ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK USIA SEKOLAH TIDAK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2016
Skripsi
Oleh
Ketut Yuli Astuti
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT
ANALYSIS OF CAUSATIVE FACTORS TOWARD INCOMPLETE PRIMARY EDUCATION AT THE SCHOOL AGE CHILDREN IN SEPUTIH RAMAN DISTRICT OF CENTRAL LAMPUNG 2016 By Ketut Yuli Astuti
This research is conducted to analyze the causative factors of school age children which did not complete primary school at Seputih Raman district of Central Lampung in 2016. This study used survey method. Data was collected by using questionnaires, documentation and observation. The subjects were 54 parents representing 54 children who did not complete primary education in 2016. The sampling technique used sampling area which was take the sample of area with the largest population, namely; the village of Rama Oetama and Rukti Endah. The researcher used percentage distribution techniquesto measure the data and it has some criteria in this technique, those are; the test criteria ≥50% of respondents were the factors, and the data analysis was the spatial analysis which were correlate the location distribution (deployment), diffusion, and spatial interaction. Based on the analysis and discussion, it can be concluded that: (1) The number of children in the family was a factor of causing many children that did not complete primary school, (2 Parents were low income factor of causing children that did not complete primary education, (3) the level of parents’ formal education was factor of children that did not finish primary education (4) the negative perception of parents in 9-year primary education was factor of causing children that did not complete primary education (5) the social environment not support is factor of causing children that did not complete primary school (6) Location of the house with the school was not the factor of causing children that did not finish primary education.
Keywords: School age children, Causative factor, Primary Education
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK USIA SEKOLAH TIDAK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2016
Oleh Ketut Yuli Astuti Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner, dokumentasi dan observasi. Sampel penelitian ini adalah 54 orang tua yang mewakili 54 anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2016. Teknik sampel yang digunakan adalah area sampling pengambilan sampel pada daerah dengan populasi terbanyak yaitu desa Rama Oetama dan Rukti Endah. Teknik pengukuran data yang digunakan adalah teknik distribusi persentase dengan kriteria uji jawaban responden ≥50 % merupakan faktor penyebab dan analisis data dalam penelitian adalah analisis keruangan yang mengaitkan lokasi, distribusi (penyebaran), difusi, dan interaksi keruangan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Jumlah anak dalam keluarga banyak merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar. (2) Pendapatan orang tua rendah merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar. (3) Tingkat pendidikan formal orang tua merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar . (4) Persepsi negatif orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar. (5) Lingkungan bermain anak tidak selesai pendidikan dasar merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar. (6) Lokasi rumah dengan sekolah bukan merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya. Kata kunci : Anak Usia Sekolah, Faktor Penyebab, Pendidikan Dasar
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK USIA SEKOLAH TIDAK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN SEPUTIH RAMAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2016
Oleh
Ketut Yuli Astuti
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEPENDIDIKAN Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Rama Oetama Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah, pada tanggal 10 Juli 1995 sebagai anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak I Wayan Dana dan Ni Nyoman Gati.
Pendidikan yang telah ditempuh adalah SDN 1 Rama Gunawan diselesaikan pada tahun 2007, SMPN 1 Seputih Raman diselesaikan pada tahun 2010, SMAN 1 Seputih Raman diselesaikan tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis diterima di Universitas lampung sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN/Jalur Undangan).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi pembicara mengenai Pengetahuan Dasar PKLH dalam kegiatan desa binaan program studi pendidikan geografi di Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di BMKG Raden Intan II Provinsi Lampung, dan melaksanakan KKL terpadu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Serta melaksanakan Program KKN-KT di Desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang dilaksanakan dari tanggal 18 Juli –27 Agustus 2016.
MOTTO Segala orang, baik golongan rendah, menengah, atau tinggi, selama kerja menjadi kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan akan memperolehnya (Sarasamuscaya, sloka 17)
The gem cannot be polished without friction, nor man perfected without trials Batu permata tak dapat mengeluarkan kilaunya yang indah tanpa ada gesekan, demikian juga manusia, tidak dapat disempurnakan tanpa adanya ujian (Chinese Proverb)
PERSEMBAHAN
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Svaha, Sarwa Karya Prasidhantam Om Santih, Santih, Santih Om
Ya Tuhan Hanya Atas AnugrahMu maka karya sederhana ini terselesaikan dengan baik karya ini kupersembahkan untuk Bapakku (I Wayan Dana) dan Ibuku (Ni Nyoman Gati) tercinta yang tanpa lelah dan keluh kesah telah merawat, mendidik dan melindungi dengan penuh kasih sayang, memberikan semangat, dukungan serta selalu mengiringi langkahku dengan doa untuk mencapai kesuksesan.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Om Avignam Astu Namah Sidham Om, Puji syukur kehadirat Brahman (Tuhan Yang MahaEsa) dan Dewi Saraswati sebagai manefestasi-Nya merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan abadi karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs.Hi Sudarmi M.Si., selaku Pembimbing I dan sekaligus Pembimbing Akademik, Ibu Irma Lusi Nugraheni, S.Pd, M.Si., selaku pembimbing II dan Ibunda Dra.Hj Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen Pembahas atas arahan dan
bimbingannya yang sangat bermanfaat untuk terselesaikannya skripsi ini. Tidak ada yang dapat diberikan kepada beliau, kecuali doa yang tulus dan ikhlas. Semoga ilmu yang telah diberikan akan menjadi amal ibadah dan selalu dianugerahkan limpahan rahmat, hidayah, dan kesehatan lahir dan batin oleh Tuhan YME.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada: 1.
Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2.
Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3.
Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4.
Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5.
Seluruh
dosen dan staff Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah
mendidik dan membimbing saya selama menyelesaikan studi.
6.
Ibu serta Bapak kedua Ibu Wiwik Fitri, S.Pd dan Bapak Rudi Ramelan, S.H, M.Kn., yang telah memberikan dukungan dan menyediakan tempat tinggal selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
7.
Guru-Guru SMA Negeri 1 Seputih Raman sekaligus pahlawan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan studi.
8.
Ketiga kakak tercinta (Ni Wayan Karmini, I Nengah Dangdut Arnaya, dan I Nyoman Diskoana) yang selalu memberikan dukungan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9.
Tauladan sekaligus menjadi Kakak Yulia Novika Juherman,S.P., dan Irnaldi Yoza Wijaya, S.T., yang selalu memberikan inspirasi, dukungan dan penyemangat untuk menyelesaikan studi.
10.
Keponakan-keponakan tersayang ( I Wayan Afriano Habsah, I Gede Delta Mara, Ni Wayan Lindayani, Kadek Raffa Sanjaya dan Nakira Hanii Yoza) yang selalu memberikan dan mewarnai hariku dengan keceriaan .
11.
Keluarga Singgah Pay Surya Estate ( Neni Marlina, Yessy Ary Estiani Sutopo, Dewi Novita Sari, Baiti) yang tak bosan menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.
12.
Sahabat setia, I Nyoman Oke Stya Dharma,S.Pd yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan studi.
13.
Teman-teman seperjuangan Pendidikan Geografi Angkatan 2013 yang selama ini selalu menjadi semangat dan dalam mengerjakan skripsi ini.
14.
Sahabat-Sahabat KKN-KT (Anik,Devita,Ghita,Indri,Intan,Ratna,Maia,Dina dan Sonny) dengan perkenalan singkat tetapi telah banyak memberikan keceriaan dan semangat untuk menyelesaikan studi
Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai informasi maupun acuan dalam pengembangan penelitian sejenis, tak lupa dan semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan YME. Svaha.
Bandar Lampung, Penulis,
Ketut Yuli Astuti
Maret 2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Identifikasi Masalah .............................................................................. C.Batasan Masalah ..................................................................................... D. Rumusan Masalah ................................................................................ E. Tujuan Penelitian .................................................................................. F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. G. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
1 10 11 12 13 14 15
BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 1. Pengertian, Pendekatan, Prinsip dan Konsep Geografi .................... 2. Anak Usia Sekolah ........................................................................... 3. Pendidikan Dasar ............................................................................. 4. Faktor-Faktor Penyebab Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar ............................................................................................... 4.1 Jumlah Anak Dalam Keluarga ................................................... 4.2 Tingkat Pendapatan Orang Tua ................................................. 4.3 Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua ..................................... 4.4 Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Dasar 9 Tahun ........ 4.5 Lingkungan Bermain Anak ....................................................... 4.6 Lokasi Rumah Dengan Sekolah ................................................ B. Penelitian Sejenis .................................................................................... C. Kerangka Pikir ........................................................................................ D. Hipotesis .................................................................................................
17 17 19 20 20 22 23 24 25 27 28 30 31 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ................................................................................... B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 1. Populasi ............................................................................................
34 35 35
2. Sampel .............................................................................................. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .......................... 1. Variabel Penelitian ........................................................................... 2. Definisi Operasional Variabel .......................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 1. Observasi ........................................................................................ 2. Kuesioner......................................................................................... 3. Dokumentasi .................................................................................... E. Teknik Pengukuran dan Analisis Data ....................................................
35 36 36 37 40 40 40 40 41
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Kecamatan Seputih Raman .................................... 1. Letak Astronomis ............................................................................. 2. Letak Administratif .......................................................................... 3. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ............................................. 4.Topografi ........................................................................................... B. Kondisi Penduduk Kecamatan Seputih Raman ...................................... 1.Jumlah Penduduk .............................................................................. 2.Persebaran Penduduk ........................................................................ 3.Kepadatan Penduduk ......................................................................... 4.Komposisi Penduduk......................................................................... 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................. 4.2.Komposisi Penduduk Menurut Umur .......................................... 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ................................. 4.4 Komposisi Menurut Jenis Matapencaharian ................................ 5.Sarana Sosial Ekonomi di Kecamatan Seputih Raman ..................... 5.1. Persebaran Sarana Pendidikan ................................................... 5.2 Sarana Jalan ................................................................................ 5.3 Sarana Transportasi ..................................................................... C.Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................... 1. Identitas Responden ......................................................................... 1.1 Umur .............................................................................................. 1.2 Jenis Pekerjaan ............................................................................... 2. Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ........ 2.1 Faktor Jumlah Anak Dalam Keluarga.......................................... 2.2 Faktor Tingkat Pendapatan Orang Tua ....................................... 2.3 Faktor Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua ............................ 2.4 Faktor Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Dasar 9 Tahun 2.5 Faktor Lingkungan Bermain ........................................................ 2.6 Faktor Lokasi Rumah Dengan Sekolah .......................................
43 43 43 46 49 49 49 52 54 55 56 58 60 62 64 64 69 71 72 72 72 73 75 75 79 84 86 90 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 102 B. Saran ....................................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Data Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ..................................................................... 2.1. Penelitian Sejenis ..................................................................................... 3.1. Sampel area penelitian di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ........ 4.1. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 .............................................................................................. 4.2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 .............................................................................................. 4.3. Persebaran Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 .................................................................................. 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Seputih Raman Tahun .......................................................................................... 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Kecamatan Seputih RamanTahun 2015 .................................................................................. 4.6. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 ................................................................................. 4.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian Pokok Penduduk Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 ............................... 4.8. Jumlah dan Persebaran Satuan Pendidikan SD/MI di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 .................................................................... 4.9. Jumlah dan Persebaran Satuan Pendidikan SLTP di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 .................................................................... 4.10. Komposisi Responden Menurut Umur.................................................... 4.11. Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan .................................... 4.12 Jumlah Anak dalam Keluarga Dari Responden yang Memiliki Anak TidakMenyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 .............................................................................................. 4.13. Tingkat Pendapatan Dari Responden Yang Memiliki Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016......................................................................................................... 4.14. Hubungan Jumlah Anak dalam Keluarga dan Tingkat Pendapatan Responden di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 .......................... 4.15. Tingkat Pendidikan Formal Responden di Kecamatan Seputih Raman
7 30 36 46 50 52 56 58 61 63 64 67 72 74
75
79 81
Tahun 2016 .............................................................................................. 84 4.16. Persepsi Responden terhadap Pendidikan Dasar 9 Tahun di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ...................................................................... 86 4.17. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dan Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Dasar ...................................................................................... 87 4.18. Faktor Lingkungan Bermain Anak .......................................................... 90 4.19 Status Teman Bermain Anak Yang Tidak Menyelesaikan Pendidikan 4.20. Faktor Lokasi Rumah dengan Sekolah di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016............................................................................................... 94 4.21. Jumlah Satuan Pendidikan Dasar Dengan Jumlah Anak Yang Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar Tahun 2016.......................................... 95 4.22. Jarak SLTP di Kecamatan Seputih Raman Berdasarkan Jumlah Anak Yang Tamat SD Tidak Melanjutkan SLTP Dan Keluar SLTP Tahun 2016................................................................................................ 98
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1.1 APS Pendidikan Dasar di Indonesia Tahun 2013-2015 ........................... 4 2.1 Kerangka Pikir Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 .............................................. 32 3.1 Rumus Interval ......................................................................................... 38 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016..................... 45 4.2 Penggunaan Lahan sebagai Area Persawahaan dan Perkebunan di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ................................................. 47 4.3 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ...... 48 4.4 Peta Persebaran Penduduk di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 .. 53 4.5 Peta Persebaran SD/MI di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ....... 66 4.6 Peta Persebaran SLTP di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ......... 68 4.7. Jalan Penghubung antardusun di Kampung Rama Oetama .................... 69 4.8.Jalan Penghubung Kampung Rama Oetama denga Kampung Rama Gunawan ................................................................................................. 70 4.9. Peta Persebaran Pendidikan Dasar Di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 ............................................................................................. 97 4.10. Kondisi Jalan Menuju SD Terdekat Di Desa Rukti Endah dan Kondisi Jalan Menuju SMP Terdekat .................................................................. 100 4.11. Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016................ 101
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kisi-Kisi Kuesioner ............................................................................. Kuesioner Penelitian............................................................................ Identitas Responden ............................................................................ Rekapitulasi Data Jumlah Anak dalam Keluarga dan Pendapatan Responden .......................................................................................... Rekapitulasi Skor Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Dasar 9 Tahun................................................................................................... Rekapitulasi Data Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua dan Persepsi Terhadap Pendidikan Dasar ........................................... Rekapitulasi Data Lingkungan Bermain Anak................................... Rekapitulasi Data Lokasi Sekolah dengan Rumah.............................. Foto Selama Penelitian ........................................................................
110 113 117 118 119 121 122 123 124
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di dalam era reformasi menghadapi dua tuntutan sekaligus yaitu tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan yang rendah, dan belum relevan dengan tuntutan perkembangan zaman, sejalan dengan itu pendidikan nasional di Indonesia menghadapi masalah dalam era globalisasi yaitu kemampuan kualitas manusia yang belum memadai (Tilaar, 2010: 62). Kualitas sumber daya manusia yang belum memadai itu dikarenakan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki terbatas sehingga sulit untuk memperoleh pekerjaan yang layak sedangkan untuk memperoleh keterampilan tersebut sebagian besar didapatkan dari lembaga pendidikan. Penyelenggaran pendidikan pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara, pendidikan bermutu artinya pendidikan yang bermanfaat dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup oleh sebab itu partisipasi keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan, investasi, evaluasi pendidikan perlu ditingkatkan, selanjutnya menurut Soetrisno (1997: 25), “pendidikan merupakan wahana yang ampuh untuk mengangkat manusia dari berbagai ketertinggalan, termasuk dalam lembah kemiskinan, melalui pendidikan selain memperoleh kepandaian berupa keterampilan berolah pikir manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan
2
membantu upaya meningkatkan harkat hidup mereka. Pendidikan yang rendah menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya.” Pendapat tersebut membuktikan bahwa peranan pendidikan tidak hanya sebatas untuk memperoleh keterampilan berolah pikir tetapi memiliki dampak jangka panjang sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, pendidikan akan mempengaruhi manusia dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, apabila jenjang pendidikan yang ditamatkan semakin tinggi maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan upah yang layak juga akan semakin tinggi, maka pendidikanlah yang menjadi pemutus rantai kemiskinan, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah pusat dan daerah menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga yang berusia tujuh sampai lima belas tahun, dengan melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan rakyat, dan mewajibkan semua warga negara Indonesia untuk menamatkan pendidikan dasar yaitu minimal selesai jenjang pendidikan SLTP (SMP/MTS).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 47 tahun 2008 tentang wajib belajar menjelasakan bahwa wajib belajar 9 tahun adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia. Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal hingga tamatan SMP/Sederajat
bagi warga negara
Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup
3
mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pasal 9 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa warga negara Indonesia yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan masih memungkinkan. Warga negara Indonesia yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun dan belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus atas biaya pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
Konsekuensi dari amanat undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SLTP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat yaitu dengan dilaksananya program BOS. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Tujuan BOS adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu oleh pemerintah pusat (Nurani, 2014: 1). Menurut pasal 7 ayat 2 disebutkan perlunya dukungan orang tua dari anak usia wajib belajar, untuk memberikan pendidikan dasar kepada anaknya (Sisdiknas, 2003: 15).
Dari undang-undang tersebut berarti tidak hanya pemerintah yang memiliki kewajiban untuk menjamin pendidikan bermutu bagi warganya tetapi juga perlu adanya dukungan dari orang tua dalam mengusahakan anaknya dapat mengenyam pendidikan hingga selesai jenjang pendidikan dasar, karena orang
4
tualah yang menjadi panutan dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan masa depan anaknya. Pendidikan dasar merupakan pendidikan wajib yang harus dijalani anak usia sekolah artinya latar belakang budaya, ekonomi, demografi, politik maupun sosial bukan menjadi penghalang bagi anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan, dengan keterbatasan apapun orang tua harus tetap berusaha mengutamakan pendidikan anaknya hingga selesai pendidikan dasar.
Kebijakan mengenai pendidikan
didasarkan dari data angka partisipasi
sekolah, yang menunjukan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi angka partisipasi sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan, untuk lebih jelasnya berikut ini grafik angka partisipasi sekolah pendidikan dasar di Indonesia.
Gambar 1.1. APS Pendidikan Dasar di Indonesia Tahun 2013-2015 (Sumber:http://www.liputan6.com/tag/putus-sekolah)
5
Dari Gambar 1.1 tersebut menunjukan grafik Angka Partisipasi Sekolah jenjang pendidikan dasar dari anak usia 7-12 (usia sekolah SD) dan usia 13-15 (usia pendidikan SLTP) dari tahun 2013-2015 yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya
pemerataan
kesempatan
masyarakat
untuk
mengenyam
pendidikan, pada kenyataanya program pendidikan dasar tidak menjadi solusi bagi peningkatan kualitas manusia melalui pendidikan, hal ini terlihat dari masalah pendidikan yang muncul salah satunya masih banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus Sekolah Dasar ataupun Sekolah Menengah Pertama (Saputro, 2009: 1).
Kondisi pendidikan anak di Indonesia yang buruk terlihat dari data UNICEF yang menyebutkan bahwa setiap menit empat anak usia sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Indonesia mengalami putus sekolah, ini berarti setiap harinya terdapat 5.760 anak dan setiap bulan 172.800 anak mengalami putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar serta hampir 2.073.600 anak Indonesia setiap tahunnya tidak dapat menikmati pendidikan lanjut, baik di usia Sekolah Dasar
(SD)
maupun
di
Usia
Menengah
Pertama
(SMP).
(http://www.liputan6.com/tag/putus-sekolah)
Selanjutnya berdasarkan ikhtisar data pendidikan oleh Kemendikbud pada tahun 2011/2012 jumlah lulusan SD yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan SLTP di Indonesia
yaitu 750.144 anak sekitar 18,34 % dari
penduduk usia sekolah pada jenjang tersebut, selain itu ditemukan pula jumlah anak putus atau keluar sekolah pada jenjang pendidikan SD sebanyak 248.988
6
anak berkisar 0.90%, dan putus atau keluar sekolah pada jenjang pendidikan SLTP sebanyak 146.871 anak berkisar 1,57% (Kemendikbud, 2012: 32).
Sepuluh propinsi dengan kasus putus sekolah tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 diantaranya peringkat pertama yaitu Jawa Barat dengan jumlah 553.155 anak, peringkat kedua yaitu Jawa Tengah dengan jumlah 335.341 anak, peringkat ketiga yaitu Jawa Timur dengan jumlah 268.624 anak, peringkat keempat yaitu Banten dengan jumlah 155.612 anak, peringkat kelima yaitu Sulawesi Selatan dengan jumlah 131.031 anak, peringkat keenam yaitu Papua dengan jumlah 109.584 anak, peringkat ketujuh yaitu Sumatera Utara dengan jumlah 95.718 anak, peringkat kedelapan yaitu Sumatera Selatan dengan jumlah 89.082 anak dan peringkat sembilan yaitu Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 82.086 anak, sedangkan Lampung merupakan propinsi kesepuluh dengan tingkat Angka Putus Sekolah tertinggi di Indonesia.
Pada Propinsi Lampung jumlah anak usia sekolahnya diperkirakan mencapai 1,45 juta anak, sebanyak 1,37 anak (3,53%) dari total penduduknya bersekolah, namun sekitar 79.435 anak tidak bersekolah dan tidak melanjutkan pendidikan dasar mereka, sebanyak 8.226 anak usia sekolah tahun 2012 lalu, tercatat belum pernah sekolah, selain putus sekolah di Lampung hingga kini diperkirakan masih terdapat 5,63% dari jumlah penduduknya masih buta huruf. Siswa yang tidak dan putus sekolah tersebar di 13 kabupaten dan kota di Provinsi Lampung (kompasiana, 2012: 1). Fenomena tersebut pula terjadi di Kecamatan Seputih Raman dari pengumpulan data yang telah dilakukan diketahui jumlah anak tamatan SD tidak melanjutkan SLTP dan keluar atau
7
putus sekolah pada jenjang pendidikan SD maupun SLTP, dalam kata lain tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya di setiap desa pada tabel berikut .
Tabel 1.1. Data Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2014-2015 No Nama Desa Tamat Total anak Keluar SD/MI Keluar tidak % (Putus) Tidak (Putus) selesai SD/MI melanjutkan SLTP pendidikan SLTP dasar 1 Rejo Basuki 2 5 4 11 7,91 2 Rejo Asri 3 7 9 19 13,67 3 Rukti Endah 1 7 17 25 17, 98 4 Rama Gunawan 0 1 2 3 2,87 5 Rama Dewa 0 0 1 1 0,72 6 Ratna Chaton 1 3 5 9 6,47 Rama Yana 0 3 4 5,03 7 7 8 Rama Indra 0 2 2 4 2,88 9 Rukti Harjo 1 0 1 2 1,44 10 Rama Murti 0 0 3 3 2,16 11 Rama Oetama 1 8 20 29 20,86 12 Rama Nirwana 0 0 8 8 5,75 1 1 3 3,60 13 Buyut Baru 5 14 Rama Klandungan 2 4 7 13 9,35 Jumlah
12
41
86
139
100
Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman berjumlah 139 anak terbanyak berada di Desa Rama Oetama yaitu 29 anak (20,86 %), kemudian di tempat kedua adalah Desa Rukti Endah yaitu 25 anak (17,98%), dari gambaran tersebut timbul permasalahan karena penetapan peraturan pemerintah dan UU Sisdiknas 2003 tentang program pendidikan dasar 9 tahun bertujuan agar seluruh anak usia sekolah di Indonesia memiliki tamatan pendidikan minimal SLTP tetapi kenyataanya di Kecamatan Seputih Raman masih juga ditemukan anak usia
8
sekolah yang tidak tamat SD, tamat SD dan tidak tamat SLTP, dapat disimpulkan berarti ada faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Seputih Raman.
Faktor-faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan dasar 9 tahun dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri anak sendiri maupun faktor luar, faktor dari dalam terkait kondisi-kondisi yang terjadi di dalam anak usia sekolah yang mendorong mereka untuk tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya seperti tidak menyukai sekolah, minat untuk sekolah yang rendah, bosan, kurang bakat dan timbulnya rasa minder dalam melakukan pergaulan di lingkungan sekolah. Faktor dari dalam tersebut erat kaitanya dengan faktor dari luar yang dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan lingkungan sekitar anak yang semakin memperkuat anak untuk mengambil keputusan tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya.
Berdasarkan hasil pra survei ternyata beberapa dari anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar dari tahun 2014-2016 sudah tidak tinggal di desa mereka tersebut ada yang bekerja di luar desa maupun yang menikah dan ikut tinggal bersama suami, maka dari itu dalam menggali informasi mengenai faktor dari dalam anak tersebut secara langsung sulit dilakukan, dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah faktor luar
yang menyebabkan anak tidak
menyelesaikan pendidikan dasar diantaranya karakteristik keluarga meliputi jumlah anak, pendidikan dan pendapatan orang tua, serta lingkungan bermain anak maupun lokasi sekolah, karena pada dasarnya faktor dari dalam tersebut erat kaitannya dengan faktor dari luar sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya.
9
Tingkat pendapatan orang tua dan jumlah anak dalam keluarga
akan
mempengaruhi tingkat pendidikan anak, apabila pendapatan yang didapatkan orang tua semakin banyak dengan jumlah anak yang dimiliki sedikit maka biaya hidup yang dikeluarkan semakin sedikit pula, ini berarti kesempatan orang tua untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin besar, karena kebutuhan pokok telah tercukupi dari pendapatan yang diperoleh, sehingga kebutuhan yang lebih tinggi seperti pendidikan dapat terpenuhi.
Tingkat pendidikan formal orang tua juga memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan anak, hal tersebut didasarkan pada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan, orang tua yang yang hanya tamatan pendidikan dasar akan cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya mereka beranggapan bahwa anak yang sekolah hingga jenjang pendidikan lebih tinggi hanya akan menjadi beban bagi biaya keluarga karena pada akhirnya setelah selesai sekolah anak akan bekerja, maka dari itu lebih baik anak hanya sekolah sebatas bisa membaca, menghitung dan menulis saja dan dianggap sudah dapat menjadi modal untuk mencari uang.
Lingkungan bermain anak dapat mempengaruhi tingkat pendidikan anak, terutama lingkungan bermain atau pergaulan dan lingkungan sekitar rumah anak, apabila teman bermain anak merupakan anak dengan tamatan pendidikan dasar maka kemungkinan anak tersebut juga akan memilih untuk sekolah hanya hingga jenjang pendidikan dasar dan anak yang tinggal di lingkungan sekitar rumah
10
dengan kondisi anak usia sekolah tidak tamatan pendidikan dasar serta status dari teman anak yang tidak sekolah memiliki kegiatan tidak produktif seperti pemabuk, penjudi, menikah usia dini maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi tersebut.
Lokasi
rumah dengan sekolah juga merupakan salah satu faktor yang
menghambat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, Lokasi rumah dengan sekolah yang terdiri dari jarak, kondisi jalan serta cara tempuh anak ke sekolah menjadi faktor penentu, apabila jarak antara sekolah dengan rumah yang jauh serta kondisi jalan yang buruk dan cara tempuh menuju sekolah tanpa menggunakan kendaraan menyebabkan kelelahan pada anak dan menimbulkan kebosanan sehingga minat anak untuk ke sekolah rendah, lokasi yang jauh dari rumah menyebabkan anak malas sekolah dan mencari jalan keluar dengan putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah.
Dari uraian latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengkaji permasalahan tersebut dengan melakukan “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016”.
B. Identifikasi Masalah
1. Faktor dari dalam anak a. Tidak menyukai sekolah b. Minat sekolah rendah c. Rasa minder dalam pergaulan sekolah
11
d. Bosan e. Kurang bakat 2. Faktor dari luar a. Karakteristik keluarga (jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan formal orang tua, tingkat pendapatan orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar) b. Lingkungan teman bermain c. Lokasi rumah dengan sekolah
B. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada faktor dari luar anak usia sekolah yang meliputi: 1. Jumlah anak dalam keluarga dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 2. Tingkat pendapatan orang tua dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 3. Tingkat pendidikan formal orang tua dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 4. Persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 5. Lingkungan teman bermain dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 6. Lokasi rumah dengan sekolah dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar.
12
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Apakah jumlah anak dalam keluarga merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?. 2. Apakah tingkat pendapatan orang tua merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?. 3. Apakah tingkat pendidikan formal orang tua merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?. 4. Apakah persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?. 5. Apakah lingkungan bermain anak merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?. 6. Apakah Lokasi rumah dengan sekolah
merupakan faktor penyebab
anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016?.
13
E. Tujuan Penelitian
Dari pemaparan rumusan masalah tersebut, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji jumlah anak dalam keluarga sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016. 2. Untuk mengkaji tingkat pendapatan orang tua sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016. 3. Untuk mengkaji tingkat pendidikan formal orang tua sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016. 4. Untuk mengkaji persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016. 5. Untuk mengkaji lingkungan bermain anak sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016. 6. Untuk mengkaji lokasi rumah dengan sekolah sebagai penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016.
14
F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis
1. Untuk mengkaji teori mengenai faktor-faktor yang menyebabkan anak tidak
menyelesaikan
pendidikan
dasar
serta
berguna
untuk
mengembangkan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. 2. Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi khususnya bidang ilmu Geografi Sosial. 3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
peneliti
dan
dapat
memberikan
sumbangan
untuk
mengembangkan teori penelitian Geografi Sosial pada khususnya, serta teori dan konsep Geografi pada umumnya.
b. Kegunaan Praktis
1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2.
Bagi masyarakat umum temuan ini dapat membantu masyarakat agar lebih berperan secara aktif untuk meraih tujuan pendidikan nasional agar terlaksana dengan efektif dan efisien.
3. Sebagai salah satu sumber bahan ajar IPS Terpadu SMP kelas VIII semester satu pokok bahasan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan.
15
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah orang tua dari anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 2. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah analisis faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar. 3. Ruang lingkup tempat di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. 4. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun 2016. 5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini ilmu yang menjadi kajian dalam penulisan adalah Geografi Sosial .
Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya (Bintarto, 1968: 17). Dengan adanya kemajuan teknik, permukaan bumi dapat diolah secara intensif, sehingga dapat menjamin manusia, apa yang dibutuhkan manusia tergantung pada millieu geografis, kemampun teknis, energi, kekayaan, kepandaian teknis dan pengaruh politis (Bintarto, 1968: 18 ).
Dari pendapat tersebut dijelaskan bahwa ilmu geografi terutama cabang geografi sosial merupakan ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alamnya dalam rangka pencapaian kemakmuran, dalam pencapaian tersebut dibutuhkan kemampuan teknis serta
16
kepandaian yang dimiliki manusia salah satu di dapat dari pendidikan maka dari itu menurut peneliti kajian ilmu pengetahuan yang di pakai adalah geografi sosial karena keterkaitan lingkungan fisik dan sosial mempengaruhi kondisi pendidikan di Kecamatan Seputih Raman yang akhirnya berpengaruh terhadap aktivitas penduduk dalam upaya pencapaian kesejahteraan.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian, Pendekatan, Prinsip dan Konsep Geografi
Menurut Bintarto (1968: 17), geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu . Menurut Sumaatmadja (1988: 6), geografi memiliki
3 pendekatan yaitu
keruangan, kelingkungan (ekologi) dan kewilayahan serta 4 prinsip yaitu distribusi (persebaran), interelasi, deskripsi, keruangan (korologi)
dan
10
konsep yaitu lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, nilai guna, interelasi, diferensiasi dan keterkaitan keruangan yang membedakan dengan ilmu lain.
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan karena digunakan untuk mengetahui persebaran penggunaan ruang yang telah ada berhubungan dengan variabel dalam penelitian yaitu pendapatan orang tua dan lokasi rumah dengan sekolah dan bagaimana penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai
18
kegunaan yang dirancangkan, pendekatan keruangan ini juga untuk menilai suatu tempat bisa strategis atau sebaliknya yaitu terisoler.
Prinsip geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip deskripsi karena dalam penelitian ini menggambarkan lebih jauh dari persebaran dan hubungan
interelasi antara
fakta
dari
faktor
penyebab
anak
tidak
menyelesaikan pendidikan dasar dan gejala di lapangan yang ditampilkan dalam bentuk kalimat, peta, diagram, grafik dan tabel. Penelitian ini juga menggunakan prinsip keruangan (korologi ) karena lebih menitikberatkan pada analisa, fakta dan masalah geografi dengan menekankan pada penyebaran, interelasi dan interaksinya dalam ruang.
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini terkait variabel lokasi sekolah dengan rumah terdiri dari konsep lokasi, karena lokasi sekolah dengan rumah yang dipengaruhi daerah sekitarnya (letak geografis) seperti kondisi jalan, dan konsep jarak karena berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi dan pertahanan
dan
konsep
keterjangkauan (accessibility)
karena
menginformasikan tempat penelitian mudah dijangkau atau tidak.
Geografi Sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek ruangan yaitu karakteristik penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan dan kemasyarakatan (Sumaatmadja,1988: 56), sedangkan menurut Bintarto geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran
19
dan kesejahteraan hidupnya (1968: 17). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa geografi sosial tidak terlepas dari
pendekatan, prinsip dan konsep dari ilmu
geografi .
2. Anak Usia Sekolah
Menurut UU Tahun Nomer 4 Tahun 1979 Bab 1 Pasal 2 menyebutkan yang dinamakan anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin (UU Kesejahteraan Anak, 1979: 2). Selanjutnya menurut Wong (2009: 15), anak sekolah adalah anak pada usia 612 tahun, selanjutnya menurut Saputro (2009: 4) anak usia sekolah merupakan anak usia 7 sampai dengan15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar 9 tahun,
Dari pendapat tersebut berarti anak usia sekolah pendidikan dasar merupakan masa anak pada usia 7-15 tahun yang memiliki hak untuk memperoleh dasardasar pengetahuan di luar lingkungan keluarga
yaitu lembaga pendidikan
dalam upaya memperoleh keterampilan tertentu yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab pada perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
20
3. Pendidikan Dasar
Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Indonesia (dalam Hasbullah, 2006:4) memberikan pengertian pendidikan yaitu suatu usaha kebudayaan yang bermaksud memberi tuntutan di dalam hidup tumbuhnya jiwa dan raga anakanak, agar kelak dalam garis kodrat hidupnya dan pengaruh keadaan yang mengelilingi dirinya, anak-anak dapat kemajuan dalam hidupnya, lahir dan batin menuju arah abad kemanusiaan.
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menegah. Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain SLTP yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat (Sisdiknas, 2003: 7). Dari UndangUndang tersebut dapat dimengerti bahwa pendidikan dasar adalah program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas manusia dengan mewajibkan anak usia sekolah tujuh sampai lima belas tahun untuk memperoleh pendidikan minimal hingga jenjang pendidikan SLTP.
4. Faktor-Faktor Penyebab Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar
Menurut Suryosubotro (2010: 78) pendidikan dasar dilaksanakan selama 9 tahun yaitu 6 tahun pada jenjang pendidikan SD/MI dan 3 tahun pada jenjang pendidikan SLTP dalam kata lain pendidikan dasar dilaksanakan sampai
21
tamatan jenjang pendidikan SLTP sedangkan lebih lanjut menurut Saputro (2009: 4), tidak menyelesaikan pendidikan dasar di sini dapat dikatakan tidak melanjutkan dari SD ke SLTP atau yang keluar dari SD dan keluar dari SLTP. Dari pendapat tersebut berarti anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar merupakan anak yang belum menyelesaikan jenjang pendidikan hingga tamat SLTP.
Menurut Nopembri (2007: 67), penyebab terhambatnya program pendidikan dasar bagi anak usia sekolah yaitu tingkat pendidikan orang tua yang rendah, pendapatan orang tua yan rendah, kesadaran aorang tua yang rendah terhadap pendidikan, jarak yang jauh dari rumah kesekolah, kondisi jalan antara rumah ke sekolah yang buruk, dan sarana transportasi dari rumah ke sekolah yang kurang.
Menurut Purwanto (2007: 85), adapun faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor individual dan faktor sosial. a. Faktor dalam (individual) Faktor individual yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri anak, meliputi: faktor kesehatan, faktor inteligensi, faktor perhatian, bakat, minat, motivasi, dan faktor kepribadian.
22
b. Faktor luar (sosial) Faktor sosial yaitu semua faktor yang berada di luar diri anak. Misalnya, faktor tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, lingkungan, dan cara belajar.
Menurut Tilately (2012: 99) faktor-faktor yang menyebabkan anak tidak menyelesaikan pendidikannya diantaranya faktor internal yang terdiri dari intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran, tidak menyukai sekolah dan faktor eksternal yang terdiri dari ekonomi, sekolah dan budaya sedangkan menurut Dewi (2013: 4) faktor anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya diantaranya adalah faktor perhatian orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan, ekonomi keluarga, minat anak untuk sekolah, fasilitas pembelajaran, budaya dan lokasi sekolah.
Dari pendapat tersebut maka peneliti mengkaji faktor-faktor anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar
diantaranya
jumlah anak dalam
keluarga, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan, lingkungan bermain anak dan Lokasi rumah dengan sekolah .
4.1 Jumlah Anak Dalam Keluarga Menurut BKKBN (2012: 3) Jumlah anak dalam keluarga adalah banyaknya anak yang pernah dilahirkan berdasarkan jenis kelamin, dalam kondisi hidup atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, ada denyut jantung atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot, kemudian dijelaskan yang
23
dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya paling banyak 2 (dua ) orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua (> 2) orang anak. Menurut Ahmadi (2004: 203), “pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingkat sosio ekonomi rendah.Orang tua yang berasal dari tingkat sosio ekonomisnya yang tinggi dan menengah cenderung membatasi anak-anak mereka dengan jumlah yang realtif kecil sehingga sanggup membelanjai pendidikannya sampai tingkat perguruan tinggi”. Dari pendapat tersebut berarti semakin banyak jumlah anak yang dimiliki pada sebuah keluarga akan mempengaruhi tingkat pendidikan anak, keluarga yang memiliki jumlah anak besar hanya mencapai tingkat pendidikan rendah dikarena kondisi ekonominya yang tidak sanggup memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya, selanjutnya dipertegas oleh pendapat Slameto (2013: 60) yang menyatakan, suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja mempengaruhi pendidikan anak, suasana rumah yang gaduh dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar, suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.
4.2 Tingkat Pendapatan Orang Tua
Besar kecilnya pendapatan dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Menurut Maslow (dalam Djaali, 2008: 102) jika sesuatu kebutuhan telah terpenuhi, orang tidak lagi berkeinginan memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi berusaha memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, jadi kebutuhan pertama untuk dipuaskan adalah kebutuhan dasar fisiologis yaitu makan, minum, berpakaian dan bertempat tinggal.
24
Bintarto (1968: 33) menyebutkan kebutuhan yang lebih tinggi dapat dicapai setelah kebutuhan primer terpenuhi secukupnya orang tidak dapat bersekolah kalau perutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim (1994: 44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, lebih lanjut Sewell dan Hauser mengemukakan bahwa pencapaian pendidikan dipengaruhi langsung oleh penghasilan keluarga (dalam Titaley, 2012: 45).
Menurut pendapat Valeri J.H Hull (dalam Singarimbun 1981: 24), bahwa pendapatan atau penghasilan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan atau penghasilan yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang dan hewan peliharaan) kesemuanya dipakai untuk membagi keadaan keluarga .
4.3 Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua
Menurut Suryosubroto (2010: 131), pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi Selanjutkan dijelaskan bahwa pendidikan formal adalah proses pendidikan dengan cara dan dalam lingkungan sekolah. Menurut Tirtarahardja (2000: 65) pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
25
Menurut Sumardi (1982: 37), menyatakan bahwa orang tua yang berpendidikan rendah adalah orang tua yang tidak pernah sekolah formal dan hanya pernah menduduki sekolah dasar. Lebih lanjut menurut Sajogyo dan Pudjiwati (1992: 167) mengatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua menentukan ada tidaknya perhatian terhadap tingkat pendidikan anaknya. Menurut Syarifullah ( 2014 : 15), “faktor pendidikan orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan dan putus sekolah karena orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja, karena mereka beranggapan sekolahnya seseorang kepada jenjang yang lebih tinggi pada akhir tujuan adalah untuk menjadi pegawai negeri dan mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan biaya, mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditunjukan kepada hal-hal yang nyata seperti membantu orang tua dalam berusaha itulah manfaat yang nyata bagi mereka, lagi pula sekolah harus melalui seleksi ujian yang ditempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan”.
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pendidikan formal orang tua adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan yang berupa Pendidikan Dasar (SD/Sederajat dan SLTP), Pendidikan Menengah (SMA/Sederajat) atau pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).
4.4 Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Dasar 9 Tahun Menurut Slameto (2013: 102), persepsi adalah menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, kemudian menurut Setiyana (2013: 11) persepsi merupakan stimulus rangsang sesnsorik yang didahului dari indera dan dikirim ke otak manusia secara sadar maupun tidak sadar. Persepsi bersifat
26
subjektif tergantung dari pandangan seseorang terhadap suatu objek tertentu, sehingga persepsi relatif dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri yang dikeluarkan dengan pemikiran-pemikiran tersendiri dari seseorang. Irwanto dkk (1989: 97), menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, “Perhatian yang selektif, artinya rangsang (stimulus) harus ditanggapi tetapi individu cukup memusatkan perhatian pada rangsang tertentu saja. Ciri-ciri rangsang, artinya intensitas rangsang yang paling kuat adalah rangsang yang bergerak/dinamis lebih menarik perhatian untuk diamati. Nilai-nilai kebutuhan individu, artinya antara individu yang satu dengan yang lain tidak sama tergantung pada nilai hidup dan kebutuhannya. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunia sekitarnya”. Menurut Hadikusumo (1996: 40), orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya,orang tua memiliki hak dalam mengambil keputusan pendidikan bagi anaknya, persepsi orang tua terhadap pendidikan dapat mempengaruhi pendidikan anaknya karena pada dasarnya individu mengambil suatu keputusan berdasarkan pandangan-pandangan serta resiko tertentu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap pendidikan didasarkan oleh tanggapan orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun bagi anaknya diantaranya pentingnya pendidikan dasar, sikap dan tanggung jawab dari pendidikan dasar, dan minat anak untuk menyelesaikan pendidikan dasar.
27
4.5 Lingkungan Bermain Anak
Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (1991:
219),
lingkungan bermain anak
meliputi hubungan, sikap dan atau tingkah laku antar manusia dan hubungannya antara manusia dan manusia di sekitar anak termasuk teman bermain, kemudian Dalyono (2005: 133) mengemukakan bahwa lingkungan bermain anak mempunyai pengaruh terhadap pencapaian pendidikan anak dalam keluarga. Menurut Sajogyo dan Pudjiwati (1992 : 167) anak-anak tidak banyak terikat ketentuan di sekolah tetapi lebih banyak pada situasi lingkungan bermainnya, sejalan dengan itu menurut Gunawan
(2000:
50) bila anak
kurang baik dalam memilih lingkungan pergaulannya, kemungkinan akan tergelincir dalam pergaulan yang menyesatkan atau merugikan dirinya.
Menurut Aisyah (2011: 8) kebanyakan anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah ke SLTP, ini juga mempunyai teman bergaul yang juga tidak melanjutkan
sekolah lagi dan kebanyakan remaja yang keluar sekolah
memiliki teman-teman yang juga keluar sekolah, hal tersebut menjadikan anak kurang
mempunyai
keinginan
maupun
dorongan
untuk
melanjutkan
pendidikan, karena mengikuti seberapa tinggi tingkat pendidikan teman bergaulnya.
Menurut Aisyah (2011: 4), anak yang berada dalam lingkungan sekitar rumah yang akademis atau berpendidikan akan menumbuhkan sikap dan perilaku senang belajar dan sama-sama mempunyai cita-cita dan saling mendorong
28
untuk terus mengenyam pendidikan yang lebih tinggi anak yang tinggal di lingkungan masyarakat pemabuk, penjudi, menongkrong, menikah usia dini dan kegiatanya bekerja disawah atau sebagai TKI maka anak juga akan ikut terpengaruh dalam kondisi tersebut. Dari pendapat tersebut yang dikatakan bahwa lingkungan bermain anak dalam penelitian ini adalah keadaan di sekitar tempat tinggal dan teman bermain anak yang mendorong anak untuk tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan latar belakang status pendidikan anak sekolah dan tidak sekolah.
4.6 Lokasi Rumah dengan Sekolah
Menurut Sajogyo dan Pudjiwati (1992: 142), lokasi mengandung arti jarak satu tempat dengan tempat yang lain berfungsi sebagai pusat dan dipengaruhi oleh kondisi prasarana perhubungan, yang akan memberi pengaruh terhadap lancar
dan
tidaknya
komunikasi
sehingga
mempengaruhi
tingkat
perkembangan desa. Penilaian lokasi di dasarkan atas penilaian jarak dan kondisi jalan atau perhubungan , selanjutnya menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 56) bahwa analisis lokasi dalam geografi meniti beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement).
Berdasarkan Peraturan Menteri No 24 Tahun 2007 mengenai standar sarana dan prasarana BAB II pasal 4 disebutkan bahwa lokasi satuan pendidikan SD/MI maksimum berjarak SD/MI 3 km dengan berjalan kaki serta kondisi jalan yang baik (aspal), sedangkan satuan pendidikan SLTP maksimum 6 km serta kondisi jalan yang baik (aspal).
29
Menurut Dewi (2013: 3) lokasi yang tidak mendukung diantaranya jarak jauh, kondisi jalan buruk dan tanpa kendaraan menyebabkan anak malas sekolah dan mencari jalan keluar dengan putus sekolah. Dari pendapatan tersebut faktor jarak antara sekolah dan rumah yang jauh, kondisi jalan buruk dan tanpa menggunakan kendaraan berakibat pada kelelahan yang dirasakan oleh anak.
Menurut Slameto (2013: 59) kelelahan pada seseorang menimbulkan adanya kelesuan dan kebosanan,sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Ini berarti jarak antara sekolah dan rumah yang jauh dapat menimbulkan minat dan dorongan anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya hilang. Dalam penelitian ini indikator lokasi rumah dan sekolah dapat dilihat dari jarak, kondisi jalan dan cara tempuh anak menuju ke sekolah (dengan kendaraan atau berjalan kaki).
30
B. Penelitian Sejenis
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi peneliti dalam mengembangkan penelitianya terlihat pada tabel berikut ini Tabel 2.1. Penelitian sejenis Judul/Peneliti/Tahun/Tujuan Judul : Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar Studi Kasus di Desa Pesantren Kecamatan Blado Kabupaten Batang Peneliti: Purnomo Adi Saputro Tahun :2009 Tujuan:a.Mengetahui jumlah anak usia sekolah di Desa Pesantren yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar. b. Mengetahui faktor sosial ekonomi dan faktor aksesibilitas yang menyebabkan anak usia sekolah di Desa Pesantren Kecamatan Blado Kabupaten Batang tersebut tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar.
Variabel/Metodelogi Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Dengan sub variabel sebagai berikut. Tingkat pendidikan orang tua Tingkat pendapatan orang tua Pandangan orang tua terhadap pendidikan Aksesibilitas Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif persentase (DP).
Hasil Penelitian Penelitian menunjukkan jumlah anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar sebanyak 63 anak atau 15,04% dari 409 anak usia sekolah yang ada. Penyebabnya adalah faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan dari orang tua anak yang tidak sekolah sangat rendah (79,4%), pendapatan dari orang tua anak yang tidak sekolah sangat rendah (76,2%), orang tua masih menganggap pendidikan kurang begitu penting, dan faktor aksesibilitas yaitu jarak dari rumah ke sekolah yang memberikan rintangan, dan fasilitas jalan yang kurang baik. Sumber : Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar (Saputro, 2009)
31
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia mengenai program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengenyam pendidikan dasar hingga tamat SMP atas biaya pemerintah. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa orang tua dari anak usia pendidikan dasar memiliki kewajiban untuk menyekolahkan anaknya hingga selesai jenjang pendidikan dasar artinya kondisi sosial, demografi, budaya dan ekonomi bukan menjadi penghalang anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, tetapi pada kenyataanya berdasarkan data monografi tahun 2015 di Kecamatan Seputih Raman masih ditemukan anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar, diduga faktor –faktor dari luar
penyebab anak tidak menyelesaikan
pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman terdiri dari jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun, lingkungan bermain anak dan lokasi rumah dengan sekolah,
maka dari itu peneliti
mengkaji faktor tersebut terhadap keputusan anak untuk tidak menyelesaikan pendidikan dasar yang di sajikan dalam bagan kerangka pikir berikut ini:
32
1. Jumlah anak dalam keluarga 2. Tingkat pendapatan orang tua 3. Tingkat pendidikan formal orang tua 4. Persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar 5. Lingkungan bermain anak 6. Lokasi rumah dengan sekolah
Faktor Penyebab
Anak Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Faktor –Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 D. Hipotesis 1. Jumlah anak dalam keluarga diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016. 2. Tingkat pendapatan orang tua diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016. 3. Tingkat pendidikan formal orang tua diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016.
33
4. Persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016. 5. Lingkungan bermain anak diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016. 6. Lokasi rumah dengan sekolah diduga menjadi penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survai. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008: 4) penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok yang digunakan untuk penjajangan (eksplorasi), deskripsi, explanotory untuk menjelaskan hubungan kausal serta pengujian hipotesis, evaluasi, prediksi, penelitian operasional dan pengembangan indikator-indikator sosial.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian survai karena mengambil sampel dari satu populasi dan menggunkan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok yang digunakan untuk mendiskripsikan serta menjelaskan faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016.
35
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian merupakan seluruh subjek yang diteliti guna mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Menurut Arikunto (2010: 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pendapat tersebut maka peneliti menetapkan populasi penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar dari hasil data diketahui bahwa setiap satu orang tua memiliki satu anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar, maka dari itu 139 anak
yang tidak menyelesaikan
pendidikan dasar diwakili oleh 139 orang tua di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yang tersebar di setiap desa terlihat pada tabel 1 (UPTD Kecamatan Seputih Raman, 2015: 7).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 131). Pengambilan sampel pada penelitian memakai teknik area sampling. Area Sampling adalah teknik yang digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009: 76). Dari penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik area sampling karena jarak antara desa yang jauh dan luas sehingga menyulitkan penelitian, maka dari itu pengambilan sampel didasarkan pada area dengan jumlah populasi terbanyak
36
yaitu di Desa Rama Oetama dan Rukti Endah, jadi sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang mewakili 54 anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berikut ini adalah pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik area sampling yang terlihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Sampel area penelitian di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 Nama Desa Jumlah Anak Tidak Jumlah Orang Tua Menyelesaikan Yang Dijadikan Pendidikan Dasar Sebagai Responden Rama Oetama 29 29 Rukti Endah 25 25 Jumlah 54 54 Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Seputih Raman Tahun 2015 dan Survei Lapangan Tahun 2016
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1.Variabel Penelitian Penelitian yang akan dilakukan harus jelas yang menjadi variabel dalam penelitian, menurut Sugiyono (2009: 60) menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar yang meliputi jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan, lingkungan bermain anak dan lokasi rumah dengan sekolah.
37
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah variabel dalam penelitian yang dapat diukur. Menurut Singarimbun dan Efendi (2008: 46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini definisi operasional variabel diantaranya: a) Faktor jumlah anak dalam keluarga adalah banyaknya anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi hidup kriterianya sebagai berikut: 1. Faktor penyebab apabila jumlah anak dalam keluarga lebih dari dua (>2) orang. 2. Bukan faktor penyebab apabila jumlah anak dalam keluarga kurang dari dua (≤ 2) orang. b) Faktor tingkat pendapatan orang tua adalah jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga yang dihasilkan dari pekerjaan pokok dan sampingan yang dipakai untuk membagi keadaan keluarga dalam dua kriteria sebagai berikut : 1. Faktor penyebab apabila pendapatan orang tua dari anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar < Rp 807.518,00 2. Bukan faktor penyebab apabila pendapatan orang tua dari anak yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar ≥ Rp 807.518,00 c)
Faktor tingkat pendidikan formal
orang tua adalah jalur pendidikan
terakhir yang ditempuh oleh orang tua
terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
38
1. Faktor penyebab apabila pendidikan tertingginya pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SLTP 2. Bukan faktor penyebab apabila menempuh pendidikan Menengah yaitu SMA/SMK sederajat dan Perguruan Tinggi d) Faktor persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun adalah pandangan orang tua terhadap pendidikan dasar 9 tahun dalam 6 bentuk pernyataan yaitu kebutuhan terhadap pendidikan dasar, pentingnya pendidikan dasar bagi warga, hak anak untuk pendidikan dasar, sikap tanggung jawab anak dari pendidikan dasar, minat anak terhadap pendidikan dasar, jenjang pendidikan yang harus ditempuh anak, dengan 5 kategori jawaban yaitu sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), kurang setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) dengan jumlah skor terendah bernilai 6 dan skor tertinggi bernilai 30. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3.1 Rumus Interval Keterangan: : interval : nilai tertinggi : nilai terendah K : jumlah kategori maka didapatkan skor yang menyatakan persepsi terhadap pendidikan dasar sebagai berikut:
1. Faktor penyebab apabila persepsi yang dimiliki negatif terhadap pendidikan dasar dengan skor (6-17)
39
2. Bukan faktor penyebab apabila persepsi yang dimiliki positif terhadap pendidikan dasar dengan skor (18-30)
e) Faktor lingkungan bermain terkait status pendidikan teman bermain anak sebagai berikut: 1.
Faktor penyebab apabila lingkungan teman bermain anak tidak selesai pendidikan dasar .
2. Bukan faktor penyebab apabila lingkungan teman bermain anak sekolah. f) Lokasi rumah dengan sekolah dalam penelitian ini diantaranya 1. jarak dekat apabila ≤ 3 km untuk SD/ sederajat dan ≤ 6 km untuk SMP/ sederajat dengan kendaraan skor 2 dan jarak jauh apabila > 3 km untuk sekolah dasar/ sederajat dan > 6 km untuk SMP/ sederajat dengan skor 1 2. cara tempuh diantaranya kendaraan dengan skor 2 dan berjalan kaki dengan skor 1 3. kondisi jalan baik apabila jalan aspal dengan skor 2 dan buruk apabila jalan makadam berbatu tajam dan tanah karena licin saat terjadi hujan dengan nilai skor 1.
maka didapatkan skor tertinggi 6 dan terendah 3 dengan penentuan interval sebagai berikut:
1. Faktor penyebab apabila lokasi rumah dengan sekolah tidak mendukung memiliki nilai skor 3-4
40
2. Bukan merupakan faktor penyebab apabila lokasi rumah dengan sekolah mendukung memiliki nilai skor 5-6.
C.
Teknik Pengumpulan Data
1 . Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langusung dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung saat survei meliputi lingkungan teman bermain dan lokasi rumah dengan sekolah.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Metode pengumpulan data kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data responden meliputi jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar, lingkungan bermain anak dan lokasi rumah dengan sekolah.
3. Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah suatu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya, dalam teknik ini data diperoleh dari dokumen-
41
dokumen yang berkaitan dengan penelitian, biasanya dokumen-dokumen tersebut dipegang oleh pegawai kecamatan seputih raman dan pengurus desa di daerah penelitian.
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti diantaranya data kondisi geografis yang meliputi letak administrasi, luas wilayah dan penggunaan lahan, topografi dan kondisi kependudukan yang meliputi jumlah penduduk, persebaran penduduk, kepadatan penduduk dan komposisi penduduk, jumlah anak usia sekolah, anak putus sekolah, serta sarana dan prasarana sosial ekonomi di daerah penelitian yang data tersebut diperoleh dari kantor kepala desa dan kantor kecamatan.
E. Teknik Pengukuran dan Analisa Data
Analisis data adalah pengolahan dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian, teknik pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel dalam bentuk persentase, sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keruangan. Menurut (1988: 117), analisa keruangan adalah analisa dengan mengaitkan lokasi, distribusi (penyebaran), difusi, dan interaksi keruangan. Langkah pertama dalam menyusun distribusi persentase adalah membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N).
42
Kriteria Uji
Menurut Singarimbun dan Effendi (2008: 62), menyatakan hipotesis semula dapat diterima apabila mencapai 50%, berdasarkan pendapat tersebut penentuan faktor penyebab anak usia sekolah tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan analisa pengukuran data distribusi persentase dinyatakan sebagai berikut: 1. merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar apabila faktor memiliki persentase ≥ 50 %
dari seluruh
jawaban responden 2. bukan merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar apabila faktor memiliki persentase < 50% dari seluruh jawaban responden.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Dari penelitian dan analisis yang dilakukan mengenai faktor-fakor penyebab anak usia sekolah tidak menyeelsaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman tahun 2016 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jumlah anak dalam keluarga menjadi faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 dari jawaban 29 responden (94,4%) karena jumlah anak yang dimiliki banyak dan tidak ada yang bekerja sehingga beban tanggungan keluarga semakin tinggi. 2. Tingkat pendapatan orang tua menjadi faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun 2016 dari jawaban 33 responden (61,1%) karena memiliki pendapatan tergolong rendah dibawah rata-rata yaitu ≤ 807.518, menyebabkan kebutuhan keluarga tidak tercukupi dan tidak ada biaya yang disisihkan untuk pendidikan anak sehingga anak tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya. 3. Tingkat pendidikan formal merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman Tahun
103
2016 dari jawaban 52 responden (96,29%) ini dikarenakan responden hanya menempuh jenjang pendidikan dasar. 4. Persepsi orang tua terhadap pendidikan dasar menjadi faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar dari jawaban 36 responden (66,67%), ini dikarenakan responden memiliki persepsi negatif terhadap pendidikan dasar. 5. Lingkungan bermain anak menjadi faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar dari jawaban 28 responden (51,85%) , ini dikarenakan status pendidikan teman bermain anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar, dengan status dari teman bermainnya tersebut menikah, bekerja dan menganggur. 6. Lokasi rumah dan sekolah bukan merupakan faktor penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar denga persentase jawaban 9 responden (16,7%) dikarenakan jarak rumah dengan sekolah dekat dan cara tempuh anak yang memakai kendaraan.
104
B. Saran
1. Orang tua yang memiliki anak banyak dan tidak selesai pendidikan dasar diharapkan lebih mencurahkan perhatian dan membimbing semua anakanaknya yang meskipun tidak selesai pendidikan dasar masih bisa berkontribusi dalam masyarakat. 2. Orang tua sudah memiliki pekerjaan pokok dan sampingan agar lebih giat bekerja, sedangkan orang tua yang hanya memiliki pekerjaan pokok dan berpendapatan rendah harus mencari pekerjaan lain di sela-sela waktu kerja yang kosong sehingga dapat menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak. 3. Orang tua sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak yaitu bergaul dengan tetangga yang memiliki anak dengan pendidikan lebih tinggi sehingga wawasan terhadap pendidikan juga semakin luas. 4. Dengan semakin luasnya pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan diharapkan orang tua mampu menghilangkan persepsi negatif dari pendidikan dan lebih memperhatikan kelangsungan pendidikan bagi anak. 5. Bagi orang tua harus menanamkan nilai-nilai moral dalam pergaulan di lingkungan bermain anak dan lebih selektif dalam mencari informasi mengenai teman bermain dan lingkungan sekitar anak agar tidak terpengaruh dampak pergaulan negatif.
105
6. Meskipun lokasi rumah dengan sekolah bukan penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar, tetapi dari tiga unsur ternyata kondisi jalan menjadi penyebab anak tidak menyelesaikan pendidikan dasar di Kecamatan Seputih Raman karena sebagian besar kondisinya rusak, oleh karena itu disarankan kepada pihak yang berwenang untuk memperbaiki jalan yang kondisinya masih rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Ahmadi, Abu dan Unbiyanti,Nur.1991. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Aisyah. 2013.Analisis Faktor Lingkungan Sosial Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke SMP Di Desa Setalik.(Jurnal). Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan. Pontianak Anonim. 2015. Monografi Kecamatan Seputih Raman. Lampung Anonim. 2016. Kabar Buruk Anak Indonesia. http://www.liputan6.com/tag/putussekolah). diakses tanggal 01 November 2016 Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta Bintarto. 1968. Geografi Sosial. Spring. Yogyakarta Bintarto dan Hadisumarno,S.1991.Metode Analisa Geografi. LP3ES. Jakarta BKKBN. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI 2012. BKKBN. Jakarta BPS.2015. Kecamatan Seputih Raman Dalam Angka. http://www.lampungtengahkab.go.id/pemerintahan/kecamatan/90-seputihraman.html.diakses tanggal 10 September 2016 Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Dewi . 2013. Analisis Faktor-Faktor Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerogokan Tahun 2012/2013.(Jurnal). Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia. Denpasar Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Gunawan,Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
107
Hasbullah.2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta Irwanto. 1989.Psikologi Umum. PT Gramedia Pustaka Umum.Jakarta Kemendikbud. 2012. Ikhtisar data pendidikan tahun 2011/2012. diakses kemdikbud.Go.Id/Kemdikbud/Dokumen/Bukuringkasandatapendidikan/Fi nal-Buku-Saku-1112.Pdf Data Statistik Kemendikbud Jumlah Anak Putus Sekolah Dan Tamatan tanggal 3 april 2016 Hadikusumo, Kunaryo. 1996. Pengertian Orang Tua. Artikel. diakses http://aryesnovianto.blogspot.com/2010/12/pengertian-orang-tua-menurutkunaryo.html. 10 Juli 2016 Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum.Pustaka Pelajar.Yogyakarta Muta’ali, Lutfi. 2015.Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan.BPFG Univesitas Gadjah Mada.Yogyakarta Nurani,Fitri.2013.Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.diakses http://fitrienurani.blogspot.co.id/2013/05/bos-wajib-belajar-sembilantahun.html pada tanggal 3 April 2016 Nopembri, Gigih. 2007. Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Wajib Belajar 9 Tahun bagi Anak Usia Sekolah di Desa Sendang Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.(Skripsi). UNNES. Semarang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar . di akses kemenag.go.id/file/dokumen/PP4708.pdf diakses pada tanggal 3 April 2016 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/ Madrasah Pendidikan Umum.2007. dm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Lampiran%20Permen%2024%202 007%20Standar%20Sarana%20Prasarana.pdf. diakses pada tanggal 24 Mei 2016 Purwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung Saputro. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Anak Usia Sekolah Tidak Menyelesaikan Pendidikan Dasar Studi Kasus di Desa Pesantren Kecamatan Blado Kabupaten Batang.(Skripsi). Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Semarang Sastra, Suparno, M. dan Endi Marlina. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Andi. Yogyakarta
108
Salim,Emil. 1994. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan. Inti Indayu Nasional. Jakarta Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1992. Sosiologi Pedesaan. Universitas Gajah Mada. Yoyakarta Singarimbun, Masri. 1981. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. LP3ES. Jakarta Singarimbun dan Effendi,Sofian. 2008. Metode Penelitian Survei cetakan 19. LP3ES. Jakarta Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta Suparyanto. 2013. Sekilas Tentang Anak Usia Sekolah . http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2013/05/sekilas-tentang-anak-usia-sekolah.html. diakses tanggal 03 April 2016 Supriyono.2015. Jumlah Anak Ideal Low Leveraged Vs High Leveraged Family. https://imansupriyono.wordpress.com/2015/07/27/berapa-jumlah-anakideal-low-leveraged-vs-high-leveraged-family/ diakses tanggal 17 September 2016 Sumardi, Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. CV Rajawali. Jakarta Suryosubroto. 2010. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Jakarta Sumaatmadja,Nursid.1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Kanisius. Yogyakarta Syarifullah,Misran. 2014. Pandangan keluarga petani terhadap pendidikan anak di desa sungai limas kecamatan haur gading kabupaten hulu sungai utara . diakses http://skripsiterbaruxx.blogspot.co.id/2014/02/pandangan-keluargapetani-terhadap.html pada tanggal 4 April 2016 Tilaar. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta Tirtarahardja . 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
109
Titaley, Merry Elike Evelyn. 2012 . Faktor-Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah Pada Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Dan SMP Taman Siswa Jakarta Pusat.(Tesis). Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Kekhususan Administrasi Dan Kebijakan Pendidikan . Jakarta UU Tahun Nomer 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. di akses kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/.../UU_4_1979.tanggal 3 April 2016 UU Sisdiknas Nomer 20 Tahun 2003. sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003Sisdiknas.pdf. diakses tanggal 3 April 2016 Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Edisi 6. EGC. Jakarta