FAKTOR – FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MINAT DAN MOTIVASI MAHASISWA SEMESTER IV PRODI ILMU KEPERAWATAN DALAM PRAKTIK MANDIRI DI LABORATORIUM KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012
THE EXTERNAL FACTORS THAT INFLUENCED INTEREST AND MOTIVATION OF THE TH STUDENTS OF 4 SEMESTER OF S-1 NURSING STUDY PROGRAM TO CONDUCT AN INDEPENDENT PRACTICE IN NURSING LABORATORY OF STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2011/2012 1
2
Marsiyah , Titih Huriah , Tri Winarni
1
ABSTRACT Background: A Practical Learning Experience (PBP) was a leaning process to prepare students to conduct a clinical learning. PBP enforcement was divided into three session namely: guided, independent and skill evaluation. An independent session was an independent laboratory practice due to the students had their own initiatives to conduct a practical learning. There were factors that could influence students in learning one of them was most significant factor that influenced student learning namely learning interest and motivation. In this research it was obtained eternal factors of students’ interest and motivation towards n independent practice in nursing laboratory. th Objective: to know the external factors that influenced interest and motivation of 4 Semester S-1 Nursing Study Program to conduct an independent practice in Nursing Laboratory of STIKES Wira Husada Yogyakarta. Method: this was a quantitative non-experimental research using a descriptive analytical method with a cross sectional approach. Sample taking used a proportional random sampling technique with 91 respondents. Data collection technique was by distributing questionnaire and then research result data was processed using a statistical non parametric and a Spearman Rank correlation formula. Result: the students evaluated school factors: lecturers teaching method who had high category of 87.9%, curriculum had high category of 83.5%, lecturer-student relationship had high category of 79.1%, student-student relationship had high category of 85.7%, facilities had high category of 49.5%, school term had high category of 71.4%. An environmental condition factor had high category (61.5%), and lecturer efforts factor to make their students learning had high category (75.2%). th Conclusion: there were external factors that influenced interest and motivation of 4 Semester S-1 Nursing Study Program to learn an independent practice in Nursing Laboratory of STIKES Wira Husada Yogyakarta. Keywords: interest, motivation, independent practical learning, nursing students 1 2
STIKesWiraHusadaYogyakarta. Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
PENDAHULUAN Proses pembelajaran program studi (prodi) keperawatan terdiri dari proses pembelajaran akademik dan proses pembelajaran profesi. Proses pembelajaran akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep secara klasikal dikelas dan keterampilan keperawatan di laboratorium. Proses pembelajaran profesi, mahasiswa mengaplikasikan teori8 teori dan konsep-konsep dengan praktik langsung di pelayanan kesehatan . Prodi keperawatan akan menghasilkan lulusan yang memiliki sikap dan kemampuan dalam bidang keperawatan yang diperoleh pada penerapan kurikulum pendidikan melalui
berbagai bentuk pengalaman belajar, antara lain melalui pengalaman belajar praktik (PBP). PBP merupakan proses pembelajaran untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran klinik, sehingga perlu ditekankan pada terbentuknya sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta keterampilan dasar profesional melalui penciptaan kondisi belajar yang memberi kesempatan mahasiswa untuk berpikir sambil melakukan tindakan, dalam rangka penerapan pengetahuan, teori, konsep-konsep, dan prinsip yang telah didapat melalui 4 pengalaman belajar lainnya . sebagai tempat praktik yang memberikan gambaran tentang rumah sakit sehingga dapat diakses oleh keperawatan maupun kedokteran bahkan bila mungkin bidang keilmuan yang lain. Fungsi laboratorium keperawatan antara lain menyelenggarakan kegiatan praktik keperawatan 6 dan membantu mahasiswa belajar mandiri meningkatkan keterampilan keperawatan . Selama pembelajaran praktik mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dalam melakukan observasi yang akurat dan teratur, sehingga PBP dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan terhadap perilaku yang diharapkan. Pelaksanaan PBP dibagi dalam tiga sesi yaitu terbimbing, mandiri, Pelaksanaan PBP dilakukan di laboratorium keperawatan, merupakan laboratorium terpadu dan evaluasi keterampilan. Sesi terbimbing, instruktur menjelaskan materi dan mendemonstrasikan pada manekin, pada sesi mandiri mahasiswa mempraktikkan sendiri tanpa di dampingi instruktur, dan sesi evaluasi keterampilan dilakukan dengan sistem OSCE (Objective 7 Structured Clinical Examination) . Sesi mandiri sebagai kegiatan praktik laboratorium mandiri karena mahasiswa mempunyai inisiatif sendiri untuk melakukan belajar praktik. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Faktor-faktor itu berasal dari dalam dan luar diri seseorang. Kita dapat mengetahui dan membedakan faktor mana saja yang bisa 7 meningkatkan belajar siswa . Salah satu di antaranya faktor yang paling pokok mempengaruhi belajar siswa yaitu minat dan motivasi belajar. Minat dan motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan seseorang. Keberadaan minat pada diri manusia karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Teori Belajar yang dikemukakan Slameto (2010), kita harus memahami bahwa faktor yang mempengaruhi minat belajar berasal dari faktor intern dan ekstern, faktor intern meliputi faktor fisiologi dan psikologi, faktor ekstern meliputi faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Secara fisiologi kondisi fisik atau jasmani mahasiswa saat mengikuti pelajaran sangat berpengaruh terhadap minat dan aktivitas belajarnya, demikian halnya kondisi psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses belajar. Berdasarkan beberapa faktor ekstern yang mempengaruhi minat belajar, faktor sekolah lebih dominan karena waktu paling banyak digunakan siswa adalah untuk mengikuti proses belajar di sekolah, dimana siswa berinteraksi secara rutin baik antar siswa maupun dengan pengajar. Faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, sarana dan prasarana serta waktu kuliah. Di sekolah siswa dievaluasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan sejauh mana memiliki minat terhadap belajar. Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2009) dalam belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu cita-cita dan aspirasi, kemampuan belajar, kondisi mahasiswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya pengajar membelajarkan peserta didik. Sejalan dengan faktor ekstern yang mempengaruhi minat belajar, demikian juga dari enam faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, ada dua hal sebagai faktor ekstern yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu kondisi lingkungan dan upaya dosen membelajarkan mahasiswa. Kondisi lingkungan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dosen berperan dalam membelajarkan mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar
mahasiswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan mahasiswa dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tentang minat dan motivasi belajar praktik di laboratorium keperawatan dilakukan oleh Solikah (2008) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan motivasi belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium keterampilan keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik laboratorium keterampilan keperawatan UMS 38,8% termasuk dalam kategori tinggi, motivasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik laboratorium keterampilan keperawatan UMS 40% termasuk dalam kategori tinggi, hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara minat belajar dengan motivasi belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran praktik di laboratorium keterampilan keperawatan UMS. Penelitian tentang motivasi belajar praktik di laboratorium keperawatan telah dilakukan di STIKES W ira Husada oleh Maradjabessi pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat kepuasan mahasiswa tentang fasilitas skill laboratorium keperawatan dengan motivasi belajar skill laboratorium keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta. Berdasarkan laporan kegiatan tiap semester Tahun Akademik (TA) 2009/2010 dan 2010/2011 pada Unit Laboratorium Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta didapatkan data tentang belum digunakannya laboratorium sebagai sarana pembelajaran praktik pada sesi mandiri oleh mahasiswa prodi S-1 keperawatan. Hasil wawancara pada tanggal 8 November 2011 terhadap 12 orang mahasiswa semester IV mengatakan bahwa mereka belum pernah melakukan praktik mandiri di Unit Laboratorium Keperawatan, 4 mahasiswa mengatakan karena kurangnya informasi mengenai jadwal praktik mandiri. Semua mahasiswa mengatakan bahwa ketersediaan waktu untuk praktik mandiri yang kurang, mereka mengatakan praktik sesi terbimbing saja jadwalnya berdekatan dengan pelaksanaan ujian, sehingga ada 5 mahasiswa pada waktu mengikuti ujian evaluasi keterampilan merasa kurang yakin dengan tindakan yang dilakukan. Mahasiswa juga mengatakan waktu kuliah yang padat dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan sehingga hampir tidak mempunyai waktu luang untuk melakukan praktik mandiri di Unit Laboratorium Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta. Selain itu hasil wawancara pada tanggal 12 November 2011 terhadap 6 dosen pembimbing praktik laboratorium keperawatan mengatakan bahwa tidak semua dosen pernah memberikan informasi kepada mahasiswa tentang praktik mandiri. Dua dosen yang memberikan informasi kepada mahasiswa tentang praktik mandiri adalah dosen yang sudah 3 tahun bekerja menjadi dosen pembimbing praktik. Dosen tersebut menjelaskan mengenai prosedur dan jadwal praktik mandiri serta memotivasi mahasiswa untuk memanfaat kesempatan tersebut. Prosedur pelaksanaan praktik mandiri di Unit Laboratorium Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta adalah sesuai acuan praktik tiap mata kuliah, pengelola unit laboratorium keperawatan menyediakan waktu di antara waktu luang praktik sesi terbimbing dengan memperhitungkan kapasitas ruangan yang dapat digunakan dan mahasiswa dengan inisiatif sendiri menghubungi petugas laboratorium untuk melakukan praktik mandiri secara berkelompok sesuai keterampilan yang diinginkan. Adapun syarat melakukan praktik mandiri adalah mahasiswa sudah mengikuti praktik sesi terbimbing dan mentaati tata tertib 8 laboratorium . Berdasarkan rekapitulasi nilai praktik mahasiswa semester II dari Prodi S-1 Keperawatan TA 2010/2011, hasil pembelajaran praktik sesi evaluasi keterampilan mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II (IDK II) menunjukkan tingkat kelulusan ujian praktik tidak mencapai 100%. Hal ini disebabkan nilai yang dicapai mahasiswa tidak memenuhi kriteria lulus 75%. Berdasarkan uraian peneliti, maka dalam penelitian ini penulis tertarik meneliti faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi minat dan motivasi mahasiswa semester IV Prodi S-1
Keperawatan untuk praktik mandiri di laboratorium keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta Tahun Akademik 2011/2012.
METODE Jenis penelitian kuantitatif non eksperimen dengan metode deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 91 responden yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Variabel dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel bebas adalah faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar dan faktor eksternal motivasi yang mempengaruhi motivasi belajar praktik mandiri di laboratorium dan variabel terikat adalah minat dan motivasi belajar praktik mandiri di laboratorium. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu faktor sekolah yang mempengaruhi minat belajar mahasiswa, kondisi lingkungan yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, upaya dosen membelajarkan mahasiswa, minat belajar praktik mandiri di laboratorium, motivasi belajar praktik mandiri di laboratorium yang sudah di uji kesahihan dan keandalannya. Analisis data menggunakan teknis analisis menggunakan sistem komputer yaitu statistik nonparametris dengan rumus korelasi Spearman Rank.
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Sekolah No 1
2
3
4
5
6
Faktor Sekolah Metode Mengajar Dosen: Tinggi Sedang Rendah Jumlah Kurikulum: Tinggi Sedang Rendah Jumlah Relasi Dosen dengan Mahasiswa: Tinggi Sedang Rendah Jumlah Relasi Mhs dengan Mahasiswa: Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sarana dan Prasarana: Tinggi Sedang Rendah Jumlah Waktu Sekolah: Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Sumber: Data Primer
Frekuensi
Persentase (%)
80 11 0 91
87,9 12,1 0,00 100,0
76 15 0 91
83,5 16,5 0,00 100,0
72 19 0 91
79,1 20,9 0,00 100,0
78 13 0 91
85,7 14,3 0,00 100,0
45 46 0 91
49,5 50,5 0,00 100,0
65 26 0 91
71,4 28,6 0,00 100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor sekolah memiliki kategori paling besar adalah tinggi yaitu metode mengajar dosen yang memiliki kategori tinggi sebanyak 87,9%, kurikulum memiliki kategori tinggi sebanyak 83,5%, relasi dosen dengan mahasiswa memiliki kategori tinggi sebanyak 79,1%, relasi mahasiswa dengan mahasiswa memiliki kategori tinggi sebanyak 85,7%, sarana dan prasarana memiliki kategori tinggi sebanyak 49,5%, waktu sekolah memiliki kategori tinggi sebanyak 71,4%. 1. Kondisi lingkungan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Kondisi Lingkungan No Faktor Sekolah Persentase (%) Frekuensi 1 Tinggi 61,5 56 2 Sedang 35 38,5 3 Rendah 0 0,00 Jumlah 91 100,0 Sumber: Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor kondisi lingkungan memiliki kategori tinggi sebanyak 56 mahasiswa (61,5%) dan kategori sedang 35 mahasiswa (38,5%), sedangkan kategori rendah tidak ada. 2. Upaya dosen membelajarkan mahasiswa Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Upaya Dosen Membelajarkan Mahasiswa No Faktor Sekolah Frekuensi Persentase (%) 1 Tinggi 69 75,8 2 Sedang 22 24,2 3 Rendah 0 0,00 Jumlah 91 100,0 Sumber: Data Primer Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor upaya dosen membelajarkan mahasiswa terbanyak memiliki kategori tinggi yaitu 69 mahasiswa (75,2%) dan tidak ada yang memiliki kategori rendah. 3. Minat mahasiswa
No 1 2 3
Faktor Sekolah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Minat Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Frekuensi Persentase (%) 68 74,7 23 25,3 0 0,00 91 100,0
Tabel 4 menunjukkan bahwa minat mahasiswa belajar praktik mandiri di laboratorium terbanyak memiliki kategori tinggi yaitu 68 mahasiswa (74,7%) dan tidak ada yang memiliki kategori rendah.
4. Motivasi mahasiswa Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium No Faktor Sekolah Frekuensi Persentase (%) 1 Tinggi 86 94,5 2 Sedang 5 5,5 3 Rendah 0 0,00 Jumlah 91 100,0 Sumber: Data Primer Tabel 5 menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa belajar praktik mandiri di laboratorium terbanyak memiliki kategori tinggi yaitu 86 mahasiswa (94,5%),dan tidak ada yang memiliki kategori rendah. 5. Hubungan metode mengajar dosen dengan minat belajar Tabel 6 Hubungan Metode Mengajar Dosen yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKESWiraHusadaYogyakarta Minat Metode Mengajar Sedang Tinggi Total % r Sig No Dosen F % F % 1 Sedang 5 5,5 6 6,6 11 12,1 2 Tinggi 18 19,8 62 68,1 80 87,9 0,411 0,000 Jumlah 23 25,3 68 74,7 91 100,0 Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang menilai metode mengajar dosen dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 68,1% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 19,8%. Pada responden yang menilai metode mengajar dosen dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 6,6% dibandingkan dengan yang memiliki minat sedang yaitu 5,5%. 6. Hubungan kurikulum dengan minat belajar
No 1 2
Tabel 7 Hubungan Kurikulum yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta Minat Kurikulum Sedang Tinggi Total % r Sig F % F % Sedang 10 11,0 5 5,5 15 16,5 Tinggi 13 14,3 63 69,2 76 83,5 0,557 0,000 Jumlah 23 25,3 68 74,7 91 100,0
Tabel 7 menunjukkan responden yang menilai kurikulum dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 69,2% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 14,3%. Pada responden yang menilai kurikulum dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat sedang lebih banyak yaitu 11,0% dibandingkan dengan yang memiliki minat tinggi yaitu 5,5%.
7. Hubungan relasi dosen dan mahasiswa dengan minat belajar Tabel 8 Hubungan Relasi Dosen dengan Mahasiswa yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKESWiraHusadaYogyakarta Minat Relasi Dosen No dengan Sedang Tinggi Total % r Sig Mahasiswa F % F % 1 Sedang 14 15,4 5 5,5 19 20,9 2 Tinggi 9 9,9 63 69,2 72 79,1 0,619 0,000 Jumlah 23 25,3 68 74,7 91 100,0 Tabel 8 menunjukkan responden yang menilai relasi dosen dengan mahasiswa dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 69,2% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 9,9%. Pada responden yang menilai relasi dosen dengan mahasiswa dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat sedang lebih banyak yaitu 15,4% dibandingkan dengan yang memiliki minat tinggi yaitu 5,5%. 8. Hubungan relasi mahasiswa dan mahasiswa dengan minat belajar Tabel 9 Hubungan Relasi Mahasiswa dengan Mahasiswa yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKESWiraHusadaYogyakarta Relasi Minat Sedang Tinggi Mahasiswa Total % r Sig No F % F % dengan Mahasiswa 1 Sedang 7 7,7 6 6,6 13 14,3 2 Tinggi 16 17,6 62 68,1 78 85,7 0,612 0,000 Jumlah 23 25,3 68 74,7 91 100,0 Tabel 9 menunjukkan responden yang menilai relasi mahasiswa dengan mahasiswa dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 68,1% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 17,6%. Pada responden yang menilai relasi mahasiswa dengan mahasiswa dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat sedang lebih banyak yaitu 7,7% dibandingkan dengan yang memiliki minat tinggi yaitu 6,6%. 9. Hubungan sarana dan prasarana dengan minat belajar Tabel 10 Hubungan sarana dan prasarana yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKESWiraHusadaYogyakarta Minat Sarana dan No Sedang Tinggi Total % r Sig Prasarana F % F % 1 Sedang 14 15,4 32 35,2 46 50,5 2 Tinggi 9 9,9 36 39,6 45 49,5 0,188 0,074 Jumlah 23 25,3 68 74,7 91 100,0 Tabel 10 menunjukkan responden yang menilai sarana dan prasarana dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 39,6% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 9,9%. Pada responden yang menilai
sarana dan prasarana dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 35,2% dibandingkan dengan yang memiliki minat sedang yaitu 15,4%. 10. Hubungan waktu sekolah dengan minat belajar Tabel 11 Hubungan W aktu Sekolah yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta Minat Waktu Sedang Tinggi Total % r Sig No Sekolah F % F % 1 Sedang 16 17,6 10 11,0 26 28,6 2 Tinggi 7 7,7 58 63,7 65 71,4 0,686 0,000 Jumlah 23 2,3 68 74,7 91 100,0 Tabel 11 menunjukkan responden yang menilai waktu sekolah dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki minat tinggi lebih banyak yaitu 63,7% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki minat sedang yaitu 7,7%. Pada responden yang menilai waktu sekolah dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki minat sedang lebih banyak yaitu 17,6% dibandingkan dengan yang memiliki minat tinggi yaitu 11,0%. 11. Hubungan kondisi lingkungan dengan motivasi belajar Tabel 12 Hubungan Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta Minat Kondisi Sedang Tinggi Total % r Sig No Lingkungan F % F % 1 Sedang 4 4,4 31 34,1 35 38,5 2 Tinggi 1 1,1 55 60,4 56 61,5 0,363 0,000 Jumlah 5 5,5 86 94,5 91 100,0 Tabel 12 menunjukkan responden yang menilai kondisi lingkungan dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak yaitu 60,4% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki motivasi sedang yaitu 1,1%. Pada responden yang menilai kondisi lingkungan dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak yaitu 34,1%. 12. Hubungan upaya dosen membelajarkan mahasiswa dengan motivasi belajar Tabel 13 Hubungan Upaya Dosen Membelajarkan Mahasiswa yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa Semester IV Prodi S-1 Keperawatan untuk Belajar Praktik Mandiri di Laboratorium Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta Minat Upaya Dosen No Membelajarkan Sedang Tinggi Total % r Sig Mahasiswa F % F % 1 Sedang 3 3,3 19 20,9 22 24,2 2 Tinggi 2 2,2 67 73,6 69 75,8 0,000 0,400 Jumlah 5 5,5 86 94,5 91 100,0
Tabel 13 menunjukkan responden yang menilai upaya dosen membelajarkan mahasiswa dalam kategori tinggi didapatkan bahwa yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak yaitu 73,6% bila dibandingkan dengan responden yang memiliki motivasi sedang yaitu 2,2%. Pada responden yang menilai upaya dosen membelajarkan mahasiswa dalam kategori sedang didapatkan bahwa yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak yaitu 20,9% dibandingkan dengan yang memiliki motivasi sedang yaitu 3,3%.
PEMBAHASAN 1. Hubungan metode mengajar dosen dengan minat belajar Hubungan metode mengajar dosen dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 13 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi sedang dengan nilai koefisiensi korelasi 0,411 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap metode mengajar dosen dalam kategori tinggi sebanyak 80 responden dan kategori sedang 11 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden, sehingga semakin baik metode mengajar dosen maka semakin tinggi minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri. Mahasiswa menilai metode mengajar dosen dalam pembelajaran praktik yang dilakukan di Prodi S-1 Keperawatan STIKES W ira Husada yaitu metode demonstrasi, metode simulasi dan metode role play. Hal ini senada dengan pendapat Thoifuri (2008) mengatakan bahwa metode mengajar merupakan cara yang ditempuh dosen dalam menyampaikan bahan ajar kepada mahasiswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Proses pembelajaran dikatakan sulit mencapai hasil manakala dosen tidak menggunakan metode yang tepat sesuai karakteristik bidang studinya. Dosen hendaknya menguasai, mengetahui dan memahami berbagai metode mengajar baik kelebihan maupun kelemahannya. Dosen yang tidak mengetahui dan memahami berbagai metode mengajar akan menjadikan mahasiswa cepat bosan, mengantuk bahkan tidak memahami materi yang disampaikan. Menurut Darsono (2010) metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh dosen sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang dosen untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh mahasiswa. Penggunaan metode yang bervariasi dilakukan agar tidak terjadi kebosanan namun mahasiswa tetap menaruh perhatian selama kegiatan belajar berlangsung. Penggunaan metode mengajar praktik yang bervariasi, terlebih menonjolkan metode yang banyak memberikan peluang kepada mahasiswa untuk berperan aktif akan menentukan seberapa besar tingkat pemahaman dan menentukan ketertarikan mahasiswa untuk mengikuti praktik serta efektif untuk memelihara minat siswa (Oemar, 2005). Menurut Ahmadi (2004) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam metode mengajar adalah dapat membangkitkan motif dan minat atau gairah belajar mahasiswa, dapat merangsang keinginan mahasiswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi, dapat mendidik mahasiswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. Penerapan metode mengajar praktik yang dilakukan di Prodi S-1 Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta yaitu metode demonstrasi, metode simulasi dan metode role play. Dari hasil penelitian ini diharapkan penggunaan metode demonstrasi tidak hanya sebatas untuk meningkatkan minat belajar tetapi juga mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Kegiatan pembelajaran diharapkan dapat membuat mahasiswa merasa senang dan perhatian menjadi terpusat pada kegiatan pembelajaran, sehingga mahasiswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan mendapatkan gambaran langsung tentang kasus nyata di
lapangan. Karena proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan maka penyampaian materi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Hubungan kurikulum dengan minat belajar Hubungan kurikulum dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 14 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi sedang dengan nilai koefisiensi korelasi 0,557 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap kurikulum dalam kategori tinggi sebanyak 76 responden dan kategori sedang 15 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden, sehingga semakin baik kurikulum maka semakin tinggi minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi (Kepmendiknas 232/U/2000). Slameto (2010) berpendapat bahwa setiap institusi pendidikan dalam menjalankan program pendidikan sesuai dengan kurikulum yang diselenggarakan. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar mahasiswa, yaitu kurikulum yang terlalu padat dan diatas kemampuan mahasiswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian mahasiswa. Pelaksanaan kurikulum pendidikan S-1 Keperawatan di STIKES W ira Husada Yogyakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pasal 38 Ayat 3 yang diterapkan sejak tahun 2003. Tahun 2011 mengalami pergantian kurikulum yang mengacu pada kurikulum nasional tahun 2010 dengan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sehingga pada semester 4 tergambar dalam struktur program yaitu 22 SKS (18 Teori dan 4 Praktik). Menurut pendapat peneliti kurikulum yang dijalankan pada Prodi S-1 keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan kurikulum nasional tahun 2010 dengan sistem KBK, namun dalam pelaksanaannya mahasiswa mengeluh dengan padatnya jadual perkuliahan dan praktik diakhir semester. Penerapan pembelajaran semester IV Prodi S-1 Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta adalah dari 22 SKS terdapat 18 SKS yang mata kuliahnya menitik beratkan pada proses pembelajaran dengan penugasan lebih banyak (25%), sehingga diharapkan mahasiswa lebih aktif dan jadwal perkuliahan dari senin-sabtu yang padat. Hal ini senada dengan hasil wawancara terhadap mahasiswa pada waktu peneliti melakukan studi pendahuluan, mahasiswa mengatakan bahwa ketersediaan waktu untuk praktik mandiri yang kurang dan praktik sesi terbimbing waktunya berdekatan dengan pelaksanaan ujian. Mahasiswa juga mengatakan waktu kuliah yang padat dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan sehingga hampir tidak mempunyai waktu luang untuk melakukan praktik mandiri di laboratorium keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta. 3. Hubungan relasi dosen dan mahasiswa dengan minat belajar Hubungan relasi dosen dengan mahasiswa dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 15 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi kuat dengan nilai koefisiensi korelasi 0,619 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap relasi dosen dan mahasiswa dalam kategori tinggi sebanyak 72 responden dan kategori sedang 19 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden. Sehingga semakin baik relasi dosen dengan mahasiswa maka semakin tinggi minat belajar mahasiswa untuk praktik mandiri.
Menurut Slameto (2010) proses belajar mengajar terjadi antara dosen dengan mahasiswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi atau hubungan yang ada, misalnya di dalam relasi (dosen dengan mahasiswa) yang baik, mahasiswa akan menyukai dosennya, juga akan menyukai mata ajar yang diberikannya sehingga mahasiswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika dosen kurang berinteraksi dengan mahasiswa secara akrab dan mahasiswa membenci dosennya akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang lancar. Mahasiswa segan mempelajari mata ajar yang diberikan dan merasa jauh dari dosennya, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar sehingga pelajaran tidak akan maju. Hubungan yang baik antara dosen dan mahasiswa akan menimbulkan motivasi belajar pada mata pelajaran yang diberikan. Apabila hubungan antara dosen dengan mahasiswa tidak harmonis, dapat menciptakan komunikasi yang tidak baik. Komunikasi turut menentukan untuk membuat manusia menjadi tahu dan mendapatkan pengetahuan sebagai sumber ilmu. Hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa secara individual mempersyaratkan relasi yang interaktif dan suportif guna menumbuhkan iklim pendidikan yang kondusif. Dalam hubungan yang semacam itu dibutuhkan kesamaan harapan, tujuan dan visi agar kedua pihak dapat memberikan sumbangan dalam membangun hubungan belajar yang produktif. 4. Hubungan relasi mahasiswa dan mahasiswa dengan minat belajar Hubungan relasi mahasiswa dengan mahasiswa dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 16 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi kuat dengan nilai koefisiensi korelasi 0,612 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap relasi mahasiswa dan mahasiswa dalam kategori tinggi sebanyak 78 responden dan kategori sedang 13 responden, sedangkan kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden. Sehingga semakin baik relasi mahasiswa dengan mahasiswa maka semakin tinggi minat belajar mahasiswa untuk belajar praktik. Mahasiswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan temannya akan mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok yang mengakibatkan makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya sehingga menjadi malas untuk masuk kuliah. Menciptakan relasi yang baik antar mahasiswa adalah perlu karena dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap 7 belajar mahasiswa . Interaksi yang terjalin antar mahasiswa merupakan peran besar seorang dosen, pada fase awal pembelajaran dosen perlu menarik perhatian mahasiswa. Senada dengan pendapatnya Slameto (2010) menyatakan bahwa kesiapan pada dasarnya adalah kesediaan untuk menerima respon atau bereaksi. Kesiapan perlu diperhatikan oleh dosen dalam proses belajar, karena jika mahasiswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Selain menyiapkan perhatian siswa, dosen juga perlu mengobservasi proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran yaitu apakah mahasiswa akan melakukan diskusi dengan teman-teman jika menemukan kesulitan pada saat praktik di laboratorium keperawatan, apabila ada mahasiswa kelompok dapat melakukan tindakan keperawatan yang disampaikan saat praktik, mahasiswa yang lain termotivasi untuk dapat melakukan lebih baik tindakan tersebut, mahasiswa memberi dorongan pada temannya yang merasa tidak percaya diri saat diberi kesempatan untuk mempraktikkan materi yang sudah diajarkan dan mahasiswa menyadari pentingnya berdiskusi dengan teman kelompok untuk mempelajari materi yang sudah didemontrasikan.
5. Hubungan sarana dan prasarana dengan minat belajar Hubungan sarana dan prasarana dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 17 menunjukkan bahwa tidak ada arah hubungan yang positif maupun negatif dengan nilai koefisiensi korelasi 0,188 (r tabel=0,204) dilihat dari signifikansi 0,074. Sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap sarana dan prasarana kategori sedang lebih banyak yaitu 46 responden dibandingkan dengan kategori tinggi sebanyak 45 responden, sedangkan kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden. Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Sarana yang memadai yaitu peraga pengajaran akan menunjang dan memberi kemudahan mahasiswa dalam belajar, sehingga belajar akan lebih efektif (Slameto, 2010). Sebuah laboratorium yang ideal harus memiliki sarana yang memadai seperti peralatan dan perlengkapan praktik yang sesuai dengan jenis mata ajaran praktik keperawatan serta memiliki sejumlah peralatan yang bisa digunakan untuk belajar mahasiswa secara mandiri atau kelompok dalam waktu yang sama. Selain itu sebuah laboratorium juga harus memiliki prasarana belajar yang menunjang seperti kepemilikan gedung yang baik, jumlah ruangan, kondisi fisik bangunan, letak yang strategis yang bisa 6 dijangkau dengan mudah oleh mahasiswa . Kondisi di Laboratorium Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta saat ini merupakan laboratorium terpadu yang digunakan bersama prodi D-3 keperawatan dan prodi S1 keperawatan, terdiri dari dua ruang kelas, ruang lantai satu yaitu gabungan laboratorium Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Keperawatan Medikal Bedah (KMB) dan Keperawatan Gawat Darurat (Gadar) yang memiliki 6 kapasitas tempat tidur. Sedangkan ruang lantai 2 gabungan laboratorium Mata Ajar Keperawatan Anak memiliki 3 tempat tidur, Keperawatan Maternitas memiliki 3 tempat tidur, dan Anatomi Fisiologi dengan 1 ruangan. Keadaan fasilitas peralatan yang terdapat di Laboratorium Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta sudah mencukupi untuk kebutuhan setiap mata ajar meskipun jumlahnya belum sesuai dengan jumlah mahasiswa, terutama phantom. Alat-alat steril sudah dipisahkan antara mata ajar yang satu dengan mata ajar yang lain dan jumlahnya sudah mencukupi minimal untuk 5 jenis keterampilan. Kondisi ruang laboratorium semua sudah berpendingin (AC) sehingga ruang tidak lagi panas. Meskipun keberadaan sarana dan prasarana sudah ditingkatkan namun dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan minat mahasiswa untuk belajar mandiri dengan nilai koefisien korelasi 0,188 (sangat rendah), sehingga untuk meningkatkan minat belajar mahasiswa perlu membangkitkan adanya suatu kebutuhan dalam diri mahasiswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maradjabessi (2010) diperoleh hasil bahwa tingkat kepuasan mahasiswa tentang fasilitas laboratorium keterampilan yang terdapat di STIKES Wira Husada Yogyakarta masih kurang. Ketidakpuasan dikuatkan dengan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan yaitu fasilitas masih digabung antara mata ajar yang satu dengan mata kuliah yang lain. 6. Hubungan waktu kuliah dengan minat belajar Hubungan waktu kuliah dengan minat mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 18 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi kuat dengan nilai koefisiensi korelasi 0,686 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap waktu kuliah dalam kategori tinggi sebanyak 65 responden dan kategori sedang 26 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data minat diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 68 dan kategori sedang 23 responden. Sehingga semakin baik waktu kuliah maka semakin tinggi minat belajar mahasiswa untuk belajar praktik.
Waktu kuliah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar dikampus, bisa pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu kuliah akan mempengaruhi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang masuk kuliah pada sore atau malam hari sebenarnya kurang dapat di pertanggungjawabkan karena seharusnya mahasiswa beristirahat tetapi harus kuliah sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk karena kelelahan. Sebaliknya jika mahasiswa belajar dipagi hari pikirannya masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika mahasiswa dalam kondisi yang sudah lemah (misalnya pada siang hari) akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan ini disebabkan karena mahasiswa sukar berkonsentrasi dan berfikir dalam kondisi badan yang lemah, maka memilih waktu belajar yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar (Slameto, 2010). Proses pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang ditetapkan institusi pendidikan. Kurikulum prodi S-1 keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta pada semester 4 tergambar dalam struktur program yaitu 22 SKS (18 Teori dan 4 Praktik). Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara bersamaan antara teori dan praktik. Seperti sudah dijelaskan pada pembahasan tentang hubungan kurikulum dengan minat belajar mahasiswa, faktor waktu kuliah juga sering dikeluhkan oleh mahasiswa. Mahasiswa mengatakan bahwa ketersediaan waktu untuk praktik mandiri yang kurang, mereka mengatakan bahwa jadwal praktik sesi terbimbing saja waktunya berdekatan dengan pelaksanaan ujian, sehingga mahasiswa tidak mempunyai kesempatan untuk mencoba belajar praktik mandiri sebelum ujian praktik dilaksanakan. Pada waktu mengikuti ujian evaluasi keterampilan mahasiswa merasa kurang yakin dengan tindakan yang dilakukan. 7. Hubungan kondisi lingkungan dengan motivasi belajar Hubungan kondisi lingkungan dengan motivasi mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 19 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi rendah dengan nilai koefisiensi korelasi 0,363 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap kondisi lingkungan dalam kategori tinggi sebanyak 56 responden dan kategori sedang 35 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data motivasi diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 86 dan kategori sedang 5 responden. Sehingga semakin baik kondisi lingkungan semakin tinggi motivasi mahasiswa untuk belajar praktik. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan kuliah dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Lingkungan kuliah menjadi wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung, menanamkan nilai-nilai kehidupan, menumbuhkan dan mengembangkan sikap, perilaku, dan prestasi seorang mahasiswa. Lingkungan tempat tinggal mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKES W ira Husada Yogyakarta sangat bervariasi, begitu pula dengan lingkungan sosialnya. Sebagian dari mahasiswa ada yang tinggal di rumah sendiri, dan ada pula yang tinggal di kosan. Lingkungan sosial tempat tinggal mahasiswa, entah itu di rumah maupun di kosan merupakan lingkungan tempat terjadinya hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain. Lingkungan sosial dapat mempengaruhi individu. Akan tetapi dapat pula terjadi lingkungan sosial tersebut dipengaruhi oleh individu yang kemudian terjadi perubahan pada lingkungan sosialnya. Ini berarti, bahwa tidak semua stimulus yang datang dari lingkungan sosial akan diterima atau menimbulkan respon pada individu. Hal tersebut dapat ditentukan oleh peranan dari lingkungan dan juga peranan dari individu dalam menerima stimulus yang datang dari lingkungan sosial. Disadari atau tidak, lingkungan mayarakat dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Jika di lingkungan mahasiswa tersebut banyak orang yang terpelajar, maka baik langsung maupun tidak langsung pengaruhnya dapat dirasakan oleh 7 mahasiswa yang bersangkutan .
Lingkungan kampus juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, baik lingkungan di dalam kelas laboratorium maupun lingkungan penunjang belajar yaitu perpustakaan. Hal ini sesuai dengan penilaian dari kuesioner bahwa mahasiswa kadang merasa terganggu oleh perilaku teman-teman yang suka bicara dan berbuat berisik saat praktik sedang berlangsung. 8. Hubungan upaya dosen membelajarkan mahasiswa dengan motivasi belajar Hubungan upaya dosen membelajarkan mahasiswa dengan motivasi mahasiswa untuk belajar praktik mandiri pada Tabel 20 menunjukkan bahwa didapatkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi sedang dengan nilai koefisiensi korelasi 0,400 (r tabel=0,204) dan dilihat dari signifikansi 0,000. Hal itu terjadi karena penilaian responden terhadap upaya dosen membelajarkan mahasiswa dalam kategori tinggi sebanyak 69 responden dan kategori sedang 22 responden, sedang kategori rendah tidak ada. Data motivasi diperoleh hasil kategori tinggi sebanyak 86 dan kategori sedang 5 responden, sehingga semakin baik upaya dosen membelajarkan mahasiswa semakin tinggi motivasi mahasiswa untuk belajar praktik. Hubungan dosen dengan mahasiswa didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga mahasiswa ingin belajar dan dosen nyaman dalam mengajar. Maka dosen perlu mempersiapkan diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan mahasiswa dan diharapkan dapat 7 meningkatkan motivasi belajar . Tugas dosen dalam rangka pembelajaran praktik laboratorium adalah mendesain dan mengelola sebuah kegiatan praktikum agar tujuan instruksionalnya jelas, isi dan urutan kegiatan terarah dengan baik, relevan dengan tuntutan tugas profesi lulusannya dan dirancang sedemikian rupa sehingga merupakan pengalaman belajar yang menarik serta menyenangkan bagi mahasiswa serta merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu praktikum. Ciri dosen yang paling efektif dalam pelaksanaan praktikum jika ingin tercapai tujuan pembelajaran yang efektif adalah: 1. Dosen yang telah berusaha untuk membangkitkan partisipasi aktif mahasiswa dan menghindarkan atau mencegah mahasiswa sekedar menjadi penonton. 2. Dosen telah menunjukkan sikap positif dalam mengelola praktikum. 3. Dalam mengelola praktikum ada usaha dosen untuk membangkitkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis, memecahkan suatu masalah, mengembangkan keingintahuan dan aktivitas intelektual lain yang dibutuhkan mahasiswa agar mereka berpikir. 4. Dosen telah membangkitkan kemampuan mahasiswa untuk mengintegrasikan materimateri dalam perkuliahan ke dalam tugas atau pekerjaan yang mereka lakukan dalam praktikum. 5. Dosen mengawasi mahasiswa secara intensif sehingga dosen dapat membantu mahasiswa mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka temui dalam memahami konsepkonsep yang mendasari tugas atau pekerjaan mereka dalam praktikum. 6. Dosen telah memberikan kesempatan yang memadai kepada mahasiswa untuk mempraktikkan keterampilannya. 7. Dosen telah menyediakan modul/petunjuk praktikum dan fasilitas yang memadai. 8. Tugas dalam praktikum yang dibuat oleh dosen telah memberikan stimulasi dan tantangan kepada mahasiswa.Dosen telah menunjukkan sikap membantu dan bersahabat dengan mahasiswa. Senada dengan hasil penilaian kuesioner, mahasiswa menilai bahwa dosen memberi kesempatan untuk mendemonstrasikan tindakan keperawatan sesuai SOP, pujian yang diberikan oleh dosen dapat menjadi motivasi yang baik bagi mahasiswa untuk belajar sehingga
bisa memperoleh hasil yang memuaskan, sehingga dapat memberi motivasi mahasiswa untuk belajar praktik lebih giat.
RUJUKAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Ahmadi, H. A. & Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Darsono, M. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP Semarang Pres. Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oemar, H. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran (Ed.1.Cet 5). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sholikah, S.N. (2008). Hubungan antara Minat dengan Motivasi Belajar Mahasiswa dalam Mengikuti Pembelajaran Praktik di Laboratorium Keterampilan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari http://etd.eprints.ums.ac.id/895/1/J210040020.pdf. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. STIKES W ira Husada. (2012). Panduan Akademik 2011/2012. Thofuri. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail Media G