Jurnal at-Tajdid
PENGEMBANGAN PAUD PRO-LINGKUNGAN HIDUP MELALUI SCALLING DALAM PROGRAM INTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT (ICD) PT TIV. PANDAAN DI KABUPATEN PASURUAN
Fafit Rahmat Aji; Mulyono Wibisono; Rony Rusdiansyah; Yovi Kurniawan Abstract : PT. Tirta Investama-Pandaan Factory (TIVPandaan Factory) is one of the companies engaged in bottled water, developing programs Corporate Social Responsibily (CSR) through the empowerment of the people concentrated in the region of the village of Jatianom Karangjati Pandaan District of Pasuruan. The form of empowerment by using an integrated community development (ICD) approach, between economic empowerment, environment, and education. One form of activities in the field of education is the development of environmentally sound early childhood. The result of this activity is developed through programs of early childhood environmental Pro-scaling (Smart School, Care and cultured environment) is already integrated with the Wanjati garbage bank. In its development, early childhood environmental concept located in the hamlet Jatianom Karangjati Pandaan Pasuruan become a pilot early childhood education in the district of Pasuruan. Keywords: TIV-Pandaan Factory, early childhood education (PAUD), environmental knowledge, scalling, integrated community development.
Manager SR-CSR PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan SR/CSR spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan
[email protected] CorCom Manager PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan
Email:
129
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan
PENDAHULUAN Dalam kajian Maghfur Ahmad, “Pendidikan Lingkungan Hidup dan Masa Depan Ekologi Manusia”, salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam pemahaman wawasan lingkungan bagi masyarakat, sehingga mereka memiliki keyakinan dan pemahaman tentang ekologi seseorang. Pendidikan juga dapat menggerakkan perilaku dan gaya hidup seseorang yang ramah lingkungan.1 Hal ini juga disadari oleh para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Bahwa pendidikan tentang lingkungan juga menjadi bagian penting agar bangsa Indonesia memiliki wawasan ramah lingkungan. Hal ini bisa kita temukan berbagai kebijakan tentang tata kelola lingkungan2 maupun tema-tema lingkungan yang diintegrasikan dalam mata pelajaran di sekolah formal. Namun demikian, persoalan lingkungan di Indonesia seakan tidak pernah kunjung habis. Hal yang paling sederhana yang terjadi di sekitar kita adalah sampah, khususnya sampah rumah tangga. Persoalan ini masih banyak dijumpai di berbagai daerah. Pada umumnya, persoalan yang terjadi adalah dalam tata pengelolaan sampah di masyarakat yang belum dikelola dengan baik. Mereka menumpuk pada tempat-tempat pembuangan sampah, tanpa memikirkan bagaimana pengelolaannya, sehingga sampah menjadi semakin menumpuk dan tidak tertangani. Kondisi ini tentu akan mengganggu kesehatan masyarakat dan keindahan lingkungan. Sampai saat ini, masyarakat masih belum terbiasa dengan memilah sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Mereka cenderung mengumpulkan sampah menjadi satu, membakar sampah-sampah atau membuangnya pada tempat sampah di sudut desa. Banyak kajian yang sudah menandaskan bahwa pengelolaan sampah yang dimulai dengan pemilahan sampah organik maupun anorganik, akan mampu mendapatkan nilai lebih. Namun sampai saat ini, gerakan untuk pengolahan dan pemilahan sampah masih belum banyak dilakukan pada tiap daerah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paulus Hariyono dan kawan-kawan yang mengkaji tentang kesadaran pemilahan sampah, 130
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
menghasilkan kesimpulan bahwa responden sebenarnya sudah memiliki pengetahuan tentang pemilahan sampah yang tinggi, namun mereka masih memiliki kemauan dan tindakan yang rendah. Hal ini menunjukkan terjadi tidak konsistensi antara pengetahuan, kemauan dan tindakan. Beberapa sebab yang mendasari peristiwa ini adalah: 1) motivasi responden dalam melakukan realisasi pengetahuan yang dimiliki; 2) keterampilan yang kurang dalam pemilahan sampah maupun dalam mendayagunakan sampah menjadi sesuatu yang memberikan nilai tambah; 3) sampah masih dipandang sebagai sesuatu yang remeh dan menjijikkan; 4) pemilahan sampah masih dipandang sebagai sesuatu yang merepotkan.3 Lebih jauh apabila dikaji dalam perspektif gender, laki-laki lebih rendah kesadaran dalam memilahkan sampah daripada wanita, karena wanita bergelut langsung dengan sampah. Selain itu, pada umumnya mereka masih belum memiliki ketrampilan yang cukup tentang tata cara pengelolaan sampah.4 Untuk dapat menggerakkan masyarakat, hasil kajian Riswan dkk menunjukkan pola pemberdayaan yang dilakukan dengan bottom-up intervention, yaitu pemberdayaan yang dimulai dengan menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.5 Senada dengan Riswan, Sri Subekti juga sangat merekomendasikan adanya pengelolaan sampah terpadu yang berbasis pada masyarakat, yaitu dengan melakukan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat itu sendiri.6 Persoalan terkait dengan lingkungan ini juga terjadi di dusun Jatianom Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan, yaitu masih lemahnya pengelolaan sampah rumah tangga baik organik dan an-organik. Masih ditemukan masyarakat yang belum biasa memilah jenis-jenis sampah yang bernilai dengan membuang secara sembarangan. Akses infrastruktur sampah juga menjadi masalah tersendiri sehingga mereka membuang sampah ada yang di sungai dan tanah-tanah penduduk dan kalau sudah sampah menggunung menyebabkan bau tak sedap dan banyak lalat. Selain
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
131
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan itu juga mengganggu keindahan lingkungan yang bersih dan sehat. Masalah sampah rumah tangga ini sudah mulai di atasi dengan pengolahan sampah organik dan an-organik dengan system Takakura dan Komposter maupun bank sampah. Upaya yang harus terus diperkuat dan dikembangkan oleh ICD adalah sadar dan berpilaku ramah lingkungan menjadi budaya kolektif masyarakat dusun Jatianom Desa Karangjati. Untuk mewujudkan budaya kolektif yang ramah lingkungan tersebut, maka tata kelola sampah di atas sangat penting dilakukan tidak hanya pada lingkup masyarakat dan orang dewasa saja, namun pendidikan sejak usia dini tentang bagaimana pengelolaan sampah yang baik juga menjadi kebutuhan agar problem sampah dapat dieliminir sejak dini. Untuk itu, maka PT. TIV melalui program integrated community development mengembangkan pendidikan PAUD Pro-Lingkungan melalui Scalling (Sekolah Cerdas, Peduli Dan Berbudaya Lingkungan) di Dusun Jatianom Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Konsep model pendampingan pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan melalui tiga pilar yaitu bidang ekonomi, lingkungan dan pendidikan. Karangka berfikirnya bahwa pengembangan masyarakat akan dapat dilakukan dengan baik jika pendekatan starategisnya mengintegrasikan berdasarkan masalah, potensi, kajian dan analisa, kebutuhan dan problem solving oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi, transparansi, akuntabilitas, pengutamaan masyarakat sebagai pelaku utama, berbasis pada potensi dan kemandirian menjadi hal prinsip yang menjadi nilai bersama untuk melaksanakan program integrated community develpment (ICD). Tanpa itu semua nilai ICD hanya berjalan normatif tanpa subtantif. Dalam melaksanakan program, Pendamping melibatkan para stakeholder atau multi pihak seperti pemerintah, masyarakat dan perusahaan untuk saling mengisi dan bersinergi bukan untuk menggantikan peran dan tugas pemerintah. Strategi kolaborasi multipihak sangat membantu tercapainya sistem informasi, koordinasi dan tujuan antar pihak sehingga tercipta tata kelola hubungan multi pihak yang menguntungkan, egaliter, produktif dan saling percaya menuju Kabupaten Pasuruan Maslahat.7 132
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan investasi penyiapan SDM unggul di masa mendatang. banyak kajian ilmiah serta pengalaman empirik membuktikan bahwa PAUD merupakan bentuk pendidikan yang sangat penting dalam menyiapkan generasi yang berkualitas. Pada usia anak dari 0 sampai 6 tahun, disebut sebagai masa tumbuh kembang fisik dan psikis. Pada usia ini seringkali disebut sebagai golden age.8 Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang amat mendasar, karena pada masa usia dini merupakan masa emas (golden age) dan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.9 Pendidikan PAUD juga salah satu tahapan pendidikan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar). Dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam pasal 1 ayat 14 mendefinisikan pendidikan anak usia dini sebagai berikut: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.10 Dalam undang-undang ini juga menjelaskan lebih detil dalam bab pendidikan usia dini. Dalam pasal 28 ayat 1-6 dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, baik melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat), nonformal (Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau informal, yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.11 Dari kebijakan di atas, maka sudah disadari bahwa lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak pada usia dini. Dengan begitu, maka tanggung jawab pendidikan pada masa ini tidak bisa dibebankan kepada orang tua anak yang bersangkutan, namun semua pihak baik juga harus terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendidik anak usia sesuai fase tumbuh kembang anak usia tersebut.12
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
133
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini, ada beberapa prinsip belajar yang bisa dikembangkan, diantaranya adalah: a. Anak sebagai Pembelajar Aktif. Proses pendidikan ini bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau biasa dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA= Student Active Learning). b. Anak
Belajar
Melalui
Sensori
dan
Panca
Indera.
Pada
pembelajaran ini hendaknya mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya untuk belajar, baik belajar melalui apapun yang ditangkap oleh matanya, anak mendengarkan bunyi melalui telinganya, merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, dan dapat membedakan bau melalui hidung serta anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. c. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri, karena anak sejak lahir sudah diberi kemampuan untuk belajar melalui pengalamanpengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup. d. Anak Berpikir Melalui Benda Konkret. Dalam konsep ini anak dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan
benda
nyata
sebagai
contoh
materi-materi
pelajaran. e. Anak Belajar Dari Lingkungan. Dalam hal ini anak diarahkan agar mampu beradaptasi dan belajar dengan lingkungan disekitarnya dengan baik.13 PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP Terkait dengan pendidikan lingkungan, Maghfur Ahmad berpendapat bahwa pendidikan tersebut harus dilaksanakan secara sistematik dan berkesinambungan, serta perlu menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Pada ranah kognitif peserta didik belajar secara demokratis dan partisipatis untuk membangun kapasitas pemahaman, melalui diskusi, kajian, dan dialog interaktif tentang isu dan problem 134
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
lingkungan. Aspek psikomotorik difokuskan pada pembentukan sikap dan perilaku peserta didik untuk menyelesaikan problem ekologis. Sedang sisi afektifnya, menyentuh pada sisi keyakinan, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun berkelanjutan (sustainable) alam.14 Dalam agama Islam sendiri, pendidikan lingkungan juga secara tersurat maupun tersirat sudah termaktub dalam al-Qur’an. Menurut Abdillah, dalam Al-Qur'an ada beberapa ayat yang mengkaji tentang lingkungan hidup, dan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: pertama, ayat tentang proses terjadinya lingkungan, kedua, ayat tentang pengelolaan lingkungan, dan ketiga, ayat tentang pelestarian dan perusakan lingkungan.15 Adapun lingkungan
Ali hidup
Yafie
mengungkapkan
dalam
Islam
bahwa
memiliki
pemeliharaan
beberapa
prinsip,
diantaranya (1) perlindungan jiwa raga; (2) hidup dalam dunia ini bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai sarana menuju kehidupan yang lebih abadi, yakni kehidupan akhiart nanti; (3) pola produksi dan konsumsi manusia harus disesuaikan dengan standar kebutuhan hidup layak manusia. Tidak diperkenankan melampaui batas standar kebutuhan, atau bahkan mengeksploitasi secara berlebihan; (4) keselarasan dan keseimbangan alam merupakan keniscayaan. dan jangan sampai merusak dan menganggu ekosistem yang ada karena hal tersebut akan menghancurkan;16 (5) semua makhluk adalah mulia dalam tata sistem kehidupan dunia; (6) manusia adalah subyek yang memiliki tugas untuk pengelola alam demi kelangsungan hidup manusia.17 PERAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN LINGKUNGAN Masyarakat, juga menjadi bagian penting dalam pengembangan pendidikan bagi anak usia dini. Dalam proses pembelajaran pendidikan lingkungan, masyarakat juga menjadi bagian integral dalam proses pendidikan. Anak didik diberikan ruang yang cukup untuk dapat terlibat langsung pada kegiatan sosial dan ekonomi di
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
135
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan masyarakat di bawah kerjasama antara guru dengan masyarakat secara berkesinambungan.18 Oleh karena itu, maka masyarakat juga perlu membangun kesadaran bersama dalam pengembangan pendidikan lingkungan ini, salah satunya melalui program pemberdayaan masyarakat tentang lingkungan. Dalam sebagaimana
proses
pemberdayaan,
dikutip
oleh
Oyi
Suzanne
Olim
19
Kindervatter
mengajukan
delapan
karakteristik dari empowering process, sebagai berikut: 1. Small group structur, yang lebih menekankan aktivitas dan otonomi kelompok kecil. Batasan kelompok ini disebarkan oleh kesamaan minat dan lain-lain. 2. Transfer of responsibility. Selama pelaksanaan pembelajaran, partisipan mungkin enggan atau ragu dilibatkan tetapi lama kelamaan setelah berpengalaman hal ini dapat di atasi. 3. Participant Leadership. Partisipan diberikan kesempatan melakukan latihan mengambil keputusan pada seluruh aspek aktivitas organisasi. Pimpinan hanya bersiap-siap membantu kalau mereka menemui kesulitan. 4. Agen as fasilitator. Diluar tugas agent juga sebagai pelayan didalam menagarahkan proses, sebagai sumber person, mengajukan masalah dan lain-lain. Seorang fasilitator sepakat terhadap sasaran pemberdayaan dan memperlihatkan pendukungnya di dalam melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. 5. Democratis and non-hierarchical realtionship and process. Semua pendapat sama dan keputusan diambil berdasarkan konsensus suara terbanyak. Peran dan tanggung jawab didistribusikan secara merata. Di dalam beberapa hal, partisipan mungkin tidak memahami
cara kerja sama dan
demokrasi.
Karena itu,
dibutuhkan proses latihan. 6. Integration of reflection. Pengalaman partisipan dan perbaikan masalah dijadikan fokus. Analisa kerjasama untuk meningkatkan 136
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
perubahan yang dapat melibatkan personal, adalah pemecahan masalah, perencanaan, pengembangan keterampilan, dan/atau perselisihan. 7. Method wich encourage self-reliace. Teknik yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan aktif warga belajar adalah dialog, dan aktivitas kelompok mandiri seperti belajar sesama teman, jaringan kerja, workshop, menyediakan alat yang dapat digunakan oleh partisipan scara mandiri, latihan mengekspresikan diri sendiri dan permainan. 8. Improvement of social, economic, and/or political standing. Sebagai hasil empowering process, partisipan dapat meningkatkan kemampuan di bidang khusus di dalam masyarakat. Lebih
lanjut,
Oyi
Olim
juga
memberikan
karakteristik
pendekatan partisipatoris agar masyarakat dapat memiliki kesadaran bersama, termasuk didalamnya tentang pendidikan lingkungan, adalah sebagai berikut: 1.
memberi kepercayaan bukan hanya kepada advisor tetapi kepada warga belajar sebagai pengambil keputusan pada semua aspek mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi;
2.
mengikutsertakan
sejumlah
orang seperti
para
pimpinan
informal atau mereka yang mewakilinya, para fropesional, dan/atau anggota yang aktif di dalam kelompok, 3.
mendasarkan kepada minat dan kebutuhan warga belajar;
4.
permasalahan dan pemecahannya berasal dari dan ditentukan oleh partisipasi melalui diskusi dan lain-lain;
5.
menggunakan metode yang dapat mengembangkan ekspresi diri dan dialog;
6.
keuntungan dirasakan secara langsung oleh partisipan;
7.
memperlakukan agen perubahan sebagai fasilisator, memasukan petunjuk, sumber materi ajar, dan mengakitkannya dengan sumber luar;
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
137
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan 8.
mengakui pentingnya latihan bagi agen perubahan guna menyamakan
pengertian
tentang
penggunaan
prinsip
partisipatoris; 9.
melaksanankan kegiatan berdasarkan struktur yang ditentukan bersama;
10. mengoprasikan kegiatan berdasarkan prinsip yang ditentukan.20 Dengan demikian, maka tentu kegiatan pendidikan anak usia dini diharapkan dapat bersinergi dengan baik, antara peserta didik, keluarga peserta didik, lembaga pendidikan PAUD,
masyarakat
serta berbagai stakeholders terkait untuk mewujudkan pendidikan lingkungan yang integratif. LATAR BELAKANG PENDIRIAN PAUD PRO-LINGKUNGAN PT. Tirta Investama-Pabrik Pandaan (TIV-Pabrik Pandaan) merupakan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang didirikan pada tahun 1983 dan memulai produksi pertamanya pada 28 April 1984. Pada awal berdirinya tahun 1983, bernama PT. Tirta Jaya Utama. Kemudian berganti nama menjadi PT. Tirta Jayamas Unggul di tahun 1985 dan pada tahun 2000 berganti nama menjadi TIV - Pabrik Pandaan setelah merger dengan Danone Prancis.21 Perusahaan ini berlokasi di Jalan Raya Surabaya – Malang Km. 48,5 Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Perusahaan ini memiliki luas lahan : 7,8, Ha. Adapun berbagai produk air minum yang dihasilkan adalah: 1500 ml, 600 ml, 240 ml dan 5 Gallon serta beverage Mizone 500 ml. Dengan kapasitas produksi : 904.519.982 liter/tahun yang dikelola dengan 1.163 orang karyawan.22 Selain bergerak di bidang industri, PT. TIV-Pabrik Pandaan juga memiliki program Corporate Socail Responsibily (CSR) melalui pemberdayaan masyarakat yang dikonsentrasikan di wilayah Dusun Jatianom Desa Karangjati Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan dengan menyusun kebijakan sebagai berikut: 1. Pembangunan kemitraan yang harmonis dengan masyarakat pemangku kebijakan.
138
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
2. Melibatkan pemangku kepentingan dalam menyusun dan merealisasikan program pemberdayaan masyarakat. 3. Mendorong pembangunan kelembagaan masyarakat agar tumbuh dan berkembang secara mandiri serta berkelanjutan. 4. Berpartisipasi aktif dalam membantu program-program pemberdayaan ekonomi, kesehatan lingkungan dan pendidikan di masyarakat.23 Untuk mengetahui permasalahan dan potensi yang ada di masyarakat, TIV–Pabrik Pandaan pada tahun 2011, bekerjasama dengan Yayasan Social Investment Indonesia (YSII) untuk melakukan pemetaan sosial (social mapping) di sekitar lingkungan pabrik. Kegiatan ini mencakup Dusun Jatianom dan Dusun Sukorejo, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.24 Adapun secara ringkas hasil social mapping tersebut diketahui bahwa Desa Karangjati memiliki kerentanan sosial yang perlu diantisipasi sekaligus potensi yang bisa dikembangkan. Dari segi pendidikan, pada umumnya masyarakat Jatianom telah taman Sekolah Menengah Umum (SMU). Dari segi sosial, mereka memiliki mata pencaharian petani atau wiraswasta. Adapun potensi yang dimiliki di desa tersebut adalah keberadaan Pembinaan Keejahteraan Keluarga (PKK) yang memiliki kegiatan bulanan secara rutin, namun kegiatan mereka tersebut masih belum memiliki nilai tambah dalalam ekonomi keluarga.25 Persoalan lingkungan, khususnya tentang pengelolaan sampah rumah tangga di Desa ini juga masih belum tertata dengan rapi. Mereka belum memilah dengan baik sampah-sampah antara organik dan non-organik. Di bidang pendidikan ditemukan problem tentang pendidikan anak usia dini di dusun Jatianom Desa Karangjati. Masyarakat harus menyekolahkan anak-anak mereka keluar dusun dengan jarak 2-3 Km.26 Dari hasil pemetaan di atas, maka dirumuskan program pemberdayaan masyarakat secara terpadu yaitu Integrated Community Development (ICD). Program ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat melalui bidang ekonomi, lingkungan dan pendidikan secara terintegrasi untuk meningkatkan kesejahtaraan dan kualitas pendidikan serta tertatanya pengelolaan linkungan hidup di wilayah program secara berkelanjutan dan lestari.27 Konsep integrasi diterjemahkan bahwa “seluruh kegiatan bidang ekonomi, lingkungan, dan pendidikan akan diarahkan untuk mewujudkan
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
139
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.”28 Namun dalam kajian ini, penulis akan menguraikan pada satu bidang saja, yakni bidang pendidikan. Salah satu pilihan dampingan di bidang pendidikan ini adalah anggota PKK yang ada di dusun Jatianom membentuk kelompok yang dinamakan Wanjati (Wanita Jatianom). Karena di dusun tersebut belum memiliki TK atau kelompok bermain, maka TIVPabrik Pandaan memfasilitasi Wanjati mendirikan “Pos PAUD Wanjati Junior”. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan pribadi salah seorang pengurus Wanjati, berbentuk bangunan panggung terbuat dari bambu yang dibangun secara gotong royong dengan masyarakat dusun tersebut, dan sepakat diberi nama Gerakan Karya dan Suara Perempuan Indonesia (Griya Super).29 Dengan demikian, kemeberadaan Pos PAUD ini sangat membantu bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya yang lebih dekat dengan rumah mereka. PENGEMBANGAN PAUD PRO-LINGKUNGAN MELALUI SCALLING DALAM PROGRAM INTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT (ICD) PT. TIV. PANDAAN PASURUAN Dalam pengembangan PAUD Pro-Lingkungan ini lembaga sekolah di desain dan dirancang agar dapat melaksanakan pendidikan pro-lingkungan dan sekolah hijau di sekolah masingmasing, untuk menjadikan sekolah dan prilaku siswa yang cerdas lingkungan sebagai upaya membangun karakter siswa peduli lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, berbagai upaya dilakukan agar PAUD Pro-Lingkungan Melalui program Scalling (Sekolah Cerdas, Peduli Dan Berbudaya Lingkungan) dapat terwujud. Diantara upaya pengembangan yang sudah dilakukan diantaranya adalah: a) Sarasehan Pegiat Pendidikan Sarasehan adalah tahap awal dari rangkaian kegiatan peningkatan pendidikan pro lingkungan dan sekolah hijau di desa lokasi program ICD bidang pendidikan ini. Pelaksanaan saresehan pendidikan ini merupakan salah satu bagian upaya membangun visi bersama mulai dari PAUD, TK dan SD se Desa Karanjati
140
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
untuk
bersama-sama
melaksanakan
pendidikan
berbudaya
lingkungan. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Juni 2013 bertempat di Warung Nglencer Pandaan ini mendapat respon yang baik dan didukung oleh berbagai pihak, baik dari UPT Diknas Pendidikan Kec. Pandaan, Sekolah, Pemerintah Desa Karanjati, Masyarakat dan Perusahaan.30 Dari kegiatan tersebut, maka agenda untuk mewujudkan sekolah Cerdas, Peduli Dan Berbudaya Lingkungan melalui Pos PAUD ini berpeluang besar untuk diwujudkan. b) Workshop Penyusunan Kurikulum Hasil dari saresehan pendidikan yang diikuti oleh pegiat pendidikan di desa Karangjati salah satu agenda lanjutannya adalah menginisiasi adanya kurikulum pembelajaran berbudaya lingkungan di tingkatan anak usia dini. Hal ini menjadi pintu masuk strategis dalam mengenalkan dan membangun karakter kepada anak didik sejak usia dini. Pengenalan pendidikan berbudaya lingkungan sejak dini merupakan salah satu agenda besar dalam menyiapkan generasi yang peduli terhadap kualitas lingkungan. Pelaksanaan wokrshop dan di dalamnya ada pelatihan kepada guru-guru PAUD dan TK tentang metode merancang kurikulum
berbudaya
lingkungan
dengan
pendekatan
pembangunan berkelanjutan dalam konteks lokal masing-masing. Di kegiatan workshop tersebut para guru diperkenalkan dan didalaminya beberapa metode penyusunan kurikulum terpadu (suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah). Di antaranya adalah pendekatan inquiry, yaitu pembelajaran dengan menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sekitar. Salah satu ciri khas dalam kurikulum ini adalah anak-anak sejak dini sudah mampu mengelola sampah dan memilah sampah, dan
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
141
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan memanfaatkan sampah untuk di tabung di bank sampah yang juga dikelola oleh Wanjati. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Juli 2013 bertempat di TK PKK Dewi Sartika ini melibatkan 20 pegiat pendidikan, meliputi (2 laki laki dan 20 perempuan) dari: (1) PAUD Melati, (2) HIMPAUDI Pandaan, (3) SDN Karangjati 2, (4) PP wanjati Junior, (5) UPT PLS, (6) KB Alfath, (7) KB/TK Ceria, (8) TK Alhidayah, (9) PP Kenanga, (10) PP Teratai, (11) SDN Karangjati 1, (12) PP/TK PKK Karangjati, dan (13) TK ABC. Hasil sesi ini menyepakati untuk pembentukan team penyusun
kurikulum
yang
beranggotakan
seluruh
pegiat
pendidikan; kurikulum untuk PAUD akan di koordinatori oleh ibu Elvy, pengawas PAUD dari UPT Pandaan sedangkan untuk TK dengan koordinator Bapak Pariyanto, pengawas TK dari UPT Kec. Pandaan.31
Gambar 1. Dokumentasi Workshop Kurikulum PAUD Pro-Lingkungan c) Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Pengembangan kapasitas kelembagaan ini dilakukan melalui penataan sistem administrasi sekolah, kurikulum, serta menyusun berbagai kelengkapan kelembagaan agar proses pelaksanaan PAUD Pro-Lingkungan ini dapat berjalan dengan baik. Peran serta dan dukungan masyarakat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan ini juga ditunjukkan dengan bantuan swadaya masyarakat dalam pembelian lahan PAUD dengan ukuran 7x13 meter senilai 50 Jt.
142
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
Selain itu, peningkatan kapasitas di bidang SDM juga dilakukan dengan melaksanakan Studi Banding Guru PAUD Wanjati. Pelaksanaan studi banding ini telah dilakukan pada tangga 24 September 2014 bertempat di PAUD Nurul Huda Jl. Ronngowuni Tumpang. Tujuan dari studi banding ini untuk berbagi pengalaman dengan PAUD yang sudah maju dan berkembang baik dari sisi metode pembelajaran, kurikulum, guru dan nilai-nilai yang di jadikan sebagai dasar pembentukan karakter. Para guru yang ikut dalam studin banding berjumlah 4 orang. Mereka sangat bersemangat menerima penjelasan dari Guru PAUD Nurul Huda yang dulunya mereka bekerja keras dan bersusah payah mendirikan, mengembankan dan mempertahankan sehingga menjadi PAUD yang bisa dikatakan lebih baik dan maju di banding PAUD lainnya. Hasil studi banding telah menjadi motivasi dan pengalaman baru bagaimana sebuah lembaga bisa maju kalau mau semua bekerja keras dan iklash. d) Sampah Shoaqoh: Integrasi Bank Sampah Wanjati dengan Pos PAUD Wanjati Junior Program sampah shodaqoh ini merupakan pengembangan dari program Wanjati yang sebelumnya sudah mendirikan bank sampah. Bank sampah yang mulai didirikan sejak 2012 ini telah memiliki 68 anggota dari 720 warga di tahun 2014, dan berkembang menjadi 94 nasabah di tahun 201532. Diantara nasabah tersebut, sebanyak 24 orang mendaftarkan diri dalam program sampah shodaqoh yang hasilnya digunakan sebagai biaya operasional Pos PAUD Wanjati. Program ini juga terintegrasi dengan pendidikan lingkungan usia dini kepada anak-anak Jatianom. Per Juni 2014, sebanyak 1,7 ton sampah di lingkungan Jatianom telah tereduksi dengan nilai nominal Rp. 2.400.000,-33 dan di tahun 2015 bulan Juli tercatat 1,612 ton sampah yang tereduksi dengan nilai nominal Rp. 5.723.700,-34
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
143
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan Integrasi
ini
juga
dikembangkan dengan membuat titik-titik bank sampah berbasis sekolah. Sampai 2015, sudah ada 13
titik
bank
sampah
yang
terintegrasi antara Bank Sampah Wanjati dengan sekolah di sekitar Kecamatan Pandaan.
Gambar 2. Integrasi Pendidikan Lingkungan PAUD dengan operasional Bank Sampah Wanjati
CAPAIAN PENGEMBANGAN PAUD PRO-LINGKUNGAN MELALUI SCALLING Dari hasil pendampiangan dalam pengembangan PAUD ProLingkungan melalui Scalling ini, ada beberapa capaian yang berhasil dilakukan, kemanfaatan
sehingga di
program
tersebut
masyarakat. Adapun
dapat
dilihat
tingkat
capaian
yang
berhasil
dilakukan adalah sebagai berikut: Orang tua di Desa Karangjati, sudah mulai memberikan kepercayaan lebih kepada Pos PAUD. Wanjati Junior. Hal ini bisa dilihat perkembangan siswa dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Dari 15 siswa pada tahun 2014 meningkat menjadi 25 di tahun 2015. Dan peserta didik sudah tidak hanya berada di dusun Jatianom saja, namun sudah dari berbagai dusun di desa Karangjati Pandaan. Pada tahun 2015, program Pos PAUD Pro Lingkungan melalui program scalling ini telah direplikasi pada 6 sekolah yang lain, yaitu PP.Wanjati Junior, PP.Teratai, PP.Melati, TK. Alhidayah, TK.Kusuma Bangsa, dan juta pada jenjang yang lebih atas, yakni SD sampai dengan SMP. Dengan demikian, maka sekolah-sekolah 144
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
tersebut juga sudah menggunakan kurikulum pembelajaran berbudaya lingkungan. Berbagai indikator ketercapaian program ini juga dapat dilihat dalam berbagai event yang telah dilaksanakan, diantaranya adalah berhasil melaskanakan 15 Wisuda Pro-Lingkungan; 46 wali murid dan murid Peringatan hari lingkungan hidup; Sodaqoh Sampah dan CPTS; Sertifikasi Nasional; 45 peserta Workshop Scalling; 35 peserta Pelatihan penerapan pembelajaran berbudaya lingkungan; 3
bangunan
Media
ajar
dan
infrastruktur
pembelajaran
lingkungan; 70 peserta Penguatan organisasi sekolah meliputi Kepala Sekola, Guru dan Komite; 55 peserta Peringatan Hari Lingkungan Hidup; dan 205 peserta Lounching Program Scalling.35 PAUD Pro Lingkungan di dukung sepenuhnya oleh masyarakat, dan mereka secara gotong royong membeli tanah untuk pengembangan PAUD senilai Rp. 50.000.000,
Program Pos PAUD
Pro-Lingkungan mendapat
ini
juga
apresiasi
dari
Pemerintah Kabupaten
Daerah Pasuruan
dan
menjadi percontohan PAUD Pro-Lingkungan
Se-
Kabupaten Pasuruan.36 Gambar
3.
Penghargaan
Gerakan
PAUD Peduli Lingkungan oleh Dinas Kabupaten Pasuruan PENUTUP Program
Integrated Community Development dalam program
CSR PT. TIV Pandaan Pasuruan berhasil membangun institusi lokal, yaitu Kelompok Wanita Jatianom (Wanjati) untuk menjadi penggerak
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
145
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan yang menjawab permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat desa, yaitu permasalahan ekonomi, pendidikan dan lingkungan. Khusus terkait dengan pendidikan, wanjati mampu mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk memberikan pendidikan kepada usia dini serta mengelola bank sampah untuk mengatasi permasalahan sampah rumah tangga yang juga berdampak pada kebersihan lingkungan desa. PAUD ini menjadi percontohan bagi Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) se Kabupaten Pasuruan. Konsep PAUD ini juga di replikasi menjadi 6 PAUD serta berjenjang hingga SMP di wilayah Kabupaten Pasuruan. DAFTAR PUSTAKA Forum Tarbiyah 8, no. 1, 2010. http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/modeling/article/view/1657 http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROSIDING_S NST_FT/article/download/326/411. http://www.pasuruankab.go.id/pages-4-visi-dan-misi.htm. Jurnal Ilmu Lingkungan 9, no. 1, 2011. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 18, no. 3, 2012. Mahfud, Sahal. “Pesantren Dan Lingkungan Hidup.” In Nuansa Fiqih Sosial, 269. Yogyakarta: LKiS, 2005. Memorandum Bersama Antara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 Dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 Tentang Pembinaan Dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Indonesia, 1996. Nurhayati, Modul Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Bengkulu: Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Provinsi Bengkulu Bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI) Regional I Bandung, 2014. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI, Bandung: UPI & UPSI Bandung, 2010. 146
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
Seri Kajian Ilmiah 15, no. 1, 2013. SK Bersama Antara Menteri Lingkungan Hidup Dan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 Untuk Pembinaan Dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Indonesia, 2005. Tim ICD Pandaan. Laporan Akhir Integrated Community Development Program (ICD) 2013 Corporate Social Responsibility (CSR) PT.TIV Plant Pandaan: Dusun Jatianom Dan Sukorejo, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Pasuruan, 2013. ________, Laporan Akhir Program Integrated Community Development ( ICD ) PT . Tirta Investama - Plant Pandaan. Pasuruan, 2014. Tim Penyusun. CSR Terkini: TIV Pabrik Pandaan Tahun 2015. Pasuruan, 2015. ________, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL) Proper Hijau/Emas 2014. Pasuruan: PT. Tirta Investama-Pabrik Pandaan, 2014. ________, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPLPROPER) 2015. Pasuruan, 2015. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003. Accessed December 13, 2015. http://eprints.dinus.ac.id/14666/1/uu_20-2003_sisdiknas.pdf. Yafie, Ali, Merintis Fiqih Lingkungan Hidup, Jakarta: Ufuk Pres, 2006.
ENDNOTE 1
Maghfur Ahmad, “Pendidikan Lingkungan Hidup dan Masa Depan Ekologi Manusia,” Forum Tarbiyah 8, no. 1 (2010), hlm. 57–71.
2
Lihat Memorandum Bersama Antara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 Dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 Tentang Pembinaan Dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup (Indonesia, 1996).
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
147
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan
Paulus Hariyono et al., “Kesadaran Pemilahan Sampah Rumah Tangga
3
Pada Masyarakat Kota Semarang Dan Yogyakarta,” Seri Kajian Ilmiah 15, no. 1 (2013), hlm. 16–27. Ibid.
4
Riswan, Henna Rya Sunoko, and Agus Hadiyarto, “Pengelolaan Sampah
5
Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan,” Jurnal Ilmu Lingkungan 9, no. 1 (2011), hlm. 31–39. Sri
6
Subekti,
“Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
3R
Berbasis
Masyarakat,” in Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik
(Semarang
:
Unwahas,
2010),
hlm.
24–30,
http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php/PROSIDING_SNS T_FT/article/download/326/411. 7
Tim ICD Pandaan, Laporan Akhir Program Integrated Community Development (ICD) PT . Tirta Investama - Plant Pandaan (Pasuruan, 2014)., hlm. 7. Pasuruan Maslahat adalah salah satu visi Pemerintahan Kabupaten Pasuruan “Menuju Kabupaten Pasuruan yang Sejahtera dan Maslahat”. Lihat “Visi Dan Misi Pemerintah Kabupaten Pasuruan,” last modified 2015, http://www.pasuruankab.go.id/pages-4-visi-dan-misi.htm.
8
Oos M Anwas, “Posdaya Model As An Alternatif Operational For Early Childhood Education Society Based,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 18, no. 3 (2012), hlm. 319–327.
9
Muhsinin, “Pengaruh Pendidikan Keagamaan Orang Tua Terhadap Perkembangan Nilai Agama Dan Moral Anak,” Modeling:Jurnal Prodi PGMI
III,
no.
1
(2015),
hlm.86–
105,http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/modeling/article/view/165. 10
Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, accessed December 13, 2015, http://eprints.dinus.ac.id/14666/1/uu_20-2003_sisdiknas.pdf.
11 12
Ibid. Anwas, “Posdaya Model As An Alternatif Operational For Early Childhood Education Society Based.”
13
Nurhayati, Modul Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Bengkulu: Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BP-PNFI) Provinsi
148
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
Fafit Rahmat Aji dkk
Bengkulu Bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI) Regional I Bandung, 2014). 14
Ahmad, “Pendidikan Lingkungan Hidup dan Masa Depan Ekologi Manusia.”
15 16
Abdillah dalam Ibid. Terkait dengan prinsip keseimbangan dalam lingkungan, lihat juga Sahal Mahfud, “Pesantren Dan Lingkungan Hidup,” in Nuansa Fiqih Sosial (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 269.
17
Ali Yafie, Merintis Fiqih Lingkungan Hidup (Jakarta: Ufuk Pres, 2006).
18
Ayi Olim, “Mencari Metode Pendidikan Karakter Untuk Paud : Belajar Berbasis Layanan ( Service Learning ),” in Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI (Bandung: UPI & UPSI Bandung, 2010), hlm. 146–161.
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL-PROPER) 2015 (Pasuruan, 2015)., hlm. 2.
22
Tim Penyusun, CSR Terkini: TIV Pabrik Pandaan Tahun 2015 (Pasuruan, 2015)., hlm. 1
23
Ibid., hlm. 2
24
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL) Proper Hijau/Emas 2014 (Pasuruan: PT. Tirta Investama-Pabrik Pandaan, 2014).
25
Ibid.
26
Tim ICD Pandaan, Laporan Akhir Program Integrated Community Development ( ICD ) PT . Tirta Investama - Plant Pandaan.
27
Tim Penyusun, CSR Terkini: TIV Pabrik Pandaan Tahun 2015., hlm. 10
28
Tim ICD Pandaan, Laporan Akhir Integrated Community Development Program (ICD) 2013 Corporate Social Responsibility (CSR) PT.TIV Plant Pandaan: Dusun Jatianom Dan Sukorejo, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan (Pasuruan, 2013).
29
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL) Proper Hijau/Emas 2014.
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016
149
Pengembangan PAUD Pro Lingkungan
30
Tim ICD Pandaan, Laporan Akhir Integrated Community Development Program (ICD) 2013 Corporate Social Responsibility (CSR) PT.TIV Plant Pandaan: Dusun Jatianom Dan Sukorejo, Desa Karangjati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
31
Ibid.
32
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL-PROPER) 2015.
33
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL) Proper Hijau/Emas 2014.
34
Tim Penyusun, Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan (DRKPL-PROPER) 2015.
35
Tim Penyusun, CSR Terkini: TIV Pabrik Pandaan Tahun 2015., 10
36
Tim ICD Pandaan, Laporan Akhir Program Integrated Community Development (ICD ) PT . Tirta Investama - Plant Pandaan.
150
Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 5 No. 1, Januari 2016