Exploring Islamic Products by Comparing Aqad between Indonesia and Malaysia Muhamad Nadratuzzaman Hosen dan Amirah Ahmad
Jakarta, 19 Juli 2011
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dewasa
ini
bank
syariah
semakin
berkembang
dan
menunjukkan kemajuan pesat di seluruh dunia. Berbagai fatwa dan produk dihasilkan dari proses ijtihad untuk mendukung perkembangannya. Sebagian fatwa hasil ijtihad ini digunakan untuk mengilangkan keharaman produk yang ditawarkan bank syariah sehingga menimbulkan ikhtilaf karena seharusnya pengembangan produk perbankan syariah tidak lepas dari tujuan mulia (Maqasidusy Syari’ah) dan batasan-batasan yang telah digariskan dalam Islam.
Cont’ Ijtihad Ulama dan pengambil keputusan di Malaysia telah
memfatwakan kehalalan Tawarruq, Baiul Innah dan Baiul Dayn
untuk
diimplimentasikan
dalam
produk-produk
perbankan Syariah, sementara akad-akad tersebut tidak dihalalkan di tanah air.
Tawarruq, Baiul Innah dan Baiul
Dayn adalah akad-akad yang telah ada sejak zaman Rasulullah saw, tetapi produk-produk tersebut telah dikembangkan
dengan
permintaan pasar.
mekanisme
yang
mengikuti
2. Studi Pendahuluan Setelah mengamati dan mengumpulkan data mengenai produk perbankan syariah Malaysia dan Indonesia, maka ditemukan adanya tiga akad yang dipakai di perbankan Malaysia namun tidak di legalkan oleh Dewan Syariah Nasional , ketiga akad tersebut adalah: 1.Tawarruq 2. Baiul ‘Innah 3. Bai’ul Dayn
3. Fokus Masalah Ruang lingkup kajian atau penelitian ini akan terfokus pada produk Tawarruq, Baiul Innah dan Baiul Dayn yang dipraktekan pada perbankan syariah Malaysia, dan tidak/belum disahkan oleh Dewan Syariah Nasional – Indonesia.
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia
Akad
Produk Indonesia
Akad
Perbedaan
Deposito
Wadiah
Deposit
Mudharabah
Tujuan deposit adalah investasi, karena itu, maka deposit dalam perbankan Indonesia menggunakan akad Mudharabah
Jual Beli
Murabahah
Jual Beli
Murabahah
Mekanisme dan akad sama
Salam
Salam
Mekanisme dan akad sama
Istisna’
Istisna’
Mekanisme dan akad sama
Salam Paralel
Bank Syariah Malaysia tidak memiliki salam paralel, karena pihak Bank menyediakan barang yg dibutuhkan nasabah sendiri, sedangkan bank syariah Indonesia dapat melimpahkan pemyediaan barang pada pihak ke tiga
--
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia Sewa
Akad Ijarah
Produk Indonesia Sewa
Akad Ijarah
Perbedaan Malaysia memungkinkan pemilikan barang yang disewa yang disebut bai’ atTa’jir . Sedangkan Bank Syariah Indonesia menggunakan Ijarah untuk penyewaan barang yang tidak perlu dimiliki
Ijarah thuma Bai
Ijarah Muntahiyah Mekanisme dan akad sama Biltamlik (IMB) yaitu akad ijarah diawal, kemudian setelah pelunasan dibuat akad jual beli atau hibah
Bai’ Bithaman ‘ajil
Berbeda dengan IMBT, BBA akad jual beli diawal perjanjian, harga pokok ditambah nilai yang ditambahkan oleh bank sebagai keuntungan.
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia Bagi Hasil
Akad Mudharabah a) Inv. Umum b) Inv. khusus
Produk Indonesia Bagi Hasil
Mudharabah Musyarakah Pinjaman
Jasa L / C
Qard
Wakalah
Pinjaman
Jasa L/C
Akad
Perbedaan
Mudharabah
Perbankan syariah Indonesia menggunakan akad mudharabah dimana bank adalah pemilik modal dan nasabah adalah mudharib. Sedangkan dalam perbankan Malaysia, Bank dapat menjadi pemilik modal dan atau mudharib
Musyarakah
Mekanisme dan akad sama
Qardh
Mekanisme dan akad sama
Qardul hasan
Bila tidak sanggup membayar akan dihapus filenya
Wakalah
Mekanisme dan akad sama
Murabahah
Bank menjadi agen atau wakil nasabah dan menerima imbalan atau ujrah
Musyarakah
Bank menjadi agen atau wakil dan pemegang kewenangan sekaligus
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia
Akad
Produk Indonesia
Akad Kafalah
Factoring
Hiwalah
L/G
Kafalah
Perbedaan Bank memberikan jaminan atas nama pihak pertama (nasabah) kepada pihak ke tiga
L/ G
Kafalah
Perbankan Syariah Malaysia menggunakan pihak ketiga yaitu asuransi sebagai kafil, sedangkan Indonesia hanya antara bank dan nasabah
IAB
Murabahah
Nasabah mengajukan pembelian barang kepada bank, maka bank menunjuk pihak ketiga untuk mengurusi
Bai’ Al-dayn
Bank keluarkan surat hutang kemudian dibeli nasabah hasil pembelian dipakai untuk investasi. Di indonesia DSN tidak membolehkan jual beli surat hutang.
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia
Akad
Produk Indonesia
Akad
Perbedaan
E. Banking
Wakalah
E. Banking
Wakalah
Mekanisme dan akad sama
ATM
Wakalah
ATM
Wakalah
Mekanisme dan akad sama
Kartu Kredit
Bai Innah Munazzam
Kartu Kredit
Kafalah, qardh,ijarah
Bank syariah Malaysia memberikan qardh kepada nasabah, dan nasabah wajib melunasi cicilan ditambah margin keuntungan yang ditentukan. Bank Syariah Indonesia memeberikan kafalah ketika pemakaian, ketika di gesek di vendor menggunakan qardh, ijarah untuk keanggotaan, overlimit, keterlambatan pembayaran dan sebagainya
Valuta Asing
Sharf
Penukaran valuta asing, keuntungan dari selisih kurs
DESKRIPSI PERBEDAAN AKAD Produk Malaysia
Akad
Produk Indonesia Gadai
Tawarruq
Tawarruq
Akad Rahn, Qardh, dan Ijarah
Perbedaan Perbankan syariah indonesia menggunakan akad rahn dengan jaminan. Qardh di sini tanpa imbalan, dapat dilunasi tunai ataupun cicilan. penyimpanan jaminan berdasarkan akad ijarah Nasabah membeli secara cicilan dari Bank, lalu dikembalikan ke bank untuk dijual tunai. Nasabah memperoleh uang cash, dan nasabah memiliki kewajiban bayar cicilan pada bank
Hasil Penelitian AQAD Tawarruq
INDONESIA
MALAYSIA
Tidak Membolehkan
Membolehkan
Alasan: 1.Sesuai dengan hasil Konferensi Islamic Fiqh Academy Jeddah ke-17, melarang praktek Tawarruq munazam yang berlaku di beberapa bank syariah pada saat ini, di karenakan praktek Tawarruq munazam hanyalah sebatas transaksi di atas kertas untuk mendapatkan uang tunai. 2. Salah satu yarat transaksi atau muamalah maliyah, haruslah bersifat transparan terlepas dari unsurunsur penipuan ataupun shubuhat, sedangkan Tawarruq mengandung banyak shubuhat di dalamnya. 3.Tawarruq lebih besar mafasdahnya daripada maslahahanya jika dilihat dari segi kepentingan umum.
Alasan: Darurah diperlakukan disini sebagai suatu alasan yang memperbolehkan tawarruq dengan alasan yang jelas yaitu bahwa keberadaan bank-bank Islam di dunia sangat terbatas dan bisnisnya sangat terbatas pula, keadaan ini adalah keadaan darurah yang mendesak agar diperbolehkannya tawarruq.
AQAD Bai’ul Innah
Bai’ul Dayn
INDONESIA
MALAYSIA
Tidak Membolehkan
Membolehkan
Alasan: Selain karena bai’ul Innah mengandung ikhtilaf, DSNMUI memandang lebih jauh yaitu kemashlahatan atau kemudharatan yang akan ditimbulkan. Hal ini menunjukkan bahwa kalangan otoritas pemberi fatwa di negara ini masih berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian (Qaidah Sadduzzarai’) dalam rangka mendekatkan diri pada konsep Islam yang sesungguhnya.
Alasan: 1.Bai’ul innah sangat dibutuhkan (hingga masuk category darurah) untuk pembangunan dan perkembangan Malaysia dan tidak adanya nash qath’i yang mengharamkannya. 2.Bai’ul ‘Innah boleh dan tidak mengandung zari’ah bila melibatkan pihak ketiga.
Tidak Membolehkan
Membolehkan
Alasan: Alasan: 1.Sesuai dengan nash qath’I, yaitu sabda Rasulullah Dengan alasan Allah menghalalkan setiap jual saw berdasarkan hadits Umar ra : “Bahwasanya Nabi beli. SAW melarang menjual hutang dengan hutang”. 2.Selain itu juga menurut Ibnu Taimiyah, bai’ al dayn itu tidak ada manfaatnya, hanya akan mengakibatkan riba. 3.Konsep dharurah tidak berlaku, dikarenakan kontrak ini bukanlah satu-satunya kontrak yang dapat menolong perekonomian islam dan mendorong kemajuannya.
Kesimpulan Tawarruq, khususnya Tawarruq munazam, disepakati merupakan bentuk manipulasi untuk keperluan mandapatkan uang tunai (personal financing), di mana akadnya hanyalah transaksi antara bank dan nasabah di atas kertas tanpa adanya pemindahan kepemilikan. Sementara Bai’ Al-Innah haram karena dinilai sebagai bentuk hilah untuk menghindari larangan riba. Sedangkan Bai Al-Dayn tidak diterapkan karena tidak dapat diadopsi sebagai sistem keuangan. Pengembalian pinjaman di atas pinjaman pokok akan menyalahi ajaran kedermawanan dalam Islam. Masyarakat umum dan pekerja perbankan menyandarkan pendapatnya pada ketetapan Dewan Syariah Nasional (DSN) sehingga jika ketiga subyek tersebut dinilai haram, maka masyarakat dan praktisi perbankan tidak akan mempraktekkannya. Ini merupakan bentuk dari kepercayaan masyarakat terhadap keputusan-keputusan DSN dan pengambil keputusan di Indonesia. Sementara Malaysia membolehkan penggunaan sistem Tawarruq bersandarkan pada qaidah fiqhiyah bahwa semua jual-beli adalah halal kecuali yang ada pelarangannya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta tidak adanya dalil qathi’i yang melarangnya. Malaysia mempraktekkan bai’ Al-Innah munazam sementara di Indonesia menerapkan tiga akad, yaitu kafalah, qardh dan ujrah sehingga kehalalan dan keharamannya dipandang dari sudut berbeda pula. Indonesia membolehkan penggunaan dalam keadaan darurah saja. Malaysia menggunakan prinsip darurah sebagai salah satu landasan kuat, yang dijadikan referensi dalam segala keputusan atau fatwa baru yang berkenaan dengan perkembangan perekonomian syariah. Sehingga implementasi Baiul Dayn dijadikan sebagai suatu darurah demi meningkatkan ekonomi islam, dan tentunya peningkatan ekonomi islam akan membawa kepada peningkatan pada perekonomian Malaysia pada umumnya.