa deminan bermata pencaharian sebagai petani dengan memanfaatkan lahan yang ada. Para petani tersebut mengembangkan berbagai jenis tanaman pertanian dengan sistem pola tanam tradisional. Seperti tanaman berupa buah-buahan, sayuran, pohon jati, kelapa serta umbi-umbian dan lain-lain. Hasil yang mereka peroleh dikatakan cukup memuaskan, untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi hasil yang diperoleh sebagai petani belum dapat menjamin kehidupan mereka selama berada dikampung halaman. Dengan demikian, diantara para petani yang ada, disamping sebagai seorang petani, juga memanfaatkan potensi laut yang ada dengan mata pencaharian sebagai nelayan dalam menunjang kehidupannya yang diperoleh dari hasil sebagai petani. Disamping mata pencaharian yang telah disebutkan di atas, masih ada masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, wiraswasta dan pekerjaan lain. Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai mata pencaharian penduduk Desa Bonea dapat dilihat pada data yang penulis peroleh dari kantor Desa Bonea dalam bentuk tabel sebagai berikut:
37
Tabel 5 Komposisi Penduduk Desa Bonea Menurut Mata Pencaharian pokok Tahun 2016 No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase (%)
1
Petani
697 orang
57,75
2
Nelayan
37 orang
3,06
3
Pedagang
72 orang
5,96
4
Buruh
75 orang
6,21
5
Tukang Batu
29 orang
2,40
6
Wiraswasta
168 orang
13,95
7
TNI/POLRI
15 orang
1,24
8
PNS
96 orang
7,94
9
Pensiunan
18 orang
1,49
1207
100,00
Jumlah
Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016 Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Bonea bervariasi, di mana jumlah yang paling besar adalah bermata pencaharian sebagai petani yakni sebanyak 697 orang atau 57,75%, nelayan sebanyak 37 orang atau 3,06%, pedagang sebanyak 72 orang atau 5,96%, buruh sebanyak 75 orang atau 6,21%, tukang batu sebanyak 29 orang atau 2,40%, wiraswasta sebanyak 168 orang atau 13,95%, TNI/POLRI sebanyak 15 orang atau 1,24%, PNS sebanyak 96 orang atau 7,94%, pensiunan sebanyak 18 orang atau 1,49%. e. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah faktor pendukung yang sangat penting dalam melaksanakan berbagai aktifitas baik dalam kehidupan masyarakat maupun bagi bangsa dan negara. Dari kedua faktor tersebut sangat dibutuhkan
38
dalam pembangungan nasional, terutama untuk daerah – daerah yang letaknya relatif jauh dari pusat kota. Sehingga daerah yang semula tidak dapat dijangkau maka dengan tersedianya sarana seperti pembangunan jalan yang relatif
baik, maka penduduk atau masyarakat setempat dengan mudah
menjangkau tempat yang dituju. Demikin pula yang terjadi di Desa Bonea dimana keadaan sarana dan prasarana relatif baik dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya tidak merasa kesulitan, meskipun pembangunan di desa ini belum sepenuhnya terealisasi. Namun masyarakat di Desa Bonea bisa memahami keadaan ini. Sesuai dengan data yang diperoleh, maka sarana dan prasarana Desa Bonea secara garis besar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 6 Sarana dan Prasarana Desa Bonea No
Sarana/Prasarana
Jumlah (Unit)
1
Kantor Desa
1
2
Kantor Pertanian
1
3
Sekolah TK,SD,SMP
4
4
Posyandu
1
5
Koperasi
1
6
Pasar
1
7
Balai Desa
1
8
Masjid
1
9
Pasar
1 Jumlah
Sumber Data : Kantor Desa Bonea Tahun 2016
12
39
Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan sarana dan prasarana di Desa Bonea di totalkan berjumlah 12 unit bangunan yang di pergunakan oleh masyarakat setempat. B. Karakteristik Responden dan Informan a. Karakteristik Responden Adapun data mengenai karakteristik responden berdasarkan umur dan tingkat pendidikan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Umur Responden Umur responden dalam penelitian ini yakni kelompok anak-anak yang putus sekolah jenjang pendidikan SD dan SMP yang menjadi pendukung dalam penelitian ini. Dalam hal pengambilan data menggunakan angket yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 34 orang anak-anak yang putus sekolah jenjang SD dan SMP, sedangkan data tentang umur responden sudah di dapatkan pada saat pembagian angket telah selesai. Umur responden yang di ambil informasinya antara umur 10 – 15 tahun. Untuk lebih jelasnya di dapat dilihat dalam tabal sebagai berikut: Tabel 7 Kelompok Umur Responden No
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase (%)
1
10 Tahun
12
35,29
2
11 Tahun
6
17,65
3
12 Tahun
3
8.82
4
13 Tahun
3
8,82
5
14 Tahun
6
17,65
6
15 Tahun
4
11,77
34
100,00
Jumlah
40
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017 Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa umur reponden 10 tahun berjumlah 12 orang atau 35,29%, umur 11 tahun berjumlah 6 orang atau 17,65%, umur 12 berjumlah 3 orang atau 8,82%, umur 13 berjumlah 3 orang atau 8,82%, umur 14 berjumlah 6 orang atau 17,46% dan umur 15 tahun berjumlah 4 orang atau 11,77%. 2. Umur Orang Tua/Wali Responden Umur Orang Tua/Wali responden dalam penelitian ini yakni kelompok orang tua anak-anak yang putus sekolah jenjang pendidikan SD dan SMP. Dari hasil angket diperoleh bahwa umur orang tua/wali responden yang di ambil informasinya antara umur 30 – 60 tahun. Untuk lebih jelasnya di dapat dilihat dalam tabal sebagai berikut: Tabel 8 Umur Orang Tua/Wali Responden No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1
30-35
3
8,82
2
36-40
4
11,76
3
41-45
11
32,35
4
46-50
4
11,76
5
51-55
7
20,58
6
56-60
5
14,70
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa umur orang/tua wali reponden umur 30-35 berjumlah 3 orang atau 8,82%, 36-40 berjumlah 4 orang atau 11,76%, umur 41-45 berjumlah 11 orang atau 32,35%, umur 46-50
41
berjumlah 4 orang atau 11,76%, umur 51-55 berjumlah 7 orang atau 20,58%, umur 56-60 berjumlah 5 orang atau 14,70%. 3. Tingkat Pendidikan Responden Dari hasil angket diperoleh bahwa yang terbanyak yang di ambil datanya dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan sekolah dasar . Hasil angket menyatakan bahwa anak-anak putus sekolah mulai dari kelas IV SD sampai kelas IX SMP. Hal ini menunjukan bahwa di lokasi penelitian banyak masyarakat kurang paham akan pentingnya pendidikan yang di mana di pengaruhi beberapa faktor penyebab. Tingkat pendidikan responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 9 Tingkat Pendidikan Responden No
Berhenti di Kelas
Jumlah
Persentase (%)
1
IV
12
35,29
2
V
6
17,65
3
VI
3
8.82
4
VII
3
8,82
5
VIII
6
17,65
6
IX
4
11,77
Jumlah
34
100,00
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017 Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa berhenti di kelas IV berjumlah 12 orang atau 35,29%, kelas V berjumlah 6 orang atau 17,65%, kelas VI berjumlah 3 orang atau 8,82%, kelas VII berjumlah 3 orang atau
42
8,82%, kelas VIII berjumlah 6 orang atau 17,46% dan kelas IX tahun berjumlah 4 orang atau 11,77%. 4. Tingkat Pendidikan Orang Tua/Wali Responden Dari tingkat pendidikan orang tua/wali anak-anak yang putus sekolah di desa bonea yang paling menonjol pada jenjang pendidikan SD. Hasil angket menyatakan tingkat pendidikan orang tua/wali responden hanya pada tingkat SD,SMP,dan SMA. Tingkat pendidikan orang tua/wali responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 10 Tingkat Pendidikan Orang Tua/Wali Responden No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SD
20
58,82
2
SMP
8
23,52
3
SMA
6
17.64
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa jenjang pendidikan berjumlah 20 orang atau 58,82%, jenjang SMP berjumlah 8 orang atau 23,52, jenjang SMA berjumlah 6 orang atau 17,64%. 5. Pekerjaan Orang Tua/Wali Responden Hasil penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian Desa Bonea dimana menunjukan bahwa pekerjaan orang tua/wali anak-anak yang putus sekolah paling dominan adalah petani, tukang batu, buruh dan wiraswasta.
43
Untuk mengetahui jenis pekerjaan orang tua/wali responden berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 11 Pekerjaan Orang Tua/Wali Responden No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1
Petani
18
52,94
2
Tukang Batu
9
26,47
3
Buruh
4
11.77
4
Wiraswasta
3
8,82
Jumlah
34
100,00
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017 Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa pekerjaan sebagai petani berjumlah 18 ata43u 52,94%, tukang batu berjumlah 9 orang atau 26,47%, buruh berjumlah 4 orang atau 11,77%, dan wiraswasta berjumlah 3 orang atau 8,82%. b. Karakteristik Informan Adapun data mengenai karakteristik infoman berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut : 1. Umur Informan Umur informan dalam penelitian ini yakni kelompok orang tua dan masyarakat desa yang menjadi pendukung dalam penelitian ini. Umur yang mudah dengan fisik yang kuat dan sehat lebih dinamis dalam bertindak berkaitan dengan faktor penyebab anak putus sekolah jenjang pendidikan dasar 9 tahun.
44
Dalam hal pengambilan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini jumlah informan tidak ditentukan, sedangkan data tentang umur informan sudah ada berhubungan dengan pengambilan data tentang penyebab anak putus sekolah di sertai upaya penanggulanganya oleh anak dan orang tua. Umur informan yang di ambil informasinya antara umur 30 – 50 tahun. Untuk lebih jelasnya di dapat dilihat dalam tabal sebagai berikut: Tabel 12 Kolompok Umur Informan No
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase (%)
1
30-35
1
11,11
2
36-40
1
11,11
3
41-45
3
33,33
4
46-50
4
44,45
9
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat di jelaskan bahwa umur informan dari 30-35 tahun berjumlah 1 orang atau 11,11%, umur 36-40 orang berjumlah 1 orang atau 11,11%, umur 41-45 berjumlah 2 orang atau 33,33%, dan umur 4650 berjumlah 3 orang atau 44,45%. 2. Tingkat Pendidikan Informan Informan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan memiliki cakrawala berfikir yang kurang dan wawasan yang sempit. Sebaliknya orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi di harapkan dapat memberikan pengarahan terhadap anak-anak akan pentingnya pendidikan bagi masa depan mendatang kelak nantinya.
45
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa informan yang terbanyak yang di ambil datanya dalam penelitian ini adalah yang menjenjang pendidikan sampai perguruan tinggi karna merupakan kepala sekolah dan guru-guru di sekolah sedangkan untuk orang tuan anak yang putus sekolah hanya tamatan SD, SMP dan SMA. Hal ini menunjukan bahwa di lokasi penelitian banyak masyarakat kurang paham akan pendidikan yang di mana di pengaruhi beberapa faktor penyebab. Tingkat pendidikan informan berdasarkan hasil penelitian berbeda-beda maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 13 Tingkat Pendidikan Informan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Perguruan Tinggi
5
55,56
2
SMA
1
11,11
3
SMP
2
22,22
4
SD
1
11,11
9
100,00
Jumlah
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017 Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan informan dalam penelitian ini adalah tingkat perguruan tinggi berjumlah 4 orang atau 55,56%, tingkat SMA berjumlah 1 orang atau 11,11%, tingkat SMP berjumlah 1 orang atau 22,22%, tingkat SD berjumlah 1 orang atau 11,11%. 3. Jenis Pekerjaan Informan Hasil penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian dimana menunjukan bahwa pekerjaan informan dari masyarakat maupun orang tua yang dominan adalah petani, tukang batu, pedagang dan wiraswasta. Untuk
46
mengetahui jenis pekerjaan ini forman berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 14 Jenis Pekerjaan Informan No 1 2 3 4
Jenis Pekerjaan Jumlah Tukang Batu 1 Wiraswasta 2 Petani 1 PNS 5 Jumlah 9 Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Persentase (%) 11,11 22,22 11,11 55,56 100,00
Berdasarkan data pada tabel diatas, maka jenis pekerjaan informan petani/tukang batu berjumlah 1 orang atau 11,11%, wiraswasta berjumlah 2 orang atau 22,22%, pedagang berjumlah 1 orang atau 11,11%, PNS berjumlah 4 orang atau 55,56%. C. Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Anak putus sekolah tentunya tidak akan terlepas dari beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi anak sekolah sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi pada anak dimana ada beberapa kendala penyebab baik yang datang dari diri sendri maupun yang datang dari luar diri anak. Di Desa Bonea, anak-anak yang putus sekolah pada dasarnya memiliki jenjang pendidikan di sekolah yang berbeda-beda, untuk jenjang Sekolah Dasar, anak-anak bersekolah di SDN 1 Lasalepa, SDN 7 Lasalepa dan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama, anak-anak bersekolah di SMPN 1 Lasalepa. Berikut ini penjelasan anak-anak putus sekolah berdasarkan asal sekolah sesuai dengan hasil penelitian dalam tabel sebagai berikut :
47
Tabel 15 Anak Putus Sekolah Desa Bonea Berdasarkan Asal Sekolah Tingkat Pendidikan SD
Jumlah
Asal Sekolah
21
14 Orang siswa SDN 7 Lasalepa 6 Orang siswa SDN 5 Lasalepa
SMP
13
13 Orang siswa SMPN 1 Lasalepa
Sumber Data : Hasil Olahan Data Sekolah Tahun 2016/2017 Berdasarkan data pada tabel di atas, jumlah anak putus sekolah Desa Bonea tingkat pendidikan SD dan SMP berjumlah 34 orang anak. Sedangkan asal sekolah dari SDN 7 Lasalepa berjumlah 14 orang, SDN 1 Lasalepa berjumlah 6 orang dan SMPN 1 Lasalepa berjumlah 13 orang. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa, di Desa Bonea terdapat 34 orang anak yang putus sekolah dan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di mana di sebabkan oleh beberapa faktor baik itu faktor internal dan eksternal. Putus sekolah yang di maksud dalam penelitian ini adalah tidak selesainya masa pendidikan anak selama bersekolah baik itu pada jenjang tingkat SD dan SMP yang ada di wilayah Desa Bonea. Untuk mengetahui jumlah anak putus sekolah berdasarkan hasil penelitian yang ada di Desa Bonea pada tahun 2017, dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :
48
Tabel 16 Data Anak Putus Sekolah di Desa Bonea Tahun 2016/2017 Tingkat Pendidikan SMP 1 Lasalepa
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 10 3
Jumlah 13
SD 7 Lasalepa
11
1
12
SD 5 Lasalepa
6
3
9
Total
27
7
34
Sumber Data : Hasil Olahan Data Sekolah Tahun 2016/2017 Berdasarkan data tabel di atas, jumlah anak putus sekolah di Desa Bonea pada tahun 2017 berjumlah 34 orang, yang terdiri dari 27 orang lakilaki dan 7 orang perempuan. Dari tingkat SMP terdiri dari 10 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, dari tingkat SD terdiri dari 17 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Dalam penelitian ini sebagai mana hasil penelitian di lapangan sudah di lakukan faktor penyebab anak-anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab yakni faktor internal dan ekstenal antara lain sebagai berikut : A. Faktor-Faktor Internal Penyebab Anak Putus Sekolah Faktor-faktor internal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya Minat atau Kemauan Anak Untuk Bersekolah Pendidikan tanggung jawab keluarga terutama orang tua, akan tetapi juga tanggung jawab harus di sertai dengan kemaun dari anak itu sendiri untuk sekolah. Antara pendidikan dan kemauan anak merupakan suatu sisi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Apabila kemauan anak kuat
49
tetapi dukungan orang tua tidak ada sama saja membuat anak tidak mau sekolah lagi, ini akaibat banyak nya anak putus sekolah. Oleh karena itu antara kemauan anak dan dukungan orangtua harus sejalan. Rendahnya minat atau kemauan anak untuk bersekolah. Sala satu faktor penyebab putus sekolah jenjang pendidikan dasar 9 tahun di Desa Bonea di karnakan rendahnya minat yang ada dari dalam diri untuk bersekolah. Rasa malas dan kemauan untuk belajar di sekolah membuat anak memutuskan untuk berhenti sekolah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ini jawaban respon anak mengenai minat atau kemauan untuk bersekolah di uraikan dalam tabel adalah sebagai berikut : Tabel 17 Respon Minat Atau Kemauan Anak Untuk Bersekolah No
Respon Anak
Frekuensi
Persentase (%)
1
Minat
6
17,65
2
Kurang Minat
13
38,23
3
Tidak Minat
15
44,12
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, respon anak mengenai minat dan kemauan anak untuk bersekolah adalah minat berjumlah 6 orang atau 17,65%, kurang minta berjumlah 13 orang atau 38,23%, tidak minat berjumlah 15 orang atau 44,12%. Tingkat motivasi seorang anak sangat berpengaruh terhadap keingin anak untuk terus bersekolah, motivasi ini bisa berasal dari keluarga, lingkungan dan anak itu sendiri. Kemauan anak untuk berhenti sekolah juga di
50
sebabkan karena anak tidak mampu mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, karena sudah jenuh dalam mengikuti pelajaran dan apa lagi guru-guru yang membosan kan membuat anak-anak malas untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan efektif seperti hasil wawancara dengan salah seorang masyarakat Bapak Fainudin selaku orang tua anak yang putus sekolah, menyatakan bahwa: “Anak saya memang untuk minat atau kemauan untuk bersekolah itu kurang karna malas untuk berangkat kesekolah banyak alasan-alasan untuk tidak pergi sekolah, padahal apa yang menjadi kebutuhanya di sekolah terpenuhi saya juga sudah sering menasehati bahkan memarahi dia agar kesekolah tetapi dia tidak mau mendengarkan saya”(Wawancara, 19 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak La Usu menyatakan bahwa : “Untuk kesekolah hari-harinya anak saya mesti harus di bujuk-bujuk karna kurangnya minat untuk sekolah membuat dia bermalas-malasan untuk kesekolah padahal saya berharap dia terus bersekolah, dikarnakan juga kebutuhan sekolahnya kadang terpenuhi kadang tidak terpenuhi membuat minat anak saya sekolah itu kurang”(Wawancara, 17 Maret 2017). Hal yang sama pula di ungkapkan oleh Bapak La Nano AMP.d selaku guru di SD 7 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Mengenai minat atau kemauan untuk sekolah, siswa kadang bermalasmalasan untuk bersekolah kadang hari ini hadir besok tidak hadir lagi, apalagi di berikan tugas enggan untuk mengerjakanya ini di pengaruhi minat atau kemauan anak untuk bersekolah sehingga membuat memili putus sekolah karna di pengaruhi tidak adanya minat sama sekali dari anak meski orang tua anak mampu memenuhi kebutuhan sekolahnya” (Wawancara, 16 Maret 2017).
51
Berdasarkan hasil wawancara di atas, minat atau kemauan anak-anak yang ada di Desa Bonea untuk bersekolah itu kurang karna di pengaruhi rasa malas, kesekolah harus dibujuk-bujuk terlebih dahulu, mencari berbagai macam alasan untuk tidak pergi kesekolah meskipun sering di nasehati dan dimarahi tidak mempedulikan perkataan orang tua. Karna tidak adanya minat atau kemauan untuk bersekolah dan dengan faktor lainya sehingga anak memilih putus sekolah. 2. Sekolah Dianggap Tidak Menarik Keadaan
suatu
sekolah
ternyata
memiliki
pegaruh
terhadap
menariknya sekolah bagi murid. Suasana kelas atau sekolah membuat anak tidak nyaman selama disekolah dimana anak-anak beranggapan sekolah tidak menarik sama sekali. Dengan fasilitas sekolah yang memadai, kurangnya kegiatan sekolah yang melibatkan keaktifan murid, serta hubungan guru dangan siswa yang baik dan hubungan antar siswa yang baik akan memberikan rasa nyaman dan aman untuk anak di sekolah. Untuk mengetahui respon anak-anak suarana sekolah di anggap menarik dan tidak menarik hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 18 Respon Suasana Sekolah Atau Kelas Yang Menarik Tidaknya Bagi Anak No
Suasana Sekolah
Frekuensi
Persentase (%)
1
Menarik
5
14,70
2
Kurang Menarik
16
47,06
3
Tidak Menarik
13
38,23
Jumlah
34
100,00
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
52
Dari data tabel di atas dapat di lihat bahwa sebahagian besar anak putus sekolah beranggapan bahwa sekolah itu kurang menarik sebanyak 16 orang
atau 47,06%, tidak menarik sebanyak 13 orang atau 38,23%, dan
merasa menarik sebanyak 5 orang atau 14,70%. Berdasarkan data tabel di atas terlihat bahwa suasana sekolah dapat menjadi salah satu faktor penyebab anak putus sekolah. Rasa nyaman dan menariknya selama di sekolah ini berkaitan dengan hubungan antara murid dengan guru dan antar siswa di sekolah. Jadi, dapat kita lihat bahwa di Desa Bonea suasana sekolah menjadi salah satu faktor pendukung penyebab anak putus sekolah baik pada jenjang pendidikan SD dan SMP. Sejalan dengan hal Bapak La Bay, S.Pd.M.Pd selaku Kepala Sekolah di SMPN 1 Lasalepa, menyatakan sebagai berikut : “Kami pihak sekolah selalu memberikan perhatian bagi siswa-siswi agar mereka selalu merasa nyaman berada di sekolah, dikarnakan faktor dari dalam diri anak karna tidak adanya ketertarikan untuk bersekolah membuat siswa tidak nyaman berasa di sekolah meskipun guru-guru sudah memberikan perhatian lebih”(Wawancara, 14 Maret 2017). Lain halnya, yang dikemukakan oleh Bapak Fainudin selaku orang tua anak yang putus sekolah, menyatakan bahwa: “Selain tidak adanya minat atau kemuan untuk bersekolah di karnakan tidak adanya ketertarikan dengan sekolah yang membuat betah selama disekolah, mungkin kurangnya kegiatan-kegiatan yang melibatkan murid di sekolah yang membuat anak-anak itu malas dan enggan untuk meninggalkan sekolah atau dengan kata lain bolos sekolah, disini masih kurangnya peran guru atau pihak sekolah dalam menangani ini.”(Wawancara, 18 Maret 2017).
53
Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama di ungkapkan oleh Bapak La Ode Humali selaku tokoh masyarakat di Desa Bonea, menyatakan bahwa: “Sudah menjadi hal biasa bila saya melihat anak-anak berkeliaran di luar sekolah pada saat jam sekolahan (bolos sekolah) di karnakan anak-anak merasa di sekolah itu tidak beta dan nyaman, dimungkinkan kurang adanya peran guru sekolah dalam hal ini agar anak bias merasa betah dan adanya ketertarikan untuk terus bersekolah”(Wawancara, 17 Maret 2017). Dari hasil wawancara di atas, dapat di ketahui sekolah di anggap tidak menarik bagi anak-anak di Desa Bonea karna faktor dari dalam diri sendri anak akan minat dan ketertarikan untuk bersekolah disertai dengan kurang adanya peran guru dan sekolah seperti dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kegiatan anak disekolah yang menarik bagi siswa di sekolah agar bias betah dan berlama-lama di sekolah. Karna kurang adanya peran sekolah sehingga anak malas-malasan untuk bersekolah yang membuat siswa enggan bersekolah dan memili putus bersekolah. 3. Ketidak Mampuan Mengikuti Pelajaran Ketidak mampuan anak dalam menangkap dan mengikuti pelajaran di sekolah merupakan kemampuan akademis yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah anak-anak disekolah di Desa Bonea baik jenjang SD dan SMP. Semakin tinggi tingkat kecerdasan (intelegensi) seorang siswa, maka akan semakin besar peluang mereka untuk meraih kesuksesan. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka akan semakin kecil peluang mereka untuk memperoleh kesuksesan. Untuk melihat tanggapan responden
54
tentang kemampuan intelegensi dalam mengikuti pelajaran, dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 19 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Dalam Mengikuti Pelajaran No 1 2 3
Pendapat Responden Frekuensi Mampu 7 Kurang Mampu 19 Tidak Mampu 8 Jumlah 34 Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Persentase (%) 20,59 55,88 23,53 100,00
Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang mengatakan sangat mampu tidak ada sama sekali, yang mengatakan mampu berjumlah 7 orang atau 20,59%, kurang mampu berjumlah 19 orang atau 55,88%, tidak mampu berjumlah 8 orang atau 23,53%. Seperti hasil wawancara dengan salah seorang guru Bapak La Nano AMP.d selaku guru di SD 7 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Mereka memang mendengarkan apa yang di terangkan atau di jelaskan guru-guru dalam kelas pada saat proses pembelajaran, tapi ketika di suruh mengerjakan tugas-tugas sekolah sebagian siswa kurang mampu mengerjakan dengan baik dan benar karna kurang kemampuan pemahaman pada mata pelajaran” (Wawancara, 16 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama di ungkapkan oleh Bapak Fainudin selaku orang tua anak yang putus sekolah,menyatakan bahwa: “Kemampuan anak saya dalam pelajaran saya akui sangatlah kurang, setiap tugas-tugas yang di berikan sekolah tidak pernah di kerjakan sendri di rumah. Selalunya tugas yang di berikan di kerjakan di sekolah melihat hasil kerjaan temanya. Selain itu di juga malas untuk berangkat kesekolah padalah saya sudah sering menasehatinya bahkan memarahi dia agar pergi sekolah tetapi dia tidak mau mendengarkan saya”(Wawancara, 18 Maret 2017).
55
Anak yang mempunyai prestasi yang bagus akan mendapatkan juara/ ranking, namun anak yang kemampuan akademisnya kurang maka prestasinya biasa saja dan bahkan ada yang sampai tinggal kelas. Untuk melihat kemampuan akademis anak putus sekolah dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 20 Respon Anak Berdasarkan Prestasi di Sekolah No
Prestasi
Frekuensi
Persentase (%)
1
Juara Kelas
2
5,88
2
Tidak Juara Kelas
24
70,59
3
Tinggal Kelas
8
23,53
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas prestasi dengan juara kelas berjumlah 2 orang atau 5,88%, sedangkan tidak juara kelas berjumlah 24 orang atau 70,59%, tinggal kelas berjumlah 8 orang atau 23,53%. Berdasarkan hasil penelitian salah satu orang tua Ibu Wa Ani selaku orang tua yang anaknya putus sekolah, mengatakan bahwa : “Kalau soal kemampun, anak saya cukup mampu dalam menangkap pelajaran yang telah diberikan guru di sekolah, buktinya di selalu mendapat peringkat 3 di kelasnya selama berapa kali, tapi karna kondisi perekonomian keluaga saya terpaksa putus sekolah dan membantu saya mencari nafkah meski ada bantuan dari pemerintah itu belum cukup untuk kebutuhan pendidikannya”(Wawancara, 18 Maret 2017). Hal lain yang di kemukakan Bapak Safarudin SP.d selaku guru SMPN 1 Lasalepa, menyatakan sebagai berikut : “Tingkat kemampaun dalam memahami pelajaran siswa yang putus sekolah disini cenderung kurang. Tetapi sebenarnya apabila mereka rajin
56
belajar saya yakin mereka bias mempunyai prestasi belajar yang bagus. Tapi rata-rata siswa yang putus sekolah cenderung malas belajar dan cuek dengan pelajaran yang di beriku oleh guru. Hal ini berimbas pada prestasi mereka yang kurang bagus, sehingga saat ada ulangan nilai mereka tidak memuaskan” (Wawancara, 14 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, kemampuan anak dalam pelajaran anak-anak yang ada di Desa Bonea masih sangat kurang atau kurang mampu. Ada anak yang mampu dalam pelajaran namun karna faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan anak. Sebaliknya, ada pula orang tua yang mampu membiayai sekolah anaknya tetapi kemampuan anak dalam pelajaran sangat kurang atau rendah. Hal ini biasa di pengaruhi kurangnya adanya dorongan motivasi dari orang tua dan tidak adanya motivasi dari diri anak untuk belajar. Faktor tersebut dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan anak dalam pelajaran dan hal seperti inilah yang menjadi penyebab anak putus sekolah. Berdasarkan pendapat Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 3) terdapat 3 faktor-faktor internal penyebab anak putus sekolah yang merupakan faktor penyebab putus sekolah yang berasal dari dalam diri anak. Sesuai dengan fakta yang ada di lokasi penelitian rendahnya minat dan kemauan anak untuk bersekolah, memiliki percaya diri yang rendah, dan sekolah di anggap tidak menarik yang merupakan faktor penyebab anak putus sekolah jenjang pendidikan dasar 9 tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna.
57
B. Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Anak Putus Sekolah Faktor-faktor eksternal penyebab anak putus sekolah adalah sebagai berikut : 1. Ekonomi Keluarga Faktor ekonomi merupakan faktor yang berasal dari latar belakang keluarga anak putus sekolah yaitu kesadaran orang tua akan pendidikan, faktor ekonomi akan berdampak pada anak sehingga anak harus membantu orangtua mencari nafkah. Dimana faktor ini merupakan pendukung utama untuk mendukung pendidikan anak, karena dengan ekonomi yang memadai biaya pendidikan anak akan dapat terpenuhi. Sebaliknya, apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak akan dapat terpenuhi. Sebagian orang tua anak beranggapan bahwa pendidikan merupankan beban yang paling berat dan mahal tidak mampu mereka menjangaunya, apalagi pendidikan sekarang yang sudah mahal membuat orang tua pada mengeluh dengan biaya yang mereka punya jadi inilah yang membuat anak mereka putus sekolah. Meski sudah ada kemudahan berupa bantuan dari pemerintah, akan tetapi untuk bersekolah anak juga tetap membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan seperti membeli seragam sekolah buku pelajaran atau biaya transportasi anak ke sekolah. Di bawah ini adalah tanggapan responden anakanak yang putus sekolah di Desa Bonea mengenai kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan selama bersekolah .
58
Tabel 21 Respon Anak Mengenai Kemampuan Orang Tua Dalam Membiayai Pendidikan Selama Bersekolah No
Respon Anak
Frekuensi
Persentase (%)
1
Mampu
9
26,47
2
Kurang Mampu
13
38,24
3
Tidak Mampu
12
35,29
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel di atas, responden yang mengatakan responden yang mengatakan mampu berjumlah 9 orang atau 26,47%, responden yang mengatakan kurang mampu berjumlah 13 orang atau 38,24%, responden yang mengatakan tidak mampu berjumlah 12 orang atau 35,29%. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Bapak Sofian Hamzah S.Sos selaku Kepala Desa Bonea, sebagai berikut : “Di desa ini kurang lebih banyak anak-anak yang putus sekolah tidak terlepas dari lemahnya keadaan ekonomi orang tua yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah. Dimana rata-rata mata pencaharian masyarakat di desa ini hanya sebagai petani dan tukang batu, ekonomi orang tua yang kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak akan terpenuhi dengan baik ”(Wawancara, 13 Maret 2017). Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Bapak La Bay, S.Pd.M.Pd selaku Kepala Sekolah di SMPN 1 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Perekonomian memang merupakan salah satu faktor penghambat yang dapat menyebabkan terjadinya anak putus sekolah, di lihat dari kondisi masyarakat di sini pencaharian orang tua anak sebatas petani, apalagi zaman sekarang ini biaya pendidikan bisa di katakan tergolong cukup memberatkan bagi orang tua, sehingga sebagian orang tua tidak mampu menyekolahkan atau tidak dapat melanjutkan sekolah anak-anak mereka. Meskipun ada bantuan dari pemerintah namun bagi orang tua anak itu
59
belum cukup untuk membantu bersekolah”(Wawancara, 14 Maret 2017).
pendidikan
anak
untuk
Dari hasil wawancara di atas, dapat di katakan bahwa perekonomian keluarga merupakan salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya bagi pendidikan anak. Meski ada bantuan dari pihak pemerintah mengenai pendidikan anak jenjang pendidikan 9 tahun sebagai mana yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, orang tua beranggapan masing kurang untuk kebutuhan pedidikan anak. Karena biaya pendidikan memberatkan orang tua dimana biasa di katakana ekonomi terbilang lemah. Kemiskinan menyebabkan anak-anak berhenti sekolah kerena terlalu sibuk membantu orang tua bekerja baik di rumah maupun mencari nafkah meskipun tidak sepenuhnya bekerja mencari nafkah. Untuk melihat tanggapan responden tentang anak yang membantu orang tau dalam mencari nafkah, dapat di lihat dari tabel berikut : Tabel 22 Tanggapan Anak Yang Membantu Orang Tua Mencari Nafkah Keluarga No
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
Membatu Orang Tua
12
35,29
2
Kurang Membantu Orang Tua
17
50
3
Tidak Membantu Orang Tua
5
14,71
Jumlah
34
100,00
Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017 Berdasarkan data tabel di atas, responden 34 orang anak-anak yang putus sekolah mengenai membantu orang tua mencari nafkah keluarga mengatakan membantu orang tua berjumlah 12 orang atau 35,29%, kurang
60
membantu orang tua berjumlah 17 orang atau50%, tidak membantu orang berjumlah 5 orang atau 14,71%. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Ibu Wa Ani selaku orang tua yang anaknya putus sekolah, mengatakan bahwa : “Boleh di kata sangat tidak mampu, anak saya itu berhenti sekolah pada usia 11 tahun masih kelas 6 SD, sekarang umurnya sudah 12 tahun. Kalau dia bersekolah mungkin sudah kelas 1 SMP, tetapi karena saya tidak mampu memenuhi kebutuhan sekolahnya karna saya juga seorang janda jadi saya sendiri tulang punggung, maka dia ikut membantu saya mencari nafkah, dengan pergi berkebun dan pukul batu karna itu sudah menjadi pekerjaan kami kami sehari-harinya”(Wawancara, 18 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, di ungkapkan oleh Bapak Sofian Hamzah S.Sos selaku Kepala Desa Bonea, mengungkapkan bahwa : “Ya, memang anak-anak yang ada di Desa Bonea sudah terbisa ikut orang tua berkebun dan memukul batu. Kadang anak membantu orang tua mareka dari pagi sampe sore hari, ada juga yang sehabis pulang sekolah baru pergi membantu orang tua mereka berkebun atau memukul batu sudah menjadi hal biasa yang di lakukan setiap harinya anak-anak di sini” (Wawancara, 13 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, tentang anak-anak yang putus sekolah baik jenjang SD dan SMP yang ada di Desa Bonea sudah terbiasa dengan membantu orang tua untuk mencari nafkah dari pagi hingga sore harinya atau sehabis pulang dari sekolah. 2. Kurangnya Perhatian Orang Tua Kurangnya perhatian di berikan oleh orang tua menyebabkan anakanak mereka putus sekolah. Kurangnya perhatian dan motivasi orang tua
61
membuat mereka
malas untuk sekolah dan suka bolos, hura-hura dan
keluyuran tidak tahu kemana, yang tidak ada manfaatnya. Rendahnya perhatian oleh karena itu tinggi terjadinya penyebab pengaruh perhatian orang tua. Pengaruh kurangnya perhatian pada anak-anak menyebabkan tidak terpenuhnya kebutuhan, motivasi dan fasilitas pendidikan anak. Kuranganya perhatian orag tua dapat di lihat berdasarkan tabel dari respon anak mengenai perhatian orang akan pendidikan anak adalah sebagai berikut: Tabel 23 Respon Anak Mengenai Perhatian Orang Tua Akan Pendidikan No 1 2 3
Respon Anak Frekuensi Perhatian 8 Kurang Perhatian 12 Tidak Perhatian 14 Jumlah 34 Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Persentase (%) 23,53 35,29 41,18 100,00
Berdasarkan tabel di atas responden anak mengenai perhatian orang tua akan pendidikan di Desa Bonea jumlah tertinggi mengenai tidak ada perhatian berjumlah 14 orang atau 41,18%, menyusul kurangnya perhatian 12 orang atau 35,29%, dan adanya perhatian 8 orang atau 23,53%. Dalam penelitian respon anak-anak yang putus sekolah mengatakan orang tua mereka kurang perhatian terhadap anak mereka yang bersekolah, orang tua mereka lebih mementingkan pekerjaannya saja. Kemudian ditambah kesulitan anak dalam memahami pelajaran yang sulit dan tidak ada bimbingan khusus dari guru sehingga responden mengabaikan begitu saja segala tugas-tugas yang diberikan guru. Bahkan seringnya iya bolos sekolah
62
untuk menghindari sekolah. Hal ini sebagai mana yang di ungkapkan oleh bapak La Bay, S.Pd.M.Pd selaku Kepala Sekolah di SMPN 1 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Saya lihat kondisi siswa disini karna kurang adanya peran orang tua untuk memberi perhatian, semangat dan motivasi untuk bersekolah membuat mereka bermalas-malasan untuk sekolah dan suka bolos sekolah, hura-hura dan keluyuran tidak tahu kemana yang tidak ada manfaatnya, saya harap dari pihak orang tua siswa agar memberikan perhatian lebih kepada anaknnya agar sekolahnya juga biasa selesai dan tuntas”(Wawancara, 14 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama juga dikemukakan oleh salah seorang masyarakat La Ode Humali selaku tokoh masyarakat menyatakan sebagai berikut : “Anak-anak disini sebagian kecil boleh di kata waktu dengan keluarga itu kurang karna kesibukan orangtua mencari nafkah seperti berkebun, buru bangunan dan putul batu dan pekerjaan lainnya, mereka kadang mengabaikan dan acuh tak acuh pada pendidikan anak mereka sehingga karna kurang adanya perhatian dan fasilitas pendidikan yang dari orang tua yang membuat anak malas bersekolah dan suka bolos sekolah padahal pendidikan itu penting bagi kelangsungan hidup mereka nantinya” (Wawancara, 17 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa anak-anak yang putus sekolah di Desa Bonea baik itu jenjang SD dan SMP pihak orang masih kurang dalam memberikan perhatian pada anak karna kurangnya motifasi dan fasilitas pendidikan yang baik sehingga membuat anak bermalas-malas untuk bersekolah, berhura-hura dengan keluyuran bersama teman-teman mereka yang membuat anak memilih berhenti bersekolah. Kurangnya perhatian orang tua akan pendidikan anak dapat dilihat dari bagaimana respon orang tua saat anak berhenti sekolah berikut:
63
Tabel 24 Tanggapan Orang Tua Mengenai Keputusan Anak Putus Sekolah No 1 2 3
Tanggapan Orangtua Frekuensi Setuju 22 Kurang Setuju 8 Tidak Setuju 4 Jumlah 34 Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Persentase (%) 64,70 23,52 11,76 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat respon orang tua anak berhenti sekolah adalah setuju berjumlah 22 orang atau 64,70 %, kurang setuju berjumlah 8 orang atau 23,52% sedangkan yang tidak setuju berjumlah 4 orang atau 11,76%. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Ibu Wa Ani selaku orang tua yang anaknya putus sekolah, mengatakan bahwa : “Keputusan anak saya untuk berhenti sekolah atas keputusan juga dari saya karna melihat kondisi kehidupan dan perekonomian dalam garis kemiskinan sangatlah susah sehinga di memutuskan untuk putus sekolah demi membantu saya mencari uang dengan berkebun dan pukul batu ”(Wawancara, 18 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama juga dikemukakan Bapak La Usu selaku orang tua anak yang putus sekolah menyatakan bahwa : “Karna ekonomi keluarga serta minat dan kemauan anak untuk bersekolah sehigga anak memilih putus sekolah awalnya saya kurang setuju saya berharap agar dia tetap sekolah namun saya lihat kondisi anak saya bermalas-malasan dari pada di sekolah banyak absennya karna kadang masuk kadang tidak masuk mending dia putus sekolah saja” (Wawancara, 17 Maret 2017). Hal lain yang di kemukakan Bapak Fainudin selaku orang tua anak yang putus sekolah, menyatakan sebagai berikut : “Mengenai kemampuan saya terbilang mampu untuk menyekolahkan anak saya hanya saja kurangnya kepedulian dan memberikan perhatian pada
64
anak saya dikarnakan terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga dia suka membantah dan tidak mau mendengarkan perkataan saya dia lebih memili berkeliaran berkumpul dengan teman-teman sebayanya yang membuatnya senang ” (Wawancara, 18 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa anakanak yang putus sekolah di Desa Bonea baik itu jenjang SD dan SMP mengenai kurangnya perhatian orang tua memang sangat menonjol di karnakan faktor orang tua anak yang lebih mementingkan kelangsungan hidup saja ketimbang pendidikan, ketidak pedulian orang tua kepada anaknya dan faktor minat anak untuk bersekolah sehingga anak menjadi malas bersekolah dan memili berhenti bersekolah. 3. Lingkungan Bermain Faktor eksternal penyebab anak putus sekolah lebih menitik beratkan dari lingkungan pergaulan anak dan masyarakat dimana anak-anak menyebabkan menjadi terpengaruh akan kebiasaan dan kehidupan masyarakat pusaran sekitar dan di sekeliling desa. Lingkuangan bermain anak-anak yang putus sekolah di desa bonea dimana merupakan teman anak dalam kesehariannya atau bisa juga disebut teman bergaul. Teman bermain adalah salah satu orang terdekat anak di samping orangtua, saudara dan keluarga besar. Teman bermain mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan anak dan pola pikir anak terhadap suatu hal. Teman bermain sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak disamping keluarga. Teman bermain yang baik akan memberikan pengaruh yang positif bagi anak, begitu pula sebaliknya. Dari 34 orang anak yang putus sekolah di Desa Bonea ini disamping mempunyai anggota keluarga
65
yang putus sekolah, kebanyakan dari mereka juga memilki teman yang putus sekolah, hal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 25 Respon Anak Berteman dengan Anak Yang Putus Sekolah No
Teman Yang Putus Sekolah
Jumlah
Persentase (%)
1
Ada
23
67,65
2
Tidak Ada
11
32,35
34
100,00
Jumlah Sumber Data : Hasil Olahan Data Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa dari 34 orang anak putus di Desa Bonea jumlah terbanyak memiliki teman yang juga putus sekolah dan hanya terdapat 23 orang atau 67,65% anak yang tidak memiliki teman yang putus sekolah. Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa anak-anak putus sekolah ini juga terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya sehingga anak-anak ini tidak termotivasi untuk sekolah. Kegiatan anak-anak putus sekolah yang penulis jumpai sibuk dengan bermain, berkumpul sampai larut malam dan suka jalan-jalan (keluyuran). Kegiatan-kegiatan tersebut secara tidak langsung ikut mempengaruhi anak-anak yang masih sekolah, kehidupan di desa yang dimana kebersamaan dalam melakukan setiap kegiatan apa pun sehingga anak yang bersekolah juga bergaul dengan anak yang tidak sekolah atau yang putus sekolah, banyak juga anak yang sekolah melihat hiburan biasanya selalu identik dengan minuman-minuman keras. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Sofian Hamzah S.Sos selaku Kepala Desa Bonea, menyatakan bahwa :
66
“Melihat kebiasanya anak-anak muda disini selalu identik berkumpul sampai larut malam keluyuran bahkan minuman-minuman keras, kegiatankegiatan tersebut secara tidak langsung ikut mempengaruhi anak-anak yang masih sekolah, kehidupan di desa yang dimana kebersamaan dalam melakukan setiap kegiatan apa pun sehingga anak yang bersekolah juga bergaul dengan anak yang tidak sekolah atau yang putus sekolah karna kurangnya perhatian orang tua sehingga anak menjadi tidak terkontrol yang membuat terpengaruh oleh lingkungan luar”(Wawancara, 13 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama juga dikemukakan oleh Bapak La Ode Humali selaku tokoh masyarakat menyatakan sebagai berikut : “Pergaulan anak-anak di sini ini biasanya berkumpul sampai larut malam dan suka jalan-jalan (keluyuran) berkaitan dengan pergaulan anak yang sekolah dengan sudah tidak sekolah memang berpengaruh besar buktiknya karna terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya berteman dengan yang tidak sekolah sehingga anak-anak ikut-ikutan termotivasi untuk tidak sekolah juga” (Wawancara, 17 Maret 2017). Hal yang sama juga di kemukakan oleh Bapak La Usu selalu orang tua anak yang putus sekolah menyatakan bahwa : “Di karnakan teman bermainya anak-anak yang putus sekolah kerjanya hanya keluyuran dan berkumpul sampai larut malam hari jadi minat untuk bersekolahpun tidak ada sehingga membuat anak saya ikut-ikutan putus sekolah karna pengaruh teman sepergaulanya meski saya sudah menegur beberapa kali tetap saja bergaul dengan teman-temannya” (Wawancara, 17 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui karna faktor lingkungan pergaulan anak-anak yang masih bersekolah jenjang pendidika dasar 9 tahun di Desa Bonea jadi ikut-ikutan untuk berkuluyuran, nongkrong sampai larut malam sampe dengan meminum minuman keras pula yang dimana membawa pengaruh buruk (negatif) pada anak-anak yang masih
67
sehingga membuat mereka ikut-ikutan juga berhenti sekolah seperti yang di lakukan teman sepermainanya karna kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua sehingga anak-anak menjadi tidak terarah dan terkontrol. Berdasarkan pendapat Suyanto (Sriwahyuni, 2013: 3) terdapat 3 faktor-faktor eksternal penyebab anak putus sekolah yang merupakan faktor penyebab putus sekolah yang berasal dari luar diri anak. Sesuai dengan fakta yang ada di lokasi penelitian ada 3 faktor eksternal yaitu ekonomi keluarga, kurangnya perhatian orang tua, dan lingkungan bermain yang menjadi penyebab anak putus sekolah jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna. D. Upaya Orang Tua dan Sekolah Untuk Mengatasi Penyebab Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun Pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua masyarakat terkhusus orang tua. Konsekuensinya, semua warga Negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bersekolah hanya karena tidak punyah uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong sejahtera memilik kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan pendidikan anak yang putus sekolah. Dalam upaya untuk menuntaskan anak putus sekolah yang terjadi di Desa Bonea tentunya tidak lari dari peran pemerintah meski sudah ada aturan UU Sistem Pendidikan Nasinal tentang wajib belajar 9 tahun namun itu belum cukup untuk menuntaskan masalah anak putus sekolah perlu adanya peran
68
orang tua dan sekolah. Adapun upaya-upaya apa yang harus di lakukan untuk mengatasi penyebab anak putus sekolah di Desa Bonea jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun dalam penelitian ini adalah : 1). Adanya peran orang tua dalam memberikan motivasi bagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan, 2). Adanya peran dari sekolah untuk memperhatikan pendidikan siswa dan bahkan di ayomi atau mendekatkan diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan, diharapkan dapat mendukung dan mengkoordinir wajib belajar 9 tahun. 1. Peran Orang Tua Upaya yang dilakukan untuk mengatasi anak putus sekolah jenjang pendidikan dasar 9 tahun di Desa Bonea adalah dengan mencegah agar anak tidak berhenti bersekolah dan tindakan orang tua terhadap anak yang mengalami putus agar anak melanjutkan sekolah kembali. Dengan tindakantindakan yang dilakukan oleh orang tua agar anak meraka bisa melanjutkan sekolah, seperti pemberian motivasi kepada mereka meraka, memberikan apapun yang mereka inginkan sebagai syarat mereka masuk ke sekolah juga sudah mereka upayakan. Orang tua harus memperhatikan dan sadar akan pentingnya pendidikan anak mereka, hal tersebut dengan memberikaan dan dukungan dan motivasi baik moral maupun material. Orang tua yang harus lebih memperhatikan siswa tersebut dengan memberikan perhatian lebih lagi terutama dalam hal pendidikan dengan cara selalu memberikan motivasi belajar setiap harinya agar siswa juga bisa bersemangat untuk bersekolah dan mengenyam pendidikan. Masyarakat sekitar harus lebih jeli dengan pergaulan
69
anak-anak di desa misalnya dengan memberikan atau mengajar nilai keagama dan sosial serat memberikan motivasi arahan tentang pentingnya pendidikan dan sekolah. Hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Sofian Hamzah S.Sos selaku Kepala Desa Bonea, mengungkapkan bahwa : “Dengan memberikan perhatian, motivasi dan kepedulian mereka akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, memberikan waktu untuk saling bertukar pendapat agar terjalin kedekatan dengan anak, dan membantu mengerjakan tugas-tugasnya sehingga anak merasa dipedulikan oleh orang tua yang akan membuat mereka bersemangat untuk terus bersekolah”(Wawancara, 13 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama juga dikemukakan Bapak La Ode Humali selaku tokoh masyarakat menyatakan sebagai berikut : “Orang tua anak harus lebih memberikan motivasi belajar setiap harinya agar anak bias bersemangat untuk bersekolah, rasa peduli, perhatian dan dukungan baik moral maupun matril serta mengontol pergaulan anak saya rasa dengan terpenuhinya itu biasa mencegah anak-anak untuk putus bersekolah”(Wawancara, 17 Maret 2017). Dengan pendampingan belajar anak ketika berada di rumah, pelajaran yang ada menjadi keterbatasan orang tua dalam memberikan pendampingan belajar dikarenakan dasar pendidikan orang tua mereka yang kurang, meskipun demikian dengan orang tua dengan kepedulian dan kemampuan yang terbatas membuat sama-sama belajar bersama dengan orang tua yang menjalin keakraban antara anak dan orang tua sehingga anak bias terbuka akan apa masalah yang dihadapinya di sekolah maupun di luas sekolah. Serta menanamkan kepada anak tentang arti penting pendidikan dan memperhatikan sebaik mungkin dan pengawasan untuk mengontrol pergaulan anak, tekad orang tua untuk menyekolahkan anak serta dengan memberikan arahan baik
70
betapa pentingnya orang bersekolah karna dengan sekolah biasa mendapatkan banyak ilmu yang dapat kelak nantinya di pergunakan dan dimanfaat untuk kelangsungan hidup kedepanya. Apabila anak sudah terlanjur putus sekolah sebaikknya orang tua mengarahkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan selalu membimbing anak agar tetap dapat berkembang dengan baik meskipun putus sekolah. Hal ini sebagaimana yang di uangkapkan oleh Bapak Fainudin selaku orang tua anak yang putus sekolah, menyatakan bahwa : “Saya akan lebih memperhatikan apa yang menjadi permasalah yang dihadapi anak saya, mendekati anak agar saling bertukar pendapat apa yang menjadi keinginan dan harapan anak, membantu mencari solusi apa yang menjadi kesulitanya dalam mata pelajaran selama di kelas, dan mengawasi pergaulanya selama di luar rumah agar di tidak terpengaruh oleh lingkungan serta memberi arahan dan didikan betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan kelak nantinya”(Wawancara, 18 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang sama juga di ungkapkan oleh Ibu Wa Ani selaku orang tua anak yang putus sekolah menyatakan bahwa: “Dengan berusaha dan tekad kuat meski terkendala ekonomi saya akan meminta bantuan sekolah mendiskusikan bagaimana upaya agar anak kelak tetap bersekolah dengan memberi motivasi agar tetap terus belajar, mengupayakan agar saya bias memenuhi kebutuhanya selama bersekolah karna dengan sekolah anak biasa mendapatkan banyak ilmu yang dapat kelak nantinya di pergunakan dan dimanfaat untuk kelangsungan hidup”(Wawancara, 18 Maret 2017). Hal sama di ungkapkan oleh Bapak La Usu selaku orang tua anak yang putus sekolah mengungkapkan bahwa: “Untuk anak saya yang sudah terlanjur putus sekolah mengarahkan dengan kegiatan-kegiatan positif agar tetap berkembang meski putus sekolah
71
mengupayakan agar kembali bersekolah, akan lebih tegas dalam hal mendidik agar dia mau mengikuti apa yang menjadi perkataan saya serta mengontrol pergaulan di lingkungan memberi batasan waktu agar dia tidak bergaul sampa larut malam dan dengan memenuhi kebutuhan selama bersekolah agar adiknya kelak tidak ukut-ikutan putus sekolah”(Wawancara, 17 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui peran orang itu sangat penting dengan memberikan motivasi-motivasi, rasa peduli, menyemangati, mensuport, memberi perhatian serta memenuhi apa yang menjadi kebutuhnya di sekolah dan mengontol pergaulan anak demi masa depan yang dimana dengan pendidikan yang akan menjadi penunjang masa depannya serta mengajar nilai keagama dan sosial serat memberikan motivasi arahan tentang pentingnya pendidikan dan sekolah maka anak biasa membuat anak tidak berhenti bersekolah dan terus bersekolah agar dapat meraih citacita mereka. 2. Peran Sekolah Untuk sekolah-sekolah yang ada di Desa Bonea, upaya pencegahan yang dikukan oleh pihak sekolah untuk mencegah anak dari putus sekolah dilakukan dengan tindakan yang telah diambil oleh sekolah terhadap siswa yang bersangkutan ini adalah bentuk kepedulian dan perhatian sekolah terhadap siswanya yang tidak berkeinginan melanjutkan sekolah. Pihak sekolah dengan kolaborasi orangtua dalam hal ini telah diupayakan agar siswa-siswa yang putus sekolah bisa kembali mengenyam pendidikan. Mengingat lingkungan sekolah ini adalah lingkungan dimana siswa bisa mendapatkan pendidikan formal selain pendidikan di lingkungan rumahnya.
72
Dan dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler juga bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan siswa sepenuhnya. Hal ini sebagai mana yang di ungkapkan oleh bapak La Bay, S.Pd.M.Pd selaku Kepala Sekolah di SMPN 1 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Untuk sekolah ini, dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang kami adakan di sekolah adalah kegiatan pramuka, karate, dan kegiatan pegajian. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan bakat tiap siswa-siswa di sekolah kami agar mereka betah berada disekolah tetap mempunyai minat untuk tetap bersekolah serta menjalin komunikasi orang tua siswa dengan memberi peluang bagi orang tua siswa untuk mengkeluh kesahkan apa yang jadi masalah yang dihadapi orang tua begitu juga sebaliknya masalah yang di hadapi anak selama bersekolah”(Wawancara, 14 Maret 2017). Hal yang sama pula di ungkapkan oleh bapak La Hanisu SP.d selaku kepala sekolah SDN 5 Lasalepa menyatakan bahwa : “Akan lebih memfokuskan pada siswa-siswi apa yang menjadi masalahmasalah yang dihadapi baik itu malasah yang ada pada diri siswa atau masalah yang ada pada keluarga terhususnya mengenai masalah ekonomi kemampuan orang tua dalam dalam memenuhi kebutuhan sekolah ”(Wawancara, 15 Maret 2017). Sejalan dengan pernyataan di atas, hal yang lain juga dikemukakan Bapak Safarudin SP.d selaku guru SMPN 1 Lasalepa, menyatakan sebagai berikut : “Kami pihak sekolah akan membuat suasana persekolah menjadi nyaman bagi mereka membuat siswa itu tidak bosan dan jenuh agar mereka beta selama berada disekolah dan pulang sesuai jam pelajaran berakhir serta menjalin kedekatan dengan siswa-siswi agar mereka tidak merasa terabaikan dan diperhatikan selama di sekolah”(Wawancara, 14 Maret 2017).
73
Hal lain pula di ungkapkan oleh Bapak La Nano AMP.d selaku guru di SD 7 Lasalepa, menyatakan bahwa : “Akan melakukan pendekatan pada anak yang putus sekolah menanyakan apa yang menjadi permasalah anak sehingga sudah tidak mau lagi bersekolah dikarnakan faktor ekominikah atau faktor lainya sehingga kami pihak sekolah akan mengundang orang tua anak untuk berdiskusi bagaimana baiknya untuk mencari solusi agar siswa tetap bersekolah ”(Wawancara, 16 Maret 2017). Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam penelitian ini, dapat diketahui peran sekolah untuk mengatasi faktor penyebab anak putus sekolah jenjang pendidikan 9 tahun di Desa Bonea baik itu karna faktor internal dan eksternal dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang kami adakan di sekolah adalah kegiatan pramuka, karate dan kegiatan pegajian juga membuat suasana persekolah menjadi nyaman bagi mereka membuat murid itu tidak bosan dan jenuh agar mereka beta selama berada disekolah, serta dengan menjalin kedekatan dengan orang tua siswa apa bila ada orang tua siswa yang terkendala dengan ekonomi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sekolah kami pihak sekolah akan mengundang orang siswa untuk mencari solusi agar anak tetap melanjutkan pendidikan.
74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah jenjang pendidikan dasar 9 tahun di Desa Bonea Kecamatan Lasalepa pada tahun 2017 di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal meliputi kurangnya minat atau kemauan anak, sekolah di anggap tidak menarik dan ketidak mampuan mengikuti pelajaran. Sedangkan faktor eksternal meliputi keterbatasan ekonomi orang tua, kurangnya perhatian orang tua dan lingkungan bermain. 2. Upaya mengatasi penyebab anak putus sekolah baik dari orang tua dan sekolah yaitu : a. Orang tua harus memperhatikan dan sadar akan pentingnya pendidikan anak mereka, hal tersebut dengan memberikaan dan dukungan dan motivasi baik dari segi moral maupun material, menjalin kedekatan dengan anak serta pendampingan belajar anak ketika berada di rumah. b. Bentuk kepedulian dan perhatian sekolah dengan kolaborasi orang tua dengan mencari solusi apa yang menjadi permasalahan anak dan dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler juga bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan siswa sepenuhnya.
74
75
B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sajikan sehubungan dengan faktor penyebab anak putus sekolah jenang pendidikan 9 tahun di Desa Bonea adalah: 1. Dari pihak sekolah baik SD dan SMP di harapkan guru dan semua personil sekolah dapat memberikan solusi penyebab dari masalah anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah terutama bagi guru bimbingan dan konseling jangan sampai anak-anak berfikiran bahwa sekolah itu tidak penting, dan malas apalagi sampai berhenti bersekolah hal tersebut hendaknya bisa diatasi oleh guru. Dari pihak kepala sekolah agar lebih memperhatikan pendidikan siswa-siswinya dan bahkan di ayomi atau mendekatka diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan, diharapkan dapat mendukung dan mengkoordinir wajib belajar sembilan tahun. 2. Orang tua harus mempunyai tekad yang kuat semangat yang besar untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Jangan menjadikan kondisi ekonomi lemah sebagai alasan anak putus sekolah. Orang tua harus mengupayakan dengan berkomunikasi dengan pihak sekolah, untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah, memberikan perhatian dan kepedulian, sering mengontrol, mengamati, memperhatikan apa yang menjadi masalah-masalah anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak seperti memberikan hadiah apabila nilainya sangat baik.
76
DAFTAR PUSTAKA Arpa, Desi. (2013. ). Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah Di Jorong Batang Kariang Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. Jurnal Eksekutif. Sriwahyuni, Deswita. (2013). Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah (Studi di Desa Koto Gunung Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan). Jurnal Eksekutif. Krisna. (2014). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013. Jurnal Eksekutif. Faturrahman, Khoiru Ahmadi dan Hendro Ari Setyono. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Anwar, Hafid, Jafar Ahiri dan Pendais Haq. (2013). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan di Lengakapi Dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: ALFABETA. Yessy, Herawari. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah ( Studi : Di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru). Jurnal Eksekutif : 3. Isjoni. (2006). Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Fitriana, Nur Itsnaini. (2015). Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah di Sekolah Dasar Kota Yogyakarta. SKRIPSI. Achmad, Fawaid. (2009). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Liansyah, Wanto dan Rustiyarso. (2014). Analisis faktor penyebab anak putus sekolah pada jenjang pendidikan sd di desa malikian kecamatan mempawah hilir kabupaten pontianak. Jurnal Eksekutif. Suardi, Moh. (2015). Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA. Murdiyatmoko Janu. (2004). Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Jakarta: GRAFINDO MEDIA PRATAMA. Desca, Thea Purnama .(2015). Fenomena Anak Putus Sekolah dan Faktor Penyebabnya di Kota Pontianak. Jurnal Eksekutif . Sudarwan Danim. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: ALFABETA.
77
Resi,
Anggun Sutiasnah. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus (Studi Madrasah Ibtidayah (MI) Dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir) Sekolah. Jurnal Eksekutif .
Teguh, Triwiyanto. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Angkasa.
78
79
Lampiran 1. Angket A. Pengantar Adik-adik yang saya hormati, daftar isian angket ini mohon diisi sesuai dengan keadaan yang adik-adik rasakan. Angket ini dimaksudkan semata-mata untuk tujuan penelitian saya. Oleh karena itu kami harapkan kesediaan adikadik sekalian untuk memberikan jawaban yang jujur sebagaimana adanya. Akhirnya atas bantuan dan kerjasaman adik-adik tak lupa kami ucapkan terima kasih. B. Petunjuk Pengisian 1. Tuliskan identitas anda pada kolom yang disediakan. 2. Jawablah dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 3. Jawablah sesuai dengan jawaban yang tersedia a,b,c, dan d. C. Identitas Siswa Nama
:
Jenis Kelamin
:
Berhenti di Kelas : Asal Sekolah
:
D. Daftar Pertanyaan : 1. Apakah selama bersekolah ada minat atau kemauan untuk bersekolah ? a. Minat
b. Kurang minat
c. Tidak ada minat
2. Apakah selama bersekolah merasa menarik dan senang berada di kelas? a. Menarik b. Kurang menarik c. Tidak menarik 3. Apakah selama bersekolah memiliki tingkat mampuan (kepintaran) dalam dalam mata pelajaran ? a. Mampu b. Kurang mampu c. Tidak mampu 4. Apakah selama bersekolah pernah mendapat juara di kelas ? a. Juara kelas b. Tidak juara kelas c. Tinggal kelas
80
5. Apakah orang tua mampu dalam membiayai kebutuhan sekolah selama bersekolah ? a. Mampu b. Kurang mampu c. Tidak mampu 6. Apakah sering membantu orang tua untuk mencari nafkah keluarga ? a. Membantu orang tua b. Kurang membantu orang tua c. Tidak membantu orang tua 7. Apakah orang tua memberikan perhatikan dan dukungan selama bersekolah? a. Perhatian
b. Kurang perhatian c. Tidak ada perhatian
8. Apakah tanggapan dan keputusan orang tua untuk memilih putus sekolah ? a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Kurang setuju
9. Apakah selama bersekolah bergaul dan berteman dengan anak yang putus sekolah ? a. Ada b. Tidak ada
81
Lampiran 2. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA (Kepala Sekolah dan Guru) I. Identitas Informan a. Nama
:________________
b. Jenis kelamin
:________________
c. Umur
:________________
d. Pendidikan
:________________
e. Pekerjaan
:________________
f. Jabatan di sekolah
:________________
II. Pertanyaan 1. Apakah ada siswa-siswa yang putus sekolah tahun ini pak ? berapa jumlah keseluruhannya ? siswa laki-laki berjumlah berapa orang dan siswa berjumlah berapa orang ? 2.
Menurut Bapak/Ibu faktor apa saja yang menjadi penyebab siswa-siswi ini putus sekolah atau berhenti bersekolah ? dari faktor ini apakah memang dari anak tidak ada minat untuk bersekolah ?
3. Bagaimana mana cara guru untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi murid selama disekolah ? 4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan kemampuan intelegensi siswasiswi yang putus sekolah ? 5. Apakah faktor ekonomi keluarga juga menjadi salah satu faktor utama siswa-siswi putus sekolah ?
82
6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan perhatian dan peran orang tua terhadap pendidikan anak ? 7. Upaya apa yang di lakukan pihak sekolah agar siswa merasa betah dan senang selama di sekolah ? program apa yang di lakukan agar dapat mengatasi penyebab anak putus sekolah ?
83
PEDOMAN WAWANCARA (Untuk Kepala Desa) I.
II.
Identitas Informan a. Nama
:________________
b. Jenis kelamin
:________________
c. Umur
:________________
d. Pendidikan
:________________
e. Pekerjaan
:________________
Pertanyaan 1. Menurut Bapak bagaimana pendapat mengenai anak yang putus sekolah ? 2. Menurut Bapak faktor apa yang paling dominan penyebab anak-anak putus sekolah ? Apakah ekonomi menjadi faktor penting yang penyebab anak putus sekolah ? 3. Bagaimana dengan pengaruh lingkungan di desa ini ? apakah berdampak buruh bagi anak-anak yang masih bersekolah ? 4. Bagaimana upaya bapak untuk menangani penyebab anak putus sekolah di desa ini ?
84
PEDOMAN WAWANCARA (Toko Masyarakat / Orang Tua Anak) I. Identitas Informan a. Nama
:________________
b. Jenis kelamin
:________________
c. Umur
:________________
d. Pendidikan
:________________
e. Pekerjaan
:________________
II. Pertanyaan 1. Apa yang menjadi faktor penyebab sehingan anak Bapak/Ibu putus sekolah ? 2. Bagaimana dengan faktor minat atau kemauan anak untuk besekolah ? 3. Apakah anak merasa sekolah tidak penting ? Menurut Bapak/Ibu apakah sekolah juga kurang memberikan perhatian pada anak murid di sekolah ? 4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan kemampuan anak selama bersekolah ? apakah pernah tinggal kelas atau mendapat juara di kelas ? 5. Dari segi ekonomi apakah Bapak/Ibu terbilang mampu menyekolahkan anak atau tidak ? 6. Apakah anak suka membantu orang tua orang tua bekerja? Apakah mereka sudah terbiasa untuk membantu mencari nafkah demi kehutuhan hidup ? 7. Apakah keputusan anak putus sekolah di barengi dengan persetujuan orang tua atau tidak ? 8. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan lingkungan pergaulan di desa ini ? apakah membawa pengaruh buruk bagi anak-anak ?
85
9. Bagaimana upaya yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menangani anakanak agar tidak putus sekolah lagi ?
86
Lampiran 3. Informan Penelitian 1. Nama
: La Bay S.Pd.M.Pd
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 52 Tahun
Pendidikan
: S2
Jabatan
: Kepala Sekolah SMPN 1 Lasalepa
2. Nama
: La Hanisu S.Pd
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 53 Tahun
Pendidikan
: S1
Jabatan
: Kepala Sekolah SDN 5 Lasalepa
3. Nama
: La Nano AMP.d
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 49 Tahun
Pendidikan
: D2
Jabatan
: Guru
4. Nama
: Safarudin SP.d
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 Tahun
Pendidikan
: S1
Jabatan
: Guru
5. Nama
: Sofian Hamzah S.Sos
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 42 Tahun
Pendidikan
: S1
Jabatan
: Kepala Desa
6. Nama
: La Ode Humali
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 46 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta/Tokoh Masyarakat
87
7. Nama
: Fainudin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 40 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
8. Nama
: La Usu
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 42 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Petani
9. Nama
: Wa Ani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 34 Tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Tukang Batu
88
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 1. Wawancara dengan Guru SD 7 Lasalepa
89
2. Wawancara dengan Kepala Desa Bonea
90
3. Wawancara dengan Toko Masyarakat
91
4. Wawancara Dengan Orang Tua Anak Putus Sekolah
92
5. Wawancara dan Aktivitas Anak-Anak Putus sekolah
93
94