FACEBOOK SEBAGAI PEMICU PERSELINGKUHAN YANG BERDAMPAK PADA PERCERAIAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tegal Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)
Oleh: YULI ASTUTI NIM : 208044100003 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Oktober 2012 M 15 Dzulqa’dah 1433 H
Yuli Astuti
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri teladan yang sempurna bagi kita semua. Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis. Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul FACEBOOK SEBAGAI PEMICU PERSELINGKUHAN YANG BERDAMPAK PADA PERCERAIAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tegal Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG). Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.,
Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA, dan Ibu Dra. Rosdiana, M. Ag masing-masing sebagai ketua dan sekretaris Prigram Studi Akhwal Syakhshiyyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A, yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan Beliau. 4. Ibu Farida selaku wakil panitera yang telah membantu penulis dalam mencarikan hakim untuk diwawancarai, Bu Nining Yuningsih selaku hakim yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai, serta seluruh staff Pengadilan Agama Tegal yang membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penulisan skrispi ini. 5. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi. 6. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada orangtua penulis ayahanda tercinta Daskam (Alm), dan Rudi Wibison (Alm), yang telah melimpahkan kasih sayang yang terkira, walau beliau tak bersama di bumi ini tetapi semangat yang beliau tularkan mampu menembus yang tak tampak, serta ibunda tercinta Tur’aeni yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses dalam segala hal. kakak-kakakku tercinta, Darningsih, Rudi Yanto, Sri Yaty, Diana, Edi Kurniawan, Agus Adrian, Evi, Satiman, Rino. Serta adik-adikku Safitri Anggraeni, Khaerunisa Sa’adah, Semua yang telah
v
mereka berikan tidak akan dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini, serta keluarga besar Hj. Watri yang telah memberikan motivasi dan juga semangat. Besar harapan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ahwal Syakhsiyyah konsentrasi Peradilan Agama. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurngan dalam skripsi ini, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Jakarta, 1 Oktober 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
vii
BAB I :
BAB II :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan dan Pembahasan Masalah ...........................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
9
D. Metode Penelitian ........................................................................
10
E. Kajian (Review) Studi Terdahulu ................................................
11
F. Sistematika penulisan ..................................................................
14
TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian ....................................
16
B. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian .............................................
21
C. Macam-macam Perceraian ........................................................
23
D. Akibat dan Hikmah Perceraian ....................................................
30
vii
BAB III :
TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIA JEJARING SOSIAL DAN PERSELINGKUHAN
BAB IV :
A. Pengertian dan Macam-macam Media Jejaring Sosial ................
34
B. Media Jejaring Sosial sebagai pemicu perselingkuhan ...............
40
C. Akibat hukum perselingkuhan .....................................................
44
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TEGAL TENTANG
PENYELESAIAN
FACEBOOK
SEBAGAI
PEMICU PERSELINGKUHAN YANG BERDAMPAK PADA PERCERAIAN
BAB V :
A. Profil Pengadilan Agama Tegal ...................................................
50
B. Prosedur Perceraian Pengadilan Agama Tegal ............................
53
C. Gambaran mengenai duduk perkara ...........................................
59
D. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim ..................................
67
E. Analisis Putusan ..........................................................................
71
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
78
B. Saran-Saran ..................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1.
Pedoman Wawancara
2.
Hasil Wawancara
3.
Permohonan Melakukan Wawancara di Pengadilan Agama Tegal
viii
4.
Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi
5.
Putusan Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA. Tegal
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan laki-laki dan perempuan agar dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan dan hidup berdampingan secara damai dan sejahtera. Perkawinan atau rumah tangga adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui akaq nikah (ijab qabul) dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera. Pernikahan atau perkawinan merupakan sunnatullah yang artinya perintah Allah dan rasul-Nya, tidak hanya semata-mata keinginan manusia atau hawa nafsu saja, karena seorang yang telah berumah tangga berarti ia telah menjalankan sebagian dari syariat Agama Islam.1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan, sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Keharmonisan dalam suatu rumah tangga yang mawadah warahmah merupakan impian dan cita-cita setiap pasangan suami isteri. Di awal kehidupan berkeluarga, sepasang suami istri memandang bahtera rumah tangga mereka
1
Sidi Nazar Bakhry, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga; Keluarga Sakinah” (Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet 1,h. 2
1
2
dengan kaca mata emas, penuh keindahan, cinta dan harapan dengan berbekal pengalaman hidup masing-masing, mereka memasuki gelanggang kehidupan baru yang masih asing. Sejuta harapan untuk mewujudkan suatu keluarga yang sejahtera, saling menyayangi dan abadi selalu terucap manis disaat bersanding, sebagai “cita-cita indah bersama”mereka.2 Perkawinan juga merupakan jalan untuk menyalurkan naluri manusia yang memenuhi nafsu syahwatnya yang telah mendesak agar terjaga kemaluan dan kehormatannya, jadi perkawinan adalah kebutuhan fitrah manusia yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Perkawinan disyaratkan dalam Islam adalah untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Namun demikian, tidak jarang pasangan suami istri yang telah terikat dalam tali perkawinan tidak bisa mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah warahmah tersebut. Realita di masyarakat banyak juga pasangan yang telah terikat sebagai suami istri menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan tidak harmonis, sehingga berkakhir dengan perceraian. Allah telah menetapkan thalak sebagai obat untuk perselisihan kekeluargaan ketika obat selainnya tidak bermanfaat. Orang-orang Barat sejak dahulu kala telah mencela Islam atas perintah thalak. Mereka menganggap ini sebagai dasar bahwa Islam merendahkan kekuatan perempuan dan kesucian
2
Ali Husain Muhammad Makki Al-Amili, “Perceraian Salah Siapa?” Bimbingan Islam Mengatasi problematika Rumah Tangga (Jakarta: Lentera, 2001), h. 50
3
pernikahan.3 Agama Islam memboleh kan suami istri bercerai, karena alasanalasan tertentu, kendatipun perceraian itu (sangat) dibenci Allah. Sebabnya adalah karena akibatnya tidak hanya akan dialami oleh suami istri, terutama istri, bersangkutan, tetapi juga oleh anak-anak (kalau telah ada) dan keluarga belah pihak.4 Perceraian merupakan solusi terakhir untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh salah seorang pasangan suami istri yang tidak kuat dan tidak puas atas perkawinan yang mereka jalani. Tatkala pasangan suami istri sudah tidak harmonis lagi dan tidak menemui titik temu di antara mereka yang hanya dapat dipecahkan melalui sidang pengadilan maka perceraian adalah jalan untuk memutuskan hubungan suami istri yang sah. Apabila perceraian itu hendak dilakukan seharusnya dilakukan caracara yang baik sehingga tidak terjadi permusuhan di kemudian hari dalam surat Al-Thalaq ayat 2 mengandung perintah bagi pasangan suami istri yang ingin melakukan perceraian, diharapkan bagi keduanya untuk berpisah dengan cara yang baik sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Masalah thalak menjadi hak pihak suami oleh para ulama telah disepakati, karena khitab atau pelaku thalak dalam ayat al-Quran selalu lelaki jadi
3
Ali Yusuf As-Subki, “Fiqih Keluarga, Pedoman Berkembang dalam Islam”, (Jakarta: Sinar Grafika Offser, 2010), Cet. 1, h. 330 4
Mohammad Daud Ali, “Hukum Islam dan Pengadilan Agama”, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. 2, h. 102-103
4
pelaku hukum talaq pun tentu pihak suami.5 Hak thalak ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan rumah tangga. Rumah tangga yang dibangun melalui akad nikah harus dilandasi dengan rasa cinta kasih antara mereka sulit dipulihkan, tetapi yang ada kemudian hanya benci-membenci, terbukalah pintu yang memberi hak thalak ini kepada suami.6 Al-Qur‟an menggambarkan beberapa situasi dalam kehidupan suami istri yang menunjukan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian. Keretakan dan kemelut rumah tangga itu bermula dari tidak berjalannya aturan yang ditetapkan Allah bagi kehidupan suami istri dalam bentuk hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi kedua belah pihak. Allah menjelaskan beberapa usaha yang harus dilakukan menghadapi kemelut tersebut agar perceraian tidak sampai terjadi. Dengan begitu Allah mengantisipasi kemungkinan terjadinya perceraian dan menempatkan perceraian itu sebagai alternative terakhir yang tidak mungkin dihindarkan.7 Dalam ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia perceraian hanya bisa dilakukan jika memiliki alasan yang kuat dan dibenarkan untuk mengajukan perceraian.
5
Ahmad Kuzari, “Nikah Sebagai Perikatan‟, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995), Cet.1, h. 118-119 6
Ahmad Kuzari, “Nikah Sebagai Perikatan”,, h. 118-119
7
Amir Syarifuddin, “Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan”, ( Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet. 2, h. 190
5
Adapun alasan-alasan perceraian yang dibenarkan menurut pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima tahun atau hukuman yang berat setelah perkawinan berlangsung) 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyaan berat yang membahayakan pihak lain. 5. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri. 6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sedangkan menurut pasal 116 Kompilasi Hukum Islam ditambah dengan: 1. Suami melanggar taklik talak 2. Peralihan agama murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Namun demikian, berdasarkan data yang diperoleh dari pengadilan agama Tegal, ternyata perceraian juga pernah terjadi dengan alasan facebook sebagai
6
pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian. Perselingkuhan adalah permasalahan dari sekian banyak masalah yang ada di Pengadilan Agama Tegal. Perselingkuhan merupakan suatu penyakit moral, facebook Sebagai tren jejaring sosial baru, pasti punya sisi negatif, tidak menyangka memang, sudah tidak mengkagetkan lagi, karena waktu HP mulai muncul dan menjadi kebutuhan di masyarakat, sudah banyak cerita bagaimana HP bisa “memperlancar” perselingkuhan, dan sekarang via facebook pasti akan lebih dahsyat lagi.8 Keistimewaan facebook dalam
memudahkan sosialiasi, menampilkan
foto, hingga menyajikan berbagai informasi tentang diri membuat jejaring sosial ini dicintai oleh orang-orang yang ingin eksis dan suka tampil narsis. Berbagai kelebihan facebook (FB) itu ternyata membawa konsekuensi pada cara orang menarik perhatian lawan jenisnya. Malahan, karena tidak perlu bertatap muka secara langsung, facebook kini menjadi tempat yang nyaman untuk saling menarik perhatian lawan jenis. kemajuan teknologi atau jejaring sosial (facebook) jadi andil besar perselingkuhan. Contohnya, maraknya situs pertemanan yang bisa disalahgunakan untuk mencari pasangan selingkuh.9 Dalam hukum Islam dan perundang-undangan jarang sekali kita mendapatkan kata-kata perselingkuhan, apalagi perselingkuhan lewat facebook. Memang sulit bagi hakim pengadilan untuk memutuskan apakah seorang telah 8
Sumber berasal dari http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/23/selingkuh-via-facebook// diakses pada tanggal 10 November 2011 9
Sumber berasal dari http://www.radartegal.com/index.php/Angka-Cerai-Tembus-1.400Kasus.html// Diakses pada tanggal 12 November 2011
7
melakukan perselingkuhan lewat facebook atau tidak dengan bukti-bukti yang kuat atau dengan pengakuan si pelaku sendiri. Dalam deskripsi di atas, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses penyelesaian perkara perceraian karena facebook pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian di Pengadilan Agama Tegal. Maka ini menjadi persoalan yang menarik menurut penulis, karena itu persoalan tersebut akan penulis teliti dalam bentuk skripsi dengan Judul : Facebook Sebagai Pemicu Perselingkuhan Yang Berdampak Pada Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Agama Tegal Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penyelesaian-penyelesaian
perceraian
yang
dilaksanakan
oleh
Pengadilan Agama mempunyai banyak alasan yang melatarbelakanginya, seperti faktor ekonomi, adanya pihak ketiga, penganiyaan dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat mempengaruhi agar pihak yang bersangkutan dapat melakukan perceraian. Dengan banyaknya alasan-alasan perceraiaan tersebut, maka penulis membatasi pada kasus
facebook sebagai pemicu
perselingkuhan yang berdampak pada perceraian. Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis membatasi pembahasan ini pada masalah
8
facebook pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian di Pengadilan Agama Tegal. 2. Perumusan Masalah Pada dasarnya facebook digunakan sebagai Menjalin silaturahim kepada teman-teman lama kita yang sudah lama terpisah, Sebagai media informasi yang cepat akurat dan efisien, Media elearning tentunya selain untuk
mencari
teman
facebook
dapat
dimanfaatkan
untuk
media
pembelajaran.. Namun pada kenyataannya facebook bisa menjadi pemicu perceraian, situs yang bisa mempertemukan teman lama dan membuat penggunanya bisa saling bicara melalui aplikasi chatting ini, disebut sebagai latar belakang meningkatnya kehancuran pernikahan dan godaan untuk berselingkuh.10Hal ini yang ingin penulis teliti mengenai putusan hakim mengenai facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG. Kemudian penulis merumuskan untuk menjawab persoalan-persoalan berikut ini: a. Bagaimana Pelaku Perselingkuhan melalui facebook ? b. Bagaimana pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara facebook
sebagai
pemicu
perselingkuhan yang berdampak
pada
perceraian ?
10
Sumber berasal dari http://majalahsekolahku.blogspot.com/2011/02/10-pengaruhfacebook.html// Diakses pada tanggal 24 November 2011
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas hukum yang ada dilingkungan Pengadilan Agama Tegal, Khususnya dalam ruang lingkup perkara facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian. Secara lebih rinci penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban untuk hal-hal berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya perselingkuhan melalui facebook. b. Untuk mengetahui pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Tegal dalam memutus perkara facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian. 2. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah penulis ingin memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai bagaimana sebenarnya proses penyelesaian
karena
facebook
sebagai
pemicu
perselingkuhan
yang
berdampak pada perceraian di Pengadilan Agama Tegal. Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para sarjana hukum Islam yang bersifat praktis. Dan diharapkan juga, penulisan ini dapat menjadi rujukan para civitas akademi.
10
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu Dalam karya ilmiah ini, penulis menemukan data yang berhubungan dengan bahasan facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian pada pengadilan agama Tegal. Untuk menentukan arah pembahasan dalam skripsi ini, penulis menelaah yang pernah membahas tentang judul yang akan penulis kemukakan dalam penulisan skripsi. 1. ‘’Syiqaq Akibat Tidak adanya Nafkah Bathin Sebagai Alasan Perceraian (Kajian Terhadap Putusan Perkara Nomor 229/Pdt.G/2008/PA.JT pengadilan Agama Jakarta Timur)’’ oleh Indria Lailatus Sa‟diyah 107044102281 tahun 1432M/ 2011M, Menjelaskan Faktor Penyebab Kandasnya Rumah Tangga/Perceraian akibat Perselisihan dan pertengkaran yang secara khusus karena tidak terpenuhinya nafkah Bathin. 2. “Perselisihan Terus Menerus Antara Suami Istri Akibat Campur Tangan Orang Tua Sebagai Dasar Alasan Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Jakarta Timur) oleh Ahmad Sauqi 106044101386 tahun 1431H/ 2010M, Pada pembahasan skripsi ini hanya membahas faktor yang menyebabkan istri mengugat cerai suaminya karena suaminya melakukan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). 3. ‘’Cerai gugat Akibat Suami Terkena Pemutusan Hubungan kerja (PHK) (Analisis Putusan pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara Nomor. 770/Pdt.G/2010/PA.JS)’’ Tahun1432/2011M,
Lebih
oleh
Ari
terkonsentrasi
Amigar
106044201456
secara mendalam mengenai
11
permasalahan yang terjadi antara suami istri yang dilatar belakangi karena suami mendapat Pemutusan Hubungan kerja. Dari ketiga skripsi di atas, penelitian ini jelas akan berbeda dengan ketiganya. Disamping karena substansinya, juga karena tempat kasusnya juga berbeda. Penulis hanya meneliti di Pengadilan Agama Tegal.
E. Metode Penelitian 1. Metode dan Pendekatan Penelitian Masalah11 Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analisis yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan memberikan analisis terhadap kenyataan dilapangan. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu Prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang atau perilaku yang diamati. 2. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yaitu:
11
Lexy J.Moelang, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Remaja Rosdayarya,
2004),h.9
12
a. Data Primer Didapatkan dari Pengadilan Agama Tegal berupa Putusan-putusan cerai thalak mengenai facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian. Dimana dalam hal ini penulis merujuk pada putusan Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG . b. Wawancara terhadap hakim atau panitera Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.12Kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang dikaji. c.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan. Dokumen yang dimaksud adalah AlQuran, Al-Hadist, buku-buku ilmiah, UU, KHI, serta peraturan yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.
3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
12
Riyanto Adi, “ Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit,2004), h. 72
13
a. Menganalisis terhadap putusan Pengadilan Agama Tegal b. Interview atau wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan jalan mengadakan dialog dengan responden yaitu Hakim atau panitera Pengadilan Agama Tegal. 4. Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa kualitatif, yaitu menganalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan putusan permohonan cerai thalak karena facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang berdampak pada perceraian, yaitu dengan Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG dan menghubungkan dengan hasil interview
yang didapatkan dari Hakim atau panitera yang menangani perkara tersebut. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis dan diberikan interprestasi untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sedangkan data yang telah diperoleh berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan akan ditinjau lebih jauh untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan didukung oleh referensi-referensi lain yang dapat memperkuat data dari bahan hukum di atas, sehingga di dapatkan suatu
kesimpulan yang
objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan data penulis dalam penulisan penelitian ini. 5.
Pedoman penulisan skripsi yang digunakan.
14
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini, pembahasannya akan terbagi dalam 5 bab dan masing-masing bab akan terbagi menjadi sub-sub yaitu sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan dan Pembahasan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Metode Penelitian E. Review Studi Terdahulu F. Sistematika penulisan
BAB II :
TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian B. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian C. Macam-macam Perceraian D. Akibat dan Hikmah Perceraian
BAB III :
TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIA JEJARING SOSIAL DAN PERSELINGKUHAN A. Pengertian dan Macam-macam Media Jejaring Sosial B. Media Jejaring Sosial sebagai pemicu perselingkuhan C. Akibat hukum perselingkuhan
15
BAB IV :
ANALISIS
PUTUSAN
PENGADILAN
AGAMA
TEGAL
TENTANG PENYELESAIAN FACEBOOK SEBAGAI PEMICU PERSELINGKUHAN
YANG
BERDAMPAK
PERCERAIAN A. Profil Pengadilan Agama Tegal B. Prosedur Perceraian Pengadilan Agma Tegals C. Gambaran mengenai duduk perkara D. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim E. Analisis Putusan BAB V :
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
PADA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
A. Perceraian 1. Pengertian Perceraian Kata “thalak” berasal dari bahasa Arab yang artinya “melepaskan ikatan”. Yang dimaksud disini adalah melepaskan ikatan perkawinan. Kata thalak merupakan isim mashdar dari kata “Thallaqa-Yuthalliqu-Ithlaqan”. Jadi kata ini semakna dengan kata thaliq yang bermaka „al-irsal‟ dan „attarku‟ yaitu melepaskan dan meninggalkan.1 Dalam ensiklopedi Islam Indonesia, thalak diartikan sebagai pemutusan ikatan perkawinan yang dilakukan oleh suami secara sepihak dengan menggunakan lafal thalak atau sejenisnya.2 Adapun arti thalaq secara terminologi, penulis mengemukakan beberapa pendapat ulama fiqh, diantaranya adalah: Menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih al-Sunnah memberikan pengertian perceraian:
1
Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), cet. Ke-1, jilid 2,
h.172 2
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Lembaga Agama Islam / Agama IAIN, 1987), jilid 3, h. 940
16
17
Artinya: “Thalaq ialah melepaskan ikatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri” 3 Dalam kajian fiqh bersumber dari hadist yang diriwayatkan oleh Daud dan Ibnu Majah di atas, Kamus istilah Agama menulis “thalak” berarti melepaskan ikatan, yaitu melepaskan ikatan perkawinan dengan ucapan secara rela dengan ucapan talak kepada isterinya, dengan kata-kata yang jelas (sharih) ataupun dengan kata-kata sindiran (kinayah).4 Sedangkan menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya, al-Fiqh ala Mazahib al-Arba‟ah, memberikan definisi thalak yaitu „menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata.5 Wahbah Az-Zuhaily, dalam kitabnya al-fiqh al-Islami wa Adillatuhu, mengatakan; thalak ialah melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan lafadz thalak atau yang seperti dengannya, atau dengan menghilangkan ikatan pernikahan disaat ini maupun akan datang dengan lafad tertentu.6 Abu Zakariyah dalam kitabnya Fathul Wahab mengatakan, thalaq adalah melepaskan ikatan nikah dengan menggunakan lapadz thalaq.7
3
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), Cet. Ke-4, Jilid 2 h. 206
4
Sadiq Sholihuddin Chaery, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: CV. Cientara), h. 358
5
Abdurrahaman al-Jaziri, al-Fiqh „ala Mazahib al-Arba‟ah, (Mesir: al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1969), Jilid.4, h.278 6
Wahbah az-Zuhaily, al_fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz VII, Cet. Ke-3 (Beirut: dar al-Fikr, 1989), h.356 7
Abu Zakariyah, Fathul Wahab (Jakarta, Tinta Mas, 1982), Juz 2 h.72
18
Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) istilah thalaq diartikan sebagai ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusannya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131.8 Dalam Al-Qur‟an dan Hadist dinyatakan bahwa perceraian diperbolehkan tetapi dibenci dan tidak diseyogiakan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad memperingatkan umatnya bahwa “thalak addalah suatu perbuatan halal yang sangat dimurkai oleh Allah“. Al-Qur‟an menegaskan bahwa dengan segala cara di usahakan agar kehidupan dapat diselamatkan
Artinya: “ Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suamiisteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS. An Nisa 4:35) apabila seorang suami dan seorang istri tidak dapat hidup bersama dengan bahagia dan bila perkawinan mereka tidak lagi membawakan kasih sayang, maka Allah tidak memaksakan suami maupun istri untuk tetap bertahan dalam suatu perkawinan yang kacau. Allah menganjurkan hendaknya ditunjuk seorang
8
h.143
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992)
19
penengah (hakam) dari pihak suami-isteri itu masih dapat melanjutkan ikatan perkawinan mereka, akan tetapi bila perundingan untuk merukunkan tidak berhasil dan bila mereka tidak mungkin hidup bersama kembali, maka barulah mereka boleh bercerai.9
2. Dasar Hukum Perceraian Dalam fiqih Islam dijelaskan ketentuan tentang dasar hukum tentang perceraian yang terbagi menjadi beberapa bagian: a. Wajib Yaitu apabila terjadi perselisihan antara suami isteri, sedangkan kedua hakim yang mengurus perkaranya sudah memandang perlu keduanya bercerai.10 b. Sunnah Apabila suami tidak sanggup lagi membayar dan mencukupi kewajibannya (nafkahnya), atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya.
Artinya: “Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
9
Hisako Nakamura, “Perceraian Orang Jawa, Studi Tentang Pemutusan Perkawinan di Kalangan Orang Islam Jawa”, Penerjemah H.Zaini Ahmad Noeh, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), h.31-32 10
Ahmad Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta:Pustaka al-husna, 1988), Cet.Ke-30, h.400
20
Dari ayat di atas jelaslah bahwa nafkah seseorang isteri itu harus sesuai dengan ketentuannya. Seseorang isteri yang tidak taat (durhaka) kepada suaminya, tidak berhak mendapatkan segala nafkah. c. Haram Haram (Bid‟ah) dalam dua keadaan. Pertama, menjatuhkan thalaq sewaktu si isteri dalam keadaan haid. Kedua, menjatuhkan thalaq dalam keadaan sewaktu suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu. Sabda Rasulullah Saw:
11
Artinya: “Suruhlah olehmu anakmu supaya dia rujuk (kembali) kepada isterinya itu, kemuadian hendaklah dia teruskan pernikahan itu sehingga ia suci dari haid, kemudian dia haid kembali, kemudian suci pula akan haid yang kedua itu. Kemudian jika ia menghendaki. Boleh ia teruskan pernikahan sebagaimana yang lalu; atau jika menghendaki, ceraikanlah ia sebelum dicampuri. Demikian iddah yang diperintahkan Allah supaya perempuan dithalak ketika itu.” (H.R. Bukhari Muslim) d. Makruh Yakni jika tidak ada suatu alasan yang benar, sekaligus Nabi Saw menghalalkan thalaq. Karena thalaq seperti ini akan merusak perkawinan yang
11
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-fikr, 1989),h.78
21
mengandung kebaikan-kebaikan. Dikatakan makruh juga apabila dijatuhkan kepada isteri yang baik, jujur dan dapat dipercaya.12 e. Mubah Yaitu thalaq karena suatu sebab, misalnya sikap isteri buruk dan tidak dapat diharapkan adanya kebaikan.13
3. Sebab-sebab Perceraian Suatu perceraian dapat terjadi karena sebab-sebab tertentu. Didalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 116 terdapat delapan macam alasan yakni: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.14 Pada pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
12
Ahmad Faud Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: pustaka al-Husna, 1989), cet. Ke-3, h.402 13
14
Ahmad Faud Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, h.403
M. Yahya Harahab, Kedudukan Kewenangan dan acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Ed. 2. Cet Ke-4, h.217
22
disebutkan :”Gugatan perceraian karena alasan salah seorang suami-isteri mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat sebagai dimaksud dalam pasal 19 huruf c maka untuk mendapatkan putusan perceraian sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa keputusan itu telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.15 d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri. f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang terjadi dalam suatu keluarga akan sangat merugikan, baik bagi kedua pasangan maupun bagi kehidupan anak-anaknya. Disebutkan lebih lanjut dalam KHI pasal 134 bahwa: “gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf f, dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai sebabsebab perselisihan dan pertengkaran itu setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri tersebut.
15
h. 326
Abdul Ghani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama,
23
g. Suami melanggar taklik thalaq Apabila suami telah terbukti melakukan pelanggaran atau perjanjian takliq thalaq atau tidak menepati salah satu dari isi shigat thalik thalaq yang telah ia ucapkan dahulu, kemudian isteri merasa dirugikan. Maka hal tersebut membuka peluang kepada isteri untuk mengajukan gugatan dengan menempatkan perjanjian itu sebagai alasan perceraian. h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.16 Orang murtad yaitu orang yang keluar dari agam Islam, baik memeluk agama Yahudi, Nasrani atau yang lain atau sama sekali tidak beragama, haram bagi isterinya yang masih beragama Islam.17
4. Macam-macam Perceraian Berikut ini akan dikemukakan macam-macam perceraian yang ada dalam hukum Islam, yaitu sebagi berikut: a. Thalaq Thalaq terambil dari kata “ithlaq” yang menurut bahasa artinya “melepaskan atau meninggalkan” menurut istilah, thalaq yaitu: “ Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri” Al-Jaziry mendefinisikan 16
M. Yahya Harahab, Kedudukan Kewenangan dan acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Ed. 2. Cet Ke-4, h.217-19 17
M.Tholib, 15 Perceraian dan Penanggulangannya, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1997), Cet. Ke-1, h.179
24
“thalaq ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan mengggunakan kata-kata tertentu” menurut Abu Zakaria Al-Anshari, thalaq ialah: ”melepas tali akad nikah dengan kata thalaq dan yang semacamnya”.18 Thalaq dalam hukum perceraian mempunyai beberapa istilah yang berbeda dan mengandung konsekuensinya yang berbeda pula. 1) Thalaq Raj‟i Yaitu thalaq yang dijatuhkan kepada isterinya yang sudah digauli (bersenggama) dan juga sebagai thalaq satu atau thalaq dua. Apabila isteri berstatus iddah thalaq raj‟i, suami boleh rujuk kepada isterinya tanpa akad nikah yang baru, tanpa saksi dan mahar pula. Tetapi bila iddahnya telah habis maka suami tidak boleh rujuk atau kembali kepadanya kecuali dengan akad nikah yang baru dan dengan membayar mahar yang baru pula. 2) Thalaq Ba‟in Yaitu thalaq yang dijatuhkan suami kepada isterinya yang belum pernah digauli (bersenggama) atau thalaq tersebut sebagai ganti dari mahar yang dikembalikannya (khulu) atau thalaq tiga.19 thalaq ba‟in ada dua macam, yaitu thalaq ba‟in shugra dan thalaq ba‟in kubro.
18
Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet ke-1, h.191-
19
Abdul Qodir Jaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1995), Cet ke-1,
192 h.331
25
b. Khulu Menurut para fuqaha, khulu kadang dimaksudkan makna yang umum, yakni perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagai iwadh yang diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan, baik dengan kata khulu, mubara‟ah maupun thalaq. Kadang dimaksudkan makna yang khusus, yaitu thalaq dasar iwadh sebagai tebusan dari isteri dengan kata-kata khulu (pelepasan) atau yang semakna seperti mubara‟ah (pembebasan). c. Fasakh Fasakh berarti mencabut atau menghapus, maksudnya ialah perceraiaan yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami isteri dalam mencapai tujuannya.20 Beberapa sebab terjadinya fasakh anatara lain sebagi berikut:21 1) Suami mempunyai cacat atau penyakit Yang dimaksud dengan cacat disini adalah ialah mungkin berupa penyakit jasmani atau rohani, yang tidak dapat dihilangkan atau dapat
20
Kamal Mukthar, Azas-azas Hukum Islam Tentang perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987)Cet.Ke-2, h. 212 21
Kamal Mukthar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan,h. 212
26
disembuhkan dalam jangka waktu yang lama yang mengakibatkan tujuan perkawinan tidak dapat tercapai.22 2) Suami tidak sanggup memberi nafkah Imam Malik, Syafe‟i dan Ahmad bahwa hakim boleh menetapkan putusannya perkawinan karena suami tidak memberikan nafkah kepada isterinya, baik memang tidak ada lagi nafkah atau suami menolak memberi nafkah.23 3) Suami melakukan kekejaman Apabila terjadi suami melakukan kekejaman atau penganiyaan kepada isterinya, sudah jelas bahwa mereka tujuan perkawinan mereka tidak tercapai, terang saja rumah tangganya tidak akan aman dan hilang rasa kasih mengasihi, hormat menghormati, sebagai yang dianjurkan Allah SWT. 4) Suami meninggalkan tempat kediaman bersama Apabila suami pergi dari tempat kediaman bersama, tidak diketahui kemana perginya, dan tidak diketahui hidup atau matinya, dalam hal ini Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 pasal 19 huruf b yaitu: Salah satu pihak meninggalkan paihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya. 22
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan karena Ketidak mampuan Suami Menunaikan Kewajibannya, h. 55-56 23
Kamal Mukthar, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan,h. 212
27
5) Suami dihukum penjara Diantara hak yang diberikan kepada isteri untuk meminta cerai adalah apabila suami menjalani hukuman penjara. Dalam hal ini Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 pasal 19 huruf c berbunyi: Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.24 d. Li‟an Li‟an yaitu ucapan suami kepada isteri sebagai berikut :” Saya bersaksi kepada Allah bahwa saya benar, terhadap tuduhan saya kepada isteri saya dia telah berzina.” Dan jika ada anak dalam kandungan, yang diyakini bukan anaknya, hendaknya diterangkan pula bahwa anak itu bukan anaknya. Perkataan itu hendaknya diulang-ulangi sebanyak empat kali, kemudian diakhiri dengan ucapan: “Allah akan melaknatku sekiranya akau berdusta dalam tuduhanku ini.” Li‟an ini bisa dilakukan oleh suami yang menuduh isterinya tanpa dapat mengajukan empat orang saksi, sebagaimana keterangan syar‟i. karena jika suami menuduh isterinya berzina tanpa dapat menghadirkan empat orang saksi dan tidak pula melakukan li‟an ia dapat dikenakan hukuman dera 80 kali.25
24
Firdaweri, Hukum islam Tentang Fasakh Perkawinan karena Ketidak mampuan Suami Menunaikan Kewajibannya, h.63-68 25
337
Abdul Qodir Jaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1995), Cet-1,h. 336-
28
e. Ila‟ Ila adalah seorang laki-laki yang bersumpah untuk tidak menyentuh isterinya secara muthlak atau lebih dari empat bulan. Hal ini dimaksudkan untuk menyakiti isteri, menyakiti kehormatan isteri, dan merendahkan keperempuannnya. Lebih dari itu juga berpisah tempat tidur, menaruh kebencian, dan tidak memberi hak-haknya sesuai yang disyaratkan. Sungguh Islam mengharamkan berbagai bahaya macam ini, serta membentuk hukum yang benar untuk menghapus segala permasalahan dan perselisihan keburukan.26 f. Zhihar Zhihar adalah seorang laki-laki yang mengharamkan isterinya bagi dirinya dengan menyerupakan keharamannya seperti ibunya, saudara perempuannya, atau salah satu mahramnya. Kemudian tidak diikuti thalaq. Hukum tersebut pada masa jahiliyah menjadikan haram selamanya. Lalu berpisahlah antara laki-laki dan isterinya. Peristiwa tersebut masih terjadi dalam Islam. Diceritakan bahwa Aus bin Shamit marah pada isterinya lalu men-zhihar pada isterinya. Isterinya datang pada Rasullah SAW untuk
26
Ali Yusuf As-Subki, “Fiqh Keluarga, Pedoman Berkembang dalam Islam”, (Jakarta: Sinar Grafika Offser, 2010), Cet. 1, h. 359-360
29
bertanya. Lalu Rasullah SAW berkata padanya: “aku tidak melihatmu kecuali engkau telah haram baginya.” Itu adalah Zhihar yang pertama dalam Islam.27 Firman Allah SWT:
Artinya: “orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguhsungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”(QS. AlMujadilah (58):2) g. Syiqaq Dari segi bahasa syiqaq bermaksud perbalahan atau permusuhan. Dari segi istilah syiqaq bermaksud: “suami isteri senantiasa berbala dan bergaduh serta saling tuduh-menuduh antara satu salam lain bahwa mereka telah dizalimi oleh pasangan mereka “. Dalam keadaan ini kedua-dua suami isteri dianggap sebagai nusyuz sama ada dari segi perkataan atau perbuatan.28 Dengan kata lain syiqaq itu adalah perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan tidak ada harapan lagi untuk hidup rukun lagi. dalam
27
Ali Yusuf As-Subki, “Fiqih Keluarga, Pedoman Berkembang dalam Islam”, (Jakarta: Sinar Grafika Offser, 2010), Cet. 1, h. 360 28
Norzulaili Mohd Ghazali Wan Abdul Fattah Wan Ismail, “Nusyuz, Shiqaq dan Hakam”, (Kuala Lumpur: Kolej Universiti Islam Malaysia KUIM, 2005, h. 26
30
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia pasal 113-128 dijelaskan macam-macam perceraian, Yaitu: cerai thalaq, cerai gugat, khulu, li‟an, dan fasakh.
E. Akibat dan Hikmah Perceraian 1. Akibat Perceraian Apabila perkawinan yang diharapkan tidak tercapai dan perceraian yang diambil sebagai jalan keluarnya maka akan timbul dari perceraian itu sendiri. Dalam hal ini Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan atau Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur hal tersebut pada pasal-pasal berikut ini, yaitu: a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Pasal 41 Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah 1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan memberi keputusannya. 2) Bapak yang bertangung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyatannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. 3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada berkas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan /atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. b. Kompilasi Hukum Islam (KHI)
31
Pasal 149 Bilamana perkawinan putus karena thalaq, maka bekas suami wajib: 1) Memberikan mut‟ah yang layak kepada bekas isterinya baik berupa uang atau benda kecuali bekas isteri tersebut Qobla al-Dukhul. 2) Memberi nafkah, makan atau kiswah kepada bekas isteri selama dalam masa iddah, kecuali bekas isteri telah jatuh thalaq ba‟in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil. 3) Melunasi mahar yang masih terutang seluruhnya dan separuh apabila Qobla al-Dukhul. 4) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun. Pasal 150 Bekas suami berhak melakukan ruju‟ kepada bekas isterinya yang masih dalam masa iddah. Pasal 151 Bekas isteri selama dalam masa iddah wajib menjaga dirinya tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain. Pasal 152 Bekas isteri berhak mendapat nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali bila bila ia nusyuz. Pasal 156 a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh: 1) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibunya; 2) Ayah; 3) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah;
32
4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; 5) Wanita-wanita dari kerabat sedarah garis samping dari ibu; 6) Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah;
b. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya. c. Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi , maka atas permintaan kerabat yang ternyata bersangkutan pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula. d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tangungan ayah menurut kemampunannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus dirirnya sendiri (21 tahun). e. Bialaman terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, pengadilan agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d). f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.
2. Hikmah Perceraian Dalam Al-Qur‟an tidak ada ayat yang menyuruh atau melarang eksistensi perceraian, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat yang menyuruh melakukannya. Suatu kejadian pastinya terhadap hikmah yang akan didapatkan, begitu juga pada permasalahan perceraian akan ada hikmah yang akan kita dapatkan baik bagi suami atau sang isteri. Thalaq pada dasarnya sesuatu yang halal tetapi hal yang paling dibenci Allah SWT, hikmah dibolehkanya thalaq itu adalah karena
33
dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu. Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan akan menimbulkan mudharat bagi kedua belah pihak baik itu bagi suami atau isteri bahkan kepada sang anak itu sendiri. Allah
SWT
Yang
Maha
Bijaksana
menghalalkan
thalaq
tapi
membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, isteri atau keduanya, atau untuk kepentingan keturunannya. Selain hal itu, hikmah adanya perceraian akan menambahkan kita pada pembelajaran hidup bahwasannya dalam hidup terdapat dinamika yang harus kita jalani, baik itu bersifat senang ataupun sedih. Karena semua ini sudah ada ketentuannnya yang telah lama ditentukan oleh Allah SWT sehingga pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta yaitu Allah SWT.29
29
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh dan Munakahat dan UU Perkawinan, h.109
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIA JEJARING SOSIAL DAN PERSELINGKUHAN
A. Pengertian dan Macam-macam Media Jejaring Sosial 1. Pengertian Media Jejaring Sosial Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Jejaring sosial terbentuk dari simpulsimpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, dan keturunan sebagai penghubungnya. Banyak layanan jejaring sosial berbasiskan web yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk berinteraksi, seperti chat, messaing, e-mail, video, chat suara, share file, blog, grup diskusi, dan lainlain. Umumnya, jejaring social memberikan layanan untuk membuat biodata dirinya. Pengguna dapat meng-upload foto dirinya dan dapat menjadi teman dengan pengguna lainnya. Beberapa jejering social memiliki fitur tambahan, seperti pembuatan grup untuk dapat salang sharing di dalamnya.1
1
Hanni Sofia & Budhi Prianto, Panduan Mahir Akses Internet, (Jakarta: Kriya Pustaka, 2010),Cet. 1, h. 158
34
35
Maraknya new media, seperti blog, jurnalisme warga (citizen journalism), twitter, dan semakin populernya jejaring sosial facebook, tanpa kita sadari, telah mengubah kebiasaan manusia dalam berkomunikasi, yaitu dari lisan ke tulisan. Tanpa disadari pula, lambat laun kita telah mamasuki budaya baca, meskipun pesan atau isi pernyataan yang dibaca terpampang di layar monitor computer, laptop, atau telepon seluler (ponsel). Apapun situasinya, aktivitas membaca di media apa pun jauh lebih bagus dari pada tidak sama sekali.2 2. Macam-macam Media Jejaring Sosial a. Facebook Perusahaan yang berkembang pada situs jejaring sosial ataupun telah ada sebelumnya, sebut saja salah satunya yang sedang populer adalah facebook yang berhasil memikat pengguna dengan anggota mencapai 250 Juta.3 Apabila menengok beberapa tahun yang lalu, kehadiran facebook memang tidak diperhitungkan, terutama di Negara kita tercinta, mungkin karena dianggapnya baru, jadinya peminatnya masih sedikit. Seiring berjalannya waktu, lambat laun peminatnya menjadi lebih banyak, sehingga bisa bersaing dengan situs pertemanan lainnya.
2
4
Mulyadi Hadi, Twitter untuk Orang Awam, (Palembang, Maxikom, 2010), h.3
3
Hanni Sofia & Budhi Prianto, Panduan mahir akses Internet, (Jakarta: Kriya Pustaka, 2010),Cet. 1, h.158 4
h.1
Dominikus Juju, Seri Penuntun Praktis Facebook, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009),
36
Facebook adalah situs jejaring social yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard. Situs ini memiliki jumlah pengguna paling besar di antara situs-situs jejaring social lainnya. Sekarang, di dunia termasuk Indonesia, telah terserang “demam facebook”. Situs ini dilengkapi dengan berbagai fitur yang akan memanjakan kita, misalnya kecepatan dalam berkomunikasi, seperti wall, status, dan live chat. Situs
pertemanan
facebook
memungkinkan
seseorang
untuk
menemukan teman lama, menemukan teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan dan komentar. Selain fasilitas-fasilitas utama yang disebutkan, masih sangat banyak fasilitas-fasilitas yang ditawarkan situs itu, baik secara formal atau non-formal, independen atau dependen.5 b. Twitter Twitter adalah situs mikroblog dan situs web jejaring social yang memberikan fasilitas bagi pengguna untuk mengirimkan sebuah pesan teks dengan panjang maksimum 140 karakter melalui SMS, pengirim pesan instan, surat elektronik.
5
Hanni Sofia & Budhi Prianto, Panduan mahir akses Internet, (Jakarta: Kriya Pustaka, 2010),Cet. 1, h.158
37
Twitter didirikan pada bulan Maret 2006 oleh perusahaan rintisan Obvios Crop. Istilah twitter secara harfiah disebut tweet yang berarti „berkicau‟. Situs ini mempunyai konsep blog mikro dalam penggunaannya. Di Indonesia situs jejaring social ini mempunyai pengguna aktif yang cukup banyak. Ide pembuatan Situs twitter yaitu berawal dari pertanyaan sederhana “Apa yang anda lakukan saat ini ? “. Twitter menghubungkan pertanyaan tersebut kepada pengguna dengan kembali bertanya “ What are you doing ? “. Tentunya jawaban tersebut akan disebarluaskan oleh twitter melalui fasilitas antarmuka (dashboard). Jika layanan pesan berbasis SMS hanya mampu mengirimkan informasi kepada pengguna yang dikenal, maka twitter bisa digunakan sebagai sarana penyebar informasi kepada semua orang baik yang dikenal maupun yang tidak, untuk memberitahukan keberadaan penggunanya. Penyampaian pesan dalam twitter umumnya tanpa berharap mendapatkan balasan/respon dari pembacanya. Twitter mampu memberikan informasi cepat tentang keberadaan seseorang atau yang akan seseorang lakukan. Contoh “Aku mau makan pergimain golf nanti sore, bila ada yang mau nyusul aja ke bla..bla…bla…”. orang lain yang menjadi pengikut Twitter kita akan mengetahui berita tersebut dan respon akan tercipta. Untuk urusan bisnis, Twitter bisa dijadikan alat untuk mengumumkan kabar terbaru atau posting blog terbaru dari sebuah
38
perusahaan bahkan berinteraksi dengan konsumen. Twitter juga memudahkan kolaborasi internal dan komunikasi dalam sebuah kelompok.6 c. Google Bluzz Goole Buzz merupakan jejaring social yang mirip facebook. Di Google Buzz, kita bisa Sharring video ataupu Update status dengan temen-teman kita di Google Buzz, juga mengomentari status update seseorang. Jika kita pengguna Gmail, Google Buzz secara otomatis aktif di Gmail kita, sebagai cirinya, Kita bisa melihat Google Buzz link di inbox Gmail kita. d. Multiply Multiply.com adalah salah satu layanan bogging yang digemari saat ini karena menyediakan fasilitas lengkap untuk para blogger, seperti blog itu sendiri, foto album, guestbook, music, video, link, maupun review. Dengan multiply, kita selalu bisa tahu kabar terakhir dari teman kita karena setiap berita baru akan di update halaman inbox summary. Multiply sangat cocok digunakan untuk blog yang membutuhkan banyak tampilan gambar. e. FUPEI FUPEI (friends uniting program especially Indonesia) adalah sebuah situs komunitas yang berisi jurnal persahabatn dan kreativitas di internet. Situs jejaring social asli indonesia ini terus berusaha untuk mengembangkan fasilitasnya agar tidak kalah dengan situs sejenis dari luar. Hampir penggunanya juga berasal dari Indonesia. 6
Mulyadi Hadi, Twitter untuk Orang Awam, (Palembang, Maxikom, 2010), h. 3-4
39
f. DiGLi DiGLi adalah situs pertemanan khas Indonesia, sebagai ajang berinteraksi sehingga membentuk sebuah aktivitas bersosialisasi. Dengan DiGLi, kita bisa lebih mudah mendapatkan teman-teman baru dari seluruh Indonesia. Selain itu, berbagai fasilitas yang tersedia sangat mendukung penggunanya untuk menjalin komunikasi. Situs ini seperti gabungan Facebook dengan Kaskus. g. Otofriends.com Otofriends.com merupakan jejaring sosial asli Indonesia yang didirikan pada tahun 2008. Situs ini mengusung tema jejaring sosial dengan tagline
“Community
Gethering,
Start
From
Indonesia”.
Otofriends
dikembangkan oleh mahasiswa asli dari Indonesia. Jejaring sosial ini tergolong cepat dengan fitur Otofriends mirip dengan Facebook. Fitur Otofrineds
dapat
dikatakan
merupakan
kombinasi
dari
facebook,
Yahoogroups, Friendster, bahkan Multiply. h. Lilocity.com LiLo (Little Online) didirikan sebagai tempat kumpul anak muda yang berkonsep
dunis
virtual.
Sandi
Pinatabahri,
Manajer
Bisnis
LiLo
mengembangkan situs ini kearah pertemanan virtual karena ingin memberikan tempat untuk anak-anak muda bersosialisasi, berekreasi, dan mengekspresikan dirinya di dunia virtual.
40
i.
Kongkoow.com Kongkoow merupakan situs jejaring sosial lokal yang menyediakan fasilitas sangat lengkap, seperti keanggotaan e-mail, file sharing, video streaming, dan blogging. Jejaring sosial karya anak bangsa ini tidak kalah dengan buatan luar negeri.7
B. Media Jejaring Sosial Sebagai Pemicu Perselingkuhan Banyak definisi dilontarkan untuk mengartikan kata selingkuh, yang dalam sepuluh tahun belakangan ini menjadi bahan perbincangan. Kata selingkuh menggantikan kedudukan kata-kata lain yang sering digunakan masyarakat, seperti: affair dan penyelewengan.8 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia perselingkuhan berasal dari kata “selingkuh”: suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong.9 Menurut Abdul Aziz Ahmad Selingkuh artinya: menyerahkan sesuatu hal positif yang seharusnya diserahkan hanya kepada suami atau isteri kepada orang lain yang bukan suami atau istri. Hal positif tersebut antara lain : cinta, pengharapan, birahi, pelayanan, dan lain-lain. 7
Hanni Sofia & Budhi Prianto, Panduan Mahir Akses Internet, (Jakarta: Kriya Pustaka, 2010),Cet. 1, h. 8
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, (Bandung: Pustaka Hidayah), Cet. Ke-1, h. 81 9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h.1021
41
Selingkuh terbagi tiga tingkatan, sesuai dengan besar kecilnya hal positif yang diserahkan kepada orang lain. Pertama: selingkuh berat, selingkuh jenis ini terjadi jika seseorang melakukan tindakan persetubuhan dengan lawan jenis yang bukan pasangannya. Kedua: selingkuh tingkat sedang. Selingkuh jenis ini terjadi jika seseorang melakukan kontak fisik secara langsung dengan lawan jenis yang bukan pasangannya.10 Dalam surat an-Nisa ayat 34 yang berbunyi, yaitu:
Artinya: “Wanita yang kamu khawatirkan nuzyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatmu, maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar:. (an-Nisa 4:34) Dalam hal ini hukum badan tersebut adalah hukum badan yang ringan. Hal ini sejalan dengan Hadist yang artinya: “Bertaqwalah kepada Allah dalam urusan wanita, karena kamu mengambil mereka sebagai amanat Allah ….dan mereka berjanji kepadamu bahwa mereka tidak akan mengizinkan masuk
10
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, , h. 82
42
kerumahmu siapapun juga yang tidak kamu sukai. Jika mereka melanggar berilah mereka hukuman badan ringan yang sekiranya tidak meninggalkan bekas pada tubuhnya”. (H.R. Bukhari)11 Ketiga: selingkuh ringan. Selingkuh jenis ini terjadi jika seseorang melakukan berbagai aktifitas fisik dengan lawan jenis yang bukan pasangannya. Aktifitas tersebut tidak dilakukan dengan melekatkan organ-organ tubuh pria dan wanita, namun sebatas pandang memandang dan berbicara saja, baik berbicara langsung atau tidak langsung, misalnya, via e-mail, sms atau surat, bisa juga melalui salah satu media jejaring sosial seperti facebook. 12 Umumnya skenarionya dimulai seseorang punya akun facebook, lalu menemukan seseorang lawan jenis yang kelihatannya menarik, lalu mulai “add friend”, setelah diterima, lalu saling mengirim berita di “wall” mulai dari formal lalu masuk ke ranah pribadi dan menjadi akrab dan masuk ke bagian “chatting room”, kemudian mengirim gambar-gambar, kemudian berbagi info dan nomor kontak HP, dan seterusnya. Bila dua pribadi yang berlainan jenis sudah saling terus menerus saling sharing terjadilah keakraban emosional bahkan bisa dikategorikan “perselingkuhan emosional”, Itu terjadi bila sudah berani saling panggil dengan kata yang hanya untuk suami istri, misalnya: sayang, papi-mami, manisku, dan banyak istilah yang eksklusif lainnya yang hanya untuk pasangan.
11
12
Muhammad bin Ismail al-Bukhari Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr) h.39
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, (Bandung: Pustaka Hidayah),
43
Apalagi semua kegiatan diceritakan dan kemudian perhatian tercurah kepada “teman” facebook ini. Ada juga seorang yang menemukan seseorang yang merupakan cinta lamanya dan kemudian berpisah karena berbagai sebab. Walaupun sudah masingmasing berkeluarga, tetap merasa tidak apa-apa kalau chatting. Lalu dimulailah percakapan seperti di atas, dan akhirnya muncul cinta lagi yang hilang. Ada kerinduan untuk kembali kepada kenangan indah sewaktu dulu, ini dinamakan “retrosexsuals”. Ada banyak definisi retroseksual, tetapi salah satunya adalah berseminya cinta yang dulu pernah ada ketika seseorang yang dulu pernah mencintai berjumpa kembali dan merajutkan hubungannya. Perselingkuhan ini bisa terjadi karena memang “pria terangsang secara visual, dan wanita terangsang secara emosional”. Mungkin karena gambar-gambar cantik yang ditaruh di facebook.13 Kemudahan berinteraksi melalui media sosial memang tak perlu diragukan lagi. Di jaman sekarang, semua bisa dilakukan melalui jaringan internet. Namun, dibalik segala keuntungan yang sudah dirasakan oleh siapa saja, ternyata ada juga beberapa pihak yang merasa bahwa media sosial seperti facebook memberikan efek buruk bagi hubungan suami istri. kasus perceraian oleh istri yang terlebih dahulu mengajukan berkas cerai ke Pengadilan Agama
13
Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 melalui www.republika.co.id
44
(PA). Penyebabnya adalah perselingkuhan melalui facebook. Sebagian besar usia perkawinan yang mengajukan berkas cerai masih berumur 2-6 tahun. Banyak yang menganggap bahwa facebook dan media sosial lainnya bisa menyebabkan rusaknya hubungan seseorang, penculikan, pemerkosaan, hamil di luar nikah dan hal buruk lainnya. Padahal facebook dan situs jejaring sosial lainnya hanyalah sarana mempertemukan seseorang dengan orang lain secara virtual. Bila alat itu dipergunakan dengan baik dan benar, maka hasil tentu akan positif. Contohnya, jumlah kawan, relasi bisnis bisa bertambah, dan lain sebagainya. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memutuskan bercerai, begitu pula remaja yang nikah muda karena hamil duluan.14
C. Akibat Hukum Perselingkuhan 1. Dasar larangan perselingkuhan Mengenai dasar larangan perselingkuhan penulis tidak menemukan kata-kata langsung mengenai perselingkuhan apalagi perselingkuhan melalui facebook secara langsung dalam hukum perkawinan. Ajaran agama Islam sangat membatasi seorang laki-laki dan perempuan melakukan hubungan atau pergaulans yang terlalu bebas dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga apabila seorang laki-laki dan perempuan telah menikah mempunyai batasanbatasan seperti halnya istri tidak boleh pergi meninggalkan rumah tanpa izin
14
Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 melalui www.republika.co.id
45
suami. Kebersamaan dan keterbukaan dalam rumah tangga penting agar tidak terjadi perbedaan dan kesenjangan antara pasangan suami istri.15 Dalam hal ini yang menjadikan dasar bahwa perselingkuhan itu dilarang adalah dalam Al-Qur‟an surat al-Isra ayat 32:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”(Q.S.al-Isra 17: 32) Dan dalam surat al-mu‟minun ayat 5-7:
Artinya: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteriisteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” ( Q.S. alMu‟minun 23: 5-7) Dari segi ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa, mendekati zina saja kita dilarang apalagi sampai melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, Ayat ini juga melarang seorang laki-laki dan perempuan mendekati perzinaan. Sedangkan perbuatan perselingkuahn merupakan salah satu jalan untuk melakukan perzinaan.
15
Undang-undang Republik Indonesia No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi Hukum Islam beserta penjelasannya (Bandung: Otra Umbara, 2007) Cet.ke-1,h.
46
Sedangkan menurut pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, pasal 19 undangundang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.16
2. Pandangan Hukum Islam Dalam Islam tidak ada istilah perselingkuhan mungkin istilah ini biasa diqiyaskan dengan qadzaf yang berarti menuduh berbuat zina. Dengan demikian, qadzaf temasuk dosa besar. Syariat telah mewajibkan hukuman delapan puluh kali dera bagi orang yang menuduh berzina (qadzif). Syarat-syarat dalam qadzaf: a. Islam, berakal, dan Baligh; b. Orang yang menuduh berzina (qadzif) itu dikenal ditengah-tengah masyarakat sebagai orang yang suci, taat beribadah dan shahih; c. Adanya tuntutan dari maqdzuf (tertuduh berbuat zina) dijatuhkannya hukuman had bagi qadzif; Si qadzif tidak mendatangkan empat saksi, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT: ”mereka tidak mendatangkan empat orang saksi”
16
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo), ed.1, Cet. 5, h. 141
47
Yang menjadi dasar penetapan had qadzaf: a. Pengakuan dari qadzif sendiri. b. Kesaksian dua orang laki-laki yang adil. Allah SWT telah mengharamkan qadzaf ditengah-tengah kaum muslimin, dimana telah berfirman:
Artinya: “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya Allah Mha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-nur 4-5) Had qadzaf
dinyatakan gugur jika si qadzif (penuduh) dapat
mendatangkan empat orang saksi. karena dengan adanya empat orang saksi itu berarati alternative negative ynag mengharuskan hukuman had, menjadi lenyap. Dengan demikian, saksi-saksi tersebut akan memperkuat tuduhan perzinaan itu. Dan had zina harus diberikan kepada tertuduh berbuat zina, karena dia benar-benar telah berzina. Jika seseorang menuduh suaminya berbuat zina, maka dia harus dijatuhi hukuman had, jika syarat-syarat untuk menjatuhkannya telah terpenuhi. Tetapi
48
jika suami yang menuduh istrinya berzina dan dia tidak mendatangkan bukti-bukti konkret, maka dia tidak dapat dijatuhi hukuman had, hanya saja dia harus bersumpah lian. Jika suami dapat mendatangkan bukti-bukti dan juga tidak mau bersumpah lian, maka diapun harus dijatuhi hukuman had qadzaf.17 Perselingkuhan bisa menimpa siapa saja, orang muslim maupun non muslim. Menangkal pernik-pernik perselingkuhan tidak semudah yang kita duga, karena godaan cukup besar. Pernikahan sangat sacral tidak sepatutnya dinodai dengan perselingkuhan. Kita sebagai umat muslim harus secara tegas menghindari perselingkuhan yang jelas-jelas membawa dampak buruk pada hubungan pernikahan. Pada hakikatnya perselingkuhan sama dengan perzinahan yang secara jelas diharamkan dalam Islam, maka sudah sepatutnya kita tidak terjebak dalam perselingkuhan. Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan. Islam memerintahkan kepada suami istri agar bergaul dengan cara yang baik, serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing pasangan, karena boleh jadi di dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu menyelesaikan persoalan maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan jenis yang bukan mahram-nya; seperti teman sekantor, tetangga, kenalan, dan sebagainya. Awalnya mungkin hanya sebatas curhat, tetapi tanpa disadari, jika sudah mulai merasa nyaman, persoalan mungkin justru tidak terpecahkan, yang kemudian terjadi adalah munculnya rasa saling 17
Diakses pada tanggal 21 Juni 2012, www.makmun-anshory.blogspot.com
49
ketergantungan dan ketertarikan. Hal ini biasa menjadi awal dari kedekatan di antara mereka dan peluang untuk terjadi perselingkuhan. Dalam pandangan Islam hubungan antara pria dan wanita merupakan pandangan yang terkait dengan tujuan untuk melestarikan keturunan, bukan semata-mata pandangan yang bersifat seksual. Dalam konteks itulah, Islam menganggap berkembangnya pikiran-pikiran yang mengudang hasrat seksual pada sekelompok orang merupakan keadaan yang membahayakan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan. Pria dan wanita untuk menutup aurat, menahan pandangannya terhadap lawan jenis, melarang pria dan wanita ber-khalwat, melarang wanita bersolek dan berhias di hadapan laki-laki (non-mahram). Islam juga telah membatasi kerja sama yang mungkin dilakukan oleh pria dan wanita dalam kehidupan umum serta menentukan bahwa hubungan seksual antara pria dan wanita hanya boleh dilakukan dalam dua keadaan, yaitu: lembaga pernikahan dan pemilikan hamba sahaya.
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TEGAL TENTANG PENYELESAIAN FACEBOOK SEBAGAI PEMICU PERSELINGKUHAN YANG BERDAMPAK PADA PERCERAIAN
A. Profi Pengadilan Agama Tegal NAMA
: PENGADILAN AGAMA TEGAL
ALAMAT
: Jl. Mataram No. 6 Kota Tegal Telp./Fax. (0283) 323228 – 323229 Kode Pos 52141
DASAR PEMBENTUKAN : Staatblad 1882 nomor 152 pasal 1. Kemudian sebagai tindak lanjut dari pada Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1986 Jo Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1987 tentang pembentukan Pengadilan Agama Slawi maka Pengadilan Agama Tegal telah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Pengadilan Agama Tegal dan Pengadilan Agama Slawi Jo. Pasal 206 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
50
51
WILAYAH HUKUM
: Wilayah
hukum
berdasarkan
Pengadilan
surat
dari
Agama
Pengadilan
Tegal Tinggi
Agama Semarang tanggal 26 November 1987 Nomor : PTA.k/K/355/87 wilayah hukumnya sama dengan wilayah hukum Pengadilan Negeri Tegal.
Dan
berdasarkan
KMA/150/II/1994
menyatakan bahwa wilayah hukum Pengadilan Negeri
Tegal
adalah
meliputi
Wilayah
Kotamadya Tegal ditambah 2 (dua) Kecamatan Kramat dan Kecamatan Dukuhturi. 1. Kelurahan
: 27
2. Desa
: 37
3. Kecamatan
: 6
4. Batas Wilayah
: - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa. - Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tegal. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Brebes. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986 tentang perubahan Batas Wilayah Kotamadya
Daerah
Tingkat
II Tegal
dan
52
Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal,
Luas
Wilayah Kota Tegal adalah 38,50 Km² atau 3.850 Hektar. Namun demikian secara Defacto luas wilayah Kota Tegal mengalami perubahan sejak tanggal 23 Maret 2007 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa., sehingga luas wilayah Kota Tegal menjadi 39,68 Km² atau 3.968 Hektar.
LETAK GEOGRAFIS
: Kota Tegal Terletak diantara 109°08‟ - 109°10‟ Bujur Timur dan 6°50‟ - 6°53‟ Lintang selatan dengan bentang terjauh utara ke Selatan 6,7 Km dan Barat ke Timur 9,7 Km
JUMLAH PEGAWAI
1
:
19 orang PNS dan 7 orang Honorer1
Sumber berasal dari http://www.pa-tegal.go.id/home/profil-pa-tegal.html// diakses pada tanggal 1 Juni 2012
53
5. Prosedur Perceraian Pengadilan Agama Tegal Sebelum membahas perceraian karena perselingkuhan secara khusus yang dikarenakan facebook sebagai pemicunya, terlebih dahulu penulis akan menggambarkan prosedur perceraian baik penerimaan perkara sampai jalannya persidangan secara gobal, mulai dari pendaftaran perkara di kepaniteraan pengadilan sampai perkara tersebut disidangkan. Awal surat gugatan atau permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan ke kepaniteraan Pengadilan Agama (surat gugatan diajukan pada sub kepaniteraan gugatan sedangkan permohonan pada subkepaniteraan permohonan). Undang-undang membedakan antara perceraian atas kehendak isteri. Hal ini karena karateristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian.2 Untuk mengajukan perkara perceraian ke pengadilan agama dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Perkara Gugatan (Kontentius). b. Perkara Permohonan (Voluntair).3
2
Mukti Arto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet.Ke-4, h.206 3
h.206
Mukti Arto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
54
Perceraian atas kehendak suami disebut dengan cerai thalak dan perceraian atas kehendak isteri disebut cerai gugat. Menurut Hukum Islam suamilah yang memegang tali perkawinan, oleh karenalah suami yang berhak melepaskan tali perkawinan dengan mengucapkan ikrar thalak. maka apabila suami menghendaki perceraian, ia bukan mengajukan gugatan perceraian akan tetapi permohonan izin untuk mengucapkan ikrar thalak. Permohonan cerai thalak meskipun bentuknya adalah permohonan kontentius. Sedangkan perceraian atas kehendak isteri disebut dengan cerai gugat.4 Sebelum perkara terdaftar di kepaniteraan, panitera melakukan penelitian terlebih dulu terhadap kelengkapan berkas perkara (penelitian terhadap bentuk dari isi gugatan permohonan sudah dilakukan sebelum perkara didaftarkan. Misalnya dalam membuat surat gugatan. Kepaniteraan dibolehkan memberikan arahan pada penggugat apabila dalam gugatan yang dibuat tidak sesuai. Apabila terjadi kesalahan dalam gugatan atau permohonan maka tidak boleh didaftarkan sebelum petita dan positanya jelas, seprti ada petita namun tidak didukung oleh posita berarti gugatan atau permohonan tidak jelas.5 Jika hal tersebut terjadi maka gugatan atau permohonan tersebut terlebih dahulu harus diperbaiki. Panitera sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam meneliti berkas gugatan atau permohonan sebaiknya melakukan penelitian 4
Mukti Arto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
5
Mukti Arto, Praktek Perdata Pada Pengadilan Agama, h.76
h.208
55
tersebut disertai dengan membuat resume tersebut diserahkan kepada Ketua Pengadilan (dengan buku ekspedisi local sebenarnya). Dengan disertai dengan saran tindak misalnya berbunyi syarat-syarat cukup dan siap untuk disidangkan.6 Kemudian penggugat atau permohonan menghadap ke meja 1 untuk menaksir besarnya biaya perkara dan menulisnya pada Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut. Hasil ini sejalan pada pasal 193 Rbg / pasal 182 ayat (1) HIR / pasa 90 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang meliputi: Pasal 90 (1) Biaya perkara sebagaimana dimaksud dalam pasal 89, meliputi: a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan untuk perkara tersebut. b. Biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah, dan biaya pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara tersebut. c. Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan setempat dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan pengadilan dalam perkara tersebut; dan d. Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah Pengadilan yang berkenan dengan perkara tersebut.7
6
Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 2001), ed. Ke-2, Cet.Ke-8, h.129 7
Pasal 90 ayat (1), Undang-undang No 3 Tahun2006 Tetang Perubahan Undang-undang no 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, h.16
56
Ketentuan diatas tidak berlaku bagi yang tidak mampu dan diizinkan mengajukan
gugatn
perceraian
secara
prodeo
(Cuma-Cuma).
Ketidakmampuannya dapat dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Setelah itu, penggugat atau pemohon menghadap ke meja II dengan menyerahkan surat Gugatan/permohonan dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dibayar. Setelah selesai, kemudian surat gugatan permohonan tersebut dimasukan dalam map Berkas Acara, kemudian menyerahkannya kepada Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui panitera.8 Setelah terdaftar gugatan diberi nomor perkara kemudian diajukan Ketua Pengadilan, setelah ketua pengadilan menerima gugatan maka ia menunjuk hakim yang ditugaskan untuk menangani masalah tersebut. Pada prinsipnya pemeriksaan dalam persidangan dilakukan oleh hakim maka hakim ketua pengadilan menunjuk seorang hakim sabagai ketua majelis dan dibantu hakim anggota.9 Setelah itu hakim yang bersangkutan dengan surat ketetapannya dapat menetapkan hari, tanggal serta jam, kapan perkara itu akan disidangkan, ketua memerintahkan memanggil kedua belah pihak supaya hadir dalam persidangan
8
M. Fauzan, pokok-pokok Acara perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari‟iyah di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), Cet Ke-2, h.14 9
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan (Jakarta: sinara Grafika, 2004), Cet Ke-6, Hal.39
57
pasal 121 HIR,10 untuk membantu majelis hakim dalam menyelesaikan perkara, maka ditunjuk seorang atau lebih panitera sidang dalam hal ini panitera, wakil panitera, panitera muda dan panitera pengganti.11 Tata cara pemanggilan dimana dilakukan secara resmi dan patut, yaitu: a. Dilakukan jurusita atau jurusita pengganti diserahkan kepada pribadi yang dipanggil ditempat tinggalnya. b. Apabila tidak ditemukan maka surat panggilan tersebut diserahkan kepada kepala desa yang bersangkutan c. Apabila salah seorang telah meninggal dunia maka disampaikan kepada ahli warisnya. d. Setelah melakukan pemanggilan maka jurusita harus menyerahkan risalah (tanda bukti bahwa pihak telah dipanggil kepada hakim yang akan memeriksa perkara yang bersangkutan). e. Kemudian pada hari yang telah ditentukan sidang perkara dimulai.12 Sedangkan proses pemeriksaan perkara di depan sidang dilakukan melalui tahap-tahap dalam hukuman acara perdata sebagaimana yang telah tertera
10
M.Fauzan, Pokok-pokok Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syar‟iyah di Indonesia,h.13 11
A.Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia (Jakarta; Kencana, 2006), Cet Ke-1, h.214
12
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan, h.40
58
dalam Undang-undang No.3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undangundang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama pasal 54:13 “Hukum acara yang berlaku pada Peradilan Agama dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-undang ini”. Setelah hakim membuka sidang dan dinyatakan terbuka untuk umum, dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang keadaan para pihak, ini bersifat cecking indentitas para pihak apakah para pihak sudah mengerti mengapa mereka dipanggil untuk menghadiri sidang. Pada upaya perdamaian inisiatif perdamaian bisa timbul dari hakim, penggugat ataupun tergugat. Hakim harus sungguh-sungguh mendamaikan para pihak. Apabila ternyata upaya perdamaian yang dilakukan tidak berhasil, maka sidang dinyatakan tertutup untuk umum dilanjutkan ketahap pemeriksaan, diawali dengan pembacaan surat gugatan.14 Selanjutnya pada tahap dari tergugat, pihak tergugat diberikan kesempatan untuk membela diri dan mengajukan segala kepentingannya terhadap penggugat melalui hakim. Pada tahap replik, penggugat kembali menegaskan isi gugatannya yang dilakukan oleh tergugat dan juga mempertahankan diri atas sanggahansanggahan yang disekal tergugat. Kemudian pada tahap Duplik, tergugat dapat menjelaskan kembali jawabannya yang disangkal oleh penggugat. 13 14
A.Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, h.202 R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan, h.41-42
59
Tahap Replik dan Duplik dapat diulang-ulang sampai hakim dapat memandang cukup. Kemudian diajukan dengan pembuktian. Pada tahap pembuktian, penggugat dan tergugat mengajukan semua alat-alat bukti yang dimiliki untuk mendukung jawabannya (sanggahannya), masing-masing pihak berhak menilai alat bukti lawannya. Kemudian tahap kesimpulan, masing-masing pihak mengajukan pendapat akhir tentang hasil pemeriksaan. Kemudian pada tahap putusan hakim menyampaikan segala bentuk pendapatnya tentang perkara tersebut dan menyimpulkan dalam putusan. Dan putusan hakim adalah untuk mengakhiri sengketa.15
B. Gambaran Mengenai Duduk Perkara Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat tergugatnya tertanggal 20 januari 2011 terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Tegal pada tanggal 20 Januari 2011 dibawah Registrasi Perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG. mengajukan hal-hal sebagi berikut:16 1. Bahwa Penggugat adalah isteri sah tergugat, menikah pada hari Kamis tanggal 16 September 2004 di hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal dengan bukti Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor: 496 /21/XI/2004 Seri: AA tertanggal 17 September 2004;
15
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan, hal.45 Sumber berasal dari arsip Putusan Perkara nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG Pengadilan Agama Tegal, h.1 16
60
2. Bahwa setelah akad nikah, Tergugat mengucapkan sighat taklik talak sebagaimana tercantum dalam Buku Kutipan nikah tersebut di atas; 3. Bahwa sejak menikah, Penggugat dan tergugat hidup bersama sebagai suami isteri di rumah orang tua Penggugat 5 (lima) tahun 7 (tujuh) bulan; 4. Bahwa selama pernikahan tersebut, Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai seorang anak, diberi nama: Arkana Safa, umur 06 tahun, sekarang dalam asuhan Penggugat. 5. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan harmonis serta tidak ada permasalahan yang berarti, namun sejak pertengahan tahun 2006 (tiga tahun setelah menikah), rumah tangga Penggugat dengan Tergugat tidak ada kebaikan serta keharmonisan lagi, antara Penggugat dengan Tergugat sering berselisih dan bertengkar disebabkan masalah ekonomi, yakni: selama menikah Tergugat tidak mencukupi kebutuhan seharihari. Apabila Tergugat bekerja gajinya tidak diberikan sepenuhnya kepada Penggugat, Penggugat diberi uang belanja hanya apabila Penggugat minta, sedang yang mencukupi kebutuhan sehari-hari adalah Penggugat usaha sendiri dibantu oleh orang tua Penggugat, lalu pada bulan April 2010, Tergugat pergi meninggalkan Penggugat, lalu pada bulan April 2010, Tergugat pergi meninggalkan Penggugat tanpa alasan yang sah hingga sekarang sudah berjalan selama 9 (Sembilan) bulan, tidak pernah pulang/kembali ke rumah Penggugat, Tergugat pulangnya ke rumah orang tua sendiri;
61
6. Bahwa selama Tergugat pergi meninggalkan Penggugat tersebut, Tergugat tidak pernah datang menengok, tidak memberi nafkah juga meninggalkan sesuatu harta benda yang dapat dijadikan sebagai pengganti nafkah Penggugat serta tidak memperdulikan nasib Penggugat selama waktu tersebut di atas; 7. Bahwa atas sikap dan perbuatan Tergugat sebagaimana tersebut di atas, Penggugat mengajukan gugatan perceraian terhadap Tergugat dengan alasan: Tergugat telah melanggar sighat taklik talak yang diikrarkannya sendiri sesaat sesudah akad nikah angka: 2 dan 4, yakni: tidak memberi nafkah wajib dan membiarkan (tidak memperdulikan) nasib Penggugat selama 1 (satu) tahun, berdasarkan Pasal 116 huruf (g) Kompilasi Hukum Islam; Menimbang, bahwa pada hari yang telah ditetapkan Penggugat dengan Tergugat telah datang menghadap sendiri di Persidangan, kemudian sesuai dengan PERMA RI Nomor 1 Tahun 2008 Majelis Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak melalui mediasi dengan mediator yaitu Drs.A.Khaerun dan mediator telah melakukan mediasi yang di hadiri kedua belah pihak sesuai dengan laporan hasil mediasi tidak berhasil. Menimbang, bahwa setelah gugatan Penggugat dibacakan yang isinya tetap dipertahankan, Tergugat telah memberikan jawaban secara tertulis dengan suratnya tertanggal 10 Maret 2011 yang pokoknya; 1. Bahwa pada pokoknya Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui kebenarannya oleh hukum;
62
2. Bahwa benar selama pernikahan tersebut, antara Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai seorang anak yang bernama: Arkana Safa , umur 6 (enam) tahun sesuai dengan bukti Kutipan Akta Kelahiran Nomor: 84/2005, Tertanggal 25 Januari 2005, sekarang dalam asuhan Penggugat tinggal bersama di rumah orang tua Penggugat; 3. Bahwa sejak menikah hingga April 2010, rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan harmonis tidak ada masalah yang berarti dan kalaupun ada perselisihan, itu tidak “sering” dan bisa diselesaikan bersama. Hal tersebut hanyalah pertengkaran biasa yang biasa terjadi dalam biduk rumah tangga pada umumnya. 4. Bahwa tergugat menolak dengan tegas dalil gugatan Penggugat yang menyatakan bahwa sejak pertengahan tahun 2006 Penggugat dan Tergugat sering berselisih dan bertengkar disebabkan masalah ekonomi. 5. Penggugat telah melakukan hubungan dengan laki-laki baik melalui telepon, sms, maupun facebook, hingga menginap di luar kota ( Tergugat mengetahui dan melihat sendiri), selalu tidak menerima bila ditegur dan ini bukan kejadian pertama kali. Hal-hal yang sangat tidak pantas Penggugat lakukan sebagai seorang isteri dan ibu dari seorang anak dengan cara pulang larut serta menjalin hubungan dengana laki-laki lain yang bukan mukhrimnya. Menimbang,
bahwa
atas
jawaban
Tergugar
tersebut.
Penggugat
mengajukan Replik secara tertulis dengan suratnya tertanggal 17 Maret 2011 yang pada pokoknya sebagai berikut:
63
1. Memang benar kami memiliki putra dari pernikahan yang terjadi, namun seingat saya, tergugat pernah meragukan secara biologis keberadaan anak yang terlahir bahkan tergugat pernah menyatakan untuk melakukan tes DNA apabila ingin mengakui secara sah oleh tergugat. 2. Saya menyatakan keberatan akan jawaban dari tergugat tentang keberadaan saya di dunia maya, karena seutuhnya saya tidak merugikan tergugat. Dan hal yang berada pada dunia maya adalah tentang diri saya pribadi dan menurut saya hal ini sudah menyimpang dari tuntutan yang ada. Hak dasar saya bersosialisasi baik di dunia maya dan nyata adalah hak secara asasi manusia sebagai hak mendasar kebutuhan manusia paling mendasar serta tidak merugikan atau melanggar hukum. Dan adapun dengan siapa saja saya dekat adalah semua terjadi atas sepengetahuan orang tua saya dan hal tersebut terjadi setelah saya berpisah dari tergugat. Menimbang bahwa atas replik Penggugat tersebut, Tergugat mengajukan duplik secara tertulis suratnya tertanggal 24 Maret 2011 yang pada pokoknya sebagai berikut; 1. Tergugat menolak dengan tegas alasan Replik yang disampaikan Penggugat, tentang keberadaan Penggugat di dunia maya yang Penggugat seutuhnya tidak merugikan Tergugat. hal tersebut jelas-jelas sangat merugikan tidak saja bagi Tergugat, namun bagi anak kami. Sebab Penggugat berada di dunia maya hingga melupakan bahwa dirinya mempunyai rumah tangga, dan keberadaan Penggugat di dunia maya telah berdampak pada hubungan rumah tangga
64
Pengggugat dengan sadar atau tidak, dan itu sangat merugikan bagi Tergugat maupun anak. Semua itu terlepas dari hak dasar untuk bersosialisasi, yang masih harus dibatasi dengan norma-norma yang ada dan tidak lepas control. Menimbang, bahwa Penggugat untuk meneguhkan dalil-dalil gugatannya telah mengajukan alat-alat bukti sebagai berikut: A. Alat Bukti Surat yaitu foto copy Duplikat Akta Nikah Nomor: 496/21/IX/2004 Seri: AA tertanggal 08 Juni 2010 dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, alat bukti dengan aslinya, selanjutnya oleh Ketua Majelis ditandai dengan P; Menimbang, bahwa selain alat bukti tertulis tersebut Pengggugat juga mengajukan 2 (dua) orang saksi di bawah sumpah yang memberikan keterangan sebagai berikut: B. Alat bukti Saksi: 1. Edy Sudaryanto bin Sutarji, umur 53 tahun, agama Islam, Pekerjaan PNS, bertempat tinggal di Jl. Sangir no. 18 Kelurahan Mintaragen Rt. 10 Rw. 11, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal; 2. Diah S. binti Wain, umur 48 tahun, agama Islam, pekerjaan Perias Pengantin, bertempat tinggal di Jl. Sangir No. 18 Kelurahan Mintaragen Rt. 10 Rw. 11, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal; Menimbang, bahwa atas keterangan 2 saksi tersebut Penggugat dengan Tergugat tidak menaruh keberatan;
65
Menimbang, bahwa demikian juga Tergugat telah mengajukan bukti berupa:
A. Alat Bukti Surat Yaitu: 1. Foto copy Kutipan Surat Akta Nikah Nomor: 496/21/IX/2004 Seri AA tertanggal 08 juni 2010 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Tegal Timur, Kota Tegal. Setelah foto Copy dicocokan dengan surat aslinya ternyata surat tersebut sesuai dengan aslinya, dan alat bukti tersebut dibenarkan olah Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis di beri tanda bukti T.1; 2. Foto copy Kartu Keluarga Nomor: 337602110208815 tertanggal 24 Mei 2010 yang dikeluarkan oleh Kepala Finas Kependudukan dan Pencacatan Sipil, Kota Tegal. Setelah foto copy dicocokan dengan surat aslinya ternyata surat tersebut sesuai denfan aslinya, dan alat bukti surat tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti T.2; 3. Foto copy Kutipan Akta Kelahiran Nomor: 84/2005 tertanggal 5 Januari 2005 atas Nama Daitouryou Mahesawara Arkana Safa
yang dikeluarkan
oleh Kepada dinas kependudukan dan pencatatan sipil, Kota Tegal. Setelah foto copy dicocokan demgan surat aslinya ternyata surat tersebut
66
sesai dengan aslinya, dan alat bukti tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti T.3; 4. Foto copy kartu iuran Sekolah RA Syairul Islam atas Nama Daitouryou Mahesawara Arkana Safa yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah RA Syiarrul Islam Panggung, Kota Tegal. Setelah foto copy dicocokan dengan aslinya, dan alat bukti surat tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti T.4; 5. Foto copy Kartu Piutang Konsumen atas nama Intan Aprilia Praminta yang dikeluarkan oleh PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Kota Tegal. Setelah foto copy dicocokan dengan surat aslinya ternyata surat tersebut sesuai dengan aslinya, dan alat bukti surat tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian Ketua Majelis diberi tanda bukti T.5; 6. Foto copy Status Profile atas nama Intan Aprilia Praminta alias Lhya Praminta yang dikeluarkan dari facebook setelah alat bukti surat tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti T.6; 7. Foto copy Status Profile atas nama Allief Febrianza yang dikeluarkan dari facebook setelah alat bukti surat tersebut dibenarkan oleh Tergugat kemudian oleh Ketua Majelis diberi tanda bukti T.7; 8. Foto copy koleksi Foto Account atas nama Intan Aprilya Praminta yang dikeluarkan oleh Ketua Majelis dibeti tanda bukti T.8; B. Alat Bukti Saksi:
67
1. Mulyanto bin Muhendi, umur 62 tahun, agama Islam, pekerjaan tidak bekerja, bertempat tinggal di Jl. Sangir Kelurahan Mintaragen Rt. 01 Rw. 11, Kecamatan Tegal Timut, Kota Tegal; 2. Aris Triono, umur 34 tahun, agama Islam , pekerjaan Service kompor gas, bertempat tinggal di Jl. Cermai No. 18 kelurahan Mangkusuman Rt. 11 Rw. 03, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal; Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat telah mengajukan kesimpulan secara lisan yang pada pokoknya Penggugat tetap menghendaki cerai dengan Tergugat dan Tergugat masih ingin mempertahankan rumah tangganya Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat dan Tergugat menyatakan tidak akan mengajukan alat bukti maupun keterangan lagi, kemudian sama-sama mohon putusan;
C. Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim Majelis hakim dalam memutus suatu perkara dituntut suatu keadilan, dan untuk itu hakim melakukan peristiwa dan fakta-fakta yang ada apakah benarbenar terjadi. Hal ini dapat dilihat dari pembuktian mengklarisifikasi antara yang penting dan yang tidak penting, dan menanyakan kembali kepada Penggugat dan Tergugat mengenai keterangan saksi-saksi dan fakta-fakta yang ada. Berdasarkan petitum dari gugatan penggugat, putusan No.0061/Pdt.G/2011/PA.TG, maka pertimbangan majelis hakim yang mencakup hal-hal pokok tersebut, diantaranya yaitu:
68
Pertimbangan pertama, berdasarkan bukti surat berupa fotocopy kartu keluarga dan berupa fotocopy Akta Kelahiran atas nama Daitouryou Maheswara Arkana Safa maka terbukti dari Penggugat dan Tergugat telah dikarunia seorang anak. Pertimbangan kedua, untuk memperoleh keterangan lebih jelas mengenai kondisi rumah tangga Penggugat, Majelis Hakim telah mendengarkan saksi-saksi yang diajukan oleh Penggugat yaitu: Edi Sudaryanto dan Diah S (Orang Tua Penggugat) dimana masing-masing saksi tersebut telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya bahwa keadaan rumah tangga Penggugat sering terjadi pertengkaran, masalah ekonomi, Tergugat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, Tergugat sering menuduh Penggugat selingkuh dengan laki-laki lain dan Tergugat ringan tangan sehingga Penggugat melapor KDRT ke kepolisian dan akibat hal tersebut Penggugat telah berpisah tempat tinggal. Pertimbangan ketiga, demikian juga Tergugat telah mengajukan bukti surat T.1, T.2, T.3, T.4, T.5, T.6, T.7, T.8 dan dua orang saksi yaitu Mulyanto dan Aris Tristiono, dimana kedua saksi tersebut telah memberikan keterangan yang pada pokoknya bahwa Penggugat telah berpisah tempat tinggal, Tergugat pulang ke rumah orang tuanya sampai saat ini telah berjalan selama 1 tahun 6 bulan tidak pernah berkumpul bersama lagi dan selama berpisah tersebut Penggugat dan keluarganya sudah berusaha datang ke rumah orang tua Penggugat agar rumah tangga rukun lagi, tetapi tidak berhasil;
69
Pertimbangan keempat, berdasarkan bukti surat berupa fotocopy status profile atas nama Intan Aprilia Paramita alias Lhya Praminta dan berupa status profile atas nama Allief Febrianza serta fotocopy koleksi foto account atas nama Intan Aprilia, dan ketiga alat bukti tersebut di benarkan oleh Penggugat, maka dari alat-alat bukti tersebut patut diduga bahwa Penggugat menjalin hubungan cinta dengan laki-laki lain. Maka Penggugat sebagi Isteri telah berbuat nuzyuz sehingga menjadi gugur hak Penggugat memperoleh nafkah dari Tergugat hal ini sesuai dengan Pasal 80 ayat Pasal 152 Kompilasi hukum Islam; Pertimbangan kelima, berdasarkan keterangan dari Tergugat dan ayah Penggugat, Tergugat pergi meninggalkan Penggugat penyebabnya diusir oleh ayah Penggugat bukan atas keinginan Tergugat sendiri dan Tergugat sudah berupaya mengajak rukun kembali tetapi Penggugat tetap tidak ingin rukun kembali dengan Tergugat; Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut alasan-alasan dalam gugatan Penggugat dalam primernya tidak terbukti melanggar taklik talak, namun pada faktanya dalam kehidupan rumah tangga Penggugat sering terjadi pertengkaran karena ekonomi, Tergugat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dan Penggugat berhubungan cinta lagi dengan laki-laki lain yang mengakibatkan antara Penggugat berpisah tempat tinggal, Tergugat pergi meninggalkan Penggugat karena diusir oleh ayah Penggugat sampai saat ini sekurang-kurangnya selama 9 bulan tidak pernah kumpul bersama lagi dan Tergugat telah berusaha
70
dengan mengajak rukun dengan Penggugat, tetapi Penggugat tetap tidak ingin kembali dengan Tergugat. Dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat rumah tangga Penggugat telah pecah dan tidak ada keharmonisan lagi, karena Penggugat tetap ingin bercerai dan Tergugat masih menginginkan rukun kembali dan keinginan Penggugat sudah tidak sejalan, maka keutuhan dan kebahagiaan dalam rumah tangga tidak mungkin dapat terwujud serta tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974) dan tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang tentram penuh dengan mawadah dan rohmah (Al Qur‟an Surat Ar Rum ayat 21) sulit tercapai, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa subsidairnya dengan manjatuhkan thalak satu bain dari Tergugat terhadap Penggugat, hal ini sesuai dengan pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dan pasal 19 Huruf f Kompilasi Hukum Islam; 17 MENGADILI 1. Mengabulkan gugatan Penggugat; 2. Menjatuhkan talak satu ba‟in Sughro, Dari Tergugat terhadap Penggugat; 3. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Tegal agar mengirim satu helai salinan putusan ini setelah memperoleh kekuatan hukum tetap tanpa materai kepada PPN Kecamatan Tegal Timur, kota Tegal;
17
Sumber berasal dari arsip Putusan Perkara nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG Pengadilan Agama Tegal, h. 23
71
4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 191.000,- (Seratus Sembilan puluh ribu rupiah); Demikian putusan ini dijatuhkan di Pengadilan Agama Tegal, pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 01 Jumadil Akhir 1432 Hijriyah oleh kami Dra. Hj. Nining Yuningsih, MH. Sebagai Ketua Majelis, dan Drs. H. Umar Jaya, SH. Serta Drs. Ahmad Yani, SH. Masingmasing sebagai Hakim Anggota denagn dibantu oleh Dra. Faridah sebagai Panitera Pengganti, putusan mana pada hari itu juga di ucapkan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka untuk umum dan dan dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat;
D. Analisis Putusan Perkawinan merupakan pranata sosial yang telah ada sejak manusia diciptakan oleh Allah SWT, yakni antara adam a.s dengan Siti Hawa. Dari sini, dapat kita pahami bahwa sudah menjadi fitrah manusia untuk saling berpasangpasangan, sehingga Allah menetapkan jalan yang sah untuk itu, yakni melalui pranata yang dinamakan perkawinan. Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin baik antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, dinyatakan dalam pasal 2, perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
72
(misaqon gholidhon) untuk menaati perintah Allah dan menjalankannya merupakan ibadah. 18 Dalam kitab fiqh, pengertian perkawinan dibedakan antara secara bahasa dan secara syar‟I (hukum). Menurut bahasa, perkawinan adalah pengumpulan, sedangkan menurut syari‟i (hukum), perkawinan adalah suatu akad yang mengandung kebolehan-kebolehan untuk bersenang-senang bagi masing-masing pasangan (suami-istri) atas dasar yang disyariatkan. Namun dalam perjalanan perkawinan tersebut terdapat persoalanpersoalan yang sangat pelik dan tidak dapat dihindari dan mengancam putusnya suatu hubungan perkawinan, sering kali persoalan yang ada dalam rumah tangga yang sering terjadi adalah hak dan kewajiban salah satu pihak (isteri atau suami) tidak dapat dipenuhi atau dijalankan. Seperti dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Tegal dengan Nomor Perkara 0061/Pdt.G/2011/PA.TG yang disebabkan karena sering berselisih dan bertengkar, tetapi dalam replik duplik ternyata isteri berselingkuh dengan pria lain dan facebook menjadi pemicu terjadinya perselingkuhan tersebut. Dalam perkara ini isteri menggugat cerai suaminya pada tanggal 20 Januari 2011. Penggugat menyatakan dalam surat gugatannya yang menjadi alasan utama menggugat cerai suaminya adalah dikarenakan tidak ada kebaikan dan keharmonisan lagi, sering berselisih dan bertengkar terus menerus
18
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak dalam Hukum Nasional Kita, (Tangerang: CV Pamulang, 2005),h.1
73
disebabkan karena faktor ekonomi pada awalnya, tetapi dalam replik duplik ternyata penggugat mengakui bahwa telah berselingkuh dengan laki-laki lain dan facebook yang menjadi pemicu terjadinya perselingkuhan tersebut. Dalam gugatan Penggugat dalam primernya tidak terbukti Tergugat melanggar taklik talak, namun berdasarkan faktanya dalam kehidupan rumah tangga penggugat sering terjadi pertengkaran karena ekonomi, tergugat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dan Penggugat berhubungan cinta dengan lakilaki lain baik melalui telepon, sms maupun facebook yang mengakibatkan antara Penggugat dan Tergugat berpisah tempat tinggal. Dan berdasarkan alasan diatas, penggugat memohon kepada Ketua Majlis Hakim yakni; 1. Mengabulkan gugatan Penggugat; 2. Menetapkan syarat ta‟lik talak telah terpenuhi; 3. Menetapkan talak satu khul‟i dari tergugat terhadap penggugat dengan iwadh Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah); 4. Membebankan biaya perkara ini kepada penggugat; Mengenai pembuktian penggugat mengajukan bukti surat dalam foto copy Kutipan Akta Nikah, foto copy Kartu Keluarga, foto copy Akta Kelahiran anak penggugat dan tergugat sebanyak 1 orang anak, foto copy kartu iuran Sekolah RA Syiarul Islam, foto copy Kartu Piutang konsumen atas nama Intan Aprilia Praminta, foto copy Status Profile atas nama Intan Aprilia Praminta alias Lhya Praminta yang dikeluarkan dari facebook, foto copy Status Profile atas nama
74
Allief Febrianza yang dikeluarkan dari facebook, foto copy koleksi foto atas nama Intan Aprilia Praminta yang dikeluarkan dari facebook. Saksi-saksi adalah keluarga penggugat dan tergugat, dan keterangan saksi-saksi tersebut saling berhubungan dan bersesuaian satu sama lain, yang antara lain menjelaskan: Bahwa penggugat dan tergugat benar suami istri yang sah dan memiliki 1 orang anak, benar telah terjadi perselisihan sejak pertengahan tahun 2006 bahwa awalnya penyebab perselisihan tersebut karena masalah ekonomi yaitu tergugat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tidak ada keterbukaan, sering menuduh penggugat berselingkuh (menjalin hubungan cinta dengan laki-laki lain yang berawal dari facebook). Hemat penulis mengenai alat bukti surat sudah sesuai dengan pasal 165 HIR yang bukti surat tersebut adalah bukti oetentik yang telah memenuhi syarat formil dan materil sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat, sedangkan alat bukti saksi sudah sesuai dengan pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yaitu: “ Gugatan tersebut dalam ayat (1) dapat diterima apabila cukup jelas bagi Pemgadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri itu”. Lalu majelis hakim berusaha untuk memberikan nasihat kepada penggugat dan tergugat agar rukun
kembali, namun tidak berhasil, karena
penggugat telah menyatakan sikapnya dengan tetap bersikukuh pada pendiriannya
75
untuk bercerai dengan tergugat. Hal ini sesuai dengan pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang perceraian: (1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua pihak. (2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. Oleh sebab penggugat tetap ingin
bercerai maka dapat melakukan
perceraian harus ada cukup alasan antara suami isteri itu tidak dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri sebagaimana dimaksud pada pasal 39 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Adapun alasan-alasan melakukan perceraian terdapat dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, sebagai berikut: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemandat, penjudi, dan lain sebagianya yang sukar disembuhkan; b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagi suami isteri;
76
f. Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam tumah tangga; g. Suami melanggar taklik talak; h. Peralihan agama atau murdad yang menyebabkan terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga; Dari alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas dan telah diperolehnya fakta serta bukti-bukti yang berkaitan dengan duduk perkara antara penggugat dan tergugat telah terjadi perselisihan terus menerus dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga, maka dalam Putusan Majlis Hakim mengabulkan gugatan perceraian yang diajukan oleh isteri, dalam pertimbangannya Majlis Hakim sudah dapat dan cukup hanya mendalilkan pasal 9 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 maupun berdasarkan ketentuan hukum Islam sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 huruf (f), berkaitan dengan perkara Nomor 0061/Pdt.G/2011/PA.TG. 19 Hemat penulis, tentang dalil hukum hakim yang dikemukakan di atas sudah tepat, karena inti dari permasalahan dalam perkara ini adalah Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam tumah tangga, dan sudah melanggar pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengenai dasar dan tujuan perkawinan.
19
Wawancara dengan Ibu Nining Yuningsih, MH, Hakim Pengadilan Agama Tegal, di Pengadilan Agama Tegal pada 1 Maret 2012
77
“Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, rahmah”. Berdasarkan alasan-alasan dalam gugatan Penggugat dalam primernya tidak terbukti melanggar taklik talak, namun pada faktanya dalam kehidupan rumah tangga Penggugat sering terjadi pertengkaran karena ekonomi, Tergugat tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dan dalam replik duplik ternyata Penggugat mengakui bahwa telah berselingkuh atau menjalin hubungan cinta dengan laki-laki lain yang bermula dari facebook. Mengenai nafkah iddah, dalam perkara cerai gugat suami tidak diwajibkan memberikan nafka iddah kepada isteri, terkecuali hakim dapar memberikan kewajiban kepada suami apabila pada saat perceraian istri sedang mengandung, maka hakim berhak menentukan dan membebankan kepada mantan suami untuk biaya persalinan atau melahirkan. Hemat penulis, seharusnya mantan suami diberi kewajiban nafkah iddah kepada istrinya dengan mengambil keputusan yurisprudensi Pengadilan Tinggi Agama yang menafsirkan pasal 14 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, nafkah iddah yang diberikan kepada mantan istri oleh mantan suami disesuaikan dengan kemampuannya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dengan judul “Facebook Sebagai Pemicu Perselingkuhan Yang Berdampak Pada Perceraian (Analisis Putusan No.0061/Pdt.G/2011/PA.TG di Pengadilan Agama Tegal)”, serta penelitian yang penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku perselingkuhan melalui media jejaring sosial seperti facebook dapat terjadi, ummumnya skenarionya dimulai seseorang punya akun facebook, lalu menemukan seseorang lawan jenis yang kelihatannya menarik, lalu mulai “add friend”, setelah diterima, lalu saling mengirim berita di “wall” mulai dari formal lalu masuk ke ranah pribadi dan menjadi akrab dan masuk ke bagian “chatting room”, kemudian mengirim gambar-gambar, kemudian berbagi info dan nomor kontak HP, dan seterusnya. Bila dua pribadi yang berlainan jenis sudah saling terus menerus saling sharing terjadilah keakraban emosional bahkan bisa dikategorikan “perselingkuhan emosional”. Itu terjadi bila sudah berani saling panggil dengan kata yang hanya untuk suami istri, misalnya: sayang, papi-mami, manisku, dan banyak istilah yang eksklusif lainnya yang hanya untuk pasangan. Apalagi semua kegiatan diceritakan dan kemudian perhatian tercurah kepada “teman” facebook ini. Ada juga seseorang yang menemukan seorang yang merupakan cinta lamanya dan
78
79
kemudian berpisah karena berbagai sebab. Walaupun sudah masing-masing berkeluarga, tetap merasa tidak apa-apa kalau chatting. Lalu dimulailah percakapan seperti di atas, dan akhirnya muncul cinta lagi yang hilang. Ada kerinduan untuk kembali kepada kenangan indah sewaktu dulu. Ini dinamakan “retrosexsuals”. Ada banyak definisi retroseksual, tetapi salah satunya adalah berseminya cinta yang dulu pernah ada ketika seseorang yang dulu pernah mencintai berjumpa kembali dan merajutkan hubungannya. Perselingkuhan ini bisa terjadi karena memang “pria terangsang secara visual, dan wanita terangsang secara emosional”. Mungkin karena gambar-gambar cantik yang ditaruh di facebook. 2. Pertimbangan hakim dalam menyelesaikan perkara cerai gugat yang disebabkan perselisihan dan pertengkaran adalah karena isteri yang berselingkuh (menjalin hubungan cinta dengan laki-laki lain yang berawal dari facebook), Dan Majelis Hakim pun memasukan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo, Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam sebagai pertimbangan hukumnya. Hanya saja Hakim Pengadilan Agama Tegal selain menggunakan Undang-undang sebagai pertimbangan hukum, Majelis Hakim pun menggunakan pendekatan konsep dan ushul fiqh sebagai pertimbangan hukumnya.
80
B. Saran 1. Pernikahan adalah momen membangun kehidupan baru bersama pasangan. Suka duka akan dihadapi berdua, sebisa mungkin tidak melibatkan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah rumah tangga kadang tidak sesederhana yang dihadapi ketika masih pacaran. Bukan cinta lagi yang dibutuhkan, tetapi komitmen, untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Salah satu penyebab retaknya rumah tangga adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti: kemajuan teknologi, workaholic, dan sifat posesif. Teknologi bukan hal yang menjadi asal-usul perselingkuhan, namun bisa memicu perselingkuhan. Ketakutan bahwa kemajuan teknologi bisa membuat pasangan selingkuh, bisa membuat seseorang melanggar privasi pasangannya. 2. Penggunaan situs jaringan pertemanan tidak hanya menimbulkan pengaruh dan dampak secara langsung pada orang yang sedang menggunakan fasilitas ini, tetapi juga secara tidak langsung pada orang lain dan lingkungan. Sama dengan hal lainnya, penggunaan Facebook (http://www.facebook.com/) tidak akan menimbulkan dampak yang buruk jika digunakan sebagaimana mestinya, normal, dan tidak berlebihan. Namun, jika terlalu sering menggunakan fasilitas ini, dikhawatirkan akan terjadi ketergantungan yang tidak sehat, karena penyalah gunaan fasilitas yang tidak benar dapat menyebabkan putusnya hubungan asmara atau perceraian, situs pertemenan facebook juga dapat menimbulkan kecemburuan dan perselingkuhan.
81
3. Dengan memperhatikan tujuan perkawinan sebagimana yang tercantum dalam dalam pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, sebaiknya
dibuat Undang-undang tersendiri
yang khusus
mengatur,
memeriksa dan mengadili perceraian yang sifatnya mempersulit terjadinya perceraian dengan cara misalnya lebih mengedepankan proses mediasi yang lebih kuat lagi, atau gugatan perceraian tidak dapat diperiksa oleh pengadilan apabila kedua belah pihak tidak hadir dipersidangan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur‟an dan Terjemahnya Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo, 1992. Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-fikr, 1989.
Ahmad, Abdul Aziz, All About Selingkuh Problematika dan Jalan Keluarnya, Jawa Barat: Pustaka Hidayah, 2009. Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh „ala al-Mazahibul Arba‟ah Juz IV. Bairut: Dar Ahya‟al-Turas al-Araby, 1979. Ali, Daun. Hukum Islam dan Perradilan Agama Cet. 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Arsip Pengadilan Agama Tegal, Putusan No. 0061/Pdt.G/2011/PA.TG. Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Az-Zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al Islami wa Adillatuhu Juz VII, Cet. Ke-3, Beirut: Dar al-Fikr, 1989. Adi, Riyanto. Metodologi Penelitian Sosial dan hukum. Jakarta: Granit,2004 Basiq Djalil, A. Peradilan Agama di Indonesia Cet. 1, Jakarta; Kencana, 2006. Firdaweri, Hukum Islam tentang Fasakh Pernikahan Cet. 1, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1989. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan Cet. 2 Jakarta: Prenada Media, 2006. As-Subki, Ali Yusuf. Fiqih Keluarga, Pedoman Berkembang dalam Islam Cet.ke-1, sinar Grafika Offser, 2010. Chaery, Sadiq Sholahuddin. Kamus Istilah Agama. Jakarta: CV. Cientarama.
82
83
Darajat, Zakiah, Ilmu Fiqh, Cet. 1, Jilid. 2, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995. Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jilid. 3, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Lembaga Agama Islam / Agama IAIN, 1987. Daud Ali, Mohammad. Hukum Islam dan Pengadilan Agama Cet. 2, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Daud Ali, Sidi nazar Bakhry. Kunci Keutuhan rumah tangga; keluarga sakinah Cet. 21 , pedoman Ilmu Jaya, 2001. Fauzan, M. pokok-pokok Acara perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari‟iyah di Indonesia Cet.2 ,Jakarta: Kencana, 2005. Fuad Said, Ahmad, Perceraian Menurut Hukum Islam Cet. 30, Jakarta:Pustaka alhusna, 1988. Hadi, Mulya, Twitter Untuk Orang Awam, Palembang: Maxikom, 2010. Juju, Dominikus, Seri Penuntut Praktis Facebook, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009. Koesparodo, Gantyo, Cara Andal Jadi Tenar, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. Kuzari, Achmad, Nikah Sebagai perikatan Cet. Ke-1Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995. Muhammad, makki Al-Amili, Ali Husain. “Perceraian salah siapa?” bimbingan Islam Mengatasi problematika Rumah Tangga, Jakarta: Lentera, 2001. Muhammad bin Ismail al-Bukhari Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr Moelang, Lexy.J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdayarya, 2004. Nakamura, Hisako. Perceraian orang Jawa, studi tentang pemutusan perkawinan orang Jawa, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991. Nazar Bakhry, Sidi. Kunci Keutuhan rumah tangga; keluarga sakinah Cet 1, pedoman Ilmu Jaya, 2001.
84
Sofia, Hani & Prianto, Budhi, Panduan Mahir Akses Internet, Jakarta: Kriya Pustaka, Puspa Swara Anggota IKAPI. Surkalam, Luthfi, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, Tangerang: Cv Pamulang, 2005. Qadir Djaelani, Abdul. Keluarga Sakinah Cet. 1, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995. R. Soeroso. Praktek Hukum Acara Perdata. Jakarta; Sinar Grafika, 2004. Rahman Ghazali , Abd. Fiqh Munakahat Cet. 1, Jakarta:Prenada Media, 2003. Sabiq, Syayid. Fikih Sunnah Jilid 2, Cet.2. Bairut: Dar al-kitab al-farabi, 1973. Team Ninja, Facebook Untuk Semua Orang, Untuk Semua Urusan, Jasakom, 2009, Tihami. Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Norzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Shiqoq dan Hakam menurut al-Qur‟an, sunnah dan Undang-undang keluarga Islam, Malaysia: KUIM (Kolej Universiti Islam Malaysia, 2007. Zakariyah, Abu. Fathul Wahab Juz II. Jakarta, Tirta Mas, 1982. Undang-undang Republik Indonesia No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi Hukum Islam beserta penjelasannya (Bandung: Otra Umbara, 2007) Cet.ke-1 Amandemen Undang-undang Peradilan Agama, Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006.