DEPARTMENT OF OBSTET TRICS AND GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE THE UNIV VERSITY OF NORTH SUMATRA
A Klasifikasi A. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu peny. peny gangguan metabolik yang bersifat heterogenus (penyakit tuurunan) yang selalu ditandai dengan adanya d hi hiperglikemi lik i (kadar (k d gluko l kosa darah d h meninggi) i i) sebagai b i akibat kib t kurangnya insulin di dalam tubuh. Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reprodukksi dan 1 – 2 % diantaranya akan menderita diabetes gestasional. Ibu hamil yang menderita DM dapaat dikatagorikan sbb : 1. Penderita Diabetes Gestasionnal : ibu hamil yang baru diketahui menderita diabetes ppada waktuu hamil. 2. Penderita Diabetes Pregestasiional : yaitu ibu hamil yang memang sudah menderita diabetes sebeelum hamil.
90% dari wanita hamil yang mennderita Diabetes termasuk kedalam kategori g Gestasional Diabetes Mellitus ((GDM, tipe p I)) dan DM yyangg tergantung pada insulin (Insulin Depeendent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe II). Pengontrolan kadar glukosa darah secara s ketat pada penderita diabetes sebelum hamil pada awal kehamilann akan sangat mengurangi kelainan kongenital bayi. Menurut klasifikasi diabetes pada keehamilan yang baru menurut ACOG 1994 adalah d l h sbb bb : Kelas K l A1 A2
Onsett O Gestasi Gestasi
KGD Puasa P < 105 mg% < 105 mg%
KGD 2 jam j PP < 120 mg % < 120 mg %
Terapii T Diit Insulin
Kelas
Usia Onset
Lamanya
B C D E
> 20 th 10-19 th >10 th Kapan p saja j
<10 10-19 < 20 berapa p saja ja
F H R E T RT
Kapan saja K Kapan saja j Kapan saja Kapan saja Kapan saja Kapan p saja j
berapa sajaa b berapa saja ja berapa sajaa berapa sajaa berapa sajaa berapa p saja ja
Komplikasi (t h ) (tahun) Retinopati Benigna Angiopati g p terutama Nefropati P Penyakit kit jantung j t Retinopati progresif Agiopati terutama Transplantasi Retinopati p + transplantasi ginjal
Terapi V k l Vaskular Insulin Insulin Insulin Insulin pd arteri ut Insulin I li Insulin Insulin Insulin Insulin Insulin
B. Diabetes Mellitus Gestasional. DM gestasional didefinisikan sebagaai ketidakmampuan badan mengatur penambahan karbohidrat darah yangg disebabkan oleh faktor yang belum diketahui dengan jelas. Menurut hasil Lokakarya Internasionaal ke II tentang DM Gestasional, pada semua ibu hamil sebaiknya dilakukann pemeriksaan intoleransi glukosa, glukosa karena pemeriksaan hanya dilakukaan berdasarkan “risk factor” dianggap tidak adekuat dan tidak efektif. efektif Ibu hamil yang belum diketahui menderita m intoleransi glukosa pada kehamilan muda sebaiknya dilakukan pemeriksaan test tantangan gglukosa u osa pada us usiaa kehamilan e a a 24 – 288 minggu, ggu, dg dgn memberikan e be a 50 ggr glukosa secara oral tanpa memperhhatikan saat makan yang terakir kali. Bila nilai pplasma gglukosa 140 mggg/ml atau lebih ada indikasi untuk pemeriksaan diagnosa OGTT 3 jam dengan d beban 100 gr glukosa.
1. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, diagnoosa DM Gestasional ditegakkan berdasarkan hasil OGTT yang abnorm mal dalam kehamilan. Pada sebagian kasus diagnosa g ditegakkan g berdasarkaan KGD ppuasa dalam kehamilan yyangg meninggi.
Terjadi perubahan KGD secara fisioloogis dalam kehamilan pada keadaan sebagai berikut : a. KGD puasa menurun. b. KGD postprandial (sesudah makan) meningkat dalam waktu yang relatif lama, mungkin akibat prosees pengosongan lambung yang lama pula. c. Pada kehamilan terjadi kondisi resissten insulin (penurunan kepekaan) bisa akibat efek diabetogenik hormon plasenta, adanya insulinase maupun terjadinya t j di penurunan resepptor t insulin. i li
Pemeriksaan, penapisan Diabetes dalam kehamilan dilakukan : a. Ibu Ib hamil h il dengan d resiko ik tingg ti gii (keluarga (k l penderita d it DM) : pada d saat kunjungan pertama ke klinnik antenatal. Faktor resiko tinggi antara lain : 1) Usia ibu diatas 30 tahun. tahun 2) Riwayat DM dalam keluarga. 3) Riwayat bayi besar. besar 4) Riwayat bayi cacat bawaann. 5) Riwayat bayi lahir mati. mati 6) Riwayat keguguran. 7) Riwayat infertilitas. infertilitas 8) Hipertensi. 9) Glukosuria. 10) Riwayat diabetes gestasi seebelumnya. b. Ibu hamil lainnya : pada usia keehamilan sekitar 26 minggu.
Bila hasil test tantangan glukosa > 140 mg% perlu dilakukan Oral Glukosa Toleransi Test (OGTT). OGTT dilakukan sebagai berikut : a. Berikan secara oral 100 gr glukossa yang dilarutkan dalam sekurangkurangnya g y 400 ggr air,, setelah berpu puasa selama 8 – 14 jjam. Periksa KGD 1,2 dan 3 jam sesudah meminum m air gula tersebut. bb. Selama 3 (tiga) hari sebelum m pemeriksaan pasien dianjurkan mengkonsumsi lebih dari 250 kalori karbohidrat, dan harus beristirahat selama pemeriksaan. pemeriksaan c. Bila dari 2 (dua) hari pemeriksaann atau lebih hasilnya juga abnormal (tinggi atau memanjang) baru dapatt dipastikan / ditegakkan diagnosa Diabtes Gestasional. Bila hasil test abnormal, test diulangi satu bulan kemudian. kemudian
Pemeriksaan Toleransi Glukosa Secara S Oral Menggunakan 100 Glukosa
Batas tertinggi untuk glu ukosa yang normal (mg/ml) Contoh D h Darah Plasma
berpuasa 90 105
1 jam 1665 1990
2 jam 145 165
3 jam 125 145
2 Penatalaksanaan 2. Tujuan penatalaksanaan DMG adalah a untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas perinatal dengan tetap melakukan pengawasan yang ketat terhadap ibu dan janin dengaan cara : a. Setelah diagnosa ditegakkan, pasien p diberikan penyuluhan tentang jenis dan porsi gizi yang bolehh dikomsumsi, Biasanya kebanyakan ppenderita wanita hamil ppendeerita diabetes atau DM gestasional g yang ringan dapat diatasi deengan pengaturan jumlah dan jenis makanan, ppemberian anti biaabetik secara oral, dan mengawasi g kehamilan secara teratur. Karena 15 % - 20 % dari pasien penderita diabetes akan menderita kekurangan daya pengaturann glukosa dalam masa kehamilan, maka kelompok ini harus cepaat-cepat didentifikasi dapat diberikan terapi insulin.
Asupan kalori A k l i sehari-hari h i h i menurutt be beratt badan b d dan d peningkatan i k t BB pada d ibu diabetes gestasi :
% BB menurut BBI (%) < 80 – 90 80 – 130 120 – 150 > 150
Asupan Kal (kkal/kg) Anjuran kenaikan BB (lbs) 36 – 40 28 – 40 3 30 25 – 35 2 24 15 – 25 12 – 18 15 – 25
b. Latihan cardiovaskular conditionning exercise khusus pada ibu hamil. c Kadar glukosa darah harus dimonitor satu atau dua kali seminggu. c. seminggu d. Bila kadar plasma glukosa sew waktu puasa ≥ 105 mg/ml atau kadar glukosa l k setelah l h dua d jam j posstprandial di l ≥ 120 mg/ml / l pada d dua d pemeriksaan atau lebih, dalaam tempo 2 (dua) minggu, maka di j k agar penderita dianjurkan d it diberi dib iikan ik terapi t i insulin. i li e. Untuk pasien dm Gestasionall sebaiknya dilakukan pemeriksaan antenatal secara teratur sesuai dengan jadwal pengobatannya. f. Penderita diabetes berat biasannya y memerlukan ppengobatan g dengan g insulin dan pengawasan yang lebih l ketat. Dalam hal ini memonitor KGD ppuasa lebih tepat p dari ppada memonitor kadar ggula dalam urine. Gula darah puasa dapat diperikksa dengan “stick (finger prick)” atau dengan glucometer.
g. Pemberian “short atau medium acting insulin” dua kali sehari mungkin akan sangat menolong pada 6 (enam) bulan pertama kehamilan. Sesudah kehamilan 6 bulan lebih sesuai memakai ”long acting insulin” yang diberikan pada sore hari sebbelum makan. h. Pada usia kehamilan 38 mingggu, perlu dievaluasi kembali status obstetrikus dengan g teliti. Jika pprognosisnya g y baik, dapat p dianjurkan j partus pervaginam dengan pengaawasan yang ketat. i.i Tetapi, Tetapi bila terdapat tanda tanda-tanda tanda tidak t baik dilaksanakan SC elektif. baik, elektif j. Bila berat janin diperkirakan 45000 gram dilakukan operasi SC Primer untuk t k mencegahh terjadinya t j di di t sia distos i bahu b h dan d trauma t k l hi kelahiran. k. Bila berat bayi diperkirakann antara 4000 – 4500 gram, penatalaksanaan dilakukan berdaasarkan ukuran panggul dan riwayat persalinan yang terdahulu.
3. Akibat Jangka Panjang Diabetess Gestasional pada Ibu Hamil Menurut beberapa peneliti, pendderita DM Gestasional mempunyai resiko yyangg tinggi gg terhadapp kambuuhnya y ppenyakit y diabetes yyangg ppernah dideritannya pada saat hamil, bertaahun-tahun yang lalu. Oleh karena itu, pperlu diberi naseehat untuk mengontrol g diri terhadapp kemungkinan kambuhnya penyakkit tersebut serta menyarankan agar 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu yang diduga menderita GDM tersebut agar melakukan test plaasma glukosa puasa dan OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM, seebaiknya mengonrol berat badannya, karena ibu-ibu yang menderita GDM separuhnya diperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian.
Gambar 9. Gambar klasik bayi baru lahir dari penderita diabetes. Sumber : Chamberlain, Chamberlain G. G ABC Of Antenatal Care : International Student Edition, 1995.
4. Diabetes Yang g Memerlukan Inssulin. a. Masalah Yang Timbul Pada Ibu (Maternal Problem) p g 1)) Hipoglikemia. Biasanya terjadi pada 6 buulan pertama kehamilan. 2) Hiperglikemia Terjadi 6 bulan terakhir kehamilan disebabkan kebutuhan insulin bertambah pada kehamilan k 20 – 30 minggu akibat terjadinya resistensi terhaddap insulin. 3) Infeksi traktus urinarius atau a infeksi ditempat lain. K h il memudahkan Kehamilan d hk terjadi t j di infeksi i f k i traktus t kt urinarius i i dan d genitalia (vagina dan vulvaa) terutama infeksi moniliasis. Jika ada gejala infeksi, infeksi perlu perl peemeriksaan urine rine kultur k lt r pada kunjungan pertama dan paada 2 – 3 minggu kehamilan. Diperkirakan 80% ibu DM type I yang hamil pernah mengalami 1 x periode infeksi.
4) Hipertensi W it hamil Wanita h il penderita d it DM M mempunyaii resiko ik untuk t k menderita hipertensi. 5) Hydramnion Pada 10 – 90% ibu hamil dgn diabetes, diabetes mendapat hidramnion,terutama padda penderita diabetes yang tidak mendapat perawatan yangg baik dan teratur. teratur Hidramnion terjadi mungkin akibat poliuria janin yang menderita glikosuria. glikosuria 6) Retinopathy 15% ibu hamil dgn diabetees mengalami eksaserbasi terhadap retinopathy yang sudah pernah dideritanya. 85 % dari ibu hamil penderita diabetess mengalami progresif retinopathy. Terapi p dgn g ppenggunaan gg laaser,, tidak berbahaya y ppada ibu hamil.
b Masalah Pada Anak (Infant Pro b.Masalah oblem) 1) Abortus 2) Kelainan kongenital : Kelainan kongenital yang klasik : Sacral agenesis, neural tube defectt. 3) Respiratory distrees : 5-6 kali k lebih sering terjadi gangguan fungsi paru. 4) Neonatal hipoglikemia : perluu pengawasan teliti pada bayi baru lahir lahir. 5) Macrosomia : Bayi lahir besaar, 4½ kg atau lebih. 6) Hipocalcemia : Bisa sering teerjadi 7)) Perinatal mortalityy : 50% keematian pperinatal ppada komplikasi p diabetik ketoasidosis. 8) Hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia
c.Penanganan Kasus Diabetes Deengan Kehamilan P Penggunaan k kasus yang memerllukan k insulin i li diabetes di b t ini i i lebih l bih disukai di k i bila dimulai sebelum kehamilan. 1) Prakonsepsi P k i KGD yang terkontrol perlu sebelum terjadinya konsepsi untuk menurunkan resiko kelainan bawaan b janin Resiko meningkat bila janin. HbAIC > 10%. Pemberian asam a Folat sebelum konsepsi dan kehamilan dini dapat menurunkkan resiko neural tube defect. defect 2) Trimester I Dilakukan kontrol KGD yang cermat, c bila perlu dimasukkan ke RS untuk kontrol KGD sekaligus untuk u edukasi dan kesempatan untuk pemeriksaan dan penilaian adanya a komplikasi DM dan keadaan kehamilan. Pengaturan diit seperti pada Diabetes D Gestasi yaitu 3x makan dan 3x snack pperhari dengan g kom mposisi p 55% % karbohidrat,, 20% % pprotein dan 25% lemak dengan lemakk jenuh < 10%.
3) Trimester II Dilakukan penilaian USG dan pemeriksaaan MSAFP untuk mendeteksi adanya kelainan Neural Tube dan cacat lainnya pada usia kehamilan 16-20 16 20 minggu nggu. 4) T Trimester i t III Pemeriksaan tiap minggu utk memantau m KGD dan mengevaluasi PE. USG serial dengan intterval 3-4 minggu untuk menilai pertumbuhan janin dapat dimulai antara 26-32 minggu tergantung adanya faktor ressiko timbulnya kematian janin. Ini biasanya dilakukan 2x/menit. Ibu diabetes yang hamil dengan kontrol yang buruk dan yang y disertai dengan hipertensi dianjurkan masuk RS. RS
5) Persalinan Secara ideal, persalinan ibuu diabetes dilakukan mendekati aterm Biasanya dilakukan pemeriksaan LS ratio pada usia 38 aterm. minggu, jika > 2,0 dilakukann terminasi kehamilan. Pada ibu dengan usia kehamilan yaang pasti, pasti pemeriksaan fungsi pemantangan paru tidak dilakuukan. Jika timbul hipertensi berat, persalinan dilakukan walaupun LS ratio > 2,0. 20 Menurut ACOG jika timbul perssalinan preterm tokolitik β mimetik harus dihindari dan berhati-hatti pada penggunaan steroid untuk pematangan paru. paru Pada kasuus klas B atau C, C seksio sesaria sering dilakukan untuk menghhindari persalinan yang traumatik pada bayi ba i besar pada atau ata meendekati aterm. aterm Pada ibu ib dengan diabetes lanjut terutama induksi partus yang rendah sebelum aterm t mendorong d peningkatan i k t tindakan ti d k SC. SC
STANDAR PENANGANAN DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN
1. Nama Penyakit Diabetes mellitus, Diabetes Preges g stasi Suatu keadaan gangguan metabbolisme karbohidrat, ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibaat kekurangan produksi insulin.
2. Kriteria diagnostik Gejala dan tanda klinis : a. Poliuria p b. Polidipsia c. Polifagia d. Pruritus e. Polineuropati dan komplikasinyya mis: Retinopati yang menyebabkan gangguan penglihatan. Nefropaati yang menyebabkan oedem. Laboratorium : g a. KGD ppuasa > 105 mg% b. KGD 2 jam PP > 120 mg%
3 Diagnosa Banding 3. a. Diabetes Gestasi b Gangguan toleransi glukosa b. 4. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : 1)) KGD ppuasa, 2 jjam PP 2) OGTT 3) Urine / darah rutin 4) Ureum, Kreatinin, asam uraat b. Kultur Urine c. EKG d. Funduskopi 5. Konsultasi Bagian Penyakit Dalam (Subbag. (Subbag Endokrinologi) E
6. Perawatan Rumah Sakit Bila timbul penyulit dan untuk peenyesuaian dosis insulin 7. Terapi Penanganan untuk mengendalikkan kadar dosis darah a Sebelum sarapan 60 – 105 mg% a. m b. Sebelum makan siang, malam m 60 – 105 mg%. c 2 jam postprandial < 102 mg% c. % d. Jam 2 pagi-jam 6 sore > 60 mg% m Melalui program : mlah kalori 25 – 35 kkal/kgg BB. a. Diit 3 x makan,, 3 x snack,, jjum Komposisi : Karbohidrat 50 – 60%, Protein 10 – 20%, Lemak 25 – 30%. b. Latihan Olah raga c. Terapi insulin pagi 2/3 dosiss total (2/3 NPH + 1/3 Reguler) malam l 1/3 dosis d i total t t l + (2/3 NPH N + Reguler) R l )
Pemantauan janin : a Evaluasi pertumbuhan janin setiap 4 – 6 minggu melalui USG. a. USG b. Pemeriksaan MS AFT padda trimester II kehamilan untuk mendeteksi kelainan Neural tube . c Gerakan janin pada usia kehhamilan 28 minggu. c. minggu d. Non stress test. e. Pada usia kehamilan > 30 minggu m 2 x / minggu f.f Pemeriksaan profil biofisik dan contraction strees test bila NST non reaktif. g. Penentuan L/S /S Ratio dan kadar Fostatidil gliserol sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Persalinan P li : a. Saat persalinan 1) Ibu Ib dengan resiko kematiian janin rendah (kontrol KGD) baik Vaskulopati (-) pertumbuhan janin normal, pemantauan janin baik, baik tidak ada riwayat lahir mati, mati persalinan dapat ditungguu sampai 40 minggu kehamilan. 2) Ibu dengan resiko kemaatian janin tinggi (kontrol kurang, kurang Hidramnion Riwayat lahir mati). Pertimbangkan persalinan pada 37 – 39 minggu kehamilan dengan L / S Ratio matang. b. Cara persalinan : Pertimbangkan SC elektif bila perkiraan berat janin > 4000 gr. c. Kontrol KGD intrapartal p : Periksa KGD kontrol antara 50 5 – 100 mg%.
8. Penyulit p diabetik,, Retinopati R p diabetik,, Neuropati p diabetik a. Pada Ibu : Nefropati Ketoasidosis, PE, Hipoglikemia, Polieuropati diabetik, Infeksi, Abortus,, b. Pada Janin : Malformasi, KJD DK, Hidramnion, Prematuritas, RDS Hiperkalsemia, p , Hiperbilirubinem p mia,, Macrossomia dan distosia bahu
9. Informed Consent : Perlu
10.Lama Rawatan : Tergantung penyuulit dan beratnya penyakit
11. Masa Pemulihan : Tetap kontrol KG GD
12.Output : Pada kasus tanpa penyuliit biasanya baik dgn kontrol KGD
STANDAR PENANGANAN DIABETE ES GESTASI DALAM KEHAMILAN 1. Nama Penyakit Diabetes Gestasi, Gestasi adalah keadaann gangguan metabolisme karbohidrat dengan beberapa kepasahan, yanng ditentukan selama kehamilan. Terbagi atas 2 tipe : a. Tipe A dgn Diit KGD puasa < 1005 mg% KGD 2 jam PP < 120 mg%. b Tipe A2 dgn diit+insulin, b. diit+insulin KGD D puasa <105 mg%, mg% KGD 2jam PP 120% 2. Kriteria Diagnostik Ditemukan 2 atau lebih nilai abnoormal pada pemeriksaan 3 jam OGTT 100 gr glukosa selama kehamilan. Nilai a normal o a OG OGTT 3 ja jam : a. Puasa < 105 mg % b. Jam < 190 mgg % c. Jam < 165 mg %
3. Diagnosa Banding : Diabetes praagestasi 4. Pemeriksaan Penunjang a Laboratorium : a. 1) Test toleransi glukosa 50 grr. 2) 3 jam OGTT 100 gr glukosaa 3) KGD puasa dan 2 jam PP 4) Urin U i / darah d h rutin ti 5) Ureum Creatinin 6) Hb A1 C b. EKG c. Funduskopi d. Foto Thorax 5. Konsultasi : Bagian Penyakit Dalaam (Subbag. Endokrinologi) 6. Perawatan Rumah Sakit : Bila peerlu pemberian insulin
7. Terapi P i i penanganan adalah Prinsip d l h menngendalikan d lik KGD puasa < 105 mg% % atau KGD 2 jam PP < 120 mg%. a. Diit 25 – 35 kkal / kg. Dibagi attas 3 x makan + 3 x snack b. Latihan olah raga c. Medikamentosa d. Pemantuan janin e. Lakukan Pemantauan KGD deengan 2 jam OGTT 75 gr glukosa
8. Penyulit : Makrosomia / distosia bahu b 9. Informed Consent : Perlu 10.Lama Rawatan : Biasanya tidakk perlu, kecuali untuk menyesuaikan dosis insulin 11 Masa Pemulihan : 1 – 2 minggu setelah 11. s melahirkan 12.Output 12 O t t Sembuh total atau separuhnya akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian. Janin biasanya tanpaa komplikasi, kecuali : makrosomia, hipoglikemia, dan neonatorum.
PENYAKIT THYROID DENGAN D KEHAMILAN A Hypothyroid Dengan Kehamilan A. Secara umum hypothyroid berat yang tidak diobati jarang sekali bisa hamil karena jarang terjadi ovulaasi. hamil, asi Akan tetapi mereka mempunyai kesempatan untuk hamil, jika diobaati dengan baik. Pasien hypothyroid sering memerlukan dosis hormon thyroid yang lebih b besar k tik mereka ketika k hamil. h il Insidens hypothyroid yang hamil ± 0,2%
1. Etiologi a. Hypothyroidisme primer 1) Tanpa struma a) Terapi iodine radioaktif b)) Total/subtotal thyroidect y tomyy c) Hypothyroidisme idiopaatik (autoimmune) 2) Dengan struma a). Thyroiditis Hashimoto b) Defisiensi iodium endem b). mik c). Defek enzim pada sinteesa hormon. b. Hypothyroidisme sekunder 1) Syndroma Sheehan 2) Hypophysectomy total / parsial 3) Gangguan G i filt tif pada infiltratif d hy hypofise fi atau t hypothalamus. h th l
2 Gejala Klinis 2. a. Kelelahan b Lethargia b. c. Konstipasi d Takut terhadap udara dingin d. e. Pusing f.f Penurunan P f fungsi i motorik t ik da dan intelektual i t l kt l g. Rambut gugur h Suara h. S k kasar i. Peningkatan berat badan j. Otot nyeri dan kaku k. Kebas pada jari l. Kadang teraba adanya benjoolan di leher m. Dijumpai j p edema pperiobital, mata m keringg
3. Diagnosa a. Gejala dan tanda klinis b. Pemeriksaan laboratoris : T3, T4, T TSH 4. Komplikasi Sering terjadi infertilitas, infertilitas abortus dan partus prematorus pada kasus hypothyroid berat yang tidak diobaati. 5. Penanganan L thyroxine th i : diberikan dib ik berdasark b d kkan kepada k d pemeriksaan ik TSH setiap ti 4 – 6 minggu, bila kadar TSH naaik, dosis obat dinaikkan pada orang tidak hamil 1,6 – 2,0 mg/kg BB.
STANDAR PENANGANAN HIPO OTIROIDISME DALAM KEHAMILAN 1. Nama Penyakit Hipotiroidisme p pprimer : disebabkan defisiensi hormon tiroid. 2. Etiologi a Hipotiroidisme primer a. 1) Tanpa struma a) Pengobatan Yodium 131 b) Tiroedektomi total idiopatik subtotal c)) Hipotiroidisme atau mixidema atrofik p idiopatik p 2) Dengan struma a) Tiroiditis Hashimoto ataau Tiroiditis autoimun kronik. b) Defesiensi jodium endeemik c) Defek enzim pada sinteesa hormon. 3) Hipotiroidisme Hi ti idi sekunder k d a) Syndroma Sheehan b) Hipofisektomi parsial attau total. total c) Gangguan infiltratif pada kelenjar hipofise atau Hipotalamus.
3. Diagnosis Gejala & tanda klinis bervariasi darri yang ringan dalam bentuk kelelahan a. Lethargy b. Konstipasi c. Peka P k terhadap t h d dingin di i d Menorhagia d. M h i e. Infertilitas f. Pada bentuk lebih berat g. Perasaan oyong h. Fungsi intelektualitas menurun i. Fungsi motorik menurun j. Rambut rontok k. Kuku rapuh l. Suara berat dan serak m. Peningkatan berat badan n. Kadang-kadang dijumpai kekakuan dan nyeri otot, perasaan beba dan tebal ppada jjari. o. Dijumpai stroma p. Sembab periorbita r. Laboratorium qq. Kulit u t kering e g abo ato u s. Peningkatan TSH t.t Pada penyakit tiroid autoimun di d temukan anti TPO (+) dan antithyroi microsomal anti bodi (+)
4. Diagnosa Banding a Penyakit jantung a. b. Penyakit ginjal 5. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : T3 / T4, T4 TSH, TSH Anti TPO, T TPO AMA AMA. 6. Konsultasi : Bagian Penyakit Dalaam (Subbag. Endokrinologi) 7. Perawatan Rumah Sakit : Haanya pada kasus berat dan dgn komplikasi 8. Terapi Thyroxine 1,6 – 2,0 mg dilakukan pemeriksaan p TSH. Pada TSH dosis Thyroxine dinaikkkan 50 mg dan TSH diperiksa kembali 4-6 minggu kemudian. Jika TSH normal pada kunjungan pertama maka pemeriksaan SH diulang pada kehhamilan 22 – 28 minggu.
9. Penyulit a. Abortus spontan b. Hipertensi dalam kehamilan 10.Informed Consent : Perlu 11. Lama Rawatan : Hanya pada kassus dengan komplikasi 12.Masa Pemulihan : Tergantung beerat dan komplikasi 13.Output a. Ibu biasanya infertil, abortus. Tetapi T dgn pengobatan, biasanya baik b. Pada bayi dapat timbul Hipotirroid bawaan.
B. Hyperthyroid Dalam Kehamilan W it hyperthyroid Wanita h th id yang mendap d patt pengobatan b t dapat d t hamil. h il 1 Eti 1. Etiologi l i a. Grave’s disease (85 %) b Struma b. St noduler d l c. Thyroiditis Hashimoto d Trimester d. Ti di i kehamilan dini k h il moola l 2. Gejala dan Tanda Klinis a. Gugup, gelisah, berkeringatt b. Palpitasi c. Tidak suka udara panas d. Struma e. Berat badan turun f. Gejala pada mata : Lid lag, exopthalmos
3. Diagnosa a. Gejala G j l dan d tanda t d klinis kli i b. Laboratorium : TSH turun, FT44, T3 naik, TSH Rab sebagai marker untuk penyakit grave 4. Komplikasi a. Infertilitas b. Abortus c. Partus P t prematur t d. Hipertensi dalam kehamilan e Neonatal hyperthyroid e. f. IUGR / PJT 5. Komplikasi a. Obat anti tyhroid PTU, carbimaazole b Kasus b. K b t thyroid berat th id crisis i i resist i tten obat-obatan b t b t 6. Periode postpartum Ibu menyusui boleh memakai PTU U dengan dosis sampai 200 mg.
STANDAR PENANGANAN HIPERTIR ROIDISME DALAM KEHAMILAN 1. Nama Penyakit Hipertiroidisme : suatu keadaan yang disebabkan oleh peninggian hormon tiroid. 2. Etiologi a. Penyakit Grave (85%) c. Tiroiditis Hashimoto
b. Struma noduler toksik d. Akibat mola hidatidosa
3. Diagnosis a. Gejala dan tanda klinis : Gelisah, Jantung berdebar teruus, Peka terhadap panas, Penurunan berat badan walaupun nafsu makan m baik, Berkeringat terus, Tremor, B.A.B. beberapa kali seehari, Exopthalmus, chemosis, liddag, Struma,Thyroid bruit
b. Laboratorium : Peningkatan FT4 / FT4i, Peninngkatan FT3 / FT3i, Penurunan TSH, Thyroid stimulating hormone receptor r antibody (TSHRAb) sebagai pertanda diagnosa penyakit Grrave. 4 Di 4. Diagnosa Banding B di a. Gagal jantung b Gangguan irama jantung b. 5 Pemeriksaan Penunjang 5. a. Laboratorium : Peningkatan g FT4 / FT4i,, Peninngkatan g FT3 / FT3i,, Penurunan TSH TSH Rab (+) pada penyakit Graave, b. Sintigraf Thyroid c. Scan Radioaktif 6 Konsultasi 6. K lt i : Bagian B i Penyakit P kit Dala D lam (Subbag. (S bb Endokrinologi) E d k i l i)
7. Terapi Prinsip penanganan adalah mempertahankan pasien Eutiroid dengan pengobatan antitiroid 1/3 batas ataas. a. Nil Nilaii normall : obat b t antiti tiroid ti id Dosis awal methimazol 10 – 20 mg, 2 x 1 hari tergantung beratnya gejala Pada kasus berat diberikan sampai 600 mg PTU atau 60 mg gejala. metimazole. Biasanya terjadi penurunan p hormon tiroid dalam waktu 2 – 4 minggu. minggu b. Pembedahan Tiroidektomi subtotal dilakukann pada kasus selektif, antara lain : 1) Kasus alergi terhadap obat antiroid. 2) Kasus resiten terhadap obaat antitiroid. 3) Kasus menolak makan obatt antitiroid.
8 Penyulit 8. Pada kasus pengobatan teratur dapat terjadi: a. Hipertensi Hi t i dalam d l kehamilan k h il b. Gagal jantung kongestif c. Krisis Thyroid d. Partus Prematuritas e. PJT Pada Janin : a. Kematian janin j b. Prematuritas cc. PJT J d. Hypertirodisme neonatal (12 %)
9 Informed Consent : 9. perlu 10.Lama Rawatan : Hanya pada pasien dengan penyyakit berat dan dengan penyulit 11 Masa 11. M P Pemulihan lih Sesuai berat dan komplikasi pennyakit 12.Output Dengan pengobatan teratur, biassanya sembuh.