EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI
1
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sektor energi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional,
terutama dalam mendukung perekonomian nasional serta sebagai sumber penerimaan negara. Ketersediaan sumber daya energi mutlak diperlukan dalam seluruh kegiatan industri pertambangan yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara. Kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya energi ini dilaksanakan untuk mengakomodir perubahan dan atau penambahan data yang terjadi setiap tahun. Kegiatan pemutakhiran data dan neraca energi ini meliputi komoditas batubara, bitumen padat (oil shale), coalbed methane (CBM), dan panas bumi.
1.2.
Maksud dan Tujuan Maksud pemutakhiran data dan neraca sumberdaya energi adalah sebagai media
informasi yang dapat dipergunakan bagi kepentingan internal maupun eksternal (publik) sebagai bahan referensi mengenai potensi batubara, bitumen padat, CBM, dan panas bumi
secara
pengembangan
nasional.
Dan
agar
dapat
komoditas energi fosil
dijadikan
dasar
acuan
perencanaan
untuk pembangunan skala daerah ataupun
nasional. 1.3. Lingkup Pekerjaan Metode dan Sistematika Pekerjaan yang dilakukan antara lain: Pencarian, pengumpulan dan pengelompokan data, baik dari laporan penyelidikan, informasi tertulis atau referensi lainnya serta diskusi. Pengisian formulir isian database yang telah disediakan. Pemasukan data dari formulir isian ke sistem database. Verifikasi data. Integrasi data tekstual dan spasial sehingga membentuk kesatuan sistem informasi geografis (SIG). Hasil informasi disimpan dalam sistem database Pusat Sumber Daya Geologi yang berada dalam sebuah server database yang terhubung dengan jaringan intranet kantor serta diaplikasikan (uploading) pada internet sistem web-database kantor untuk dipublikasikan sesuai tingkatan data (leveling-data) dan kebutuhan publik, sebagai sarana informasi sumber daya energi secara nasional.
2
Kalkulasi data untuk penghitungan neraca sumberdaya energi yang dituangkan dalam bentuk tabel neraca dan peta. 1.4. Sumber Data Dalam melakukan kegiatan Pemutakhiran Data dan Neraca Energi tahun 2013, tentunya diperlukan terlebih dahulu pengumpulan data yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya:
Laporan penyelidikan batubara, bitumen padat dan CBM yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya geologi sebanyak 16 laporan.
Laporan hasil RKAB dari perusahaan pemegang PKP2B yang didapat dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebanyak 75 perusahaan.
Laporan penyelidikan panas bumi yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya geologi sebanyak 17 laporan.
1.5. Evaluasi Data Data yang telah diplot lokasinya pada peta dasar kemudian dipilah-pilah, apakah merupakan penambahan data baru atau update data yang telah ada. Untuk komoditas batubara, data tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai kalorinya dengan mengacu pada Keppres No. 13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004 tentang: Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi bidang Pertambangan Umum. Selain itu juga modifikasi dari US System (ASTM (ASA), International System (UN-ECE) dan SNI 5015-2011 turut dijadikan acuan. Berdasarkan acuan-acuan tersebut, maka batubara Indonesia dikelompokkan menjadi: Batubara Kalori Rendah, yaitu jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya kurang dari 5100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Sedang, yaitu jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi daripada batubara kalori rendah, bersifat lebih keras, mudah diremas – tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai kalori 5100 – 6100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Tinggi, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi lagi, kadar air relatif lebih rendah dibandingkan batubara kalori sedang, umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100 - 7100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air sangat 3
rendah, nilai kalorinya lebih dari 7100 kal/gr (adb). Kelas kalori ini dibuat untuk membatasi batubara kalori tinggi.
Untuk komoditas bitumen padat, dari seluruh data yang terkumpul kemudian dipilah lagi menjadi kelompok oil shale dan tar sand, sesuai dengan karakter geologinya yang diketahui dari data lapangan. Untuk komoditas gambut dan CBM tidak ada pengelompokkan tertentu. Sebagaimana kita ketahui, keberadaan batubara, bitumen padat, dan CBM tidak lepas dari sejarah pembentukannya yaitu pada cekungan. Karena itu, penyelidikan dan pencarian data sekunder mengenai komoditas tersebut ditekankan pada wilayah cekungan-cekungan tersebut (Gambar 1.1).
Gambar 1.1. Cekungan Batubara di Indonesia.
1.6. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara Pengelompokkan neraca sumber daya dan cadangan batubara Indonesia berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional. SNI yang dimaksud berjudul
Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Batubara (Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998). Dalam SNI ini, sumber daya batubara dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelas berdasarkan tahapan eksplorasinya yaitu sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur (Gambar 1.2). Tahapan eksplorasi ini mencerminkan tingkat keyakinan geologi dari data teknis yang digunakan pada proses estimasi sumber daya batubara.
4
Gambar 1.2. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998. Seiring dengan berjalannya waktu, SNI Klasifikasi Sumber daya dan cadangan ini mengalami proses tinjau ulang hingga akhirnya terbit SNI yang terbaru yaitu SNI Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara (SNI 5015:2011). Substansi SNI ini lebih difokuskan bagi kepentingan para pelaku pengusahaan batubara. Seperti diketahui, setiap perusahaan batubara mempunyai kewajiban untuk melaporkan kegiatannya sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda tangani. SNI ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengusaha dalam melaporkan kegiatannya. Mengingat SNI ini lebih ditujukan kepada pengusaha batubara, maka klasifikasi sumber daya batubaranya pun mengalami sedikit perubahan (Gambar 1.3). Pada SNI 2011 ini, kelas sumber daya hipotetik ditiadakan dengan asumsi sebagai berikut. Sumber daya hipotetik dihasilkan dari kegiatan Survei Tinjau yang biasanya dilakukan oleh Pemerintah. Tidak seharusnya perusahaan batubara melakukan kegiatan Survei Tinjau. Perusahaan batubara seharusnya menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan melakukan survei yang memiliki tingkat keyakinan geologi yang lebih tinggi. Perusahaan batubara tidak diperkenankan melaporkan sumber daya hipotetik. Oleh karena itu, kelas sumber daya hipotetik dihilangkan dalam SNI 2011 ini.
5
Gambar 1.3. Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara berdasarkan SNI 5015:2011. Namun, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan kegiatan Survei Tinjau dalam upaya menginventarisasi potensi batubara di negeri ini. Sumber daya hipotetik yang dipublikasi oleh Pemerintah tidak hanya berdasarkan asumsi semata, melainkan didukung oleh berbagai data hasil dari peninjauan lapangan. Sumber daya hipotetik ini mencerminkan potensi negara kita yang belum dimanfaatkan sampai saat ini. Pemanfaatannya kemungkinan terkendala oleh berbagai hal, misalnya lokasi endapan batubara di daerah marginal ataupun lokasi yang tumpang tindih dengan kawasan konservasi. Untuk endapan batubara yang saat ini tumpang tindih dengan kawasan konservasi, potensi ini dapat diperuntukkkan bagi Wilayah Pencadangan Negara yang kelak dapat dimanfaatkan apabila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelas sumber daya hipotetik tetap dilaporkana dalam pemutakhiran data ini.
6
1.7. Tabulasi Data Data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kelas kalorinya kemudian disusun dalam bentuk tabel (selanjutnya disebut tabel neraca) yang dipisahkan berdasarkan lokasi administratifnya misalnya, tabel neraca Provinsi Aceh, tabel neraca Provinsi Kalimantan Barat, dan seterusnya. Setelah dibuat tabel neraca dari tiap provinsi kemudian disusun risalah tabel neraca per pulau, misalnya tabel neraca Pulau Sumatera, Jawa, dan seterusnya. Setelah tabel neraca tiap pulau dibuat, maka neraca sumberdaya energi fosil Indonesia dapat diketahui dari menyimpulkan nilai neraca dari tiap pulau. Tabel neraca untuk tiap komoditas formatnya dibuat sesuai dengan keberadaan datanya. Berikut uraian tabel neraca untuk setiap komoditas: Tabel Neraca Sumberdaya Batubara Kolom-kolom yang dibuat dalam tabel neraca batubara adalah sebagai berikut: Lokasi, adalah tempat keterdapatan data batubara tersebut. Sumberdaya Batubara, dipisahkan menjadi sumberdaya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur. Berdasarkan SNI, definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: -
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur.
-
Sumberdaya hipotetik adalah sumberdaya yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh dari tahap penyelidikan Survei Tinjau.
-
Sumberdaya tereka adalah bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik informasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut.
-
Sumberdaya tertunjuk adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan pada informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung. Titik informasi yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. 7
-
Sumberdaya terukur adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.
Cadangan Batubara, yaitu bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang.
Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin
termasuk studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal, lingkungan,
sosial,
dan
peraturan
pemerintah.
Penentuan
ini
harus
dapat
memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaannya ke dalam cadangan “terkira” dan ‘terbukti”. Definisi masing-masing istilah sesuai dengan SNI 5015:2011, adalah sebagai berikut: -
Cadangan batubara terkira adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat ditambang secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
-
Cadangan batubara terbukti adalah bagian yang dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
Tabel Neraca Sumberdaya Batubara Tambang Dalam Untuk komoditas batubara, sumberdaya batubara pada kedalaman 100 – 500 meter dari muka air laut disajikan khusus dalam tabel sumberdaya batubara Tambang Dalam. Sumberdaya ini diperoleh dari data hasil pemodelan dengan menggunakan CRRES (Coal Resources and Reserve Evaluation System) yang merupakan kegiatan kerjasama Badan Geologi dengan NEDO-Jepang. Tabel Neraca Sumberdaya Bitumen Padat Kolom yang terdapat pada tabel neraca sumberdaya bitumen padat adalah: Nomor urut, adalah nomor urutan pemasukan data. Lokasi, merupakan nama lokasi khas tempat bitumen padat tersebut berada. Provinsi, menggambarkan lokasi administratif endapan bitumen padat tersebut. 8
Kandungan minyak, memperlihatkan nilai minyak yang terkandung pada batuan bitumen padat di wilayah penyelidikan yang dihasilkan dari analisa retort dan diekspresikan dalam satuan liter/ton. Sumberdaya hipotetik, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya masih berupa survei pendahuluan atau penyelidikan awal, dengan satuan juta ton. Sumberdaya tereka, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya berupa survei semi detil dengan metode penyelidikan menggunakan pemboran, satuan dalam juta ton. Total Sumberdaya, merupakan penjumlahan dari nilai sumberdaya hipotetik dengan sumberdaya tereka.
9
2. HASIL KEGIATAN 2.1. Pemutakhiran Data Hingga tahun 2013, database batubara terdiri dari 373 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian barat, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian selatan, dan Pulau Papua. Bitumen padat sebanyak 67 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta di Pulau Papua. CBM sebanyak 13 lokasi hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi, yang tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
2.2.
Neraca Sumberdaya Energi Fosil
2.2.1 Sumberdaya Batubara Hasil perhitungan keseluruhan menunjukkan bahwa sumberdaya batubara Indonesia sampai dengan tahun 2013 ini adalah sebesar 120.525,42 juta ton batubara, sedangkan cadangan batubara sebesar 31.357 juta ton (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia, 2013. Kualitas
Hipotetik
Sumberdaya (Juta Ton) Tereka Tertunjuk Terukur
Total
Jumlah %
Cadangan (Juta Ton) Terkira Terbukti Total
Kalori Rendah
1.747,42
8.103,62
10.100,39
10.618,92
30.570,35
25,36
5.720,40
3.760,37
9.480,77
Kalori Sedang
16.945,22
19.896,24
17.059,25
24.553,67
78.454,38
65,09
16.152,30
3.980,76
20.133,06
851,21
2.937,02
1.952,73
3.816,75
9.557,70
7,93
497,19
990,53
1.487,72
13,61
1.143,03
325,97
460,38
1.942,99
1,61
92,00
163,60
255,60
19.557,45
32.079,90
29.438,34
39.449,72
120.525,42
100,00
22.461,89
8.895,26
31.357,15
Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi
TOTAL
Catatan : 1. Kualitas berdasarkan kelas nilai kalori (Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003) a. Kalori Rendah < 5100 kal/gr b. Kalori Sedang 5100 - 6100 kal/gr c. Kalori Tinggi > 6100 - 7100 kal/gr d. Kalori sangat Tinggi > 7100 kal/gr
2. Kelas Sumberdaya batubara a. Terukur b. Tertunjuk c. Tereka d. Hipotetik
3. Kelas Cadangan a. Terbukti b. Terkira
Apabila dibandingkan dengan neraca tahun 2012 terdapat kenaikan sumberdaya batubara sebesar 1.079,06 juta ton, sedangkan kenaikan cadangan batubara pada tahun ini sebanyak 2.378,54 juta ton (Gambar 2.1).
10
Juta ton
140.000,00 120.000,00
119.446,36
120.338,60
120.525,42
105.187,44
100.000,00 80.000,00
Sumberdaya
60.000,00
Cadangan
40.000,00
28.017,46
21.131,84
31.357,15
28.978,61
20.000,00 0,00 2010
2011
2012
2013
Gambar 2.1. Grafik perubahan nilai sumberdaya dan cadangan batubara tahun 2010 – 2013.
Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi di Indonesia tahun 2013 adalah seperti terdapat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi tahun 2013. No.
Pulau
1
Provinsi
Total
Terkira
Cadangan (Juta Ton) Terbukti Total
5,47
5,75
4,86
2,72
18,80
-
-
-
Jawa Tengah
-
0,82
-
-
0,82
-
-
-
3
Jawa Timur
-
0,08
-
-
0,08
-
-
-
4
Aceh
0,00
346,35
13,89
90,40
450,64
0,00
0,00
0,00
5
Sumatera Utara
6
Riau
2
7 8
Banten
Sumberdaya (Juta Ton) Tereka Tertunjuk Terukur
Hipotetik
JAWA
SUMATERA
Sumatera Barat Jambi
0,25
7,00
0,00
19,97
27,22
0,00
0,00
0,00
12,79
243,14
643,83
901,75
1.801,51
54,50
634,73
689,23
20,41
294,50
231,16
249,45
795,52
0,00
158,43
158,43
691,27
865,19
452,99
213,97
2.223,42
174,85
149,04
323,89
0,00
2,12
118,81
71,14
192,07
0,00
18,95
18,95
12.409,88
12.363,62
14.940,51 10.587,26
50.301,27
9.964,56
2.139,68
12.104,24 0,00
9
Bengkulu
10
Sumatera Selatan
11
Lampung
0,00
106,95
0,00
0,94
107,89
0,00
0,00
12
Kalimantan Barat
2,06
477,69
6,85
4,70
491,30
0,00
0,00
0,00
13
Kalimantan Tengah
197,58
1.817,76
749,88
990,56
3.755,78
242,46
316,59
559,05
3.616,65
4.658,23
12.587,29
1.104,52
2.383,50
3.488,02
8.529,69 21.605,53
47.402,47
10.920,94
3.094,28
14.015,22
14
KALIMANTAN
15 16 17 18 19 20
Kalimantan Selatan
0,00
4.312,41
6.116,48
11.150,76
Sulawesi Selatan
-
48,81
129,22
53,09
231,12
0,06
0,06
0,12
Sulawesi Tengah
-
1,98
-
-
1,98
-
-
-
6,69
-
-
-
6,69
-
-
-
93,66
32,82
0,00
0,00
126,48
0,00
0,00
0,00
0,91 19.557,45
2,16 32.079,90
0,00 0,00 29.438,34 39.449,72
3,07 120.525,42
0,00 22.461,89
0,00 8.895,26
0,00 31.357,15
Kalimantan Timur SULAWESI MALUKU PAPUA
Maluku Utara Papua Barat
Papua TOTAL INDONESIA
11
2.2.2. Sumberdaya Batubara Tambang Dalam Sumberdaya Batubara untuk Tambang Dalam (Tabel 2.3) adalah sebesar 40. 96 juta ton. Sumberdaya ini dihitung dari kedalaman 100 – 500 meter yang diperoleh dari data hasil pemodelan dengan menggunakan CRRES (Coal Resources and Reserve Evaluation System). Ada kenaikan nilai sumberdaya batubara tambang dalam dari tahun 2012 sebesar 0,66 juta ton.
Tabel 2.3. Sumberdaya Batubara Tambang Dalam Indonesia, 2013.
No
Lokasi
Sumberdaya 100-500 m (ton)
1 NEDO KALIMANTAN + KAJIANPSDG 2 NEDO SUMSEL 3 KAJIAN KALSEL TOTAL SUMBERDAYA TAMBANG DALAM
19.738.750.163,97 20.658.330.000,00 561.516.521,58 40.958.596.685,55
2.2.3. Sumberdaya Bitumen Padat Secara definisi, bitumen padat merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik yang apabila dipanaskan sampai dengan suhu 550oC (proses retort) akan menghasilkan minyak. Endapan bitumen padat dapat berupa oil shale (serpih minyak) ataupun tar sand. Kenyataan di lapangan, Indonesia memiliki kedua jenis endapan bitumen padat tersebut. Oleh karena itu, untuk perhitungan neraca sumberdaya bitumen padat, data oil shale dan tar sand disajikan dalam tabel yang terpisah, walaupun pada akhirnya nilai total sumberdaya bitumen padat adalah penjumlahan dari kedua jenis ini. Pemisahan tabel tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak yang ingin memanfaatkan komoditas tersebut. Sampai tahun 2013 ini, sumberdaya oil shale Indonesia adalah sebesar 11.453,14 juta ton batuan yang terdiri dari juta ton sumberdaya hipotetik10.189,56 juta ton dan 1.169,21 juta ton sumberdaya tereka. Kandungan minyak pada batuan bitumen padat berkisar antara 1-256 liter/ton. Penambahan sumber daya berasal dari penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi di 6 lokasi, yaitu daerah Kutabuluh dan Lubukbatu (Provinsi Sumatera Utara), Pegunungan Tigapuluh (Provinsi Jambi), Selimbau dan Nanga Serawai (Provinsi Kalimantan Barat), serta Taliabu (Provinsi Maluku Utara). Sumberdaya tar sand Indonesia belum berubah dari tahun 2012, yaitu masih sebesar 153,53 juta ton batuan yang terdiri dari 76,74 juta ton sumberdaya hipotetik dan 76,79 juta ton sumberdaya tereka dengan kisaran kandungan minyak 5-248 liter/ton. Hal yang menarik dari endapan tar sand ini adalah lokasinya yang terpusat di satu pulau yaitu Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. 12
Total sumberdaya bitumen padat adalah sebesar 11.606,67 juta ton batuan.
Juta ton
Sumberdaya Oil Shale dan Tar Sand 11606,67
11.650,00 11.508,47
11.600,00 11.550,00 11.500,00
11.427,47
11.457,84
2010
2011
11.450,00 11.400,00 11.350,00 11.300,00 2012
2013
Gambar 2.3. Grafik perubahan nilai sumberdaya Bitumen Padat (Oil Shale dan Tar Sand) tahun 2010 – 2013.
2.2.4. Sumberdaya Coalbed Methane (CBM) Coal Bed Methane yang juga disebut sebagai Gas Metana Batubara merupakan gas yang terdapat dalam lapisan batubara, komposisinya terdiri dari methane, CO 2, CO, N2, dan ethane. Sampai tahun 2013 ini, sumberdaya hipotetik CBM Indonesia adalah sebesar 6.939.029.494 Cuft = 6,939 BCuft yang terdapat di 13 lokasi. Tiga lokasi baru adalah di Balangan (Kalimantan selatan), Lahat (Sumatera Selatan), dan Bayunglencir (Sumatera Selatan). Terdapat kenaikan sumber daya sebesar 1.130 Bcuft.
13
Sumberdaya Coalbed Methane BCuft
8
5,206
5,809
6,939
6 4 2 0 2011
2012
2013
Gambar 2.4. Grafik perubahan nilai sumberdaya coalbed methane tahun 2011 – 2013.
Tabel 2.5. Sumberdaya Coal Bed Methane Indonesia, 2013. No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Daerah/Lokasi 2 INSTANSI PEMERINTAH Loa Lepu (Kaltim) Buana Jaya (Kaltim) Tanah Bumbu (Kalteng) Tamiang (Sumsel) Tanjung Enim (Sumsel) Ombilin (Sumbar) Jangkang (Kalteng) Nibung (Sumsel) Paser
Tahun
Luas (Km2)
3
Sumberdaya Hipotetik Methane (Cuft) Batubara (Ton) 6 7
2006 2007 2008 2008 2009 2009 2010 2010 2010
2x1 2x1 2x1 1x1 2x1 1 x 0,4 7,5 x 0,58 2,7 x 1,0
191.726.612 534.261.545 112.733.226 31.792.000 1.181.594.858 7.987.200 16.567.200 100.394.426 1.858.168
150.711.520 606.588.270 402.255.325 9.114.082 758.792.398 1.624.346.374 15.724.003 1.637.175.754 806.663
10
Bukit Sibantar, Sawahlunto (Sumbar)
2011
111 Ha
10.995.060,00
603.806.535,00
11
Balangan (Kalimantan Selatan)
2012
0,50
32.792.500,00
417.845.314,00
12
Lahat (Sumatera Selatan)
2012
0,40
136.236.133,00
647.423.277,00
13
Bayunglencir (Sumatera Selatan)
2012
0,50
11.992.500,00
64.439.979,00
2.370.931.428,00
6.939.029.494,00
14
Gambar 2.5. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Status 2013. 15
Sumberdaya: 11.606,67 juta ton
Gambar 2.5. Sumberdaya Bitumen Padat Indonesia Status 2013.
16
DISTRIBUSI DAN POTENSI PANAS BUMI INDONESIA Hingga November 2013, di Indonesia tercatat 312 daerah dan lapangan panas bumi dengan total potensi energi sekitar 28.786 MWe. Berdasarkan hasil penyelidkan, baik penyelidikan pendahuluan maupun rinci diperoleh gambaran bahwa daerah prospek panas bumi di Indonesia sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Sumatera (93 lokasi), Pulau Jawa (71 lokasi), Pulau Sulawesi (70 lokasi), Pulau Bali (6 lokasi), Pulau Kalimantan (12 lokasi), Pulau Nusa Tenggara (27 lokasi), dan Pulau Maluku & Papua (33 lokasi). Pada tahun 2013 telah ditemukan 13 daerah baru panas bumi, yaitu Kaloi, Lokop, Talagabiru, Mapos, Rana Masak, Rana Kulan, Ulugalung, Amfoang, Kaleosan, Tanggari, Wineru, Duasaudara, dan Lemosusu.
Lokasi panas bumi baru hasil penyelidikan tahun 2013. NO
LOKASI
KABUPATEN
POTENSI (MWe)
Minahasa Minahasa Utara Minahasa Utara Bitung Kupang Pinrang
30 10 20 22 20 32
1 2 3 4 5 6
Kaleosan Tanggari Wineru Duasudara Amfoang Lemosusu
7
Padangganting/Talagobiru Tanah datar
27
8 9
Kaloi Lokop
25 50
10
Mapos
11
Rana Masak
12
Rana Kulan
13
Ulugalung
Aceh Tamiang Aceh Timur Manggarai Timur Manggarai Timur Manggarai Timur Manggarai Timur
15 20 7,5 5
Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Sumatera Sumatera mempunyai daerah prospek panas bumi terbanyak di Indonesia dan terdistribusikan relatif merata untuk setiap provinsinya kecuali provinsi Riau dan BangkaBelitung dengan masing-masing
satu (1) dan tujuh (7) daerah prospek panas bumi.
Potensi panas bumi untuk Pulau Sumatera adalah sekitar 5.628 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 7219 MWe (Kelas Cadangan).
17
Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Jawa Distribusi daerah prospek tersebar di empat provinsi dan satu Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsentrasi daerah prospek terbanyak di Jawa Barat (40 lokasi) diikuti oleh Jawa Tengah (14 lokasi), Jawa Timur (11 lokasi), Banten (5 lokasi) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (1 lokasi). Total potensi untuk Pulau Jawa adalah sekitar 9717 MWe. Potensi panas bumi Pulau Jawa adalah 3.536 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 6181 MWe (Kelas Cadangan). Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Bali Distribusi daerah panas bumi di Bali sampai saat ini meliputi 6 lokasi yang sebagian besar tersebar di daerah utara P. Bali. Potensi panas bumi Pulau Bali adalah 128 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 226 MWe (Kelas Cadangan).
Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Nusatenggara Berdasarkan peta distribusi potensi panas bumi di Nusa Tenggara tampak daerah panas bumi lebih banyak ditemui di NTT (24 lokasi panas bumi) dibandingkan di NTB (3 lokasi). Di samping terlihat tingkat penyelidikan yang dilakukan di NTT relatif lebih rinci dari pada di NTB. Potensi panas bumi daerah Pulau Nusa Tenggara adalah sekitar 649 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 802 MWe (Kelas Cadangan).
Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Kalimantan Sampai saat ini terdapat 12 lokasi daerah panas bumi yang terdapat di P. Kalimantan yaitu di Provinsi Kalimantan Barat (5 lokasi), Kalimantan Selatan (3 lokasi) dan Kalimantan Timur (4 lokasi). Daerah – daerah tersebut berada pada lingkungan batuan non vulkanik dan cenderung berhubungan dengan lingkungan cekungan sedimen. Tingkat penyelidikan masih berupa survei pendahuluan. Potensi Pulau Kalimantan adalah sekitar 145 MWe (Kelas Sumber Daya).
Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Sulawesi Di pulau ini sampai saat ini ditemukan sekitar 70 daerah prospek yang relatif tersebar merata untuk setiap provinsinya. Hingga saat ini, di Pulau Sulawesi baru memiliki satu status klasifikasi cadangan terbukti, tepatnya pada daerah panas bumi Lahendong. Potensi Pulau Sulawesi adalah sekitar 1524 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 1602 MWe (Kelas Cadangan).
18
Distribusi Daerah Panas Bumi di Kepulauan Maluku Ada sekitar 30 daerah panas bumi yang teridentifikasi di daerah Maluku (17 lokasi) dan di daerah Maluku Utara (13 lokasi). Beberapa lokasi seperti di Pulau Wetar dan Kepulauan Banggai Sula telah ditemukan lokasi panas bumi baru. Potensi panas bumi di Kepulauan Maluku adalah sekitar 642 MWe (Kelas Sumber Daya) dan 429 MWe (Kelas Cadangan). Distribusi Daerah Panas Bumi di Pulau Papua Sampai saat ini baru tiga (3) daerah panas bumi yang telah di lakukan penyelidikan yaitu daerah panas bumi Makbou-Sorong dan Ransiki-Umsini dengan masing-masing sumber daya spekulatif sebesar 25 MWe. Total potensi untuk Papua adalah sekitar 75 MWe. Dari keseluruhan daerah penyelidikan panas bumi tersebut, sekitar 46,47 % masih pada tahap penyelidikan pendahuluan awal, 11,22 % pada tahap penyelidikan pendahuluan, 37,5 % pada tahap penyelidikan rinci, 1,92 % pada tahap pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan dan 2,88 % telah dimanfaatkan sebagai PLTP. Secara umum, perkembangan potensi panas bumi di Indonesia terangkum dalam grafik, tabel dan peta dibawah.
Tingkat Penyelidikan Tahun 2013 Siap Dikembangkan 2%
Rinci & Landaian Suhu 38%
Terpasang 3%
Pendahuluan Awal 46%
Pendahuluan 11%
Status Tahapan Penyelidikan Potensi Panas Bumi Status 2013.
19
Status Potensi Panas Bumi Tahun 2013
Pulau
Jumlah Lokasi
Energi Potensi (Mwe) Sumber Daya
Total
Cadangan
Spekulatif
Hipotetis
Terduga
Mungkin
Terbukti
Terpasang
Sumatera Jawa Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
93 71
3182 1660
2469 1826
6791 3798
15 658
380 1815
12837 9757
122 1134
33
412
417
1013
0
15
1857
5
12 70 30 3
145 1345 545 75
0 179 76 0
0 1374 450 0
0 150 0 0
0 78 0 0
145 3126 1071 75
Total
312
7377
4973
13449
823
2288
28910
12350
80
1341
16560 28910
20